PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER
ORDER THINGKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK TERPADU PESERTA DIDIK KELAS IV SD
(Tesis)
Oleh
KOMANG OKAYANA
PRODI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER
ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK TERPADU PESERTA DIDIK KELAS IV SD
Oleh
KOMANG OKAYANA
Masalah dalam penelitian dan pengembangan ini yaitu pendidik belum
mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak
secara teori dan empirik pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV
SD.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
(research and development). Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas IV
SD Gugus Raden Intan Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah,
Lampung. Sampel ditentukan menggunakan teknik purposive sampling sebanyak
20 peserta didik kelas IV SD Negeri 3 Swastika Buana, 15 peserta didik kelas IV
SD Negeri 1 Swastika Buana, 13 peserta didik kelas IV SD Negeri 1 Sakti Buana
dan 16 peserta didik kelas IV SD Negeri 2 Sakti Buana. Data dikumpulkan melalui
lembar angket dan soal tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penilaian yang
dikembangkan layak secara teori dan empirik. Kelayakan secara teori instrumen
penilaian berdasarkan penilaian dari 3 ahli termasuk dalam kategori sangat baik,
relevan, representatif, praktis, diskriminatif, spesifik, dan proporsional. Kelayakan
secara empirik instrumen penilaian berdasarkan analisis butir soal pilihan ganda
dan uraian adalah seluruh soal telah valid dan memiliki reliabilitas tinggi.
Kata Kunci: HOTS, instrumen penilaian, tematik terpadu.
Komang Okayana
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF HIGHER ORDER THINKING SKILLS
(HOTS)-BASED ASSESSMENT INSTRUMENT ON INTEGRATED
LEARNING FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF
ELEMENTARY SCHOOL
By
KOMANG OKAYANA
A large body of data concerning the importance of higher order thinking skills
(HOTS) in education has been reported. However, many teachers have not yet
developed their HOTS-based assessment instruments. Therefore, this study was
aimed at developing a higher order thinking skills (HOTS)-based test instrument
that is empirically and theoretically feasible for integrated thematic learning of the
fourth-grade students in elementary schools.
This study was conducted through a Research and Development (R&D)
methodology with a population of fourth-grade students in elementary schools in
Seputih Banyak Sub-district, Central Lampung by using a purposive sampling. A
total of 64 participants took part in this study. Twenty of them were students of SD
Negeri 3 Swastika Buana, fifteen were students of SD Negeri 1 Swastika Buana,
thirteen were from SD Negeri 1 Sakti Buana, and the rest were from SD Negeri 2
Sakti Buana. The data were collected by using questionnaires and tests.
The results show that the test instrument developed was theoretically feasible
based on the judgement made by three experts. This fell into very good category
and was relevant, representative, practical, descriminatory, specific and
proportional. Besides, the empirical feasibility of the assessment instrument was
based on the multiple-choice items and essay questions analyses, which were valid
with high reliability.
Key words: assessment, higher order thinking skills (HOTS), integrated learning,
thematic learning
Komang Okayana
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HIGHER
ORDER THINGKING SKILLS (HOTS) PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK TERPADU PESERTA DIDIK KELAS IV SD
Oleh
KOMANG OKAYANA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Komang Okayana lahir di Rumbia
Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 4 Oktober 1994.
Peneliti merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan
Bapak I Wayan Ludra dan Ibu Ni Ketut Jati.
Riwayat pendidikan peneliti dimulai dari SD Negeri 1 Swastika Buana,
Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun
2006. Pada tahun 2006 melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP
Paramarta 1 Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun
2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Paramarta 1 Seputih Banyak,
Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012
melanjutkan studi ke Universitas Lampung Program Studi S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) lulus pada tahun 2016. Kemudian melanjutkan studi
sebagai mahasiswa S2 Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas
Lampung pada tahun 2017.
MOTO
Tiada yang abadi di dunia ini, segala sesuatunya akan berubah.
(Bhagavad Gita, II.13)
Aku percaya bahwa aku bisa melakukan,
meskipun pada awalnya aku tidak memiliki kapasitasnya.
(Mahatma Gandhi)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap puji syukurAtas anugrah Tuhan Yang
Maha Esa, tesis ini kupersembahkan kepada
Para Dosen yang telah berjasa memberikan bimbingan dan
ilmu yang sangat berharga melalui ketulusan dan
kesabarannya kepada Saya.
Almamater tercinta, Universitas Lampung
Ayahku I Wayan Ludra dan Ibuku Ni Ketut Jati yang selalu
memberi semangat dan motivasi
dalam penelitian ini.
i
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugrah-Nya tesis ini dapat diselesaikan. Tesis dengan judul “Pengembangan
Instrumen Penilaian Berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada
Pembelajaran Tematik Terpadu Siswa Kelas IV SD” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di Universitas Lampung.
Penyusunan tesis ini dapat terwujud berkat adanya bimbingan, masukan, dan
bantuan dari berbagai pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Hasriadi Mat Akin, M. P., selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah memberi kesempatan kepada peneliti menempuh studi
Magister Keguruan Guru SD Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., Dekan FKIP Universitas Lampung
beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada peneliti
dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Prof. Drs. Mustofa, M.A, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk yang
bermanfaat bagi peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Dr. Riswandi, M. Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
ii
5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd., Ketua Program Studi Magister Keguruan
Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung dan Ahli Materi yang telah
memberikan masukan, nasihat, motivasi yang berarti dengan penuh kesabaran
sehingga penyusunan tesis ini dapat berjalan dengan lancar.
6. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Pembahas. Terima kasih atas kritik dan
saran yang berharga dalam penyusunan tesis ini.
7. Ibu Dr. Rochmiyati, M.Si., selaku Penguji II. Terima kasih atas kritik dan saran
yang berharga dalam penyusunan tesis ini.
8. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku pembimbing I telah membimbing dan
memberikan nasihat, saran-saran, dan motivasi yang berarti dengan penuh
kesabaran sehingga penyusunan tesis ini dapat berjalan dengan lancar.
9. Ibu Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan nasihat, saran-saran,
dan motivasi yang berarti dengan penuh kesabaran sehingga penyusunan tesis
ini dapat berjalan dengan lancar.
10. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Ahli Evaluasi yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan motivasi dan saran dalam penyusunan produk.
11. Bapak Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ahli Bahasa yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan motivasi dan saran dalam penyusunan produk.
12. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Magister Keguruan Guru
Sekolah Dasar FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu yang
berharga, motivasi, dan kemudahan bagi peneliti dalam menyelesaikan tesis
ini.
iii
13. Ibu N. Suratmi, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 1 Swastika Buana yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam
menyelesaikan tesis ini.
14. Bapak Sungkono, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 3 Swastika Buana yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam
menyelesaikan tesis ini.
15. Ibu Asmawati, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 1 Sakti Buana yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam
menyelesaikan tesis ini.
16. Bapak Wayan Merte, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 2 Sakti Buana yang telah
memberikan izin melaksanakan penelitian, masukan, dan motivasi dalam
menyelesaikan tesis ini.
17. Bapak Wayan Suka Wiijaya., selaku guru SD Negeri 1 Swastika Buana yang
telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan
motivasi alam menyelesaikan tesis ini.
18. Ibu Ni Kadek Widya Wati S.Pd., selaku guru SD Negeri 3 Swastika Buana
yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan
motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.
19. Ibu Meta Febriani S.Pd., selaku guru SD Negeri 1 Sakti Buana yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan motivasi
dalam menyelesaikan tesis ini.
20. Bapak I Made Sudiarta S.Pd., selaku guru SD Negeri 2 Sakti Buana yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian dan memberikan motivasi
dalam menyelesaikan tesis ini.
iv
21. Siswa kelas IV SD Negeri 1 Swastika Buana, SD Negeri 3 Swastika Buana, SD
Negeri 1 Sakti Buana dan SD Negeri 2 Sakti Buana yang telah berpartisipasi
aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Semoga kalian
menjadi anak yang bertaqwa, cerdas, dan berprestasi.
22. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu mendukung, mendo’akan, menjadi teman
berbagi sedih dan bahagia.
23. Sahabat-sahabat angkatan 2017 Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar yang
telah menghadirkan semangat kebersamaan yang tak terlupakan.
24. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya, terima kasih atas
do’a dan dukungan yang diberikan.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala
dari Tuhan Yang Maha Esa dan peneliti berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi
dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas penilaian.
Bandar Lampung, Juni 2019
Peneliti,
Komang Okayana
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
G. Spesifikasi Produk ......................................................................................... 8
II. KAJIAN TEORI
A. Instrumen Penilaian ...................................................................................... 9
1. Pengertian Instrumen Penilaian ............................................................... 9
2. Syarat Instrumen Penilaian Bermutu ..................................................... 10
3. Instrumen Penilaian Tes Tertulis ........................................................... 12
4. Langkah-langkah Pokok Mengembangkan Tes ..................................... 14
B. Higher Order Thinking Skills (HOTS) ...................................................... 17
1. Pengertian HOTS .................................................................................. 17
2. Karakteristik HOTS .............................................................................. 18
3. Langkah-langkah Menyusun Soal HOTS ............................................. 20
C. Pembelajaran Tematik Terpadu .................................................................. 22
vi
D. Model Problem Based Learning (PBL) ...................................................... 24
1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL) ............................ 24
2. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL) .................... 25
E. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 27
F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 31
G. Hipotesis ..................................................................................................... 35
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 36
B. Prosedur Penelitian .................................................................................... 36
1. Potensi dan Masalah ............................................................................. 38
2. Pengumpulan Data dan Perencanaan .................................................... 38
3. Desain Produk ...................................................................................... 39
4. Validasi Desain ..................................................................................... 39
5. Revisi Desain Produk ............................................................................ 41
6. Uji Coba Produk .................................................................................. 41
7. Produk Akhir ....................................................................................... 42
C. Setting Penelitian ....................................................................................... 42
1. Tempat Penelitian ................................................................................. 42
2. Waktu Penelitian .................................................................................. 42
3. Objek Penelitian ................................................................................... 42
D. Populasi dan Sampel ................................................................................. 43
1. Populasi ............................................................................................... 43
2. Sampel ................................................................................................ 43
E. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................................... 44
1. Tehnik Nontes ..................................................................................... 44
2. Tehnik Tes ........................................................................................... 44
F. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Oprasiolal .......... 46
1. Variabel Penelitian ............................................................................. 46
2. Definisi Konseptual ............................................................................ 46
3. Definisi Oprasional ............................................................................. 47
vii
G. Instruman Penilaian ................................................................................. 48
1. Angket ................................................................................................ 48
2. Tes Tertulis .......................................................................................... 53
H. Tehnik Analisis Data ............................................................................... 59
1. Analisis Data Kuantitatif .................................................................... 59
2. Analisis Data Kualitatif ...................................................................... 60
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ............................................................................................. 61
B. Hasil Penelitian dan Pengembangan ......................................................... 62
1. Potensi Masalah .................................................................................. 63
2. Pengumpulan Data dan Perencanaan .................................................... 63
3. Desain Produk ....................................................................................... 65
4. Validasi Desain ..................................................................................... 65
5. Revisi Produk ........................................................................................ 77
6. Uji Coba Produk Kelas Besar ................................................................ 77
7. Produk Akhir ........................................................................................ 84
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................... 85
1. Kelayakan Teori ................................................................................. 86
2. Kelayakan Empirik ............................................................................. 88
D. Kelebihan Instrumen Berbasis HOTS ....................................................... 89
E. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan Penilaian Berbasis HOTS ... 90
V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................... 91
B. Implikasi ................................................................................................... 91
C. Saran .......................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian .................................. 3
2. Analisis Soal UTS ........................................................................................... 3
3. Spesifikasi Produk .......................................................................................... 8
4. KI dan KD Aspek Pengetahuan Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Sub
Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku ............................................... 24
5. Jumlah Populasi Penelitian .......................................................................... 43
6. Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan .......................................................... 48
7. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk PG .................................. 49
8. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk PG ............................... 49
9. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk PG ................................. 50
10. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk Uraian ............................ 50
11. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk Uraian ......................... 51
12. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk Uraian ........................... 51
13. Kisi-kisi Angket Respon Praktisi Terhadap Kemenarikan dan Kemudahan
Penggunaan Instrumen Penilaian ................................................................. 52
14. Konversi Nilai Ahli ...................................................................................... 53
15. Interpretasi Validitas Butir Soal ................................................................... 54
16. Derajat Reliabilitas ....................................................................................... 56
17. Kriteria Daya Pembeda ................................................................................ 57
18. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal ........................................................ 58
19. Klasifikasi Efektivitas Distraktor Butir Soal ............................................... 59
20. Data Keadaan Sekolah Dasar Kecamatan Seputih Banyak Tahun Ajaran
2018/2019 ....................................................................................................... 61
21. Validasi Ahli Evaluasi Pilihan Ganda dan Uraian ........................................... 67
ix
22. Validasi Ahli Materi Pilihan Ganda dan Uraian ................................................ 68
23. Validasi Ahli Bahasa Pilihan Ganda dan Uraian ................................................ 69
24. Uji Validitas Instrumen Tes Pilihan Ganda .................................................. 70
25. Uji Reliabilitas Instrumen Tes Pilihan Ganda .............................................. 71
26. Tingkat Kesukaran Produk Soal Pilihan Ganda ............................................ 72
27. Daya Pembeda Produk Soal Pilihan Ganda .................................................. 72
28. Efektivitas Distraktor Produk Soal Pilihan Ganda ........................................ 73
29. Validitas Soal Uraian Kelas Kecil ................................................................ 73
30. Reliabilitas Soal Uraian Kelas Kecil ............................................................. 74
31. Tingkat Kesukaran Soal Uraian Kelas Kecil ............................................... 75
32. Daya Beda Soal Uraian Kelas Kecil ............................................................. 75
33. Hasil Penilaian Praktisi Kelas Kecil ............................................................ 76
34. Validitas Soal Pilihan Ganda Kelas Besar ................................................... 78
35. Reliabilitas Soal Pilihan Ganda Kelas Besar ............................................... 78
36. Tingkat Kesukaran Produk Soal Pilihan Ganda ........................................... 79
37. Daya Pembeda Produk Soal Pilihan Ganda ................................................. 79
38. Efektivitas Distraktor Produk Soal Pilihan Ganda ....................................... 80
39. Validitas Soal Uraian Kelas Besar ............................................................... 80
40. Reliabilitas Soal Uraian Kelas Besar ............................................................ 81
41. Tingkat Kesukaran Soal Uraian Kelas Besar ............................................... 81
42. Daya Beda Soal Uraian Kelas Besar ............................................................ 82
43. Hasil Uji Praktisi Guru Kelas Besar ............................................................. 83
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Berpikir ................................................................................ 34
2. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan ................................................... 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Analisis Kebutuhan Pendidik .......................................................... 99
2. Analisis Soal UTS ...................................................................................... 102
3. Validasi Ahli .............................................................................................. 105
4. Uji Praktisi /Keterbacaan ........................................................................... 126
5. Kisi-kisi Soal ............................................................................................. 136
6. Uji Kelayakan Instrumen Pilihan Ganda Kelas Kecil ................................ 141
7. Uji Kelayakan Instrumen Uraian Kelas Kecil ............................................ 152
8. Uji Kelayakan Instrumen Pilihan Ganda Kelas Besar ................................ 156
9. Uji Kelayakan Instrumen Uraian Kelas Besar ............................................ 165
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......................................................... 169
11. Surat Izin Penelitian .................................................................................... 183
12. Surat Keterangan Penelitian ........................................................................ 187
13. Kalibrasi Soal ............................................................................................... 191
14. Foto Kegiatan Penelitian ............................................................................ 193
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Demi tercapinya
tujuan pendidikan tersebut, pendidik dalam melaksanakan tugasnya harus
berpedoman pada undang-undang yang mengatur tentang standar dalam
melaksanakan pembelajaran. Menurut PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Terdapat 8 standar dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu
Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian.
