Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015PB Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 1
Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 20152 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 3
Daftar Isi4468
101011121314
17171819
212123
25252627
29292931
3333
34
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 3
Latar Belakang Program Runtun Waktu (Timeline) Peta Cluster Pendekatan menyeluruh (Holistic Approach)
Pencapaian Program sampai dengan Juni 2015 Mengukur Dampak Program Pemantauan Hasil Program Hasil Rehabilitasi Pertanian Hasil Program Peningkatan Gizi Hasil (Output) dari Program Utama
Praktik Pertanian yang Baik & Sistem Transfer Teknologi Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh Pelatihan untuk Petani Kakao Pertanian Kakao dan Emisi Gas Rumah Kaca
Integrasi Nutrisi & Sensitivitas Gender Praktik Nutrisi yang Baik Mengikutsertakan Wanita di SCPP
Organisasi Petani, Akses Pasar & Sertifikasi Kelompok Petani dan Organisasi Sertifikasi untuk Petani berskala kecil (smallholders) Teknologi Informasi Komunikasi untuk Sertifikasi dan Ketertelusuran
Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu Pelatihan Literasi KeuanganKolaborasi dengan Institusi KeuanganPenguatan Koperasi
Manajemen Pemangku Kepentingan & Platform Jaringan Peran dan Kontribusi Pemerintah
Kesimpulan
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 20154 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 5
2011 2012 20132010 2015 2016 2017 20182014
PEKA
SCPP - SECO
CPQP 1 - IDH
GNP - EKN
CPQP 2 - IDHSTMF - IDH
AFF-SECO
READ-IFAD
GP-SCPP MCA-I
Fase 2
Kementerian Dalam NegeriRepublik Indonesia
Sektor kakao di Indonesia memberikan kesempatan bagi para petani untuk meningkatkan perekonomian mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan pemerintahan Joko Widodo untuk menjadikan negara Indonesia sebagai produsen kakao terbesar di dunia. Namun demikian, sektor ini menghadapi sejumlah tantangan, yang mempengaruhi produksi kakao. Luas lahan pertanian yang kecil, produktivitas yang rendah, minimnya akses ke lembaga keuangan yang formal, dan persaingan dengan komoditas lainnya merupakan beberapa tantangan yang dihadapi.
Tantangan dapat ditelusuri kembali ke beberapa faktor seperti kurangnya keahlian budidaya, kurangnya pohon produktif dan banyaknya pohon yang sudah tua, akses yang terbatas untuk sarana produksi pertanian yang berkualitas, dan tingginya serangan hama dan penyakit.
The Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) adalah kemitraan publik-swasta antara Swisscontact, the Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO), the Sustainable Trade Initiative (IDH), Kedutaan Besar Kerajaan Belanda (the Embassy of the Kingdom of Netherlands), the International Fund for Agricultural Development (IFAD), dan the Millenium Challenge Account Indonesia (MCA-I). Di tingkat nasional SCPP bekerja dengan Kementerian Dalam Negeri, sedangkan untuk kemitraan dengan perusahaan swasta SCPP bekerja sama dengan ADM Cocoa, Barry Callebaut, BT Cocoa, Cargill Cocoa and Chocolate, Ecom, Mars Inc., Mondeléz International, dan Nestlé. Masing-masing daerah operasional SCPP mempunyai sedikit variasi dalam intervensi terkait pasar, yang bergantung pada dukungan dan infrastruktur mitra sektor swasta.
SCPP dijalankan mulai 1 Januari 2012 sebagai kelanjutan dari the Economic Development Financing Facility Project (PEKA) di Aceh. Selama fase perencanaan dengan SECO, beberapa perusahaan swasta menyatakan minat mereka untuk bekerjasama dengan Swisscontact di Sulawesi, yang menyebabkan penyertaan IDH sebagai mitra untuk menyediakan dana tambahan untuk SECO. Ketika program dimulai, tiga perusahaan telah bergabung dengan SCPP di bawah komponen IDH di Sulawesi. Pada bulan Desember 2012, Kedutaan Belanda bergabung dengan program modul-modul Good Nutrition Practices (GNP) atau Praktik Nutrisi yang Baik, memberikan nilai tambah yang besar untuk kegiatan Program dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Pada bulan Maret 2014, SECO memperluas komitmen untuk SCPP dengan komponen Fasilitas Pembiayaan Agribisnis atau Agribusiness Financing Facility (AFF).
Pada bulan Januari 2015, SCPP menyambut IFAD untuk membantu mengimplementasikan SCPP di lima kabupaten di Sulawesi Tengah sebagai bagian dari
program READ tahapan berikutnya. Pada bulan Maret 2015, Swisscontact - sebagai bagian dari Konsorsium GP-SCPP - menandatangani perjanjian dengan MCA – Indonesian Green Prosperity untuk menambahkan kabupaten. Jumlah kabupaten meningkat dari 19 ke 29 kabupaten dan merambah ke Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu propinsi ke wilayah cakupan kerja SCPP. Melalui Konsorsium, SCPP juga bermitra dengan LSM Belgia, Vredes Eilanden (VECO) dan the World Cocoa Foundation (WCF) dalam pelaksanaan komponen Kemakmuran Hijau atau Green Prosperity.
Program, antara lain, menawarkan pelatihan seko-lah lapang petani, membangun kapasitas organisasi petani dan koperasi, mempromosikan pembentukan pembibitan kebun klonal yang unggul, menciptakan transparansi dalam rantai pasokan yang berkelan-jutan, menyediakan akses ke penyedia layanan ke- uangan lokal, meningkatkan asupan gizi bagi keluarga petani kakao, dan mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor kakao.
Latar Belakang ProgramTimeline
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 20154 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 5
Tujuan utama SCPP adalah mengurangi tingkat kemiskinan bagi 98.000 keluarga petani kakao di tahun 2018, melalui ekspansi menyeluruh yang direncanakan hingga 2020. Program ini dirancang dalam beberapa tahap pendanaan, dengan 31 ekspansi pembiayaan direncanakan sampai tahun 2020, untuk mencapai 130.000 keluarga petani kakao dan menjalankan kontrak yang telah ditetapkan untuk periode 2012-2018.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 20156 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 7
28Toli-Toli Buol29
252627
10
11
21
20
17
18
19Mamasa
SouthwestSumba
Ende
SikkaEast Flores
Luwu
1314
9
121011
16
24 North Kolaka
East Kolaka
22
Banggai
East Luwu
Investing in rural people
27
25
26 28
29
5
4
32
1
24
South-East SulawesiCentral Sulawesi
2726
Central SulawesiAceh
West Sumatra
West Sulawesi
14
15
16
13
East Nusa Tenggara
17
18
South Sulawesi
19
20
21
South Sulawesi
South-East Sulawesi
22
23
23PolewaliMandar 12
15
Provinsi7Kabupaten29Mitra Sektor Swasta8
Peta Cluster
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 20156 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 7
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 20158 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 9
Pendekatan Menyeluruh
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 20158 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 9
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201510 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 11
Pencapaian Programsampai dengan Juni 2015
SCPP menggunakan hasil pengukuran yang terbaru dari Progress out of the Poverty Index (PPI) atau Perkembangan dari Indeks Kemiskinan yang dikembangkan oleh Grameen Foundation dan direkomendasikan oleh Committee on Sustainability Assessment (COSA - Komite Pengkajian yang Berkelanjutan). Dengan mengumpulkan data dari kuesioner yang sederhana, SCPP memperkirakan pendapatan rumah tangga petani kakao untuk setiap anggota rumah tangga setiap harinya di bawah garis kemiskinan nasional (Rp. 7.893/hari) dan dibawah dua garis kemiskinan internasional yaitu USD 1,25/hari atau USD 2,50/hari.
