Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
429
PENGGUNAAN NAMA - NAMA ORANG MADURA DITINJAU
DARI BENTUK ASLINYA
DALAM BAHASA ARAB
Isnainiyah
Universitas Negeri Malang
الاسم هو أحد الوسائل التي يمكن استخدامها لإثبات هويه الشخص. الملخص:
الاضافه إلى ذلك ، يمكن ان يكون الاسم علامة علي دين الشخص أو مجموعته. معظم
المادورين يستخدمون أسماء مشتقة من الجمل العربية. الفرق بين لهجة العرب و
سماء المادورية و اتاا ا مشتقة من لهجة المادورا يسببان اختلافات في نطق هذه ال
الجمل العربية. من خلال فحص استخدام أسماء المادورا التي تم استعراضها من
شكلها الصلي باللغة العربية ومن المتوقع ان تضيف معرفت ا في استخدام الاسم
المادوري الذي مشتقة من الجمل المادورية
ربية, المادورية: الاسم, اللهجة, العرئيسيةكلمات الال
ABSTRACT: Name is one of tools that can be used to establish a person's
identity. Name be taken as a sign of the group or religion. Most of the Madura
using names derived from Arabic lafadz or sentence. The different dialect
between Arabs and Madura cause differences in the pronunciation of the names
of the original. Not infrequently there is a difference in the writing of names in
Madurese derived from Arabic lafadz or sentence. By reviewing use names of
Madura people in terms of its original form in Arabic expected to increase
knowledge and insight on name in language Madura.
Key Words : Name, dialect, arabic and madura.
ABSTRAK: Nama merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
membentuk identitas seseorang. Selain itu nama juga dapat dijadikan sebagai
tanda dari kelompok atau Agama seseorang. Kebanyakan dari orang Madura
menggunakan nama-nama yang berasal dari lafadz atau kalimat bahasa Arab.
Perbedaan logat antara orang Arab dan orang Madura menyebabkan perbedaan
pengucapan nama-nama tersebut dari aslinya, sehingga tidak jarang muncul
perbedaan dalam penulisan nama-nama dalam bahasa Madura yang berasal dari
lafadz atau kalimat bahasa Arab. Dengan mengkaji penggunaan nama-nama
orang Madura ditinjau dari bentuk aslinya dalam bahasa Arab diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan nama dalam bahasa
Madura.
Kata Kunci: nama, logat, Arab dan Madura.
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
430 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Nama adalah salah satu sarana linguistik yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat untuk membentuk identitas seseorang. Dalam satu kelompok,
seseorang dapat dibedakan dari orang yang lainnya lewat sebuah nama. Pemberian
nama dapat menjadi tanda dan identitas kelompok atau Agama pada seseorang
(Linda & Shan, 2007:227—230). Misalnya, seseorang yang memiliki nama
awalan Muhammad, maka dapat diketahui bahwa dia beragama islam. Seseorang
yang memiliki nama kristian, maka dapat diketahui bahwa dia beragama kristen.
Mayoritas masyarakat Madura menganut agama Islam. Lokasi tinggal
mereka yang dekat dengan posisir pantai, memudahkan penyebaran agama Islam
secara meluas sehingga agama Islam sangat mempengaruhi kebudayaaan dan
kepercayaan mereka (Reza, dkk, 2015:26—27). Agama Islam disebarkan oleh
para pedagang arab yang mana dalam interaksinya banyak menggunakan bahasa
Arab. Hal ini menjadi alasan mengapa kebanyakan dari orang madura
menggunakan nama-nama yang berasal dari lafadz atau kalimat bahasa Arab.
Reza, dkk. (2015:28) mengemukakan “Bahasa Madura mempunyai sistem
pelafalan yang khas, sehingga menjadikan orang-orang yang bukan suku Madura
asli kesulitan mempelajari bahasa ini”. Begitu pula dengan bahasa Arab yang
memiliki banyak dialek dan sistem pelafalan yang berbeda, akan membuat
perbedaan sistem dan kesulitan dalam pelafalan dibagi orang selain arab. Hal
inilah yang menjadi alasan mengapa nama-nama orang Madura yang berasal dari
lafadz atau kalimat arab berbeda dengan bentuk aslinya.