Suksesnya penyelenggaraan pendidikan di sekolah, seharusnya semua standar
harus dipahami utuh oleh pendidik tanpa terkecuali standar penilaian. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 Standar
Penilaian adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
2
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan
sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. Penilaian yang dilaksanakan oleh pendidik harus
sesuai dengan standar penilaian pendidikan yang ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 bahwa “pengaturan
mengenai penilaian pendidikan perlu disesuaikan dengan perkembangan dan
kebutuhan dalam penilaian hasil belajar”. Dari peraturan di atas dijelaskan bahwa
penilaian pendidikan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan peserta
didik. Pendidik dalam menyusun penilaian harus sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan peserta didik saat ini yaitu pembelajaran abad 21 yang menuntut
peserta didik memiliki keterampilan 4C (creativity, critical thinking,
comunication, and colaboration ), pendekatan dalam pembelajaran abad 21 yaitu
scientific aproach. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor 81 A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, pendekatan scientific
aproach terdiri dari 5M dalam kegiatan proses pembelajaranya yaitu mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran
dengan pendekatan scientific aproach lebih relevan jika mengaplikasikan model
pembelajaran salah satunya adalah problem based learning (PBL).
Hasil analisis kebutuhan pra survei melalui angket, pada lampiran 1
halaman 99 yang dilaksanakan pada tanggal 24–27 Oktober 2018 dengan
sasaran 30 orang pendidik kelas IV di gugus Raden Intan Kecamatan
Seputih Banyak yang menerapkan Kurikulum 2013 terdapat pada Tabel 1.
3
Tabel 1. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Instrumen Penilaian.
No Pertanyaan Jawaban Persentase Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah disekolah bapak/ibu telah menerapkan
kurikulum 2013? 30 0 100% 0%
2 Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan
kurikulum 2013? 15 15 50% 50%
3 Apakah bapak/ibu pernah mengikuti pelatihan
pengembangan instrumen penilaian? 0 30 0% 100%
4 Apakah bapak/ibu sudah pernah mengembangkan
instrumen penilian berbasis HOTS? 0 30 0% 100%
5 Apakah bapak/ibu membuat kisi-kisi soal sebelum
membuat soal? 5 25 16% 84%
6 Apakah instrumen penilaian yang bapak/ibu buat
dianalisis setiap butir soalnya? 0 30 0% 100%
Sumber: Analisis kebutuhan pra survey pendidik SD di Kecamatan Seputih Banyak (Lampiran 1 halaman 101)
Berdasarkan tabel 1. terdapat 100% pendidik sudah menerapkan kurikulum
2013 namun 50% belum pernah mengikuti pelatihan kurikulum 2013.
Sebanyak 100% pendidik belum pernah mengikuti pelatihan pengembangan
instrumen dan 100% pendidik belum pernah mengembangkan instrumen
penilaian HOTS. Selain itu sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi
soal dan 100% pendidik belum pernah menganalisis setiap butir soal yang
dibuat.
Hasil observasi lanjutan mengenai soal UTS pada hari Senin, 19 November
2018 yang dilakukan oleh peneliti pada tema 1 Indahnya Kebersamaan sub
tema I dan II di kelas IV SDN 2 Sakti Buana tentang soal UTS yang dibuat
oleh pendidik berjumlah 30 soal tergolong mudah, hasil analisis butir soal
yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis Soal UTS
Nama Sekolah Kriteria Jumlah Persentase
SD Negeri 2 Sakti Buana Berbasis HOTS 5 16%
Belum berbasis HOTS 25 84%
Sumber: Dokumentasi soal UTS kelas IV SDN 2 Sakti Buana. (Lampiran 2 halaman 102)
4
Berdasarkan tabel 2 terdapat 84% soal konvensional dan 16% berbasis HOTS
artinya soal pilihan ganda yang dibuat oleh pendidik masih perlu ditingkatkan
kualitasnya, sehingga benar-benar mampu membedakan antara peserta didik
yang pandai dan kurang pandai.
Mengatasi kesenjangan antara kebijakan pemerintah tentang standar penilaian dan
permasalahan pendidik belum membuat instrumen sesuai perkembangan peserta
didik abad 21, maka peneliti terdorong untuk mengembangkan instrumen
penilaian HOTS sesuai tuntutan perkembangan abad 21. Pengembangan
instrumen penilaian yang meliputi kisi- kisi soal, analisis butir soal, pedoman
penilaian, dan rubik penilaian yang dapat melatih kemampuan peserta didik untuk
berpikir tingkat tinggi sesuai perkembangan peserta didik di abad 21. Instrumen
penilaian berbasis HOTS sangat diperlukan dalam pembelajaran abad 21 karena
instrumen penilaian HOTS sesuai dengan pembelajaran abad 21 yang menuntut
peserta didik berpikir tingkat tinggi dan terbiasa menyelesaikan masalah sesuai
lingkunganya serta menjadi generasi ideal yang mampu menghadapi segala
tantangan abad 21. Selain itu, hasil penelitian Samritin dan Suryanto (2016: 93)
juga menjelaskan bahwa HOTS sangat penting karena dapat melatih kemampuan
peserta didik untuk melakukan proses tugas-tugas kompleks atau masalah yang
melibatkan koneksi, penyelesaian masalah, dan penalaran matematis.
Pembelajaran HOTS menjadikan peserta didik memiliki ketajaman analitis,
kemampuan untuk mensintesis, dan kemampuan evaluasi yang baik terhadap
permasalahan yang dihadapinya.
5
SD Negeri 2 Sakti Buana membutuhkan pengembangan Instrumen penilaian
berbasis HOTS untuk mendukung perkembangan peserta didik sesuai dengan
tuntutan perkembangan jaman abad 21. Kepala sekolah dan pendidik mendukung
pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS di SD Negeri 2 Sakti Buana.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian
Berbasis HOTS pada Pembelajaran Tematik Terpadu Peserta Didik Kelas IV SD.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.
1. Sebanyak 50% pendidik belum mengikuti pelatihan kurikulum 2013.
2. Pendidik belum mengikuti pelatihan pengembangan instrumen penilaian.
3. Pendidik belum mengembangkan instrumen penilian HOTS.
4. Sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi soal sebelum membuat
soal.
5. Sebanyak 100% pendidik belum menganalisis butir soal yang dibuat.
6. Sebanyak 84% instrumen soal UTS belum berbasis HOTS.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut peneliti membatasi masalah agar
penelitian ini dapat dilakukan secara fokus dan mendalam. Peneliti membatasi
penelitian ini tentang pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS pada
tema 8 Daerah Tempat Tinggalku sub tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku
kelas IV SD dalam bentuk tes pilihan ganda dan uraian. Instrumen penilaian ini
6
adalah instrumen penilaian HOTS yang melatih peserta didik memecahkan
masalah, mampu berargumen, mampu mengambil keputusan, mampu
menghubungkan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan
permasalahan dan mampu mempunyai banyak solusi dalam mejawab pertanyaan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kelayakan secara teori instrumen penilaian berbasis HOTS
pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD?
2. Bagaimanakah kelayakan secara empirik instrumen penilaian berbasis HOTS
pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menghasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara teori
pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.
2. Menghasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara empirik
pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.
7
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas mengenai
Instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik terpadu peserta
didik kelas IV SD, sehingga informasi tersebut diharapkan memberikan manfaat
secara teoritis maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis.
a. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi tentang cara
mengembangkan instrumen berbasis HOTS pada pembelajaran tematik
terpadu peserta didik kelas IV SD.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
penelitian selanjutnya
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi peserta didik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melatih peserta didik memecahkan
masalah, berargumen, mengambil keputusan, menghubungkan ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan, dan
mempunyai banyak solusi dalam mejawab pertanyaan.
b. Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pendidik
untuk mengembangkan instrumen berbasis HOTS pada pembelajaran
tematik terpadu peserta didik kelas IV SD di sekolahnya dan mengetahui
pentingnya menganalisis butir soal pilihan ganda dan uraian.
8
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk
mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran
tematik terpadu peserta didik kelas IV SD dan meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah tersebut.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan refrensi dan pengalaman langsung
dalam proses membuat instrumen penilaian sampai dengan proses
menganalisis.
G. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. Spesifikasi Produk
No Spesifikasi Produk Lama Spesifikasi Produk Baru
1 Instrumen penilaian melatih peserta
didik mengerjakan soal tingkatan
mengetahui.
Instrumen penilaian melatih peserta
didik memecahkan masalah,
berargumen, mengambil keputusan,
menghubungkan ilmu pengetahuan
dalam pembelajaran untuk
menyelesaikan permasalahan, dan
banyak solusi dalam menjawab
pertanyaan.
2 Instrumen penilaian belum berbasis
HOTS. Instrumen soal berbasis HOTS.
3 Belum terdapat kisi-kisi instrumen
soal.
Sudah terdapat kisi-kisi instrumen
soal.
4 Belum terdapat pedoman
penskoran. Terdapat pedoman penskoran.
5 Instrumen belum dianalisis masing-
masing butir soalnya.
Instrumen dianalisis masing-
masing butir soalnya.
6 Instrumen belum di uji validitas,
reabilitas, tingkat kesukaran, daya
bedanya.
Instrumen di uji validitas,
reabilitas, tingkat kesukaran, daya
beda nya.
9
II. KAJIAN TEORI
A. Instrumen Penilaian
1. Pengertian Instrumen Penilaian
Pelaksanaan penilaian dalam pembelajaran dilakukan oleh pendidik dalam
rangka mengevaluasi ketercapaian kompetensi peserta didik. Kegiatan
evaluasi oleh pendidik memerlukan instrumen atau alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
persyaratan akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat ukur untuk
mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu
variabel. Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai
capaian pembelajaran peserta didik, misalnya tes dan skala sikap
(Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014). Menurut Sugiyono (2010: 148)
Instrumen penilaian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati.
