Download - Pola Asuh Pemberian Makanan Balita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep pola asuh gizi atau makanan,
konsep balita dan konsep status gizi.
A. Konsep Pola Asuh Gizi atau Makanan
1. Pengertian
Pengasuhan anak dapat didefinisikan sebagai perilaku yang
dipraktikkan oleh pengasuh (ibu, bapak, nenek, pengasuh) dalam
memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimulasi
serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang
juga termasuk di dalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab
orang tua (Anwar HM, 2008).
Pola asuh gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga untuk
memberikan makanan kepada bayi dan anak, khususnya pemberian Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI.
(http//:www.depkes.go.id/ diakses 8 juni 2009).
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus
diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4
bulan dan jika memungkinkan sampai usia 6 bulan. Setelah periode ini
dibutuhkan makanan tambahan untuk memastikan bahwa anak tumbuh
dengan baik dan tetap sehat penting untuk mengetahui makanan apa yang
harus diberikan, berpa jumlah dan frekuensinya (Juwono L, 2003).
6
6
a. Air Susu Ibu (ASI).
ASI adalah makanan utama pada bayi terutama usia 0-6 bulan
(Supartini Y, 2008). ASI merupakan makanan bernutrisi dan berenergi
tinggi, yang mudah utnuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang
dapat membantu penyerapan nutrisi (www.nafishaaurellia.com/
Diakses tanggal 5 Juni 2009).
Kebaikan air susu ibu (ASI) sebagai makanan bayi adalah
sebagai berikut :
1) ASI cukup mengandung zat-zat makanan yang diperlukan selama
ASI ibu keluar secara normal (dalam jumlah yang cukup) jadi
dapat memenuhi kebutuhan bayi akan unsur-unsur gizi.
2) Dalam ASI sudah terdapat antibodi sehingga dapat melindungi
bayi dari penyakit.
3) Temperatur ASI sesuai dengan temperatur suhu bayi.
4) Dengan menyusu maka rahang bayi akan terlatih menjadi kuat.
5) Dengan menyusui bayi berarti mempererat rasa kasih antara ibu
dan anak.
6) ASI tidak usah dimasak atau diolah terlebih dahulu sehingga sangat
memudahkan bagi ibu.
7
7
TABEL 1
KANDUNGAN ZAT GIZI DALAM ASI DAN SUSU SAPI
Jenis zat giziKadar dalam tiap 100 ml
Air Susu Ibu Susu Sapi SegarKalori ProteinLaktosa Lemak Vitamin AVitamin CVitamin B1
Asam folitVitamin B12
Zat besiZat kapur
671,2 g7,0
3,8 g53 ug
4,3 mg0,16 mg0,18 mg0,18 mg0,15 mg33 mg
663,3 g4,8 g3,7 g34 ug
0,42 mg1,8 ug
0,42 mg0,23 ug0,10 mg125 mg
Sumber : Moehji S, 2003
b. Makanan tambahan/MP-ASI
Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain
selain ASI (Juwono Lilian, 2003).
Pemberian makanan tambahan adalah masa saat bayi mengalami
perpindahan menu dari hanya minum susu beralih ke menu yang
mengikut sertakan makanan padat.
(http://www.clubnutricia.com/ Diakses tanggal 2 juni 2009).
1) Jenis makan tambahan
a) Makanan yang dibuat khusus.
b) Makanan keluarga sehari-hari yang dimodifikasi agar mudah
dimakan dan mengandung cukup nutrien.
2) Syarat makanan tambahan
a) Kaya energi, protein dan mikronutrien.
b) Bersih dan aman.
8
8
c) Tidak terlalu pedas atau asin.
d) mudah dimakan oleh anak.
e) Disukai anak.
f) Tersedia di daerah setempat dan harganya terjangkau.
g) Mudah disimpan.
(Juwono L, 2003).
2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada
bayi menurut Muhtadi Deddy, 1994, antara lain :
a. Makanan termasuk ASI, harus memberikan semua zat gizi yang
diperlukan bayi.
b. Anak memerlukan lebih dari satu kali makan sehari sebagai
komplemen terhadap ASI.
c. Sekali makan dapat diterima dengan baik, berikan makanan tambahan
tersebut setelah bayi menyusu.
d. Sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengknsumsi semua
makanan orang dewasa.
e. Pada permulaan makanan tambahan harus diberikan dalam keadaan
halus.
f. Pada waktu berumur dua tahun bayi dapat mengkonsumsi makanan
setengah porsi orang dewasa.
9
9
3. Pola pemberian makanan untuk bayi dan anak
a. Makanan bayi umur 0-6 bulan.
1) Segera susui bayi dalam waktu 30 menit. Jika ASI belum keluar
jangan berhenti menyusui.
