1
1
Peningkatan Pemahaman Peserta Didik Pada Materi Pendidikan
Agama Islam (PAI) Melalui Pemanfaatan Media Pembelajaran TTS (Teka-
Teki Silang) Terhadap Peningkatan Imlak bahasa Arab Siswa Kelas VII
MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan ”
ABDUL MUID, 1AHMAD NURUL MUTTAQIN
2
ABSTRAK
Madrasah MTs Al-Muhtadi Desa Sendangagung Paciran Lamongan
adalahsalahsatu madrasah yang mengkolaborasikan IPTEK dan ilmu Agama
kepadapeserta didiknyamulaidarikelas VII sampaikelas IX. Proses pembelajaran di
madrasah tersebut masihsangattertumpupadabukupanduan dan media TTS, peserta
didiklebihbanyakdiarahkanberpikirabstrak yang tidak distimulus olehhal-hal yang
kongkrit terlebih dahulu, sehingga peserta didik kurang berkonsentrasi dalam
pelajaran yang disampaikan oleh guru, jadiakan sangat rugi jika peserta didik tidak
mampu memahami pembelajaran dengan baik.
Apalagi bagi siswa yang pemula seperti di kelas VII disekolah tersebut, masih
banyak dari mereka yang belum mengenal dan memahami betul tentang Agama
Islam. Maka peneliti tergugah untuk melakukan penelitian bagaimana cara
memanfaatkan media TTS dalam peningkatan pemahaman materi Pendidikan
Agama Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriftif. Adapun rumusan
dari penelitian ini ialah:1) bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan 2) Bagaimana usaha
peningkatan pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama Islam melalui
pemanfaatan media Teka-Teki Silang di MTs Al-Muhtadi Sendang agung Paciran
Lamongan.
Hasil penelitian ini adalah: 1) awal dalam pembelajaran peningkatan
pemahaman peserta didik pendidikan agama Islam (PAI) dalam pemanfaatan media
teka-teki silang di MTs Al-Muhtadi itu di mulai pada tepat pukul 07.00 WIB yang
diawali dengan apel bersama-sama serta do’a bersama dan dalam pelaksanaan
1 Dr.H.Abdul Muid,S.Ag.M.Pd.I adalah dosen dan Direktur Pascasarjana IAI Qomaruddin Bungah
Gresik Jawa Timur, dosen STAI Arrosyid Surabaya, Ketua Dewan Pengasuh Yayasan Pondok
Pesantren Maziyatul Ilmi Boboh Gresik, Wakil Ketua Tanfidiyah MWCNU Kecamatan Menganti
Kabupaten Gresik, Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren Al-Furqon NU Driyorejo Gresik, Anggota
LAKPESDAM NU Gresik,Anggota KOMNASDIK Jawa Timur, dan Wakil Ketua LPTNU Kabupaten
Gresik Jawa Timur, anggota Majlis Ulama Indonesia Kabupaten Gresik Komisi Pendidikan masa
khidmah 2019-2024. 2 Adalah seorang Peneliti di Madrasah MTs Al-Muhtadi Desa Sendangagung Paciran Lamongan
2
2
pembelajaran peningkatan pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama
Islam ini berjalan cukup baik karena didukung dengan fasilitas yang ada, selain itu
juga didukung dengan guru yang kompoten dalam bidangnya, terutama guru
pendidikan agama Islam (PAI) yang sudah ahli dan berpengalaman. 2) Sering diberi
motivasi, nasihat/ masukan agar semangat dalam proses pembelajaran, di beri tes
privat/les baik itu di sekolah/Madrasah maupun di luar sekolah/Madrasah seperti di
pondok Al-Muhtadi itu sendiriserta setiap pertemuan diberikan evaluasi, bimbingan
dan menanyakan sangat lembut, perhatian agar peserta didik lebih cinta dalam
pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).
Kata Kunci : Peningkatan Pemahaman Materi Pendidikan Agama Islam, Media
Teka-Teki Silang
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakaan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya
guna kepentingan pengajar.3
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan komunikasi antara guru dengan
peserta didik yang bertujuan untuk bertukar pikiran dalam mengembangkan
ide dan pengertian. Namun dalam komunikasi tersebutsering terjadi
penyimpangan - penyimpangan sehingga komunikasi edukatifmenjadi tidak
efektif dan efisien.
Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau penghalang
komunikasi. Penghambat tersebut biasa dikenal dengan istilah “barriers atau
3 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RINEKA
CIPTA, 2010), hal. 120.
3
3
noises”.4 Pertama, adalah hambatan psikologis, seperti minat, sikap, pendapat,
kepercayaan, intelegensi dan pengetahuan. Kedua, hambatan fisik, seperti kelelahan,
sakit, keterbatasan daya indera dan cacat tubuh. Ketiga,adalah hambatan kultural seperti
perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan, dan nilai-nilai panutan. Dan
hambatan terakhir, keempat,hambatan lingkungan, yaitu hambatan yang ditimbulkan
situasi dan kondisi keadaan sekitar. Proses pembelajaran di tempat yang tenang, sejuk dan
nyaman tentu akan berbeda dengan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas yang
bising, panas dan berjubel.5
Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme tentu akan sangat
membosankan. Sebaliknya pengajaran akan lebih menarik apabila siswa gembira atau
senang karena mereka merasa tertarik dengan pelajaran yang diterimanya. Karena
penggunaan metode atau media mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar
anak didik. Pada suatu kondisi tertentu anak didik merasa bosan dengan metode
ceramah, disebabkan mereka harus dengan setia dan tenang mendengarkan penjelasan
guru tentang suatu masalah. Kegiatan pengajaran seperti itu perlu guru alih dengan
suasana yang lain.6
Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan
media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagai alat bantu pengajaran, tetapi
sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat
digunakan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran7.
Di dalam al-qur’an juga disebutkan, bahwasannya suatu perantara itu sangat
penting, untuk itu kami disini menggunakan sebuah perantara yang melalui sebuah media
dalam hal apapun khususnya dalam proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran.
4 Arief S Sadiman dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 13. 5 Ibid, hal. 14.
6 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, hal. 158.
7 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, hal. 120.
4
4
Salah satu ayat al-qur’an yang menerangkan tentang sebuah perantara ini terdapat dalam
surat Al-Alaq ayat 4 yang berbunyi :
( 4الّذى علّم بالقلم )
Artinya : “ Yang Mengajar (manusia) dengan perantara kalam/pena “ (QS. Al-Alaq
: 4).8
Maksud kata kalam/pena dalam terjemah ayat di atas yaitu Allah SWT mengajar
manusia dengan perantaraan tulis baca.9 Menurut Quraish Shihab, dalam ayat ini, Allah
SWT menegaskan bahwa Dia mengajar manusia melalui pena, dalam arti yang ditulis
oleh pena tersebut. Penemuan pena serta tulis-menulis merupakan salah satu anugerah
terbesar Allah SWT sehingga satu generasi dapat mentransfer ilmu dan pengalaman
mereka pada generasi berikutya.10
Selain itu, dari wahyu pertama al-Quran diperoleh
isyarat bahwa ada dua cara perolehan dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar
dengan kalam/pena yang telah diketahui manusia lain sebelumnya dan mengajar manusia
(tanpa pena) yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan alat atau
atas dasar usaha manusia. Cara kedua dengan mengajar tanpa alat atau usaha manusia.
Walau berbeda, keduanya berasal dari satu sumber, yaitu Allah SWT.11
Dua cara
perolehan tersebut merupakan dasar pembagian ilmu yang secara garis besar objek ilmu
dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu alam materi dan alam non-materi.12
Dalam ayat tersebut, tampak bahwa Allah menyediakan kalam sebagai alat untuk
menulis, sehingga tulisan itu berfungsi sebagai penghubung antar manusia walaupun
mereka berjauhan tempat. Dengan demikian, pemahaman mengenai ayat tersebut
merupakan dasar bagi pemanfaatan, penciptaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi manusia dalam segala bidang
kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan, media
yang digunakan dalam pembelajaran terus berkembang seiring perkembangan ilmu
8 Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Per Kata, (Jakarta: Magfiroh Pustaka, 2009), hal. 597.
9 Ibid, hal. 597.
10 M. Quraish Shihab, Tafsir al -Quran al -Karim: Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan
Turunnya Wahyu (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), hal. 99. 11
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maud}u’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung:
Mizan, 1996), hal. 426. 12
Ibid, hal. 429.
5
5
pengetahuan dan teknologi, baik teknologi komunikasi maupun informasi. Hal ini
disebabkan karena media merupakan bagian dari sistem pembelajaran. Sebagaimana yang
diungkapkan Muhaimin dkk bahwa, tiga komponen dalam strategi penyampaian
pembelajaran PAI adalah media pembelajaran, interaksi media pembelajaran dengan
peserta didik dan pola belajar-mengajar.13
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan
dapat dilakukan melalui media apa saja baik media masa seperti majalah, buku, surat
kabar atau juga lewat media elektronika seperti radio, televisi, internet dan yang lainnya.
Salah satu media yang belum begitu banyak digunakan dan dikembangkan di Indonesia
adalah media TTS .
Pertimbangan untuk menggunakan strategi pembelajaran aktif dalam hal ini
melalui media TTS adalah peserta didik sangat memerlukannya untuk mendapatkan
peningkatan pemahaman pelajaran PAI, baik dari itu berupa materi dasar hingga lanjutan,
selain itu realita bahwa peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada
peserta didik yang lebih senang membaca, berdiskusi dan ada juga yang senang praktek
langsung. Dari sisi pengajar, sebagai penyampai materi, media TTS akan sangat
membantu dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian, karena dapat dipakai dengan
variasi yang tidak membosankan.
Teka-Teki Silang sudah biasa kita dengar dalam kehidupan di masyarakat. Teka-
Teki Silang ini berguna untuk mengasah otak bagi yang mengerjakannya. Ternyata Teka-
Teki Silang bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi anak-anak dan remaja
juga bisa mengisi Teka-Teki Silang dengan materi pelajarannya. Hal ini menguntungkan
guru untuk melakukan metode pembelajaran dengan menggunakan teka-teki silang dalam
pembelajaran14
.
Telah banyak riset mengatakan, ketika seseorang dalam keadaan senang, ia akan
lebih banyak mempelajari sesuatu, ia akan lebih bisa mengkritik apa yang ia terima untuk
kemudian menyerap pengetahuan yang baru.
13
Muhaimin et.al, Paradigma Pendidikan Islam:Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.2012), hal. 152. 14
Nia Hidayati, Pendidikan Metode Pembelajaran”, dalam http//: /putranya permata.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015.
6
6
Adapun pemilihan MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan
berdasarkan pengamatan peneliti dalam observasi dan wawancara kepada bapak Muallim
selaku kepala Madrasah Tsanawiyyah Al-Muhtadi yang dilakukan pada tanggal 11 Maret
2020 yaitu pembelajaran Agama Islam masih kurang diminati siswa karena cenderung
monoton dan menjenuhkan, apalagi dalam pembahasan lanjutan, misalnya bab zakat,
belum bisa sama sekali, jika dibandingkan dengan pelajaran lainnya15
. Permasalahan pada
pembelajaran Agama Islam yaitu kurangnya buku panduan, kitab, waktu pembelajaran
bagi anak - anak dalam pembelajaran Agama, rendahnya minat belajar siswa, kurangnya
media dan sarana yang mendukung siswa untuk belajar PAI termasuk kurangnya
kreativitas seorang guru Agama dalam memilih media pembelajaran yang digunakan, dari
dalam diri siswa sendiri yang menganggap bahwa PAI adalah pelajaran yang sulit, takut
mengungkapkan pikirannya dan kurang aktifnya siswa dalam berdiskusi atau
musyawaroh tentang PAI. Rendahnya minat belajar siswa terlihat pada banyaknya siswa
yang tidak mau mengerjakan PR dan tugas disekolah secara langsung yang diberikan
guru, selain itu banyak siswa yang terkesan tidak tertarik dan bosan dengan Agama, hal
ini karena pelajaran Agama sulit untuk dipahami dan belum pernah diterapkannya sistem
pembelajaran yang bersifat menarik minat siswa di dalam pengajaran Agama khususnya
dalam memahami yang lebih lanjut lagi, sehingga siswa menganggap Agama sebagai
pelajaran yang rumit serta membosankan. Hal tersebut akan berdampak pada siswa dalam
mengikuti pembelajaran, mereka dapat merasa bosan, jenuh dan tidak bersemangat, yang
akhirnya berakibat pada tidak disenanginya pelajaran Agama oleh siswa yang sulit
dipelajari.
