PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN-
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE
PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Maria Angelika Suhadi
NIM : 128114147
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN-
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE
PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Maria Angelika Suhadi
NIM : 128114147
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN-
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE
PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Skripsi yang diajukan oleh:
Maria Angelika Suhadi
NIM : 128114147
telah disetujui oleh:
Pembimbing,
(Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.) tanggal : 3 November 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN-
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE
PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Oleh :
Maria Angelika Suhadi
NIM : 128114147
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal 14 Desember 2015
Mengetahui.
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
(Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.)
Panitia Penguji Skripsi Tanda Tangan
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. ……………………………..
2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. ……………………………..
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. ……………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“The most important thing is to enjoy your life – to be happy – it’s all that
matters” –
Audrey Hepburn
“If you’re reading this……….
Congratulations, you’re alive. If that’s not something to smile about,
then I don’t know what is” – Chad Sugg, Monster Under Your Head
Dengan sujud syukur,
saya mempersembahkan keberhasilan dalam masa studi ini kepada
Tuhan Yesus Kristus Allah Bapa yang kekal sumber segala kekuatan
Mama Papa yang amat kusayangi dan yang mendukungku
Kedua saudaraku Adric dan Archie
Keluarga besar papa di Yogya
Para sahabat terbaik dalam hidup
Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
dengan judul “Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari
Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Aktivitas
Lactate Dehydrogenase pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” tidak memuat
karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 12 Januari 2016
Penulis,
(Maria Angelika Suhadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maria Angelika Suhadi
NIM : 128114147
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK FRAKSI HEKSAN-
ETANOL DARI EKSTRAK METANOL–AIR DAUN Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. TERHADAP AKTIVITAS LACTATE DEHYDROGENASE
PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu memintra izin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian surat pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 12 Januari 2016
Yang menyatakan,
Maria Angelika Suhadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol dari Ekstrak
Metanol-Air Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap Aktivitas
Lactate Dehydrogenase pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” dengan
baik. Skripsi ini disusun untuk sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu Progam Studi Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
Pada proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir, penulis menyadari
banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah mengizinkan penulis menjalankan
pembelajaran di Fakultas Farmasi
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
dengan sabar membimbing, mendampingi, memberikan motivasi, dan
memberikan kritik saran kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.
3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran demi kemajuan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran demi kemajuan skripsi ini.
5. Ibu Agustina Setyawati, M.Si., Apt. selaku Kepala Penanggung Jawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan izin kepada peneliti
untuk menggunakan sarana prasarana berupa laboratorium dan alat-alatnya
untuk kepentingan penelitian.
6. Bapak Jeffry Julianus, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan dukungan, masukan, motivasi, dan doa dari awal masa perkuliahan
hingga dalam proses penyusunan skripsi sehingga akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan skripsi dan memperoleh gelar sarjana.
7. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja
Nyata Alternatif yang telah membimbing, memotivasi, memberikan masukan,
kritik, dan saran kepada penulis selama proses Kuliah Kerja Nyata Alternatif
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas pengabdian kepada masyarakat
dalam bentuk kuliah kerja nyata.
8. Pak Heru selaku laboran Biofarmasetika-Farmakokinetika, Pak Kayat selaku
laboran Anatomi Fisiologi, Pak Wagiran selaku laboran Farmakognosi-
Fitokimia, Pak Parjiman selaku laboran Farmakologi-Toksikologi, Pak Parlan
selaku laboran Kimia Organik, Pak Kunto selaku laboran Kimia Analisis, dan
Pak Bimo selaku laboran Kimia Analisis Intrumental, atas segala bantuan dan
kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian di laboratorium yang
bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
9. Keluarga tersayang, baik Mama, Papa, saudara-saudaraku, Adric, Archie,
Khukhu, Kuchong, Susuk, Sukme, Carmen, Ruth, Rose yang telah menjadi
semangat dan motivasi bagi penulis, memberikan doa, dukungan penuh baik
material maupun moral, dan perhatian bagi penulis dalam melaksanakan tugas
akhir ini.
10. Teman-teman seperjuangan Skripsi Macaranga, untuk Cyndi, Rahayu, Novita,
Sona, Cynthia, Penina, Ria, dan Dian serta terkhusus untuk Adis Pranaya Yakin
yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka dalam melaksanakan
kegiatan penelitian di laboratorium selama berbulan-bulan dan menjadi
motivasi dalam menyelesaikan skripsi.
11. Teman, sahabat seperjuangan, keluarga hangat di FKK B dan FSM D 2012 yang
telah menjadi motivasi, memberikan dukungan, dorongan, doa, dan perhatian
kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi dan untuk kebersamaan selama
masa perkuliahan di Fakultas Farmasi, terima kasih untuk setiap tawa canda,
suka duka yang diberikan untuk penulis dan telah memberikan penulis berbagai
pengalaman yang berharga.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 Fakultas Farmasi dan juga teman-
teman dari Fakultas lain, terima kasih untuk kebersamaan yang dialami penulis
dari awal memasuki masa studi hingga sekarang, juga untuk pengalaman hidup
yang diberikan.
13. “Keluarga Cemara”, Rury Henggar, Natalia Putri, Bonifasia Anna, Cyndi
Yulanda, Rahayu Triwanti, Lucia Ida, Sona Karisnata, Novita, Lucia Christin,
Lucia Joice, Patricia Yosepha, Satrio Budi, Kresensia Trisna, Yeni Mardiati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Veronika Purba, Siti Sisca, Richard Anderson, Aditya Lela, Nanda Tia, dan
Monalisa Mangkoan untuk perhatian, semangat, dorongan, motivasi,
kebersamaan, dan yang diberikan juga sebagai tempat penulis untuk
menumpahkan segala cerita baik suka maupun duka dan terima kasih untuk
setiap senyuman dan pelukan yang diberikan bagi penulis.
14. Kelompok KKN Alternatif, Bonnifasia Anna, Cyndi Yulanda, Rahayu
Triwanti, dan Kresensia Trisna, terima kasih untuk pengalaman berharga, kerja
sama, semangat, dan kebersamaannya sehingga semua program KKN Alternatif
yang telah direncanakan dapat dijalan sesuai rencana dan membawa hasil yang
baik juga untuk mahasiswa maupun masyarakat setempat.
15. Kos Aditara Putri, terkhusus bagi Vicky Wijoyo, Suzan, Jessica, Cresentia
Claresta, Valentina Hendriyana, Ira Felisia, Ira Yoshida, Cindy Salim, dan Tria
untuk segala bantuan, semangat, doa, motivasi, kebersamaan, canda tawa, suka
dan duka yang diberikan kepada penulis sehingga penulis memiliki semangat
untuk memulai dan menyelesaikan segala tugas yang diembankan terhadap
penulis.
16. Leonardus Antoni, untuk dukungan semangat, motivasi, doa, dan perhatian
yang tiada henti selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.
17. Semua pihak yang memang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik
“Tiada gading yang tak retak” di mana tidak ada sesuatu yang begitu
sempurna demikian juga skripsi ini. Penulis sadar adanya banyak keterbatasan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
kekurangan dalam skripsi ini sehingga, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang dapat diberikan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini akan memberikan manfaat
dalam bidang kesehatan, terutama dalam bidang kefarmasian, juga terhadap segala
pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun di masyarakat.
Yogyakarta, 12 Januari 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ............. vi
PRAKATA ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xx
INTISARI .......................................................................................................... xxii
ABSTRACT ......................................................................................................... xxiii
BAB I. PENGANTAR ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1. Rumusan masalah................................................................................... 5
2. Keaslian penelitian ................................................................................. 6
3. Manfaat penelitian .................................................................................. 7
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
1. Tujuan umum ........................................................................................ 7
2. Tujuan khusus ........................................................................................ 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA................................................................ 9
A. Hati ............................................................................................................... 9
1. Anatomi dan fisiologi hati ...................................................................... 9
2. Kerusakan hati ........................................................................................ 13
B. Karbon Tetraklorida ...................................................................................... 15
C. Laktat Dehidrogenase .................................................................................... 18
D. Macaranga tanarius L. ................................................................................. 22
1. Taksonomi .............................................................................................. 22
2. Nama lain ............................................................................................... 23
3. Nama lokal ............................................................................................. 23
4. Morfologi ............................................................................................... 23
5. Distribusi/penyebaran ............................................................................ 23
6. Habitat .................................................................................................... 24
7. Biologi dan ekologi (budidaya) .............................................................. 24
8. Kandungan kimia ................................................................................... 25
E. Metode Penyarian ......................................................................................... 28
F. Fraksinasi ...................................................................................................... 31
G. Landasan Teori ............................................................................................. 34
H. Hipotesis ........................................................................................................ 35
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 36
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 36
B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................... 36
1. Variabel utama ....................................................................................... 36
2. Variabel pengacau .................................................................................. 36
3. Definisi operasional ............................................................................... 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Bahan Penelitian ........................................................................................... 37
1. Bahan utama .......................................................................................... 37
2. Bahan kimia ........................................................................................... 38
D. Alat Penelitian ............................................................................................... 40
E. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 40
1. Determinasi daun Macaranga tanarius L. ............................................. 40
2. Pengumpulan bahan uji ......................................................................... 40
3. Pembuatan serbuk daun ......................................................................... 41
4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L. .. 41
5. Pembuatan ekstrak metanol serbuk daun Macaranga tanarius L. ......... 42
6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga
tanarius L. .............................................................................................. 43
7. Pembuatan larutan CMC 1% sebagai pelarut fraksi heksan etanol
ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. ...................................... 43
8. Pembuatan larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol
daun Macaranga tanarius L. ............................................................... 44
9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida .................................................. 44
10. Uji pendahuluan ..................................................................................... 44
11. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji .............................................. 45
12. Pengukuran kadar LDH.......................................................................... 47
F. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................................ 47
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 48
A. Hasil Determinasi Daun Macaranga tanarius L. ......................................... 48
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.. ... 49
C. Hasil Rendemen Fraksi Heksan Etanol Ekstrak Metanol Daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. ................................................................................. 49
D. Uji Pendahuluan ........................................................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ................................. 52
2. Penetapan dosis fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius L. .......................................................................... 52
3. Penetapan waktu pencuplikan darah ...................................................... 53
F. Pengukuran Kadar LDH ................................................................................ 58
1. Kelompok kontrol CMC dosis 2 mL/kgBB ........................................... 60
2. Kelompok kontrol CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB ................................ 61
3. Kelompok kontrol dosis tertinggi yaitu dosis 137,14 mg/kgBB ............ 62
4. Kelompok pemberian FHEMM dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14
mg/kgBB ................................................................................................ 63
G. Ringkasan Pembahasan ................................................................................ 66
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69
A. Kesimpulan ................................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70
LAMPIRAN ...................................................................................................... 77
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Peningkatan relatif pada serum enzim pada kerusakan hati............. 18
Tabel II. Komposisi Isoenzim LDH dan Aktivitasnya pada masing-
masing jaringan ................................................................................ 19
Tabel III. Distribusi LDH normal pada otot dan serum tikus .......................... 21
Tabel IV. Komposisi dan konsentrasi reagen ALT .......................................... 39
Tabel V. Komposisi dan konsentrasi reagen AST .......................................... 39
Tabel VI. Komposisi dan konsentrasi reagen LDH-L ...................................... 40
Tabel VII. Rata-rata aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar
setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu
pencuplikan 0, 24, dan 48 jam ......................................................... 54
Tabel VIII. Hasil uji Tuckey aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
0, 24, dan 48 jam .............................................................................. 54
Tabel IX. Rata-rata aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
0, 24, dan 48 jam .............................................................................. 56
Tabel X. Hasil uji Tuckey aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
0, 24, dan 48 jam .............................................................................. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel XI. Rata-rata aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol
Macaranga tanarius L. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB
6 jam setelahnya ............................................................................... 59
Tabel XII. Hasil Uji Games-Howell aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar
setelah pemberian FHEMM dan 6 jam setelah CCl4 dosis
2 mL/kgBB ....................................................................................... 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lobus hati dan empedu secara umum ................................................. 10
Gambar 2. Penampang lobulus hati dan bagiannya .............................................. 11
Gambar 3. Mekanisme CCl4 menginduksi kerusakan hati.................................... 17
Gambar 4. Struktur isolasi senyawa mallophenol B, macarangioside A,
macarangioside B, macarangioside C, macarangioside D, lauroside E,
methyl brevifoline carboxylate, serta campuran hyperin dan
isoquercitrin dari daun Macaranga tanarius L. .................................. 25
Gambar 5. Struktir isolasi senyawa macaflavanone A-G dan nymphaeol C ........ 26
Gambar 6. Struktur isolasi senyawa daun Macaranga tanarius L. (1) mallotinic acid
(2) corilagin (3) macatannin A (4) chebulagic acid (5) dan macatannin
B ........................................................................................................ 27
Gambar 7. Diagram batang yang menunjukan aktivitas ALT pada tikus betina
galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada
waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam .................................................. 54
Gambar 8. Diagram batang yang menunjukan aktivitas AST pada tikus betina
galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada
waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam .................................................. 56
Gambar 9. Diagram batang aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Macaranga tanarius L. dan pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB
6 jam setelahnya .................................................................................. 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius L. .............................................. 78
Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. .............. 79
Lampiran 3. Foto fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius L. ................................................................................... 80
Lampiran 4. Foto suspensi FHEMM dengan konsentrasi 600 mg/25 mL ....... 81
Lampiran 5. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L. .................... 82
Lampiran 6. Surat ethical clearance penelitian ............................................... 83
Lampiran 7. Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli ........ 84
Lampiran 8. Hasil analisis statistik kadar ALT pada uji pendahuluan waktu
pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida
2mL/kgBB ................................................................................... 85
Lampiran 9. Hasil analisis statistik kadar AST pada uji pendahuluan waktu
pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida
2mL/kgBB ................................................................................... 90
Lampiran 10. Hasil analisis statistik kadar LDH setelah pemberian fraksi heksan
etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. pada dosis
34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dilanjutkan pemberian karbon
tetraklorida 6 jam kemudian........................................................ 96
Lampiran 11. Perhitungan konversi waktu tikus ke manusia ............................. 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Lampiran 12. Perhitungan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. ....... 107
Lampiran 13. Perhitungan persen rendemen FHEMM...................................... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian
jangka pendek fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L.
(FHEMM) terhadap penurunan kadar laktat dehoidrogenase (LDH) pada tikus
betina galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida (CCl4) dan mengetahui
hubungan kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan kadar
LDH yang terjadi.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lenglap pola searah. Sebanyak 30 ekor tikus betina galur Wistar
yang terbagi acak dalam 6 kelompok. Kelompok I (kontrol CMC) diberikan CMC
2mL/kgBB. Kelompok II (kontrol hepatotoksin) diberikan CCl4 2mL/kgBB.
Kelompok III (kontrol dosis III) diberikan FHEMM dosis III. Kelompok IV, V, dan
VI diberikan perlakuan FHEMM dengan dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB
kemudian diberikan CCl4 dalam jangka waktu 6 jam setelah pemberian fraksi.
Dalam 24 jam setelah pemberian CCl4 diambil cuplikan darahnya untuk penetapan
kadar LDH. Data yang didapatkan diolah dengan uji statistika dengan One Way
ANOVA pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian jangka pendek FHEMM
dengan peringkat dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dapat menurunkan
kadar LDH tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 walaupun di antara
penurunan kadar LDH yang terjadi dengan peringkat dosis tidak memiliki
hubungan kekerabatan.
Kata kunci : jangka pendek, karbon tetraklorida, penurunan LDH, fraksi
heksan etanol, ekstrak metanol, daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
ABSTRACT
This study was aimed to investigate the effect of short-term administration
of hexane-ethanol fraction of methanol extract of Macaranga tanarius L. leaves
(FHEMM) to decrease level of lactate dehydrogenase (LDH) levels in female
Wistar rats induced carbon tetrachloride (CCl4) and to know the relationship
between increased dose of FHEMM and decreased level of LDH.
This research was purely experimental research with randomized complete
direct sampling design. A total 30 female Wistar rats were divided randomly into 6
groups. Group I (CMC controlled-group) was given CMC at a dose 2 mL/kgBW.
Group II (hepatotoxin controlled-group) was given CCl4 at a dose 2 mL/kgBW.
Group III (highest dose controlled-group) was given oral FHEMM at highest dose.
Group IV, V, and VI was given FHEMM at a dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14
mg/kgBW then 6 hours after administration FHEMM, CCl4 was administered
intraperitonially. At the 24 hours after CCl4 administration, blood samples were
taken for measuring level of LDH. The data were analyzed by One Way ANOVA
with confident interval 95%.
The result of this study showed that short-terms FHEMM with increased
dose 34.28 ; 68.57 ; and 137.14 mg/kgBW be able to decrease LDH levels of female
Wistar rats induced CCl4. There is no relationship between decreased levels of LDH
with a dose rank.
Key words : short-term, carbon tetrachloride, lactate dehydrogenase, hexane-
ethanol fraction, methanol extract, Macaranga tanarius L. leaves
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hati atau hepar adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di
bagian teratas dalam rongga abdomen sebelah kanan di bawah diafragma (Pearce,
2009). Hati merupakan pusat metabolisme tubuh dengan kapasitas cadangan yang
besar, karena itu kerusakan sel hati secara klinis baru dapat diketahui jika sudah
lanjut (Widmann, 1995). Hati mempunyai banyak fungsi fisiologi penting yang
memberi dampak bagi tubuh, namun 3 fungsi utama hati yaitu termasuk
penyimpanan, metabolism, dan biosintesis (Hodgson, 2010).
Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, namun hal ini tidak
berarti hati tidak dapat mengalami kerusakan yang permanen akibat paparan zat
kimia. Kerusakan hati dapat disebabkan oleh berbagai macam substansi kima
(hepatotoksikan) dan ditandai dengan adanya akumulasi lemak atau kematian sel.
Akumulasi lemak dalam hati (steatosis) merupakan tanda-tanda umum toksisitas
hati dan mungkin diakibatkan oleh zat kimia yang toksik, termasuk alkohol.
Nekrosis hati (kematian sel-sel hati) terjadi akibat paparan terhadap sejumlah zat
kimia, antara lain aflatoksin, karbon tetraklorida, kloroform, dan asam tannat
(WHO, 2002).
Penyakit hati merupakan penyebab kematian yang akan meningkat
dari tahun ke tahun, di mana penyakit ini merupakan penyakit “pembunuh terbesar”
kelima di England dan Wales setelah penyakit jantung, kanker, stroke, dan penyakit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pernafasan. Sekitar 16.087 pasien di UK meninggal karena penyakit hati pada tahun
2008, meningkat sekitar 4,5% dari tahun 2007. Organisasi British Liver Trust
mempercayai bahwa tingkat kematian akibat penyakit hati telah meningkat secara
statistik, namun memang tidak komprehensif. Namun jika hal ini berlanjut,
kematian karena penyakit hati diprediksikan akan menjadi 2 kali lipat dalam 20
tahun (British Liver Trust, 2009). Penelitian lain melaporkan di U.S. pasien
steatosis bervariasi tergantung dari etnis (Hispanics 45%, kulit putih 33%, dan kulit
hitam 24%) dan gender (42% pada laki-laki kulit putih dan 24% pada wanita kulit
putih) (Browning, et al., 2004). Di Indonesia sendiri prevalensinya dapat mencapai
sekitar 30%, data ini sedikit lebih tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara
Asia lainnya (Amarapurkar, Hashimoto, Lesmana, Sollano, Chen, dan Goh, 2007).
