perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG “MBURU ABURE KUPU KUNING”
KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)
Skripsi
Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
Landung Asri Saputra C0104016
JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG “MBURU ABURE KUPU KUNING”
KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)
Disusun oleh : Landung Asri Saputra
C0104016
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing I
Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. NIP. 130 935 347
Pembimbing II
Dra. Sundari, M. Hum. NIP. 130 935 348
Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah
Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. NIP. 131 695 222
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG “MBURU ABURE KUPU KUNING”
KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan kritik Sastra Feminis)
Disusun oleh : Landung Asri. Saputra
C0104016
Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
pada tanggal 6 Juli 2009
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Drs. Imam Sutarjo, M Hum .................. NIP. 131 695 222 Sekretaris Drs. A. Indratmo M. Hum .................. NIP. 131 792 935 Penguji I Drs. Christiana D. W, M. Hum. ………....... NIP. 130 935 347 Penguji II Dra. Sundari, M. Hum. ...……….... NIP. 130 935 348
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Drs. Sudarno, M.A NIP. 131 472 202
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Landung Asri Saputra NIM : C0104016 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Profil Tokoh Harini dalam Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis) adalah betul-betul karya sendiri, dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, 6 Juli 2009
Yang membuat pernyataan
Landung Asri. Saputra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“ Yang penting bukan berapa kali aku gagal, tapi yang penting berapa kali aku
bangkit dari kegagalan ”
(Abraham lincoln)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak, Ibu tercinta
2. Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena
berkat petunjuk dan kemudahan dari-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Profil Tokoh Harini dalam Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning”
Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis). Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dorongan,
bantuan dan bimbingan dari banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Drs Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa,
Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah mengijinkan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Fakultas Sastra dan
Seni Rupa, sekaligus Pembimbing Akademik penulis.
3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Sastra
Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. selaku Pembimbing I yang telah
memberi bimbingan dengan tulus dan dorongan sebagai sumber inspirasi
untuk penulisan skripsi ini.
5. Dra. Sundari, M. Hum., selaku Koordinator Bidang Sastra, sekaligus
Pembimbing II yang banyak memberi nasehat dan dorongan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan
ilmunya sebagai bekal untuk penulis semoga bermanfaat khususnya
penulis sendiri dan bagi masyarakat umumnya.
7. Kepala dan staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pelayanan-pelayanan
dan referensi yang bermanfaat kepada penulis sehingga membantu
kelancaran dalam penulisan skripsi ini.
8. Kakak-kakak dan adikku, Yusi, Awang, Indah, keceriaan, kesedihan dan
dorongan moril semua Saudaraku yang telah memberikan motivasi kepada
penulis.
9. Keluarga besar Bapak Suwardi Endraswara yang telah memperlakukan
penulis layaknya anak sendiri, terima kasih atas kebaikan yang telah
diberikan pada saat penelitian dilaksanakan.
10. Keluarga Besar Bapak Suryanto, yang telah banyak mendukung atas
pembuatan skripsi ini, terima kasih atas suport dan doa-doanya.
11. Sahabat-sahabatku yang selalu ceria: Danis, Licka, lilies, Renggo, Ragil
dan Eko,serta Jurusan Sastra Daerah angkatan 2004.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
12. Teman seperjuangan Priyo, Galih, Wira, Redes, Bambang, dan anak-anak
kost Gedung Putih. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan
doanya.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuan dan dorongannya selama menjalankan penulisan skripsi ini.
Semoga kebaikan dan ketulusan hati semua pihak yang telah diberikan
kepada penulis mendapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, segala kritik dan saran
yang bersifat membangun terbuka bagi penulis. Semoga hasil penulisan skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, 6 Juli 2009
Landung Asri Saputra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xiii
ABSTRAK ..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 8
C. Tujuan Penelitan .......................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pendekatan Stuktural ................................................................... 10
1. Tema………………………………………………………… 13
2. Alur ........................................................................................ 14
3. Penokohan .............................................................................. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Latar ....................................................................................... 16
5. Amanat ................................................................................... 17
B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis ............................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian ........................................................................ 23
B. Sumber Data dan Data ................................................................ 24
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 25
D. Teknik Analisis Data................................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pengarang ..................................................................... 28
1. Riwayat Hidup pengarang ...................................................... 28
2. Latar Belakang Sosial Budaya ............................................... 29
3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara………………………… 30
4. Hasil karya Pengarang………………………………………. 32
B. Analisis Struktural ....................................................................... 36
1. Tema................ ....................................................................... 36
2. Plot/alur .................................................................................. 40
3. Penokohan…………………………………………………… 46
4. Latar/setting………………………………………………….. 57
5. Amanat……………………………………………………….. 67
C. Profil Tokoh-tokoh Wanita Dalam Cerbung “Mburu Abure Kupu
Kuning” dalam Prespetif feminis…………………….............. 71
1. Tokoh Wanita ......................................................................... 72
a. Harini…………………………………………………… 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
b. Bu Tanjung…………………………………………….. 80
c. Sumini………………………………………………….. 82
D. Makna dan Relevansi dalam Konteks Perjuangan Gender ......... 85
1. Lingkungan Keluarga ............................................................. 87
2. Lingkungan Masyarakat ......................................................... 88
3. Lingkungan Pendidikan ......................................................... 89
E. Sikap Budaya Pengarang dalam Sosok Wanita .......................... 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 95
B. Saran ............................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 99
LAMPIRAN .................................................................................................. 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AKP : Angkatan Komando Polisi
BOPKRI :Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia
CERBUNG : Cerita Bersambung
CERPEN : Cerita Pendek
FBS : Fakultas Bahasa dan Sastra
IKIP : Institut Keguruan Ilmu Pendidikan
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
PKU : Poliklinik Umum
R.A : Raden Ajeng
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SPG : Sekolah Pendidikan Guru
TPA : Tempat Penitipan Anak
UGM : Universitas Gajah Mada
UNY : Universitas Negeri Yogyakarta
VCD : Video Compect Disc
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Landung A. Saputra C0104016. Profil Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yag di bahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Struktural dalam Cerbung” Mburu Abure Kupu Kuning”? (2) Bagaimanakah Profil Tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis? (3) Bagaimanakah makna dan Relevansi cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” dalm kesetaraan Gender? (4) Bagaimanakah Sikap Budaya Pengarang dalam memandang sosok wanita?.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur dalam “Mburu Abure Kupu Kuning” (2) Mengetahui profil tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis (3) Mengetahui makna dan Relevansi dalam “Mburu Abure Kupu Kuning” dalam perjuangan gender (4) Mengetahui Sikap Budaya pengarang dalam Memandang sosok Wanita?.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Penelitian Sastra dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif, sumber data tulis sebagai data primer yaitu Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara. Sumber data lisan sebagai data sekunder berasal dari informan yaitu pengarang. Data yang digunakan dibagi menjadi dua yakni data primer adalah rangkaian Cerita cerbung yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, setting alur, penokohan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan pengarang Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara, buku-buku data-data yang diperoleh dari internet yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalm penelitian ini, termasuk juga rekaman, dokumentasi berupa foto-foto dan beografi pengarang.
Manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis yaitu dapat memperkaya wawasan kajian dalam kritik sastra feminis dan manfaat praktis yakni mendapatkan gambaran yang jelas tantang peran dan perilaku sosial perempuan dalam masyarakat.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis stuktur, teknik wawancara dan teknik kepustakaan, analisis data menggunakan teknik analisis stuktural dan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Untuk mendapatkan hasil yang aktual digunakan teknik analisis interaksi dengan redukdi data, sajian data dan simpulan serta verifikasinya.
Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal (1) kisah Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” memiliki tema kekeluargaan, amanatnya ialah agar pembaca tidak mudah percaya perkataan orang lain, karena yang akan rugi diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
kita sendiri dan jangan lah pernah putus asa.alur yang digunakan adalah alur maju kadang disertai flesback. Penokohan dapat menunjang alur cerita, watak tokoh-tokohnya dijelaskan pengarang dengan bagus. Setting yang digunakan di Kota Yogyakarta khususnya Daerah Sleman. Jalinan struktural bahwa tema merupakan dasar permasalahan. Amanat adalah pemecahannya. Keterkaitan alur dan setting adalah perwujudan dari watak tokoh. Pengembangan konflik menjadi harapan suatu cerita sehingga membentuk suasana dengan pokok permasalahan.(2) Profil tokoh Wanita yang ada di dalam cerita “Mburu Abure Kupu Kuning” mempunyai gambaran dan perilaku yang beraneka ragam bentuknya, disamping itu juga bisa dijadikan pedoman atau dicontoh mana yang baik dan mana yang buruknya, demi kehidupan dan masa depan. (3) Relevansi dan makna dalam Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” adalah supaya para wanita haruslah tahu bahwa wanita tidaklah lemah dihadapan para laki-laki, meskipun bentuk fisik berbeda tetapi kita semua mempunyai hak yang sama yaitu untuk hidup dam berdampingan tidak ada perbedaan. (4) Sikap para budaya tentang wanita sangatlah menghargai dan menghormati terhadap wanita atas jerih payahnya seorang wanita khususnya para wanita yang sudah berumah tangga tiap hari mengasuh anak dan tiap hari melayani suami, itu merupakan perwujudan pengorbanan yang sangat besar bagi wanita terhadap kaum laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan sastra Jawa dari tahun ke tahun semakin kaya bentuknya.
Dimulai dari sastra Jawa klasik yang berbentuk tembang macapat ke arah bentuk
gancaran, dari geguritan sampai pada novel dan cerpen. Perkembangan ini secara
mendasar dituntun oleh kebutuhan yang ada dalam masyarakat baik dari bentuk
ekspresi maupun resepsinya. Sejauh ini ekspresi dan resepsi sastra Jawa
berkembang pada komunitas-komunitas seperti sanggar, paguyuban, atau
kelompok akademis sebagai media pembelajaran dan kajian.
Sastra Jawa seperti sastra etnik lainnya dalam wacana komunikasi global
dibenturkan pada satu pilihan harus berkutat pada wacana lokal. Hal ini
menjadikan wacana sastra Jawa menjadi terpuruk dengan permasalahan kultur
lokal dan terkikis habis atau bahkan segera terlibas oleh kapitalis. Dalam konteks
pengungkapan maupun resepsi sastra Jawa menjadi bentuk estitika, itu merupakan
gambaran yang merefleksikan dinamika kultur masyarakat Jawa. Sebagian dari
tutunan ideologi sastra Jawa bagi masyarakat pendukungnya, diharapkan dapat
berkembang dan dipertahankan sebagai penuturan kultural yang bertautan dengan
nilai adi luhung.
Pada tahun 1960-1970an banyak bermunculan novel-novel Bahasa Jawa.
Hampir tiap penerbit di kota-kota besar di Jawa seakan berlomba-lomba
membukukan karya-karya Bahasa Jawa yang sebagian bentuk novel, novelet,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
antologi, cerita pendek, dan roman. Namun pada saat itu timbul satu anggapan
bahwa novel-novel Bahasa Jawa dipandang sebagai karya sastra yang remeh,
kurang bermutu, dan cengeng, sehingga sulit dikategorikan sebagai karya sastra.
Dari anggapan itu pula pada saat menjamurnya novel-novel Bahasa Jawa muncul
istilah panglipur wuyung (pelipur lara), roman picisan, dan lain-lain yang bernada
ejekan terhadap karya-karya. Novel Bahasa Jawa tersebut (Poer Adhie Prawoto
1991:73). Tetapi dewasa ini perkembangan karya sastra khususnya sastra Jawa
yang telah menciptakan sebuah karya sastra yang berupa cerkak, cerbung, ataupun
novel. Hasil karya-karyanya tersebut sudah banyak dimuat di berbagai media
cetak, seperti majalah-majalah berbahasa Jawa. Sebab ternyata dari majalah-
majalah Jawalah sebenarnya terbukti menjadi cermin perkembangan Sastra Jawa
sampai sekarang ini.
Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara
merupakan bentuk bentuk dari sastra Jawa modern. Dilihat dari judulnya Mburu
Abure Kupu Kuning dapat diartikan dari ”Mburu Abure Kupu Kuning” itu
berdasarkan pada penggalan kata. Mburu yang mempunyai arti mengejar, Abure
yang berarti terbang, Kupu yang berarti sesuatu yang cantik, sesuatu yang indah,
dan Kuning mempunyai warna keemasan karena emas itu benda di mana emas itu
sangatlah berharga. Arti tersebut dapat diartikan dan disatukan menjadi ’Mencari
sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya
memerlukan pengorbanan, pikiran, dan memerlukan tenaga untuk bisa
mendapatnya apa yang diinginkan’. Penulis menanyakan langsung pada
pengarang bahwa cerita bersambung tersebut mempunyai filosofi yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dengan cerita Andhe-andhe Lumut, dimana dalam cerita rakyat itu menceritakan
tentang seorang laki-laki yang mencari seorang pendamping hidup dan akhirnya
dia menjatuhkan pilihan kepada klenting kuning seorang gadis desa yang lemah
lembut, cantik rupa dan hatinya. Kaitan antara cerita Andhe-andhe Lumut dan
cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” ini kaitannya adalah kupu kuning dari
judul tersebut berprofilkan dengan tokoh seorang wanita, di mana digambarkan
bahwa wanita tersebut sangat cantik, indah tetapi diperlukan daya dan pikiran
serta pengorbanan untuk bisa mendapatkannya.
Cerita Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” merupakan cerita yang
berkaitan dengan seorang wanita, dilihat wanita dalam cerita tersebut memuat
ajaran tentang perjuangan wanita yang memperjuangkan dirinya dari berbagai
permasalahan yang dihadapinya, agar bisa menentukan jati dirinya untuk bisa
menemukan Ibu kandungnya. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning seorang
wanita juga manusia biasa dapat dirasakan bagaimana seorang gadis mencari
Ibunya sendirian. Akan tetapi manusia tidak sendirian. Untuk bisa menemukan
ibunya wanita itu mendapat pertolongan dari keluarga Tanjung. Awal mulanya
sosok keluarga pak tanjung mencari ikan sebagai syarat agar bisa mendapatkan
seorang cucu dari anak keluarga Tanjung, tanpa disengaja keluarga Tanjung
menemukan sosok seorang wanita yang tenggelam di sungai, lalu ditolonglah
wanita itu. Wanita itu lalu dibawa ke rumah Pak Tanjung diobatilah wanita
tersebut di rumahnya, tanpa ada rasa ragu lagi ditanyai oleh Bu Tanjung, wanita
itu bernama Harini. Lalu Harini mengaku ingin mencari Ibunya. Akhirnya
keluarga Tanjung membantunya untuk dapat menemukan ibunya. Pada waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
bertemu dengan Ibunya, ibunya sudah sekarat di rumah sakit dan akhirnya Ibunya
meninggal dunia. Permasalahan yang dihadapi seorang wanita dalam cerita Mburu
Abure Kupu Kuning tidak akan habis dimakan jaman, dan sampai sekarang ini
masih ada. Cerita bersambung tersebut terdapat permasalahan sosial yang dapat
dijadikan ajaran moral. Nilai moral kerap kali mendapat perhatian khusus,
sehingga dengan membaca karya-karya sastra itu para pembaca tidak semakin
merosot melainkan selalu dipertinggi kebudayaannya. Karya sastra, fiksi,
senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur
manusia, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur
kemanusian pada hakikatnya bersifat universal. Artinya sifat-sifat itu dimiliki dan
diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad (Nurgiyantoro, 2005: 321-322 ).
Dalam Cerbung ”Mburu Aburu Kupu Kuning” karya Suwardi
Endraswara, ada pesan moral pembaca disuruh menyimpulkan sendiri pesan
moral yang terkandung. Pesan moral merupakan pandangan tentang baik-
buruknya perilaku manusia. Dalam karya sastra biasanya terdapat perilaku tokoh
yang bermoral dan perilaku amoral. Perilaku tokoh yang bermoral dalam cerbung
ini misalnya ditunjukan tokoh Harini. Saat memperjuangkan haknya untuk dapat
bertemu Ibunya, dia tidak putus asa menjalani permasalahan yang dihadapinya,
selama ia melakukan pencarian sampai menemukan ibunya, menyelesaikan
persoalan dengan tanggung jawab. Perilaku amoral misalnya saja ditunjukkan
oleh Ir Harinto, dia tidak tahu malu, mengejar egonya sendiri untuk bisa berbuat
tidak senonoh terhadap Harini. Dia ingin memperkosa Harini, selain itu dia juga
memproduksi kaset VCD porno dalam kantornya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Setiap hati seorang wanita mempunyai hasrat untuk hidup berdampingan
di dalam masyarakat, keluarga dan ingin hidup berdampingan dengan orang yang
berbeda jenis juga dan hidup menjalin persaudaraan. Wanita tidak ada bedanya
dengan para laki-laki, karena wanita juga mempunyai daya intelektual dalam
segala hal.
Wanita mempunyai jiwa yang ulet, trampil dan lebih cekatan dari pada
laki-laki. Kondisi kehidupan wanita saat ini lebih mempunyai hasrat untuk maju,
wanita lebih ingin dianggap sama posisinya dengan para laki-laki. Dalam citra
seorang wanita itu bisa dikatakan lebih indah bila dibandingkan dengan laki-laki.
Para sastrawan yang mencitrakan wanita sebagai sosok yang penuh kelembutan,
kesetiaan, susila, rendah hati, pemaaf, dan penuh pengabdian. Dalam Wira Carita
dan Kakawin tampak jelas bahwa pencitraan wanita cenderung merujuk sebagai
sosok yang cantik dan pandai yang menjadi pujaan (Suwardi Endraswara, 2003:
144).
Uraian cerita di atas sedikit banyak menggambarkan permasalahan yang
terdapat dalam cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara
pada intinya cerbung ini ingin mengungkapkan sosok wanita dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapinya. Seorang wanita tidak lagi dipandang dari bentuk
jasmaninya saja, tetapi dinilai dari rohaninya. Keberanian seorang wanita juga
lebih penting untuk diperhitungkan di kalangan laki-laki, tentu saja untuk
membela diri di dalam masyarakat khususnya. Wanita mempunyai sikap berani itu
dapat dilihat dia dapat membela diri karena dia benar tidak berbuat salah.
Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan wanita dalam ruang publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
sering terhalangi oleh kultur masyarakatnya, sehingga wanita dunia hiburan
ataupun dalam kehidupan nyata di masyarakat, wanita mempunyai nilai komersil
yang tinggi.
Cerbung ini menarik untuk dikaji karena, (1) Dari segi pengarang
Suwardi Endraswara merupakan pengarang yang produktif, dalam usianya yang
ke 35 masih aktif dalam menulis karya sastra. Sederetan penghargaan telah
didapatnya seperti: Pernah menjuarai penulisan novel dalam Yayasan Citra
pariwara Jateng d Beliau pernah menjuarai penulisan novel dalam yayasan citra
Pariwara Jateng dan mendapat juara ke-dua, tahun 1995, Lomba karya tulis
ilmiah, tahun 1988, dan lomba karya tulis Triwida, tahun 1995. (2) Dari segi isi
cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” menampilkan sosok wanita yang sesuai
dengan semangat zaman. Wanita yang diprofilkan dalam cerbung ini adalah sosok
yang pintar, mudah bergaul berjiwa sosial, disiplin, serta bertanggung jawab.
Dilihat perilaku dan pandangan hidup dapat dijadikan pesan moral untuk
masyarakat khususnya bagi wanita. (3) Dari segi lain cerbung ini belum pernah
diteliti oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dan juga cerbung ini memuat ajaran
tentang perjuangan seorang wanita.
