-
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI
KONTEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
(Tesis)
Oleh
IMAS SETIANA ESTI GALIH
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
http://www.kvisoft.com/pdf-merger/
-
Imas Setiana Esti Galih
ii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI
KONTEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Oleh
Imas Setiana Esti Galih
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar lembar kerja siswa
berbasis analogi konten untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di
SMA. Penelitian menggunakan jenis penelitian R&D dengan model
pengembangan Borg & Gall. Instrumen yang digunakan menggunakan kuesioner
dan tes kognitif. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data review ahli,
sedangkan tes kognitif digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan berpikir
kritis siswa. Hasil validasi ahli menurut para ahli dari segi materi atau isi terhadap
LKS fisika berbasis analogi konten mendapat nilai 83,5%. Kemudian hasil
validasi ahli desain atau konstruksi terhadap LKS fisika berbasis analogi konten
mendapat nilai 95%. Oleh sebab itu LKS fisika berbasis analogi konten dari aspek
isi dan konstruksi memiliki kriteria valid dan layak digunakan. Kepraktisan
terhadap LKS fisika berbasis analogi konten mendapat respon positif dari siswa
dengan skor 89%. Hasil uji N-Gain kemampuan berpikir kritis siswa di kelas
eksperimen sebesar 0,6 dengan kategori cukup efektif lebih tinggi dari kelas
-
Imas Setiana Esti Galih
iii
kontrol sebesar 0,2 dengan kategori kurang efektif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran LKS berbasis analogi konten efektif meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa SMA.
Kata Kunci: Bahan ajar, LKS fisika, Analogi Konten.
-
Imas Setiana Esti Galih
iv
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEETS BASED ON ANALOGY
CONTENT IN PHYSICAL LEARNING TO IMPROVE ABILITY
CRITICAL THINKING OF HIGH SCHOOL STUDENTS
By
Imas Setiana Esti Galih
This study aims to develop students worksheets based on content analogy to
improve students' critical thinking skills in high school. The study used a type of
R&D research with the Borg & Gall development model. The instrument used
was a questionnaire and cognitive test. Questionnaires used to collect expert
review data, while cognitive tests used to collect students' critical thinking skills
data. The results of expert validation according to experts in terms of material or
content to the analogy-based physics worksheets content got a value of 83.5%.
Then the result of the validation of the design or construction expert on the
analogy-based physics worksheets content gets a value of 95%. Therefore
worksheets physics based analogy of content from the aspect of content and
construction has valid criteria and is suitable for use. Practicality towards
worksheets physics based analogy of content gets a positive response from
students with a score of 89%. N-Gain test results of students' critical thinking
skills in the experimental class by 0.6 with a quite effective category higher than
-
Imas Setiana Esti Galih
v
the control class of 0.2 with the less effective category. The results showed that
the content analogy based worksheets learning was effective in increasing the
critical thinking skills of high school students.
Keywords: Teaching materials, physics student worksheets, Content Analogy.
-
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS ANALOGI
KONTEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Oleh
Imas Setiana Esti Galih
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Baradatu, Way Kanan pada tanggal 23 Januari 1992. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara sebagai putri dari pasangan Bapak
Riyadi dan Ibu Susilowati. Adapun kedua adik penulis, yaitu Waskita Nuidar
Inayati dan Muchlas Al Ma’ruf.
Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1997 di TK Islam Setianegara
Way Kanan diselesaikan tahun 1998, SD Negeri 1 Setianegara Baradatu Way
Kanan diselesaikan tahun 2004, SMP Negeri 1 Baradatu Way Kanan diselesaikan
tahun 2007, SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Lampung Utara diselesaikan tahun
2010, dan Pendidikan Fisika di Universitas Lampung diselasaikan 2014. Pada
tahun yang sama penulis bekerja sebagai pengajar di SMPN 4 Baradatu dan SMK
YP 17 Baradatu selama 4 tahun.
Pada tahun 2015 penulis melanjutkan penddikan di Program Studi Magister
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan di Universitas Lampung. Maret 2017 penulis menikah dengan Titis
Karno Anggoro Wijaya dan dikaruniai seorang putra bernama Aizar Nahiz Zahin
Wijaya.
-
v
MOTTO
Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan ?
(Q. S Ar – Rahman, ayat 13)
Kesuksesanmu bergantung dari doa & kerja kerasmu..
Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar
(Q. S Ar Rum, ayat 60)
-
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayang kepada
keluarga penulis.
Bapak (Riyadi) dan Mamak (Susilowati) tercinta yang telah membesarkan,
mendidik, mencurahkan kasih saying, dan selalu mendoakan kebahagiaan dan
keberhasilan penulis.
Suami (Titis Karno Anggoro Wijaya) dan ananda (Aizar Nahiz Zahin Wijaya)
yang selalu sabar mendampingi, mendukung dan mendoakan serta memberikan
cinta kasih dan sayangnya, kalian adalah semangat bagi penulis.
Bapak (Mindar) dan Ibu (Siti) mertua tercinta yang telah memberikan dukungan
dan selalu mendoakan keberhasilan penulis.
Adik penulis Waskita dan Muchlas yang saat ini berjuang dalam meraih
kesuksesan di almamater yang sama.
Keluarga besar dan sahabat yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu
keberhasilan penulis.
Para pendidik yang penulis hormati.
Almamater tercinta.
Jazzakumullah khoiron katsiran atas semuanya.
-
xiii
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis ungkapkan rasa syukur kepada Allah
SWT, atas limpahan rahmat-Nya penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Sholawat
beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya dan yang kita harapakan sayfa’at kelak
di hari kiamat. Amin
Tesis dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika
SMA Berbasis Analogi Konten pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Kamampuan Berpikir Kritis Siswa SMA” adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unversitas Lampung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung,
2. Bapak Prof. Drs. Mustofa Usman, M.A., PhD., Selaku Direktur Pascasarjana
FKIP Unila;
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung, beserta staf dan jajarannya;
4. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Prodi Magister
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lampung dan selaku dosen ahli yang
-
xiv
meluangkan waktunya untuk menilai validitas LKS yang saya kembangkan,
terimakasihatas saran-saran sehingga menjadi perbaikan tesis ini.
5. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
pembimbing I dalam penulisan tesis, terimakasih atas bimbingannya,
motivasi, waktu dan pemikirannya sehingga dapat terselesaikannya tesis ini
dengan baik.
6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II dalam
penulisan tesis ini, terimakasih atas saran-saran, motivasi, dan waktu yang
diberikan untuk penyelesaian tugas akhir ini.
7. Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku tim penguji, dosen pembahas tesis, dan
dosen ahli materi terimakasih atas saran-saran dan waktunya demi perbaikan
tesis ini menjadi lebih baik.
8. Ibu Dr. Kartini Herlina, M.Si., selaku penguji 2 yang banyak memberikan
kritik dan masukan yang bersifat positif dan kontruktif, terimakasih atas saran
dan waktunya demi perbaikan tesis ini menjadi lebih baik.
9. Bapak dan Ibu dosen di Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika
FKIP Unila, yang telah memberikan ilmu pengetahuannya serta membuka
wawasan kependidikan kepada saya. Serta kepada seluruh staf dan Tenaga
kependidikan di FKIP Unila, terimaksih atas pelayanan dan bantuannya
dalam urusan akademik.
10. Bapak Parmin, S.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Baradatu Way Kanan yang
telah memberikan izin penelitian dan bantuanya untuk keperluan penelitian
ini.
-
xv
11. Rekan-rekan seperjuangan angkatan tahun 2015: Lutfi, Ulil, Asih, Mbak
Erlida, Yudha, Kak Iwan, Mba Tuti, Mba Mela, Novinta, Kak Saiful, Kak
Ferico dan Kak Bayu di Program Pascasarjana Magister Pendidikan Fisika
FKIP Unila yang senantiasa memberikan motivasi dan saling berbagi cerita
baik canda-tawa maupun susah-senang, semoga kenangan kita tercatat
sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik doa, waktu,
tenaga, dan pikirannya demi terselesaikannya tesis ini.