Untuk itu perlu adanya suasana yang dapat menumbuhkan minat siswa yang lebih
akan belajar PAI. Salah satu cara untuk menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan
dalam pembelajaran dan pemahaman PAI adalah dengan bermain, oleh karena itu
dibutuhkan suatu media yang dapat menarik minat dan mengaktifkan semua siswa dalam
proses belajar mengajar PAI.
15
Muallim, Wawancara, Lamongan: Selaku Kepala MTs Al-Muhtadi, Pada Tanggal 11 Maret 2020.
7
7
Dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti penggunaan media
TTS di dalam pembelajaran peningkatan PAI. Dengan tujuan agar peserta didik bisa
memahami Agama Islam dengan secara lepas baik mulai dari segi dasar hingga pelajaran
lanjutan yang lebih sulit lagi.
Dengan demikian penulis memfokuskan penelitian ini pada “ Peningkatan
Pemahaman Peserta Didik Pada Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) Melalui
Pemanfaatan Media Pembelajaran TTS (Teka-Teki Silang) Terhadap Peningkatan
Imlak bahasa Arab Siswa Kelas VII MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran
Lamongan ”
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di MTs Al-
Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan.
2. Untuk mengetahui Usaha Peningkatan Pemahaman Peserta Didik pada materi
Pendidikan Agama Islam melalui pemanfaatan media Teka-Teki Silang (TTS) di MTs
Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan.
C. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah wawasan atau khazanah keilmuan pendidikan dalam rangka
meningkatkan mutu pemahaman pendidikan agama Islam (PAI).
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Meningkatkan daya kreasi guru dalam mengadakan penggayaan metode
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang
nantinya akan sangat bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran serta karir guru itu
sendiri.
b. Bagi siswa
Untuk melatih siswa agar tidak bosan memperdalam ilmu agama Islam dan
menerapkan ilmu agama Islam apa yang telah dipelajarinya, terutama dalam
kehidupan sehari - hari.
8
8
c. Bagi Sekolah atau Madrasah
Dari penelitian ini dapat memberikan inspirasi, motivasi, pengetahuan,
keterampilan dan masukan untuk peningkatan dan pengembangan di madrasah atau
di sekolah.
d. Bagi penulis atau peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga, diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam menganalisa
permasalahan, terutama masalah - masalah dalam dunia pendidikan.
e. Bagi peneliti lainnya
Penelitian ini dapat menjadi inspirasi dan rujukan untuk mengkaji lebih
dalam dan mengembangkan pembelajaran lain yang masih terkait dengan
peningkatan pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama Islam melalui
pemanfaatan media Teka-Teki Silang (TTS) atau juga menggunakan media - media
lainnya.
D. Penelitian Terdahulu
1. Tesis Nur Hidayah, dalam studi eksperimen Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Lamongan 2015, dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran TTS (Teka-Teki Silang) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X
MA Muhammadiyah 3 Godog Laren Lamongan ”.
Penelitian tersebut obyeknya pada kelas X MA Muhammadiyah 3 Godog
Laren Lamongan.
Persamaannya adalah sama - sama menggunakan media TTS (Teka-Teki
Silang).
Sedangkan dari segi perbedaan adalah pada sasaran yang diteliti, peneliti kali
ini meneliti peserta didik tingkat MTs atau setingkat SLTP dan tentang peningkatan
pemahaman, khususnya dalam pelajaran pendidikan agama Islam yang disebabkan
dengan penerapan media TTS (Teka-Teki Silang) tersebut, bukan tentang hasil
peningkatan prestasi belajar yang secara global peserta didik.
9
9
2. Tesis Nun Syahriyani, dengan judul “ Pengaruh Penggunaan Media Liquid Crystal
Display (LCD) terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam ditinjau dari
Minat Belajar Siswa di SMA Negeri 15 Surabaya “.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penggunaan
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan dari segi perbedaan adalah terletak pada jenis media yang
dimanfaatkan, mata pelajaran metode penelitian dan lokasi penelitian. Berdasarkan hal
tersebut, maka penelitian ini melengkapi penelitian tentang penggunaan media
pembelajaran dengan fokus penelitian pada peningkatan pemahaman peserta didik
pada materi Pendidikan Agama Islam melalui pemanfaatan media Teka-Teki Silang
(TTS).
3. Tesis Ari Wibowo, dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
Komputer Multimedia dan Digital Video Disc Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Wonogiri ”
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama - sama
tingkat SLTP.
Sedangkan dari segi perbedaan adalah terletak pada jenis media yang
dimanfaatkan, mata pelajaran metode penelitian dan lokasi penelitian. Berdasarkan hal
tersebut, maka penelitian ini melengkapi penelitian tentang penggunaan media
pembelajaran dengan fokus penelitian pada peningkatan pemahaman peserta didik
pada materi Pendidikan Agama Islam melalui pemanfaatan media Teka-Teki Silang
(TTS).
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi kegiatan penelitian yang dilakukan, penulis memuat uraian
singkat tentang tiga hal, pertama batasan judul penelitian, kedua batasan waktu penelitian,
ketiga batasan tempat penelitian.
1. Batasan Judul Penelitian
Di sini penulis memberikan batasan pembahasan judul penelitian hanya yang
terkait dengan rumusan masalah saja yaitu, bagaimana proses pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan
10
10
dan Bagaimana usaha peningkatan pemahaman peserta didik pada materi pendidikan
agama Islam melalui pemanfaatan media Teka-Teki Silang (TTS) di MTs Al-Muhtadi
Sendangagung Paciran Lamongan.
2. Batasan Waktu Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti memerlukan waktu kurang lebih
selama dua bulan lebih yaitu bulan pebuari dan april yang meliputi tahap persiapan,
pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian, penulisan laporan, yang kesemuanya
dibuat secara rinci dalam satuan waktu, yaitu bulan, minggu, bahkan hari.
3. Batasan Tempat Penelitian
Lembaga sekolah yang ada di Kota Lamongan terdapat berbagai macam-macam
lembaga sekolah, karena keterbatasan penulis, maka objek yang penelitian kali ini
dilakukan di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan Yang Terletak Di
Jalan Sendangagung Paciran Lamongan.
F. Originalitas Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif yang mempunyai tujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok lembaga atau
masyarakat.16
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dengan cara deskripsi oleh bentuk kata-kata dan bahasa.17
Pemilihan jenis penelitian ini dianggap lebih tepat karena fokus penelitian ini
lebih banyak menyangkut proses dan memerlukan pengamatan mendalam dengan
setting alami. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif diantaranya: 1)
penelitian kualitatif ini dapat menghasilkan teori, mengembangkan pemahaman, dan
menjelaskan realita yang kompleks, 2) bersifat induktif-deskriptif, 3) memerlukan
waktu yang panjang, 4) datanya berupa deskripsi, dokumen, catatan lapangan, foto,
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2010), hal. 295. 17
Ibid, hal. 6.
11
11
dan gambar, 5) informannya “maximum variety”, 6) berorientasi pada proses, 7)
penelitiannya berkonteks mikro.18
Sedangkan strategi-strategi penelitian merupakan jenis-jenis rancangan
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran yang menetapkan prosedur-
prosedur khusus dalam penelitian. Beberapa orang menyebut strategi penelitian
dengan istilah pendekatan penelitian atau metodologi penelitian. Jenis-jenis strategi
atau pendekatan penelitian kualitatif yaitu penelitian partisipatoris, analisis wacana,
etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi, dan naratif.19
Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan pola kualitatif yang bersifat
deskriptif, menurut Bodgan dan Taylor dalam mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. sehingga data yang akan
peneliti sajikan bukan terdiri dari angka-angka akan tetapi data berupa kata-kata. oleh
karenanya penelitian ini tidak ada istilah populasi dan sampel, tetapi oleh Spradley
dinamakan social situation yang terdiri atas 3 elemen yaitu: tempat (place), pelaku
(actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.20
2. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti melakukan penelitian lapangan yang
nantinya akan disusun dalam bentuk transkip wawancara dan dilakukan analisis
terhadap data yang telah diperoleh. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini merupakan
suatu keharusan. Kerena peneliti-lah yang menjadi instrumen utama dalam penelitian
kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono bahwa posisi manusia sebagai key
instrument.21
Peneliti merupakan pengumpul data utama (key instrument) karena jika
18
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 24. 19
John W. Creswell, Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches Terj. Achmad Fawaid,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 21. 20
Ibid, hal. 297. 21
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 223.
12
12
menggunakan alat non manusia maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan
penyesuaian terhadap kenyataan yang ada di lapangan.22
Adapun tempat atau lokasi penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah Al-
Muhtadi Sendangagung Paciran yaitu salah satu Madrasah sekaligus Pondok Pesantren
yang berada di kawasan Lamongan Utara.
3. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data itu ada dua macam :
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data
yang diteliti dalam penelitian ini, adapun datanya bersumber dari peningkatan
pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama Islam melalui
pemanfaatan media teka-teki silang di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran
Lamongan.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah ada (tersedia) dalam hal ini data
yang telah didokumentasikan oleh lembaga tersebut baik berupa angka atau
jumlah maupun mengenai fakta-fakta yang ada. Sedangkan bentuknya bisa
berupa sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah, struktur organisasi, serta
jumlah guru dan siswi yang ada.
b. Sumber Data
Untuk memperoleh sesuatu data, kita harus mengetahui dari mana sumber
data tersebut akan diambil, sedangkan pengertian sumber data itu sendiri adalah
subyek dimana data itu diperoleh.23
Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah:
1) Lapangan, yaitu yaitu sumber data yang diperoleh dari penelitian baik secara
langsung maupun tidak langsung.
22
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 70. 23
Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal. 102.
13
13
2) Kepustakaan, yaitu sumber data yang berupa buku-buku literatur yang berkaitan
dengan topic pembahasan, yang terdiri dari : kepala MTs Al-Muhtadi, guru
Agama dan siswa MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk
mengumpulkan data dengan beberapa macam metode dalam pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah suatu proses mencatat untuk penggalian data perilaku
objek dan subjek yang tengah di teliti. Menurut Nasution dalam Sugiyono
menyatakan bahwa obsevarsi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.24
Observasi dilakukan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa,
tempat, benda, serta rekaman dan gambar.25
Sebagaimana halnya wawancara mendalam,
pengamatan juga merupakan salah satu metode pengumpulan data yang bersifat kualitatif.26
b. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah percakapan antara dua orang dengan maksud
tertentu dalam hal ini antara peneliti dan informan sebagai sumber pertama.27
Percakapan tidak hanya bermaksud untuk sekedar menjawab pertanyaan dan
menguji hipotesis melainkan suatu percakapan yang mendalam untuk mendalami
pengalaman dan makna dari pengalaman tersebut.
Langkah-langkah wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan urutan:
1) menetapkan siapa informan wawancara, 2) menyiapkan bahan untuk wawancara,
3) mengawali atau membuka wawancara, 4) melangsungkan wawancara, 5)
mengonfirmasi hasil wawancara, 6) menulis hasil wawancara, 7) mengidentifikasi
tindak lanjut hasil wawancara.28
24
Ibid, hal. 138 . 25
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 203. 26
Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 59. 27
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, hal. 227. 28
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, hal. 235.
14
14
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda dan sebagainya.29
Dalam penelitian ini, peneliti juga akan memanfaatkan teknik dokumentasi
untuk merekam dokumen-dokumen penting maupun foto yang terkait secara
langsung dengan fokus penelitian. Data - data yang peneliti kumpulkan adalah
sesuai dengan jenis data seperti yang dipaparkan oleh Bogdan dan Biklen yakni
meliputi dokumen pribadi dan dokumen resmi.30
Dokumen pribadi berisi catatan-
catatan yang bersifat pribadi.31
Misalnya, buku harian, surat pribadi dan
otobiografi.32
Sedangkan dokumen resmi terdiri dari dokumen internal dan
eksternal.33
Dalam konteks penelitian ini, dokumen internal lembaga dapat berupa
data program tahunan, program semester, silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaan (RPP) dan laporan penilaian.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, menyusun mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari
deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empirik. Peneliti terjun ke lapangan,
mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari fenomena yang
ada di lapangan.34
Namun, analisis data dalam penelitian kualitatif juga dapat
29
Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. (Jakarta: PT. Rineka Cipta), hal. 206. 30
Ibid, hal. 240. 31
Tanzeh, Pengantar Metode penelitian, hal. 66. 32
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 218. 33
Ibid, hal. 219. 34
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 38.