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Azwar (1997: 25) Instrumen
penilaian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data, dapat
berupa tes atau nontes. Instrumen penilaian adalah alat untuk mengukur
sejauh mana peserta didik telah meningkatkan pembelajaran mereka
berdasarkan standar (Mangiante (2013: 222). Menurut Suryana (2015: 457)
Instrumen penilaian adalah alat penilaian yang akan digunakan pendidik
10
untuk menilai ketercapaian peserta didik melalui tehnik tes maupun non tes.
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen
penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta
didik melalui tehnik tes maupun non tes. Adapun instrumen penilaian yang
dikembangkan yaitu instrumen tes.
2. Syarat Instrumen Penilaian Bermutu
Penilaian yang akan dilaksanakan oleh pendidik harus memenuhi
persyaratan atau kriteria agar instrumen tersebut bermutu. Menurut Arifin
(2009: 69); Suryana (2015: 457) mengemukakan syarat instrumen
dikatakan bermutu jika memenuhi karakteristik instrumen penilaian yaitu
valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik, dan
proporsional.
1. Valid, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul
mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
2. Reliabel, artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau andal jika
ia mempunyai hasil yang taat asas.
3. Relevan, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan.
4. Representatif, artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari
seluruh materi yang disampaikan.
5. Praktis, artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi
syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis.
6. Deskriminatif, artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian
rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil
apapun.
7. Spesifik, artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk
objek yang diukur.
8. Proporsional, artinya suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan
yang proporsional antara sulit, sedang, dan mudah.
Menurut Suryanto (2011: 1.10) terdapat 8 syarat instrumen bermutu yaitu:
1. Berorientasi pada Pencapaian Kompetensi.
Penilaian harus dapat mengukur ketercapaian kompetensi yang telah
ditetapkan.
11
2. Valid.
Penilaian yang dilakukan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
3. Adil.
Penilaian harus adil dan menyeluruh kepada peserta didik.
4. Objektif.
Dalam menilai harus menjaga objektivitas proses dan hasil penilian.
5. Berkesinambungan.
Penilian yang dilaksanakan harus terencana, bertahap, teratur, terus-
menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil
belajar dan perkembangan peserta didik.
6. Menyeluruh.
Penilaian yang dilakukan mampu menilai keseluruhan kompetensi yang
telah ditetapkan.
7. Terbuka.
Kreteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan hasil belajar peserta didik jelas.
8. Bermakna.
Hasil penilaian harus memiliki makna bagi peserta didik.
Menurut Arikunto dalam Suryana (2015:426-427) mengemukakan syarat
instrumen bermutu jika memenuhi karakteristik instrumen penilaian yaitu:
1. Validitas.
Penilaian benar-benar tepat dalam mengukur apa yang hendak diukur.
2. Rebilitas.
Hasil tes yang dilaksanakan oleh pendidik menunjukan ketetapan.
3. Objektivitas.
Suatu evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa
adanya interpretasi yang tidak ada hubunganya dengan alat evaluasi
tersebut.
4. Praktikabilitas.
Alat evaluasi harus praktis dan mudah pengadministrasiannya.
5. Ekonomis.
Alat evaluasi tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga
yang banyak, dan waktu yang lama.
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan syarat instrumen
penilaian bermutu yaitu memenuhi karakteristik instrumen penilaian
diantaranya valid, reliabel, relevan, representatif, praktis, diskriminatif,
spesifik, dan proporsional. Oleh karena itu, instrumen penilaian yang baik
harus memenuhi syarat instrumen penilaian bermutu.
12
3. Instrumen Penilaian Tes Tertulis.
Menurut Rosidin (2016: 50) instrumen penilaian tes tertulis adalah
seperangkat pertanyaan dan tugas dalam bentuk tulisan yang direncanakan
untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta
didik. Instrumen tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang
diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Majid 2017: 264).
Menurut Sudijono (2013: 67) Instrumen penilaian tes tertulis adalah suatu
alat yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang
pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik
berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah
yang harus dikerjakan dalam bentul tertulis.
Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disimpulkan instrumen penilaian tes
tertulis adalah seperangkat pertanyaan dan tugas dalam bentuk tulisan yang
direncanakan untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang
kemampuan peserta didik.
Instrumen penilaian yang dikembangkan adalah instrumen penilaian pilihan
ganda karena instrumen penilaian yang digunakan PISA untuk melatih
keterampialan berpikir tingkat tinggi peserta didik adalah instrumen
penilaian pilihan ganda (OECD, 2016:3). Selain instrumen penilaian pilihan
ganda, instrumen penilaian uraian juga dikembangkan karena pendidik
memerlukan instrumen penilaian uraian untuk melatih kemampuan peserta
didik berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan cara menjawab tes, dibedakan menjadi 2 yaitu:
13
1. Tes Objektif.
Menurut Arikunto (2009: 165) tes objektif adalah tes untuk menilai hasil
belajar yang telah diberikan oleh pendidik kepada murid-muridnya
dalam jangka waktu tertentu dan dalam pemeriksaannya dilakukan
secara objektif. Tes objektif adalah tes untuk menilai hasil belajar secara
objektif dalam tipe pilihan ganda, benar salah, dan menjodohkan
(Sudjana 2009: 44).
Sejalan dengan pendapat di atas, Menurut Anwar (2009: 30) tes objektif
adalah tes yang bersifat jelas, terhindar dari unsur rekayasa, dan nilai
yang dihasilkan apa adanya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat
disimpulkan tes objektif adalah tes untuk menilai hasil belajar secara
objektif dalam tipe pilihan ganda, benar salah, dan menjodohkan.
2. Tes Uraian.
Kubiszyn & Borich (dalam Anwar 2009: 71) tes uraian adalah tes yang
menuntut jawaban dengan kemampuan kognitif yang kompleks.
Grounlund & Linn (dalam Anwar 2009: 71) tes uraian adalah tes yang
digunakan untuk mengukur tujuan pencapaian hasil belajar aspek yang
kompleks. Dianjurkan perancang tes mengukur kemampuan peserta tes
dalam bentuk analisis, mengorganisasi dan mengekspresikan ide-ide
tentang sesuatu.
Tes uraian merupakan penilaian hasil belajar dalam bentuk
pertanyaan tertulis yang menuntut jawaban: membandingkan,
menguraikan, menjelaskan, memberi alasan, dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Menulis soal bentuk
uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa
materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian,
yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan
14
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang
diukur dan digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai
dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam
penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman
penskoran (Sudjana, 2009: 35).
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan tes uraian adalah
penilaian hasil belajar, dalam bentuk pertanyaan tertulis yang menuntut
jawaban: membandingkan, menguraikan, menjelaskan, memberi alasan,
dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
4. Langkah-langkah Pokok Mengembangkan Tes
Menurut Purwanti, et.al. (2008: 4.15-4.19) mengembangkan tes sebagai
instrumen penilaian proses dan hasil belajar adalah menyusun alat ukur
suatu gejala yang bersifat abstrak yaitu pemahaman dan penguasaan
peserta didik terhadap meteri berupa seperangkat kompetensi dan dalam
kenyataan di lapangan sebagian pendidik menggunakan teknik tes sebagai
upaya untuk mengukur hasil belajar tersebut. Terdapat langkah- langkah
pokok yang harus dilewati dalam mengembangkan tes adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan tes
a) Menentukan cakupan materi yang akan diukur
Langkah ini dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar
spesifikasi. Terdapat lima langkah dalam mengembangkan kisi-kisi
tes, yaitu: menulis kompetensi dasar, menulis materi pokok,
menemukan indikator, menentukan jumlah soal, dan nomor soal.
b) Menentukan tentuk tes
Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila
didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia
untuk memerikasa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan
karakteristik jumlah mata pelajaran yang diujikan.
c) Menetapkan panjang tes
Langkah menetapkan panjang tes, meliputi beberapa waktu yang
15
tersedia untuk melakukan tes, hal ini terkait erat dengan penetapan
jumlah butir tes yang akan dikembangkan.
2. Menulis butir pertanyaan
a) Menulis draft soal
Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan butir
pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban.
b) Memantapkan validitas isi (content validity)
Validitas isi pada dasarnya merupakan koefisien yang
menunjukkan kesesuaian antara draft tes yang telah disusun dengan
isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah disusun, apakah semua
materi telah terjabar dalam butir soal, dan apakah soal yang telah
disusun telah pula sesuai ranah yang akan diukur.
c) Melakukan uji coba (try out)
Melakukan uji coba dapat dilakukan dengan berbagai kepentingan
diantaranya adalah untuk: analisis butir soal, bagaimana rencana
pelaksanaan, memperhatikan penggunaan waktu pengerjaan,
kejelasan format tes, kejelasan petunjuk pengisian, dan pemahaman
bahasa yang digunakan.
d) Revisi soal
Hasil dari uji coba kemudian dilakukan analisis masalah untuk
mencari tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang
komunikatif, untuk kemudian dilakukan revisi sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan untuk: (1) eliminasi butir-
butir soal yang jelek, (2) menambah butir-butir baru, (3)
memperjelas petunjuk, dan (4) memodifikasi format dan urutan.
3. Melakukan pengukuran dengan tes
a) Menjaga objektivitas pelaksanaan tes
Pendidik harus menjaga objektivitas, baik dalam pengawasan,
menjaga kerahasiaan soal, dan kode etik penyelenggaraan tes
yang lain. Setelah ujian dilaksanakan langkah berikutnya adalah
koreksi, kemudian berdasarkan data hasil analisis tersebut akan
diambil keputusan dalam berbagai kepentingan.
b) Memberikan skor pada hasil tes
Memberikan skor sebagai penghargaan terhadap setiap soal yang
dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor
mentah, angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab
benar oleh peserta didik.
c) Melakukan analisis hasil tes
Analisis butir soal pada tes tulis merupakan bagian penting dalam
pengembangan tes agar diperoleh soal yang bermutu. Tujuan
kegiatan analisis adalah menelaah setiap soal agar diperoleh soal
yang bermutu sebelum digunakan, meningkatkan kualitas butir
soal melalui kegiatan revisi soal, dan membuang soal yang tidak
efektif. Analisis soal dapat dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif mencakup validasi isi, sedangkan
Anlisis kuantitatif mencakup pengukuran validitas dan reliabilitas
soal, tingkat kesukaran, serta daya pembeda.
16
Menurut Sudjana (2010: 10) langkah-langkah mengembangkan tes
adalah sebagai berikut.
1. Menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup pembelajaran terutama materi pelajaran.
2. Merumuskan tujuan intraksional hingga jelas yang akan dinilai.
3. Membuat kisi-kisi atau blueprint alat penilaian.
4. Menyusun dan menulis soal berdasarkan kisi-kisi yang sebelumnya
telah dibuat.
5. Membuat kunci jawaban.
Menurut Suryana (2015: 458-459) langkah-langkah mengembangkan
tes adalah sebagai berikut.
1. Menentukan bentuk tes yang akan disusun.
2. Membuat kisi-kisi butir soal.
3. Menulis butir soal.
Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
langkah-langkah pokok mengembangkan tes pada penelitian ini adalah
menelaah kurikulum dan buku pelajaran agar dapat ditentukan lingkup
pembelajaran terutama materi pelajaran, merumuskan tujuan
intraksional hingga jelas yang akan dinilai, membuat kisi-kisi atau
blueprint alat penilaian, menyusun dan menulis soal berdasarkan kisi-
kisi yang sebelumnya telah dibuat, dan membuat kunci jawaban.
17
B. Higer Order Thingking Skills (HOTS)
1. Pengertian HOTS
Mendidik peserta didik dengan menerapkan sistem HOTS berarti mengajak
peserta didik untuk berpikir dan membiasakan memecahkan masalah.
Peserta didik dikatakan mampu berpikir jika dapat mengaplikasikan
pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang dimilikinya. Menurut
Thomas & Thome (dalam Nugroho 2018: 16) HOTS adalah cara berpikir
yang lebih tinggi dari pada menghafal fakta, mengemukakan pendapat, atau
menerapkan peraturan, rumus, dan prosedur dalam pemecahan masalah.
HOTS menekankan kita melakukan sesuatu berdasarkan fakta. Membuat
keterkaitan antar fakta, mengaitkanya, memanipulasinya, dan
menempatkanya pada konteks atau cara baru terhadap sebuah permasalahan.
Menurut Rajendran (dalam Kamarudin, dkk, 2016: 308) HOTS merupakan
keterampilan kognitif seperti analisis informasi, membuat kesimpulan, dan
membuat generalisasi dari permasalahan yang dihadapi. HOTS adalah
proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha
mengeksplorasi pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang
dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh
pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif
(Rofiah, et.al., 2013: 17).
Sejalan dengan pendapat di atas Onosko & Newman dalam (Nugroho
2018:16) mendefinisikan HOTS sebagai potensi penggunaan pikiran untuk
menghadapi tantangan baru. Baru diartikan sebagai sesuatu yang belum
diaplikasikan sebelumnya oleh peserta didik. HOTS diartikan sebagai
18
kemampuan peserta didik untuk dapat menghubungkan pembelajaran
dengan elemen lain di luar yang pendidik ajarkan untuk diasosiasikan
dengannya (Brookhart, 2010:28).