Cerita Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” tersebut di atas
memberikan asumsi kehidupan feminisme, dimana ditunjukan feminisme adalah
paham yang menggerakan pemahaman dan penyadaran tentang wanita, khususnya
”pengalaman hidup terluka kaum perempuan”. Sering dikatakan di kalangan
masyarakat bahwa feminisme adalah konsep kehidupan wanita modern yang
bebas, independen, permisif, keras kepala, mau menang sendiri, dan sejenisnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(Nunuk P. Murniati, 2004:236 ). Kenyatan wanita menunjukan sering kali dapat
ujian yang kuat terhadap setiap cobaan yang menimpanya meskipaun dalm
kalangan kehidupan dalm masyarakat yang ditinggalinya. Meskipaun para wanita
bisa dikatakn kalangan feminis yang bersumber konsep gender wanita bisa maju
dan kuat di hadapan laki-laki. Dalam kaitannya dengan gerakan feminisme
tersebut, terdapat dua prinsip ideologi yang berbeda dan kontradiktif, yaitu
feminisme dan maskulinitas. Feminisme adalah ideologi bercirikan kedamaian,
keselamatan, kasih dan kebersamaan sedangkan maskulinitas memiliki karakter
persaingan, dominasi, dan penindasan. Sebagai prinsip feminitas tidak mesti
hanya dimiliki oleh kaum perempuan, dan juga maskulinitas tidak hanya dimiliki
kaum laki-laki (Mansour Fakih, 2006:101).
Persoalan yang menyangkut tokoh wanita yang diungkapkan dalam
cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” merupakan sosok wanita Jawa yang
diperankan oleh Harini, meskipun dalam peanan yang dihadapi sulit untuk
diterima, akan tetapi dalam keadaan yang sekarang ini bisa dikatakan mengikuti
perkembangan jaman modern sampai sekarang ini.
Perkembangan jaman semakin bertambah hari-hari bisa dikatakan berat
atau cobaan yang diterima oleh seorang wanita. Pengalaman yang sudah ada yang
di lakukan wanita setiap harinya bisa mengubah pola-pola kehidupan yang ada
bisa menolong dirinya di kehidupannya yang akan datang dan bersumberkan
asumsi-asumsi di kalangaan masyrakat yang di perankan dalam kalangan wanita.
Patriaki merupakan bentuk kekuasaan berdasarkan dominan laki-laki. Di dunia ini
setaip kehidupan bisa di katakan berhubungan contohnya saja laki-laki pasti ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
wanita oleh karena itu setiap makhluk pasti berdampingan. Dengan menggunakan
teori kritik sastra Feminis diharapkan pemberian makna atau penangkapan makna
karya sastra dapat terungkap.
B. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah diperlukan agar suatu penelitian tidak meluas dari
apa yang seharusnya dibahas dan agar lebih terfokus. Adapun masalah perumusan
penelitian ini sebagai berikut adalah:
1. Bagaimanakah struktur dalam cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” karya
Suwardi Endraswara yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan amanat?
2. Bagaimanakah profil Tokoh-tokoh wanita dalam cerbung “Mburu Abure Kupu
Kuning” berdasarkan prespektif feminisme?
3. Bagaimanakah makna dan relevansi cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning”
dalam konteks perjuangan kesetaraan gender?
4. Bagaimanakah sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita
dalam cerbung?
C. TUJUAN PENULISAN
Suatu penelitian tentu tidak akan lepas dari tujuan yang ingin dicapai,
tujuan yang dimaksud adalah:
1. Mendeskripsikan struktur dari cerbung yang meliputi tema, penokohan, alur,
latar serta amanat yang terdapat dalam cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2. Mengungkapkan profil tokoh-tokoh wanita dalam cerbung “Mburu Abure
Kupu Kuning” berdasarkan prespektif Feminisme.
3. Mendeskripsikan makna dan relevansi cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”
dalam konteks perjuangan kesetaraan gender.
4. Mengungkap sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis
maupun secara praktis.
1. Manfaat teorites
Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya wawasan kajian dalam
teori kritik sastra feminis, yang menguak tentang perempuan dengan berbagai
permasalahan yang melingkupinya, sehingga diharapkan berguna bagi
pengembangan penelitian sastra.
2. Manfaat praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
praktis, yakni mendapat gambaran yang jelas tentang peran dan perilaku sosial
permpuan dalam masyarakat, serta bagi pembaca sastra terutama yang dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi ajaran moral dan etika
bagi kehidupan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Supaya memperoleh gambaran secara keseluruhan dari penelitian ini,
maka perlu dipaparkan sistematika penulisannya. Sistematika yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori yang membicarakan tentang pendekatan
struktural dan tinjauan kritik sastra feminis
BAB III : METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang meliputi bentuk penelitian,
sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
BAB IV : PEMBAHASAN
Tinjauan pengarang, Analisis Struktural dan Analisis
Kritik Sastra Feminis yang meliputi pendekatan struktural
dan analisis.
BAB V : PENUTUP
Penutup yang memuat tentang simpulan dari permasalahan
yang telah dibahas sebelumnya serta beberapa saran
khusus untuk peneliti lanjutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendekatan Struktural
Pada hakikatnya karya sastra dibangun atas dua aspek yaitu aspek
intrinsik struktur) dan aspek ekstrinsik. Aspek intrinsik adalah unsur pembangun
dari karya sastra, sedangkan aspek ekstrinsik adalah aspek di luar karya sastra
yang mempengaruhi isi dari karya sastra. Karya sastra sebagai struktur di
dalamnya terdapat unsur-unsur yang membangun struktur tersebut.
Pemahaman dan penilaian suatu karya sastra tidak akan dapat dilakukan
dengan baik jika unsur-unsurnya tidak diperjelas. Unsur-unsur yang membangun
karya sastra tersebut tidak dipandang secara lepas, melainkan dipandang dari
keterjalinan dan keterpaduan unsur-unsur dalam menghasilkan makna
keseluruhan, bukan dalam unsur-unsur yang terpisah.
Karya sastra adalah totalitas yang dibangun dari sejumlah unsur akan
saling berhubungan secara saling menentuk. Pada akhirnya akan menjadikan
karya sastra tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna. Sebagai totalitas
unsur-unsur pembentuk cerita terdiri atas fakta cerita, tema dan alat penceritaan.
Fakta cerita adalah tokoh, alur dan latar.
Pendekatan struktural merupakan pendekatan pendahuluan dalam
penelitian sastra. Setiap peneliti sastra analisis struktural karya sastra yang ingin
diteliti dari segi manapun juga merupakan tugas prioritas, pekerjaan pendahuluan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Struktur karya sastra mencakup bentuk dan isi, sejauh mempunyai fungsi estetis
(Wellek,1993: 159). Penelaahan struktur cerbung dalam penelitian ini
membicarakan alur, penokohan, latar, dan dari ketigaya dapat ditarik tema dan
amanatnya. Penentuan ini didasarkan pada pendapat bahwa ”kritikus yang
menganalisis novel umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, alur,
penokohan, latar” (Wellek dan Austin Warren, 1993: 283). Melalui analisis
struktural diharapkan dapat diketahui katerkaitan antar unsur intrinsik yang
meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya
sastra. Analisis struktural dalah suatu tahap awal dalam penelitian karya sastra
yang sulit dihindari, sebab baru akan dipahami secara optimal mengenai
pengertiannya bila mengetahui unsur-unsur yang membangunnya. Unsur-unsur
yang terkandung akan mengungkapkan nilai yang ada dalam karya sastra yang
merupakan jalinan erat yang bermanfaat untuk melangkah lebih dalam mendekati
karya sastra.
Setiap penelitian karya sastra dapat ditinjau dari dua segi sudut pandang,
yang pertama segi intrinsik karya sastra adalah sebuah struktur yang bulat dengan
unsur pembangunan yang saling berkaitan. Segi intrinsik adalah segi yang
membangun struktur karya sastra tersebut, sedangkan unsur-unsur itu adalah
meliputi tema, amanat, latar, penokohan, alur. Sedangkan yang ke-dua adalah segi
ekstrinsik adalah penelitian sastra dari segi atau sudut luar karya sastra.
Analisis struktural sangat membantu dalam mencari makna intrinsik
sebuah karya sastra. Maka unsur-unsur karya sastra dapat dipahami sepenuhnya
atas dasar pemahaman terhadap fungsi unsur-unsur dalam pembuatan karya sastra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Analisia struktural merupakan tahap awal dalam suatu penelitian terhadap karya
sastra.
Tahap itu sulit untuk dihindari sebab analisis struktural merupakan pintu
gerbang yang paling utama untuk mengetahui unsur-unsur yang membangunnya.
Kita akan mengetahui kedalaman suatu karya sastra dengan cara menguak
permukaannya lebih dahulu, maka dari itu penelitian cerbung ”Mburu Abure
Kupu Kuning” menggunakan tinjaun kritik sastra feminis.
1. Tema
Unsur pembangun sebuah karya sastra yang pertama adalah tema.
Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra yang
terungkap ataupun tidak. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh
cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu (Burhan
Nurgiyantoro, 1994 : 68). Dalam menemukan dan menafsirkan tema
sebuah karya sastra tertulis ada beberapa cara seperti yang ditunjukkan
berikut.
a. Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya mempertimbangkan
tiap detil cerita yang menonjol
b. Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak bersifat
bertentangan dengan tiap detil cerita.
c. Penafsiran tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik
secara langsung maupun tak langsung dalam karya sastra tertulis
yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Penafsiran tema sebuah karya sastra tertulis haruslah mendasarkan
diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang
disarankan dalam cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994:87-88).
2. Alur
Alur disebut juga dengan plot. Plot merupakan unsur fiksi yang
penting di dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Ada lima tahapan
dalam plot. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut.
(1) Tahap situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi
pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.
(2) Tahap rising action: tahap peningkatan konflik (peristiwa mulai
bergerak), konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya
semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.
(3) Tahap generating circumstentes: tahap pemunculan konflik,
masalah(-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut
terjadinya konflik dimunculkan.
(4) Tahap climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-
pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada
para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah
cerita akan dialami oleh (tokoh) utama yang berperan sebagai
pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama.
(5) Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah
mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan.
Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tambahan, jika ada, juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Tahap
ini berkesesuaian dengan tahap akhir di atas (dalam Burhan
Nurgiyantoro, 1994 : 149-150).
Alur merupakan jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk
mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan
temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat). Alur
adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama,
yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan
selesaian (Panuti Sudjiman,1984:124 )
3. Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro,
1994 : 165). Di dalam sebuah cerita, tentunya terdapat tokoh cerita.
Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang
namun ia harus merupakan tokoh yang hidup secara wajar dalam cerita
dan mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh cerita dapat dipandang
sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau sesuatu yang
sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Ada beberapa
cara yang dapat digunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa,
watak dan pribadi para tokoh tersebut, yang berisikan tentang :
a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).
b. Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan
jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pikiran pelakon atau apayang terlintas dalam pikirannya).
c. Reaction to events (melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu
terhadap
kejadian-kejadian)
d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis
watak pelakon).
e. Discussion of environtment (pengarang melukiskan keadaan sekitar
pelakon).
f. Reaction of others about/to character (pengarang melukiskan
bagaimana pandangan-pandangan pelakon lain dalam suatu cerita
terhadap pelakon utama itu).
g. Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya
dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama).
(Henry Guntur Tarigan, 1986:133-134)
4. Latar
Latar atau setting merupakan tempat terjadinya peristiwa. Latar
adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya
lakuan dalam karya sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 46). Unsur latar
dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan
sosial.
a. Latar tempat, latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b. Latar waktu, latar waktu berhubungan dengan masalah ’kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.
c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 1994: 227-233).
5. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca atau peninat sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 5). Dalam
pemikiran lain amanat dalam karya sastra adalah gagasan yang
mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang
terhadap pembaca atau pendengar. (Hasan Alwi dan Tim, 2002:35).
Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk antara lain menawarkan
model kehidupan yang diidealkannya. Burhan Nurgiyantoro
mengemukakan fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan
tingkah laku para tokoh sesuai dengan pendangannya tentang moral.
Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca
diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang
disampaikan, yang diamanatkan ( Burhan Nurgiyantoro, 1994: 321).
B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis
Kenyataan dalam dua dasa warsa terakhir wanita menjadi hal yang
menarik, yang dipicu oleh munculnya gerakan feminis di Barat yang disebut
dengan istilah kaum feminisme. Feminisme gelombang pertama berkembang pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
abad 18 dan 19, dan Feminisme gelombang kedua berkembang sekitar tahun 1960
di Eropa dan di Amerika Serikat, bukan merupakan suatu gerakan yang homogen,
tetapi terbagi kedalam tiga golongan besar yaitu feminisme radikal, feminisme
liberal, dan feminisme sosialis. Peranan wanita udah banyak perubahan karena
adanya gerakan kaum feminisme yang tidak mau dipandang sebagai makhluk
yang lemah. Sejarah kelahiran feminisme yaitu pada era pencerahan dieropa yang
dipelopori oleh Lady Mary Wortley montagu dam Marques De Condorcet.
Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan
perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara Eropa
memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.
Inti gerakan tersebut adalah penolakan terhadap semua hal yang mereka
sebut sebagai dominasi laki-laki. Yang paling extrim dari gerakan mereka adalah
pandangan mereka terhadap seks. Menurut mereka hubungan seksual yang terjadi
antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai bentuk dan perwujudan
dominasi laki-laki terhadap perempuan. Hal terpenting dari kenyataan tersebut
adalah bahwa relasi antara dua kekuatan (dalam hal ini relasi antara pria dan
wanita) adalah tidak seimbang, hal itu muncul disemua sektor tidak terkecuali
muncul dalam karya sastra.
Peran wanita telah mengalami proses yang panjang . dari keberadaan
dalam ruang domestik seperti mancak, manak, dan masak telah beralaih dengan
adanya imansipasi wanita. Pergerakan ini dipelopori oleh R. A. Kartini.
Emansipasi wanita merupakan ajakan agar wanita dapat ikut berperan dalam
pembangunan. Pergerakan kaum wanita semakin berkembang hingga sampai pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kesetaraan wanita yang menuntut adanya kesetaran dalam bidang pendidikan.
Pada waktu itu keberadaan wanita dalam bidang pendidikan hanya pada taraf baca
dan tilis. Selanjutnya seorang wanita sudah siap untuk dipinang atau dinikahi.
Gender menunjukan suatu gerakan ini menuntut adanya persamaan
disegala bidang seperti: bidang pendidikan, sosial, politik, dan juga karya sastra.
Gender dalam khasanah feminisme, menurut bordo pada umumnya diartikan
sebagai pensifatan (pembelaan) atas laki-laki dan perempuan yang
terkonstruksisecara sosio-kultur. Gender sering dilawankan dengan seks yang
lebih bersifat biologis-natural, karena gender bersifat netral-kultural. Dalam
perkembangannya, gender digunakan untuk menjelaskan laki-lakiitu maskulin dan
perempuan feminim. Gender dapat dihubungkan dengan aspirasi, kepentingan,
hak-kewajiban, peran, kekuasaan, bahkan moralitas dan rasinalisme. Sejauh
gender masih melekat pada setiap apa yang dibuat dan dihasilkan manusia, dan
jika manusia selalu berarti laki-laki dan perempuan, maka fakta jenis kelamin
akan selalu menyebarkan kontruksi gender kesemua kehidupan ( Dalam hidayat,
2004:27).
Peneliti sastra feminis masih sering”berkelamin tunggal”, bisa terkurangi
sedikit demi sedikit. Maksudnya, sering peneliti tertentu masih memandang
perempuan dari wacana laki-laki. Jarang di antara peneliti gender yang mampu
melihat perempuan dengan ”kacamata”perempuan. Akibatnya sering terjadi
penelitian feminisme yang bias gender. Peneliti pun kadang-kadang masih
bersikap”pilih kasih” terhadap karya sastra tertentu, sehingga hasilnya
mengcewakan semua pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Jika ada penelitian kritis terhadap feminisme, ternyata lebih banyak
memberikan sorotan yang memuja muja. Hal ini, memungkinkan untuk
mengambil hati sastrawan perempuan , agar mereka tidak putus asa dalam
berkarya. Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berperspertif feminis adalah
upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam
karya sastra. Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral
pembahasan penelitian sastra, peneliti akan memperhatikan dominasi laka-laki
atau gerakan perempuan.
Kajian yang berkaitan dengan wanita diperlukan semacam tori untuk
menggalinya disamping teori-teori yang lain. Dalam dunia sastra muncul teori
kritik sastra femenis. Kritik sastra feminis merupakan jenis pendekatan dari teori
kritik sastra akademik yang berkembang di Indonesia kurang lebih pada kurun
waktu 1950-1988. Perkembangannya berawal dari pandangan kaum wanita yang
lebih dikenal dengan feminis yaitu gerakan wanita yang menuntut adanya
persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Hal ini membuat dampak disegala
hal termasuk dalam karya sastra.
Beberapa sasaran tersebut akan tercapai dengan sukses apabila peneliti
feminisme sastra memanfaatkan kajian kualitatif. Data-data yang diambil berupa
data deskriptif kualitatif. Misalkan tentang deskriptif status dan peran perempuan
dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Data-data ini harus
dibahas secara proporsional, artinya tak dari sudut pandang laki-laki melihat
perempuan, melainkan menggunakan sudut pandang perempuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sasaran penting dalam analisis feminisme sastra sedapat mungkin
berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengungkapkan karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar
jelas citra wanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya
patriarkal harus terungkap secara jelas dalam analisis.
2. Mengungkapkan berbagai tekanan pada tokoh wanita dalam karya yang
ditulis oleh pengarang pria.
3. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, begaimana mereka
memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata.
4. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatik
kaum feminis. Apakah penulis wanita memiliki kekhasan dalam gaya atau
ekspresi atau tidak.
5. Mengungkapkan aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik
tokoh maupun pengarang lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional,
penuh kasih dan sebagainya (Suwardi Endraswara, 2004: 145-147).
Tujuan feminis adalah keseimbangan, interaksi gender. Dalam pengertian
yang paling luas. Feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala
sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh
kebudayaan dominan,baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan
sosial pada umumnya (Nyoman Khuta Ratna, 2004: 184).
Konsep itulah yang mendasari kritik sastra feminis. Namun konsep-
konsep tersebut haruslah dijadikan patokan untuk menganalisis perempuan dalam
karya sastra. Mengingat sifat dan hakikat karya sastra sebagai masyarakat, realitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
masyarakat, bersifat estetika, dan sistem komunikasi, tentu saja diperlukan sebuah
alat untuk membedakannya. Kritik sastra feminis merupakan alat yang tepat untuk
membedah dan merebut makna karya satra dan memberikan penilaian terhadap
karya sastra feminis.
Perbedaan di dalam feminis perlu di sikapi oleh sebagian orang yang
mempunyai pandangan terhadap wanita, dilihat dalam kenyataan ini banyak sekali
kekerasan yang ditujukan oleh kaum laki-laki. Apabila sikap wanita ini tidak
dilakukan atau tidak ada tampilannya untuk menghadang kekerasan yang
dilakukan oleh para laki-laki wanita haruslah proaktif dalm mengambil sikap
contohnya saja dalam kekeluarga, lingkungan sekitar dan dalam masyarakat pada
umumnya, sehingga dapat mengambil nilai-nilai yang ada didalam masyarakat.
Wanita dapat membedakan antara sikap yang ditujukan kepada kaum pria
terhadap, agar supaya yang ditujukan oleh pria haruslah berhati-hati tidak terburu-
buru mengambil sikap atau pendapat kalau para pria menjadikan sesuatu. Wanita
memiliki wewenang juga terhadap para pria, wanita juga bisa mengatur para pria,
ini menunjukan bahwa seorang wanita tidaklah dengan pria. Wanita butuh
ketrampilan dan keterampilan dan ketelitian dalam menanggapi masalah yang
diterimanya. Sikap dan dorongan kenyakinan dalam hati wanita lebih utama atau
lebih penting dari pada omongan orang lain. Mungkin wanita tidak yakin dengan
kata hati nurani, tapi wanita mencobalah untuk yakin seyakinnya bahwa hatinya
lebih dipercaya dari pada orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sebuah penelitian diperlukan adanya metode yang dapat memahami
objek yang menjadi sasaran yang akan diteliti, adapun metode atau cara yang
dipergunakan banyak meskipun cara-cara yang dilakukan mendapati kesulitan
dalam mengumpulkan data yang ingin dicari meskipun cara yang dilakukan
banyak hambatan dalam menentukan objeknya. peneliti dapat menyusun dengan
baik dalam kinerja yang akan dilakukan untuk mempergunakan datang langsung
ke objek maupun membaca buku-buku ataupun dalam karangan ilmiah skripsi itu
bisa juga bisa dilakukan.
