Transcript
Page 1: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Prosiding Multifungsi Pertanian, 2005

PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: STUDI KASUS DI SUB-

DAS BESAI - DAS TULANG BAWANG, LAMPUNG Economic valuation of land use changes:

A case study in Besai Sub-Watershed - Tulang Bawang Watershed, Lampung

Jamartin Sihite Staf Pengajar FALTL, Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRAK

Konflik penggunaan lahan banyak terjadi karena perbedaan kepentingan di antara para pemangku kepentingan. Perbedaaan ini menyebabkan terjadinya konflik tujuan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) antara masyarakat hulu dan hilir. Di daerah hulu, tekanan penduduk menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi hutan menjadi kebun kopi menyebabkan terjadinya peningkatan erosi tanah dan aliran permukaan serta fluktuasi debit yang semakin besar. Untuk meminimalkan dampak dari perubahan penggunaan lahan, usaha tani kopi harus dikembangkan dengan pola kebun campuran/ agroforest kopi dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air. Upaya ini bisa meningkatkan produktivitas lahan 49% dan menurunkan erosi sampai lebih 80% dan meningkatkan manfaat langsung maupun tidak langsung yang lebih baik dibandingkan pola penggunaan lahan saat ini (eksisting). Pola ini menyebabkan keuntungan bersih menjadi berkurang tetapi valuasi ekonomi menunjukkan bahwa penerapan upaya konservasi tanah masih layak. Upaya ini menyebabkan manfaat yang diterima masyarakat hilir lebih besar. Total manfaat langsung yang diterima masyarakat bertambah 25% dan tidak langsung 27% atau total manfaat bertambah 26%. Agar manfaat dan biaya ini berjalan adil, maka masyarakat hilir harus mendukung biaya penerapan konservasi tanah dan air. Pemerintah harus berperan dalam memberikan penghargaan kepada masyarakat hulu untuk melindungi dan memperbaiki jasa lingkungan yang dihasilkan untuk masyarakat hilir, seperti dalam bentuk kredit konservasi.

ABSTRACT

Many conflicts over the use of land resources involve competing interest group with various different reasons. These different interests create conflicts between upstream and downstream in the watershed. In upstream, population pressure on land causes land use changes. The study showed that conversion of

ISBN: 979-9474-42-6 17

Page 2: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

forest to coffee plantation increased soil erosion and run-off, and in turn increased fluctuation of stream discharge in Besai. To minimize the impact of land use changes, coffee plantation should be developed in mix plantation/agroforest systems implementing soil and water conservation techniques. This practice increased direct and indirect benefits such as increased productivity as much as 49% and reduced soil erosion by more than 80%. Even though this practice decreased net benefit to the farmer, the total economic valuation showed that applying soil and water conservation techniques were still feasible. Furthermore, the soil and water conservation practice gave positive impacts to the downstream community such as the availability of water to run hydropower plant and reduced the cost for flushing of sediment in the hydropower plant. Direct benefit was 25% higher and indirect benefit to down stream society was 27% or total benefit became 26% higher than that of existing condition. Therefore, to balance the benefit and cost for protection natural resources, the community in the downstream area receiving the benefits should share the cost for implementing soil and water conservation techniques. Government should promote rewards for farmers in upstream area to restore and improve environmental services to the downstream area, such as conservation credit scheme.

PENDAHULUAN

Latar belakang Pertumbuhan populasi manusia dan bentuk kegiatannya mengakibatkan

perubahan dalam penggunaan lahan. Perubahan ini berdampak pada penurunan kualitas lingkungan seperti bertambahnya lahan kritis, meningkatnya erosi tanah dan sedimentasi, dan terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Dampak lingkungan akibat perubahan penggunaan lahan sering tidak diperhitungkan karena adanya keterbatasan dalam nilai barang dan jasa lingkungan (Bonnieux & Goffe, 1997). Perubahan penggunaan lahan ini berdampak pada manfaat langsung yang diperoleh akibat peningkatan pendapatan. Aktivitas ini terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan manfaat langsung yang diperoleh, namun pada sisi lain banyak manfaat dari perlindungan lingkungan yang hilang dan tidak diperhitungkan dalam merubah penggunaan lahan (Barbier, 1995; Crook & Clapp, 1998).

Penelitian ini dilakukan di sub-daerah aliran sungai (DAS) Besai - DAS Tulangbawang, Lampung, yang didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain (i) bagian hulu sub-DAS Besai terdapat areal hutan lindung yang mulai digunakan penduduk sebagai areal kebun kopi dan merupakan daerah tangkapan air untuk DAS Besai dan (ii) di sub-DAS Besai dijumpai beberapa investasi nasional seperti pembangkit listrik, sehingga pengelolaan hulu menjadi prioritas penanganan.

18

Page 3: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di daerah sub-DAS Besai Hulu dari tahun 1970 - 1990

memperlihatkan perubahan yang relatif besar. Pada tahun 1970 dijumpai areal berhutan sebesar 57% dan pada tahun 1990 tinggal 13%. Areal perkebunan yang tidak terdeteksi pada tahun 1970 telah berkembang mencapai 60% pada tahun 1990. Pertambahan luas kebun kopi selain mengurangi areal tanaman pangan (dari 21% pada tahun 1970 menjadi 0,1% pada tahun 1990) juga mengurangi luas hutan lindung. Perubahan penggunaan lahan ini masih terus terjadi dan pada tahun 1994 luas hutan sudah berkurang menjadi 11,16% dan kebun kopi sudah mencapai 44,76%. Mulai tahun 1984 selain perubahan luasan juga terjadi perubahan pola pengelolaan kopi dari monokultur menjadi kebun campuran (Syam et al., 1997).

Perubahan penggunaan lahan di DAS Besai yang dulunya didominasi daerah berhutan menjadi kebun kopi menyebabkan terjadinya peningkatan erosi dan perubahan fluktuasi debit sungai. Rasio debit maksimum/minimum pada tahun 1975-1981 berkisar dari 7-16 dan semakin besar pada periode 1991-1995 yaitu 14-37. Pada sisi lain erosi tanah juga menunjukkan adanya perubahan dengan perubahan penggunaan lahan. Saat dilakukan penyusunan studi kelayakan (feasibility study) pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Besai pada tahun 1982, diketahui laju erosi di DAS Besai 7,9 t ha-1 tahun-1. Pemantauan sesaat yang dilakukan PLTA Besai tahun 1995 memperlihatkan adanya peningkatan erosi tanah sampai empat kali lebih besar. Dampak lingkungan ini tidak diperhitungkan oleh petani ketika mereka melakukan perubahan penggunaan lahan dalam rangka ekstensifikasi kebun kopi, sebab mereka tidak langsung terkena dampak ini.