BAHASA ARAB DI INDONESIA
Bahasa Arab adalah bahasa umat islam. Bahasa arab banyak digunakan di
berbagai penjuru dunia, diantaranya negara indonesia. Masyarakat indonesia
banyak menggunakan bahasa arab dalam kehidupan sehari-hari, baik dari segi
ibadah, nama orang, dan nama tempat.
Izzan (2009-34) menyatakan sebagai berikut.
Sejarah perkembangan bahasa Arab di Indonesia dimulai sejak
masyarakat Indonesia mulai memeluk Islam. Dalam hal ini bahasa
Arab dipelajari semata-mata sebagai alat untuk mempelajari dan
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
431
memperdalam pengetahuan Islam, baik disurau, masjid, pondok
pesantren, maupun madrasah-madrasah. Sejak zaman penjajahan
Belanda, banyak sekali mahasiswa Indonesia yang melanjutkan di
beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah. Mereka pada
umumnya, mempelajari bahasa Arab bukan semata-mata sebagai
alat, melainkan sebagai tujuan.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa besar yang banyak
digunakan di berbagai pelosok dunia. Bahasa Arab menjadi bahasa
universal. Bahasa Arab menjadi tersebar diseluruh dunia.
Radliah (2005) menyatakan sebagai berikut.
Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa besar yang banyak
digunakan di berbagai pelosok dunia. Sejak abad pertengahan
bahasa arab menjadi bahasa universal yang akhirnya
menjadikannya salah satu dari beberapa bahasa terbesar didunia
seperti bahasa Yunani, bahasa Latin, bahasa Inggris, bahasa
Perancis, bahasa Spanyol, dan bahasa Rusia. Dan saat ini bahasa
Arab merupakan salah satu bahasa yang dipergunakan untuk
menulis dokumen-dokumen Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat penting bagi umat islam. Ritual
agama islam hampir keseluruhan menggunakan bahasa arab. Ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan agama islam juga menggunakan Bahasa Arab.
Abdul (2013) menyatakan sebagai berikut.
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an, hal inilah yang menjadikan
bahasa Arab menjadi bahasa yang sangat berkaitan dengan Islam,
sebab ia adalah bahasa Agama untuk semua umat Islam didunia, baik
bagi mereka yang mempergunakan bahasa Arab dalam kehidupan
sehari-hari mereka maupun tidak. Hal ini disebabkan karena orang-
orang Islam membaca Al-Qur’an dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa
Arab. Tidak ada terjemahan Al-Qur’an yang dibuat dalam semua
bahasa yang memungkinkan mereka untuk menggantikan bahasa
aslinya. Begitu pula sholat lima waktu dan doa-doa, serta azan
semuanya mempergunakan bahasa Arab fusha.
Bunyi /s/ pada kata “asli” dan “salat” misalnya, penggunaannya dalam
sistem ejaan bahasa Indonesia tidak berbeda dengan bunyi /s/ pada kata
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
432 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
“senin”, “misal”, dan “saat” walaupun sebenarnya kalau dirunut secara harfiah
berasal dari bunyi yang berbeda dari bahasa aslinya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kata-kata tersebut telah terserap sepenuhnya ke dalam bahasa
Indonesia.
MASUKNYA BAHASA ARAB DI PULAU MADURA
Bahasa Arab masuk ke Indonesia bersama-sama dengan masuknya agama
islam di Nusantara ini. Para pakar sejarah mengadakah muktamar di medan pada
tahun 1963 dan hasilnya adalah bahwa agama islam masuk ke Nusantara pada
abad pertama hijriah (tahun enam ratusan). Hasil muktamar ini juga didukung
oleh hasil muktamar lain yang diadakan disumatera barat yang menyepakati
bahwa islam masuk ke maningkabau sekitar abad 7-8 masehi.
Sunan Ampel menyiarkan dakwah agama islam di pulau jawa. Dakwah
sunan ampel ini berpengaruh luas hingga ke pelosok Madura. Keberadaan agama
baru yaitu agama islam sudah menggema pada hati masyarakat madura.
Masyarakat madura secara satu persatu masuk agama islam secara sukarela.
Mereka masuk islam tanpa ada pakasaan, karena pada dasarnya dalam agama
islam tidak mengajarkan paksaan dalam urusan agama.