Dengan menggunakan kategori yang berbeda, petani yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional atau USD 1.25 /hari diklasifikasikan sebagai miskin sedangkan petani yang hidup di antara garis kemiskinan nasional dan USD 2.5 /hari diklasifikasikan sebagai sangat rentan. Sebelum bergabung dengan program ini (petani meneruskan bergabung sejak PEKA di mulai tahun 2010 di Aceh), lebih dari 63% dari rumah tangga petani berada di kondisi yang sangat
rentan. Satu tahun setelah intervensi program, angka ini sudah menurun menjadi 56%. Situasi ini paling kritis terjadi di Sulawesi Barat dimana satu dari lima rumah tangga tergolong miskin.
Di sebagian besar dunia, pertanian kakao sering dikaitkan dengan kemiskinan. SCPP percaya bahwa pendekatan menyeluruh akan memberi-kan kontribusi dalam peningkatan rumah tangga kakao dari miskin ke klasifikasi rentan dan akhirnya keluar dari lingkaran kemiskinan dalam empat tahun setelah intervensi.
Selama pelaksanaan, SCPP mengumpulkan data secara teratur dari setidaknya 10% dari petani yang berpartisipasi dalam survei postline untuk mengukur perubahan termasuk peningkatan pendapatan. Sesuai dengan data yang tersedia sampai dengan 30 Juni 2015 sekitar 33% dari petani yang dibantu, sebesar 19.875 keluarga telah meningkat pendapatannya, sedikitnya sebesar 75%.
Mengukur Dampak Program
Ang
ka K
emis
kina
n -
USD
1.2
5/ha
ri
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
20%
Aceh SulawesiBarat
SulawesiSelatan
SulawesiTengah
SulawesiTenggara
SumateraBarat
SCPPTotal
Baseline USD 1.25/hari Post-line USD 1.25/hari
Sebagian besar petani kakao mulai menanam kakao pada tahun 1990 saat kakao sedang berjaya di Indonesia. Semenjak itu banyak pohon yang tidak di tanam kembali, oleh karena itu usia pohon adalah salah satu masalah terbesar dalam produksi kakao. Pohon-pohon yang sudah tua lebih rentan terkena hama dan penyakit dan jika tidak di regenerasi atau di tanam kembali, pendapatan petani dari kakao akan turun secara signifikan. Dengan hanya menerapkan Praktik Pertanian yang Baik dan rehabilitasi pertanian, penghasilan petani dari pohon kakao yang lebih muda akan meningkat secara signifikan; direkomendasikan untuk penanaman kembali pohon yang sudah berumur dan/atau dilakukan sambung samping atau sambung pucuk (regenerasi). Dengan meningkatkan hasil pertanian, petani dapat mendapatkan pendapatan yang lebih sehingga dapat memberikan pendidikan yang lebih baik untuk anak-anak mereka dan dapat menciptakan lebih banyak peluang kerja.
Ketika melakukan pemantauan, SCPP menyadari betapa pentingnya bantuan teknis dan penindak- lanjutan setelah pelatihan untuk membuat Program lebih efektif. Banyak petani yang masih ragu untuk meremajakan tanaman mereka dengan bahan tanam yang baru. Tetapi jika di dorong oleh staf lapangan dan diperlihatkan cerita sukses petani lain dan melihat secara langsung di pusat-pusat pembelajaran, petani
akan lebih termotivasi dan mulai merawat lahan pertanian yang pohonnya sudah menua dengan peremajaan, sehingga akan meningkatkan hasil panen dan pendapatan mereka.
SCPP terus memantau efek dan pendekatan praktik pertanian yang baik dan mata pencaharian petani dengan kunjungan berkala dan pengumpulan data secara kontinu. Sampai dengan Juni 2015, SCPP telah mengumpulkan data dasar bergulir dari semua petani yang dilatih dan post-line data atau data setelah inter-vensi dari lebih dari 10.000 petani (18% sampel). Data dianalisis secara teratur untuk memberikan wawasan tentang perubahan praktik dan strategi yang dilakukan oleh petani dan hasil tersebut di bagikan kepada mitra atau masyarakat.
Salah satu dari hasil data menunjukkan peningkatan produktivitas petani sampai dengan 699 kg/ha/tahun. Data-data ini diambil dari survei pertanian yang dilakukan setidaknya satu tahun setelah menerima dukungan pertama, dibandingkan dengan data keseluruhan 450 kg/ha/tahun yang dikumpulkan dari evaluasi pertanian sebelum petani bergabung dengan kegiatan pelatihan-pelatihan. Pada saat ini, dukungan SCPP untuk produksi kakao berkelanjutan yang telah menghasilkan antara lain, peningkatan produktivitas sampai 55.3%.
Pemantauan Hasil Program
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Aceh SulawesiBarat
SulawesiSelatan
SulawesiTengah
SulawesiTenggara
SumateraBarat
SCPPTotal
370
764
436 61
7
566
765
375
659
571 65
3
405 50
0
450
699
Baseline Post Line
Kg/
Hek
tar/
Tahu
n
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201510 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 11
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201512 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 13
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
Aceh SulawesiBarat
SulawesiSelatan
SulawesiTengah
SulawesiTenggara
SumateraBarat
SCPPTotal
Baseline IDDS
Di Sulawesi Tengah, Pelatihan GNP dimulai pada semester 1 tahun 2015
*
*
Post-Line IDDS
N/ASk
or ID
DS
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
Target Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil Hasil
Aceh SulawesiBarat
SulawesiSelatan
SulawesiTengah
SulawesiTenggara
SumateraBarat
Direhabilitasi Ditanami kembali Diregenerasi
Target Target Target Target Target
Program ini telah memanfaatkan Individual Dietary Diversity Score (IDDS) atau Nilai Diet Keanekaragaman untuk mencerminkan ke-cukupan nutrisi bagi perempuan dalam rumah tangga petani kakao. Dengan mengumpulkan IDDS, Program mampu menilai perubahan diet perempuan sebelum dan sesudah pelatihan GNP (Praktik Nutrisi yang Baik) untuk mengukur pen-ingkatan asupan makanan yang diharapkan.
Untuk melakukannya, Program merangkum sembilan jumlah kelompok makanan yang dikonsumsi oleh responden selama periode 24 jam. Program ini tetap berhati-hati dalam mengumpulkan data baseline atau data sebelum program dan postline atau data setelah program IDDS karena di beberapa daerah ada praktik yang semakin umum untuk mengkonsumsi
makanan dan kudapan atau camilan di luar ru-mah seperti apabila ada perayaan tradisional di sekitar desa. Ini secara signifikan telah membuat IDDS dari responden lebih tinggi. Sesuai grafik di bawah ini, sejak awal komponen GNP pada tahun 2013, IDDS meningkat rata-rata sebesar 16% (artinya satu lagi grup makanan di IDDS yang dikonsumsi).
Meskipun IDDS saat ini banyak digunakan di wilayah di seluruh dunia untuk mengukur asupan makanan, namun IDDS belum bisa digunakan untuk membandingkan hasil dengan proyek-proyek di negara-negara yang lain kare-na perbedaan pengelompokan makanan sehing-ga skor, sampel-sampel yang kecil, perbedaan musim (perbedaan musim hujan dan musim kering akan menghasilkan nilai yang berbeda).