Orang yang obesitas dan mengkonsumsi alkohol berlebih (peminum berat)
merupakan faktor risiko steatosis yang paling umum (Bellentani, et. al., 2000).
Faktor tambahan lain yang dapat menyebabkan steatosis adalah kondisi patologis
seperti dyslipidemia, sindrom metabolik, diabetes mellitus, hepatitis, sindrom
Wilson’s, dan beberapa obat atau bahan kimia (Camp Lejeune Legislation, 2015).
Karbon tetrakolrida (CCl4) merupakan zat cair tanpa warna dengan bau
menyengat, digunakan sebagai zat pengawal lemak, pelarut, bahan pendingin,
pemadam api, propelan, gas insektisida, dan merupakan senyawa yang toksik
(Pudjaatmaka, 2002). CCl4 bertindak sebagai senyawa model yang bersifat
hepatotoksin (senyawa yang dapat merusak hati berupa steatosis). Kerusakan hati
ditandai dengan peningkatan alanine aminotransferase (ALT), aspartate
aminotransferase (AST), lactate dehydrogenase (LDH), dan alkaline fosfatase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
(ALP) (Rao, 2012). Ketika sel hati mengalami kerusakan, enzim-enzim ini akan
keluar ke aliran darah dari jaringan hati dan menghasilkan peningkatan pada serum
darah (Kasdallah-Grissa, et al., 2007). LDH adalah enzim yang berfungsi untuk
melakukan transfer hidrogen, yang ditemukan di sitoplasma pada sebagian besar
sel tubuh. Peningkatan serum LDH akan menandakan adanya kerusakan atau
nekrosis, hemolisis, penyakit hati, nekrosis tubular ginjal, pyelonephritis, dan
malignan neoplasia (Gupta, 2014). Pemberian CCl4 mengakibatkan peningkatan
kadar LDH hingga 2-3x nilai normalnya. Hal ini menandakan adanya kerusakan
pada sel hati (Vitcheva, Simeonova, Krasteva, Nikolov, dan Mitcheva, 2012).
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan merupakan
pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui masyarakat dunia, (Wijayakusuma,
2000). Obat herbal telah menjadi penting pada beberapa tahun terakhir karena
keamanan, efikasi, dan keefektifannya. Salah satu efek yang penting yaitu
penggunaan obat herbal sebagai agen hepatoprotektif (Gupta, 2001). Beberapa
penelitian yang dilakukan di bidang penemuan dan pengembangan obat telah
menunjukan adanya efek samping pada obat modern, maka pengobatan alami
dianggap sebagai alternatif yang aman dan efektif dalam terapi hepatotoksisitas
(Kiran, Raju, dan Rao, 2012). Senyawa aktif yang diduga memiliki manfaat sebagai
hepatoprotektor (pelindung hati) adalah terpen, steroid, flavonoid, gikosida, dan
alkaloid (Utami, 2013).
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat ditemukan hampir di seluruh
Asia Tenggara. Tanaman ini dikenal sebagai prioneer tree dan juga tanaman semut.
Hal ini dibuktikan dengan adanya semut yang dapat melawan herbivora lain dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
memproduksi ant-attracting food (Heil, Koch, Hilpert, Fiala, Bolan, dan
Linsenmair, 2001). Di Thailand, akar dari tanaman ini diminum sebagai antipiretik
dan sebagai antitusif. Akar keringnya digunakan sebagai antiemetik, sedangkan
daun segar Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. digunakan untuk menutupi luka
(Phommart, et al., 2005). Selain itu, Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terbukti
dapat memberikan aktivitas hepatoprotektif secara in vivo (Lin, Hiu, Lu, 2005).
Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki
senyawa mallophenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin
dan isoquercitrin serta 4 senyawa megastigmane glucoside baru yang diberi nama
macarangaiosides A-D (Matsunami, et al., 2006). Menurut Koni (2013) dan Inggrid
(2013) pemberian ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
memberikan efek hepatoprotektif pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida.
Telah diketahui bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. memiliki phenylflavonoid yang merupakan antioksidan yang memiliki
aktivitas terhadap senyawa radikal 2,2-diphenyl-1-picryl-hydrazyl (DPPH) yang
kuat (Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto, 2014). Selain itu, fraksi
etilasetat dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. diduga memiliki aktivitas
antioksidan (Kawakami, et al., 2008). Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan adanya aktivitas antioksidan pada fraksi heksan-etanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan memberikan fraksi Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. pada tikus yang hatinya telah rusak. Pemilihan pelarut yang
dilakukan oleh peneliti yaitu heksan-etanol didasarkan pada kemiripan lipofilisitas
antara pelarut dengan kandungan dalam daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Liposfilisitas atau koefisian partisi dinyatakan dalam log P didefinisikan sebagai
perbandingan molekul yang tidak terion antara fase organik dan fase air pada
kesetimbangan. Nilai log P akan menentukan sebuah senyawa lebih larut di pelarut
air atau pelarut organik (Khan, 2012). Semakin mirip lipofilisitas (log P) antara
molekul senyawa dengan lipofilisitas (log P) pelarut, maka senyawa akan mudah
larut.
Pada penelitian, dilakukan pemberian jangka pendek fraksi heksan etanol
ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. (FHEMM) kepada tikus
galur Wistar yang telah diinduksi dengan CCl4 untuk melihat apakah pemberian
fraksi heksan-etanol ini memang mempunyai pengaruh terhadap kerusakan hati
yang dialami tikus dalam jangka pendek. Parameter kerusakan hati dapat dilihat
pada peningkatan serum ALT, AST, ALP dan LDH. Penelitian ini merupakan
penelitian payung dengan memberikan FHEMM jangka pendek dan dilakukan
pengukuran serum ALT, AST, ALP, bilirubin, albumin dan LDH, di mana peneliti
lebih fokus terhadap parameter LDH. Peningkatan kadar LDH lebih dari batas
normal mengindikasikan bahwa hati mengalami kerusakan (Gupta, 2014).
1. Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian jangka pendek FHEMM memiliki pengaruh terhadap
kadar LDH tikus yang terinduksi CCl4?
2. Apakah ada hubungan kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM
dengan kadar LDH pada tikus yang terinduksi CCl4?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Keaslian Penelitian
Gunawan-Puteri dan Kawabata (2010) melaporkan bahwa ekstrak
metanol-air pada daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. memiliki aktivitas
untuk menghambat α-glukosidase. Penelitian dilanjutkan oleh Handayani
(2011) dan dilaporkan bahwa ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. dapat menurunkan kadar glukosa. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Kumazawa, et al., (2014) ditemukan adanya aktivitas antioksidan
prenylflavonoids pada daun, bunga, batang, dan buah Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. Kawakami, et al., (2008) pernah melakukan penelitian untuk
mengesktraksi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. menggunakan metanol
kemudian hasilnya difraksi lagi menggunakan butanol untuk mendapatkan
isolasi senyawa yang diduga memiliki aktivitas antioksidan.
Penelitian yang dilakukan oleh Lin, et al., (2005) melaporkan bahwa
daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. mempunyai efek hepatoprotektif
secara in vivo yang dapat menurunkan ratio hepatotoxic dari 100% menjadi
5,7% jika dibandingkan dengan Terminalia catappa dan Securina virosa. Lim,
Lim, dan Yule (2009) telah melakukan penelitian mengenai evaluasi aktivitas
antioksidan, antibakteri, dan antitirosinase pada spesies Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. Pada penelitian Koni (2013) dan Inggrid (2013) pemberian
ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. jangka pendek
mempunyai efek hepatoprotektif terhadap tikus yang diinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis,
penelitian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM terhadap
kadar LDH tikus yang terinduksi CCl4 belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu kefarmasian mengenai
pengaruh pemberian jangka pendek bentuk FHEMM terhadap penurunan
kadar LDH.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat terutama pasien dengan gangguan hati tentang penggunaan
bentuk FHEMM untuk menurunkan kadar LDH.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh
FHEMM terhadap penurunan kadar LDH.
2. Tujuan khusus
a) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian
jangka pendek FHEMM terhadap penurunan kadar LDH pada tikus
betina terinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
b) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan
antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan kadar LDH
pada tikus betina yang terinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hati
1. Anatomi dan fisiologi hati
Hati, yang merupakan organ terbesar di tubuh, dapat dianggap sebagai
sebuah “pabrik kimia” yang memproduksi, menyimpan, mengubah, dan
mengekskresikan zat hasil metabolisme. (O’Connell, Bare, Hinkle, dan Cheever,
2010). Hati terletak di belakang tulang rusuk di bagian kanan atas rongga perut,
yang berfungsi sebagai protective barrier. Dengan massa 2-3% dari total berat
badan orang dewasa atau 5% dari total berat badan pada anak-anak menjadikan hati
sebagai organ terbesar dalam tubuh dengan berat ± 1500 g (Palmer, 2004).
Hati berwarna merah kecoklatan. Hati dilapisi oleh kapsul fibrosa (Moini,
2015). Hati terdiri dari 2 bagian yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus kanan dan
lobus kiri, di mana lobus kanan lebih besar dari lobus kiri (Gambar 1). Lobus kiri
hanya seperlima dari ukuran lobus kanan (Palmer, 2004). Lobus di liver tersusun
dari banyak unit fungsional yang kita sebut lobulus (Rizzo, 2015) Hati dilintasi
oleh pembuluh darah dan saluran-saluran khusus yang disebut saluran empedu.
Suplai darah melalui saluran empedu memiliki 2 saluran utama yaitu vena portal
dan arteri hepatik. Sel yang membentuk organ hati diketahui sebagai hepatosit. Di
bawah hati terdapat organ yang berbentuk seperti buah pir yang disebut kantung
empedu. Fungsi utamanya untuk menyimpan empedu (Palmer, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Gambar 1. Lobus Hati dan Empedu Secara Umum (O’Connell, et al., 2010)
Sirkulasi darah keluar dan masuk ke dalam hati merupakan salah satu
fungsi utama hati. Sirkulasi darah dalam hati terbagi menjadi 2 jalur utama. Sekitar
80% darah masuk dari vena portal, yang mengalir dari saluran pencernaan dan kaya
akan nutrisi namun kekurangan oksigen. Sedangkan sisanya akan masuk melalui
arteri hepatik dan kaya akan oksigen (O’Connell, et al., 2010). Hati akan menerima
darah 1500 mL darah/menit, dimana terbagi menjadi :
a. Arteri hepatik, yang merupakan cabang dari batang celiac, memberikan
sekitar 20-25% (300-400 mL / menit) dari jumlah darah yang
dibutuhkan oleh hati.
b. Vena portal yang mendapatkan darah dari mesenteric dan splenic, akan
memberikan sekitar 75-80% (1100-1200 mL/min) dari total kebutuhan
darah (Khurana, 2012)
Sebagai tambahan hepatosit, sel fagosit termasuk dalam sistem
retikuloendotelial yang ada di hati (Gambar 2). Pada hati, sel seperti ini disebut sel
Kupffer. Sebagai fagosit yang paling umum, fungsi utama sel Kupffer adalah untuk
menelan benda asing (misalnya, bakteri) yang masuk ke hati melalui pembuluh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
darah. Saluran empedu terkecil, disebut kanalikuli, berada di antara lobus hati.
Kanalikuli akan menerima sekresi dari hepatosit dan membawa mereka ke saluran
empedu yang lebih besar, dan berakhir di saluran hati (O’Connell, et al., 2010).
Gambar 2. Penampang Lobulus Hati dan Bagiannya (O’Connell, et al., 2010)
Hati memiliki beberapa fungsi biokimia. Fungsi-fungsinya yaitu :
a. Fungsi sekresi. Sel-sel hati bertindak sebagai kelenjar eksokrin dan secara terus-
menerus memproduksi empedu, di mana empedu penting dalam pencernaan dan
absorpsi lemak.
b. Fungsi metabolisme. Hati merupakan organ utama dalam metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, hati juga mengambil peranan dalam
metabolisme vitamin dan mineral pada batas tertentu. Peranan yang diberikan
hati pada metabolisme :
1. Karbohidrat. Hati mempunyai 3 peranan dalam metabolisme karbohidrat :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Hati dapat bertindak sebagai glucostat melalui 3 cara yaitu
glycogenesis (pembentukan glikogen oleh glukosa dan disimpan dalam
hati), glycogenolysis (memecah glikogen menjadi glukosa), dan
glucogenesis (glukosa yang terbentuk dari sumber non-karbohidrat).
b. Hati merupakan organ untuk metabolisme hati yang paling utama
karena mempunyai enzim alcohol dehydrogenase.
c. Hati dapat mengkonversi monosakarida seperti glukosa, galaktosa, dan
fruktosa.
2. Lemak. Metabolisme lemak yang terjadi di hati meliputi degradasi dan
sintesis. Hati memiliki enzim lipoprotein lipase yang dapat menghidrolisis
trigliserid, kolesterol, dan fosfolipid menjadi asam lemak. Pada sisi
sebaliknya, hati dapat mensintesis karbohidrat menjadi trigliserid,
kolesterol dan fosfolipid disintesis dari asam lemak bebas, asam lemak
jenuh disintesis melalui siklus Kreb di mitokondria dan lipoprotein (seperti
HDL, LDL, VLDL, dan chylomicron) juga disintesis di hati.
3. Protein. Dalam tubuh, terjadi pemecahan dan resintesis protein sekitar 80-
100 gram protein jaringan per hari dan 50% (sekitar 40-50 g) terjadi di hati.
c. Fungsi detoksifikasi dan proteksi. Sel Kupffer secara efisien mampu
menghilangkan bakteri atau benda asing lainya yang ada di sirkulasi. Hal ini
merupakan tindakan pembersihan yang dilakukan oleh darah di hati. Hati
mampu untuk mendetoksifikasi obat dengan oksidasi/ hidrolisis/ reduksi/
konjugasi dan akan dieksresikan melalui empedu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
d. Fungsi penyimpanan. Hati dapat menyimpan glukosa (dalam bentuk glikogen),
vitamin B12, dan vitamin A. Liver bertindak sebagai buffer zat besi darah dan
penyimpanan zat besi. Hati mampu menyimpan 60% zat besi dalam bentuk
ferritin dan yang sebagian dalam bentuk haemosiderin.
e. Fungsi eksresi. Beberapa zat tertentu hanya bisa diekskresikan di hati, seperti
zat warna bromsulphthalein (BSP) yang hanya bisa dieksresikan melalui sel hati
f. Fungsi sintesis, hati merupakan tempat untuk mensintesis plasma protein, faktor
koagulasi darah (konversi pre-protombin menjadi protombin aktif, produksi
fibrinogen, faktor V, VII, IX, dan X), enzim (ALP, SGPT, SGOT, serum
isositrat dehidrogenase), urea, dan kolesterol.
(Khurana, 2012)
2. Kerusakan hati
Resiko klinis yang paling parah dari penyakit hati yaitu terjadinya gagal
hati. Gagal hati merupakan titik akhir kerusakan hati sebagai bagian dari penyakit
hati kronik. Umumnya sekitar 80-90% fungsi hati sudah mulai berkurang setengah
sebelum munculnya gagal hati (Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell, 2007). Senyawa
toksis dapat menyebabkan kerusakan pada hepatosit. Jenis kerusakannya
dikategorikan menjadi :
a. Perlemakan hati (steatosis). Liver steatosis didefinisikan sebagai kondisi di
mana ditemukannya droplet lemak tunggal dalam ukuran kecil atau sedang,
yang tersebar pada sel hati dan mengandung lemak 3-10% dari berat total
hati. Sedangkan fatty liver didefinisikan sebagai kondisi ketika lemak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
tersimpan di hati >10% dari berat hati, di mana >50% hepatositnya berisi
droplet lemak dengan ukuran yang berbeda (kecil, sedang atau besar)
(Kuntz dan Kuntz, 2009). Peningkatan serum konsentrasi enzim pada
hepatosit (alkalin fosfatase, aspartat aminotransferase, alanin transferase)
dapat mengindikasikan adanya akumulasi lemak di hati (Engelking, 2014).
b. Nekrosis. Nekrosis hati dapat muncul dan menjadi tahapan sekunder untuk
proses kerusakan hati seperti inflamasi dan neoplasia hati, di mana nekrosis
hati dapat dikaitkan dengan hepatotoksin (Tams, 2003). Nekrosis hati
ditandai oleh respon seluler nekrosis. Ketika ada suatu agen yang
merangsang sistem imun atau racun masuk dalam hati, sel-sel hati akan
mengalami apoptosis dengan sel pyknotic dengan bantuan eosinofil. Sel-sel
yang lain akan mengalami pembengkakan dan dapat meledak, kejadian
inilah yang disebut degenerasi hidrofik (Shaffer, 2004). Nekrosis dapat
disebabkan oleh alkohol, CCl4, brombenzena, dan berilium (Duffus dan
Worth, 1996).
c. Kolestatis adalah gangguan sekresi empedu yang biasanya ditandai dengan
berkurangnya aliran empedu dan retensi konstituen empedu di darah, hati,
serta organ dan jaringan ekstrahepatik (Monga, 2010). Kolestatis dapat
disebabkan oleh induksi obat-obatan atau bahan kimia, adanya infeksi yang
menyebabkan kerusakan hati, kerusakan secara fisik pada saluran empedu,
atau adanya kelainan genetik (Davit, Gonzales, Baussan, dan Jacquemin,
2009) Indentifikasi awal dari kolestatis yaitu adanya peningkatan serum
alkalin fosfatase dan bilirubin (Carey dan Lindor, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d. Sirosis merupakan keadaan kronis, kondisi irreversible di mana struktur
dari lobular normal telah digantikan dengan jaringan fibrosa dan regenerasi
nodul berasal dari hepatosit yang masih tersisa (Kumar, Abbas, dan Aster,
2012). Konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kematian pada pasien sirosis (Rom dan Markowitz, 2007).
Selain alkohol, sirosis dapat terjadi jika hati terinfeksi oleh virus atau karena
terpapar pelarut organic (Chiazz, Ference, dan Wolf, 1980). Beberapa
penelitian memperlihatkan hasil, adanya peningkatan morbiditas pekerja
yang terpapar pelarut organik terus-menerus, seperti dimetilnitrosamin
(DMN), TNT, TCE, pestisida, dan hidrazin (Dossing dan Skinhoj, 1985).
B. Karbon Tetraklorida
Karbon tetraklorida merupakan cairan jernih yang tidak berwarna, mudah
menguap dengan bau yang kuat yang hampir sama dengan kloroform. CCl4 apabila
dipanaskan dapat teroksidasi menjad phosgene yang sifatnya toksik (U.S.
