2
Proil PandaCLICK!MENYAMPAIKAN sebuah pesan, tak melulu hanya dilakukan melalui bahasa lisan atau tulisan. Media lain seperti fotograi, juga menjadi
sarana komunikasi yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan atau ide-ide brilian. Atas dasar itu pula, WWF-Indonesia menggagas
sebuah program bernama PandaCLICK!. Program ini kemudian bergulir di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Tujuannya, memberi
ruang kepada warga dalam menyampaikan pesan secara jelas dan baik. Sebuah pesan tentang diri mereka sendiri.
Program pendampingan semacam ini dilakukan dalam komunitas masyarakat yang tinggal di remote area. Biasanya, masyarakat sangat
lemah dalam menyampaikan secara lisan siapa mereka sesungguhnya. Mereka lemah dalam menyampaikan potensi dan persoalan yang
dihadapi. Sementara dalam konteks pembangunan, seringkali kebijakan yang muncul bersifat top down. Fakta sehari-hari menunjukkan
bahwa banyak warga yang sesungguhnya bisa menawarkan idenya dalam sebuah proses pembangunan. Ini bertitik tolak dari pemikiran
jika usulan itu datang dari bawah, biasanya akan sangat bermanfaat buat mereka. Saat ini, posisi masyarakat masih lemah, khususnya dalam
proses penyampaian pesan.
PandaCLICK! menawarkan sebuah solusi alternatif untuk menjawab semua itu. Secara terorganisasi, warga diminta mendokumentasikan
berbagai aspek kehidupan di sekitar rumah tinggal mereka. Selama periode tertentu, warga dipinjami kamera saku digital, dan diajarkan
pengetahuan dasar tentang fotograi. Pendekatan visual seperti ini sudah dilakukan WWF-Indonesia sejak tahun 2000 silam melalui ilm
dokumenter. Isinya sebatas mendeskripsikan fakta-fakta. Namun, masyarakat dampingan diposisikan sebagai aktor sehingga tercipta kesamaan
budaya, bahasa, dan lingkungan. Ketika ilm dikembalikan kepada mereka sebagai target audiens, ternyata pesan yang disampaikan sangat
cepat dimengerti. Pada tahun 2008, ada pengalaman baru melalui pendekatan visual antropologi sebagai media komunikasi partisipatif di
koridor Taman Nasional Betung Kerihun–Taman Nasional Danau Sentarum, Kapuas Hulu. Kala itu WWF bekerja dengan masyarakat untuk
mendokumentasikan seluruh aspek kehidupan mereka. Dari situlah cikal-bakal lahirnya PandaCLICK!. Proses monitoring dalam rentang
waktu sekali dalam tiga bulan menjadi salah satu hal penting dalam proses pelaksanaan program ini. Warga dilatih secara intensif untuk
bisa menjelaskan obyek yang difotonya. Agar ada jaminan obyek yang dibidik itu beragam, maka fotografer diseleksi dari latar belakang
kehidupan yang berbeda-beda. Ada kelompok nelayan, petani, pengurus adat, perempuan, laki, tua, muda, dan sebagainya. Bertindak sebagai
fasilitator adalah warga lokal yang sudah dilatih. Tugas mereka melakukan monitoring sekali dalam tiga bulan. Mereka wajib mengawal
program bidik-membidik obyek tersebut selama satu tahun penuh.
3
Komposisi ini menjadi parameter keberhasilan PandaCLICK!. Lantas, pada sesi terakhir dilakukan workshop dan eksibisi hasil dalam bentuk
pameran foto. Agar publik tahu, masyarakat lokal juga bisa berbuat. Para pihak diundang, baik pejabat di tingkat kabupaten, kecamatan,
akademisi, dan para ahli di berbagai bidang keilmuan. Pada akhirnya, program PandaCLICK! ternyata cukup diminati masyarakat. Kendati
warga sering melihat objek yang difoto, ternyata banyak pula yang belum mereka ketahui. Misalnya ada sebuah alat tangkap ikan yang
sering dilihat, tapi tak tahu cara membuat dan penggunaannya. Mereka yang sudah tua akhirnya mentransfer ilmunya. Terjadilah proses
belajar mengajar yang bermuara pada nilai historis dan pelestarian budaya. Kadang, ada foto yang menarik dalam sebuah pameran. Saking
menariknya, muncul sebuah pertanyaan, siapa yang memotret? Apakah masyarakat atau para pendamping yang mengarahkan? Kritikus
fotograi sering menuding dengan sebutan rekayasa pendamping. Tapi semua itu tidak benar.