2) Susui bayi sesering mungkin setiap kali bayi menginginkannya (On
demand) pemberian ASI minimal 8 kali sehari semalam.
3) Jangan memberikan makanan minuman apapun selain ASI
(Depkes, 2005).
b. Makanan bayi umur 6-9 bulan
1) Pembarian ASI diteruskan
2) Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lumat 2 kali sehari
3) Nasi tim bayi ditambahn sedikit demi sedikit dengan sumber zat
lemak yaitu santan atau minyak kelapa/margarin.
4) Setiap kali makan berikan makanan dengan takaran
Umur 6 bulan beri 6 sendok makan.
Umur 7 bulan beri 7 sendok makan.
Umur 8 bulan beri 8 sendok makan.
Umur 9 bulan beri 9 sendok makan.
c. Makanan bayi umur 9-12 bulan
1) Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara
berangsur mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
10
10
2) Berikan makanan selingan 1 kali sehari seperti bubur kacang hijau
atau buah.
3) Campurkan makanan dengan berbagai lauk pauk dan sayuran
secara berganti-ganti.
d. Makanan anak umur 12-24 bulan
1) Pemberian ASI diteruskan
2) Pemberian makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali sehari
dengan porsi separuh makan orang dewasa setiap kali makan dan
memberikan makanan selingan 2 kali sehari (Depkes RI, 2000).
TABEL 2
ANJURAN JUMLAH PORSI BAHAN MAKANAN MENURUT KECUKUPAN ENERGI KELOMPOK UMUR 1-3 TAHUN DAN 4-6
TAHUN.
Bahan makanan Anak usia 1-3 tahun (1.200 kkal)
Anak usia 4-6 tahun (1.700 kkal)
Nasi Sayuran Buah Tempe Daging
3P1 ½ P
3P1P1P
4 ½ P2P3P2P2P
ASISusu Minyak Gula
Dilanjutkan hingga 2 tahun1P3P2P
1P4P2P
Sumber : Depkes RI, 2002. Panduan Makan Untuk Hidup Sehat.
4. Pengasuhan dalam memberikan makanan, meliputi :
a. Bagaimana membujuk anak makan.
b. Menciptakan situasi yang nyaman saat makan.
c. Berperilaku yang ramah terhadap anak.
11
11
d. Menghindari pertengkaran sewaktu makan.
e. Membiasakan waktu makan yang teratur.
f. Memberikan perlindungan kepada anak.
g. Memberi makan setiap kali anak merasa lapar.
h. Memantau banyaknya makanan yang dihabiskan oleh anak.
(Anwar HM, 2008).
5. Cara pemberian makanan yang baik menurut Juwono L, 2003
meliputi :
a. Menempatkan makanan anak dalam mangkuk yang tepisah untuk
memastikan bahwa anak mendapatkan bagian yang adil dan makanan
dalam jumlah yang tepat.
b. Duduk bersama anak pada waktu makan, memperhatikan apa yang
dimakan anak dan secara memberikan bantuan dan dorongan jika
diperlukan.
c. Tidak membuat terburu-buru ketika anak sedang makan.
d. Bila anak berhenti makan tunggu sebentar dan kemudian tawarkan
makan lagi.
e. Memberikan beberapa makanan yang dapat dipegang atau diambil oleh
anak.
f. Memberikan makan dengan segera ketika anak mulai merasa lapar.
g. Tidak memberi makan ketika anak mengantuk.
12
12
h. Tidak memaksa memberikan makanan. Hal ini akan meningkatkan
stres dan menurunkan nafsu makan; acara makan seharusnya menjadi
peristiwa yang santai dan menggembirakan.
i. Memastikan anak tidak haus. (tetapi jangan memberikan minum terlalu
banyak sebelum atau selama makan sehingga menurunkan nafsu
makan anak).
j. Melakukan permainan untuk mendorong anak yang enggan agar
makan lebih banyak, sebagi contoh berpura-pura bahwa sendok adalah
seekor burung yang menukik untuk memberi makan anaknya, atau
berpura-pura bahwa makanan bahwa makanan itu untuk boneka atau
untuk anak lain atau untuk boneka binatang.
k. Bersiap untuk melakukan pembersihan sesudahnya.
l. Mencampur makanan menjadi satu jika anak hanya mengambil dan
memakan makanan yang disukainya.
6. Membangkitkan selera makan
a. Usahakan sebelum makan anak berada dalam keadaan lapar. Hal ini
penting, mengingat kalau anak belum lapar biasanya mereka enggan
bahkan melakukan aktivitas penolakan.
b. Biasakan untuk memberi makan secara teratur. Jam makan untuk anak
meliputi sarapan pagi, makan siang dan makan malam.
c. Jangan sekali-kali memberikan camilan yang manis-manis diantara
jam-jam makan. Pengaruhnya kurang baik bagi kesehatan maupun
peningkatan selera makan.