Semoga segala kebaikan, bantuan, dukungan, doa, waktu, tenaga, dan
pemikirannya yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan pahala dan
berkah dari Allah SWT. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat baik bagi
pembaca dan praktisi pendidikan. Amin
Bandar Lampung, Agustus 2019
Imas Setiana Esti Galih
-
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .......................................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................................. ii
COVER DALAM ...................................................................................................... vi
MENYETUJUI .......................................................................................................... vii
MENGESAHKAN .................................................................................................... viii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... ix
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... x
MOTTO ....................................................................................................................... xi
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... xii
SANWACANA ........................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xxi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 9 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 11 E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa ............................................................................ 13 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa sebagai Bahan Ajar ...................... 13 2. Komponen Lembar Kerja Siswa...................................................... 15 3. Tujuan Lembar Kerja Siswa ............................................................ 16 4. Fungsi Lembar Kerja Siswa ............................................................ 17 5. Langkah-Langkah Lembar Kerja Siswa .......................................... 18
B. Penalaran Analogi ................................................................................ 20 1. Pengertian Analogi .......................................................................... 20 2. Tipe Penalaran Analogi ................................................................... 24 3. Komponen Penalaran Analogi ......................................................... 25 4. Kelebihan Analogi ........................................................................... 30 5. Contoh Analogi ............................................................................... 32
-
xvii
C. Model Inkuiri (Inquiri) ....................................................................... 34 1. Pengertian Inkuiri .......................................................................... 34 2. Karakteristik Inkuiri ...................................................................... 36 3. Komponen Inkuiri ......................................................................... 37 4. Langkah-langkah Model Inkuiri .................................................... 37 5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri .................................. 39
D. Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................... 40 1. Macam-Macam Kemampuan Berpikir ......................................... 41 2. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ........................................ 42 3. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kritis .................................... 43 4. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ........................................... 45
E. Teori Belajar yang Mendukung Pengembangan Produk .................... 48 F. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 51
III.METODE PENELITIAN
A. Desain Pengembangan ......................................................................... 55 B. Subjek Penelitian ................................................................................. 59 C. Sumber Data ........................................................................................ 59 D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 60
1. Angket Analisis Kebutuhan ........................................................... 60 2. Angket Instrumen Kepraktisan LKS ............................................. 60 3. Lembar Penilaian Keefektivan LKS .............................................. 61
E. Analisis Instrumen Penelitian .............................................................. 62 1. Validitas ........................................................................................ 62 2. Reliabilitas ..................................................................................... 62
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 63 1. Teknik Kuisioner atau Angket ...................................................... 63 2. Teknik Tes ..................................................................................... 63
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 64 1. Kevalidan ...................................................................................... 64 2. Analisis Statistik ............................................................................ 67
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 69 1. Analisis Kebutuhan ....................................................................... 69 2. Perencanaan Produk dan Desain ................................................... 72 3. Pengembangan Draft Produk ........................................................ 74
a. Analisis Konten ........................................................................ 74 b. Penyusunan LKS ...................................................................... 74
4. Uji Lapangan Awal ....................................................................... 81 a. Validasi Isi ............................................................................... 82 b. Validasi Konstruksi .................................................................. 83
5. Revisi Produk ................................................................................ 84 6. Uji Lapangan Besar ....................................................................... 88 7. Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 90
a. Gain Hasil Belajar .................................................................... 90 b. Hasil Uji Normalitas ................................................................. 91
-
xviii
c. Hasil Uji Beda .......................................................................... 91 B. Pembahasan........................................................................................ 93
1. Kevalidan LKS Fisika Berbasis Analogi Konten .......................... 94 2. Kepraktisan LKS Fisika Berbasis Analogi Konten ....................... 96 3. Keefektifan LKS Fisika Berbasis Analogi Konten ....................... 98 4. Kendala dan Keterbatasan Penelitian ............................................ 101
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 103 B. Saran .................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskriptor Komponen Penalaran Analogi ................................................ 27 2. Analogi Planet dengan Atom .................................................................... 33 3. Perbandingan Analogi dalam Fisika ......................................................... 33 4. Indikator Model Inkuiri ............................................................................. 38 5. Kriteria & Indikator Kemampuan Berpikir Kritis..................................... 46 6. Rumusan Berpikir Kritis ........................................................................... 47 7. Desain Pretest-Posttest ............................................................................. 57 8. Indeks Reliabilitas ..................................................................................... 63 9. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ................................................. 64 10. Kriteria Tingkat Kevalidan ....................................................................... 65 11. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas ................... 66 12. Persentase Kelayakan Bahan Ajar ............................................................ 66 13. Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya .......................... 68 14. Hasil Analisis Kebutuhan ......................................................................... 71 15. Penyusunan Konten pada LKS ................................................................. 75 16. Hasil Validasi oleh Ahli Isi ....................................................................... 82 17. Hasil Validasi oleh Ahli Konstruksi ......................................................... 83 18. Hasil Rekomendasi Perbaikan oleh Para Ahli .......................................... 85 19. Hasil N Gain ............................................................................................ 90 20. Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 91 21. Hasil Uji Beda ........................................................................................... 92
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Interaksi Aspek-aspek Pembelajaran ...................................................... 13 2. Hirarki Berpikir ....................................................................................... 20 3. Penalaran dengan Analogi dalam Memecahkan Masalah....................... 26 4. Model dari Analogi serta Pemetaannya .................................................. 30 5. Alur Kerangka Berpikir Pengembangan ................................................. 53 6. Flow Chart Penelitian ............................................................................. 58 7. Alur Pelaksanaan Penelitian.................................................................... 70 8. Pertanyaan Pengantar pada LKS ............................................................. 76 9. Materi Pengantar .................................................................................... 77 10. Tabel Gerak Rotasi dan Gerak Translasi ................................................ 78 11. Analogi Konsep dan Analogi Target serta Hubungannya ...................... 79 12. Menganalogikan Soal Gerak Translasi ke Gerak Rotasi ........................ 80 13. Soal Penutup pada LKS .......................................................................... 81 14. Diagram Validasi .................................................................................... 84 15. Grafik Respon Siswa terhadap Kepraktisan LKS ................................... 89 16. Rata-rata Hasil Pretest dan Posttest ........................................................ 93
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Angket Guru .............................................................. 117 2. Angket Analisis Kebutuhan Guru ............................................................ 118 3. Kisi-kisi Instrumen Angket Siswa ............................................................ 122 4. Angket Analisis Kebutuhan Siswa ............................................................ 123 5. Hasil Analisis Kebutuhan Guru ................................................................ 125 6. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ............................................................... 129 7. Kisi-kisi Lembar Penilaian Ahli Materi .................................................... 131 8. Angket Validasi Ahli Materi .................................................................... 132 9. Kisi-kisi Lembar Penilaian Ahli desain .................................................... 137 10. Angket Validasi Ahli Desain .................................................................... 138 11. Rekapitulasi Validasi Ahli Desain ............................................................ 142 12. Rekapitulasi Validasi Ahli Materi............................................................. 145 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................................... 148 14. Soal Pretest &Posstest .............................................................................. 153 15. Kunci Jawaban Pretest dan Posttest ......................................................... 158 16. Validitas Isi Pretest& Posstest .................................................................. 159 17. Reliabilitas Pretest dan Posttest ................................................................ 173 18. Kisi-kisi Angket Respon Siswa ................................................................ 175 19. Angket Respon Siswa ............................................................................... 176 20. Hasil Kepraktisan Produk ......................................................................... 178 21. Hasil Pretest Posttest ................................................................................ 184 22. Hasil N Gain ............................................................................................. 186 23. Uji Normalitas ........................................................................................... 188 24. Uji Beda .................................................................................................... 189 25. Foto Penelitian ......................................................................................... 190
-
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, kurikulum sudah berganti beberapa kali.
Mulai dari kurikulum 1947 hingga kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan
perbaikan dari kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP. Kurikulum 2013
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.
Melalui kurikulum 2013, siswa diharapkan memiliki kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih lebih kreatif, inovatif, dan lebih
produktif, sehingga dapat menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di
zamannya, dan memasuki masa depan yang lebih baik.
Pada kurikulum 2013 ini guru sebagai pendidik dituntut untuk lebih meningkatkan
kinerjanya. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari pendidik ini sangat
diperlukan agar dapat melaksanakan kurikulum 2013 sesuai dengan amanat
kurikulum. Guru selaku pendidik merupakan faktor penting dalam keberhasilan
dari tujuan kurikulum 2013, dan penentu dari keberhasilan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, guru harus selalu berupaya untuk menyelenggarakan proses
belajar yang berkualitas agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang
maksimal (Gunawan, 2013).
-
2
Pada kurikulum 2013 ini siswa dituntut untuk memiliki empat kemampuan, salah
satunya yakni kemampuan berpikir kritis. Menurut Syah, Haryani & Wijayanti
(2016) kemampuan berpikir kritis mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam membangun kecakapan mental siswa dalam menghadapi permasalahannya.
Berkaitan dengan pembelajaran sains khusunya fisika, siswa tidak hanya dituntut
untuk paham pada konsep semata, namun lebih jauh siswa dapat memiliki
kemampuan berpikir kritis. Adapun kemampuan tersebut sangat penting
dikembangkan, karena akan mengarahkan pola bertindak setiap individu dalam
masyarakatnya kelak (Carlgren, 2013; Tiruneh et al., 2014).
