UPAYA KONTROL DIRI UNTUK TIDAK BERSELINGKUH DI SETIAP
KOMPONEN CINTA PADA MAHASISWI YANG MENJALANI
HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
149114074
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
UPAYA KONTROL DIRI UNTUK TIDAK BERSELINGKUH DI SETIAP
KOMPONEN CINTA PADA MAHASISWI YANG MENJALANI
HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH
Disusun oleh:
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
NIM: 149114074
Telah Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing,
Prof. A. Supratiknya, Ph.D. Yogyakarta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
UPAYA KONTROL DIRI UNTUK TIDAK BERSELINGKUH DI SETIAP
KOMPONEN CINTA PADA MAHASISWI YANG MENJALANI
HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH
Disusun oleh:
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
NIM: 149114074
Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji
pada tanggal 25 Januari 2019
Dan telah dinyatakan memenuhi syarat.
Susunan Panitia Penguji
Nama Penguji Tanda Tangan
1. Penguji 1: Prof. A. Supratiknya, Ph.D.
2. Penguji 2: Agung Santoso, M.A.
3. Penguji 3: P. Henrietta P.D.A.D.S. S.Psi., M.A.
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Dr. Titik Kristiyani, M.Psi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Jadi yoga tidak selalu melakukan tapa, brata, dan samadhi. Yoga dapat berarti
pula melakukan kewajiban/pekerjaan yang seimbang dalam menjalankan
kehidupan kita masing-masing, terlepas dari keberhasilan maupun kegagalan, kita
tetap harus berusaha dan berjuang untuk melakukan kewajiban/pekerjaan.”
- Bhagavad Gita, 2:48 -
“Why worry? If you’ve done the very best you can,
then worrying won’t make it any better.”
- Walt Disney -
“Passion is the quickest to develop and the quickest
to fade. Intimacy develops more slowly, and
commitment more gradually still.”
- Robert Sternberg -
“Yang paling sanggup menerjemahkan cinta
hanyalah penantian, Kekasih”
- Sujiwo Tejo -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
telah menyertai saya, selalu memberikan kekuatan dan kesehatan kepada saya
selama ini sampai saya bisa menyelesaikan studi saya;
Untuk ayah, mama, dan adik saya yang senantiasa mendoakan, tak
pernah lelah memberikan dukungan dan semangat, serta selalu mengingatkan
saya;
Untuk teman-teman saya yang sudah menyemangati dan membatu saya;
Serta untuk semua pasangan long distance relationship yang hebat dan
sabar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
merupakan hasil karya saya dan tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali yang
saya kutip dan cantumkan dalam daftar pustaka, selayaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Januari 2019
Peneliti,
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
UPAYA KONTROL DIRI UNTUK TIDAK BERSELINGKUH DI SETIAP
PADA MAHASISWI YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN
JARAK JAUH
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya kontrol diri untuk tidak
berselingkuh pada mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh, serta
melihat komponen cinta yang ada dalam hubungan tersebut. Partisipan dalam
penelitian ini adalah 4 orang mahasiswi yang sedang menjalani hubungan pacaran
jarak jauh. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan wawancara semi
terstruktur. Analisis yang dilakukan menggunakan metode analisis isi kualitatif
(AIK), dengan pendekatan deduktif, yakni analisis terarah. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa komponen intimasi menjadi komponen yang paling rawan
memicu perselingkuhan. Upaya kontrol diri yang dilakukan partisipan untuk tidak
berselingkuh dan mempertahankan komponen intimasi adalah dengan memikirkan
perasaan pasangannya, mengkomunikasikan segala hal dengan pasangannya dan
memutuskan untuk lebih terbuka dan percaya dengan pasangannya.
Kata kunci : komponen cinta, kontrol diri, pacaran jarak jauh, selingkuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
SELF-CONTROL EFFORTS NOT TO CHEAT IN EACH COMPONENTS
OF LOVE ON FEMALE COLLEGE STUDENTS WHO UNDERGO LONG
DISTANCE RELATIONSHIP
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
ABSTRACT
This current study was aimed to investigate the effort of female college
students in a long distance relationshipto control oneself to not cheating and to
see the components of love that exist in such a relationship. The participant in the
current study were 4 female college students who were in a long distance
relationship with a minimum lenght of 6 months of such a relationship. Data
collection was conducted using semi-structural interview method. The analysis
was conducted by using qualitative content analysis (QCA), with a deductive
approach, namely directional analysis. In the current study it was found that the
intimacy became the most vulnerable component causing cheat. The effort of self-
control by participants not to cheat and maintain the component of intimacy was
to think about their partner's feelings, communicate everything with their partner
and decide to be more opened and trusting totheir partner.
Key words : cheat, component of love, long distance relationship, self control
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama: Ni Luh Putu Utari Mayadevi
NIM: 149114074
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
UPAYA KONTROL DIRI UNTUK TIDAK BERSELINGKUH DI SETIAP
PADA MAHASISWI YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN
JARAK JAUH
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya ataupun
memberikan royalti pada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 28 Januari 2019
Yang menyatakan,
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Astungkara Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan segala proses di dalamnya. Skripsi saya yang berjudul “Upaya
Kontrol Diri untuk Tidak Berselingkuh pada Mahasiwi yang Menjalani Hubungan
Pacaran Jarak Jauh” disusun guna memperoleh gelar sarjana Psikologi (S.Psi) di
Universitas Sanata Dharma.
Dalam pengerjaan skripsi, saya menyadari banyak pihak yang terlah
berperan serta dalam membantu pross penyelesaian skripsi saya baik dari segi
tenaga, waktu, ekonomi dan segala dorongan positif yang diberikan sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Untuk itu saya ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas serta-Nya saya bisa sampai di tahap ini,
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih atas kesehatan,
kebahagiaan dan tuntunan-Nya kepada saya. Walaupun saya sempat
merasakan momen yang membuat saya merasa sangat down, tetapi berkat
serta-Nya saya dapat kembali bangkit dan bersemangat mengerjakan skripsi
hingga selesai.
2. Kedua orangtua saya yang selalu bersabar mengingatkan saya ketika saya
mulai lelah, menasehati saya untuk percaya bahwa saya mampu, dan
memberikan dukungan sepenuhnya kepada saya.
3. Adik saya yang sudah membantu dengan selalu mengejek dan terima kasih
untuk setiap perilakumu yang bisa menghibur saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku pembimbing skripsi saya.
Terima kasih telah membimbing saya selama pengerjaan skripsi ini, telah
meluangkan waktu dan tenaga dan juga telah bersabar, serta terus
memotivasi.
5. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi dan seluruh
jajaran dekansi.
6. Ibu M. Laksmi Anantasari, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah
mendidik, memberikan ilmu dan pengalaman.
8. Irene yang sudah menjadi teman terdekatku selama kuliah ini, yang sering
mendengarkan curhatan soal kegalauan masa kuliah dan cinta-cintaan. Terima
kasih untuk support-nya.
9. Ara yang sudah menjadi teman debat selama kuliah ini, yang biasa diajak
cerita soal korea-korea-an, hal-hal gak penting dan dengerin curhat dadakan
juga. Terima kasih untuk canda tawanya.
10. Veny, si bawel tapi lucu yang selalu bikin jengkel tapi kalo nggak ada bikin
kangen. Terima kasih untuk selalu jadi Veny yang lucu.
11. Gung Winda, sebagai teman berbagi suka dan duka, yang selalu siap sedia
mendengarkan semua curhatan ku di tengah malam.
12. Gesa, yang udah mau disayang-sayang dan diajak nongkrong-nongkrong.
13. Devina dan Tara yang kadang menemani ngongkrong-nongkrong sambil
mengerjakan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
14. Luci dan Dina, dua teman KKN yang masih bertahan dan masih sering aku
ajak curhat.
15. Genk Jogja-Bali-Bogor, genk dadakan yang berawal dari sama-sama resah
sama skripsi sampai sering bagi-bagi info kerjaan. Terima kasih sudah sering
mengingatkan untuk semangat ya.
16. Anak-anak kelas C 2014, yang sudah menemani saya dari awal masuk kuliah
sampai semester 6 dan sudah menyebarkan berbagai info-info penting selama
kuliah.
17. Teman-teman seperjuangan “Anak-anak Profesor” : Ima, Deva, Mank Indah,
Mbak Citra, Jennifer, Gita, Jati, Chila, Rudi, Sandri, Ayne, Noia, Yudhis,
Leo, Nia, Ko Riki, Gowek, yang sudah mau berbagi ilmu dan sharing soal
per-skripsian dan saling menyemangati.
18. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendoakan saya
dalam penyelesaian skripsi ini.
19. Sebuah penelitian dibuat untuk bisa menerima kritik dan saran. Dengan
demikian segala hal baik kesalahan atau kekurangan yang masih ada dalam
penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggungjawab peneliti.
Yogyakarta, 28 Januari 2019
Peneliti,
Ni Luh Putu Utari Mayadevi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
LAMPIRAN ......................................................................................................... xix
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 13
1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 13
2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 13
BAB II .................................................................................................................... 15
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 15
A. Pacaran dan Komponen Cinta di Dalamnya ................................................. 15
1. Intimasi ..................................................................................................... 15
2. Hasrat ........................................................................................................ 16
3. Komitmen ................................................................................................. 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Pacaran Jarak Jauh dan Godaan Perselingkuhan dalam Hubungan Pacaran
Jarak Jauh ..................................................................................................... 18
1. Pacaran Jarak Jauh .................................................................................. 18
2. Godaan untuk Melakukan Perselingkuhan dalam Hubungan Pacaran
Jarak Jauh ............................................................................................... 20
a. Ditinjau dari komponen intimasi ...................................................... 22
b. Ditinjau dari komponen hasrat .......................................................... 22
c. Ditinjau dari komponen komitmen ................................................... 23
C. Kontrol Diri dan Aspek-aspeknya ................................................................ 24
1. Defisini Kontrol Diri .............................................................................. 24
2. Aspek-aspek Kontrol Diri dalam Pacaran .............................................. 25
a. Cognitive Control ............................................................................. 25
b. Behavioral Control ........................................................................... 26
c. Decisional Control ............................................................................ 27
D. Kerangka Konseptual ................................................................................... 28
BAB III .................................................................................................................. 31
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 31
A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................... 31
B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 33
C. Partisipan ...................................................................................................... 34
D. Peran Peneliti ................................................................................................ 35
E. Metode Pengambilan dan Perekaman Data .................................................. 36
F. Analisis dan Interpretasi Data ...................................................................... 39
G. Kredibilitas Penelitian .................................................................................. 42
BAB IV .................................................................................................................. 43
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 43
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 43
B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Wawancara ................................. 43
C. Hasil Penelitian ............................................................................................. 51
1. Komponen Cinta yang Paling Rawan Memicu Perselingkuhan dalam
Hubungan Pacaran Jarak Jauh ................................................................ 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
a. Intimasi ............................................................................................. 52
b. Hasrat ................................................................................................ 53
c. Komitmen ......................................................................................... 55
2. Upaya Kontrol Diri untuk Tidak Berselingkuh pada Komponen Cinta . 59
a. Cognitive Control ............................................................................. 60
b. Behavioral Control ........................................................................... 63
c. Decisional Control ............................................................................ 67
D. Pembahasan .................................................................................................. 71
1. Komponen Cinta yang Paling Rawan Memicu Perselingkuhan dalam
Hubungan Pacaran Jarak Jauh ................................................................ 71
a. Intimasi ............................................................................................. 71
b. Hasrat ........................................................................................................ 72
c. Komitmen ................................................................................................. 73
2. Upaya Kontrol Diri untuk Tidak Berselingkuh pada Komponen Cinta . 75
a. Cognitive Control ............................................................................. 75
b. Behavioral Control ........................................................................... 76
c. Decisional Control ............................................................................ 77
BAB V .................................................................................................................... 80
PENUTUP .............................................................................................................. 80
A. Kesimpulan ................................................................................................... 80
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 81
C. Saran ............................................................................................................. 82
1. Bagi Mahasiswi ...................................................................................... 82
2. Bagi Pasangan Pacaran Jarak Jauh ......................................................... 82
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................................................... 82
DAFTAR ACUAN ................................................................................................ 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identitas Partisipan ................................................................................... 35
Tabel 2. Daftar Pertanyaan Wawancara ................................................................. 38
Tabel 3. Kerangka Analisis .................................................................................... 41
Tabel 4. Waktu dan Tempat Wawancara ............................................................... 43
Tabel 5. Ringkasan Hasil ....................................................................................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual Upaya Kontrol Diri untuk Tidak
Berselingkuh pada Mahasiswi yang Menjalani Hubungan Pacaran Jarak Jauh .... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
LAMPIRAN
Kesepakatan Partisipasi Penelitian ......................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial (Pearson, dalam Sarwono &
Meinarno, 2014). Artinya, manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu menjalin
hubungan dengan manusia lain. Salah satu bentuk dari hubungan sosial yang
dijalani manusia adalah hubungan romantis. Peneliti merasa topik mengenai
hubungan romantis ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap manusia
khususnya yang sudah menginjak remaja mulai mengenal hubungan romantis.
Salah satunya yaitu mahasiswa, mahasiswa berada dalam rentang usia remaja
akhir menuju ke dewasa muda, yang mana salah satu tugas perkembangannya
adalah menjalin hubungan romantis atau membangun ketertarikan dengan lawan
jenis. Menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis dipandang sebagai tugas
penting dari masa dewasa muda (Erikson, dalam Papalia & Feldman, 2015).
Hubungan romantis pada era ini lebih sering disebut dengan istilah pacaran.
Berpacaran dikenal sebagai suatu bentuk hubungan kedekatan yang intim
antara laki-laki dan perempuan (Pratiwi, 2017). Degenova & Rice (dalam Samsi,
2012) mengungkapkan pacaran adalah suatu hubungan di mana dua orang
bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat mengenal satu
sama lain. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti menjabarkan pacaran adalah
suatu hubungan kedekatan yang intim antara dua orang yang berlawanan jenis
kelamin untuk saling mengenal satu sama lain yang diwujudkan dengan
melakukan berbagai aktivitas bersama. Sebagai salah satu bentuk dari hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
romantis yang didasarkan oleh cinta dan kasih sayang, menjalin hubungan
berpacaran seharusnya memiliki komponen-komponen cinta. Peneliti
menggunakan teori segitiga cinta dari Sternberg untuk menjelaskan komponen
cinta karena teori ini yang paling relevan dengan konsep berpacaran antar lawan
jenis. Apabila melihat teori cinta Erich Fromm (2005), Fromm menggambarkan
cinta seperti sebuah seni yang mana merupakan fenomena alamiah manusia
semenjak dilahirkan. Untuk mempelajari cinta pertama perlu untuk menguasai
teorinya kemudian menguasai praktiknya. Teori cinta Fromm lebih luas, bukan
hanya terhadap pasangan atau lawan jenis, melainkan Fromm membagi cinta ke
dalam 5 bentuk yaitu cinta antara anak dan orangtua, objek cinta, cinta erotis,
cinta diri, dinta kepada Tuhan.
Melihat hal tersebut, peneliti memutuskan untuk menggunakan teori cinta
Sternberg, karena akan lebih sesuai untuk menjelaskan komponen cinta pada
hubungan pacaran. Sternberg (1986) menyatakan dalam teorinya tentang segitiga
cinta (The Triangular Theory of Love) bahwa cinta itu terdiri dari tiga komponen
utama yaitu intimacy/intimasi, passion/hasrat, dan commitment/komitmen.
Intimacy atau intimasi, merupakan komponen cinta berupa elemen
emosional yang meliputi perasaan yang menunjukkan adanya kedekatan,
keterhubungan, dan keterkaitan secara emosional dalam hubungan cinta. Intimacy
juga meliputi perasaan yang menimbulkan kehangatan dalam hubungan
percintaan. Komponen cinta kedua adalah passion atau hasrat, yang mengacu
pada dorongan yang mengarah pada percintaan, ketertarikan fisik dan seksual
dalam hubungan cinta. Hasrat mencakup lingkup sumber-sumber motivasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
bentuk gairah lainnya yang mengarah pada pengalaman gairah dalam hubungan
cinta. Komponen cinta yang ketiga adalah commitment atau komitmen,
merupakan elemen kognitif dari cinta, yang dalam jangka pendek mengacu pada
keputusan seseorang untuk mencintai pasangannya dan dalam jangka panjang
mengacu pada komitmen seseorang untuk menjaga serta mempertahankan
cintanya. Sternberg mengungkapkan bahwa hubungan percintaan akan dikatakan
ideal apabila dalam hubungan itu memiliki ketiga komponen cinta tersebut.
Dengan kata lain pacaran dapat menjadi hubungan yang ideal ketika pasangan
mampu memenuhi ketika komponen cinta tersebut.
Pacaran juga dapat dibedakan berdasarkan jarak ruang, Hampton (dalam
Alijona, 2016) membagi hubungan pacaran menjadi dua tipe yaitu, proximal
relationship (PR) dan long distance relationship (LDR). Proximal relationship
merupakan hubungan pacaran lokal, ketika pasangan berada pada satu lokasi atau
daerah yang sama, paling tidak satu kota yang sama sehingga pasangan dapat
dengan lebih mudah bertemu. Long distance relationship merupakan hubungan
pacaran jarak jauh karena pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada pada
lokasi atau daerah yang berbeda, seperti berbeda kota, provinsi, pulau, atau
bahkan negara. Meitzner (dalam Kurniati 2015) mengategorikan sebuah hubungan
jarak jauh apabila individu tinggal 80 km jauhnya dari pasangan dan dalam jangka
waktu setidaknya tiga bulan karena sekolah, karir, atau urusan lainnya, dan tetap
berkomunikasi dengan pasangan menggunakan telepon, email, serta teknologi
komunikasi lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Sebagai contoh, berdasarkan observasi peneliti di salah satu Perguruan
Tinggi Swasta di Yogyakarta, banyak mahasiswa yang berasal dari luar
Yogyakarta dan mereka memiliki pacar di daerah asal mereka. Pasangan yang
memutuskan untuk melanjutkan hubungan tersebut akan menjalani pacaran jarak
jauh atau long distance relationship (ldr). Selain itu, tak sedikit pula dari kalangan
selebritis yang harus menjalani pacaran jarak jauh karena melanjutkan
pendidikannya, bahkan bukan hanya beda kota tetapi beda negara. Sebut saja
seperti Maudy Ayunda (Inggris-Jakarta), Tasya Kamila (New York-Jakarta) dan
Sherina Munaf (Jepang-Jakarta) (Putri, 2017).
Menjalani pacaran jarak jauh memiliki tantangan tersendiri. Banyak hal
bisa saja terjadi, baik positif maupun negatif. Mietzner dan Li-Wen (dalam Nisa &
Sedjo, 2010) menunjukkan bahwa menjalin hubungan pacaran jarak jauh
membuat seseorang merasa bertambah sabar, mandiri, lebih percaya, dan
komunikasinya bertambah baik. Namun, kurangnya kontak fisik serta kedekatan
di antara pasangan juga bisa menimbulkan perasaan curiga, bahwa pasangannya
berselingkuh atau menjalin hubungan dengan orang lain. Penelitian yang
dilakukan Nisa dan Sedjo (2010) mengungkapkan bahwa partisipan yang
menjalani hubungan pacaran jarak jauh mengakui adanya rasa takut jika pacarnya
selingkuh. Selain itu, penelitian Knox, Zusman, dan Brandley (dalam Knee, 2006)
melaporkan data statistik bahwa dari 438 mahasiswa yang menjalani hubungan
pacaran jarak jauh, 20% diantaranya menunjukkan perubahan hubungan yang
menjadi buruk ketika menjalani pacaran jarak jauh, 18% mahasiswa merasa
hubungannya bertumbuh lebih baik, 22% mahasiswa akhirnya memutuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
hubungannya ketika dipisahkan oleh jarak, dan hanya 9% mahasiswa yang tidak
merasakan efek dari pacaran jarak jauh dan 31% sisanya mengalami dampak yang
campur aduk.
Fenomena dan data tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa merasa lebih
banyak dampak negatif yang muncul dalam hubungan mereka ketika menjalani
hubungan pacaran jarak jauh. Dampak negatif lain yang mungkin muncul dari
menjalani hubungan pacaran jarak jauh adalah tidak terpenuhinya komponen
cinta. Mahasiswa yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh akan lebih sulit
memenuhi komponen cinta intimasi, hasrat, dan komitmen dalam hubungannya.
Hal ini karena mahasiswa pacaran jarak jauh tidak bisa selalu bertemu atau
berinteraksi secara langsung. Tidak terpenuhinya komponen cinta tersebut dapat
memicu memunculnya perselingkuhan, karena salah satu atau kedua pihak yang
merasa tidak terpenuhi komponen cintanya cenderung akan mencari orang lain
yang bisa memenuhinya.
Selingkuh termasuk tindakan yang dapat merusak keberlangsungan sebuah
hubungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selingkuh memiliki
arti suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; tidak berterus
terang; tidak jujur; curang; serong; suka menyeleweng. Jackson (2000, dalam
Alijona 2016) menjelaskan perselingkuhan adalah hubungan antara pria dan
wanita tanpa sepengetahuan pasangan sebenarnya dengan melibatkan hubungan
fisik maupun emosional antara keduanya, yang mana di dalamnya termasuk saling
ketertarikan, ketergantungan dan saling memenuhi. Dalam penelitian ini selingkuh
yang dimaksud adalah tindakan tidak berterus terang dan menjalin hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dengan orang lain yang dilakukan salah satunya di belakang pasangannya.