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
HOTS adalah aktivitas yang membuat kegiatan berpikir melibatkan level
kognitif tingkat tinggi dalam memecahkan suatu masalah. Tingkat berpikir
peserta didik bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia
nyata). Keberhasilan berpikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan
individu dalam menerapkan, merombak, dan memperindah pengetahuan
dalam konteks situasi berpikir.
2. Karakteristik HOTS
HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk
penilaian kelas. Untuk menginspirasi pendidik menyusun soal-soal HOTS di
tingkat satuan pendidikan, menurut Fanani (2018:63) karakteristik soal-soal
HOTS sebagai berikut.
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan proses:
menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan
konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan menciptakan. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi bukanlah kemampuan untuk mengingat,
mengetahui, atau mengulang. Dengan demikian, jawaban soal-soal
HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen
(reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat
menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
19
masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat
dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan
ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam berbagai aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk
pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan
(relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan
mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di
kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
3. Tidak rutin (tidak Akrab) Penilaian HOTS bukan penilaian regular yang diberikan di kelas.
Penilaian HOTS tidak digunakan berkali-kali pada peserta tes yang sama
seperti penilaian memori (recall), karena penilaian HOTS belum pernah
dilakukan sebelumnya.
4. Menggunakan bentuk soal beragam Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber
pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan
pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau
paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak
menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik. Jawaban yang
diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit
dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta untuk menemukan
jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan
konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan
logika/penalaran
Karakteristik soal HOTS sebagaimana diungkapkan oleh Resnick (1987: 3)
sebagai berikut.
1. Non algoritmik.
Artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditentukan sebelumnya.
2. Bersifat kompleks.
Jalur tidak "terlihat" (berbicara secara mental) dari setiap sudut pandang.
3. Multiple solutions (banyak solusi).
Masing-masing dengan biaya dan manfaat, bukan solusi unik.
4. Melibatkan variasi pengambilan keputusan.
5. Penerapan multiple criteria (banyak kriteria) yang terkadang saling
bertentangan.
6. Bersifat effortful (membutuhkan banyak usaha).
Ada banyak pekerjaan mental yang terlibat dalam jenis elaborasi dan
penilaian yang diperlukan.
Stein dan Lane dalam (Thompson 2014: 58) menggambarkan HOT sebagai
penggunaan pemikiran non-algoritmik yang kompleks untuk menyelesaikan
20
tugas di mana tidak ada pendekatan atau jalur yang dapat diprediksi, dilatih
dengan baik secara eksplisit dalam saran berupa tugas, instruksi tugas, atau
penyelesaian contoh. Menurut Zaini (dalam Hanifah 2019: 2)
menggambarkan karakteristik HOTS yaitu melibatkan lebih dari satu
jawaban benar, berbicara tentang tingkat pemahaman, ditandai dengan tugas
yang kompleks, dan bebas konten serta sekaligus content-related. Conklin
(2012: 14) menyatakan karakteristik soal HOTS sebagai berikut:
“characteristics of higher-order thinking skills: higher-order thinking skills
encompass both critical thinking and creative thinking”. artinya,
karakteristik keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup berpikir kritis
dan berpikir kreatif.
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
karakteristik soal HOTS yang dikembangkan adalah kemampuan
memecahkan masalah (problem solving), kemampuan berargumen
(reasoning), kemampuan mengambil keputusan (decision making),
kemampuan menghubungkan (relate) ilmu pengetahuan dalam
pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan dan kemampuan multiple
solutions (banyak solusi) dalam mejawab pertanyaan.
3. Langkah-Langkah Menyusun Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat
menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang
akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai
dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan
ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam
21
buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan
penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal),
dan kreativitas pendidik dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi
dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Menurut Widana (2017:28)
langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS sebagai berikut.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Pendidik memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak
semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Pendidik secara
mandiri dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan
soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para
pendidik dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi
tersebut diperlukan untuk memandu pendidik dalam: (a) memilih KD
yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang
terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan
(d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong
peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik
umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan
stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk
membaca. Dalam konteks Ujian Sekolah, pendidik dapat memilih
stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
HOTS.Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah
penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek
materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relative sama.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan
pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat
untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk
soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan
isian singkat.
Menurut Kemendikbud dalam Fanani (2018: 23) langkah-langkah
menyusun soal HOTS adalah sebagai berikut.
22
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Menurut Fanani (2018:57) langkah menulis item soal HOTS sebagai
berikut.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat item HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.
4. Menulis butir pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
langkah menulis item soal HOTS adalah: menganalisis KD yang dapat
dibuat item HOTS, menyusun kisi-kisi soal, memilih stimulus yang
menarik dan kontekstual, menulis butir pertanyaan yang sesuai dengan kisi-
kisi, membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
C. Pembelajaran Tematik Terpadu
Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
SD/MI menyebutkan bahwa pelaksanaan Kurikulum 2013 pada SD/MI
dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik dari kelas I-VI.
Hal itu dipertegas kembali dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa
sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, prinsip
pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran
tematik. Menurut Kemendikbud (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah
pembelajaran dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui
penggunaan tema, dimana peserta didik tidak mempelajari materi mata
23
pelajaran secara terpisah, semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar
sudah melebur menjadi satu kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.
Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang diterapkan pada
tingkatan pendidikan dasar yang menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema
untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lainnya (Mulyasa,
2013: 170).
Menurut Majid (2017: 80) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.
Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada pserta didik. Pembelajaran tematik lebih
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif
pada proses pembelajaran (Muzmairoh, 2013: 26). Sejalan dengan pendapat di
atas, menurut Suryana (2015: 180) pembelajaran tematik terpadu merupakan
pembelajaran menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran
yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap
muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran
tematik terpadu adalah pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata
pelajaran menjadi satu keterpaduan dengan menggabungkan beberapa mata
pelajaran atau sejumlah disiplin ilmu melalui pemaduan isi/ materi, ke dalam
satu tema tertentu. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar instrumen penilaian
dijabarkan pada Tabel 4.
24
Tabel 4. KI dan KD Aspek Pengetahuan Tema 8 Daerah Tempat Tinggalku
Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.
KI KD
1 Menerima dan menjalankan ajaran agama
yang dianutnya.
2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan tetangga.
3 Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat,
membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah.
4 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
IPA
3.4 Menghubungkan gaya dengan gerak pada
peristiwa di lingkungan sekitar.
SBdP
3.3 Mengetahui gerak tari kreasi daerah.
PPKn
3.3 Menjelaskan manfaat keberagaman
karakteristik individu dalam kehidupan
sehari-hari.
IPS
3.3 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan
pemanfaatan sumber daya alam untuk
kesejahteraan masyarakat dari tingkat
kota/kabupaten sampai tingkat provinsi
Bahasa Indonesia
3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada
teks fiksi.
Sumber: Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018.
D. Model Problem Based Learning (PBL)
1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) dikembangkan berdasarkan konsep-konsep
yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar
penemuan atau discovery learning. Konsep penemuan ini memberikan
dukungan teoritis terhadap pengembangan model Problem Based Learning
(PBL) yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi.
Pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS ini menerapkan
pendekatan scientific aproach dan model problem based learning (PBL)
sebelum dilakukan uji coba terhadap instrumen penilaian. Menurut
Kemendikbud (2014: 27) Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu
model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar
bagaimana belajar” bekerja bersama kelompok untuk mencari solusi dari
25
permasalahan nyata peserta didik. Problem Based Learning (PBL) adalah
pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik
dalam memecahkan masalah (Rusman, 2014: 229).
Pendapat di atas diperjelas oleh Jones dkk, (dalam Yamin, 2013: 62) PBL
adalah model pembelajaran yang lebih menekanan pada pemecahan masalah
secara autentik seperti masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kurniasih & Berlin (2014: 40) Problem Based Learning (PBL)
merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat
kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem
Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman secara langsung kepada peserta didik karena model PBL
memfasilitasi peserta didik untuk bereksperimen, bekerjasama, dan
memecahkan masalah (Nopia 2016: 643-644).
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning (PBL) adalah sebuah model pembelajaran yang
menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik
untuk belajar.
2. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)
Model PBL memiliki beberapa langkah pada implementasinya dalam proses
pembelajaran. Menurut Kemendikbud (2014: 28); Rusman (2014: 243)
mengemukakan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut.
26
1. Orientasi peserta didik pada masalah
Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlibat aktif dalam pemecahan
masalah.
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3. Membimbing pengalaman individual/kelompok
Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan, menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pendidik
membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
materi yang telah dipelajari, dan meminta kelompok presentasi hasil
kerja.
Menurut Amir (2010: 73-79) yang menyatakan langkah-langkah model
pembelajaran PBL sebagai berikut.
1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas.
2. Merumuskan masalah.
3. Menganalisis masalah.
4. Menata gagasan peserta didik atau menganalisis dengan dalam.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran.
6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain ( di luar diskusi kelompok).
7. Mensintesis (menggabungkan) dan menguji informasi baru.
Menurut Sani (2014: 139-140) menjelaskan langkah-langkah model PBL
sebagai berikut.
1. Memberikan orientasi permasalah kepada peserta didik.
2. Mengorganisasi peserta didik untuk penyelidikan.
3. Pelaksanaan investigasi.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan.
Berdasarkan uraian pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan
menggunakan langkah-langkah PBL yang dikemukakan oleh
Kemendikbud & Rusman karena lebih lengkap dan jelas langkah-langkah
27
pembelajarannya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai
berikut.
1. Orientasi peserta didik pada masalah
Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlibat aktif dalam
pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3. Membimbing pengalaman individual/kelompok
Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pendidik
membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap materi yang telah dipelajari, meminta kelompok presentasi
hasil kerja .
E. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan terhadap penelitian dan pengembangan ini
adalah sebagai berikut.
1. Rubin, Jim & Manikya Rajakaruna (2015: 37-51) dalam International
Society of Educational Research. Pembelajaran berbasis HOTS
memberikan manfaat yaitu meningkatnya motivasi peserta didik dan
kemampuan terhadap hasil belajar yang lebih tinggi dalam proses
pembelajaran dan penilaian berpikir tinggat tinggi melalui penilaian
formatif berupa soal pilihan ganda dan uraian. Penelitian ini memiliki
persamaan yaitu penilaian formatif berbentuk pilihan ganda dan uraian.
Perbedaanya terletak pada peningkatan motivasi dan kemapuan hasil
28
belajar, sedangkan penelitian yang dilakukan berfokus pada menguji
kelayakan secara teori dan empirik.
2. Abosalem, Yousef (2016: 1-11) dalam International Journal of
Secondary Education. Penggunakan penilaian berbasis HOTS atau
penilaian berpikir tingkat tinggi memberikan manfaat yaitu membantu
peserta didik dalam meningkatkan dan mengevaluasi kemampuan
berpikirnya seperti menggunakan tes pilihan ganda maupun uraian.
Penelitian ini memiliki persamaan yaitu penilaian berbasis HOTS
dalam bentuk plilihan ganda dan uraian. Perbedaanya terletak pada
meningkatkan dan mengevaluasi kemampuan berpikirnya, sedangkan
penelitian yang dilakukan berfokus pada pengembangan instrumen
penilaian berbasis HOTS dan menguji kelayakan secara teori dan
empirik.
3. Fitriani, et.al. (2018: 252-262) dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pendidik Sekolah Dasar. Pengembangan instrumen penilaian yang
dibuat secara keseluruhan dalam penelitian pengembangan instrumen
berbasis HOTS memberikan manfaat yaitu meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Serta instrumen penilaian
berbasis HOTS sangat valid dan reliabel. Penelitian ini memiliki
persamaan yaitu instrumen penilaian valid dan reliabel serta
instrumen divalidasi oleh ahli dan diujicobakan di lapangan.
Perbedaanya yaitu pada metode penelitian yang digunakan design-
based research, sedangkan penelitian ini yaitu research and
development.
29
4. Mohammed, et.al. (2015: 13-20) dalam The Malaysian Online
Journal of Educational Science. Penelitian tentang pengembangan
instrumen HOTS memberikan manfaat yaitu peserta didik dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi terutama pada
tahap sintesis dan evaluasi, hal ini diperlukan untuk meningkatkan
kreativitas peserta didik dalam pengetahuannya. Penelitian ini
memiliki persamaan yaitu pada melatih peserta didik untuk berpikir
tingkat tinggi. Perbedaanya yaitu menguji kemampuan HOTS peserta
didik laki-laki dan perempuan, sedangkan penelitian ini menguji
kelayakan kelayakan secara teori dan empirik.
5. Novitasari, et.al (2015: 1-6) dalam jurnal biologi edukasi. Penelitian dan
pengembangan instrumen penilaian menunjukkan soal valid dengan
reliabilitas tinggi. Selain itu, terdapat 13% soal kategori mudah, 41,7%
soal kategori sedang, dan 46,3% soal kategori sukar. Daya beda disetiap
butir soal dengan interpretasi minimal “cukup”. Penelitian ini memiliki
persamaan yaitu pada analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya beda. Perbedaanya yaitu hanya menguji kelayakan empirik,
sedangkan penelitian ini menguji kelayakan teori dan empirik.