Department of Health and Human Services Public Health Service, 1998). CCl4 tidak
larut dalam air namun, larut dalam pelarut seperti minyak, lemak, dan resin. Juga
CCl4 stabil pada panas hingga 500°C (Arora, 2006). Orang dewasa maupun anak-
anak lebih rentan mengalami efek toksis dari CCl4 pada hati. LD50 oral untuk tikus
yaitu 1,76 ml/kg BB (Cockerham dan Shane, 1993).
Induksi kerusakan hati karena keracunan CCl4 merupakan salah satu
model yang paling sering digunakan pada studi mengenai hepatoprotektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(Dominguez, 2013). Hepatotoksisitas CCl4 telah dilaporkan semenjak abad ke-20.
Pada model penelitian hewan, perbedaan hepatotoksisitas tergantung dari umur dan
jenis kelamin hewan, seperti tikus dewasa punya toksisitas yang lebih tinggi
dibanding newborn dan tikus jantan lebih beresiko di banding tikus betina
(Wypych, 2001). Model pembelajaran dengan CCl4 ini dapat membantu
menjelaskan mengenai mekanisme kerja hepatotoksik seperti degenerasi melemak
(steatosis), fibrosis, kematian hepatoselular, dan karsinogenitas (Dominguez,
2013).
Senyawa ini bersifat hepatotoksin, dengan mekanisme aksi CCl4 akan
diaktivasi oleh oleh sitokrom (CYP) 2E1, CYP2B1 atau CYP2B2, dan mungkin
CYP3A, untuk membentuk trichloromethyl radikal, CCl3•. Senyawa radikal ini
dapat berikatan dengan molekul seluler dalam tubuh (asam nukleat, protein, dan
lemak) dan mengganggu proses metabolism lipid sehingga akan menyebabkan
degenerasi lemak (steatosis) pada liver. Selain itu, CCl3• juga dapat bereaksi dengan
oksigen untuk membentuk triklorometilperoksi CCl3OO• radikal (senyawa yang
sangat reaktif), dan menghancurkan asam lemak polyunsaturated khususnya yang
berhubungan dengan fosfolipid. Hal ini akan mempengaruhi permeabilitas
mitokondria, retikulum endoplasma, dan membran plasma yang akan
mengakibatkan hilangnya penyerapan kalsium dan homeostasis. Hal inilah
penyebab kerusakan sel liver yang terjadi. Beberapa mekanisme CCl4 mampu
menimbulkan kerusakan hati dapat dilihat secara lebih rinci pada gambar 3
(Weber, Boll, dan Stampfl, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Selain itu, CCl4 dapat menyebabkan hypometliasi, pada bagian RNA, CCl4
dapat menghambat sintesis protein. Pada bagian fosfolipid, CCl4 dapat menghambat
sekresi lipoprotein. Pada tingkat molekuler CCl4 akan mengaktifkan tumor necrosis
factor (TNF) α, oksida nitrat (NO), dan mengubah faktor pertumbuhan α dan β
dalam sel, sehingga akan mengarahkan sel terhadap kematian sel atau fibrosis. TNF
α akan bertanggungjawab ke arah apoptosis dan TGFs akan bertanggungjawab ke
arah fibrosis (Weber, Boll, dan Stampfl, 2003).
Gambar 3. Mekanisme CCl4 Menginduksi Kerusakan Hati (Weber, Boll,
dan Stampfl, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Dengan mekanisme CCl4 dalam mengakibatkan steatosis, penanda atau
marker yang menunjukan adanya steatosis dapat dilihat pada peningkatan serum
enzimologi. Serum enzim telah menjadi penanda kerusakan hati selama lebih dari
40 tahun yang lalu. Penggunaan serum enzim untuk menguji hepatotoksisitas harus
menggunakan test enzim yang spesifik pada hati. Contohnya aspartate
aminotransferase, alanine aminotransferase, laktat dehidrogenase, isocitric
dehydrogenase, dan aldolase ditemukan dengan konsentrasi tinggi di hati, otot,
miokardium, ginjal, dan jaringan lain yang dapat merespon kerusakan dengan
peningkatan kadar serum. Kadar aminotransferase merupakan pengukuran yang
digunakan paling umum sebagai penanda kerusakan hati. Tabel I memperlihatkan
derajat kerusakan yang ditimbulkan beberapa senyawa hepatotoksin, terutama CCl4
(Zimmerman, 1999).
Tabel I. Peningkatan relatif pada serum enzim pada kerusakan hati
(Zimmerman, 1999)
C. Laktat Dehidrogenase
Laktat dehidrogenase adalah enzim yang berfungsi untuk melakukan
transfer hydrogen, yang ditemukan di sitoplasma pada sebagian besar sel tubuh
(Gupta, 2014). Enzim ini didistribusi dalam jaringan dan kurang spesifik.
Penggunaan isoenzim LDH relatif mahal dan terbatas penggunaannya (Pandey,
Nath, dan Tripathi, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
LDH mengkatalisis konversi piruvat dan NADH menjadi laktat anaerob
dan NAD+ untuk menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). LDH konsentrasinya
tinggi di jantung dan otot, hati, ginjal, parenchyma paru-paru, dan eritrosit. LDH
dapat di kelompokan menjadi 5 komponen yang berbeda namun mempunyai berat
molekul yang sama dengan perbedaan muatan. Tabel II menunjukan isoenzim LDH
dan aktivitasnya pada setiap jaringan (Helms, Ouan, Herlindal, dan Gourley, 2006).
Enzim LDH merupakan protein tetramer (protein dengan struktur kuartener), yang
terdiri dari 4 subunit, dengan 2 tipe, yaitu M dan H yang diproduksi dari gen LDHB
dan LDHA. Dalam serum terdapat 5 isomeric dari enzim ini yang dapat dilihat pada
tabel II (Kagen, 2009).
Tabel II. Komposisi isoenzim LDH dan aktivitasnya pada masing-masing
jaringan (Helms, et. al., 2006)
Peningkatan pada serum LDH dapat disebabkan oleh agen hepatotoksin
dan hemolisis. Serum LDH biasanya meningkat pada keadaan infark miokard akut
yang ditandai dengan mulai meningkat 10-12 jam setelah pemejanan akut, dan
mencapai puncak pada 48-72 jam dengan rentang antara 10-14 hari. Peningkatan
LDH dapat digunakan juga sebagai penanda hepatitis atau kelainan hati, kelainan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
di paru-paru seperti TBC atau bakteri pneumonia, juga pada pasien dengan
Pneumocystis carinii pneumonia di pasien HIV (Helms, et al., 2006). Bersama
dengan AST dan kreatinin kinase, LDH merupakan penanda yang spesifik pada
kerusakan pada jantung (Naraoka, et.al., 2005). Penyebab peningkatan LDH di
plasma karena : infrak miokard, di mana LDH1 dan LDH2 yang meningkat secara
dominan, pada malignancy dan leukemia akut LDH2 dan LDH3 yang meningkat
secara dominan, dan pada masalah di otot rangka serta kerusakan hati, LDH5 yang
meningkat secara dominan (Raju dan Madala, 2005).
Penurunan LDH pada LDH menunjukan adanya respon yang baik pada
pasien yang diterapi kanker (Dirjen Binfar, 2011). Kekurangan LDH dalam tubuh
bisa disebut defisiensi LDH, yaitu kondisi yang akan mempengaruhi bagaimana
tubuh akan merombak glukosa menjadi energy. Dua tipe defisiensi LDH yaitu
defisiensi LDH-A (terkadang disebut glycogen storage disease XI) dan LDH-B
(Genetic Home Reference, 2012). Pasien dengan defisiensi LDH-A akan memiliki
gangguan aktivitas di otot. Hal ini terjadi karena adanya gangguan regenerasi NAD+
dan produksi laktat (kadar piruvat menjadi tinggi) (Hoffmann, Zschocke, dan
Nyhan, 2009). Kram, lemah, lelah, dan nyeri otot sering dialami pasien defisiensi
LDH-A selama melakukan aktivitas harian. Pada beberapa pasien, aktivitas berat
dapat mengakibatkan jaringan otot menjadi hancur (rabdomiolisis). Penghancuran
jaringan otot akan mengakibatkan pelepasan protein yang dinamakan myoglobin
yang akan dimetabolisme oleh ginjal dan diekskresi di urin (myoglobinuria).
Myoglobin akan mengakibatkan warna urin menjadi merah atau coklat dan protein
ini akan mengakibatkan kerusakan di ginjal. Pasien defisiensi LDH-B biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tidak memiliki tanda dan gejala, mereka juga tidak mengalami kesulitan melakukan
aktivitas hariannya. Defisiensi ini dapat diketahui dari hasil laboratorium LDH
darah secara rutin (Genetic Home Reference, 2012). Selain itu, kadar LDH yang
rendah dapat mengindikasikan adanya transudat efusi pleural yaitu adanya cairan
yang berlebih di pleura (selaput yang membungkus paru-paru). Efusi pleura ini
muncul akibat dari perubahan tekanan hidrostatik atau osmotik di membran pleura
dan bukan dari penyakit paru-paru (Bourke dan Burns, 2015).
Nilai normal LDH yaitu < 40 U/L atau kira-kira 10% dari serum level total
untuk orang dewasa dan <70 U/L untuk neonates (Fischbach dan Dunning, 2009).
Atau dalam satuan internasional, kadar LDH normal yaitu 100-190 IU/L (Helms,
et. al., 2006). LDH merupakan enzim yang tersebar diseluruh tubuh. Kadar LDH
pada serum tikus normal dapat dilihat pada Tabel III di bawah ini.
Tabel III. Distribusi LDH normal pada otot dan serum tikus (Gupta, 2014)
Peningkatan serum LDH telah dikaitkan dengan kerusakan struktural pada
sel hati, karena enzim ini akan dilepaskan ke sirkulasi darah setelah adanya nekrosis
seluler (Zhang, Hu, Yuan, dan Wu, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Xia,
Zhang, Fu, Yu, dan Ju (2013) melaporkan bahwa pemberian CCl4 akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
meningkatkan serum LDH hingga 2-3 kali kadar normalnya. Hasil ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Vitcheva, et al., (2012) bahwa ada
peningkatan serum LDH yang signifikan setelah pemejanan CCl4 (bila
dibandingkan dengan kontrol). Penelitian lain telah dilakukan oleh Saba, Onakoya,
dan Oyagbemi (2012) melaporkan pemberian CCl4 dapat meningkatkan serum
LDH hingga 1-2 kali kadar normalnya. Pelepasan enzim AST, ALT, dan LDH
diamati pada jam ke-24 setelah induksi dengan CCl4. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pareek, Godavarthi, Issarani, dan Nagori (2013) mendukung
pernyataan Saba, et al., (2012) bahwa peningkatan kadar enzim mengindikasikan
adanya kerusakan membran dan ketidakstabilan akibat cedera oksidatif yang
ditimbulkan oleh hepatotoksin.
D. Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
1. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Sub kerajaan : Viridiplantae
Infra kerajaan : Streptophyta
Super divisi : Embryophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub Divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga tanarius (L.) Mull. Arg. (ITIS, 2015).
2. Nama lain
Ricinus tanarius L. (Wagner, Herbst, dan Sohmer, 1999), Macaranga
molliuscula Kurz, Macaranga tomentosa Druce, Mappa tanarius Blume
(World Agroforestry Centre, 2002).
3. Nama lokal
Tutup ancur (Jawa) ; mapu (Batak) ; mara (Sunda) (Prosea, 2010).
4. Morfologi
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. merupakan pohon kecil sampai
sedang, dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar, dengan
stipula besar yang luruh dan berbentuk bulat telur hingga bulat telur memanjang
berukuran 8-30 cm, dan tangkai daun berukuran 6-25 cm. Perbungaan muncul
dari ketiak daun-ujung pertumbuhan, berbentuk malai. Bunga ditutupi oleh
daun gagang dan berwarna putih kekuningan. Buah kapsul berkokus 2, ada
kelenjar kekuningan di luarnya. Dengan kulit bagian luar terdapat duri tetapi
tidak tajam, setiap buah akan terdiri dari 3 biji yang membulat, menggelembur,
dan berwarna coklat-hitam. Jenis ini juga mengandung tannin yang cukup untuk
menjamak jala dan kulit (Prosea, 2010)
5. Distribusi/penyebaran
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. tersebar luas dari kepulauan
Andaman dan Nicobar, Indo-Cina, Cina selatan, Taiwan, dan Kepulauan
Ryukyu, seluruh Malesia, sampai ke Australia Utara dan Timur serta Melanesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Jenis ini umum dijumpai di daratan Asia Tenggara (Thailand Selatan,
Semenanjung Malaya), dan banyak pulau di Malesia (Sumatra, Kalimantan,
Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Nugini, serta seluruh Kepulauan Filipina
(Prosea, 2010). Dengan rata-rata curah hujan dan suhu lingkungan yang
bervariasi yaitu antara 50-68°F (kira-kira 10-20°C di bulan January dan lebih
dari 86°F (>30°C) pada bulan Juli (Hammond, 1986).
6. Habitat
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. umumnya tumbuh di hutan
sekunder terutama di area logging. Dijumpai juga di belukar, semak, hutan kecil
pedesaan, dan vegetasi pantai. Tumbuh pada tanah liat, lempung, dan pasir,
biasanya di dataran rendah tetapi di Jawa dijumpai sampai ketinggian 1500 m
(World Agroforesty Centre, 2002).
7. Biologi dan ekologi (budidaya)
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dibudidayakan untuk berbagai
penggunaan. Pohon ini dapat digunakan sebagai pohon hias dan biasanya
digunakan dalam berbagai proyek untuk reboisasi di daerah Hawaii dan daerah
tropis lainnya. Di Sumatra, buah dari Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat
direbus dan dijadikan gula untuk keperluan sehari-hari. Di Indonesia dan
Filipina, getah dari kulit kayunya dapat dijadikan lem. Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. dapat juga digunakan sebagai kayu bakar, seratnya dapat dijadikan
papan, daunnya dapat digunakan sebagai pengobatan (antiinflamasi,
antidiabetik, dsb) dan pewarna (World Agroforesty Centre, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
8. Kandungan kimia
Phommart dkk. (2005) menemukan kandungan baru yaitu
tanarifluranonol, tanariflavanon C, tanariflavanon D bersama dengan tujuh
kandungan lain yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C,
tanariflavanone B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8
dihydrovomifoliol) dan annuionone E. Penelitian selanjutnya oleh Matsunami
dkk. (2006), ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang
kemudian difraksi dengan etil asetat di ketahui memiliki banyak kandungan
kimia yang dapat di isolasi antara lain mallophenol B, lauroside E, methyl
brevifolin carboxylate, dan hyperin dan isoquercitrin serta 4 senyawa
megastigmane glucoside baru yang di beri nama macarangaiosides A-D seperti
pada gambar 4.
Gambar 4. Struktur isolat senyawa mallophenol B, macarangioside A,
macarangioside B, macarangioside C, macarangioside D, lauroside E, methyl
brevifoline carboxylate, serta campuran hyperin dan isoquercitrin dari daun
Macaranga tanarius L. Mull.-Arg. (Matsunami, et al., 2006)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Beberapa tahun kemudian, dengan menggunakan pelarut yang sama
(ekstrak metanol fraksi etil asetat) dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. ditemukan 7 senyawa flavon yaitu macaflavanones A-G , bersama dengan
2 senyawa yang telah diketahui nymphaeol C dan diterpene kolavenol dengan
struktur seperti pada gambar 5 (Kawakami, et al., 2008).
Gambar 5. Struktir isolasi senyawa macaflavanone A-G dan nymphaeol C
(Kawakami, et al., 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Mallotinic acid, corilagin, macatanin A, chebulagic acid, dan
macatanin B merupakan senyawa ellagitannin yang ditemukan pada ekstrak
metanol fraksi etil asetat daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dengan
struktur seperti pada gambar 6 (Gunawan-Puteri dan Kawabata, 2010).
Gambar 6. Struktur isolasi senyawa daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
(1) mallotinic acid (2) corilagin (3) macatannin A (4) chebulagic acid (5) dan
macatannin B (Gunawan-Putri dan Kawabata, 2010)
Pada gambar 6, terdapat rantai utama dengan rantai 4 rantai samping,
di mana untuk mendapatkan senyawa-senyawa elligantin, struktur rantai utama
akan digabungkan dengan beberapa rantai samping.
1. Senyawa mallotinic acid akan didapatkan dengan menggabungkan
antara struktur rantai utama dengan rantai valoneayl di rantai samping
R3 dan R6 dan penambahan gugus OH di rantai R2 dan R4
2. Senyawa corilagin didapatkan dengan menggabungkan struktur antara
struktur rantai utama dengan rantai HHDP pada rantai samping R3 dan
R6 dan penambahan gugus OH di rantai R2 dan R4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3. Macatannin A dan chebulagic acid memiliki struktur rantai chebuloyl
di rantai samping R2 dan R4, yang membedakan adalah pada
macatannin A, rantai samping R3 dan R6 diisi oleh valoneayl,
sedangkan chebulagic acid rantai R3 dan R6 diisi oleh HHDP
Macatannin B memiliki struktur rantai tanaroyl di rantai samping R2
dan R4, serta memiliki sturktur rantai HHDP di rantai samping R3 dan
R6.
(Gunawan-Putri dan Kawabata, 2010)
E. Metode Penyarian
Ekstraksi adalah proses di mana sebuah konstituen atau senyawa yang
diinginkan dari tanaman diambil menggunakan pelarut yang sesuai. Salah satu cara
utama untuk ekstraksi yaitu dengan memecah sel yang bersangkutan. Pemecahan
sel dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis sel atau jaringan
yang akan dihancurkan. Jika sel tumbuh dengan kultur suspensi sel atau jaringan
kalus, sonikator dapat digunakan untuk memecah sel. Sel tanaman dari tanaman
budidaya juga dapat dipecah dengan homogenizer kaca (Kaufman, Cseke, Warber,
Duke, dan Brielmann, 1999).
Ketika sel telah hancur/pecah, ekstraksi dapat dilakukan dengan tehnik
yang sesuai. Senyawa yang larut air dan protein dapat diekstraksi dengan larutan
buffer atau air. Senyawa organik dapat diekstraksi dengan pelarut organik. Etanol
panas merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi awal semua
senyawa (Harborne, 1998). Keberhasilan ekstraksi dengan alkohol memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
hubungan erat dengan banyaknya klorofil yang terambil oleh pelarut. Prosedur yang
paling umum untuk memperoleh senyawa organik dari simplisia (jaringan suatu
tanaman yang telah dikeringkan dan diserbuk) adalah dengan mengekstrak bahan
serbuk secara terus-menerus di Soxhlet dengan pelarut, dimulai dengan petroleum
eter dan kloroform (untuk memisahkan lemak dan terpenoid) dan kemudian
menggunakan alkohol dan etil asetat (untuk senyawa yang lebih polar). Beberapa
metode yang dapat digunakan untuk menyiapkan ekstrak yaitu ekstraksi pelarut
organik, ekstraksi supercritical gas, dan destilasi uap (Ramaan, 2006).
