Download - Proposal Penelitian Ptk Benar
A. Judul Penelitian
“Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Multimedia
Berbasis Video Pembelajaran Pada Konsep Implus dan Momentum”
B. Latar Belakang Masalah
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang tujuannya mempelajari bagian-bagian dari alam
dan interaksi antara bagian tersebut.Fisika merupakan salah satu matapelajaran yang
banyak tidak sukai siswa karena materinya bersifat abstrak,sehingga siswa banyak
mengalami kesulitan ketika proses belajar bahkan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi
merupakan salah pemahaman konsep,dimana siswa salah memahami konsep yang di
berikan guru. Menurut Piaget (Dahar, 1989) anak usia antara 7-11tahun (siswa SD)
berada pada tingkat perkembangan operasional konkret, hal ini menunjukan bahwa siswa
sekolah menengah memiliki usia rata-rata 11 tahun ke atas seharusnya akan lebih siap
jika diberikan konsep yang bersifat abstrak. Hal tersebut dikarenakan mereka (siswa
sekolah menengah) sudah berada pada tingkat perkembangan operasional formal yang
memiliki kemampuan berfikir abstrak tentang suatu benda atau peristiwa. Namun Sned
(2011) menyatakan bahwa siswa sekolah menengah masih banyak yang mengalami
kesulitan dalam berpikir abstrak,umumnya mereka masih berada pada fase antara berfikir
konkret dan berfikir abstrak.
Untuk membantu memperkenalkan konsep yang bersifat abstrak di perlukan suatu media
yang mampu membantu siswa melihat dan memahami materi yang bersifat abstrak pada
pelajarn fisika, khususnya pada konsep “Momentum dan Implus”.
Media dalam konteks pembelajaran adalah bahasanya guru. Bahasa guru dalam
proses pembelajaran tersebut dapat secara verbal maupun non-verbal. Bahasa verbal
adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu kata atau lebih, dan bahasa non-
verbal adalah semua pesan yang disampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata
yang kita gunakan.Media mempunyai banyak fungsi dalam proses pembelajaran
diantaranya adalah meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi
ajar,mengugah perasaan,emosi,dan dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa
terhadap sesuatu,dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa,dapat
menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi,baik
objek itu berupa orang,benda atau peristiwa,dan dapat memberikan motivasi kepada
siswa.Menurut Rudi Bretz ia membagi media berdasarkan indera yang terlibat,sehingga ia
memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari setiap media, yaitu suara,visual,dan gerak.
Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman bahwa panca
indera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate of
knowledge)(Aminudin Rasyad,2003,h.116). Media pembelajaran yang melibatkan indera
pendengaran(telinga)saja disebut sebagai media audio,media yang melibatkan indera
penglihatan (mata) saja disebut media visual,dan media yang melibatkan keduannya
dalam satu proses pembelajaran disebut media audio visual. Kemudian,bila dalam proses
pembelajaran tersebut melibatkan banyak indera dalam arti tidak hanya telinga dan mata
saja maka yang demikian dinamakan multimedia. Bila dilihat dari intesitasnya dalam
perolehan lebih efektif menggunakan multimedia . multimedia banyak sekali jenisnya
diantaranya adalah video pembelajaran,media presentasi,multimedia interaktif,dll.
Media yang dapat menampilkan konsep yang bersifat abstrak adalah media
berbasis komputer(multimedia). Animasi komputer dan pemodelan dengan komputer
merupakan alat yang efektif untuk mengajarkan konsep gravitasi Newton karena bersifat
abstrak dan sulit di tampilkan di kelas dalam bentuk fisis (nyata) sehingga penggunaan
multimedia berbasis video pembalajaran tepat digunakan untuk konsep tersebut. Dengan
adanya video pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan konsep fisika akan
mempermudah guru menerangkan konsep fisika yang bersifat abstrak dan yang tidak bisa
dilihat secara fisis atau jaraknya sulit dijangkau,selain itu video pembelajaran ini di
desain semenarik mungkin untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar fisika,serta
memotivasi siswa untuk meningkatkan rasa ingin tahu terhadap pelajaran fisika,selain itu
dengan adanya video pembelajaran dapat menurunkan tingkat miskonsepsi pada
siswa,karena siswa di berikan secara langsung berupa contoh konsep fisika melalui video
pembelajaran yang didesain seperti aslinya dan di buat semenarik mungkin agar siswa
tertarik dalam belajar. Dengan adanya minat dan motivasi siswa yang tinggi dalam
belajar,akan meningkat hasil belajar siswa. Produk dari media bentuk file dapat
dioprasikan pada berbagai software pemutar video yang ada pada komputer atau
laptop,dan juga dapat di buat dalam bentuk keping VCD yang bisa dioprasikan pada
televisi dengan bantuan VCD atau DVD Player.Disamping itu,video pembelajaran ini
hanya bisa digunakan dikota-kota ataupun daerah yang sudah ada listrik,laptop ataupun
LCD Proyektor. Sehingga media ini belum tepat jika digunakan di pedesaan yang
peralatan elektroniknya belum memadai.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
menerapkan video pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep
siswa SMA khususnya pada pembelajaran fisika yang bersifat abstrak.Oleh karena
itu,penelitian ini di beri judul :
“Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa dengan menggunakan
Multimedia Berbasis Video Pembelajaran Pada Konsep Implus dan Momentum”
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterlaksanaan penggunaan video pembelajaran pada saat proses
pembelajaran?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pengunaan video pembelajaran pada saat proses
pembelajaran?
