PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI
Oleh :
Nama : Nurul Fitria Sya’baniNIM : B1J010025Rombongan : IKelompok : 5Asisten : R. Rindi Redita
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.
Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk
luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang
kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar dari ikan dan berbagai jenis
hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut tua dapat berubah-ubah,
terutama pada ikan dan hewan air lainnya yang mengalami metamorfosis dan
mengalami proses adaptasi terhadap lingkungan (habitat). Namun demikian pada
sebagian besar ikan bentuk tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi
perubahan, perubahan bentuk tubuhnya relatif sangat sedikit.
Lebih dari sejuta spesies hewan masih hidup saat ini, dan terdapat
kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organisme baru akan diidentifikasi oleh
generasi ahli biologi masa depan. Hewan dikelompokkan ke dalam sekitar 35
filum, namun jumlah sebenarnya tergantung pada perbedaan pandangan para
ahli sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di bumi, tetapi
anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang
kemungkinan merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih
merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah
banyak tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut (Brotowidjoyo, 1995).
Hewan yang tidak memiliki tulang belakang digolongkan ke dalam hewan
avertebrata. Di dalam dunia hewan diketahui bahwa hewan avertebrata
dibedakan atas dua golongan yaitu hewan yang bersel tunggal dan hewan yang
bersel banyak. Kecuali hewan yang termasuk Filum Protozoa, maka sisanya
adalah hewan bersel banyak (Suhardi, 1983).
Menurut Lutz (1985), di dunia ini terdapat 40 phyla hewan avertebrata.
Terdapat berbagai parameter untuk mengelompokkan hewan-hewan avertebrata
diantaranya dikelompokkan atas dasar banyaknya sel penyusun tubuh, hewan
avertebrata dibagi atas 2 kelompok yaitu avertebrata bersel satu (uniseluler,
Protozoa) yang dpt hidup secara soliter atau berkoloni dan avertebrata bersel
banyak (Metazoa) yang dapat berkonstruksi seluler, jaringan atau organ.
Berdasarkan konstruksi tubuh, Struktur tubuh hewan avertebarata dapat berupa
kontruksi seluler (pada Porifera), berkontruksi jaringan (Cnidaria dan
Ctenophora) dan berkonstruksi organ (Metazoa).
Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air juga erat
kaitannya dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya;
terlebih dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air
tersebut. Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan dari
luar. Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air erat kaitannya
dengan anatomi, sehingga ada baiknya sebelum melihat anatominya; terlebih
dahulu kita melihat bentuk tubuh atau penampilan (morfologi) hewan air tersebut.
Dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air yang masih dekat kekerabatanya
mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti anatomi dan morfologi udang, kepiting
dan lobster hampir mirip. Hal yang sama juga akan kita dapati pada berbagai
jenis ikan serta pada berbagai jenis hewan lainya. Kita mengenal berbagai jenis
hewan air, diantaranya yang paling umum kita kenal adalah ikan, udang,
moluska, amfibi, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan ikan adalah
hewan bertulang belakang (vertebrata) yang berdarah dingin, hidup di air,
bergerak dan mempertahankan keseimbangan tubuhnya dengan menggunakan
sirip; dan bernafas dengan insang, namun selain menggunakan insang ada juga
ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan yang fungsinya sama dengan
“paru-paru”.
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara pengenalan hewan avertebrata dan
vertebrata berdasarkan karakter morfologi adalah untuk mengenali ciri-ciri yang
tampak pada hewan avertebrata dan avertebrata, mengelompokkan hewan
avertebrata dan vertebrata berdasarkan rangka internal, tengkorak, mata, kuping,
simetri radial, simetri bilateral, metamerisme, dan tagmatisasi.
II. MATERI DAN METODE
A. MATERI
Materi yang diamati adalah hewan avertebrata yang merupakan anggota
dari Cnidaria, Ctenophora, Echinodermata, Annelida, Insecta dan Crustacea.
Hewan vertebrata yang merupakan anggota dari Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves
dan Mamalia. Spesies-spesies yang diamati meliputi Pycnonotus aurigaster
(burung kutilang), Brachilagus sp. (kelinci), Osteochilus hasselti (ikan nilem),
Valanga sp. (belalang), Macrobrachium sp. (udang galah), Boiga dendrophila
(ular tali wangsa), dan Pheretima sp. (cacing tanah). Alat yang digunakan yaitu
bak preparat, pinset, buku gambar dan alat tulis.