A. Ekstraksi dengan pelarut organik
Ekstraksi dengan pelarut organik merupakan salah satu proses pemisahan
substansi yang diinginkan dari bahan tanaman. Tanaman segar dan tanaman
kering dapat digunakan untuk ekstraksi. Tanaman dicampurkan dengan pelarut
seperti benzene, heksan, atau toluene. Pemilihan pelarut akan berdasarkan
beberapa faktor yaitu karakter dasri substituent yang akan diekstraksi, biaya,
dan pengaruh lingkungan. Apabila pelarut berhasil mengambil substansi/zat
yang ingin diekstraksi maka hasil ekstraksinya disebut miscella. Miscella ini
kemudian dipisahkan dari bahan tanaman. Ada beberapa tehnik dalam ekstraksi
pelarut organik, yaitu maserasi, perkolasi, dan ekstraksi berlawanan (Ramaan,
2006).
1) Maserasi
Metode maserasi merupakan metode yang melibatkan perendaman dan
pengocokan antara pelarut dengan bahan serbuk tanaman secara bersamaan.
Pengocokan dapat dilakukan dengan menggunakan rotary shaker. Umumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
perendaman dilakukan 24 jam selanjutnya pelarut digantikan dengan pelarut
baru (Ramaan, 2006).
2) Perkolasi
Dengan metode ini bahan tanaman dibasahi dan dialiri dengan pelarut dan
dibiarkan mengembang sebelum ditempatkan disalah satu chamber
perkolasi. Kemudian bahan serbuk dibilas berulang kali dengan pelarut
hingga semua bahan aktif habis. Metode ini lebih efektif dibandingkan
maserasi. Kelemahannya, metode ini membutuhkan waktu yang lama dan
pelarut yang banyak (Ramaan, 2006).
3) Ekstraksi berlawanan
Metode ini cukup efektif di mana pelarut akan dialirkan berlawanan arah dari
bahan serbuk. Tidak seperti maserasi dan perkolasi, yang merupakan proses
batch, metode ini dilakukan secara terus menerus (Ramaan, 2006).
B. Ekstraksi supercritical gas
Metode ini akan mengekstraksi senyawa menggunakan gas. Serbuk bahan akan
ditempatkan di dalam wadah yang dipenuhi dengan gas yang telah dikontrol
suhu dan tekanannya. Gas akan melarutkan bahan aktif tanaman, kemudian
akan dialirkan ke chamber yang akan memisahkan gas dengan bahan aktif di
mana baik tekanan maupun suhu chamber ini akan lebih rendah. Ekstrak akan
terpresipitasi keluar dan gas dapat digunakan kembali. Gas yang cocok untuk
melakukan ekstraksi ini yaitu karbon dioksida, nitrogen, metana, etana, etilen,
nitrat oksida, sulfur dioksida, propane, propilen, ammoniak, dan sulfur
heksafluorida. Keuntungan metode ini yaitu metode ini dapat dilakukan di suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
rendah sehingga akan menjaga senyawa yang sensitif terhadap suhu (Ramaan,
2006).
C. Destilasi uap
Merupakan metode ekstraksi lain yang dapat digunakan. Bahan serbuk akan
ditempatkan di tangki silinder dan uap akan dimasukkan dari bawah tangki. Uap
akan melarutkan substansi yang diinginkan, kemudian uap itu akan memasuki
kondensor, di mana uap akan terkondensasi kembali menjadi cairan (Stichlmair
dan Fair, 1998). Kondensat akan masuk dalam labu, di mana ekstrak akan
berada di atas ataupun di bawah dan terpisah dari air. Proses destilasi dikatakan
selesai jika sudah tidak ada ekstrak yang muncul di kondensate. Air dan ekstrak
dapat dipisahkan dengan penyaringan maupun sentrifugasi (Ramaan, 2006).
F. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu senyawa dari campuran
senyawa di bawah beberapa kondisi seperti suhu, tekanan, atau konsentrasi. Hasil
dari proses pemisahan itu akan disebut fraksi. Fraksi diterapkan di semua proses
pemisahan terutama pada proses destilasi, kristalisasi, kondensasi, dan sublimasi
(Eagleson, 1994).
Pemilihan metode fraksinasi didasarkan pada beberapa faktor, seperti :
1) Senyawa yang terdapat dalam ekstrak
Senyawa yang terdapat dalam ekstrak akan menentukan metode juga jenis
pelarut yang akan digunakan. Penentuan pelarut akan mengikuti aturan like
dissolve like, di mana polar akan terlarut di polar dan non-polar akan terlarut di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
non-polar. Jika air digunakan sebagai pelarut ekstrak, senyawa yang akan
diambil bersifat polar dan mungkin termasuk juga senyawa yang memiliki
muatan listrik. Sebaliknya, jika pelarut yang digunakan adalah pelarut non-polar
seperti heksan, senyawa yang akan terambil adalah senyawa non-polar. Faktor
lain yang mungkin berpengaruh yaitu kepekaan senyawa terhadap degradasi
ketika proses pemisahan. Stabilitas senyawa sulit untuk diketahui sehingga
untuk meminimalisir degradasi, prinsip yang dipakai yaitu meminimalisir suhu,
melindungi senyawa dari cahaya, pelarut yang reaktif, dan senyawa lain
(Houghton dan Raman, 1998).
2) Kegunaan dari fraksi yang dipisahkan
Apabila fraksi akan digunakan untuk uji biologis, maka pelarut yang bersifat
toksik tidak dapat digunakan selama proses pemisahan dan senyawa yang akan
diambil dilarutkan di pelarut yang sesuai. Pelarut yang bersifat toksik dapat
dihilangkan apabila hasil fraksi akan digunakan dalam uji biologis. Aspek
toksisitas menjadi kurang penting ketika fraksi akan digunakan untuk fraksinasi
lebih lanjut (fraksi yang toksik dapat dibuang) atau hanya untuk mengisolasi
suatu senyawa tertentu (Houghton dan Raman, 1998).
3) Ketersediaan dan biaya alat bahan yang dibutuhkan
Beberapa metode kromatografi modern dan peralatan bisa saja sangat mahal,
tetapi masih banyak juga alternatif yang dapat digunakan dengan menggunakan
prosedur dan peralatan yang sederhana (Houghton dan Raman, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
4) Keamanan
Adanya paparan zat kimia dapat mengakibatkan resiko seperti efek samping
akut atau kronis pada peneliti karena toksisitas atau adanya kerusakan bahan
karena suhu (panas) atau korosi. Tehnik fraksinasi menjadi penting untuk
meminimalisir resiko yang muncul (Houghton dan Raman, 1998).
Metode yang dapat digunakan dalam fraksinasi yaitu :
1. Presipitasi
Presipitasi terjadi ketika konsentrasi suatu zat dalam larutan melebihi kelarutan
maksimalnya. Presipitasi dapat digunakan untuk mengambil senyawa yang
diinginkan atau menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan atau
mempertahankan senyawa yang diinginkan di larutan (Houghton dan Raman,
1998).
2. Ekstraksi pelarut
Merupakan metode yang memakai 2 pelarut yang tidak saling campur. Ekstrak
awalnya akan dilarutkan dengan suatu pelarut dan kemudian ditambahkan suatu
pelarut lagi di mana pelarut 1 tidak bervampur dengan pelarut 2 dan akan
membentuk 2 fase cairan. Senyawa dalam ekstrak akan memiliki kelarutan pada
masing-masing pelarut dan akhirnya akan tercapai keseimbangan konsentrasi di
antara 2 pelarut tersebut (Houghton dan Raman, 1998).
3. Distilasi
Digunakan untuk pemisahan pada campuran senyawa yang mudah menguap.
Metode ini biasanya digunakan oleh industri petrokimia namun aplikasinya
sangat terbatas dan hanya dapat dilakukan pada fraksinasi ekstrak tumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
yang cepat menguap (kadang disebut minyak esensial) (Houghton dan Raman,
1998).
4. Dialisis
Dialisis merupakan metode pemisahan komponen berdasarkan ukuran
molekular. Proses ini terjadi secara alami di membran sel dan sangat penting
dalam berbagai proses fisiologi (Houghton dan Raman, 1998).
G. .Landasan Teori
Kerusakan hati dapat disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya karena
pemberian senyawa yang bersifat hepatotoksin. CCl4 digunakan sebagai model
dengan dosis tertentu untuk merusak hati. Nantinya CCl4 akan dirubah menjadi
senyawa yang lebih radikal yang sifatnya reaktif. Radikal triklorometil berikatan
secara kovalen dengan lemak microsomal dan protein, lalu akan berinteraksi
dengan membran fosfolipid dan kolesterol yang bersifat toksik (Timbrell, 2009).
LDH merupakan enzim yang ada di beberapa jaringan tubuh, termasuk hati, di mana
peningkatan LDH mengindikasikan adanya kerusakan di hati. Beberapa penelitian
telah melaporkan peningkatan serum AST, ALT, dan LDH pada tikus yang
diberikan CCl4 dibandingkan dengan normal mengindikasikan adanya kerusakan
hati oleh induksi CCl4 (Raju, et al., 2003). Setelah pemberian CCl4 peningkatan
kadar LDH terlihat hingga 1-3x nilai normalnya. Hal ini menandakan adanya
kerusakan pada sel hati (Vitcheva, et al., 2012 ; Saba, et al., 2012 ; Zhang, et al.,
2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Untuk melawan senyawa yang bersifat radikal bebas, maka digunakanlah
senyawa yang bersifat antioksidan. Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. telah
terbukti memiliki senyawa antioksidan (Kumazawa, et al., 2014), karena itu daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dapat digunakan untuk mengurangi radikal
bebas CCl4. Pada tikus yang mengalami kerusakan hati, pemberian ekstrak teh hijau
yang memiliki antioksidan dapat mengurangi kerusakan hati secara signifikan.
Kadar plasma ALT dan LDH yang berfungsi sebagai penanda kerusakan sel hati
secara umum menurun secara signifikan setelah pemberian ekstrak teh hijau pada
makanan tikus (Aluko, 2012). Gunawan-Putri dan Kawabata (2010) menemukan
senyawa 5 ellagitannin yang berfungsi sebagai α-glucosidase inhibitor dan
antioksidan yaitu mallotinic acid, corilagin, macatannin A, chebulogic acid, dan
macatannin B. Tiga dari lima senyawa ellagitannin memiliki kemiripan lipofilisitas
dengan pelarut yang digunakan yaitu heksan-etanol. Heksan etanol memiliki nilai
lipofilisitas 2,97 memiliki kemiripan lipofilisitas dengan chebulogic acid (2,64) ;
macatannin A (2,76) ; dan macatannin B (2,94). Menurut Koni (2013) dan Inggrid
(2013) pemberian jangka pendek ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. memiliki sifat hepatoprotektif terhadap tikus yang terinduksi CCl4,
sehingga dapat dilakukan penelitian untuk melihat sifat hepatoprotektif jangka
pendek dari fraksi dari daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
H. Hipotesis
Pemberian jangka pendek FHEMM mempunyai efek hepatoprotektif
terhadap penurunan aktivitas serum LDH pada tikus betina galur Wistar yang
diinduksi CCl4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental murni
dengan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Variasi dosis FHEMM yang diberikan kepada tikus betina
galur Wistar yang terinduksi CCl4.
b. Variabel tergantung. Penurunan kadar LDH pada tikus betina galur Wistar
yang terinduksi CCl4 setelah pemberian jangka pendek (6 jam setelah
pemberian CCl4) FHEMM.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah kondisi fisiologis hewan uji yang digunakan yaitu jenis
kelamin, galur, umur, dan berat badan hewan uji, di mana hewan uji yang
peneliti gunakan yaitu tikus betina galur Wistar berumur 2-3 bulan dengan
berat badan 130-180 gram. Cara pemberian senyawa hepatotoksin. Bahan
daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang dipanen dari beberapa
tempat di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Cara panen bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
uji dan juga cara penyimpanan serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam
penelitian ini adalah kondisi patologis (terkait keadaan penyakit) dan variasi
biologis (terkait proses ADME) tikus betina galur Wistar yang digunakan
sebagai hewan uji.
3. Definisi operasional
a. Fraksi heksan etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg. Fraksi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. adalah fraksi
yang didapatkan dengan mengekstraksi serbuk kering daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. dengan metanol-air. Kemudian hasil ekstrak kental
metanol-air difraksinasi menggunakan heksan-etanol.
b. Pemberian jangka pendek. Didefinisikan sebagai pemberian CCl4 sebagai
senyawa penginduksi hepatotoksik dalam jangka waktu 6 jam setelah
pemberian sediaan FHEMM.
c. Penurunan Kadar LDH. Didefinisikan sebagai penurunan kadar LDH yang
signifikan dalam serum sebagai akibat dari pemberian perlakuan jangka
pendek FHEMM yang akan dibandingkan dengan hasil LDH pada
kelompok kontrol CCl4.
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji dalam penelitian ini adalah tikus betina galur Wistar yang
berumur 2-3 bulan, berat badan 130-180 g, yang diperoleh dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
yang diperoleh dari pohon Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. di Paingan,
Maguworjo, Sleman, Yogyakarta.
2. Bahan kimia
a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah CCl4 yang diperoleh Laboratorium
Kimia Analisis Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Olive oil Bertoli® sebagai pelarut senyawa hepatotoksin.
c. Metanol dan aquadest sebagai pelarut yang digunakan untuk pembuatan
ekstrak daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., diperoleh dari
Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
d. Heksan dan etanol sebagai pelarut yang digunakan untuk pembuatan fraksi
dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.,
diperoleh dari CV. General Labora.
e. CMC sebagai kontrol negatif dan pelarut yang digunakan untuk melarutkan
fraksi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., diperoleh dari
Laboratorium Farmasi Fisika Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
f. Reagen serum ALT-AST (Thermo Scientific)
Reagen serum ALT-AST digunakan dalam menetapkan kadar ALT-AST
pada data orientasi penelitian. Reagen serum yang digunakan adalah reagen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
AST-ASL daru Thermo Scientific. Komposisi dan konsentrasi reagen adalah
sebagai berikut.
Tabel IV. Komposisi dan Konsentrasi reagen ALT
Bahan Aktif Konsentrasi
L-Alanin 440 mmol/L
NADH >0.18 mmol/L
LDH (microbial) >1820 U/L
2-Oxoglutarate 16.5 mmol/L
Tris Buffer 88 mmol/L
Tabel V. Komposisi dan Konsentrasi reagen AST
Bahan Aktif Konsentrasi
2-Oxoglutarate 13 mmol/L
L-Aspartate 220 mmol/L
MDH (microbial) >100 U/L
LDH (microbial) >1500 U/L
NADH >0.12 mmol/L
Tris Buffer 88 mmol/L
EDTA 5.0 mmol/L
(Thermo Scientific)
g. Reagen serum LDH (Thermo Scientific) dengan metode IFCC
Reagen serum yang digunakan adalah reagen LDH-L dari Thermo
Scientific. Komposisi dan konsentrasi reagen LDH-L adalah sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel VI. Komposisi dan Konsentrasi reagen LDH-L
Komposisi Konsentrasi
Tris Buffer 100 mmol/L
NAD 7 mmol/L
Lithium Lactate 50 mmol/L
KCl 120 mmol/L
(Thermo Scientific)
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, mesin
penyerbuk, ayakan, oven, stopwatch, erlenmeyer, beaker glass, corong Buchner,
gelas ukur, labu alas bulat, cawan porselen, penangas air, kain mori, kertas saring,
labu ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik
Mettler Toledo®, rotary evaporator, spuit injeksi per oral dan syringe 3 cc
Terumo®, pipa kapiler, dan moisture balance.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Determinasi dilakukan pada tanggal 28 Juli 2015 dengan melakukan
pengamatan langsung pada tanaman Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang
didapatkan dari pohon Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. di Paingan,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Pengamatan dilakukan di bagian Biologi
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg. yang masih segar, berwarna hijau, dan tidak busuk yang dipetik dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
lingkungan sekitar Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Pengumpulan daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan pada Juni 2015 pada pukul
09.00 hingga 12.00.
3. Pembuatan serbuk daun
Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dipetik dari lingkungan
sekitar Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Daun yang di ambil adalah daun
yang masih segar, berwarna hijau, tidak busuk,dan tidak terlihat sakit.
Pengumpulan daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dilakukan di bulan
Juni 2015 sekitar pukul 09.00 – 12.00 WIB. Setelah didapatkan daun yang
sesuai untuk penelitian, daun-daun tersebut di cuci bersih dengan air mengalir.
Menurut Frazier (1978), pencucian satu kali dapat menghilangkan 25% dari
umlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah
mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Setelah itu
dikeringkan dalam oven pada suhu 30°C selama 24 jam sampai 48 jam hingga
daun benar-benar kering, tandanya yaitu daun mudah meremah atau patah bila
di diremas. Setelah itu daun dihancurkan dengan tangan dan di haluskan
dengan blender. Selanjutnya, serbuk yang telah halus diayak menggunakan
ayakan nomor 50.
4. Penetapan kadar air serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.
Serbuk kering daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang sudah
diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak ± 5 g kemudian
diratakan. Bobot serbuk kering daun tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pemanasan (bobot A), setelah itu dipanaskan pada suhu 110°C. Serbuk kering
daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang sudah dipanaskan ditimbang
kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (bobot B). Kemudian
dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A terhadap bobot B yang
merupakan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
[𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 − 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑥 100%]
5. Pembuatan ekstrak metanol serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll.
Arg.
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sebanyak 40 g serbuk daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. direndam dalam 200 mL pelarut metanol
50% pada suhu kamar selama 1x24 jam. Tujuan dilarutkan dalam pelarut
metanol agar senyawa kimia yang terkandung dalam daun Macaranga tanarius
(L.) Müll. Arg. dapat larut dalam pelarut. Setelah dilakukan perendaman, hasil
maserasi kemudian disaring menggunakan corong Buchner, yang dilapisi
kertas saring, sehingga diperoleh filtrat. Filtrat hasil saringan dipindahkan
dalam labu alas bulat untuk diuapkan dengan rotary evaporator dengan
kecepatan 140 rpm dan suhu 70°C. Tujuan penggunaan rotary evaporator
yaitu mempercepat penguapan pelarut sehingga didapatkan ekstrak
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. yang memiliki senyawa yang diharapkan.
Rotary evaporator mampu mempercepat penguapan karena adanya perbedaan
suhu dan tekanan di luar labu dengan di dalam labu. Suhu di luar labu akan
lebih rendah daripada suhu di dalam labu, sedangkan tekanan di luar labu akan
lebih tinggi daripada tekanan di dalam labu. Hasil evaporasi dituangkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya, agar mempermudah
perhitungan rendemen ekstrak yang akan diperoleh. Cawan porselen yang
berisi larutan hasil evaporasi dipanaskan di atas waterbath dengan suhu 80oC
untuk mendapatkan ekstrak metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
yang kental dengan bobot pengeringan ekstrak yang tetap. Menghitung rata-
rata rendemen FHEMM kental yang telah diperoleh.