Hasil Program Peningkatan Gizi Laporan tengah tahunan (bi annual) ini juga memberikan data terakhir sampai dengan Juni 2015, hasil kumulatif indikator dari peningkatan kapasitas petani di Praktik Pertanian yang Baik di sektor kakao. Mengukur pemakaian teknologi yang terbaru oleh petani menjadi tantangan utama dalam sektor kakao. Keselarasan dengan mitra dan asosiasi industri adalah tugas yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa kami memiliki metodologi yang kredibel dan layak untuk mengevaluasi perbaikan pertanian dalam tingkat individu. Sejauh ini, kami melaporkan hasil Praktik Pertanian yang Baik dengan mengukur tiga indikator yang berhubungan dengan rehabilitasi pertanian, peremajaan, dan penanaman kembali dengan hasil sebagai berikut:
1.337 hektar pertanian ditanami kembali: Total hektar perkebunan dimana sejauh ini 1,25 juta bibit kakao, di produksi di 370 pusat pembibitan yang didukung oleh Program, ditanam sebagai pengganti pohon yang tua, tidak produktif dan berpenyakit. Pembibitan telah mencapai kapasitas produksi 1,1 juta per tahun bibit kakao, namun produksi, distri-busi dan penanaman bibit masih berada di bawah potensi yang ada.
7.319 hektar diregenerasi: Total hektar pertanian di mana pohon-pohon tua atau/
dan kurang produktif di sambung pucuk atau di sambung samping dengan bahan tanam yang lebih baik untuk meremajakan perkebunan sehingga memastikan hasil yang berkelanjutan dan dapat ditingkatkan. Seperti yang dilaporkan sebelumnya, pemantauan indikator ini dilakukan secara berkelanjutan. Petani yang di survei sudah melakukan sambung samping pada rata-rata 80 pohon kakao (atau rata-rata 10% dari kebun) berdasarkan post-line data atau data setelah intervensi.
9.036 hektar di rehabilitasi: Total hektar perke-bunan yang berhasil menerapkan Praktik Pertanian yang Baik untuk meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah. Untuk indikator ini, SCPP men-jumlahkan semua perkebunan yang menghasilkan setidaknya 750 kg/ha/tahun dengan asumsi bahwa petani telah merehabilitasi perkebunan mereka melalui aplikasi praktik pertanian yang baik dan menambahkan bahan organik. Hasil panen meningkat karena perkebunan dikelola dengan baik dengan menggunakan bahan tanam dan input pertanian yang telah ditingkatkan. Rehabilitasi perkebunan perlu dilakukan oleh semua petani yang telah di dukung untuk mencapai keseluruhan target Program di 1.000/kg/ha.
Hasil Rehabilitasi Pertanian
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201512 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 13
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201514 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 15
Petani kakao kecil dilatih
rata-rata 8 hari melalui Sekolah Lapang Petani
53,386
677
Penyuluh (pertanian, gizi dan keuangan)
dari sektor swasta dan pemerintah
berpartisipasi pada pelatihan
SCPP untuk menjadi pelatih
utama
18.6%
Partisipasi perempuan
dalam Praktik
Pertanian yang Baik
(GAP)
256
Kelompok Tani (CPG) baru didiri-kan pada semester pertama
tahun 2015
29,126
Keluarga (satu anggota
keluarga petani kakao dilatih
Praktik Nutrisi yang Baik
(GNP)
370
Pembibitan untuk bahan
tanam didirikan
79.6%
Partisipasi Perempuan pada Praktik Nutrisi yang Baik (GNP)
1.1 Juta
Kapasitas bibit kakao unggul
terpasang
14,055
Anggota keluarga petani kakao
terpilih menerima peningkatan
kapasitas pelati-han pengetahuan Praktik Keuangan yang Baik (GFP)
15
Organisasi petani dan koperasi
menyediakan jasa bagi
anggotanya
51.8%
Partisipasi Perempuan pada Praktik Keuangan yang Baik
(GFP)
10,872
Petani kakao tersertifikasi untuk musim kakao 2015
Selain angka-angka dari hasil utama, Program telah mencapai berbagai hasil kumulatif sampai akhir
Juni 2015 sebagai berikut:
53.386 petani kakao berskala kecil (small-holders) yang dilatih rata-rata selama 8 hari
melalui Sekolah Lapang Petani (Farmer Field
School) mengenai Praktik Pertanian yang Baik
(Good Agricultural Practices - GAP), penanganan
pasca-panen, manajemen pertanian profesional,
manajemen pembibitan, dan sertifikasi dengan
18.6% partisipasi dari perempuan.
Output pada saat ini mencapai 89%
29.126 keluarga (salah satu anggota keluarga)
petani kakao berskala kecil dilatih Praktik Nutrisi
yang Baik (Good Nutrition Practices - GNP)
dengan 79.6% partisipasi dari perempuan.
Pelatihan di lakukan selama tiga hari: 2 hari
Sekolah Lapang GAP dan 1 hari yang diseleng-
garakan oleh kelompok saat musim panen, atau
beberapa minggu setelah pelatihan pertama.
Output pada saat ini mencapai 73%
Setelah pelatihan GAP dan GNP, 14.055
anggota terpilih dari keluarga petani kakao
mendapatkan pelatihan peningkatan kapasitas
melalui pelatihan Praktik Keuangan yang Baik
(Good Financial Practices - GNP) dengan 51.8%
partisipasi perempuan.
Output sampai saat ini 47%
677 penyuluh (pertanian, gizi, dan keuangan)
dari sektor swasta dan lembaga pemerintah ber-
partisipasi dalam pelatihan SCPP untuk menjadi
pelatih utama.
Output sampai saat ini 85%
256 Kelompok Tani (Cocoa Producer Group - CPG) baru didirikan pada semester pertama
tahun 2015, sehingga total kelompok menjadi
1.747 CPG. Menjelang akhir tahun 2015,
program ini akan bekerja untuk mencapai
keseluruhan target untuk memfasilitasi
pembentukan 2.000 CPG di seluruh wilayah
implementasi.
Output sampai saat ini 87%
370 pembibitan untuk bahan tanam memi-
liki kapasitas produksi sebesar 1,1 juta bibit
berkualitas dan sekitar 370 .000 bibit kakao
yang diproduksi dan didistribusikan/ditanam
dalam pertengahan semester pertama tahun
2015 di Sumatra dan Sulawesi.
Pencapaian Output pembibitan yang
didukung hingga saat ini adalah 74%
3 organisasi petani/koperasi baru didukung
pada semester pertama tahun 2015,
menghasilkan total 15 organisasi petani sejak
Program dimulai. 13 model bisnis untuk koperasi
dikembangkan termasuk pemegang sertifikasi,
penjualan biji kakao, bisnis ritel pupuk dan lain-
lain.
Pencapaian output sampai saat ini 50%
10.872 penghasil kakao saat ini memegang
sertifikasi untuk musim kakao tahun 2015
melalui badan Sertifikasi UTZ di Aceh dan
Sulawesi Tenggara dan label Rainforest Alliance
di Sulawesi Selatan. Satu koperasi di Kolaka
Timur, Sulawesi Tenggara mendistribusikan
Rp.2,4 miliar (sekitar US$ 200.000) untuk petani
sebagai pemegang sertifikasi dan memiliki
modal sendiri sebesar Rp. 570 juta.
Output sampai saat ini 54%
Hasil (Output) dari Program Utama
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201514 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 15
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201516 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 17
Praktik Pertanian yang Baik & Sistem Transfer Teknologi
Di lapangan ditemukan indikasi salah satu tantangan paling besar untuk para penyuluh adalah
bagaimana mengajarkan petani yang tidak tahu bagaimana membaca menulis. Dalam pelatihan
utama dan staf lapangan dari sektor swasta dapat belajar bagaimana cara mengajarkan dan mem-
fasilitasi petani dengan permasalahan tersebut.