B. METODE
1. Pemisahan antara hewan avertebrata dan vertebrata.
2. Mengamati dan menggambar hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati
berdasarkan ciri – ciri morfologinya.
3. Preparat yang telah diamati diawetkan untuk kegiatan identifikasi dan
determinasi pada acara praktikum selanjutnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel PengamatanPengelompokkan Hewan Avertebrata dan Vertebrata
No.Dasar
PengelompokkanNama Species
Keterangan (Avertebrata/Vertebrata)
1 Rangka Internal
Osteochilus hasselti
VertebrataPygnonotus aurigaster
Brachilagus sp.Boiga dendrophyla
2 Tengkorak
Osteochilus hasselti
VertebrataPygnonotus aurigaster
Brachilagus sp.Boiga dendrophyla
3 Mata
Osteochilus hasselti
VertebrataPygnonotus aurigaster
Brachilagus sp.Boiga dendrophyla
4 KupingBrachilagus sp.
VertebrataPygnonotus aurigaster
5Kesimetrian
Tubuh
a. Bilateral simetriOsteochilus hasselti Vertebrata
Pherenetima sp. AvertebrataValanga sp. Avertebrata
b. Radial SimetriDiadema sp. Avertebrata
6 Metamerisme Pherenetima sp. Avertebrata
7 TagmatisasiMacrobrachium
rosenbergii AvertebrataValanga sp.
Osteochilus hasselti Diadema sp.
Macrobrachium rosenbergii Boiga dendrophyla
Valanga sp. Brachilagus sp.
Pycnonotus aurigaster Pheneretima sp.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa perbedaan antara hewan
avertebrata dengan vertebrata adalah hewan avertebrata adalah hewan yang
tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih
sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung, juga
sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana
dibandingkan hewan vertebrata. Sedangkan hewan vertebrata yaitu hewan yang
bertulang belakang atau punggung. Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih
sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki
tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki
perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak di memiliki oleh yang tidak
bertulang punggung. Dalam memenuhi kebutuhannya, hewan vertebrata telah
memiliki system kerja sempurna peredaran darah berpusat organ jantung dengan
pembuluh-pembuluh menjadi salurannya.
Hewan-hewan yang tergolong Echinodermata umumnya dikenal dengan
nama populer “Bulu Babi “ (Sea Uchrin). Hidup di daerah berbatu terutama yang
ditumbuhi Fucus dan Laminaria, sampai kedalaman Ca 100 meter atau lebih
dalam lagi. Gerakannya lamban dengan menggunakan duri-duri ventral. Jika
merayap, maka menggunakan kaki tabung. Fertilisasi eksternal dengan larva
echinopluctus yang pelagik. Kelompok ekhinodermata ini dapat hidup menempati
berbagai macam habitat seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan
algae, padang lamun, koloni karang hidup dan karang mati dan beting karang
(rubbles dan boulders). Secara ekologi fauna ekhinodermata berperan sangat
penting dalam ekosistem terumbu karang, terutama dalam rantai makanan (food
web), karena biota tersebut umumnya sebagai pemakan detritus dan predator
Birkeland (Yusron, 2009).
Bulu babi termasuk golongan hewan yang mempunyai simetri radial, yaitu
suatu tipe simetri pada tubuh yang secara radial mengelilingi suatu sumbu pusat
tunggal. Hewan ini berbentuk bulat dan mempunyai rangka luar yang terdiri dari
lempeng-lempeng kapur. Makanannya terdiri dari ganggang yang digaruk
dengan kelima giginya yang besar. Tubuh bulut babi sebagian agak mendatar.
Bagian yang datar terdapat mulut dan daerah ini disebut daerah oral. Bagian
yang bulat terdapat anus dan daerah ini disebut daerah aboral. Bagian oral pada
keadaan hidup menghadap ke arah bawah, sedangkan bagian aboral
menghadap ke atas. Di tengah-tengah daerah aboral terdapat periproet dengan
anus. Periproet dikelilingi oleh lima lempeng berbentuk segi lilin. Lempeng ini
disebut lempeng genital, karena masing-masing mempunyai satu lubang tempat
bermuara gonoduktus. Empat dari lempeng tersebut berukuran sama, sedang
yang satu lebih besar dan berubah bentuk menjadi madreporit (Darbohoesodo,
1976).
Klasifikasi Bulu babi (Diadema sp.) menurut Darbohoesodo (1976):
Phylum : Echinodermata
Sub-Phylum : Eleutherozoa
Classis : Echinoidea
Ordo : Diadematoida
Genus : Diadema
Spesies : Diadema sp.