Pembelajaran fisika pada hakikatnya merupakan suatu proses belajar fisika,
dimana pembelajaran fisika lebih menekankan pada keterampilan proses sehingga
siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori, dan sikap
ilmiah yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas hasil belajar siswa. Dalam
pembelajaran fisika, proses membangun sendiri pengetahuan bagi siswa amat
penting. Siswa hanya akan mengerti dengan sungguh-sungguh dan mempunyai
kompetisi dalam bidang fisika yang digeluti bila siswa sendiri yang dapat aktif
belajar, mengolah, mencerna, dan merumuskannya dipikirannya sendiri (Suparno,
2013), tanpa ada keterlibatan, siswa cenderung tidak termotivasi atau terinspirasi
oleh sains (Abdurrahman, 2015).
Pembelajaran fisika memiliki tujuan diantaranya mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan dan sekitarnya.
Pembelajaran fisika pada siswa diharapkan tidak hanya untuk menguasai konsep
tetapi juga menerapkan konsep yang telah mereka pahami dalam penyelesaian
-
3
masalah fisika. Menurut Prince & Felder (2007), pembelajaran berbasis masalah
dapat lebih efektif daripada pengajaran sains tradisional dalam meningkatkan
prestasi akademik dan pengembangan pemikiran, pemecahan masalah, dan
keterampilan laboratorium. Namun, pembelajaran dalam kelas cenderung
menekankan pada penguasaan konsep dan mengesampingkan kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa (Heolwarth, Moelter, RDA, 2005).
Pada pembelajaran fisika, kemampuan menyelesaikan masalah siswa masih
tergolong rendah. Ketika siswa dihadapkan pada masalah atau mengerjakan soal,
siswa cenderung menggunakan persamaan matematis sebagai jalan keluar
menyelsaikan masalah, tanpa analisis terlebih dahulu, dan menebak rumus yang
digunakan serta menghafal contoh soal yang telah dikerjakan untuk mengerjakan
soal-soal lain. Oleh sebab itu siswa mengalami kesulitan bila dihadapkan pada
masalah yang lebih kompleks. Siswa mampu menyelesaikan permasalahan
kuantitatif sederhana namun kurang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang lebih kompleks (Redish, 2005). Siswa mengalami kesulitan karena
strategi yang diajarkan dalam pembelajaran hanya untuk menyelesaikan masalah
yang membutuhkan perhitungan matematis semata (Ogilvie, 2009).
Pembelajaran fisika di kelas masih berorientasi pada menghafal rumus dan
konsep, dan tidak memberikan makna yang berarti bagi siswa. Padahal, salah satu
tujuan pembelajaran fisika adalah menciptakan manusia yang dapat memecahkan
masalah kompleks dengan cara menerapkan pengetahuan dan pemahaman mereka
pada situasi sehari-hari (Walsh, Howard, & Bowe (2007). Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kesulitan pemecahan masalah siswa. Menurut Ikhwanuddin
-
4
& Purwantoro (2010), kesulitan pemecahan masalah disebabkan oleh pemahaman
yang lemah tentang prinsip dan aturan fisika, kekurangan dalam memahami soal,
dan tidak cukup motivasi dari siswa.
Pengetahuan fisika harus dipahami dengan cara sedemikian rupa sehingga
memungkinkannya untuk digunakan dalam pemecahan masalah (Mustafa, 2006).
Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam memecahkan masalah maka
dibutuhkan suatu bahan ajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif dalam pembelajaran seperti halnya memecahkan masalah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat membantu siswa dalam
memecahkan masalah dengan melatih siswa dalam mengidentifikasi masalah
kemudian menerapkan konsep yang sesuai untuk memecahkan masalah secara
sistematis (Yeung, 2010; Neo & Neo, 2005). Pembelajaran berbasis masalah juga
melatih siswa untuk menentukan strategi pemecahan masalah (Lozano et al, 2015)
kemudian menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang relevan sesuai dengan
masalah yang akan diselesaikan (Kumar & Refaei, 2013). Dalam menyelsaikan
masalah yang ada, kemampuan berpikir sangat diperlukan di samping kemampuan
berhitung, kemampuan manipulasi dan observasi, kemampuan komunikasi, serta
kemampuan merespon suatu masalah secara kritis. Oleh sebab itu kemampuan
berpikir kritis siswa harus dilatih untuk mengembangkan olah pikir siswa dengan
cara merangsang cara berpikir mereka dalam menyelesaikan masalah untuk
membangun suatu konsep (Nasir, Harjono & Sridana, 2015).
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di 3 SMA di Baradatu
Kabupaten Way Kanan menyatakan bahwa; Pertama, proses pembelajaran yang
-
5
berlangsung belum merangsang siswa untuk berpikir kritis, proses pembelajaran
yang dilakukan oleh 5 guru menggunakan metode ceramah dan latihan soal saja, 5
guru masih sering menerapkan pembelajaran konvensional dalam menyampaikan
materi fisika yang sulit, dan 5 guru tidak membuat LKS sendiri untuk kegiatan
belajar. Kedua, sebanyak 76% siswa mengaku mereka sering mengalami kesulitan
dalam memahami pembelajaran fisika karena konsepnya yang sulit dipahami, dan
sebanyak 80% siswa setuju bahwa mereka harus membuka catatan karena tidak
paham mana rumus yang harus digunakan dalam menyelsaikan soal. Mereka ingin
rumus dalam pembelajaran fisika ditampilkan dengan cara yang lebih sederhana
agar dapat memahami konsep fisika dengan baik.
Sebanyak 3 guru mengalami kesulitan dalam membuat sendiri bahan ajar seperti
LKS dalam pembelajaran fisika. LKS yang digunakan oleh guru masih berbasis
konvensioanal dengan materi yang sangat minim dan belum dapat
mengembangkan aktivitas siswa secara maksimal. Kegiatan dalam LKS
kebanyakan memindahkan jawaban dari materi yang ada di awal halaman
sehingga siswa cenderung pasif dalam pembelajaran dan selama pembelajaran
tersebut tidak melatih kemampuan berpikir kritis siswa dan tidak meningkatkan
minat siswa untuk mencari infomasi baru yang berkaitan dengan materi. Dengan
pembelajaran semacam ini, pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi tidak
berbekas dan kurang melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga proses
pembelajaran menjadi tidak konseptual dan bermakna. Pembelajaran tersebut juga
belum sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, yaitu pembelajaran menggunakan
pendekatan student centre dan peran guru sebagai fasilitator. Selain itu tuntutan
-
6
kompetensi dasar yang belum terpenuhi menjadi salah satu masalah yang harus
dipecahkan oleh guru, salah satunya adalah materi gerak rotasi.
Tuntutan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada materi gerak rotasi adalah
menerapkan hingga membuat karya mengenai konsep rotasi. Namun pada
kenyataanya kompetensi dasar tersebut belum terpenuhi. Ada beberapa alasan
yang mendasari hal tersebut. Pertama: hasil observasi menunjukkan 88% siswa
menyatakan materi gerak rotasi cukup sulit dipahami. Hal ini didukung penelitian
yang dilakukan Remoldini & Singh, (2005); Ian, (2011) menyatakan bahwa salah
satu materi fisika yang menjadi kesulitan siswa adalah konsep dinamika rotasi.
Escudero, Moreira, & Caballero (2009) mengatakan bahwa kesulitan siswa
tentang konsep rotasi terletak pada peranan moment inersia terhadap energi rotasi,
dan pengaruh torsi terhadap percepatan sudut. Selanjutnya dalam penelitian
Supriyanto, Djudin & Tiur (2014), siswa masih mengalami kesulitan dalam
memahami konsep gerak rotasi dan siswa mengalami miskonsepsi pada materi
tersebut. Selanjutnya penelitian Amnirullah (2015), secara umum kesulitan yang
dialami siswa yaitu pada topik pembahasan rotasi dan momentum sudut, yang
dipengaruhi oleh penguasaan konsep pada gerak linier dan kesulitan siswa dalam
memahami besaran baru yang terdapat pada gerak rotasi. Kedua: sebanyak 5 guru
menyatakan kurangnya alokasi waktu untuk membelajarkan materi secara mantap
serta mengkaji penerapannya dalam kehidupan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka solusi yang diberikan adalah dengan
mengembangkan bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS dipilih
karena LKS dapat membantu siswa untuk melatih kemampuan proses ilmiah dan
-
7
memberikan dampak positif terhadap kemampuan proses ilmiah siswa dalam
pelajaran (Putri & Widiatmoko, 2013). Astuti & Setiawan (2013) juga
mengungkapkan bahwa LKS dapat meningkatkan kemampuan proses siswa.
Kemudian Pratiwy, Novia & Amali (2014) mengungkapkan bahwa LKS dapat
membantu meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa.
Karakteristik LKS adalah siswa dapat secara mandiri melakukan aktivitas belajar.