15
15
dilakukan peneliti sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah
selesai di lapangan.35
Analisis data sebelum di lapangan masih bersifat sementara dan
akan berkembang sesuai keadaan di lapangan. Sedangkan analisis data di dalam
penelitian ini akan dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Terakhir
analisis setelah di lapangan, analisis yang dilakukan setelah data dari lapangan
terkumpul. Dengan demikian, temuan penelitian di lapangan kemudian dibentuk
menjadi teori, hukum, bukan dari teori yang telah ada melainkan dikembangkan dari
data di lapangan.36
Seperti telah dipaparkan di atas, penelitian ini dilakukan dengan rancangan
studi kasus sehingga dalam menganalisis menggunakan analisis kasus tunggal.
Analisis data kasus tunggal dilakukan pada MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran
Lamongan.
Analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data serta saat data sudah
terkumpul. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan teori analisis data
dari Miles dan Huberman sebagaimana dikutip Margono, yaitu:37
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah kegiatan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan
dan membuang data yang tidak perlu serta mengorganisasikan data sedemikian rupa
sehingga diperoleh kesimpulan akhir dan diverifikasi. Reduksi data dilakukan
secara terus menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data benar-
benar terkumpul. Selanjutnya semua data yang telah terkumpul diberi kode. Semua
data yang telah dituangkan dalam catatan lapangan atau transkrip dibuat ringkasan
dalam kotak berdasarkan fokus penelitian. Setiap topik dibuat kode sehingga
potongan-potongan informasi dapat dengan mudah dikenali dan dikoordinasi.
b. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna
serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, hal. 336. 36
Ibid, hal. 336, 37
Margono, Metodologi Penelitian, hal. 39.
16
16
tindakan. Data dalam penelitian ini berwujud kata-kata, kalimat-kalimat maupun
paragraf-paragraf. Penyajian data yang dilakukan adalah dalam bentuk teks naratif
dan dibantu dengan matriks, grafik, dan bagan. Merancang kolom untuk sebuah
matriks untuk data kualitatif dan merumuskan jenis serta bentuk data yang harus
dimasukkan ke dalam kotak matriks untuk kegiatan analisis.
c. Penarikan Kesimpulan
Kegiatan analisis pada tahap ini adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data
digunakan untuk menarik kesimpulan sehingga dapat menemukan pola tentang
peristiwa yang terjadi. Dari kegiatan ini dibuat simpulan-simpulan yang sifatnya
masih terbuka, umum dan kemudian menjadi lebih spesifik dan rinci.
G. Definisi Istilah
Agar tidak dapat kesalahan pahaman dalam menafsirkan judul penelitian, maka
penulis atau peneliti akan menjelaskan tentang definisi operasional yang terdapat pada
judul penelitian :
1. Pemahaman
Menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya peserta
didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya
atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru dan
menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.38
Pemahaman menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah sesuatu hal
yang kita pahami dan kita megerti dengan benar.39
Menurut Sudirman adalah suatu
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya. Menurut Arikunto pemahaman (Comprehention) siswa diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta.40
38
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung :. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 24. 39
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, ( Jakarta : mydyredzone, 2008), hal. 843. 40
Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 51.
17
17
2. Pendidikan Agama Islam
Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut A. Nasir sebagaimana dikutip
Aat Syafaat Tb adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing
anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran
Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya.
Jadi, Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan
asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati
dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik
pribadi maupun masyarakat.41
Mata pelajaran PAI itu secara keseluruhannya mencakup dalam lingkup al-
Qur’an, al-Hadith, keimanan, akhlak, fiqh, dan sejarah, sekaligus menggambarkan
bahwa ruang lingkup PAI mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia,
makhluk dan lingkungannya.42
3. Media Teka-Teki Silang
Media pembelajaran TTS merupakan suatu alat atau media reaksi dan hiburan
untuk meningkatkan proses dalam belajar-mengajar guru terhadap peserta didik
khususnya untuk meningkatkan imlak bahasa arab dengan cara mengunakan bentuk
media Teka-Teki Silang, dengan cara guru menyuruh atau memberi soal kosa-kata,
bentuk kalimat huruf terpisah maupun bersambung kepada peserta didik untuk
menjawab atau mengerjakan TTS secara individu maupun secara kelompok43
.
Media pembelajaran TTS merupakan sebuah permainan yang cara mainnya
yaitu mengisi ruang - ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf - huruf
sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk. Selain itu mengisi
teka-teki siang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasikan,
41
Aat Syafaat Tb, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta:
Rajawali Press, 2008), hal. 16. 42
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2012), hal. 13. 43
Tim Kreatif: M.Faisol, Dkk, 99 Permainan dalam Pembelajaran, (LinkMed Pro Jogjakarta: Lentera
Kreasindo: 2016), hal. 119.
18
18
selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna
untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan sangat santai44
.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pemahaman Peserta Didik
1. Pengertian Pemahaman Peserta Didik
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu
hal. Pemahaman merupakan proses perbuatan, cara memahami.45
Pemahaman
merupakan memahami sesuatu secara menyeluruh. Misalnya memahami ilmu apapun
itu dengan benar - benar paham, mulai dari dasaran ilmu itu dengan secara runtut
sampai mencapai batasnya.
Menurut Kelvin Seifert dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pembelajaran dan Intruksi Pendidikan menyatakan bahwa pemahaman adalah
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang sudah diingat kurang lebih sama
dengan yang sudah diajarkan dan sesuai dengan maksud penggunaannya.46
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar menyatakan bahwa pemahaman adalah tipe hasil belajar yang
setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan, misalnya menjelaskan dengan susunan
kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari
yang telah dicontohkan atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.47
Selain itu pemahaman menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah
sesuatu hal yang kita pahami dan kita megerti dengan benar.48
Menurut Sudirman
adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan,
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
44
Nia hidayati, Manfaat Teka-Teki Silang Sebagai Penambah Wawasan Dan Mengasah Kemampuan,”
dalam Hhtp://.net. Diakses pada tanggal 13 November 2009. 45
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 965 46
Kelvin Seifert, Manajemen Pembelajaran dan Intruksi Pendidikan, (Yogyakarta: Irasod, 2007), hal. 151 47
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, hal. 24 48
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia ( Jakarta : mydyredzone, 2008), hal. 843
19
19
diterimanya. Menurut Arikunto pemahaman (Comprehention) siswa diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta.49
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemahaman
terdapat karakteristik yang melekat yaitu adanya kemampuan untuk menangkap inti
dari materi dan adanya kemampuan untuk mengungkapkan kembali baik dalam bentuk
tulisan, perkataan maupun simbol. Adanya karakteristik tersebut maka memunculkan
pengertian pemahaman yaitu suatu kemampuan untuk menangkap inti serta
menyampaikan kembali baik dalam bentuk perkataan, tulisan maupun simbol dari
materi yang telah disampaikan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Peserta Didik
Seperti yang telah diuraikan atau dipaparkan di atas, pemahaman merupakan
bagian dari pada tujuan pendidikan, sehingga pemahaman merupakan hasil dari proses
pembelajaran. Hal tersebur menggambarkan bahwa pemahaman merupakan salah satu
bagian dari hasil belajar sehingga faktor - faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga
sama dengan faktor - faktor yang mempengaruhi pemahaman.
Keberhasilan suatu pembelajaran bagi peserta didik tidak terlepas dari aktivitas
peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas dari masing - masing peserta
didik akan memberi kesan tersendiri serta berpengaruh pada cepat dan tidaknya
peserta didik dalam menangkap materi yang ada. Hal ini selaras dengan pendapat
Bobbi Deporter dalam bukunya yang berjudul Quantum Teaching yang mengutip
pendapat Veron A Magnesium yang menyatakan bahwa orang belajar 10% dari apa
yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa
yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan dan 90% dari apa yang
dikatakan dan dilakukan.50
Selain itu Bobbi Deporter juga mengatakan bahwa keberhasilan belajar peserta
didik juga ditentukan oleh pengaruh suasana yang menyenangkan dan
menggembirakan.51
49
Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 51 50
Bobbi Deporter, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa, 2000), hal. 57 51
Ibid, hal. 76
20
20
Untuk memperjelas tentang beberapa faktor yang mempengaruhi pemahaman
peserta didik sebagai berikut :
a. Faktor Internal
Faktor ini berasal dari diri dalam peserta didik itu sendiri, mulai dari faktor
psikologi peserta didik yang berhubungan dengan jiwa dan sebuah keinginan yang
meliputi intelegensi, minat dan perhatian, bakat, motif serta kematangan peserta
didik. Adapun penjelasan dari faktor - faktor tersebut sebagai berikut :
1) Intelegensi
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensi bagi pencapaian
hasil belajar maksudnya hasil belajar yang dicapai tidak akan bergantung pada
tingkat Intelegensi dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat
Intelegensinya.52
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semakin tinggi tingkat
Intelegensi maka akan semakin meningkat pemahaman dan tinggi hasil belajar
yang akan dicapai.
2) Minat dan Perhatian
Minat merupakan kecenderungan seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan
perhatian merupakan melihat dan mendengarkan dengan baik dan teliti terhadap
sesuatu.53
Perhatian bisa dipupuk dengan memberikan stimulus yang baru,
berakneka ragam atau berorientasi tingi.54
Dengan demikian jika seseorang peserta didik mempunyai minat dan
perhatian terhadap materi dalam mata pelajaran yang diterimanya khusunya
pelajaran pendidikan agama Islam maka akan memberikan hasil yang positif
terhadap peningkatan pemahaman dan hasil atau prestasi belajarnya.
3) Bakat
52
Mulyasa, Impelementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 194 53
Abdul Wahib, “Menumbuhkan Bakat dan Minat Anak”, Dalam Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM-PAI
di sekolah, Eksitensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
hal. 79 54
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 180
21
21
Bakat atau aptitude merupakan kemapuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, sebenarnya setiap orang pasti mempunyai bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing - masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah
anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very
superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.55
Dilihat dari pernyataan tersebut bakat sangat erat dengan hubungannya
dengan peningkatan pemahaman materi khususnya pelajaran PAI dan prestasi
belajar.
4) Motif
Motif merupakan dorongan yang membuat seseorang berbuat
sesuatu.56
Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Motif yang kuat akan
mempunyai pengaruh terhadap seberapa besar usaha dan kegiatan umtuk
mencapai tujuan belajar.
5) Kematangan
Kematangan merupakan suatu fase dalam pertumbuhan seseorang anak
menjadi baik, dimana alat - alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.57
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang timbul dari luar diri peserta
didik yakni faktor yang mendukung peningkatan pemahaman dan hasil belajar pada
diri peserta didik diantaranya faktor keluarga, kurikulum, metode mengajar, guru,
sarana dan fasilitas, serta lingkungan. Adapun dari penjelasan itu semua sebagai
berikut :
55
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 2000), hal. 135 56
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakrya, 2004), hal. 60 57
Slameto, Pendidikan Anak, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 55.
22
22
1) Faktor Keluarga
Keluarga adalah proses awal dari sebuah pembelajaran. Dalam hal ini
peran orang tua sangat mempengaruhi dan mewarnai peserta didik dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
2) Kurikulum
Kurikulum adalah a plan of learning yang merupakan unsur substansial
dalam pendidikan.58
3) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam proses
mengajar. Metode mengajar ini sangat mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar khususnya dalam proses peningkatan pemahaman materi terlebih
dalam materi PAI sangat dianjurkan menggunakan metode yang baik, agar
peserta didik bisa lebih memahami dan nyaman saat menyampaikan materi
pelajaran. Makanya guru itu harus kreatif dalam memilih metode mengajar agar
peserta didik bisa memahami dalam proses pembelajaran dengan baik.
4) Guru
Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi
peningkatan pemahaman materi pelajaran khususnya dalam PAI dan hasil
belajar peserta didik. Proses belajar tidak akan berlangsung satu arah (one way
system) melainkan terjadi secara timbale balik antara peserta didik dan pendidik.
Kedua belah pihak berperan secara aktif dalam kerangka kerja (frame work),
serta menggunakan cara dan kerangka berfikir (frame of reference).59
5) Sarana dan Fasilitas
Sarana yang memadai akan mempermudah pengelola dalam satu lembaga
pendidikan dan meningkatkan kenyamanan dari pengguna. Fasilitas juga sangat
mendukung proses pembelajaran yang ada. Semakin memadai fasilitasnya maka
pembelajaran akan semakin mudah.