3. Apakah video pembelajaran dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa?
D. Tujuan
1. Mengetahui proses keterlaksanaan penggunaan video pembelajaran pada saat proses
pembelajaran.
2. Mengetahui respon siswa terhadap penggunaan video pembelajaran.
3. Mengetahui peningkatan minat dan hasil belajar siswa setelah menggunakan video
pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
a. Membantu siswa untuk memahami konsep fisika yang bersifat abstrak seperti
Implus dan Momentum.
b. Menumbuhkan minat dan motivasi dalam pembelajaran fisika
c. Membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika
2. Bagi Guru
a. Membantu guru dalam menjelaskan konsep fisika yang bersifat abstrak
b. Memberikan informasi kepada guru tentang media yang dapat digunakan untuk
menjelaskan konsep fisika yang bersifat abstrak
3. Bagi Peneliti lain
Memberikan informasi kepada peneliti lain terkait manfaat penggunaan media yang
dapat digunakan untuk menjelaskan konsep yang bersifat abstrak
F. KAJIAN TEORI
1. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar
yang kondusif dimana penerimannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif.
Menurut Rudi Bretz ia membagi media berdasarkan indera yang terlibat,sehingga
ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar dari setiap media, yaitu suara,visual,dan gerak.
Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman bahwa panca
indera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five sense are the golden gate of
knowledge)(Aminudin Rasyad,2003,h.116). Media pembelajaran yang melibatkan indera
pendengaran(telinga) saja disebut sebagai media audio,media yang melibatkan indera
penglihatan (mata) saja disebut media visual,dan media yang melibatkan keduannya
dalam satu proses pembelajaran disebut media audio visual. Kemudian,bila dalam proses
pembelajaran tersebut melibatkan banyak indera dalam arti tidak hanya telinga dan mata
saja maka yang demikian dinamakan multimedia.
1. Multimedia
Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari
data, media dapat audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban
dkk, 2002) atau Multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang
dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar
video (Robin dan Linda, 2001). Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu
melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung.
Jenis-jenis multimedia yaitu multimedia Presentasi,multimedia interaktif,sarana
simulasi, dan Video pembelajaran.
2. Video Pembelajaran
Video adalah rekaman gambar hidup yang menggambarkan suatu objek yang bergerak
bersama-sam dengan suara alamiah atau suara yang disesuaikan (Arsyad, 2007). Video
pembelajaran adalah video yang bersifat interaktif tutorial membimbing peserta didik
untuk memahami sebuah materi melalui visualisai.Peserta didik dapat secara interaktif
mengikuti kegiatan praktik sessuai dengan yang diajarkan dalam video.
3. Kelebihan Video Pembelajaran
Mengatasi jarak dan waktu
• Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis
dalam waktu yang singkat
• Dapat membawa siswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya,
dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
• Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan
• Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
• Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa
• Mengembangkan imajinasi
• Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang
Lebih realistik
• Mampu berperan sebagai media utama untuk mendokumentasikan
realitas sosial yang akan dibedah di dalam kelas
• Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas
peserta didik dalam mengekspresikan gagasannya.
4. Implus dan Momentum
Implus dan Momentum adalah salah satu konsep fisika yang bersifat abstrak yang di
pelajari pada siswa kelas XI SMA. Materi pokok yang dipelajari pada konsep ini adalah
implus dan momentum,hukum kekekalan momentu, dan tumbukan.
Momentum
Setiap benda yang bergerak mempunyai momentum.Momentum juga dinamakan
jumlah gerak yang besarnya berbanding lurus dengan massa dan kecepatan benda. Jadi
Momentum ialah Hasil kali sebuah benda dengan kecepatan benda itu pada suatu saat.
Momentum merupakan besaran vector yang arahnya searah dengan
Kecepatannya.Satuan dari mementum adalah kg m/det atau gram cm/det dan
dirumuskan dengan :
p = m v
Keterangan : p = momentum, m = massa (kilogram), v = kecepatan (meter/sekon).
Implus
Impuls adalah hasil kali gaya dengan waktu yang ditempuhnya. Impuls merupakan
Besaran vector yang arahnya se arah dengan arah gayanya.Perubahan momentum
adalah akibat adanya impuls dan nilainya sama dengan impuls. Implus dirumuskan
dengan :
Keterangan : I = Implus
F = Gaya
∆t = Perubahan waktu
Hukum Kekekalan Momentum
Jumlah momentum dari A dan B sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama/tetap.
Hukum ini disebut sebagai HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM LINIER.