Dengan lembar kerja siswa dapat belajar dalam menerapkan apa yang telah
mereka pelajari (Kibara, 2010). Pembelajaran menggunakan LKS juga efektif
dalam meningkatkan hasil belajar pengetahuan, sikap dan kemampuan siswa
dalam proses pembelajaran (Annafi, 2015). Pemberian LKS yang banyak memuat
tentang fenomena konsep dan ditambah dengan latihan-latihan soal yang
bertingkat akan memudahkan siswa dalam mengasah kemampuan analisis siswa,
sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa (Yildirim et al., 2011;
Kim, 2012; Chukwuyenum, 2013). Mengingat pentingnya LKS sebagai bahan ajar
yang dapat melatih kemampuan siswa maka perlu adanya inovasi berupa format
LKS yang dapat membimbing siswa untuk memahami konsep,dan membantu
siswa dalam mengembangkan konsep yang sedang dipelajari. LKS berbasis
analogi konten merupakan pilihan tepat untuk pembelajaran fisika karena
memberi peluang besar kepada siswa untuk belajar lebih kritis dalam memahami
konsep fisika dan diharapkan dapat menggantikan LKS konvensional.
LKS berbasis analogi konten dirancang dengan uraian materi, contoh soal dan
latihan soal yang harus dikerjakan siswa sehingga memberi kesempatan kepada
siswa melatih kemampuan berpikir kritis dalam menyelsaikan persoalan yang ada.
-
8
Jadi proses pembelajaran berpusat pada siswa, mereka dituntun untuk
mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapat dari hasil pengamatan tersebut,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan sumber belajar. Dalam
pendekatan konstruktivis, pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan
oleh siswa, sedangkan guru hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk
membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk
memindahkan pengetahuan (Suparno, 1997).
Pemilihan analogi sebagai dasar dalam LKS karena analogi merupakan alat
representasi yang dapat membantu siswa dalam melatih kemampuan berpikir
kritis siswa pada pembelajaran fisika. Sebagaimana yang diungkapkan Jonane
(2015), bahwa pemikiran analogi mendukung pengembangan keterampilan
berpikir siswa. Melalui representasi analogi, siswa dapat mengembangkan dan
mengoptimalkan keterampilan berpikir mereka dengan membangun pengetahuan
(Rahmawati, 2017). Fikri, Wiyanto & Susilo (2012) juga mengungkapkan bahwa
analogi dapat membantu siswa memvisualisasikan konsep-konsep abstrak,
mengatur pemikiran mereka tentang suatu topik tertentu, dan belajar topik
bermakna. Selain sebagai alat yang berfokus pada konsep yang abstrak, analogi
merupakan alat berfikir yang ampuh untuk menghasilkan ide-ide baru (Kim &
Horii, 2015).
Analogi memainkan peran penting dalam sains, sebagaimana Duit, Komorek &
Wilbers (2001) menjelaskan bahwa analogi dapat menjadi alat yang ampuh untuk
membimbing siswa dari konsepsi pra-instruksional mereka ke konsep sains. Disisi
lain, penggunaan analogi dalam pembelajaran fisika perlu mendapat perhatian
-
9
khusus dari guru agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian konsep yang
rumit (Chiu & Lin, 2005; Oliva, 2005; Podolefsky & Finkelstein, 2006). Oleh
sebab itu penggunaan analogi dalam LKS yang dikembangkan menggunakan
model inkuiri sebagai wadah dalam melatih kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran fisika. Melalui model pembelajaran inkuiri yang ada pada LKS
berbasis analogi konten ini, siswa belajar bukan dengan cara mengingat materi
yang disampaikan guru, melainkan hasil mencari dan menemukan sehingga lebih
mudah tertanam dalam pikiran mereka.
Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti melakukan penelitian terhadap LKS
fisika berbasis analogi konten yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dan menumbuhkan sikap positif siswa terhadap penggunaan LKS,
serta dapat menjadi alternatif pembelajaran yang menarik dan dapat dipelajari
dengan mudah oleh siswa SMA.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah diperlukannya LKS berbasis
analogi konten pada pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa SMA. Adapun pertanyaan penelitian terdiri atas:
1. Bagaimana kevalidan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten
dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa SMA?
-
10
2. Bagaimana kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten
dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa SMA?
3. Bagaimana keefektivan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten
dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa SMA?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kevalidan dari Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten
dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa SMA.
2. Mendeskripsikan kepraktisan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi
konten dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa SMA.
3. Mendeskripsikan keefektivan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi
konten dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa SMA.
-
11
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pemanfaatan ini diantaranya:
1. Bagi siswa
a. Menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis analogi konten dalam
pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
SMA.
b. Memberikan pengalaman yang berbeda.
c. Tersedianya bahan ajar yang bervariasi bagi siswa sehingga dapat memotivasi
siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan efektif dalam proses pembelajaran
untuk mencapai penguasaan kompetensi.
d. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap pelajaran fisika.
2. Bagi guru
a. Mengembangkan kemampuan kreativitas guru dalam mengembangkan bahan
ajar
b. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam keterbatasan bahan ajar pada
pelajaran Fisika
3. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan ilmu dan pengalaman belajar untuk bekal di masa mendatang.
-
12
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan bahan ajar yang tervalidasi
yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model pembelajaran berbasis pada
model pembelajaran analogi.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai alat
atau sarana untuk memperjelas pembelajaran yang berbasis pada model
pembelajaran analogi.
3. Analogi dalam penelitian ini merupakan suatu model yang digunakan di LKS
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
4. Materi pokok yang disajikan dalam pengembangan ini adalah materi Gerak
Rotasi pelajaran Fisika pada siswa kelas XI sesuai standar BSNP.
5. Kemampuan berpikir kritis siswa merupakan kemampuan siswa dalam
berpikir kritis untuk pembentukan konsep sebagai hasil dari suatu interaksi dari
tindak belajar dan tindak mengajar. Indikator kemampuan berpikir kritis yang
ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu siswa dapat mengidentifikasi masalah,
mencari persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi atau menangani
ketidakrelevanan, me-review, dan menerapkan. Kemampuan berpikir kritis
akan diperoleh dari hasil belajar menggunakan LKS fisika berbasis analogi
yaitu hasil posttest siswa.
6. Karakteristik LKS yakni berupa kevalidan, kepraktisan dan keefektifan dalam
pembelajaran.
7. Model pembelajaran menggunakan inquiry learning.
-
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa
1. Pengertian Lembar Kerja Siswa sebagai Bahan Ajar
Bahan ajar menurut Chomsin, Widodo & Jasmadi (2008) merupakan seperangkat
sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode,
batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan
menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai
kompetensi atau sub-kompetensi dengan segala kompleksitasnya. Tujuan dari
penyusunan bahan ajar menurut Majid (2006) adalah (1) membantu siswa dalam
mempelajari sesuatu; (2) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran;
(3) agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; dan (4) menyediakan
berbagai jenis bahan ajar.
Gambar 1. Interaksi Aspek-Aspek Pembelajaran (Abdurrahman, 2015)
Interaksi pada Gambar 1, kita dapat melihat bahwa pada proses pembelajaran,
guru, siswa dan bahan ajar merupakan satu kesatuan untuk tercapainya hasil
pembelajaran yang baik. Bahan ajar menjadi salah satu media pendukung dalam
Guru
Bahan Ajar Siswa
-
14
proses interaksi belajar antara guru dan siswa. Salah satu bahan ajar yang dapat
digunakan adalah LKS.
LKS merupakan lembaran-lembaran berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan yang
harus dikerjakan oleh siswa agar dapat memperluas serta memperdalam
pemahamannya terhadap materi yang dipelajari (Depdiknas, 2008). Sejalan
dengan itu Arafah, Ridlo & Bambang (2012) mengungkapkan bahwa LKS
merupakan acuan dan alat yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. LKS berisi lembar kegiatan siswa dan soal-soal latihan, dan juga
memuat ringkasan materi. Trianto (2011) juga menyatakan LKS adalah panduan
siswa dalam melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Dapat
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun aspek
pembelajaran lain, dalam bentuk panduan eksperimen maupun demonstrasi.
LKS menurut Rohaeti, Widjajanti & Padmaningrum (2009) merupakan salah satu
sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam
kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Kaymakci (2012), dalam
penelitiannya ia mengatakan bahwa lembar kerja siswa merupakan salah satu
bahan yang paling penting untuk mencapai tujuan dalam aktivitas pendidikan.
Pembelajaran pada lembar kerja difokuskan pada pengetahuan dan informasi,
serta mengabaikan komponen penting lainnya dalam pendidikan seperti nilai-nilai
dan kemampuan dari sebuah subjek.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa LKS merupakan salah
satu bahan ajar yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran di kelas,
LKS juga dapat dijadikan alat bantu dalam melaksanakan proses pembelajaran
-
15
dimana LKS dapat digunakan secara mandiri oleh siswa dan dalam
pelaksanaannya LKS dapat digunakan sebagai penunjang dan dapat dimodifikasi
dengan beberapa metode pembelajaran.