Jejak - jejak Sunan Ampel tidak terlalu terekam di Madura ini secara jelas. Namun
dipastikan dakwahnya senantiasa memancing rasa ingin tahu bagi masyarakat
madura.
Mansurnoor menyatakan dalam penelitiannya tentang peran ulama dalam
Islamisasi Madura sebagai berikut.
Proses Islamisasi Madura boleh dibilang suatu proyek dakwah yang
menuai hasil yang luar biasa. Proyek dakwah ini sebenarnya adalah
kelanjutan dari mega proyek Islamisasi Nusantara yang sangat
massif di antara abad ke-7 hingga abad ke-15 melalui tangan-
tangan ikhlas para juru dakwah yang di Jawa dikenal dengan Wali
Songo. Madura juga menjadi bagian agenda mega proyek ini.
Namun demikian, sepertinya perlu kerja keras untuk membangun
sejarah Islamisasi Madura ini agar tersusun secara utuh. Hal ini
karena fakta telah berbaur dengan legenda. Stories, myths and
legends are to be foundin abundance.
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
433
Bahasa Arab masuk ke Madura seiring dengan masuknya agama Islam ke
daerah tersebut. Reza, dkk (2015:27) menyatakan sebagai berikut.
Awalnya, syiar islam di Madura dilakukan oleh pedagang-
pedagang islam yang singgah di pelabuhan pantai wilayah Madura.
Interaksi antara penduduk asli dengan pedagang-pedagang islam
ini membawa pengaruh terhadap kebudayaan dan juga kepercayaan
masyarakat Madura. Penyebaran islam di Madura terus meluas,
apalagi setelah munculnya beberapa anggota Wali Songo.
Dengan menyebar luasnya agama Islam di Madura, secara tidak langsung
menyebarlah pula bahasa Arab disana. Alasannya adalah karena mereka
menyebarluaskan agama islam dengan bahasa arab yang mana merupakan bahasa
asli pedagang arab saat berinteraksi dalam perdagangan dengan orang Madura.
PERBEDAAN DIALEK BAHASA MADURA
Pulau Madura terletak di sebelah timur laut Pulau Jawa, yakni diantara
113°-115° Bujur Timur dan 6.5°-75° Lintang Selatan. Batas-batas pulau Madura
ialah sebelah selatan selatan merupakan Selat Madura, sebelah utara merupakan
Laut Jawa, sebelah timur merupakan Laut Jawa, sebelah barat merupakan Selat
Madura. Pulau Madura tidak memiliki gunung berapi maupun sungai yang lebar
yang efekftif untuk pengairan. Oleh karena itu, keadaan tanah di pulau Madura
sangat tandus. Sebagian kecil daerah disepanjang pantai selatan terdiri atas sawah
tadah hujan yang hanya dapat ditanami padi pada musim hujan. Sisanya yakni di
daerah pedalaman sampai di bagian utara, memanjang dari barat ke timur tanah
pegunungan dan tegalan yang tanahnya agak liat dan berwarna kuning
kecokelatan.
Bahasa Madura adalah anak cabang dari bahasa Austronesia ranting
Malayo-Polinesia. Bahasa Madura banyak terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu,
Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya. Pengaruh bahasa Jawa sangat terasa dalam
bentuk sistem hierarki berbahasa sebagai akibat pendudukan Mataram atas Pulau
Madura. Banyak juga kata-kata dalam bahasa ini yang berakar dari bahasa
Indonesia atau Melayu bahkan dengan Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan
lafal yang berbeda.
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
434 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Contoh :
1. bilâ (huruf "â" dibaca [ə] (info)) sama dengan bila = kapan
2. orèng = orang
3. tadâ' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu
Pontianak)
4. dhimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di
Minangkabau)
5. tanya = sama dengan tanya
6. cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis : cakalang tetapi tidak
sengau)
7. ongghu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
8. Kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau)=
kemana?
Sistem pelafalan Bahasa Madura adalah sistem pelafalan yang unik. Hal
ini menyebabkan orang luar Madura yang berusaha untuk mempelajarinya
mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan. Bahasa Madura mempunyai
lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh
atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd dan bb . Namun penekanan ini sering
terjadi pada suku kata bagian tengah. Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa
Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].