Thompson (dalam Rahmah, 2015) mengungkapkan ketika seseorang sudah
memiliki perasaan dan pergi bersama dengan orang lain selain pasangannya, hal
tersebut dapat dikatakan sebagai selingkuh. Selain itu, Alijona (2016) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa hal-hal yang mendasari perselingkuhan dalam
hubungan pacaran jarak jauh adalah gemar menggonta-ganti pacar, bosan hanya
bisa berkomunikasi melalui smartphone, tidak nyaman dengan pasangan, tidak
mendapat perhatian secara langsung.
Keputusan memilih untuk selingkuh atau tidak selingkuh akan dipengaruhi
oleh kontrol diri seseorang. Peneliti berasumsi ketika seseorang memiliki kontrol
diri yang baik maka ia akan dapat mengontrol dirinya untuk tidak berselingkuh
dan tetap mempertahankan hubungannya. Chaplin (dalam Haryani, 2015) berpen-
dapat bahwa kontrol diri adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku
sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi
impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Oleh karena itu, kontrol diri dapat
diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengarahkan dan membimbing
perilakunya ke arah konsekuensi yang positif dan menekan impuls-impuls negatif
dalam dirinya. Averill (1973) mengungkapkan ada 3 aspek kontrol diri, yaitu
cognitive control, behavioral control, dan decisional control. Cognitive control
merupakan kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasikan, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian
dalam suatu kerangka kognitif untuk mengurangi tekanan. Behavioral control
merupakan kemampuan mengontrol langsung perilaku terhadap lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Decisional control merupakan kemampuan untuk memilih suatu hal yang telah
diyakini, yang membuat seseorang memiliki suatu kesempatan, kebebasan, atau
kemungkinan untuk memilih tindakannya.
Dalam hubungan pacaran, kontrol diri dapat dikatakan sebagai
kemampuan individu untuk mengarahkan dan membimbing perilakunya untuk
tetap mencintai pasangannya, tidak menyakiti pasangannya, dan mempertahankan
hubungan tersebut, serta menekan kemungkinan munculnya perselingkuhan.
Dalam penelitian ini perselingkuhan dianggap menjadi salah satu bentuk impuls-
impuls negatif, karena perselingkuhan dapat merusak suatu hubungan yang telah
terjalin. Sehingga bila seseorang memiliki kontrol diri yang baik maka akan dapat
mencegah munculnya perselingkuhan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nisa dan
Sedjo (2010) yang mengungkapkan bahwa pengendalian diri dapat membantu
untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam menjalani hubungan pacaran jarak
jauh.
Oleh karena itu, dengan adanya komponen cinta dalam hubungan pacaran
jarak jauh dan kontrol diri dapat membantu seseorang untuk mengatur dirinya
agar tidak berselingkuh dan tetap mempertahankan komponen cintanya. Rumusan
masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana gambaran komponen cinta dalah
hubungan pacaran jarak jauh, komponen cinta mana yang paling rawan memicu
perselingkuhan, dan bagaimana upaya kontrol diri yang dilakukan agar tidak
berselingkuh ketika menjalin hubungan pacaran jarak jauh.
Sejauh ini, peneliti belum menemukan penelitian mengenai kontrol diri
yang berkaitan dengan perselingkuhan atau hubungan pacaran jarak jauh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait topik ini. Di samping
itu, penelitian mengenai hubungan pacaran jarak jauh dan perselingkuhan, dan
lebih banyak menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Misalnya, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2016) untuk mengetahui komitmen
berpacaran pada pasangan yang menjalani long distance relationship. Hasilnya
menunjukkan bahwa pasangan long distance relationship memiliki komitmen
yang tinggi karena mereka merasa puas dengan hubungan yang dimilikinya.
Sedangkan, dalam penelitian Rahmah (2015) yang ingin melihat komitmen pada
emerging adult yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh dan pernah
mengalami perselingkuhan, menunjukkan bahwa ketika ada perselingkuhan maka
komitmen pasangan pacaran jarak jauh menjadi sedang. Artinya mereka
mempertahankan hubungannya tetapi memiliki kemungkinan untuk
mengakhirinya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perselingkuhan memberikan
dampak yang buruk terhadap komitmen di dalam hubungan. Lalu, penelitian yang
dilakukan Pratiwi & Lestari (2017) mengenai perbedaan kualitas komunikasi
antara individu dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat,
menunjukkan bahwa kualitas komunikasi individu dewasa awal pacaran jarak
dekat lebih baik dibandingkan individu dewasa awal yang berpacaran jarak jauh.
Peneliti menemukan penelitian kualitatif mengenai hubungan pacaran jarak jauh
yang dilakukan Nisa & Sedjo (2010) mengenai konflik pacaran jarak jauh pada
individu dewasa muda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik dalam
pacaran jarak jauh adalah konflik personal maupun interpersonal dan subjek
mengatasi hal tersebut dengan menjaga komunikasi, berpikiran positif, bersabar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
saling percaaca dan mengerti satu sama lain, serta membangun komitmen yang
kuat dari kedua belah pihak.
Selain itu, beberapa penelitian mengenai perselingkuhan dilakukan secara
kualitatif, seperti penelitian Ginanjar (2009) mengenai proses healing pada istri
yang mengalami perselingkuhan suami. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa
perselingkuhan suami memberikan dampak negatif pada istri dan tidak mudah
untuk dihadapi, sehingga istri perlu berproses untuk healing dan beberapa hal
yang membantu adalah agama, dukungan emosional, dan proses terapi. Ada pula,
penelitian mengenai faktor penyebab dan dampak perselingkuhan dalam
pernikahan jarak jauh (Jannah, 2013). Perselingkuhan yang terjadi disebabkan
oleh jarak yang jauh antara subjek dan suaminya, jarak yang jauh membuat
beberapa kebutuhan tidak terpenuhi, diantaranya kebutuhan seksual, pengakuan
dan perhatian, masalah yang belum terselesaikan, dan pandangan yang permisif
terhadap perselingkuhan. Serta penelitian mengenai motivasi seorang wanita
untuk melakukan perselingkuhan (Harsanti, 2008). Penelitian Harsanti
menunjukkan bahwa seorang wanita melakukan perselingkuhan termotivasi oleh
berbagai kebutuhan dan alasan dalam dirinya, seperti kebutuhan untuk dicintai
dan dekat secara fisik. Peneliti menemukan penelitian kuantititaif mengenai
perselingkuhan, seperti yang dilakukan Hendrati dan Widhayanti (2011) mengenai
hubungan kematangan pribadi dengan perselingkuhan suami. Ada hubungan
negatif antara kematangan pribadi dan perselingkuhan pada suami. Penelitian lain
mengenai kecemburuan pada laki-laki dan perempuan dalam menghadapi
perselingkuhan pasangan melalui media internet yang dilakukan Asriana &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Ratnasari (2012) menunjukkan bahwa baik laki-laki dan perempuan lebih
cemburu terhadap jenis perselingkuhan emosional. Melihat penelitian-penelitian
diatas, penelitian mengenai perselingkuhan lebih banyak diteliti dalam hubungan
pernikahan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap perselingkuhan
dalam hubungan berpacaran, khususnya pacaran jarak jauh.
Terkait dengan penelitian mengenai kontrol diri, peneliti menemukan lebih
banyak penelitian kuantitatif. Seperti penelitian yang dilakukan Endrianto (2014)
mengenai hubungan kontrol diri dan prokrastinasi akademik berdasarkan TMT
dan penelitian Ursia, dkk. (2013) mengenai prokrastinasi dan kontrol diri pada
mahasiswa yang mengerjakan skripsi. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan
Brief Self Control Scale (BSCS) sebagai instrumen pengumpul data dan
menunjukkan hasil bahwa kontrol diri memiliki korelasi negatif dengan
prokrastinasi. Selain itu, kontrol diri juga dikaitkan dengan perilaku agresi seperti
pada penelitian Auliya dan Nurwidawati (2014) yang menunjukkan adanya
hubungan negatif antara kontrol diri dan perilaku agresi. Demikian pula penelitian
yang ingin melihat hubungan kontrol diri dengan perilaku konsumtif (Haryani &
Herwanto, 2015), hasil penelitiann menunjukkan adanya hubungan yang negatif
antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif. Penelitian lain yang dilakukan
Fidiana (2014) ingin mengetahui hubungan kontrol diri dengan perilaku
delinquency pada remaja dengan menggunakan skala likert sebagai instrumen
pengumpul data, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara kontrol diri dengan perilaku delinquency. Berdasarkan penelitian yang
ditemukan, peneliti belum menemukan penelitian mengenai kontrol diri yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dilakukan dengan penelitian kualitatif dan belum ada pula penelitian mengenai
kontrol diri yang berkaitan dengan perselingkuhan dan hubungan pacaran jarak
jauh.
Melihat bahwa belum ada penelitian mengenai kontrol diri yang dikaitkan
dengan perselingkuhan dan hubungan pacaran jarak jauh dan kurangnya penelitian
mengenai kontrol diri secara kualitatif, peneliti merasa perlu melakukan
peneletian untuk melihat upaya kontrol diri untuk tidak berselingkuh ketika
menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Hal ini karena, setiap individu memiliki
kontrol diri dalam dirinya, sehingga penting bagi individu untuk tahu bahwa
dirinya sendiri memiliki kemampuan untuk menghindarkan diri dari tindakan
yang tidak diharapkan. Penelitian ini juga akan menggali komponen cinta mana
yang paling rawan memicu perselingkuhan dalam hubungan pacaran jarak jauh.
Dengan mengetahui komponen cinta yang rawan memicu perselingkuhan,
seseorang dapat melakukan kontrol diri terhadap komponen tersebut, sehingga ia
dapat mempertahankan komponen cinta tersebut dan menghindarkan diri dari
perselingkuhan.
Peneliti memilih partisipan pada kategori dewasa muda (18-25 tahun)
dengan jenis kelamin perempuan, yaitu mahasiswi S1. Kategori dewasa muda
menurut Erikson (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2008) pada dasarnya yakni
usia 18-40 tahun, namun peneliti membatasi sampai 25 tahun agar lebih relevan
dengan usia mahasiswi S1. Mahasiswi dalam kategori dewasa muda dipilih karena
tugas perkembangan pada dewasa muda adalah menjalin hubungan romantis atau
membangun ketertarikan dengan lawan jenis. Selain itu, peneliti memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
partisipan perempuan karena perempuan yang berada dalam hubungan jarak jauh
memiliki usaha yang lebih besar untuk mempertahankan hubungannya daripada
laki-laki (Schwebel et al, dalam Skinner, 2005). Sehingga memungkinkan jika
mahasiswi memiliki kontrol diri yang baik dan cenderung bisa bertahan pada
hubungan pacaran jarak jauh yang dijalaninya. Oleh karena itu, peneliti ingin
melihat upaya kontrol diri dari sisi perempuan secara lebih mendalam.
Peneliti akan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan desain
penelitian analisis isi kualitatif (AIK), untuk mengungkap isi atau makna
mengenai komponen cinta dalam hubungan berpacaran jarak jauh dan upaya
kontrol diri untuk tidak berselingkuh, yang mungkin terjadi pada mahasiswi yang
menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Metode pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan metode wawancara semi terstruktur. Wawancara dengan
partisipan dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk menggali
data-data terkait dengan topik penelitian. Partisipan dalam penelitian ini adalah
mahasiswi di Yogyakarta yang berusia 18-25 dan sedang menjalin hubungan
pacaran jarak jauh minimal selama 6 bulan. Penelitian ini akan menggunakan
analisis isi kualitatif (AIK) untuk menganalisis data, karena data berupa kata-kata
yang disajikan dalam bentuk teks. Sehingga peneliti dapat menafsirkan secara
partisipantif isi data berupa teks yaitu transkripsi verbatim melalui proses
klasifikasi sistematik berupa pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau
pola (Hsieh & Shannon, 2005, dalam Supratiknya, 2015).
B. Pertanyaan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, peneliti mengajukan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana dinamika komponen cinta dalam hubungan pacaran jarak jauh
terkait dengan yang paling rawan memicu perselingkuhan?
2. Bagaimana upaya kontrol diri untuk tidak berselingkuh yang dilakukan
mahasiswi di setiap komponen cinta ketika menjalani hubungan pacaran jarak
jauh?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui komponen cinta intimasi, hasrat, dan komitmen yang
dibangun dalam menjalin hubungan pacaran jarak jauh dan melihat
komponen cinta yang rawan memicu perselingkuhan.
2. Untuk mengetahui upaya kontrol diri untuk tidak berselingkuh yang
dilakukan mahasiswi di setiap komponen cinta ketika menjalani hubungan
pacaran jarak jauh.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap ilmu Psikologi, khususnya dalam aspek pengembangan relasi
romantis. Selain itu, peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat menambah
kajian dalam ilmu pengetahuan psikologi terkait topik kontrol diri yang
terkait dengan perselingkuhan dan hubungan pacaran jarak jauh. Peneliti juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
berharap penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai komponen
cinta yang rawan memicu terjadinya perselingkuhan ketika menjalin
hubungan pacaran jarak jauh dan mampu memberikan gambaran mengenai
upaya kontrol diri yang dapat dilakukan mahasiswi agar tidak berselingkuh
ketika sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat
memberikan kontribusi bagi mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran
jarak jauh agar dapat berupaya mempertahankan hubungannya dan
menghindari perselingkuhan. Selain itu, bagi individu yang akan menjalani
hubungan pacaran jarak jauh agar dapat lebih mengantisipasi berbagai
tantangan yang akan hadir dalam hubungan pacaran jarak jauh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini, peneliti akan mengelaborasi konsep mengenai pacaran dan
komponen cinta didalamnya, jenis-jenis pacaran berdasarkan jarak, godaan
perselingkuhan dalam hubungan pacaran jarak jauh, kontrol diri dan aspeknya
untuk mencegah perselingkuhan, dan kerangka konseptual mengenai penelitian
ini.
A. Pacaran dan Komponen Cinta di Dalamnya
Degenova & Rice (dalam Samsi, 2012) mengungkapkan pacaran adalah
suatu hubungan di mana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas
bersama agar dapat mengenal satu sama lain. Berpacaran dikenal sebagai suatu
bentuk hubungan intim atau dekat antara laki-laki dan perempuan (Arhianita &
Andayani, 2005). Sehingga pacaran dapat dikatakan hubungan intim yang dijalin
oleh dua orang yang berbeda jenis kelamin yang ingin mengenal satu sama lain,
yang diwujudkan dengan melalukan serangkaian aktivitas bersama. Konsep
berpacaran yang digunakan adalah pacaran berbeda jenis kelamin, atau
heteroseksual. Pada umumnya dua individu berpacaran diawali dengan
ketertarikan dan dilanjutkan dengan tumbuhnya perasaan cinta. Untuk itu, dalam
hubungan berpacaran hendaknya terdapat komponen-komponen cinta, yang mana
berperan penting dalam membentuk cinta yang ideal dalam hubungan berpacaran
tersebut. Komponen cinta terdiri dari intimasi, hasrat, dan komitmen. Sternberg
(1986) menjabarkan ketiga komponen cinta tersebut sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1. Intimasi (Intimacy). Intimasi mengacu pada perasaan kedekatan,
keterikatan, dan ketertarikan dalam hubungan cinta (Sternberg, 1986). Sternberg
& Grajek (1984, dalam Sternberg 1997) menganalisis hal-hal dalam komponen
intimasi yaitu memperhatikan kesejahteraan pasangannya, memiliki pengalaman
menyenangkan bersama pasangannya, menghormati pasangan, bisa mengandalkan
orang yang dicintai pada saat dibutuhkan, saling mengerti satu sama lain, saling
memiliki dan bersedia berbagi hal yang dimilikinya, memberi dan menerima
dukungan emosional, menjalin komunikasi yang lebih mendalam, menghargai
pasangannya. Berdasarkan penjabaran tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa intimasi adalah pengalaman yang dibangun dari adanya kedekatan
emosional antara kedua belah pihak dalam suatu hubungan, yang dicirikan dengan
ikatan yang kuat antara keduanya, sehingga memunculkan interaksi yang tinggi
dalam berbagai bentuk seperti mementingkan kesejahteraan pasangan, berusaha
menghormati dan mengerti satu sama lain, menerima dan memberikan dukungan
emosional, menjalin komunikasi yang intim, membuka diri sehingga dapat lebih
jujur, dan mampu memaafkan satu sama lain.
2. Hasrat (Passion). Hasrat merupakan elemen fisiologis yang mengarah
romansa, ketertarikan fisik, gairah seksual, dan fenomena dalam hubungan cinta
(Sternberg, 1997). Keinginan untuk merasakan kontak fisik dan bahkan ke arah
hubungan seksual. Sternberg (1986) mengungkapkan bahwa tidak hanya
kebutuhan seks yang mendominasi munculnya hasrat, namun pada dasarnya
hasrat juga dipengaruhi oleh kebutuhan lain, seperti harga diri, kebutuhan afiliasi,
kepatuhan, keinginan untuk menolong, dan sifat dominan. Di samping itu, hasrat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dapat dimanifestasi dalam beberapa bentuk tindakan seperti menatap, menyentuh,
dan bahkan bercinta. Hasrat dalam cinta cenderung tercampur dengan intimasi.
Bisa jadi, hasrat merupakan hal pertama yang menarik individu dalam suatu
hubungan, karena daya tarik fisik merupakan bagian dari hasrat. Lalu, intimasi
yang akan membantu mempertahankan kedekatan dalam hubungan. Berdasarkan
penjabaran tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa hasrat merupakan pengalaman
yang melihat daya tarik fisik sebagai hal pertama yang memunculkan ketertarikan
dan melibatkan tindakan-tindakan romantis yang digambarkan dengan adanya
kontak fisik seperti, gandengan tangan, pelukan, ciuman, bahkan hingga hubungan
seksual ketika pacaran, sehingga memunculkan adanya intimasi yang membuat
pasangan merasa semakin dekat dan saling memiliki.
3. Komitmen (Commitment). Sternberg (2009, dalam Brabar, 2015)
mendefinisikan komitmen sebagai elemen konatif yang membuat seseorang mau
terikat pada sesuatu atau seseorang yang dicintainya dan terus bersama hingga
akhir perjalanan hidupnya. Sternberg (1986) membagi komponen komitmen
menjadi dua jenis, yaitu komitmen jangka pendek atau keputusan untuk mencintai
orang lain dan komitmen jangka panjang atau keputusan untuk mempertahankan
dan memelihara cinta tersebut. Komitmen akan terlihat dari tindakan cinta seperti
mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga hubungan tetap utuh
dan langgeng, dan melindungi hubungan dari hal-hal yang berpotensi
merenggangkan, serta berupaya memperbaiki ketika hubungan sedang tidak stabil,
sehingga akan cenderung meningkatkan rasa percaya, rasa diterima, rasa berharga,
dan merasa dicintai pasangannya (Rae, 2017; Sarwono & Meinarno, 2009). Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
suatu hubungan mungkin terjadi hilangnya intimasi dan hasrat, sehingga
hubungan tersebut akan mengalami masa ketidakstabilan atau masa sulit. Selama
masa tersebut, komitmen menjadi komponen yang penting karena dapat menjaga
keutuhan hubungan (Brabar, 2015; Marasabessy, 2014). Berdasarkan penjabaran
tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komitmen adalah upaya-upaya
berupa tindakan cinta untuk mempertahankan dan menjaga kelangsungan
hubungan bersama orang yang dicintai, tergambarkan dalam bentuk kepercayaan
satu sama lain untuk menjaga keutuhan hubungan, menerima pasangan apa
adanya, menjaga kebersamaan dan bekerja sama untuk menyelesaikan
permasalahan yang muncul dalam hubungan.
Ketiga komponen cinta ini berperan penting dalam membentuk suatu
hubungan pacaran yang ideal. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan pacaran
yang ideal akan terwujud ketika pasangan dapat memenuhi ketiga komponen cinta
tersebut. Keseimbangan antara intimasi, hasrat, dan komitmen dapat mengasilkan
hubungan berpacaran yang kuat dan bertahan lama. Ketika itu, pacaran dapat
dianggap sebagai hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan yang memiliki
kedekatan emosional untuk saling mengerti satu sama lain, memiliki keterikatan
secara fisik dan bersedia menjaga keutuhan hubungan.
B. Pacaran Jarak Jauh dan Godaan Perselingkuhan dalam Hubungan
Pacaran Jarak Jauh
1. Pacaran Jarak Jauh
Kebersamaan dan pertemuan menjadi salah satu kunci untuk menjaga
hubungan berpacaran. Akan tetapi, pertemuan akan sulit terjadi ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sepasang kekasih terpisah oleh jarak karena berbagai hal. Berdasarkan jarak,
Hampton (2001, dalam Alijona 2016) membagi hubungan pacaran menjadi
dua tipe yaitu, proximal relationship (PR) dan long distance relationship
(LDR). Proximal relationship dikenal juga sebagai hubungan pacaran jarak
dekat di mana pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada pada satu
lokasi atau daerah yang sama. Misalnya, seperti satu kota yang sama sehinga
para pasangan dapat lebih mudah dan sering untuk bertemu. Sebaliknya, long
distance relationship adalah hubungan pacaran yang biasa disebut dengan
pacaran jarak jauh, karena pasangan yang menjalin hubungan pacaran berada
pada dua lokasi atau daerah yang berbeda. Contohnya, seperti berbeda kota,
provinsi, pulau, atau bahkan negara. Meitzner (dalam Kurniati 2015)
mengategorikan sebuah hubungan jarak jauh apabila individu tinggal 80 km
jauhnya dari pasangan dan dalam jangka waktu setidaknya tiga bulan karena
sekolah, karir, atau urusan lainnya, dan tetap berkomunikasi dengan pasangan
menggunakan telelpon, email, serta teknologi komunikasi lainnya.