2. Komponen Lembar Kerja Siswa
Lembar kegiatan siswa memiliki enam komponen yaitu petunjuk belajar,
kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar
kegiatan, dan evaluasi (Prastowo, 2011). Adapun pengertiannya dijelaskan
sebagai berikut:
a. Petunjuk belajar
Komponen petunjuk belajar berisi langkah bagi guru untuk menyampaikan
bahan ajar kepada siswa dan langkah bagi siswa untuk mempelajari bahan ajar.
b. Kompetensi yang akan dicapai
Bahan ajar berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
pencapaian hasil belajar yang harus dicapai siswa.
c. Informasi pendukung
Informasi pendukung berisi berbagai informasi tambahan yang dapat
melengkapi bahan ajar sehingga siswa semakin mudah untuk menguasai
pengetahuan yang akan diperoleh.
d. Latihan-latihan
Komponen latihan merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada siswa
untuk melatih kemampuan setelah mempelajari bahan ajar.
-
16
e. Lembar kegiatan
Lembar kegiatan adalah beberapa langkah prosedural cara pelaksanaan
kegiatan tertentu yang harus dilakukan siswa berkaitan dengan praktik.
f. Evaluasi
Komponen evaluasi berisi sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada siswa
untuk mengukur kompetensi yang berhasil dikuasai setelah mengikuti proses
pembelajaran.
3. Tujuan Lembar Kerja Siswa
Alternatif tujuan pengemasan materi pembelajaran dalam bentuk LKS menurut
Depdiknas (2008) adalah :
a. LKS membantu siswa untuk menemukan konsep;
b. LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit,
sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat
apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan
menganalisis;
c. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep
yang telah ditemukan;
d. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar;
e. LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku;
f. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku
Tujuan penyusunan dan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut
Prastowo (2011) untuk pembelajaran adalah sebagai berikut:
-
17
a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan
materi yang diberikan;
b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi
yang diberikan;
c. Melatih kemandirian belajar siswa;
d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa;
e. LKS berfungsi sebagai penguatan LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
4. Fungsi Lembar Kerja Siswa
Fungsi dari penyusunan dan penggunaan Lembar Kegiatan Siswa menurut
Prastowo (2011) dalam pembelajaran secara umum adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan siswa;
b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang
diberikan;
c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih;
d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.
Fungsi LKS adalah untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang didapat. Selain itu, LKS berfungsi untuk menuntun siswa berbagai
kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang
bagaimana yang ditumbuhkan pada diri siswa. Berdasarkan fungsi ini maka
kedudukan guru sebagai pengelola proses belajar tidak dapat digantikan oleh
adanya lembar kerja karena keberadaan LKS hanya membantu dalam kemudahan
-
18
dan kelancaran aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi antara
guru dan murid. LKS juga dapat digunakan untuk memancing siswa agar terlibat
aktif dengan materi yang dibahas.
5. Langkah-Langkah Lembar Kerja Siswa
Langkah-langkah dalam membuat LKS sendiri menurut Depdiknas (2008)
membutuhkan pemahaman sendiri. Adapun langkah-langkahnya, yaitu: 1)
menganalisis kurikulum, langkah ini bertujuan untuk mengetahui materi mana
yang memerlukan LKS; 2) menyusun peta kebutuhan LKS, langkah ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dengan mempertimbangkan
sekuensi atau urutan pembuatan LKS; 3) Menentukan judul-judul LKS, judul
LKS berdasarkan kompetensi dasar (KD) pada kurikulum; 4) Penulisan LKS,
penulisan LKS dapat dilakukan dengan perumusan kompetensi dasar yang harus
dikuasai dan penentuan alat penilaian.
Penggunaan lembar kerja siswa memiliki banyak keuntungan, diantaranya
membantu siswa untuk belajar secara lebih mandiri, dan memudahkan guru dalam
proses pembelajaran. Menurut beberapa penelitian, lembar kerja siswa memiliki
banyak pengaruh terhadap siswa, diantaranya terjadi peningkatan hasil belajar
siswa. Sartiyah & Yulianti (2015) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa yang
mendapat pembelajaran menggunakan LKS lebih tinggi daripada siswa yang
mendapat pembelajaran tanpa LKS, LKS juga dapat mengembangkan karakter
siswa khusunya disiplin, jujur, rasa ingin tahu dan komunikatif.
-
19
LKS layak digunakan sebagai panduan belajar dan dapat mengembangkan
karakter serta meningkatkan hasil belajar (Setyorini & Dwijanati, 2014). LKS
juga dapat membantu siswa untuk melatih kemampuan proses ilmiah dan
memberikan dampak positif terhadap kemampuan proses ilmiah siswa dalam
pelajaran (Putri & Widiyatmoko, 2013). Astuti & Setiawan (2013) juga
mengungkapkan bahwa LKS dapat meningkatkan kemampuan proses siswa.
Kemudian Pratiwy, Novia & Amali (2014) mengungkapkan bahwa LKS dapat
membantu meningkatkan aktivitas, motivasi, dan hasil belajar siswa. Ia
mengungkapkan bahwa LKS sangat membantu siswa dalam kegiatan
pembelajaran, dengan bantuan LKS siswa dapat mempelajari materi dengan lebih
baik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa LKS
merupakan salah satu bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu guru dan
siswa dalam proses pembelajaran, dimana LKS berisi kompetensi yang ingin
dicapai, materi, petunjuk praktikum, dan evaluasi pembelajaran. Selain itu LKS
dapat membantu para siswa dalam meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil
belajar siswa. LKS sebagai salah satu bahan ajar penunjang pembelajaran di kelas
yang telah dikembangkan oleh peneliti bertindak sebagai bahan ajar yang
memberikan inovasi dalam memahami materi gerak rotasi dengan bantuan dari
materi gerak translasi yang pernah dipelajari oleh siswa. Proses mengingat materi
sebelumnya dan mengaitkan dengan materi yang masih awam bagi mereka,
membuat siswa menggali kemampuan berpikir kritis mereka terhadap materi
pelajaran.
-
20
B. Penalaran Analogi
1. Pengertian Penalaran Analogi
Penalaran (reasoning) diartikan sebagai proses berpikir khususnya berpikir logis
atau berpikir memecahkan masalah. Kamus Besar Indonesia menjelaskan
penalaran sebagai proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran juga berkaitan erat dengan proses berpikir dalam mengambil suatu
kesimpulan dan merupakan ciri dari kegiatan matematika. Krulick, Rudnick dan
Milou (2003) mengungkapkan bahwa penalaran merupakan bagian dari proses
berpikir, namun seringkali berpikir dan bernalar digunakan secara sinonim.
Keterkaitan antara berpikir dan bernalar disajikan pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2 . Hirarki Berpikir (Krulick & Rudnick, 2003)
Penalaran analogi menurut Gust & Kunhnberger (2006) adalah kemampuan
penting dari kognisi manusia, karena analogi dapat digunakan untuk menjelaskan
banyak aspek kreativitas kognitif, produktivitas, dan adaptivitas. Penalaran
analogi dalam arti lebih luas, dapat diartikan sebagai penalaran yang berdasarkan
kesamaan, sedangkan penalaran analogi dalam arti sempit diartikan sebagai
penalaran tentang hubungan antara unsur-unsur kesamaan (Antal, 2004). Glyyn
Kreatif
Kritis
Dasar
Ingatan (recall)
Berpikir Tingkat
Tinggi Penalaran Penalaran
-
21
(2007) mengungkapkan bahwa analogi merupakan cara membandingkan materi
ajar dengan konsep yang dikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga
memudahkan pemahaman siswa. Selain mencari keserupaan di antara dua hal
yang berlainan, analogi juga menarik kesimpulan atas dasar keserupaan tersebut.
Dengan demikian analogi dapat digunakan sebagai penjelasan atau sebagai dasar
penalaran (Rahman & Maarif, 2014).
Analogi adalah alat representasi untuk memahami sesuatu yang abstrak atau
belum diketahui (sebagai domain target), dengan menggunakan pengetahuan lain
yang telah dimiliki siswa (sebagai domain dasar) berdasarkan kesemilaran
(Suseno, 2014). Pemikiran analogi (metaforis) adalah kemampuan untuk
meminjam ide dari suatu konteks dan menggunakannya di konteks yang lain, atau
meminjam satu solusi dari suatu masalah yang terkait, atau “melihat suatu
kesamaan” atau “melihat suatu hubungan” antara suatu situasi dengan yang lain
(Davis, 2012). Sementara itu Martin (2003) dalam tulisannya menyatakan bahwa
analogi merupakan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep dari
materi yang diajarkan melalui berbagai ilustrasi yang sesuai dengan materi yang
diajarkan. Pemilihan ilustrasi yang akan digunakan sebaiknya merupakan sesuatu
yang sudah dikenal atau bahkan melekat pada diri siswa agar siswa lebih mudah
memahami materi yang diajarkan.