Metode pada dasarnya suatu cara untuk mendekati objek penelitian.
Dalam metode ani akan dibicarakan tentang bentuk penelitian, sumber data dan
data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
A. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan bentuk penelitian
deskriptif kualitatif ini akan diperoleh berbagai informasi kualitatif, penelitian
kualitatif menekankan pada makna, lebih menfokuskan pada data kualitas dengan
analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian deskriptif kualitatif yaitu data
yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka.hal ini
disebabkan adanya penerapan kualitatif. Selain itu, semua semua yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dikumpulkan bermungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran penyajian laporan tersebut ( Moleong, 2001:6).
B. Sumber Data dan Data
1. Sumber Data Penelitian
Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer adalah data utama, dalam penelitian ini
sumber data primernya berupa cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya
Swardi Endraswara yang dimuat dalam majalah Penyebar Semangat, yang
terdiri dari 17 episode, yang terbit pada tahun 2002-2003. Adapun sumber data
sekundernya adalah data pelengkap yang digunakan untuk memperjelas
sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dari
informan yaitu pengarang Suwardi Endraswara serta menggunakan data
relevansi yaitu data relevan yang berupa buku-buku Gender agar bisa
mengungkap cerita yang ada di cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”
2. Data penelitian
Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekuder. Data primer
yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan,
alur, dan setting juga aspek sosial dalam masyarakat. Data sekunder adalah
data-data yang diperolah dari buku-buku perpustakaan yang dapat memberikan
informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini yang
termasuk buku-buku referensi tambahan, skripsi, majalah dan artikel-artikel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dari majalah-majalah serta sumber lainnya yang dapat mendukung dalam
penelitian ini. Biografi pengarang agar kesemuanya bisa lengkap untuk
memperjelas data utama.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data yakni:
1. Teknik Analisis Stuktur
Teknik analisis struktur yaitu dengan menjabarkan unsur-unsur struktur
yang terdapat dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Swardi
EndraSwara berupa tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat.
Keseluruhan unsur ini mempunyai kesatuan yang utuh dan saling kait mengkait
antara satu dengan yang lain. Dengan teknik analisis tersebut akan di dapatkan
data kategoris berupa data tentang tema, plot, latar atau setting penokohan dan
amanat
2. Teknik Wawancara
Wanwancara adalah suatu proses dari percakapan atau suatu cara yang
digunakan untuk tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara
lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, beradapan muka dengan
orang tersebut. Bercapan itu dilakukan oileh dua pihak yaitu pewawancara
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas
pertanyaan (Lexy. J. Maleong 2001 : 186)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan pengarang yang bernama
Swardi EndraSwara dengan tujuan untuk memperoleh daftar riwayat hidup
pengarang dan latar belakang penciptaan cerbung Mburu Abune Kupu Kuning
3. Teknik Kepustakaan
Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik kepustakaan
atau sumber pustaka yaitu berupa esei dan berupa buku-buku referensi yang
relevan dengan topik penelitian
D.Teknik Analisis Data
Teknik menganalisis data ini menggunakan teknik pembahasan
interprestasi, dengan analisis awalnya struktural, kemudian dilanjutkan dengan
analisis kritik sastra feminis untuk menuntaskan pembahasan, dari pembahasan
itulah kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.
Dalam menganalisis penelitian data ini, untuk bisa mendukung
penelitian, digunakan teknik analisis interktif, yaitu interaksi tiga komponen
utama yang dijelaskan sebagai berikut:setelah data yang berupa kata-kata,data
yang dikumpulkan dengan teknik content analisis, maka langkkah selanjutnya
adalah dilakukan proses seleksi data, proses seleksi data ini dengan reduksi data.
Dalam reduksi data ini peneliti melakukan proses seleksi data dengan
mengklasifikasi data yang diarahkan sesuai dengan tema dan masalah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan model interaktif ini
dapat dilihat bagan di bawah ini:
(Millis dan Huberman, dalam H.B. Sutopo, 2002: 96)
PENGUMPULAN DATA
REDUKSI DATA
SAJIAN DATA
PENARIKAN KESIMPULAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pengarang
1. Riwayat Hidup Pengarang
Karya sastra lahir tentu saja tidak dapat lepas begitu saja dari keberadaan
pengarang, penikmat dan pembaca. Tiga komponen yaitu karya sastra,
pengarang dan masyarakat tidak dapat lepas dan saling terkait satu dengan yang
lain. Sorotan yang utama adalah pengarang. Karya sastra tidak ada pengarang
tidak akan lahir. Pengarang mempunyai kepribadian dan kehidupan sendiri.
Biografi mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan
moral, mental dan intelektualnya,yang tentu menarik. Pemunculan suatu karya
sastra dipengaruhi oleh faktor-faktoryang ada disekitar pengarang, pengalaman
pengarang tentu menjadi kekayaan bagi terciptanya karya sastra.
Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”.merupakan buah karya Suwardi
Endra swara. Ia dilahirkan di dusun prangkokan, Purwasari, Girimulya, Kulon
Progo, tanggal 3 April 1964. ayahnya bernama Sumarji dan ibunya bernama
Suminah.kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani.
Pendidikan formal Suwardi Endraswara dilalui dengan cepat. Pada tahun
1978 lulus di SD Negeri Tegalsari. Kulon progo, Yogyakarta. Setamat dari SD,
kemudian melanjutkan ke SLTP BOPKRI Kebonarjo, Samigaluh, Kulonprogo
lulus pada tahun 1981. Lalu melanjutkan di SPG BOPKRI jalan Jenderal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Sudirman 57 Yogyakarta lulus tahun 1984. setamat dari SPG kemudian
melanjutkan ke IKIP karangmalang, Yogyakarta, jurusan bahasa dan sastra
jawa dan sekarang ini menjadi FBS UNY lulus tahun 1988. setamat dari IKIP
kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu S2 jurusan
antropologi di UGM lulus tahun 1995. Dan kini sedang mempersiapkan S3 di
UGM.
Kehidupan ia mempunyai beberapa prestasi yang dapat dibanggakan.
Prestasi yang pernah ia capai adalah juara pertama dalam lomba Karya Tulis
Ilmiah tingkat nasional pada tahun 1988. Ia juga pernah masuk dalam nominasi
hadiah sastra yang dilakukan oleh Penyebar Semangat. Cerpennya pula pernah
menyabet juara dua sastra Triwida pada tahun 1995 giliran novelnya yang
menyabet juara dua juga dalam lomba penulisan novel Jawa yang disengarakan
oleh Dewan Kesenian Jawa Tengah yang bekerja sama dengan Yayasan Citra
Pariwara Budaya. Dalam dunia yang dia geluti sekarang ini, yaitu dunia
pendidikan ia memperoleh penghargaaan sebagaiDosen Teladan ditingkat
fakultas pada institusi tempat ia bekerja yaitu di IKIP Yogyakarta yang
sekarang berganti nama FBS UNY, prestasi ini ia raih pada tahun 1998.
2. Latar Belakang Sosial Budaya
Suwardi Endraswara pada tanggal 10 Juni 1991 di Bantul mengakkiri
masa lajangnya ia menikah dengan sesama alumni IKIP Karangmalang
Yogyakarta, yang bernama Sartini, Sartini merupakan putri dari Harjo Lamoksa
dan Siti Khatijah. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak dua laki-laki dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
perempuan.anak pertama bernama Helmi Pramasinta yang kedua Lutfi Laksita
Pranandari,yang ketiga bernama Fakih Zaky Anindita, yang keempat bernama
Hafis Avivah Nawang Sari. Dan sekarang Suwardi Endraswara bertempat
tinggal di Ngrukem, Rt 18, Krandohan, Pendowoharjo, Sewon Bantul. Suwardi
Endraswara juga aktif di masyarakat. Kedudukannya di masyarakat sangat
diperlukan dan cukup dikenal dimasyarakat. Suwardi Endraswara juga
pengurus masjid Al Maksum, di kampungnya, Tajeman dan juga menjabat
sekretaris.
Pekerjaan Suwardi Endraswara tahun 1989 sampai 1991 dia pernah
mengajar di SPG 17 III Bantul selama tiga tahun. Pada tahun yang sama dia
paernah menjabat sebagai redaktur majalah Mekar Sari selama dua tahun. Juga
pernah menjabat sebagai ketua penyunting majalah Pagagan. Kini sebagai
sekretaris HISKI Komda DIY dan koordinator Pembinaan Sanggar Sastra Jawa
Yogyakarta, redaksi pelaksana majalah bahasa Jawa Sempulur. Profesi lainnya
sebagai pranatacara manten gaya”nyasta”dan pengarang cerkak,cerbung,
geguritan, novel, dongeng, dan esai berbahasa Indonesia dan Jawa. Sampai
sekarang ini masih menjadi dosen di FPBS IKIP Karangmalang Yogyakarta
sekarang dikenal sebagai FBS di UNY.
3. Proses Kreatif Suwardi Endraswara
Kreatifitasan Suwardi Endraswara dalam menciptakan suatu karya sastra,
terlebih dulu menulis konsep secara garis besarnya dari awal hingga akhir
cerita. Beliau tidak secara langsung menulis apa yang ada dalam pikirannya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dalam memandang sebuah kejadian dari suatu tema yang diangkatnya. Konsep
yang dibuat tersebut sangat membantu dalam menuangkan ide-idenya hingga
menghasilkan suatu karya sastra. Masalah-masalah rumah tangga, kriminal,
cinta, dan bagaimana beratnya seseoarang memangku jabatan, merupakan
masalah yang di pilihnya untuk ditampilkan dalam karya-karyanya.
Menurutnya sekarang ini sesuai dengan kematangan jiwanya, Suwardi
Endraswara lebih mengarahkan karyanya pada absurd (Karya yang
memerlukan pemahaman lebih dalam). Dengan dibumbui budaya Jawa. Dan
lebih penting lagi, beliau menciptakan karya sastra diarahkan menuju
pembaharuan. Ide yang mendasari proses kreatifnya diambil dari realita sosial
yang ada dan yang terjadi pada kehidupan masyarakat sekitarnya. Berangkat
dari ide dasar tersebut, kemudian dikembangkan dan diolah sedemikian rupa
hingga tercipta hasil karya sastra.
Hambatan yang dirasakan Suwardi Endraswara dalam menciptakan karya
sastra yaitu masalah waktu. Hambatan tersebut sangat dirasakan sekali, karena
kesibukan jabatan yang diembannya. Hambatan yang lain yaitu masalah
keluarga.
Karya-karya Suwardi Endraswara memiliki ciri khusus yang dapat dilihat
dengan jelas. Ciri tersebut ada pada akhir cerita, beliau tidak langsung
memberikan suatu penyelesaian akhir. Menurutnya dirinya tidak berkuasa
untuk menghakimi terhadap problem sosial yang ada yang
diangkatnya,pembaca sendirilah yang harus memberikan penilaian atas
problem-problem tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4. Hasil karya- karyanya Suwardi Endraswara yang pernah dihasilkan
Hasil karya Suwardi Endraswara tidak hanya dimuat dalam satu majalah
saja, tetapi terdapat diberbagai majalah. Berikut di antaranya karya- karya yang
dimuat dimajalah: Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Mekar sari, Jaya Baya,
Praba, dan Pagagan.
a. Jenis puisi
1) Jenis puisi yang dimuat di Djaka Lodang
a. ”Rasa Sejatining Rasa” ( Rasa dari rasa yang sesungguhnya,1991)
b. ”Baladha Jaka Lodang” (Cerita Jaka Lodang, 1992)
c. ”Nasibe Kasim Kesimpar” (Nasibnya Kasim Kesimpar, 1992)
d. ”Sanepane jagat” (Sempitnya Dunia, 1992)
e. ”Epos Manoreh” (Cerita Manoreh, 1994)
f. ”Baladha Seh Jambu Karang Rara Kamani” ( Cerita Seh Jambu
Karang Rara Kamani 1994)
2) Dimuat pada Penyebar Semangat
a. ”The Tragedy Of Siti Rohana” (Tragedi Siti Rohana, 1992)
b. ”Pujangga Tiban” (Pujangga yang muncul tiba-tiba, 1993)
c. ”Teka-teki 4 : 4 = ?” (1994)
d. ”Syndrom; Apa Ana” (Sindrom, Apa ada, 1994)
e. ”Cengkir Gading ; Sisane Bajing” (Cengkir Gading sisanya Bajing
1994)
f. ”Sapi Ompong” (Sapi tidak punya gigi, 1994)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
g. ”Dilema ; Banyumu” (Masalah, Airmu1994)
3) Dimuat pada Jaya Baya
a. ”Slendang Biru” (Kain biru, 1992)
b. ”Geni ; Aku Kaya Ngene” (Api, Aku Seperti Ini, 1993)
c. ”Mburu Kebo Ucul” (Mengejar kerbau lepas, 1993)
d. ”Signal-signal Ketriwal” (Tanda-tanda was-was, 1993)
e. ”Pengarang Wiring Kuning” (Pengarang Wiring Kuning, 1993)
f. ”Sketsa ; endhog Sapetarangan”(Gambaran, Telur Disarang, 1993)
g. ”Dalan ; Abang - kuning – Ireng –Putih” (Jalan; Merah, Kuning,
Hitam, Putih, 1994)
4) Dimuat pada Pagagan
”The Baladha Of Prawan Liwung” (Cerita Perawan yang lupa, 1993)
b. Jenis cerita pendek
1) Dimuat pada Djaka Lodang
a. ”Kaca-Kaca bening” (Kaca-Kaca Bersih, 1992)
b. ”Mripat” (Mata, 1992)
c. ”Jangka” (Jangka1993)
d. ”Jaran Kebrukan Empyak” (Kuda Kejatuhan Atap, 1993)
e. ”Rok Iku” (Rok Itu, 1994)
f. ”Ngulu Salak Sepet” (Menelan Salak Pahit, 1994
2) Dimuat pada Mekar Sari
a. ”Ambyare Plunthen – Plunthen Tembur”(Hancurnya Pasukan-pasukan
Tempur, 1992)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. ”Mlebu Kandang Macan” (Masuk Di Sarang Macan, 1992)
c. ”Kucing Endhase Ireng” (Kucing Berkepala Hitam, 1993)
d. ”Ing Selane Tebu Ngrembang” (Dalam Waktu Luang Tebu Masa
Panen, 1993)
3) Dimuat pada Penyebar Semangat
a. ”Juru Paes”(Juru Rias, 1992)
b. ”Kursi”(Kursi, 1993)
c. ”Sepet – Sepet Sawo Mentah” (Pahit-pahit Sawo Mentah, 1993)
d. ”Bayi Soko Planet” (Bayi Dari Planet, 1994)
4) Dimuat pada Jaya Baya
a. ”Siung Macan Kumbang” (Taring Macan Kumbang, 1992)
b. ”Manuk – Manuk Mabur” (Burung-Burung Terbang, 1994)
5) Dimuat pada Pagagan
a. ”Lutung Kasarung” (Lutung Kasarung, 1991)
b. ”Jelarit – Jelarit Ireng” (Coret-coret Hitam, 1994)
c. Jenis Cerita Bersambung
1) Dimuat pada Joko Lodang
”Kembang Paes” (Bunga Hias, 1991)
2) Dimuat pada Penyerbar Semangat
a. ”Layung – Layung Jinggo” ( Surat-surat Jinggo 1995)
b. ”Togog Dadi Ratu” (Togog Menjadi Ratu, 1996)
c. ”Menara Kristal ”(Menara Kristal, 1996)
d. ”Suket Teki” (Rumput Teki, 1999)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
e. ”Mburu Abure Kupu Kuning”(Mengejar Kupu kuning Terbang, 2003)
3) Dimuat pada Mekar Sari
”Kaca – Kaca Pengilon” (Kaca-kaca untuk mengaca,1991)
4) Dimuat pada Jaya Baya
”Gelang Kuning Cakar Macan” (Gelang Kuning Cakar Macan,1993)
d. Jenis Buku Antologi yang Dihasilkan
1) Buku Antologi Bidang Sastra
a. ”Mutiara Sagegem Antologi Cerita Pendek”(Mutiara satu gegam, 1997
Narasi, Yogyakarta).
b. ”Niskala Antologi Cerita Pendek Eksperimen”(1997Niskala Antologi,
Narasi. Yogyakarta).
c. ”Kembang Ing Mangsa Ketiga ; Antologi Bidang Esay Sastra”
(Kembang di Musim Ketiga, Mutiara satu gegam, 1997 Yayasan
pustaka Nusantara Yogyakarta).
d. ”Tristal Emas Antologi Geguritan”(2003, Tristal Emas, Widiatama,
widia sastra, Yogyakarta)
e. ”Jangka Antologi Cerita Pendek”(1998,Yayasan Pustaka Nusantara,
Yogyakarta).
f. ”Sega Rames ; Kumpulan Dongeng”(1997, Nasi Rames, Narasi,
Yogyakarta)
g. ”Kaca – Kaca Bening Antologi Cerita Pendek”( 1998, Kaca-kaca
bening, Narasi, Yogyakarta)
2) Jenis Buku dan Terbitannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. ”Mutiara Wicara Jawa”(2003, Yoyakarta,UGM Pers).
b. ”Seksologi Jawa” (2004, Jakarta, Jakarta Pers).
c. ”Metode Pengajaran Apresiasi Sastra” (2004, Yogyakarta, Radita
Buana).
d. ”Metodelogi Penelitian Sastra”(2006, Yogyakarta, Pustaka Wijaya
Tama).
e. ”Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa” (2004, Yogyakarta, Hanindita).
f. ”Mistik Kejawen” (2007, Yogyakarta, Media Pressindo)
g. ”Metodelogi Penelitian Kebudayaan” (2007, Yogyakarta, UGM Press)
Karya–karya di atas, di antara hasil pengarangan Suwardi Endraswara
yang telah diterbitkan. Sebagai seorang pengarang beliau juga merasakan suka
dan duka. Merasa suka bila karyanya diterbitkan, mendapatkan sambutan dan
perhatihan dari pembaca, walaupun sambutan itu berupa suatu kritik. Beliau
merasa duka apabila karyanya yang telah lama dikirimkan ke meja redaksi, selang
waktum kemudian baru diterbitkan.
Rasa sedih itu karena karyanya sudah tidak sesuai dengan gaya yang di
inginkannya. Karena itu sesuai dengan keadaannya pengarang sendiri. Dalam
keadaan atau kondisi yang memungkinkan untuk menulis karya sastra ataupun
keadaan lagi mood pengrang dapat bisa menghasilkan karya sastra yang baik dan
bisa di terima di masyarakat khususnya pembaca yang menikmati hasil karya dari
sebuah ide yang cemerlang dari seorang pengarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Analisis Stuktural
Dalam analisis stuktural ini, masing-masing unsur pembentuk dari
cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswaraakan dibahas
satu per satu yang meliputi tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, amanat dan
keterkaitan antar unsur. Analisis stuktural ini merupakan lanhkah awal dalam
memahami makna sebuah karya sastra.
1. Tema
Karya sastra diciptakan pengarang bukan semata-mata bercerita dengan
kata yang indah saja tanpa dasar yang kuat, melainkan berangkat dari suatu
yang dimengerti, ada sesuatu yang dibungkusnya dengan cerita, ada suatu
konsep sentral yang dikembangkan dalam cerita itu, ada sebuah tema yang
membuatnya lebih penting dari sekedar bacaan hiburan.
Tema tidak dapat disimpulkan hanya berdasarkan pada bagian- bagian
tertentu cerita, walau sulit ditentuka secara pasti, tema bukanlah makna yang
disembunyikan. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fisik tidak secara
sengaja disembunyikan. Karena justru hal tersebut yang ditawarkan kepada
pembaca. (Adib Sofia Sugihastuti 2003: 13)
Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan,
ide, pikiran utama atau intisari yang mendasari sebuah karya sastra. Pada
hakekatnya tema merupakan suatu hal yang sangat mendasar dari sebauah
cerita. Tema tersebut mempunyai arti dan tujuan bagi masyarakat melalui
peristiwa yang dirangkainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara
bertemakan tentang seorang anak yang mencari ibunya tapi terbentur ayahnya
karena jelas diceritakan bahwa konflik yang terjadi hanya berkisar pada
kehidupan rumah tangga Ir. Harito dan Sumini. Dimana diceritakan bahwa anak
kandung Sumini yang bernama Harini sedang mencarinya. Lalu Harini
berupaya mencari sumini lewat Pak Tanjung dan Bu Tanjung. Dari mulanya
Pak Tanjung menemukan Harini di sungai karena tenggelam dan ditolonganya.