6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg.
Fraksi dibuat secara maserasi menggunakan pelarut heksan etanol
dengan perbandingan heksan etanol yqang digunakan yaitu 50 : 50. Ekstrak
dilarutkan dengan perbandingan ekstrak : pelarut (1:5). Selanjutnya dilakukan
fraksinasi dengan heksan etanol dan dimaserasi 24 jam menggunakan shaker
dengan kecepatan 140 rpm. Selanjutnya fraksi difiltrasi di oven pada suhu 50°C
hingga terbentuk fraksi kering.
7. Pembuatan larutan CMC 1% sebagai pelarut fraksi heksan etanol ekstrak
metanol daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Ditimbang sebanyak 5,0 gram CMC, kemudian dikembangkan
menggunakan aquadest 300,0 mL dan didiamkan selama 24 jam hingga CMC
mengembang. Larutan tersebut kemudian diadd dengan aquadest hingga 500,0
mL pada labu ukur 500,0 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
8. Pembuatan larutan sediaan fraksi heksan etanol esktrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Larutan sediaan FHEMM dibuat dengan menimbang 600 mg FHEMM
kental kemudian melarutkannya dengan 20 ml CMC 1% dalam gelas beaker.
Larutan tersebut kemudian didegasing selama ± 30 menit, kemudian
ditambahkan dengan CMC 1% hingga 25 mL pada labu ukur 25 mL.
9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida
Larutan CCl4 dibuat dengan melarutkan CCl4 dengan olive oil, dengan
perbandingan volume 1:1.
10. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida. Menurut Janakat dan Al-
Merie (2002) dosis karbon tetraklorida sebesar 2 mL/Kg BB menginduksi
kerusakan hati pada tikus betina galur Wistar. Dosis tersebut mampu
merusak sel-sel hati pada tikus betina yang ditunjukkan melalui peningkatan
kadar ALT dan AST 3-4 kali tetapi tidak menimbulkan kematian pada
hewan uji.
b. Penetapan dosis fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. Penetapan dosis dilakukan dengan membuat
terlebih dahulu larutan sediaan FHEMM, di mana fraksi kering Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. ditimbang seksama 600 mg dan dilarutkan pada 25
ml larutan CMC-Na 1% dengan BB tikus maksimal 350 gram. Kemudian
dibuatlah 3 peringkat dosis dari konsentrasi tersebut, di mana dosis tertinggi
diberikan 2 mL dari konsentrasi larutan, dosis sedang diberikan 1 mL, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
pada dosis terendah akan diberikan 0,5 mL dengan faktor kelipatan
peringkat dosis 2. Sehingga perhitungan dosisnya yaitu :
1) Dosis terendah (volume pemberian 0,5 mL)
D x BB = V x C
D = 0,5 𝑚𝐿 𝑥
600𝑚𝑔
25𝑚𝐿
350 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,03428 mg/g BB = 34,28 mg/kgBB
2) Dosis sedang (volume pemberian 1 mL)
D x BB = V x C
D = 1,0 𝑚𝐿 𝑥
600𝑚𝑔
25𝑚𝐿
350 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,06857 mg/g BB = 68,57 mg/kgBB
3) Dosis tertinggi (volume pemberian 2 mL)
D x BB = V x C
D = 2,0 𝑚𝐿 𝑥
600𝑚𝑔
25𝑚𝐿
350 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,13714 mg/g BB = 137,14 mg/kgBB
c. Penetapan waktu pencuplikan darah. Penetapan waktu pencuplikan darah
ditentukan melalui orientasi dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu
pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemejanan CCl4. Setiap kelompok
perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan
melalui pembuluh sinus orbitalis mata kemudian diukur kadar serum ALT
dan AST-nya.
11. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji tikus betina galur Wistar dibagi acak menjadi 6 kelompok, masing-
masing 5 ekor. Pengelompokan hewan uji adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
a. Kelompok I (kelompok kontrol CMC). Perlakuan dilakukan secara peroral
dan diberikan larutan CMC. Pada jam ke-6 setelah pemberian CMC,
diambil darahnya untuk penetapan aktivitas LDH.
b. Kelompok II (kelompok kontrol CCl4). Perlakuan dilakukan secara peroral
dan diberikan larutan CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB yang telah dilarutkan
olive oil. Pada jam ke-24 setelah pemberian CCl4, diambil darahnya untuk
penetapan aktivitas ALT-AST.
c. Kelompok III (kelompok kontrol dosis III tanpa pemberian CCl4).
Perlakuan dilakukan peroral dan diberikan sediaan FHEMM dengan dosis
137,14 mg/kgBB. Pada jam ke-6 setelah pemberian FHEMM, diambil
darahnya untuk penetapan aktivitas LDH.
d. Kelompok IV merupakan kelompok dosis terkecil FHEMM yaitu 34,28
mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive
oil secara intraperitonial.
e. Kelompok V merupakan kelompok dosis terkecil FHEMM yaitu 68,57
mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive
oil secara intraperitonial.
f. Kelompok VI merupakan kelompok dosis terkecil FHEMM yaitu 137,14
mg/kgBB kemudian diberikan CCl4 2 mL/kgBB yang dilarutkan dalam olive
oil secara intraperitonial.
Kelompok perlakuan IV, V, dan VI dilakukan secara peroral kemudian
diberikan CCl4 6 jam setelah pemberian sediaan FHEMM. Pada jam ke-24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
setelah pemberian CCl4, semua kelompok diambil darahnya untuk
penetapan aktivitas LDH.
12. Pengukuran kadar LDH
Pengukuran sampel darah dan penetapan aktivitas serum LDH
dilakukan di Laboratorium Pusat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data orientasi CCl4 yang ditunjukan dengan peningkatan ALT-AST dan
peningkatan kadar LDH diuji dengan Saphiro-Wilk untuk mengetahui kenormalan
distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi data yang
normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA)
dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah masing-masing kelompok
memiliki perbedaan bermakna. Selain uji One Way ANOVA juga dilakukan uji
levene untuk melihat variansi data apakah memiliki kesamaan atau tidak. Kemudian
dilanjutkan dengan uji Tuckey HSD jika diasumsikan data memiliki variansi yang
sama, atau uji Games-Holim jika tidak diasumsikan data memiliki variansi yang
sama. Namun, bila didapatkan distribusi tidak normal, maka dilakukan analisis
dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas LDH serum antar
kelompok. Kemudian, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui
perbedaan tiap kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian
jangka pendek FHEMM terhadap penurunan kadar LDH dan mengetahui dosis
yang paling efektif pemberian jangka pendek FHEMM terhadap penurunan kadar
LDH pada tikus betina yang CCl4.
Hasil penelitian yang akan dibahas meliputi determinasi daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg., pembuatan serbuk daun, penetapan kadar air pada serbuk
daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., pembuatan fraksi heksan etanol ekstrak
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg., uji pendahuluan, dan pengukuran
kadar LDH.
A. Hasil Determinasi Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Determinasi yang dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa daun yang
digunakan peneliti untuk melakukan penelitian memang benar daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. yang di maksud. Determinasi dilakukan di bagian Biologi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada pada tanggal 28 Juli 2015. Determinasi
dapat dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri makroskopis antara daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. literatur yang ada. Hasil determinasi yang diperoleh,
menyatakan bahwa bahan yang digunakan memang benar daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. Hasil determinasi yang diperoleh dapat dibuktikan dengan
surat determinasi asli pada Lampiran 5 atas nama Saudari Penina Kurnia Uly.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
Penetapan kadar air pada serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.
bertujuan untuk mengetahui kadar air pada serbuk daun Macaranga tanarius (L.)
Müll. Arg., yang digunakan sebagai bahan penelitian. Penetapan kadar air
dilakukan menggunakan alat moisture balance yang ada di Laboratorium Kimia
Analisis Universitas Sanata Dharma dengan metode susut pengeringan atau
gravimetri. Serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. di timbang seksama
sebanyak 5 gram, lalu di panaskan dengan suhu 110°C selama 15 menit. Setelah
pemanasan 15 menit dilakukan penimbangan lagi terhadap bobot serbuk. Selisih
antara bobot sebelum pemanasan dengan bobot sesudah pemanasan merupakan
hasil dari kadar air serbuk daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. Selanjutnya
dilakukan replikasi 3 kali untuk mendapatkan kadar air yang pasti. Hasil yang
didapatkan setelah melakukan 3 replikasi yaitu 8,76%. Menurut Farmakope edisi
IV (1995) kadar air pada serbuk kering memiliki persyaratan kurang dari 10%,
sehingga serbuk daun yang akan digunakan telah sesuai dengan syarat yang ada.
C. Hasil Rendemen Fraksi Heksan Etanol Ekstrak Metanol Daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg.
Serbuk daun diekstrak dengan metanol-air, di mana perbandingan antara
pelarut dengan serbuknya yaitu 1 : 5. Serbuk daun ditimbang 40 gram dan
dilarutkan dalam 200 ml pelarut (metanol-air dengan perbandingan 1:1). Kemudian
di maserasi di atas shaker selama 24 jam dan hasil maserasinya disaring
menggunakan corong Buchner untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
penyaringan kemudian akan diuapkan dengan rotary evaporator. Tujuannya agar
pelarut yang berupa metanol dan air akan menguap dan meninggalkan senyawa
yang diinginkan. Suhu yang digunakan adalah 70°C, di mana pada suhu ini metanol
dan air akan menguap dan juga menjaga agar senyawa yang diinginkan tidak rusak.
Hasil penyaringan akan diuapkan hingga menjadi ekstrak kental, yang selanjutnya
ekstrak kental tersebut akan diuapkan di oven hingga menjadi ekstrak kering
dengan bobot pengeringan yang tetap.
Setelah didapatkan ekstrak kering Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.,
pembuatan fraksi dilakukan dengan melarutkan ekstrak dengan pelarutnya yaitu
heksan-etanol (perbandingan heksan-etanol yaitu 1:1) dengan perbandingan antara
ekstrak dengan pelarut 1:5. Pemilihan heksan-etanol didasarkan pada kecocokan
lipofilisitas antara senyawa yang akan di ambil dengan pelarutnya. Setelah dilihat
menggunakan aplikasi Marvinsketch didapatkan bahwa lipofilisitas antara heksan-
etanol hampir sama dengan senyawa yang terkandung dalam daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg. yang ingin digunakan. FDA (Food and Drug
Administration) (1997, 2003) telah membagi pelarut berdasarkan resikonya
terhadap kesehatan manusia, yaitu :
1. Kelas 1 (Pelarut yang dihindari)
Diduga kuat memiliki sifat karsinogenik bagi manusia dan berbahaya terhadap
lingkungan. Contohnya : Benzene ; 1,2-dikloroetan ; dan 1,1-dikloroetan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2. Kelas 2 (Pelarut yang dibatasi)
Didefinisikan sebagai pelarut yang bersifat karsinogen pada hewan atau
penyebab kemungkinan terjadinya toksisitas irreversible lain seperti
neurotoksisitas atau teratogenik. Contohnya : hexan, piridin, dan metanol.
3. Kelas 3 (Pelarut dengan potensial tosik rendah)
Didefinisikan sebagai pelarut dengan kadar toksisitas yang rendah untuk
manusia dan tidak memiliki batasan pengaruh pelarut terhadap kesehatan.
Contohnya : etanol, aseton, etil asetat, dan dimetil sulfoksida.
Berdasarkan FDA, pelarut yang digunakan memiliki sifat toksik. Oleh sebab
itu, sebelum fraksi diujikan ke hewan uji, pelarut (heksan-etanol) dapat dihilangkan
terlebih dahulu. Tehnik yang dapat dilakukan yaitu dengan menguapkan pelarut
yang digunakan. Tehnik ini mengubah pelarut dari fase cair menjadi fase uap, maka
dari itu dibutuhkan penurunan tekanan dan/atau peningkatan suhu untuk
mendapatkan tehnik ini (Rostagno dan Prado, 2013). Langkah selanjutnya, ekstrak
yang telah dilarutkan dengan heksan-etanol dimaserasi di shaker selama 24 jam,
dan hasil maserasinya akan di saring dengan corong Buchner kemudian
dikeringkan di oven dengan suhu 40°C hingga mencapai bobot pengeringan yang
tetap. Fraksi dikeringkan dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga
fraksi tidak memiliki efek toksik dan aman bagi hewan uji. Selama penelitian,
dilakukan perhitungan rendemen fraksi yang didapatkan oleh peneliti, di mana
rendemen fraksi yang didapatkan peneliti yaitu 3,51%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
D. Uji Pendahuluan
1. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida
Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida bertujuan untuk melihat
dosis dari karbon tetraklorida yang mampu menimbulkan kerusakan hati berupa
degenerasi melemak (steatosis). Menurut Janakat dan Al-Merie (2002) dosis karbon
tetraklorida sebesar 2 mL/KgBB mampu menginduksi kerusakan hati pada tikus.
Dosis tersebut mampu merusak sel-sel hati pada tikus yang ditunjukkan melalui
peningkatan kadar ALT dan AST 3-4 kali tetapi tidak menimbulkan kematian pada
hewan uji.
2. Penetapan dosis fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius (L.) Müll. Arg.
Tujuan penetapan dosis FHEMM adalah untuk menentukan tingkatan dosis
FHEMM yang akan digunakan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani
(2011), konsentrasi tertinggi ekstrak metanol yang dapat dipejankan yaitu 384
mg/ml atau sehingga dosis maksimal yang dapat diberikan secara per oral kepada
tikus yaitu 3,84 g/kgBB. Namun, penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan
fraksi heksan etanol, maka dosis FHEMM yang akan diberikan pada tikus lebih
kecil daripada dosis ekstrak menurut literatur.
Sebelum menentukan dosis FHEMM, terlebih dahulu dibuat larutan sediaan
FHEMM yaitu 600 mg FHEMM dalam 25 ml CMC-Na 1%. Setelah itu dari
konsentrasi larutan tersebut ditetapkan untuk dosis tertinggi akan diberikan 2 mL
larutan sediaan FHEMM, untuk dosis sedang akan diberikan 1 mL larutan sediaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
FHEMM, dan untuk dosis terendah akan diberikan 0,5 mL larutan sediaan
FHEMM. Tiga peringkat dosis FHEMM yang akan dipejankan yaitu 34,28
mg/kgBB sebagai dosis terendah FHEMM ; 68,57 mg/kgBB sebagai dosis tengah
FHEMM ; dan 137,14 mg/kgBB sebagai dosis tertinggi FHEMM.
3. Penetapan waktu pencuplikan darah
Penanda enzim yang spesifik untuk kerusakan hati merupakan ALT dan
AST. Namun, selain kedua enzim tersebut, penanda lain seperti LDH, glutamate,
isositrat, dan malate dehydrogenase juga merupakan penanda pada kerusakan hati
(McClatchey, 2002). Aktivitas pada serum AST dan LDH akan cenderung
sejajar/seimbang dengan aktivitas ALT pada kerusakan hati. Umumnya, enzim
yang digunakan sebagai pengukuran yaitu AST karena LDH cenderung memiliki
variabilitas yang lebih besar. Peningkatan aktivitas serum AST yang disebabkan
karena hepatotoksisitas biasanya kurang jelas jika dibandingkan peningkatan pada
aktivitas serum ALT (Hayes, 2007).
Penetapan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui efek
maksimal dari karbon tetraklorida terhadap peningkatan ALT dan AST tikus.
Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi dengan tiga
kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke-0, 24, dan 48 setelah pemejanan CCl4
secara intraperitonial. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari 5 hewan uji yang
pengambilan darahnya dilakukan melalui pembuluh sinus orbitalis mata dengan
pipa kapiler. Setelah pemejanan CCl4, pada jam ke-24 kadar ALT-AST mengalami
peningkatan hingga 3-4 kali nilai normalnya, sedangkan pada jam ke-48 mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
penurunan pada kadar ALT-AST. Data primer yang didapat diuji dengan uji
Saphiro-Wilk dan hasilnya dapat dilihat di Tabel VII dan gambar 7.
Tabel VII. Rata-rata aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
0, 24, dan 48 jam
Waktu Pencuplikan (jam) Rata-rata aktivitas kadar ALT ± SE (U/L)
0 66,8 ± 0,84
24 184,0 ± 16,49
48 62,3 ± 15,58
Keterangan. SE : Standar Error
Tabel VIII. Hasil uji Tuckey aktivitas ALT pada tikus betina galur Wistar
setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu
pencuplikan 0, 24, dan 48 jam
Selang Waktu (jam) 0 24 48
0 BB BTB
24 BB BB
48 BTB BB
Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05) dan BTB : Berbeda Tidak Bermakna
(p>0,05)
Gambar 7. Diagram batang yang menunjukan aktivitas ALT pada tikus betina
galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB
pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan hasil yang didapatkan, aktivitas ALT pada tikus betina galur
Wistar setelah pemberian CCl4 pada 3 waktu pencuplikan menunjukan bahwa data
terdistribusi secara normal sehingga analisis data dapat berlanjut ke uji One Way
ANOVA. Uji ANOVA merupakan uji statistik untuk melihat apakah tiap kelompok
memiliki perbedaan yang bermakna. Ketika melakukan uji One Way ANOVA, dapat
juga dilakukan uji levene untuk melihat variansi dari tiap kelompok apakah sudah
homogen atau belum. Setelah dianalisis, aktivitas ALT memperlihatkan
signifikansi sebesar 0,001 (normalnya p<0,05) yang artinya pada 3 kelompok waktu
pencuplikan ALT variansi antar data sudah homogen. Analisis kemudian
dilanjutkan dengan uji Tuckey HSD untuk mengetahui perbedaan kebermaknaan
setiap kelompok. Hasil dari uji Tuckey HSD dapat dilihat pada tabel VIII.
Hasil analisis data menunjukan bahwa pada waktu pencuplikan darah ke-0
dan 24 mengalami perbedaan yang bermakna. Dari tabel VI dapat dilihat kenaikan
aktivitas ALT yaitu sebesar 184,0 ± 16,49 U/L. Aktivitas ALT pada jam ke-48
mengalami penurunan hingga 62,3 ± 15,58 U/L. Penurunan ini menjadikan aktivitas
ALT di jam ke-48 dan 0 mengalami perbedaan yang tidak bermakna, berarti saat
jam ke-48 kadar ALT mulai normal kembali.