13
13
d. Mengatur sedemikian rupa suasana makan dengan variasi menu atau
makanan kesukaannya.
e. Anak yang sedang malas makan, jangan dipaksa makan. Simpan saja
dulu makanan itu untuk jam berikutnya.
f. Jelaskan pada anak dengan suara “manis” dan “ketulusan” tentang
manfaat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
g. Kembangkan sikap tegas, terbuka dan logis ketika orang tua menolak
permintaan jajan dari anak yang tidak baik dan sehat. Berikan kepada
mereka alternatif pilihan mereka yang sekiranya lebih baik tapi
disenangi anak.
h. Selalu memberi contoh positif kepada anak. Jangan gampang marah
atau tersinggung ketika anak belum antusias makan sesuai keinginan
orang tua.
(http://pena-deni.blogspot.com/ Diakses tanggal 5 juni 2009)
7. Menjaga makanan tetap bersih dan aman menurut Juwono L, 2003
antara lain :
a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan.
b. Menutup makanan yang sudah dimasak dan memakannya dalam waktu
2 jam jika tidak ada di lemari es. Jika dibiarkan lebih lama panaskan
kembali sampai mendidih.
c. Menggunakan makanan segar yang penampilan dan baunya bagus.
d. Mencuci tangan anak sebelum makan.
e. Memberikan makanan pada anak dengan memakai sendok atau cangkir
bersih.
14
14
f. Menjaga rumah dan daerah sekitarnya tetap bersih sehingga tikus dan
serangga tidak berkembangbiak.
B. Konsep Balita
1. Pengertian
Balita atau anak bawah 5 tahun adalah anak usia kurang dari 5 tahun.
Sehingga bayi usia dibawah 1 tahun juga termasuk dalam golongan ini.
Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum
anak awal. Balita dibedakan:
a. Bayi (0-12 bulan).
b. Anak balita (13-60 bulan).
(Wiyono Joko, 2006).
C. Konsep Status Gizi
1. Pengertian status gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu (Supariasa, 2001).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
a. Ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga.
Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat
keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap
anggota keluarga tidak terpenuhi.
15
15
b. Tidak memadainya pola pengasuhan gizi atau makanan
Pola pengasuhan gizi atau makanan adalah kemampuan keluarga
untuk memberikan makanan kepada bayi dan anak.
c. Akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas
Pemanfaatan fasilitas kesehatan dan upaya kesehatan berbasis
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Depkes RI, 2007).
3. Klasifikasi status gizi
Dalam menentukan kasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di
Indonesia adalah WHO-NCHS (World Health Organitation-national
Centre For Health Statistics) dengan klasifikasi terlihat pada tabel
berikut :
TABEL 3KLASIFIKASI STATUS GIZI ANAK BAWAH LIMA TAHUN
(BALITA)
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS
Berat badan menurut uimur
(BB/U)
Gizi lebih > + 2 SDGizi baik 2 SD sampai + 2 SDGizi kurang < 2 SD sampai 3 SDGizi buruk < 3 SD
) SD = Standar DeviasiSumber : DinKes Jatim, 2005
16
16
4. Cara penilaian status gizi
Penilaian status gizi dibagi kedalam dua kelompok yaitu :
a. Kelompok pertama metode secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4
penilaian yaitu :
1) Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi.
2) Biokimia
Metode ini mengunakan pemeriksaan spesimen yang diuji
secara labolatoris.
1. Biofisik
Metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
4) Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap
dimensi tubuh dan komposisi tubuh. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter (Supariasa IDN, 2001). Kombinasi antara beberapa
parameter disebut indeks antropometri.
(Supariasa IDN, 2001).
17
17
TABEL 4
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Kelebihan Keterbatasan1. Relatif murah.2. Cepat, sehingga dapat
dilakukan pada populasi yang besar.
3. Objektif4. Gradable, dapat dirangking
apakah ringan, sedang atau berat.
5. Tidak menimbulkan rasa sakit pada responden.
1. Membutuhkan data referensi yang relevan.
2. Kesalahan yang muncul seperti kesalahan pada peralatan (belum dikalibrasi), kesalahan pada observer (kesalahan pengukuran, pebacaan, pencatatan).
3. Hanya mendapatkan data pertumbuhan, obesitas, malnutrisi karena kurang energi dan protein, tidak dapat memperoleh informasi karena difisiensi zat gizi mikro.
Sumber : FKM UI, 2007
Dalam penelitian ini cara penilaian status gizi yang digunakan adalah
secara langsung (Antropometri). Indeks antropometri yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berat badan menurut umur (BB/U) :
1) Berat Badan
Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk
melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Penentuan berat
badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat ukur yang
digunakan dilapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :
mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain,
mudah diperoleh dan relatif murah harganya, ketelitian
penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg, skala mudah dibaca,
cukup aman untuk menimbang anak balita (Supariasa IDN, 2001).