6) Faktor Lingkungan
58
Syaiful Bahri Djaramah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 180 59
Mulyasa, implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembelajaran KBK, hal. 194
23
23
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik yang tidak
dapat dipisahkan. Dalam hal proses belajar mengajar juga, lingkungan adalah hal
yang sangat penting sekali. Lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan
alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam merupakan lingkungan tempat tinggal peserta didik
hidup dan berusaha didalamnya yang berkaitan dengan keadaan suhu dan
kelembapan udara.60
Lingkungan sosial merupakan lingkungan tempat tinggal peserta didik
yang ada dalam masyarakat.61
B. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut A. Nasir sebagaimana dikutip Aat
Syafaat Tb adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak
didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam
itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Jadi,
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan
terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi
maupun masyarakat.62
Mata pelajaran PAI itu secara keseluruhannya mencakup dalam lingkup al-
Qur’an, al-Hadist, keimanan, akhlak, fiqih dan sejarah, sekaligus menggambarkan
bahwa ruang lingkup PAI mencakup perwujudan keserasian, keselarasan dan
keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia,
makhluk lain dan lingkungannya.63
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT. Hubungan manusia
60
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hal. 176 61
Ibid, hal. 179 62
Aat Syafaat Tb, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, hal. 16. 63
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal. 13.
24
24
dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan
manusia dengan makhluk lain (lingkungannya).64
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek - aspek
pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan
perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama
Islam yang umum dilaksanakan di madrasah/sekolah sebagai berikut :
a. Pengajaran Keimanan
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek
kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari
pengajaran ini adalah tentang rukun Islam.
b. Pengajaran Akhlak
Pengajaran ahklah adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada
pembetukkan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini
berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan
berahklak baik.
c. Pengajaran Ibadah
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata
cara pelaksaannya, tujuan dari pengajaran ini agar peserta didik mampu
melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan
memahami arti dan tujuan pelaksaan ibadah.
d. Pengajaran Fiqih
Pengajaran Fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi
tentang segala bentuk - bentuk hukum Islam yang bersumber dari Al-qur’an,
Sunnah dan dalil - dalil syar’i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar peserta
didik mengetahui dan mengerti tentang hukum - hukum Islam dan
melaksanakannya dalam kehidupan sehari - hari.
e. Pengajaran Al-Qur’an
64
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2007), hal. 16.
25
25
Pengajaran Al-qur’an adalah pengajaran yang bertujuan agar peserta didik
dapat membaca Al-qur’an dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat
- ayat Al-qur’an. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat - ayat tertentu yang
dimasukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan
tingkat pendidikannya.
f. Pengajaran Sejarah Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar peserta didik dapat
mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awal sampai
zaman sekarang sehingga peserta didik dapat mengenal dan mencintai agama
Islam.65
3. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam belajar-mengajar itu pasti ada sebuah proses terlebih dahulu, nah untuk
itu kami akan membahas proses yang terjadi dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam. Menurut Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul Proses Belajar-Mengajar
mengemukakan bahwasannya ada 3 tahap yang perlu dilakukan oleh seorang pendidik
terhadap peserta didik, tahapan tersebut yaitu sebagai berikut :
a. Tahap Pra Intruksional
Tahap Pra Intruksional ini yakni tahap yang ditempuh pada saat akan memulai
sebuah pembelajaran antara pendidik dengan peserta didik, sebagai berikut :
1) Pendidik menanyakan/mengabsen kehadiran peserta didik.
2) Pendidik bertanya ke peserta didik sampai mana materi pelajaran PAI pada
pertemuan sebelumnya
3) Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai materi PAI sebelumnya
4) Pendidik memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi PAI
sebelumnya
65
Imam Al-Ghozali, Kumpulan Hadist Qudsi, (Solo: Pustaka Zawiyah, 2007), hal. 13.
26
26
5) Mengulang bahan pelajaran yang telah disampaikan secara singkat tetapi
mencakup semuan bahan pelajaran.
b. Tahap Intruksional
Pada tahap ini, pendidik memberikan pelajaran PAI kepada peserta didik
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik.
2) Guru menjelaskan pokok materi pelajaran
3) Guru membahas pokok materi pembelajaran
4) Guru menggunakan alat peraga atau media yang memperjelas pembahasan
materi pelajaran
5) Guru mempersilahkan peserta didik untuk bertanya dan menyimpulkan materi
pelajaran.
c. Tahap Evaluasi
Yang terakhir yaitu tahap ini, dimana pada tahap ini bertujuan untuk
mengetahui tahap Intruksional yaitu sebagai berikut :
1) Guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan
2) Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi pelajaran
3) Guru memberikan soal atau tes untuk mengecek pemahaman peserta didik
terhadap materi pelajaran
4) Guru memberikan pekerjaan rumah atau disingkat dengan (PR).
5) Guru memberitahukan pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran
berikutnya.
C. Tinjauan Tentang Media Teka-Teki Silang
1. Pengertian dan Sejarah Media Teka-Teki Silang
Teka-teki silang merupakan sebuah permainan yang cara mainnya yaitu
mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga
membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk. Selain itu mengisi teka-teki
silang atau biasa disebut dengan TTS memang sungguh sangat mengasyikan, selain
juga berguna untuk mengingat kosakata yang populer, selain itu juga berguna untuk
pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara santai. Melihat karakteristik TTS
27
27
yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan perbedaan kata, maka sangat
sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta didik untuk latihan
dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa pertanyaan-
pertanyaan baku saja. Teka-teki silang yang menjadi kegemaran lintas generasi ini,
sesungguhnya merupakan hal baru, tetapi tidak begitu baru. Artinya, hal ini sudah
berlangsung dari zaman ke zaman dengan format dan bentuk yang serupa tapi tak
sama. Catatan sejarah menyatakan bahwa format TTS seperti sekarang sudah ada
sejak zaman kuno. Bentuknya masih cukup sederhana, yaitu sebuah bujur sangkar
berisi kata-kata, huruf-huruf yang sama pada bujur sangkar itu menghubungkan kata-
kata secara vertikal dan horizontal. Hampir serupa dengan TTS yang kita kenal
sekarang.66
TTS pertama muncul di surat kabar New York World pada tanggal 21
Desember 1913. TTS pertama ini disusun oleh Arthur Winn dan diterbitkan pada
lembar tambahan edisi hari Minggu suratkabar tersebut. Selama beberapa waktu. Ia
kemudian teringat akan permaianan masa kecilnya Magic Square, sebuah permainan
kata-kata dimana sang pemain harus menyusun kata agar sama mendatar dan
menurun sehingga membentuk kotak. TTS ini menjadi ciri tetap surat kabar tersebut.
Bentuk dan formatnya sudah seperti TTS yang kita kenal sekarang. Pola kotak-kotak
hitam dan putih, dengan kata-kata berbeda yang saling bersilangan secara mendatar
dan menurun, serta terdapat panduan pertanyaan atau definisi untuk tiap kata sebagai
petunjuk pengisian. Hingga tahun 1924, yaitu ketika buku TTS pertama kali terbit,
TTS belum begitu populer. Namun, setelah buku-buku TTS menyebar, TTS sangat
digemari di seluruh Amerika, selanjutnya merambah ke Eropa dan seluruh dunia
termasuk kita di Indonesia.
Setelah TTS ini begitu digemari, para pegiat buku TTS mulai berkreasi
menciptakan teka-teki gambar dan kemudian dikenal dengan nama puzzle. Selain
untuk hiburan, fungsi teka-teki gambar atau puzzle lebih diarahkan kepada fungsi
edukasi, yakni untuk menstimulasi otak anak-anak. Baik TTS maupun teka-teki
66 Nia Hidayati, Manfaat Teka-Teki Silang Sebagai Penambah Wawasan Dan Mengasah Kemampuan,”
dalam Hhtp:/html.net. Diakses pada tanggal 13 November 2009.
28
28
gambar/puzzle hingga saat ini masih sangat populer dan digemari. Biasanya untuk
mengisi waktu santai kita. Bersantai sambil mengasah otak.67
Permainan ini dapat
digunakan sebagai teknik untuk melatihkan pemahaman pikiran peserta didik,
penguasaan kosa kata, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.
Media yang diperlukan untuk permainan ini adalah gambar yang di dalamnya
terdapat rangkaian kotak bujur sangkar atau persegi empat sama sisi. Kotak-kotak
tersebut sebagian berwarna putih dan yang lain berwarna hitam. Pada sebagian kotak
berwarna putih diberi nomor yang mengindikasikan nomor jawaban. Dalam
permainan, kotak berwarna putih itu harus diisi dengan huruf-huruf. Susunan huruf-
huruf tersebut baik secara horisontal maupun vertikal akan membentuk kata yang
merupakan jawaban dari pertanyaan yang ada. Pertanyaan terdiri dari dua macam,
yaitu pertanyaan untuk jawaban yang harus ditulis secara horisontal (mendatar) dan
pertanyaan untuk jawaban yang harus ditulis secara vertikal (menurun). Pertanyaan
biasanya ditulis di bawah atau di samping gambar.
Teka-teki silang melibatkan partisipasi peserta didik aktif sejak kegiatan
pembelajaran dimulai. Peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan ini
peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil
belajar dapat dimaksimalkan.
Selain itu, teka-teki silang adalah strategi pembelajaran untuk meninjau ulang
(review) materi-materi yang sudah disampaikan. Peninjauan ini berguna untuk
memudahkan peserta didik dalam mengingat-ingat kembali materi apa yang telah
disampaikan. Sehingga, peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran baik
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Fungsi kegunaan dari teka teki silang itu sendiri yaitu membangun saraf-saraf
otak yang memberi efek menyegarkan ingatan sehingga fungsi kerja otak kembali
optimal karena otak dibiasakan untuk terus menerus belajar dengan santai. Karena
belajar dengan santai inilah yang dapat membuat siswa menjadi lebih paham dan
67
Ibid, hal. 129.
29
29
mudah masuk dalam ingatan siswa sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi
yang sudah diajarkan.68
2. Kelebihan dan Kekurangan Teka-Teki Silang
Media TTS dalam pembelajaran pendidikan agama Islam mempunyai
kelebihan dan kekurangan, antara lain:
a. Kelebihan
1) Permainan TTS dapat meningkatkan efektifitas dalam pemerolehan kosa
kata dalam menjawab pertanyaan.
2) Permainan TTS juga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
menyenagkan dan kompetitif.
3) Lebih simpel untuk diajarkan.
4) Dapat melatih ketelitian atau kejelian siswa dalam menjawab pertanyaan
dan mengasah otak.
5) Menemukan penulisan kata-kata pemahaman terdapat tehnik dalam sebuah
pertanyaan.
b. Kekurangan
1) Setiap jawaban teka-teki silang ada yang berkesinambungan.
2) Metode ini hanya bisa diberikan pada akhir pembelajaran untuk dijadikan
evaluasi oleh guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik
setelah melakukan pembelajaran khususnya di bidang pendidikan agama
Islam.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Media TTS
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaran media TTS
adalah:
a. Tulislah kata-kata kunci, terminologi atau nama-nama yang berhubungan dengan
materi kuliah yang telah anda berikan.
68
Erlina, Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle,”. Dalam http: www. Referensi makalah.com/html.
Diakses Pada Tanggal 04 April 2020.