Staf Penyuluh yang dilatih
SwastaPemerintah
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Tahun2015
Kumulatif2012 - 2015
Target Hasil Target Hasil
625
52
645
155
15
119
19
145
Pelatihan Utama untuk Staf dan PenyuluhSCPP secara berkala memberikan pelatihan utama untuk sektor swasta dan staf lapangan SCPP (Fasilita-
tor Lapangan, Koordinator Lapangan, Magang) dan penyuluh. Tujuan dari pelatihan utama ini untuk me-
lengkapi peserta dengan pengetahuan dan keterampilan fasilitasi sehingga peserta dapat menjalankan
peran mereka dalam sekolah lapang. Penyuluh adalah pegawai pemerintah yang menjalankan pelatihan
SCPP sementara fasilitator lapangan dan koordinator memfasilitasi dan mengawasi Sekolah Lapang
Petani. SCPP mencoba untuk memastikan bahwa pengetahuan dan pemindahan keterampilan berkelan-
jutan digunakan di luar pelaksanaan program. Selain itu, melibatkan penyuluh dari pemerintah merupa-
kan bagian dari upaya SCPP untuk mendorong pemerintah mengadopsi modul sehingga kesinambungan
program ini terjaga.
Selama pelatihan utama, peserta pelatihan mempelajari teknik pertanian yang baik, pengelolaan
pembibitan, cara mengevaluasi sebuah perkebunan kakao, teknik membantu kelompok tani kakao dan
lain-lain. Pada semester pertama 2015, SCPP telah melaksanakan 32 Pelatihan Utama, diantaranya: 9
pelatihan mengenai Praktik Pertanian yang Baik (GAP), 8 pelatihan mengenai Praktik Keuangan yang
Baik (GFP), 9 pelatihan mengenai Praktik Nutrisi yang Baik (GNP), 2 pelatihan mengenai Kelompok dan
Pengembangan Koperasi, 2 pelatihan mengenai ICS, Ketertelusuran dan Sertifikasi, dan 2 pelatihan di
Pasca Panen dan Pelatihan untuk Pelatih mengenai Akses ke Pasar. Selain keterampilan teknis, petugas
staf lapangan dan penyuluh belajar untuk bekerja sama dan berbagi pengalaman. Pemantauan dari
lapangan menunjukkan bahwa peserta Pelatihan untuk Pelatih menyatakan Pelatihan Utama membantu.
Terutama staf lapangan yang awalnya kurang percaya diri untuk memfasilitasi FFS mendapatkan keper-
cayaan diri untuk memfasilitasi petani dalam hal teknis.
Pada semester pertama 2015, SCPP telah melatih 164 pelatih utama diantaranya 145 dari mereka
adalah pegawai pemerintah dan 19 staf sektor swasta. Pelatih utama berkolaborasi dengan Fasilitator
Program untuk membantu petani selama mengikuti sekolah lapangan petani.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201516
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201518 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 19
Pelatihan untuk
Petani Kakao
Pertanian Kakao dan
Emisi Gas Rumah Kaca Pelaksanaan pelatihan petani tetap menjadi fokus utama Program. Tahun 2015 merupakan tahun terakhir fase pertama SCPP, Program bekerja untuk memastikan pencapaian sasaran di wilayah implementasi. Selain Pelatihan Utama, SCPP juga menyediakan pelatihan untuk petani kunci (Key Farmers) sehingga mereka bisa mempersiapkan diri sebelum FFS dimulai. Selama periode pelaporan, Program telah melaksanakan Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainers) untuk GAP, GFP, GNP, Pasca Panen dan Akses ke Pasar dan Grup, ICS, dan Pengembangan Koperasi. Grafik 4 di sebelah kanan menunjukkan jumlah petani kunci yang terlibat dalam setiap Pelatihan untuk Pelatih selama semester 1 Tahun 2015. Pada tanggal 30 Juni 2015, 694 petani kunci yang baru di seleksi telah dilatih diantaranya 35% dari mereka adalah perempuan. Setelah petani kunci dilatih, mereka akan menjalankan FFS bersama-sama dengan penyuluh dan staf lapangan.
FFS dilakukan mengikuti pelatihan KF (Key Farmers). Dalam periode pelaporan, 7.376 petani secara total (termasuk petani kunci) dilatih Praktik Pertanian yang Baik. Hal ini membawa total jumlah petani kakao yang menerima pelatihan SCPP sejak awal Program sampai semester pertama 2015 menjadi 53.386 petani (dengan 18,6% peserta perempuan). Sejak awal program pada tahun 2012, 427.712 hari pelatihan Praktik Pertanian yang Baik telah dilaksanakan di semua bidang implementasi. Rata-rata, petani menerima 8 hari pelatihan di modul Praktik Pertanian yang Baik. Para petani menerima pelatihan selama 7-10 hari di berbagai modul seperti pemangkasan, kesuburan tanah, dan pemupukan, manajemen hama dan penyakit terpadu, pemanenan dan sanitasi, praktik pasca panen dan kualitas (menyortir, fermentasi dan pengeringan) dan manajemen pestisida.
1 Ekuivalen CO2 (CO2e) adalah
konsentrat CO2 yang menye-
babkan tingkat radiative yang
sama seperti konsentrat emisi
gas rumah kaca. Contoh gas
rumah kaca adalah metana,
perfluorokarbon, dan nitrous
oksida (Sumber: Wikipedia, 4
Agustus 2015).
2 Cécile Bessou, Laurence
Chase, Ian Henson, Amir F.N.
Abdul-Manan, Llorenç Milà
i Canals, et al. Palm GHG,
penghitung gas rumah kaca
RSPO untuk produk minyak saw-
it. Konferensi ke-8 LCA sektor
Agri-Komoditas, Okt 2012,
Saint-Mali, France. pp.498-
504,2012.
Gas Rumah Kaca (GRK) dari kegiatan pertanian adalah pemicu yang signifikan untuk perubahan iklim di dunia. Sejalan dengan masalah ini, SCPP dan mitranya bertujuan untuk meminimalkan emisi ting-kat gas rumah kaca di sektor kakao melalui Praktik Pertanian yang Baik dan Praktik Lingkungan yang Baik. Nitrogen Oksida sebagai salah satu emitor ter-besar gas rumah kaca di sektor kakao - diperkirakan meningkat karena intensifikasi kegiatan pertanian kakao ini terutama dari pupuk.
Sebagai pemimpin dalam kelompok kerja kakao PISAgro, SCPP berkomitmen untuk mengembang-kan metodologi untuk mengukur dan memantau emisi Gas Rumah Kaca dalam intensifikasi kakao. SCPP bermaksud untuk mengintegrasikan target un-tuk pemantauan dan mitigasi emisi gas rumah kaca dalam kegiatan program dan rencana pemantauan untuk meningkatkan dampak lingkungan yang positif.
SCPP menerapkan pendekatan holistik untuk praktik lingkungan yang ramah lingkungan dan berkelan-jutan. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi gas emisi rumah kaca dan meningkatkan penyer-apan karbon. Program telah memperkirakan dan mengukur emisi gas rumah kaca dari intensifikasi kakao melalui baseline survey atau survei sebelum intervensi dan postline survey atau survei sesudah intervensi.
Berdasarkan data sampai akhir Juni 2015, 3.273.714 pohon rindang seperti tanaman perkebunan lainnya, pohon dengan kayu keras (hardwood trees), buah-buahan, dan pohon yang memperbaiki Nitrogen ditanam di perkebunan kakao SCPP dan menghasilkan rata-rata 65 pohon rindang per kebun meningkatkan jumlah kenaekaragaman hayati, penyerapan karbon, bertambahnya variable pema-sukan dan ketahanan pangan yang lebih baik.