Dampak lain yang terkait dengan fluktuasi debit akibat perubahan lahan ini adalah ketersediaan air pada musim kemarau. Pada saat pra-kelayakan PLTA Besai, debit minimum tidak ada yang lebih kecil atau sama dengan 8,5 m3 detik-1, yaitu debit minimum yang dibutuhkan PLTA Besai untuk bisa beroperasi. Tetapi dari uji coba PLTA diketahui pada musim kemarau di tahun 1995 sudah ada debit musim kemarau di bawah 8,5 m3 detik-1 sehingga terjadi kehilangan kesempatan berproduksi listrik di PLTA Besai.

Dampak lingkungan berupa erosi yang tinggi dapat diperbaiki melalui perbaikan pola penggunaan lahan dan penerapan usaha konservasi tanah-air. Upaya ini umumnya masih dilakukan secara parsial sehingga tidak terlalu efektif. Aktivitas konservasi tanah dan air masih dihitung sebagai biaya sosial dan bukan sebagai bagian aktivitas ekonomi yang terintegrasi dengan sistem produksi usaha tani (Hulfschmidt et al., 1996). Pengelolaan DAS yang efisien dan baik perlu memadukan faktor ekonomi dan dampak lingkungan secara terintegrasi (Onal et al., 1998).

19

Page 4: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

Tujuan 1. Mengetahui besar dampak perubahan penggunaan lahan terhadap erosi, aliran

permukaan dan pendapatan petani serta nilai ekonomi dari dampak akibat perubahan penggunaan lahan di DAS Besai

2. Memperoleh alternatif penggunaan lahan yang menghasilkan erosi rendah, layak finansial, meningkatkan pendapatan petani dan menyebabkan kerugian ekonomi rendah

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di wilayah sub-DAS Besai, DAS Tulangbawang -

Lampung. Luas sub-DAS Besai Hulu adalah 40.000 ha dan berada di Kecamatan Sumberjaya. Tipe iklim di DAS Besai Hulu menurut klasifikasi Oldeman adalah tipe C. Rata-rata curah hujan bulanan di Stasiun Air Hitam, Sumber Jaya dan Fajar Bulan berturut-turut adalah 222, 213, dan 205 mm atau rata-rata curah hujan bulanan wilayah DAS Besai adalah 214 mm. Di DAS Besai dijumpai lahan datar (kelas lereng A) sebesar 33,30% dan lereng curam sampai sangat curam dijumpai 22,70% atau 77,30% merupakan areal datar sampai agak curam. Di lokasi penelitian juga dijumpai pembangkit listrik yaitu Besai Hydro-electric Power Project. Selain itu, di sub-DAS Besai juga dijumpai hutan lindung register 44 B dan 45 Bukit Rigis.

Pengumpulan data Pengumpulan data dibedakan atas komponen biofisik (untuk kebutuhan

penghitungan erosi tanah dan aliran permukaan) dan data sosial ekonomi (untuk menghitung kelayakan usaha tani, valuasi manfaat dan biaya).

Pengambilan sampel erosi tanah dilakukan pada petak kecil ukuran 2 m x 5 m selama 3 bulan (musim hujan, November-Januari) dari lima pola kopi dominan. Data debit sungai menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan PLTA, yaitu debit Sungai Besai periode 1975-1997.

Pengambilan sampel responden dilakukan dengan purposive sampling yaitu dari setiap desa sample ada tiga suku utama, yaitu Jawa, Sunda, dan Semandau. Pertimbangan yang dilakukan adalah pola penggunaan lahan kopi yang dilakukan berbeda dan menghasilkan dampak yang berbeda. Data primer responden diperoleh dari wawancara di 11 desa yang ada di Kecamatan Sumberjaya, sub-DAS Besai. Jumlah responden terpilih adalah 200 petani. Selain petani kopi, responden juga

20

Page 5: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

dikembangkan kepada masyarakat hilir pengguna jasa lingkungan, seperti kesediaan membayar (WTP: willingness to pay) untuk air yang mereka gunakan dan fungsi pengendalian banjir.

Analisis data Tahapan pendekatan dan pelaksanaan penelitian secara umum terdiri atas

dua tahapan yaitu pengukuran dampak fisik dan penilaian dampak dalam nilai ekonomi. Tahapan ini secara sederhana disajikan dalam Gambar 1.

Analisis biofisik Analisis erosi tanah dilakukan dengan menggunakan data pengukuran petak

kecil dan simulasi alternatif penggunaan lahan dengan hujan sesaat menggunakan model ANSWERS (Beasley & Huggins, 1991). Analisis hidrologi untuk melihat dampak perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan straight line method (Asdak, 2002) untuk memisahkan aliran dasar dan aliran langsung serta simulasi dengan ANSWERS. Simulasi dilakukan untuk melihat atau memperkirakan dampak perubahan penggunaan dan pengelolaan lahan terhadap komponen erosi dan aliran permukaan. Pada tahap ini, simulasi diarahkan untuk memenuhi syarat erosi rendah. Pilihan yang dilakukan dalam skenario simulasi didasarkan pada kemungkinan penggunaan lahan yang akan terjadi di DAS Besai dan upaya perbaikan konservasi tanah dan air. Simulasi yang dilakukan adalah: 1. Menggunakan kondisi penutupan lahan saat ini dengan agroteknologi yang ada

(existing condition). Pada simulasi ini luas hutan 8,4% dan kopi diusahakan dengan lima pola (kondisi kebun kopi pada saat penelitian).

2. Kopi tetap seperti pada simulasi 1, tetapi menambah luas hutan menjadi 30% dengan mengurangi areal semak belukar dan kopi (menambah hutan pada areal berlereng di atas 15%).

3. Luas hutan seperti simulasi 1, tetapi menerapkan konservasi tanah berupa rorak pada seluruh usaha tani kopi (luas hutan tetap 8,4% luas DAS).

4. Simulasi 3 dengan menerapkan teras gulud dan kebun campuran/multistrata/ agroforest kopi pada usaha tani kopi.

5. Pola penggunaan lahan sesuai dengan RTRWP.

21

Page 6: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

Simulasi skenario penggunaan lahan dan agroteknologi

Erosi dan sedimentasi rendah fluktuasi debit kecil

Beberapa skenario penggunaan lahan dan agroteknologi terpilih yang memenuhi syarat

Perhitungan manfaat lingkungan (valuasi ekonomi)

An n alisis/evaluasi pola penggunaan lahayang ada sekarang

Erosi dan sedimentasi rendah fluktuasi debit kecil

Nilai ini menjadi acuan awal bagi penyusunan alternatif

Ya Tidak

Ya Tidak

Penilaian: • Perubahan produktivitas • Pasar pengganti • Penggunaan harga bayangan

Arahan kebijakan perencanaan pengelolaan DAS

Erosi rendah Fluktuasi debit sungai kecil

Onsite: produktivitas baik

Off-site : sedimentasi rendah

Produktivitas lahan kering di hulu

Kapasitas reservoir dan irigasi baik

Ketersediaan air antar-musim

Produksi listrik

Penilaian: • Biaya pemeliharaan • Nilai listrik

Gambar 1. Pendekatan pelaksanaan penelitian di DAS Besai

Outputs : hasil dari pengelolaan DAS – sub-DAS Besai

Pola penggunaan lahan di DAS

Analisis sosial ekonomi Analisis kelayakan usaha tani kopi dilakukan terhadap lima macam pola

usaha tani dengan menghitung rasio manfaat dengan biaya (B/C rasio), IRR (interval rate of return) dan net present value (NPV). Penilaian ini dimaksudkan untuk (1) melihat kelayakan finansial usaha tani yang ada, dan (2) menentukan nilai ekonomi dari manfaat lingkungan. Pada tahap ini dilakukan analisis finansial terhadap

22

Page 7: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

beberapa usulan pola usaha tani untuk melihat apakah usaha tani tersebut layak atau tidak.