Tumbukan
Pada setiap jenis tumbukan berlaku hukum kekekalan momentum tetapi tidak selalu
berlaku hukum kekekalan energi mekanik. Sebab disini sebagian energi mungkin
diubah menjadi panas akibat tumbukan atau terjadi perubahan bentuk .
I= F.Δt
Macam tumbukan yaitu :
Tumbukan elastis sempurna, yaitu tumbukan yang tak mengalami perubahan energi.
Koefisien restitusi e = 1
Tumbukan elastis sebagian, yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekekalan
energi
mekanik sebab ada sebagian energi yang diubah dalam bentuk lain, misalnya panas.
Koefisien restitusi 0 < e < 1
Tumbukan tidak elastis , yaitu tumbukan yang tidak berlaku hukum kekekalan energi
mekanik dan kedua benda setelah tumbukan melekat dan bergerak bersama-sama.
Koefisien restitusi e = 0
Besarnya koefisien restitusi (e) untuk semua jenis tumbukan berlaku :
5. Hakikat Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses,
belajar hampir selalu menjadi tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilkmu yang
berkaitan dengan upaya kependidikan. Belajar pada hakikatnya merupakan proses
kognitif yang mendapat dukungan dari ranah psikomotorik, fungsi psikomotorik dalam
hal ini meliputi: mendengar, melihat, dan mengucapkan.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Oemar hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti
menjadi mengerti1
Menurut Anni (2005:4) hasil belajar mnerupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajara.Hasil belajar diperlukan
sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar yang telah dilaksanakan
Ada tiga ranah yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pencapaian hasil belajar yaitu ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu sebagai berikut.
a. Faktor Internal
Faktor ini mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ tubuh, kondisi
psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi social seperti
kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal antara lain kesulitan menerima materi yang dipelajari,
tempat belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat.
1 Indra Munawar, Hasil Belajar,Ihttp://indramunawir.blogspot.com/
6. Minat Siswa Dalam Belajar
a. Pengertian Minat
Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang lahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya (Agus
Sujanto, 1991: 92). Minat juga bisa berarti kesadaran seseorang, bahwa suatu objek
seseorang suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
W.S. Winkel (1996: 105) memberikan rumusan bahwa minat adalah
kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau
pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Hal ini sependapat
dengan yang dikemukakan oleh Slameto (1995: 57) bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
rasa senang. Jika ada siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka diusahakan
agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari.
Sedangkan Doyles Freyer yang dikutip oleh Wayan Nurkancana (1986: 229)
mengemukakan bahwa minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan
objek atau aktifitas yang men-stimulir perasaan senang pada individu. Minat sangat
erat hubungannya dengan kebutuhan, karena minat yang timbul dari kebutuhan
ajakan merupakan merupakan faktor pendorong bagi seseorang dalam melaksanakan
usahanya. Jadi, dapat dilihat bahwa minat adalah sangat penting dalam pendidikan,
sebab merupakan sumber dari usaha.
Menurut The Liang Gie (1988: 28) minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat
sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu.
Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan
segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah yang dituntunnya.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri (Slameto, 1995: 180). Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, maka semakin besar minat yang akan tumbuh. Suatu minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih
menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang memiliki minat terhadap subjek tersebut.
Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi terhadap belajar selanjutnya
serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu
merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.
Minat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar
dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan ini Ahmad Tafsir (1992: 24) menyatakan
bahwa minat adalah kunci dalam pengajaran. Bila murid telah berminat terhadap
kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat dipastikan proses belajar mengajar
akan belajar dengan baik. Dengan demikian, maka tahap-tahap awal suatu proses
belajar mengajar hendaknya dimulai dengan usaha membangkitkan minat. Minat
harus senantiasa dijaga selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena minat itu
mudah sekali berkurang atau hilang selama proses belajar mengajar.
Selain itu juga, minat sangat berpengaruh terhadap belajar, sebab bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995:
57). Hal ini senada dengan pendapat Moh. Uzer Usman (1998: 27):
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam
belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat
ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak
mungkin melakukan sesuatu.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa minat
belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan pikiran
secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman
tentang ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang
dituntutnya karena minat belajar merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam kaitannya dengan belajar.
b. Fungsi minat dalam belajar
Dalam hal fungsi minat dalam belajar The Liang Gie (1998: 28) mengemukakan
bahwa minat merupakan salah satu faktor untuk meraih sukses dalam belajar. Secara
lebih terinci arti dan peranan penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan
belajar atau studi ialah:
Minat melahirkan perhatian yang serta merta
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat mencegah gangguan perhatian di luar
Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.
Rincian penjelasannya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta
Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu perhatian yang serta merta, dan perhatian yang dipaksakan, perhatian yang serta
merta secara spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa pemaksaan
dan kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian yang dipaksakan harus
menggunakan daya untuk berkembang dan kelangsungannya.