Analogi adalah penjelasan suatu konsep atau topik dengan cara menganalogikan
dengan suatu peristiwa yang mudah dimengerti oleh siswa (Suparno, 2007).
Kemudian Azmi (2017) mengungkapkan bahwa penalaran analogi merupakan
proses penarikan kesimpulan sementara dengan cara membandingkan keserupaan
-
22
proses antara suatu ide/konsep yang telah diketahui dengan ide/konsep yang
belum diketahui. Sedangkan Smaldino, et. al (2008) mengungkapkan bahwa
analogical visual convey a concept or topic by showing something else and
implying a similarity.
Arends (2001) menyatakan bahwa berpikir analogi merupakan salah satu strategi
belajar dengan cara menelaah keserupaan di antara gejala atau ide yang
sebenarnya berbeda. Melalui kemampuan berpikir analogi siswa dapat
menghubungkan antara kesamaan dari pengetahuan yang telah dimiliki dengan
permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Pengetahuan yang sudah dimiliki akan
mengantarkan siswa dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Isoada dan
Katagiri (2012) menyatakan bahwa analogical thinking is an extremely important
method of thinking for establishing perspectives and discovering solutions”.
Analogi memainkan peran penting dalam proses pembejaran sains sekolah
melalui pengajaran yang kreatif dan inovatif oleh guru sains, serta pelatihan
kemampuan berpikir dan pembentukan kepribadian siswa melalui tindak kritis,
logis, dan analitis (Hasanah, 2008). Nurdiana (2013) juga menyatakan bahwa
analogi dapat digunakan untuk mengembangkan kreasi dan inovasi pembelajaran
sains dalam arti sesungguhnya. Analogi dapat berperan sebagai salah satu strategi
mengajarkan konsep dalam berbagai pokok bahasan fisika (Irawati, 2012).
Fadhillah, Darsikin & Muslimin (2017) mengatakan bahwa analogi analogi dapat
diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran fisika. Fathurohman
(2014) mengungkapkan bahwa konsep abstrak dalam fisika dapat menjadi
masalah bagi para siswa dalam mengidentifikasi konsep yang ada didalamnya,
-
23
kecuali bila konsep tersebut dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Fadhillah,
Darsikin & Muslimin (2017) mengungkapkan bahwa dengan strategi analogi,
guru dapat membantu para siswa membangun pengertian-pengertian, konsep-
konsep baru yang dianggap rumit dan abstrak dari konsep yang telah diketahui
dengan baik.
Analogi memiliki peran dimana siswa dituntut untuk dapat mencari keserupaan
atau keterkaitan sifat dari dua konsep yang sama atau berbeda melalui
perbandingan, selanjutnya menarik kesimpulan dari keserupaan tersebut,
Kariadinata (2012). Holyoak (dalam English, 2004) berpendapat bahwa inti dari
penggunaan analogi dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah adalah
siswa menerapkan pengetahuan yang sudah diketahui untuk memecahkan masalah
yang baru. Analogi menurut Suseno & Setiawan (2012) merupakan suatu
alternatif yang dapat digunakan untuk menjadikan situasi baru yang terasa rumit
atau aneh menjadi lebih akrab bagi siswa. Pendapat lain juga diungkapkan oleh
Khairurrijal, Abdullah & Surtiyen (2009), bahwa analogi merupakan proses
pembanding keserupaan-keserupaan antara dua konsep yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa analogi merupakan cara
memperlakukan suatu sifat atau gejala yang sama dengan sifat atau gejala yang
diperoleh sebelumnya untuk mendapatkan kesimpulan dari masalah yang mereka
hadapi.
-
24
2. Tipe Penalaran Analogi
Penalaran analogi menurut English (2004) dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
penalaran dengan analogi klasik, penalaran dengan analogi masalah dan penalaran
dengan analogi pedagogik:
a. Penalaran dengan Analogi Klasik
Beberapa psikolog menyarankan bahwa bentuk analogi klasik merupakan cara
yang efisien dan efektif untuk contoh proses penalaran dan untuk mengukur
penalaran verbal, kemampuan inferensial, dan kecerdasan analitik.
b. Penalaran Analogi Masalah
Penalaran analogi masalah adalah penalaran analogi dalam bentuk soal cerita.
Penalaran analogi masalah biasa digunakan dalam berpikir analogi untuk
mengatasi tugastugas pemecahan masalah. Pada jenis ini, penalar harus
mengenali kesamaan dalam struktur relasional antara masalah yang diketahui
(disebut basis atau sumber) dan masalah baru (target), yaitu suatu "keselarasan
struktural" atau "pemetaan" antara dua masalah yang harus ditemukan.
c. Penalaran Analogi Pedagogik
Penalaran analogi ini dirancang untuk memberikan representasi konkret dari
ide-ide abstrak. Artinya, analogi ini berfungsi sebagai sumber nyata dari siswa
yang dapat membangun representasi mental dari gagasan abstrak atau proses
yang sedang disampaikan.
Terdapat dua pola berpikir analogi pada siswa jenjang sekolah menengah yaitu
berpikir analogi induktif dan berpikir analogi deduktif yang terdiri dari tiga
kemampuan dalam memahami konsep yaitu kemampuan translasi, interpretasi,
-
25
dan eksplorasi. Siswa dengan pola berpikir analogi induktif menggunakan
kemampuan eksplorasi sedangkan kemampuan translasi dan interpretasi
digunakan siswa dengan pola berpikir analogi deduktif (Erma, Sunyoto &
Supriyadi, 2014).
Secara umum, Mundiri (2000) mengemukakan bahwa terdapat dua macam
analogi yaitu:
a. Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif adalah analogi yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu
yang belum diketahui atau masih samar, dengan menggunakan hal yang sudah
dikenal.
b. Analogi Induktif
Analogi induktif adalah analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsip
dari dua hal yang berebeda, selanjutnya ditarik kesimpulan bahwa apa yang
terdapat pada hal pertama terdapat pula pada hal yang kedua.
3. Komponen Penalaran Analogi
Proses berpikir analogi adalah cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah
target dengan menggunakan masalah sumber. English (2004) menyatakan bahwa
komponen dari proses berpikir analogi meliputi empat hal yaitu:
a. Encoding (Pengkodean)
Mengidentifikasi masalah sumber dan masalah target dengan mencari ciri-ciri
atau struktur kedua masalah.
-
26
b. Inferring (Penyimpulan)
Mencari hubungan yang terdapat pada masalah sumber atau dikatakan mencari
hubungan “ rendah “ (low order).
c. Mapping (Pemetaan)
Mencari hubungan yang sama antara masalah sumber dan masalah target atau
membangun kesimpulan dari kesamaan hubungan antara masalah sumber dan
masalah target. Mengidentifikasi hubungan yang lebih tinggi.
d. Applying (Penerapan)
Melakukan pemilihan jawaban yang cocok. Hal ini dilakukan untuk
memberikan konsep yang cocok (membangun keseimbangan) antara masalah
sumber dengan masalah target.
Potetential
Source Target
Mapping
Mapping
Gambar 3. Penalaran dengan Analogi dalam Memecahkan Masalah
Menurut Ruppert (2013), komponen penalaran analogi terdiri dari empat
komponen yaitu structuring (penataan), mapping (pemetaan), applying
(menerapkan), verifying (memverifikasi) yang disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
Known
Problem
New
Problem
Known
Relational
Structure
Unknown
Relational
Structure
Known
Solution
Procedure
Unknown
Solution
Procedure
-
27
Tabel 1. Deskriptor Komponen Penalaran Analogi
Komponen Deskriptor
structuring
(penataan)
Mengidentifikasi setiap bentuk-bentuk yang ada pada
masalah sumber dengan pengkodean atribut atau
karakteristiknya dan membuat kesimpulan dari hubungan-
hubungan yang identik pada kode semua masalah sumber.
mapping
(pemetaan)
Mencari hubungan-hubungan yang identik antara masalah
sumber dan masalah target kemudian membangun
kesimpulan dari kesamaan/keidentikkan hubungan antara
masalah sumber dan masalah target.
applying
(menerapkan)
Proses penerapan hasil kesimpulan dari masalah sumber ke
masalah target untuk menyelesaikan masalah target.
verifying
(memverifikasi)
Memeriksa kembali kebenaran terhadap penyelesaian
masalah target dengan mengecek kesesuaian masalah target
dengan masalah sumber.
Ruppert (2013)
Proses penalaran dalam permasalahan analogi menurut Clement (1998) melewati
empat tahapan, yaitu:
a. Generating the analogy, yaitu proses merepresentasikan kondisi dan
kemungkinan-kemungkinan kesesuaian antara permasalahan awal dengan
permasalahan target.