Pacaran jarak jauh dapat dikatakan menjadi suatu jenis hubungan
berpacaran yang unik, karena berbeda dari yang biasa terjadi. Suwito (2013,
dalam Alijona, 2016) mengungkapkan pasangan yang berpacaran pada
umumnya akan selalu berada berdekatan setiap waktu, mengusahakan
pertemuan yang intens dan melakukan berbagai aktivitas bersama, sedangkan
pasangan yang menjalani long distance relationship tidak dapat berdekatan
setiap waktu dan harus menantikan pertemuan untuk waktu yang cukup lama.
Pasangan yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh biasanya dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
salah satunya harus bekerja atau melanjutkan pendidikan di lokasi yang
berbeda.
Seperti hubungan pacaran pada umumnya, pacaran jarak jauh juga
memiliki komponen cinta yaitu intimasi, hasrat, dan komitmen untuk
menjadikan hubungan tersebut ideal. Hanya saja, pasangan pacaran jarak jauh
akan lebih sulit untuk memenuhi ketiga komponen tersebut. Hal ini karena
adanya jarak yang memisahkan, jarak menjadi penghambat dan membatasi
pasangan dalam pemenuhan komponen cinta tersebut. Dalam pacaran jarak
jauh, pasangan tidak dapat bertemu setiap saat, dengan begitu akan
mengurangi kedekatan dan tidak dapat melakukan kontak fisik. Selain itu,
komitmen juga akan lebih sulit dijaga, karena tidak dapat selalu bertemu
untuk saling berdiskusi atau menyelesaikan masalah.
Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini akan berfokus pada
hubungan pacaran jarak jauh atau long distance relationship. Hubungan
pacaran jarak jauh pada hakekatnya adalah hubungan yang dipisahkan oleh
jarak. Penelitian ini mengkhususkan hubungan pacaran jarak jauh karena
harus melanjutkan studi di kota atau negara yang berbeda dengan pasangan.
2. Godaan untuk Melakukan Perselingkuhan dalam Hubungan Pacaran
Jarak Jauh
Selingkuh memiliki arti suka menyembunyikan sesuatu; tidak berterus
terang; tidak jujur; curang; serong; suka menyeleweng (KBBI). Jackson
(2000, dalam Alijona 2016) menjelaskan perselingkuhan adalah hubungan
antara pria dan wanita tanpa sepengetahuan pasangan sebenarnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
melibatkan hubungan fisik maupun emosional antara keduanya, yang mana di
dalamnya termasuk saling ketertarikan, ketergantungan dan saling memenuhi.
Thompson (dalam Rahmah, 2015) mengungkapkan ketika seseorang sudah
memiliki perasaan dan pergi bersama dengan orang lain selain pasangannya,
hal tersebut dapat dikatakan sebagai selingkuh. Sedangkan menurut
Shackelford & Buss (1997) perselingkuhan dibagi menjadi 2 jenis yaitu
sexual infidelity dan emotional infidelity. Konsep infidelity sebagai
perselingkuhan mengarah pada hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Shackelford & Buss (1997) mengungkapkan perselingkuhan menjadi penting
dalam setiap teori hubungan romantis. Dengan begitu selingkuh dalam
hubungan berpacaran berarti suatu tindakan tidak berterus terang, seperti
menjalin hubungan dengan orang lain yang berbeda jenis kelamin di belakang
pasangannya, digambarkan melalui memiliki perasaan lebih terhadap orang
lain dan bahkan hingga pergi bersama orang lain yang bukan pasangannya.
Selingkuh menjadi wujud ketidaksetiaan dalam hubungan, artinya dengan
melakukan perselingkuhan, individu tidak lagi setia kepada pasangannya.
Dalam hubungan pacaran jarak jauh, perselingkuhan dapat lebih
mudah dilakukan karena pasangan tinggal berjauhan, sehingga cenderung
lebih sulit memantau keadaan satu sama lain secara langsung. Selain itu,
kemungkinan terjadinya perselingkuhan juga dapat dipicu dengan tidak
terpenuhinya ketiga komponen cinta. Pasangan pacaran jarak jauh akan lebih
sulit untuk mengelola intimasi, hasrat, dan komitmen dalam hubungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kemungkinan dampak pacaran jarak jauh terhadap pemenuhan 3
komponen cinta adalah sebagai berikut:
a. Ditinjau dari komponen intimasi, pasangan yang menjalani hubungan
pacaran jarak jauh akan lebih sulit membangun keintiman karena mereka
jarang bertemu dan berinteraksi dengan pasangan mereka secara langsung.
Hal tersebut didukung oleh penelitian Rae (2017) yang menjelaskan bahwa
pasangan pacaran jarak dekat cenderung lebih intim karena lebih sering
bertemu sehingga dapat lebih membuka diri, menunjukkan kepedulian secara
langsung kepada pasangannya, serta membangun kepercayaan dan saling
memberikan dukungan secara emosional. Selain itu, intimasi akan lebih sulit
dikelola pasangan pacaran jarak jauh karena komunikasi yang terjalin akan
terganggu dan terbatas via telepon dan media sosial. Komunikasi menjadi
sarana utama pasangan pacaran jarak jauh untuk bisa menjaga keintiman
hubungannya, ketika komunikasi terganggu maka akan lebih sulit untuk
menjaga keintiman. Untuk itu, selingkuh dengan seseorang yang lebih dekat
mungkin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pada komponen keintiman
yang tidak bisa didapatkan dari pasangannya yang jauh.
b. Ditinjau dari komponen hasrat, pasangan yang menjalani hubungan
pacaran jarak jauh cenderung lebih sulit untuk mengekspresikan kebutuhan
hasratnya karena jarak membuat pasangan tidak dapat melakukan kontak fisik
setiap saat. Hal ini dikarenakan komponen hasrat dalam hubungan romantis
didominasi oleh kebutuhan seksual dan ekspresi kebutuhan melalui gairah
psikologis dan fisiologis (Kochar & Sharma, 2015) yang mana bisa dipenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
ketika pasangan bertemu secara langusng. Dalam hal berpacaran, hasrat
digambarkan dengan kontak fisik seperti bergandengan tangan, berpelukan,
mencium kening, atau berciuman dan pasangan yang menjalani hubungan
pacaran jarak jauh tidak memungkinkan untuk melakukannya. Pasangan
pacaran jarak jauh harus menunggu waktu yang lama untuk dapat bertemu
dan melepas rindu. Keterbatasan ini membuat komponen hasrat menjadi sulit
untuk dipenuhi dan memunculkan keinginan berselingkuh untuk memenuhi
kebutuhan akan kontak fisik maupun afiliasi.
c. Ditinjau dari komponen komitmen, pasangan yang menjalani hubungan
pacaran jarak jauh akan cenderung mudah mengalami ketidakpastian dalam
menjalani hubungannya. Umumnya pasangan akan lebih sulit untuk saling
menjaga komitmen karena berjauhan satu sama lain, sehingga tidak dapat
memastikan kondisi dan keadaan pasangan secara langsung, serta akan lebih
mudah curiga dan khawatir terhadap pasangannya (Permatasari, 2013 ; Rae,
2017). Hal ini membuat pasangan kurang mampu menciptakan suasana yang
positif dalam hubungan pacaran karena didominasi dengan perasaan curiga
dan khawatir. Di samping itu, karena sulitnya komunikasi dan kurang dapat
mendiskusikan keputusan serta bertindak secara langsung dalam menangani
permasalahan, sehingga pada akhirnya akan sulit untuk menjaga komitmen
yang dibuat sejak awal (Dharmawijati, 2016 ; Permatasari, 2013 ; Rae, 2017).
Dengan begitu kemungkinan untuk berselingkuh dengan seseorang yang lebih
dekat akan lebih besar, karena ingin memiliki hubungan yang lebih pasti,
lebih mudah bertemu dan mendiskusikan permasalahan yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Seperti yang dijelaskan di atas, hal-hal tersebut lantas membuat
beberapa orang menjadi tidak nyaman karena kurang mendapat perhatian
secara langsung, sehingga tergoda untuk melakukan perselingkuhan. Dengan
begitu, peneliti menyimpulkan bahwa sulitnya mempertahankan ketiga
komponen yaitu intimasi, hasrat dan komitmen pada pasangan hubungan
jarak jauh akan memunculkan keinginan untuk berselingkuh.
Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini akan berfokus untuk
mengetahui hal-hal seperti apa yang dialami dan dirasakan seseorang yang
menjalani hubungan pacaran jarak jauh sehingga mengurangi keutuhan
komponen cintanya dan tergoda untuk berselingkuh.
C. Kontrol Diri dan Aspek-aspeknya
1. Definisi Kontrol Diri
Kontrol diri atau disebut sebagai kontrol personal, merupakan variabel
psikologis yang bermanfaat, berupa kemampuan untuk mengontrol atau
merubah respon dari dalam dirinya untuk menghindarkan diri dari perilaku
yang tidak diharapkan dan mengarahkan dirinya pada sesuatu yang ingin
digapai. (Averill, 1973; Endrianto, 2014).
Menurut Hurlock (1980, dalam Badriyah, 2013) kontrol diri muncul
ketika individu mengalami perbedaan dalam mengelola emosi dan cara
mengatasi masalah. Kontrol diri juga berkaitan dengan kemampuan individu
mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan yang muncul di
dalam dirinya, sehingga ketika individu memiliki kontrol diri yang baik ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
akan lebih mudah mengendalikan emosi atau dorongan-dorongan impulsif
dalam dirinya.
Berkaitan dengan hubungan berpacaran kontrol diri berperan dalam
menjaga keutuhan dan keberlangsungan hubungan tersebut. Individu yang
memiliki kontrol diri yang baik akan berusaha memberikan hal-hal yang
terbaik untuk hubungannya, tidak menyakiti atau mengkhianati pasangannya.
Kontrol diri yang baik juga membuat individu lebih mengupayakan
kebahagiaan pasanganya, mempertahankan keutuhan hubungannya dan tidak
melakukan hal-hal yang berpotensi merusak hubungan tersebut.
Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-
dorongan negatif yang muncul dalam dirinya, sehingga dapat menekan
kecenderungan tingkah laku yang tidak diinginkan dan mengarahkan pada
tingkah laku yang lebih positif dan dapat diterima. Berkaitan dengan
penelitian ini, peneliti beranggapan bahwa kontrol diri yang dimiliki individu
dapat membantunya dalam menjaga hubungan yang dimilikinya dan untuk
menghindari godaan berselingkuh yang mungkin saja muncul.
2. Aspek-Aspek Kontrol Diri dalam Pacaran
Berdasarkan konsep Averill (1973), terdapat 3 aspek dalam
kemampuan mengontrol diri, yaitu:
a. Cognitive Control (Kontrol Kognitif). Cognitive control merupakan
kemampuan individu untuk menginterpretasikan, menilai, atau
menggabungkan suatu kejadian yang berpotensi bahaya atau negatif ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam suatu kerangka kognitif untuk mengurangi tekanan. Aspek
cognitive control terdiri dari 2 komponen, yaitu: memperoleh informasi
(information gain) dan melakukan penilaian (apparsial). Pada aspek ini,
informasi yang dimiliki individu mengenai suatu kejadian yang tidak
menyenangkan atau tidak diinginkan dapat diantisipasi dengan
melakukan berbagai pertimbangan. Selain itu, individu akan melakukan
penilaian atas kejadian tersebut dan berupaya untuk menafsirkannya
secara positif (Nurfaujiyanti, 2006). Berkaitan dengan hubungan pacaran,
kemampuan ini membantu seseorang untuk menilai berbagai informasi
yang berkaitan dengan hubungannya. Sehingga ia dapat
mengorganisasikan dan mempertimbangkan informasi tersebut untuk
membentuk pemikiran yang lebih positif. Di mana pemikiran ini
membuat individu dapat memikirkan hal-hal apa yang dapat dilakukan
untuk mempertahankan kedekatan bersama pasangannya, menjaga agar
hasrat tetap dapat terpenuhi dan memikirkan untuk terus
mempertahankan komitmen dalam hubungannya.
b. Behavioral Control (Kontrol Perilaku). Behavioral control merupakan
suatu tindakan langsung terhadap lingkungan. Aspek behavioral control
terdiri dari 2 komponen, yaitu: mengatur pelaksanaan (regulated
administration), dan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability).
Kemampuan mengatur pelaksaan merupakan kemampuan individu untuk
mengendalikan situasi atau keadaan, apakah dikendalikan oleh dirinya
sendiri atau sesuatu di luar dirinya. Individu yang mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
kemampuan mengontrol diri yang baik pada aspek behavioral akan
mampu mengendalikan perilakunya sendiri. Sedangkan kemampuan
memodifikasi stimulus adalah kemampuan untuk mengatur bagaimana
dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki datang (Nurfaujiyanti,
2006). Dikaitkan dengan hubungan berpacaran, kemampuan ini
menjelaskan bagaimana individu dapat mengontrol tindakannya untuk
mengendalikan hubungannya untuk tetap membangun keintiman bersama
pasangannya, tidak melakukan sesuatu hal yang dapat menyakiti
pasangannya, dan merusak komitmen dalam hubungan tersebut.
c. Decisional Control (Kontrol Keputusan). Decisional control merupakan
kemampuan untuk memilih hasil yang diyakini individu dan membuat
individu memiliki suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan
untuk memilih tindakannya. Aspek decisional control pun terdiri dari 2
komponen, yaitu: mengantisipasi peristiwa (anticipating events) dan
menafsirkan peristiwa (interpret events). Pada aspek ini, individu yang
memiliki kontrol diri yang baik dapat membuat suatu keputusan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
Selain itu, kemampuan menafsirkan peristiwa membuat individu
mengetahui kemungkinan terjadinya peristiwa, sehingga dapat mengatur
dirinya atas peristiwa tersebut (Nurfaujiyanti, 2006). Dalam hubungan
pacaran, kemampuan ini akan membantu individu dalam menentukan
keputusan yang mengarah untuk tetap bersama-sama pasangannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menjaga hubungan dengan mencintai pasangannya dan berupaya
mempertahankan hubungan yang dijalaninya.
Kemampuan kontrol diri yang dimiliki individu akan tergantung dari
ketiga aspek di atas, kontrol diri ditentukan oleh seberapa besar aspek
tersebut mendominasi atau terdapat kombinasi dari beberapa aspek dalam
proses mengontrol diri.
Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini akan melihat bagaimana
upaya kontrol diri partisipan pada aspek cognitive, behavioral, dan decisional
utnuk mengelola komponen intimasi, hasrat dan komitmen dalam
hubungannya agar dapat menghindari godaan untuk berselingkuh ketika
menjalani hubungan pacaran jarak jauh.
D. Kerangka Konseptual
Pacaran merupakan hubungan yang terjadi antara dua individu yang
berbeda jenis kelamin yang didasari oleh komponen cinta yaitu, intimasi yang
merupakan elemen afeksi atau perasaan kedekatan, hasrat yang merupakan
elemen fisiologis yang terlihat dari adanya kedekatan secara fisik, dan komitmen
yang merupakan elemen konatif yang menunjukkan keterikatan dan keinginan
bersama seterusnya. Keseimbangan ketiga komponen ini berperan penting dalam
membentuk suatu hubungan pacaran yang ideal. Melihat hal tersebut, jenis
hubungan pacaran jarak jauh atau long distance relationship akan mempersulit
dalam pemenuhan dan pengelolaan komponen intimasi, hasrat, dan komitmen.
Tidak terpenuhinya ketiga komponen cinta dan adanya keterbatasan dalam
menjalani hubungan pacaran jarak jauh seperti kurang terpenuhinya kontak fisik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
sulitya menjalin komunikasi dan kurangnya bentuk perhatian secara langsung
akan menimbulkan ketidaknyamanan. Hal ini akan membuat individu tergoda
untuk selingkuh, dengan mencari kenyamanan dan kepuasaan dari orang lain yang
bukan pasangannya. Dengan terjadinya perselingkuhan maka menunjukkan bahwa
individu tersebut tidak lagi setia kepada pasangannya.
Akan tetapi, setiap individu memiliki kontrol diri yang berguna untuk
mengontrol dirinya. Kontrol diri menurut Averill (1973) terdiri dari tiga aspek
yaitu cognitive control, kemampuan individu untuk mengolah informasi yang
tidak diinginkan dengan membuat penilaian untuk mengurangi tekanan;
behavioral control, kemampuan individu untuk mengatur suatu tindakan langsung
terhadap lingkungan; dan decisional control, kemampuan untuk memilih hasil
yang diyakini individu sehingga memiliki kebebasan untuk memilih tindakannya.
Kontrol diri ini dapat diterapkan individu dalam menjalani suatu hubungan.
Individu hendaknya dapat membatasi dirinya mengenai apa yang seharusnya
dilakukan dan tidak dilakukan. Dalam menjalin hubungan pacaran jarak jauh dan
kaitannya dengan komponen cinta, individu dengan kontrol diri yang baik akan
lebih mudah dalam mengelola intimasi, hasrat dan komitmen dalam hubungannya.
Melihat apa yang telah dijabarkan di atas, peneliti merasa kontrol diri yang
dimiliki individu dianggap dapat membantu individu tersebut untuk
mempertahankan keseimbangan komponen cintanya dan mengarahkan dirinya
agar menghindari kemungkinan untuk melakukan perselingkuhan. Hal ini karena,
kontrol diri akan menuntun individu untuk berprilaku lebih positif dan
mengurangi konsekuensi negatif (Endrianto, 2014). Subjek penelitian yang dipilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
adalah perempuan, karena perempuan yang berada dalam hubungan jarak jauh
memiliki usaha yang lebih besar untuk mempertahankan hubungannya daripada
laki-laki (Schwebel et al., dalam Skinner 2005). Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk mengetahui bagaimana upaya kontrol diri pada mahasiswi terhadap
komponen cinta dalam hubungannya agar tidak berselingkuh ketika sedang
menjalani hubungan pacaran jarak jauh.
Kerangka konseptual untuk penelitian ini secara skematis disajikan melalui
Gambar 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Gambar 1. Bagan Kerangka Konseptual Upaya Kontrol Diri untuk Tidak Berselingkuh pada Mahasiswi Yang Menjalani Hubungan Pacaran Jarak Jauh
Hasrat
Komitmen
Upaya
Kontrol
Diri
Behavioral
Control
Decisional
Control
Cognitive
Control
Pacaran
Jarak
Jauh
Godaan
untuk
Selingkuh
Intimasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai jenis dan desain penelitian,
fokus penelitian, partisipan penelitian, peran peneliti, metode pengumpulan dan
perekaman data, analisis dan interpretasi data, dan kredibilitas penelitian ini.
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha mengungkap makna
menurut partisipan terkait suatu konteks sosial. Oleh karena itu, salah satu ciri
penting penelitian kualitatif yaitu peneliti terjun langsung ke dalam lingkungan atau
suasana alamiah partisipan untuk melakukan pengambilan data, baik dengan
wawancara, observasi, maupun dokumen-dokumen (Creswell, 2009, dalam
Supratiknya, 2015).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis isi kualitatif (AIK)
dengan pendekatan deduktif, yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara
subjektif isi manifes dari data dengan menerapkan kerangka teori tertentu (Willig,
2005, dalam Supratiknya, 2018). Peneliti memilih pendekatan semi deduktif, karena
pendekatan ini cocok diterapkan ketika sudah ada kerangka teori tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk menafsirkan data penelitian. Peneliti memandang bahwa
desain penelitian AIK sesuai dengan tujuan penelitian ini karena AIK bertujuan
mengungkap isi atau makna dari sebuah teks sesuai dengan konteksnya (Supratiknya,
2015).
Penelitian ini berfokus pada upaya kontrol diri pada mahasiswi untuk tidak
berselingkuh ketika menjalani hubungan pacaran jarak jauh, kerena peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
beranggapan bahwa dengan kontrol yang diri yang baik, individu dapat menghindari
kemungkinan perselingkuhan ketika menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Selain
itu, peneliti mempertimbangkan beberapa faktor psikografis, yaitu jarak tempat
tinggal dan lama hubungan berpacaran. Partisipan dalam penelitian ini adalah
mahasiswi berusia 18-25 tahun yang sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur untuk
mengumpulkan data.
B. Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah upaya kontrol diri untuk tidak berselingkuh
dan tetap mempertahankan komponen cinta pada mahasiswi yang menjalani
hubungan pacaran jarak jauh. Penelitian ini akan mengeksplorasi upaya-upaya
kontrol diri yang dilakukan oleh mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran jarak
jauh untuk mengontrol dirinya agar tidak berselingkuh dengan melihat aspek-aspek
kontrol diri yang digunakan untuk mempertahankan komponen cintanya.
