Download - Prinsip Etika Kep. Jantung
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di
rumah sakit PERNYATAAN HAK-HAK PASIEN Pernyataan hak-hak pasien
(Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The American Hospital Association
(AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan dirawat di RS
Sampai pada akhir abad ke -19 bedah jantung masih tabu bagi para ahli
bedah,karena jantung merupakan organ sumber kehidupan yang dianggap suci.
Meskipun demikian, pelajaran anatomi jantung sudah dirintis melalui karya
seorang seniman terkenal.
Perkembangan bedah toraks yang dirintis oleh para ahli bedah telah membuka
jalan untuk berkembangnya bedah jantung. Bedah jantung pada bayi yang sianotik
sejak lahir karena adanya penyakit jantung bawaan dilakukan pertama kali di
Amerika Serikat,oleh ahli bedah Alfred Blalock yang disebut dengan bedah
Blalock-Tausag yang merupakan tindakan bedah jantung baku yang sampai
sekarang masih dikerjakan.
Kelainan katup aorta ditangani pada tahun1939 dengan memasang katup bola
dari bahan plastic pada aorta desendens dengan cara memperbaiki kelainan
jantung tanpa menghentikan denyut jantung disebut bedah jantung tertutup bedah
ini termasuk bedah pemasangan alat jantung yaitu sebuah baterai alat elektronik
pengahasil pulsa yang diatur oleh rangkaian listrik dan computer.
Perkembangan bedah jantung yang pesat terjadi di abad millennium
ketiga,sperti pengobatan infrak miokard dengan terapi gen,operasi jantung
invasive minimal dengan insisi mini dan memakai alat bantu teropong telelensa
atau operasi jantung pintas koroner off-pump tanpa mengehentikan denyut
jantung,operasi jantung dengan robot beserta perlengkapan computer super
canggih.
1 | P a g e
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip etika keperawatan ?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan ?
3. Bagaimana tindakan pada operasi jantung : pra operasi, intra
operasi dan post operatif ?
4. Bagaimana pengambilan keputusan legal etis dan fungsi advokasi
pada kasus gangguan system kardiovaskuler : tindakan operasi
jantung ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan.
2. Untuk mengetahui perlindungan hukum dalam praktik
keperawatan.
3. Untuk mengetahui tindakan operasi jantung : pra operasi, intra
operasi dan post operatif.
4. Untuk mengetahui pengambilan keputusan legal etis dan fungsi
advokasi pada kasus gangguan system kardiovaskuler : tindakan
operasi jantung ?
2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
PRINSIP-PRINSIP ETIK KEPERAWATAN
a. Otonomi (Autonomy)
b. Berbuat baik (Beneficience)
c. Keadilan (Justice)
d. Tidak merugikan (Nonmaleficence)
e. Kejujuran (Veracity)
f. Menepati janji (Fidelity)
g. Kerahasiaan (Confidentiality)
h. Akuntabilitas (Accountability)
PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
a. Pengertian Hukum.
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-
kaidah dalam suatu kehidupan bersama, atau keseluruhan peraturan
tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai
manusia dalam kehidupan bersama.
b. Pengertian Hukum Kesehatan
Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik
dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun
individu dalam masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut
dalam segala aspek promotif,preventif,kuratif dan rehabilitative serta
organisasi dan sarana.
c. Fungsi Hukum dalam Pelayanan Keperawatan
Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
3 | P a g e
Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan
meletakan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
d. Alasan perlunya perlindungan hukum dalam praktek keperawatan
Ada beberapa alasan mengapa Undang-undang Praktek
Keperawatan dibutuhkan. Pertama,alasan filosofi. Perawat telah
memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat kesehatan .
perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari
pelayanan pemerintah dan swasta,dan dari perkotaan hingga pelosok desa
terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada kenyataannya
belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum,bahkan
cendrung menjadi objek hokum. Perawat juga memiliki kompetensi
keilmliuan,sikp rasinal,etis dan profesianal. Semangat pengabdian yang
tinggi,berdisiplin,kreatif,trampil,berbudi luhur dandapat memegang teguh
etika profesi. Disamping itu Undang-undang memiliki tujuan, lingkup
profesi yang jelas, kemutlakan profesi,kepentingan bersama berbagai
pihak(masyarakat,profesi,pemerintah dan pihak terkait
lainnya),keterwakilan yang seimbang, optimalisasi
profesi,fleksibilitas,efisiensi dan keselarasan.
e. Standar profesi dan perlindungan hukum
Petugas kesehatan adalah petugas kesehatan yang profesional.
Petugas kesehatan yang profesional mendasarkan semua perilaku dan
tindakanya dalam melayani masyarakat atau pasien harus didasarkan
standar profesi.
Oleh sebab itu setiap jenis tenaga kesehatan yang melayani di
semua sarana dan fasilitas kesehatan harus mempunyai acuan bertindak
(etika) profesi.
Ketentuan tentang standar profesi petugas kesehatan ini dalam peraturan
pemerintah No. 32 Tahun 1996 diatur sebagai berikut:
4 | P a g e
a. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan.
b. Standar profesi tenaga kesehatan ini selanjutnya di tetapkan oleh
menteri.
c. Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas
profesinya berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Menjaga kerahasian identitas dan tata kesehtan pribadi pasien.
3. Memberi informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan
yang akan di lakukan
4. Meminta persetujuaan terhadap tindakan yang akan di lakukan
5. Membuat dan memelihara rekam medis
f. Penyebab tuntutan hukum terhadap perawat terhadap profesi
Pasien jatuh dan kesalahn dalam pengobatan adalah dua penyebab
utama tuntutan hukum terhadap perawat. Masalah lain yang mencetuskan
perkara hukum meliputi:
a. Keselahan di kamar operasi.
b. Komunikasi yang tidak efektif.
c. Observasi yang tidak adekuat
UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan UNDANG-UNDANG TENTANG
KESEHATAN.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
5 | P a g e
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
4. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan.
5. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ
dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain atau
tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ dan
atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
6. Implan adalah bahan berupa obat dan atau alat kesehatan yang ditanamkan
ke dalam jaringan tubuh untuk tujuan pemeliharaan kesehatan, pencegahan
dan penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, dan atau kosmetika.
7. Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan
cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman dan
keterampilan turun temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
8. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri
terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik lingkungan darat,
udara, angkasa, maupun air.
9. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
10. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
11. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh.
12. Zat aktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan
ketergantungan psikis.
6 | P a g e
13. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep doktcr, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
14. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyclenggarakan upaya kesehatan.
15. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu cara
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas
usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan
mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya.
PP No. 32 tahun 1996 tentang Tenga Kesehatan
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :
1. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yanlg mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan;
2. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan;
3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat;
4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan
Kepmenkes No. 148 2010 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan
Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan :
a. Perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat baik
di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang
– undangan
b. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif ,
dan rehabilitatif.
7 | P a g e
c. Surat izin praktik keperawatan yang selanjutnya di singkat SIPP
adalah bukti tertulis yang di berikan keapda perawat untuk
melakukan praktik keperawatan secara perorangan atau
berkelompok.
d. Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai
petunjuk dalam menjalankan profesi yang meliputi standar
pelayanan , standar profesi, dan standar prosedur operasional.
e. Surat tanda registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan
yang telah memiliki sertifikat kopetensi sesuai ketentuan peraturan
perundang – undangan.
f. Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan yang berrwarna hijau
yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.
g. Obat bebas terbatas adalah obat yng berlogo bulatan berwarna biru
yangv dapat di peroleh tanpa resep dokter
h. Organisasi profesi adalh persatuan perawat nasional indonesia
Area Overlapping Hak-Hak Pasien Kesadaran masyarakat terhadap
hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang
manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya
pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang
aman, efektif dan ramah terhadap mereka.
Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur
hukum untuk membela hak-haknya. Klien mempunyai hak legal yang diakui
secara hukun untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten. Perhatian
terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem
pelayanan kesehatan. Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur
yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan
yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk
meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.
Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan
kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi
8 | P a g e
kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang
dilakukan.
Beberapa hak pasien yang dibahas disini adalah :
1. Hak memberikan consent (persetujuan) Consent mengandung arti suatru
tindakan atau aksi beralasan yang diberikan tanpa paksaan oleh seseorang
yang memiliki pemgetahuan yang cukup tentang keputusan yang ia
berikan, dimana secara hukum orang tersebut secara hukum mampu
memberikan consent. Consent diterapkan pada prinsip bahwa setiap
manusia dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang harus
dilakukan terhadapnya.
Kriteria consent yang sah :
a. Tertulis
b. Ditandatangani oleh pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhadapnya
c. Hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan
d. Memenuhi beberapa elemen penting : penjelasan kondisi, prosedur dan
konsekuensinya, penanganan atau prosedur alternative, manfaat yang
diharapkan, Tawaran diberikan oleh pasien dewasa yang secara fisik
dan mental mampu membuat keputusan
2. Hak untuk memilih mati Keputusan tentang kematian dibuat berdasarkan
standar medis oleh dokter, salah satu kriteria kematian adalah mati otak
atau brain death. Hak untuk memilih mati sering bertolak belakang dengan
hak untuk tetap mempertahankan hidup. Permasalahan muncul pada saat
pasien dalam keadaan kritis dan tidak mamapu membuat keputusan sendiri
tentang hidup dan matinya misal dalam keadaan koma. Dalam situasi
inipasien hanya mampu mempertahankan hidup jika dibantu dengan
pemasangan peralatan mekanik.
3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya Yang dimaksudkan
dengan golongan orang yang tidakberdaya disini adalah orang dengan
9 | P a g e
gangguan mental dan anak-anak dibawah umur serta remaja dimana secara
hukum mereka tidak dapat membuat keputusan tentang nasibnya sendiri,
serta golongan usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola berpikir
maupun kelemahan fisik.
4. Hak pasien dalam penelitian Penelitian sering dilakukan dengan
melibatkan pasien. Setiap penelitian misalnya penggunaan obat atau cara
penanganan baru yang melibakan pasien harus memperhatikan aspek hak
pasien. Sebelum pasien terlibat, kepada mereka harus diberikan informasi
secara jelas tentang percobaan yang dilakukan, bahaya yang timbul dan
kebebasan pasien untuk menolak atau menerima untuk berpartisipasi.
Apabila perawat berpartisipasi dalam penelitian yang melibatkan pasien,
maka perawat harus yakin bahwa hak pasien tidak dilanggar baik secara
etik maupun hukum. Untuk itu perawat harus memahami hak-hak pasien :
membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi, mendapat informasi yang
lengkap, menghentikan partisipasi tanpa sangsi, mendapat privasi, bebas
dari bahaya atau resiko cidera, percakapan tentang sumber-sumber pribadi
dan hak terhindar dari pelayanan orang yang tidak kompeten.
Hak-hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan keperawatan (Annas dan Healey,
1974), terdiri dari 4 katagori yanitu :
1. Hak kebenaran secara menyeluruh
2. Hak privasi dan martabat pribadi (kerahasiaan dan keamanannya)
3. Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri
sehubungan dengan kesehatan
4. Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di
rumah sakit PERNYATAAN HAK-HAK PASIEN Pernyataan hak-hak
pasien (Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The American Hospital
Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan
dirawat di RS :
10 | P a g e
a. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai
asuhan keperawatan/keperawatan yang akan diterimanya.
b. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang
memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan
prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang
dihadapinya.
c. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan
suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan,
serta resiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali
dalam situasi darurat.
d. Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh
hukum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang
akan diterimanya.
e. Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya
yang menyangkut program asuhan medis, konsultasi dan
pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan
f.Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan
catatan tentang asuhan kesehatan yang diberikan kepadanya.
f. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat
lain yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap
tentang alasan rujukan tersebut, dan RS yang ditunjuk dapat
menerimanya.
g. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS
dengan instansi lain, seperti instansi pendidikan atau instansi
terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang diterimanya.
h. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila
diikutsertakan sebagai suatu eksperimen yang berhubungan dengan
asuhan atau pengobatannya.
i. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian
delegasi dari dokternya ke dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam
rangka asuhannya.
11 | P a g e
j. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang
biaya yang diperlukan untuk asuhan keehatannya.
k. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang
harus dipatuhinya sebagai pasien dirawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hak pasien :
a. Meningkatnya kesadaran para konsumen terhadap asuhan kesehatan dan
lebih besarnya partisipasi mereka dalam perencanaan asuhan
b. Meningkatnya jumlah malpraktik yang terjadi dimasyarakat
c. Adanya legislasi (pengesahan) yang diterapkan untuk melindungi hak-hak
asasi pasien
d. Konsumen menyadari tentang peningkatan jumlah pendidikan dalam
bidang kesehatan dan penggunaan pasien sebagai objek atau tujuan
pendidikan dan bila pasien tidak berpartisipai apakah akan mempengaruhi
mutu asuhan kesehatan atau tidak.
Kewajiban Pasien :
Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan
sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai
sesuai dengan haknya.
1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib
yang ada diinstitusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan
pelayanan kepadanya.
2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yanga da, baik dari dokter
ataupun perawat yang memberikan asuhan.
3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan
jujur tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang
merawatnya.
4. Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban
untuk menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang
diperlukan selama perawatan.
12 | P a g e
5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang
diperlukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah
disetujuinya.
HAK ASASI MANUSIA
Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam
beberapa jenis (Prakosa, 1988), yaitu :
1. Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)
2. Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu)
3. Rights of legal equality
4. Political Rights (hak asasi politik)
5. Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan)
6. Procedural Rights.
HAK PASIEN ANTARA LAIN :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
b. Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu
c. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai
dgn peraturan yang berlaku di RS
d. Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap
penyakitnya
e. “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya
f. Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik,
alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.
g. Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat
h. Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
i. Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
j. Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
k. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
l. Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
13 | P a g e
m. Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter •
Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987) Informed
consent Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi
yang efektif antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa
yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent
dilihat dari aspek hukum bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan
lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
a. Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang
berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya berupa izin atau
persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang
yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.
b. Tiga elemen Informed consent :
1. Threshold elements Elemen ini sebenarnya tidak tepat dianggap
sebagai elemen, oleh karena sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu
pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten (cakap).
Kompeten disini diartikan sebagai kapasitas untuk membuat
keputusan medis. Kompetensi manusia untuk membuat keputusan
sebenarnya merupakan suaut kontinuum, dari sama sekali tidak
memiliki kompetensi hingga memiliki kompetensi yang penuh.
Diantaranya terdapat berbagai tingkat kompetensi membuat
keputusan tertentu (keputusan yang reasonable berdasarkan alasan
yang reasonable). Secara hukum seseorang dianggap cakap
(kompeten) apabila telah dewasa, sadar dan berada dalam keadaan
mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa diartikan
sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah pernah menikah.
Sedangkan keadaan mental yang dianggap tidak kompeten adalah
apabila mempunyai penyakit mental sedemikian rupa sehingga
kemampuan membuat keputusan menjadi terganggu.
2. Information elements Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,
disclosure (pengungkapan) dan understanding (pemahaman).
Pengertian ”berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa
14 | P a g e
konsekuensi kepada tenaga medis untuk memberikan informasi
(disclosure) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai
pemahaman yang adekuat. Dalam hal ini, seberapa ”baik”
informasi harus diberikan kepada pasien, dapat dilihat dari 3
standar, yaitu :
Standar Praktik Profesi Bahwa kewajiban memberikan
informasi dan kriteria ke-adekuat-an informasi ditentukan
bagaimana BIASANYA dilakukan dalam komunitas tenaga
medis. Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa
kebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan nilai-nilai
sosial setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna”
(menurut medis) tidak diinformasikan, padahal mungkin
bermakna dari sisi sosial pasien.
Standar Subyektif Bahwa keputusan harus didasarkan atas
nilai-nilai yang dianut oleh pasien secara pribadi, sehingga
informasi yang diberikan harus memadai untuk pasien
tersebut dalam membuat keputusan. Kesulitannya adalah
mustahil (dalam hal waktu/kesempatan) bagi profesional
medis memahami nilai-nilai yang secara individual dianut
oleh pasien.
Standar pada reasonable person Standar ini merupakan
hasil kompromi dari kedua standar sebelumnya, yaitu
dianggap cukup apabila informasi yang diberikan telah
memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.
3. Consent elements Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,
voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization
(persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan,
misrepresentasi ataupun paksaan. Pasien juga harus bebas dari
”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang bersikap seolah-olah
akan ”dibiarkan” apabila tidak menyetujui tawarannya.
Consent dapat diberikan :
a. Dinyatakan (expressed)
15 | P a g e
Dinyatakan secara lisan
Dinyatakan secara tertulis. Pernyataan tertulis diperlukan
apabila dibutuhkan bukti di kemudian hari, umumnya pada
tindakan yang invasif atau yang beresiko mempengaruhi
kesehatan penderita secara bermakna. Permenkes tentang
persetujuan tindakan medis menyatakan bahwa semua jenis
tindakan operatif harus memperoleh persetujuan tertulis.
b. Tidak dinyatakan (implied) Pasien tidak menyatakannya, baik
secara lisan maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku
(gerakan) yang menunjukkan jawabannya. Meskipun consent
jenis ini tidak memiliki bukti, namun consent jenis inilah yang
paling banyak dilakukan dalam praktik sehari-hari. Misalnya
adalah seseorang yang menggulung lengan bajunya dan
mengulurkan lengannya ketika akan diambil darahnya. Proxy
Consent Adalah consent yang diberikan oelh orang yang bukan
si pasien itu sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu
memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus
mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien, bukan
baik buat orang banyak). Umumnya urutan orang yang dapat
memberikan proxy consent adalah suami/istri, anak, orang tua,
saudara kandung, dst. Proxy consent hanya boleh dilakukan
dengan pertimbangan yang matang dan ketat. Konteks dan
Informed Consent Doktrin Informed Consent tidak berlaku pada
5 keadaan :
1. Keadaan darurat medis
2. Ancaman terhadap kesehatan masyarakat
3. Pelepasan hak memberikan consent (waiver)
4. Clinical privilege (penggunaan clinical privilege hanya dapat
dilakukan pada pasien yang melepaskan haknya memberikan
consent.
5. Pasien yang tidak kompeten dalam memberikan consent.
Contextual circumstances juga seringkali mempengaruhi
16 | P a g e
pola perolehan informed consent. Seorang yang dianggap
sudah pikun, orang yang dianggap memiliki mental lemah
untuk dapat menerima kenyataan, dan orang dalam keadaan
terminal seringkali tidak dianggap “cakap” menerima
informasi yang benar – apalagi membuat keputusan medis.
Banyak keluarga pasien melarang para dokter untuk berkata
benar kepada pasien tentang keadaan sakitnya. Sebuah
penelitian yang dilakukan Cassileth menunjukkan bahwa
dari 200 pasien pengidap kanker yang ditanyai sehari
sesudah dijelaskan, hanya 60 % yang memahami tujuan dan
sifat tindakan medis, hanya 55 % yang dapat menyebut
komplikasi yang mungkin timbul, hanya 40 % yang
membaca formulir dengan cermat, dan hanya 27 % yang
dapat menyebut tindakan alternatif yang dijelaskan. Bahkan
Grunder menemukan bahwa dari lima rumah sakit yang
diteliti, empat diantaranya membuat penjelasan tertulis yang
bahasanya ditujukan untuk dapat dimengerti oleh mahasiswa
tingkat atas atau sarjana dan satu lainnya berbahas setingkat
majalah akademik spesialis. Keluhan pasien tentang proses
informed consent : o Bahasa yang digunakan untuk
menjelaskan terlalu teknis o Perilaku dokter yang terlihat
terburu-buru atau tidak perhatian, atau tidak ada waktu untuk
tanya – jawab. o Pasien sedang dalam keadaan stress
emosional sehingga tidak mampu mencerna informasi o
Pasien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk. Keluhan
dokter tentang informed consent o Pasien tidak mau
diberitahu. o Pasien tak mampu memahami. o Resiko terlalu
umum atau terlalu jarang terjadi. o Situasi gawat darurat atau
waktu yang sempit KESIMPULAN Aspek Legal dalam
Praktik Keperawatan Tercantum dalam: - UU No. 23 tahun
1992 ttg Kesehatan - PP No. 32 tahun 1996 ttg Tenaga
Kesehatan - Kepmenkes No. 1239 tahuun 2001 ttg Registrasi
17 | P a g e
dan Praktik Perawat Area Overlapping (Etik Hukum ) a. Hak
–Hak Pasien b. Informed-consent Hak-hak Pasien : 1.Hak
untuk diinformasikan 2.Hak untuk didengarkan 3.Hak untuk
memilih 4.Hak untuk diselamatkan Informed Consent
Informed consent adalah dokumen yang legal dalam
pemberian persetujuan prosedur tindakan medik dan atau
invasif, bertujuan untuk perlindungan terhadap tenaga medik
jika terjadi sesuatu yang tidak diharapakan yang diakibatkan
oleh tindakan tersebut. Selain itu dapat melindungi pasien
terhadap intervensi / tindakan yang akan dilakukan
kepadanya.
TINDAKAN BEDAH JANTUNG
A. Definisi
Bedah jantung adalah usaha atau operasi yang dikerjakan untuk
melakukan koreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.
B. Klasifikasi
1. Operasi jantung terbuka, yaitu operasi yang dijalankan dengan
membuka rongga jantung dengan memakai bantuan mesin jantung
paru (mesin extra corporal).
2. Operasi jantung tertutup, yaitu setiap operasi yang dijalankan tanpa
membuka rongga jantung misalnya ligasi PDA, Shunting
aortopulmonal.
C. Tujuan Operasi Bedah Jantung
Operasi jantung dikerjakan dengan tujuan bermacam-macam antara lain :
1. Koreksi total dari kelainan anatomi yang ada, misalnya
penutupan ASD, Pateh VSD, Koreksi Tetralogi Fallot.
18 | P a g e
2. Transposition Of Great Arteri (TGA). Umumnya tindakan ini
dikerjakan terutama pada anak-anak (pediatrik) yang mempunyai
kelainan bawaan.
3. Operasi paliatif, yaitu melakukan operasi sementara untuk tujuan
mempersiapkan operasi yang definitive atau total koreksi karena
operasi total belum dapat dikerjakan saat itu, misalnya shunt
aortopulmonal pada TOF, Pulmonal atresia.
4. Repair yaitu operasi yang dikerjakan pada katub jantung yang
mengalami insufisiensi.
5. Replacement katup yaitu operasi penggantian katup yang
mengalami kerusakan.
6. Bypass koroner yaitu operasi yang dikerjakan untuk mengatasi
stenosis/sumbatan arteri koroner.
7. Pemasangan inplant seperti kawat ‘pace maker’ permanen pada
anak-anak dengan blok total atrioventrikel.
8. Transplantasi jantung yaitu mengganti jantung seseorang yang
tidak mungkin diperbaiki lagi dengan jantung donor dari penderita
yang meninggal karena sebab lain.
D. Toleransi dan Perkiraan Resiko Operasi
Toleransi terhadap operasi diperkirakan berdasarkan keadaan
umum penderita yang biasanya ditentukan dengan klasifikasi fungsional
dari New York Heart Association.
Klas I : Keluhan dirasakan bila bekerja sangat berat misalnya berlari
Klas II : Keluhan dirasakan bila aktifitas cukup berat misalnya berjalan
cepat.
Klas III : Keluhan dirasakan bila aktifitas lebih berat dari pekerjaan
sehari-hari.
Klas IV : Keluhan sudah dirasakan pada aktifitas primer seperti untuk
makan dan lain-lain sehingga penderita harus tetap berbaring ditempat
tidur.
19 | P a g e
Waktu terbaik (Timing) untuk melakukan operasi hal ini
ditentukan berdasarkan resiko yang paling kecil.Misalnya umur yang tepat
untuk melakukan total koreksi Tetralogi Fallot adalah pada umur 3 – 4
tahun.
Hal ini yaitu berdasarkan klasifikasi fungsional di mana operasi katub
aorta karena suatu insufisiensi pada klas IV adalah lebih tinggi
dibandingkan pada klas III.Hal ini adalah saat operasi dilakukan.Operasi
pintas koroner misalnya bila dilakukan secara darurat resikonya 2x lebih
tinggi bila dilakukan elektif.
E. Diagnosis Penderita Penyakit Jantung
Untuk menetapkan suatu penyakit jantung sampai kepada suatu
diagnosis maka diperlukan tindakan investigasi yang cukup. Mulai dari
anamnesa, pemeriksaan fisik/jasmani, laboratorium, maka untuk jantung
diperlukan pemeriksaan tambahan sebagai berikut :
1. Elektrokardiografi (EKG) yaitu penyadapan hantaran listrik dari
jantung memakai alat elektrokardiografi.
2. Foto polos thorak PA dan kadang-kadang perlu foto
oesophagogram untuk melihat pembesaran atrium kiri (foto
lateral).
3. Fonokardiografi
4. Ekhocardiografi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai
gelombang pendek dan pantulan dari bermacam-macam lapisan di
tangkap kembali. Sehingga terlihat gambaran rongga jantung dan
pergerakan katup jantung. Selain itu sekarang ada lagi Dopler
Echocardiografi dengan warna, dimana dari gambaran warna yang
terlihat bisa dilihat shunt, kebocoran katup atau kolateral.
5. Nuklir kardiologi yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai
isotop intra vena kemudian dengan “scanner” ditangkap
pengumpulan isotop pada jantung.
6. Kateterisasi jantung yaitu pemeriksaan jantung dengan memakai
kateter yang dimasukan ke pembuluh darah dan didorong ke
20 | P a g e
rongga jantung. Kateterisasi jantung kanan melalui vena femoralis,
kateterisasi jantung kiri melalui arteri femoralis.
Pemeriksaan kateterisasi bertujuan :
Pemeriksaan tekanan dan saturasi oksigen rongga jantung,
sehingga diketahui adanya peningkatan saturasi pada rongga
jantung kanan akibat suatu shunt dan adanya hypoxamia pada
jantung bagian kiri.
Angiografi untuk melihat rongga jantung atau pembuluh darah
tertentu misalnya LV grafi, aortografi, angiografi koroner dll.
Pemeriksaan curah jantung pada keadaan tertentu.
Pemeriksaan enzym khusus, yaitu pemeriksaan enzym creati
kinase dan fraksi CKMB untuk penentuan adanya infark pada
keadaan “ unstable angin pectoris”.
F. Perawatan Perioperatif Dikamar Operasi
Setelah pesien diputuskan operasi, maka persiapan harus
dilakukan, yaitu persiapan fisik maupun persiapan mental.
Untuk persiapan fisik, hal-hal yang harus diperhatikan ialah
persiapan kulit,gastrointestinal,persiapan untuk anastesi, kenyamanan dan
istirahat pasien, serta obat-obatan yang digunakan. Sedangkan persiapan
mental,sangat tergantung pada dukungan dari keluarga. Tugas perawat
bedah disini adalah dapat memberikan informasi yang jelas pada
pasien.Meliputi anatomi dasar dan kondisi penyakit pasien. Prosedur
operasi sebatas kopetensi yang diberikan, pemeriksaan diagnostic
penunjang, peraturan-peraturan dari tim bedah, keadaan di ruang operasi,
jenis syarat operasi dan ruang tunggu bagi keluarga pasien. Hal ini
dilakukan pada saat perawat bedah melakukan kunjungan sebelum
pasien dioperasi.
PengkajianPasien Pada Saat Di Kamar Operasi
a. Observasi tingkat kesadaran pasien
b. Observasi emosi pasien
21 | P a g e
c. Observasi aktivitas
d. Cek obat yang digunakan
e. Observasi pernafasan pasien
f. Riwayat penyakit, keluarga, kebiasaan hidup
g. Cek obat yang digunakan
h. Observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu
i. Observasi kulit: warna, turgor, suhu, keutuhan
Pemeriksaan Diagnosa
a. EKG: untuk mengetahui disaritmia
b. Chest x-ray
c. Hasil laboratarium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit,
urium, kreatinin, BUN, Hb.
d. Kateterisasi
e. Ekhocardiografi
Tindakan Perawatan Saat Menerima Pasien di Ruang
Persiapan
a. Melakukan serah terima dengan perawat ruangan
b. Memperkenalkan diri dan anggota tim kepada pasien
c. Mengecek identitas pasien dengan memanggil namanya
d. Memberikan surport kepada pasien
e. Informasikan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan seperti ganti baju, pemasangan infuse, kanulasi
arteri dan pemasangan lead EKG
f. Mendampingi pasien saat memberikan premedikasi
g. Menciptakan situasi yang tenang
h. Yakinkan pasien tidak menggunakan gigi palsu, perhiasan,
kontak lensa dan alat bantu dengar
i. Membawa pasien keruang operasi
22 | P a g e
Perawatan Intra Operasi
1. Airway (jalan nafas) Persiapkan alat untuk
mempertahankan Airway antara lain: guedel, laringoskop,
ETT berbagai ukuran, system hisab lender
2. Breathing (pernafasan) persiapan alat untuk terapi O2
antara lain: kanula, sungkup, bagging dan ventilator
3. Circulation (sirkulasi):
a. Pemasangan EKG, sering digunakan lead II untuk
memantau dinding miokard bagian inferior dan V5
untuk antero lateral
b. Kanulasi arteri dipasang untuk memantau tekanan
arteri dan analisa gas darah
c. Pemasangan CVP untuk pemberian darah autologus
dan infuse kontinu serta obat-obatan yang perlu
diberikan
d. Temperature: sering digunakan nasofaringeal atau
rektal untuk mengevaluasi status pasien dari cooling
dan rewarning, tingkat proteksi miokard,
adekuatnya perfusi perifer dan hipertermi maligna
e. Pada beberapa sentra sering dipasang elektro
encephalogram untuk memantau kejadian akut
seperti iskemia atau injuri otak
f. Pemberian obat-obatan: untuk anastesi dengan
tujuan tidak sadar, amnesia, analgesia, relaksasi
otak dan menurunkan respons stress, sedang obat
lain seperti inotropik, kronotropik, antiaritmia,
diuretic, anti hipertensi, anti kuagulan dan kuagulan
juga perlu
4. Defibrillator : Alat ini disiapkan untuk mengantisipasi
aritmia yang mengancam jiwa
23 | P a g e
5. Deathermi : Melakukan pemasangan ground pad harus
disesuaikan dengan ukuran untuk mencegah panas yang
terlalu tinggi pada tempat pemasangan
6. Posisi pasien dimeja operasi
Mengatur pasien tergantung dari prosedur operasi yang
akan dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan: posisi harus
fisiologis, system muskuloskeletal harus terlindung, lokasi
operasi mudah terjangkau, mudah dikaji oleh anastesi,beri
perlindungan pada bagian yang tertekan (kepala, sacrum,
scapula, siku, dan tumit)
7. Menjaga tindakan asepsis
Kondisi asepsis dicapai dengan: cuci tangan, melakukan
proparasi kulit dan drapping. Menggunakan gaun dan
sarung tangan yang steril.
G. Perawatan Pasca-bedah
Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke
ICU.Untuk mengetahui problem pasca bedah dianjurkan untuk mengetahui
problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi dengan
baik.Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.
Perawatan Pasca Bedah Dibagi Atas
1. Perawatan di ICU.
a. Monitoring Hemodinamik.
Setelah penderita pindah di ICU maka serah terima antara
perawat yang mengantar ke ICU dan petugas/perawat ICU
yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut :
Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung
jawab menanganinya selama 24 jam.
Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan
mudah :
CVP, RAP, LAP.
24 | P a g e
Denyut jantung.
Wedge presure dan PAP.
Tekanan darah.
Curah jantung.
Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support
fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain.
Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP,
pacuh jantung dll.
b. EKG
Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat
irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti
AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG
lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari
problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama
dasar jantung yang membahayakan.
c. Sistem pernapasan
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan
bahkan diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di
ICU segera respirator dipasang dan dilihat :
Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut /
hidung.
Tidal volume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP.
Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah
lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa
kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat
kultur.
d. Sistem neurologis
Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau
masih diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila
penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4
ektremitasnya.
25 | P a g e
e. Fungsi ginjal
Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang
terjadi akibat hemolisis dan lain-lain. Pemerikasaan ureum /
kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.
f. Gula darah
Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus
dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan
infus insulin.
g. Laboratorium
Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :
HB,HT,trombosit.
ACT.
Analisa gas darah.
LFT / Albumin.
Ureum, kreatinin, gula darah.
Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.
h. Drain
Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari
mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu
biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di
kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi
lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap
sebagai perdarahan pasca bedah dan mungkin memerlukan
retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.
i. Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di
ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz.Perawatan
pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang
dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila
fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera
dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah
pasca bedah.
26 | P a g e
j. Fisioterapi.
Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk
penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi
penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam,
vibrilasi, postural drinase).
2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.
Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi
semua organ terus dilanjutkan. Biasanya pindah dari ICU adalah
pada hari ke dua pasca bedah.Umumnya pemeriksaan hematologi
rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT,
Enzim CK dan CKMB.
Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :
Elektrolit thrombosis.
Ureum
Gula darah.
Thoraks foto
EKG 12 lead.
Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.
Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit,
foto thoraks tegak.
Hari ke 6 - 10 : pemerikasaan atas indikasi, misalnya
thrombosis.
Obat – obatan ini biasanya diberikan analgetik karena rasa
sakit daerah dada waktu batuk akan mengganggu pernapasan
klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan
vitamin harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator,
juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak
sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.
27 | P a g e
Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-
tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka apalagi
dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka
jahitannya sehingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-
kadang perlu di kompres dengan antiseptik supaya nanah cepat
kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat di
buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk
klien yang gemuk, diabet kadang-kadang jahitan dipertahankan
lebih lama untuk mencegah luka terbuka.
Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus
segera dikerjakan untuk mencegah retensi sputum yang akan
menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai
dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan
disekitar tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan keluar dari
ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS DAN FUNGSI ADVOKASI
PADA KASUS GANGGUAN SYSTEM KARDIOVASKULER :
TINDAKAN OPERASI JANTUNG
PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS
Keputusan Etis adalah : keputusan tentang apa yang benar dan apa yang
salah, keputusan yang sering sulit dan rumit. Sementara sikap dan
keputusan etis mau tidak mau harus di lakukan, tidak bisa di hindari,
karena ia bagian dari hidup manusia.
Teori dasar/prinsip etika, merupakan penentun untuk membuat keputusan
etis praktik profesional, teori etik di gunakan dalam pembuat keputusan
bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan.
A. Teori Dasar Pembuatan Keputusan Etis
1. Teleologi
28 | P a g e
Merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat
yang di hasilkan, atau konsekuensi yang terjadi.
2. Rule utilitarianisme
berprinsip bahwa manfaat atau nilai dari suatu tindakan bergantung pada
sejauhtmana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan
pada manusiamanusia
3. Act utilitarianisme
Bersifat lebih terbatas tidak melibatkan aturan aturan umum, tapi berupaya
menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap
tindakan apa yg dapattmemberikan kebaikan sebanyak2nya atau
ketidakbaikan sekecil2nya pada individu, contoh: bayi yg lahir cacat lebih
baik diijinkan meninggal daripada nantinya jadi beban masyarakat.
4. Deontology ( Formalism)eon
Deontology berasal dari bahasa yunani deon yang berarti tugas, berprinsip
pada aksi atau tindakan.aksi atau Menurut Kant, benar atau salah bukan
ditentukan oleh hasil akhir atau konsekwensi dari suatu tindakan,
melainkan oleh nilai moralnya. Perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yg dapat menjadi penentu apakah suatu
tindakan tsb secara moral benar atau salah.
Teori deontology dikembangkan menjadi lima prinsip penting yaitu :
a. Kemurahan hati
Contoh : perawat menasehati klien tentang program latihan untuk
memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnya
melakukanya apabila klien resiko serengan jantung
b. Keadilan
Contoh : seorang perawat sedang bertugas sendirian di suatu unit
rumah sakit kemudian ada seorang klien baru masuk bersamaan
dengan klien yang lainya yang memerlukan bantuan perawatan
tersebut.
c. Otonomi
d. Kejujuran
29 | P a g e
Contoh : Ny, M, umur 68 tahun, di rawat di RS dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakan mobil bersamaan dengan
suaminya. Tapi suaminya meninggal lalu Ny, M bertanya kepada
perawat menyangkut kondisi suaminya.
B. Prinsip Etis
Advokasi
Responsibility and acuntability
Loyalitas
C. Kerangka Pembuatan Keputusan
Dalam membuat keputusan etis ada beberapa unsur yang mempengaruhi
yaitu :
Nilai dan kepercayaan pribadi
Kode etik perawat Indonesia
Konsep moral keperawatan
Prinsip etis
NURSING ADVOCACY
A. Definisi
Advocacy is at the heart of nursing professional
Advokasi adalah kegiatan memberitahukan dan mendukung individu guna
membuat keputusan yg terbaik bagi dirinya.
Merupakan komitmen moral guna meningkatkan otonomi
Sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan klien
Anggota tim kesehatan yang tidak kompoten, tidak etis, ilegal atau
kegagalan praktik
Advokasi adalah dasar aktifitas keperawatan dan merupakan inti praktik
keperawatan.
Pada yan kesà konsep advokasi sangat diperlukanà kebutuhan akan
pelayanan berkualitas, lebih responsif dan mudah memperoleh pelayanan
30 | P a g e
Adanya kebutuhan yang dipengaruhi oleh harapan thd yan kesà
kebutuhan konsumen dan tanggung gugat pelayanan msy.
Peran Perawat sebagai advokasi pasien merupakan bagian dari kode etik
pasien.
Advokasi adalah peran utama perawat (Marks-Maran, 1993)
Advokasi bagian integral dan fundamental dalam keperawatan
Patient advocacy merupakan tanggung jawab etik dan mendasar dasar.
Advokasi: Perawat menggunakan skill sebagai pendidik, konselor dan
leader guna melindungi dan mendukung hak pasien.
B. Tujuan Advokasi
Membantu agar klien diperlakukan secara manusiawi.
Perawat melindungi klien agar diperlakukan dg baik dan terpenuhi
kebutuhan fisik, emosi dan budaya
Terutama klien dalam keadaan tidak sadar dimana diperlukan pengambilan
kpts (spokesperson)
Perawat tidak dapat bertindak secara efektif sebagai akvokat apabila tdk
ada kerjasama diantara anggota tim
Perawat yg berperan sebagai advokatà terjadi konflik dengan anggota tim
(Profesionalà kepentingan klien)
C. Peran Advokasi
The advocate as guardian terhadap hak pasien
The advocate as conservator of the patient’s best interests
The advocate as protector terhadap otonomi pasien
The advocate as a champion terhadap keadilan
D. Jenis kegiatan advokasi
Anticipatory guidance (panduan antisipatif)
a. Primary prevention ( pencegan primer)
b. Membantu klien kemungkinan mengalami kesulitan
31 | P a g e
c. mengantisipasi keluarga dlm menangani masl2 keterbatasan dan peny.
Kronik
Role Modeling
Perawat menjadi role model dengan berperilaku yang benar : berbicara ,
senyum, penanganan pasien secara professional.