Chaer dan leone (1995) menyatakan, “Dialek merupakan variasi bahasa,
maka dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya
relatif yang berada pada satu tempat atau, wilayah atau area tertentu. Dialek ini
lazim disebut dengan dialek areal, dialek regional atau dialek geografis”.
Oka (1989) menyatakan sebagai berikut.
Variasi yang ada dalam bahasa Madura, hal ini dapat dibagi dua
bagian yakni variasi sosial dan variasi regional. Variasi sosial
adalah variasi yang disebabkan oleh keadaan sosial, yang
diantaranya umur, status, pekerjaan, pendidikan, situasi dan topik
pembicaraan, serta tempat berbicara. Sedangkan variasi regional
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
435
yaitu variasi yang membedakan pemakaian unsur dan bentuk
bahasa daerah yang satu dengan yang lainnya.
Marsoedi (1983) menyatakan, “Varian bahasa yang ditandai dengan
keseluruhan ciri khas kedaerahan disebut dialek atau lebih lengkapnya disebut
dialek kedaerahaan, dialek geografi atau dialek horisontal”.
Marsoedi (1983) menyatakan sebagai berikut.
Walaupun cara terjadinya dialek-dialek itu disebabkan diantaranya
oleh batas-batas keadaan alam dan kekuasaan politik, penetapan
batas-batas dialek itu tidak ditentukan oleh batas-batas alam dan
batas-batas wilayah administratif pemerintahan, tetapi oleh batas-
batas tersebarnya pemakaian gejala bahasa tertentu. Gejala-gejala
bahasa yang biasanya menandai perbedaan antara dialek yang satu
dengan dialek yang lain itu ialah bunyi (fon), kata-kata (glosser),
bentuk -bentuk (morf) Ungkapan-ungkapan, kalimat kalimat, dan
sebagainya.
Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh
wilayah tuturnya. Di pulau Madura terdapat beberapa dialek seperti: dialek
bangkalan, dialek sampang, dialek pamekasan, dialek sumenep, dialek kangean.
Dialek yang dijadikan acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep,
karena Sumenep merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura di masa lalu.
Contoh pada kasus kata ganti "kamu":
kata be'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di
Sumenep.
sedangkan kata kakeh untuk kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian
timur dan Sampang.
Heddeh dan Seddeh dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.
Khusus Dialek Kangean, dialek ini merupakan sempalan dari Bahasa Madura yang karena
berbedanya hingga kerap dianggap bukan bagian Bahasa Madura, khususnya oleh masyarakat
Madura daratan.
Contoh:
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
436 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
akoh: saya (sengko' dalam bahasa Madura daratan)
kaoh: kamu (be'en atau be'na dalam bahasa Madura daratan)
berrA' : barat (berre' dengan e schwa / â dalam bahasa Madura daratan)
morrAh: murah (modhe dalam bahasa Madura daratan)
PENGGUNAAN NAMA-NAMA ORANG MADURA DITINJAU DARI
BENTUK ASLINYA DALAM BAHASA ARAB
Nama adalah sebutan yang diberikan kepada benda, manusia, tempat,
produk, gagasan atau konsep. Nama biasanya digunakan untuk membedakan
satu sama lain. Nama dapat dipakai untuk mengenali sekelompok, seseorang,
tempat atau lain sebagainya. Orang Madura memberi nama untuk anaknya
biasanya dengan memintakan nama ke Kiai setempat, guru orang tuanya, pihak
suami istri, atau saran dari keluarga terdekat. Nama yang dimintakan disini
menggunakan Bahasa Arab.
Nama adalah salah satu sarana linguistik yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat untuk membentuk identitas seseorang. Dalam satu kelompok,
seseorang dapat dibedakan dari orang yang lainnya lewat sebuah nama. Pemberian
nama dapat menjadi tanda dan identitas kelompok atau agama pada seseorang
(Linda & Shan, 2007:227—230).
Nama orang adalah persoalan yang sangat krusial bagi masayarakat madura,
hal ini dikarenakan nama adalah doa dan pengharapan atas seseorang . Pemilik
nama diharapkan memiliki wujud atau perilaku sesuai dengan nama yang
dijadikan doa. Pemberian nama menjadi hal yang sangat penting bagi orang
madura. Oleh karena itu, orang Madura sangat selektif memilihkan nama bagi
anak-anaknya. Nama yang dipilih bukan hanya bagus secara lafal atau
pengucapannya, melainkan juga yang terpenting adalah maknanya.