Warga bisa membuat atau mendokumentasikan momen dengan baik, karena dia punya pengetahuan objek yang akan didokumentasikan.
Kemudian, pemotret juga punya cukup waktu untuk pendokumentasian, sebab mereka tinggal di situ. Yang kurang hanya penguasaan
kamera dan teknik memotret. Pada tahapan ini, ada empat pilar utama untuk menghasilkan sebuah foto yang komunikatif dan menarik.
Masing-masing adalah ketersediaan waktu yang cukup, pengetahuan tentang objek, pengetahuan tentang penggunaan alat atau kamera, dan
pengetahuan tentang dasar-dasar fotograi.
Berkaitan dengan waktu, hal ini lebih bersentuhan dengan suasana hati. Waktu selalu berkaitan dengan masa tertentu untuk melakukan
aktivitas pemotretan agar dapat menghasilkan sesuatu yang lebih komprehensif. Soal pengetahuan, secanggih apapun kemampuan orang,
ketika ia masuk ke wilayah tertentu, langkah awal yang harus dia lakukan adalah mempelajari wilayah itu. Berbeda dengan masyarakat lokal
yang menjadi fotografer, dia sudah memiliki pengetahuan seperti itu.
Dalam program PandaCLICK!, penggunaan jenis kamera sudah otomatis dan semi otomatis. Artinya, hampir seluruh pengaturan kamera sudah
dilakukan sendiri oleh kameranya. Tapi soal pengetahuan objek, itu sudah menjadi budaya masyarakat lokal. Dengan demikian mereka lebih
tahu. Tinggal dasar-dasar fotograi yang harus lebih dikenalkan. Belajar tentang komposisi, pembingkaian, pencahayaan, momen atau waktu
yang tepat, sudut, fokus, dan sebagainya. Ini mudah digunakan dengan contoh-contoh foto dan bahasa yang sederhana. Alhasil, masyarakat
memiliki kemampuan itu. Mereka pun bersuara dengan foto, menyampaikan aspirasinya lewat komunikasi visual.
4
PROFIL PERWAKILAN FOTOGRAFER PANDACLICK!
Mega Sari, PalohGadis yang tinggal di Dusun Setingga, Desa Sebubus merupakan salah satu peserta PandaCLICK! dari Kecamatan Paloh. Ia sepenuhnya belajar teknik memotret dari adanya kegiatan PandaCLICK!. Kemahirannya dimanfaatkan saat berkunjung ke tempat-tempat baru. Duta Penyu 2013 ini juga rajin memotret persoalan yang dihadapi desanya. Mega, panggilan akrabnya, berharap kemampuan memotretnya di kemudian hari bermanfaat bagi konservasi penyu dan habitatnya di kawasan pantai Paloh, Kabupaten Sambas.
Rio Pangestu, Batang LuparSehari-hari, Rio merupakan seorang petani ladang. Saat ini ia bermukim di Rumah Panjang Sungai Sedik, Batang Lupar. Walau merupakan seorang pendatang, Rio sangat aktif dalam mendokumentasikan aktivitas-aktivitas yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Lewat PandaCLICK!, Rio giat untuk menceritakan adat istiadat, kegiatan masyarakat saat menenun, hingga kehidupan sehari-hari masyarakat Iban.
Rizal, Bunut HilirRizal merupakan warga yang cukup aktif dalam kegiatan pengembangan desa. Sehari-hari aktif sebagai penggiat madu di desanya. Kamera baginya menjadi media untuk menyampaikan ide dan bercerita tentang kondisi sekitar. Dalam PandaCLICK ia tidak hanya belajar mengenai bagaimana memotret, namun juga menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan public speaking. Pernah menjadi penyiar Radio Komunitas Surasuta Bunut Hilir, dan sekarang, bersama komunitas petani madu Bunut, aktif berkampanye untuk lingkungan alam.
Ahmad Sarmin, Batu AmparSatu di antara peserta PandaCLICK! Batu Ampar yang memiliki semangat tinggi adalah Ahmad Sarmin. Pria yang berprofesi di bidang swasta ini berpendapat bahwa fotograi mampu menjadi media untuk menambah wawasan dan mengembangkan pola pikir. Harapannya, foto-foto karya masyarakat dapat menjadi cerita mereka pada pemerintah dan dunia luar. Ia juga berharap, kegiatan fotograi masyarakat ini mampu menjadi pendorong untuk mengembangkan potensi kecamatan dan mengurangi persoalan yang selama ini mengambat kemajuan.