30
30
b. Buatlah kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah dipilih (seperti
dalam teka-teki silang). Hitamkan bagian yang tidak diperlukan.
c. Buat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah dibuat
atau dapat juga hanya membuat pertanyaan-pertanyaan mengarah kepada kata-
kata tersebut.
d. Bagikan teka-teki ini kepada peserta didik. Bisa individu atau kelompok.
e. Batasi waktu mengerjakan.
f. Beri hadiah kepada kelompok atau individu yang mengerjakan paling cepat dan
benar.
g. Penggunaan media teka-teki silang sebagai cara penggunaan berbagai media
dalam pembelajaran. Meskipun sebagian guru menganggap teka-teki silang
sebagai metode pemalas, tetapi menurut penulis teka-teki silang dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mengasah otak dan melatih kemampuan pemahaman siswa
dengan lebih baik dan benar. Caranya siswa disuruh belajar materi yang akan
diajarkan terlebih dahulu, kemudian penulis memberikan lembaran yang berisi
teka-teki silang yang berkaitan mata pelajaran. Tentunya penulis telah
mempersiapkan terlebih dahulu teka-teki silang tersebut. Ternyata dengan teka-
teki silang ini, siswa akan berusaha mencari jawaban yang tepat dari pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan sesuai dengan kolom yang disediakan. Dampak
positifnya, siswa akan belajar terlebih dahulu, mengasah kemampuan
pemahaman dan pikirannya terlebih dahulu dengan baik, benar dan akan
membaca pertanyaan-pertanyaan yang berisi materi pelajaran.69
D. Pemahaman Peserta Didik Pada Materi Pendidikan Agama Islam Melalui
Pemanfaatan Media Teka-Teki Silang
Pentingnya pemahaman peserta didik untuk menerima materi yang yang
disampaikan maka perlu dibuat inovasi pembelajaran yang baru yaitu dengan memakai
media pembelajaran. Dimana kegiatan mengajar tidak dominan menggunakan metode
ceramah yang kadang membuat suasana kelas terkesan monoton, jenuh dan pasif bahkan
69
Erwin, Penggunaan Teka-Teki Silang, dalam http//: net/geograf.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 04 April
2015.
31
31
beberapa peserta didik ada yang mengantuk dan ramai. Karena itu, peneliti menerapkan
media pembelajaran teka-teki silang yang bertujuan agar peserta didik mampu
meningkatkan pemahaman pembelajaran materi khususnya pada materi pendidikan
agama Islam (PAI) agar focus dan aktif baik itu di kelas sekolah/madrasah maupun diluar
kelas sekolah/madrasah. Kegiatan ini peneliti lakukan di MTs AL-Muhtadi
Sendangagung Paciran Lamongan. Media teka-teki silang merupakan sebuah permainan
yang cara mainnya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak dengan
huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk.
Selain itu mengisi teka-teki silang atau biasa disebut dengan TTS memang
sungguh sangat mengasyikan, selain juga berguna untuk mengingat kosakata yang
populer, selain itu juga berguna untuk pengetahuan kita yang bersifat umum dengan cara
santai. Melihat karakteristik TTS yang santai dan lebih mengedepankan persamaan dan
perbedaan kata, maka sangat sesuai kalau misalnya dipergunakan sebagai sarana peserta
didik untuk latihan dikelas yang diberikan oleh guru yang tidak monoton hanya berupa
pertanyaan-pertanyaan baku saja. Cara mengaplikasikan media teka-teki silang ini
dengan menyediakan materi khususnya di pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dalam
bentuk soal tanya jawab yang sudah diberikan peneliti kepada yang diteliti, kemudian
peserta didik mengisi soal tanya jawab yang berbentuk teka-teki silang.
32
32
III .GAMBARAN UMUM/PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum/Paparan Data Penelitian
Dalam penyajian data ini, peneliti mengumpulkan hasil data penelitian yang
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi yang diperoleh dari
pengumpulan data selama mengadakan penelitian di MTs Al-Muhtadi Sendangagung
Paciran Lamongan dengan uraian sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Objek Penelitian
a. Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah Al-Muhtadi Sendangagung berada di jalan K.H. Ismail
No. 78 Suto Sendangagung Paciran Lamongan Jawa Timur. MTs Al-Muhtadi
Sendangagung telah berdiri sekitar 45 Tahun yang dirintis oleh para tokoh NU Al-
Muhtadi atau seorang Ulama’/kyai Sendangagung.[o Madrasah ini sudah dikenal oleh
masyarakat sekitar, bahkan sampai keluar daerah tersebut, karena malihat kualitas
lulusannya yang bisa dihandalkan serta tak lepas dari letak geografisnya yang
strategis. Karena terletak diantara pegunungan yang indah dan juga bisa dicapai
dengan alat transportasi.
Dengan dukungan transportasi yang relatif mudah dan publikasi madrasah yang
relative meluas dan merata dimasyarakat sekitarnya, serta wujudnya pembinaan dan
penanaman nilai-nilai keagamaan semakin dipercaya orang tua siswa dan juga
dirasakan oleh siswa, maka madrasah ini diminati oleh anak-anak.Adanya kondisi
geografis yang cukup strategis ini menyebabkan para peminat semakin meningkat.
b. Sejarah Singkat Madrasah atau Sekolah
Berdirinya MTs. Al-Muhtadi berawal dari adanya MI Al-Muhtadi yang didirikan
oleh K.H. Muhtadi bin K.H. Musthofa Kranji. Pada tanggal 17-02-1946 sebelum
beliau ditangkap dan ditembak mati oleh Belanda pada 13 Ramadlan 1367 H/ 20 Juli
1948 M di desa Dagan.
Mengingat dari banyaknya lulusan dari MI Al-Muhtadi yang tidak melanjutkan
sekolah ke jenjang selanjutnya (Madrasah Tsanawiyah), karena Al-Muhtadi sendiri
masih belum punya Madrasah Tsanawiyah, sehingga lulus MI tersebut harus
melanjutkan keluar daerah seperti : Paciran, Kranji atau Tambak Beras Jombang (bagi
33
33
peserta didik yang walinya mampu). Namun bagi peserta didik yang walinya kurang
mampu terpaksa harus berhenti sekolah hanya setelah tamat Madrasah Ibtidaiyah saja.
Dengan beberapa pertimbangan, maka para kyai dan para guru (KH. Zubeir
Umar, Ust. M. Baqir Hasan , dkk) MI Al-Muhtadi bermusyawarah bersama untuk
mewujudkan niat dan tekadnya mendirikan Madrasah Tsanawiyah pada tahun 1975,
dengan dikepalai oleh Ust. M. Baqir Hasan dan saat itu diberi nama Madrasah
Muallimat Al-Muhtadi karena pada waktu itu seluruh muridnya perempuan. Dengan
tujuan menolong peserta didik yang ingin melanjutkan serta mencetak tenaga pendidik
utamanya di Taman Kanak-Kanak Muslimat Al-Muhtadi, demikian ini berjalan
dengan tertatih-tatih kembang-kempis sampai tahun 1979/1980.
Baru setelah adanya lulusan MI tahun pelajaran 1979/1980 Madrasah
Tsanawiyah Al-Muhtadi ini resmi menjadi Madrasah Tsanawiyah yang terdaftar di
Departemen Agama Kabupaten Lamongan dengan di kepalai oleh Bapak Ali
Muda,BA. Yang sekarang Drs. Ali Muda M.Ag anggota DPRD Jawa Timur dari
Fraksi PKB.
Setelah berjalan + 2 tahun kesibukan beliau semakin banyak dan domisili beliau
di Bojonegoro, maka segala urusan Madrasah Tsanawiyah yang menjadi
wewenangnya di limpahkan kepada Ustad M. Baqir Hasan, (sekarang H. M. Baqir
Hasan domisili di Malang).
Berjalan agak jauh lagi sampai pada tahun 1982 ustad M. Baqir Hasan menikah
dengan putri asal Gondanglegi Malang, mau tidak mau Ustad M. Baqir Hasan harus
pindah domisili di Malang.
Mulai tahun ajaran 1985 jabatan kepala diserahkan penuh kepada ustadz Ahmad
Muhdi Basa. Sejak dikelola oleh ustad Ahmad Muhdi Basa inilah Madrasah
Tsanawiyah Al-Muhtadi sedikit demi sedikit terus berkembang dengan baik, banyak
diminati masyarakat, sehinga murid Tsanawiyah Al-Muhtadi tidak hanya dari lulusan
MI-Almuhtadi saja, melainkan juga dari tamatan SDN Sendangagung, bahkan
tamatan-tamatan MI dari Desa tetangga, seperti Sendangduwur, Payaman, Solokuro,
Sugihan dan lain-lain pun juga masuk dan diterima di MTs-Almuhtadi. Minat
masyarakat ini timbul dengan sendirinya karena lulusan MTs-Almuhtadi ini ternyata
34
34
tidak kalah dengan MTs-MTs lain di wilayah kecamatan Paciran, karena masyarakat
tahu kalau lulusan MTs-Almuhtadi ini banyak yang diterima di sekolah-sekolah maju
seperti MMA Tambak Beras Jombang, MAN Jombang, SMA Al-Khodijah Surabaya
dan lain-lain.
Pada tahun 1989 Ustad Ah. Muhdi Basya jatuh sakit sampai beberapa bulan
lamanya yang mengakibatkan beliau tidak dapat melaksanakan tugas sebagai kepala
madrasah, maka jabatan kepala MTs Almuhtadi diserahkan kepada pengurus bidang
Pendidikan yang waktu itu dijabat oleh Ustadz H.M. Ihsan Maulani, dengan status
MTs. Al-Muhtadi terdaftar.
Semakin jauh MTs Al-Muhtadi berjalan semakin tertib pula jalannya.Buktinya,
pergantian kepala sekolah tidak langsung dilimpahkan kepada seseorang yang
dianggap pantas dan mampu begitu saja melainkan harus melalui pemilihan yang
elibatkan semua guru MTs Al-Muhtadi beserta pengurusnya.
Mulai tahun ajaran 1990 Dengan melalui rapat besar, ustadz A. Nadjib Hasan,
BA terpilih menjadi kepala MTs Al-Muhtadi yang ke 5. Didukung dengan
kelengkapan sarana prasarana serta bagusnya pengelolaan/manajemen sekolah maka
preode pertama ustadz Ah. Nadjib Hasan mengajak kepada seluruh dewan guru
beserta pengurus untuk maju Akreditasi berkat kegigihan, kebersamaan, dan
kesungguhan kepala sekolah, dewan guru dan pengurus melakukan tugas masing-
masing, maka status MTs-Almuhtadi hasil akreditasi tahun pelajaran 1992 Naik
menjadi Diakui.
Sebelum mengakhiri jabatan kepala sekolah di tahun pelajaran 1994/1995 ustadz
Ah. Nadjib mengajak maju akreditasi lagi untuk memperoleh status Disamakan,
dengan kekompakan dari semua elemen MTs Almuhtadi ternyata tidak sia-sia dan
membuahkan hasil seperti harapan semula yaitu menjadi Disamakan.
Setelah maju akreditasi dua kali dalam satu preode jabatan Ustadz Ah.Nadjib
menyerahkan lagi jabatannya kepada pengurus, selanjutnya pengurus mengadakan
pemilihan kepala lagi.
Pesta pemilihan calon kepala MTs Al-Muhtadi diadakan lagi dengan begitu
meriah, sehingga memunculkan beberapa kandidat.Dengan persaingan begitu ketat,
35
35
biidznillah ustadz Ah. Nadjib Hasan terpilih kembali menjadi kepala MTs Al-Muhtadi
ke-6 dengan masa bhakti 1996/1997 sampai dengan 2006/2007
Di tengah-tengah perjalanan ustadz Ah.Nadjib menjabat sebagai kepala tepatnya
pada tahun 2007. MTs Al-Muhtadi harus maju akreditasi lagi untuk mempertahankan
statusnya yang telah “Disamakan”.
Berkat dari kekompakan keluarga besar MTs Al-Muhtadi, proses akreditasi
berjalan dengan lancar tidak ada kendala apapun, dengan hasil yang sangat
memuaskan yaitu MTs Al_muhtadi berstatus “ Terakreditasi “A” Unggul, dengan
SK.No. A/KW.13.4.MTs/2020/2007, tanggal 9 Juli 2007. Untuk periode selanjutnya,
semoga Allah SWT selalu melimpahkan rohmatnya, sehinga tetap menjadi MTs Al-
Muhtadi yang bermanfaat bagi umat di dunia dan akhirat. Amin ya Robbal Alamin.
c. Identitas Madrasah
Nama Madrasah : MTs. Ma’arif Almuhtadi
Alamat Madrasah : Jl. K.H. Isma’il No. 78 Suto Sendangagung
Kode Pos/Phone : 62264/ (0322) 665339
Email : [email protected]
NSM : 121235240097
NPSN : 20582846
SK Ijin Operasional : Kd.13.24/4/PP.00.5/702.a/2010
Tanggal : 1 Juli 2010
Status : Terakreditasi A
Tahun Pendirian : 1975
Kepala Madrasah : MUALLIMIN, S.Ag
Nama Yayasan : BHPNU Almuhtadi
Ketua Yayasan : Drs. H. KHOIRUL ANWAR MM
36
36
d. Visi dan Misi MTs Al-Muhtadi :
1) Visi MTs Al-Muhtadi
Ketaqwaan Tinggi, Unggul Prestasi, Akhlak Terpuji, Terampil Berinovasi.