Dalam tahap ini diidentifikasi kesesuaian dari hal-hal yang diberikan sebagai
kondisi awal yang dalam permasalahan awal dan permasalahan target.
b. Evaluating the analogy relation, yaitu proses memeriksa kembali dengan detail
kesesuaian hubungan analogi antara permasalahan awal dengan permasalahan
target dan menentukan hubungan analogi yang tepat diantara keduanya.
Dalam tahap ini dilakukan analisis lebih detail mengenai kesesuaian yang telah
ditemukan dalam tahap generating the analogy untuk diidentifikasi masalah
yang bersesuaian dalam permasalahan awal dan permasalahan target.
c. Understanding the analogy case, yaitu proses menguji/ menganalisis tiap-tiap
komponen dalam permasalahan awal untuk dapat memahami permasalahan
target dengan baik.
-
28
Dalam tahap ini dilakukan penyelesaian masalah awal serta dianalisis masing-
masing kesesuaian dalam permasalahan awal dan permasalahan target untuk
dapat menentukan metode penyelesaian yang tepat untuk menyelesaikan
masalah target.
d. Transferring findings, yaitu proses mentransfer kesimpulan atau metode
penyelesaian dari permasalahan awal ke permasalahan target.
Dalam tahap ini, metode penyelesaian masalah target yang telah didapatkan
dalam tahap understanding the analogy case digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan target.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fikri, wiyanto & Susilo ( 2012)
yang mengungkapkan bahwa analogi sejatinya terdiri dari empat tahap
pelaksanaan, yaitu:
a. Mengulas kembali konsep rujukan dan memperkenalkan konsep target pada
saat bersamaan;
b. Mengidentifikasi dan memetakan beberapa kemiripan atribut pada kedua
konsep;
c. Menceritakan batasan analogi antara kedua konsep, dan
d. Menarik kesimpulan.
Pembelajaran menggunakan analogi tentunya memiliki langkah-langkah dalam
pelaksanaannya. Glynn (1995) menyatakan 6 langkah yang harus dilakukan
pengajar untuk menarik atau memperoleh sebuah analogi, yaitu:
a. Mengenalkan konsep target. Konsep target adalah konsep yang tidak umum
atau tidak diketahui dengan baik dan akan diajarkan kepada para siswa.
-
29
b. Mereview atau mengulas lengkap konsep analogi. Konsep analog adalah
konsep yang umum atau diketahui dengan baik dan biasanya telah lebih dahulu
diajarkan kepada para siswa.
c. Mengidentifikasi atau mencari fitur-fitur atau atribut-atribut relevan antara
target dan analogi. Mengumpulkan seluruh fitur atau atribut baik dari konsep
target dan konsep analog untuk diidentifikasi.
d. Memetakan keserupaan antara konsep-konsep analog dan target. Proses
pembandingan seluruh fitur/atribut yang diperoleh tersebut disebut pemetaan.
Jika terdapat banyak fitur/atribut serupa, sebuah analogi dapat ditarik atau
diambil. Makin banyak fitur/atribut serupa berarti analoginya makin baik.
e. Mengidentifikasi atau mencari keadaan pengecualian yang mana analogi
tersebut tidak bekerja. Fitur-fitur atau atribut-atribut yang tidak serupa
merupakan pengecualian dari analogi tersebut.
f. Mengambil kesimpulan–kesimpulan tentang konsep-konsep target.
Pada proses pembelajaran, keenam tahap operasi model TWA tersebut
dapat saja dimodifikasi, namun prinsip keenam tahap operasi tersebut harus
tergambarkan. Jika ada tahap yang dilewati, maka besar kemungkinan terjadi
miskonsepsi pada siswa. Menurut Glynn (1995) kesalahan konsep tersebut dapat
dihindari jika kepada siswa dijelaskan tentang keterbatasan-keterbatasan analogi.
Loc & Uyen (2014) menyatakan bahwa dalam penggunaan analogi siswa harus
mengenal konsep sasaran dan meninjau konsep analog. Kegunaan masalah
sumber (konsep analog) adalah sebagai informasi dalam hal mengaitkan dan
membandingkannya dengan masalah target (konsep sasaran) sehingga dapat
-
30
diterapkan struktur masalah sumber pada masalah target tersebut. Apabila
perbandingan antara analog dengan target semakin banyak kemiripannya maka
siswa semakin mudah memahami pengetahuan baru. Analogi dan target dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Model dari Analogi serta Pemetaannya (Harrison & Coll, 2013)
4. Kelebihan Analogi
Gust & Kunhnberger (2006) menjelaskan bahwa dengan keterampilan penalaran
analogi dapat menjadikan pembelajaran di kelas menjadi efektif. Kelebihan
penalaran analogi yang lain jika dilakukan dalam pembelajaran yaitu: (1)
penalaran analogi dapat meningkatkan kreativitas siswa, (2) konsep-konsep
matematika abstrak dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, (3) menggunakan
contoh analogi mengembangkan kemampuan penalaran dan motivasi pada saat
pemecahan masalah, (4) siswa dapat memperkenalkan dan memberikan contoh
penalaran analogi lain melalui contoh analogi matematika, dan (5) penalaran
analogi dibuat untuk belajar mendalam dan mengingat konsep-konsep matematika
untuk jangka panjang.
Atribut analog 1
Atribut analog 2
.......
Atribut analog n
Analogi
Memetakan ide 1
Memetakan ide 2
.......
Memetakan ide n
Atribut target 1
Atribut target 2
......
Atribut target n
Analog Target
Objek atau pernyataan
yang familiar
Objek atau konsep
saintifik
-
31
Beberapa kelebihan mengajar menggunakan analogi menurut Boo & Toh (1997),
yakni:
a. Sebagai alat untuk mengajarkan perubahan konseptual;
b. Analogi menyediakan visualisasi dan pemahaman pada konsep yang abstrak
yang merujuk pada contoh-contoh dalam kehidupan nyata;
c. Analogi mungkin memicu minat belajar siswa karenanya memiliki efek
motivasi;
d. Analogi menuntut guru untuk mempertimbangkan prakonsepsi siswa terhadap
materi yang akan diajarkan serta dapat mengeleminasi atau mengurangi
miskonsepsi pada materi yang diajarkan.
Beberapa kelebihan analogi menurut Sulistina & Rahayu (2005), yaitu;
a. Sebagai jembatan psikologi siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang
bersifat abstrak;
b. Memvisualisasi konsep-konsep fisika yang abstrak;
c. Menimbulkan rasa ingin tahu dan meningkatkan kreativitas siswa; dan
mendorong terjadinya kegiatan pembelajaran yang bermakna.
Analogi memiliki peran penting dalam pembelajaran.Vendetti (2015)
mengusulkan pemberian bimbingan yang sistematis berdasarkan pengalaman
dalam penggunaan analogi akan mendukung pengembangan sistem penalaran
yang kuat dan mempromosikan pemahaman yang mendalam tentang konsep-
konsep di berbagai disiplin kepada siswa. Penalaran analogi juga memberikan
keuntungan ataupun manfaat bagi guru. Hal ini diungkapkan oleh Rahmawati &
Pala (2017), dimana penalaran analogi memberikan kesempatan pada guru untuk
-
32
melatih kemampuannya dalam mengaitkan atau membandingkan dua materi yang
memiliki keserupaan konsep maupun prosesnya dalam membuat suatu soal atau
masalah. Oleh karena itu diharapkan tidak hanya siswa yang paham dalam
penggunaan analogi dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran fisika, namun
sebaiknya guru juga diharapkan dapat lebih mempunyai kamampuan dalam
penalaran analogi.
5. Contoh Analogi
Contoh analogi dalam fisika seperti yang disebutkan Podolefsky (2004) antara
lain:
a. Coulomb’s law is like Newton’s law of gravitation.
b. The electric field is like a temperature field.
c. Storing energy in a capacitor is like stretching a spring (or lifting a book).
d. The flow of electric current is like water in a garden hose.
e. An emf device is a charge pump.
f. The magnetic field is like the electric field (they are both vector fields).
g. The earth is a huge magnet.
h. An inductor, capacitor, resistor circuit is like a mass, spring, viscous system.
i. Particles are like sending a letter, while waves are like making a telephone
call.
Menurut Podolefsky, beberapa analogi ada yang komunikatif dan generatif.