Lalu Harini bertanya kepada Pak Tanjung untuk bisa menemukan ibunya.
Seperti pada kutipan berikut di bawah ini:
”Endi ibu, endi ibu. Ibuku sing aaaayuuu dhewe. Yen ora dituduhake,
awas!”kambi nyuara ngono, cah wadon kuwi genti ngabruk ing pangkuane
buTanjung , mesthi wae marahi mak jenggirat. Bu Tanjung ora bisa kumecap
(Seri 2 hal 26)
Terjemahan :
”Dimana Ibu , dimana ibu. Ibuku yang paling cantik. Kalau tidak dikasih
tau, awas!”setelah berbicara seperti itu, wanita itu jatuh di pangkuan Bu
Tanjung, karena itu menyebabkan kageg. Bu Tanjung tidak bisa
berdicara.(Seri 2 hal 26).
Sosok wanita yang bernama Harini ini mempunyai sikap feminim dapat
dilihat fisik atau cara berpakaian sangatlah wanita, dia berpakaian layaknya
seorang wanita pada umumnya yang memakai celana pendek ataupun istilahnya
rok, dan tubuhnya sangatlah halus dan menggiurkan karena dapat dilihat bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
umurnya yang sangat muda yang berkisar antara umur belasan tahun. Dilihat
dari kutipan.
”Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim sisan, Tanjung
saya mbilingi. Kala menjinge ngangsed, munggah midhun, bareng karo sikile
bocah wadon kasebut ngonthel pit mini”( Seri 3 hal 19).
Terjemahan:
”Karena wanita cantik itu, memakai rok ketat dan pendek sekali, Tanjung
semakin melihatinya, kala menjengnya naik turun, bersamaan dengan kakinya
anak perempuan itu yang sedang memakai sepeda mimi”( Seri 3 hal 19).
Harini yang sedang sakit diajak pak Tanjung ke rumah kidukun, disitu
Harini di beri obat karena sebelumnya Harini ini dirasa kurang waras atau gila
karena menyebut-nyebut dimana ibu terus sampai berulang-ulang, kerap kali
ditanyai identitasnya atau siapa dirinya dia kerap kali menjawab dimana ibuku,
dan akhirnya kidhukun bertanya baik-baik dan Harini menjawab, dan dia ingin
pergi ke alamat LSM Multiguna Persada.
Kutipan:
”terna menyang ngendi ndhuk...?” ”menyang kantor....? ”kantor apa...? ”LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna kana cepet. ”LSM Multiguna Persada apa?” ”Papane ana eng engdi ndhuk?” ”Jl... Anoman nomer 11”.
Terjemahan:
”Diantarkan kemana dik...?” ”ke kantor.....?” ”kantor apa...” ”LSM Multiguna Persada. LSM Multiguna Persada kesana cepat. ”LSM Multiguna persada apa?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
”tempatnya ada dimana, dik?” ”Jl.... Anoman nomer 11”.
Setelah diantarkan ketujuan tersebut Harini disuruh masuk kedalam
katornya. Pada saat di dalam kantornya Ir Harinto yang bernama kantor LSM
Multi guna persada, Harini juga menagih janji keberadaan ibunya. Dimana,
Harini menagih janji dengan cara memaksa karena Ir Harinto mengulur waktu
biar Harini lupa menagih janjinya:seperti pada kutipan di bawah ini ;
”iki sing dikwatirke, mulane, yen bisa, tembunge ra di enggok-enggokke.
”Ora sah golek alesan, endi janjimu.”eee.......mengko dhisik”Bocah wadon
iku ngoyok, tur tanpa basa pisan.Njangkar..(Seri 8 hal 19).
Terjemahan:
”ini yang dikwatirkan, awalnya perkataan jangan dibelok-belokan.”jangan
mencari alesan, mana janjimu.”eee........nanti dulu”anak wanita ini ngotot ,
tanpa bahasa yang halus.Kasar..(Seri 8 hal 19).
Pada akhir cerita Harini bertemu pada ibunya di rumah sakit, dalam
cerita menunjukan bahwa dirumah sakit ada beberapa orang yang menemui
Sumini dan setelah itu diberitahu oleh kartolo bahwa ada seorang yabg dicari-
cari selama ini. Dirumah sakit Harini dan Sumini untuk pertama kali bertemu
dan akhirnya setelah bertumu dengan anaknya Sumini meninggal dunia karena
sakit yang dideritanya. Disamping itu Harini kecewa tetapi juga lega karena
bisa tau siapa orang tuanya selama ini. Seperti pada kutipan :
”Bengok Harini, histeris. Kabeh kaca-kaca. Genti Bu Tanjung uga langsung
ngabruk Sumini sing ora kena ditulung kuwi. Njur lamat-lamat saka lambene
kartolo ”innalillahi wa ina ilaihi rojiun”.(Seri 17 hal 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Terjemahan :
”Teriyakan Harini, semua berkaca-kaca, gantian Bu Tanjung yang langsung
memeluk Sumini yang tidak bisa ditolong lagi. Terus berkata bisik-bisik dari
mulut Kartolo”Innalillahi wa ina ilaihi rojiun”(seri 17 hal 21)
2. Plot/Alur
Di dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Suwardi
Endraswara mempunyai Alur maju dan tertutup dalam plot/Alur dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Situation (melukiskan suatu keadaan)
Pengarang mengawali dengan mula-mula pembaca diajak untuk masuk
kedalam situasi dengan diawali pada Pak Tanjung yang menerima syarat dari ki
dukun supaya mencari lele yag besarnya seperti ikan yang besar di sungai
serengenge. Seperti pada kutipan :
”Kuwi sarat-sarat sing ora dilakoni muspra. Yen ana apa-apa mangga!”ki
dhukun genahake mantep. Sarat kok nalar...(seri 1 hal 19)
Terjemahan :
Itu syarat-syarat yang tidak dilakoni percaya. Kalau ada apa-apa terserah!”ki
dukun membenarkan yang betul. Sarat tidak masuk akal...(Seri 1 hal 19)
Pada saat itulah pak Tanjung ingin mendapatkan keturunan dari sumini
karena berapa tahun sudah menikah belim bisa mendapatkan seorang anak.dan
pada itulah pah Tanjung menemui kidukun mencari syarat untuk bisa
mendapatkan jalan supaya anaknya bisa mendapatkan keturunan. Dengan syarat
ki dukun pak Tanjung mencari ikan lele di sungai dan akhirnya dapat tetapi Pak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tanjung mendapatkan lele yang tidak seperti disyaratkan ki dukun tersebut. Dan
lelenya dibawa pulang lalu disuruh dimasak dan diserahkan ke Sumini agar dapat
momongan. Seperti pada kutipan di bawah ini:
”Iwake enggal digawa menyang kutha, neng nggone Sumini, kareben anake
dhewe enggal duwe momongan. Awake dang bisa ngudang putu. Rak
ngono.(Seri 1 hal 19)
Terjemahan:
”Ikannya supaya dibawa ke kota, di tempat Sumini, supaya anak kita
mendapatkan momongan. Kita supaya dapat menimang cucu. Ya tidak. (Seri
1 hal 19)
b. Generating circumstances (Peristiwa mulai bergerak )
Peristiwa ini mulai bergerak setelah Pak Tanjung pergi mencari ikan , lalu
paginya ikan itu dikembalikan dan menemukan seorang wanita muda yang ingin
diantarkan ke kantor LSM multiguna persada tidak lain kantor itu milik
menantunya pak Tanjung.
Seperti pada kutipan di bawah ini:
”Terno menyang ngendi dhuk?”menyang kantor, kantor apa”LSM Multi guna
Persada, ”Papane neng ngendi dhuk?”jalan Anoman Nomer 11”(Seri 5 hal
20)
Terjemahan :
”Diantarkan kemana nak?”menuju kantor, kantor apa” LSM Multiguna
Persada, ”tempatnya dimana nak?”jalan Anoman nomer 11”(Seri 5 hal 20)
c. Rising action (Keadaan mulai memuncak)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Keadaan mulai memuncak setelah Ir Harinto mengetahui bahwa Sumini
pernah mempunyai anak dan menitipkan kepada Kartolo. Dan saat itu Ir Harinto
kaget seperti tidak percaya tentang berita tersebut. Seperti yang ada pada kutipan:
”Tembunge Harinto rada kasar. Semune rada kecentok rasane. Njur
kewuwuhan ngoso sethithik. Neng pemuda iku tenang wae.”Garwa
panjenengan rawuh dateng griya kula, kejawi silaturahmi ugi nitip bayi” (seri
14 hal 20).
Terjemahan :
”Bicaranya Harinto seperti kasar. Suaranya semakin tidak enak dirasakan.
Seterusnya istirahat sebentar. Terus pemuda itu tenang aja .”istri kamu datang
kerumah saya . untuk silaturahmi terus menitipkan bayi”(Seri 14 hal 20).
Setelah mendapati berita tersebut Ir Harinto pulang kerumah karena ingin
mengetahui apa bener yang dikatakan kartolo itu, akan lelaki tersebut, setelah
sampai dirumah, Ir Harinto mendapatkan berita dari bapak mertuanyabahwa
Sumini ketabrak dan dirawat dirumah sakit. Seperti pada kutipan di bawah ini:
”mangga pak...bapak saking dalem?.”saka rumah sakit” ”sinten sing gerah”
”lho, mau bengi ora kondur ta?kok dibel saka rumah sakit kosong ngomah
kene, Sumi rak neng kana, PKU Muhammadiyah, kamar E ruang 4” (Seri 15
hal 20).
Terjemahan :
”Mangga Pak. . .Bapak dari dalam? . ”dari Rumah Sakit ” ” Siapa yang sakit
dari malam belum pulang ta? Kenapa di telpon dari Rumah Sakit rumah sini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kosong, Sumi disana, PKU Muhammmadiyah Kamar E ruang 4” (Seri 15 hal
20).
Setelah mendapati berita tersebut Ir. Harinto pergi ke Rumah Sakit tetapi
dia mampir dulu ke Kantor, akan tetapi Kantornya di Segel Polisi karena
Kantornya bermasalah karena melanggar peraturan. Seperti pada Kutipan :
”Tekan ngarep Kantor Ir. Harinto kaget, njengek. Njur mbenerake batine
dewe. Layak yen esuk mau ngontak Satpam ora sambung. Dadakan mobile di
rem ngeget, kaya ora ana sing akon” (Seri 16 Hal 19).
Terjemahan :
”Tiba di depan kantor Ir. Harinto terkejut. Lalu membenarkan hatinya sendiri
dari tadi pagi telpon Satpam tidak tersambung. Tiba – tiba mobilnya di rem
mendadak, seperti tidak ada yang menyuruh” (Seri 16 Hal 19).
d. Climax (peristiwa – peristiwa mencapai puncaknya)
Peristiwa ini mulai memuncak ketika Ir. Harinto berkejar – kejaran dengan
polisi karena polisi ingin menangkapnya, karena tidak mau tertangkap Ir. Harinto
lari ke Rumah Sakit dimana isterinya Sumini diarawat disitu seperti pada Kutipan:
”Mung wae, Ir. Harinto ora ngrewes marang tembakan kowe. Terus wae
mancal gas, ninggal Kantore dewe kuwi. Ora melu Polisi sing mesti wae bakal
ngoyak deweke. Mobil terus diblandangake, mbiyaki kendaraan liya. Mesti
wae kudu ngebel bola – bali” (Seri 16 Hal 20).
Terjemahan :
”Hanya itu, Ir. Harinto tidak menghiraukan dari tembakan itu. Kemudian
menginjak gas meninggalkan Kantornya. Tidak ikut polisi yang mengejar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kemudian mobil dilarikan membuka kendaraan orang lain. Sering
membunyikan klakson” (Seri 16 Hal 20).
Ir. Harinto lari menuju Rumah Sakit dan bertemu dengan Sumini disitu ada Pak
Tanjung dan Bu Tanjung dan juga ada Kartolo ada pula Harini, Kartolo
bercerita bahwa Sumini ini Ibu Kandungnya Harini seperti pada Kutipan.
”Dhik Harini ya iki sing mataun – taun kok goleki. Ibumu”. Kandane Kartolo,
genahake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani ndhisiki suara (Seri
17 Hal 20).
Terjemahan :
”Dik Harini ya ini yang bertahun – tahun kamu cari. Ibumu”. Katanya Kartolo,
membenarkan. Waktu itu semua diam. Tidak ada yang mendahului suaranya
(Seri 17 Hal 20).
Peristiwa itu Ir. Harinto ingin mengetahui juga siapa bapak dari Harini yang
jadi pertanyaannya. Seperti pada Kutipan di bawah ini:
”A. . . ku ora kuat tenan mas. Wis. Yen isih dha durung trima panalangsaku ya
wis, aku tak mbukak wadi ”. Sumini ngampet suara. Terus merem, ora ana
tangis meneh mung kumecap cekak : ”Ki Dukun Kabul”. ”Bajingan!” (Seri 17
Hal 21).
Terjemahan :
”A. . . ku yakin tidak kuat mas. Sudah. Kalau masih belum terima sakitku ya
sudah. Aku akan membuka rahasia”. Sumini menahan suara. Kemudian
menutup mata, tidaka ada tangis lagi keculai suara pendek : ”Ki Dukun Kabul”.
”Bajingan!” (Seri 17 Hal 21).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
e. Denouement (pemecahan persoalan – persoalan dari semua peristiwa)
Pemecahan persoalan yang di lukiskan pengarang yaitu ditangkapnya Ir.
Harinto karena bermasalah dengan Hukum yaitu memproduksi VCD porno,
begitu juga Harini karena meneror losmen Menoreh Asri, juga meninggalnya
Sumini serta di tangkapnya Ki Dukun Kabul karena sebagai tersangka tabrakan.
Seperti pada Kutipan.
”Sing nyrempet ibu Sumini kuwi, uga truke Ki dhukun Kabul. Wah, piye wae
iki tetep kudu di proses. Ora ana istilah Kolusi – kolusinan. Sing luwih penting
maneh wanita jeneng Harini iku kudu di kecrek sisan. Iki mau ana kontak saka
Kapolres” (Seri 17 Hal 21).
Terjemahan :
”Yang menabrak ibu Sumini itu yaitu truk Ki Dhukun Kabul. Tetap saja ini
harus di proses. Tidak ada istilah Kolusi – kolusinan. Yang lebih penting lagi
wanita yang bernama Harini itu harus di borgol sekalian. Ini tadi ada berita dari
Kapolres” (Seri 17 Hal 21).
3. Penokohan
Tokoh sangat dibutuhkan kehadirannya, sebab melalui penokohan cerita
menjadi nyata dalam angan–angan pembaca. Melalaui penokohan itulah pembaca
dapat dengan jelas menangkap wujud manusia dengan peri kehidupannya yang
sedang diciptakan pengarang. Penokohan merupakan gambaran watak dan
perilaku yang digambarkan dalam cerita fiksi. Penggambaran tokoh dalam cerita
fiksi antara novel dan cerpen atau cerbung berbeda. Cerpen digambarkan secara
detail. Penggambaran watak dan perilaku dalam cerita merupakan gambaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
diimpirasikan dari keadaan masyarakat sebagaimana sifat seorang manusia yang
mempunyai sisi buruk dan sisi baik. Penggambaran watak dan perilaku yang tidak
wajar justru akan mempercepat bentuk dari karya sastra dan menimbulkan
keraguan terhadap pembaca.
Cerbung ”Mburu Aburu kupu kuning” karya Suwardi Endraswara.
Penokohan akan dibagi menjadi beberapa bagian:
Tokoh utama (Central Chararter) adalah tokoh yang paling sampai
perananya yang tampil didalam cerita. Terus menerus sehingga terasa
mendominasi sebagian besar cerita selanjutnya tokoh utamanya yaitu Harini dan
Tokoh tambahan atau tokoh bawahan yang paling dominan adalah pak Tanjung,
bu tanjung , Ir Harinto, Kartolo.
Cerita yang sudah dipaparkan mengenai dalam Cerbung ”Mburu Aburu
Kupu Kuning” menurut Teori yang dikemukakan Mochtar Lubis satu demi satu
sebagai berikut:
1. Tokoh Utama
Tokoh utama mempunyai peran penting dalam perkembangan cerita
dan mempunyai relevansi dengan setiap peristiwa yang terjadi di sepanjang
cerita. Tokoh utama paling berhubungan dengan berbagai masalah dari awal
hingga akhir di dalam Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” ini adalah
Harini, tokoh ini paling dominan terlibat dalam semua peristiwa kejadian
yang ada di Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”. Tokoh utama pada
cerita ini adalah Harini. Pengarang melukiskan tentang tokoh Harini dengan
Pyisikal description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon) dan Direct
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
outhor analisis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon).
Tokoh Harini adalah tokoh yang umurnya masih belasan tahun. Dimana
tokoh Harini ini mempunyai wajah yang sangat cantik dan bentuk tubuh
yang sangat ideal. Dimana tokoh Harini juga mempunyai sifatyang sangat
keras kepala. Karena dia masih muda dimana umur segitu masih
mempunyai sifat yang gampang marah dan ingin mencari jati dirinya dan
menentukan langkah awal menuju kedewasaan. Untuk masa depannya dan
juga Harini ini suka berbicara kurang sopan terhadap orang yang lebih tua.
Seperti pada kutipan dibawah ini.
”Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim pisan,
Tanjung saya mbilengi. Akhire, dina candhake Tanjung kumudu nyedaki
cewek centil kuwi” Seri 3 Hal 20).
Terjemahan :
”Karena perempuan cantik sekali itu pakai rok sempit dan pendek sekali,
Tanjung semakin melihatnya. Akhirnya, hari untuk mendekati, Tanjung
harus mendekati cewek agresif itu” (Seri 3 Hal 20).
Hal ini diperjelas juga dengan Portrayal of thought stream or concious
thought (melukiskan jalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam
pikirannya). Harini kurang hormat dengan orang tua dimana dia semena –
mena dalam tindakan yang kurang sopan dilakukan terhadap orang tua
dengan menjawab pertanyaan apa adanya. Seperti pada Kutipan.
”Sing baku, Bapak lan ibu”. Lha bapak ibumu sapa, Nduk?” Bapak kula
wong lanang, ibu kula wong wadon Titik. ”Huss . . . ki guyon ta. Tenane
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
bapak lan ibumu sapa, mengko dak terake merana. Aku tanggung jawab
tenan” bapak kula utang. Ibu nggih utang. Utang kudu nyaur yen boten
awas (Seri 3 Hal 20).
Terjemahan :
”Yang baik, Bapak dan Ibu”. Siapa bapak ibu kamu, Nduk?” Bapak saya
laki – laki, ibu saya saya perempuan titik. ”Huss. . .ini gurauan kan. Yang
benar bapak dan ibu kamu siapa, Nanti saya antar kesana. Aku sangat
tanggung jawab” bapak saya hutang. Ibu juga hutang. Hutang harus
mengembalikan kalau tidak awas (Seri 3 Hal 20).
Pengarang juga sering menggunakan Discussion of environment
(pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon) setelah sadar di rumah Pak
Tanjung. Harini ini berbicara ngawur seperti orang gila dan akhirnya Pak
Tanjung dan Bu Tanjung berencana membawa Harini ke Dukun biar di
obati dan bisa sadar sehingga bisa ditanyai baik – baik dan bisa dijawab
dimana asal usulnya. Seperti pada kutipan.
”Bengi iki uga Nduk, kowe arep dijak sowan simbah. Mung dolan kok.
Dohe saka kene ya mung patang kilonan. Yo. Ben pikiranmu ben ora
buneg neng ngomah kene” (Seri 4 Hal 20).