Indikator-Indikatornya :
a) Ketaqwaan Tinggi
(1) Memiliki Ketaqwaan tinggi kepada Allah SWT
(2) Mampu melaksanakan ibadah dengan baik
b) Unggul Prestasi
(1) Tercapaiya Prestasi akademik tinggi.
(2) Tercapainya nilai UAN mata pelajaran sesuai yang ditetapkan BSNP.
(3) Diraihnya kejuaraan tingkat lokal, regional, nasional dan global.
(4) Tercapainya lulusan yang mampu bersaing dan berdaya saing di era global
(5) Dapat mengatasi masalah dengan cepat.
(6) Mampu bersaing di setiap kompetisi akademik.
(7) Mampu bersaing ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c) Akhlaq Terpuji
(1) Memliki ketaqwaan dan keimanan yang tinggi
(2) Memiliki penghayatan dan pengamalan ajaran Islam.
(3) Memiliki budaya Islami dalam kehidupan sehari-hari.
(4) Memiliki akhlak mulia terhadap guru, orang tua dan masyarakat.
d) Terampil berenovasi
(1) Memiliki keterampilan
2) Misi MTs Al-Muhtadi
Bertolak dari visi dan indikator-indikatornya tersebut di atas, maka misi
madrasah adalah sebagai beikut:
a) Melaksanakan pembelajaran dan pendidikan Agama Islam secara efektif,
sehingga setiap siswa mampu memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam dengan baik dan sempurna serta berakhlak yang mulia.
37
37
b) Mengembangkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi, dalam
rangka peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat
menumbuhkan semangat bersaing yang tinggi.
c) Menerapkan Manajemen partisipatif, terbuka dan berbasis Madrasah
dengan melibatkan seluruh warga Madrasah dan Masyarakat.
e. Struktur Organisasi Madrasah/Sekolah
Struktur Organisasi lembaga MTs Al-Muhtadi adalah Sebagai berikut :
1. Kepala sekolah : Muallimin, S.Ag.
2. Waka. Kurikulum : Edi Susianto, S.Ag.
3. Waka. Kesiswaan : Salamul Huda, SE.
4. Waka. Sarpras : H. Akhnan Afif, A., Ma.
5. Tata Usaha : Ahmad Khairul Anam, SE
6. Wali kelas : Kelas VIIA : Nur Aini, S.Pd
: Kelas VII B : Sutra Diana, SE
: Kelas VII C : Ah. Hasan Taufiq, S.Pd
: Kelas VIII A: Ali Muthohar, S.Pd
: Kelas VIII B : Akhmad Rifa’uddin, S.Pd
: Kelas VIII C :
: Kelas IX A : Sari, S.Pd
: Kelas IX B : Kasran, S.Pd.I
7. Guru BK/BP : Abd. Kholiq, S.Ag.
38
38
f. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan
1) Keadaan siswa menurut jumlah
Tabel 4.1
Keadaan siswa menurut jumlah
TAHUN
AJARAN
Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9 Jumlah
Jml
Siswa
Jml
Rombe
l
Jml
Siswa
Jml
Rombe
l
Jml
Siswa
Jml
Romb
el
Jml
Siswa
Jml
Romb
el
2017/2018 54 2 68 3 62 2 184 7
2018/2019 70 3 56 2 63 3 189 8
2019/2020 63 3 68 3 56 2 187 8
2) Keadaan Guru dan karyawan
Tabel 4.2
Keadaan guru dan karyawan MTs Al-Muhtadi
No Nama Jabatan Tempat
Lahir
Tanggal
Lahir
L/P Jenjang
Tahun
Mulai
Tugas
Status
1 Muallimin
S.Ag
Kepala
Madrasah Lamongan 03/04/1966 L S1 1994 GTY
2
Edi
Susianto
S.Ag
PKM Ur.
Kurikulum Lamongan 31/03/1974 L S1 1997 GTY
3 Salamul
Huda SE
PKM Ur.
Kesiswaan Lamongan 20/09/1986 L S1 2012 GTY
4 Drs
Mas’ud Guru Lamongan 17/11/1961 L S1 1983 GTY
39
39
Baraja
5
Wahid
Mahmudi
S.Ag
Guru Lamongan 02/09/1976 L S1 2009 GTY
6 Asyrofan
S.Pd.I
Kepala
Perpus Tuban 15/06/1962 L S1 1990 GTY
7 Kasran
S.Pd.I
Wali kelas
IX C Lamongan 26/11/1953 L S1 1982 GTY
8
Akhmad
Rifa'uddin
S.Si
Wali kelas
VIII B Lamongan 03/05/1985 L S1 2008 GTY
9
Ahmad
Nadjib
S.Pd.I
Guru Lamongan 29/08/1954 L S1 1987 GTY
10 Isma'aroh
S.Pd Guru Lamongan 19/01/1983 P S1 2004 GTY
11
Abd.
Kholiq
S.ag
BP/BK Lamongan 02/12/1967 L S1 1993 GTY
12 Hudori
S.pd Guru Lamongan 28/10/1973 L S1 1999 GTY
13 H. Akhnan
Afif A.Ma.
PKM Ur.
Sarana
Prasarana
Lamongan 06/10/1963 L D2 1988 GTY
14 Srimunis
S.Pd Guru Lamongan 05/03/1968 P S1 1997 GTY
15 Abdul
Salam Guru Lamongan 07/01/1964 L SMTA 1990 GTY
16 Ahmad Kepala Lamongan 23/01/1981 L S1 2000 GTY
40
40
Khoirul
Anam SE
Tata Usaha
17 Sutra
Diana SE
Wali Kelas
VII B Lamongan 16/05/1984 P S1 2007 GTY
18
Fina
Sa'adah
S.Kom
Guru/TU Lamongan 03/07/1989 P S1 2009 GTY
19
Iftahun
Ni'mah
S.Si
Guru Lamongan 23/11/1972 P S1 1997 GTY
20
Syamsul
Huda
S.Pd.i
Guru Lamongan 19/04/1974 L S1 2003 GTY
21
Laili
Kalimatul
H. S.Sos
Guru Lamongan 23/08/1981 P S1 2010 GTY
22 Sari S.Pd Wali kelas
IX A Lamongan 20/04/1986 L S1 2010 GTY
23 Nur Aini
S.Pd
Wali kelas
VII A Lamongan 23/11/1986 P S1 1982 GTY
24
Ali
Muthohar
S.Pd
Wali kelas
VIII A Lamongan 07/04/1987 L S1 2012 GTY
25
Zaimah
Zubair
S.Pd.i
Guru Lamongan 01/11/1964 P S1 2013 GTY
26 Ah. Syauqi
Arif S.Pd.I Guru Lamongan 19/06/1986 L S1 2013 GTY
27 Ihtinakul Guru Lamongan 01/11/1991 P S1 2014 GTY
41
41
Hanifiyati
S.pd
28 Avidda
Virlia S.Pd Guru Tuban 20/07/1992 P S1 2014 GTY
29
Ah. Hasan
Taufiq
S.Pd
Wali kelas
VII C Lamongan 27/03/1989 L S1 2015 GTY
30
Fakaruddin
Nabhan,
S.Pd
Guru Lamongan 30/08/1992 L S1 2016 GTY
31
Vita
Hidayatul
Istiqomah
S.Pd.I
TU Lamongan 29/05/1991 P S1 2012 PTY
32 Nina
Shelawati TU Lamongan 20/08/1998 P SMTA 2016 PTY
33 Fatimatus
Sa'adah Perpus Lamongan 14/05/1985 P SMTA 2012 PTY
34 Iswahyudi Pengemudi Lamongan 02/12/1967 L SMTA 2016 PTY
35
Jaka
Galang
Rambu
Anarki
Tukang
Kebun Lamongan 09/02/1995 L SMTA 2014 PTY
36 Maftuhul
Ali Naufal Keamanan Lamongan 12/11/1993 L SMTA 2014 PTY
37 Miftahul
Huda Kebersihan Lamongan 24/04/1989 L SMTA 2014 PTY
38 Abd. Pesuruh Lamongan 25/07/1983 L SMTA 2014 PTY
42
42
Masazuli
g. Keadaan Tanah
Tanah merupakan hal yang sangat penting karena sebagai tempat untuk
mendirikan suatu lembaga atau bangunan. Tanah di MTs Al-Muhtadi sangat
mendukung peserta didik dalam menempati suatu proses belajar mengajar. Inilah
presentase kondisi semua tanah di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran
Lamongan.
Adapun uraian tanah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Keadaan Tanah
Sumber
Tanah
Sumber Sertifikat Penggunaan
Sudah Belum Sudah Belum
Pemerintah
Wakaf 1800 m2 - 1495 m
2 3805 m
2
Pinjam/Sewa
h. Keadaan Sarana Pra Sarana
Fasilitas merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Sarana dan prasarana di MTs Al-Muhtadi
sangat mendukung peserta didik dalam menggapai pendidikannya dan memperluas
wawasannya. Inilah presentase kondisi semua Sarana Pra Sarana di MTs Al-Muhtadi
Sendangagung Paciran Lamongan.
Adapun uraian dari sarana pra sarana sebagai berikut :
Tabel 4.4
1. Gedung dan Bangunan
No. Jenis Bangunan
Jumlah Ruang Menurut
Kondisi (Unit)
Baik Rusak Rusak
43
43
Ringan Berat
1. Ruang Kelas 6 1
2. Ruang Kepala Madrasah 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang Tata Usaha 1
5. Laboratorium Fisika
6. Laboratorium Kimia
7. Laboratorium Biologi 1
8. Laboratorium Komputer 1
9. Laboratorium Bahasa
10. Ruang Perpustakaan 1
11. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS)
12. Ruang Keterampilan
13. Ruang Kesenian 1
14. Toilet Guru 1
15. Toilet Siswa 3
16. Ruang Bimbingan Konseling (BK) 1
17. Gedung Serba Guna (Aula) 1
18. Ruang OSIS 1
19. Ruang Pramuka 1
20. Masjid/Musholla 1
2. Sarana Pendukung Pembelajaran
Tabel 4.5
Perlengkapan Laboratorium, perpustakaan dan alat ekstra
No. Jenis Sarana Prasarana
Jumlah Sarpras
Menurut Kondisi
(Unit)
44
44
Baik Rusak
1. Laptop 1 1
2. Personal Komputer 4
3. Printer 2 1
4. Televisi 1
5. Mesin Fotocopy
6. Mesin Fax
7. Mesin Scanner 2
8. LCD Proyektor 2 2
9. Layar (Screen) 4 1
10. Meja Guru & Tenaga
Kependidikan 2
11. Kursi Guru & Tenaga
Kependidikan 12
12. Lemari Arsip 2
13. Kotak Obat (P3K) 2
14. Brankas
15. Pengeras Suara 2
16. Washtafel (Tempat Cuci Tangan) 1
17. Kendaraan Operasional (Motor) 1
18. Kendaraan Operasional (Mobil)
19. Mobil Ambulance
2. Kurikulum Pendidikan
Prinsip pengembangan kurikulum MTs Al-Muhtadi yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan sebagaimana
tertuang dalam PP. No 19 tahun 2005 terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
45
45
pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut yaitu Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi MTs Al-
Muhtadi dalam mengembangkan kurikulum sebagaimana tertuang dalam Permen Diknas
No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, No. 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi
lulusan dan No. 24 tahun 2006 tantang pelaksanaan standar isi.
Dalam proses belajar mengajar, MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran
Lamongan memadukan antara Kurikulum Nasional dan Kurikulum Gabungan Salaf
dengan kata lain MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan merupakan lembaga
pendidikan berciri khas Islami memasukkan seluruh kurikulum Ilmu pengetahuan umum
tanpa mengurangi porsi pendidikan agama sedikitpun.
Dan di dalam kurikulum gabungan Salaf MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran
Lamongan juga mengajari peserta didiknya untuk belajar lebih dalam hal memahami ilmu
agama Islam baik itu berupa masalah fiqih, akhlak, sejarah kebudayaan Islam, huruf-
huruf bahasa Arab dan kitab - kitab kuning, karena semuanya itu saling berkaitan dalam
hal memahami kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist. Peserta didik mendapatkan
pembinaan selama 24 jam sehari dalam berbagai aktifitas karena bernaung di pondok
pesantren mulai dari pengembangan diri, baik keagamaan, kegiatan ekstra-kurikuler,
kedisiplinan, kepemimpinan, kemandirian dan ukhuwah Islamiyah.