Penghitungan manfaat dalam nilai ekonomi ini dilakukan baik untuk dampak pada on-site maupun off-site atau manfaat langsung maupun tidak langsung. Valuasi ekonomi dampak perubahan penggunaan lahan terutama untuk manfaat tidak langsung dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya ganti replacement cost method (RCM), contingent valuation method (CVM). Harga yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar harga di lokasi pada tahun 2002.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi perubahan penggunaan lahan

Perubahan penggunaan lahan Kopi merupakan tanaman yang dominan di sub-DAS Besai. Kopi

merupakan komoditas andalan bagi petani. Konversi lahan hutan menjadi kebun kopi berlangsung cukup intensif, bahkan areal reboisasi juga telah dikembalikan penduduk menjadi kopi. Evaluasi penggunaan lahan tahun 1975, 1985, 1994 dan 1997 memperlihatkan bahwa terjadi pertambahan areal kopi yang cukup signifikan. Pertambahan areal kopi sangat besar terjadi mulai tahun 1985 (Gambar 2). Jika pada tahun 1975 areal kebun kopi 9,9% dan umumnya diusahakan oleh masyarakat lokal (suku Semandau), maka pada tahun 1985 luas areal kebun kopi menjadi 42,5%.

Pertambahan areal kebun kopi yang sangat besar terjadi pada periode 1975-1985 dan 1994-1997. Pada periode kedua (1994 -1997) terjadi pertambahan kebun kopi sebesar 26,5%. Penyebabnya diperkirakan sebagai akibat krisis moneter di mana sektor pertanian mendapatkan peluang sangat besar dari meningkatnya harga komoditas kopi yang tinggi akibat nilai tukar rupiah terhadap dolar yang lemah. Faktor ekonomi ini juga menjadi penyebab perubahan hutan lindung register 45 Bukit Rigis terutama akibat adanya pemahaman bahwa lahan pertanian lebih bernilai ekonomis dan menguntungkan dibanding hutan. Adanya pemahaman ini lahir karena manfaat langsung dari areal kopi dapat diterima petani, sedangkan jasa lingkungan yang dihasilkan hutan umumnya adalah manfaat tidak langsung (Hartwick et al., 2001).

23

Page 8: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

y

0%10%20%30%40%50%60%70%80%

1975 1985 1994 1997

Tahun

% L

uas

DAS

Hutan Semak Belukar Kebun Kopi Sawah Tegalan Perkampungan

Kopi (ha) = -62670 + 896 tahun r2 = 86,8%

Hutan (ha) = 56359 - 559 tahun r2 = 85,3%

Gambar 2. Perubahan penggunaan lahan di DAS Besai Hulu, 1975-1997

Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap erosi tanah Perubahan penggunaan lahan dari berhutan menjadi kebun kopi telah

menyebabkan terjadinya peningkatan erosi di tapak (on-site). Pada penggunaan lahan periode tahun 1975-1981 dengan hutan 42,67% dan kopi 9,87%, erosi tanah yang terjadi di DAS Besai adalah 12,08 t ha-1 tahun-1. Sejak periode tahun 1983-1988, areal tanaman kopi bertambah menjadi 42% dari hanya 9,87% dan diikuti dengan penurunan luas hutan dari 42,6% menjadi 14,34%. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan erosi tanah menjadi 26,86 t ha-1 tahun-1 dan sudah lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransi, yaitu 22,4 t ha-1 tahun-1. Besar erosi ini terus meningkat sejalan dengan pertambahan kebun kopi dan berkurangnya hutan. Pada tahun 1997 ketika hutan tinggal 7,94% dan kopi sudah mencapai 71,23%, sehingga erosi tanah menjadi 49,93 t ha-1 tahun-1 (Tabel 1).

Perubahan erosi akibat perubahan luasan areal hutan menjadi kebun kopi menunjukkan bahwa hutan lebih berfungsi dalam mengendalikan erosi tanah. Fungsi ini bisa berlangsung karena vegetasi di hutan mempunyai ciri strata berlapis (berstrata banyak), sistem perakaran tanaman hutan yang dalam, serta adanya serasah tanaman yang menutupi permukaan tanah. Kondisi ini menyebabkan pukulan air hujan mengalami reduksi sehingga daya rusak pukulan air hujan dan daya gerus tanah oleh aliran permukaan menjadi lebih kecil. Serasah yang lebih tebal di areal hutan menyebabkan bertambahnya kekasaran permukaan tanah dan menyebabkan pertambahan bahan organik, sehingga akan memperlambat aliran

24

Page 9: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

permukaan dan mengurangi daya rusak aliran permukaan pada tanah. Bahan organik yang lebih besar akan menyebabkan porositas tanah bertambah dan air lebih banyak bisa memasuki tanah sehingga jumlah aliran permukaan berkurang. Kondisi ini akan menyebabkan kapasitas aliran permukaan mengangkut bahan erosi juga berkurang dan erosi tanah menjadi lebih kecil. Berbagai hal menguntungkan ini tidak dijumpai pada kebun kopi di DAS Besai karena kebun kopi umumnya bervegetasi monokultur dengan permukaan yang cenderung bersih dari gulma dan serasah lainnya.

Tabel 1. Prediksi erosi tanah di DAS Besai pada periode tahun 1975-1998

Tahun Luas hutan Luas kopi Prediksi erosi

ha t ha-1 tahun-1

1975-1981 16168 (42,6%)* 3747 (9,9%) 12,08 a**

1983-1989 5443 (14,3%) 16115 (42,5%) 26,86 b

1990-1995 4258 (11,2%) 16989 (44,8%) 29,81 b

1996-1998 3200 (8,4%) 27034 (71,2%) 49,93 c

Keterangan: Erosi toleransi : 22,4 t ha-1 tahun-1

* Angka dalam kurung adalah % dari luas DAS ** Huruf yang berbeda setelah angka menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada α =5%

Tabel 2. Hasil pengukuran erosi petak kecil pada lima macam pola kopi di DAS Besai, Lampung

Pola pengusahaan kopi Prediksi erosi t ha-1 bulan-3

Kopi pola 1: Monokultur dan Pionir (baru, < 2 tahun) 31,48a* Kopi pola 2: Monokultur, diatas 5 tahun 16,35b