Menurut Jhon Adams yang dikutif The Liang Gie (1998: 29) mengatakan bahwa
jika seseorang telah memiliki minat studi, maka saat itulah perhatiannya tidak lagi
dipaksakan dan beralih menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang, maka akan
semakin besar derajat spontanitas perhatiannya. Pendapat senada juga dikemukakan
oleh Ahmad Tafsir (1992: 24) bahwa minat telah muncul maka perhatian akan
mengikutinya. Tetapi sama dengan minat perhatian mudah sekali hilang.
Pendapat di atas, memberikan gambaran tentang eratnya kaitan antara minat dan
perhatian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan perhatian
seseorang dalam hal ini siswa terhadap sesuatu, maka terlebih dahulu harus
ditingkatkan minatnya.
2. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi dalam pikiran seseorang. Perhatian
serta merta yang diperoleh secara wajar dan tanpa pemaksaam tenaga kemampuan
seseorang memudahkan berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran
terhadap sesuatu pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit
untuk diperhatikan (The Liang Gie, 1998: 29). Pendapat senada dikemukakan oleh
Winkel (1996: 183) bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan energi
psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristiwa belajar mengajar di
kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan kamauan dan hasrat untuk belajar,
namun konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam
belajar.
Pendapat-pendapat di atas, memberi gambaran bahwa tanpa minat konsentrasi
terhadap pelajaran sulit dipertahankan.
3. Minat mencegah gangguan perhatian di luar
Minat studi mencegah terjadinya gangguan perhatian dari sumber luar misalnya,
orang berbicara. Seseorang mudah terganggu perhatiannya atau sering mengalami
pengalihan perhatian dari pelajaran kepada suatu hal yang lain, kalau minat studinya
kecil. Dalam hubungan ini Donald Leired (The Liang Gie, 1998: 30) menjelaskan
bahwa gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan oleh sikap bathin karena
sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat kacil bahaya akan
diganggu perhatiannya.
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Bertalian erat dengan konsentrasi terhadap pelajaran ialah daya mengingat bahan
pelajaran. Pengingatan itu hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat
terhadap pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi
ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat seantiasa teringat
walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu bahan pelajaran yang
berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila tanpa minat (The Liang Gie, 1998:
30). Anak yang mempunyai minat dapat menyebut bunyi huruf, dapat mengingat
kata-kata, memiliki kemampuan membedakan dan memiliki perkembangan bahasa
lisan dan kosa kata yang memadai.
Penadapat di atas, menunjukkan terhadap belajar memiliki peranan memudahkan dan
menguatkan melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.
Segala sesuatu yang menjemukan, membosankan, sepele dan terus menerus
berlangsung secara otomatis tidak akan bisa memikat perhatian (Kartini Kartono,
1996: 31). Pendapat senada dikemukakan oleh The Liang Gie (1998: 31) bahwa
kejemuan melakukan sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari
dalam diri seseorang daripada bersumber pada hal-hal di luar dirinya. Oleh karena itu,
penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga hanya bisa terlaksana
dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat belajar dan kemudian meningkatkan
minat itu sebesar-besarnya.
c. Faktor-Faktor yang dapat menumbuhkan minat dalam belajar
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap minat belajar ada dua,
yaitu faktor internal dan eksternal. Karena itu pembahasan lebih lanjut akan
didasarkan pada kedua faktor tersebut.
1. Faktor Internal
Manusia itu merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan
dengan makhluk hidup lainnya. Akibat dari unsure kehidupan yang ada pada
manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik
perubahan-perubahan dalam segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi
psikologis. Perubahan-perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari luar
diri manusia itu sendiri.
Faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi minat belajar dapat berupa
perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare (1982: 83) mengatakan bahwa
terdapat perbedaan yang besar antara objek minat remaja putera dengan objek remaja
puteri. Misalnya dalam bentuk-bentuk permainan, pekerjaan yang ditekuninya,
pengisian waktu luang dan sebagainya. Dengan demikian, pendapat Andi Mappiare
ini memberikan pengertian bahwa minat belajar dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Dalam hal ini Slameto (1995: 54) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar, yakni faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor
kelelahan.
1) Faktor Jasmani
Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat,
kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Cacat tubuh, yang berarti sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh atau badan seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan
lain-lain.
2) Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis
yang mempengaruhi belajar siswa. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian,
minat bakat, kematangan dan kesiapan.
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
Kelelahan jasmani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi
karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak
atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan
kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang hilang.
Dari uraian di atas, dapatlah dipahami bahwa keadaan jasmani, rohani dan kelelahan
itu mempengaruhi minat seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula pada belajar, ketiga
faktor tersebut sangat mempengaruhi minat seseorang untuk belajar sesuatu mata
pelajaran. Agar siswa memiliki minat belajar yang baik haruslah ketiga faktor
tersebut dalam keadaan baik pula.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal atau lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di
luar diri anak. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah faktor
lingkunganlah yang paling dominan mempengaruhi minat belajar siswa yaitu
menyangkut tujuan belajar, guru, bahan pelajaran, metode mengajar dan media
pengajaran. Adapun faktor eksternal itu meliputi:
1) Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar, karena tujuan dapat mengarahkan usaha-usaha guru dalam mengajar.