Peneliti menggunakan teori kontrol diri yang dikemukakan oleh Averill
(1973). Averill, menyebut kontrol diri sebagai kontrol personal, yaitu merupakkan
variabel psikologis yang bermanfaat karena di dalamnya tercakup tiga jenis yang
berbeda dalam kemampuan mengontrol diri, yang selanjutnya disebut sebagai aspek
kontrol diri. Aspek kontrol diri menurut teori Averill adalah: cognitive control,
behavioral control, dan decisional control. Sedangkan Sternberg (1986)
mengemukakan bahwa percintaan akan ideal bila memiliki tiga komponen utama
atau disebut komponen cinta dalam teori segitiga cinta Sternberg, yaitu terdiri dari:
intimasi, hasrat, dan komitmen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Peneliti akan melihat upaya partisipan dalam melakukan kontrol diri terhadap
ketiga komponen cinta, seperti: pada aspek cognitive control, melihat upaya
partisipan untuk memikirkan hal-hal yang dapat mempertahankan intimasi atau
kedekatan, hasrat atau kontak fisik, dan komitmen atau keterikatan untuk terus
bersama; begitu pula dari aspek behavioral control, melihat upaya partisipan
mengontrol perilakunya agar menunjukkan perilaku yang dapat menjalanin
kedekatan, tidak menyakiti pasangan secara fisik, dan tidak menunjukkan perilaku
yang merusak komitmen; dan pada decisional control, peneliti ingin melihat upaya
partisipan membuat keputusan untuk tetap dekat dan saling percaya, tetap mencintai
dan memenuhi hasrat, serta membangun hubungan yang pasti, terikat dan
berlangsung lama.
C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan dengan kriteria yaitu
merupakan mahasiswi S1 berusia 18-25 tahun yang sedang menjalani hubungan
pacaran jarak jauh dengan lama hubungan pacaran jarak jauh minimal 6 bulan. Lama
waktu berpacaran ini dipilih karena menurut Meitzner (dalam Kurniati 2015) dalam
pacaran jarak jauh paling tidak pasangan terpisah selama 3 bulan sampai bertemu
kembali. Akan tetapi, karena ada kemungkinan pada mahasiswi akan terpisah dengan
pasangannya selama 1 semester atau 6 bulan, sehingga peneliti memutuskan untuk
memilih waktu 6 bulan. Pemilihan partisipan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu memilih partisipan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan di atas
dan snowball sampling dimana peneliti mendapatkan rekomendasi partisipan dari
beberapa teman peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Partisipan yang dipilih dalam penelitian telah disesuaikan dengan kriteria
yang ditentukan sebelumnya. Seluruh partisipan berada di Yogyakarta dan sedang
menjalani hubungan pacaran jarak jauh dengan pasangannya yang tinggal di daerah
yang berbeda seperti, Jakarta, Bekasi dan Bali. Lama usia hubungan pacaran jarak
jauh para partisipan berkisar 7-25 bulan. Partisipan menjalani hubungan pacaran
jarak jauh karena harus menyelesaikan pendidikan di Yogyakarta. Total partisipan
dalam penelitian ini berjumlah 4 orang. Identitias mengenai partisipan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1.
Identitas Partisipan
Inisial Usia
Daerah
Pasangan
Partisipan
Saat ini
Lama
Berpacaran
Jarak Jauh
Pengalaman
Selingkuh
KA 21 tahun Jakarta 7 bulan Pernah selingkuh
FD 22 tahun Bekasi 25 bulan Tidak pernah
selingkuh
V 20 tahun Bali 23 bulan Tidak pernah
selingkuh
DE 21 tahun Pekalongan 27 bulan Pernah selingkuh
D. Peran Peneliti
Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Artinya, peneliti berperan
menangkap suara partisipan dan mengolahnya. Dalam proses wawancara, peneliti
berperan langsung menjadi pendengar dan memegang peranan penting atas
berlangsungnya wawancara.
Partisipan yang terlibat merupakan rekomendasi dari teman-teman peneliti
dan peneliti mengenali beberapa diantaranya. Sebelum penelitian dilaksanankan,
peneliti telah meminta persetujuan kepada partisipan untuk bersedia menjadi
partisipan penelitian ini dengan kesepakatan bahwa peneliti akan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
inisial untuk menyebutkan nama partisipan dan hasil penelitian ini hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian saja dan tidak akan disalahgunakan. Dalam hal ini,
peneliti berperan untuk menjaga kerahasiaan dan kepercayaan yang telah diberikan
partisipan kepada peneliti. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan gambaran
penelitian secara umum dan memberikan informed consent.
Lokasi pelaksanaan penelitian akan disesuaikan dengan keinginan partisipan
dan kesepakatan dengan peneliti. Akan tetapi, peneliti akan mengusahakan
terciptanya situasi yang nyaman dan tenang agar partisipan dapat bercerita dengan
baik dan proses wawancara dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, penting bagi
peneliti untuk berusaha memahami bagaimana pengalaman dan pemahaman
pribadinya tentang realitas dapat mempengaruhi penelitiannya. Oleh karena itu
peneliti perlu mengontrol agar pengalaman dan pemahaman pribadinya tidak
mempengaruhi proses penelitian.
Potensi paling buruk yang mungkin terjadi adalah munculnya perasaan
emosional dari partisipan ketika menceritakan kondisi hubungan yang dijalaninya.
Untuk mengatasi itu, peneliti akan menenangkan kembali partisipan ketika hal
tersebut terjadi, sehingga partisipan dapat melanjutkan ceritanya dengan perasaan
yang lebih baik.
E. Metode Pengambilan dan Perekaman Data
Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur.
Dalam penelitian kualitatif, wawancara digunakan karena merupakan alat yang
sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi,
serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya (Widoyoko, 2012). Metode
wawancara semi terstruktur menggunakan protokol wawancara dan pewawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
juga dapat lebih bebas dalam mengembangakan pertanyaan sesuai dengan situasi dan
kondisi saat wawancara berlangsung (Smith, 2009). Penggunaan protokol wawancara
sebagai garis besar dimaksudkan agar fokus tidak terlalu melebar dari fokus yang
telah ditetapkan, sehingga semua fokus dapat terungkap. Wawancara juga
menggunakan pertanyaan terbuka agar partisipan dapat lebih bebas mengungkapkan
pengalaman mereka.
Sebelum wawancara dilaksanakan, peneliti menyiapkan protokol wawancara
yang berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan pada partisipan yang disesuaikan
dengan topik penelitian dan didasarkan pada rumusan pertanyaan penelitian, serta
teori yang digunakan peneliti, sehingga dapat mengarahkan pada jawaban yang
dibutuhkan pada penelitian ini. Pada pelaksaaan wawancara semi terstruktur dengan
partisipan, peneliti akan mencatat hasil wawancara. Peneliti juga melakukan
perekaman untuk merekam seluruh percakapan dalam wawancara agar segala hal
yang diucapkan partisipan dapat diketahui dengan jelas dan untuk memudahkan
peneliti dalam membuat transkripsi verbatim hasil wawancara.
Sebelum wawancara dilakukan, ada beberapa instrumen pengambilan dan
perekaman data yang disiapkan, yaitu:
1. Protokol Wawancara
Peneliti membuat protokol wawancara yang berisi daftar pertanyan yang
akan diberikan kepada partisipan yang didasarkan pada rumusan masalah dan
teori mengenai komponen cinta dan kontrol diri yang digunakan partisipan, serta
terdapat beberapa pertanyaan untuk mengetahui latar belakang partisipan. Daftar
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 2.
Daftar Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan Pembuka
1. Dimana kota pasangan anda tinggal?
2. Sudah berapa lama anda menjalani LDR?
3. Mengapa anda memutuskan untuk LDR?
Pertanyaan Inti
LDR
Bagaimana anda menjaga hubungan yang anda
jalani selama ini?
Probing
1. Seperti apa kedekatan yang terjalin antara
anda dan pasangan dalam hubungan saat ini?
(intimasi)
2. Bagaimana kedekatan secara fisik atau kontak
fisik yang terjalin dengan pasangan anda selama
ini? (hasrat)
3. Bagaimana komitmen yang anda dan pasangan
anda bangun dalam menjalani hubungan ini?
(komitmen)
Selingkuh
Apakah anda pernah tergoda untuk berselingkuh
dengan seseorang yang lebih dekat selama anda
menjalani hubungan pacaran jarak jauh ini? Coba
ceritakan!
Probing
1. Jika pernah, apakah anda berselingkuh agar
memiliki kedekatan dengan interaksi dan
pertemuan secara langsung? Coba ceritakan!
(intimasi)
2. Jika pernah, apakah perselingkuhan yang anda
lakukan agar anda mendapatkan perhatian secara
langsung dan memenuhi kebutuhan akan kontak
fisik? Coba ceritakan! (hasrat)
3. Jika pernah, apakah anda melakukan
perselingkuhan untuk memiliki hubungan yang
lebih jelas dan pasti? Coba ceritakan?
(komitmen)
Kontrol Diri
Bagaimana anda mengontrol diri anda untuk
tidak berselingkuh dan tetap berusaha
mempertahankan hubungan anda?
Probing
1. Bagaimana anda mengontrol pikiran anda agar
tidak selalu memikirkan untuk berselingkuh?
(cognitive control)
2. Bagaimana anda mengontrol perilaku anda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
agar tidak mengarah pada tindakan
perselingkuhan? (behavioral control)
3. Bagaimana anda menentukan keputusan anda
untuk tidak melakukan perselingkuhan?
(decisional control)
Pertanyaan Penutup
1. Masih adakah yang ingin anda ceritakan
mengenai bagaimana anda menjaga hubungan
anda?
2. Bagaimana harapan anda untuk hubungan
anda kedepannya?
2. Perekaman Audio
Perekaman audio dilakukan untuk merekam keseluruhan percakapan
wawancara dan agar mempermudah peneliti dalam membuat transkripsi
verbatim yang selengkap-lengkapnya. Hasil rekaman juga berguna untuk
membandingan dan mencocokan data dari rekaman dengan data pada catatan
yang dibuat peneliti selama proses wawancara.
F. Analisis dan Interpretasi Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diimplementasikan (Broto, 2016). Analisis data dilakukan dengan
tujuan agar informasi yang dihimpun akan menjadi jelas dan eksplisit. Sesuai dengan
tujuan penelitian maka metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi
kualitatif (AIK). Menurut Hsieh & Shannon (2005, dalam Supratiknya, 2015) AIK
adalah sebuah metode untuk menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks yaitu
transkripsi verbatim melalui proses klasifikasi sistematik berupa pengodean dan
pengidentifikasian aneka tema atau pola. Tujuan AIK adalah untuk mengungkapkan
isi atau makna dari sebuah teks sesuai dengan konteksnya guna memperoleh
pengetahuan dan pemahaman mengenai fenomena yang sedang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Analisis isi kualitatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif,
yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara subjektif isi manifes dari data
dengan menerapkan kerangka teori tertentu (Willig, 2005, dalam Supratiknya, 2018).
Secara lebih jelas proses analisis data akan dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah berikut: (1) membaca berulang-ulang corpus data yang berupa transkripsi
verbatim yang dibuat berdasarkan data hasil wawancara semi terstruktur yang
dilakukan; (2) melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam
transkripsi verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-line
approach) dengan menggunakan kriteria koding yang dipakai peneliti; (3)
mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-subtema/kategori, yaitu sejenis konsep
yang lebih besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode, dengan
tujuan menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keseluruhan corpus data;
(4) memperhalus dan mempertajam analisis dengan cara menempatkan sub-
subkategori dalam susunan hirarkis tertentu menjadi tema besar; sub-subkategori
tersebut selanjutnya diberi label atau nama, masing-masing sub-kategori dilengkapi
dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari transkripsi verbatim sebagai bukti atau
pendukung; sehingga diperoleh narasi yang utuh tentang fenomena yang diteliti
(Wiggins, Gordon-Finlayson, Becker, & Sullivan (2015) dalam Supratiknya, 2018).
Kerangka analisis yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 3.
Kerangka Analisis
Kontrol diri untuk tidak berselingkuh pada mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh
Intimasi
Elemen perasaan
kedekatan,
keterikatan, dan
ketertarikan dalam
hubungan cinta
Hasrat
Elemen fisiologis
yang menyebabkan
seseorang merasa
ingin dekat secara
fisik
Komitmen
Elemen konatif
yang membuat
seseorang mau
terikat pada
seseorang dan terus
bersama
Selingkuh
Tindakan tidak berterus terang dan
menjalin hubungan dengan orang lain
dibelakang pasangannya.
Cognitive Control
Kecenderungan mahasiswi mengatur
pola pikirnya untuk berpikiran positif
mengenai hubungannya dan tidak
memikirkan perselingkuhan.
- Berpikir untuk menjaga perasaan
pasangan
- Berpikir untuk menjaga kontak fisik
terhadap pasangan
- Berpikir untuk mempertahankan
hubungan
Behavioral Control
Kecenderungan mahasiswi untuk
berperilaku menghargai pasangannya.
- Menunjukkan tingkah laku yang
dapat menjalin
kedekatan/keintiman dengan
pasangan
- Tidak berperilaku yang dapat
menyakiti pasangan
- Tidak menunjukkan perilaku yang
dapat merusak hubungan/komitmen
yang dibuat
Decisional Contol
Kecenderungan mahasiswi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
memutuskan suatu hal yang dapat
mempertahankan hubungannya.
- Memutuskan untuk tetap dekat dan
bersama-sama
- Memutuskan untuk mencintai dan
memberikan perhatian keada
pasangan
- Membuat hubungan yang pasti,
terikat dan menjaga
keberlangsungan hubungan
G. Kredibilitas Penelitian
Penegakan kredibilitas untuk penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama, peneliti akan memeriksa transkrip-transkrip rekaman wawancara untuk
memastikan tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang bisa terjadi selama proses
transkripsi dan membandingkan data dengan kode-kode yang berhasil dirumuskan
(Creswell 2009, dalam Supratiknya, 2015).
Kedua, peneliti juga melakukan paper trail yaitu mendokumentasikan seluruh
data penelitian, sehingga orang lain dapet memeriksa pengambilan keputusan
penelitian ini masuk akal atau tidak (Yardley, 2008, dalam Puspitasari, 2016). Dalam
penelitian ini peneliti mendokumentasikan percakapan wawancara dalam rekaman
audio dan catatan-catatan observasi selama proses wawancara.
Ketiga, peneliti melakukan thick description atau deskripsi mendalam, yaitu
deskripsi untuk memaparkan temuan-temuan mengenai setting atau lingkungan
penelitian, seperti usia, lokasi tempat tinggal partisipan dan pasangannya, dan
lamanya hubungan berpacaran (Creswell 2009, dalam Supratiknya, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada petengahan September sampai dengan awal
November 2018. Pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur
dengan 4 orang partisipan yang merupakan mahasiswi yang sedang menjalani
hubungan pacaran jarak jauh. Seluruh partisipan sedang mengenyam pendidikan di
Yogyakarta dan pasangannya berada di daerah lain, yaitu Jakarta, Bekasi, Bali dan
Pekalongan. Durasi wawancara bervariasi antara 35 sampai 70 menit. Rangkuman
waktu dan tempat diadakannya wawancara disajikan di Tabel 4.:
Tabel 4.
Waktu dan Tempat Wawancara
No Partisipan Waktu
Wawancara
Durasi
Wawancara Lokasi Wawancara
1. KA 21 September
2018
26 September
2018
15 menit
25 menit
Kamar Kos Partisipan
Rumah Peneliti
2. FD 27 September
2018
35 menit Kamar Kos Partisipan
3. V 5 Oktober 2018 60 menit Kamar Kos Partisipan
4. DE 7 November 2018 70 menit Ruang Tamu Kos
Partisipan
B. Latar Belakang Partisipan dan Dinamika Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara tatap muka secara langsung
dengan partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti menjelasakan secara garis
besar mengenai penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, peneliti meminta surat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pernyataan kesetujuan (informed consent) yang mencakup informasi mengenali
penelitian, kesediaan berpartisipasi dalam penelitian, dan format identitas partisipan
yang harus dilengkapi. Setelah partisipan menyetujui, membaca keseluruhan isi
informed consent, dan menandatanganinya, proses wawancara segera dilakukan.
Partisipan pertama atau P1 adalah KA. Partisipan merupakan seorang
mahasiswi berusia 21 tahun dan berasal dari kota Sragen. Saat ini partisipan sedang
kuliah pada semester 7. Selain itu, partisipan memiliki kesibukan menjadi seorang
asisten Lab untuk praktikum pada salah satu mata kuliah di jurusannya, sehingga
kegiatan partisipan di kampus masih cukup padat. Partisipan tinggal di kos-kosan di
sekitar kampus dan pulang ke kota asalnya sekitar satu atau dua minggu sekali.
Saat ini partisipan menjalani hubungan berpacaran. Hubungan yang dijalani
partisipan dan pacarnya sudah berjalan sekitar 5 tahun. Namun, 8 bulan terakhir
partisipan menjalani hubungan pacaran jarak jauh karena pacarnya harus bekerja di
Jakarta. Partisipan menjalani hubungan berpacaran sejak SMA di kota asalnya,
Sragen. Lalu melanjutkan hubungan tersebut di Yogyakarta karena sama-sama
melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Hubungan pacaran jarak jauh dijalani karena
pacar partisipan diterima bekerja di Jakarta pada perusahaan yang cukup besar dan
mendapatkan penghasilan yang lebih besar pula dibandingkan di Yogyakarta. Oleh
karena itu, partisipan mendukung keputusan pacarnya untuk menerima pekerjaan
tersebut, walaupun harus membuat mereka terpisah jarak dan mau tidak mau
menjalani hubungan pacaran jarak jauh.
Pada awalnya, partisipan menganggap hubungan jarak jauh sulit dilakukan
dan merasa tidak mampu menjalaninya. Akan tetapi, setelah menjalaninya dan
karena pasangannya berjanji untuk pulang sebulan sekali dan menepatinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
partisipan merasa terbiasa dengan hal tersebut dan mulai menikmati hubungan
pacaran jarak jauh. Namun, pada suatu waktu partisipan pernah dekat dengan
seseorang lawan jenis dan pernah pergi bersama tanpa sepengetahuan pacarnya. Hal
tersebut berlangsung selama satu minggu. Akhirnya, partisipan mengakhiri
kedekatan tersebut karena selalu diliputi perasaan bersalah pada pacarnya dan dalam
kurun waktu yang dekat pacarnya akan mengunjunginya. Di sisi lain, partisipan
mengakui sering muncul keinginan untuk berselingkuh, tetapi partisipan berusaha
mengalihkan diri dari keinginan itu.
Wawancara dengan partisipan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal
21 September 2018 dan 26 September 2018, karena pada pertemuan pertama
partisipan tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan wawancara. Pada
wawancara pertama, partisipan terlihat santai dengan memakai setelan baju tidur
berwarna biru muda. Wawancara dilaksanakan sekitar 15 menit di dalam kamar kos
partisipan. Suasana ketika wawancara sangat tenang karena kondisi kos yang cukup
sepi. Partisipan juga bersuara dengan jelas dan dapat menjawab pertanyaan dengan
baik, walaupun ada beberapa yang ditanyakan ulang.
Pada pertemuan kedua, wawancara dilaksanakan di rumah peneliti, karena
peneliti menawarkannya dan partisipan menyetujui. Partisipan datang ke rumah
peneliti setelah kembali dari kampus dengan memakai pakaian yang rapi yaitu
kemeja kotak-kotak berwarna merah dan celana jeans biru gelap. Wawancara
berlangsung sekitar 25 menit, di ruang tamu di rumah peneliti. Suasana pada saat
wawancara sangat tenang, beberapa kali ada kendaraan yang lewat tetapi tidak
mengganggu proses berlangsungnya wawancara. Partisipan juga dapat menjawab
dengan baik pertanyaan peneliti dan dengan suara yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Partisipan kedua atau P2 adalah FD. Partisipan merupakan seorang mahasiswi
berusia 22 tahun dan berasal dari kota Magelang. Saat ini partisipan sedang
mengenyam pendidikan di semester 9 dan sedang menyelesaikan skripsi, sehingga
dapat dikatakan partisipan tidak begitu sibuk dengan perkuliahan. Partisipan hanya
sesekali ke kampus untuk mengerjakan skripsi atau bertemu dosen pembimbingnya.
Saat ini partisipan sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Hubungan
yang dijalani partisipan dengan pacarnya sudah selama 2 tahun lebih. Partisipan
menjalani hubungan pacaran jarak jauh sejak awal memutuskan untuk pacaran. Pada
awalnya partisipan dan pacarnya bertemu karena suatu masalah antara partisipan
dengan teman pacarnya. Masalah tersebut yang membuat partisipan mengenal
pacarnya dan justru membuat mereka dekat dan akhirnya memutuskan untuk
pacaran. Dari awal partisipan sudah tahu kalau pacarnya bekerja di Bekasi dan
partisipan tetap ingin menjalani hubungan berpacaran karena sudah nyaman dan
tidak masalah bila harus jarak jauh. Selain itu, pacar partisipan berjanji untuk datang
mengunjungi sekitar 2 atau 3 bulan sekali, karena kebetulan juga memiliki keluarga
di Yogyakarta.