Kopi pola 3: Monokultur dan pakai rorak 10,34c

Kopi pola 4: Monokultur dan bibit unggul, > 5 tahun 14,23b

Kopi pola 5: Multistrata dan rorak 8,92c

Keterangan : Erosi toleransi : 22,4 t ha-1 tahun-1

Pengukuran petak dari pengamatan 3 bulan * Huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dalam uji BNT (α = 5%)

25

Page 10: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

Kebun kopi merupakan areal yang paling luas penggunaannya di DAS Besai

dan diusahakan dengan beberapa pola. Pola umum kebun kopi di DAS Besai dibagi dalam lima kelompok tergantung kepada pengelolaan kopi yang berkaitan dengan upaya pengendalian erosi. Pola usaha tani kopi yang berkembang tidak sama untuk setiap petani dan setiap pola menyebabkan erosi yang berbeda. Kopi pola 3 dan 5 merupakan pola usaha tani kopi dengan upaya konservasi tanah dan air seperti menggunakan rorak atau mengkombinasikan dengan tanaman keras atau buah-buahan, sedangkan pola 1, 2, dan 4 menggunakan pola tanam yang homogen (monokultur) dan tanpa upaya konservasi tanah dan air.

Pola usaha tani kopi dengan upaya konservasi tanah dan air yaitu pola 3 (rorak) dan 5 (kebun campuran) memberikan dampak erosi yang lebih kecil dibandingkan dengan pola usaha tani kopi monokultur dan tanpa upaya konservasi tanah (Tabel 2). Pola multistrata ini memiliki tajuk yang berlapis dan serasah yang lebih merata serta beragam sepanjang tahun. Jenis tanaman yang berbeda pada multistrata atau agroforest kopi menyerupai strata hutan dan keragaman vegetasi yang ada menyebabkan laju dekomposisi serasah menjadi bervariasi dan umumnya menjadi lebih cepat dibanding tanaman yang homogen. Perbedaan ini selain disebabkan kemampuan melapuk dari setiap jenis bahan organik yang berbeda, juga disebabkan jumlah dan jenis mikroorganisme yang berperan dalam pelapukan pada areal multistrata juga lebih banyak (Widianingsih, 1991). Kondisi ini menyebabkan kandungan bahan organik bertambah, sifat fisik tanah lebih baik yang meng-akibatkan kecepatan aliran permukaan menjadi berkurang sehingga daya angkut dan daya gerus tanah oleh aliran permukaan berkurang. Ini menyebabkan jumlah tanah yang tererosi juga menjadi lebih rendah pada kopi multistrata dibandingkan dengan monokultur.

Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap debit Data pengamatan debit sungai dan curah hujan di DAS Besai tahun 1975-

1998 memperlihatkan bahwa jumlah hujan yang menjadi aliran langsung dan aliran dasar berkisar dari 9-17% dan 44-63%. Bagian dari hujan yang menjadi debit sungai menunjukkan kecenderungan peningkatan (Gambar 3). Nilai aliran dasar (base-flow) yang masih cukup besar (> 40% hujan menjadi aliran dasar) mengindikasikan bahwa kemampuan storage dari wilayah tangkapan DAS Besai masih cukup baik walau aliran langsung cenderung memperlihatkan trend peningkatan

26

Page 11: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

-0.1000.2000.3000.4000.5000.6000.7000.8000.900

1970

% H

ujan

menja

di De

bit

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Janu

ari

Februa

ri

Ma

Deb

it (m

3/de

t)

Gambar 3. Pola kecendperbedaan dDAS Besai H

Pada periode 197

hujan yang langsung mehutan berkurang dan kebair hujan yang langsundimana hutan tinggal 8,4yang langsung memasu

% DRO = - 4.70 + 0.00242 tahun r2 = 41.4%

1975 1980 1985 1990 1995 2000

TahunDebit DRO BF

(a)

retApri

lMei

Juni Ju

li

Agustu

s

Septem

ber

Oktobe

r

Novembe

r

Desembe

r

1975-1981 1983-1988 1990-1995 PLTA

(b)

erungan persen hujan menjadi aliran sungai (a) dan ebit musim hujan dan kemarau pada periode 1975-1998 di ulu (b)

5-1981 dimana hutan masih cukup luas (42,6%), jumlah air masuki sungai < 10%. Pada periode setelah 1983 ketika un kopi bertambah luas, maka ada kecenderungan jumlah g memasuki sungai bertambah besar. Tahun 1996-1998 % dan kebun kopi sudah mencapai 71,2%, jumlah air hujan ki sungai bertambah 24,5% dibandingkan periode 1975-

27

Page 12: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

1981. Debit sungai pada musim hujan juga menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan akibat perubahan hutan menjadi kopi dan sebaliknya pada musim kemarau. Pada periode 1975-1981 debit musim hujan dan kemarau berturut-turut 25,4 m3 detik-1 dan 11,2 m3 detik-1 berubah menjadi 35,9 m3 detik-1 dan 7,7m3 detik-1

pada periode 1996-1998. Pola ini juga tergambarkan dari nilai rasio debit maksimum dan minimum dimana pada periode 1975-1981 berkisar antara 7-12 menjadi 25-41 pada periode 1996-1998. Pada periode 1996-1998, luas kopi sangat besar dan hutan relatif kecil sehingga mengakibatkan jumlah air yang langsung memasuki sungai juga bertambah besar sehingga debit pada musim hujan bertambah besar. Keadaan ini menyebabkan proses infiltrasi air ke dalam tanah berkurang sehingga meng-akibatkan debit sungai pada musim kemarau menjadi lebih rendah daripada peng-gunaan lahan masih dominan hutan. Kondisi ini menunjukkan bahwa konversi hutan lindung menjadi areal kebun kopi dengan pola yang ada saat ini tidak menjamin berlangsungnya fungsi lindung (hidrologi dan erosi tanah) dari kawasan.

Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi kebun kopi menunjukkan adanya pertambahan nilai koefisien aliran permukaan dari 0,05 - 0,25 pada areal hutan menjadi 0,2 - 0,5 pada areal pertanian (Asdak, 2002). Ini berarti perubahan penggunaan lahan akan menyebabkan jumlah air yang menjadi aliran langsung ke sungai akan bertambah, khususnya pada musim hujan. Faktor kekasaran permukaan, serasah yang lebih banyak dan sistem perakaran yang lebih dalam menyebabkan kecepatan aliran permukaan akan lebih rendah dan akan memperbesar peluang terjadinya infiltrasi ke dalam tanah. Faktor ini juga menjadi salah satu penyebab besar atau kecilnya jumlah air hujan yang akan langsung memasuki sungai. Selain pada debit, perubahan lahan hutan menjadi kopi berdampak kepada perubahan rasio debit maksimum – minimum (Qmaks/min) dan selanjutnya akan menyebabkan kehilangan kesempatan produksi listrik di PLTA terutama akibat rendahnya debit pada musim kemarau.