Dengan adanya tujuan, guru akan selalu siap mengajar dan membawa anak pada
proses belajar. Tujuan pengajaran juga merupakan pedoman dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Tujuan dapat pula membangkitkan minat belajr siswa
sebab dengan adanya tujuan ini seorang siswa akan berusaha untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan tersebut. Oleh karena itu, sebelum memulai pelajaran, seorang
guru hendaknya memberitahukan tujuan-tujuan atau aspek-aspek yang harus dikuasai
oleh siswa setelah pelajaran itu selesai.
2) Guru yang Mengajar
Minat siswa dalam belajar akan dipengaruhi akan mengurangi minat belajar siswa,
sebaliknya guru yang berpenampilan menarik akan membangkitkan siswa dalam
belajar.
Interaksi guru dengan siswapun memegang peranan dalam membangkitkan minat
belajar siswa. Seorang guru yang akrab dengan siswanya akan cenderung disukai oleh
siswa. Sehubungan dengan hal tersebut. Slameto (1995: 66) mengatakan bahwa di
dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai berusaha
mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa
membenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibat
pelajarannya tidak maju.
3) Bahan Pelajaran
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar, ia tidak
memperoleh kepuasan dari belajar itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar
(Slameto, 1995: 57).
Bahan pelajaran sebagaimana yang dikatakan Nana Sudjana (1995: 67) adalah isi
yang diberikan siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui
bahan pelajaran ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan perkataan
lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan pelajaran.
4) Metode Pengajaran
Dalam penyampaian materi atau bahan pelajaran kepada siswa, seorang guru
hendaknya memilih dan mempergunakan metode mengajar yang sesuai dengan sifat
bahan pelajaran, serta situasi kondisi kelas. Menggunakan metode mengajar ini sangat
mempengaruhi minat belajar siswa. Seorang guru yang menggunakan metode
ceramah misalnya, secara kontinu di dalam setiap kegiatan belajar mengajar dikelas,
akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Sebaliknya seorang guru menggunakan
metode yang berpariasi serta sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, akan
menimbulkan minat siswa untuk belajar dengan aktif. Tetapi apabila metode yang
digunakan tidak sesuai dengan perkembangan jiwa anak, akan menimbulkan
kesukaran bagi anak untuk menerima pelajaran yang disampaikan guru serta
mengurangi minat belajarnya. Dengan kata lain penggunaan metode mengajar yang
kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang kesiapan dan kurang
menguasai bahan-bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas atau
sikap guru terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang
senang terhadap pelajaran atau gurunya.
5) Media Pengajaran
Media pengajaran yang dipergunakan guru bermanfaat sekali guna memperjelas
materi yang akan disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalitas,
karena dengan adanya media pengajaran menarik pehatian siswa sehingga
menimbulkan rasa senang dalam belajar. Sehubungan dengan hal tersebut (Nana
Sudjana, 1995: 5) mengatakan bahwa alat peraga atau media dalam mengajar
memegang peranan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Selain
itu juga, dengan alat peraga atau media bahan dapat mudah dipahami oleh siswa.
6) Lingkungan
Siswa akan berminat terhadap suatu pelajaran, jika ia berada dalam suatu situasi atau
lingkungan yang mendorong tumbuhnya minat tersebut. Sebagaimana dikatakan
Slameto (1995: 7) bahwa tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh
perangsang-perangsang dari sekitar, karena untuk belajar diperlukan konsentrasi
pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan. Sebaliknya keadaan yang
terlampau menyenangkanpun akan dapat merugikan.
G. Kerangka Berfikir
KONDISI AWAL
Pembelajaran Fisika pada Konsep Implus dan momentum tidak menggunakan media pembelajaran berupa video pembelajaran dan masih menggunakan media pembelajaran yang manual.
1. Siswa kurang memahami dan menguasai konsep yang abstrak ketika hanya menggunakan media audio atau visual saja
2. Hasil belajar siswa rendah.
Pendidik masih mendominasi kelas dalam bentuk ceramah dan belum mengoptimalkan penggu naan media pembelajaran untuk menanamkan pengalaman belajar.
H. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian dalam hal ini adalah jika proses pembelajaran fisika
khususnya materi implus dan momentum dilaksanakan dengan menggunakan video
pembelajaran,maka minat dan hasil belajar siswa pada materi tersebut akan meningkat.
I. RENCANA PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 3 SMAN 1 Kota Cilegon yang
beralamat di Jalan KH.Tb.Ismail Kav Blok F Cilegon, Banten. Penelitian dilaksanakan
pada semester ganjil pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Februari 2015.
TINDAKAN
Menggunakan multimedia berbasis Video Pembelajaran
KONDISI AKHIR
Keaktifan siswa ,Kemampuan memahami dan menguasai konsep
implus dan momentum menggunakan video pembelajaran
KONDISI AKHIR
Kegiatan pembelajaran lebih kondusif dikarnakan banyak siswa
yang tertarik pada pembelajran tersebut
KONDISI AKHIR
Minat dan Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika pada konsep implus dan momentum menggunakan video pembelajaran meningkat.