Pemanfaatan pupuk kimia juga secara signifikan meningkatkan emisi gas rumah kaca dari nitrogen oksida (setara dengan karbon dioksida). Sampai akhir periode pelaporan, petani yang bepartisipasi dalam program SCPP menggunakan rata-rata sekitar
229 kg/ha pupuk kimia (urea, ZA, TSP, NPK, KCI), sedangkan penggunaan pupuk organik (kompos, pupuk kandang, granule) tercatat rata-rata sekitar 143 kg/ha. Data kami (berdasarkan baseline data atau data sebelum program dari 54.000 petani) menujukkan bahwa rata-rata baseline emission sebelum program CO2 setara dengan 1,02 TCO2eq/MT kakao yang dihasilkan. Jika dibandingkan dengan setiap MT minyak sawit mentah yang diproduksi, angka ini mirip (1,03 TCO2eq/MT). Namun demikian, bila dihitung per hektar, dengan memperhitungkan hasil panen dari petani berskala kecil, dampak pertanian kakao jelas menunjukkan 8,8 emisi gas rumah kaca yang lebih rendah 0,44 TC02eq/ha dibandingkan dengan kelapa sawit dengan 3,88 TCO2eq/hektar.
Ketika membandingkan baseline data atau data se-belum program dan postline data atau data sesudah program, total pengurangan gas emisi rumah kaca, jika diterapkan pada 54.000 petani, saat ini berjum-lah 3.565 tCO2eq per tahun. Jumlah CO2eq tersebut setara dengan menyingkirkan 120.000 mobil berjalan, yang akan mengemudi sekitar 20.000 Km dalam setahun atau menghindari 2.187 penerban-gan pulang pergi dari Zurich ke Jakarta.
Rata-rata kadar karbon organik adalah 0.24 tc/MT pohon kakao (penyerapan karbon). SCPP saat ini sedang dalam proses penelitian formula untuk menghitung penyerapan karbon dari pohon rindang. Program ini telah aktif terlibat dalam mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui modul di FFS. Sejumlah pendekatan pertanian seperti pemangkasan, penanaman pohon rindang, mengurangi pengunaan pupuk kimia yang berlebihan, tanah yang tepat, pengelolaan air, atau menggabungkan teknik penggunaan kimia dan pu-puk organik yang efisien dan efektif untuk mengu-rangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan stok karbon di perkebunan kakao. Selain itu, modul baru mengenai Praktik Lingkungan yang Baik untuk lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan di kalangan petani kakao sedang dikem-bangkan saat ini.
0
50
100
150
200
250
300
350
400
PerempuanPria
324
17
69 9449 66 89
7
13
15
257
76
GAPPraktik
Pertanian Terbaik
GFPPraktik
Keuangan Terbaik
GNP Praktik Nutrisi Terbaik
Pengembangan Kelompok dan
Koperasi
ICS,Ketertelusuran dan Sertifikasi
Pasca Panen dan Akses
Pasar
Jumlah Key Farmers di modul TOT
Peserta GAP
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
Tahun2015
Kumulatif2012 - 2015
Target
10,360
Hasil
PerempuanPria
6,191
1,1762,590
Target Hasil
48,000 43,452
9,93412,000
Kebun Survei tC02e/Kebun tCO2e Pengurangan tC02e
54,000Baseline 680 36,746
3,565Post-Line 614 33,181
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201518 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 19
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201520 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 21
Nutrisi & IntegrasiSensitivitas Gender
Status gizi buruk di masyarakat petani dan anggota keluarga mereka masih menjadi masalah, yang mempengaruhi masyarakat pedesaan di Indonesia termasuk daerah tempat pohon kakao tumbuh. Kurangnya pengetahuan tentang diet seimbang dan makanan yang tepat untuk anak-anak mempengaruhi kesehatan rumah tangga pada saat ini dan juga di masa yang akan datang, sehingga mempengaruhi produktivitas dan terkadang menyebabkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi.
Malnutrisi anak tidak hanya karena kurang ketersediaan pangan tapi kadang-kadang juga karena pilihan Ibu untuk memberi asupan makanan untuk anak-anak yang rendah gizi seperti mie instan dan keripik. Kombinasi kurangnya pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang dan disiplin yang kurang menye-babkan kekurangan gizi pada anak-anak bahkan pada keluarga yang tidak miskin. SCPP menangani masalah ini dengan menekankan pentingnya memberikan asupan makanan kepada anak yang cukup dan mengingatkan kepada keluarga efek dari gizi yang buruk.
Pemantauan berkelanjutan memberikan pandangan yang mendalam dalam pemilihan asupan makanan dan kebiasaan pemberian makanan di rumah tangga yang berpartisipasi dalam SCPP dan secara kontinu berupaya untuk meningkatkan pelatihan agar lebih efektif. Seperti yang telah dilaporkan sebelumnya, petani mengurangi pengeluaran makanan mereka dengan tumpang sari dan berkebun di rumah, sehingga meningkatkan pendapatan mereka dengan menjual sayuran berlebih yang dihasilkan dan meningkatkan asupan gizi mereka. Namun, keberlanjutan menjaga kebun sayur bergizi tetap menjadi tantangan sebagai petani dikerenakan benih hibrida tidak dapat diperbanyak lebih lanjut, dan petani sering berhenti merawat kebun mereka setelah panen pertama. SCPP telah belajar untuk mengatasi masalah ini dan masalah lainnya, materi pembelajaran baru seperi flipchart atau poster telah dirancang dan digunakan dalam FFS dan pelatihan modul baru seperti konversi dan propagasi benih sayuran bergizi lokal dan manajemen kolam ikan untuk meningkatkan asupan protein di daerah dataran tinggi sedang dikembangkan.
Selama periode pelaporan, Program terus berupaya untuk mencapai 40.000 keluarga dalam memberikan peningkatan kapasitas rumah tangga petani kakao tentang gizi dan asupan makanan yang lebih baik. Pada semester ini, Program memperluas kegiatan pelatihan hingga Kabupaten Luwu, Luwu Timur, dan Luwu Utara di Sulawesi Selatan (bermitra dengan Mars Inc.), dan Kabupaten Parigi Moutong di Sulawesi Tengah (bermitra dengan Ecom). Semua daerah operasional SCPP telah mengimplementasi pelatihan GNP.
Pada semester pertama 2015, Program telah melatih 7.332 anggota keluarga dalam pelati-han GNP dengan 79% wanita yang hadir. Menyebabkan total jumlah peserta pelatihan GNP sejak komponen gizi dimulai pada Desember 2012 mencapai 29.126 rumah tangga atau 73% dari jumlah yang ditargetkan. Jumlah hari pelatihan yang telah di akumulasi sampai Juni 2015 mencapai 16.836, sehingga mencapai berjumlah 62.025 hari pelatihan sejak awal Program.
Peserta GNP
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Tahun2015
Kumulatif2012 - 2015
Target Hasil
PerempuanPria
Target Hasil
8,000 5,931
23,195
32,000
9,600
2,400
1,526
5,806
Pelatihan Praktik Nutrisi yang Baik
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201520 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 21
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201522 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 23
Mengikutsertakan Wanita di SCPPSCPP menyadari bahwa perempuan memainkan peran penting dalam pertanian kakao dan oleh karena itu Program telah dirancang untuk mengintegrasikan perempuan di setiap kegiatan. Meski-pun demikian, di sebagian besar di wilayah Indonesia dimana budaya patriaki adalah salah satu keyakinan sosial, kontribusi dari perempuan sering kali dipertanyakan. Sehingga, Program mencoba untuk melihat empat aspek yang berkontribusi terhadap peningkatan skala keterlibatan perempuan di SCPP, yaitu akses, partisipasi, kontrol dan manfaat:
AKSeS Menyadari bahwa pertanian di Indonesia di persepsikan sebagai sektor yang di dominasi oleh laki-laki, Program melihat pentingnya untuk memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk memiliki peningkatan akses untuk sektor ini. Karenanya dalam pem-bentukan kelompok ak-tivitas, SCPP mendorong keanggotan perem-puan dalam kelompok serta kemimpinan wan-ita. Selanjutnya, untuk memberikan kesempa-tan yang sama untuk perempuan dan laki-laki, Program memberikan prasyarat setidaknya 30% responden adalah perempuan dalam post-line survey atau survei setelah program.