Dampak ekonomi perubahan penggunaan lahan Dampak ekonomi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kopi dari

tahun 1975 - 1998 memperlihatkan pertambahan yang sangat besar. Erosi tanah yang meningkat selama periode tersebut menyebabkan semakin besarnya kehilangan hara dari lahan usaha tani kopi sehingga menyebabkan penurunan produktivitas kopi, dan pada sisi lain juga menyebabkan semakin menurunnya debit minimum di DAS Besai atau terjadi penurunan nilai jasa sebagai penyedia air akibat terjadinya kekurangan air pada musim kemarau di DAS Besai.

28

Page 13: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

Tabel 3. Kerugian ekonomi akibat perubahan penggunaan lahan di DAS Besai,

1975-1998

Biaya kerusakan lingkungan (Rp) Total Periode

tahun Kehilangan akibat erosi

Kehilangan listrik

Kehilangan fungsi

penyedia air DAS Besai Per ha

Perubahan

Rp tahun-1 Rp tahun-1 %

75-81

12.294.831.014 - 4.178.709.961

16.473.540.975

430.523 0,00

83-88

27.354.180.244 - 7.671.989.903

35.026.170.147

875.654 103,39

90-95

30.336.949.898 1.534.095.000

7.979.410.550

39.850.455.448

996.261 131,41

96-98

50.816.209.842 4.327.878.000

8.349.504.425

63.493.592.267

1.587.340 268,70

Keterangan: Kehilangan akibat erosi tanah adalah menggunakan biaya ganti nilai hara yang hilang (setara pupuk) Fungsi penyedia air menggunakan pendekatan WTP untuk air rumah tangga, industri, dan pertanian

Pada tahun 1975-1981 dengan luasan hutan masih dominan, nilai kerugian ekonomi di DAS Besai akibat kerusakan lingkungan adalah Rp 16,473,540,975. Perubahan penggunaan lahan menyebabkan terjadinya kerugian ekonomi yang bertambah besar terutama akibat bertambahnya areal kebun kopi dan berkurangnya hutan. Tahun 1996/1997 dengan penutupan lahan kebun kopi sudah mencapai lebih dari 71,2% maka erosi bertambah besar (Tabel 1) dan ada kehilangan produksi listrik pada musim kemarau (Gambar 3b). Peningkatan dampak biofisik ini menyebabkan terjadinya peningkatan kerugian ekonomi yang terjadi yaitu Rp 63,493,592,267 atau bertambah 268% dibandingkan kondisi pada tahun 1975 dimana penggunaan lahan hutan masih dominan (Tabel 3).

Simulasi perubahan penggunaan lahan

Erosi tanah dan aliran permukaan Pola pengusahaan kopi yang dilakukan penduduk cukup beragam dan hanya

sebagian kecil petani yang sudah menerapkan upaya konservasi tanah dengan menggunakan rorak dan atau guludan. Erosi yang besar terutama berasal dari kebun kebun kopi karena usaha tani kopi yang dilakukan petani umumnya tidak meng-gunakan konservasi tanah dan air. Kondisi ini terjadi karena aspek perlindungan tanah dan air belum menjadi prioritas bagi petani kopi dan menjadi penyebab fungsi perlindungan erosi dan hidrologi kawasan menjadi berkurang.

29

Page 14: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

Beberapa petani sudah mencoba mengkombinasikan penggunaan kebun

campuran (kombinasi kopi dan tanaman keras atau hutan) dan upaya pengendalian erosi dengan upaya mekanis (rorak). Penggunaan rorak dapat menyebabkan erosi berkurang 77,25% dan aliran permukaan berkurang 16,44% dibandingkan kopi tanpa menggunakan rorak dan teras seperti yang dilakukan petani saat ini. Jika lahan kopi sebagian dirubah menjadi areal berhutan sehingga hutan menjadi 30% dari luas DAS, petani tidak menggunakan konservasi tanah dan air pada lahan usaha tani kopi, maka pola ini bisa menurunkan erosi tanah sampai 18,69% dan mengurangi aliran permukaan sebesar 2,09%. Ini menunjukkan bahwa penambahan luasan hutan dapat mengurangi erosi dan aliran permukaan di DAS Besai. Penurunan erosi dan aliran permukaan dengan menjadikan hutan sampai 30% DAS, ini masih lebih kecil dibandingkan dengan pola pengunaan lahan yang menggunakan konservasi tanah (rorak) dimana penurunan erosi dan aliran permukaan berturut-turut bisa mencapai 77,25% dan 16,44% (Tabel 4). Ini berarti menambah luas hutan menjadi 30% tetapi tanpa disertai penggunaan konservasi tanah di lahan usaha tani kopi masyarakat belum dapat menyebabkan fungsi lindung pencegahan erosi tanah dan hidrologi tercapai seperti yang diminta dalam SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/ 1980 tentang penetapan hutan lindung (fungsi dari hutan lindung adalah untuk mengendalikan erosi dan hidrologi).

Tabel 4. Prediksi erosi tanah dari beberapa simulasi alternatif pola penggunaan lahan menggunakan model ANSWERS

Erosi tanah Alternatif pola penggunaan lahan

t ha-1 thn-1 % Perubahan

% perubahan aliran

permukaan

Kondisi eksisting, hutan 8,4% 49,85b* 0,00 0,00 Hutan ditambah menjadi 30% DAS 40,57b -18,69 -2,09 Kebun kopi menggunakan rorak, hutan 8,4% 11,35a -77,25 -16,44 Kopi multistrata menggunakan rorak, gulud 5,95a -88,06 -16,44

Sesuai RTRWP/TGHK 39,61b -20,51 -3,85 Keterangan: Erosi yang ditoleransi (TSL) : 22 ,4 t ha-1 tahun-1

*Huruf yang sama setelah angka menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata dalam uji BNT pada α = 5%

30

Page 15: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

Penggunaan konservasi tanah dan air pada lahan usaha tani kopi baik

dengan menggunakan rorak atau kebun campuran dapat mengurangi erosi. Penurunan erosi > 80% terjadi bila penggunaan lahan menggunakan pola kebun campuran dikombinasikan dengan menerapkan rorak dan guludan. Penggunaan pola tanam kebun campuran yang memiliki strata berlapis dan dikombinasikan dengan penggunaan rorak serta guludan, menyebabkan efektivitas pengendalian erosi semakin besar. Kombinasi ini menyebabkan erosi tanah berkurang sampai 88,06% (Tabel 4).

Pola penggunaan lahan lainnya adalah penggunaan lahan berdasarkan tata ruang Lampung. Di wilayah DAS Besai terdapat kawasan hutan lindung dan hutan suaka yang cukup besar. Jika sub-DAS Besai ini menggunakan pola penggunaan lahan sesuai dengan RTRW, maka erosi akan lebih rendah 20,51% dibandingkan dengan kondisi penggunaan lahan saat ini. Sedangkan aliran permukaan akan mengalami penurunan sebesar 3,85%. Hasil ini memperlihatkan bahwa hutan dan kopi mempunyai respon yang berbeda terhadap erosi tanah. Jika usaha tani kopi tidak dikembangkan dengan pola multistrata/agroforestry dan tidak disertai penerapan upaya konservasi tanah maka tidak akan bisa menyamai fungsi perlindungan hutan terhadap erosi tanah.