Selain ALT, orientasi dilakukan dengan mengukur kadar AST pada tikus
betina galur Wistar yang terinduksi CCl4. Hasil pengukuran kadar AST dan analisis
statistiknya dapat dilihat pada tabel IX dan gambar 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel IX. Rata-rata aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
0, 24, dan 48 jam
Waktu Pencuplikan (jam) Rata-rata aktivitas kadar AST ± SE (U/L)
0 154,20 ± 2,08
24 669,57 ± 8,37
48 197,73 ± 9,55
Keterangan. SE : Standar Error
Tabel X. Hasil uji Tuckey aktivitas AST pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB pada waktu pencuplikan
0, 24, dan 48 jam
Selang Waktu (jam) 0 24 48
0 BB BB
24 BB BB
48 BB BB
Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05) dan BTB : Berbeda Tidak Bermakna
(p>0,05)
Gambar 8. Diagram batang yang menunjukan aktivitas AST pada tikus betina
galur Wistar setelah pemberian CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB
pada waktu pencuplikan 0, 24, dan 48 jam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Shapiro-Wilk pada aktivitas
AST tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 pada 3 waktu pencuplikan
menunjukan bahwa data terdistribusi normal pada jam ke-24 dengan signifikansi
0,537 ; 0,053 ; 0,532 (p>0,05) sehingga analisis yang dilakukan selanjutnya yaitu
dilakukan uji Oneway ANOVA untuk melihat perbedaan antar kelompok dan uji
levene untuk melihat variansi antar kelompok. Hasil uji levene menunjukkan bahwa
diasumsikan variansi antar sama sehingga uji dilanjutkan menggunakan posthoc
Tuckey untuk melihat kebermaknaan data yang dapat dilihat pada tabel X.
Hasil analisis data menunjukan bahwa pada waktu pencuplikan darah ke-0,
24, dan 48 mengalami perbedaan yang bermakna. Dari tabel IX dapat dilihat
kenaikan aktivitas AST yaitu sebesar 669,57 ± 8,37 U/L. Aktivitas AST pada jam
ke-48 mengalami penurunan hingga 197,73 ± 9,55 U/L. Purata aktivitas AST pada
waktu pencuplikan darah jam ke-0 sebesar 154,20 ± 2,08 U/L juga mengalami
perbedaan yang bermakna dengan purata aktivitas AST pada jam ke 48. Namun,
dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa adanya peningkatan aktivitas AST
pada jam ke-24 setelah induksi CCl4 dan penurunan aktivitas AST pada jam ke-48
yang mendekati angka normal AST. Hal ini mengindikasikan pada jam ke-48 kadar
AST mulai kembali normal secara perlahan.
Berdasarkan hasil orientasi, CCl4 memberikan efek hepatotoksik secara
maksimal pada jam ke-24 dibandingkan jam ke-48, oleh karena itu waktu
pencuplikan darah pada penelitian ini akan dilakukan di jam ke-24 setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pemberian CCl4 karena pada jam ke-24 kadar ALT-AST mengalami peningkatan
yang signifikan yang menandakan adanya kerusakan hati.
E. Pengukuran Kadar LDH
Selain ALT dan AST masih terdapat parameter-parameter lain yang dapat
digunakan untuk melihat adanya kerusakan hati. LDH merupakan salah satu enzim
yang dapat menjadi parameter kerusakan hati. Perlakuan pada penelitian ini dibagi
menjadi 6 kelompok hewan uji yaitu kelompok kontrol CMC, kontrol CCl4, kontrol
dosis III, perlakuan dosis I, perlakuan dosis II, dan perlakuan dosis III. Perlakuan
dosis pada penelitian ini diberikan dalam 3 peringkat dosis, yaitu 34,28 ; 68,57; dan
137,14 mg/kgBB. Perlakuan yang diberikan kepada hewan uji yaitu hewan uji akan
diberikan larutan sediaan FHEMM, 6 jam kemudian akan diberikan karbon
tetraklorida, dan 24 jam kemudian akan diukur kadar LDHnya. Efek
hepatoprotektif dari FHEMM dapat diketahui dengan melihat penurunan dari
aktivitas LDH pada tikus yang terpejan CCl4.
Berdasarkan hasil analisis data dengan uji Shapiro-Wilk, diketahui bahwa
aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah pemberian CCl4 menunjukan
bahwa data terdistribusi secara normal maka uji dapat dilanjutkan dengan uji
Oneway ANOVA dan uji levene. Hasil yang didapat menunjukan adanya perbedaan
bermakna namun uji levene menunjukkan bahwa tidak diasumsikan variansi data
sama dengan signifikansi 0,006 (p<0,05) sehingga analisis dapat dilanjutkan
dengan posthoc uji Games-Howell dan datanya akan disajikan dalam tabel X dan
XII serta gambar 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel XI. Rata-rata aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar setelah
pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak metanol
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dan pemberian CCl4 dengan
dosis 2 mL/kgBB 6 jam setelahnya
Kelompok Perlakuan Hewan Uji Rata-Rata Aktivitas
LDH ± SE (U/L)
I Kontrol CMC 2 mL/kgBB 1021,2 ± 123,85
II Kontrol CCl4 2 mL/kgBB 1848,8 ± 47,79
III Kontrol FHEMM dosis
137,14 mg/kgBB
395,4 ± 42,59
IV FHEMM dosis 34,28
mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB
968,4 ± 53,23
V FHEMM dosis 68,57
mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB
875,0 ± 19,38
VI FHEMM dosis 137,14
mg/kgBB + CCl4 2 mL/kgBB
842,8 ± 28,53
Gambar 9. Diagram batang aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar
setelah pemberian larutan sediaan fraksi heksan etanol ekstrak
metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. dan pemberian CCl4
dengan dosis 2 mL/kgBB 6 jam setelahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel XII. Hasil Uji Games-Howell aktivitas LDH pada tikus betina galur
Wistar setelah pemberian FHEMM dan 6 jam setelah CCl4 dosis
2 mL/kgBB
Kontrol
CMC
2mL/kgBB
Kontrol
CCl4
2mL/kgBB
Kontrol
FHEMM
Dosis III
Perlakuan
FHEMM
Dosis I +
CCl4
2mL/KgBB
Perlakuan
FHEMM
Dosis II +
CCl4
2mL/KgBB
Perlakuan
FHEMM
Dosis III +
CCl4
2mL/KgBB
Kontrol
CMC
2mL/kgBB
BB BB BTB BTB BTB
Kontrol
CCl4
2mL/kgBB
BB BB BB BB BB
Kontrol
FHEMM
Dosis III
BB BB BB BB BB
Perlakuan
FHEMM
Dosis I +
CCl4
2mL/KgBB
BTB BB BB BTB BTB
Perlakuan
FHEMM
Dosis II +
CCl4
2mL/KgBB
BTB BB BB BTB BTB
Perlakuan
FHEMM
Dosis III +
CCl4
2mL/KgBB
BTB BB BB BTB BTB
Keterangan. BB : Berbeda Bermakna (p<0,05) ; BTB : Berbeda Tidak
Bermakna (p>0,05) ; Dosis I FHEMM : 34,28 mg/kgBB ; Dosis
II FHEMM : 68,57 mg/kgBB ; Dosis III FHEMM : 137,14
mg/kgBB
1. Kelompok Kontrol CMC dosis 2 mL/kgBB
CMC atau Carboxyl-Methyl-Cellulose digunakan sebagai pelarut untuk
melarutkan FHEMM kering dengan konsentrasi larutan sediaan FHEMM
600mg/25ml. Selain itu CMC digunakan sebagai kontrol negatif pada penelitian ini.
Kontrol negatif CMC diberikan pada dosis 2 mL/kgBB secara peroral kemudian 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
jam setelah pemberian, darah tikus akan diambil dan diukur kadar LDHnya. Tujuan
dari dilakukannya kontrol CMC ini yaitu agar peneliti mempunyai patokan (nilai
baseline) atau sebagai nilai normal yang nantinya akan dibandingkan dengan
kelompok perlakuan dosis. Dari hasil penelitian di dapatkan kadar LDH pada
kelompok kontrol CMC sebesar 1021,2 ± 123,85 U/L.
Clichici, Olteanu, Nagy, Oros, Filip, danm Mircea (2014) melakukan
penelitian hepatoprotektif menggunakan Silymarin yang dilarutkan dalam CMC
sebagai bahan aktif. Hasil penelitian yang didapat, menyatakan bahwa hati
kelompok hewan uji CMC menunjukan tidak adanya perubahan secara
makroskopis. Pada pengamatan secara makroskopis, menunjukan hati hewan uji
percobaan memiliki permukaan nodular halus dan berwarna agak pucat. Pada
pengukuran kadar LDH, tidak ditemukan peningkatan kadar LDH pada kelompok
hewan uji CMC.
2. Kontrol CCl4 dengan dosis 2 mL/kgBB
Kelompok kontrol CCl4 digunakan untuk melihat pengaruh pemberian CCl4
terhadap tingkat kerusakan hati. Menurut Janakat dan Al-Merie (2002) dosis 2
mL/kgBB CCl4 sudah dapat menimbulkan kerusakan hati. Maka, pada penelitian
ini, digunakan dosis CCl4 sebesar 2 mL/kgBB dan diberikan secara intraperitonial.
Dua puluh empat jam setelah pemejanan, kadar ALT-AST diukur sebagai penanda
kerusakan hati, di mana ALT-AST merupakan parameter yang spesifik untuk
melihat kerusakan hati. Selain itu, kontrol CCl4 akan digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pembanding dengan kelompok perlakuan dosis (3 peringkat dosis) dan kelompok
CMC sehingga peneliti dapat melihat kadar penurunan aktivitas LDH.
Pada analisis data, didapatkan purata kontrol CCl4 dengan dosis 2mL/kgBB
yaitu 1848,8 ± 47,79 U/L sedangkan purata pada kelompok kontrol CMC dengan
dosis yang sama (2mL/kgBB) yaitu 1021,2 ± 123,85 U/L. Secara statistik,
didapatkan bahwa adanya perbedaan bermakna dengan signifikansi 0,010 (p<0,05)
antara kelompok CMC dengan CCl4, yang artinya pemberian CCl4 dengan dosis 2
mL/kgBB menimbulkan kerusakan hati. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan
kadar LDH pada tikus yang terinduksi CCl4.
3. Kelompok Kontrol Dosis tertinggi yaitu dosis 137,14 mg/kgBB
Kelompok kontrol dosis tertinggi yaitu dosis 137,14 mL/kgBB dilakukan
tanpa pemberian CCl4 dosis 2 mL/kgBB bertujuan untuk melihat pengaruh
pemberian FHEMM pada tikus betina galur Wistar. Pada penelitian ini digunakan
3 peringkat dosis di mana dosis tertinggi yang ada yaitu 137,14 mg/kgBB. Dosis
tertinggi digunakan untuk mewakili dosis I dan dosis II, dimana pada dosis III ini
dianggap memiliki kandungan senyawa FHEMM yang paling tinggi.
Purata aktivitas LDH yang diperoleh dari kontrol dosis III FHEMM ini
sebesar 395,4 ± 42,59 U/L dan apabila dibandingkan dengan kontrol CCl4 dosis
2 mL/kgBB (1848,8 ± 47,79 U/L) menunjukan perbedaan yang bermakna dengan
signifikansi 0,000 (p<0,05). Bila dibandingkan dengan purata kontrol CMC dosis 2
mL/kgBB juga menunjukan perbedaan yang bermakna dengan signifikansi 0,033
(P<0,05). Kedua hasil analisis ini menunjukan bahwa pemberian FHEMM dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
dosis 137,14 mg/kgBB tidak meningkatkan aktivitas LDH pada tikus betina galur
Wistar. Penelitian oleh Faloppi, et al., (2014) melaporkan penurunan kadar LDH
memiliki hasil yang baik pada pasien hepatoselular karsinoma. Kadar LDH yang
rendah dapat mengindikasikan terjadinya defisiensi LDH atau transudate efusi
pleural. Oleh sebab itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat fungsi
pleural pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 yang diberikan
FHEMM. Fungsi pleural yang dilihat yaitu adanya transudate efusi pleural atau
bahkan kelainan fungsi pleural yang lain akibat dari penurunan LDH.
4. Kelompok pemberian FHEMM dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB
Kelompok pemberian FHEMM dibagi menjadi 3 peringkat dosis yang
memiliki faktor kelipatan 2. Dosis yang digunakan yaitu 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14
mg/kgBB. Ketiga peringkat dosis ini yang nantinya akan dikaitkan dengan
penurunan kenaikan aktivitas LDH yang disebabkan karena induksi CCl4 dosis 2
mL/kgBB secara intraperitonial. Purata dari aktivitas LDH pada perlakuan dosis
34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB secara berturut-turut adalah 968,4 ± 53,23 U/L
; 875,0 ± 19,38 U/L ; dan 842,8 ± 28,53 U/L.
Kelompok dosis terendah FHEMM yaitu 34,28 mg/kgBB memiliki purata
sebesar 968,4 ± 53,23 U/L memberikan perbedaan bermakna pada signifikansi
0,000 (p<0,05) dengan kelompok kontrol CCl4 dosis 2 mL/kgBB (1848,8 ± 47,79
U/L). Hal ini berarti FHEMM dosis 34,28 mg/kgBB mampu menurunkan kadar
LDH akibat CCl4. Berbeda dengan kelompok kontrol CCl4, FHEMM 34,28
mg/kgBB memberikan perbedaan tidak bermakna dengan signifikansi 0,998
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(p<0,05) terhadap kelompok CMC dosis 2 mL/kgBB (1021,2 ± 123,85 U/L). Hal
ini berarti adanya penurunan kenaikan kadar LDH pada tikus yang terinduksi CCl4
akibat pemberian FHEMM 34,28 mg/kgBB sudah mendekati normal.
Pembahasan selanjutnya, pada kelompok dosis sedang FHEMM yaitu 68,57
mg/kgBB memiliki purata sebesar 875,0 ± 19,38 U/L menunjukan perbedaan yang
bermakna pada signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan kelompok kontrol CCl4 dosis 2
mL/kgBB (1848,8 ± 47,79 U/L). Hal ini berarti dosis FHEMM sebesar 68,57
mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDH pada tikus betina yang terinduksi CCl4.
Aktivitas LDH yang dihasilkan oleh FHEMM 68,57 mg/kgBB memberikan
perbedaan tidak bermakna dengan signifikansi 0,835 (p<0,05) terhadap kelompok
CMC dosis 2 mL/kgBB (1021,2 ± 123,85 U/L). Maka, ini berarti terjadi penurunan
kadar LDH setara keadaan normal setelah diberikan sediaan FHEMM 68,57
mg/kgBB. Penurunan LDH mengindikasikan adanya perbaikan fungsi atau respon
yang baik pada terapi yang diberikan.
Sama seperti kedua peringkat dosis sebelumnya, kelompok dosis tertinggi
FHEMM yaitu 137,14 mg/kgBB memiliki purata sebesar 842,8 ± 28,533 U/L
memberikan perbedaan yang bermakna pada signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan
kelompok kontrol CCl4 dosis 2 mL/kgBB (1848,8 ± 47,79 U/L). Hal ini berarti
FHEMM 137,14 mg/kgBB mampu menurunkan kadar LDH pada tikus betina yang
terinduksi CCl4. FHEMM 137,14 mg/kgBB memberikan perbedaan tidak
bermakna dengan signifikansi 0,728 (p<0,05) pada kelompok CMC dosis 2
mL/kgBB (1021,2 ± 123,85 U/L). Maka, ini berarti keadaan hati setelah pemberian
FHEMM 137,14 mg/kgBB sudah setara hingga keadaan normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Dari ketiga peringkat dosis yang diberikan kepada hewan uji, secara statistik
antar ketiganya menunjukan hubungan berbeda tidak bermakna. Kelompok dosis
terendah yaitu 34,28 mg/kgBB (968,4 ± 53,23 U/L) menunjukan perbedaan yang
tidak bermakna (signifikansi 0,607 ; p<0,05) dengan kelompok dosis sedang yaitu
68,57 mg/kgBB (875,0 ± 19,38 U/L). Walaupun secara teori kedua peringkat dosis
tersebut memiliki faktor kelipatan 2 namun efek yang ditimbulkan tidak berbanding
lurus.
Pada perbandingan kelompok dosis 34,28 mg/kgBB dengan purata sebesar
968,4 ± 53,23 U/L memperlihatkan hubungan perbedaan yang tidak bermakna
(signifikansi 0,399 ; p<0,05) dengan kelompok dosis 137,14 mg/kgBB dengan
purata aktivitas LDH sebesar 842,8 ± 28,53 U/L. Selanjutnya, hasil yang sama
ditunjukan pada perbandingan purata dosis 68,57 mg/kgBB dengan dosis 137,14
mg/kgBB yaitu ada perbedaan tidak bermakna dengan signifikansi 0,925 (p<0,05)
antar kelompok datanya. Kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan secara
statistik menunjukan bahwa pemberian FHEMM dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14
mg/kgBB pada tikus yang terinduksi CCl4 dapat menurunkan kadar LDH pada tikus
terinduksi CCl4. Namun, antara 3 peringkat dosis yang diuji cobakan dengan faktor
kelipatan 2, efek yang ditimbulkan tidak sebanding lurus dengan dosis yang
diberikan. Hal ini ditunjukan dengan hubungan antar kelompok 3 peringkat dosis
yang memiliki hubungan berbeda tidak bermakna satu dengan yang lain.
Dari hasil penelitian, peneliti dapat menjawab permasalahan kedua yaitu
tidak ada kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM dengan penurunan
kadar LDH pada tikus betina yang terinduksi CCl4. Semakin tinggi dosis FHEMM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
yang diberikan, maka penurunan peningkatan kadar LDH yang terjadi relatif sama.
Maka, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mencoba dosis lebih kecil dari
34,28 mg/kgBB.
F. Ringkasan Pembahasan
Hepatoprotektif merupakan senyawa yang dapat melindungi hati.
Kerusakan hati dapat dilihat dari parameter-parameter berupa enzim yang terdapat
di hati seperti ALT, AST, ALP, bilirubin, dan LDH. Pada keadaan hati yang rusak
akan dijumpai kadar LDH yang tinggi. Fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. diduga memiliki efek hepatoprotektif,
sehingga dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pemberian FHEMM
terhadap kadar LDH tikus betina yang terinduksi CCl4. CCl4 pada penelitian ini
berfungsi sebagai hepatotoksin atau senyawa yang dapat menginduksi kerusakan
hati. Harapan peneliti, dengan pemberian FHEMM maka kadar LDH yang awalnya
meningkat karena induksi CCl4 akan mengalami penurunan ke angka normal.
Pada penelitian ini didapatkan 3 peringkat dosis yang diberikan dalam
jangka waktu pendek kepada tikus yang terinduksi CCl4, dosis terendah FHEMM
34,28 mg/kgBB ; dosis sedang FHEMM 68,57 mg/kgBB ; dan dosis tertinggi
FHEMM 137,14 mg/kgBB. Efek hepatoprotektif yang dimiliki oleh FHEMM akan
ditunjukan melalui penurunan kenaikan aktivitas LDH pada tikus yang terinduksi
CCl4 dengan dosis pemberian 2 mL/kgBB.