Belalang (Valanga sp.) merupakan hewan yang berciri-ciri antenna
pendek, pronotum tidak memanjang ke belakang, tarsi beruas 3 buah, femur kaki
belakang membesar, ovipositor pendek. Ukuran tubuh betina lebih besar
dibandingkan dengan yang jantan. Sebagian besar berwarna abu-abu atau
kecoklatan dan beberapa mempunyai warna cerah pada sayap belakang.
Mempunyai alat suara (tympana) yang terletak di ruas abdomen pertama (Siwi,
1991).
Belalang ditemukan di daerah berumput, daerah kering, pepohonan, padi,
tembakau, jagung, tebu. Induk meletakkan telur-telurnya di tanah dalam suatu
kantung dengan lapisan cukup kuat. Setelah menetas nimfa naik untuk mulai
merusak tanaman, biasanya menggigit daun dari tepi atau bagian tengah, Aktif
pada siang hari. Jenis jantan menyanyi dengan cara menggosokkan sisi dalam
femur belakang dengan sisi bawah sayap depan atau dengan menggetarkan
sayap belakang saat terbang. Mampu bermigrasi ke tempat yang jauh (Siwi,
1991).
Determinasi belalang menurut Siwi (1991) adalah
1. Femur kaki belakang jelas lebih besar daripada femur kaki depan.
2. Antenna panjangnya kira-kira separuh atau lebih pendek dari panjang
seluruh tubuh.
3. Tibia kaki depan tidak membesar dan tidak digunakan untuk menggali,
ovipositor pendek. (ordo Acrididae).
Klasifikasi Belalang menurut O'Toole (2002) adalah
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Branch : Protostomia
Infrakingdom : Ecdysozoa
Superphylum : Panarthropoda
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Mandibulata
Infraphylum : Atelocerata
Superclass : Panhexapoda
Epiclass : Hexapoda
Class : Insecta
Subclass : Dicondylia
Infraclass : Pterygota
Superordo : Orhopterida
Ordo : Orthoptera
Subordo : Caelifera
Infraordo : Acrididea
Superfamily : Acridoidea
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Species : Valanga sp.
Phylum Annelida dibagi menjadi kelas Polychaeta, Oligochaeta,
Archiannelida, Echiroidea dan Hirudinea. pembagian ke dalam kelas terutama
didasarkan pada segmentasi tubuh. seta, parapodium, sistem sirkulasi, ada
tidaknya batil isap, dan sistem reproduksi. Telah diketemukan 12.000 species
yang hidup di air tawar, laut dan tanah. Contoh spesies annelida yang terkenal
adalah cacing tanah (Lumbricus sp.) cacing ini hidup di tanah, makanannya
berupa sisa tumbuhan dan hewan. Charles Darwin ahli biologi adalah orang yang
pertama kali menyatakan bahwa cacing tanah mempunyai peranan yang penting
dalam menggemburkan tanah. Karena hidup di dalam tanah, cacing ini membuat
liang-liang sehingga tanah menjadi berpori dan mudah diolah (Jasin, 1989).
Cacing tanah juga mencampur dedaunan dengan tanah, jadi menaikan
kandungan humus tanah. Sebagian besar anelida hidup dilaut, yaitu diliang-liang
atau dibawah karang yang dekat dengan pantai, misalnya neries. Golongan lain
dari annelida yang banyak dikenal adalah lintah pengisap darah. Lintah
mempunyai balik penghisap dikedua ujung badanya. Batil penghisap posterior
dipergunakan untuk melekatkan diri pada inang, sedangkan batil penghisap
anterior dipergunakan untuk menghisap darah (Jasin, 1989).
Klasifikasi cacing tanah menurut Clifford dan Stephenson (1975) adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Order : Ophistopora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima sp.
Udang Galah (Macrobranchium rosenbergii) termasuk udang asli perairan
Indonesia.selain itu ditemukan dibeberapa negara Asia Tenggara terutama di
Malaysia. Ada varietas unggul yang dikenal sebagai udang galah gimacro
(genetic improvement of macrobranchium rosenbergii) yang memiliki tingkat
pertumbuhan lebih cepat. Pada umur lima bulan panjang tubuh udang galah
gimacro jantan mencapai 38 cm dengan berat tubuh mencapai 480 gram per
ekor. Sedangkan udang galah lokal pada waktu yang sama panjang tubuh hanya
mencapai 25-28 cm dengan berat tubuh 200 gram per ekor (Amri K dan
Khairuman, 2008).
