Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Udang Penaeid Sp. Di Tanjung Qudus
Dusun III Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan
Encek Khairunnisa, Febrianti Lestari, Jumsurizal
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Prikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Udang merupakan komoditas unggulan hasil perikanan untuk ekspor di
Indonesia. Jenis udang yang termasuk dalam generaPenaeus dan Metapenaeus
merupakan jenis-jenis yang menunjang perikanan udang di Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui nilai potensi dan tingkat pemanfaatan Udang di
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil, Bintan. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Mei-Juni 2017. Tangkapan maksimum lestari (MSY) udang perminggu di
Desa Pangkil sebesar 1.284,48 kg dengan upaya penangkapan optimal (F
optimum) sebesar 398 hauling. Rata-rata nilai pemanfaatan yakni sebesar 93%,
Nilai JTB penangkapan udang di Desa Pangkil, masih dibawah nilai MSY, artinya
penangkapan masih dapat ditingkatkankan lagi. Akan tetapi, jika melihat dari
hasil tangkapan rata-rata perminggu yakni sebesar 1191,83 kg/minggu. Nilai
tersebut sudah hampir mencapai nilai MSY dengan demikian dianjurkan untuk
tidak menambah upaya penangkapan udang di Desa Pangkil, mulai dari armada
tangkap, alat tangkap, dan sumberdaya manusia.
Kata kunci : Potensi, Tingkat Pemanfaatan, Udang Penaeidsp, Desa Pangkil.
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan sangat besar
memiliki potensi perairan untuk dikelola dengan baik. Dalam rangka mencapai
tujuan pengelolaan potensi perairan yang menyimpan berbagai jenis spesies
perikanan, maka rakyat melalui DPR mengamanatkan kepada Menteri Kelautan
dan Perikanan melalui Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 untuk menetapkan
potensi dan alokasi sumberdaya perairan di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia. Untuk bahan penetapan potensi tersebut telah dilakukan
beberapa kali kajian stok sumberdaya perairan. Potensi beberapa kelompok
species udang menjadi komoditi yang paling diminati dan dikembangkan oleh
masyarakat dan pelaku usaha perikanan. Dalam upaya mencapai pemanfaatan
secara optimal dan berkelanjutan dilakukan pengelolaan sumberdaya udang.
Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui sejauh mana potensi udang yang ada di
perairan Provinsi Kepulauan Riau, khususnya daerah Kabupaten Bintan. Salah
satu lokasi yang menjadi pusat penangkapan udang dalam penelitian ini adalah
perairan Pulau Pangkil. Pulau Pangkil.
BAHAN DAN METODELOGI
Penelitian dilaksanakan di Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil Kecamatan
Teluk Bintan Kabupaten Bintan kegiatan ini dilakukan dari bulan Mei-Juni 2017.
Adapun peta lokasi dilakukannya penelitian tentang potensi dan pemanfaatan
udang Penaeid sp. yang didaratkan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 7.Peta Lokasi Penelitian
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
1) Alat dan Bahan
Berbagai macam alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian dapat
dilihat padaTabel 1 dibawah ini, adalah sebagai berikut
Tabel 1.Alat dan bahan yang digunakan
No. Alat dan Bahan Kegunaan
1. Kamera Untuk Dokumentasi
2. Alat Tulis Untuk menyalin data penelitian
3. Lembar Kuesioner Wawancara nelayan udang
4. Wadah Untuk menampung udang
2) Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, merupakan
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi yang dijadikan objek
penelitian dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data
pokok.(Nurhayati 2013).