PArTISIPASI Sejalan dengan mekanisme di atas, SCPP secara konsisten menempatkan upaya untuk melibatkan per-empuan dalam kegiatan pelatihan; menargetkan 20% peserta wanita dalam pelatihan GAP, 80% dalam pelatihan GNP, dan 50% dalam pelatihan GFP. Pada semester pertama tahun 2015, partisipasi perem- puan mencapai 16% dari 7.367 peserta GAP, yang meliputi pelatihan untuk pelatih utama, petugas penyuluhan, dan petani. Sementara dari 7.332 peserta pela-tihan GNP dan 10.859 peserta pelatihan GFP, partisipasi perempuan masing-masing menca-pai 79% dan 53%. Ber-dasarkan jumlah yang ditargetkan, Program ini berjalan sesuai rencana dan telah mampu mem-promosikan keterlibatan perempuan di seluruh kegiatan program di tingkat individu, dalam rumah tangga petani kakao berskala kecil yang berpartisipasi.
KONTrOL Pada tingkat kelompok, Program mendorong agar perempuan memegang peran penting dalam kelompok tani seperti kepala kelompok, bendahara dan sekretaris. Pada tahun 2015, SCPP berhasil merangkul 33% perempuan dalam Pelatihan Petani Unggulan. Selain itu, hingga Juni 2015, sekitar 6.25% perempuan telah memegang posisi kemimpinan di masing-masing organisasi petani termasuk 28% perempuan menjadi Kepala CPG (Cocoa Producer Group - Kelompok Tani). Ini menciptakan jalur penting untuk suara perempuan agar didengar dan memberikan peluang untuk partisipasi perempuan dalam fungsi kontrol selama proses pengambilan keputusan di lingkungan mereka.
MANFAAT Program juga menyadari berbagai manfaat untuk melibatkan laki-laki ke dalam kegiatan yang biasanya dilaku-kan oleh perempuan seperti menyiapkan makanan. Dalam rumah tangga yang dipimpin oleh laki-laki, keterli-batan laki-laki dalam pelatihan GNP (sampai Juni 2015 mencapai 20%), menyebabkan pemahaman lebih baik tentang pentingnya gizi yang seimbang dan baik untuk seluruh keluarga dan memungkinkan perempuan sebagai anggota rumah tangga menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk makanan yang lebih sehat dengan mengubah kebiasaan asupan makanan sesuai yang diperlukan.
Gender pada Staf Program
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
PerempuanPria
12 23
17
Assistants/Field Staff
OfficersManagersCLT
3 48
123
62
Gender pada Partisipasi Program
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
PerempuanPria
43,461
9,934
5,931 6,772
7,283
23,195
GAP GNP GFP
Untuk Swisscontact, pengikutsertaan gender/perempuan adalah kunci keberhasilan program. 29%
dari posisi manajemen dan staf dipegang oleh perempuan, sehingga memastikan integrasi gender di
tingkat program. Partisipasi perempuan secara keseluruhan dalam pelatihan utama SCPP mencapai
43% pada akhir Juni 2015.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201522 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 23
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201524 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 25
Organisasi Petani,Akses Pasar & Sertifikasi
SCPP bekerja dengan Kelompok Tani (Cocoa Producer Group - CPG) dan memperkuat organisasi
petani. Di Indonesia, pada umumnya petani tidak terorganisir, sehingga mengakibatkan, antara
lain, tidak efisiennya akses dan adopsi bantuan teknis yang disediakan. Ada banyak kelompok yang
dibentuk untuk mendapatkan dana dari pemerintah, karena ini adalah salah satu persyaratan untuk
mengakses dukungan dari pemerintah. Untuk organisasi petani SCPP, langkah pertama dan yang
terpenting adalah peningkatan kapasitas petani untuk lebih efisien dan emansipasi petani dalam
melibatkan dengan industri. Paket-paket pelatihan dari Program dirancang untuk membangun
keterpaduan kelompok untuk memungkinkan kolaborasi yang lebih baik antara petani dalam
kelompok.
Antara Januari dan Juni 2015, Program telah memfasilitasi pembentukan 256 CPG yang baru di
Sulawesi dan Sumatra. Sejak Program dimulai pada tahun 2012, Program telah mendaftar 1.747
CPG, atau sekitar 87% dari keseluruhan target Program.
Program ini telah mendukung organisasi petani di tingkat kabupaten untuk memberikan manfaat
tambahan untuk anggota mereka. Upaya menuju arah ini telah dimulai sejak tahun lalu sampai Juni
2015, kemajuan masih pada tahap sangat awal.
Hingga akhir periode pelaporan, Program menyimpulkan bahwa dukungan yang lebih terfokus
diperlukan untuk meningkatkan kapasitas organisasi petani ke tingkat yang diharapkan oleh SCPP.
Program saat ini sedang bekerja untuk merancang sebuah manual bagi pengembangan organisasi
petani.
Kelompok Tani Binaan
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
1,7472,000
423256
Tahun2015
Kumulatif2012 - 2015
Target Hasil Target Hasil
Kelompok Tani dan Organisasi
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201524
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201526 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 27
SCPP percaya bahwa sertifikasi dan kakao yang
dapat ditelusuri adalah salah satu jalan untuk
lebih memperkuat produksi kakao yang berke-
lanjutan. Program percaya bahwa kesediaan
petani untuk berpartisipasi dalam proses serti-
fikasi merupakan hal yang dapat menentukan
faktor keberhasilan proses sertifikasi. Terlepas
dari kenyataan bahwa petani berada di tahap
paling akhir dalam rantai verifikasi dan sertifika-
si, kontribusi mereka sangat penting bagi proses
sertifikasi secara keseluruhan.
Manfaat sertifikasi untuk petani kakao berskala
kecil termasuk manfaat langsung seperti premi
yang dibayar dan manfaat yang menyebar
seperti konservasi ekosistem, peningkatan hasil
pertanian, peluang kerja dan peningkatan kondi-
si tenaga kerja. Program ini juga memandang
bahwa sertifkasi mendorong kolaborasi antara
kelompok yang baik dengan pemeriksaan rutin
dari IMS atau anggota lainnya. Proses sertifikasi
memerlukan biaya yang nantinya diserap oleh
pedagang dan pembeli kakao melalui pemba-
yaran premi.
Pada semester 1 tahun 2015, Program
mendukung sertifikasi dengan UTZ Certified;
359 petani tahun pertama dan 2.237 petani
tahun kedua. Selaras dengan proses sertifikasi
putaran terakhir, di Aceh, dua koperasi berfungsi
sebagai pemegang sertifikat. Di Sulawesi,
Program berkolaborasi dengan ADM Cocoa untuk
memulai sertifikasi ulang untuk 1.797 petani
dan 1.651 petani tahun pertama di Sulawesi
Tenggara dengan UTZ Certified. Sampai akhir
periode pelaporan, proses audit internal masih
berlangsung untuk finalisasi Kuartal ketiga
tahun 2015. Di Sulawesi Selatan, di mana
sertifikat juga dipegang oleh organisasi petani
dan/atau perusahaan petani, jumlah petani
bersertifikat rainforest Alliance meningkat ke
4.878 pada Juni 2015. Program ini juga telah
memulai proses sertifikasi di Sulawesi Barat
dengan Nestlé Cocoa Plan dan saat ini sedang
mempersiapkan petani untuk audit internal.
Sertifikasi untuk
Petani berskala Kecil (Smallholders)
Manfaat sertifikasi untuk petani kakao berskala kecil termasuk manfaat langsung seperti premi yang dibayar dan manfaat yang menyebar seperti konservasi ekosistem, peningkatan hasil pertanian, peluang kerja dan peningkatan kondi-si tenaga kerja.