Sudia Noor, SebangauAktivitas Sudia Noor setiap harinya adalah menjala di kawasan Sebangau. PandaCLICK! memberinya kesempatan untuk menyuarakan ide melalui fotograi. Ia mengakui bahwa mendapat manfaat dari pengetahuan memotret dan menjadi lebih peka terhadap sekitar. Lelaki berusia 43 tahun ini juga tidak segan membagi pengetahuan fotograinya kepada warga yang yang tidak terlibat sebagai peserta. Foto-foto Sudia Noor banyak bercerita tentang pendidikan, kegiatan mayarakat, adat istiadat, maupun persoalan lingkungan. Ke depannya, Sudia Noor berharap foto-foto dari peserta PandaCLICK! mampu mendorong perhatian yang lebih baik dari pemerintah atas kehidupan mereka.
5
Kurator FotoJimmy Syahirsyah, Ismu Widjaya, Victor Fidelis Sentosa
FotograferFotografer PandaCLICK! Kecamatan Bunut Hilir, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Fotografer PandaCLICK! Kecamatan Batang Lupar, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Fotografer PandaCLICK! Kecamatan Paloh, Sambas, Kalimantan Barat
Fotografer PandaCLICK! Kecamatan Batu Ampar, Kubu Raya, Kalimantan Barat
Fotografer PandaCLICK! Kecamatan Sebangau dan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
PenulisAbroorza Ahmad Yusra, Andi Fachrizal
Desain Layout Muhammad Bernardi
Diterbitkan oleh:
WWF-Indonesia, April 2016. Setiap reproduksi secara penuh atau sebagian harus menyebutkan judul dan kredit penerbit yang disebutkan di atas sebagai pemilik hak cipta.
FOTOGRAFI PandaCLICK!K A T A L O G P A M E R A N
SUPPORTED BY
UNIVERSITAS
ATMA JAYA YOGYAKARTA
6
Sebagai lembaga konservasi, WWF Indonesia Program Kalimantan Barat selalu berupaya untuk memperkaya kegiatan-kegiatan
lingkungan dan peningkatan kapasitas masyarakat. Wilayah kerja WWF Indonesia secara langsung bersentuhan dengan masyarakat
yang bermukim di sekitar kawasan taman nasional. WWF Indonesia berkeyakinan bahwa pelestarian lingkungan dan penjagaan
satwa mustahil terjadi tanpa melibatkan masyarakat. Peningkatan pengetahuan, kesadartahuan, dan kapasitas masyarakat juga
menjadi salah satu kegiatan penting yang selama ini WWF lakukan. Kegiatan itu, dari tahun ke tahun, berkembang tidak hanya
dilakukan di kawasan penyangga Taman Nasional, tetapi juga wilayah-wilayah yang secara ekologis dan sumber daya alam
memiliki nilai yang tinggi. Habitat satwa-satwa endemik dan dilindungi juga menjadi pertimbangan utama WWF Indonesia
dalam pelaksanaan kegiatan.
Satu di antara program peningkatan kapasitas masyarakat yang diinisiasi oleh WWF-Indonesia adalah program PandaCLICK!.
Program ini menekankan pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam hal berkomunikasi dan menyampaikan ide. Masyarakat
dibekali pengetahuan mengenai penggunaan kamera dan selanjutnya mereka mengeskplore secara mandiri kondisi sosial
dan lingkungan tempat mereka bermukim. Hasil dokumentasi mereka selama setahun selanjutnya dipamerkan kepada publik,
PROFIL LOKASI PANDACLICK!
7
termasuk pemerintah. Dengan adanya data visual dan komunikasi yang jelas, kebijakan pemerintah terhadap masyarakat pun
akan lebih tepat sasaran.
Di sisi lain, aktivitas memotret juga melahirkan sudut pandang yang mendalam bagi masyarakat dalam melihat sekelilingnya.
Mereka menjadi lebih sadar dan peka dalam melihat diri sendiri, dan hal ini merupakan salah satu unsur penting untuk menjadi
masyarakat yang mandiri dan maju.