3) Penentuan Standarisasi Upaya Penangkapan (FPI) dan CPUE
Upaya penangkapan atau Fishing Effort itu sendiri adalah perkalian antara
jumlah armada (kapal ikan) dengan jumlah trip melaut. Perhitungan FPI (Fishing
power index) (Nurhayati 2013). adalah sebagai berikut:
CPUE(s) = ๐ถ๐๐ก๐โ (๐ )
๐ธ๐๐๐๐๐ก (๐ )
Keterangan :
Catch(s) = Total hasil tangkapan jenis unit penangkapan ikan
CPUE(s)= ๐ช๐๐๐๐(๐) ๐ฌ๐๐๐๐๐(๐) FPI(s) = ๐ช๐ท๐ผ๐ฌ(๐) ๐ช๐ท๐ผ๐ฌyang akan distandarisasi pada ke-i
(kg)
Effort(s) = Total upaya penangkapan jenis unit penangkapan ikan yang akan distandarisasi
pada ke-i (trip)
CPUE = Hasil tangkapan per upaya penangkapan yang paling dominan (kg/trip)
CPUE(s) = Hasil tangkapan per upaya penangkapan yang akan distandarisasi (kg/trip).
FPI =๐ถ๐๐๐ธ (๐ )
๐ถ๐๐๐ธ
Keterangan :
FPI(s) = Total upaya penangkapan (effort) jenis unit penangkapan ikan yang akan
distandarisasi pada tahun ke-i.
4) Maximum Sustainable Yield (MSY)
Untuk menduga besarnya MSY sumberdaya perikanan dan upaya penangkapan
optimal, digunakan model Schaefer. Besarnya parameter a dan b secara
matematika dapat dicari dengan menggunakan persamaan Regresi sederhana
dengan rumus, adalah sebagai berikut:
Y= a + bx Keterangan:
Parameter a: intercept Parameter
Parameter b : slope Selanjutnya parameter a dan b dapat dicari dengan rumus:
a= ๐ฎ๐๐ ๐ฎ๐๐ โ ๐ฎ๐๐ (๐ฎ๐๐๐๐)
๐๐ฎ๐๐ยฒโ(๐ฎ๐๐)ยฒ
b = ๐ ๐ฎ๐๐๐๐ โ ๐ฎ๐๐ (๐ฎ๐๐)
๐ ๐ฎ๐๐๐ โ(๐ฎ๐๐)ยฒ
Keterangan :
x : Upaya penangkapan pada periode-i
y : Hasil tangkapan per satuan upaya pada periode-i
n : Jumlah sampel.
Setelah dapat diketahui nilai a dan b, selanjutnya dapat ditentukan beberapa
persamaan yang diperlukan, adalah, (Nurhayati, 2013).
Hubungan antara CPUE dengan upaya penangkapan (f)
CPUE = a+bf
Hubungan antara hasil tangkapan (c) dengan upaya penangkapan (f)
c = CPUE x f
c = af + bf2
Dari persamaan tersebut maka diperoleh model untuk menghitung hasil
maksimum lestari (CMSY) dan upaya optimal (fopt) masing-masing, adalah sebagai
berikut (Nurhayati, 2013).
CMSY=-a2
/4b Fopt = -a/2b
Keterangan :
CMSY = Hasil tangkapan maksimum lestari
fopt = Jumlah upaya penangkapan optimal untuk mencapai MSY
5) Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Menurut Nurhayati (2013), menjelaskan bahwa rumus tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan adalah sebagai berikut:
TP =๐๐ข
๐๐๐ x 100%
Keterangan :
TP = Tingkat pemanfaatan
Ci = Hasil Tangkapan pada periode ke-i
MSY =Potensi lestari (Maximum Sustainable Yield)
6) Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan (JTB)
Berdasarkan komitmen internasional yang dibuat FAO yang dinyatakan dalam
Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF), potensi sumberdaya laut
yang boleh dimanfaatkan hanya sekitar 80% dari tingkat panen maksimum
berkelanjutan (Maximum Sustainable Yield,). Dasar pemanfaatan potensi yang
boleh ditangkap (Total Allowable Catch,) sebesar 80% dari MSY (Nurhayatii,
2013). Jadi untuk menghitung JTB (Jumlah Tangkap yang diperbolehkan)
menurut Nurhayati (2013), yaitu dengan menggunakan rumus JTB = 80% x MSY,
Jika JTB > MSY berarti terjadi over fishing tetapi jika JTB < MSY berarti
penangkapan ikan masih bisa ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih,
tetapi tidak melebihi batas MSY yang sudah di tentukan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Udang Windu jenis Penaeus monodon
Jenis udang windu (penaeus monodon) merupakan salah satu dari jenis udang
yang ditemukan di Perairan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil Kecamatan
Teluk Bintan Kabupaten Bintan. Adapun bentuk dari jenis Penaeus monodon
dapat di llihat pada Gambar 2 dibawah ini.
a b
Gambar 2. Udang Windu Jenis Penaeus monodon Keterangan. (a) = Udang di
Lokasi penelitian (b) = Udang (Carpenter dan Niem 2000)
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapopada
Filum : Arthropoda
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon
2) Udang Putih Jenis Penaeus merguiensis
Jenis udang yang terdapat di Perairan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil
Kecamatan Teluk Bintan salah satunya adalah udang putih (Penaeus merguiensi).
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kepada masyarakat, jenis udang
Penaeus merguiensis ini yang banyak ditemukan dan juga merupakan jenis udang
dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Pangkil. Dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 .Udang putih jenis Penaeaus merguiensis Keterangan.(a) = Udang
yang didapat di lokasi penelitian(b)= Udang (Carpenter dan Niem 2000)
Kelas : Crustacea
Filum : Arthropoda
Ordo : Decapopada
Famili : Penaeinae
Genus : Penaeus
Spesies : Penaeus merguiensis
a b
3) Upaya Penangkapan Udang di Tanjung Qudus Desa Pangkil
a) Jenis Mesin, Jenis kapal dan Area Penangkapan Udang
Kapal merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam usaha
penangkapan udang untuk pengoperasian alat tangkap di area
penangkapan.Adapun jenis kapal yang digunakan Nelayan Tanjung Qudus Dusun
III Desa Pangkil Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan untuk melaut dapat
dilihat pada Tabel 2 .
Tabel 2. Jenis Kapal dan Mesin Kapal di Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil
Dari Tabel 2 diatas, diketahui bahwa nelayan di Desa Pangkil menggunakan 5
jenis kapal, yaitu 1 GT, 1.5 GT, 3 GT, 3.5 GT dan 7.5 GTnamun yang lebih
dominan adalah kapal berkapasitas 7,5 GT. Kapal 7,5 GT, Pada wawancara
kepada nelayan penangkap udang sebanyak 30 responden,didapatkan hasil bahwa
terdapat 5 lokasi umum penangkapan udang yang dilakukan oleh nelayan.
Diantaranya yakni di perairan dapat dilihat pada Gambar 2. Grafik persentase
lokasi tangkapan udang oleh nelayan di Desa Pangkil dapat dilihat pada Gambar
4.
No. Kapasitas Kapal mesin
dalam(GT) Mesin (Pk) Jumlah kapal
1. 1 20 1
2. 1 26 1
3. 1.5 20 2
4. 1.5 16 5
5. 3 20 3
6. 3 24 1
7. 3.5 20 1
8. 3.5 28 2
9. 7.5 26 4
10. 7.5 24 4
11. 7.5 28 5
12. 7.5 16 1
Jumlah
30
Gambar 4. Lokasi Tangkapan Udang Nelayan Desa Pangkil
Dari hasil diagram gambar 4 diagram lingkaran diatas, menunjukkan bahwa
sebanyak 50% responden melakukan penankapan udang di sekitaran perairan
Desa Pangkil. Sebanyak 13% responden melakukan penangkapan udang di
sekitaran perairan Pulau Penyengat, sebanyak 17% nelayan melakukan
pengangkapan di perairan Pulau Tapai, Sedangkan hanya 10 % masing-masing
nelayan melakukan penangkapan diperairan Pulau Karas dan Pulau Dompak.
Lokasi-lokasi tersebut dipilih oleh para nelayan karena tidak terlalu jauh dengan
Pulau Pangkil sehingga modal yang dikelauarkan tidak terlalu tinggi.
4) Alat Penangkapan Udang
Berdasarkan pengamatan dilapangan, alat tangkap yang digunakan oleh
nelayan Desa Pangkil yaitu jaring apolo. Di Desa pangkil jaring apolo terbuat
dari bahan sintetis yaitu benang wol lembut, sedangkan untuk bagian pinggiran
jaring digunakan tali ris, dan diikat beberapa pelampung di tali permukaan jaring
dan di tambah timah sebagai pemberat jaring, agar jaring bisa tenggelam kedasar
laut. Adapun bentuk jaring apolo terdapat pada Gambar 5.
50%
10%
10%
17%
13%perairan sekitaran Desa Pangkilperairan sekitaran DompakPerairan Sekitaran KarasPerairan Sekitaran pulau TapaiPerairan Sekitaran Penyengat
Gambar 5. Penggunaan Jaring Apollo Keterangan: (a) = Jaring apollo yang
digunakan untuk penangkapan udang(b) = Skema pemasangan jaring apollo
Berdasarkan pengamatan di Desa Pangkil pengoperasian penangkapan udang
oi90meliputi persiapan alat tangkap (jaring dan kelengkapannya), peralatan lain
seperti lampu dan bakul pengumpul ikan, serta kapal atau perahu yang siap untuk
digunakan. Alat tangkap ditumpuk secara rapi agar mudah digunakan pada saat
diturunkan dan dinaikkan kembali. Lampu untuk menerangi kapal pada saat
operasi pada malam hari.
Pada umumnya nelayan Desa Pangkil termasuk nelayan skala kecil hal ini
disebabkan penggunaan alat tangkap dan pengoperasian alat tangkap yang
digunakan masih tradisional.Adapun jumlah nelayan yang menggunakan jaring
Apollo untuk penangkapan udang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Alat Tangkap Nelayan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil
Jenis Alat Jumlah Alat Tangkap(Unit) Jumlah Nelayan
Jaring Apollo
3 5
4 10
7 15
Jumlah
30
Berdasarkan Tabel 2 terdapat 5 nelayan yang memiliki 3 unit jaring apollo,
terdapat 10 nelayan memiliki 4 unit dan 15 nelayan yang memiliki 7 unit jaring
Apollo. Jaring Apollo yang digunakan, dapat dioperasikan pada area kedalaman
30-50 m memiliki hasil/volume yang berbeda setiap unit jaringnya .
a b
Untuk lebih jelasnya, hasil/volume tangkapan udang yang didaratkan
berdasarkan jumlah alat tangkap jaring Apollo di Tanjung Qudus Dusun III Desa
Pangkil dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Volume Hasil Tangkapan Berdasarkan Jumlah Unit Jaring Nelayan
Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil
Berdasarkan Tabel 3 diatas,dapat dilihat bahwa volume hasil tangkapan udang
dengan jumlah jaring Apollo sebanyak 3 unit, dapat menangkap udang sebanyak
1-10 kg. Untuk penggunaan4 unit jaring menghasilkan udang sebanyak 1-20 kg.
Sedangkan dengan penggunaan 7 unit jaring mampu menghasilkan udang
sebanyak 1-25 kg.
Berdasarkan hasil wawancara kepada nelayan Desa Pangkil mengenai jumlah
upaya tangkap menggunakan hauling secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Hauling Nelayan Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil
No AlatTangkap
Jumlah Hauling/minggu
Minggu
1 minggu 2
minggu
3
minggu
4
minggu
5
minggu
6
1 4 unit jaring 273 273 189 273 273 312
2 4 unit jaring 168 168 196 168 168 192
3 7 unit jaring 539 539 686 539 539 616
Pada tabel 4 diatas, mengatakan bahwa jumlah Hauling tertinggi terjadi pada
minggu keenam dengan menggunakan 7 unit jaring apolo, yang terendah terjadi
pada minggu ke-1,2,4 dan minggu ke-5.
No Jumlah Jaring
Apolo
Volume hasil Tangkapan
(kg) Jumlah Nelayan
1 3 1-10 5
2 4 1-20 10
3 7 1-25 15
5) Pemanfaatan Sumberdaya Udang
a) Total Produksi (Cath)
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil,
sebagaimana yang terdapat pada tabel 5.
Tabel 5. Catch,EffortStandart, CPUE di Perairan Sekitaran Desa Pangkil Bulan
Mei-Juni 2017 Berdasarkan Metode Shaefer.
MINGGU CATCH (kg) Fstandart CPUE(kg/Hauling)
1 1036 555 1.9
2 725 378 1.9
3 1378 323 4.3
4 1314 279 4.7
5 1151 281 4.1
6 1547 499 3.1
Rata-rata 1191,83 386,83 3,33
Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa total hasil produksi pada
minggu pertama hingga minggu keenam. Akan tetapi, hasil tangkapan tertinggi
terjadi pada minggu keenam yakni sebanyak 1547 kg. sedangkan hasil tangkapan
terendah terjadi pada minggu kedua sebanyak 725 kg. disajikan pada gambar 6.
Gambar 6.Fluktuasi Total Hasil Tangkapan/Effort dan Fluktuasi Upaya
Keterangan: (a) = Fluktuasi Total Hasil Tangkapan/EffortUdang
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 2 3 4 5 6
Cat
ch (
Kg)
Minggu
CATCH (Kg)(Y)
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6
Minggu
usaha(x)
(b) = Fluktuasi Upaya Tangkapan Udang
Jika dilihat dari nilai Fstandart tertinggi terjadi pada minggu pertama dengan nilai
upaya sebesar 555. Sedangkan terendah terjadi pada minggu keempat dengan
nilai Fstandart 279. Nilai Fstandart pada minggu kedua yakni sebesar 378 lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai Fstandart pada minggu keempat tersebut. Akan hasil
tangkapan pada minggu keempat lebih tinggi dibandingkan dengan minggu kedua.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun semakin meningkatnya
nilai upaya Fstandart tidak sejalan dengan hasil tangkapan (catch). Faktor
lingkungan menjadi alasan rendahnya hasil tangkapan pada minggu kedua
tersebut.
b) CPUE (Catch Unitper Effort)
Berdasarkan analisis data mengenai penagkapan udang selama 6 minggu yang
dilakukan oleh nelayan Tanjung Qudus Desa Pangkil menunjukkan hasil yang
berbeda-beda. adapun fluktasi CPUE disajikan dalam bentuk Gambar 7
Gambar 7.Fluktuasi Cath unitper Effort di Perairan Sekitar Desa Pangkil Pada
Bulan Juni-Juli 2017
Dapat dilihat pada Gambar 7, nilai CPUE berfluktuasi. Nilai CPUE
maksimum tertinggi terjadi pada upaya/effort sebesar 279 unit diperoleh nilai
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
1 2 3 4 5 6
CP
UE
Effort
CPUE(KG/Hauling)
CPUE sebesar 4,7 kg. Sedangkan nilai CPUE minimum tertinggi terjadi pada
upaya/effort sebesar 555 unit diperoleh nilai CPUE sebesar 1,9 kg. Dapat dilihat
bahwa nilai CPUE mengalami fluktuasi dikarenakan adanya penambahan dan
pengurangan jumlah effort.
Pernyataan Wurlianty et al. (2015) Upaya penangkapan atau effort apabila
terus dilakukan penambahan, maka akan berpengaruh terhadap โ
produktivitas sumberdaya perikanan yang akan mengalami penurunan yang
sangat signifikan. Hal ini apabila dibiarkan maka akan membahayakan
sumberdaya perikanan yang ada. penangkapan udang yang berfluktuasi
disebabkan oleh beberapa faktor yakni : angin, musim, meskipun terjadi
peningkatan uapaya penangkapan belum terindikasi terjadinya over exploitasi hal
ini dapat dilihat Gambar bahwa belum terjadinya over exploitasi dapat dilihat
pada analisis surplus produksi menggunakan model Schaefer dapat dilihat pada
Gambar 8.
.
Gambar 8. Surplus Produksi Udang di Perairan Sekitar Desa Pangkil Pada Bulan
Juni-Juli 2017
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa koefisien determinasi model
Schaefer sebesar 0,588 dengan hasil persamaan regresi linear model Schaefer
yaitu Y= -0.008x + 6.74. Dari data tersebut, dapat dijelaskan bahwa hubungan
Rยฒ = 0.58804
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
0 200 400 600
CP
UE
(kg/
ton
)
Effort standart (pengulangan)
antara CPUE dengan nilai Effort standart adalah negatif. Artinya, peningkatan
upaya penangkapan effort justru akan meningkatkan nilai CPUE. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Rosalina et al.(2011), bila dilakukan peningkatan
upaya penangkapan sebesar f satuan per tahun maka akan mengurangi nilai
produktivitas (CPUE).
Gambar 9. Grafik MSY Udang di Perairan Sekitar Desa Pangkil Pada Bulan Juni-
Juli 2017
Dari gambar 9 analisis diatas menunjukkan bahwa tangkapan maksimum
lestari (MSY) udang perminggu di Desa Pangkil sebesar 1.284,48kg dengan
upaya penangkapan optimal (F optimum) sebesar 398 hauling. Jika dibandingkan
dengan rata-rata total hasil produksi catchper minggu yakni sebesar 1.192,83 kg
dengan rata-rata upaya penangkapan f yakni 386 hauling. Data
tersebutmenunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya udang di perairan Desa
Pangkil masih berada dibawah potensi lestarinya (MSY), artinya belum
terindikasi over exploitasi akan tetapi, sebaiknya upaya penangkapan udang yang
dilakukan oleh nelayan Desa Pangkil harus terus dikontrol. Karena
memungkinkan terjadi penambahan upaya penangkapan dengan penambahan
armada kapal, tenaga kerja, serta bertambahnya jumlah nelayan yang mengangkap
udang. Dengan demikian, jika upaya penangkapan udang di Desa Pangkil pada
masa akan datang telah melebihi nilai upaya pada grafik MSY, sudah bisa
dipastikan akan terjadi tangkapan lebih (over fishing). Sesuai dengan pernyataan
Wurlianti et al.(2015), bahwasemakin meningkat kapasitas tangkap maka
produksi semakin meningkat namun produksi maksimum dicapai pada tingkat
upaya yang lebih rendah.
c) Tingkat Pemanfaatan (TP)
Dengan diketahuinya nilai upaya penangkapan yang optimum serta nilai MSY
maka tingkat pemanfaatan perikanan tangkap udang dapat diketahui, Adapun
Tingkat pemanfaatan Udang di Desa Pangkil dapatdilihat pada Gambar 10.
Gambar 10.Grafik Tingkat Pemanfaatan Udang di Perairan Sekitar Desa Pangkil
Pada Bulan Juni-Juli 2017
Berdasarkan gambar 10 diatas, diketahui bahwa tingkat pemanfaatan udang di
Desa Pangkil tergolong dalam kategori under exploited, terjadi pada minggu
kedua yaitu sebesar 57 %, yang berarti penambahan upaya penangkapan masih
memungkinkan untuk mengoptimalkan hasil. Pada tingkat ketiga kategori
optimum terjadi pada minggu pertama yaitu sebesar 81 %, minggu kelima sebesar
90%,minggu ketiga sebesar108%, minggu keempatsebesar 103%, dan minggu ke
enam sebesar 121%, yang berarti hasil tangkapan sudah overfishing.
-
50
100
150
1 2 3 4 5 6
TIN
GK
AT
PEM
AN
FAA
TAN
MINGGU
TP
Setelah dirata-ratakan nilai keseluruhan selama 6 minggu adalah sebesar 93%,
adapun tingkat pemanfaatan udang di Desa Pangkil Kecamatan sudah termasuk
pada tingkat ketiga kategori optimum yang berarti tingkat pemanfaataan udang
telah masuk ke tingkat potensi lestari sehingga sudah tidak memungkinkan untuk
penambahan upaya penangkapan.Peningkatan hasil produksi udang pada minggu
ketiga,keempat dan keenam, dipengaruhi oleh kondisi alam dan musim yang
menunjang nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap.Dengan demikian,
nelayan cenderung melakukan peningkatan upaya penangkapan dapat dilihat pada
(Noija et al., 2014)
d) Jumlah Tangkap yang di Perbolehkan (JTB)
Pengelolaan sumberdaya perikanan dengan pendekatan kuota penangkapan
adalah upaya pembatasan jumlah udang yang boleh ditangkap,untuk menjaga
kelestarian sumberdaya udang, maka nilai JTB harus dibawah Maximum
Sustainable Yield yang telah ditentukan.Jumlah tangkap yang diperbolehkan
(JTB) merupakan 80% jumlah tangkapan dari tingkat panen maximum lestari
sebesar 1.276,38 kg. Jumlah tangkap yang diperbolehkan 80% dari 1.276,38 yaitu
sebesar 1.021,10 kg/minggu.Sesuai dengan pernayataan Rosana dan Prasita
(2015), bahwa sumberdaya perikanan masih dikatakan underfishing jika
pemanfaatannya masih dibawah nilai JTB (kurang dari 80% dari MSY). Sesuai
dengan pernyataan Jamal et al. (2014) bahwa JTB berprinsip pada keberlanjutan
yakni 80 % dari MSYpemanfaatan bersama stok (shared stok).
e)Implikasi Pengelolaan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa implikasi pengelolaan
sebagai berikut ini:
1. Nilai Total hasil penangkapan (Catch) yang diperoleh dari penelitian ini
mendekati nilai MSY, maskipun belum terjadi penangkapan berlebihan,
akan tetapi jika terus dilakukan upaya penangkapan maka dikhawatirkan
akan terjadi over eksploitasi. Untuk itu diperlukan pengaturan waktu dan
ukuran tangkapan yang disepakati oleh nelayan di Desa Pangkil.
2. Dilihat dari nilai pemanfaatan tergolong cukup tinggi, yang berarti tingkat
pemanfaataan udang telah masuk ke tingkat potensi lestari sehingga sudah
tidak memungkinkan untuk penambahan upaya penangkapan. Kondisi ini
memperjelas bahwa perlu segera dilakukan aturan tangkapan udang di
Desa Pangkil.
KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan metode surplus produksi, potensi udang (Penaeus
Monodon) dan Udang (Penaeus Merguinsis).sebesar1.284 kg/minggu,
sedangkan nilai total hasil tangkapan/minggu belum melewati batas MSY
dan di perairan Desa Pangkil Tanjung Qudus Dusun III belum mengalami
overfishing.
2. Nilai tingkat pemanfaatan udang (Penaeus Monodon) dan Udang
(Penaeus Merguinsis). rata-rata di Tanjung Qudus Dusun III Desa Pangkil
berkategori optimum yang berarti tingkat pemanfaataan udang telah masuk
ke tingkat potensi lestari sehingga sudah tidak memungkinkan untuk
penambahan upaya penangkapan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenter, K.E., Niem V.H. 2000. The Living Marine Resource of theWestern
Central Pasific Volume 2. Food and Agriculture Organization of The United
Nations. Rome.
Jamal. M., Sondita. F. A, Wiryawan. B., dan Haluan., J., 2014.. Management
Concept of Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) Fisheries Within Bone Bay
Zone in The Perspective of Sustainability. Ipteks PSP 1 (2): 196-207.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2014 Tentang Rencana Pengelolaan Perikanan Wilaya Pengelolaan Perikanan
Noija. D, Martasuganda. S, Murdiyanto, dan Taurusman. A. A., 2014. Potensi
Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Demersal Di Perairan Pulau
Ambon โ Provinsi Maluku. Teknologi Perikanan dan Kelautan 5 (1): 55-64.
Nurhayati, A., 2013.Analisis Potensi Lestari Perikanan Tangkap di Kawasan
Pangandaran.Jurnal Akuatik IV(2): 195-209
Rosana. N., Prasita, V. D. 2015. Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Sebagai
Dasar Pengembangan Sektor Perikanan Di Selatan Jawa Timur. Kelautan 8 (2):
71-76.
Wurlianty. H. A., Wenno. J, dan Kayadoe. M. E. 2015. Catch per unit effort
(CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan
Kota Bitung. Ilmu dan Teknologi Periakanan Tangkap. 2 (1): 1-8.