18
18
Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih
dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita
adalah dacin. Penggunaan dacin mempunyai bebrapa keuntungan
antara lain : dacin sudah dikenal umum sampai ke pelosok desa, di
buat di Indonesia, bukan impor, serta mudah didapat, ketelitian dan
ketepatan cukup baik.
Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan
maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin berkapasitas 50 kg dapat
juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg
(Supariasa IDN, 2001).
2) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi
menjadi salah. Cara menghitung umur yaitu dengan menentukan
tanggal, hari, bulan dan tahun anak waktu lahir seingga didapatkan
umur anak. Bila kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 hari
sampai 30 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan. Bila kelebihan atau
kekurangan hari sebanyak 1-15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan
(Supariasa IDN, 2001).
Adapun kelebihan dan kekurangan indeks BB/U adalah :
1) Kelebihan indeks BB/U
a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
umum.
1. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.
2. Berat badan dapat berfluktuasi.
19
19
3. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubaahn kecil.
4. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight).
2) Kekurangan indeks BB/U
a) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat edema atau asites.
1. Di daerah pedesaan yang masih terpencil atau tradisional,
umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan
umur yang belum baik.
2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak
dibawah usia 5 tahun
3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti
pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat
penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena
masalah sosial budaya setempat.
(Supariasa IDN, 2001).
b. Kelompok metode tidak langsung
Penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga
yaitu :
1) Survei konsumsi makan
Adalah metode penentuan status gizi dengan melihat jumlah
dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Statistik vital
Adalah menganalisa data beberapa statistik kesehatan.
20
20
3) Faktor ekologi
Adalah hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya.
(Supariasa IDN, 2001).
5. Dampak gizi tidak seimbang
a. Dampak gizi lebih
Obesitas (gizi lebih) akan berdampak tingginya kejadian berbagai
penyakit infeksi dan pada orang dewasa tampak dengan meningkatnya
penyakit degeratif seperti jantung koroner, diabetes meliltus, hipertensi
dan penyakit jantung (Pudjiadi S, 2005).
b. Dampak gizi kurang
Pertumbuhan fisik anak terlambat (anak akan mempunyai tinggi
badan lebih pendek) perkembangan mental terganggu.
(Soetjiningsih, 2004).
c. Dampak gizi buruk
Gizi buruk akan mempengaruhi banyak organ dan sistem organ
yang akan merusak sistem pertahanan tubuhterhadap mikroorganisme
maupun pertahanan mekanik. Dampak selanjutnya dapat terjadi
gangguan pertumbuhan dan perkembangan, mental serta penurunan
skor tes IQ (Pudjiadi S, 2005). Penurunan fungsi otak berpengaruh
terhadap kemampuan belajar, kemampuan anak bereaksi terhadap
rangsangan dari lingkungannya dan perubahan kepribadian anak
(Moehji S, 2003).
21
21
6. Penanggulangan masalah gizi tidak seimbang
a. Masalah gizi lebih atau obesitas
Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan
dan keluaran melalui pengurangan makanan dan penambahan latihan
fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress
(Almatsier S, 2005).
b. Masalah gizi kurang
Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara
terpadu antar departemen dan kelompokm profesi, melalui upaya-
upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi
dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan
dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil pertanian
dan tehnologi pangan (Almatsier S, 2005).
c. Masalah gizi buruk
Penanggulangan masalah gizi buruk yang dilakukan antara lain :
1) Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional.
2) Peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK).
3) Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan
dimulai dari tingkat Posyandu, hingga Puskesmas dan Rumah
Sakit.
4) Intervensi langsung pada sasaran melalui pemberian makanan
tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet
dan sirup besi serta kapsul iodium.
(Almatsier S, 2005).
22
22
D. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dalam Pemberian Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita Di Desa Papringan Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro.
Penjelasan :
Status gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi buruk dipengaruhi oleh pola
asuh gizi atau makanan asupan makanan, ketersediaan pangan di tingkat
rumah tangga dan askes terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
23
23
Status gizi balita
Pola asuh orang tua dalam pemberian makanan balita
Ketersedian pangan di tingkat rumah tangga
Akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas
E. Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003).
Hipotesa nol (H0) menyatakan tidak ada hubungan antara variabel yang
satu dengan yang lain.
Hipotesa alternatif (Ha/H1) menyatakan ada hubungan antara variabel
yang satu dengan yang lain.
Hipotesa pada penelitian ini adalah adanya Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Dalam Pemberian Makanan Balita Dengan Status Gizi Balita.
24
24