Setelah analisis data pada penelitian, didapatkan hasil bahwa antara
kelompok kontrol CCl4 dengan purata sebesar 1848,8 ± 47,79 U/L dan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
perlakuan dosis 137,14 mg/kgBB ; 68,57 mg/kgBB ; dan 24,38 mg/kgBB masing-
masing sebesar 968,4 ± 53,23 U/L ; 875,0 ± 19,38 U/L ; dan 842,8 ± 28,53 U/L
menunjukan perbedaan bermakna di mana hal ini berarti sediaan FHEMM dengan
ketiga peringkat dosis tersebut dapat menurunkan kenaikan aktivitas LDH tikus
yang terinduksi CCl4. Secara klinis, penurunan ini menunjukan bahwa FHEMM
dengan dosis 34,28 ; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dapat memperbaiki kondisi hati
yang rusak akibat pemberian CCl4 pada tikus betina galur Wistar. Namun, analisis
lebih lanjut antara ketiga kelompok peringkat dosis tersebut, menunjukan hubungan
antara ketiga peringkat dosis berbeda tidak bermakna. Artinya, tidak adanya
kekerabatan antara ketiga peringkat dosis FHEMM dengan penurunan aktivitas
LDH pada tikus yang terinduksi CCl4. Hal ini dibuktikan dengan semakin tinggi
pemberian dosis FHEMM, namun penurunan aktivitas LDH relatif sama di antara
ketiga peringkat dosis, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mencoba dosis yang lebih kecil dari 34,28 mg/kgBB. Selain itu, dapat dilakukan uji
histopatologi untuk melihat keadaan sel hati sebelum dan setelah pemberian
FHEMM ketiga peringkat dosis. Uji histopatologi dapat digunakan sebagai data
pelengkap dalam penelitian ini.
Saran yang diberikan mengarah pada dosis yang lebih kecil dari dosis 34,28
mg/kgBB (mencari variasi peringkat dosis yang lebih kecil) karena adanya
hubungan berbeda tidak bermakna pada ketiga peringkat dosis, sehingga peneliti
ingin mencari tahu pada dosis yang lebih kecil dari 34,28 mg/kgBB FHEMM tetap
dapat menurunkan kadar LDH atau tidak. Peneliti tidak menyarankan untuk
mencoba FHEMM dengan dosis yang lebih tinggi dari 137,14 mg/kgBB karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
konsentrasi sediaan FHEMM yang didapatkan sudah maksimal dan tidak dapat
ditingkatkan lagi kepekatan sediaan FHEMM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis statistik yang telah dilakukan, maka dari
penelitian ini dapat diambil kesimpulan :
1. Pemberian jangka pendek FHEMM mempunyai pengaruh dapat menurunkan
kadar LDH tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 2 mL/kgBB.
2. Tidak ada kekerabatan antara peningkatan dosis FHEMM dengan penurunan
aktivitas LDH pada tikus betina galur Wistar yang terinduksi CCl4 2 mL/kgBB
yaitu semakin tinggi dosis FHEMM yang diberikan maka penurunan kadar
LDH relatif sama.
B. Saran
Melihat adanya beberapa kekurangan dalam penelitian ini, maka perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai :
1. Penelitian terhadap dosis FHEMM dengan mencoba dosis yang lebih kecil dari
34,28 mg/kgBB.
2. Penelitian terhadap fungsi paru pada tikus yang diberikan FHEMM untuk
melihat adanya transudate efusi pleural atau kelainan fungsi paru yang lain.
3. Pemeriksaan histopatologi pada sel-sel hati sebagai data pelengkap penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Aluko, E.R., 2012, Functional Food and Nutraceuticals, Springer Science
Bussiness Media, New York, pp. 137.
Amarapurkar, D.N., Hashimoto, E., Lesmana, L.A., Sollano, J.D., Chen, P.J., and
Goh, K.L., 2007, How common is non-alcoholic fatty liver disease in the Asia
Pasific region and are there local differences?, Journal Gastroenterol
Hepatology, 22:788-793.
Arora, A., 2006, Aliphatic Compounds : Sulphur, Phosphorus, Silicon, and Boron,
Discovery Publishing House, New Delhi, pp. 190.
Bellentani, S., et al., 2000, Prevalence of and risk factors for hepatic steatosis in
Northern Italy, Annals of Internal Medicine, 132(2):112-117.
Bourke, S.J., and Burns, G.P., 2015, Respiratory Medicine : Lecture Notes, 9th Ed.,
John Wiley & Sons Ltd., Oxford, p. 106.
British Liver Trust, 2009, Facts About Liver Disease,
http://www.britishlivertrust.org.uk/about-us/media-centre/facts-about-liver-
disease/, diakses tanggal 27 September 2015.
Browning, et al., 2004, Prevalence of hepatic steatosis in a urban population in the
United States : impact of ethnicity, Hepatology, 40(6):1387-1395.
Camp Lejeune Legislation, 2015, Review of VA Clinical Guidance for the Health
Conditions Identified by the Camp Lejeune Legislation, The National
Academies Press, Washington DC.
Carey, E.J., Lindor, K.D., 2014, Cholestatic Liver Disease, 2nd ed., Humana Press,
USA, pp. 1.
Chiazz, L., Ference, L.D., dan Wolf, P.H., Mortality among automobile assembly
workers, J. Occup. Med., 1980; 22:520-544.
Clichici, S., Olteanu, D., Nagy, A-L., Oros, A., Filip, A., and Mircea, P.A., 2014,
Silymarin Inhibits the Progression of Fibrosis in the Early Stages of Liver
Injury in CCl4-Treated Rats, Journal of Medicinal Food, 00 (0), 1-9.
Cockerham, L.G., Shane, B. S., 1993, Basic Environmental Toxicology, CNC Press
Inc., USA, p.433.
Davit-Spraul, A., Gonzales, E., Baussan, C., dan Jacquemin, E., Progressive
familial intrahepatic cholestasis, 2009, Orphanet J Rare Dis., 4, p. 1.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kefarmasian,2011, Pedoman
Interpretasi Data Klinik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
p. 62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 46.
Duffus, J.H., and Worth H.G.J., 1996, Fundamental Toxicology for Chemist,
Althenaeum Press Ltd., Gateshead, pp. 140-141.
Dominguez, H., 2013, Functional Ingredients from Algae for Foods and
Nutraceuticals, Woodhead Publishing Limited, Philadelphia, pp. 263-264.
Dossing, M., Skinhoj, P., Occupational liver injury., Int. Arch. Ocuup. Environ.
Health., 1985;56:1-21.
Eagleson, M., 1994, Concise Encyclopedia Chemistry, Walter de Gruyter Berlin,
New York, p. 428.
Engelking, L.R., 2014, Textbook of Veterinary Physiological Chemistry, 3rd ed.,
Academic Press, USA, p. 461.
Food and Drug Administration, 1997, FDA Guidance for Industry : Q3C
Impurities, Residual Solvents, Department of Health and Human Services,
U.S.
Food and Drug Administration, 2012, FDA Guidance for Industry : Q3C Table and
List, Department of Health and Human Services, U.S.
Faloppi, L., et al., 2014, The role of LDH serum levels in predicting global outcome
in HCC patients treated with sorafenib : implication for clinical management,
BMC Cancer, 14:110.
Fischbach, F., Dunning, M.B., 2009, A Manual of Laboratory and Diagnostic Tests,
8th ed., Lippincott Williams & Wilkins, China, pp. 329.
Genetic Home Reference, 2012, Lactate Dehydrogenase Deficiency,
http://ghr.nlm.nih.gov/condition/lactate-dehydrogenase-deficiency, diakses
tanggal 26 Oktober 2010.
Gunawan-Putri, M., Kawabata, J., 2010, Novel α-glucoside inhibitors from
Macaranga tanarius leaves, Food Chemistry, 123, p. 384-389.
Gupta, R.C., 2014, Biomarkers in Toxicology, Elsevier Inc., USA, pp. 926, 296.
Gupta, S.K., 2001, Pharmacology and Therapeutics in the New Millenium, Narosa
Publishing House, New Delhi, pp. 357, 359, 362-363.
Hammond, 1986, Hammond Citation World Atlas, Hammond Incorporated,
Maplewood.
Handayani, M. T., 2011, Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius L. terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
yang Terbebani Glukosa, Skripsi, 37, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Hayes, A.W., 2007, Principles and Methods of Toxicology, 5th Ed., CRC Press,
United States, p. 1343.
Harborne, J.B., 1998, Pyhtochemical Methods in a Guide to Modern Tehniques of
Plant Analysis, 3rd Ed., pp.40-137.
Heil, M., Koch, T., Hilpert, A., Fiala B., Boland, W., and Linsenmair, K., 2001,
Extrafloral nectar producyion of the ant-associated plant, Macaranga
tanarius, is an induced, indirect, defensive response elicited by jasmonic acid,
Proceedings of the National Academy of Sciences, USA, 98, pp.1083-1088.
Helms, R.A., Quan, D.J., Herlindal, E.T., Gourley, D.R., 2006, Textbook of
Therapeutics : Drug and Disease Management, 8th ed., Lippincott William &
Wilkins, USA, pp. 97.
Hodgson, E., 2010, The Textbook of Modern Toxicology, 4th ed., John Wiley & Sons
Inc, New Jersey, pp. 311.
Hoffmann, G.F., Zschocke, J., Nyhan, W.L., 2009, Inherited Metabolic Disease :
A Clinical Approach, Springer Science & Business Media, New York, p.68.
Houghton, P.J., and Raman, A., 1998, Laboratory Handbook for the Fractionation
of Natural Extracts, Springer-Science+Business Media, B.V., London, pp.
55-57, 63.
Inggrid, A.M., 2013, Efek Hepatoprotektif Ekstrak Etanol-Air Daun Macaranga
tanarius L. pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida : Kajian Terhadap
Praperlakuan Jangka Pendek, Skripsi,60, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
ITIS, 2015, ITIS Report : Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg.,
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search
_value=503637, diakses tanggal 17 April 2015.
Janakat, S., dan Al-Merie, H., 2002, Optimization of the Dose and Route of
Injection, and Characterization of The Time Course of Carbon Tetrachloride-
Induced Hepatotoxicity in The Rat, J. Pharm. Tox. Method, 48, 41-44.
Kagen, L.J., 2009, The Inflammatory Myopathies, Humana Press, London, pp. 9.
Kasdallah-Grissa, A., Mornagui, B., Aouani, E., Hammami, M., May, M.E.,
Gharbi, N., et al., 2007, Resveratrol, a red wine polyphenols, attenuates
ethanol-induced oxidative stress in rat liver, Life Sciences, 80, pp. 1033-1039.
Kaufman, P.B., Cseke, L.J., Warber, S., Duke, J., and Brielmann H.L., 1999,
Natural Products from Plants, CRC Press, Boca Raton, pp.193,197-199.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Kawakami, S., Harinantenaina, L., Matsunami, K., Otsuka, H., Shinzato, T.,
Takeda, Y., 2008, Macaflavanones A-G, Prenylated Flavonones from the
Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 71(6), 1872-1876.
Khan, M.T.H., 2012, Recent Trends on QSAR in the Pharmaceutical Perceptions,
Bentham Science Publisher, USA, pp. 368, 370.
Khurana, I., 2012, Medical Physiology for Undergraduated Students, Elsevier
Health Sciences, India, pp. 488-489.
Kiran, P.M., Raju, A.V., Rao, B.G., 2012, Investigation of hepatoprotective activity
of Cyathea gigantean (Wall. ex. Hook.) leaves againts paracetamol-induced
hepatotoxicity in rats, Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine, 2(5),
352-356.
Koni, M.R.B., 2013, Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Ekstrak Metanol-Air
Daun Macaranga tanarius L. Terhadap Tikus Terinduksi Karbon
Tetraklorida, Skripsi, 59, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., Mitchel, R.N., 2007, Robbins Basic Pathology,
8th ed., Saunder Elsevier, Philadelphia, pp.634-635.
Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., and Fukumoto, S., 2014, Analysis of
Antioxidant Prenylflavonoids in Different Parts of Macaranga tanarius, the
Plant Origin of Okinawan Propolis, Asian Pasific Journal of Tropical
Medicine, pp.16-20.
Kuntz, E., dan Kuntz, H.D., 2009, Hepatology : Textbook and Atlas, Springer
Science & Business Media, Germany, pp. 596-597.
Lim, T.Y., Lim Y.Y., and Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant,
antibacterial, and anti-tyrosinase activities of four Macaranga spesies, Food
Chemistry, 114(2):594-599.
Lin, F.L., Liu, H.J., Lu, C.F., 2005, The In-vivo Study of Ellagitannin-contained
Herbs on the Hepatic Protection Activities in Mice, Taiwan Vet. J., 32(1), 70-
75.
Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi,
K., Takeda, Y., 2009, Absolute Configuration of (+)-Pinoresinol [4-O-[600-
O-galloyl]-β-D-Glucopyranoside, Macarangaiosides E, and F Isolated from
the Leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry, 70(8), 1277-1285.
Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H.,
Takeda, Y., 2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane
Glucoosides from Macaranga tanarius (L.) MULL-ARG, Chem. Pharm.
Bull., 54(10), 1403-1407.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
McClatchey, K.D., 2002, Clinical Laboratory Medicine, Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia, p. 288.
Moini, J., 2015, Anatomy and Physiology for Health Professionals, 2nd ed., Jones
and Bartlett Learning, USA, pp. 531.
Monga, S. P. S., 2010, Molecular Pathology of Liver Disease, Springer Science &
Business Media, USA, p. 475.
Naraoka, H., Ito, K., Suzuki, M., Naito, K., Tojo, H., 2005, Evalution of H-FABP
as a marker of ongoing myocardial damage using hGH transgenic mice, Clin.
Chimica. Acta., 361, 159-166.
O’Connell, S., C., Bare, B.G., Hinkle, J., L., Cheever, K.H., 2010, Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing, Volume 1, Lippincott
Williams & Wilkins, Philladelphia, pp. 1117.
Palmer, M., 2004, Hepatitis Liver Disease, Penguin Group Inc., USA, pp. 8.
Pandey, C.K., Nath, S.S., Tripathi, M., 2012, Hepatic and Biliary Diseases
Anesthesiologists Perspective, Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.,
New Delhi, pp. 30.
Pareek, A., Godavarthi, A., Issarani, R., Nagori, B.P., 2013, Antioxidant and
hepatoprotective activity of Fagonia schweinfurthii (Hadidi) Hadidi extract
in carbon tetrachloride induced hepatotoxicity in HepG2 cell line and rats,
Journal of Ethnopharmacology, 150:973-981.
Pearce, C.P., 2009, Anatatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, pp. 243.
Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Chimnoi, N., Ruchirawat, S., Suttvaiyakit S.,
2005, Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod., 68(1),
927-930.
Prosea, 2010, Prosea-Macarangatanarius,
http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=162, di akses pada 1
April 2015.
Pudjaatmaka, A.H., 2002, Kamus Kimia, PT Penerbit dan Percetakan Balai Pustaka,
Jakarta, pp. 368.
Raaman, N., 2006, Phytochemical Techniques, New India Publishing, New Delhi,
pp. 9-11.
Raju, K., et al., 2003, Effect of dried fruits of Solanum nigrum LINN againts CCl4-
induced hepatic damage in rats, Journal Biological Pharmaceutical Bulletin,
26 (11), p. 96-102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Raju, S.M., and Madala, B., 2005, Illustrated Medical Biochemistry, Jaypee
Brothers : Medical Publishers Ltd., New Delhi, pp. 196.
Rao, K.N., 2012, Forensic Toxicology : Medico-Legal Case Studies, CRC Press
Taylor & Francis Group, United States, pp. 50.
Rizzo, C.D., 2015, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 4th ed., Nelson
Education Ltd., USA, pp. 389.
Rom, N.W., Markowitz, S.B., 2007, Environmental and Occupational Medicine,
4th edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philladelphia, pp. 794.
Rostagno, M.A., and Prado, J.M., 2013, Natrural Product Extraction : Principles
and Applications, The Royal Society of Chemisty Publishing, United
Kingdom, pp. 286,287, 311.
Saba, A.B., Onakoya, O.M., and Oyagbemi, A.A., 2012, Hepatoprotective and in
vivo antioxidant activities of ethanolic extract of whole fruit of Lagenaria
breviflora, J. Basic. Clin. Pharmacol., 23(1):27-32.
Shaffer, B. L., 2004, Pathophysiology : Pulmonary, Gastrointestinal, and
Rheumatology, Blackwell Publishing, Malden, p. 77.
Stichlmair, J., and Fair, J.R., 1998, Distillation : Principles and Practices, Wiley-
CVH, New York.
Tams, R.T., 2003, Handbook of Small Animal Gastroenterology, 2nd ed., Elsevier
Sciende, USA, pp. 329.
Trimbell, J.A., 2009, Principles of Biochemical Toxicology, 4th edition, Informa
Healthcare, New York, pp. 308-311.
United States Department of Health and Human Services Public Health Service,
1998, Report on Carcinogens, 8th edition, Integrated Laboratory Systems Inc.,
North Caroline, pp. 72.
Utami, P., dan Puspaningtyas, D.E., 2013, The Miracle Herbs, PT Agromedia
Pustaka, Jakarta, pp. 43.
Vitcheva, V., Simeonova, R., Krasteva, I., Nikolov, S., Mitcheva, M., 2012,
Protective Effects of a Purified Saponin Mixture from Astragalus
corniculatus Bieb., in vivo Hepatotoxicity Models, Phytotherapy Research, p.
3.
Wagner, W.L., Herbst, D.R., Sohmer, S.H., 1999, Manual of the Flowering Plants
of Hawaii, 2 vols, Bishop Museum Special Publication 83, University of
Hawaii and Bishop Museum Press, Honolulu, pp. 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Weber. L.W., Boll, M., Stampfl, A., 2003, Hepatotoxicity and Mechanism of
Action of Haloalkanes Carbon Tetrachloride as a Toxicology Model, Crit.
Rev. Toxicol., 33(2), 105-136.
Widmann, F.K., 1995, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 327-328.
Wijayakusuma, H.M.L., 2000, Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat
Indonesia, Penerbit Gema Insani, Jakarta, pp. 1.
World Agroforesty Centre, 2002, Botanic Nomenclature to Agroforestry trees :
Macaranga tanarius, World Agroforestry Centre,
http://www.worlagroforestrycentre.org, di akses tanggal 5 April 2015.
World Health Organization (WHO), 2002, Hazardous Chemicals in Human and
Environmental Health, diterjemahkan oleh Widyastuti, P., hal. 66-67,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Wypych, G., 2000, Handbook of Solvents, 1st edition, ChemTec Publishing,
Canada, pp. 1396.
Xia, D.Z., Zhang, P.H., Fu, Y., Yu, W.F., and Ju, M.T., 2013, Hepatoprotective
activity of puerarin againts carbon tetrachloride-induced injuries in rats : A
randomized controlled trial, Food and Chemical Toxicology, p. 3.
Zhang, R.R., Hu, Y.Y., Yuan, J.W., and Wu, D.Z., 2009, Effects of Puerariae radix
extract on the increasing intestinal permeability in rat with alcohol-induced
liver injury, Journal Ethnopharmacol, 126, pp. 207-214.