Partisipan mengungkapkan bahwa ia bukan tipikal orang yang bisa menjalani
hubungan pacaran jarak jauh, karena sebelumnya belum pernah dan merasa tidak
kuat untuk itu. Akan tetapi, setelah menjalaninya partisipan mengakui bahwa
hubungan pacaran jarak jauh justru lebih nyaman karena tidak harus terus bertemu
dan ketika bertemu bisa membuat semakin dekat dan memanfaatkan waktu sebaik
mungkin. Hal itu pula yang membuat partisipan tidak memiliki keinginan untuk
selingkuh. Walaupun partisipan mengakui banyak godaan yang datang, namun ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
berusaha untuk tidak meladeninya. Sesekali partisipan pergi dengan teman laki-
lakinya tetapi tidak berdua saja dan dengan sepengetahuan pacarnya.
Wawancara dilakukan pada 27 September 2018 di kamar kos partisipan. Pada
saat wawancara partisipan mengenakan baju kaos berwarna merah muda dan celana
pendek berwarna coklat. Partisipan terlihat sedang bersantai di kamar ketika peneliti
datang. Situasi selama wawancara cukup tenang, namun wawancara dihentikan
beberapa saat karena ada adzan dzuhur. Proses wawancara berlangsung selama
kurang lebih 35 menit dan berjalan dengan lancar, partisipan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dan jelas.
Partisipan ketiga atau P3 adalah V. Pada saat ini partisipan berusia 20 tahun
dan merupakan seorang mahasiswi perantauan dari Bali. Partisipan sedang manjalani
perkuliahan di semester 5 di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Partisipan
menjalani hari-harinya sebagaimana mahasiswa pada umumnya, mengikuti kelas
untuk berbagai mata kuliah dan beberapa kegiatan kampus lainnya. Partisipan
terbilang cukup aktif karena tergabung dalam unit kegiatan debat di fakultasnya dan
beberapa kali mengikuti perlombaan antar universitas.
Partisipan sedang menjalani hubungan berpacaran jarak jauh. Partisipan
menjalaninya selama kurang lebih 2 tahun semenjak kuliah semester 1. Pacar
partisipan juga sedang mengenyam pendidikan di salah satu universitas di Bali dan
bekerja sebagai fotografer freelance. Terkadang ketika sedang liburan semester
partisipan ikut serta dengan pacarnya untuk bekerja, membantu mengatur jadwal
pemotretan. Partisipan mengungkapkan bahwa hubungan yang dijalaninya ini
membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik. Selain termotivasi karena pacarnnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sudah mulai bekerja sejak muda, partisipan merasa ia menjadi tidak boros dan lebih
menghargai uang.
Awalnya, partisipan dilarang untuk berpacaran dengan pacarnya saat ini
karena ibu partisipan memiliki hubungan yang kurang baik dengan ayah pacarnya
dan merasa bahwa ketika berpacaran partisipan akan terganggu kuliahnya dan
menjadi tidak fokus. Akan tetapi, partisipan dapat membuktikan kalau pacaran tidak
mengganggunya. Kehadiran sang pacar seringkali memberikan semangat untuk
partisipan, terbukti dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) partisipan yang
meningkat dan partisipan juga tetap aktif dalam kegiatan kampus. Hal itu membuat
ibu partisipan sedikit lebih percaya dan memberikan kelonggaran, sehingga
partisipan dapat melanjutkan hubungannya.
Sejak awal partisipan tidak memiliki keraguan untuk menjalani hubungan
pacaran jarak jauh dan merasa tidak ada masalah untuk itu. Masalah yang muncul
justru datang dari keluarga. Hal tersebut yang membuat partisipan dan pacarnya
sepakat dari awal untuk saling menjaga komunikasi, tetap terbuka dan saling
percaya. Dengan begitu, partisipan sama sekali tidak pernah memikirkan untuk
selingkuh. Di samping itu, partisipan juga memiliki pengalaman tidak baik mengenai
perselingkuhan, karena ayahnya sendiri pernah melakukannya dan membuat
partisipan dan ibunya terlantar. Partisipan tidak ingin berselingkuh karena tahu akibat
dari perselingkuhan tersebut dapat menyakiti orang lain. Hal tersebut dirasakan pula
oleh sang pacar, karena pacar partisipan juga memiliki pengalaman yang sama, yaitu
perselingkuhan yang dilakukan bapaknya. Hal ini yang membuat keduanya semakin
memiliki prinsip yang kuat untuk tidak melakukan perselingkuhan dan memilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
untuk mengakhiri hubungan ketika memang ada masalah yang tidak bisa
diselesaikan dan mengharuskan mereka untuk berpisah.
Wawancara dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2018 di kamar kos
partisipan. Saat itu, partisipan baru saja pulang dari kampus untuk mengikuti ujian
tengah semesternya. Partisipan terlihat santai dengan mengenakan kaos berwarna
putih dan celana pendek berwarna biru. Suasana di tempat kos cukup tenang,
beberapa kali teman kos partisipan melewati kamar kos partisipan dan menyapanya,
partisipan hanya membalas dengan senyuman dan anggukan. Wawancara
berlangsung selama kurang lebih 60 menit. Selama proses wawancara partisipan
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan, beberapa kali bertanya namun tidak
mengganggu berlangsungnya wawancara. Terkadang partisipan berbicara dengan
intonasi yang cukup tinggi, tertawa, dan secara keseluruhan partisipan berbicara
dengan cukup cepat.
Partisipan keempat atau P4 adalah DE. Partisipan merupakan seorang anak
tunggal yang berusia 21 tahun. Partisipan lahir dan besar di Pekalongan, sehingga
dengan melanjutkan pendidikan di Jogja menjadi kali pertama partisipan merantau
dan jauh dari keluarganya. Saat ini, partisipan sedang kuliah pada semester 7 dan
masih mengambil beberapa mata kuliah. Sehari-hari, selain kuliah partisipan lebih
sering menghabiskan waktunya di kos atau terkadang pergi bersama teman-
temannya.
Pada saat ini, partisipan sedang menjalani hubungan pacaran jarak jauh
dengan pacarnya yang berada di Pekalongan. Hubungan ini sudah dijalani partisipan
selama kurang lebih 2 tahun 3 bulan. Partisipan mengenal pacarnya sudah sejak
lama, karena mereka merupakan teman masa kecil. Saat SMA pun mereka pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
berpacaran, namun hanya sekitar 2 minggu. Mereka mulai dekat kembali ketika
partisipan pulang untuk liburan semester. Partisipan mengungkapkan bahwa hampir
setiap hari selama liburan mereka terus bersama, sampai akhirnya beberapa jam
sebelum partisipan kembali ke Jogja mereka memutuskan untuk berpacaran.
Awalnya partisipan bingung dan menanyakan keseriusan sang pacar karena dengan
mereka menjalin hubungan berarti mereka akan menjalin hubungan pacaran jarak
jauh. Akan tetapi, sang pacar meyakinkan kalau ia harus mengikat partisipan dengan
status berpacaran agar satu sama lain bisa menjaga diri untuk setia.
Pada awal pacaran, partisipan mengakui lebih sering curiga dan khawatir
yang berlebihan dan tak jarang membuat mereka bertengkar. Akan tetapi, sifat pacar
yang menurut partisipan lebih dewasa dapat meredam kecurigaan dan amarah
partisipan. Partisipan mengungkapkan pacarnya adalah orang yang baik, percaya dan
tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Partisipan bertemu dengan pacarnya
setiap satu bulan atau satu bulan setengah sekali, ketika partisipan pulang ke
Pekalongan atau pacarnya yang mengunjungi ke Jogja, selain itu mereka bertemu
ketika liburan semester. Hal ini yang membuat partisipan memikirkan untuk
selingkuh, karena ketika ia butuh seseorang pacarnya jauh dan tidak bisa langsung
hadir. Partisipan merasa dirinya adalah orang yang manja dan butuh perhatian yang
lebih secara langsung, karena pacarnya jauh partisipan sering meladeni pesan dari
lawan jenisnya dan bahkan pergi bersama. Hal itu dilakukan partisipan di belakang
pacarnya. Partisipan mengungkapkan bahwa terkadang ia membutuhkan kehadiran
seseorang yang bisa mendengerkan ceritanya secara langsung atau bisa diajak
senang-senang bersama dalam waktu yang cepat. Beberapa bulan yang lalu,
partisipan pernah dekat dengan seorang kakak tingkat laki-lakinya selama kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
lebih satu bulan setengah, baik melalui chatting dan beberapa kali pergi bersama. Hal
tersebut dilakukan partisipan tanpa sepengetahuan pacarnya, namun 2 minggu
setelah mengakhiri hubungan dengan kakak tingkat tersebut, partisipan mulai merasa
bersalah dan akhirnya menceritakan kejadian tersebut kepada pacarnya. Pacar
partisipan merasa sangat marah dan kecewa, mereka bertengkar kurang lebih 1
minggu dan akhirnya setelah sama-sama merasa baik partisipan meminta maaf dan
pacarnya pun memafkan dengan alasan menghargai kejujuran partisipan, dan mereka
melanjutkan hubungan mereka sampai saat ini.
Wawancara dilaksanakan di ruang tamu di kos partisipan pada tangal 7
November 2018. Saat itu partisipan terlihat santai dengan menggunakan baju tidur
berwarna putih dengan motif titik-titik hitam. Suasana kos cukup tenang, beberapa
kali terdengar suara motor dari penghuni kos yang lain, namun partispan bisa tetap
fokus dalam menjawab pertanyaan dari peneliti. Wawancara berlangsung selama
kurang lebih 70 menit. Partisipan menjawab segala pertanyaan dengan suara yang
lantang dan jelas, sesekali partisipan memberi penekanan pada kalimatnya terutama
ketika menceritakan permasalahan yang pernah terjadi dalam hubungannya.
C. Hasil Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa temuan
terkait topik penelitian, yaitu komponen cinta yang paling rawan memicu
perselingkuhan cinta dalam hubungan pacaran jarak jauh dan upaya mahasiswi untuk
mengontrol diri agar tidak melakukan perselingkuhan dan tetap mempertahankan
komponen cinta dalam hubungannya.
1. Komponen Cinta yang Paling Rawan Memicu Perselingkuhan dalam
Hubungan Pacaran Jarak Jauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Secara umum, komponen cinta terbagi menjadi 3 yaitu intimasi, hasrat,
dan komitmen. Dalam jawaban partisipan ditemukan bahwa komponen cinta
dalam hubungan pacaran jarak jauh yang dijalani oleh seluruh partisipan masih
dapat terjalin dengan cukup baik. Ketiga komponen cinta tetap diupayakan
semaksimal mungkin walaupun dengan banyak keterbatasan akibat jarak
diantara pasangan. Untuk itu peneliti akan membahas ketiga komponen cinta
yang tetap dijalani partisipan secara satu persatu sebagai berikut:
a. Intimasi
Intimasi merupakan elemen afeksi dalam hubungan berpacaran,
berupa kedekatan yang terjalin antara satu sama lain. Partisipan
mengupayakan berbagai cara untuk tetap merasa dekat dengan pasangannya
walaupun terpisah jarak. Dalam jawaban yang dikemukakan partisipan,
peneliti menemukan bahwa dalam hubungan pacaran jarak jauh komponen
intimasi atau kedekatan dengan pasangan dapat dibangun dengan
komunikasi yang intens. Hal tersebut dapat ditemukan melalui kutipan
jawaban dari partisipan:
P1. Pertama itu sih mbak, komunikasi. Komunikasinya kami tetap
intens gitu komunikasinya. Jadi ya chatting-an terus, telpon, video call
juga, kadang kamu juga main game bareng itu di Hago itu, kayak
gitu-gitu.
Komunikasi dengan berbagai cara menjadi sarana yang efektif untuk
menjaga kedekatan dalam hubungan pacaran jarak jauh, didukung oleh
jawaban partisipan pada kutipan berikut:
P2. Ohh yaitu balik lagi ke komunikasinya itu, kalau lagi sama-sama
selo dan yang lagi pengen telpon ya dia telpon atau video call,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bahkan video call yang sampe pagi. Ya dari komunikasinya itu yang
menjalin kedekatan.
Akan tetapi komunikasi yang tidak langsung atau hanya melalui
media internet sering menimbulkan kesalahpahaman antara partisipan dan
pasangannya:
P1. Aku gak bisa chat cerita gini, cerita tentang temenku itu gini gini
gini, tapi dia itu nangkepnya gak seperti itu. Terus jadinya salah
paham terus aku marah. Soalnya aku mikirnya aku gak mau dia jawab
seperti itu tapi dia mikirnya kayak gitu gitu loh. Yaudah salah paham
gitu, terus akhirnya dia nelpon minta dijelasin gini gini gini terus
nanti dia nanya maksudmu gimana, aku jelasin maksudku terus dia
kasih respon yang sesuai gitu sih. Tapi biasanya chat gak aku bales
dia nelpon gak aku angkat, jadi aku ya udah aku gak ngapa-ngapain
sampai nanti aku bener-bener enak gitu baru aku jelasin ke dia lagi.
Selain dengan komunikasi, adanya perasaan diterima membuat
partisipan merasa dirinya sangat dekat dengan pasangan:
P4. Aku merasa kalau kita ldr yaudah gitu aja kan, kita gak bisa
berbuat lebih selain chatting-an dan videocall. Tapi kalo semisalkan
ketemu gitu tu aku merasa aku aman aku merasa seneng aja, soalnya
aku sama dia tu aku ngerasa dia tu kakak aku, dia tu temen aku kayak
gitu. Jadi aku mau cerita apapun aku gak mikir dia bakal gimana-
gimana, jadi ya dia bakal terima gitu aja.
Partisipan membuat kesepakatan sejak awal untuk dapat menjaga
komunikasi yang intens, di samping itu adanya rasa percaya dan
keterbukaan juga dapat menjaga kedekatan dalam sebuah hubungan
pacaran jarak jauh, seperti kutipan berikut:
P3. Kalo kita itu sama-sama jaga komunikasi aja. Sebelum ldr pun
kita udah buat perjanjian gitu loh kak, untuk percaya, komunikasinya
itu tetap dijaga, kabarin, gak ada yang ditutup-tutupin.
Berdasarkan pemaparan partisipan, komunikasi menjadi cara yang
paling efektif untuk menjaga komponen intimasi dalam hubungan pacaran
jarak jauh. Hanya saja komunikasi yang dilakukanpun terbatas hanya melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
pesan, telepon dan video call. Hal tersebut pun tidak bisa dilakukan setiap
saat karena partisipan dan pasangannya memiliki kesibukan masing-masing.
Selain itu, terkadang bentuk komunikasi yang tidak langsung dan hanya bisa
melalui internet atau media sosial seperti ini sering menimbulkan
kesalahpahaman karena maksud yang disampaikan tidak sama seperti apa
yang diterima.
b. Hasrat
Komponen hasrat mengarah dalam bentuk keinginan melakukan
kontak fisik. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan untuk memenuhi
komponen hasrat berupa kontak fisik pada pasangan pacaran jarak jauh. Oleh
karena itu dalam hubungan pacaran jarak jauh kontak fisik hanya terjadi
ketika pasangan sedang bertemu. Partisipan hanya bisa menunggu sampai
waktunya bertemu dengan pasangan. Hal ini didukung oleh jawaban
partisipan dalam kutipan berikut:
P2. Mau nggak mau nunggu sih hehehe, nunggu sampai dia
balik…..Setiap ketemu itu yan paling pelukan, dia dateng itu paling cium, cium kening, cium bibir, cium pipi itu pasti. Meluk itu pasti, gak
bakal itu gak dilakuin itu, pasti pelukan. Terus kalau jalan, kalau lagi
mau ya gandengan kalau nggak yaudah jalan sendiri-sendiri gitu.
Pada partisipan lain peneliti juga menemukan bahwa untuk menjaga
komponen hasrat dalam sebuah hubungan, partisipan akan menjalin kontak
fisik dengan pasangannya. Hanya saja kontak fisik tersebut baru bisa
dilakukan partisipan ketika bertemu langsung dengan pasangannya:
P3. Berarti setiap ketemu aja dong, ya itu setiap pulang liburan
aja.....Yang sekarang sih karena udah 2 tahun juga jadi kayak yang
udah meningkat gitu loh, udah yang berani kayak ciuman gitu, ya gak
sekedar cuma cium pipi cium kening juga gitu loh, ya gitu deh kak
hehe.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Walaupun menjalin kontak fisik dengan pasangan partisipan
memahami bahwa dalam konteks hubungan berpacaran, kontak fisik yang
terjadi tidak mengarah pada hubungan seksual dan tidak dilakukan di
tempat umum. Peneliti menemukan bahwa partisipan sadar akan batasan
kontak fisik pada hubungan berpacaran:
P2. Nah ya sejauh itu yang aku pahami hasrat itu memang dari dalam
diri untuk hubungan seksual, tapi kalau aku sendiri menjalaninya
nggak sekarang.
P1. Kalau pas ketemu itu paling jalan...Nah kalau disitu kita ya biasa,
apa gandeng tangan, mainin tangan kayak gitu. Kadang dia juga
ngerangkul, tapi disini (menunjuk bahu) dia gak berani yang
pinggang gitu karena ditempat umum kan, kami juga masih jaga itu
lah, privasi. Yaudah gitu lah, terus nanti kalau misal balikin dia eh
balikin dia, nganter dia gitu ke stasiun paling pegangan tangan terus
dia kecup kening, pipi juga kayak gitu sih, sebatas itu aja.
Seperti sebuah keharusan ketika bertemu, partisipan lain menyebutkan
dalam kutipan berikut bahwa kontak fisik seperti obat dan pasti dilakukan
ketika bertemu. Kontak fisik dianggap dapat mengobati kerinduan yang sudah
ditahan selama partisipan dan pasangannya terpisah jarak:
P4. Ya setiap ketemu dia itu kayak aku ngerasa dapet obat tu loh.
Soalnya aku emang sering bilang kan aku gini gini gini, aku pengen
dipeluk kan. Aku emang yang paling utama itu dipeluk sih, terus
kadang dia suka usap-usap kepala gini kan, terus dia cium-cium
kening.....ya selama ini aku udah pernah ciuman, udah pernah
pelukan, yaudah aku sebatas itu, parah-parahnya aku pacaran itu ya
ciuman mbak.
Komponen hasrat atau kedekatan secara fisik yang berupa kontak fisik
hanya dapat dilakukan partisipan ketika sedang bertemu yaitu beberapa bulan
sekali. Bentuk kontak fisik yang dilakukan partisipan dengan pasangannya
hanya sebatas berpegangan tangan, pelukan, ataupun ciuman. Para partisipan
mengaku tidak melebihi batasan kontak fisik yang sampai mengarah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
hubungan seksual. Dari penyataan partisipan, peneliti menyimpulkan bahwa
komponen hasrat tidak cukup terpenuhi karena adanya jarak yang
menghalangi partisipan dan pasangannya untuk menyalurkan komponen
hasrat. Akan tetapi, partisipan tetap hanya melakukan kontak fisik dengan
pasangannya dan memilih untuk menunggu sampai waktunya bertemu.
c. Komitmen
Komitmen menjadi komponen cinta yang membuat seseorang
mempertahankan kelangsungan hubungannya. Partisipan menganggap
komitmen sebagai pedoman untuk menjalani hubungan. Oleh karena itu
ketika menjalani hubungan pacaran jarak jauh partisipan sudah membangun
komitmen dengan pasangannya. Komitmen muncul dalam bentuk hal-hal
yang disepakati bersama sejak awal dan dianggap sebagai pedoman:
P1. Komitmennya itu, kami punya tiga komitmen. Yang pertama itu
terbuka, jadi apapun yang kita lakuin hari ini itu kita flor-in, masalah
hari ini, apapun. Terus yang kedua itu, setia eh percaya. Ya jadi kami
percaya satu sama lain gitu, oh dia disana kerja aku disini kuliah.
Terus yang selanjutnya itu, jujur apa adanya gitu. Jadi mau seprivasi
apapun itu harus tetap di flor-in, jadi dia tau akupun juga tau. Yaudah
itu sih mbak komitmen kami dari awal.
Dalam hubungan pacaran jarak jauh, komitmen penting dibentuk agar
merasa lebih tenang dalam menjalani hubungan. Selain itu, pasangan
memiliki harapan untuk hubungan yang terus berlanjut ke depannya,
sehingga mereka akan menyepakati hal-hal yang dapat mempertahankan
hubungan tersebut:
P2. Komitmennya ya itu tadi udah gak mau nambah mantan, yang
penting modalnya percaya, dijalanain, kalau ada apa-apa langsung
ngomong, yang jelas kedepannya semoga bisa terus bareng terus.
P3. Komitmennya itu jangan putus karena hal-hal yang sepele,
terutama karena komunikasi. Jadi kita lebih ke komukasinya tetep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dijaga aja dan tetep mempertahankan komitmen kita dan mimpi-
mimpi sih, maksudnya kita bermimpi ini gak akan berakhir gitu loh
akan berlanjut terus. Ya kita menjaganya disitu, ya komunikasi lah.
Keinginan untuk memiliki hubungan yang serius juga mendorong
pasangan untuk memiliki komitmen dalam hubungannya:
P2. Komitmennya sih yang jelas gak mau nambah mantan. Apalagi
dia juga usianya bukan usia yang buat main-main lagi, dia udah
menyadari itu dan dia udah bilang “aku gak mau pacaran yang main-
main” dan aku juga bilang :kamu serius gak? Kalau serius ya ayok
kalau nggak ya ngapain”. Yaudah kita sama-sama serius.
Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa ketika menjalani
hubungan berpacaran partisipan dan pasangannya hanya berusaha untuk
menjaga hubungan sebaik mungkin dan belum memikirkan untuk
hubungan selanjutnya:
P4. Aku sama pacarku itu sebenernya model pacarku tu nantinya kita
mau gimana itu ya biar nanti urusan nanti, yang penting gimana kita
sekarang menjaga hubungan kayak satu sama lainnya tu masih masuk
akal, berkesinambungan gitu. Kalau aku karena aku tu mikir 21 tahun
tu bukan yang kayak anak kecil lagi kan, jadi aku mikir kan kalau
udah nemu yang pas ya kenapa nggak. Jadi kan pacaran putus
nyambung-putus nyambung itu kan juga capek kan, kayak kamu harus
nyari, harus perkenalan lagi, kamu harus menyesuaikan satu sama
lain, kayak kamu harus jadi orang lain gitu kan. Tapi kalau emang
udah nemu yang pas ya kenapa nggak dan aku merasa aku udah pas
sama dia jadi yaudah lah, yaudah kita jalanin aja, gimana kita
menjaga. Ya akhirnya aku ngikut dia. Apa yang nantinya, maksudnya
ending-nya aku bakal sama dia atau sama yang lain itu biar rahasia
nanti, biar nanti waktu yang menjawab gitu.
Melihat setiap jawaban partisipan, komitmen dianggap sebagai
panduan dalam menjalani hubungan dan sudah diputuskan partisipan dan
pasangannya sejak awal sepakat untuk berpacaran. Komitmen yang dibuat
partisipan dan pasangannya mengarah pada komitmen untuk selalu bersama-
sama dan menjaga hubungan sebaik mungkin, misalnya melalui komunikasi,
rasa saling percaya dan terbuka. Partisipan ingin menjalani hubungan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
serius sehingga para partisipan berusaha menjaga komitmen yang sudah
dimilikinya.
Berdasarkan penemuan mengenai komponen cinta dalam hubungan
pacaran jarak jauh, tidak terpenuhinya salah satu komponen cinta beresiko
terhadap munculnya perselingkuhan. Oleh karena itu, pada hubungan
berpacaran jarak jauh perselingkuhan dilakukan karena adanya keinginan
untuk memenuhi komponen cinta yang tidak terpenuhi. Selingkuh
diindikasikan dengan menjalin hubungan dengan orang lain yang bukan
pasangannya dan tanpa sepengetahuan pasangannya.
Dalam penelitian ini, partisipan mengaku pernah menjalin hubungan
dengan lawan jenis yang bukan pasangannya atau berselingkuh. Partisipan
melakukan perselingkuhan dengan alasan bahwa ia membutuhkan
kehadiran orang lain untuk mendengarkan ceritanya, untuk diajak pergi
dan ada secara langsung, bukan untuk hal lain seperti kontak fisik atau
hubungan berkomitmen, dapat dilihat dari kutipan jawaban partisipan berikut:
P1. Iya ada. Dulu ada yang deketin tapi gak lama sih cuman
semingguan gitu mbak, pernah jalan bareng kita. Kalau nonton nggak
sih, Cuma jalan bareng gitu sih... Jadi yaudah selama seminggu itu
kan sama temenku aku merasa ada temen, ada yang gantiin perannya
pacarku gitu. Yaudah aku merasa nyaman karena aku merasa ada
yang dengerin aku, ada yang aku ajak ngobrol tentang keseharianku,
tentang stressout ku itu seperti apa. Dan dia sering kali juga apa
memberikan apa ya kayak motivasi gitu lah mbak, kayak ngomong-
ngomong gitu aja sih......aku gak pernah mikir buat sampai ke kontak
fisik gitu sih. Kalau mikir buat selingkuh itu ada terbersit selalu sih,
eh gak selalu tapi sering, sering terbersit gitu. Tapi ya itu, tujuannya
cuma apa ya, biar aku lega aja ada tempat cerita. Aku gak
mengharapkan untuk di pegang tangannya, dipeluk, di apa ya di puk-
puk gitu aku gak berharap sih.
P4. Aku gak tau ya mbak ini kategorinya selingkuh atau nggak, tapi
beberapa bulan yang lalu aku dekat sama cowok, dia yang mulai
chatting duluan. Lama lama lama lama kita kok kayak intens gitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
chatting-annya, terus habis itu dia juga berapa kali ngajak ketemu
dan kita tu ketemu, kita jalan gitu kan. Aku tau cowok ini udah punya
pacar kan, udah punya cewek, tapi karna ya gimana ya aku merasa
nyaman kayak aku mendapati wujud nyata gitu loh, karna kalau aku
sama pacarku kan kayak hanya bayangan semu gitu kan, aku gak bisa
yang namanya megang dia, gak bisa tatap muka secara langsung gitu
kan. Nah sama si cowok ini kayak aku merasa lebih lebih gimana ya,
karena kita tu kasarannya ya kayak pengen ketemu sekarang tu bisa
gitu loh. Nah itu memang beberapa kali aku sempat ketemu sama dia
sempat pergi sama dia....Sebenernya karena aku butuh sosok yang
ada gitu sih mbak, karena kan aku ldr kalau aku pengen ketemu kan
gak bisa langsung. Nah kalau sama ini kan sama-sama di Jogja, jadi
aku bosen, aku pengen main aku bisa ngajak dia ketemu terus dia bisa
yaudah kita jalan gitu......Nggak sih, gak pengen dipegang atau di
peluk gitu, aku malah risih kalau digituin. Karena aku tu apa yaa, aku
tu manja, jadi semisal kalau aku stress, aku pusing, aku capek sama
kuliah, aku pengen ada yang dia tu kalau bahasa jawanya itu
ngedem-demi apa ya yang bisa ngasih semangat tapi secara langsung
gitu loh. Jadi gak cuman kayak di chat, karena kalau langsung tu
lebih kerasa gitu loh.
Pada P1 keinginan berselingkuh kerap kali muncul, karena partisipan
sangat membutuhkan kehadiran yang nyata:
P1. Karena aku tipe orang yang butuh kehadiran terus aku gampang
stres, terus kalau aku stres itu aku pengennya cerita ke siapapun gitu.
Terus aku mikir aku lebih nyaman itu kalau cerita ke laki-laki
daripada ke perempuan karena kebanyakan temen-temenku itu sama
masalahnya gitu, sama-sama stres gitu, jadi aku mikirnya kalau cerita
ke laki-laki yang gak psikologi itu kan lebih apa ya enak gitu. Dia
lebih tau lebih bisa mendengarkan gitu. Jadi, yaitu sih mbak, sering,
cukup sering, karena merasa aku butuh orang yang bener-bener deket
gitu, bener-bener ada, riil gitu, bukan di social media gitu untuk
cerita.
Perselingkuhan dilakukan partisipan karena adanya kebutuhan akan
kehadiran sosok laki-laki secara langsung untuk mendengarkan ceritanya dan
bisa diajak pergi bersama. Pernyataan partisipan secara tidak langsung
menjelaskan bahwa komponen intimasi menjadi komponen yang rawan
memicu perselingkuhan. Hal ini dikarenakan komponen intimasi tidak cukup
dipenuhi oleh pacarnya, sehingga partisipan mencarinya dari laki-laki lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Kedekatan dalam komponen intimasi tidak cukup tepenuhi hanya dari
komunikasi melalui chatting atau telepon seperti yang dilakukan bersama
pacarnya, partisipan membutuhkan kedekatan secara langsung dan riil. Oleh
karena itu, komponen intimasi menjadi komponen cinta yang paling rawan
memicu perselingkuhan dalam hubungan pacaran jarak jauh dibandingkan
komponen hasrat ataupun komitmen.
2. Upaya Kontrol Diri untuk Tidak Berselingkuh pada Komponen Cinta
Dalam penelitian ini, upaya kontrol diri yang dilakukan partisipan
mengarah pada kontrol atas pikiran, perilaku, dan keputusan untuk tidak
berselingkuh. Kontrol diri berperan penting bagi partisipan untuk menghindari
keinginan berselingkuh. Berikut ini akan dijabarkan upaya kontrol diri untuk
tidak berselingkuh pada partisipan dalam 3 aspek kontrol diri dan terhadap
komponen cinta yang dimiliki partisipan:
a. Cognitive Control (Kontrol Pikiran)
Kontrol pikiran merupakan kemampuan individu untuk
mempertimbangkan dan memberikan penilaian atas suatu hal yang tidak
menyenangkan. Ketika memiliki keinginan berselingkuh, partisipan
mengontrol pikirannya dengan mempertimbangkan konsekuensi yang
mungkin terjadi dan mereka alami. Partisipan merasa jahat dan bersalah
ketika melakukan perselingkuhan, hal tersebut diperkuat dengan kutipan
jawaban partisipan berikut:
P1. Aku ngerasa mikir kayak jahat banget sih aku disini, kan harusnya
kuliah jaga hubungan, biar bisa baik gitu kan. Tapi eh malah aku
jalan sama cowok lain gitu tanpa sepengetahuan dia gitu. Sedangkan
disana dia kerja, kerja buat nabung masa depan gitu kan, terus
yaudah aku merasa bersalah aja gitu lama-kelamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Selain itu, partisipan lain berpikir sudah mendapatkan pacar yang
baik dan tidak ingin menyia-nyiakannya, seperti dalam jawaban yang
diungkapkan partisipan berikut ini:
P4. Kalau itu aku lebih mikir kayak, aku memaksa diriku buat mikir
kalau pacarku dia itu baik dia gak macem-macem. Aku jadi kadang
kayak pergulatan batin sendiri gitu lho, disatu sisi aku kayak pengen
tapi disatu sisi aku kayak ngapain sih kayak gitu....Aku tu, aku mikir
aja mbak, selama ini dari aku yang ngerti namanya cowok, aku ngerti
pacaran gitu tu, aku baru nemu cowok yang kayak dia, jadi aku
sayang aja kalau aku nyakitin dia gitu, terus juga kayak aku bodoh
aja kalau aku nyia-nyiain dia. Jadi aku mikirnya kalau aku gak boleh
macem-macem, akhirnya kayak aku ngomong sama diriku sendiri
“kamu tu gausah macem-macem, kamu tu gausah aneh-aneh, kamu
harusnya bersyukur dapet dia karena dia juga gak macem-macem”
gitu.
Untuk menjaga keintiman dengan pasangannya, partisipan mengontrol
pikirannya dengan memikirkan perasaan sang pacar dan tidak ingin
mengecewakannya, serta menghilangkan kepercayaannya. Hal tersebut
diperkuat oleh pernyataan partisipan dalam kutipan jawaban berikut:
P1. Aku tu mikirnya dia nanti sedih, dia kecewa gitu kalau misalkan
dia tau aku bermain dengan yang lain gitu kan. Apa ya takut aja mbak
kalau dia sedih dia kecewa, terus malah merembet ke yang lain-
lainnya kan.
P4. Iya aku mikir kayak kalau dia tau aku ngelakuin yang aneh-aneh
dibelakang dia, dia pasti kan sakit hati, kecewa gitu, dia nanti
akhirnya gak percaya lagi sama aku, sedangkan aku tau bikin orang
lain percaya ke diri kita itu susah, sedangkan satu kali aja nyakitin
dia terus kepercayaannya dia udah ilang itu bakal susah gitu lho
dapetin kepercayaan dia lagi.
Peneliti menemukan bahwa partisipan merasa mengontrol pikiran,
sulit dilakukan. Partipan menilai bahwa selingkuh itu dapat menyakiti
pacarnya dan akibatnya mungkin bisa kehilangan. Hal tersebut dapat
terlihat dari kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
P2. Agak susah sih kalau ngontrol pikiran, ya itu tadi balik lagi ke aku
mikirin dia kalau dia gini yang kayak yang aku lakuin berarti kan
yang sakit aku nih. Gimana pun aku gak mau ngerasain sakit kan, toh
dulu udah pernah ngerasain kan, gak mau ngerasain lagi. Dari situ ya
ngerubah buat “jangan, jangan, gak boleh kayak gitu”. Toh kalau dia
sakit yang kelangan aku, walaupun aku kemungkinan bisa dapat ganti
disini, tapi kan belom tentu aku dapat kenyamanan seperti yang
sekarang.
Untuk tetap menjaga kedekatan dengan pasangannya, partisipan
berpikir dengan menghubungi pasangannya akan membuatnya merasa
tetap dekat dan tidak meladeni chat dari orang lain:
P1. Ahh hmm aku mikirnya ya nelpon pacarku. Langsung telpon
pacarku, cerita-cerita apa gitu sih. Lebih kayak aku mikirnya biar
deket aja sama pacarku, kan kalau aku telpon aku gak akan mungkin
chatting-an, gak akan mungkin dm (direct messege)-an, kayak gitu-
gitu kan mbak.
Partisipan juga mengontrol pikirannnya untuk hanya memikirkan
kontak fisik dengan pacarnya dan tidak menyakitinya dengan
memikirkan kontak fisik dengan orang lain:
P1. Aku cuma mau kontak fisik dari pacarku itu dan aku membatasi
dari orang lain. Ya aku mikirinnya kalau mau melakukan dan
mendapatkan kontak fisik hanya dari pacarku nggak dari orang lain.
Peneliti juga menemukan bahwa salah satu partisipan sangat
memikirkan usia hubungan mereka yang sudah berlangsung lama sehingga
partisipan berpikir untuk tidak melakukan kontak fisik dengan laki-laki
lain lebih dari yang ia lakukan dengan pacarnya:
P4. Aku mikirnya karena aku udah dua tahun sama dia, itu bukan
waktu yang sebentar, itu lama banget, ibaratnya kalau orang bilang
itu udah susah seneng bareng gitu kan. Jadi kayak kalau aku aneh-
aneh, kau selingkuh lagi maksudnya kayak aku berhubungan sama
kakak tingkatku itu aku mengulang kesalahan yang sama untuk
kesekian kalinya kan, gimana ya dia jadi kayak nanti apa pertama,
dia gak percaya, akunya juga susah, jadi hubungan kita kayak
ngapain dilanjutin lagi kalau udah kayak gitu kan, karena salahnya
dari aku pribadi. Jadi aku apa namanya aku mikir kalau aku deket
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sama cowok itu aku gak boleh lebih dari aku ke pacarku, sama aja
gak boleh, apalagi lebih. Jadi ya aku cuman kontak fisik sama
pacarku, aku jalan sama cowok lain tu kayak hanya untuk senang-
senang aja, aku gak berharap kayak aku dapet misal cium dari dia
atau pelukan dari dia, aku gak mikir sampai kesitu, aku cuma mikir
aku senang, aku hilang stres aja udah.
Mengontrol pikiran dengan tujuan menjaga komitmen yang dimiliki
membuat partisipan memikirkan untuk menepati komitmen tersebut demi
keberlangsungan hubungan yang dimilikinya, sesuai dengan yang
diungkapkan partisipan dalam kutipan berikut:
P1. Jadi kan kalau dari awal kan aku udah punya komitmen itu kan
mbak, ya aku balik lagi mikirin kalau aku udah punya komitmen sama
pacarku gini gini gini, kan jadi aku harus menepati itu. Jadi, aku ya
balik ke komitmenku itu, komitmen kami berdua untuk relasi
romantisku itu.
Sudah merasa nyaman dan mendapatkan orang yang tepat membuat
partisipan terus berpikiran untuk menjaga hubungannya dan tidak ingin
mencari yang lebih baik lagi:
P4. Iya itu sama kayak yang aku jelasin sebelum ini, aku mikirnya dua
tahun itu bukan waktu yang singkat gitu kan dan untuk mencapai 2
tahun itu kayak udah susah seneng bareng, kayak aku udah tau
busuknya dia, dia udah tau busuknya aku, aku udah 21 satu tahun
kalau memang udah memang merasa nemu yang pas ngapain repot-
repot nyari yan lain lagi yang belum tentu kayak yang kamu pengen,
karena misal aku pengen orang yang kaya gitu, dititik orang kaya itu
ada yang lebih kaya lagi ada yang lebih lagi, jadi kalau aku mencari
biar kayak yang lebih ganteng atau lebih pinter pasti ada akan ada
yang lebih lebih dan lebih. Terus misal kayak pacarku nyari kriteria
yang cantik gitu kan, yang lebih cantik dari aku dia udah nemu, tapi
pasti akan ada yang lebih lebih gitu. Pertama manusia gak ada
puasnya, pasti ada yang lebih gitu lho. Jadi kalau emang stuck ada
kriterianya gini gini gini itu gak bakal ketemu gitu, jadi aku mikirnya
karena aku dah nyaman yaudah aku percaya yaudah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Disisi lain, peneliti menemukan bahwa salah satu partisipan sama
sekali tidak memiliki pikiran untuk selingkuh, karena dipengaruhi oleh
pengalaman di masa lalu yang membuat partisipan memiliki pertimbangan
yang besar untuk selingkuh:
P3. Mikirin…gimana ya, aku tu selalu mikirin apa ya kepikiran buat selingkuh tu sama sekali gak ada kak jujur aja itu bener-bener yang
gak ada banget, plek gak ada. Ditambah lagi dengan pengalamanku
dan prinsipku ‘aku enggak’, mungkin yang aku pikirin cuman
perasaan pacarku ajasih.
b. Behavioral Control (Kontrol Perilaku)
Mengontrol perilaku berarti bahwa partisipan memiliki kemampuan
untuk mengatur tindakannya atas suatu kondisi. Partisipan cenderung memilih
tindakan yang memiliki konsekuensi positif dan tidak merusak hubungan
yang sudah dijalani. Agar tidak melakukan perselingkuhan, salah satunya
dengan dengan membatasi kontak dengan lawan jenis yang berusaha
mendekati:
P1. Nah akhirnya aku membatasi kontak sama temenku itu. Dia
sempat kayak gak terima gitu sih, bukan gak terima tapi kayak pengen
tau alasanku gitu. Terus ya udah aku flor-in kalau aku merasa
bersalah gini gini gini, terus dia juga yaudah mencoba menerima.
Membatasi diri menjadi salah satu bentuk kontrol perilaku yang
dilakukan oleh partisipan. Partisipan beranggapan ketika sekali menanggapi
sebuah ajakan atau pesan, maka akan berlanjut. Sehingga membatasi diri
sejak awal dianggap tepat untuk mencegah kemungkinan berselingkuh:
P3. Batasin diri sih aku mikirnya....... aku gak mau gak mau ngebales
chat-chat itu, karena menurutku kalau kita udah sekalinya bales dan
kita merasa asik yang asik sementara gitu, itu pasti bisa ngejatohin
prinsip banget gitu loh. Jadi kalau ada yang ngechat yaudah aku gak
mau lagi bales-bales, jadi aku langsung nge-cut nya di awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Salah satu partisipan tidak lagi melanjutkan chatting dengan laki-laki
lain dan membatasi dirinya agar tidak terbawa perasaan, karena
partisipan menyadari hal-hal tersebut dapat menjadi bumerang dan berpotensi
merusak hubungannya.
P4. Ya gimana ya aku nunjukkinnya aku akhirnya udah gak chatting-
an sama cowok lagi, toh kalau ada yang chatting aku nanggepinnya
biasa aja gitu yang gak menjurus ke yang nantinya bikin dia baper
atau aku baper. Terus aku tu harus tau mana yang bakal jadi
bumerang buat hubunganku mana yang nggak gitu loh. Jadi ya nggak,
aku udah gak usah yang aneh-aneh lagi, gak usah selingkuh lagi,
karena itu nantinya juga bakal jadi bumerang buat aku sendiri,
mungkin yang kemaren aku dimaafin, tapi kalau semisal aku kayak
gitu lagi belum tentu juga akan dimaafin lagi kerena itu udah lebih
dari satu kali gitu kan. Jadi mungkin dia udah ngasih aku kesempatan
kalau aku sia-siain ya udah lah kayak ‘aku udah mau ngerti
keseriusanmu lagi, tapi kamu gitu lagi’. Jadi aku yaudah gak mau aku
gak akan selingkuh-selingkuh lagi, gak mau jalan sama cowok lain
lagi tanpa sepengetahuan pacarku...... soalnya maksudnya kayak dia
udah pernah kecewa dan mungkin kalau aku ngelakuin lagi
kecewanya bakal nambah dan itu mungkin berdampak kalau aku gitu
lagi kita bakal putus langsung saat itu juga.
Menghubungi pacar sebagai orang terdekat dan orang pertama
untuk berbagi berbagai hal menjadi salah satu kontrol perilaku bagi
partisipan agar merasa dekat dengan pacarnya dan menghindari untuk tidak
mencari orang lain selain sang pacar:
P1. Ohh, em biasanya misal kalau aku bosan, aku ada masalah disini
gitu, aku selalu langsung chat pacarku gitu, jadi gak ke yang lainnya.