Pendapatan dan kelayakan usaha Analisis pendapatan dan kelayakan usaha dilakukan pada pola usaha tani

kopi yang signifikan menurunkan erosi yaitu pola kebun campuran atau agroforest dengan rorak. Berdasarkan wawancara dan pengamatan lapangan diketahui bahwa permasalahan utama bagi petani dalam menerapkan konservasi adalah (1) kondisi modal usaha dan (2) usaha tani kopi yang dikembangkan merupakan sumber utama pendapatan petani dan faktor harga yang fluktuatif. Permasalahan ini menjadi sangat krusial bagi petani berlahan kecil dengan sumber pendapatan hanya dari kebun kopi, walaupun rata-rata pendapatan petani kopi per ha menunjukkan bahwa biaya konservasi tidak terlalu memberatkan usaha tani mereka. Penerimaan petani dengan pola kebun kopi dengan rorak atau agroforest berbasis kopi menunjukkan tingkat penerimaan dan kelayakan finansial yang lebih baik dibandingkan pola saat ini (Tabel 5).

31

Page 16: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

Tabel 5. Penerimaan petani pada beberapa simulasi alternatif penggunaan lahan

Penerimaan petani Kelayakan usaha (B/C) Simulasi perubahan

penggunaan lahan di DAS Besai

Erosi Biaya internal

Erosi eksternal

Erosi biaya internal

Erosi biaya eksternal

Rp ha-1

Simulasi 1: Eksisting (hutan 8,4%, 5 pola kopi) 1.167.287 2.495.361 1,37 2,35 Simulasi 2: Simulasi 1 dengan 30% hutan 1.523.220 2.112.981 1,54 1,94 Simulasi 3: Simulasi 1 dengan rorak (hutan tetap 8,4%) 2.521.188 2.964.027 1,79 2,08 Simulasi 4: Simulasi 3 + gulud dan campuran 3.402.045 3.715.338 2,29 2,60 Simulasi 5: Penggunaan lahan sesuai RTRWP/TGHK 1.279.523 2.065.230 1,62 2,62

Keterangan : Kelayakan usaha menggunakan nilai rasio manfaat dan biaya (B/C rasio)

Simulasi 1 adalah kondisi eksisting dimana luas hutan 8,4% dan pola usaha

tani kopi terdiri atas lima pola. Pendekatan dalam kelayakan yang dilakukan adalah menginternalkan kehilangan akibat erosi sebagai faktor biaya. Menambah areal hutan menjadi 30% (simulasi 2) menyebabkan berkurangnya penerimaan petani, tetapi bila kehilangan akibat erosi diperhitungkan sebagai biaya maka penambahan areal hutan menyebabkan erosi berkurang dan total manfaat menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi eksisting (simulasi 1). Penerapan konservasi menyebabkan pertambahan biaya, tetapi pada sisi lain menyebabkan berkurangnya erosi dan bertambahnya produktivitas tanaman. Pada simulasi 4 dimana pola usaha tani yang diterapkan`adalah kebun campuran pola agroforest, maka penerimaan petani dan kelayakan usaha terlihat lebih baik dibandingkan kondisi saat ini. Pola 3 dan 4 merupakan pola alternatif yang memberikan manfaat langsung kepada petani jauh lebih baik dibandingkan pola yang ada saat ini, dan pola ini secara sosial sudah diterapkan sebagian petani di DAS Besai.

Nilai ekonomis manfaat jasa lingkungan Manfaat yang diperoleh di daerah hulu adalah produktivitas lahan, tetapi

dengan laju erosi yang besar dan sistem agroteknologi yang digunakan petani yang

32

Page 17: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

lebih mengutamakan ekstensifikasi, maka pendapatan petani tidak besar dan tidak berkelanjutan. Erosi tanah menyebabkan terjadinya kehilangan hara dan berarti kehilangan kesempatan berproduksi atau kehilangan pendapatan sebesar nilai tanah yang tererosi.

Manfaat ekonomi dari setiap alternatif penggunaan lahan di DAS Besai merupakan total manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat tidak langsung dari suatu pengelolaan sangat banyak dan dalam penelitian ini dibatasi pada manfaat dari penutupan lahan seperti manfaat pengendali erosi, pencegahan banjir, penyediaan air pertanian, sedangkan keanekaragaman (biodiversity) dan penyerapan karbon belum diperhitungkan.

Manfaat langsung yang diperoleh pada penggunaan lahan saat ini dimana kopi ada lima pola, sebagian tidak menerapkan konservasi tanah dan air adalah Rp 5.125.900 ha-1 dan manfaat tidak langsung Rp 3.948.388 ha-1. Penambahan areal hutan menjadi 30% menyebabkan manfaat langsung menjadi berkurang 7% dari kondisi penggunaan lahan saat ini walau memberikan pertambahan manfaat tidak langsung 19%. Pola usaha tani kopi dengan multistrata yang dikombinasikan dengan rorak dan gulud selain memberikan manfaat tidak langsung yang besar, juga memberikan manfaat langsung kepada petani seperti pertambahan produktivitas lahan sampai 49%. Jasa lingkungan yang dihasilkan merupakan akibat dari efektivitas pengelolaan kopi yang menyebabkan erosi rendah dan debit tidak berfluktuasi. Total manfaat langsung dari kopi multistrata adalah Rp 6,394,297 atau bertambah 25% dan manfaat tidak langsung Rp 5,001,858 atau bertambah 27%. Manfaat langsung maupun tidak langsung dari pola penggunaan lahan ini semuanya lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diberikan penggunaan lahan saat ini, yaitu bertambah 26% (Tabel 6). Ini menunjukkan bahwa lahan pertanian mempunyai banyak fungsi dan fungsi jasa lingkungan mempunyai peran yang cukup besar secara ekonomi.

33

Page 18: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

Tabel 6. Manfaat langsung dan tidak langsung dari beberapa alternatif penggunaan

lahan di DAS Besai

Simulasi beberapa alternatif penggunaan lahan

Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Simulasi 4 Simulasi 5 Manfaat langsung dan tidak langsung dari beberapa alternatif penggunaan lahan Eksisting

(hutan 8,4%)

Simulasi 1 dengan 30%

hutan

Simulasi 1 dengan rorak (hutan 8,4%)

Simulasi 3 + gulud dan kopi

multi strata (hutan 8,4%)

RTRWP/ TGHK

Manfaat langsung

Produktivitas (Rp ha-1 tahun-1) 2,495,361

2,112,981(-15%)

2,964,027 (+19%)

3,715,338 (49%)

2,065,230(-17%)

Produksi listrik (Rp ha-1 tahun-1) 2,345,238 2,360,522 2,360,401 2,360,597 2,348,824

Pemenuhan air minum (Rp ha-1 tahun-1) 95,584 96,427 96,427 96,427 95,782

Kebutuhan industri (Rp ha-1 tahun-1) 187,668 217,695 218,446 219,459 195,175

Produksi sawah (Rp ha-1 tahun-1) 2,048 2,476 2,476 2,476 2,006

Total di DAS Besai 5,125,900 4,790,101(-7%)