Terjemahan:
”Malam ini jadi Nduk, Kamu mau di ajak ke tempat kakek. Hanya
bermain saja. Dari sini jauhnya empat kilo saja. Ya. Biar pikiranmu tidak
bosan di rumah sini” (Seri 4 Hal 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berkaitan dengan hal ini juga diperjelas dengan reaction of others
about to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan –
pandangan pelakon terhadap kejadian – kejadian). Dalam tahap ini Harini
mempunyai sifat keras dan mudah sekali marah, terlihat dalam dia ingin
menagih janjinya terhadap Ir. Harinto, setelah beberapa kali mencari dimana
letak kantor itu berada tapi dengan bantuan Pak Tanjung dan Bu Tanjung
bisa ditemukan Kantor tersebut disitu Harini akhirnya menemukannya,
setelah itu Harini menemui Ir. Harinto diruangannya dan terjadi
pertengkaran karena Harini menagih janji dengan cara memaksa dan terus
memaksa seperti pada kutipan.
”Bos iku wis bisa mbedhe, geneya bocah wadon iku tekan kantore mesti
bakal nagih janji. Iki sing di kuatirake mulane, yen bisa, ra di enggok –
enggokake.” Ora sah golek alesan. Endi janjimu.”eee. . . mengko disik
”bocah wadon iku ngoyok. Tur tanpa basa sisan” (Seri 8 Hal 19).
Terjemahan :
”Bos itu sudah bisa menebak, Pastinya perempuan itu tiba dikantornya
kemudian menagih janji. Ini yang di khawatirkan awalnya, Kalau bisa,
perkataannya jangan simpang siur. Tidak usah cari alasan. Mana
janjimu.” eee. . .sebentar dulu ”anak perempuan itu memaksa. Dan tanpa
kalimat yang sopan” (Seri 8 Hal 19).
Hal ini juga diperjelas dengan pengarang melukiskan dengan
Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam
suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama). Hal ini bermula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sikap yang ada pada saat Pak Tanjung bertemu pada ki dukun kabul sedang
memperebincangkan Harini bahwa Pak Tanjung dan Kidukun Kabul ingin
mengobatinya dengan alasan biar cepat sembuh. Sikap ini dilakukan supaya
Harini yakin dan mau menurut untuk diobati, sikap inilah yang dilakukan
Pak Tanjung. Seperti yang ada pada kutipan:
”Mung wae, amrih ora ndedawa rasa. Dhewe enggal wae nugel rembug
kudu tekan gone mbah Dukun. Olehe pamit tanpa tembung cukup
nganggo sasmita mripat marang Bu tanjung. Kuwatir yen bocah wadon
iku ngerti arep menyang nggone dukun, timbang ngeculake suwara
landep meneh” ( Seri 3 hal 20).
Terjemahan;
”Hanya saja, tidak usah ngepanjangkan rasa. Kita supaya mematahkan
masalah harus bisa tiba di rumah Mbah Dukun. Dengan pamit tidak
mengucapkan kata yang sopan denga Bu Tanjung. Kekwatiaran anak
perempuan itu sudah tiba dirumah Ki Dukun, daripada mengeluarkan
suara kata lagi ( Seri 3 hal 20).
2. Tokoh Tambahan, Tokoh bawahan, Tokoh Pembantu.
a. Pak Tanjung
Tokoh Ini dilukiskan pengarang melalui Reaction To Event (
melukiskan bagaimana reaksi pelakon). Pak Tanjung merupakan ayah dari
Sumini tetapi selama menikah belum bisa mempunyai keturunan hal ini
menyebabkan pak Tanjung ingin bertemu dengan ki dukun, dimana Tanjung
percaya dengan hal yang berbau mistik karena dia ingin mempunyai cucu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dari Sumini.oleh karena itu pak Tanjung sebelum pergi kerumah Dukun,
pakTanjung menginjak injak tanah dulu sebanyak tiga kali. Seperti pada
kutipan:
”Kambi ninggal omahe, ora lali Tanjung nggedrug jejakan lawang ping
telu. Njaluk Pamit karo kadang papat lima pancer. Kareben sing
digadhang hasil”..(seri1 hal 19).
Terjemahan :
”Dengan meninggalkan rumah, tidak lupa tanjung menginjak-nginjak
tanah di depan pintu sebanyak tiga kali. Minta pangestu sama kadang
empat lima pancer, supaya yang diharapkan berhasil”..(Seri 1 hal 19).
Dalam cerita tersebut pengarang melukiskan tokoh Pak Tanjung
dengan Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan
reaksi pelakon itu terhadap kejadian ). Sehingga dapat dilihat perihal Pak
Tanjung menemukan Wanita yang tenggelam disungai, Pak Tanjung berniat
melaporkan kemasyarakat dan tanya apakah ada yang mengenalinya perihal
tersebut Pak Tanjung adalah orang yang berkepribadian sosial terhadap
orang lain yang belum diokenalinya dengan menolongnya, dengan tidak ada
rasa pilih kasih dan tidak mengharapkan imbalan. Untuk lebih jelasnya
dilihat dalam kutipan:
”sak wise ditamatake, cetha yen tangan wong. Tanjung Enggal tetulung.
Sing wadon katut ngampet, kambi ndonga ndremimil. Njaluk slamet.
”Piye iki, diampirke puskesmas apa diajak bali neng omahe
dhewe?”(Seri 2 hal 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Terjemahan:
”Setelah dipandang, nyata sekali tangan orang. Tanjung langsung
menolongnya. Perempuan itu ikut menahan, sambil berdoa terus. Minta
selamet. ”gimana ini, di kasihkan ke puskemas apa di ajak pulang ke
rumah kita?”(Seri 2 hal 20).
b. Bu Tanjung.
Tokoh ini di lukiskan dengan Reaction to event (melukiskan pelakon
dengan suatu kejadian). Bu Tanjung adalah istri dari Pak Tanjung. Dimana
Ibu Tanjung ini menemukan wanita di sungai di tolongnya dan dia bawa
kerumahnya dan dikasih obat. Setelah wanita itu sadar Ibu Tanjung segera
menanyainya dengan perasaan sebagai wanita yang penah mempunyai anak,
Ibu Tanjung berniat bertanya dengan baik-baik terhadap wanita tersebut.
Lihat pada kutipan:
”Ndhuk... ”tembunge ibu Tanjung grapyak semanak. Kebak rasa
pangrasa. Dhewekenjur nyritakake mula bukane bocah wadon kuwi
tekan omahe. Lan sing paling baku, njur arep mbobok sapa sejatine
bocah wadon iku ( seri 3 hal 20).
Terjemahan:
”Nak.... ”perkataan ibu Tanjung langsung mengenainya. Penuh dengan
rasa pertanyaan. Ibu Tanjung langsung bercerita dari awal membuka
anak perempuan itu saat tiba dirumahnya. Setelah itu bertanya yang
paling baik, siapa anak perempuan tersebut (Seri 3 hal 20).
c. Ir Harinto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pengarang melukiskan dengan Reaction To Event (Melukiskan reaksi
pelakon terhadap kejadian). Dapat diliat bahwa Ir Harinto adalah seorang
pimpinan, dimana dia ini mempunyai istri disamping itu juga dia
mempunyai masalah dengan polisi dimana dikantornya tersebut mempunyai
masalah denagan pekerjaan yang dilarang oleh hukum dimana pekerjaan dia
yaitu membuat dan menggandakan VCD porno. Dapat dilihat pula kejadian
di kantornya di beri garis polisi dan Ir Harinto terkejut. Seperti pada
kutipan:
”Tekan ngarep kantor Ir Harinto kaget, njengek, Njur mbenerake batine
dhewe, layak yen esuk mau ngontak satpam ora sambung”...
”kurang ajar.”batine, kambi nggebrog stiran mobil sak wanine.
Dheweke anyel weruh kantore sing wis diubengi garis polisi kuwi. Tur
meneh ndadak wis dijaga polisi kroco-kroco, nyekel tembak”(Seri 16 hal
19).
Terjemahan :
”Di depan kantor Ir Harinto terkejut, melotot, selanjutnya membetulkan
hatinya. Makanya dari pagi tadi nelpon satpam tidak menyambung”...
”Kurang ajar .’hatinya, sambil memukul setiran mobil dengan beraninya.
Dia marah melihat kantornya di beri garis polisi. Terus selanjutmya telah
di jaga polisi kecil-kecil, pegang pistol.”(Seri 16 hal 19).
Hal itu juga di lukiskan dengan pengarang lewat Portroyal of thought
steam or of concious thought (melukiskan jalan pelakon dan apa yang
terlintas dipikiranya). Dan sehingga dapat dilihat bahwa yang dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
perihal Ir Harinto. Mengetahui dari Kartolo baha Sumini dulu pernah
mempunyai bayi dan dititipkan lewat kartolo atas nama yayasan Sarwi
Mardi dan Ir Harinto berniat untuk menanyakan langsung kepada Sumini.
Dapat dilihat dari kutipan berikut:
”Tembunge Ir harinto Wiwit rada kasar. Semune rada kecentok rasane.
Njur kewuwuhan ngoso sethithik. Ning pemudha iku tenang wae.
”Garwa panjenengan. Rawuh dhateng griya kula. Kajawi silaturahml
ugi nitip bayi”.”Haaaahhh. Bayi”(Seri 14 hal 20).
Terjemahan :
”Perkataan Ir Harinto mulai merasa kasar. Suaranya semakin tidak
kepenak rasanya. Selanjutnya istirahat sebentar. Tapi pemuda itu yenang
aja. ”istri kamu dulu pernah datang kerumah saya. Silaturahmi
selanjutnya menitipkan bayi”.”Haaaaaahhh. Bayi” (Seri 14 hal 20).
d. Kartolo
Tokoh ini dilukiskan melalui Reaktion to Event.(melukiskan pelakon
terhadap suatu kejadian ). Dimana dilihat bahwa Kartolo menjelaskan
dihadapan semua orang yang ada di Rumah Sakit dengan tenangnya dia
mengucapakan suara tehadap semua orang yang ada di situ, dimana dia
menjelaskan bahwa Harini ini adalah anak dari Sumini dan Kartolo
menjelaskan tentang apa yang ia ketahui selama ini. Seperti pada kutipan:
”Dhik Harini ya iki sing mataun taun kok goleki. Ibumu kandhane
Kartolo. Nggenah ake. Nalika iku kabeh bungkem. Ora ana sing wani
ndhisik nyuwara”( Seri 17 Hal 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Terjemahan:
”Nak Harini ya ani yang bertahun-tahun yang kamu cari. Ibu kamu yang
diberithukan Kartolo. Membenarkan, pada saat itu semuanya diam.
Tidak ada yang berani bersuara ”( Seri 17 hal 20).
e. Ki Dukun Kabul.
Tokoh Ini Dilukiskan dalam Reacsion To event(melukiskan bagaimana
reaksi pelakon itu terhadap suatu kejadian ) Dapat dilihat dari saat dimana
dia mengobati pasien yang bernama Harini, tetapi mengalami kesulitan
dalam hal mengobati pasien tersebut. Seperti pada kutipan :
”Tamba? Tamba apa. Sapa sing lara ?Sing ditambani kuwi rak yen
lara. Sing menthale bubrah kae yen arep ditambani. Aku ora lara. Apa
aku ki lara?. Mbah Dukun mung meneng wae tur umak amik ( Seri 4 hal
45 ).
Terjemahan:
”Obat? Obat apa. Siapa yang sakait ?yang diobati itu kalau ada sakitnya.
Yang mempunyai hati yang sudah rusak itu yang harus diobati. Saya
tidak sakit. Apa saya ini sakit?. Mbah Dukun hanya terdiam saja sambil
berbisik-bisik ( Seri 4 Hal 45)
f. AKP. Drs Rahardi
AKP Drs Rahardi adalah tokoh yang merupakan seorang polisi sebagai
tokoh Penegak Hukum. Tokoh tersebut bertugas menyelidiki setiap
kejahatan yang terjadi di masyarakat. Dan pengarang melukiskan tentang
dia dalam Reaction to events. Dimana polisi ini bertugas untuk menangkap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ir Harinto. Dimana pada saat itu AKP Drs Rahardi menyuruh kompol Elza
untuk memata-matai dan mencari bukti tertang Kejahatan yang dilakukan Ir
Harinto, dimana itu terjadi dalam hotel Wilis. Dan dapat dilihat dalam
kutipan di bawah ini :
”Krungu rembugane wong loro neng kamar tamu kuwi, Kompol elza Rukmana saya nguping. Ning ora pati ngeterani. Mergi , dheweke wis wasis digldli nyamudana, alus banget, nyatane, kambi maca koran esuk sing dipajang ing meja tamu, bisa ngrungokake guneman sing sajak wigati. Saka panggraitane kompol Elza Rukmana guneme Wong Loro iku nyalawadi banget (Seri 13 hal 39). Terjemahan:
”Mendengar pembicaraan kedua orang tersebut di ruang tamu itu. Kompol Elza Rukmana ingin makin mendengarkan. Tapi tidak samapi ketahuaan. Dia sudah mahir untuk melakukan penyelidikan, halus sekali, kenyataanya, sambil membaca koran pagi yang sudah dipersiapkan di meja tamu, bisa mendengarkan pembicaraan yang sangat rahasia. Dari pengetahuanya kompol Elza Rukmana dari kedua orang tersebut saat mencurigakan banget (Seri 13 hal 39).
g. Selain tokoh pembantu di atas masih ada tokoh lain yang pengarang oleh
tidak dijelaskan bentuk lahir maupun wataknya diantaranya. Diantaranya
sebagai berikut :
Kompol Elza Rukmana (orang yang disuruh untuk melakukan
pengintaian). AKP Ginanjar (orang yang menanangkap Ir Harinto) Supir
taksi, Resepsionis di Losmen Menoreh Asri.
4. Latar/ Setting.
Latar/ Setting adalah lingkungan peristiwa, yiatu dunia cerita tempat
terjadinya peristiwa, biasanya latar dihadirkan dalam bentuk deskripsi kadang-
kadang latar secara langsung mempengaruhi tokoh dan kadang-kadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
memperjelas tema. Dalam bentuk cerita, latar biasanya dapat menggugah nada
emosi disekeliling tokoh (Adid Sofia Sugihastuti 2003 :19).
Dalam pengungkapan latar/Setting biasanya pengarang menyelipkan
suatu kejadian yang terjadi dalam waktu yang diceritakan. Kejadian yang
diceritakan misalnya peristiwa sejarah, Masalah Politik, kejadian bencana alam
atau masalah yng sedang dihadapinya oleh masyarakatnya. Dengan begitu
pembaca dapat membayangkan tentang keadaan sosial masyarakatnya waktu
itu. Yang harus diperhatikan oleh pengarang dalam penyampaian Latar/Setting
janganlah terlalu panjang karena akan membuat pembaca menjadi bosan.
Dalam halnya Cerbung Mburu Abure kupu Kuning . Karya Suwardi
Endraswara. Pembagian Latar/Setting akan di bagi 3 bagian yaitu Latar Tempat,
Latar waktu, Latar sosial didalam cerita.
1. Latar/ Setting Tempat
Latar tempat adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar tempat diceritakan dalam cerbung
ini berbagai macam lokasi, dimana itu akan berpindah-pindah dari satu tempat-
ketempat lainnya sejalan dengan perkembangan tokohnya, misalnya latar
tempat yang dikemukakan pengarang meliputi:
a. Kedhung srengenge
Awalnya peristiwa itu bermula dari kisahnya Pak Tanjung meminta
kepada Kidukun tersebut untuk bisa mendapatkan cucu, dan bagaimana
caranya agar Pak Tanjung supaya dapat cucu, dan akhurnya Tanjung disuruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
untuk pergi ke kedhung Srengenge, sehingga Tanjung pergi kesana dengan
perintah atau Syarat yang telah dia terima.Seperti pada kutipan:
”Kuwi sarat. Sarat sing ora dilakoni muspro, yen ana apa-apa, mangga!”Kidukun genahaken mantep. Sarat kok aneh, kurang Nalar. Mas Tanjung bengong, nalika nampa pamrayogane Dukun Kabul. Semune, rada kurang percaya. Ning uga kecampuran rasa was-was. Wedi yen kena walat, yen ora nurut kandhane Kidukun (Seri 1 hal 19).
Terjemahan: ”Itu syarat. Syarat yang tidak bisa dikerjakan oleh sembarangan, kalau ada apa-apa silakan!”Kidukun membenarkan betul. Syart yang aneh, kurang nalar. Mas Tanjung bingung, ketika menerima perintah dari Dukun Kabul. Suaranya, seperti kurang percaya. Sehingga bercampur dengan rasa hati-hati. Takut kalau ada apa-apa, kalau tidak menurut katanya Kidukun (Seri 1 hal 19) .
b. Dirumah Pak Tanjung
Peristiwa ini terjadi pada saat Pak Tanjung membawa syarat dari
Kidukun kabul. Dimana pada saat akan diberitahukan kepada istrinya Pak
Tanjung dan saat itu juga dia pergi kerumahnya. Seperti pada kutipan:
”Tekan omah Pak Tanjung genti ngojahi bojone. Dheweke mblakakake
krenahe ki dukun kabul. Kabeh dikandakake, tapis. Nyatane, bojone mung
manggut- manggut, ngegongi (seri 1 hal 19).
Terjemahan:
”Tiba dirumah Pak Tanjung gantian menyarankan istrinya. Kita haruslah
mendengarkan Kidukun kabul. Semua dikasih tahukan. Tapis. Kenyataan,
istrinya hanya mengiyani saja, dan mengegonginya (Seri 1 hal 19).
c. Dikamar Pak Tanjung.
Peristiwa ini terjadi pada saat pak Tanjung menolong perempuan itu dan
dibawanya kerumah dan di masuakn kedalam kamarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Seperi pada kutipan dibawah ini:
”... Mulane Tanjung gage ngundang sing wadon sing lagi neng pawon.
Sing diundang mesti wae kaget bareng tekan kamar cetha banget, bocah
prawan kuwi wes ngruket Tanjung ( Seri 2 hal 19).
Terjemahan:
”....Makanya Tanjung cepat memanggil perempuan itu yang lagi di dapur.
Yang dipanggil jelas saja terkejut tiba dikamar, terlihat banget, anak gadis
itu sudah memeluk Tanjung ( Seri 2 hal 19).
d. Diterminal Umbulharjo.
Dengan naik bus jurusan Sleman perempuan itu duduk dan mengiingat
apa yang telah terjadi selama ini dan Kejadian ini bermula saat diterminal
umbulharjo dimana perempuan tersebut ingin diantarkan ketempat kantor
dengan Pak Tanjung dan BuTanjung, seperti pada kutipan:
”...Tekan prapatan, langsung ditampani bus cilik nuju terminal
Umbulharjo.”Semana uga bocah wadon iku gegancangan munggah bus.
Ora sah diabani kernet lan kondertur, terus bleng nggolek
lungguhan....”.( Seri 6 hal 20)
Terjemahan :
”...Tiba diperempatan, langsung diterima bus cilik yang menuju terminal
Umbulharjo.”seperti hal anak perempuan tersebut itu naik bus. Tidak usah
di panggil kernet dan kondertur, langsung masuk mencari tempat duduk
( Seri 6 hal 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
e. Kantor LSM Multi Guna Persada.
Kantor LSM Multi Guna Persada merupakan tempat tujuan dari Pak
Tanjung, Bu Tanjung dan Harini mau menemuinya untuk bisa mengetahui
dimana orang tuanya berada, Harini bermaksud ingin menagih janji kepada
pimpinan LSM tersebut, seperti pada kutipan:
”...Jeneng LSM Multiguna persada pengembang real estate kuwi biasa.
Arep gawe omah tingkat pira isah wae. Model apa wae isoh. Tanjung
genahake, kaya ngerti-ngertia kae. Njur ngejak mandheng sedela. ”Saiki
aku wae sing mlebu dhisik. Aku sing paling butuh ketemu( Seri 7 hal 40).
Terjemahan :
”.....Namanya LSM Multiguna Persada pengembang real estate itu bisa.
Mau membuat rumah tingkat bisa saja. Tipe apa saja bisa. Tanjung
membetulkan, seperti mengetahui saja. Terus minta melihat sebentar.