B. Rancangan Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh
seorang guru di kelas dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru agar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Siklus pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Model penelitian tindakan kelas
ini adalah sebagai berikut
(Model Penelitian Tindakan Kelas)
Menurut Kemmis dan Mc Tenggart
Perencanaan
Siklus IRefleksi
PelaksanaanRefleksi
Pengamatan
Pengamatan
Siklus II
Perencanaan
Pelaksanaan
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Cilegon yang terdiri dari 40 siswa.
D. Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa kelas XI dalam mata pelajaran fisika dalam materi implus dan momentum
dengan menggunakan video pembelajaran.
E. Faktor Penelitian
a. Faktor Siswa
1. Minat ,keaktifan dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran fisika pada
pokok bahasan implus dan momentum dengan menggunakan video
pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
implus dan momentum yaitu meliputi pengertian implus dan momentum serta
perbedaanya, hukum kekekalan momentum,serta jenis-jenis tumbukan.
b. Faktor Guru
Memperhatikan cara guru mengajar dengan menggunakan video
pembelajaran.
J. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan berupa penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang
dilakukan untuk meneliti hal-hal yang terjadi pada kelompok sasaran dan hasilnya dapat
langsung di kenakan pada kelompok yang bersangkutan dengan cirri utama adanya
partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan sasaran.
Siklus I Perencanaan Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh
siswa dan guru dalam kegiatan belajara mengajar.
Menentukan pokok bahasan yang akan digunakan (materi
implus dan momentum ).
Membuat rancangan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan mencantumkan Video pembelajaran sebagai
medianya
Menyiapkan alat bantu mengajar yang dibutuhkan
berupa Video pembelajaran , serta alat evaluasi.
Tindakan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai
materi implus dan momentum.
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok
Guru memberikan Soal preetest pada setiap kelompok
mengenai materi yang akan diajarkan.
Guru menayangkan video pembelajaran yang berkaitan
dengan dengan fenomena dan aplikasi implus dan
momentum dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk
animasi bergerak .
Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan materi
yang tidak dimengerti.
Berdasarkan video pembelajaran yan yang telah
ditayangkan, guru memberikan posttest yang berkaitan
dengan konsep yang dipelajari kepada setiap kelompok.
Guru memberikan waktu untukberdiskusi
Guru memilih secara acak perwakilan tiap kelompok
untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Guru bersama siswa membahas dan membuat kesimpulan
dari diskusi yang telah dilakukan
Pengamatan Peneliti mengamati mengenai kemampuan setiap
kelompok dalam menjawab soal sebelum diberikan
tindakan dan sesudah diberi tindakan.
Peneliti mengamati guru ketika menjelaskan materi
menggunakan video pembelajaran.
Refleksi Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan.
Peneliti mengidentifikasi kelemahan atau kekuarangan
dari proses pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan video pembelajaran.
Peneliti merancang dan memperbaiki proses
pembelajaran untuk tindakan selanjutnya.
Siklus II Perencanaan Mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi oleh
siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Menentukan pokok bahasan yang akan digunakan
(implus dan momentum).
Membuat rancangan pembelajaran yang akan dilakukan
dengan mencantumkan video pembelajran sebagai
medianya.
Menyiapkan alat bantu mengajar yang dibutuhkan
berupa Video pembelajaran , serta alat evaluasi.
Tindakan Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok
Guru memberikan Soal preetest pada setiap kelompok
mengenai materi yang akan diajarkan
Guru menampilkan contoh fenomena hukum kekekalan
momentum dan tumbukan dalam kehidupan sehri-hari
Guru mempersilahkan siswa untuk menanyakan materi
yang tidak dimengerti.
Guru memberikan post test pada setiap kelompok
mengenai materi yang disampaikan.
Guru memilih secara acak perwakilan tiap kelompok
untuk menyampaikan hasil diskusinya.
Guru bersama siswa membahas dan membuat kesimpulan
dari diskusi yang telah dilakukan.
Pengamatan Peneliti mengamati minat siswa dalam proses
pembelajaran ketika proses siswa menanyakan apa yang
tidak dimengarti.
Peneliti mengamati hasil belajar siswa ketika menjawab
soal dalam diskusi kelompok.
Peneliti mengamati siswa dalam menjelaskan hasil
diskusinya di depan guru dan teman-temannya.
Peneliti mengamati guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan video pembelajran,
apakah ada peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya
atau sebaliknya.
Refleksi Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan.
Peneliti mengidentifikasi kelemahan atau kekurangan
dari proses pembelajaran yang dilakukan.
Peneliti membandingkan hasil dari kedua tindakan yang
telah dilakukan.
K. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA
Negeri 1 Cilegon serta catatan guru dalam meneliti.
2. Jenis Data
Data yang diperoleh adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:
a. Minat siswa dalam proses pembelajaran fisika
b. Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah dengan linier.
c. Keaktifan belajar siswa.
d. Kerja sama siswa dalam kelompok.