Jadi langsung chat, atau kalau dia lagi selo kami langsung telpon,
video call. Kalau aku ada kesulitan, misal kemaren itu aku ada
kesulitan di skripsi itu aku video call langsung mbak. Jadi ya
langsung ke dia, dia yang bantuin aku, aku gak berfikir ke yang lain-
lainnya.... Iya, aku langsung kepacarku, biar lebih terbuka dan gak
ada yang ditutup-tutupi lagi, kayak gitu. Ya itu tadi mbak, ya aku
selalu ingat-ingat gitu loh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Partisipan merasa mengkomunikasikan segala hal dengan sang
pacar membuatnya dapat mengalihkan diri dari keinginan untuk melakukan
perselingkuhan dan menjadi lebih terbuka dengan pacar:
P4. Hmm kalau aku yang pertama itu komunikasi, gak ada yang bisa
dilakuin ldr itu lebih dari komunikasi karena jaraknya kan. Jadi kayak
aku ngapa-ngapain gitu kan, kayak aku seneng aku susah aku sedih
aku bahagia gitu tu aku selalu cerita ke dia. Ibaratnya tu, dia tu
tempat menampung segala pikiranku segala segala aktifitasku gitu
gitu......Jadi mungkin makanya aku masih bertahan sama dia juga,
mungkin karena dia masih sangup bertahan dengerin ceritaku yang
mungkin gak penting juga kali. Dia orang pertama yang bakal aku
kasih cerita gitu.
Selain itu, berusaha untuk menolak ajakan untuk pergi dari lawan
jenis, menjadi salah satu tindakan yang dipilih untuk mengontrol perilaku
agar menjadi perbuatan selingkuh. Hal tersebut diungkapkan partisipan dalam
kutipan berikut:
P2. Iyaa… lebih ke sering nolak sih. Misalnya diajak kemana,
sebenernya selo tapi yaudah lah gak usah, bilang lain kali aja tapi
gak tau lain kalinya kapan gitu kan. Dan aku lebih stay di kost-an
nungguin dia pulang, ku lebih ngalihin ke yang lain gitu.
Partisipan menjaga perilakunya dengan tidak mencari kontak fisik
dari laki-laki lain dan cukup merasa nyaman dengan kontak fisik yang hanya
dilakukan dengan pacar:
P1. Aku selalu menginginkan kontak fisik hanya dari pacarku aja, ya
walaupun dia jauh, tapi kandia bisa pulang kan satu bulan sekali. Ya
waktu itu ya di pol in gitu. Ya setelah itu walaupun dia pergi, aku gak
mau mendapatkan kontak fisik dari orang lain gitu. Karena bagiku
paling nyaman itu ya dari pacarku.
Partisipan lain mengungkapkan bahwa ia tidak menyakiti pacarnya
dengan menjalin kontak fisik dengan laki-laki lain, seperti pada kutipan
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
P4. Ya kayak yang sebelumnya itu, aku mikir kayak aku jalan sama
cowok aja tu udah nyakitin dia, apalagi sampai aku melakukan kontak
fisik yang mungin sama dengan pacarku atau mungkin lebih itu kayak
aku mikir itu tu parah banget gitu lho. Jadi aku ya udah aku mau
kontak fisik istilah kata mau ciuman, mau pelukan, mau gandengan
tangan itu tu cukup sama pacarku aja gitu loh.
Perilaku selingkuh yang dilakukan partisipan merupakan bentuk
pengkhianatan dari komitmen yang telah dibangunnya dengan sang pacar.
Sehingga partisipan mengontrol dirinya dengan kembali pada komitmen
dan tidak selingkuh lagi agar tidak merusak hubungan yang telah lama
mereka jalin:
P1. Ya itu balik ke aku mikirin komitmen awal. Jadi ya aku nggak apa
yaa gak ingin merusak komitmennya itu dengan aku balik gitu loh
mbak, balik mikirin komitmen awalku gimana. Jadi aku mikirnya
kalau aku melakukan perselingkuhan itu lagi kan aku sama aja
mengkhianati komitmen itu kan merusak lagi kan. Jadi ya aku gak
mau kayak gitu lagi, balik ke awalnya gimana, gak mau merusak itu
lagi gitu.
c. Decisional Control (Kontrol Keputusan)
Mengontrol keputusan merupakan kemampuan partisipan untuk
memilih hal yang diyakini. Dalam konteks ini merupakan hal terbaik yang
dapat mempertahankan hubungan pacaran jarak jauh yang dijalani. Hubungan
pacaran jarak jauh mungkin rusak ketika partisipan memilih untuk selingkuh.
Akan tetapi, hal ini tidak terjadi. Partisipan memilih untuk mempertahankan
hubungannya dan mengakhiri kedekatan yang terjalin dengan teman
lawan jenisnya, dapat dilihat dalam kutipan berikut:
P1. Ngomong berdua pengennya gimana, dia gimana aku
gimana…..Terus yaudah akhirnya kami berdua sepakat untuk “yaudah kita temen aja” gitu, temennya ya sebatas kita harus apa
ya membatasi untuk kontakan, untuk ketemu kayak gitu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Selain itu, partisipan memilih untuk semakin mencintai pacarnya
dan merasa takut kehilangan sehingga membuatnya semakin dekat dengan
sang pacar:
P4. Pertama karena kita udah lama kan, jadi tu kadang kan kayak
temen-temenku tu bilang kan dia bosen gitu kan pacaran lama-lama
bosen kayak gak ada ujungnya pacaran gitu-gitu aja kan. Tapi justru
aku makin sayang entah karena kita ldr jarang ketemu, jadi kayak
sekalinya ketemu tu kayak bener-bener itu waktumu itu waktu kalian.
Jadi aku tu justru makin kesini aku makin sayang makin takut
kehilangan dia, ya karena mungkin aku baru nemu cowok yang
kayak dia ini sekarang ini, gitu kali mbak.
Partisipan memutuskan untuk lebih terbuka dan percaya dengan
pacarnya agar menjadi lebih dekat dan tidak kembali tergoda untuk
berselingkuh. Hal ini terlihat dari penyataan partisipan dalam kutipan berikut:
P1. Ya aku memutuskannya ya aku memutuskan terbuka sama
pacarku, jadi yang tau segalanya tentang aku dan yang aku lakukan
itu cuma pacarku, itu mbak yang paling utama. Memutuskan untuk
lebih percaya lagi. Terus ya gitu sih, pokoknya yang tau seluk
beluknya aku, baik jeleknya aku ya cuma pacarku aja.
Partisipan memutuskan untuk tidak menjalin kontak fisik dengan
selingkuhan karena tidak memiki status yang jelas. Partisipan memilih untuk
menjalin kontak fisik dengan pacarnya karena sudah menyayangi,
mencintai dan mengerti, serta memiki hubungan pacaran yang jelas.
P4. Soalnya kalau aku sama pacarku ini kan udah pasti pacaran tu
loh mbak, jadi kayak yaudah terjalinnya kami pacaran ya mungkin
karena kami nyaman terus kami percaya gitu kan, tapi kalau sama
yang lain kayak aku sama selingkuhanku gitu kan gitu-gitu. Aku mikir
kayak belum tentu kamu melakukan itu cuman sama aku aja, jadi ya
kontak fisik itu hanya boleh dengan pacarku karena itu tadi pertama
karena pacaran itu kan statusnya udah jelas tu loh mbak, udah sama-
sama suka, sama-sama cinta, sama-sama ngerti. Jadi sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
selingkuhan itu aku gak boleh lebih dari itu kasarannya paling mentok
aja tu pegang tangan salaman udah gitu aja, gak boleh lebih dari itu.
P1.Ya aku memutuskan untuk hanya mencintai dia seorang,
menyayangi dia dan mendapatkan kontak fisik dari dia karena paling
nyaman itu ya dari dia. Ya karena itu aku memutuskan balik lagi ke
dia, karena kalau dapat dari dia itu memang sangat nyaman, dan aku
hanya mau melakukan kontak fisik sama dia aja.
Agar tidak kembali berselingkuh, partisipan membuat keputusan
untuk kembali ke komitmen yang telah dibuatnya dengan pasangan dan
memutuskan untuk membangun hubungan yang lebih pasti dan terikat
sesuai dengan komitmen tersebut:
P1. Ya aku aku jadi sekarang memutuskan untuk balik ke komitmen
awal untuk bersama-sama sama pacarku. Memutuskan untuk
membangun hubungan biar lebih pasti, lebih terikat biar nanti
kedepannya bisa sama-sama sesaai dengan apa yang dita miliki di
komitmen itu.
Merasa sudah menemukan orang yang tepat juga menjadi alasan
partisipan dalam menentukan keputusannya untuk tidak berselingkuh. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
P3. Jadi aku menahan diriku untuk tetap gak selingkuh itu ya itu,
karena aku males mengenal orang lagi….dan aku mikir aku dealnya
itu karena aku udah menemukan orang yang tepat tu loh apalagi itu
yang emang aku cari.
Peneliti menemukan bahwa lamanya hubungan yang telah dijalani
membuat partisipan memutuskan untuk memiliki hubungan yang lebih pasti
karena yakin sudah memilih orang yang tepat dan ingin terus bersama-
sama:
P4. Ya kayak jawabannya aku ulang lagi sih, karena udah 2 tahun
sama dia, udah ngerti satu sama lain jadi kayak aku pengen lebih
pasti aja tu loh, biar lebih kayak aku udah merasa dia orang yang pas
buat aku dia orang yang tepat buat aku jadi kayak aku udah gak mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pisah dari dia, kayak aku pengen sama-sama dia terus sampai entah
kapan sampai waktunya kita berpisah.
Selain dari diri sendiri, pertimbangan orang lain ternyata
mempengaruhi partisipan dalam menentukan keputusannya dalam
mempertahankan hubungannya dan tidak melakukan perselingkuhan, seperti
pada kutipan berikut:
P2. Dari orang-orang juga, ketika aku mulai berpikir aku mau cari
yang lain nih bosen, ada yang pasti bilang “udah lama loh sama dia,
gak sayang?”, nah yaudah gak jadi deh. Ya prosesnya panjang, apa
ya lebih banyak bantuan dari temen-temen sih yang membantu untuk
gak berpikiran aneh-aneh.
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas dapat dibuat ringkasan
hasil sebagai berikut seperti yang disajikan Tabel 5.
Tabel 5.
Ringkasan Hasil Kontrol diri untuk tidak berselingkuh pada mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh
Pacaran Jarak
Jauh Selingkuh
Kontrol Diri
Cognitive Behavioral Decisional
Intimasi
Menjalin
komunikasi
yang inten
Sepakat untuk
menjaga
komunikasi,
saling percaya,
dan terbuka
satu sama lain
Adanya
perasaaan
diterima
Membutuhkan
orang lain
untuk
mendengar-
kan ceritanya
Menginginkan
kehadiran
seseorang
yang bisa
diajak pergi
dan ada secara
langsung
Merasa jahat dan
bersalah kepada pacar
Berpikir sudah
mendapatkan pacar
yang baik dan tidak
ingin menyia-
nyiakannya
Memikirkan perasaan
sang pacar dan tidak
ingin
mengecewakannya,
serta menghilangkan
kepercayaannya.
Berpikir untuk
menghubungi pacar
agar tetap dekat
Membatasi kontak
dengan lawan jenis
yang berusaha
mendekati
Membatasi diri untuk
tidak menjalin
hubungan dengan
laki-laki lain agar
tidak terbawa
perasaan
Menghubungi pacar
sebagai orang
terdekat dan orang
pertama untuk
berbagi berbagai hal
Mengkomunikasikan
segala hal dengan
Bertahan dengan
pacar dan
memutuskan untuk
mengakhiri
hubungan dengan
teman cowok
Memilih untuk
semakin mencintai
pacarnya dan
merasa takut
kehilangan
Memutuskan untuk
lebih terbuka dan
percaya dengan
pacarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sang pacar
Hasrat
Melakukan
kontak fisik
setiap kali
bertemu
Melakukan
kontak fisik
sebagai obat
rindu
Menilai bahwa
selingkuh dapat
menyakiti pacarnya
dan akibatnya
mungkin bisa
kehilangan
Hanya memikirkan
kontak fisik dengan
pacarnya dan tidak
menyakitinya
Berpikir untuk tidak
melakukan kontak
fisik dengan laki-laki
lain lebih dari yang
dilakukan dengan
pasangannya
Menolak untuk diajak
pergi dan memilih
untuk menunggu
pacar menghubungi
Tidak mencari kontak
fisik dari laki-laki
lain
Tidak menyakiti
pacarnya dengan
menjalin kontak fisik
dengan laki-laki lain
Memilih untuk
menjalin kontak
fisik dengan
pacarnya karena
sudah menyayangi,
mencintai dan
mengerti, serta
memiki hubungan
pacaran yang jelas
Komitmen
Memiliki
komitmen dari
awal
Berkomitmen
untuk serius
dan menjaga
kebersamaan
Berkomitmen
untuk menjaga
mimpi-mimpi
memiliki
hubungan yang
terus berlanjut
Memikirkan untuk
menepati komitmen
Berpikiran untuk
menjaga
hubungannya dan
tidak ingin mencari
yang lebih baik lagi
Tidak berpikiran
untuk selingkuh
karena dipengaruhi
oleh pengalaman
dimasa lalu
Kembali pada
komitmen sebelum
bertindak untuk
selingkuh
Membangun
hubungan yang
lebih pasti dan
terikat
Memutuskan
bahwa pacar adalah
orang yang tepat
dan ingin terus
bersama-sama
Membuat
keputusan untuk
bertahan dengan
pasangan
berdaasarkan
pertimbangan dari
teman-teman
Berdasarkan tabel ringkasan hasil, dapat diketahui bahwa intimasi menjadi
komponen yang rawan memicu perselingkuhan. Terlihat dari pernyataan partisipan
bahwa pertisipan melakukan perselingkuhan karena menginginkan keberadaan orang
lain secara langsung untuk mendengarkan cerita atau pun pergi bersama. Selain itu,
tabel ini menjelaskan seperti apa upaya kontrol diri yang dilakukan partisipan pada
semua aspek kontrol diri yaitu cognitive control, behavioral control, dan decisional
control terkait dengan komponen intimasi, hasrat dan komitmen pada hubungan
pacaran jarak jauh.
D. Pembahasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan pembahasan mengenai komponen
cinta yang paling rawan memicu perselingkuhan dalam hubungan pacaran jarak jauh
dan upaya mahasiswi untuk mengontrol diri agar tidak melakukan perselingkuhan
dan tetap mempertahankan komponen cinta dalam hubungannya.
1. Komponen Cinta yang Paling Rawan Memicu Perselingkuhan dalam
Hubungan Pacaran Jarak Jauh
Secara umum, komponen cinta meliputi 3 komponen yaitu intimasi,
hasrat, dan komitmen. Dalam hubungan pacaran jarak jauh, ketiga komponen
cinta tetap dapat dibangun, meskipun dengan banyak keterbatasan. Komponen
yang paling sulit dipenuhi adalah komponen intimasi dan komponen hasrat,
karena kedekatan baik secara emosional maupun fisik sulit terjalin jika pasangan
terpisah oleh jarak. Sedangkan, komponen komitmen terlihat cukup stabil dan
terpenuhi.
a. Intimasi
Dari pernyataan yang disampaikan partisipan, peneliti menemukan
bahwa komponen intimasi tidak cukup terpenuhi. Kedekatan hanya terjalin
dengan komunikasi yang intens. Pada dasarnya hal ini menunjukkan adanya
intimasi dalam hubungan berpacaran, menurut Sternberg (1986, dalam
Anindyojati, 2012) intimasi dicirikan dengan adanya komunikasi yang intim
dengan orang yang dicintai. Namun, karena partisipan menjalani hubungan
pacaran jarak jauh, komunikasi yang lebih sering terjalin adalah bentuk
komunikasi tidak langsung melalui chatting, telepon, maupun video call.
Selain itu bentuk komunikasi seperti itu pun sering menimbulkan
kesalahpahaman yang bisa menyebabkan pertengkaran. Partisipan menyadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
bahwa cara untuk mempertahankan kedekatan di antara pasangan pacaran
jarak jauh sangat terbatas. Hal ini didukung oleh pernyataan Suwito (2013,
dalam Alijona, 2016) yang mengungkapkan pasangan yang menjalani long
distance relationship tidak dapat berdekatan setiap waktu dan harus
menantikan pertemuan untuk waktu yang cukup lama, dengan begitu akan
mengurangi kedekatan. Untuk itu, komponen intimasi rawan menjadi pemicu
perselingkuhan, karena partisipan cenderung membutuhkan bentuk kedekatan
yang langsung.
b. Hasrat
Komponen hasrat digambarkan sebagai kedekatan secara fisik, yaitu
mengarah pada terjadinya kontak fisik. Dalam pernyataan partisipan, kontak
fisik yang biasa dilakukan partisipan dengan pasangannya masih sebatas
kontak fisik yang lazim dilakukan pasangan berpacaran, seperti pelukan,
pegangan tangan, dan ciuman. Dari hasil penelitian, peneliti melihat bahwa
jarak menjadi pembatas untuk partisipan bisa memenuhi komponen hasrat,
sehingga partisipan bisa menjalin kedekatan fisik baik itu kontak fisik hanya
ketika sedang bertemu. Hal ini juga diungkapkan dalam penelitian Rae (2017)
mengenai frekuensi tatap muka bahwa pasangan pacaran jarak jauh kurang
memiliki waktu untuk melakukan percakapan secara tatap muka, namun
pasangan tetap berusaha menunjukkan perilaku yang baik ketika mereka
dapat bertemu satu sama lain. Dengan begitu waktu ketika partisipan bertemu
dengan pasangannya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk saling
mencurahkan hasrat satu sama lain. Pada dasarnya hasrat juga menjadi salah
satu komponen yang rawan memicu munculnya perselingkuhan karena tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dapat dipenuhi setiap saat pasangan ingin melakukannya. Akan tetapi,
partisipan lebih memilih untuk menunggu hingga waktunya bertemu dengan
pasangan dan bisa menyalurkan hasrat selama waktu tidak bertemu.
c. Komitmen
Partisipan menyebutkan bahwa komitmen dalam hubungan berpacaran
sudah disepakati sejak awal, agar mereka memiliki pedoman dalam menjalani
hubungan dan agar sama-sama mempertahankan hubungan yang dijalani. Hal
ini didukung oleh penelitian Anindyojati (2012) yang menyebutkkan bahwa
dalam sepanjang hubungan romantis pasti selalu terjadi ‘naik-turun’, oleh
sebab itu komitmen sangat dibutuhkan dalam mempertahankan hubungan
tersebut. Partisipan membangun komitmen dengan pasangannya, seperti
berkomitmen untuk saling terbuka, percaya, jujur, dan menjaga komunikasi.
Harapan untuk hubungan yang terus berlanjut dan ingin memiliki hubungan
yang serius juga menjadi tolak ukur komitmen yang dibangun partisipan.
Berdasarkan apa yang diungkapkan partisipan mengenai komitmen dalam
hubungannya, peneliti menyimpulkan bahwa komitmen yang dibangun semua
partisipan merupakan jenis komitmen jangka panjang, yang merupakan
keputusan untuk untuk mempertahankan dan memelihara cinta (Sternberg,
1986, dalam Rae 2017). Oleh karena itu, dalam penelitian ini komitmen
menjadi komponen yang stabil dan sudah cukup terpenuhi sehingga beresiko
rendah untuk memicu perselingkuhan.
Komponen intimasi menjadi komponen cinta yang paling rawan memicu
perselingkuhan karena intimasi ditunjukkan dengan adanya kedekatan,
keterhubungan, dan keterkaitan secara emosional. Dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
partisipan yang berselingkuh secara tidak langsung merasa tidak terpenuhi dalam
hal keintiman, khususnya dalam bentuk kedekatan dan perhatian secara
langsung. Partisipan membutuhkan keberadaan orang lain terutama laki-laki
untuk mendengarkan ceritanya dan menginginkan kehadiran orang tersebut
untuk diajak berbagi secara langsung serta ingin menerima dukungan secara
emosional. Hal ini didukung oleh pernyataan Ginanjar (2009) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa salah satu penyebab perselingkuhan adalah
adanya perasaan kesepian dan kebutuhan yang besar akan perhatian. Partisipan
yang melakukan perselingkuhan merasakan hal yang sama, mereka mencari
orang lain yang bisa menemaninya secara langsung terutama di saat-saat
tertentu, yaitu ketika mereka merasa bosan atau sekadar ingin bercerita. Hal ini
sesuai dengan penelitian Harsanti (2008) yang menunjukkan bahwa seorang
wanita melakukan perselingkuhan termotivasi oleh berbagai kebutuhan dan
alasan dalam dirinya, seperti kebutuhan untuk dicintai dan dekat secara fisik.
Dalam perselingkuhan yang dilakukan partisipan, partisipan tidak memiliki
tujuan lain selain menginginkan adanya kehadiran. Partisipan mengungkapkan
bahwa ia tidak mengharapkan adanya kontak fisik, seperti sentuhan, pelukan
bahkan ciuman. Demikian pula dengan komitmen, partisipan tidak
mengharapkan adanya komitmen atau hubungan yang pasti dalam hubungan
perselingkuhan yang dijalaninya. Sehingga jelas bahwa komponen intimasi yang
paling mempengaruhi dan rawan memicu terjadinya perselingkuhan pada
partisipan yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh.