”saat ini saya saja yang masuk duluan. Saya yang paling butuh ketemu (
Seri 7 hal 40).
f. Losmen Menoreh Asri.
Kejadian ini bermula saat Ir Harinto bersama Harini, pada saat itu harini
dibuat tidur oleh Harinto dan mau dibawa ke Losmen Menoreh Asri, dan
harito ingin berbuat yang tidak baik kepada perempuan tersebut yang
bernama Harini, di losmen tersebut mereka mengnginap di nomer kamar 7
.seperti pada kutipan:
” Tekan pucak Menoreh mobil enggal dienggokake ing Losmen Menoreh
Asri ..” Tanpa ngreken sing sajak isih kreyeng- kreyeng bocah wadon iku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
gage diglandang wae, mlebu losmen langsung nuju kamar No 7...”( Seri
7 hal 20).
Terjemahan:
” Tiba di puncak menoreh mobil langsung dibelokkan di Losmen
Menoreh Asri...” tanpa adamasih ada di benaknya teringat terhadap anak
perempuan tersebut itu langsung saja, masuk di Losmen langsung menuju
kamar No 7 ...( Seri 7 hal 20).
g. Rumah Ir Harinto.
Dirumah Ir Harinto menginginkan agar mobilnya dipakirkan ketempat
disamping rumahnya, karena dia waktu itu pulang dari Losmen Menoreh
Asri, agar supaya tidak dilihat oleh oarang-orang yang sedang mencarinya
belakangan ini di dalam cerita tersebut. Seperti yang ada pada kutipan:
” Tekan omah ing perumahan selarong Indah gang Arjunawiwaha no 15
Ir Harinto langsung nglebokake mobile ing latar. Ben ora pati kepanesan
dieyupake ing ngisor wit rambutan sing lagi awoh...”( Seri 15 hal 20).
Terjemahan:
” Tiba dirumah di perumahan Selarong Indah gang Arjunawiwaha no 15
Ir Harinto langsung memasukan mobilnya ke halaman, biar tidak
kepanasan di tempat akan di bawah pohon rambutan yang baru
berbuah...”( Seri 15 hal 20).
h. Rumah sakit
Awal kejadian ini bermula pada saat itu Sumini di tabrak oleh sebuah
truk dan setelah itu dibawa kerumah sakit lalu disitu pula Ir Harintro tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
mengetahuinya kalau istrinya ketabrak dan dirawat di rumah sakit, Pak
Tanjung yang memberitahukan kalau istrinya sekarang berada di rumah sakit
sedang dalam perawatan oleh dokter, pada saat itu Sumini sudah sekarat
karena keadaan dia yang mengalami luka yang sangat berat. Seperti pada
kutipan :
” Lho mau bengi ora kondur ta? Lok dibel saka rumah sakit, kosong
omah kene Sumini rak neng kono PKU Muhammadiyah kamar E ruang 4
( Seri 15 hal 20).
Terjemahan”
” lho kemarin malam tidak pulang ya?lak ditelpon dari rumah saki, gak
ada orang dirumah sini Sumini di sana di PKU Muhammadiyah kamar E
ruang 4 ( Seri 15 hal 20).
2. latar waktu
Latar waktu adalah dimana, kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam cerita fiksi, biasanya berkaiatan dengan peristiwa-peritiwa
sejarah pada suatu wilayah, pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap
sejarah tersebut kemudian dipergunakan masuk kedalam suasana cerita (
Burhan Nurdiyantoro 1995 :230).
Latar waktu meliputi berbagai macam cerita didalam karya sastra
tersebut, meliputi pada saat Pak Tanjung ingin mencari ikan lele, pada waktu
masih siang dikarenakan matahari akan pergi pada menjelang sore hari dan
disitu banyak terjadi kegiatan pada waktu tertentu pada waktunya pagi, siang,
malam, seperti yang ada pada kutipan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
”Mung wae Tanjung terus ngeblas ora ngrewes merga serengenge selak
keplayu surup, swasana dadi remeng-remeng, rasa wedi disurung tekan
remenge wengi ireng” ( Seri 1 hal 19).
Terjemahan :
”Hanya saja Tanjung langsung pergi begitu saja tidak gagas karena
matahari kuburu pergi, suasananya menjadi remang-remang, rasa takut
didorong remangnya malam hitam” ( Seri 1 hal 19).
Latar waktu yang ada di karya sastra ada berbagai macam yaitu:
a. Waktu pagi hari, seperti pada kutipan:
”Tekan semono jago wes kluruk kapindho meh wae wengi tumelung ngeblakake pepadhang kaya gugah wengi panas”( Seri 1 hal 19) ”Esuk BuTanjung wes mecah swasana. Dheweke terpaksa nginep neng omahe ki dukun.( seri 6 hal 19). ” Lagi wae adzan subuh, bel taksi sing durung dilapi kuwi wis muni...( Seri 12 hal 40). ” Tekan ring Road mesthi wae saya santer luwih saka 80 lakune, pokoke esuk kuwi ora nedya menyang kantor kudu nemoni sing wadon”( Seri12 hal 40). Terjemahan : ” Tiba waktu jago udah berkokok kedua kali seperti membelah malam mengganti terang seperti membangunkan malam panas”( Seri 1 hal 19). ”Pagi Bu Tanjung sudah bikin suasana gaduh. Dia terpaksa tinggal dirumah Ki Dukun (Seri 6 hal 19) ”Baru aja adzan subuh, bel taksi yang belum masih dibersihkan itu udah berbunyi ( Seri 12 hal 40). ”Tiba di ring Road kenyataan larinya pasti kencang dari 80 kecepatan, pokoknya pagi itu tidak kekantor, menunggu istrinya saja.(Seri 12 hal 40)
b. Waktu Siang
Kutipan: ” mesthi wae kabeh anggota reserse teng linguk nunggu, ana kabar apa maneh. Sajake olehe nampa butuh rada tenang tur rapati kesentrong srengenge sing wiwit ngrenceng munggah. Mula AKP Drs Rahardi ndewe nuju ngisor wit pelem”( Seri 13 hal 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
”merga ara ana hujan, malah srengenge nyrenceng munggah kok kedhunge mumpul-mumpul banjir” (Seri 2 hal 19). Terjemahan: ” pasti saja semua anggota reserse pada melirik menunggu, ada kabar apalagi, apalagi kalau menerima kemauan pada diam terus tidak seperti kebanyakan gaya matahari mulai naik keatas. Makanya AKP Drs Rahardi sendirian menuju bawah pohon mangga”( Seri 13 hal 20). ”karena tidak ada hujan, tapi matahari bersinar terang naik ke atas akan tetapa waduknya naik-naik banjir”(Seri 2 hal 19).
c. Waktu malam
Seperti yang ada pada kutipan:
”Mesthi wae sing lanang katut iline swara sing mecah wengi kuwi. Kaget banget terus ambegane ditata, ngongkleng-ongkleng sing wadon, dioyog oyog ngono...”sakwise cetha yen sing wadon turu senggar-senggur maneh Tanjung katut kegawa playune wengi...”sakwise wengi nglonjak tekan puser,ndadak sing wadon bali nglindur maneh”(Seri 1 hal 20). Terjemahan: ”Kenyataannya yang pria ikut mengetahui swaranya yang bikin bising malam itu. Terkejut banget terus pernapasanya ditata, membangunkan istrinya, digoyang-goyangkan begitu....”sesudah benar kalau istrinya kalau tidur ngelindur terus Tanjung terbawa larutnya malam...”sesudah malam larut sampai tengah, terus istrinya mengigo lagi”( Seri 1 hal 20).
3. Latar Sosial
Latar Sosial adalah latar yang berkaitan dengan perilaku sosial
masyarakat yang diceritakan dalam cerita fiksi. Latar sosial yang melingkupi
dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwarda Endraswara ini
meliputi:
a. Kebisaanya masyarakat yang suka bangun pagi
Di kehidupan keluarga Pak Tanjung, Bangun pagi merupakan suatu
kebiasaan atau kebijakan untuk memulai aktifitas kerja dipagi hari di
masyarakat, itu umum dilakukan karena untuk menyiapkan apa-apa untuk
nanti siang contohnya: terlebih dahulu mereka tidak ketinggalan sholat bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
yang beragama dan membersihkan rumah terus tidak lupa akan menanak atau
memasak dan mempersiapka pekerjaannya. Sepertri pada kutipan:
” Tekan Semono wus jago kluruk kapindho meh wae wengi temelung,
nyeblakake pepadhang. Kaya nggugah wengi panas uga ngosak-ngasik
angen-angene Tanjung sing saya nglantur”( Seri 1 hal 35).
Terjemahan :
” Tiba seperti itu Jago berkokok dua kali hampir saja malam berlarut,
membukakan terang. Seperti membangunkan malam panas seperti
mencari-cari impian Tanjung yang semakir ngelantur”( Seri 1 hal 35).
Dalam masyarakat itu biasanya wajar dilakukan karena di masyarakat
bangun pagi lebih enak lebih prioritas yang sering dilakukan untuk bisa
menjalankan sesuatu kegiatan dipagi hari, di masyarakat kota bangun pagi
digunakan untuk bekaerja dan di desa biasanya dilakukan untuk berolah raga
menanak segala sesuatu untuk persiapan makan. Dan ini dilakukan setiap hari
terus menerus di desa agar supaya tidak ketinggalan rejeki.
b. Kebiasaan percaya hal yang mistik
Kehidupan tidak akan lepas dari hal yang tabu untuk bisa diyakini dan
tidak diyakini, pemikiran dan kepercayaan semua manusia berbeda-beda oleh
karena itu setiap orang boleh menyakini boleh tidak meskipun tidak ada yanfg
melarang, seperti pada kutipan:
”Kedhung Serengenge pancen nyipen wewadi. Papan sing uga tau dadi
seksi biksu jaman enome Tanjung, jaman durung gandheng karo abune
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sumini. Yen ngono, ateges impene bojone mau padha wae ngelingake
lelakone dhewe”( Seri 1 hal 35)
Terjemahan;
” Kedhung srengenge masih menyimpan impian menakutkan. Tempat
yang pernah menjadi saksi biksu tsnjung waktu masih muda waktyu itu
belum menikah sama ibune Sumini. Kalau begitu, kenyataane impianya
tanjung istrinya tadi sama saja menginga ceritanya masa lalu”( Seri 1 hal
35)
5. Amanat
Pengarang dalam menyampaikan pesan atau amanat pastilah dapat
bermanfaat bagi kehidupan. Karena pengarang dalam menciptakan karya satra tak
lepas dari masalah kehidupan sehari-hari yang dialaminya. Mengingat pengarang
merupakan bagian dari anggota masyarakat, dan pengarang tinggal dilingkungan
masyarakat. Maka tak heran jika banyak karya sastra berupa cerbung, cerpen,
ataupun novel, kebanyakan mengangkat tema yang diambil dari perilaku
masyarakatnya dan problem kesehariannya.
Dalam hal ini amanat atau pesan pengarang sangat penting untuk
disampaikan kepada pembaca agar pembaca atau peminat karya sastra dapat
mengambil hikmah dari karya sastra. Pengarang karya sastra biasanya
menyampaikan amanatnya menyangkut hal yang baik dan yang tidak baik. Karena
seorang pengarang dalam menulis sebuah karya sastra tidak lepas dari keadaan
disekitarnya, jadi hal-hal atau kejadian-kejadianyang terjadi disekitar tidak hanya
hal-hal yang baik saja melainkan juga hal-hal yang tidak baik juga. Karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
mengingat seorang manusia tidak bisa luput dari kesalahan, manusia tidak akan
selamanya benar. Bicara tentang masalah amanat maka penulis akan
mengungkapkan amanat yang ada di dalam cerita cerbung Mburu Abure Kupu
Kuning karya Suwardi Endraswara amanat dalam cerbung ini adalah:
1) Peran dan bertingkah laku dalam kehidupan, bahwa seoarang wanita tidak
lemah meskipun kekuatannya tidak seperti laki-laki, lemah disini dalam
artian dia tidak berjuang menggunakan tenaga seperti seorang pria tapi dia
berjuang menggunakan akal pikiran, mau berusaha dan bersikeras untuk
mendapatkan sesuatu yang dia belum tahu makanya itu seperti tokohnya
Harini ini, dia bekerja keras demi mendapat apa yang dia cari yaitu
menemukan orang tuanya yang selama ini tidak pernah ada disampingnya
meskipun dengan cara memaksa, seperti pada kutipan
”yen boten kersa nuduhaken bapak ibu kula, kula aturi njeguraken
malih awak kula ing kedhung. Kula ikhlas kangge rayahan ulam kali
sing ageng-ageng. Kula ikhlas dados tumbaling kedhung”(Seri 3 hal
20).
”Bapakkkkk.......Ibuuuuu?aku melu kowe, aku aja ambok tinggal.
Hhii..... aku wedii kijenan”( Seri 5 hal 20).
Terjemahan
”kalau tidak mau memberi tahukan bapak ibu saya, saya akan
menenggelamkan lagi badan saya di kedhung. Saya ikhlas dikurumuni
ikan di sungai yang besar-besar. Saya ikhlas jadi makananya
kedhung”( Seri 3 hal 20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
”Bapakkkk.....Ibuuu? aku ikut sama kalian, Saya jangan ditinggalin.
Hhiii..saya takut sendirian ”( Seri 5 hal 20).
2) Wanita haruslah sopan di dalam masyarakat maupun di luar masyarakat,
haruslah tahu diri dan mawas diri agar bisa dihormati dan juga dihargai
oleh orang lain seperti pada kutipan :
”Weruh ki ya nyapa, wong mung onder-rok kok”. ”Ora ngono Pak,
neng sopan santun”.
Terjemahan :
”Kalau melihat itu ya menyapa, orang hanya mondar – mandir”. Tidak
begitu Pak, tapi sopan santunlah”.
3) Haruslah ingat bahwa tidak semua yang kita inginkan pasti terwujud.
Maka sebaiknya kita syukur saja apa yang telah di dapat meskipun yang
sudah di dapat harus pergi meninggalkannya, meskipun jangan pernah
menyesalinya contohnya saja ditinggal pergi orang tuanya seperti pada
kutipan dibawah ini :
”A. . . ku ora kuat tenan mas. Wis. Yen isih dha durung trima
panalangsaku ya wis, aku tak mbukak wadi ”. Sumini ngampet
suara. Terus merem, ora ana tangis meneh mung kumecap cekak :
”Ki Dukun Kabul”. (Seri 17 Hal 21)
dan di perjelas lagi dengan kutipan di bawah ini
”Bengoke Harini, histeris kabeh kaca – kaca. Genti Bu Tanjung
langsung ngabruk Sumini sing wis rakena di tulung kuwi. . . ”(Seri 17
Hal 21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Terjemahan :
”Yakin aku tidak kuat mas. Sudah. Kalau masih belum terima sakitku
ya sudah. Aku akan membuka rahasia”. Sumini menahan suara.
Kemudian menutup mata, tidaka ada tangis lagi keculai suara pendek :
”Ki Dukun Kabul” (Seri 17 Hal 21)
”Teriakan Harini, Semua histeris kaca – kaca. Gantian Bu Tanjung
langsung memeluk Sumini yamng sudah tidak bisa di tolong lagi. .
.”(Seri 17 Hal 21)
Dari analisis stuktural diatas jelas bahwa keterkaitan antar unsur
merupakan hubungan antara unsur-unsur intrinsik yang merupakan bentuk
bangun dari karya sastra. Unsur-unsur membentuk kepaduan yang mempunyai
hubungan yang utuh dan tidak dipisah-pisah dari bentuk sastra. Seperti pada saat
kita membaca karya sastra kita akan menjumpai unsur-unsur tersebut seperti
tema, plot/alur, penokohan, latar/ setting, dan amanat.
Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara ini,
keterkaitan antar unsur sudah saling padu antara tema, plot/alur, penokohan,
latar/setting, dan amanat, membentuk satu-kesatuan yang utuh. Dimana tema yang
menggambarkan pokok permasalahan digambarkan secara jelas dan terperinci
oleh pengarang melalui pengenalan para tokoh, alur dan pengenalan latar.
Sedangkan amanat merupakan pemecahan persoalan dari tema yang dapat
disimpulkan oleh pembaca. Alur yang bergerak melalui tokoh pria dengan tokoh
wanita yang berkaitan dengan profesi tokoh. Kehidupan tokoh wanita ini cocok
dengan setting jaman yang digambarkan dan jalinan cerita yang diceritakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Keterkaitan antara penokohan, latar atau setting, dan alur dan penyampaian
amanat. Amanat merupakan jawaban dari tema sebagai pokok permasalahan. Jada
dalam cerbung ini jalinan antara unsur-unsur intrinsik sudah saling mendukung
antara tema, plot/alur, penokohan, latar/setting, dan amanat
C. Profil Tokoh-tokoh Wanita dalam Cerbung ”Mburu Abure Kupu
Kuning” Dalam Prespektif Feminis
Peranan para wanita pada jaman sekarang ini memang sudah banyak
mengalami perubahan. Perubahan ini didorong karena adanya gerakan kaum
perempuan yang tidak mau dipandang sebagai makhluk yang lemah di kalangan
laki-laki yang selalu dianggap masih dibawahnya. Karena terpengaruhi dalam
perkembangan jaman yang seiring mengalami perubahan dalam berkepribadian
khususnya laki-laki terhadap para wanita. Sebagian besar Feminisme merupakan
gerakan kaum wanita yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan, wanita mempunyai gambaran atau pandangan yang luas untuk hidup
serta untuk masa depan, wanita mempunyai keberanian serta tanggung jawab,
sifat kasih sayang dalam masyarakat, keluarga, ataupun terhadap beda jenis.
Bentuk fisik wanita lebih spesifik, karena wanita lebih indah, lebih halus atau
lebih bagus dari pria.
Pengarang karya sastra ingin mengungkapkan dan menuturkan tentang
sosok wanita. Melalui pandangannya terhadap masyarakat terutama bagi wanita,
pengarang ingin mengungkapkan pandangan terhadap wanita. Bahwasannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
wanita adalah pribadi sosial, yaitu pribadi psikofisik yang memerlukan antar relasi
jasmaniah dan psikis dengan manusia lain. Wanita juga ingin dicintai, ingin
dihargai dan diakui, ingin dihitung dan mendapatkan status dalam kelompoknya.
Oleh karena itu dengan komunikasi bersama wanita lain akan bisa berkembang
dan melengkapi dirinya. Sehubungan dengan hal itu wanita yang selalu
mengkonsentrasikan diri pada (dirinya sendiri), tidak akan berkembang (Kartono,
1992: 9).
karya sastra tentunya menampilkan tokoh perempuan dalam pandangan
pencipta karyanya, feminis ini tidak akan lepas dari masalah gender. Masalah
gender bukanlah kodrat, melainkan peran yang ditampilkan oleh budaya, yang
menempatkan perempuan dan pria menjadi feminim atau maskulin. Masalah-
masalah ini sering muncul dalam penulisan karya sastra. Pengarang dalam
menampilkan tokoh perempuan atau laki-laki sering dipengaruhi oleh kultur
masyarakatnya.
a. Tokoh Wanita
Tokoh wanita adalah tokoh yang merupakan bagian isi dari suatu cerita,
Tokoh para wanita mempunyai berbagai bentuk fisik yang bagus terutama
tokoh yang diperankan oleh Harini, sehingga tokoh wanita yang memperankan
mempunyai berbagai bentuk rupa atau wujud yang bisa dipandang jelas oleh
mata yang jelas digambarkan oleh pengarang mengenai tokoh wanita dalam
cerita. Tokoh wanita yang digambarkan sering menimbulkan prasangka gender
yang menyebabkan dominasi kekuasaan tokoh laki-laki dalam karya sastra.
Prasangka gender sebetulnya dibentuk atas pandanganya para laki-laki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menindas terhadap para wanita, serta diamati pula cerita tersebut dipengaruhi
dalam berbagai kultul dalam kehidupan sosial yang disampaikan oleh
pengarang lewat karya sastranya.
Cerbung ”Mburu Abure KupuKuning” karya Suwardi Endraswara,.