6. Andrian, F. et.al. (2018: 2222 -1735) dalam Journal of Education and
Practice. Pengembangan instrumen penilaian HOTS di sekolah dasar
layak secara teori dengan hasil sangat baik dan layak secara empirik
dengan hasil valid, reliabilitas tinggi, tingkat kesukaran sedang, daya beda
baik. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu mengembangkan instrumen
penilaian yang layak secara teori dan empirik. Perbedaanya yaitu pada
30
meningkatkan literasi matematika, sedangkan penelitian ini yaitu berbasis
HOTS pada pembelajaran tematik terpadu.
7. Hanifah. (2019: 05) dalam jurnal Research in Education. Pendidik
mengembangankan instrumen penilaian HOTS harus menguasai materi
ajar, memiliki keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan
kreatif dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah di sekitar satuan pendidikan serta bentuk soal hendaknya beragam.
Penelitian ini memiliki persamaan yaitu dalam mengembangan instrumen
penilaian harus sesuai aspek kontruksi dan materi, serta dalam membuat
soal perlu stimulus dan soal beragam. Perbedaanya pada tehnik analisis
data yaitu hanya tehnik analisis data kualitatif, sedangkan penelitian ini
tehnik analisis datanya yaitu tehnik analisis data kuantitatif dan kualitatif.
8. Wardany, K. et.al. (2015) dalam Jurnal Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Pembelajarannya. Instrumen penilaian HOTS layak digunakan, baik layak
secara teoritis maupun empirik. Layak secara teori yaitu telah memenuhi
aspek konstruksi, bahasa, dan materi. Layak secara empirik yaitu melalui
uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan distraktor.
Penelitian ini memiliki persamaan yaitu dalam mengembangan instrumen
penilaian yang layak secara teori dan empirik.
9. Wardany, Kusuma. (2018: 21-31) Pengembangan instrumen penilaian
berbasis HOTS memiliki validitas dan reliabilitas rata-rata yang sangat
tinggi. Selain itu, hasil validasi instrumen penilaian di masing-masing
validator ahli memiliki konten yang baik dan layak diterapkan di sekolah.
31
Penelitian ini memiliki persamaan yaitu dalam mengembangan instrumen
penilaian yang layak secara teori dan empirik.
10. Pratiwi. (2015: 123-142) Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA.
Pengembangan instrumen penilaian HOTS sangat efektif mencapai
kesuksesan dengan skor HOTS 73,3%. Instrumen penilaian HOTS baik
digunakan untuk peserta didik dengan keaktifan tinggi, bekerja mandiri
dan kemampuan yang kurang baik dalam menyelesaikan masalah.
Penelitian ini memiliki persamaan yaitu instrumen valid dan reliabel.
Perbedaanya yaitu pada model penelitian yang digunakan model 4-D (four
D model), sedangkan penelitian ini yaitu research and development.
F. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori di atas, kegiatan pembelajaran dan penilaian
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran pada
kurikulum 2013 adalah pembelajaran tematik, artinya pelajaran yang satu
dengan yang lain saling terintegrasi. Sistem dan kualitas penilaian yang baik
akan mendorong peningkatan kualitas pembelajarannya. Penilaian yang
dilakukan pendidik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skills) hendaknya berfokus pada bagaimana
mengungkapkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan soal. Namun
pada analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti, terdapat kesenjangan antara
kebijakan pemerintah tentang standar penilaian dengan pelaksanaan penilaian
oleh pendidik di lapangan. Pendidik belum mengembangkan instrumen
penilaian HOTS, sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi soal
sebelum membuat soal. Sebanyak 100% pendidik belum menganalisis butir
32
soal yang dibuat. Selain itu, sebanyak 84% instrumen soal UTS belum berbasis
HOTS. Banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebut, saling mempengaruhi dan
memiliki kontribusi besar dalam mengoptimalkan tujuan belajar yang
diharapkan. Oleh karena itu, peneliti merasa penting untuk mengembangkan
instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik terpadu.
Instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi tersebut dipilih agar soal-soal yang
diberikan membuat peserta didik merasa tertantang untuk memecahkan setiap
soal sehingga dapat berkesan di memori peserta didik. Instrumen penilaian
berbasis HOTS yang dikembangkan berupa tes pilihan ganda dan uraian. Tes
ini mampu mengukur semua ranah kognitif, termasuk penilaian untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Instrumen
penilaian yang dibuat oleh pendidik tidak pernah dilakukan analisis empirik,
yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan
efektivitas distraktor. Instrumen penilaian yang digunakan pendidik belum
sesuai dengan prosedur pengembangan tes. Analisis teoritik yang meliputi
materi, konstruksi, dan bahasa diperlukan guna mengurangi kesalahan teoritik
soal. Sebelum diperbanyak, maka soal terlebih dahulu harus ditelaah oleh ahli
yang memahami materi tes maupun teknik penulisan soal untuk meneliti
validitas isi dari soal yang dibuat.
Analisis empirik yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan efektivitas distraktor juga harus dilakukan agar tes yang
dihasilkan menjadi berkualitas. Penyusunan dan pengembangan tes
33
dimaksudkan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat
mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai
oleh masing-masing individu peserta tes setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Instrumen penilaian juga harus reliabel, artinya bila skor yang
diperoleh melalui tes itu merupakan skor yang sesungguhnya menggambarkan
kemampuan peserta tes, bukan karena berspekulasi yang akan melahirkan
skor yang kebetulan. Daya beda butir soal juga harus dapat membedakan
antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta
didik yang belum menguasai materi yang ditanyakan. Soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar. Setelah instrumen
penilaian disusun, maka perlu adanya uji coba tes agar tes yang tidak valid,
mempunyai daya pembeda yang jelek, dan tingkat kesukaran yang mudah
dapat diperbaiki atau dapat diganti, dan sebaliknya jika soal yang disusun
telah valid, reliabel, mempunyai daya pembeda yang baik, dan tingkat
kesukaran yang sedang maka soal tersebut perlu dicatat dalam bank soal agar
dapat digunakan dalam tes selanjutnya.
Jika dilakukan pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS, maka
akan menghasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS yang memenuhi
kelayakan secara teori dan empirik. Berdasarkan hal tersebut, maka
dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka berpikir.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini berfungsi memahami alur pikiran
secara cepat dan mudah. Kerangka berpikir pengembangan tes pilihan
ganda dan uraian disajikan pada Gambar 1.
34
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
INPUT
1. Sebanyak 50% pendidik belum mengikuti pelatihan
kurikulum 2013.
2. Pendidik belum pernah mengikuti pelatihan
pengembangan instrumen penilaian.
3. Pendidik belum mengembangkan instrumen
penilian Higher Order Thingking Skills ( HOTS).
4. Sebanyak 84% pendidik belum membuat kisi-kisi soal sebelum membuat soal.
5. Sebanyak 100% pendidik belum menganalisis butir
soal yang dibuat.
6. Sebanyak 86% instrumen soal UTS belum berbasis HOTS.
PROSES
OUTPUT
Pelaksanaan
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
2. Menyusun kisi-kisi soal
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci
jawaban
Membuat prototype instrumen penilaian berbasis HOTS
Validasi Teoritik
Ahli Evaluasi, Materi, dan Bahasa
Uji Coba Lapangan, Uji Praktisi Pendidik
Layak Empirik
Instrumen Penilaian Berbasis Higher Order Thinking Skills yang Layak
Secara Teori dan Empirik pada Pembelajaran Tematik Terpadu
Analisis
kebutuhan
Uji Kelas Kecil, Uji Praktisi Pendidik
35
G. Hipotesis
Berdasarkan uraian masalah dan kerangka pikir yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Terwujudnya instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara teori
pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.
2. Terwujudnya instrumen penilaian berbasis HOTS yang layak secara
empirik pada pembelajaran tematik terpadu peserta didik kelas IV SD.
36
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Research & Development (R&D). Penelitian
pengembangan atau Research and Development adalah penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono 2014: 297). Hal ini sesuai dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu mengembangkan sebuah produk berupa instrumen
tes. Instrumen tes yang dimaksud berupa soal tes pilihan ganda berjumlah 60 butir
soal dan uraian 12 butir soal. Instrumen tes yang telah dibuat ini dilaksanakan
sesuai prosedur sehingga akan diperoleh hasil akhir instrumen tes yang dapat
mengukur domain kognitif peserta didik khususnya pada tema 8 Daerah Tempat
Tinggalku sub tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku.
B. Prosedur Penelitian
Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut
Sugiyono (2010: 409) yaitu: “potensi masalah, pengumpulan data, desain produk,
validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian,
revisi produk, produksi masal. Berdasarkan sepuluh langkah tersebut, pada
penelitian ini implementasinya sampai pada langkah ke tujuh. Hal ini dilakukan
karena keterbatasan peneliti, baik dari segi waktu maupun biaya.
37
Hal ini sejalan dengan Sukmadinata (dalam Abdurrahim 2011: 109) menyatakan
bahwa dalam penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan
draf final, tanpa pengujian hasil. Hasil atau dampak dari penerapan model sudah
ada, baik pada uji terbatas maupun uji coba lebih luas karena selama pelaksanaan
pembelajaran ada tugas yang dilakukan peserta didik juga dilaksanakan tes.
Peneliti mengadopsi tujuh langkah penelitian menurut Sugiyono (2010: 408-425).
Secara urut langkah-langkah tersebut dapat dibuat seperti bagan berikut.
Gambar 2. Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan.
(Sugiyono, 2010: 409)
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan instrumen penilaian berbasis
HOTS dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
langkah 1
Potensi dan Masalah
Langkah 2
Pengumpulan Data dan Perencanaan
Langkah 3
Desain Draft Produk
Langkah 4
Validasi Desain Produk
Langkah 5
Revisi Desain Produk
Langkah 6
Uji Coba produk
Penelitian pendahuluan, analisis
kebutuhan dan melakukan studi
pustaka untuk mengumpukan materi.
Perencanaan Produk: Pembuatan Kisi-
kisi Instrumen penilaian berbasis
HOTS.
Pembuatan desain instrumen
penilaian berbasis HOTS
Uji Coba Awal
1. Validasi Ahli: Evaluasi, Materi, dan
Bahasa
2. Uji Coba Kelas kecil
Revisi Produk Instrumen Penilaian
berbasis HOTS
Uji Coba Produk/Kelas Besar dan Revisi
Langkah 7
Produk akhir
38
1. Potensi dan Masalah
Tahap potensi dan masalah peneliti melakukan analisis kebutuhan yang
dilakukan adalah studi literatur dan observasi lapangan yang mengidentifikasi
potensi dan kondisi atau masalah. Dasar dari penelitian ini adalah
ditemukannya potensi dan masalah. Potensi yang peneliti temukan adalah
pendidik dan kepala sekolah mendukung pengembangan instrumen berbasis
HOTS. Selain itu, sarana dan prasarana mendukung pengembangan instrumen
berbasis HOTS ini. Masalah yang peneliti gali adalah tentang apakah pendidik
membuat instrumen penilaian hasil belajar sesuai prosedur yang benar atau
hanya asal membuat bahkan hanya memakai soal-soal di buku yang belum
teruji. Hasil angket diketahui bahwa pendidik belum menyusun instrumen
penilaian HOTS, pendidik belum melakukan analisis butir soal untuk
mendapatkan soal yang berkualitas maka soal yang diberikan belum layak
digunakan oleh peserta didik, pendidik belum mengembangkan tes pilihan
ganda dan uraian sesuai dengan prosedur penyusunan butir soal yang baik dan
benar, uji coba instrumen penilaian yang mencakup uji validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran, daya pembeda dan distraktor butir soal belum dilaksanakan
oleh pendidik.
2. Pengumpulan Data dan Perencanaan
Perencanaan yang peneliti buat adalah sebagai berkut:
a. Menentukan KD yang dapat dibuat soal HOTS.
b. Pemetaan KD dari KI-3 berupa aspek pengetahuan (kognitif)
berdasarkan tema sesuai dengan pembelajaran HOTS yaitu Tema 8
39
Daerah Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah Tempat
Tinggalku.
c. Membuat indikator instrumen penilaian berbasis HOTS berdasarkan
KD yang hendak dicapai.
d. Menyusun kisi-kisi instrumen penilaian berbasis HOTS. Kisi-kisi ini
terdiri dari KD, materi, dimensi HOTS, dan indikator soal yang akan
digunakan.
3. Desain Produk
Produk yang dikembangkan merupakan produk instrumen penilaian. Hasil dari
desain produk ini adalah sebuah prototype instrumen penilaian berbasis HOTS
pada pembelajaran tematik terpadu. Pengembangan dasain produk awal, yaitu
peneliti merancang instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran
tematik terpadu dengan mengacu kisi-kisi yang telah disusun.