2. Upaya Kontrol Diri untuk Tidak Berselingkuh Pada Komponen Cinta
a. Cognitive Control (Kontrol Pikiran)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Secara kognitif atau pikiran, partisipan dapat mengontrol pikiran
mereka dengan mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara
menginterpretasikan, menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam
suatu kerangka kognitif untuk mengurangi tekanan. Dalam hal ini partisipan
memiliki informasi mengenai suatu kejadian yang tidak menyenangkan yaitu
perselingkuhan, kemudian menilai bahwa perilaku selingkuh adalah perilaku
yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan mengontrol pikirannya
bersadarkan 2 komponen dalam aspek cognitif control yaitu memperoleh
informasi dan melakukan penilaian (Averill, 1973). Peneliti menemukan
bahwa partisipan memikirkan bagaimana perasaan pasangan ketika
mengetahui mereka berselingkuh. Hal tersebut kemudian memunculkan
perasaan bersalah dan akhirnya partisipan tidak lagi melakukan
perselingkuhan. Partisipan memikirkan perasaan pasangannya yang pasti
akan sedih dan kecewa ketika ia berselingkuh dan juga memikirkan resiko
seperti apa yang mungkin terjadi. Di samping itu, untuk tidak berselingkuh
dan tetap menjaga kedekatannya dengan pasangan, partisipan berpikir untuk
menghubungi pacarnya dan berpikir untuk tidak meladeni jika ada laki-laki
lain yang berusaha menghubunginya. Agar tidak berselingkuh dan untuk tetap
menjaga komponen hasrat dengan pasangannya, partisipan hanya berpikiran
bahwa kontak fisik hanya boleh ia lakukan dengan pasangannya dan tidak
boleh didapatkan dari laki-laki lain. Hal ini agar partisipan hanya dekat
dengan pasangannya. Marasabessy (2014) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa walaupun memiliki wujud interaksi yang berbeda, komponen intimasi
dan hasrat selalu berhubungan satu dengan yang lainnya di dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
hubungan romantis. Partisipan juga selalu memikirkan bahwa ia mempunyai
komitmen dan harus menepati komitmen tersebut, harus menjaga
hubungannya dan tidak terus mencari orang lain yang lebih baik. Berdasarkan
konteks kontrol kognitif, hal-hal tersebut selalu dan terus menerus dipikirkan
partisipan dan digabungkan menjadi suatu kerangka kognitif, sehingga
akhirnya membuat partisipan tidak lagi berpikir untuk melakukan
perselingkuhan.
b. Behavioral Control (Kontrol Perilaku)
Mengontrol perilaku berarti mengatur suatu tindakan langsung
terhadap lingkungan. Kontrol perilaku yang dilakukan partisipan adalah
bagaimana partisipan mengatur tindakannya terhadap suatu situasi yaitu
perselingkuhan. Ketika keinginan berselingkuh atau godaan berselingkuh
muncul, partisipan dapat mengatur seperti apa ia harus bertindak agar tidak
melakukan perselingkuhan itu. Partisapan mengatur perilakunya dengan cara
berusaha menjaga diri dan membatasi pertemuan atau komunikasi dengan
lawan jenis agar mereka tidak tergoda untuk berselingkuh. Hal tersebut
termasuk pada komponen mengatur pelaksanaan dari diri sendiri pada kontrol
perilaku, karena partisipan berperilaku atas kehendak dari dalam dirinya
(Averill, 1973). Partisipan mengungkapkan ketika godaan untuk berselingkuh
datang, partisipan mengalihkannya dengan mencoba menghubungi pacarnya.
Hal ini dilakukan partisipan untuk menjaga kedekatan dengan pacarnya
dengan mengkomunikasikan segala sesuatu dengan pacar. Selain itu,
partisipan juga mengontrol perilakunya untuk menjaga hasrat dan agar tidak
menyakiti pasangan yaitu dengan tidak melakukan kontak fisik dengan laki-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
laki lain dan hanya menjalin kontak fisik dengan pasangannya. Penelitian
Brabar (2015) menyebutkan bahwa komitmen dapat membantu untuk melalui
masa-masa sulit dan mengembalikan pada masa-masa baik. Oleh karena itu,
ketika muncul keinginan berselingkuh, partisipan pun berusaha mengontrol
perilakunya dengan menghindari perilaku yang mungkin dapat merusak
komitmen yang dimilikinya.
c. Decisional Control (Kontrol Keputusan)
Kontrol keputusan merupakan kemampuan yang dimiliki partisipan
untuk memilih hasil yang diyakininya dan membuatnya memiliki suatu
kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan untuk memilih tindakannya.
Partisipan mengungkapkan bahwa untuk menentukan sebuah keputusan,
partisipan memulainya dari memikirkan kembali apa yang sudah ia miliki dan
merasa tidak pantas untuk mengkhianatinya dengan malakukan
perselingkuhan. Peneliti juga menemukan bahwa partisipan merasa sudah
menemukan orang yang tepat sehingga ia tidak ingin membuat kesalahan
dengan berselingkuh dan mengkhianati komitmen yang sudah dibentuk. Hal
tersebut dilakukan partisipan untuk dapat mengantisipasi peristiwa, yaitu
peristiwa perselingkuhan, mengantisipasi peristiwa merupakan salah satu
komponen dalam kontrol keputusan (Averill, 1973). Partisipan yang memiliki
kontrol keputusan yang baik dapat mengantisipasi dirinya terhadap
munculnya kemungkinan perselingkuhan. Akan tetapi salah satu partisipan
yaitu P2 mengakui bantuan dari teman-teman yang sering mengingatkan
mengenai hubungan yang telah dijalani sedikit banyak membantu partisipan
untuk menentukan keputusan yang akan diambilnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Untuk tetap mempertahankan kedekatan dengan pasangan, partisipan
memutuskan untuk lebih terbuka dan percaya dengan pacarnya, sehingga
partisipan hanya akan menjadikan pacarnya sebagai tempat untuk berbagi.
Partisipan pun memilih untuk semakin mencintai pacarnya karena merasa
takut kehilangan, memilih untuk bertahan dengan pacar dan memutuskan
untuk mengakhiri hubungan dengan teman laki-laki yang berusaha
mendekati. Hal ini merupakan salah satu elemen dari intimasi (Sternberg,
1986) yaitu menghargai orang yang dicintai. Partisipan merasa kehadiran
pasangannya sangat penting dalam rencana hidupnya, sehingga partisipan
tidak ingin kehilangan pasangannya. Lamanya hubungan yang sudah dijalin
juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi partisipan untuk
memutuskan tidak berselingkuh, karena sudah menyayangi, mencintai dan
mengerti, sehingga partisipan pun memutuskan hanya akan menjalin kontak
fisik atau mendapatkan perhatian dari pacarnya.
Selain itu, peneliti menemukan bahwa untuk menjaga komitmen
dengan pasangannya partisipan membuat keputusan untuk menjalin hubungan
yang lebih terikat, jelas, dan pasti. Komitmen pada dasarnya memiliki makna
yang sama dengan decision yaitu sebuat keputusan. Decision control terhadap
komitmen berarti partisipan memutuskan untuk mempertahankan keputusan
awalnya untuk bersama-sama pasangannya terus menerus dan untuk
mengarah pada hubungan selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan komponen cinta yang ditemukan dalam hubungan pacaran jarak
jauh, komponen intimasi menjadi komponen yag paling rawan memicu
terjadinya perselingkuhan. Partisipan yang selingkuh melakukan
perselingkuhan karena menginginkan adanya kehadiran laki-laki yang dekat
agar bisa menemani secara langsung, mau mendengarkan partisipan bercerita,
dan bersedia diajak pergi ketika partisipan sedang ingin pergi. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa komponen intimasi tidak cukup terpenuhi dalam
hubungan pacaran jarak jauh yang dijalani partisipan. Selain itu, tidak ada
tujuan lain dari perselingkuhan yang dilakukan partisipan selain untuk
mendapatkan kehadiran atau ditemani secara langsung. Partisipan tidak
mengharapkan adanya kontak fisik untuk memenuhi hasrat atau
mengharapkan hubungan yang berkomitmen dengan laki-laki yang menjadi
selingkuhannya.
2. Upaya kontrol diri yang dilakukan partisipan merata pada ketiga aspeknya.
Partisipan dapat melakukan kontrol pikiran, perilaku maupun keputusan
dengan baik dan melalui berbagai pertimbangan. Kontrol diri yang dilakukan
partisipan berhubungan pada ketiga aspeknya, karena diawali dengan
mengontrol pikiran, lalu memilih perilaku yang dilakukan dan akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
menentukan keputusan untuk tidak berselingkuh. Terkait dengan komponen
intimasi yang paling rawan memicu perselingkuhan, partisipan berusaha
mempertahankan keintiman dengan mengontrol pikirannya untuk selalu
memikirkan perasaan pasangannya, juga mengontrol perilakunya dengan
mengomunikasikan segala sesuatu dengan pasangannya agar tidak mencari
orang lain untuk berbagi, dan partisipan pun mengontrol keputusannya untuk
lebih terbuka dan percaya dengan pacarnya, sehingga partisipan hanya akan
menjadikan pacarnya sebagai tempat untuk berbagi. Selain itu, peneliti juga
menemukan bahwa untuk mengontrol dirinya agar tidak berselingkuh
partisipan dipengaruhi oleh pendapat dari orang-orang terdekat dan
pengalaman dimasa lalu yang berkaitan dengan perselingkuhan.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Dalam hal subjek penelitian, peneliti kurang bisa menemukan lebih banyak
subjek yang memiliki pengalaman selingkuh. Di mana hanya ada 2 subjek
yang pernah melakukan perselingkuhan. Hal ini karena beberapa partisipan
yang sudah dihubungi sudah lulus dan ada yang putus, sehingga tidak lagi
memenuhi kriteria partisipan. Peneliti sulit untuk menemukan partisipan yang
pernah selingkuh, karena mungkin pengertian selingkuh pada setiap orang
berbeda.
2. Dalam hal pengambilan data, beberapa pertanyaan peneliti sulit dipahami
partisipan, sehingga jawaban partisipan cenderung mengulang jawaban
sebelumnya. Seperti beberapa pertanyaan untuk mengungkap upaya kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
diri partisipan. Misalnya ketika ingin memberi pertanyaan mengenai upaya
kontrol diri pada tiap aspeknya, partisipan kurang memahami maksud dari
kontrol pikiran, kontrol perilaku, dan kontrol keputusan, sehingga peneliti
perlu melakukan probing.
C. Saran
1. Bagi Mahasiswi
Mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh melakukan
perselingkuhan karena membutuhkan kehadiran seseorang secara langsung
untuk mendengarkan ceritanya atau diajak pergi bersama. Mahasiswi bisa
mendapatkan hal tersebut tidak hanya dari lawan jenis, coba untuk
mendapatkannya dari sahabat atau saudara.
2. Bagi Pasangan Pacaran Jarak Jauh
a. Pasangan dapat membangun komponen intimasi yang lebih kuat agar salah
satu atau kedua belah pihak tidak merasa komponen intimasinya tidak
terpenuhi, sehingga dapat memperkecil kemungkinan perselingkuhan yang
mana dalam penelitian ini dipicu oleh komponen intimasi.
b. Pasangan dapat membuat komitmen yang jelas dan pasti, karena dalam
penelitian ini partisipan dapat mempertahankan hubungannya karena
mengingat kembali komitmen yang sudah dibangun bersama pasangannya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membahas topik yang sama bisa
lebih memperhatikan latar belakang partisipan dan mencari partisipan yang
memang pernah mengalami perselingkuhan, sehingga upaya kontrol diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dapat lebih terlihat dan mungkin terdapat variasi dari komponen cinta yang
paling rawan memicu perselingkuhan.
b. Peneliti selanjutnya bisa membuat rumusan masalah yang lebih jelas
namnun tetap mendasar pada teori yang digunakan, sehingga mudah
dipahami partisipan
c. Peneliti selanjutnya bisa melalukan penelitian dengan subjek sebaliknya
yaitu laki-laki, agar dapat melihat upaya kontrol diri dari sisi laki-laki dan
melihat komponen cinta yang paling rawan memicu perselingkuhan dari
sisi laki-laki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR ACUAN
Alijona, A. (2016). Hubungan antara sensation seeking dengan perselingkuhan
pada mahasiswa UKSW yang menjalani long distance relationship (ldr).
Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Anindyojati, R. (2012). Hubungan antara cinta (sternberg’s triangular theory of
love) dan kesiapan menikah pada dewasa muda yang menjalani long
distance relationship. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.
Ardhianita, I. & Andayani, B. (2005). Kepuasan pernikahan ditinjau dari
berpacaran dan tidak berpacaran. Jurnal Psikologi, 32(2).
Asriana, W. & Ratnasari, Y. (2012). Kecemburuan pada laki-laki dan
perempuan dalam menghadapi perselingkuhan pasangan melalui media
internet. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(1).
Auliya, M., & Nurwidawati, D. (2014). Hubungan kontrol diri dengan perilaku
agresi pada siswa SMA negeri 1 Padangan Bojonegoro. Character,
02(3).
Averill, J. R. (1973). Personal control over aversive stimuli and its relationship
to stress. Psychological Bulletin, 80(4), 286-303.
Badriyah, L. (2013). Pengaruh empati dan self-control terhadap agresivitas
remaja SMA negeri 3 kota Tangerang Selatan. Skripsi. Fakultas
Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Broto, H. D. (2016). Stres pada mahasiswa penulis skripsi. Skripsi. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Brabar, O. J. (2015). Perbedaan komponen cinta (intimacy, passion dan
commitment) ditinjau dari etnis. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas
Kristen Satya Wacana.
Dharmawijati, R. D. (2016). Komitmen dalam berpacaran jarak jauh pada
wanita dewasa awal. eJournal Psikologi, 4(2), 237-248
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Endrianto, C. (2014). Hubungan antara self-control dan prokrastinasi akademik
berdasarkan TMT. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
3(1).
Erich Fromm. (2005). The art of loving [Memaknai hakikat cinta], Andri
Kristiawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fidiana, N. R. (2014). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku
deliquency pada remaja di SMP Bhakti Turen Malang. Jurnal Fakultas
Psikologi. Universitas Islam Negri Maulana Ibrahim Malang.
Ginanjar, A. S. (2009). Proses healing pada istri yang mengalami
perselingkuhan suami. Makara, Sosial Humaniora Universitas
Indonesia, 13(1), 66-76.
Harsanti, I. (2008). Motivasi seorang wanita untuk melakukan
peerselingkuhan. Jurnal Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma.
Haryani, I. & Herwanto, J. (2015). Hubungan konformitas dan kontrol diri
dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi.
Jurnal Psikologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
11(1), 5-11.
Jannah, D. K. (2013). Faktor penyebab dan dampak perselingkuhan dalam
pernikahan jarak jauh. Empathy Jurnal Fakultas Psikologi Universitas
Ahmad Dahlan, 2(1).
KBBI (online), https://kbbi.web.id/selingkuh, diakses pada hari Selasa, 31
Oktober 2017, pukul 22.05 WIB.
Knee, C. R. & Lin, H. L. (2006). So far and yet so close: Predictors of
closeness in local and long distance relationships. Journal of
Undergraduate Research, 11 (3), 127-135.
Kochar, R.K., & Sharma, D. (2015). Role of love in relationship satisfaction.
The International Journal of Indian Psychology, 3(6), Issue 1.
Kurniati, G. (2015). Pengelolaan hubungan romantis jarak jauh: Studi penetrasi
sosial pasangan yang terpisah jarak geografis. Jurnal Komunikasi
Indonesia, IV(1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Marasabessy, R. (2014). Perbedaan cinta berdasarkan teori segitiga cinta
sternberg antara wanita dengan pria masa dewasa awal. Universitas
Gunadarma.
Nisa, S. & Sedjo, P. (2010). Konflik pacaran jarak jauh pada individu dewasa
muda. Jurnal Psikologi Universitas Gunadarma, 3(2).
Nurfaujiyanti. (2006). Hubungan pengendalian diri (self-control) terhadap
agresivitas pada anak jalanan. Jurnal Fakultas Psikologi. UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Papalia. D. E. & Feldman, R. D. (2015). Menyelami perkembangan manusia
[Experience human development] (ed. ke-12, buku 2), Fitriana Wuri
Herarti. Jakarta: Salemba Humanika.
Papalia. D. E., Oldss, S. W. & Feldman, R. D. (2008). Human development
(ed. ke-11). New York: McGraw-Hill.
Permatasari, K. A. (2013). Perbedaan cinta Sternberg (intimacy, passion,
commitment) berdasarkan jarak tempat tinggal pada wanita. Skripsi.
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Pratiwi, N. M. & Lestari, M. D. (2017). Perbedaan kualitas komunikasi antara
individu dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat di
Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 4(1), 130-138.
Putri, V. (2017). Demi pendidikan, 8 artis muda ini rela jalani ldr dengan sang
kekasih. Diakses pada hari Senin, 30 Oktober 2017, pukul 19,30 WIB
dari https://www.brilio.net/selebritis/demi-pendidikan-8-artis-muda-ini-
rela-jalani-ldr-dengan-sang-kekasih-1703168.html.
Rahmah, R. A. (2015). Gambaran komitmen pada emerging adult yang
menjalani hubungan pacaran jarak jauh dan pernah mengalami
perselingkuhan. Jurnal Psikologi Universitas Padjajaran.
Rae, M. O. (2017). Survei tentang kepuasan hubungan dalam pacaran pada
pasangan jarak jauh (long-distance relationship). Skripsi. Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Ratnasari, R. (2016). Gambaran komitmen berpacaran pada pasangan berusia
18-25 tahun yang menjalani long distance relationship. Jurnal Psikologi
Universitas Padjajaran.
Samsi, W. N. (2012). “Peningkatan perilaku asertif terhadap perilaku negatif
berpacaran melalui pelatihan asertivitas pada siswa kelas X pemasaran
1 di SMK negeri 1 Depok”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Sarwono, S. W. & Meinarno, E. A. (2014). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Shackelford, T. K. & Buss, D. M. (1997). Cues to infidelity. Personality and
Social Psychology Bulletin, 23(10), 1034-1045.
Skinner, B. (2005). Perceptions of college students in long distance
relationship. UW-L Journal of Undergraduate Research VIII.
Sternberg, R. J. (1986). A triangular theory of love. Psychological Review,
93(2), 119-135.
Sternberg, R. J. (1997). Contruct validation of triangular love scale.
European Journal of Social Psychology, 27(3), 313-335.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2018). Penelitian kualitatif dalam psikologi: Beberapa
Pedoman dalam publikasi [Handout]. Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya
ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Ursia, N. R., dkk. (2013). Prokrastinasi akademik dan self-control pada
mahasiswa fakultas psikologi universitas Surabaya. Makara Seri Sosial
Humaniora, 17(1), 1-18.
Widoyoko, E. P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LAMPIRAN
Kesepakatan Partisipasi Penelitian
Saya menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai subjek dalam penelitian
yang dilakukan oleh Ni Luh Putu Utari Mayadevi bersama tim dari Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Saya paham bahwa penelitian ini bertujuan
memperoleh informasi tentang upaya control diri untuk tidak berselingkuh pada
mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Saya adalah salah satu
orang yang akan dilibatkan sebagai subjek dalam penelitian ini.
1 Partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat suka rela. Saya paham bahwa
sebagai subjek saya tidak akan memperoleh imbalan materi. Saya bisa
membatalkan dan tidak melanjutkan partisipasi saya sebagai subjek tanpa
sanksi apa pun. Jika saya memutuskan membatalkan dan tidak melanjutkan
partisipasi saya sebagai subjek, tidak seorang pun akan tahu selain (para)
peneliti.
2 Saya paham bahwa apa yang akan saya lakukan dalam penelitian ini penting
dan mungkin menarik. Namun bila ternyata saya merasa tidak nyaman
melakukannya maka saya berhak menolak memberikan jawaban atau
melakukan tugas yang diminta.
3 Saya paham bahwa partisipasi yang dibutuhkan dari saya adalah menjalani
wawancara dan observasi yang diselenggarakan oleh para peneliti dari Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Kegiatan tersebut membutuhkan waktu
selama 1,5 jam. Para peneliti mungkin akan membuat catatan-catatan,
membuat rekaman audio-video saat kegiatan berlangsung dan melakukan
tanya-jawab pada akhir kegiatan.
4 Saya paham bahwa para peneliti tidak akan menyebutkan nama saya dalam
laporan yang disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dan bahwa kerahasiaan saya sebagai subjek dalam penelitian ini dijamin
sepenuhnya. Data dan informasi lain yang diperoleh dari penelitian ini hanya
akan digunakan untuk kepentingan ilmiah yang menjamin kerahasiaan individu
dan institusi yang menjadi sumbernya.
5 Saya paham bahwa dosen atau pihak lain di kampus tidak akan pernah
mengetahui jawaban atau hasil pengerjaan tugas saya dalam penelitian ini.
Dengan demikian saya tidak akan pernah mengalami akibat negatif apa pun
dari apa yang saya katakan atau lakukan dalam penelitian ini.
6 Saya paham bahwa penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Dewan
Penilai Kelayakan Penelitian di kampus.
7 Saya telah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan kepada saya.
Saya telah memperoleh jawaban yang memuaskan terhadap semua pertanyaan
saya, dan secara suka rela saya menyatakan sepakat berpartisipasi sebagai
subjek dalam penelitian ini.
8 Saya telah memperoleh salinan Kesepakatan Partisipasi Penelitian ini.
Yogyakarta, ……...........
Mengetahui,
Ni Luh Putu Utari Mayadevi …………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI