PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SAMBAS
TAHUN 2017
EDISI 2018
PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS
DINAS KESEHATAN
Jalan Pembangunan - Sambas Telp : 0562-391691
KALIMANTAN BARAT
PENGARAH
Dr. FATAH MARYUNANI (KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SAMBAS)
KETUA
YUSUF HAN, S.Si, Apt. MPH (KEPALA BIDANG SDPK)
SEKRETARIS
WAHYUDIN,S.ST
ANGGOTA
YUYUN WAHYUNI SIDRA, Amd. Gz
DESI HARYUNI, A.md.Gz MAYA HASTUTI
RAHMAWATI, Amd.Keb HERLINA
SITI ZULEHA
KONTRIBUTOR
BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
BIDANG PENGENDALIAN PENYAKIT BIDANG SUMBER DAYA & PROMOSI KESEHATAN
RSUD SAMBAS RSUD PEMANGKAT
DINAS PENDIDIKAN KAB. SAMBAS BPS KAB. SAMBAS
SELURUH PUSKESMAS KAB. SAMBAS
EDITOR
WAHYUDIN, S.ST
TIM PENYUSUN PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN SAMBAS 2017
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kita semua diberikan kekuatan dan kemampuan untuk dapat
menyelesaikan penyusunan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas Tahun 2017 Edisi
2018 ini.
Ketersediaan data yang lengkap dan akurat saat ini semakin terasa diperlukan
peranannya terutama dalam upaya perencanaan dan evaluasi. Profil kesehatan ini
diharapkandapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penyusunan perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian program kesehatan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas.
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas merupakan gambaran tentang pelaksanaan
program kesehatan baik pelaksanaan program pokok maupun program penunjang. Dalam
buku ini juga ditampilkan berbagai data hasil pencapaian pelayanan kesehatan beberapa
tahun terakhir dalam bentuk tabel dan grafik.
Dalam penyusunan profil kesehatan ini mungkin masih terdapat kekurangan dan
kelemahan baik dalam penyajian data dan analisisnya. Oleh karena itu segala bentuk saran
dan tanggapan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan Profil Kesehatan Kabupaten Sambas dimasa yang akan datang.
Tidak lupa diucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah
menyumbangkan segala bentuk pemikiran dan tenaga dalam penyusunan profil kesehatan
ini. Mudah-mudahan dengan adanya buku Profil Kesehatan ini dapat memberikan
kontribusi dalam pencapaian program di bidang kesehatan. Selamat berkarya.
Sambas, MEI 2018
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas
dr. FATAH MARYUNANI NIP. 19860503 199803 1 017
i
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iii DAFTAR TABEL iv BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 2 C. Sistematika Penyajian 2
BAB II GAMBARAN UMUM 4
A. Keadaan Geografi, Topografi dan iklim 4 B. Wilayah Administrasi 6 C. Keadaan Demografi 7
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10
A. Mortalitas 10 B. Angka Harapan Hidup (AHH) 19 C. Angka Kesakitan (Morbiditas) 19 D. Status Gizi 30
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 34
A. Pelayanan Kesehatan Dasar 34 B. Perilaku Masyarakat 61 C. Keadaan Lingkungan 61
BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN 64
A. Tenaga Kesehatan 64 B. Sarana Kesehatan 68 C. Pembiayaan Kesehatan 71
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 73
A. Kesimpulan 73 B. Saran 74
LAMPIRAN
ii
DAFTAR ISI
GAMBAR 1 : Topografi Kabupaten Sambas 5 GAMBAR 2 : Peta Kabupaten Sambas 6 GAMBAR 3 : Grafik penduduk Kabupaten Sambas Tahun 2017 8 GAMBAR 4 : Kasus Kematian bayi Di Kab. Sambas Tahun 2012 2017 12 GAMBAR 5 : Peta Kematian Ibu dan Bayi 13 GAMBAR 6 : Kasus Kematian Ibu Di Kab. Sambas Tahun 2012 2017 17 GAMBAR 6 : Persentase kasus HIV/ AIDS menurut Kelompok umur Di Kab. Sambas Tahun 2017 23 GAMBAR 7 : Kejadian kasus DBD dan kasus meninggal
Di Kab. Sambas Tahun 2012 2017 26 GAMBAR 8 : Peta Rawan gizi Kab. Sambas Tahun 2016 33 GAMBAR 9 : Persentase Cakupan Pelayanan K4 Ibu Hamil Di Kab. Sambas Tahun 2012 2017 37 GAMBAR 10: Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 Di Kab. Sambas Tahun 2017 38 GAMBAR 11 : Cakupan persalinan oleh tenaga Kesehatan Di Kab. Sambas Tahun 2012- 2017 40 GAMBAR 12:Cakupan persalinan oleh tenaga Kesehatan Di Kab. Sambas Tahun 2017 41 GAMBAR 13: Cakupan komplikasi Kebidanan ditangani Di Kab. Sambas Tahun 2012-2017 43 GAMBAR 14: Cakupan komplikasi Kebidanan ditangani Di Kab. Sambas Tahun 2017 44
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 15: Cakupan kunjungan Nifas Di Kab. Sambas Tahun 2012-2017 46 GAMBAR 16 : Cakupan kunjungan Nifas Di Kab. Sambas Tahun 2017 47 GAMBAR 17 : Cakupan Kunjungan Neonatal Komplikasi Ditangani Di Kab. Sambas Tahun 2012-2017 48 GAMBAR 18 : Cakupan Kunjungan Neonatal Komplikasi Ditangani Di Kab. Sambas Tahun 2017 49 GAMBAR 19 : Cakupan Kunjungan Pelayanan Bayi
Di Kab. Sambas Tahun 2017 51
GAMBAR 20 : Cakupan Kunjungan Pelayanan Anak Balita Di Kab. Sambas Tahun 2017 52
GAMBAR 21 : Proporsi Metode Kontrasepsi Peserta KB Aktif Di Kab. Sambas Tahun 2017 55 GAMBAR 22 : Cakupan Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 Di Kab. Sambas Tahun 2012 2017 57 GAMBAR 23 : Cakupan Rumah Sehat Di Kab. Sambas Tahun 2017 62 GAMBAR 24 : Proporsi tenaga Kesehatan Menurut Jenjang Pendidikan Di Kab. Sambas Tahun 2016 68 iii
Tabel 1 : Wilayah Administrasi kabupaten Sambas 7 Tabel 2 : Gambaran Tingkat Kesembuhan Penderita TBCBTA + di Kabupaten Sambas Tahun 2012 2017 21
Tabel 3 : Gambaran Perkembangan Penderita HIV/ AIDS
di Kabupaten Sambas Tahun 2012 2017 22
Tabel 4 : Gambaran Status Gizi Balita di Kabupaten Sambas Tahun 2013 2017 32
Tabel 5 : Rasio Jenis Tenaga Kesehatan Kab. Sambas Tahnu 2016 76
Tabel 6 : Jenis Kepemilikan Sarana Kesehatan
di Kabupaten Sambas Tahun 2017 70 Tabel 7 : Total Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Sambas Tahun 2012 2017 71
v
DAFTAR TABEL
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
1
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan Kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan untuk mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang optimal.
Dewasa ini masyarakat semakin peduli dengan situasi dan hasil pembangunan
yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap permasalahan
kesehatan yang menyentuh langsung dengan masyarakat.
Salah satu determinan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan adalah
perlunya membangun sebuah sistim informasi kesehatan yang kuat. Undang -
undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan
bahwa pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajad kesehatan yang setinggi tingginya. Ekspektasi yang ingin dicapai dengan
adanya sistim informasi kesehatan yang kuat adalah sistim informasi sebagai alat
yang memiliki peran vital dalam rangka menunjang pelaksanaan manajemen
pelayanan kesehatan dan administrasi kesehatan.
Dalam tatanan era desentralisasi daerah di bidang kesehatan, ketersediaan
informasi ini pada dasarnya sangat tergantung pada kemampuan sistim informasi
kesehatan (SIK) kabupaten/kota. Oleh karenanya diperlukan penataan dan
pengembangan SIK Kabupaten/kota yang berkualitas sebagai bagian integral dari
Sistim Informasi Pembangunan Kesehatan Nasional (SIKNAS). Salah satu produk
penting dari sistem informasi kesehatan yang digunakan untuk menyampaikan
informasi situasi kesehatan di suatu wilayah adalah profil kesehatan daerah.
Profil kesehatan daerah merupakan salah bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari sistim informasi kesehatan yang ada. Profil Kesehatan Kabupaten ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang adekuat kepada pengguna dan
serta dapat memberikan gambaran tentang situasi kesehatan di Kabupaten ini,
BAB I PENDAHULUAN
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
2
sehingga dapat memberikan dasar kepada stake holder (para pengambil
kebijakan) dalam pengambilan keputusan dan pengambilan kebijakan.
Buku Profil dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap
pencapaian kabupaten/kota tentang kesehatan dan hasil kinerja dari
penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan selama beberapa
tahun terakhir. Data dan informasi yang disajikan dalam profil ini meliputi
gambaran umum, derajad kesehatan, upaya kesehatan, sarana kesehatan dan data
data pendukung lainnya yang berhubungan dengan kesehatan.
B. TUJUAN
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Sambas adalah untuk
memberikan gambaran situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten
Sambas. Profil Kesehatan ini berisi data/informasi yang dapat menggambarkan
derajat kesehatan, sumber daya kesehatan dan upaya kesehatan serta pencapaian
indikator pembangunan kesehatan di Kabupaten Sambas selama tahun 2017.
Selain itu pula, Profil Kesehatan ini juga dapat dipakai sebagai bahan
masukan dalam rangka melakukan evaluasi terhadap program/ kegiatan. Yang
pada akhirnya dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pengambilan sebuah
keputusan.
C. SISTEMATIKA PENYAJIAN
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas Tahun 2017 ini terdiri dari beberapa
bagian sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil
Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
Bab II : Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Sambas. Selain uraian
tentang letak geografis, administratif dan kependudukan.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
3
Bab III : Situasi Derajat Kesehatan
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, umur harapan
hidup, angka kesakitan, dan status gizi.
Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan
lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian
dan alat kesehatan. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini
meliputi indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Kabupaten Sambas.
Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab VI : Kesimpulan dan Saran
Bab ini memuat kesimpulan penting dan saran untuk meningkatkan kualitas dari
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas.
Lampiran-lampiran
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian pembangunan kesehatan di
Kabupaten Sambas yang di sajikan sampai dengan tingkat desa. dalam 81 tabel
data yang di sajikan merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten Sehat dan
indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan yang
telah diaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas selama tahun 2017.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
4
A. KEADAAN GEOGRAFI, TOFOGRAFI, DAN IKLIM
Kabupaten Sambas adalah salah satu wilayah Kabupaten di Provinsi
Kalimantan Barat . Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Sambas terletak
diantara 123 Lintang utara dan 10839 Bujur Timur. Dengan batas administratif
sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan : Malaysia Timur (Sarawak)
Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kota Singkawang
Sebelah Timur Berbatasan dengan : Kabupaten Bengkayang
Sebelah Barat Berbatasan dengan : Laut Natuna
Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km2 atau sekitar 639.570
ha (4,36% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat). Panjang pantai : 198,76
km dengan karakteristik sebagian besar adalah pantai berpasir membentang dari
Semelagi hingga Tanjung Datok ( paloh ). Panjang panjang tiap kecamatan
menurut Lapan ( 2003) yaitu: Kecamatan Selakau ( 13,51 km), Kecamatan
Pemangkat (20,49 km), Kecamatan Jawai ( 42,53 km), Kecamatan Teluk Keramat (
19,67 km ), Kecamatan Paloh ( 102,56 km).luas wilayah laut 12 mil dari darat :
1467,84 km2.
Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan
bulanan rata-rata 331,13 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari /bulan.
Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari
dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.
Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9C - 31,05C. Suhu udara terendah
21,2C terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0C pada bulan Juli.
Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001- 1,01/ Hm Bar, kecepatan
BAB II
GAMBARAN UMUM
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
5
angin 155 173 Km/ hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi)
harian antara 4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 171,4 mm.
Secara Geomorfologi, wilayah Kabupaten Sambas dengan ketinggian tanah
0-100 m dari permukaan laut. Sebanyak 49,60% dari luas wilayah kabupaten
Sambas merupakan daerah tergenang. Daerah-daerah tergenang tersebut berada
pada ketinggian antara 0 7 meter, seperti beberapa desa yang terletak di
kecamatan Sejangkung, Sambas, Tebas, Selakau, Pemangkat, Jawai, Teluk Keramat
dan Paloh, dimana hampir setiap tahun mengalami banjir.
Kabupaten Sambas merupakan daerah penghujan dengan intensitas yang
tinggi, karena dipengaruhi oleh hutan tropis dan kelembaban udara yang cukup
tinggi. Keadaan-keadaan lingkungan tersebut tentunya mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan masyarakat, terutama pada tempat-tempat yang merupakan
daerah genangan karena berpotensi sebagai lokasi perkembangbiakan bagi
nyamuk.
Ditinjau dari jenis tanahnya, tanah organosol peka terhadap erosi dan
kebakaran bila tanah tersebut kering, sehingga bila terjadi kebakaran akan sulit
untuk dikendalikan. Bila keadaan tanah dan cuaca yang rentan terhadap
kesehatan tersebut ditambah dengan perilaku yang kurang menunjang seperti
mempersiapkan lahan tanam dengan cara membakar, pembuangan sampah yang
tidak pada tempatnya, tidak adanya saluran pembuangan air limbah, maka
kemungkinan terjadinya penyakit, bahkan kejadian luar biasa akan selalu menjadi
ancaman.
Sumber : Badan Pusat statistik Kab. Sambas
7% 24%
69%
Gambar 1
Topografi Kabupaten Sambas
curam Bergelombang Datar
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
6
Beberapa wilayah kecamatan terpisah dari bagian lain di Kabupaten
Sambas oleh sungai Sambas Besar yang cukup lebar dan panjang. Hal ini tentunya
akan membawa dampak terhadap akses ke fasilitas rujukan yang ada di ibukota
kabupaten dan kecamatan yang berada di sisi lain dari sungai tersebut.
B. WILAYAH ADMINISTRASI
Hirarki Pemerintah Kabupaten Sambas Secara administratif meliputi 19
Kecamatan yaitu kecamatan Sambas, kecamatan Sebawi, kecamatan Tebas,
kecamatan Semparuk, kecamatan Pemangkat, kecamatan Salatiga, kecamatan
Selakau, kecamatan Selakau Timur, kecamatan Tekarang, kecamatan Jawai,
kecamatan Jawai Selatan, kecamatan Sajad, kecamatan Sejangkung, kecamatan
Sajingan Besar kecamatan Paloh, kecamatan Teluk Keramat, kecamatan
Tangaran, kecamatan Subah dan kecamatan Galing. Dari 19 kecamatan yang
ada di Kabupaten Sambas Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sajingan Besar
dengan luas 1391,20 km2 atau 21,75% dari luas Kabupaten Sambas sedangkan
Kecamatan terkecil adalah Kecamatan Salatiga dengan luas 82,75 km2 atau
1,29% dari Luas kabupaten Sambas. Jumlah desa keseluruhan yang ada di
kabupaten Sambas berjumlah 193 desa yang terbagi dalam 571 dusun, 1.778
rukun warga dan 2.701 rukun tetangga.
Gambar 2
Peta Kabupaten Sambas
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
7
Untuk lebih jelas Luas Wilayah Administrasi di Kabupaten Sambas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Wilayah Administrasi kabupaten Sambas
No Kecamatan Luas(km2 ) % Luas
Kabupaten
Desa Dusun RT RW
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Selakau
Selakau Timur
Salatiga
Pemangkat
Semparuk
Tebas
Sebawi
Sambas
Subah
Sajad
Sejangkung
Galing
Sajingan Besar
Jawai Selatan
Jawai
Tekarang
Teluk Keramat
Tangaran
Paloh
113,51
178,99
82,75
111
90,15
395,64
161,45
246,66
644,55
94,94
291,26
333
1391,20
93,51
193,99
83,16
554,43
186,67
1148,84
1,77%
2,80%
1,29%
1,74%
1,41%
6,19%
2,52%
3,88%
10,08%
1,48%
4,55%
5,21%
21,75%
1,46%
3,03%
1,30%
8,67%
2,92%
17,96%
11
4
5
8
5
23
7
18
11
4
12
10
5
9
13
7
25
8
8
29
13
18
29
21
69
19
57
34
14
35
23
14
30
46
21
76
24
22
122
48
95
302
153
371
86
251
254
96
113
98
35
115
208
85
285
115
127
55
22
31
81
50
176
44
100
69
35
44
32
16
51
96
41
113
43
52
Sumber: BPMPD Kab. Sambas
C. KEADAAN DEMOGRAFI
Penduduk Kabupaten Sambas pada tahun 2017 diperkirakan berjumlah
529.684 jiwa terdiri dari laki laki 260.502 jiwa dan perempuan 269.182 jiwa.
Dengan demikian rasio jenis kelamin adalah 96,78 angka ini berarti bahwa
terdapat 97 laki laki diantara 100 perempuan. Sedangkan rasio beban
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
8
tanggungan di Kab Sambas tahun 2017 adalah 57. Struktur umur penduduk
menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk grafik penduduk, seperti
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3 : Grafik Penduduk Kabupaten Sambas
Tahun 2017
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sambas, 2017
Gafik tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari
struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar
bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya, dan ekonomi.
Indikator penting lainnya terkait distribusi penduduk menurut umur yang
sering digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka
Beban Tanggungan. Angka beban tanggungan adalah angka yang menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif ( umur dibawah 15
tahun dan umur diatas 65 tahun ) di bandingkan dengan banyaknya orang yang
termasuk umur produktif ( umur 16 64 tahun ). Secara kasar angka beban
tanggungan menunjukan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap
umur non produktif. Semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi pula
jumlah penduduk non produktif yang ditanggung oleh penduduk umur
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
0 -
4
5 -
9
10
- 1
4
15
- 1
9
20
- 2
4
25
- 2
9
30
- 3
4
35
- 3
9
40
- 4
4
45
- 4
9
50
- 5
4
55
- 5
9
60
- 6
4
65
- 6
9
70
- 7
4
75
+
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
9
produktif. rasio beban tanggungan di Kab Sambas tahun 2017 adalah 57 hal ini
berarti bahwa 100 penduduk yang masih produktif akan menanggung 57
penduduk yang belum/sudah tidak produktif lagi.
Untuk jumlah rumah tangga di Kabupaten Sambas tahun 2017 adalah
135.157 buah sehingga rata rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 4 . tingkat
kepadatan penduduk tiap km2 dihuni oleh sekitar 83 orang. Kecamatan yang
terpadat adalah kecamatan Pemangkat, sedangkan yang kepadatan penduduknya
paling sedikit adalah kecamatan Sajingan Besar.
Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian
yang serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan bidang kesehatan
harus berdasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di
bidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Untuk mendukung upaya tersebut
diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk penduduk sebagai sasaran
program pembangunan kesehatan.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
10
Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 36
tahun 2009.
Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur
dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian, Umur
Harapan Hidup, angka kesakitan serta status gizi. Indikator tersebut dapat
diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan data yang
dikumpulkan dari masyarakat (community based). Data data indikator yang
digunakan pada penyusunan Profil Kesehatan Kab. Sambas diantaranya diperoleh
dari SDKI, SUSENAS, RISKESDAS, BPS atau data data terkait lainnya.
Selain dipengaruhi oleh faktor Kesehatan seperti Pelayanan Kesehatan dan
ketersediaan sumberdaya kesehatan, derajad kesehatan masyarakat juga
dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan,
sosial, serta faktor lainnya.
A. MORTALITAS (Angka Kematian)
Mortalitas adalah kejadian kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaaan tertentu, dapat berupa penyakit
maupun sebab lainnya. Kejadian kematian dalam masyarakat seringkali digunakan
sebagai indikator dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan berbagai survei dan penelitian.
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
11
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. Secara garis besar dari sisi penyebabnya kematian bayi
ada dua macam yaitu Endogen atau yang umum di sebut Kematian Neonatal
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan
umumnya di sebabkan oleh faktor faktor yang dibawa anak sejak lahir yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama
kehamilan. Dan Eksogen atau Kematian Post neonatal adalah kematian bayi
yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang
disebabkan oleh faktor faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan
luar. Usia bayi merupakan usia yang rentan terhadap kesakitan maupun
kematian dan merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan
derajat kesehatan masyarakat, sehingga program-program kesehatan dititik
beratkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi ( AKB ) data
tersebut didapat melalui survey yang dilakukan badan resmi yaitu BPS ( Badan
Pusat Statistk).
Angka kematian bayi di klasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu
rendah jika AKB kurang dari 20; sedang jika AKB 20 49; tinggi jika AKB 50 99
dan sangat tinggi jika AKB di atas 100 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan
laporan Audit Maternal Perinatal Puskesmas tahun 2017 jumlah kasus kematian
bayi yang tercatat sebanyak 92 kasus dari 10.976 kelahiran hidup. Estimasi
Angka kematian bayi ( AKB ) berdasarkan laporan Audit Maternal Perinatal
Dinas Kesehatan Kab. Sambas adalah 8,23 perseribu kelahiran hidup, dengan
kata lain terdapat 9 kasus kematian bayi setiap 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data tersebut maka Angka Kematian Bayi ( AKB ) Kabupaten
Sambas masuk pada kategori rendah. Data kasus kematian bayi di kabupaten
Sambas dalam Lima tahun terakhir dapat dilihat sebagai berikut :
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
12
Gambar 4 : Kasus Kematian Bayi Kabupaten Sambas
Tahun 2012 2017
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Sambas Tahun 2017
Pada grafik diatas tampak peningkatan kasus kematian bayi dalam empat
tahun terakhir, pada tahun 2012 terjadi 98 kasus kematian bayi, pada tahun 2013
terjadi peningkatan kasus dari tahun sebelumnya menjadi 108 kasus, tahun 2014
kembali meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 111 kasus dan pada tahun 2015
tetap terjadi peningkatan kasus dari tahun sebelumnya menjadi 138 kasus namun
mengalami penurunan di tahun 2016 menjadi 113 kasus.
Dari 92 kasus kematian bayi yang terjadi pada tahun 2017 kematian
neonatal merupakan penyumbang kematian terbesar yaitu sejumlah 84 Kasus.
Kematian neonatal merupakan penduduk yang meninggal satu bulan pertama
setelah melahirkan ( 0-28 hari ) yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama. Penyebab kasus kematian bayi di Kabupaten Sambas dapat
dikelompokan kematian neonatal (0-28 hari) sebanyak 84 kasus yang disebabkan
Asfiksia 19 kasus ( 22,62%), BBLR 34 kasus ( 40,48 %), Sepsis 7 kasus ( 8,33%) dan
lain-lain sebanyak 24 kasus (28,57%). Sedangkan kematian post neonatal (29-11bln)
sebanyak 8 kasus yang disebabkan Pneumonia 1 kasus (12,50 %) dan penyebab lain
sebanyak 7 kasus (87,50%). Daerah yang merupakan tempat terjadinya kasus
kematian bayi selama beberapa tahun terakhir cukup merata di hampir seluruh
75
80
85
90
95
100
20122013
20142015
20162017
91 96
91
84.4 83.04
82.18
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
13
KALIAU'
SEBUNGA'
MADAK
SEMANGA
SEI BENING
MARIBAS
SANTABAN
SABUNG
SANATAB
TEMAJUK
SEBUBUS
SEPANTAI
MENTIBAR
SEI SAPAK
SAGU
SIJANG
MALEK
BALAI GEMURUH
BUDUK SEMPADANG
BERINGIN
SERET AYON
TEBUAH ELOK
NIBUNG
JAWAI LAUT
SEMATA
TEMPAPAN HULU
PEMANGKAT KOTA
SARANG BURUNG DANAU
SUNGAI PALAH
BAKAU
TANAH HITAM
SIMPANG EMPAT
SEI NILAM
SUNGAI DAUN
SENTEBANG
KUALA
SEMELAGI BESAR
SUNGAI RUSA
ARUNG PARAK
MENSADE
SEMPURNA
110
110
wilayah Kabupaten Sambas, namun kecamatan yang memiliki kasus cukup tinggi
di tahun 2017 diantaranya Kecamatan Teluk Keramat, Kecamatan Sejangkung,
Kecamatan galing, dan Kecamatan Pemangkat.
Gambar 5
Peta Kematian Ibu dan Bayi
Kabupaten Sambas
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian bayi tersebut dihitung. Kegunaan diketahuinya angka
kematian bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian
kematian Neonatal dan Kematian Post Neonatal. Penyebab kematian Neonatal
disebkan oleh faktor Endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka progam
program untuk mengurangi angka kematian Neonatal adalah yang berhubungan
dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil misalnya program pemberian
tableh Fe. Sedangkan Angka Kematian Post Neonatal digunakan untuk
mengembangakan Program Imunisasi, serta ProgramProgram Pencegahan
Penyakit Menular terutama pada anak dan program gizi anak dibawah umur 5
tahun.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
14
beberapa Faktor yang memiliki kontribusi terkait dengan kejadian Kasus
Kematian Bayi maupun pada Kasus Kematian Ibu diantaranya:
1. Pendidikan Ibu dan Kesehatan Reproduksi masih rendah.
Faktor pendidikan dan pengetahuan ibu merupakan variabel yang memiliki
pengaruh cukup besar pada kejadian kasus kematian bayi di Kab. Sambas.
Semakin rendah tingkat pendidikan ibu dan keluarga maka semakin rendah
kesadaran untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dari data yang
diperoleh sebagian besar ibu yang ada dikabupaten sambas masih memiliki
tingkat pendidikan yang rendah sehingga hal ini memiliki dampak yang
cukup besar pada kejadian kematian bayi maupun ibu.
2. Keterbatasan Akses karena Hambatan Geografi.
Tidak dapat dipungkiri dengan letak georafis Kabupaten Sambas yang cukup
luas dan merupakan daerah DPTK sangat mempengaruhi Akses Kesehatan di
wilayahnya. Hambatan geografis dan tranportasi menjadi salah satu penyebab
keterlambatan pertolongan yang memiliki kontribusi terhadap kasus kematian
bayi maupun ibu.
3. Usia Resiko Tinggi
Salah satu variabel determinan yang mempengaruhi Kesehatan Ibu dan bayi
diantaranya adalah Usia Ibu. Adanya faktor 4T yang meliputi terlalu muda <
20 Tahun, Terlalu Tua > 35 Tahun dan Terlalu Banyak Anak sangat
mempengaruhi status derajat kesehatan ibu yang berdampak pula pada
kesehatan bayi. Dari data yang ada ibu yang memiliki faktor 4 T di wilayah
Kabupaten sambas masih cukup tinggi dan ini akan meningkatkan faktor
resiko kejadian Kematian bayi maupun ibu.
4. Adanya Penyakit Penyerta.
Penyakit penyerta pada ibu hamil merupakan salah faktor resiko yang cukup
banyak memberikan kontribusi pada Kasus Kematian Ibu di Kabupaten
Sambas. Penyakit penyerta yang dialami pada ibu hamil diantaranya yaitu
CHF (Chronic Heart Failure) NYHA GR III-IV (hipertensi kronis, Decomcordis
fungsional class III-IV, oedem paru acut). Penyakit penyerta yang diderita oleh
ibu menyebabkan resiko yang cukup besar terhadap kesehatan bayi.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
15
5. Gizi Pada Ibu Hamil.
Status Gizi pada ibu hamil berpengaruh pada proses kehamilan dan persalinan,
mual dan muntah yang berlebihan pada saat hamil muda mengakibatkan
terjadinya Gizi kurang pada ibu hamil yang akan mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin yang berisiko kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR).
Adapun upaya upaya yang telah dilakukan dalam rangka menurunkan Kasus
Kematian bayi di antaranya:
1. Peningkatan Pelayanan Kehamilan dan Penanganan Anemia semasa hamil.
2. Peningkatan Pelayanan Bayi dan anak termasuk perbaikan Gizi
3. AMP (Audit Maternal Perinatal)
4. Kelas ibu hamil
5. Penguatan pelaksanaan IMD dan Asi Eksklusif
6. Penguatan Kemitraan bidan dan dukun bayi
7. Penguatan kemitraan bidan dan bidan
8. Deteksi dini faktor resiko tinggi maternal dan neonatal
9. Peningkatan kapasitas tenaga bidan di tingkat pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan.
10. Penguatan Sistem Rujukan Maternal dan neonatal.
2. Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate)
Angka Kematian Ibu ( AKI ) juga menjadi salah satu indikator penting
dari derajad kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum,
pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI
terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator
keberhasilan pembangunan sektor kesehatan. Informasi mengenai Angka
Kematian Ibu bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan jumlah
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
16
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, sistim rujukan dalam
penanganan komplikasi kehamilan yang program lainnya yang bertujuan
untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajad kesehatan
reproduksi.
Kematian ibu maternal adalah kematian ibu karena kehamilan,
melahirkan dan selama nifas. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu
indikator yang cukup penting untuk menggambarkan status kesehatan ibu dan
gizi, kesehatan lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan. data tersebut
didapat melalui survey yang dilakukan badan resmi yaitu BPS (Badan Pusat
Statistk)
Berdasarkan klasifikasi Angka Kematian ibu dari WHO adalah < 15 per
100.000 kelahiran hidup pada kategori sangat rendah, 15 199 perkelahiran
hidup pada kategori rendah, 200 499 pada kategori sedang, 500 999 per
100.000 pada kategori tinggi dan > 1000 per 100.000 kelahiran hidup pada
kategori sangat tinggi. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari puskemas dan
rumah sakit pada tahun 2017, jumlah kasus kematian ibu maternal sebanyak 7
orang dari 10.976 kelahiran hidup. Estimasi Angka Kematian Ibu ( AKI )
berdasarkan laporan puskesmas di Dinas Kesehatan Kab. Sambas adalah 63,78
per seratus ribu kelahiran hidup dengan kata lain terdapat 64 kematian ibu
setiap seratus ribu kelahiran hidup. Berdasarkan angka estimasi tersebut maka
Angka Kematian Ibu ( AKI) Kabupaten Sambas masuk pada kategori rendah.
Data kasus kematian ibu di kabupaten Sambas dalam lima tahun terakhir
dapat dilihat sebagai berikut :
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
17
Gambar 6 : Kasus Kematian Ibu Kabupaten Sambas Tahun 2012 - 2017
Sumber: Dinas Kesehatan kab. Sambas tahun 2017
Dari grafik terlihat terjadi penurunan kasus kematian ibu pada dua tahun
terakhir namun kembali meningkat pada tahun 2015 dan kembali dapat
diturunkan pada tahun 2016 dan kembali turun pada tahun 2017. Penyebab
kasus kematian ibu di Kabupaten Sambas yang utama adalah hipertensi dalam
kehamilan 3 kasus (42,86%) , gangguan system peredaran darah 2 kasus
(28,57%)dan Lain lain 2 kasus (28,57%) .
Daerah yang merupakan tempat terjadinya kasus kematian ibu pada
tahun 2017 yaitu Kecamatan Selakau Timur, Kecamatan Teluk Keramat,
Kecamatan Tebas, Kecamatan Sambas dan Kecamatan Paloh.
Beberapa faktor yang memiliki kontribusi terkait dengan kejadian Kasus
Kematian Ibu di Kabupaten Sambas diantaranya:
1. Pendidikan Ibu dan Kesehatan Reproduksi masih rendah.
Faktor pendidikan dan pengetahuan ibu merupakan variabel yang
memiliki pengaruh cukup besar pada kejadian kasus kematian. Penyebab
tidak langsung berkaitan dengan masih rendahnya taraf pendidikan ibu,
kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi serta rendahnya status sosial
70
80
90
100
20122013
20142015
20162017
91 96
91
84.4 83.04
82.18
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
18
ekonomi menjadi latar belakang kuatnya referensi perempuan dalam
memahami, memilih dan menetukan tenaga penolong persalinan.
2. Keterbatasan Akses karena Hambatan Geografi.
Tidak dapat dipungkiri dengan letak geografis Kab. Sambas yang cukup
luas dan merupakan daerah DPTK, sangat mempengaruhi akses kesehatan
di wilayahnya. Hambatan Geografis dan Tranportasi menjadi salah satu
penyebab keterlambatan pertolongan dan banyaknya persalinan yang
dilakukan di non fasilitas kesehatan.
3. Usia Resiko Tinggi
Salah satu variabel determinan yang mempengaruhi Kesehatan Ibu
diantaranya adalah Usia Ibu. Adanya faktor 4T yang meliputi terlalu
muda < 20 Tahun Terlalu Tua > 35 Tahun dan Terlalu Banyak Anak sangat
mempengaruhi status derajat kesehatan ibu.
4. Adanya Penyakit Penyerta.
Penyakit penyerta pada ibu hamil merupakan faktor resiko yang cukup
banyak memberikan kontribusi pada Kasus Kematian Ibu di Kabupaten
Sambas. Penyakit penyerta yang dialami pada ibu hamil merupakan
penyebab langsung berkaitan dengan kondisi saat hamil dan melahirkan.
Adapun Upaya upaya Yang Telah dilakukan dalam rangka menurunkan
Kasus Kematian Ibu di Kabupaten Sambas di antaranya:
1. AMP (Audit Maternal Perinatal)
2. Deteksi faktor resiko tinggi maternal
3. Rumah Tunggu Kelahiran
4. Kelas ibu hamil
5. Peningkatan Pelayanan Kehamilan dan Penanganan Anemia semasa
hamil.
6. Integrasi lintas sektor untuk optimalisasi usia perkawinan.
7. Penguatan Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal.
8. Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
19
9. Penguatan Kemitraan bidan dan dukun bayi
10. Penguatan Kemitraan bidan dan bidan
11. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa Siaga
B. ANGKA HARAPAN HIDUP (AHH)
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejehteraan penduduk pada umumnya dan
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat pada khususnya. Angka Harapan
Hidup juga merupakan salah satu indikator derajat kesehatan dan kualitas hidup
masyarakat, dengan adanya peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) saat lahir
dapat diindikasikan adanya keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan.
Peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu daerah merupakan efek
keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi di
daerah tersebut. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok
masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup. Di daerah
yang tingkat kesehatannya lebih baik maka setiap individu memiliki rata rata
hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk
memperoleh pendapatan lebih tinggi.
C. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun
angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian
penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Angka kesakitan pada penduduk diperoleh dari data yang berasal dari
masyarakat (community base data) melalui pengamatan (surveilans) dan data yang
diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas base data) melalui sistem
pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil.
1. Penyakit Menular
a. Penyakit TB Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui
droplet orang yang telah terinfeksi basil tiberculosis. Bersama dengan
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
20
malaria dan HIV/AIDS, tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang
pengendaliaanya menjadi komitmen global dalam MDGs.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur
dengan Insiden yaitu merupakan jumlah kasus baru dan kasus kambuh
tuberkulosis yang muncul dalam periode waktu tertentu biasanya
dinyatakan dalam satu tahun, Prevalensi yaitu jumlah kasus tuberkulosis
pada suatu titik tertentu dan Mortalitas yaitu jumlah kematian akibat
tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu.
Strategi penanganan TB paru yang digunakan sampai saat ini adalah
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) yaitu pengobatan TB paru
dengan pengawasan langsung menelan obat setiap hari oleh seorang
pengawas minum obat (PMO) yang mulai diperkenalkan di Indonesia pada
tahun 1995.
Menurut laporan penemuan kasus , jenis kelamin, kasus BTA + pada
laki laki hampir 2 kali dibandingkan kasus BTA + pada wanita. Sebesar
66,59% kasus BTA + yang ditemukan berjenis kelamin laki laki dan
33,41% kasus berjenis kalamin perempuan. Untuk angka Keberhasilan
pengobatan TB BTA+ tahun 2017 sebesar 98,25 % sedangkan angka
kematian penyakit TB paru adalah 1,14 per 100.000 Penduduk.
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukan jumlah
pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di
suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila tercatat secara serias akan
menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menentukan kecenderungan
meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
Pada tahun 2017 angka notifikasi ( CNR ) di Kab. Sambas adalah 135,36 per
seratus ribu penduduk Selanjutnya perkembangan penemuan kasus baru
dan capaian kesembuhan program selama 5 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
21
Tabel 2 : Gambaran Tingkat Kesembuhan Penderita TBCBTA+
di Kabupaten Sambas tahun 2012 - 2017
TAHUN JUMLAH KASUS BARU
TARGET KESEMBUHAN
(%)
CAKUPAN KESEMBUHAN
2012 561 85 95,37
2013 546 85 97,43
2014 516 85 98,26
2015 580 85 97,59
2016 470 85 *
2017 484 85 98,25
Keterangan : (*) = Diketahui setelah akhir pengobatan Tahun 2017
Sumber : Bidang P2P, Dinkes Kab Sambas, 2017
Dari tabel diatas terlihat bahwa penemuan kasus TB BTA + pada tiga
tahun terakhir cenderung turun tetapi meningkat pada tahun terakhir , hal
harus diperkuat dengan peningkatan penjaringan susfek.
b. Penyakit HIV/AIDS dan IMS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh karena diserang virus
HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Sebelum memasuki fase AIDS,
penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV
positif dimasyarakat dapat diketahui melalui 3 ( tiga) metode yaitu pada
pelayanan Voluntary, Counseling and Testing ( VCT), Sero Survei dan
Survei Terpadu Biologis dan Prilaku (STBP)
Keberadaan penderita HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es,
dimana jumlah penderita yang ditemukan jauh lebih sedikit dibandingkan
penduduk yang terinfeksi. Kondisi tersebut sangat berhubungan erat
dengan mobilitas penduduk yang meningkat pesat disertai peningkatan
perilaku seksual yang tidak aman serta penggunaan NAPZA suntik yang
semakin meluas.
Pada tahun 2017 jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan sebanyak
56 kasus terdiri dari 22 kasus diderita oleh laki laki dan 34 kasus diderita
oleh perempuan. Walaupun pada tahun 2015 proporsi kasus HIV dan AIDS
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
22
pada kelompok penderita laki laki masih lebih besar daripada
perempuan, namun proporsi penderita perempuan semakin lama
cenderung semakin meningkat dan hal tersebut terlihat dari kasus yang
terjadi pada tahun 2017 dimana proporsi penderita laki laki selakin lama
semakin menurun. Selengkapnya perkembangan penyakit HIV/AIDS di
kabupaten Sambas dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.
Tabel 3 : Gambaran Perkembangan Penderita HIV/AIDS
di Kabupaten Sambas Tahun 2012 - 2017
TAHUN JUMLAH PENDERITA
HIV/AIDS
TARGET PENDERITA YANG
DITANGANI (%)
CAKUPAN PENDERITA
YANG DITANGANI (%)
2012 24 100 100
2013 24 100 100
2014 27 100 100
2015 27 100 100
2016 40 100 100
2017 56 100 100
Sumber : Bidang P2P, Dinkes Kab Sambas, 2017
Berdasarkan jumlah kasus HIV/AIDS dibagi menjadi lima kategori,
yaitu < 90 kasus, 90 206 kasus, 207 323 kasus, 324 440 kasus dan > 440
kasus. dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan
seksual lawan jenis ( heteroseksual), hubungan sejenis melalui lelaki seks
dengan lelaki (lsl), menggunakan alat suntik secara bergantian, transfusi
darah dan dari ibu ke anak.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
23
Gambar 6
Persentase Kasus HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sambas Tahun 2017
Sumber : Bidang P2P, Dinkes Kab Sambas, 2017
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
membentuk tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil
peneliatian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
baik dibandingkan dengan prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Upaya pencegahan dilakukan melalui penyuluhan ke masyarakat,
sedangkan penanganan penderita HIV/AIDS dilakukan oleh
KlinikVoluntary Counseling dan Testing (VCT)Cahaya di Puskesmas
Pemangkat dan VCT Gunung Gajah di RSUD Pemangkat. Seluruh klien
yang berkunjung di klinik VCT tersebut mendapat penanganan sesuai
dengan standar yang ada.
Selain itu diharapkan selalu melakukan upaya penyuluhan tentang
bahaya HIV/AIDS dengan harapan akan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan bahaya perilaku seksual yang tidak aman.
2
11
27
13
3
< 1 5TAHUN
15 - 24 TAHUN
25 - 34 TAHUN
35 - 44 TAHUN
> 44 TAHUN
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
24
c. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
ISPA seringkali menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan
balita, dimana pneumonia diduga sebagai faktor utama penyebabnya.
Pnemonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru ( alveoli).
Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Pnemonia juga
dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.
Populasi yang rentan terserang pnemonia adalah anak anak usia kurang
dari 2 tahun, usia lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah
kesehatan. ISPA khususnya pnemonia masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di indonesia terutama pada balita dan juga
merupakan salah satu penyebab utama kunjungan berobat pasien di
puskesmas dan rumah sakit. Pnemonia adalah infeksi akut yang mengenai
jaringan paru ( alveoli ). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus
maupun jamur. Pnemonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan kerena
menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang
pnemonia adalah anak anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih
dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan.
Menurut hasil Riskesdas 2013, pnemonia merupakan penyebab
kematian nomor dua pada balita ( 13,2%) setelah diare ( 17,2%). Pada tahun
2017 terdapat 151 kasus pneumonia pada balita. Jumlah ini menurun
dibandingkan dengan tahun 2016, yaitu terdapat 474 kasus pneumonia
menyerang balita.
Upaya pemberantasan penyakit ISPA difokuskan pada upaya
penemuan dini dan tatalaksana kasus yang cepat dan tepat pada penderita.
Kecepatan keluarga dalam membawa penderita ke unit pelayanan
kesehatan serta keterampilan petugas dalam menegakkan diagnosis
merupakan kunci keberhasilan penanganan penyakit ISPA.
d. Penyakit Kusta
Penyakit Kusta atau penyakit Lepra adalah penyakit infeksi kronis
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang syaraf
tepi dan jaringan tubuh lainnya. Meskipun Indonesia sudah mencapai
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
25
eliminasi Kusta pada tahun 2000, namun sampai saat ini penyakit Kusta
masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat dan Indonesia
menjadi negara penyumbang Kusta terbesar ketiga di dunia (Profil
Kesehatan Indonesia, 2007).
Penyakit kusta menurut jenis penyakitnya dibedakan menjadi kusta
PB (Pausi Basiler) dan kusta MB (Multi Basiler) dan pengobatannya
disesuaikan dengan klasifikasi jenisnya.
Berdasarkan laporan pada tahun 2017 terdapat 7 penderita Kusta
yang tejadi di wilayah Kabupaten Sambas. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menetapkan dua
kategori wilayah beban kusta, jika angka penemuan kasus baru ( NCDR ) >
10 per 100.000 penduduk maka dikategorikan sebagai daerah high endemic
dan jika angka penemuan kasus baru (NCDR) < 10 per 100.000 penduduk
maka diketegorikan sebagai daerah low endemic, sedangkan angka
penemuan kasus baru Kusta ( NCDR) di Kabupaten Sambas adalah 1,33
per 100.000 penduduk sehingga Kabupaten Sambas dikategorikan sebagai
wilayah low`endemic.
Upaya pencegahan dan pemberarantasan dilakukan dengan
penyuluhan kepada masyarakat melalui media massa agar penderita dapat
ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai menimbulkan kecacatan
dan pengobatan penderita kusta untuk mencegah infeksi sekunder.
2. Penyakit potensi KLB (Kejadian Luar Biasa) / Wabah
a. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit
DBD sering menimbulkan kepanikan di masyarakat, karena penyebarannya
yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan
oleh virus Dengue yang penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus yang hidup digenangan air bersih di sekitar rumah.
Umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
26
Tahun 2017 jumlah kasus yang dilaporkan dan dinyatakan susfek
DBD sebanyak 353 kasus dan terdapat 4 kasus meninggal ( CFR: 1,13%).
Dengan demikian dilihat dari indikator CFR, maka CFR Sambas diatas
indikator nasional (
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
27
b. Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit endemis di Indonesia
dan juga merupakan penyakit berpotensial KLB yang sering disertai
dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa
penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi
(31,4%) dan pada balita ( 25,5%), sedangkan pada golongan semua umur
merupakan penyebab kematian yang ke empat ( 13,2%).
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan, dimana sarana air bersih dan jamban yang tidak sehat serta
perilaku manusia yang tidak sehat merupakan faktor dominan penyebab
penyakit tersebut. Kasus diare dapat menyebabkan kematian terutama
pada saat Kejadian Luar Biasa (KLB).
Pada tahun 2017 di Kabupaten Sambas terdapat 10.458 kasus dan
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2016 dengan 11.328
kasus. Persentase diare ditemukan dan ditangani tahun 2017 adalah sebesar
90 % dari perkiraan kasus.
Dengan demikian program penyehatan lingkungan dan kebersihan
individu menjadi sangat penting untuk mereduksi penyakit diare ini.
penyakit diare dapat dikorelasikan dengan perbaikan hygiene sanitasi dan
perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS) dalam kehidupan sehari hari
serta melibatkan kader dalam tatalaksana diare karena dengan penanganan
yang tepat dan cepat ditingkat rumah tangga, maka diharapkan dapat
mencegah terjadinya kasus dehidrasi berat yang dapat mengakibatkan
kematian.
c. Filariasis (penyakit kaki gajah)
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasist berupa
cacing filaria yang terdiri dari 3 ( tiga) spesies yaitu wuchereria bancrofti,
brugia malayi dan brugia timori. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah
penyakit infeksi menahun (kronis) yang disebabkan oleh cacing
mikrofilaria. Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk yang
menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menimbulkan
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
28
cacat menetap (seumur hidup) berupa pembesaran kaki, lengan dan alat
kelamin, sehingga dapat menimbulkan stigma sosial.
Di Indonesia kurang lebih 10 juta penduduk sudah terinfeksi penyakit
ini dengan jumlah penderita kronis (elephantiasis) kurang lebih 6.500
orang. Di Kabupaten Sambas jumlah penderita kronis filariasis tahun 2017
berdasarkan laporan terdapat 17 kasus.
Upaya pencegahan dan pemberantasan dilakukan dengan memutus
rantai penularan dan mengobati penderita untuk mencegah infeksi
sekunder. Dalam upaya mencapai eradikasi Filariasis tahun 2020 (WHO),
diperlukan alat/sarana yang sensitif untuk penegakan diagnosis, sehingga
penderita dapat ditemukan dalam stadium dini dan tidak sampai
menimbulkan kecacatan.
3. Penyakit Menular yg dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa, namun diantara penyakit-penyakit tersebut
ada yang dapat dicegah dengan imunisasi atau biasa disingkat dengan PD3I
(Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) antara lain yaitu :
a. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diptheriae, yang ditandai dengan gejala panas tinggi disertai pseudo
membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorok yang tak
mudah lepas dan mudah berdarah. Penyakit ini sering kali menjadi
penyebab kematian pada anak-anak, namun penyakit ini dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 dan DPT3. Berdasarkan laporan
Bidang PMK, bahwa tahun 2017, di Kabupaten Sambas tidak terdapat
kasus difteri
b. Tetanus dan Tetanus Neonatorum
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani,
terdiri dari Tetanus Neonatorum yaitu tetanus pada bayi dan tetanus
dengan riwayat luka. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
29
dinegara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah. Berdasarkan laporan Bidang PMK, bahwa tahun
2017 tidak ditemukan kasus Tetanus.
Kasus tetanus Neonatorum dapat dicegah dengan upaya pertolongan
persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi tetanus Toxoid (TT)
pada ibu hamil.
c. Campak
Penyakit Campak merupakan penyakit akut yang disebabkan virus
Measles yang disebarkan melalui bersin/batuk dengan gejala awal yaitu
demam, bercak kemerahan, batuk-pilek lalu timbul ruam di seluruh tubuh.
Sebagian besar kasus campak menyerang anak anak pra usia sekolah dan
usia sekolah. Jika seseorang pernah menderita campak maka ia akan
mendapatkan kekebalan terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.
Penyakit Campak sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB),
dimana kematian akibat campak pada umumnya disebabkan komplikasi
dengan penyakit lain seperti meningitis.campak dinyatakan sebagai KLB
apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut
turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan
epidemiologis. Berdasarkan laporan Bidang PMK, bahwa tahun 2017 tidak
ditemukan kasus campak.
d. Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
yang dapat merusak hati. Penyebaran penyakit tersebut bisa melalui
suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan
melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak-anak biasanya tidak
menimbulkan gejala dan kalau pun ada biasanya adalah gangguan pada
perut, lemah dan urine menjadi kuning. Penyakit ini bisa menjadi kronis
dan menimbulkan cirrhosis hepatis(kanker hati) dan dapat menimbulkan
kematian. Berdasarkan laporan bidang PMK, jumlah kasus hepatitis B pada
tahun 2017 di Kabupaten Sambas tidak ada kasus.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
30
e. Pertusis
Pertusis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella
pertusis yang ditandai dengan gejala batuk beruntun dan disertai tarikan
nafas hup yang khas serta disertai muntah. Lama batuk bisa sampai 1-3
bulan, sehingga sering disebut batuk 100 hari. Serangan batuk lebih sering
pada malam hari. di Kabupaten Sambas Pada tahun 2017 tidak ada kasus
pertusis.
f. Polio dan AFP
Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk PD3I. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistim syaraf hingga
penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang umumnya menyerang
anak berusia 0-3 tahun ini ditandai deangan muculnya demam, lelah, sakit
kepala, mual, kaku dileher, serta sakit ditungkai dan lengan. Di Kabupaten
sambas pada tahun 2016 berdasarka laporan bidang PMK tidak ditemukan
kasus Polio.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat
lunglai, lemas atau layu ( bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan
otot dan terjadi secara akut ( mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah
kasus lumpuh layu akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan
dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kemenetian
kesehatan menetapkan Non Polio AFP Rate minimal 2/100.000 Polulasi
anak usia< 15 tahun. Pada tahun 2017 kabupaten sambas sebesar
1,23/100.000 populasi anak < 15 tahun yang berarti belum mencapai
standar minimal penemuan.
D. STATUS GIZI
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya
dalam MDGs adalah status gizi. Status gizi masyarakat dapat memberikan
gambaran terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Status gizi
masyarakat dapat diukur melalui berbagai indikator antara lain status gizi bayi
(yang dinilai dari bayi dengan BBLR), status gizi Balita, status gizi WUS dan Bumil
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
31
KEK, GAKI, dan status Anemia gizi besi. Adapun yang dibahas dalam bab ini
meliputi status Bayi BBLR dan status gizi balita.
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Status gizi bayi dapat diukur dengan indikator bayi yang baru lahir
dengan berat badan < 2500 gram atau BBLR. Pada umumnya, BBLR terjadi
pada ibu hamil yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK). BBLR sangat
berkaitan erat dengan peningkatan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Balita (AKABA) dan berdampak serius terhadap pertumbuhan dan
perkembangan mental dan kecerdasan anak.
Pada tahun 2017 terdapat 476 bayi yang dikatagorikan BBLR dari 10.975
bayi yang ditimbang atau sebesar 4,3%. Dengan demikian, jumlah kasus
meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang jumlahnya sebanyak 431
orang dari 11.177 bayi yang ditimbang.
Jumlah BBLR yang terdata tersebut di atas belum mencerminkan kondisi
riil yang ada di masyarakat, karena belum semua bayi yang dilahirkan
khususnya yang ditolong dukun atau tenaga non kesehatan lainnya dapat
dipantau berat badannya ketika bayi itu lahir.
2. Status Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang dapat
mengambarkan tingkat status gizi masyarakat. Salah satu cara penilaian status
gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks
Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U).
Indikator Berat badan menurut umur ( BB/U) memberikan indikasi
masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang
masalah gizi yang sifatnya kronis atau akut karena berat badan berkorelasi
positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain berat badan yang
rendah dapat disebabkan oleh tubuh yang pendek atau karena diare dan infeksi
lain. Indikator gizi Tinggi badan menurut umur ( TB/U) memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama, misalnya kemiskinan, prilaku hidup tidak sehat dan pola
asuh. Sedangkan indikator Berat badan menurut tinggi badan ( BB/TB) dan
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
32
Indeks Massa Tubuh ( IMT) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya
akut sebagai akibat dari peristiwa yang berlangsung dalam waktu yang tidak
lama ( singkat ) misalnya mengidap penyakit tertantu dan kekurangan asupan
gizi yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Status Gizi pada balita pada tahun 2017 terdapat 79,71% balita gizi baik,
15,25% balita gizi kurang, 1,68% balita dengan kategori gizi buruk dan 2,41%
balita dengan kategori gizi lebih.
Status gizi balita di kabupaten Sambas dari tahun 2013 sampai dengan
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4 :
Gambaran Status Gizi Balita di Kabupaten Sambas Tahun 2013 2017
STATUS
GIZI
2013 2014 2015 2016 2017
Lebih 1,16 1,55 2,16 1,62 2,41
Baik 80,40 82,89 80,79 82,22 79,71
Kurang 15,67 13,09 14,0 13,42 15,25
Buruk 2,77 2,24 3,05 2,745 1,68
KEP Total
18,44 15,56 17,05 16,16 17,88
Sumber : Seksi Perbaikan Gizi Masyarakat, Bidang Kesmas, 2017
Adapun kondisi Gizi tingkat Kecamatan di Wilayah Kabupaten Sambas dapat dilihat
pada pada gambar di bawah ini :
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
33
Gambar 8 :
Peta Rawan Gizi Kab. Sambas Tahun 2015
Tahun 2017 di Kabupaten Sambas dilaporkan terdapat 9 kasus gizi
buruk dengan komplikasi yang ditangani. Dari 9 kasus gizi buruk yang
ditemukan semua merupakan kasus baru . Dengan demikian terjadi kenaikan
kasus gizi buruk dengan komplikasi yang ditangani dari tahun sebelumnya ,
dimana tahun 2016 jumlahnya 3 kasus. Akan tetapi seluruh kasus gizi buruk
dengan komplikasi dilakukan perawatan.
Upaya penanganan kasus gizi buruk dilakukan di Puskesmas
perawatan, pusat pemulihan gizi kabupaten dan rumah sakit umum daerah
yang ada di Kabupaten Sambas.
20 .82
10 .69
11 .61
23 .99
20 .08
19 .57
19 .08
16 .10
13 .95
18 .56
17 .75
21 .60
14 .1619 .20
18 .87
12 .21
17 .64
11 .03
11 .26
PA LO H
SU B A H
TE B A S
GA LIN GSA JIN G A N B E S A R
SE JA N G KU N GTE LU K KE R A MA T
SA M B AS
JAW A I SA JA D
SE B A W I
SE LA K AU
TA N G A RA N
SE LA K AU T IM UR
TE K A R AN G
PE M A NG K A T
SE M P AR U K
SA LA T IGA
JAW A I S E LA T A N
KU RA NG E NE RG I PR O TEIN (KE P )PA DA BA LITA K AB UP A TEN S A M B A STA HU N 2015
< 15%>= 15% S .D < = 24,99%>= 25% S .D < = 34,99%
KEP KAB UPATE N : 17 ,05
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
34
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan
masyarakat. Secara umum upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta untuk memeliharan dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.
Upaya kesehatan masyarakat mencakup upayaupaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit
tidak menular, penyehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat
serta penanggulangan bencana dan bantua kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah dan atau masyarakat serta swasta untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatn
perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upayaupaya promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap,
pemberantasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Berikut ini diuraikan gambaran situasi upaya kesehatan yang telah dilakukan di
Kabupaten Sambas.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Salah salah satu kompenen penting dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang
dilakukan secara tepat dan tepat diharapkan dapat mengatasi sebagian besar
masalah kesehatan masyarakat.Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan langkah
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
35
awal yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan dan jaringannya adalah sebagai berikut :
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa upaya
kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka
kematian ibu. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang
undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Seorang ibu mempunyai peran besar dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang
sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga
kelahiran dan masa pertumbuhan bayi / anaknya.
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang menjadi genersi yang sehat, cerdas
dan berkualitas serta menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya
kesehatan bayi dan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan,
dilahirkan, setelah dilahirkan samapai berusia 18 tahun.
Upaya kehatan ibu dan anak diharapakan mampu menurukan angka
kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak
adalah Angka Kamatian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia ( SKDI) 2007 secara nasional , AKI sebesar 228 per 100.000 kelahiran
hidup dan SKDI tahun 2012 menyebutkan bahwa AKB sebesar 32 per 1000
kelahiran hidup serta AKABA sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup.
Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian ibu
dan kematian anak dimana dapat menurunkan kematian ibu hingga tiga per
empat dalam kurun waktu 1990 2015 dan menurunkan angka kematian anak
hingga dua per tigadalam kurun waktu 1990 2015.
Pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi antara lain peayanan antenatal,
persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di sarana
kesehatan mulai posyandu, poskesdes, puskesmas sampai ke rumah sakit.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
36
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter
umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil sesuai pedoman. pelayanan
kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal
sekurang kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi
waktu minimal 1 kali pada trimester pertama ( usia kehamilan 0- 12
minggu), 1 kali pada trimester kedua ( usia kehamilan 12 24 minggu ), dan
2 kali pada trimester ketiga ( usia kehamilan 24 - 36 minggu ). Standar
waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk memberikan perlindungan
terhadap ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan
dan penangan dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standart kualitas
10T, yaitu:
1. Penimbangan berat badan dan dan pengukuran tinggi badan;
2. Pengukuran tekanan darah;
3. Nilai Status Gizi ( Ukur Lingkar Lengan Atas/ LILA )
4. Pengukuran tinggi puncak rahim;
5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin ( DJJ);
6. Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid;
7. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
8. Pelaksanaan temu wicara;
9. Pelaksanaan tes laboratorium sederhana.
10. Tatalaksana penangan kasus
Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 untuk mengukur
akses pelayanan ibu hamil, menggambarkan besaran ibu hamil yang
melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal dan kemampuan program dalam menggerakan
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
37
masyarakat. Cakupan K1 tahun 2017 sebesar 95,02 % dari sasaran ibu
hamil.
Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar, minimal empat kali
kunjungan selama masa kehamilannya (sekali di trimester pertama, sekali
di trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga). Indikator ini berfungsi
untuk menggambarkan tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan
kesehatan pada ibu hamil.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2013 terjadi peningkatan
sebesar 5% dari cakupan K4 tahun sebelumnya, namun kembali
mengalami penurunan pada tahun 2014, 2015, 2016 dan tahun 2017.
Cakupan kunjungan ke 4 ibu hamil ( K4) pada tahun 2017 sebesar 82,18% ,
sedikit menurun dari tahun 2016 sebesar 83,04%. Untuk lebih jelas dapat
dilihat dari gambar dibawah :
Gambar 9 : Persentase Cakupan pelayanan K4 ibu hamil
Di Kabupaten Sambas Tahun 2012 -2017
sumber : Bidang Kesmas Dinkes Kab Sambas, 2017
Pada tahun 2017 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 tertinggi berada di
wilayah Puskesmas Sebangkau, Segarau dan Matang Suri, sedangkan
cakupan ibu hamil terendah berada di wilayah Puskesmas Pimpinan yaitu
sebesar 60,3%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah :
91
96
91
84.4 83.04 82.18
2012 2013 2014 2015 2016 2017
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
38
Gambar 10: Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 di Kabupaten Sambas Tahun 2017
sumber : Bidang Kesmas Dinkes Kab Sambas, 2017
Cakupan Pelayanan ibu hamil K4 secara keseluruhan pada
tingkat Kabupaten masih belum memenuhi target standar pelayanan
minimal sebesar 95%. Kecamatan yang dalam lima tahun terakhir
pencapaian Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 selalu memenuhi target
adalah Kecamatan Jawai Selatan sedangkan kecamatan yang dalam empat
tahun terakhir menunjukan progres peningkatan pada Cakupan Pelayanan
ibu hamil K4 adalah Kecamatan Pemangkat.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan dinas kesehatan
untuk semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas
kepada masyarakat hingga ke pelosok desa. Upaya peningkatan cakupan
Pelayanan ibu hamil K4 semakin diperkuat dengan telah dikembangkannya
kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil akan meningkatkan demand creation
dikalangan ibu hamil dan keluarganya dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap dan prilaku ibu hamil dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan
kesehatan ibu secara paripurna.
SELA
KA
U
SELA
KA
U T
IMU
R
PEM
AN
GK
AT
SEB
AN
GK
AU
SEM
PA
RU
K
SALA
TIG
A
TEB
AS
SEI.
KEL
AM
BU
SEG
AR
AU
TEK
AR
AN
G
SAM
BA
S
SEM
BER
AN
G
TER
IGA
S
SUB
AH
SATA
I
SEB
AW
I
SAJA
D
SEN
TEB
AN
G
MA
TAN
G S
UR
I
SEK
UR
A
SUN
GA
I BA
RU
PIM
PIN
AN
GA
LIN
G
SIM
PA
NG
EM
PA
T
SEJA
NG
KU
NG
SAJI
NG
AN
BES
AR
PA
LOH
TEM
AJU
K
54.24
110.29
50.29
75.27
132.15
110.26
132.73
168.87
88.54
48.00
106.71
137.68
96.06
78.95
38.46
138.05
159.42
120.35
142.09
74.47
129.39
61.88
127.78
33.06
90.62
62.02
121.37
0.00
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
39
Adanya Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK ) sejak tahun 2010 juga
semakin bersinergi dalam berkontribusi meningkatkan cakupan pelayanan
ibu hamil K4. BOK dapat dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung seperti
pendataan, pelayanan di Posyandu, kunjungan rumah, sweeping serta
kemitraan bidan dan dukun. Namun sementara itu penurunan cakupan
Pelayanan ibu hamil K4 pada tahun 2017 akan diatasi dengan Semakin
kuatnya kerjasama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dan sektor swasta
diharapkan mampu mendorong tercapainya target cakupan Pelayanan ibu
hamil K4.
b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan
dilakukan di fasilitas kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses
pelayanan persalinan mulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan
pertolongan persalinan tidak dilakukan tenaga kesehatan yang punya
kompetensi kebidanan.
Cakupan Pertolongan Persalinan adalah cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
(linakes). Cakupan linakes pada empat tahun terakhir terus mengalami
penurunan walaupun mengalami peningkatan pada tahun 2017 namun
belum memenuhi target SPM sebesar 90%. Adapun perkembangan cakupan
linakes kurun waktu 2012 -2017 terlihat pada gambar di bawah ini.
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
40
Gambar 11 : Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
di Kabupaten Sambas Tahun 2012-2017
Sumber :Bidang Kesmas Kesehatan Dinkes Kab Sambas, 2017
Dari grafik diatas terlihat keadaan persalinan di Kabupaten Sambas dimana
dilakukan berbagai pengembangan program diantaranya kemitraan bidan dan
dukun dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi .
86.20%
86.90%
83.10%
81.80%
84.60% 84.75%
2012 2013 2014 2015 2016 2017
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
41
Gambar 12 : Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan
di Kabupaten Sambas Tahun 2017
Sumber : Bidang Kesmas Dinkes Kab Sambas, 2017
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2017
tertinggi berada di wilayah Puskesmas Subah dan Temajuk yaitu sebesar
100%, sedangkan cakupan terendah berada di wilayah Puskesmas Simpang
Empat yaitu sebesar 61,89%.
Kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan
tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terbukti berkontribusi terhadap turunnya resiko kematian ibu. Demikian
pula dengan tempat/fasilitas jika persalinan dilakukan di fasilitas
kesehatan maka akan menekan resiko kematian ibu. Oleh karena itu
kebijakan Kemanterian Kesehatan yang ditekankan di wilayah Kabupaten
Sambas adalah seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dan
diupayakan dilakukan di fasilitas kesehatan.
Upaya penting lainnya yang dilakukan dalam program kesehatan ibu
adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) yang menitik beratkan fokus totalitas pemantauan yang menjadi
salah satu upaya deteksi dini, menghindari resiko kesehatan pada ibu hamil
SELA
KA
U
SELA
KA
U T
IMU
R
PEM
AN
GK
AT
SEB
AN
GK
AU
SEM
PA
RU
K
SALA
TIG
A
TEB
AS
SEI.
KEL
AM
BU
SEG
AR
AU
TEK
AR
AN
G
SAM
BA
S
SEM
BER
AN
G
TER
IGA
S
SUB
AH
SATA
I
SEB
AW
I
SAJA
D
SEN
TEB
AN
G
MA
TAN
G S
UR
I
SEK
UR
A
SUN
GA
I BA
RU
PIM
PIN
AN
GA
LIN
G
SIM
PA
NG
EM
PA
T
SEJA
NG
KU
NG
SAJI
NG
AN
BES
AR
PA
LOH
TEM
AJU
K
87.53 90.98 98.18 98.26
82.71 79.40 89.32 84.51
97.83
81.97 94.32
78.13 83.10 100.00
86.47 82.47 83.20 90.31 98.85
75.92 83.04 71.33
94.78
61.89
85.86 80.66 86.89
100.00
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
42
serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan
bayi baru lahir dasar ditingkat Puskesmas (PONED) dan Pelayanan
Kegawatdaruratan obsetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit
(PONEK).
c. Ibu Hamil Resiko Tinggi / Komplikasi yang Ditangani
Komplikasi maternal adalah kesakitan apada ibu hamil, ibu bersalian
dan ibu nifas atau janin dalam kandungan baik langsung maupan tidak
langsung termasuk penyakit menular yang dapat mengancam jiwa ibu atau
janin yang tidak disebabkan oleh trauma/ kecelakaan. Pencegahan dan
penanganan komplikasi maternal adalah pelayanan kepada ibu dengan
komplikasi maternal untuk mendapatkan perlindungan / pencegahan dan
penanganan defenitif sesuai standart oleh tenaga kesehatan kompeten pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Dalam memberikan pelayanan
khususnya oleh bidan di desa dan Puskesmas, sekitar 20% diantara ibu
hamil yang ditemui dan diperiksa tergolong dalam kasus resiko
tinggi/komplikasi yang membutuhkan rujukan.
Kasus resiko tinggi/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari
normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi meliputi Hb140 mmHg,
diastole >90 mmHg), oedema nyata, eklampsia, ketuban pecah dini,
perdarahan pervaginam, letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu,
letak sungsang pada primigravida, infeksi berat / sepsis dan persalinan
prematur.
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan
dan penanganan komplikasi maternal adalah cakupan penanganan
komplikasi maternal. Indikator ini mengukur kemampuan pemerintah
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada
ibu ( hamil, beralin dan Nifas) dengan komplikasi. Berdasarkan laporan
Bidang Kesga dan Promkes, jumlah perkiraan ibu hamil resiko tinggi di
Kabupaten Sambas tahun 2017 sebanyak 2.533 orang (20% dari sasaran ibu
hamil) .
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
43
Adapun perkembangan cakupan Komplikasi Kebidanan yang
ditangai dalam kurun waktu 2012 -2017t pada gambar di bawah ini.
Gambar 13 : Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
di Kabupaten Sambas Tahun 2012-2017
Sumber :Bidang Kesmas Dinkes Kab Sambas, 2017
Cakupan pada tahun 2016 sebesar 111,11%, meningkat dari tahun
2015 sebesar 108,85% dan telah memenuhi target yaitu 100%. Cakupan
komplikasi maternal yang ditangani tahun 2017 sebesar 99,397 cakupan
Komlikasi maternal yang ditangani tertinggi pada tahun 2017 berada pada
wilayah Puskesmas Sungai Kelambu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
70.7 76 76
108.85 111.11
99.4
0
20
40
60
80
100
120
2012 2013 2014 2015 2016 2017
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
44
Gambar 14: Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
di Kabupaten Sambas Tahun 2017
Sumber :Bidang Kesmas Dinkes Kab Sambas, 2017
Walaupun sebagian komplikasi maternal tidak dapat dicegah dan
diperkirakan sebelumnya tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak
dapat ditangani. Mengingat bahwa setiap ibu hamil / bersalin dan nifas
beresiko mengalami komplikasi maka mereka perlu memiliki akses
terhadap pelayanan kegawat dararuratan maternal/obstetrik.
54.24
110.29
50.29
75.27
132.15
110.26
132.73
168.87
88.54
48.00
106.71
137.68
96.06
78.95
38.46
138.05
159.42
120.35
142.09
74.47
129.39
61.88
127.78
33.06
90.62
62.02
121.37
0.00
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00
SELAKAU
SELAKAU TIMUR
PEMANGKAT
SEBANGKAU
SEMPARUK
SALATIGA
TEBAS
SEI.KELAMBU
SEGARAU
TEKARANG
SAMBAS
SEMBERANG
TERIGAS
SUBAH
SATAI
SEBAWI
SAJAD
SENTEBANG
MATANG SURI
SEKURA
SUNGAI BARU
PIMPINAN
GALING
SIMPANG EMPAT
SEJANGKUNG
SAJINGAN BESAR
PALOH
TEMAJUK
[Type the document title]
Profil Kesehatan Kabupaten Sambas 2017
45
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan
angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu: 1) peningkatan
pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko
tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang bersih dan aman
oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca perasalinan dan kelahiran;
3) serta pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar ( PONED) dan
Komplrehensif ( PONEK ) yang dapat dijangkau.
Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Kabupaten
Sambas adalah melalui program pencegahan komplikasi yang menitik
beratkan fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi
dini, menghindari resiko kesehatanpada ibu hamil serta menyediakan akses
dan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar ditingkat
Puskesmas (PONED). Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal
Perinatal (AMP) yang merupakan upaya dalam penilaian pelaksanaan
sertap eningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
melalui pembahasan kasus kematian ibu dan bayi di level masyarakat
sampai dilevel fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam
upaya penyelamatan ibu apada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan
bayi baru lahir akan mengasilkan suatu rekomendasi dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi dimasa mendatang.
d. Pelayanan Nifas
Masa nifas adalah masa 6-8 minggu setelah persalinan dimana organ
reproduksi mulai mengalami masa pemulihan untuk kembali normal,
walau pada umumnya organ reproduksi akan kembali normal dalam
waktu 3 bulan pasca persalinan.
Cakupan pelayanan nifas adalah cakupan pelayana