Masyarakat madura akan mendatangi para kyai atau gurunya untuk meminta
nama yang baik untuk diberikan kepada anaknya. Keyakinan orang madura adalah
kyai yang notabene dekat dengan Sang Pencipta lebih mengetahui nama-nama
orang yang bagus secara lafal dan maknanya. Nama-nama orang yang diberikan
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
437
oleh kyai pada umumnya mengambil dari bahasa al-Quran atau bahasa Arab. Para
kyai tidak langsung mengambil nama dalam alqur’an begitu saja, akan tetapi
memilih kata atau nama yang bermakna baik sehingga menjadi pengharapan yang
baik. Contohnya adalah nama Ibadur Rahman artinya adalah Para hamba Tuhan
Yang maha Pengasih, yang diharapkan pemilik nama menjadi orang yang selalu
menyembah atau beribadah kepada Allah Yang Maha Pengasih.
Razi (2016) menyatakan, “Pengambilan nama dari bahasa al-Quran atau
bahasa Arab ini tentunya tak lepas dari keberagamaan orang Madura yang
mayoritas adalah muslim. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan ada juga
nama-nama yang bukan berasal dari bahasa Arab”.
Mayoritas orang Madura menganut agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari
segi nama kebanyakan orang Madura. Akan tetapi bahasa Madura adalah bahasa
yang mempunyai sistem pelafalan yang khas, yang bisa membedakan dengan
bahasa yang lain. Reza, dkk. (2015:28—29) menyatakan “konsonan (b), (d), (j),
jh, dh, dan bh, dilafalkan dengan aksen sentak dan ditekankan ketika berada
ditengah-tengah suku kata. Begitu juga dengan konsonan rangkap seperti dd, jj,
dan bb. Untuk sistem vokalnya, bahasa Madura mengenal huruf vocal (a), (u), (e),
(i), dan (o).
Selain itu orang Madura memiliki banyak dialek, yaitu dialek sampang,
dialek pamekasan, dialek sumenep dan dialek pamekasan. Karena dialek yang
berbeda-beda serta sistem pelafalan yang berbeda dengan yang lain inilah,
penggunaan nama orang Madura jadi berbeda dengan bentuk aslinya, yaitu bahasa
Arab. Perbedaan ini meliputi pelafalan atau pengucapan dan tulisan.
Nama baik orang Madura secara pribadi bisa dirusak oleh akhlak pemilik
nama yang berperilaku buruk (Masyithah, 2013:111). Oleh karena itu nama baik
orang Madura juga bergantung pada akhlak seseorang.
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
438 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Contoh- contoh penggunaan nama orang Madura ditinjau dari bentuk
aslinya dalam bahasa arab:
NO KATA ARAB
TULISAN DAN
PENGUCAPAN
INDONESIA
TULISAN DAN
PENGUCAPAN
MADURA
ABDUR RAHMAN DURAHMAN عبد الرحمان 1
SULAIMAN SULIMAN سليمان 2
ABDUS SHOMAD SAMAD عبد الصماد 3
AHMAD ASMAD أحمد 4
ABDUL HAKIM DUL HAKIM عبد الحكيم 5
ABDUR RAHIM DURAHEM عبد الرحيم 6
YUSUF JUSUP يوسف 7
RAUF ROUP رؤوف 8
ROSYID RASID رشيد 9
MUNKAR-NAKIR BENAKERON منكر ناكر 10
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
439
SYAFI’I SAPI’I شافعي 11
RAFI’I PI’I رافعي 12
ABDULLAH DULLAH عبد الله 13
SHOLIHIN SHOLIKIN صالحين 14
ISNAINIYAH ISNIYEH اثنينية 15
QOHHAR OHHER قهار 16
MAARIF MAARIP معارف 17
MUHDOR MUSDER محضر 18
SHOLIHAH SHOLEHA صالحة 19
HUSAIN HOSEN حسين 20
JUWAIRIYAH JURIYEH جويرية 21
MUSAYYAROH MUSEYYEROH مسيرة 22
MASJID MAHJID مسجد 23
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
440 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
HAYYUN YOYON حي 24
HASBIYAH HABIYEH حسبية 25
AZIZAH AZISEH عزيزة 26
ZUHRIYAH SUHRIYEH زهرية 27
TOHA TOHE طه 28
ZUBAIDAH SUBAIDAH زبيدة 29
ARIF ARIP عارف 30
Dari tabel tersebut pada kolom satu disebutkan nama dengan tulisan
arab yaitu عبد الرحمان, ketika ditulis dan diucapkan dengan bahasa indonesia
menjadi abdurrahman, dan ketika ditulis dan diucapkan dengan bahasa madura
menjadi durahman. Perbedaan tulisan dan pelafalan tersebut juga bisa
merubah makna, misalnya عبد الرحمان artinya hamba tuhan yang maha pengasih
menjadi durahman yang artinya orang yang meliliki tuhan maha pemurah,
begitu pula dengan contoh-contoh tabel selanjutnya.