3. Cara Pengambilan Data
a. Hasil belajar siswa dalam penyelesaian masalah diperoleh dari hasil tes tertulis
dalam bentuk uraian ketika diskusi kelompok.
b. Keaktifan siswa diambil dari pengamatan saat di kelas.
c. Minat siswa diambil dari pengamatan di kelas,ketika banyak atau sedikitnya siswa
yang bertanya.
d. Kerjasama siswa dalam kelompok diambil dari pengamatan saat berdiskusi.
L. INSTRUMEN TES
1. Tes Pemahaman Konsep
Tes pemahaman konsep adalah instrumen yang mengumpulkan data mengenai
peningkatan pemahaman konsep siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan
mengunakan video pembelajaran. Instrumen untuk pemahaman konsep ini mencakup
ranah kognitif pada aspek pemahaman (C₂). Aspek pemahaman terbagi menjadi tiga
bagian,yaitu pemahaman translasi (menterjemahkan),pemahaman
interpretasi(menafsirkan), dan pemahaman ekstrapolasi (mengekstrapolasi). Tes
pemahaman konsep ini berupa tes uraian tentang materi Implus dan momentum
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan untuk penelitian harus memiliki empat
kriteria, yaitu validitas, realiabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut ini
adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk mengetahui keempat kriteria tersebut.
a. Validitas Instrumen
Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan keshahihan suatu instrumen
sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur.2 Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan
dengan kriteria digunakan uji statistik, yaitu teknik korelasi Pearson Product Moment :3
Keterangan :
r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = skor tiap butir soal
Y = skor total butir soal
N = jumlah siswa
Setelah nilai koefisien korelasi diperoleh, maka dilakukan uji signifikansi untuk
mengukur keberartian korelasi berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan
statistik uji-t dengan rumus:
Keterangan:
t hitung = nilai hitung koefisien validitas
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 65.3 Ibid., h. 72.
r xy=N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√(N ∑ X2−(∑ X )2)(N ∑Y 2−(∑ Y )2)
thitung=r xy √n−2
√1−rxy2
rxy = koefisien korelasi tiap butir soal
n = jumlah responden
Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t-tabel pada signifikansi 5% (α =
0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n - 2. Kaidah keputusannya:
Jika t hitung > t tabel berarti valid, sebaliknya;
Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks korelasinya (r) pada
Tabel 3. 2 sebagai berikut:4
Tabel 3. 1 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,800-1,00 Sangat tinggi
0,600-0,800 Tinggi
0,400-0,600 Cukup
0,200-0,400 Rendah
0,00-0,200 Sangat rendah
4 Ibid., h.75.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran
lainnya. Reliabilitas instrumen uji coba hasil belajar dihitung dengan rumus KR-20, yaitu:5
Dimana:
r11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item.
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q=1−p )
Σ pq = jumlah hasil perkalian p dan q
k = banyaknya item
s = standar deviasi dari tes
5 Ibid., h.101.
r11=( kk−1 )( s2−∑ pq
s2 )
Untuk mengetahui keberartian koefisien reliabilitas dilakukan uji-t, dengan rumus:
Dimana:
t hitung = nilai hitung koefisien validitas
rxy = koefisien korelasi tiap butir soal
n = jumlah responden
Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada signifikansi 5% (α
= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n - 2. Jika thitung > ttabel maka instrumen dikatakan baik
dan dapat dipercaya.
Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya pada
Tabel 3. 3 sebagai berikut:6
Tabel 3. 2 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
6 Ratih Komala, op.cit., h. 53
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,00 ¿ r ¿ 0,20 Kecil
0,20 ¿ r ¿ 0,40 Rendah
0,40 ¿ r ¿ 0,70 Sedang
0,70 ¿ r ¿ 0,90 Tinggi
0,90 ¿ r ¿ 1,00 Sangat Tinggi
thitung=r xy √n−2
√1−rxy2
c. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proposi dari keseluruhan siswa yang
menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan
persamaan:7
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh
digunakan Tabel 3. 4 sebagai berikut:8
Tabel 3. 3 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
d. Daya Pembeda
7 Suharsimi Arikunto, op.cit., h. 208.
8 Ibid., h. 210.
P= BJS
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Rumus yang
digunakan untuk menentukan daya pembeda soal pilihan ganda adalah:
Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka nilai tersebut diinterpretasikan pada
kriteria daya pembeda seperti tertera pada Tabel 3. 5 sebagai berikut:9
Tabel 3. 4 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70 Baik (good)
0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)
9 Ibid., h. 218.
DP=B A
J A
−BB
J B
2. Instrumen Nontes
Penggunaan instrumen nontes ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pengunaan video pembelajaran dalam pembelajaran fisika pada konsep Implus dan
momentum. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket
respon siswa terhadap penggunaan video pembelajaran dalam pembelajaran fisika,
Kuesioner ini dibuat dengan mencantumkan pernyataan dan juga tanggapan berupa
“Sangat Setuju atau SS”, “Setuju atau S”, “Tidak Setuju atau TS”, “Sangat Tidak Setuju
atau STS”.