Pengarang mencoba menampilkan beda atas pandanganya terhadap tokoh
wanita. Perempuan dipandang sebagai sosok yang berpotensi dan mulai
berperan dalam kehiduapan didalam masyarakat. Pandangan atau gambaran
tokoh wanita ini merupakan sosok yang bisa dicontoh oleh kehidupan jaman
sekarang. Dalam pandangan tokoh wanita ini mempunyai kedudukannya di
kalangan masyarakat, pandangan hidupnya, dan watak serta perilaku yang
digambarkan, berikut tokoh yang meliputi tokoh Harini Bu Tanjung serta
Sumini.
(1) Harini
Harini digambarkan dalam cerita oleh pengarang sebagai tokoh yang
berkepribadian yang sangat keras dimana umurnya yang masih belasan
tahun.sikap inilah yang memotifasi diri seorang pengarang untuk bisa
menceritakan dalam tokoh wanitanya. Tokoh Harini ini digambarkan sangat
suka marah-marah mengingat dirinya masih muda jadi yang ada dipikiranya
hanya ingin marah. Sikap dan pemikirannya masih seumur jagung jadi
pemikirannya masih pendek, belum mampu layaknya seperti pemikiran
orang dewasa. Dia juga memiliki paras yang sangat cantik dan kulit yang
halus, seperti yang ada pada kutipan di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
”Merga cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim sisan,
Tanjung saya mbilingi. Kala menjinge ngangsed, munggah midun,
bareng karo sikele bocah wadon kasebut ngonthel pit mini”(Seri 3 hal
19).
Terjemahan:
”karena wanita cantik itu, memakai rok ketat dan pendek sekali, Tanjung
semakin melihatinya, kala menjengnya naik turun, bersamaan dengan
kakinya anak perempuan itu yang sedang memakai sepeda mimi”( Seri 3
hal 19).
Di samping itu Harini memperjuangkan haknya untuk mengetahui
dimana orang tuanya yang dia sayangi dan dirindukan dalam hidupnya
selama ini yang tidak ada disampingnya, gambaran yang diberikan oleh
pengarang yang disampaikan lewat tokoh Harini ini mempunyai peranan
haruslah wanita itu berjuang demi apa yang menjadi haknya meskipun itu
dengan cara mendapatkannya dengan membutuhkan pengorbanan, serta
hasratnya harus berupaya dan bertanya-tanya kepada orang untuk bisa
mengetahui dimana seseorang yang disayanginya, meskipun harus berbuat
nekat, agar bisa dibantu untuk bisa mendapatkan informasi dan bisa
dicarikan, dan untuk bisa mencari tahu dimana orang tuanya, seperti pada
kutipan:
”Kowe iki piye to ndhuk, kok nganti kejegur kedhung?”Bu Tanjung
bukani rembug, kebak kesadaran”boten penting bu” mak ces atine
Tanjung. Sethitik ana rasa lega ( Seri 3 hal 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Terjemahan:
”kamu ini gimana sih nak, bisa saja loncat ke kedhung?”Bu Tanjung
membuka permasalahan, penuh kesadaran” tidak penting itu Bu”terkejut
hatinya bu Tantung. Sedikit ada rasa lega ( Seri 3 Hal 20).
Harini merupakan sosok wanita yang tidak sopan terhadap orang
yang lebih tua, dia selalau berbuat kasar dalam hal perkataan yang dia
utarakan kedalam segala kondisi yang dimana pada waktu itu dia di
selamatkan oleh Tanjung dan Harini ini berbicara lantang kepada orang tua
tersebut, ini mencontohka bahwa dia itu berbuat lewat perkatan tanta
memikirkan apa yang dia katakan, meskipun perkataan itu menyakitkan dan
membikin bingung orang lain, seperti pada kutipan
” Tanjung lan sing wadon njenger dhewe. Pandeng-pandengan,
kosong. Kekarone ora bisa nyekel tembunge bocah wadon kuwi.
Engatase bocah lagi sengsara, kok malah tembunge neka-neka.
Tembunge mentes, najari kepara sok ngalor-ngidul. ( Seri 3 hal 20).
Terjemahan :
”Tanjung dan orang perempuan itu terkejut sendiri. Lihat-lihatan,
kosong. Sekalian tidak bisa memegang perkataannya anak perempuan
itu. Anak tersebut diatasnya lagi sengsara, kok bisa perkatanya bolak-
balik. Perkataannya nantang, mengajaraknan setengah kanan-kiri ( Seri 3
hal 20).
Perempuan itu juga keluar malam disaat dia lagi ada masalah tetapi
dia menghadapinya dengan rasa tenang dan dalam hatinya ada rasa hati-hati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
meskipun itu dia keluar dengan menggunakan taksi akan tetapi perbuatan
itu bisa jadi dilakukan kepada sopir taksi kalau sopir itu mau berbuat akan
tetapi hanya dipendam saja meskipun hasrat birahi udah meninggi. Di
samping itu juga Harini berbuat berani dengan meneror bom di salah satu
hotel, itu menandakan bahwa perempuan ini sangatlah nekat dan pemberani
seperti laki-laki, Harini bisa dikatakan teroris karena berbuat yang tidak
sewajarnya di tempat penginapan, Seperti yang ada pada kutipan dibawah
ini:
” Pasuryane sing kenes tur merak ati isih cumithak sithiking impen-
impene. Ngono iku wajar, tumrape supir taksi. Saben nggawa wong-
wong ayu, kadhang nafsu lanange sok umeb, ning tetep di bendung.
Akibate, mung ngedhung dadi impen matumpuk-tumpuk (Seri 12 hal 20).
Terjemahan:
”Bayangan yang sudah menjadi kebahagian dalam hati masih ada sediki
bayangan. Seperti itu wajar, pikirane supir taksi. Ketika membawa
orang-orang cantik, kadang nafsu pria itu bergerak terus, tapi masih saja
di bendung. Akibatnya. Hanya menimbun menjadi impian yang
terkumpul ( Seri 12 hal 20)
Orang tua Harini sudah lama meninggalkannya , dia diasuh di Sarwi
Mardi sebuah penitipan anak, dia lari meninggalkan panti asuahan itu dan
mencari ibunya, perbuatan ini dilakukan karena rasa rindu kepada anak ke
ibu yang belasan thun meninggalkan dia, dipanti asuhan itu dia diasuh oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Kartolo dimana Kartolo ini adalah anak dari pimpinan Sarwi Mardi, seperti
pada kutipan :
”Griya kula menika bikak tipan anak, TPA, tempat penitipan anak.
Namanipun Sarwi Mardi. Sampun dangu engga sapriki. Kangge
kesibukan ibu kula ( Seri 14 hal 20).
Terjemahan:
”Rumah saya dulu membuka titipan anak, TPA, tempat penitipan Anak.
Namanya Sarwi Mardi. Sudah lama sampai sekarang ini. Untuk
kesibukan ibu saya ( Seri 14 hal 20).
Harini merupakan tokoh yang luar biasa dimana dia sudah
dilecehkan oleh pria, diman pada saat itu dia sedang mau diperkosa oleh Ir
Harinto dan disaat itu juga pada waktu tidak sadar yang dilakkan Ir Harito
ini Harini berbuat kembali seperti apa yang dilakukan oleh Ir Harinto
tersebut, seperti membuka baju dan membuka celananya, dan tidak itu juga
yang dia lakukan ,dia mengambil dompet dan memanggil resepsionois
untuk bisa diambilkan sebuah majalah porno biar dikesan suka majalah
porno itu, seperti pada kutipan
”grenenge dijarake wae. Dheweke gage nganggo rok brukut. Njur
tuwuh keyakinan yen sing ngosak-asik awake, cetha bos kuwi. Mung wae
bos iku disapa meneng wae, ora miget awake. Katon yen kelangan daya
apa wae. Wusanane, bocah wadon iku tuwuh krenahe. Dheweke nedya
males ukum marang bos kuwi. Saiki arep genti ngrucati penganggone
bos kuwi sawanine ( Seri 11 hal 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Terjemahan:
”Batinnya bertanya terus. Dia langsung memakai rok pendek. Lalu
tumbuh keyakinan kalau yang mengeledah tubuhnya, kenyataan bos itu.
Tetapai os itu dipanggil diam saja, tidak bergerak badannya. Terlihat
kehilangan kekuatan. Batinnya, perempuan itu langsung membenarkan
diri. Dia akan membalas terhadap bos itu. Sekarang akan membalas
membuka baju yang dipakai bos itu harus berani ( Seri 11 hal 3).
Feminis mengajarkan bahwa seorang wanita itu bisa dikaitkan
dengan peranan gender, akan tetapi dalam tokoh Harini ini menyadarkan
bahwa teori gender bisa dikaitkan betul bahwa wanita tidak selemah yang
dipikirkan oleh laki-laki, wanita bisa mempunyai jiwa pemarah,
pendendam, dan juga bisa jadi pemberani seperti watak yang dimiliki laki-
laki, akan tetapi dikalangan remaja yang disambungkan terhadap tokoh
Harini ini sangat menyatu dimana tokoh Harini masih remaja yang
umurnya masih belasan tahun yang masih mempunyai sifat yang sering
tidak bisa mengontrol emosi, sering terburu-buru, tidak terkontrol. Tetapi
dalam femenis lebih mengacu pada wanita yang tidak bisa lepas dari
pendekatan gender, hal yang sama juga nampak didalam cerbung Mburu
Abure Kupu Kuning. Dimana tokoh utamanya wanita.
Tokoh Harini didalam cerbung tersebut menjadikan pemahaman
bahwa tidak menghiraukan perbedaan jenis kelamin, bahwa wanita juga
berperan penting dalam kehidupan, Harini ini berjuang keras dalam
menemukan ibunya meskipun dia harus dipermainkan dan dilecehkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
laki-laki, oleh karena itu bisa dijadikan contoh, Harini bisa jadi panutan dan
diteladani atau dijadikan pandangan hidupnya oleh setiap wanita, meskipun
fisik atau tenaga wanita lebih kecil dari laki-laki tetapi kalau ada hasrat
ingin maju maka akan bisa dijalani rintangan yang menghadang
didepannya.
Pandangan wanita juga bisa memilih mana yang baik dan mana
yang buruk yang ada disekitar, meskipun dalam tokoh Harini ada berbagai
persoalan tapi dia menghadapinya dengan maju dan maju terus tanpa ada
rasa keraguan sekecilpun. Tetapi poin yang terpenting bagi wanita adalah
setia pada laki-laki terutama bagi yang sudah menikah.
Konteks pandangan feminis menggambarkan bahwa bagaimana
bentuk dan ragam yang bisa dikaitkan dengan tokoh Harini ini. Tokoh
Harini mempunyai rasa jiwa muda dalam pandangan laki-laki wanita yang
masih muda bisa menjadi rebutan laki-laki. Tetapi pandangan cara Harini
tidak mementingkan sosok laki-laki. Dia menginginkan sosok seorang ibu.
Dalam segala hal perempuan banyak dianggap sebagai makhluk yang tidak
mempunyai kehendak dan keyakinan, wanita diangagap manusia yang
terikat oleh beratus-ratus ikatan dan hanya menuruti kehendak laki-laki.
Para wanita seperti itu hanya wanita yang sudah menikah yang lebih
diutamakan, akan tetapi dalam kehendak dari dalam tokoh Harini ini dia
masih muda dan belum menikah oleh sebab itu dia berani membela diri dan
tidak patuh terhadap laki-laki itu yang diperjuangkan Harini, meskipun dia
mendapatkan penghinaan yang tidak pantas dia dapatkan. Dan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
perempuan tidak boleh menyerahkan nasibnya kepada golongan laki-laki
itu akan merasa dirugikan bagi wanita terhadap laki-laki dan bisa dijadikan
korban terhadap laki-laki. Seperti pada kutiapan:
”Kowe arep gawe wirangku. Arep nyoklek masa depanku. Apa dianggep
wanita kudu dadi korban terus, ora-ora. Aku kudu wani kudu wani wales
marang wong lanang iblis iki ( Seri 11 hal 3).
Terjemahan:
” Kamu akan berbua yang tidak baik. Mau mematahkan masa depanku.
Apa dianggap wanita itu harus menjadi korban terus, aku harus berani
membalas perbuatan laki-laki iblis ini yang sudah dia lakukan padaku
( seri 11 hal 3).
Permasalahan itu menunjukan peranan dalam kehidupan dalam tokoh
Harini berjuang keras dan membalas terhadap kesemena-menaan laki-laki.
Kalau wanita sudah dirugikan dalam hal masa depan seoarng wanita, maka
akan sulit untuk mengembalikan martabat wanita yang hilang di mata laki-
laki, wanita haruslah berjuang menjaga diri dan berjuang dalam upaya
jangan sampai ditindas oleh kaum laki-laki
(2) Bu Tanjung
Tokoh wanita yang mempunyai karakter yang sangat baik, meskipun
yang digambarkan pengarang yaitu melalui Bu Tanjung sangatlah keibuan
hal ini mencerminkan bahwa wanita yang sudah tua berarti sudah tahu
menahu tentang apa yang dia lakukan terhadap seseorang didalam
masyarakat, dan dia juga menolong sesorang wanita yang bernama Harini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
ini dengan rasa tulus dan iklas dan dia berbuat itu dengan ada rasa tanggung
jawab yang besar, hal ini ter cermin dari dia menanyai Harini dengan penuh
keibuan dan ingin membantu menolong, seperti pada kutipan:
”ya cobanen, erih-erihen sing permati, aja nganti nyenggol rasane
mundhak mencak-mencak maneh, Bu Tanjung manthuk kelengan. Najan
durung pasti plong babar pisan. Lire, anggere bocah wadon iku wis
sadhar tenan, bisa diajak rembukan, ateges ganjelan bakal bisa dibuka
(Seri 3 hal 20).
Terjemahan:
”ya dicoba dulu, dipotong-potong yang cermat, jangan sampai
menyentuh rasanya nanti marah-marah lagi, Bu Tanjung manggut. Kalau
tidak pasti sama sekali. Lire, kalau anak perempuan itu sudahg sadar
betul, agar bisa diajak berbicara, kenyataan agar supaya permasalahan
bisa teratasi ( Seri 3 hal 20).
Peristiwa Bu Tanjung selalu menuruti perintah pak tanjung dimana
peristiwa itu bermula saat pak Tanjung ingin membujuk Harini supaya mau
berobat kepada dukun untuk supaya bisa sembuh dari persoalan yang dia
derita yang dia alami. Seperti pada kutipan:
”Huss kuwi saka mbah dukun dhewe. Wis, saiki kowe wae sing
mblakakake. Yen diajak mrana, ayo ndang diterake wong loro. Karepku,
yen ana apa-apa awake dhewe bisa rembugan ( Seri 4 hal 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Terjemahan;
”Huss ini dari Bah Dukun. Wis, sekarang kamu saja yang membujuk.
Kalau ikut kesana, ayo sekarang kita antarkan saja berdua.mauku, kalau
terjadi apa-apa kita bisa rapat ( Seri 4 hal 20 )
Tokoh Bu Tanjung merupakan tokoh yang sangat berperen penting
dalam menemukan orang tua Harini, dalam kesusahannya Harini, Bu
Tanjung selalu ada disamping Harini seakan-akan tidak mau lepas, Bu
Tanjung merupaka sosok tokoh yang sangat baik sabar dan penurut kapada
seorang suami, dilihat dalam konteks feminisme Bu Tanjung adalah
seorang wanita biasa yang lemah terhadap laki-laki. Tetapi konteks
feminisme mengajarkan bahwa wanita haruslah berusaha lebih tinggi
derajatnya dari pada laki-laki, agar dapat tempat dalam masyarakat
terutama dalam dominasi laki-laki, dan feminis mengajarkan wanita yang
sudah beristri haruslah taat kapada suami, itu sudah dilakukan oleh Bu
Tanjung.
(3) Sumini
Tokoh yang diperankan oleh sumini digambarkan pengarang tidak
terlalu sering muncul dikarenakan tokoh Sumini ini adalah tokoh tambahan,
karena tokoh Sumini ini muncul diakhirnya dengan mengunakan kalimat
atau percakapan saja, meskipun diawal cerita atau di tengah cerita ada
namanya yang sering disebutkan. Sumini adalah anak dari Pak Tanjung dan
BuTanjung, dimana Sumini ini belum mempunyai anak selama dia menikah
dengan Ir Harinto, sehingga Pak Tanjung dengan percaya diri meminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
syarat dari dukun, untuk bisa menolong dirinya buat anaknya untuk bisa
mendapatkan momongan. Seperti pada kutipan:
”Jer wis suwe dweweke kepingen nggolekake kupiya anake wadon,
Sumini. Merga anake wis wolung tahun jejhodohan durung dhuwe turun
( Seri 1 hal 19).
”Ning, sampeyan wes yakin tenan mas karo kupiyane ki dhukun?”( Seri
1 hal 19).
Terjemahan:
”Ya benar sudah lama dia mau mencarikan anak buat anak
perempuanya, Sumini.karena sudah delapan tahun menikah tidak
mempunyai anak ( Seri 1 hal 19).
”Ning, kamu sudah yakin mas sama syaratnya ki dukun?”( Seri 1 hal 19)
Sosok yang diperankan Sumini mempunyai kepribadian yang sangat
buruk dimana pada saat masih muda dan belum menikah dia sudah
mempunyai hamil seterusnya mempunyai anak, tapi diakhir-akhir cerita dia
berusaha menebusnya dengan rasa penyesalan dan meminta maaf kepada
semua orang yang merasa dia rugikan dan dia buat kecewa, oleh karena itu
Sumini merupakan tokoh kunci semua permasalahan dan jawaban yang ada
di cerita.
Pandangan femnisme Sumini ini adalah seorang wanita yang tidak
bisa mendidik anak, karena seorang wanita yang sudah mempnyai anak
haruslah dia rawat meskipun sesuatu hal yang akan terjadi menimpanya
nanti, seorang wanita haruslah lebih bisa mengilhami dari dalam hati yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
paling dalam, karena wanita mempunyai hati yang sangat peka dan lebih
terasa sensitif bila ada sesuatu hal yang menyakiti atau disakiti, wanita akan
menangis.
Ketiga tokoh tersebut berbeda dalam bentuk karaktter pada umurnya,
tetapi tokoh yang diperankan oleh Harini ini mempunyai karakter yang
sangat berbeda dimana dia suka marah marah suka terburu-buru, karena dia
terbilang masih muda, tetapi beda dengan yang diperankan oleh Bu
Tanjung lebih terkontrol dan tidak suka marah-marah akan tetapi keteguhan
hati, jiwa yang semangat, dan tidak pernah putus asa, membuat tokoh
Harini ini lebih hidup karena adanya faktor dimana tokoh
Harinimenunjukan semangat hidup tetapi salah melangkah, karena tidak
ada dukungan dengan orang tua. Jadi walaupun tanpa ada dukungan orang
tua tetap haruslah semangat seperti itu seperti Harini.
Tokoh Harini ini sentral hubungannya ataupun hitungannya dalam
menunjukan kesemangatan dirinya walaupun dia seorang wanita, dan
sangat pemberani meskipun tenaganya tidak sebesar yang dimiliki oleh
laki-laki pada umumnya, tetapi beda sama Bu Tanjung yang selalu setia
sama suaminya itulah contoh seorang wanita yang taat dan patuh terhadap
laki-laki atau suami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
D. Makna dan Relevansi Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” Dalam
Konteks Perjuangan Kesetaraan Gender
Dilihat dari proses penciptaan, karya sastra banyak dipengaruhi oleh
unsur sosial masyarakat yaitu sebagai wujub pernyataan sosial pengarang yang
dipengaruhi oleh imajinasinya. Namun disamping itu juga karya sastra tidak harus
nyata menyampaikan realitas kehidupan, sebab daya imajinasi pengarang turut
mempengaruhi hasil karya sastra. Berkaitan tentang karya yang berhubungan
dengan persoalan permasalahan gender dalam pembahasan kritik sastra feminis
tentang wanita di dalam cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” nenanggapi
problema hidup seorang wanita, maka perlu ditekankan pada teori sikap wanita
guna mempermudah dan mempermudah kajian tentang wanita. Bila wanita thu
dan mampu mempergunakan daya tarik, bakat. Kecakapan dan kekuatan
pribadinya, maka akan tercapai apa yang di harapkan, baik dalam mengatasi
masalah hidup, sosial, ekonomi, Kultural serta politik.