B. Temuan Penelitian
Setelah menjelaskan latar belakang objek yang ada pada MTs Al-Muhtadi
Sendangagung Paciran Lamongan, peneliti menemukan beberapa hal.
Dari hasil observasi yang di lakukan peneliti pada MTs Al-Muhtadi Sendangagung
Paciran Lamongan pada tanggal 17 Maret 2020. Peneliti menemukan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Kegiatan Awal
a. Guru mempersiapkan materi pembelajaran
b. Guru menerangkan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan
c. Guru menghubungkan pembelajaran yang akan di mulai dengan pembelajaran yang
lalu.
d. Guru menghubungkan materi pembelajaran yang ada dengan lingkungan sehari-hari.
46
46
2. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan dalam kegiatan proses pembelajaran
peningkatan pemahaman pendidikan agama Islam sebagai berikut :
a. Guru menjelaskan tentang seputar pelajaran pendidikan agama Islam kepada peserta
didik dengan menggunakan media teka-teki silang.
b. Guru memberikan sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan menggunakan media teka-teki silang.
c. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan kata-kata
tertentu dalam media teka-teki silang yang belum jelas
d. Guru membacakan soal pertanyaan yang telah diberikan kepada peserta didik
sebelumnya dalam media teka-teki silang
e. Guru bertanya kepada peserta didik kalimat mana/pertanyaan mana yang belum bisa
dipahami
f. Kemudian guru membimbing/menuntun dan mengarahkan kepada peserta didik
bagaimana caranya meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam dengan media teka-teki silang dengan baik, teliti, cermat dan benar.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan tugas baik dikerjakan disekolah/madrasah maupun pekerjaan rumah
(PR) kepada peserta didik
b. Guru mengadakan evaluasi.
Dari observasi di atas dapat di tarik kesimpulan proses kegiatan peningkatan
pamahaman pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dengan menggunakan media teka-
teki silang yaitu peneliti menemukan beberapa peserta didik masih kesulitan dalam
memahami agama Islam dengan baik dan benar, adapun kesulitan tersebut meliputi sulitnya
menggabungkan kata-kata antara huruf satu dengan yang lain yang sesuai dengan jawaban
sebuah pertanyaan yang ada di media teka-teki silang tersebut.
Sedangkan dari hasil wawancara yang di lakukan peneliti di MTs Al-Muhtadi
Sendangagung Paciran Lamongan adalah sebagai berikut :
1. Hasil wawancara dengan bapak kepala yang bernama bapak Muallim, S.Ag dikantor MTs
Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan tentang kurikulum yang digunakan dalam
proses pembelajaran pendidikan agama Islam, beliau mengatakan sebagai berikut:
47
47
”Kurikulum Terpisah - pisah merupakan kurikulum yang dimana difokuskan dalam
hal pembelajaran satu persatu, agar peserta didik lebih paham dalam hal berbagai
pelajaran khususnya dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam terkhusus dalam
hal meningkatkan pemahaman, karena kurikulum ini merupakan suatu kurikulum
yang cocok untuk murid yang baru belajar atau naik tingkat dari SD/MI menuju
tingkat SLTP/Madrasah”.70
2. Dari hasil wawancara Ahmad Syauqi Arif, S.Pd.I selaku guru pendidikan agama Islam
pada tanggal 17 Maret 2020 tentang proses pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
menggunakan ceramah, beliau mengatakan sebagai berikut :
“Penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam pada peningkatan pemahaman ini
saya memakai media teka-teki silang, yakni saya memberikan lembaran permainan
teka-teki silang, kemudian peserta didik disuruh menjawab di bukunya masing –
masing, setelah itu peserta didik disuruh maju ke depan untuk menulis apa yang
telah ditulis didalam bukunya tersebut dipapan tulis agar peserta didik yang lainnya
tahu apakah sudah benar atau belum tulisan yang ada didalam bukunya masing -
masing ”.71
3. Hasil wawancara dengan Hilda Nur Azizah selaku peserta didik MTs Al-Muhtadi pada
tanggal 19 Maret 2020 tentang pembelajaran pendidikan agama Islam, ia mengatakan :
“Pembelajaran pendidikan agama Islam pada peningkatan pemahaman yang
diterapkan oleh bapak Arif itu memakai media teka-teki silang, dimana peserta didik
itu diberi sebuah permainan teka-teki silang terlebih dahulu, setelah itu peserta didik
disuruh untuk mengisi permainan teka-teki silang jawaban apa yang telah diucapkan
oleh bapak Arif, setelah itu peserta didik disuruh maju untuk menulis jawaban dari
pertanyaan yang ada dipermainan tersebut dipapan tulis.”72
70
Muallim, Wawancara, Lamongan: Kepala Sekolah Mts Al-Muhtadi pada tanggal 22 Maret 2020. 71
Ahmad Syauqi Arif, wawancara, Lamongan: Guru Mts Al-Muhtadi pada tanggal 17 Maret 2020. 72
Hilda Nur Azizah, wawancara, Lamongan: Peserta Didik MTs Al-Muhtadi, pada tanggal 19 Maret 2020.
48
48
Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwasannya dalam proses kegiatan peningkatan pamahaman pembelajaran
pada materi pendidikan agama Islam dengan media teka-teki silang ada kelebihan dan
kekurangannya.
IV.PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah menjelaskan latar belakang objek yang ada pada MTs Al-Muhtadi ini,
sekarang peneliti akan membahas hasil wawancara terkait pembelajaran peningkatan
pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama Islam dengan menggunakan media
teka-teki silang di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan.
1. Proses Pembelajaran Peningkatan Pemahaman Peserta Didik Pada Materi
Pendidikan Agama Islam Melalui Pemanfaatan Media Teka-Teki Silang Di MTs Al-
Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan
a. Kurikulum Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTs Al-Muhtadi
Kurikulum merupakan alat atau serangkaian rencana yang digunakan oleh
pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang optimal dan menyeluruh, baik
pada ranah efektif, kognitif maupun psikomotorik peserta didik. Kurikulum
pembelajaran merupakan salah satu komponen dari Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dasar dan menengah baik pada pendidikan umum, khusus dan kejuruan.
Dalam penerapan kurikulum pembelajaran ini dibimbing oleh guru atau pembimbing
dan tenaga yang kompoten dibidangnya.
Dalam penerapan kurikulum pembelajaran di MTs Al-Muhtadi adalah
kurikulum terpisah - pisah dan gabungan, di mana mata pelajarannya ini di rancang
untuk di berikan secara terpisah - pisah. Misalnya mata pelajaran tentang Pendidikan
Agama Islam diberikan terpisah dengan mata pelajaran MTK, Bahasa Indonesia dan
seterusnya serta juga melihat situasi dan kondisi yang ada pada Madrasah tersebut.
Pernyataan tersebut diungkapkan langsung oleh Bapak Kepala Sekolah/Madrasah :
”Kurikulum terpisah - pisah merupakan kurikulum yang dimana difokuskan
dalam hal pembelajaran satu persatu, agar peserta didik lebih paham dalam hal
berbagai pelajaran khususnya dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam,
49
49
karena kurikulum ini merupakan suatu kurikulum yang cocok untuk murid
yang baru belajar atau naik tingkat dari SD/MI menuju tingkat
SLTP/Madrasah”.73
Berdasarkan pernyataan dan observasi di atas dapat dikatakan bahwa
pembelajaran peningkatan pemahaman pada materi pendidikan agama Islam dengan
media teka-teki silang di MTs Al-Muhtadi adalah terpisah - pisah karena menyikapi
untuk pelajar pemula yang belum bisa atau belum tahu tentang pembelajaran -
pembelajaran yang tingkat menengah khususnya dalam mata pelajaran pembelajaran
peningkatan pemahaman materi pendidikan agama Islam.
Dalam perkembangan dan penggunaan juga menggunakan kuikulum nasional
dan kurikulum sekolah/madrasah sendiri, dimana kurikulum ini disusun oleh tim
pengembang tingkat Nasional dan digunakan secara nasional serta kurikulum yang
disusun oleh satuan pendidikan sekolah/madrasah.
b. Proses Pembelajaran Peningkatan Pemahaman Pada Materi Pendidikan Agama
Islam (PAI) Melalui Pemanfaatan Media Teka-Teki Silang (TTS)
1) Di MTs Al-Muhtadi
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas dalam peningkatan pemahaman
pada materi pendidikan agama Islam (PAI) melalui pemanfaatan media teka-teki
silang (TTS) Sesuai dengan observasi yang penulis lakukan, kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di kelas yakni :
Kegiatan pembelajaran dimulai tepat pukul 07.00 WIB tersebut diawali apel
bersama-sama melakukan do’a bersama, kemudian dilanjutkan dengan
pembelajaran di dalam kelas dengan melakukan tadris secara bersama-sama.74
Dalam pembelajaran peningkatan pemahaman pada materi pendidikan agama
Islam di MTs Al-Muhtadi terdapat satu guru materi agama untuk 3 kelas.
Sebagaimana pada kelas VII yang dibimbing oleh Bapak Arif yang sudah mengajar
pendidikan agama Islam di MTs Al-Muhtadi kurang lebih selama 7 tahun. Dalam
pembelajaran peningkatan pemahaman materi pendidikan agama Islam beliau
73
Muallim, Wawancara, Lamongan: Selaku Kepala MTs Al-Muhtadi pada tanggal 15 April 2020. 74
Observasi KBM di kelas pada tanggal 17 April 2020.
50
50
memakai media teka-teki silang, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak
Taufiq Afnani selaku guru agama Islam.
“Penerapan pembelajaran peningkatan pemahaman pada materi agama
Islam dengan ini saya memakai media teka-teki silang, yakni saya
memberikan sebuah permainan teka-teki silang, kemudian peserta didik
disuruh untuk mengisi permainan teka-teki silang, setelah itu peserta didik
disuruh maju ke depan untuk menulis apa yang telah ditulis didalam
bukunya tersebut dipapan tulis agar peserta didik yang lainnya tahu apakah
sudah benar atau belum jawaban yang ditulis di bukunya masing - masing
”75
Penjelasan dalam penerapan maharah kitabah ini diuji keabsahan dengan
menanyakan kepada responden yang lain yakni Hilda Nur Azizah selaku peserta
didik Mts Al-Muhtadi, ia mengatakan :
“Peningkatan pemahaman pada materi pendidikan agama Islam yang
diterapkan oleh bapak Arif itu memakai media teka-teki silang, dimana
peserta didik itu diberi sebuah permainan teka-teki silang terlebih dahulu,
setelah itu peserta didik disuruh untuk mengisi permainan teka-teki silang
jawaban apa yang telah diucapkan oleh bapak Arif, setelah itu peserta didik
disuruh maju untuk menulis jawaban dari pertanyaan yang ada dipermainan
tersebut dipapan tulis.”76
Adapun proses pembelajaran yang dilakukan Bapak Ahmad Syauqi Arif
adalah, sebagai berikut :
a) Kegiatan awal
(1) Guru mempersiapkan materi pembelajaran.
(2) Guru menerangkan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan.
(3) Guru menghubungkan pembelajaran yang akan di mulai dengan
pembelajaran yang lalu.
75
Ahmad Syauqi Arif, Wawancara, Lamongan: Guru Mts Al-Muhtadi pada tanggal 21 April 2020. 76
Hilda Nur Azizah, Wawancara, Lamongan: Peserta Didik MTs Al-Muhtadi, pada tanggal 19 Maret 2020.
51
51
(4) Guru menghubungkan materi pembelajaran yang ada dengan lingkungan
sehari-hari.
b) Dari hasil observasi Kegiatan inti pada proses pembelajaran peningkatan
pemahaman materi pendidikan agama Islam dengan media teka-teki silang
adalah sebagai berikut :
(1) Guru menjelaskan tentang seputar pendidikan agama Islam dengan
menggunakan media teka-teki silang dalam proses peningkatan
pemahaman materi PAI.
(2) Guru memberikan sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan
pembelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan media teka-
teki silang.
(3) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan
kata-kata tertentu dalam media teka-teki silang yang belum jelas.
(4) Guru membacakan soal pertanyaan yang telah diberikan kepada peserta
didik sebelumnya dalam media teka-teki silang.
(5) Guru bertanya kepada peserta didik kalimat mana/pertanyaan mana yang
belum bisa dipahami.
(6) Kemudian guru membimbing/menuntun dan mengarahkan kepada peserta
didik bagaimana caranya meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan media teka-teki silang dengan baik, teliti,
cermat dan benar.