4. Validasi Desain
1. Validasi ahli
Uji coba produk awal yaitu melalui validasi ahli. Validasi ahli dilakukan
untuk mengetahui kelayakan teori produk instrumen penilaian. Validasi
ahli dilakukan terhadap draf hasil pengembangan produk awal yaitu dengan
telaah soal bentuk PG dan uraian berdasarkan kaidah penulisan soal.
Validasi dilakukan oleh para ahli atau pakar. Ahli yang ditunjuk meliputi
ahli evaluasi (Validator I), ahli materi (Validator II) dan ahli bahasa
(Validator III). Ketiga ahli tersebut melakukan validasi desain produk
terutama dalam penyusunan konstruksi, materi, dan bahasa pada soal
40
pilihan ganda serta uraian. Penilaian para pakar dimaksudkan untuk
mendapatkan penilaian serta masukan berupa saran dan kritik terhadap
instrumen penilaian yang dibuat peneliti sebagai instrumen penilaian hasil
belajar.
Validasi instrumen penilaian yang dimaksud adalah aspek materi, aspek
konstruksi, dan aspek bahasa yang telah dibuat pada tahap perancangan.
Selain itu lembar validasi dilengkapi dengan aspek yang ditelaah, kolom
nomor soal (ya/tidak) untuk menjawab terpenuhinya aspek yang ditelaah
untuk setiap butir soal, catatan/ saran mengenai soal secara keseluruhan,
serta kesimpulan terhadap kelayakan instrumen penilaian yang
dikembangkan. Hasil validasi ini kemudian dianalisis dan digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam merevisi produk.
2. Uji Coba Kelas Kecil
Uji coba produk yaitu melakukan uji coba kelompok kecil yang dilakukan
untuk mengetahui kelayakan instrumen penilaian secara empirik. Pada uji
coba produk, peneliti meminta bantuan pendidik kelas IV untuk menjadi
praktisi. Hal ini dimaksudkan agar peneliti memahami sejauh mana potensi
peserta didik yang akan dijadikan objek penelitian terkait dengan instrumen
penilaian yang akan diberikan kepada peserta didik baik atau tidak. Uji
coba kelompok kecil bertujuan untuk mengetahui kelayakan secara empirik
instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik terpadu.
Kelas yang dipilih adalah kelas IV SDN 3 Swastika Buana. Sampel pada
uji coba kelas kecil adalah 20 peserta didik, yang terdiri dari 5 peserta didik
yang berkemampuan tinggi, 10 peserta didik yang berkemampuan sedang,
41
dan 5 peserta didik yang berkemampuan rendah, dengan mengambil
perolehan nilai dari semester sebelumnya. Hasil dari uji kelompok kecil
digunakan untuk menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya
pembeda, dan efektivitas distraktor pada instrumen penilaian.
5. Revisi Desain Produk
Setelah dilakukan uji coba produk, langkah selanjutnya melakukan revisi.
Revisi dilakukan berdasarkan masukan para ahli dan revisi dilakukan secara
empirik melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan
efektivitas distraktor masing-masing butir soal. Setelah dilakukan
penyempurnaan, selanjutnya dapat diujicobakan di lapangan.
6. Uji Coba Produk
Menurut Setyosari (2012: 230) menjelaskan uji lapangan ini sebagai uji dalam
kondisi yang sebenarnya. Uji lapangan ini melibatkan subyek yang lebih besar
lagi. Subjek uji coba pada uji lapangan ini yaitu peserta didik kelas IV di tiga
sekolah inti yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 terdiri dari 44 peserta
didik yaitu 13 peserta didik SDN 1 Sakti Buana, 16 peserta didik SDN 2 Sakti
Buana, dan 15 peserta didik SDN 1 Swastika Buana. Data hasil penelitian
dikumpulkan melalui data hasil tes yang selanjutnya diuji kelayakan empirik
instrumen penilaian. Sebelum instrumen penilaian diuji kelayakan empirik,
peserta didik dari tiga sekolah yang berbeda tersebut sudah dikelompokkan
terlebih dahulu yaitu, mana peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang,
dan rendah.
42
7. Produk Akhir
Setelah melewati tahap uji lapangan, produk utama disempurnakan sehingga
dihasilkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada pembelajaran tematik
terpadu.
C. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di empat sekolah, yaitu: a) SDN 1 Swastika Buana
di Dusun Merte Sari, Desa Swastika Buana, Kec. Seputih Banyak Kabupaten
Lampung Tengah, b) SDN 3 Swastika Buana di Dusun Wana Sari, Desa
Swastika Buana, Kec. Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, c) SDN 1
Sakti Buana Jl. I Gusti Ngurah Rai No. 1 Desa Sakti Buana Kec. Seputih
Banyak Kabupaten Lampung Tengah, d) SDN 2 Sakti Buana Jl. I Gusti Ngurah
Rai No. 2 Desa Sakti Buana Kec. Seputih Banyak Kabupaten Lampung
Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2018/2019 selama 7 bulan
terhitung bulan November tahun 2018 sampai dengan bulan Juni tahun 2019.
Kegiatan penelitian selama 7 bulan dimulai dari observasi lapangan untuk
mengetahui anaisis kebutuhan sampai pada ujian tesis.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS
pada pembelajaran tematik terpadu untuk peserta didik kelas IV SD.
43
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IV di gugus
Raden Intan Kecamatan Seputih Banyak. Populasi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Populasi Penelitian.
Sumber: Dokumen KKKS Kecamatan Seputih Banyak.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling. Menurut Sugiyono (2014: 24) purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
penentuan jumlah sampel pada penelitian ini yaitu proporsional kemampuan
peserta didik, karakter peserta didik, dan akreditasi sekolah. Jumlah sampel
yang ditentukan adalah 64 orang peserta didik, terdiri dari: 20 orang untuk uji
coba kelas kecil, 44 orang untuk uji lapangan/ kelas besar. Sampel pada uji
lapangan ini terbagi menjadi peserta didik kemampuan tinggi, peserta didik
kemampuan sedang, dan peserta didik kemampuan rendah.
No Nama Sekolah Kelas Jumlah
1 SDN 1 Swastika Buana IV 15
2 SDN 2 Swastika Buana IV 12
3 SDN 3 Swastika Buana IV 20
4 SDN 1 Sakti Buana IV 13
5 SDN 2 Sakti Buana IV 16
6 SDN 1 Setia Bakti IV 28
7 SDN 2 Setia Bakti IV 11
8 SDN 3 Setia Bakti IV 13
9 SDN 4 Setia Bakti IV 12
Jumlah 140
44
E. Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data. Kedua teknik tersebut
adalah nontes dan tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini dijabarkan sebagai berikut.
1. Teknik Nontes
Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data kualitatif dengan cara
penelaahan instrumen penilaian oleh ahli dalam bentuk angket. Angket dalam
penelitian ini terdiri dari tiga, yaitu: angket analisis kebutuhan pada saat
observasi lapangan, angket lembar validasi ahli, angket respon
praktisi/pendidik. Data yang akan diolah adalah data berupa komentar, saran,
dan perbaikan produk dari validasi ahli. Angket lembar instrumen penilaian
tersebut dinilai dengan cara memberikan tanda check () sesuai dengan
indikator yang ada di dalam butir soal.
2. Teknik Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan (Arikunto, 2012: 53). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
adalah tes untuk mengukur hasil belajar kognitif peserta didik. Tes yang
digunakan adalah tes objektif pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban.
Satu butir soal tipe pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu: pernyataan atau
stem, dan alternatif jawaban atau option. Selain pilihan ganda, penelitian ini
mengembangkan tes bentuk uraian. Instrumen yang digunakan peneliti dalam
penelitian tes pilihan ganda dan uraian sebagai berikut.
45
a. Kisi-kisi Soal
Kisi-kisi merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan
sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi
persyaratan, yaitu: (1) kisi-kisi harus mewakili isi kurikulum/materi yang
telah diajarkan secara tepat dan proporsional; (2) komponen diuraikan
secara jelas dan mudah dipahami; (3) materi yang hendak ditanyakan
dibuatkan soalnya (Depdiknas, 2008: 11).
b. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian memuat butir soal yang harus dikerjakan oleh peserta
didik.
c. Kunci Jawaban Instrumen Penilaian
Kunci jawaban instrumen penilaian berisi jawaban-jawaban yang
dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki
atau kata/kalimat.
d. Pedoman Penilaian
Pedoman penilaian berisi keterangan perincian tentang skor atau angka
yang diberikan kepada peserta didik bagi soal-soal yang telah dikerjakan.
46
F. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel dapat diartikan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 2).
Variabel dalam penelitian ini yaitu instrumen penilaian berbasis HOTS.
Mengacu pada judul penelitian, variabel dalam penelitian ini merupakan
variabel bebas karena bersifat eksploratif, yaitu pengembangan instrumen
penilaian merupakan variabel yang digunakan untuk mendapatkan instrumen
penilaian berbasis HOTS yang layak secara teori dan empirik.
2. Definisi Konseptual
a. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar peserta didik melalui tehnik tes maupun nontes. Tes merupakan alat
ukur pengumpulan data yang mendorong peserta didik memberikan
penampilan maksimal. Sedangkan instrumen nontes merupakan alat ukur
yang mendorong peserta didik untuk memberikan respon secara jujur
mengungkap pikiran dan perasaan.
b. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
HOTS adalah aktivitas yang membuat kegiatan berpikir melibatkan level
kognitif tingkat tinggi dalam memecahkan suatu masalah. Tingkat berpikir
peserta didik bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia
nyata). Keberhasilan berpikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan
47
individu dalam menerapkan, merombak, dan memperindah pengetahuan
dalam konteks situasi berpikir.
3. Definisi Operasional
a. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar peserta didik melalui tehnik tes maupun nontes. Instrumen yang
peneliti buat adalah instrumen penilaian kognitif berbentuk tes. Jenis tesnya
berupa pilihan ganda dan uraian. Penilaian instrumen ini berupa satu
kesatuan dalam satu tema, yaitu tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Sub
Tema 2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku yang dirancang pada beberapa
mata pelajaran inti, seperti: Bahasa Indonesia, IPS, IPA, PPKn, dan SBdP.
b. Higher Order Thinking Skills (HOTS)
HOTS adalah aktivitas yang membuat kegiatan berpikir melibatkan level
kognitif tingkat tinggi dalam memecahkan suatu masalah. Keterampilan-
keterampilan HOTS adalah kemampuan memecahkan masalah (problem
solving), kemampuan berargumen (reasoning), kemampuan mengambil
keputusan (decision making), kemampuan menghubungkan (relate) ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan dan
kemampuan multiple solutions (banyak solusi) dalam mejawab pertanyaan..
48
G. Instrumen Penilaian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penelti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2012: 203). Instrumen ini dibuat dengan tujuan untuk mengumpulkan
data. Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar angket dan tes tertulis.
Instrumen penilaian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Angket
a. Angket Analisis Kebutuhan
Kisi-kisi angket analisis kebutuhan mengenai instrumen penilaian berbasis
HOTS pada tabel berikut.
Tabel 6. Kisi-kisi Angket Analisis Kebutuhan
No Aspek Indikator No.
Item
1 Langkah
pengembangan
instrumen
penilaian
Sekolah telah menerapkan kurikulum 2013. 1
Mengikuti pelatihan kurikulum 2013. 2
Pendidik mengikuti pelatihan pengembangan
instrumen penilaian.
3
Mengembangkan instrumen penilian berbasis
HOTS.
4
Membuat kisi-kisi soal sebelum membuat soal. 5
2 Kelayakan
instrumen
Instrumen penilaian yang dibuat dianalisis setiap
butir soalnya.
6
Berbasis HOTS. 7
Jumlah 7
b. Angket Validasi Ahli
Kisi-kisi instrumen mengenai instrumen penilaian berbasis HOTS Bentuk
PG untuk ahli materi pada Tabel 7, ahli evaluasi pada Tabel 8, dan ahli
bahasa pada Tabel 9.
49
Tabel 7.Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk PG
Aspek Indikator No.
Item Ya Tdk
Materi/
substansi Soal sesuai dengan KD 1
Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes tertulis bentuk PG).
2
Materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevasi, kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi).
3
Soal sesuai karakteristik Hihger Order
Thinking Skills (HOTS). 4
Pilihan jawaban homogen dan logis. 5
Hanya ada satu kunci jawaban. 6
Jumlah 6
Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk PG
Aspek Indikator No.
Item Ya Tdk
Konstruksi Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.
1
Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
2
Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.
3
Pokok soal bebas dan pernyataan yang bersifat negatif ganda.
4
Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi.
5
Gambar, grafik, tabel, diagram atau sejenisnya
jelas dan berfungsi. 6
Panjang pilihan jawaban relatif sama. 7
Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban di atas salah/benar” dan
sejenisnya.
8
Pilihan jawaban yang berbentuk angka/waktu disusun berdasarkan urutan besar kecilnya angka atau kronologisnya.