Peranan wanita untuk mencapai kedudukan dan peranan yang lebih tinggi
wanita dapat membina dirinya, membina individunya, pribadinya, bakatnya,
kecakapanya dan kemampuannya. Maka dapat dikatakan wanita mempunyai
peranan penting dalam keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai yang tertuang dalam
karya satra tersebut dapat berwujub penderitaan, kemiskinan, kebencian,
kemarahan dan cinta kasih. Karena dalam karya sastra berisikan tentang hal
positif dan negatif yang bisa saja ditiru atau tidak ditiru di kalangan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” terdapat sebuah ketitakadilan
gender yang dialami oleh seorang wanita yang bernama Harini sehingga dapat
dilihat dalam konteks prasangka gender sering menyebabkan terjadinya
onferioritas kaum wanita yang dilecehkan oleh kaum laki-laki. Onferioritas
merupakan pemahaman yang dijalankan berdasarkan atas sesuatu yang tidak
mengenakan dan merendahkan kaum wanita.
Kaum laki-laki menempatkan dirinya sebagai jenis kelamin yang
memosisikan diri lebih unggul dibandingkan perempuan sehingga dapat
memunculkan dalam pandangan gender, mendapatkan tempat istimewa di
masyarakat luas dalam kalangan laki-laki dan perempuan dipahami secara umum
dan acap kali di luruskan dalam permasalahan. Dan dapat dilihat bahwa gender
mempermasalahkan tentang wanita yang seakan wanita itu sudah dibelakang
kaum laki-laki, dimana keberadaan kaum perempuan itu dapat dirasakan dan
dapat dipahami dalam bentuk lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
sehingga dapat dilihat wanita itu selalu direndahkan oleh kaum laki-laki, kaum
laki-laki menempatkan dirinya sebagai jenis kelamin yang memosisikan lebih
unggul dibandingkan wanita.
Kisah seorang wanita menunjukan adanya kesetaraan gender di cerbung
”Mburu Abure Kupu Kuning” tersebut dilihat dari arti dari cerbung itu sendiri,
yaitu berartikan ”mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk
mendapatkannya diperlukan pengorbanan, pikiran dan tenaga”. Dimana dapat
disimpulkan arti sesuatu yang indah yang diwujudkan oleh Cerbung itu adalah
kupu kuning dimana sosok bintang kupu ini adalah sosok yang disukai oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
wanita pada umumnya, karena wanita mempunyai atau memiliki bentuk fisik dan
perasaan yang berbeda dibandingkan laki-laki itu merupakan bentuk gender,
dalam relevansi dalam konteks ini menilai kalau wanita itu lebih sempurna dari
pada laki-laki dalam segi fisik.
Dalam terapan gender menyebutkan wanita selalu ditindas oleh para laki-
laki itu menyebabkan kalau kaum laki-laki lebih dominan dan laki-laki lebih
menyombongkan dirinya karena menilai laki-laki lebih unggul dan bisa berbuat
semena-mena terhadap kaum perempuan. Hal ini dibantah dalam cerita cerbung
”Mburu Abure Kupu Kuning ” ini. Sosok wanita yang diperankan oleh Harini ini
membalikan pemikiran tersebut, tokoh ini membela dan berani dalam kesemena-
menaan terhadap wanita. Dan kesetaraan gender ini dapat dilihat dan dinilai dari
bentuk isi cerita Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” dengan nilai konteks
lingkungan keluarga, lingkungan masyarkat serta lingkungan pendidikan dan
dapat dilihat sebagai berikut:
1. Lingkungan Keluarga
Di lingkungan keluarga tokoh yang ada di cerbung ”Mburu Abure Kupu
Kuning” sangatlah bersifat tidak sopan yang diperankan oleh tokoh Harini,
dimana tokoh Harini ini berperilaku semena-mena meskipun di dalam keluarga
sosok tokoh Harini ini mempunyai rasa kasih sayang, dalam konteks gender itu
dipatahkan dalam hal gender mengungkapkan bahwa wanita haruslah memiliki
rasa sopan santun, wanita itu haruslah memiliki rasa lemah lembut dengan
begitu seorang wanita akan menjadi sosok yang diperhitungkan dalam kalangan
laki-laki, dikalangan atau di dalam keluarga meskipun Harini ada dikeluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Pak Tanjung dan Bu Tanjung. Perbedaan itu akan menimbulkan prasangka
gender yang akan merugikan terhadap kaum perempuan untuk itu dalam
perjuangan kesetaraan gender wanita haruslah memiliki rasa sopan saling
menghargai karena wanita itu dinilai gender memiliki rasa lemah lembut.
Seperti yang ada pada kutipan.
”Waah, apa tatakrama? Apa kuwi? Panggulawenthah? Uh, sapa sing ora
tau mambu kabeh kuwi, dha bodho. Sing tumindak ora nganggo tatakrama
sapa sing ora ngerti ungguh – ungguh sapa, kurang ajar” (Seri 4 hal 45).
Terjemahan :
”Waah, apa tatakrama? Apa itu? Jangan menjadi orang pintar? Uh, siapa
yang tidak tau semua itu berbau, pada bodoh. Yang berbuat tidak memakai
tatakrama siapa, yang tidak tau sopan – santun, kurang ajar”(Seri 4 hal 45).
2. Lingkungan Masyarakat
Perjuangan gender di masyarakat, gender merupakan bentuk sosial yang
bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi wanita. Orang-orang beranggapan
bahwa gender itu di wariskan melalui praktik pengasuhan anak sehingga hal
tersebut bersifat sosial. Hal ini menyatakan bahwa konsep cerita ”Mburu Abure
Kupu Kuning” dalam tokoh yang diperankan oleh Harini dikalangan
masyarakat sangatlah cocok untuk masih dewasa tapi juga bisa dikatakan bisa
menikah karena umurnya Harini ini masih belasan tahun, dia bisa menentukan
kemauannya sendiri penggolongan itu bisa dijadikan pedoman dimasyarakat
khususnya para wanita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Wanita yang masih berumur belasan tahun mempunyai fisik yang sangat
sempurna, cantik itu menjadikan nilai gender bermanfaat bagi laki-laki khusus
karena wanita mempunyai hak dan kewajiban seperti yang dikatakan gender.
Pesona-pesona fisik yang dimiliki oleh tokoh Harini bisa memikat hati para
laki-laki penilaian gender dengan perjuangannya haruslah bisa bermanfaat bagi
laki-laki, meskipun laki-laki sereing menindas tetapi perempuan jangan pernah
menyerah meskipun kecenderungan laki-laki dalam menempatkan dirinya
sebagai kelompok dominan yang mengendalikan seksualaitas dan identitas
gender perempuan. oleh karena kesetaraan gender bisa sama dengan kehidupan
masyarakat dan berguna di kalangan perempuan. Seperti pada kutipan.
”Naliko iku deweke kelayu bocah wadon sing ngepit nurut tengah sawah
mergo cewek ayu kinyis kuwi, nganggo rok mepet tur minim pisan, Tanjung
saya mbilengi” (Seri 3 Hal 20).
Terjemahan :
”Waktu itu dia ikut anak perempuan yang bersepeda lewat pematang tengah
sawah karena gadis cantik mulus itu memakai rok mini dan pendek sekali,
Tanjung semakin melihatnya” (Seri 3 Hal 20).
3. Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan haruslah memberikan sebuah pendidikan kepada
orang lain tentang sesuatu yang mendidik untuk bisa membangun dirinya untuk
maju dan bisa sejalan apa yang dia cita-citakan. Dalam tokoh Harini merupakan
wanita yang sangat terburu-buru dan juga nekat untuk menambil tindakan, hal
ini terjadi ketika meneror sebuah losmen, hal ini menyebabkan semua orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
yang menginap di losmen tersebut pada kabur keluar semua. Ini menunjuklan
sifat yang ditujukan dia kurang mendidik, tapi setelah beberapa lama setelah
meneror losmen itu akhirnya dia bebenar akan dididik oleh penegak hukum
yaitu polisi. Seperti pada kutipan tersebut:
”Wanita jeneng Harini iku kudu di kreceksisan. Iki mau ana kontak saka
kapolres. Manut alat rekam super canggih, dheweke kuwi neror bom ing
losmen menoreh asri, wis gawe rugine akeh”( Seri 17 hal 21).
Terjemahan:
”Wanita yang bernama harini itu harus diborgol sekalian. Tadi ada berita
dari kapolres. Menurut alat yang sangat canggih, bahwa dia sudah meneror
bom di tempat losmen menoreh asri sudah membuat rugi orang banyak (Seri
17 hal 21).
E. Sikap Budaya Pengarang Dalam Memandang
Sosok Wanita
Suwardi Endraswara sebagai sosok seorang budayawan memandang atau
menilai terhadap sosok wanita, kalau dibandingkan terhadap seorang laki-laki itu
bisa lebih baik sosok wanita dibanding seorang laki-laki, wanita dinilai lebih teliti,
terampil, ulet dan cekatan dalam urusan pekerjaan dari pada laki-laki dinilai lebih
mengandalkan tenaganya dibanding itu.
Sikap Suwardi Endraswara menilai wanita lebih menderita karena wanita
disamping sebagai ibu rumah tangga yang selalu melayani suami, wanita yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
sebagai istri juga mengandung, melahirkan serta merawat anak hingga tumbuh
dewasa, karena itu Suwardi Endraswara menilai hal yang demikian itu bisa
dijadikan pedoman, janganlah sekali-kali para laki-laki mengasari para wanita,
karena wanita makhluk lemah lebih berat kehidupannya dibandingkan para laki-
laki. Untuk menunjukan dan menentukan pendapat serta sikap seorang budaya
pengarang perlu diketahui dulu bahwasannya seorang wanita itu dinilai dari
berbagai macam sikap dalam kehidupan, sehingga di ketahui sejak seorang wanita
tersebut, serta dapat dinilai dari segi kedudukan dalam masyarakat, peran dan
fungsinya wanitanya, karena dapat diketahui bagaimanakah sosok seorang wanita
di kalangan masyarakat.
Pandangan pengarang dalam kedudukan wanita dalam masyarakat dapat
dikatakan bahwa wanita itu sebagai subjek pembangunan, kedudukan pria dan
wanita mempunyai peranan yang sama dalam menikmati hasil pembangunan.
Sosok wanita bila menikmati haknya untuk bisa mengenal dalam bidang
pendidikan, agar mengapa dapat mengecam pendidikan, karena dengan itu wanita
dapat memiliki sebuah daya pikiran yang intelek dan bisa bersaing terhadap para
laki-laki sehingga dapat memajukan jenjang pendidikan yang lebih baik dan ditak
ditipu oleh para laki-laki. Pengarang berpendapat bahwa wanita bisa berkewajiban
mencari nafkah bersama kaum laki-laki, contohnya saja orang yang sudah
berkeluarga, seorang istri bisa membantu suami dalam upaya memenuhi beragam
kebutuhan rumah tangga sehingga kesemuanya itu dapat di lihat dalam
kedudukan, peran dan fungsi wanita dalam masyarakat tidak lagi menoton, hanya
berkutak dalam ruang domestik saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Nilai sosial budaya terkadang menciptakan status dan dalam peranan
wanita disektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga dan
melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga. Sedangkan di lain pihak,
menciptakan status dan peranan pria di sektor publik yakni sebagai kepala
keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah. Contohnya saja Ibu Tanjung
dicerita dia sebagai Ibu rumah tangga yang sering membuatkan makanan untuk
suaminya dan Pak Tanjung sebagai kepala rumah tangga yang mencari makan
buat istri dan anaknya Seperti pada kutipan:
”....olehe’ enthuk lele engko ghek dang dimasak bu! Ghek diwadahi neng
rantang diterake neng Sumini ( hal 19 seri 2).
Terjemahan
”.....kalu mendapatkan ikan lele nanti supaya langsung dimasak bu! Langsung
diantarkan ke rumah Sumni ( hal 19 seri 2)
Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya
tersebut di masyarakat, maka akses wanita terhadap sumber daya di bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas.
Untuk memperkecil keadaan yang merugikan wanita itu, perlu pemahaman dan
penghayatan yang baik tentang peranan wanita dalam pembangunan yang
berwawasan gender, tidak hanya oleh wanita sendiri tetapi juga oleh pria atau
seluruh lapisan masyarakat. Hal ini juga dapat dijadikan pedoman bagi para
wanita terutama para ibu janganlah sekali-kali meninggalkan atau menelantarkan
anak yang masih kecil, karena itu bisa mengakibatkan terlalu kasihan terhadap
anak yang ditinggalkan ibunya nantinya yang menjadi tumbuh dewasa, karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
untuk mencari ibunya anak itu mencari-cari terus ibuknya. Hal ini sama yang
diperankan oleh tokoh Harini yang mencari ibunya yang telah menelantarkan dia
sewaktu kecil dipenitipan anak, sehingga Harini mencari-cari ibunya dengan
berusaha keras ingin menemukannya seperti pada kutipan:
”Endi ibu, endi ibu. Ibuku sing aaaayuuu dhewe. Yen ora dituduhake, awas!”
kambi nyuara ngono, cah wadon kuwi genti ngabruk ing pangkuane bu Tanjun,
mesthi wae marahi mak jenggirat. Bu Tanjung ora bisa kumecap (Seri 2 hal
26)
Terjemahan :
”Dimana Ibu, dimana ibu. Ibuku yang paling cantik. Kalau tidak dikasih tau,
awas!” setelah berbicara seperti itu, wanita itu terjatuh di pangkuan Bu
Tanjung, karena itu menyebabkan kaget. Bu Tanjung tidak bisa berbicara. (Seri
2 hal 26)
Berbagai bagian hal tokoh Harini ini memberikan manfaat serta contoh
terutama bagi wanita bisa dijadikan pedoman dimasyarakat sekarang ini, karena
pada saat ini tidak sedikit seorang ibu yang membuang anaknya, dan anaknya
mencari-cari ibunya dengan adanya cerita reubung ini bisa dijadikan contoh
supaya dapat berhati-hati kalau ingin menemukan orang tuanya. Di masyarakat
kita tidak tahu apakah seseorang itu ingin menolong atau malah ingin mencari
masalah.
Pandangan lain Suwardi Endraswara bahwa wanita dapat menjadi
seorang pemimpin dalam keluarga walaupun kedudukan seorang pemimpin ada
pada seorang laki-laki. Itu bisa saja terjadi kalau misal seorang suami sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
meninggal atau sosok suami sedang sakit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan
rumah tangga dan peran itu dapat diambil oleh seorang wanita atau ibu.
Kesemuanya itu bisa dijadikan pedoman bahwa wanita dapat menjadi seorang
pemimpin, memimpin keluarganya dan menjadi pembina bagi anak-anaknya
dalam bermasyarakat.
Berbagai faktor kehidupan sangatlah menantang, tergantung bagaimana
searang wanita menyikapi kehidupan jaman sekarang ini, kemudian bagaimana
cara wanita untuk bisa berdampingan dengan para laki-laki, tidak terbentur
dengan sikap egois para laki-laki untuk bisa menang sendiri. Wanita haruslah
tahan dan kuat meskipun fisik beda sama kaum laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya
Suwardi Endraswara yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai tahap akhir penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis dari bab
IV, maka kesimpulan yang dapat dipaparkan adalah sebagai berikut:
1. Struktur yang terdapat dalam Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”
karya Suwardi Endraswara ini dapt dikatakan bahwa unsur-unsur
pembangun seperti: tema, alur, penokohan, latar atau setting, dan amanat
menunjukkan adanya kesatuan yang utuh dengan adanya hubungan timbal
balik antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain dalam sebuah karya
sastra. Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara
adalah tentang keluarga dimana dalam keluarga ini berkisar antara Ir
Harinto dengan Sumini yang dicari-cari oleh anaknya yang bernama
Harini, sehingga Harini ini bisa mencari hidup yang lebih baik dalam
kehidupan rumah tangga di masyarakat. Alur ceritanya merupakan suatu
jalinan yang bergerak melalui peristiwa-peristiwa yang bersangkutan
menjadi suatu alur maju dan tertutup. Penokohan disini sangat cocok
sekali dengan peran yang diberikan dan dapat menjiwai watak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
diberikan oleh pengarang sehingga dapat menunjang jalannya cerita.
Dalam akhir cerita nasib tokoh ditentukan oleh pengarang dan hanya satu
tokoh wanita yang ditentukan atas pandangan pembaca. Latar cerita ini
menggunakan tiga latar yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar tempat dijelaskan secara mendetail yaitu tentang suasana ditempat
atau di rumah kediaman keluarga Tanjung untuk merangsang pembaca
cepat masuk dalam cerita. Latar waktu dengan maksud menjelaskan kapan
peristiwa-peristiwa itu terjadi. Dengan menunjukkan waktu seperti waktu
pagi, siang, dan malam. Latar sosial digunakan untuk menunjukkan
suasana dan kebudayaan yang mengikuti cerita.
2. Kritik sastra feminis bermaksud mengungkapkan tentang cerita wanita dan
profil Harini dalam Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi
Endraswara. Profil Harini yang ditunjukkan sebagai sosok wanita yang
pandai, berani, pantang menyerah, dan tidak mudah putus asa. Keberadan
Tokoh Harini di bandingkan dengan sosok wanita lain masih ada citra
buruk karena ada faktor usia muda yang masih ingin menang sendiri, tidak
ingin di atur. Ketergantungan terhadap tokoh laki-laki masih ada dan
dalam taraf sewajarnya.
3. Dalam gerder yang disangkut pautkan dalam tokoh Harini ini sangatlah
berhubungan erat sekali acap kali perempuan ditindas dan acap kali laki-
laki lebih dominan itu menunjukan bahwa perempuan sering diperlakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
kurang baik, menganggap perempuan itu lemah, tidak bisa apa-apa, harus
menurut semua perintah laki-laki, oleh karena itu gender mengajarkan
perempuan juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama pula terhadap
kaum laki-laki, tanpa ada rasa takut bagi perempuan, karena wanita ingin
hidup damai di masyarakat dan tidak ingin disakiti oleh siapapun.
4. Sikap budaya pengarang dalam menyikapi sosok wanita dapat dilihat dari
peran, fungsi, dan kedudukannya di masyrakat yaitu antara laki-laki dan
perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menikmati
hasil pembangunan. Pada dasarnya seorang perempuan ditakdirkan untuk
melahirkan, mengasuh anak, mengurusi rumah tangga, tapi sebetulnya
seorang wanita dalam hal berpikir mempunyai potensi yang sama dengan
laki-laki dan dapat menjadi seorang pemimpin. Untuk itu, perlunya
pengertian pandangan dalm wawasan gender.
B. Saran
Penelitian yang menggunakan pendekatan feminisme dengan
menggunakan metode feminis ini dimaksudkan sebagai sumbangan dan
pengetahuan baru bagi insan sastra, khususnya di jurusan sastra jawa. Pendekatan
feminisme dengan menggunakan kritik sastra feminis ini mempunyai peran yang
sangat besar bagi kritik dan studi sastra pleh karena itu penelitian yang
menggunakan metode kritik feminisme ini yang terdapat dalam karya-karya sastra
di Indonesia, khususnya jurusan sastra Jawa Fakultas Sastra perlu dikembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Berkaitan dengan persoalan dalam skripsi ini ada beberapa saran yang
dapat di sampaikan peneliti sebagai berikut:
1. Berhubungan terbatasnya penulis, maka Penelitian terhadap cerita
bersambung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara ini
masih membuka kesempatan untuk dianalisis dengan objek dan tinjauan
yang berbeda, seperti dikaji dengan cara sosiologi sastra, stuktural
genetik, psikologi sastra, resepsi sastra, sosiologi sastra, dan yang lain
sebagainya. Sehingga akan terungkap pula informasi yang berhubungan
dengan cerbung tersebut yang bisa bermanfaat bagi masyarakat
2. Penyediaan fasilitas buku-buku acuan sastra terutama buku kritik sastra
feminis di perpustakan agar lebih memadahi, ditambah serta bisa
menunjang kegiatan belajar mahasiswa.