Perbedaan tulisan dan pelafalan atau pengucapan nama-nama orang
Madura sangatlah significant. Perbedaan tersebut disebabkan oleh sistem
pelafalan dan dialek orang Madura yang berbeda dengan yang lainnya. kata
lain yang sering digunakan oleh orang Madura adalah kata pora’allah yang
mana bentuk aslinya adalah astaghfirullah.
Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab ISSN 2598-0637
Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
441
KESIMPULAN
Bahasa Arab masuk ke Madura seiring dengan masuknya agama Islam ke
daerah tersebut. Mayoritas orang Madura menganut agama Islam. Hal ini dapat
dilihat dari segi nama kebanyakan orang Madura. Akan tetapi bahasa Madura
adalah bahasa yang mempunyai sistem pelafalan yang khas, yang bisa
membedakan dengan bahasa yang lain.
Pelafalan yang khas dalam madura disebut dengan dialek. Di pulau
Madura terdapat beberapa dialek seperti: dialek bangkalan, dialek sampang,
dialek pamekasan, dialek sumenep, dialek kangean. Dialek yang dijadikan acuan
standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep.
Perbedaan logat antara orang arab dan orang madura menyebabkan
perbedaan pengucapan nama-nama tersebut dari aslinya, sehingga tidak jarang
muncul perbedaan dalam penulisan nama- nama dalam bahasa madura yang
berasal dari lafadz atau kalimat bahasa arab.
DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Effendi, Achmad Fuad. 2001. Peta Pengajaran Bahasa Arab Di Indonesia.
Jurnal Bahasa Dan Seni.
Izzan, Ahmad, 2009, Metodologi Penbelaran Bahasa Arab,Bndung:
Humaniora.
Kholiq, Abdul. 2013. Pembelajaran Bahasa Arab. (Online)
(http://dul12.blogspot.co.id/2013/05/pembelajaran-bahasa-arab.
html) diakses pada 05 November 2017 pukul 15:00
Mansrnoor, Lik Arifin. 1990. Islam in an Indonesian World Ulama of Madura
(Yogyakarta: Gadjah mada University Press, ).
ISSN 2598-0637 Kajian tentang Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
442 Seminar Nasional Bahasa Arab Mahasiswa II Tahun 2018 HMJ Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Linda, T. & Shan, W. 2007. Bahasa, Masyarakat & Kekuasaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marsoedi, I. (1983). Memahami Hakekat Bahasa. Malang:FKSS-IKIP.
Masyithah, M. 2013. Perubahan Sosial Etnik Madura dalam Lirik Lagu
Kontemporer Berbahasa Madura. Jurnal Pendidikan Humaniora,
2013 (1): 111.
Oka, I Gusti Ngrurah, dkk. 1989. Tata Bahasa Acuan Bahasa Madura.t.p.
Radliah, Zainudin. 2005. Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Pustaka
Rihlah Group.
Razi, Fahrur. 2016. Tradisi Orang Madura Memberi Nama Pada Anaknya
Dan Cara Pengucapan Nama Orang Madura.
http://www.sarimadu.com/2016/08/11/tradisi-orang-madura-
memberi-nama-pada-anaknya-dan-cara-pengucapan-nama-orang-
madura/ (online), diakses pada 21 november 2017 pukul 15.09.
Reza, F., dkk. 2015. Ensiklopedia Jawa Timur (volume 5). Jakarta: PT
Aku Bisa.