5,641,777 (+10%)

6,394,297 (25%)

4,707,017(-8%)

Manfaat tidak langsung

Pengendalian erosi (Rp ha-1 tahun-1) 3,667,758 4,406,071

(20%) 4,552,993

(+24%) 4,682,540

(28%) 4,210,126

(+15%)

Penyedia air pertanian (Rp ha-1 tahun-1) 235,326 240,244 274,013 274,013 244,386

Pengendali banjir (Rp ha-1 tahun-1) 45,305 45,305 45,305 45,305 116,973

Biodiversity, carbon sequestration* - - - - -

Total di DAS Besai 3,948,388 4,691,620 (19%)

4,872,311 (+23%)

5,001,858 (27%)

4,571,485 (+16%)

Total manfaat di DAS Besai 9,074,288 9,481,721

(4%) 10,514,088

(+16%) 11,396,155

(26%) 9,278,502 (+

2%)

Keterangan: Angka dalam kurung menunjukkan persen perbedaan dengan kondisi eksisting Nilai manfaat biodiversty dan penyerapan karbon belum dihitung dalam penelitian ini

34

Page 19: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

Kebijakan pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS diharapkan akan mendukung perbaikan lingkungan yang berkelanjutan. Pengelolaan ini merupakan kombinasi dari beberapa faktor seperti faktor teknologi, kebijakan, dan aktivitas yang bertujuan mengintegrasikan prinsip-prinsip sosial ekonomi dengan lingkungan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi bagi keberhasilan tujuan pengelolaan DAS, seperti : (1) harus mendukung perbaikan produktivitas lahan; (2) harus mengurangi kemungkinan terjadinya risiko penurunan produksi; (3) harus bisa mendukung perlindungan sumber daya alam dan mencegah terjadinya degradasi kualitas tanah dan air; (4) harus layak secara ekonomi; dan (5) harus bisa diterima masyarakat (aspek sosial).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi yang besar akibat pertambahan kebun kopi dan pengurangan hutan harus dikendalikan, karena menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan agroteknologi bisa mengurangi laju erosi secara signifikan walau pada umumnya petani tidak melaksanakannya, karena tindakan ini berarti penambahan biaya di sisi petani, dan mereka tidak menerima secara langsung manfaat dari pengendalian erosi yang dilakukan.

Pembangunan agroforest berbasis kopi di kawasan pengelolaan DAS Hasil penelitian menunjukkan adanya dampak peningkatan erosi, kehilangan

produksi listrik, dan juga memperlihatkan bahwa dampak terhadap erosi bisa diperkecil, jika usaha tani kopi dilakukan dengan pola kebun campuran/agroforestry yang dipadukan dengan upaya konservasi tanah seperti rorak dan guludan. Upaya ini selain menyebabkan erosi lebih rendah dan di bawah erosi yang dapat ditoleransi juga berdampak pada pendapatan petani yang lebih baik, dan mendukung fungsi lindung dari hulu DAS Besai yang sebagian besar adalah hutan lindung. Agroforest berbasis kopi dapat dikembangkan pada areal hutan lindung dengan pendekatan pembangunan hutan kemasyarakatan dimana masyarakat memperoleh hak pengelolaan atas kawasan hutan lindung. Pola-pola agroforest berbasis kopi dapat dilakukan karena pola ini tidak melakukan pemanenan kayu dan fungsi pengendali erosi dan hidrologi dapat dicapai.

Hak pengelolaan agroforest berbasis kopi sebaiknya diberikan kepada petani dalam kelompok-kelompok pengelola sehingga keberhasilan kelompok tersebut merupakan ”keberhasilan kolektif”. Hak pengelolaan ini berbentuk sertifikat tetapi ada aturan main yang harus dikembangkan dimana sertifikat ini tidak dapat ditransfer antar-kelompok namun dapat ditransfer antar-anggota dalam kelompok pengelola, sehingga pengawasan antar-anggota cukup efektif. Sanksi diberikan

35

Page 20: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

secara kelompok melalui denda maupun tidak diberikan lagi insentif bagi pengelola agroforest tersebut, bagi yang melanggar ketentuan dalam pengelolaan. Sedangkan pemerintah, swasta, dan NGO menjadi aktor eksternal yang mengawasi, menjadi fasilitator, dan penyedia dana. Sedangkan pemerintah sekaligus berfungsi sebagai regulator.

Hutan lindung dan tata guna lahan Pemahaman bahwa hutan lindung harus bervegetasi hutan perlu dievaluasi.

Penetapan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menjamin fungsi lindung berupa hidrologi bukan biodiversity. Ini sejalan dengan SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/ 1980 dimana penetapan hutan lindung adalah dalam rangka memelihara kemantapan tata air, mencegah banjir dan erosi. Dengan pemahaman ini maka wajar dan layak jika masyarakat melakukan konversi hutan menjadi kebun kopi sepanjang fungsi hidrologi dan pengendalian erosi tetap terjaga.

Mengacu kepada kondisi DAS Besai dengan keberadaan hutan lindung, ada dua opsi kebijakan yang bisa dilakukan yaitu: 1. Jika dipertahankan fungsinya sehingga bisa mendekati fungsi sebagai hutan

lindung, maka pola kebun kopi harus multistrata atau agroforest berbasis kopi dengan menerapkan teknik konservasi tanah dan air. Analisis penggunaan lahan menunjukkan bahwa dampak erosi dan aliran permukaan ini dapat dikendalikan jika kebun kopi dikembangkan dengan multistrata dan menerapkan konservasi tanah dan air. Ini berarti jika mengacu kepada SK Mentan No. 837, maka pengembangan agroforest kopi yang dipadukan dengan konservasi tanah dan air tidak bertentangan karena bisa memenuhi fungsi dari hutan lindung.

2. Analisis peta lereng di DAS Besai menunjukkan bahwa banyak areal hutan lindung yang datar dan lahan berlereng di atas 40% cukup kecil. Ini berarti areal hutan lindung bisa dirubah menjadi bukan hutan lindung dengan melakukan evaluasi atau re-skoring hutan lindung sehingga masyarakat bisa berkebun kopi tanpa ”was-was” melanggar peraturan.

Pemberdayaan pendukung dana petani hulu Pengelolaan lingkungan yang baik di hulu akan memberikan manfaat bagi

penduduk di hilir. Adanya sebagian manfaat dari pengelolaan daerah hulu yang dinikmati oleh penduduk di hilir yang secara status ekonomi lebih baik dari penduduk hulu. Pemerintah seharusnya memperkenalkan dan mengembangkan format subsidi bagi konservasi di hulu sama seperti adanya program irigasi di daerah hilir. Subsidi ini bisa dilakukan dengan memberi pengurangan bunga kredit untuk

36

Page 21: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

melaksanakan upaya konservasi tanah yang dilakukan petani. Kredit yang dikembangkan di daerah hulu harus digunakan sebagai investasi yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya. Keberadaan sumber pendanaan ini akan menjadi faktor penting dalam pencegahan kerusakan lingkungan dan pengentasan kemiskinan, mengingat kemiskinan dan kerusakan lingkungan merupakan sebab akibat. Untuk itu, dalam managemen atau pengelolaan DAS, upaya mengembangkan sektor keuangan di pedesaan menjadi penting.