Zimmerman, J.H., 1999, Hepatotoxicity : The Adverse Effects of Drugs and Other
Chemicals on the Liver, 2nd Ed., Lippincott Wililiams & Wilkins,
Philadelphia, pp. 208-209.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 1. Foto daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 3. Foto fraksi heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 4. Foto suspensi FHEMM dengan konsentrasi 600 mg/25 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 5. Surat determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 6. Surat ethical clearance penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 7. Surat keterangan penggunaan IBM SPSS Statistics 22 asli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 8. Hasil analisis statistik kadar ALT pada uji pendahuluan waktu
pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB
Case Processing Summary
Waktu
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
ALT .00 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
24.00 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
48.00 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Descriptives
Waktu Statistic Std. Error
ALT .00 Mean 66.8333 .84525
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 63.1965
Upper Bound 70.4701
5% Trimmed Mean .
Median 66.6000
Variance 2.143
Std. Deviation 1.46401
Minimum 65.50
Maximum 68.40
Range 2.90
Interquartile Range .
Skewness .699 1.225
Kurtosis . .
24.00 Mean 184.0000 16.48949
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 113.0514
Upper Bound 254.9486
5% Trimmed Mean .
Median 181.1000
Variance 815.710
Std. Deviation 28.56064
Minimum 157.00
Maximum 213.90
Range 56.90
Interquartile Range .
Skewness .452 1.225
Kurtosis . .
48.00 Mean 62.3333 15.58518
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -4.7243
Upper Bound 129.3909
5% Trimmed Mean .
Median 49.0000
Variance 728.693
Std. Deviation 26.99432
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Minimum 44.60
Maximum 93.40
Range 48.80
Interquartile Range .
Skewness 1.680 1.225
Kurtosis . .
Tests of Normality
Waktu
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
ALT .00 .230 3 . .981 3 .736
24.00 .207 3 . .992 3 .832
48.00 .356 3 . .817 3 .156
a. Lilliefors Significance Correction
One Way Descriptives
ALT
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
.00 3 66.8333 1.46401 .84525 63.1965 70.4701
24.00 3 184.0000 28.56064 16.48949 113.0514 254.9486
48.00 3 62.3333 26.99432 15.58518 -4.7243 129.3909
Total 9 104.3889 62.89291 20.96430 56.0451 152.7327
ALT
Minimum Maximum
.00 65.50 68.40
24.00 157.00 213.90
48.00 44.60 93.40
Total 44.60 213.90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Test of Homogeneity of Variances
ALT
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.654 2 6 .092
ANOVA
ALT
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 28551.056 2 14275.528 27.692 .001
Within Groups 3093.093 6 515.516
Total 31644.149 8
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
ALT
Tukey HSD
(I) Waktu
(J) Waktu
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
.00 24.00 -117.16667* 18.53853 .002 -174.0480 -60.2854
48.00 4.50000 18.53853 .968 -52.3813 61.3813
24.00 .00 117.16667* 18.53853 .002 60.2854 174.0480
48.00 121.66667* 18.53853 .001 64.7854 178.5480
48.00 .00 -4.50000 18.53853 .968 -61.3813 52.3813
24.00 -121.66667* 18.53853 .001 -178.5480 -64.7854
Homogeneous Subsets
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
ALT
Tukey HSDa
Waktu
Subset for alpha = 0.05
N 1 2
48.00 3 62.3333
.00 3 66.8333
24.00 3 184.0000
Sig. .968 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 9. Hasil analisis statistik kadar AST pada uji pendahuluan waktu
pencuplikan darah hewan uji setelah induksi karbon tetraklorida 2mL/kgBB
Case Processing Summary
Waktu
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
AST .00 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
24.00 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
48.00 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Descriptives
Waktu Statistic Std. Error
AST .00 Mean 154.2000 2.08167
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 145.2433
Upper Bound 163.1567
5% Trimmed Mean .
Median 153.2000
Variance 13.000
Std. Deviation 3.60555
Minimum 151.20
Maximum 158.20
Range 7.00
Interquartile Range .
Skewness 1.152 1.225
Kurtosis . .
24.00 Mean 669.5667 8.36985
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 633.5541
Upper Bound 705.5792
5% Trimmed Mean .
Median 661.6000
Variance 210.163
Std. Deviation 14.49701
Minimum 660.80
Maximum 686.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Range 25.50
Interquartile Range .
Skewness 1.726 1.225
Kurtosis . .
48.00 Mean 197.7333 9.55167
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 156.6358
Upper Bound 238.8309
5% Trimmed Mean .
Median 193.1000
Variance 273.703
Std. Deviation 16.54398
Minimum 184.00
Maximum 216.10
Range 32.10
Interquartile Range .
Skewness 1.161 1.225
Kurtosis . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tests of Normality
Waktu
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AST .00 .276 3 . .942 3 .537
24.00 .375 3 . .774 3 .053
48.00 .277 3 . .941 3 .532
a. Lilliefors Significance Correction
Oneway
Descriptives
AST
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
.00 3 154.2000 3.60555 2.08167 145.2433 163.1567
24.00 3 669.5667 14.49701 8.36985 633.5541 705.5792
48.00 3 197.7333 16.54398 9.55167 156.6358 238.8309
Total 9 340.5000 247.76965 82.58988 150.0474 530.9526
Descriptives
AST
Minimum Maximum
.00 151.20 158.20
24.00 660.80 686.30
48.00 184.00 216.10
Total 151.20 686.30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Test of Homogeneity of Variances
AST
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.315 2 6 .107
ANOVA
AST
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 490124.647 2 245062.323 1479.646 .000
Within Groups 993.733 6 165.622
Total 491118.380 8
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
AST
Tukey HSD
(I) Waktu
(J) Waktu
95% Confidence Interval
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
.00 24.00 -515.36667* 10.50785 .000 -547.6076 -483.1257
48.00 -43.53333* 10.50785 .014 -75.7743 -11.2924
24.00 .00 515.36667* 10.50785 .000 483.1257 547.6076
48.00 471.83333* 10.50785 .000 439.5924 504.0743
48.00 .00 43.53333* 10.50785 .014 11.2924 75.7743
24.00 -471.83333* 10.50785 .000 -504.0743 -439.5924
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
AST
Tukey HSDa
Waktu
Subset for alpha = 0.05
N 1 2 3
.00 3 154.2000
48.00 3 197.7333
24.00 3 669.5667
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 10. Hasil analisis statistik kadar LDH setelah pemberian fraksi
heksan etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. pada dosis 34,28
; 68,57 ; dan 137,14 mg/kgBB dilanjutkan pemberian karbon tetraklorida 6
jam kemudian
Perlakuan
Case Processing Summary
Perlakuan
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LDH Kontrol CMC 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kontrol CCl4 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kelompok Kontrol Dosis 3 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kelompok Dosis 1 FHEMM 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kelompok Dosis 2 FHEMM 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
Kelompok Dosis 3 FHEMM 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Descriptives
Perlakuan Statistic Std. Error
LDH Kontrol CMC Mean 1021.2000 123.85895
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 677.3124
Upper Bound 1365.0876
5% Trimmed Mean 1016.4444
Median 1086.0000
Variance 76705.200
Std. Deviation 276.95704
Minimum 724.00
Maximum 1404.00
Range 680.00
Interquartile Range 508.00
Skewness .324 .913
Kurtosis -1.018 2.000
Kontrol CCl4 Mean 1848.8000 47.78640
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1716.1237
Upper Bound 1981.4763
5% Trimmed Mean 1850.2222
Median 1881.0000
Variance 11417.700
Std. Deviation 106.85364
Minimum 1692.00
Maximum 1980.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Range 288.00
Interquartile Range 181.50
Skewness -.543 .913
Kurtosis .687 2.000
Kelompok Kontrol Dosis 3 Mean 395.4000 42.59178
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 277.1463
Upper Bound 513.6537
5% Trimmed Mean 394.0000
Median 371.0000
Variance 9070.300
Std. Deviation 95.23812
Minimum 278.00
Maximum 538.00
Range 260.00
Interquartile Range 158.00
Skewness .610 .913
Kurtosis 1.193 2.000
Kelompok Dosis 1 FHEMM Mean 968.4000 53.22932
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 820.6117
Upper Bound 1116.1883
5% Trimmed Mean 969.5000
Median 967.0000
Variance 14166.800
Std. Deviation 119.02437
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Minimum 821.00
Maximum 1096.00
Range 275.00
Interquartile Range 233.50
Skewness -.133 .913
Kurtosis -2.273 2.000
Kelompok Dosis 2 FHEMM Mean 875.0000 19.38298
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 821.1842
Upper Bound 928.8158
5% Trimmed Mean 874.4444
Median 856.0000
Variance 1878.500
Std. Deviation 43.34167
Minimum 829.00
Maximum 931.00
Range 102.00
Interquartile Range 81.50
Skewness .495 .913
Kurtosis -2.191 2.000
Kelompok Dosis 3 FHEMM Mean 842.8000 28.52963
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 763.5890
Upper Bound 922.0110
5% Trimmed Mean 842.0556
Median 842.0000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Variance 4069.700
Std. Deviation 63.79420
Minimum 776.00
Maximum 923.00
Range 147.00
Interquartile Range 125.00
Skewness .188 .913
Kurtosis -2.217 2.000
Tests of Normality
Perlakuan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
LDH Kontrol CMC .210 5 .200* .926 5 .570
Kontrol CCl4 .218 5 .200* .961 5 .816
Kelompok Kontrol Dosis 3 .201 5 .200* .957 5 .786
Kelompok Dosis 1 FHEMM .215 5 .200* .926 5 .572
Kelompok Dosis 2 FHEMM .269 5 .200* .906 5 .445
Kelompok Dosis 3 FHEMM .218 5 .200* .923 5 .548
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Oneway
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Descriptives
LDH
N Mean Std. Deviation Std. Error
Kontrol CMC 5 1021.2000 276.95704 123.85895
Kontrol CCl4 5 1848.8000 106.85364 47.78640
Kelompok Kontrol Dosis 3 5 395.4000 95.23812 42.59178
Kelompok Dosis 1 FHEMM 5 968.4000 119.02437 53.22932
Kelompok Dosis 2 FHEMM 5 875.0000 43.34167 19.38298
Kelompok Dosis 3 FHEMM 5 842.8000 63.79420 28.52963
Total 30 991.9333 458.86734 83.77733
Descriptives
LDH
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Kontrol CMC 677.3124 1365.0876 724.00 1404.00
Kontrol CCl4 1716.1237 1981.4763 1692.00 1980.00
Kelompok Kontrol Dosis 3 277.1463 513.6537 278.00 538.00
Kelompok Dosis 1 FHEMM 820.6117 1116.1883 821.00 1096.00
Kelompok Dosis 2 FHEMM 821.1842 928.8158 829.00 931.00
Kelompok Dosis 3 FHEMM 763.5890 922.0110 776.00 923.00
Total 820.5895 1163.2772 278.00 1980.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Test of Homogeneity of Variances
LDH
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.265 5 24 .006
ANOVA
LDH
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 5636985.067 5 1127397.013 57.663 .000
Within Groups 469232.800 24 19551.367
Total 6106217.867 29
Post Hoc Tests
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Multiple Comparisons
LDH
Games-Howell
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
Kontrol CMC Kontrol CCl4 -827.60000* 132.75760 .010
Kelompok Kontrol Dosis 3 625.80000* 130.97748 .033
Kelompok Dosis 1 FHEMM 52.80000 134.81246 .998
Kelompok Dosis 2 FHEMM 146.20000 125.36642 .835
Kelompok Dosis 3 FHEMM 178.40000 127.10224 .728
Kontrol CCl4 Kontrol CMC 827.60000* 132.75760 .010
Kelompok Kontrol Dosis 3 1453.40000* 64.01250 .000
Kelompok Dosis 1 FHEMM 880.40000* 71.53251 .000
Kelompok Dosis 2 FHEMM 973.80000* 51.56782 .000
Kelompok Dosis 3 FHEMM 1006.00000* 55.65501 .000
Kelompok Kontrol Dosis 3 Kontrol CMC -625.80000* 130.97748 .033
Kontrol CCl4 -1453.40000* 64.01250 .000
Kelompok Dosis 1 FHEMM -573.00000* 68.17199 .000
Kelompok Dosis 2 FHEMM -479.60000* 46.79487 .001
Kelompok Dosis 3 FHEMM -447.40000* 51.26402 .000
Kelompok Dosis 1 FHEMM Kontrol CMC -52.80000 134.81246 .998
Kontrol CCl4 -880.40000* 71.53251 .000
Kelompok Kontrol Dosis 3 573.00000* 68.17199 .000
Kelompok Dosis 2 FHEMM 93.40000 56.64857 .607
Kelompok Dosis 3 FHEMM 125.60000 60.39288 .399
Kelompok Dosis 2 FHEMM Kontrol CMC -146.20000 125.36642 .835
Kontrol CCl4 -973.80000* 51.56782 .000
Kelompok Kontrol Dosis 3 479.60000* 46.79487 .001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Kelompok Dosis 1 FHEMM -93.40000 56.64857 .607
Kelompok Dosis 3 FHEMM 32.20000 34.49116 .925
Kelompok Dosis 3 FHEMM Kontrol CMC -178.40000 127.10224 .728
Kontrol CCl4 -1006.00000* 55.65501 .000
Kelompok Kontrol Dosis 3 447.40000* 51.26402 .000
Kelompok Dosis 1 FHEMM -125.60000 60.39288 .399
Kelompok Dosis 2 FHEMM -32.20000 34.49116 .925
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Multiple Comparisons
LDH
Games-Howell
(I) Perlakuan (J) Perlakuan
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kontrol CMC Kontrol CCl4 -1386.4071 -268.7929
Kelompok Kontrol Dosis 3 63.8676 1187.7324
Kelompok Dosis 1 FHEMM -503.6241 609.2241
Kelompok Dosis 2 FHEMM -433.6989 726.0989
Kelompok Dosis 3 FHEMM -394.4297 751.2297
Kontrol CCl4 Kontrol CMC 268.7929 1386.4071
Kelompok Kontrol Dosis 3 1218.7331 1688.0669
Kelompok Dosis 1 FHEMM 618.2706 1142.5294
Kelompok Dosis 2 FHEMM 758.6674 1188.9326
Kelompok Dosis 3 FHEMM 790.5987 1221.4013
Kelompok Kontrol Dosis 3 Kontrol CMC -1187.7324 -63.8676
Kontrol CCl4 -1688.0669 -1218.7331
Kelompok Dosis 1 FHEMM -825.1525 -320.8475
Kelompok Dosis 2 FHEMM -670.6343 -288.5657
Kelompok Dosis 3 FHEMM -641.7601 -253.0399
Kelompok Dosis 1 FHEMM Kontrol CMC -609.2241 503.6241
Kontrol CCl4 -1142.5294 -618.2706
Kelompok Kontrol Dosis 3 320.8475 825.1525
Kelompok Dosis 2 FHEMM -147.4062 334.2062
Kelompok Dosis 3 FHEMM -113.0970 364.2970
Kelompok Dosis 2 FHEMM Kontrol CMC -726.0989 433.6989
Kontrol CCl4 -1188.9326 -758.6674
Kelompok Kontrol Dosis 3 288.5657 670.6343
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Kelompok Dosis 1 FHEMM -334.2062 147.4062
Kelompok Dosis 3 FHEMM -98.2630 162.6630
Kelompok Dosis 3 FHEMM Kontrol CMC -751.2297 394.4297
Kontrol CCl4 -1221.4013 -790.5987
Kelompok Kontrol Dosis 3 253.0399 641.7601
Kelompok Dosis 1 FHEMM -364.2970 113.0970
Kelompok Dosis 2 FHEMM -162.6630 98.2630
[DataSet2] E:\Materi Kuliah\Semester 7\Skripsweet\Naskah\Olah Data
\LDH.sav
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 11. Perhitungan konversi waktu tikus ke manusia
1 hari tikus = 1,2 bulan manusia
6 hari tikus = 6 x 1 hari tikus
= 6 x 1,2 bulan manusia
= 7,2 bulan manusia
Lampiran 12. Perhitungan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L.
Replikasi I
Kadar air = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑥100%
= 5,014 𝑔−4,561𝑔
5,014𝑔𝑥100% = 9,03%
Replikasi II
Kadar air = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑥100%
= 5,027 𝑔−4,589𝑔
5,027𝑔𝑥100% = 8,71%
Replikasi III
Kadar air = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐵
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑥100%
= 5,022 𝑔−4,593𝑔
5,022𝑔𝑥100% = 8,54%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Rata-rata = 𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼+𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼+𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼𝐼
3
= 9,03%+8,71%+8,54%
3
= 8,76%
Lampiran 13. Perhitungan persen rendemen FHEMM
Bobot total FHEMM
=𝑅𝑒𝑝 1 + ⋯ + 𝑅𝑒𝑝 14
14
= (2,0589g + 1,3414g + 0,5518g + 2,401g +2,1897g + 0,7377g + 0,3938g +
1,4510g + 0,1592g + 4,4791g + 2,1923g + 1,7528g + 5,3613g + 1,8711g) :
14
= 30,2727 g
Bobot total serbuk daun
=𝑅𝑒𝑝 1 + ⋯ + 𝑅𝑒𝑝 18
18
= (40,01g + 40,16g + 40,3423g + 40,2263g + 40,3297g +40,10g + 40,25g +
20,39g + 40,00g + 40,03g +40,03g + 40,02g +40,09g + 40,03g + 40,03g +
40,50g + 40,05g + 40,03g + 40,04g +40,02g +40,00g + 40,02g) : 18
= 862,6983 g
Persen rendemen = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝐻𝐸𝑀𝑀
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑥100%
= 30,2727𝑔
862,6983 𝑥100% = 3,51%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Maria Angelika
Suhadi merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
dalam keluarga pasangan Bapak Sugeng Suhadi dan Ibu
Fransiska Rina Wahyuni. Penulis lahir di Sleman,
Yogyakarta pada tanggal 31 Januari 1995 dan
mengawali masa pendidikannya di TK Tunas Harapan
Nusantara (1998-2000) kemudian melanjutkan ke
Sekolah Dasar di SD Tunas Harapan Nusantara (2000-
2006). Pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama
dilanjutkan penulis ke SMP Marsudirini Bekasi (2006-2009) kemudian
melanjutkan pendidikan tinggi menengah atas di SMA Marsudirini Bekasi (2009-
2012). Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tahun 2012.
Selama masa studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
penulis pernah menjadi asisten dosen pada Praktikum Bentuk Sediaan Farmasi
(2014 dan 2015) dan Praktikum Compounding Lab Work (2015). Penulis juga aktif
dalam beberapa kegiatan, seperti Pharmacy Performance and Road to School
sebagai sie humas dan sekretaris (2012 dan 2014), Tiga Hari Temu Akrab Farmasi
(TITRASI) sebagai sie humas (2013), Pelepasan Wisuda sebagai Koordinatas Sie.
Kesekretariatan (2013), Pharmacy Competition sebagai bendahara (2013), dan lain-
lain. Penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas (BEMF) Farmasi dan menjabat sebagai anggota divisi Penelitian dan
Pengembangan periode 2013/2014 dan sebagai Sekretaris Eksternal periode
2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti lomba Debat Kefarmasian dalam
rangkaian acara Olimpiade Farmasi Klinis Indonesia 2015 di Batam dan berhasil
meraih juara 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI