Download - presus pv
-
7/30/2019 presus pv
1/16
1
PRESENTASI KASUS
PITIRIASIS VERSIKOLOR
Disusun oleh:Olivia Novianty Loei
11-2011-176
FK UKRIDA
Dipresentasikan pada tanggal 18 Juli 2013
Moderator : dr. Widyanto, Sp.KK
KEPANITERAAN DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT
SOEBROTO1 Juli- 3 Agustus 2013
-
7/30/2019 presus pv
2/16
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya
sehingga presentasi kasus yang berjudul Pitiriasis versiskolor dapat diselesaikan.
Laporan kasus ini merupakan salah satu pemenuhan syarat kepaniteraan klinik di
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSPAD Gatot Soebroto.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
dalam penulisan laporan kasus ini, khususnya kepada dr. Widyanto, Sp.KK sebagai
moderator dalam laporan kasus ini dan kepada dokter-dokter spesialis Kulit dan
Kelamin lainnya yang telah memberikan saran, serta bimbingan dalam penyusunan
laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter
muda dan semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa presentasi kasus ini masih jauh dari
sempurna baik mengenai isi dan susunan bahasa oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan presentasi kasus
ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat untuk kemajuan kita atau peningkatan kualitas
kesehatan bagi masyarakat.
Jakarta, Juli 2013
Penulis
-
7/30/2019 presus pv
3/16
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iiPRESENTASI KASUS..................................................................................................................1
I. IDENTITAS................................................................................................................1II. ANAMNESIS.............................................................................................................1III. STATUS GENERALIS..............................................................................................2IV. STATUS DERMATOLOGIKUS..............................................................................2V. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................3VI. RESUME.....................................................................................................................3VII. DIAGNOSIS KERJA..................................................................................................4VIII. DIAGNOSIS BANDING............................................................................................4IX. ANJURAN PEMERIKSAAN.....................................................................................4X. PENATALAKSANAAN............................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................5
DEFINISI...................................................................................................................................5
SINONIM...................................................................................................................................5
ETIOLOGI.................................................................................................................................5
PATOFISIOLOGI......................................................................................................................6
PATOGENESIS.........................................................................................................................7
GAMBARAN KLINIS...............................................................................................................8
PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................................................9
DIAGNOSIS KERJA...............................................................................................................10
DIAGNOSIS BANDING.........................................................................................................10
PENGOBATAN.......................................................................................................................11
PROGNOSIS............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
-
7/30/2019 presus pv
4/16
4
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
SMF PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSPAD GATOT SOEBROTO
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. FR
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Karbela, Jakarta Selatan
Pendidikan : Kelas 5 SD
Suku : Sunda
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
II. ANAMNESA
Diambil dari: Autoanamnesa tanggal 08 Juli 2013
Keluhan Utama : Bercak-bercak putih di pipi kanan dan kiri
Keluhan Tambahan : Gatal terutama saat berkeringat
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang dengan keluhan bercak - bercak putih disertai gatal pada pipi
kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien tidak memperhatikan adanya
bercak-bercak putih. Pasien mengeluh gatal saat berkeringat terutama saat pasien
bermain bola kaki sepulang sekolah. Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari. Pasien
mengatakan membersihkan wajah hanya pada saat mandi. Pasien mengaku bertukar
handuk dengan orang tuanya. Pasien mengaku belum pernah mengobati kelainan
tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal yang
sama dengan pasien
-
7/30/2019 presus pv
5/16
5
III. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik
Tanda Vital : TD: 120/70 mmHg Nadi: 84x/menit
: RR: 20x/menit Suhu: Afebris
BB: 34 kg
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret (-)
Tenggorokan : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tidak ada pembesaran KGB
Toraks : simetris saat statis dan dinamis
Paru : SD vesikuler, Rh (-), Wh (-)
Jantung : BJ I-II murni reguler. Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : cembung, supel, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-)
IV. STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi : Pipi kanan dan kiri
Eflorosensi : Bercak - bercak hipopigmentasi, bentuk bulat, ukuran milier sampai
lentikuler, sirkumskrip, multiple, distribusi diskret dengan permukaan terdapat
skuama halus.
- pada pipi kanan - pada pipi kiri
-
7/30/2019 presus pv
6/16
6
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Sinar Wood (+) dengan fluoresensi kuning keemasan
- pada pipi kanan - pada pipi kiri
- KOH 10% diambil dari bercak hipopigmentasi di pipi kanan dan kiri
Terlihat hifa pendek dengan spora berkelompok.
VI. RESUME
Pasien seorang anak perempuan berumur 11 tahun datang dengan keluhan
gatal disertai bercak-bercak putih pada pipi kanan dan kiri sejak 1 bulan yang lalu,
gatal dirasakan terutama saat berkeringat. Status generalis: tanda vital: TD: 120/ 70
mmHg, nadi: 84x/ menit, RR: 20x/ menit, suhu: afebris, BB: 34 kg. Pada status
dermatologikus ditemukan pada pipi kanan dan kiri terdapat bercak-bercak
hipopigmentasi, bentuk bulat, ukuran milier sampai lentikuler, sirkumskrip,
-
7/30/2019 presus pv
7/16
7
multiple, distribusi diskret dengan permukaan terdapat skuama halus. Pemeriksaan
Wood light didapatkan fluoresensi kuning keemasan. Dan dengan pemeriksaan
KOH 10 % terlihat hifa pendek dengan spora berkelompok.
VII. DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis versikolor
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Tidak ada
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tidak ada
X. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa Menjaga kebersihan terutama kulit yang sakit agar tetap kering Menganjurkan untuk tidak bertukar handuk dengan anggota keluarga yang
lain
Menggunakan handuk yang berbeda untuk kulit yang sakit dan kulit yangsehat
2. Medikamentosa Topikal
Miconazole Nitrat cream 2% 2x sehari setelah mandi
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
-
7/30/2019 presus pv
8/16
8
TINJAUAN PUSTAKA
PITIRIASIS VERSICOLOR
DEFINISI
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur,yaitu jamur yang bersifat lifopilik dimorfik dan
merupakan flora normal pada kulit manusia, ditandadi dengan bercak lesi yang
bervariasi mulai dari hipopigmentasi, kemerahan sampai kecoklatan atau
hiperpigmentasi. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik
ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang berskuama halus. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, lipat paha, tungkai atas, leher,
muka dan kulit kepala.1
SINONIM
Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, purpura, liver spots, tinea flava,
pitiriasis versikolor flava dan panu.1
ETIOLOGI
M. furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, P.
orbiculare) adalah jamur lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan
folikel rambut. Jamur ini merupakan organisme oportunistik yang dapat
menyebabkan pityriasis versicolor Jamur ini membutuhkan asam lemak untuk
tumbuh 2
Gambar. Malassezia furfur Sumber(www.doctorfungus.com)3
http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/http://www.doctorfungus.com%293/ -
7/30/2019 presus pv
9/16
9
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Hymenomycetes
Order : Tremellales
Family : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia.
Koloni Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan matur dalam 5 hari
dengan suhu 30-37 C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah kuning krem.
Gambar. Koloni Malassezia Furfus sumber(www.doctorfungus.com)3
Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran seperti sphagetti
atau meatbollsaat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2 bentuk
PATOFISIOLOGI
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia
furfur, yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak
berukuran C12- sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama
singkat M furfur, merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal (normal
http://www.doctorfungus.com/http://www.doctorfungus.com/ -
7/30/2019 presus pv
10/16
10
human cutaneous flora) dan ditemukan pada bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada
orang dewasa mencapai 90-100%.4
Sebagian besar kasus pitiriasis versikolor dialami oleh orang yang sehat tanpa
disertai penurunan sistem kekebalan tubuh (immunologic deficiencies). Meskipun
demikian, beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang terkena Pitiriasis
versikolor sekaligus memicu berubahnya bentuk (conversion) dari ragi saprofit
(saprophytic yeast) menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik. Faktor-faktor
tersebut antara lain:4
1. Kecenderungan (predisposition) genetik.
2. Lingkungan yang lembab, hangat.
3. Immunosuppression.
4. Malnutrition.
5. Cushing disease.
Human peptide cathelicidin LL-37 berperan dalam pertahanan kulit melawan
Malassezia globosa. Meskipun merupakan bagian dari flora normal, M furfur dapat juga
menjadi patogen yang oportunistik. Keadaan ini tidak menular karena patogen jamur
kausatif (causative fungal pathogen) merupakan penghuni normal pada kulit.
Kulit penderita pitiriasis versikolor dapat mengalami hipopigmentasi atau
hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitor tyrosinase (hasil dari aksi/kerja
inhibitor tyrosinase dari asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa
asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acids) pada lemak di permukaan kulit) secara
kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte.
Pada kasus pitiriasis versikolor dengan makula hiperpigmentasi, organisme memicu
pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.5
PATOGENESIS
Perubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi
oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi
enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada
melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat
pada organisme (Malassezia).5
-
7/30/2019 presus pv
11/16
11
GAMBARAN KLINIS
Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat.
Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh
adanya bercak tersebut (berhubungan dengan kosmetik). Gambaran klinis pitiriasis
versikolor sangat khas sehingga mudah didiagnosis. Lesi berupa bercak yang berbatas
tegas disertai dengan skuama halus, lesi tersebut mempunyai ukuran, bentuk dan warna
yang bermacam-macam. Hal ini sesuai dengan namanya yaitu pitiriasis yang berarti
penyakit dengan skuama halus seperti tepung dan versikolor yang berarti berbagai
macam warna.5
Warna lesi mulai dari hipopigmentasi, merah muda, kuning kecoklatan, coklat
muda atau hiperpigmentasi. Variasi warna tersebut tergantung dari pigmen kulit
penderita, paparan sinar matahari dan lamanya penyakit. Pada orang kulit berwarna, lesi
yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit
pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Kadang kadang
skuama sukar dilihat, namun dapat dibuktikan dengan dengan pemeriksaan goresan
permukaan lesi dengan kuret atau kuku jari tangan (finger nail sign). Lesi yang pertama
muncul mula mula berbentuk milier yang berbatas tegas dan makin lama makin
membesar tanpa disertai peninggian ditepinya. Tempat predileksinya terutama daerah
yang ditutupi pakaian sperti dada, punggung, perut, lengan atas, paha, leher.5
Pada kasus yang lama tanpa pengobatan, lesi dapat bergabung membentuk
gambaran seperti pulau yang luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus didaerah
berhawa dingin dapat sembuh spontan.
Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat
milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai :
1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halusdiatasnya, dan tepi tidak meninggi.
2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.5
-
7/30/2019 presus pv
12/16
12
Gambar. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi Kaukasia(kiri atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan atas dan bawah ).6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10-20%.Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang
mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan, lalu dikerok dengan skalpel steril dan
jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula atau ditempel pada selotip.
Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 10% yang diberi tinta
Parker biru hitam atau biru laktofenol, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas
penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka
kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu
dipisahkan oleh sekat-sekat yang dikenal dengan hifa. Pada pitiriasis versikolor hifa
tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok dengan banyak spora bergerombol sehingga
sering disebut dengan gambaran spaghetti and meatballs atau bacon and eggs. 7
-
7/30/2019 presus pv
13/16
13
Gambaran sediaan langsung dengan KOH memperlihatkan hifa pendek-pendek dengan
spora yang bergerombol.6
2. Pemeriksaan dengan sinar woodDapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi
lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi
warna kuning keemasan sampai orange. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melihat
dengan lebih jelas perubaha pigmentasi yang menyertai kelainan ini.
3. Pemeriksaan Biakan.Pemeriksaan dengan biakan jamur tidak terlalu bernilai secara diagnostik karena
memerlukan waktu yang lama. Pemeriksaan ini menggunakan media biakan agar malt
atau saborauds agar. Koloni yang tumbuh berbentuk soliter, sedikit meninggi, bulat
mengkilap dan lama kelamaan akan kering dan dibawah mikroskop terlihat yeast cell
bentuk oval dengan hifa pendek.7
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis pada penyakit ini mudah ditegakkan karena sangat khas, yaitu :
Klinis : Makula hipopigmentasi sampai kecoklatan ditutupi skuama yang halus Pemeriksaan dengan lampu woods pada kamar gelap didapatkan hasil fluoresensi
kuning keemasan
-
7/30/2019 presus pv
14/16
14
Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan kerokan kulit dari daerah lesi denganlarutan KOH 10-20%. Dibawah mikroskop terlihat hifahifa pendek dengan spora
bergerombol seperti buah anggur.7
Diagnosis banding dari penyakit jamur ini adalah :
1. Pitiriasis alba : ditandai dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yangakan menghilang dan meninggalkan area yang depigmentasi. Lebih sering
ditemukan pada anak-anak dengan lokasi lesi 50-60% pada muka, terutama di
sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi umumnya menetap dan tidak melebar,
batas tidak tegas dan tidak gatal.
2. Morbus hansen tipe T : ditandai dengan makula hipopigmentasi yang dibatasi olehinfiltrat yang berjumlah satu atau beberapa dengan distribusio asimetris, permukaan
kering bersisik, batas tegas dan terdapat hipoanestesi sampai anestesi. Yang penting
ditanyakan adalah adanya riwayat kontak erat dengan penderita kusta sebelumnya.
PENATALAKSANAAN
Pitiriasis versikolor dapat diobati. Pakaian, kain sprei, handuk harus dicuci
dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif
(skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas
pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen lebih
lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu
menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang
hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila
kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap
pengobatan kembali.7
Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik.
Topikal : terutama ditujukan untuk lesi yang minimal1. Salep Whitfield yang mengandung asam salisilat(3-6% dan asam benzoat (6-
12%)
2. Selenium sulfid 2,5% yang dioleskan pada lesi, lalu dibiarkan selama 15-30menit kemudian dibersihkan. Dilakukan 2-3 kali seminggu selama 2-4 minggu.
Selenium sulfid ini memiliki kekurangan yaitu bau yang kurang seap serta
kadang bersifat iritatif, sehingga menyebabkan pasien kurang taat berobat.
-
7/30/2019 presus pv
15/16
15
3. Obat golongan azol : klotrimazol 1%, mikonazol nitrat 2%, sulkonazol 1%,ketokonazol 2%, ekonazol nitrat 1%, bifonazol 2,5% krim, tiokonazol 1%,
oksikonazol 1% dan sertakonazol. Dioleskan 1-2 kali seahri selama 2-3 minggu.
Sistemik : digunakan pada kondisi tertentu yaitu adanya resitensi terhadap obattopikal, lesi yang luas dan sering kambuh.
1. Ketokonazol dengan dosis 200 mg sehari selama 7-10 hari atau 400 mg dosistunggal.
2. Itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari secara oral selama 5-7 hari
Itrakonazol bersifat keratinofilik dan lipofilik. Merupakan obat anti jamur
derivat trazol dengan spektrum luas dan lebih kuat dari ketokonazol dan disarankan
untuk kasus yang relaps atau tidak responsif terhadap pengobatan lain.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah flouresensi negatif dengan
pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.
Pitiriasis versikolor tidak memberi respon yang baik terhadap pengobatan
dengan griseofulvin.
Untuk pencegahan, dapat dilakukan dengan selalu menjaga higienitas
perseorangan, hindari kelembaban kulit dan menghindari kontak langsung dengan
penderita.7
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik, namun perjalanan penyakit yang
umumnya berlangsung kronik dan hilang timbul serta bila tidak diobati lesi akan
menetap dan meluas. Respon terhadap pengobatan umunya baik, tetapi pengobatan yang
bersifat permanent sukar dicapai, karean penyakit ini mempunyai kekambuhan yang
tinggi. Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor predisposisi yang pada umumnya sulit
dieliminir.7
-
7/30/2019 presus pv
16/16
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Unandar, Budimulja. Mikosis. In; Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Editors. IlmuPenyakit Kulit dan Kelamin 5th ed. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008. Hal 100-
105
2. Siregar, R.S. Tinea Versikolor (Panu). Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC. 2004.Hal 11-13
3. Baillon. 2007. www.doctorfungus.com. Tanggal akses 20 Juli 20134. Burkhart, C. Tinea Versicolor. Emedicine. Diunduh dari: pada tanggal 18 Juli 20135. Nasution, M.A. 2005. Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa Pandangan
Dermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU. Medan. Hal 104-
106
6. Wolff K, Johnson. R.A Suurmond. D. 2007. Fitzpatricks, The Color Atlas andSynopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill
Companies
7. Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. diakses
tanggal 20 Juli 2013.
http://www.doctorfungus.com/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdfhttp://www.doctorfungus.com/