9
Butir soal tidak tergantung pada jawaban soal
sebelumnya. 10
Soal sesuai karakteristik Hihger Order Thinking Skills (HOTS).
11
Jumlah 11
50
Tabel 9. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk PG
Aspek Indikator No.
Item Ya Tdk
Bahasa Rumusan kalimat soal komunikatif.
1
Tidak menggunakan kata/ ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda/salah
pengertian.
2
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
3
Pilihan jawaban tidak mengulang kata/ kelompok
kata yang sama, kecuali merupakan satu
kesatuan pengertian.
4
Berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
5
Jumlah 5
Sumber: Adaptasi dari Abdullah (2016: 186-188)
Kisi-kisi instrumen penilaian bentuk uraian untuk ahli materi Tabel 10,
ahli evaluasi Tabel 11, dan ahli bahasa Tabel 12.
Tabel 10. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Bentuk Uraian
Aspek Indikator No.
Item Ya Tdk
Materi Soal sesuai dengan KD
1
Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes
tertulis bentuk uraian).
2
Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan sudah sesuai
3
Materi yang ditanyakan sesuai dengan
kompetensi (urgensi, relevansi,
kontinyuitas, keterpakaian sehari-hari
tinggi)
4
Soal sesuai karakteristik Hihger Order
Thinking Skills (HOTS).
5
Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas
6
Jumlah 6
51
Tabel 11. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Evaluasi Bentuk Uraian
Aspek Indikator No.
Item Ya Tdk
Konstruksi Rumusan soal/ pertanyaan jelas dan tegas
1
Menggunakan kata tanya atau perintah yang
menuntut jawaban uraian 2
Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
3
Ada pedoman penskorannya 4
Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.
5
Soal sesuai karakteristik Hihger Order
Thinking Skills (HOTS). 6
Jumlah 6
Tabel 12. Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Bahasa Bentuk Uraian
Aspek Indikator No.
Item Ya Tdk
Bahasa Rumusan kalimat soal komunikatif
1
Tidak menggunakan kata/ungkapan yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian
2
Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
3
Rumusan soal tidak mengandung jawaban 4
Berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
5
Jumlah 5
Sumber: Adaptasi dari Abdullah (2016: 198-199)
c. Kisi-kisi Instrumen Tes
Kisi-kisi instrumen tes merupakan acuan yang dijadikan pedoman dalam
menyusun instrumen tes (kisi-kisi intrumen tes terlampir pada hal 136)
d. Angket Instrumen Respon Praktisi
Kisi-kisi angket respon praktisi/pendidik terhadap instrumen penilaian
52
berbasis HOTS terdapat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kisi-kisi Angket Respon Praktisi Terhadap Kemenarikan dan
Kemudahan Penggunaan Instrumen Penilaian
Aspek Indikator No.
Item Ya Tdk
Kemena-
rikkan Tampilan halaman cover instrumen penilaian ini
sangat menarik.
1
Judul instrumen yang ditampilkan jelas, sehingga dapat menggambarkan isi.
2
Pilihan jenis huruf, ukuran, dan spasi
memudahkan pendidik dalam menggunakannya.
3
Instrumen penilaian ini membuat peserta didik berpikir lebih mendalam, sehingga
membuat peserta didik merasa tertantang
untuk menyelesaikan soal.
4
Instrumen penilaian yang dibuat membingungkan peserta didik dalam membacanya.
5
Kemu-
dahan Instrumen penilaian ini menggunakan bahasa
yang mudah untuk dipahami oleh peserta
didik.
6
Ada petunjuk soal yang jelas tentang cara
mengerjakannya. 7
Soal ini terdapat pedoman penskorannya sehingga bisa tahu nilai yang akan
diperoleh.
8
Materi dalam soal evaluasi ini sesuai dengan yang diajarkan kepada peserta didik.
9
Instrumen penilaian ini mudah untuk diimplementasikan dalam penilaian.
10
Jumlah 10
Menurut Nazir (2005: 342) data angket dapat dengan mengunakan skala
Guttman. Tujuan dari analisis dengan skala Guttman adalah untuk
menggambarkan dimensi tunggal bagi pertanyaan dan subjek yang
diteliti. Posisi pertanyaan dan subjek pada sebuah dimensi kemudian
dapat diterapkan guna memberikan keterangan yang berupa nilai
numerik. Skala Guttman menyajikan item yang akan dinilai oleh
individu sebagai persetujuan atau ketidaksetujuan, hal ini biasanya
diberikan melalui jawaban ya atau tidak. Data hasil penilaian ahli dan
53
respon praktisi dihitung secara kuantitatif menggunakan rumus sebagai
berikut.
Skor akhir = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100
Skor akhir dikonversi menjadi kriteria penilaian yang ditunjukan
pada Tabel 14.
Tabel 14. Konversi Nilai Ahli
Nilai Kriteria
76-100 Sangat Baik
51-75 Baik
26-50 Cukup
0-25 Kurang
2. Tes Tertulis
Menurut Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes adalah sejumlah
pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes digunakan
sebagai teknik pengumpulan data pada uji coba produk dan uji coba
lapangan dengan cara memberikan produk tes hasil belajar kepada peserta
didik kelas IV. Tes berbentuk soal pilihan ganda dengan 4 option jawaban
dan berjumlah 60 soal. Selain PG, terdapat soal uraian berjumah 12 soal.
Menurut Suherman (2003: 102) untuk mendapatkan hasil evaluasi yang
baik tentunya diperlukan alat evaluasi yang kualitasnya baik pula. Uji coba
produk untuk menghitung data analisis butir soal. Analisis butir soal
digunakan untuk pengujian terhadap kualitas soal yang diujicobakan,
beberapa diantaranya adalah dengan menguji validitas, reliabilitas, daya
pembeda, indeks kesukaran, dan distraktor. Analisis butir soal dijabarkan
sebagai berikut.
54
a. Validitas
Menurut Sudijono (2013: 184) butir soal dapat dinyatakan valid,
apabila skor butir soal yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi
positif yang signifikan dengan skor totalnya. Validitas soal bentuk
pilihan ganda dan uraian dengan menggunakan rumus korelasi product
moment sebagai berikut:
r = 𝐍∑𝐗𝐘−(∑𝐗)(∑𝐘)
√(𝐍∑𝐗𝟐)−(∑𝐗)𝟐(𝐍∑𝐘𝟐)−(∑𝐘)𝟐
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi product moment
N = banyak sampel
x = skor butir
y = skor total
Tabel 15. Interpretasi Validitas Butir Soal
No Range Validitas Kategori
1 rpbi > rt Valid
2 rpbi = rt Tidak valid
3 rpbi < rt Tidak valid
Sumber: Adaptasi dari Sudijono (2013: 190)
b. Reliabilitas
Relibilitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes
(Arikunto, 2012: 100). Apabila dilakukan beberapa kali pengujian
menunjukan hasil yang sama. Suatu tes mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan
cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
55
Perhitungan reliabilitas penelitian dan pengolahan data hasil uji coba
dilakukan melalui langkah-langkah yang diuraikan sebagai berikut:
1) Nilai Reliabilitas Tes Tertulis Bentuk PG
Perhitungan reliabilitas dalam penelitian bentuk PG ini, peneliti
akan menggunakan uji reliabilitas KR-20. Rumus yang digunakan
(KR-20) menurut Jaya (2018: 96) adalah:
KR20 = (𝒏
𝒏−𝟏) ⦋𝟏 −
∑𝒑𝒒
𝑺𝟐⦌
Keterangan:
KR20 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir soal
1 = bilangan konstan
S = varian total
p = proporsi testee yang menjawab dengan benar
q = proporsi testee yang menjawab dengan salah (1-p) ∑p q = jumlah dari hasil perkalian antara p dengan q
2) Nilai Reliabilitas Tes Tertulis Bentuk Uraian
Menurut Kusaeri (2014: 65) untuk tes yang didesain dalam
mengukur hasil belajar yang heterogen menggunakan rumus
koefisien alpha. Oleh karena itu, untuk menghitung reliabilitas tes
uraian dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus koefisien
alpha. Menurut Sudijono (2013: 254) rumus yang digunakan untuk
menghitung reliabilitas soal uraian adalah sebagai berikut:
r = (𝑛
𝑛−1) ⦋1 −
𝑆𝐷𝑡2−∑(𝑆𝐷𝑖)2
∑(𝑆𝐷𝑖)2⦌
56
Keterangan:
r = koefisien reliabilitas seluruh tes
n = jumlah soal dalam tes
1 = bilangan konstan
SDt2
= varian skor-skor total pada tes
∑SDi2 = varian varian butir tes
Kriteria reabilitas soal uraian, sama dengan soal bentuk objektif
dimana hasil dari uji reliabilitas dengan menggunakan program
microsoft exel 2013 ditafsirkan dengan menggunakan kriteria
yang dikemukakan olah Guilford dalam Suherman (2003: 139)
terdapat pada Tabel 16.
Tabel 16. Derajat Reliabilitas
No Range Reliabilitas Kategori
1 r11 < 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah
2 0,20 ≤ r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah
3 0,40 ≤ r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang
4 0,70 ≤ r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi
5 0,90 ≤ r11 ≤1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi
Sumber: Guilford dalam Suherman (2003: 139)
c. Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan soal membedakan peserta
didik yang pandai dan kurang pandai (Kusaeri, 2014: 107). Daya
pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut untuk bisa membedakan antara peserta didik yang
berkemampuan tinggi dengan peserta didik berkemampuan rendah.
57
Menghitung daya pembeda peserta didik diklasifikasikan dalam dua
kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah. Kelompok atas
terdiri dari peserta didik yang mendapat skor tinggi. Sedangkan
kelompok bawah adalah peserta didik yang mendapat skor rendah.
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda (DP)
menurut Kusaeri (2014: 108) adalah sebagai berikut:
DP = 𝑩𝒂−𝑩𝒃
𝟏
𝟐𝑵
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
N = jumlah peserta didik yang mengerjakan tes
Tabel 17. Kriteria Daya Pembeda
No Range Daya Pembeda Kategori
1 0,40 – 1,00 Sangat Baik
2 0,30 – 0,39 Baik
3 0,20 – 0,29 Cukup
4 0,00 – 0,19 Jelek
Sumber: Kusaeri (2014: 108-109)
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran soal dinyatakan dalam bentuk
proporsi yang berkisar 0 sampai 1. Semakin besar indeks tingkat
kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan, semakin mudah soal
tersebut. Perhitungan indeks tingkat kesukaran dilakukan untuk setiap
soal. Rumus menghitung tingkat kesukaran bentuk pilihan ganda
menurut Nitko (dalam Kusaeri 2014: 106) adalah sebagai berikut:
58
Tingkat Kesukaran (TK) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 𝑠𝑜𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑡𝑒𝑠
Menghitung tingkat kesukaran soal uraian digunakan rumus berikut:
Tingkat Kesukaran (TK) = Mean
Skor naksimum yang ditetapkan
Sumber: Kusaeri (2014: 106)
Tabel 18. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Range Tingkat
Kesukaran Kategori
1 0,71 – 1,00 Mudah 2 0,31 – 0,71 Sedang 3 0,00 – 0,30 Sukar
Sumber: Adaptasi Arikunto (2010: 210)
e. Distribusi Pilihan Jawaban (Efektivitas Distraktor)
Pengecoh dari soal-soal yang valid dan memiliki daya pembeda baik
(minimal masuk kategori kurang membedakan) akan dianalisis.
Pengecoh merupakan pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci
jawaban dan bukan hanya sekedar pelengkap pilihan (Purwanto, 2009:
108). Pengecoh dianggap baik bila jumlah peserta didik yang memilih
pengecoh itu sama/ mendekati jumlah ideal (To, 2003: 17). Cara
menganalisis pengecoh dihitung dengan rumus:
IPc = 𝑛𝑃𝑐
(𝑁−𝑛𝐵)/(𝐴𝑙𝑡−1) x100%
Keterangan IPc = Indeks Pengecoh/Distraktor nPc = Jumlah peserta didik yang memilih pengecoh itu N = Jumlah seluruh subyek yang ikut tes nB = Jumlah subyek yang menjawab benar pada butir soal itu Alt = Banyak alternatif jawaban/option (3, 4, atau 5)
Adapun kriteria pengecoh berdasarkan indeksnya adalah
sebagai berikut.
59
Tabel 19. Klasifikasi Efektivitas Distraktor Butir Soal
Kategori Distraktor Kategori
76%-125% Sangat Baik
51%-75% atau 126%-150% Baik
26%-50% atau 176%-200% Kurang Baik
0%-25% atau 176-200% Jelek
Lebih dari 200% Sangat Jelek
(Sumber: Purnomo, 2016: 137)
H. Tehnik Analisis Data
1) Analisis Data Kuantitatif
Uji kelayakan ini terbagi menjadi dua, yaitu kelayakan teori dan kelayakan
empirik. Data kuantitatif dalam menguji kelayakan teori didapatkan dari
jumlah skor dalam lembar validasi produk oleh para ahli yang diperoleh dari
angket. Instrumen penilaian dikatakan layak secara teori ( jika rata-rata jumlah
setiap skor butir soal yang diberikan semua ahli > 50%). Soal dikatakan tidak
layak secara teori (jika rata-rata jumlah setiap skor butir soal yang diberikan
semua ahli < 50%).