Udang galah bersifat omnivora atau pemakan hewan dan tumbuhan.
Dihabitatnya udang ini menyukai cacing, udang kecil, larva serangga, siput,
umbi-umbian, daun yang lunak, biji-bijian, plankton, dan detritus. Namun setelah
dibudidayakan dapat diberi pakan buatan berupa pelet. Udang galah termasuk
famili Palamonidae dengan species Macrobrachium rosenbergii. Badan udang
terdiri atas 3 bagian : kepala dan dada (Cephalothorax), badan (Abdomen) serta
ekor (Uropoda). Cephalothorax dibungkus oleh kulit keras, di bagian depan
kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi disebut rostrum pada bagian
atas sebanyak 11-13 buah dan bagian bawah 8-14 buah. Pada udang jantan
pasangan kaki jalan kedua tumbuh panjang dan cukup besar dapat mencapai 1,5
kali panjang badan, sedangkan pada betina relatif kecil. Udang galah hidup pada
dua habitat, pada stadia larva hidup di air payau dan kembali ke air tawar pada
stadia juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadi
sebanyak 11 kali dan berlangsung selama 30-35 hari. Udang galah bersifat
omnivora, cenderung aktif pada malam hari.
Klasifikasi udang galah menurut Amri K dan Khairuman (2008) adalah:
Kerajaan : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Caridae
Famili : Decapoda
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii
Nama Asing : Fresh water giant river prawn
Nama Lokal : Udang galah (Riau dan sebagian Sumatera), udang satang
(Jawa dan Sunda), udang watang (Sumatera)
Ular cincin emas atau ular taliwangsa memiliki ukuran yang sedang,
dengan panjang maksimum yang tercatat 2125 mm, akan tetapi umumnya ular
dewasa hanya sekitar 1,5 m. Sekitar sepersepuluh dari panjang itu adalah
ekornya yang berujung tumpul. Bentuk tebuh segitiga dengan punggung yang
membentuk sudut di atas. Berwarna menyolok, belang-belang hitam kuning,
kurang lebih sama lebar antara kedua warna itu. Warna hitamnya terus
menyambung hingga sisi perut, kecuali pada sepertiga bagian muka tubuhnya.
Kepala lebar dengan pola di atas seperti anak panah berwarna hitam dan bibir
yang berwarna kekuningan atau keputihan kusam (Brotowidjoyo, 1995).
Klasifikasi ular cincin emas atau ular taliwangsa menurut Brotowidjoyo
(1995) adalah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Henophidia
Genus : Boiga
Species : Boiga dendrophila
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) banyak dipelihara terutama oleh
peternak di Sumatera (khususnya Sumatera Barat) dan di daerah Priangan jawa
Barat). Di habitat aslinya,ikan ini banyak ditemukan hidup liar di perairan umum
terutama di sungai-sungai yang berarus sedang dan berair jernih. Selain itu, juga
bisa ditemui hidup di rawa-rawa. Bentuk tubuh nilem memanjang dan pipih.
Terdapat dua pasang sungut di kepalanya. Warna perut kemerahan dan warna
punggungnya cokelat kehijauan.Warna sirip ekor, dubur, dan perut kemerahan.
Ukuran tubuh ikan dewasa maksimum mencapai panjang 35 cm (Amri K dan
Khairuman, 2008).
Klasifikasi ikan Nilem menurut Amri K dan Khairuman (2008) adalah:
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariphysii
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus,
Species : Osteochilus hasselti
Cucak kutilang kerap mengunjungi tempat-tempat terbuka, tepi jalan,
kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan sekunder, sampai dengan
ketinggian sekitar 1.600 m dpl. Sering pula ditemukan hidup meliar di taman dan
halaman-halaman rumah di perkotaan. Burung kutilang acapkali berkelompok,
baik ketika mencari makanan maupun bertengger, dengan jenisnya sendiri
maupun dengan jenis merbah yang lain, atau bahkan dengan jenis burung yang
lain. Seperti umumnya merbah, makanan burung ini terutama adalah buah-
buahan yang lunak (Coates, 2000).