Pada bulan April, ADM Kakao membagikan premi dan bonus loyalitas untuk 1,961 petani, 4 unit pembelian kakao dan KGG sebagai organisasi petani kakao dan peme-gang sertifikasi menggunakan fitur ketertelu-suran pada CocoaTrace.
Teknologi Informasi Komunikasi
untuk Sertifikasi dan Ketertelusuran Program telah bekerja dengan aplikasi CocoaTrace untuk ma-najemen database (basis data). Melalui kerjasama dengan PT Koltiva, SCPP membangun aplikasi data manajemen yang canggih, berbasis web (web based) dan juga aplikasi Android untuk tablet genggam. Selama periode pelaporan, Pro-gram terus-menerus memper-
barui aplikasi CocoaTrace untuk memenuhi kebutuhan sektor yang membutuhkan database petani yang handal. Berdasar-kan konsultasi secara kontinu dengan mitra sektor swasta, Program telah bekerjasama secara erat dengan PT Koltiva untuk menambahkan banyak fitur pada CocoaTrace.
Bekerja dengan satu perusa-haan sektor swasta memer-lukan Program untuk menye-diakan pemetaan data petani secara poligon pada pertanian kakao dari petani yang berpar-tisipasi. Untuk menyesuaikan dengan persyaratan, Cocoa-Trace diperbarui dan ditam-bahkan kemampuan pemetaan secara poligon menggunakan Android. Masa percobaan dilakukan sampai akhir tahun 2014, dan fitur operasional penuh ditambahkan pada awal 2015. Sampai saat ini tim telah mengumpulkan dan menyele-saikan peta poligon sekitar 2.900 kebun dalam database di Soppeng. Persyaratan untuk mengumpulkan peta poligon memungkinkan untuk diperluas ke daerah lain karena jenis peta ini menyediakan data yang lebih akurat tentang luas lahan pertanian untuk meng-hitung produktivitas pertanian dan dapat membantu petani dengan mensertifikasi tanah
mereka. Aplikasi ini juga menambahkan fitur keter-telusuran dan sertifikasi pada aplikasi berbasis web. Fitur ini memungkinkan industri untuk melacak sumber atau sumber asal produk kakao dan me-mantau seluruh proses rantai pasokan. Melalui fitur baru, CocoaTrace menjadi alat untuk merekam informasi ketertelu-suran sampai dengan kwitansi keuangan, premi dan perhitun-gan bonus. Fitur sertifikasi membantu keseluruhan proses mengesahkan perkebunan melalui tahapan kode etik pada perangkat lunak untuk me-menuhi pertanggung jawaban penuh, kakao berkelanjutan dan produksi kakao yang dapat dilacak. Pada bulan April, ADM Kakao membagikan premi dan bonus loyalitas untuk 1,961 petani, 4 unit pembelian kakao dan KGG sebagai organisasi petani kakao dan pemegang sertifikasi menggunakan fitur ketertelusuran pada Cocoa-Trace.
Perangkat berbasis web juga mengalami perbaikan secara kontinu sehingga pengguna dapat lebih mudah menavigasi untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, mengukur kemajuan dan untuk menyusun rencana.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201526 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 27
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201528 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 29
Fasilitas PembiayaanAgribisnis Terpadu (AFF)
AFF dilaksanakan dalam skala penuh pada semester pertama tahun 2015. Setelah persiapan yang
matang pada awal tahun 2014, komponen finansial melanjutkan pelaksanaanya dengan fokus pada
pelatihan literasi finansial bagi petani, bekerjasama dengan lembaga keuangan, penguatan organi-
sasi petani dengan beberapa prestasi menarik dan berbagi pengetahuan yang diperoleh. Memasuki
tahun kedua AFF, sebuah evaluasi jangka menengah dilakukan pada bulan Juni 2015 dan pengala-
man yang di temukan dapat dibagikan kepada para pemangku kepentingan.
14.055 anggota keluarga petani secara kumulatif telah dilatih dalam Literasi Keuangan (Praktik
Keuangan yang Baik atau Good Financial Practices – GFP) dalam periode pelaporan, berkonsentrasi
pada perencanaan arus kas, pencatatan, pinjaman dan tabungan. Anggota keluarga yang menge-
lola keuangan rumah tangga berpartisipasi dalam pelatihan. 10.139 anggota keluarga, total 51,8%
perempuan, dilatih selama semester pertama. Modul disampaikan selama satu hari. Pelatihan dilak-
sanakan oleh fasilitator lapangan SCPP dengan bekerjasama dengan tiga penyedia BDS.
Tahun lalu AFF mengundang staf bank untuk pelatihan GFP. Dengan alasan bahwa bank bisa men-
jelaskan lebih baik tentang produk mereka dibandingkan fasilitator lapangan SCPP. Ide tersebut
bekerja sangat baik dan AFF memutuskan untuk meniru pendekatan tersebut dalam semua pelatihan
GFP. Selama uji pendekatan, antara 16% sampai 50% dari peserta pelatihan membuka rekening
tabungan.
Peserta GFP
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
Tahun2015
Kumulatif2012 - 2015
Target Hasil
PerempuanPria
Target Hasil
15,000
6,772
7,283
15,000
11,700
11,700
5,090
5,769
Pelatihan Literasi Keuangan
Kolaborasi dengan Lembaga-lembaga Keuangan
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201528 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 29
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201530 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 31
Penguatan
Koperasi Ada beberapa hasil yang menarik dalam penguatan koperasi, terutama di Aceh dan Sulawesi
Tenggara yang di rangkum dalam dua cerita dibawah ini:
Koka Jaya, koperasi yang didukung di Pidie Jaya
menerima pembiayaan sebesar Rp. 130.000.000
(sekitar USD 10.000) sebagai modal kerja untuk
penjualan biji kakao, dengan skema bagi hasil,
dari dana yang bergulir di Aceh yang didirikan
berdasarkan proyek SPAN. Dana ini dikelola
secara kolektif oleh Politeknik Aceh, PINBIS,
Yayasan Sahabat Cipta, dan menawarkan pem-
biayaan tersebut kepada koperasi, berdasarkan
perencanaan bisnis koperasi. Itu adalah langkah
pertama, dimana koperasi dapat menunjuk-
kan bahwa mereka mampu mengelola dana,
menggunakan dana secara produktif, dan men-
ciptakan keuntungan. Meskipun pembiayaan
jangka pendek, tahap perpanjangan dan penam-
bahan masih sedang didiskusikan. Permasala-
han modal masih menjadi kendala operasional
mereka, karena lembaga keuangan memerlukan
pembagian modal tertentu saat memberikan
pembiayaan.
Koperasi Gabungan Gapoktan (KGG) di Kolaka
menerima Rp. 2,2 miliar, yang dibagikan
untuk 1.961 petani, 4 unit pembelian kakao
dan KGG sebagai organisasi petani kakao dan
pemegang sertifikasi. Jumlah IDR 2,5 juta (atau
USD 200) per metrik ton kakao dibayarkan
kepada koperasi untuk membiayai operasi,
sistem pengendalian internal, audit eksternal,
biaya sertifikasi, dan premi untuk petani kakao
bersertifikat. Dari jumlah total IDR 2,2 miliar, 1,9
miliar adalah premi UTZ Certification dan 300
juta bonus loyalitas.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201530 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 31
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201532 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 33
Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan
Program bekerjasama dengan pemerintah Kementerian Dalam Negeri (Mendagri) dan Kementerian Pertanian (Kementan). Kerjasama dengan Mendagri diatur melalui Dewan Pembina, dan kerjasama dengan Kementan dilakukan melalui hubungan antara pihak swasta dan publik sebagai pemangku kepentingan dalam pengembangan dalam bidang pertanian (PISAgro). Lembaga nasional member-ikan masukan dan saran untuk meningkatkan pelaksanaan program. Pada tingkat regional, Program secara intensif bekerjasama dengan pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten dalam melak-sanakan kegiatannya. Program ini terutama difokuskan pada kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk melatih staf penyuluh dari pemerintah untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan di tingkat lokal di luar periode pelaksanaan SCPP. Kerjasama ini juga melibatkan pemilihan lokasi program dan mengidentifikasi petani.