Sebagai sebuah contoh adalah analogi model atom Rutherford yang sering
digunakan untuk mengenalkan model atom kepada siswa. Sehingga analogi tidak
-
33
hanya berguna untuk para fisikawan tetapi juga para guru. Lebih jauh lagi, hukum
Coulomb sering dianalogikan dengan hukum Newton tentang gravitasi. Arus
listrik sering diperumpamakan sebagai air yang mengalir melalui pipa, dan
sebagainya. Di bawah ini terdapat contoh analogi atom dan tata surya:
Tabel 2. Analogi Planet dengan Atom
System Matahari (Analog) Atom ( Target)
Matahari Nucleus
Planet Electron
Planet mengitari matahari Electron mengitari inti
Matahari lebih besar daripada planet Inti lebih besar daripada elektron
Podolefsky (2004)
Beberapa contoh analogi fisika dari hasil penelitian Prastowo (2011), diantaranya:
Tabel 3. Perbandingan Analogi dalam Fisika
Perbandingan
antara medan
gravitasi dan
medan
elektrostatika
Sifat Yang
Dibandingkan Medan Gravitasi
Medan
Elektrostatik
Sumber
Kekuatan
Sifat konservatif
Interaksi
Perbandingan
antara Hukum
II Newton dan
Hukum Ohm
Sifat Yang
Dibandingkan
Hukum II
Newton Hukum Ohm
Bentuk matematis
Tetapan kesetimbangan
Sifat tetapan Resistansi gerak Resistansi listrik
Sifat persamaan Bukti kekekalan
energi
Bukti kekekalan
energi
Perbandingan
antara aliran
fluida dan
aliran arus
listrik
Sifat Yang
Dibandingkan Aliran Fluida Aliran Listrik
Penyebab Beda tekanan Beda potensial
Sifat aliran
Dari potensial
tinggi ke potensial
rendah
Dari potensial
tinggi ke potensial
rendah
Sifat persamaan Bukti kekekalan
energi
Bukti kekekalan
energi
-
34
Berdasarkan penjabaran tentang analogi di atas, dapat disimpulkan bahwa analogi
merupakan kemampuan melihat hubungan-hubungan, tidak hanya hubungan
benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide. Melalui analogi guru dapat
memberikan penjelasan kepada siswa dengan membandingkan sebuah konsep
yang akan dipelajari dengan pembelajaran yang pernah dipelajari siswa dengan
mencari persamaan dan perbedaan dari kedua hal yang dibandingkan. Dalam hal
ini analogi yang digunakan oleh guru harus pernah dirasakan oleh semua siswa
sehingga konsep yang dipelajari atau diajarkan oleh guru dapat tersampaikan
dengan baik kepada siswa.
C. Model Inkuiri (Inquiry)
1. Pengertian Inkuiri
Kata inkuiri sering dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang
memiliki arti saya menemukan. Inkuiri merupakan model pembelajaran yang
membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari
jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Inkuiri
adalah model pembelajaran dimana siswa menemukan dan menggunakan berbagai
macam sumber-sumber informasi dan ide-ide untuk menambah pemahaman
mereka tentang suatu masalah, topik atau isu (Kuhlthau, Maniotes & Caspari,
2007). Kemudian Kardi (2003) mendefinisikan inkuiri adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk membimbing siswa bagaimana meneliti
masalah dan pertanyaan berdasarkan fakta. Model inkuiri menekankan pada
proses mencari dan menemukan, peran siswa dalam model ini adalah mencari dan
-
35
menemukan sendiri pemecahan masalah dalam suatu materi pelajaran sedangkan
guru sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Menurut Ambarsari, Santosa & Maridi (2013), inkuiri merupakan pembelajaran
kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling
membantu dengan teman yang lain. Dalam pembelajaran dengan penemuan,
siswa didorong untuk belajar sebagaian besar melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka (Nurhadi, 2004). Secara umum inkuiri
merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber informasi
lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan
alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta
membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya, (Ibrahim, 2007).
Dari beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa model inkuiri
adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk lebih aktif
dalam pembelajaran, dimana siswa dapat menemukan atau meneliti masalah
berdasarkan fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar. Model pembelajaran inkuiri
memberikan pengalaman yang nyata kepada siswa sehingga dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis dan daya ingat yang lebih kuat.
-
36
2. Karakteristik Inkuiri
Kegiatan penemuan termasuk suatu pelajaran yang direncanakan sedemikian rupa
sehingga siswa menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui proses
mentalnya sendiri, misalnya mengamati (Sund & Trowbridge, 1973). Dalam
pengajaran inkuiri siswa-siswa mempelajari gejala ilmiah dengan kegiatan
semangat seorang ilmuwan.
National Science Educational Standard (NRC, 2000) menyatakan lima ciri
esensial dari inkuiri, antara lain: siswa tertarik pada pertanyaan-pertanyaan yang
berorientasi ilmiah, siswa memberikan prioritas terhadap pembuktian yang
membuat mereka mengembangkan dan mengevaluasi penjelasan-penjelasan
terhadap pertanyaan-pertanyaan berorientasi ilmiah, siswa menyusun penjelasan
dari bukti terhadap pertanyaanpertanyaan berorientasi ilmiah, siswa mengevaluasi
penjelasannya berdasarkan penjelasanpenjelasan alternatif, khususnya yang
mereflesikan pemahaman ilmiah, dan siswa berkomunikasi dan menilai
penjelasan yang mereka ajukan.
Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teachercentered) menjadikan siswa
relatif pasif karena pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Materi yang didapat
siswa hanya berupa hafalan jangka pendek.Proses Pembelajaran yang berorientasi
terhadap target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat
jangka pendek, namun gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan-
persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2006).
-
37
3. Komponen Inkuiri
Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa komponen. Sebagaimana yang
dikemukakan Ball & Garton (2005) bahwa pembelajaran dengan inkuiri memiliki
5 komponen yang umum yaitu:
a. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka
yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu
fenomena.
b. Student Engangement. Keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan
dalam menciptakan sebuah produk dalam mempelajari suatu konsep.
c. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja
berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.
d. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa
diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan
pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Melalui
produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
e. Variety of Resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber
belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan
ahli, dan lain sebagainya.
4. Langkah-langkah Model Inkuiri
Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, siswa diberi tantangan seperti pertanyaan
yang harus dijawab, observasi atau kumpulan data yang akan ditafsirkan, maupun
hipotesis yang akan diuji serta capaian pembelajaran yang diinginkan (Prince &
-
38
Felder (2007). Adapun tahapan-tahapan inkuiri menurut Sudrajat (2008), proses
inkuiri yaitu; (a) merumuskan masalah, (b) mengembangkan hipotesis, (c)
menguji jawaban tentative, (d) menarik kesimpulan, (e) menerapkan kesimpulan
dan generalisasi.
Menurut Gulo, (2004), kemampuan-kemampuan yang dituntut pada setiap tahap
dalam proses inkuiri tertuang dalam tabel berikut.
Tabel 4. Indikator Model Inkuiri
Tahap Inkuiri Kemampuan yang dituntut
1. Merumuskan masalah 1. Kesadaran terhadap masalah 2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah
2. Merumuskan jawaban
sementara (hipotesis)
1. Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh
2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis
4. Merumuskan hipotesis
3. Menguji jawaban
tentatif
1. Merakit peristiwa a. Mengidentifikasikan peristiwa b. yang dibutuhkan. c. Mengumpulkan data d. Mengevaluasi data
2. Menyusun data a. Mentranslasikan data b. Menginterpretasikan data c. Mengklasifikasikan
3. Analisis data a. Melihat hubungan b. Mencatat persamaan dan perbandingan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi
dan keteraturan
4. Menarik kesimpulan 1. Mencari pola dan makna hubungan 2. Merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan
kesimpulan &generalisasi
1. Diharapkan menemukan hal baru yang sejenis
6. Menulis laporan 1. Membuat draf 2. Merevisi laporan final
Berdasarkan pendapat para ahli di atas,peneliti mengadopsi langkah-langkah
pembelajaran yang disebutkan, yaitu orientasi, merumuskan masalah,
http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/12/model-pembelajaran-inkuiri.htmlhttp://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/model-pembelajaran-inkuiri.html
-
39
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan.
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang
sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, inkuiri sebagai
sebagai model pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran inkuiri dikemukakan oleh Sund & Trowbridge
(1973), yaitu: (1) Meningkatkan potensi intelektual siswa; (2) Memperoleh
pengetahuan yang bersifat penyelidikan; (3) Memperpanjang proses ingatan; (4)
Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik; (5)Pengajaran
terpusat pada siswa; (6) Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan.
Suryobroto (2009) menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran Inkuiri
antara lain, dapat membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan
proses kognitif siswa, membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa
merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-
kadang kegagalan, memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai
dengan kemampuan, siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi
untuk belajar, strategi ini berpusat pada siswa, misalkan memberi kesempatan
kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru
menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum
diketahui.
-
40
Selain kelebihan, model pembelajaran inkuiri memiliki kelemahan. Menurut
Tabani (2014), kelemahan model pembelajaran inkuiri yaitu: (1) Sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa, (2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, (3) Kadang-kadang dalam
mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, dan (4) Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka startegi ini tampaknya akan