Cucak kutilang sering menjengkelkan petani karena kerap melubangi
buah pepaya dan pisang yang telah masak di kebun. Namun sebaliknya burung
ini menguntungkan petani karena juga memangsa berbagai jenis serangga, ulat
dan aneka hewan kecil lainnya yang menjadi hama tanaman. Sarang cucak
kutilang berbentuk cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun atau ranting
yang halus. Telur dua atau tiga butir, berwarna kemerah-jambuan berbintik ungu
dan abu-abu. Tercatat bersarang sepanjang tahun kecuali Nopember, dengan
puncaknya April sampai September. Burung kutilang menyebar luas di Tiongkok
selatan dan Asia Tenggara (kecuali Malaysia), Jawa serta Bali. Diintroduksi ke
Sumatra dan Sulawesi, beberapa tahun yang silam burung ini juga mulai didapati
di Kalimantan (MacKinnon, 1993).
Klasifikasi burung kutilang menurut King and Dickinson (1975) adalah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus aurigaster
Kelinci adalah kelompok hewan Leporidae, yang banyak ditemukan.
Berat kelinci dewasa umumnya bisa mencapai 4 kg. Kelinci (Brachylagus sp.)
merupakan kelompok hewan yang paling sempurna baik morfologi ataupun
anatominya karena ia mempunyai susunan organ yang kompleks dan susunan
metabolisme di dalam tubuhnya yang juga kompleks (Boolotion, 1979).
Kelompok hewan ini mempunyai kelenjar mammae (kelenjar susu)
dan pada umumnya kulit tubuh ditumbuhi oleh rambut. Hampir seluruh dunia
dihunioleh anggota kelas ini, mulai dari daerah kutub sampai kuator, bahkan di
gurun pasir maupun di laut (Kastawi, 1992).
Klasifikasi Kelinci menurut Radiopoetro (1977), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Mamalia
Ordo : Lagomarpha
Familia : Leporidae
Genus : Brachylagus
Spesies : Brachylagus sp.
Menurut Jasin (1989), perbedaan vertebrata dengan avertebrata yaitu
vertebrata adalah subfilum dari Chordata, mencakup semua hewan yang
memiliki tulang belakang. Tulang-tulang yang menyusun tulang belakang disebut
vertebra. Vertebrata adalah subfilum terbesar dari Chordata. Ke dalam vertebrata
dapat dimasukkan semua jenis ikan (kecuali belut, lintah laut atau hagfish),
katak, reptil, burung, serta hewan menyusui. Kecuali jenis-jenis ikan, vertebrata
diketahui memiliki dua pasang tungkai. Vertebrata memiliki sistem otot yang
banyak terdiri dari pasangan massa, dan juga sistem saraf pusat yang biasanya
terletak di dalam tulang belakang. Sistem respirasi menggunakan insang atau
paru-paru.
Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de
Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang.
Avertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil,
amfibia, burung, dan mammalia. Contoh Avertebrata adalah serangga, ubur-
ubur, hydra, cumi-cumi, dan cacing. Avertebrata mencakup sekitar 97 persen dari
seluruh anggota kingdom animalia. Lamarck membagi avertebrata ke dalam dua
kelompok yaitu insecta (serangga) dan vermes (cacing). Tapi sekarang,
avertebrata diklasifikasikan ke dalam lebih dari 30 sub-fila mulai dari organisme
yang simpel seperti porifera dan cacing pipih hingga organisme yang lebih
kompleks seperti mollusca dan arthropoda. Penelitian lebih lanjut dalam bidang
taksonomi menunjukkan bahwa banyak hewan avertebrata yang berkerabat lebih
dekat dengan vertebrata daripada dengan sesama avertebrata.
Bangun simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu simetri radial dan
simetri bilateral. Tubuh simetri radial adalah satu tipe simetri dimana tubuh
secara radial mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Umumnya di sisi kanan
dan kiri tubuh hewan tidak jelas, karena masing-masing busur identik terhadap
busur lainnya. Jika suatu irisan diarahkan ke setiap dua radius yang berlawanan,
maka irisan itu akan membagi hewan avertebrata simetri radial menjadi dua
tengahan yang serupa. Contoh : hewan-hewan dari phyla Cnidaria dan
Chenophora.
Bangun tubuh hewan avertebrata simertri bilateral pada umumnya
memiliki tubuh yang kita bagi menjadi dua bagian menurut arah depan (anterior)
ke belakang (posterior) akan menghasilkan paruhan yang sama seperti suatu
benda dengan bayangan di cermin. Jika memperhatikan yang tubuhnya simetri
bilateral, hewan itu akan menunjukkan pembagian tubuh yang tampak jelas
terdiri atas kepala, thoraks dan abdomen. Contoh : classis Insecta dari phylum
Arthropoda (Jasin, 1989).