Mengembangkan usaha tani kopi di hulu dengan menerapkan konservasi tanah dan air, akan berarti meningkatkan biaya dan menurunkan manfaat langsung yang diterima petani hulu, tetapi bisa dinikmati masyarakat hilir. Oleh karena itu, manfaat yang diperoleh daerah hilir dengan adanya pengelolaan di hulu harus bisa dinikmati oleh penduduk hulu lewat upaya transfer manfaat yang dipelopori oleh pemerintah. Pemerintah harus memfasilitasi transfer dan sharing manfaat ini kepada penduduk di hulu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 1. Perubahan penggunaan lahan di DAS Besai dari tahun 1975-1997 telah

menyebabkan hutan berkurang dari 16.168 ha (42,6%) menjadi 3.200 ha (8,4%) dan menyebabkan pertambahan kebun kopi dari 3.747 ha (9,9%) menjadi 27.034 ha (71,2%).

2. Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi kopi di DAS Besai menyebabkan terjadinya: (1) peningkatan erosi tanah yang signifikan dari 12,08 t ha-1 tahun-1 pada periode 1975-1981 (hutan 42,60%, kopi 9,9%) menjadi 49,93 t ha-1 tahun-1 pada periode 1996-1998 (hutan 8,4%, kopi 71.2%); (2) peningkatan rasio debit maksimum minimum dari 7-16 pada tahun 1975-1981 dan 25-41 pada periode tahun 1996-1998; (3) debit musim hujan lebih besar dan kemarau lebih rendah sehingga terjadi kehilangan produksi listrik pada musim kemarau, atau terjadi peningkatan kerugian secara ekonomi dari Rp 16.473.540.975 tahun-1 pada tahun 1975-1981 menjadi Rp 63.493.592.267 tahun-1 pada tahun 1996-1998.

3. Hasil simulasi erosi memperlihatkan bahwa pola penggunaan lahan kebun kopi menggunakan rorak atau kombinasi dengan kebun campuran bisa menurunkan erosi 77,25% dan 88,06%. Erosi yang dihasilkan juga lebih rendah daripada erosi yang dapat ditoleransikan.

37

Page 22: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Sihite

4. Pola usaha tani kopi dengan rorak atau kebun campuran yang menggunakan

rorak/gulud juga menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar daripada kondisi saat ini, yaitu berturut-turut Rp 2.964.027 dan Rp 3.715.338. Pola ini memiliki nilai B/C rasio > 1.

5. Total manfaat langsung dan tidak langsung dari pola usaha tani kopi multistrata atau agroforest kopi berturut-turut Rp 6.394.297 ha-1 dan Rp 5.001.858 ha-1. Nilai manfaat ini lebih besar dibandingkan manfaat langsung dan tidak langsung dari penggunaan lahan saat ini, yaitu Rp 5.125.900 ha-1 dan Rp 3.948.388 ha-1.

Saran 1. Pengembangan usaha tani kopi di DAS Besai sebaiknya menggunakan usaha

tani konservasi sehingga erosi dan aliran permukaan waktu musim hujan dapat berkurang dan bisa mendukung keberadaan PLTA Besai. Dukungan pemerintah dengan memberikan bantuan untuk konservasi sangat dibutuhkan mengingat kondisi petani di hulu DAS umumnya miskin, maka langkah yang harus diambil adalah meningkatkan kondisi sosial ekonomi petani. Hal ini bisa dicapai dengan menerapkan sistem usaha tani terpadu, yaitu mengkombinasikan tanaman pangan, tanaman keras, dan peternakan yang sesuai dengan kaidah usaha tani konservasi tanah. Dengan sistem ini, petani melihat adanya keuntungan yang bisa diperoleh dan konservasi tanah yang dijalankan.

2. Pemberdayaan petani dengan subsidi bagi biaya konservasi bisa dilakukan tetapi dengan melihat kelayakan usaha, maka pengembangan sistem kredit harus hati-hati karena usaha ini cukup sensitif dengan perubahan. Hal ini berakibat beratnya petani untuk melakukan usaha tani konservasi tanah. Langkah yang harus diambil pemerintah adalah menyediakan modal bagi petani melalui sarana kredit berbunga rendah di pedesaan yang bergulir bukan parsial per proyek.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada

University Press. Hal 160-166. Barbier, E. B. 1995. The Economics of Forestry and Conservation : Economic

Values and Policies. Commonwealth Forestry Review. Vol. 74.

38

Page 23: PENILAIAN EKONOMI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN: …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/prosiding/mflp... · terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan

Penilaian Ekonomi Perubahan Penggunaan Lahan

Beasley, D. B. and L.F Huggins. 1991. ANSWERS (Areal Nonpoint Source

Watershed Environment Response Simulation). User’s Manual. Second Edition-Second Printing. Agriculture Engineering Department Publication No. 5. Agriculture Experiment Stations. Purdue University.

Bonnieux, F. and P. Le Goffe. 1997. Valuing the Benefits of Landscape Restoration: A case Study of the Cotentin in Lower-Normandy, France. Journal of Environmental Management. Vol 50. Academic Press

Crook, C. and R.A. Clapp. 1998. Is market-oriented forest conservation a contradiction in terms? Environmental Conservation. Vol. 25 (2):131-145. Foundation for Environmental Conservation.

Harrtwick, J. M., Ngo van Long, and H. Tian. 2001. Deforestation and Development in A Small Open Economy. Journal of Environmental Economics and Management. Vol. 41: 235-251. Academic Press.

Hulfschmidt, M.M., D.E. James, A.D. Meister, B.T. Bower, and J.A. Dixon. 1996. Lingkungan, sistem alami dan pembangunan. hlm. 136-160 dalam Pedoman Penilaian Ekonomis. Gajahmada University Press. Yogjakarta.

Onal, H., K.A. Algozin, M. Isik, and R. H. Hornbaker. 1998. Economically efficient watershed management with environmental impact and income distribution goals. Journal of Environmental Management 53: 241-253. Academic Press.

Syam, T., H. Nishide, A.K. Salam, M. Utomo, A. K. Mahi, J. Lumbanraja, S. G. Nugroho, and M. Kimura. 1997. Land Use and Cover Changes in a Hilly Area of South Sumatra, Indonesia (from 1970 to 1990). Soil Science Plant Nutrition. Vol. 43 (3): 587-599.

Widianingsih, D.E. 1991. Peranan Sistem Pertanaman Agroforestry dalam Penggunaan Lahan Kering Pertanian yang Berlereng Curam di DAS Cimanuk, Jawa Barat. Disertasi. Fakultas Pascasarjana. IPB Bogor.

39


Top Related