Dalam kaitannya dengan konservasi lingkungan, PandaCLICK! bertujuan untuk menekan ancaman terhadap satwa dan lingkungan
dengan meningkatkan pengetahuan, kesadartahuan, dan kontribusi masyarakat. Komunikasi yang baik melahirkan kesadaran
yang baik, dan akhirnya perhatian terhadap lingkungan menjadi semakin tinggi. Kegiatan pengrusakan hutan dan perburan
satwa beralih menjadi perlindungan, sekaligus, masyarakat dapat mendapat hasil dari upaya perlindungan tersebut. Lebih jauh
lagi, adanya kesadaran masyarakat dan pemerintah, akan mampu melahirkan kebijakan yang berpihak kepada pengembangan
konservasi dan perlindungan satwa dilindungi. Dalam kegiatan pameran kali ini, ditampilkan foto-foto masyarakat dari lima
wilayah kerja PandaCLICK!. Masing-masing wilayah memiliki karakter, potensi, dan masalahnya yang tentunya penting untuk
dikenal.
Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Dua etnis mayoritas penghuni Kecamatan Bunut Hilir, Iban dan Melayu, hidup berdampingan dalam membangun desa. Salah
satu sumber daya alam yang begitu mereka andalkan adalah danau-danau yang beberapa di antaranya dikelola dengan sistem
danau lindung. Dari panen danau lindung yang biasanya dilakukan 3-4 kali dalam setahun, desa-desa pun menjadi mandiri untuk
membangun sarana prasarana. Danau lindung juga menjadi salah satu upaya bagi pelestarian Ikan Arwana yang merupakan salah
satu satwa khas Sungai Kapuas.
Selain beberapa danau dan Sungai Kapuas, Kecamatan Bunut Hilir juga terdiri dari area perbukitan. Di bukit-bukit tersebut kerap
dijumpai Orangutan jenis Pongo Pygmeus pygmeus, satwa endemik yang paling terancam keberadaannya. Kesadaran masyarakat
atas satwa dilindungi tersebut telah cukup tinggi. Tidak hanya melarang memburu, aktivitas illegal logging pun jauh berkurang.
8
Manfaatnya, ekosistem hutan pun tetap lestari dan masyarakat tidak pernah khawatir akan berkurangnya sumber daya alam.
Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Kecamatan Batang Lupar terletak di kawasan koridor satwa, antara Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung
Kerihun, Kalimantan Barat. Sekitar 10.000 jiwa menghuni kecamatan ini, yang sebagian besar berasal dari etnis Iban, Tamambaloh,
dan Melayu. Kecamatan ini juga merupakan salah satu jalur penghubung antara Indonesia-Malaysia. Sebagian besar penduduknya
berprofesi sebagai nelayan dan petani.
Sebagai kawasan koridor, Kecamatan Batang Lupar menjadi wilayah dengan attensi konservasi yang cukup tinggi. Berbagai
macam kegiatan konservasi dan peningkatan kapasitas masyarakat, yang diinisiasi oleh pemerintah, NGO, maupun masyarakat
setempat, memberi dampak positif bagi masyarakat. WWF Indonesia Program Kalimantan Barat sendiri, sejak tahun 2005, telah
melakukan berbagai program yang di antaranya adalah restorasi, community empowering, membangun mikrohidro, pelatihan
ekowisata, peningkatan produksi lokal, dan lain-lain. Manfaatnya, produk-produk masyarakat seperti kerajinan tangan, beras
merah, madu, dan kegiatan ekowisata, perlahan namun pasti, menjadi penggerak ekonomi masyarakat. Harapan ke depannya,
kawasan koridor kembali mampu berfungsi sebagai jembatan bagi Orangutan Pongo Pygmeus pygmeus agar bebas bergerak
mencari pangan di kedua taman nasional.
Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
Terkenal sebagai kawasan pesisir dengan panjang pantai mencapai 63 km, Kecamatan Paloh menyimpan banyak sumber daya laut.
Kawasan ini juga dikenal sebagai tempat naiknya satwa dilindungi, penyu, untuk bertelur. Hampir setiap malam dapat dijumpai
satwa berusia tua tersebut. Kesadaran mengenai konservasi penyu pun mulai digalakkan oleh masyarakat Paloh, salah satunya
dengan membentuk POKMASWAS, penjaga pantai dan penyu yang dinisiasi oleh masyarakat Paloh. Paloh juga merupakan salah
satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Percepatan pembangunan, terutama infrastruktur jalan, sedang
begitu dikembangkan di wilayah yang sebagian besar dihuni dari etnis Melayu ini. Harapan ke depannya, Paloh dapat menjadi
pintu gerbang Indonesia dengan kelayakan infrastruktur, sekaligus menjadi gerbang yang menampilkan kearifan konservasi.