Hewan avertebrata ada yang terdiri atas segmen-segmen atau metamer.
Segmen-segmen ini ada yang serupa dari depan ke belakang (anteroposterior),
gejala semacam ini, yaitu tubuh hewan avertebrata tersusun oleh suatu
rangkaian segmen atau metamer, yang segaris sepanjang sumbu
anteroposterior disebut mengalami metamerisme. Masing-masing metamer
penyusun tubuh hewan avertebrata ini mirip dalam konstruksi dan fungsinya.
Umumnya hewan protostomata bermetamer, masing-masing metamer atau
disebut juga somit, dilewati oleh usus. Contoh : anggota dari phylum Annelida
(Pratt, 1935).
Segmen mungkin hanya diterapkan pada spesies minoritas dengan
tubuh bermetamer. Meskipun segmentasi merupakan organisasi tubuh yang
masih ada pada beberapa hewan, ada kemungkinan bahwa tahap awal dalam
segmentasi evolusi mensyaratkan organisasi metamer sederhana (Couso, 2009).
Adapula avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberapa
segmen menyusun kepala, thoraks dan abdomen. Proses penyatuan beberapa
atau banyak segmen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi pada hewan
bermetamer ini di disebut mengalami tagmatisasi. Masing-masing kelompok
metamer atau tagma ini secara structural dan fungsional berbeda dengan tagma
lainnya. Contoh : pada classis Insecta dan Crustacea memiliki tiga tagma yaitu
kepala, thoraks dan abdomen yang masing-masing terdiri dari tiga atau lebih
metamer (Pratt, 1935).
IV. KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa :
1. Hewan yang memiliki rangka internal adalah Pycnonotus aurigaster,
Osteochilus hasselti, Boiga dendrophila dan Brachylagus sp.
2. Hewan yang memiliki tulang tengkorak adalah Pycnonotus aurigaster,
Osteochilus hasselti, Boiga dendrophila dan Brachylagus sp.
3. Hewan yang memiliki mata adalah Pycnonotus aurigaster, Osteochilus
hasselti, Valanga sp., Macrobrachium sp., Boiga dendrophila dan
Brachylagus sp.
4. Hewan memiliki 2 kesimetrian tubuh yaitu simetri radial yang dimiliki oleh
Diadema sp sedangkan yang memiliki simetri bilateral adalah Pycnonotus
aurigaster, Osteochilus hasselti, Valanga sp., Macrobrachium sp.,
Pheretima sp. dan Boiga dendrophila.
B. SARAN
Praktikum pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata berdasarkan
karakter morfologi seharusnya diberitahukan untuk membawa penggaris untuk
kelancaran dalam menggambar. Praktikan sebaiknya lebih cepat dalam
membuat gambar.
DAFTAR REFERENSI
Amri, K dan Khairuman, S. P, 2008. Budidaya Perikanan pada tiap Jenis Ikan. Agromedia Pustaka, Jakarata.
Boolotion, Richard A. 1979. Zoology an Introduction to the Study Animals. NewYork: Macmillan Publishing.Co.inc.Hlm 289-294
Borror, Triplehorn, Johnson. 1992. Serangga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Brotowijoyo, N. D. 1995. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Clifford dan Stephenson. 1975. An Introduction To Numerical Classification. Academic Press, New York.
Coates, B.J. and K.D. Bishop. 2000. Panduan lapangan Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife IP & Dove Publication, Bogor.
Couso, J. P. 2009. Segmentation, metamerism and the Cambrian explosion. Int. J. Dev. Biol. 53: 1305-1316 (2009) doi: 10.1387/ijdb.072425jc. School of Life Sciences, University of Sussex, Brighton, U.K.
Darbohoesodo, R.B .1976. Penuntun Praktikum Taxonomi Avertebrata. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya, Surabaya.
Kastawi, Yusuf. 1992.Vertebrata Bagian II . Malang: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan IKIP Malang Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas.Hlm 94-118
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins, London.
MacKinnon, J. 1993. Panduan lapangan pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press, Jogyakarta.
O'Toole, Christopher (2002), Firefly Encyclopedia of Insects and Spiders. McGraw Hill. Company Inc, New York.
Pratt H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill. Company Inc, New York.
Radiopoetro,2008.Zoology.Erlangga, Jakarta.
Siwi, Sri Suharni. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta.
Suhardi. 1983. Evolusi Avertebrata. UI-Press. Jakarta.