Kelayakan empirik digunakan untuk menganalisis butir soal. Analisis butir soal
digunakan untuk pengujian terhadap kualitas soal yang diujicobakan pada uji
kelompok kecil dan uji coba kelas besar. Diantaranya adalah dengan menguji
validitas, reliabilitas, daya pembeda, indeks kesukaran dan efektivitas
distraktor. Uji coba kelas kecil dan uji coba kelas besar, peneliti menggunakan
angket respon praktisi/ pendidik tentang kemenarikan dan kemudahan
penggunaan instrumen penilaian. Angket respon praktisi mengenai penggunaan
instrumen penilaian dikatakan menarik dan mudah dalam menggunakannya
(jika rata- rata persentase jumlah indikator kemenarikan dan kemudahan yang
diberikan oleh praktisi ≥50%). Angket respon praktisi mengenai penggunaan
60
instrumen penilaian dikatakan tidak menarik dan tidak mudah dalam
menggunakannya (jika rata-rata persentase jumlah indikator kemenarikan dan
kemudahan yang diberikan oleh praktisi <50%)
2) Analisis Data Kualitatif
Analisis secara kualitatif dilakukan melalui hasil angket, yaitu analisis
penelaahan untuk mengetahui kelayakan melalui validitas isi instrumen tes.
Data ini termasuk data kualitatif berupa kritik, saran dan tanggapan dari
validator dianalisis secara deskriptif mengenai kelayakan produk yang
dihasilkan. Data kelayakan produk yang dihasilkan ditentukan melalui
analisis hasil validasi ahli materi, ahli bahasa, dan ahli evaluasi. Data ini
termasuk data kualitatif berupa kritik, saran, dan tanggapan dari validator
dianalisis secara deskriptif.
91
V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai
berikut.
1. Instrumen penilaian berbasis HOTS yang dikembangkan layak secara
teori. Hal ini dibuktikan dari penilaian 3 ahli yaitu ahli evaluasi, ahli
materi, dan ahli bahasa yang menyatakan bahwa instrumen tes berbasis
HOTS yang dikembangkan dalam katagori sangat baik. Selain itu,
instrumen penilaian yang dikembangkan telah valid, reliabel, relevan,
representatif, praktis, diskriminatif, spesifik, dan proporsional.
2. Instrumen penilaian berbasis HOTS yang dikembangkan layak secara
empirik. Hal ini dibuktikan pada uji coba kelas kecil dari 60 soal pilihan
ganda, terdapat 30 soal valid dengan reliabilitas 0,954 kategori sangat
tinggi. Selanjutnya, pada uji coba kelas besar dari 30 soal pilihan ganda,
terdapat 29 soal valid dengan reliabilitas 0,892 kategori sangat tinggi.
Sedangkan seluruh soal uraian layak empirik.
B. Implikasi
Instrumen berbasis HOTS sangat perlu diberikan agar peserta didik dapat
terlatih dan terbiasa dalam memecahkan suatu masalah. Selain itu,
instrumen berbasis HOTS dapat melatih peserta didik untuk mecari solusi
92
dari sebuah permasalahan, membuat keputusan, berargumen, memiliki
beragam solusi dalam memecahkan masalah dan dapat menghubungkan
pengetahuan yang dimilikinya dengan lingkungan sekitar. Instrumen tes
yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik harus
layak baik secara teori dan secara empirik. Kelayakan suatu instrumen tes
dapat dilihat dari penilaian ahli evaluasi, ahli materi, dan ahli bahasa.
Sedangkan kelayakan secara empirik suatu instrumen tes dapat dilihat dari
analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya beda, distraktor untuk
soal pilihan ganda, validitas, reliabilitas dan uji praktisi pendidik.
Pengukuran menggunakan soal yang layak secara teori dan empirik dapat
membantu pendidik untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar dalam
kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam implikasinya,
pembelajaran di sekolah dasar kecamatan Seputih Banyak belum ke arah
pengembangan instrumen berbasis HOTS. Hal itu terjadi karena pendidik
tidak memahami penilaian berbasis HOTS. Sehingga pada akhirnya
instrumen yang dibuat oleh pendidik tidak dapat melatih peserta didik
dalam berpikir tingkat tinggi serta sangat sulit dalam membedakan antara
peserta didik yang bisa dan kurang bisa.
C. Saran
1. Peserta didik
Peserta didik diharapkan dapat berlatih memecahkan suatu
permasalahan, membuat keputusan, berargumen, membuat berbagai
macam solusi dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran
93
dengan demikian peserta didik akan lebih mudah dalam mengerjakan
soal berbasis HOTS.
2. Pendidik
Hasil penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini berupa
instrumen tes berbasis HOTS yang dapat dijadikan referensi pendidik
dalam membuat dan melaksanakan penilaian terhadap peserta didik.
3. Kepala Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian, kepala sekolah diharapkan dapat
meningkatkan mutu dan sarana penunjang untuk mengembangkan
instrumen tes untuk peserta didik di sekolahnya. Sekolah juga
seharusnya memiliki bank-bank soal yang layak dan berkualitas,
sehingga soal yang dibuat dapat memberi umpan balik terhadap proses
pembelajaran dan mampu menghasilkan output yang lebih baik.
4. Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya untuk
dapat mengembangkan instrumen tes berbasis HOTS di sekolah dasar.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ridwan Sani. 2016. Penilaian Autentik. Bumi Aksara, Jakarta.
Abdurrahim. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk
Meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Pembelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) di Madrasah Aliyah Kota Bima. (Tesis). Jurusan
Pengembangan Kurikulum SPS UPI.
Abosalem, Yousef. 2016. Assessment Techniques and Students Higher-Order
Thinking Skills. International Journal of Secondary Education, 4 (1): 1-
11.
Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning.
Prenada Media Group, Jakarta.
Andrian F. 2018. Development of Instrument Test on Mathematical Literature
Learning in Elementary School. Journal of Education and Practice,
9(23): 1-9.
Anwar, Syafri. 2009. Penilian Berbasis Kompetensi. UNP Press, Padang.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,
Jakarta.
.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Budiman. A. & Jailani. 2014. Pengembangan Instrumen Asesmen Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Pada Mata Pelajaran Matematika Smp Kelas VIII
Semester 1. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 1(2): 139-151.
Brookhart, Susan M. 2010. How to Assess Higher Order Thinking Skills in Your
Classrooom. Massachusetts: ASCD.
Conklin, W. 2012. Higher order thinking skills to develop 21st century
learners. Huntington Beach, CA: Shell Education Publishing, Inc.
Depdiknas, 2003. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Depdiknas RI, Jakarta.
95
. 2013. Undang-Undang No 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Depdiknas RI, Jakarta.
Depdiknas. 2008. Panduan Penilaian Berbasis Kelas. Depdiknas, Jakarta.
Fanani. Moh. Zainal. 2018. Strategi Pengembangan Soal Higher Order Thinking
Skill (HOTS) dalam Kurikulum 2013. Journal of Islamic Religious
Education. 2(1): 57-76.
Fitriani. et.al. 2018. Pengembangan Instrumen Tes Higher-Order Thinking Skill
pada Pembelajaran Tematik berbasis Outdoor Learning di SD. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 5(1) : 252-262.
Hanifah, Nurdinah. 2019. Pengembangan instrumen penilaian Higher Order
Thinking Skill (HOTS) di sekolah dasar. Current Research in Education:
Conference Series Journal. 1(1): 1-8.
Hendriana, H dan Soemarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika.
Refika Aditama, Bandung.
Jaya. M.Thoha.B.S. 2018. Metodologi Penelitian Sosial dan Humaniora. CV.
Anugrah Utama Raharja, Bandar Lampung.
Kamarudin. dkk. 2016. Inculcation of Higer Order Thinking Skills (HOTS) in
Arabic Language Teaching at Malaysian Primary School. Creative
Education Journal. Vol. 7 : 307-3014. Scientific Research Publishing Inc.
Kemendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud, Jakarta.
. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 67
Tahun 2013. Depdiknas RI, Jakarta.
. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 81a
Tahun 2013. Depdiknas RI, Jakarta.
. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 . Pusat
Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan,
Jakarta.
.2014. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 104
Tahun 2014. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta
.2016. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 22
Tahun 2016. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta
.2016. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 23
Tahun 2016. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta
.2016. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 24
Tahun 2016. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta
.2016. Panduan Penilaian untuk SD. Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan, Jakarta
96
.2018. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomer 37
Tahun 2018. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta
Kurniasih, Imas & Berlin S. 2014. RPP. Kata Pena, Yogyakarta.
Kusaeri. 2014. Acuan dan Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar dalam
Kurikulum 2013. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
Majid. Abdul. 2017. Pembelajaran Tematik Terpadu. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Mangiante, Elaine Silva. 2013. Planning Science Instruction for Critical Thinking:
Two Urban Elementary Teachers’ Responses to a State Science
Assessment. Journal Education Science, Vol 3: 222-258.
www.mdpi.com/journal/ education.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Mitra
Cendekia, Yogyakarta.
Mohammed, Gulistan Saido., et.al. 2015. Higher Order Thinking Skills Among
Secondary School Students in Science Learning. The Malaysian Online
Journal of Educational Science, Vol 3 (3): 13-20.
Mulyasa, H. E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Muzmairoh, M. L. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Kata Pena, Jakarta.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Nopia. dkk. 2016. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar pada Materi Daur Air.
Jurnal Pena Ilmiah. Vol. 1(1): 641-650.
Novitasari. N. Dkk. 2015. Measuring Problem Solving Skills of High School
Students on Biology. Jurnal Biologi Edukasi. 7(21): 1-6.
Nugroho, Arifin. R. 2018. Higer Order Thinking Skills. Gramedia Widyasarana,
Jakarta.
OECD. 2016. PISA Assessment and Analytical Framework: Science, Reading,
Mathematic and Financial Literacy. OECD Publishing, Paris.
Pratiwi. dkk. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian HOTS Berbasis Kurikulum
2013 Terhadap Sikap Disiplin. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA.
Vol 1(1): 123-142.
Purnomo, Edy. 2016. Dasar-Dasar dan Perancangan Evaluasi Pembelajaran.
Media Akademi, Yogyakarta.
Purwanti, Endang. et.,al. 2008. Bahan Ajar Cetak Asesmen Pembelajaran SD.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional,
Bandung.
97
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Resnick, L. B. (1987). Education and learning to think. Washington, D.C,
National Academy Press.
Rofiah, Emi., Nonoh Siti Aminah dan Elvin Yusliana Ekawati. 2013. Penyusunan
Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa
SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol 1 (2): 17-22.
Rosidin. Undang. 2016. Penilaian Otentik. Media Akademi, Yogjakarta.
Rubin, Jim & Manikya, Rajakaruna. 2015. Teaching and Assessing Higher Order
Thinking in the Mathematics Classroom with Clickers. International
Society of Educational Research, 10 (1): 37-51.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Rajawali Pers, Jakarta.
Samritin & Suryanto. 2016. Developing An Assessment Instrument Of Junior High
School Students’ Higher Order Thinking Skills In Mathematics. Research
and Evaluation in Education. Vol. 2(1):92-107.
Sani, Ridwan Abdulah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Bumi Aksara, Jakarta.
Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Kencana, Jakarta.
Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pers, Jakarta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Belajar dan Proses Belajar Mengajar.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
.2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatif, dan R&D.
ALFABETA, Bandung.
.2014. Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatif, dan R&D.
ALFABETA, Bandung.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI, Bandung.
Sunarti dan Rahmawati, Selly. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Andi,
Yogyakarta.
Suryana. Y. 2015. Kompetensi Pedagogik. AZ-ZAHRA, Jakarta.
Suryanto. dkk. 2011. Penilaian di Sekolah Dasar. Universitas Terbuka, Tangerang
Selatan.
Thompson, Tony. 2014. An Analysis of Higher-Order Thinking on Algebra I End-
of Course Tests. Research Gate. (252). 328-9358.
98
To, Karno. 2003. Mengenal Analisis Tes. Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan FIP UPI, Bandung.
Wahyuni. S. & Ibrahim A. S. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Refika
Aditama, Bandung.
Wardany, K., Sajidan, & Murni R. 2015. Penyusunan Instrumen Tes Higher
Order Thinking Skill Pada Materi Ekosistem SMA Kelas X. Seminar
Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS 2015. Hal 538-543.
Wardany. K. 2018. Kelayakan Instrumen Pengembangan Penilaian Higher Order
Thinking Skills Siswa SMA pada Materi Ekosistem. Jurnal Pendidikan
Sains. 6(2): 21-31.
Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS). Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta
Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. GP Press
Group, Jakarta.