9
Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Terletak di selatan Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Batu Ampar menyimpan kekayaan mangrove dan satwa.
Hamparan mangrove mudah dijumpai di kacamatan yang terdiri dari beragam macam penduduk ini; Jawa, Bugis, Melayu, Cina,
Dayak. Pemanfaatan mangrove baru sebatas pada pembuatan kayu arang. Sebagian lainya, tidak diusik, karena merupakan habitat
bagi ikan-ikan, sumber daya utama bagi para nelayan. Selain itu, mangrove juga menjadi habitat bagi Bekantan (Nasalis larvatus),
salah satu satwa endemikv Kalimantan. Muara sungai di Batu Ampar juga merupakan habitat bagi Orcaella brevirostris atau pesut
air tawar. Diperkirakan terdapat sekitar 25-30 individu pesut di perairan Batu Ampar. Berbagai penelitian dan kegiatan konservasi
pun dilakukan untuk menjaga kelestarian pesut, sekaligus juga meningkatkan kualitas perekenomian masyarakat Batu Ampar.
Kecamatan Sebangau dan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Kecamatan Sebangau terletak tidak jauh dari Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, dan berdampingan dengan
Taman Nasional Sebangau. Begitu pula Kabupaten Pulang Pisau. Kekayaan sumber daya alam yang tersimpan di Kecamatan
Sebangau dan Kabupaten Pulang Pisau cukup melimpah, terutama dari segi perikanan. Pergantian musim hujan ke musim
kemarau atau sebaliknya selalu menjadi rezeki besar bagi para penduduknya yang umumnya adalah nelayan. Saat menyusuri
sungai, pertemuan dengan orangutan, bekantan, berang-berang, dan lain-lain, juga tidak terlalu sulit, menambah nilai ekowisata
bagi kawasan ini.
Persoalan kebakaran hutan hampir selalu menjadi persoalan di setiap tahun di Taman Nasional Sebangau, yang akhirnya juga
merugikan masyarakat sekitar. Bila kebakaran hutan begitu hebatnya, mereka terpaksa menghentikan aktivitas menangkap ikan
yang artinya juga mengurangi sumber pendapatan. Perihal ini menjadi salah satu penghambat kemajuan daerah, sekaligus
ancaman bagi konservasi.
10
Kecamatan Bunut Hilir, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
“Perempuan Bunut” karya Zulkarnaen,
“Selamat Pagi, Senja” karya Edi Suhadi
“Bermain dengan Si Jago” karya Edi Suhadi
12
“Rumah Kami”karya Zulkarnaen
“Menebar Jala, Menangkap Asa”karya Masdayat
“Gotong Royong”karya Masdayat
“Menoreh Karet” karya Masdayat
13
Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
“Menganyam” karya Edi Suhadi
“Identitas” karya Jet
14
“Menenun” karya Rio Pangestu
“Adat dan Gereja” karya Miloh
“Pentik Si Pengganti” karya Kilau
“Gawai” karya Yohanes
15
“Rancak ala Iban” karya Jet
“Sahabat” karya Jet
“Lomba Menyumpit” karya Genam
“Memecah Engkabang” karya Amat
16
Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.
“Kakap Merah” karya Mega Sari
“Panen Lada” karya Ipung
“Melintas Pantai” karya Hendri Cermai
“Keseharian Nelayan” karya Hazini
17
“Petang di Laut” karya Agri Aditya
“Periksa Jaring” karya Agri Aditya
“Menghitung Telur Penyu” karya Hendri Jeruju
“Tukik” karya Hazini
18“Kebakaran Hutan” karya Ahmad Sarmin
“ByCatch” karya Abdul Samad
Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
“Sampah Impor” karya Hazini
“Telur Penyu” karya Darmawan
19
“Gelembus Tirus” karya Mursalim
“Hendak Sunat” karya Juliadi
“Antar Ajung” karya Juliadi
“Khatam” karya Atim
20
“Mengayak Padi” karya Juliadi
“Menjemur Ikan” karya Surina
“Pengantin Baru” karya Ahmad Sarmin
“Kakap Putih” karya Abdul Hadi
21
“Terhalang Pampan” karya Abu Samsuri
“Tapah” karya Mahlina
“Senyum Ria untuk Rejeki” karya Arman
Kecamatan Sebangau dan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
“Udara Kami Dicuri” karya Abu Samsuri
22
“Water Booming” karya Rapiah
“Selamatkan Gambut” karya Abu Samsuri
“Mencari Korban” karya Heriadi