Bentuk lebih lanjut dari kerjasama dengan pemangku kepentingan pemerintah adalah kemampuan SCPP dalam membentuk program pemerintah dalam mempromosikan petani kakao. Program men-dukung petani melalui penyediaan bibit telah melibatkan SCPP secara intensif.
Selama semester pertama tahun 2015, SCPP menerima dukungan khusus dari pemerintah lokal untuk kegiatan program sebagai berikut:
• Kontribusi pemerintah dalam bentuk penyuluh, ruang kantor, dan lahan untuk pusat pembelaja-
raan;
• Beberapa kabupaten sepakat untuk mengalokasikan dana pendamping untuk mendukung SCPP
memulai kegiatan melalui mekanisme pengelolaan keuangan pemerintah daerah dalam Ren-
cana Kerja Pembangunan (RKD) dan APBD Tahunan 2015;
• Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi mendukung Program untuk kegiatan
peningkatan kapasitas dan pembangunan gudang bagi petani;
• Dinas Kesehatan memberikan bantuan teknis di bidang nutrisi untuk mempromosikan praktik
gizi yang baik serta keterampilan untuk menangani kasus pertolongan pertama. Keterampilan
ini adalah untuk memenuhi persyaratan program sertifikasi;
• Dinas Kehutanan dan Perkebunan menyediakan alat dan peralatan untuk demplot, penyuluh,
dan beberapa pelatihan tindak lanjut untuk petani kakao mengenai teknik pertanian. Di
beberapa kabupaten, instansi juga mulai meniru metode pelatihan SCPP untuk staf mereka dan
memperkenalkan praktik-praktik terbaik dari SCPP untuk petani di kecamatan mereka;
• Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah mendukung Program dengan data statistik lokal,
arsip bentuk lahan yang digunakan untuk perangkat lunak ArcGIS dan ruang kantor untuk staf
program. Selanjutnya, di semua bidang pelaksanaan, Bappeda sebagai lembaga terkemuka
pemerintah telah memfasilitasi koordinasi yang baik antara SCPP dan pemangku kepentingan
yang relevan dalam pelaporan, pemantauan dan evaluasi program SCPP;
• Mendagri dan tim antara Kementerian terdiri dari Sekretaris Negara, Kementerian Luar Negeri,
dan Badan Intelijen Strategis, yang menyatakan akar penyebab konflik di Poso dan memberikan
petunjuk kepada Swisscontact bahwa bisa melanjutkan pelaksanaan Program di Poso. Namun,
keputusan belum diambil karena diskusi masih berlangsung.
Peran dan Kontribusi Pemerintah
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201532
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201534 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 35
Memasuki tahun 2015, tahun terakhir dari fase
pertama SCPP, Program kembali telah membuk-
tikan bahwa sudah dekat dengan pemenuhan
target.
SCPP terus meningkatkan Program melalui
inovasi, kolaborasi, dan monitoring dan evaluasi.
Sepanjang semester pertama, Program terus
bertujuan untuk memberikan perbaikan bahan
tanam dan pelatihan untuk petani kakao. SCPP
secara kontinu memperkuat program-program
pelatihan dengan peningkatan modul pelatihan
dan pendekatan. Pendekatan yang sukses dari
Program telah diverifikasi oleh fakta, bahwa
dalam Semester 1 tahun 2015, SCPP memulai
babak baru dengan menerima dana tambahan-
pertama dari IFAD dan selanjutnya dari MCA-I.
Dengan bekerjasama dengan lebih banyak
mitra, memperluas ke daerah-daerah baru
dan mengembangkan program pelatihannya,
SCPP siap untuk lebih meningkatkan
rencananya sampai tahun 2020. Untuk dapat
mengatasi tantangan pertumbuhan Program,
perekrutan secara luas dan restrukturisasi telah
dilaksanakan.
SCPP telah terus bekerja keras menuju
peningkatan transparansi sertifikasi dan
memastikan biji dapat dilacak dari petani
ke mitra pemasok rantai. Oleh karena itu,
fitur “pelacak” CocoaTrace yang unik dan
efisien termasuk perhitungan harga premium
telah sepenuhnya diimplementasikan dan
diujicobakan di Sulawesi Tenggara. Program
ini berkomitmen dalam membuat CocoaTrace
sebagai alat yang handal untuk transparansi dan
ketelusuran di sektor kakao.
SCPP percaya pada keberlanjutan melalui
pengembangan koperasi, karena itu organisasi
petani yang baru didirikan dan yang sudah ada
diperkuat dengan memberikan peningkatan
kapasitas yang lebih banyak, pemantauan
secara kontinu, dan bantuan manajemen.
Selain itu, SCPP menggunakan pendekatan
inovatif untuk mengamankan situasi keuangan
dan model bisnis koperasi sehingga koperasi
menjadi organisasi yang profesional dan
sentra pendukung (support center) bagi para
anggotanya.
SCPP melakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dengan mengevaluasi pendekataan
yang digunakan melalui studi, konsultasi
dengan pemerintah dan mitra, postline survei
(survei setelah program) dan meningkatkan
program pemantauan. SCPP juga menggunakan
pengukuran bersama terhadap kemajuan di
sekitar indikator umum dengan para donor
untuk pembelajaran berkelanjutan.
Kegiatan pemantauan mengindikasikan Program
ini berada di jalur yang tepat dengan pemenu-
han target; namun Program dengan skala besar
seperti SCPP tidak bisa ada tanpa mengalami
berbagai tantangan dan kebutuhan untuk
perbaikan secara kontinu. Untuk belajar secara
terus menerus dari kesulitan dan terkadang dari
kegagalan dan kekecewaan, Unit Penelitian
dan Pengembangan didirikan untuk menjaga
manajamen pengetahuan yang tepat di dalam
dan di luar SCPP termasuk pembelajaran yang
dapat dibagi.
SCPP bekerjasama dengan pemerintah , lembaga
keuangan dan donor, menyatukan keahlian dan
sumber daya dan mengembangkan intervensi
yang paling efektif untuk memberikan dampak
yang paling besar. Selain koloborasi dengan
pemerintah untuk sekolah lapangan petani,
sepanjang semester ini, SCPP secara konsisten
memperkuat sektor kakao di Indonesia dengan
membangun forum kakao di daerah yang
melibatkan berbagai pemangku kepentingan
dan memberikan masukan kepada pemerintah
daerah dan organisasi yang lain yang bekerja di
sektor kakao.
Kesimpulan
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201534
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 201536 Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tengah Tahunan (Bi Annual) 2015 PB
Swisscontact Indonesia Country OfficeThe VIDA Building 5th Floor Kav. 01-04 Jl. Raya Perjuangan, No. 8
Kebon Jeruk 11530 West Jakarta | IndonesiaPhone +62-21-2951-0200 | Fax +62-21-2951-0210
Swisscontact - SCPP SulawesiGraha Pena 11th Floor Kav. 1108-1109 Jl. Urip Sumoharjo, No. 20
Makassar 90234 South Sulawesi | IndonesiaPhone | Fax +62-411-421370
Swisscontact - SCPP SumatraKomplek Taman Setiabudi Indah Jl. Chrysant, Blok E, No. 76
Medan 20132 North Sumatra | IndonesiaPhone +62-61-822-9700 | Fax +62-61-822-9600
www.swisscontact.org/indonesia