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru memberi tugas baik dikerjakan disekolah/madrasah maupun
pekerjaan rumah (PR) pada peserta didik.
(2) Guru mengadakan evaluasi.
Ketika peneliti mengobservasi proses kegiatan peningkatan pamahaman
pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dengan menggunakan media teka-teki
silang yaitu peneliti menemukan beberapa peserta didik masih banyak yang
kesulitan dalam memahami agama Islam dengan baik dan benar, adapun kesulitan
tersebut meliputi sulitnya menggabungkan kata-kata antara huruf satu dengan yang
52
52
lain yang sesuai dengan jawaban sebuah pertanyaan yang ada di media teka-teki
silang tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka peneliti dapat menganalisa
atau menyimpulkan bahwasannya dalam proses kegiatan peningkatan pamahaman
pembelajaran pada materi pendidikan agama Islam dengan media teka-teki silang
ada kelebihan dan kekurangannya.
c. Kemampuan Peserta Didik Dalam Peningkatan Pemahaman Pada Materi
Pendidikan Agama Islam Dengan Pemanfaatan Media Teka-Teki Silang Di MTs
AL-Muhtadi
Keberhasilan pemahaman adalah merupakan masalah yang sangat serius dan
sangat diperhatikan bagi setiap individu, sebab dari sini dapat dilihat kualitas individu
itu sendiri, lembaga yang mengelola pendidikan, guru dan sebagainya.
Begitu pula, dari keberhasilan pemahaman inilah kita dapat mengetahui tolak
ukur kemampuan peserta didik dalam memahami materi pendidikan agama Islam apa
sudah meningkat atau belum sama sekali.
Ketika peneliti menanyakan peningkatan pemahaman materi pendidikan agama
Islam pada peserta didik dengan menggunakan pemanfaatan media teka-teki silang,
bapak Ahmad Syauqi Arif mengatakan:
“Keberhasilan peningkatan pemahaman adalah hasil nyata yang dicapai setelah
proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan dalam pemanfaatan media
teka-teki silang yang diterapkan dalam bentuk peserta didik dapat mampu
memahami sudah sampai mana dalam hal memahami pembelajaran pendidikan
agama Islam, peserta didik juga dapat menerapkan dalam kesehariannya dalam
bentuk memahami lebih baik lagi dari pemahaman yang ada di dalam al-qur’an,
hadist serta kitab - kitab lainnya apakah sudah benar atau belum. Dapat diketahui
bahwa keberhasilan memahami agama Islam dalam pelaksanaan pembelajaran
itu sudah mulai baik dan benar, tidak kayak pertama kali masuk ke dalam
madrasah.”77
77
Ahmad Syauqi Arif, Wawancara, Lamongan: Guru MTs Al-Muhtadi pada tanggal 21 Maret 2020.
53
53
Berdasarkan penjelasan diatas menyatakan bahwa kemampuan pemahaman
peserta didik di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan sudah ada
peningkatan atau kemajuan dengan baik dan benar dengan menggunakan media teka-
teki silang yang diterapkan oleh guru mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Jadi keberhasilan peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat dilihat dari hasil pembelajaran yang
diterima dan bisa diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari, baik itu berada didalam
lingkungan sekolah/madrasah maupun diluar lingkungan sekolah/madrasah.
2. Usaha atau Langkah-Langkah Solusi Peningkatan Pemahaman Peserta Didik Pada
Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Pemanfaatan Media Teka-Teki Silang
(TTS) Di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan
Dari beberapa ulasan tentang semua yang ada di MTs Al-Muhtadi diatas, ada
beberapa cara atau usaha yang dilakukan oleh pihak madrasah, guru dan juga peserta
didik dalam peningkatan pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama Islam
(PAI) pada pemanfaatan media teka-teki silang (TTS) mengenai permasalahan yang
mereka hadapi.
Disini peneliti mempunyai gagasan dalam mengatasi permasalahan atau
problematika yang ada di MTs Al-Muhtadi Sendangagung Paciran Lamongan dalam
peningkatan pemahaman peserta didik pada materi pendidikan agama Islam (PAI)
melalui pemanfaatan media teka-teki silang (TTS) sebagai berikut :
a. Peserta didik disuruh untuk selalu praktek dalam hal memahami pendidikan agama
Islam baik itu berupa pemanfaatan media teka-teki silang atau selain menggunakan
media teka-teki silang, misalnya berupa sebuah pertanyaan-pertanyaan biasa yang ada
hubungannya dengan pembelajaran agama Islam.
b. Peserta didik yang sulit untuk menerima materi pembelajaran pendidikan agama Islam
khususnya dalam hal meningkatkan pemahaman diberikan bimbingan khusus seperti
diadakan les privat, baik itu setelah pulang dari sekolah/Madrasah baik itu tempatnya
didalam sekolah/Madrasah maupun di dalam pondok Al-Muhtadi sendiri.
54
54
c. Seorang guru harus mempunyai beberapa cara/metode dan media dalam hal
pembelajaran khususnya dalam hal peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
pendidikan agama Islam dengan pemanfaatan media teka-teki silang.
d. Sering kita memberi masukan/nasihat, motivasi yang lebih agar semangat dan
memberi tahu kepada peserta didik bahwa pelajaran pendidikan agama Islam itu
sangat penting sekali dalam hal kehidupan sehari-hari.
e. Memberikan peserta didik sebuah fasilitas dan kesukaan agar dia merasa enak,
nyaman dan baik.
f. Memberikan pengawasan yang ketat atau serius terhadap peserta didik
g. Memberikan evaluasi setiap pertemuan, bimbingan dan menanyakan dengan sangat
perhatian dan lembut, agar peserta didik lebih suka dan cinta dalam peningkatan
pemahaman pendidikan agama Islam.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses awal dalam pembelajaran peningkatan pemahaman peserta didik pendidikan
agama Islam (PAI) dalam pemanfaatan media teka-teki silang di MTs Al-Muhtadi itu di
mulai pada tepat pukul 07.00 WIB yang diawali dengan apel bersama-sama serta do’a
bersama dan dalam pelaksanaan pembelajaran peningkatan pemahaman peserta didik
pada materi pendidikan agama Islam ini berjalan cukup baik karena didukung dengan
fasilitas yang ada, selain itu juga didukung dengan guru yang kompoten dalam
bidangnya, terutama guru pendidikan agama Islam (PAI) yang sudah ahli dan
berpengalaman.
2. Usaha atau langkah-langkah dalam menangani peningkatan pemahaman peserta didik
pada materi pendidikan agama Islam (PAI) melalui pemanfaatan media teka-teki silang
(TTS) di MTs Al-Muhtadi sebagai berikut :
a. Peserta didik disuruh untuk selalu praktek dalam hal memahami pendidikan agama
Islam baik itu berupa pemanfaatan media teka-teki silang atau selain menggunakan
55
55
media teka-teki silang, misalnya berupa sebuah pertanyaan-pertanyaan biasa yang ada
hubungannya dengan pembelajaran agama Islam.
b. Peserta didik yang sulit untuk menerima materi pembelajaran pendidikan agama Islam
khususnya dalam hal meningkatkan pemahaman diberikan bimbingan khusus seperti
diadakan les privat, baik itu setelah pulang dari sekolah/Madrasah baik itu tempatnya
didalam sekolah/Madrasah maupun di dalam pondok pesantren Al-Muhtadi sendiri.
c. Seorang guru harus mempunyai beberapa cara/metode dan media dalam hal
pembelajaran khususnya dalam hal peningkatan pemahaman peserta didik pada materi
pendidikan agama Islam dengan pemanfaatan media teka-teki silang.
d. Sering kita memberi masukan/nasihat, motivasi yang lebih agar semangat dan
memberi tahu kepada peserta didik bahwa pelajaran pendidikan agama Islam itu
sangat penting sekali dalam hal kehidupan sehari-hari.
e. Memberikan peserta didik sebuah fasilitas dan kesukaan agar dia merasa enak,
nyaman dan baik.
f. Memberikan pengawasan yang ketat atau serius terhadap peserta didik
g. Memberikan evaluasi setiap pertemuan, bimbingan dan menanyakan dengan sangat
perhatian dan lembut, agar peserta didik lebih suka dan cinta dalam peningkatan
pemahaman pendidikan agama Islam.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesuksesan suatu lembaga
pendidikan tak lepas dari output yang dihasilkan, karena proses pembelajaran nantinya akan
dapat menentukan hasil, bila prosesnya baik maka hasilnya akan baik, begitu pula
sebaliknya. Maka peneliti memandang penting untuk memberikan beberapa saran yang
bersifat membangun kepada pihak-pihak yang bersangkutan sebagai berikut:
1. Bagi Madrasah
Demi tercapainya Visi, Misi serta Tujuan pendidikan, maka suatu lembaga
pendidikan hendaknya :
a. Selalu meningkatkan kedisiplinan dalam hal apapun yang bersangkutan dengan
proses belajar mengajar kepada seluruh komponen lembaga.
56
56
b. Selalu berusaha untuk mencari ide-ide baru untuk bisa menyelesaikan
problematika yang ada dengan tujuan untuk meningkatkan mutu anak didik dan
lembaga pendidikan .
c. Selalu memperhatikan fasilitas lembaga yang akan dapat membantu kelancaran
proses belajar mengajar.
2. Bagi Kepala Sekolah
Untuk meningkatkan kualitas para peserta didik, maka kepala lembaga pendidikan
hendaknya selalu memperhatikan kualitas tenaga pengajarnya, yang nantinya
diharapkan memperoleh hasil yang maksimal pula.
3. Bagi Guru
Sebagai pengajar, guru seharusnya selalu mencari hal-hal yang inovatif dan
kreatif, sehingga para peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minat
mereka, khususnya dalam minat belajar, agar para peserta didik tepat dalam
mempelajari ilmu, khususnya dalam meningkatkan pemahaman peserta didik pada
materi pendidikan agama Islam (PAI) dengan pemanfaatan media teka-teki silang
(TTS).
4. Bagi Peserta Didik
Kepada peserta didik disarankan agar meningkatkan motivasi belajar dan
meningkatkan penguasaan serta pemahaman terhadap semua mata pelajaran khususnya
pelajaran pendidikan agama Islam (PAI), agar terciptanya lembaga yang bernuansa
Islami yang kaffah, guna mencapai tujuan yang diinginkan sehingga dapat mewujudkan
cita-cita dan meraih kesuksesan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya selalu mengkaji ulang terkait proses belajar
mengajar, mencari metode dan media yang tepat yang akan diterapkan kepada peserta
didik, supaya memiliki kemauan tinggi untuk belajar.
6. Bagi Orang Tua
Keberhasilan lembaga pendidikan tak lepas dari peran orang tua dirumah, karena
masih ada hubungan darah yang erat. Khususnya dalam pembelajaran peningkatan
57
57
pemahaman anak pada materi pendidikan agama Islam. Karena pendidikan agama Islam
merupakan sebuah cara dalam hal memahami dan mengerti yang bersumber dari Al-
Qur’an dan Hadist, untuk itu anak dituntut memahami setiap kalimat atau makna yang
ada didalamnya, karena anak sejak dini harus dibiasakan untuk memahamai dan
mengerti dasar - dasar Al Qur’an.
7. Bagi Masyarakat Umum
Kepada masyarakat umum tentunya agar selalu mengawasi anak-anaknya dalam hal
apapun, khususnya dalam pelajaran pendidikan agama Islam. Karena pendidikan agama
Islam itu sangat penting sekali dalam kehidupan sehari-hari, baik itu berupa pengucapan,
perbuatan maupun tingkah laku anak itu sendiri.
58
58
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghozali Imam, Kumpulan Hadist Qudsi, Solo: Pustaka Zawiyah, 2007.
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Bahri Djaramah Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : mydyredzone, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : mydyredzone, 2008.
Deporter Bobbi, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000.
Djamarah Syaiful Bahri, Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010.
Erlina, Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle,”. Dalam http: www. Referensi
makalah.com/html. Diakses Pada Tanggal 04 April 2020.
Erwin, Penggunaan Teka-Teki Silang, dalam http//: net/geograf.blogspot.com. Diakses Pada
Tanggal 04 April 2015.
Hadi Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Hatta Ahmad, Tafsir Qur’an Per Kata, Jakarta: Magfiroh Pustaka, 2009.
Hidayati Nia, Manfaat Teka-Teki Silang sebagai penambah wawasan dan mengasah
kemampuan, diakses pada tanggal 13 april 2014.