Educational information
a. Pembelajaran dan pemberian informasi
b. Membantu memilih dan menentukan pilihan thd info yg diberikan
c. Membantu klien mengumpulkan info Dan belajar thd perilaku promosi
kesehat
Ongoing support ( berkelanjutan dukungan )
a. Memberikan bantuan pada klien dalam membuat keputusan yg beralasan
b. Perawat sebagai patner dalam menyelesaikan masalah kebut. Yan kes
Collaboration and Referral (kolaborasi dan referal)
a. Masalah kesehatan. Bersifat multidimensià melibatkan multidisiplin.
b. Perawat memberikan penjelasan terhadap masalah yang melibatkan
tenaga kesehatan lain terlibat.
c. Pendekatan interdisiplin pada semua anggota tim kesehatan.
E. Proses Advokasi
a. Seleksi pasien: yakin bahwa pasien memerlukan
b. Tentukan mengapa perlu dibantu dan bagaima penangan
c. Dampingi pasien saat menerima pelayanan.
d. Yakinkan bahwa apa yang dilakukan : pengobatan, tindakan prosedur
e. Cek apakah pasien sudah mengetahui atau paham thd prosedur yang
dilakukan
32 | P a g e
F. Tahapan Proses Advokasi
1. Pengkajian :
Apa yang diyakini klien sebagai masalah
Aspek mana yg terbaik perawat memulai intervensi
Sistem pendukung lain yang ada dan dimanfaatkan
2. Perencanaan
3. Kapan masalah diidentifikasi
4. Secepatnya gunakan semua sumber.
5. Tanggung jawab anggota keluarga terlibat
6. Implementasi
7. Independen klien semaksimal mungkin, dan minimalkan dependen
8. Lakukan pemberdayaan (empowerment)
9. Perlindungan Kasus malpraktik dan kelalaian.
G. Peran advokasi
Coach (pelatih) à Memberikan bimbingan dan dorongan
Advisor ( penasehat) à Sumber utama yang memberikan saran bagaimana
mencapai yang terbaik, bgm mengantisipasi masalah
Referral Sources ( sumber rujukan ) à Menggunakan sumber-sumber
yang tersedia dalam membantu menganalisa masalah dan menanganinya.
Mentor ( penasehat) à sebagai model perilaku yg mendorong klien,
mempertahankan rasa percaya diri, menunjukkan kemampuan dalam
menangani masalah.
H. Prinsip-prinsip advokasi
Advokasi ditujukan pada kebutuhan klien, hak klien dan perhatiannya
terhadap masalah.
Advokasi merupakan nilai-nilai yang didasarkan pada etika
Advokasi bertujuan mempertahankan prinsip keadilan
I. Menjadi advokat yang baik bagi klien
a. Percaya terhadapd diri sendiri. Yakin bahwa banyak yang dapat dilakukan
33 | P a g e
b. Mengatur
c. Identifikasi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi atau hak-hak klien. Apa
masalahnya, dengarkan dengan seksama masalahnya dan bantu.
d. Pahami aturan-aturan yg ada dan dampaknya terhadap klien
e. Pendekatan secara sistematis :
Kenali masalahnya
Identifikasi semua faktor yangg berhubungan.
Perjelas masalahnya
Buat rencana
Laksanakan
Dokumentasikan
Dengarkan klien secara hati-hati
Hasil yg akan dicapai (apa yang dicapai dan tdk dicapai)
Identifikasi kebutuhan pengembangan dan masalah yang dihadapi.
Ketahui sumber-sumber yangg tersedia, kaji faktor penghambat dan
bgm meminimalkan
Terbuka dan berkomunikasi dengan baik.
Lakukan feedback
Respect terhadap klien : budaya yg berbeda, keyakinan-keyakinan dan
ide-ide. Apabila tidak mampu menyelesaikan sendiri libatkan yang lain.
34 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bedah jantung dilakukan untuk menangani berbagai masalah
jantung. Prosedur yang sering mencakup angioplasti koroner perkutan,
revaskularisasi arteri koroner danperbaikan penggantian katup jantung
yang rusak. Banyak prosedur bedah jantung bisa dijalankan karena adanya
pintasan jantung-paru (sirkulasi ekstrakorponeal). Prosedur ini merupakan
alat mekanis untuk sirkulasi dan oksigenasi darah untuk seluruh tubuh
pada saat “memintas” jantung dan paru. Mesin jantung-panu
memungkinkan dicapainya medan openasi yang bebas darah Sementara
perfusi tetap dapat dipertahankan untuk jaringan dan organ lain di tubuh.
Pintasan jantung-paru dilakukan dengan memasang kanula di atrium
kanan, vena kava, atau vena femoralis untuk mengeringkan darah dari
tubuh. Perkembangan jantung buatan terus berlanjut untuk memperbaiki
daya tahan hidup dan mengurangi morbiditas. Institut Jantung, Paru, dan
Darah Nasional.Tujuan keseluruhan pemasangan transplantasi jantung
adalah untuk memberi kualitas hidup yang tinggi bagi pasien yaitu bebas
dan pemasangan jalur perkutaneus. Alat mi dijalankan menggunakan
sistem transmisi energi listrik transkutaneus (transcutaneous electrical
energy transmission systems, TEETS) dengan baterai portabel.
Eksisi bedah dilakukan hanya untuk mencegah obstruksi ruang
jantung atau katup. Pintasan jantung-paru digunakan. kecuali pada tumor
epikardial, yang dapat dieksisi tanpa memasuki jantung dan tanpa
menghentikan denyutan jantung.
Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)
Informed consent Informed consent adalah suatu proses yang
menunjukkan komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien, dan
bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan
dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum
bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkan lebih ke arah
persetujuan sepihak atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
35 | P a g e
Definisi operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari
orang yang berhak (yaitu pasien, keluarga atau walinya) yang isinya
berupa izin atau persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan
medik sesudah orang yang berhak tersebut diberi informasi secukupnya.
36 | P a g e