M. TEKNIK ANALISIS DATA
a. Normal Gain
Gain adalah selisih antara nilai postest dan postest, gain menunjukkan peningkatan
pemahaman atau penguasaan kosep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru.
Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias penelitian, karena
pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda, maka digunakan uji normal
gain. Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:
skor postest−skor pretestskor ideal−skor pretest
N – gain =
Kategorisasi perolehan Gain adalah:
g-tinggi : nilai (<g>) > 0,70
g-sedang : nilai 0,70 e”(<g>)e” 0,30
g-rendah : nilai (<g>) < 0,30
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara dua kelompok
dilakukan statistik parametrik, yaitu uji-t.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan
dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah
uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkah uji normalitas menurut Riduwan yang
tercantum dalam Sandy adalah sebagai berikut: 10
a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari nilai Rentangan (R)
c. Mencari Banyaknya Kelas ( )
(Rumus Sturgess)
10 Ahmad Sandy, Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran, (Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: t. d., 2008), h. 51-52.
terkecilskorterbesarskorR
BK
NLogBK 3,31
d.Mencari nilai panjang kelas ( )
i= RBK
d. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No. Kelas Interval f Nilai Tengah (x i )x
i2f . x i
f . xi2
Jumlah Σf
=
- -Σ
f . x i = Σf . x
i2 =
e. Mencari rata-rata (mean)
x =∑ f x i
n
f. Mencari simpangan baku (standard deviasi)
s = √ n .∑ f xi2
− (∑ f x i )2
n (n−1 )
g. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama dikurangi 0,5 dan
kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5.
2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
Z = Batas Kelas−xs
3) Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0–Z dengan menggunakan angka-angka
untuk batas kelas.
i
4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu
angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga
dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah
ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval
dengan jumlah responden.
h. Mencari chi-kuadrat hitung (χ2hitung)
χ2 =∑i=1
k ( fo−fe )2
fe
i. Membandingkan χ2hitung dengan χ2
tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1,
dengan kriteria:
Jika χ2hitung ≥ χ2
tabel, artinya distribusi data tidak normal dan
Jika χ2hitung ≤ χ2
tabel, artinya data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji kehomogenitasannya.
Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians
yang homogen.11 Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah
dengan uji Bartlett. Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan Bartlet menurut
Riduwan yang tercantum dalam skripsi Sandy, yaitu:12
a. Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong
11 Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta: 2006, Pustaka Setia), h. 294.12 Ahmad Sandy, op.cit., h. 52-53.
Kelompok dk (n-1) Si Log Si dk . Log S i
Σ = Σ (n-1) = - -Σdk . Log S i =
Si = varians (kuadrat standar deviasi )
b. Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada
Sgabungan=∑ (ni−1 )S i
∑ (ni−1 )
c. Menghitung Log S
d. Menghitung nilai B, yaitu:
B=log S×∑ (n i−1 )
e. Menghitung nilai χ2hitung
χ2
hitung=ln 10 {B−∑ (ni−1 ) log S i}
Dengan:
∑ (ni−1 ) log S i=∑ dk . LogS i
Sehingga:
χhitung
2=ln 10 (B−∑ dk . Log Si )
f. Membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2
tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n
- 1, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika χ2hiung ≥ χ2
tabel, berarti tidak homogen, dan
Jika χ2hiung ≤ χ2
tabel, berarti homogen.
c. Uji Hipotesis
Metode statistika untuk menentukan hasil uju hipotesis yang akan digunakan harus
disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan kehomogenan
varians. Untuk data berdistribusi normal dan homogen digunakan uju hipotesis yaitu uji-
tsesuai persamaan berikut:13
t '=X1−X2
√ s12
n1
+s2
2
n2
Dengan:
X1 : rata-rata skor kelompok eksperimen
X 2 : rata-rata skor kelompok kontrol
s12
: standar deviasi kelompok eksperimen
s22
: standar deviasi kelompok kontrol
n1 : jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut :
a. Mengajukan hipotesis
b. Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t
c. Menentukan derajar kebebasan (dk), dengan rumus:
dk = (n1 - 1) + (n2 - 1)
d. Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05
e. Menguji hipotesis
13 Sudrajat et all., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 171.
Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Jika thitung ≤ -
ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95
N. HIPOTESIS STATISTIK
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Ho : Penggunaan video pembelajaran tidak dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa pada konsep implus dan momentum.
Ha : Penggunaan video pembelajaran dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa pada konsep implus dan momentum
DAFTAR PUSTAKA
Sandy Ahmad. 2008. Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi
Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia
Pembelajaran. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Skripsi Pendidikan Fisika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sudrajat et all. 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
http://suaranuraniguru.wordpress.com/2011/12/01/minat-dalam-belajar-siswa/
http://rizcybl.wordpress.com/2011/01/07/kelebihan-dan-kelemahan-media-video-pembelajaran/
www.sman1jkt.com/.../MOMENTUM%20DAN%20I...