RASIONALITAS GOLPUT PEMILIH PEMULA DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN
DALAM PEMILUKADA YOGYAKARTA 2011
Dosen Pengampu : Drs. Suswanta, M.Si
Di Susun Oleh :
SAID HAMZALI 20100520140
TAUFIK NUR ANDRIAN 20100520131
PURWOKO ROMI ATMOJO 20100520115
KELAS C
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 2
D. Beberapa Penelitian Terdahulu ................................................................... 2
E. Kajian Pustaka ............................................................................................ 4
F. Definisi Konsepsional ................................................................................. 7
G. Metode Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II DISKRIPSI OBJEK
A. Keadaan Geografis ..................................................................................... 10
B. Keadaan Demografi .................................................................................... 10
C. Struktur Organisasi Kecamatan Gondokusuman.......................................... 13
BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
A. Diskripsi Narasumber ................................................................................. 14
B. Analisis Data .............................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Daftar Pertanyaan
LAMPIRAN II
Catatan Pelaksanaan Rekapitulasi Hasil Perhitungan Suara Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan
Dan Wakil Kepala Daerah Di Tingkat Kabupaten/Kota
LAMPIRAN III
Daftar Partisipasi Pemilih di Tiap Kecamatan Pemilukada Kota Yogyakarta 2011
LAMPIRAN IV
Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Pemilukada Kota Yogyakarta Tahun 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi
penyelenggaraan kekuasaaan negara tertinggi yang absah oleh rakyat (kedaulatan rakyat), yang
dimanifestasikan keterlibatan mereka dalam pesta demokrasi (Pemilu). Semakin tinggi tingkat
partisipasi politik mengindikasikan bahwa rakyat mengikuti dan memahami serta melibatkan diri
dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya tingkat partisipasi politik yang rendah pada umumnya
mengindikasikan bahwa rakyat kurang menaruh apresiasi atau minat terhadap masalah atau
kegiatan kenegaraan. Rendahnya tingkat partisipasi politik rakyat direfleksikan dalam sikap
golongan putih (golput) dalam pemilu.
Namun jika dilihat dari aspek partisipasi politik dalam sejarah pesta demokrasi di Indonesia,
Pemilu tahun 1999 merupakan awal dari penurunan tingkat partisipasi politik pemilih, atau mulai
meningkatnya golongan putih (golput), dibandingkan dengan Pemilu sebelumnya dengan tingkat
partisipasi politik pemilih tertinggi 96,6% pada Pemilu tahun 1971. Lebih-lebih jika dinilai
dengan penyelenggaraan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) sebagai bagian dari Pemilu yang
telah berlangsung di beberapa daerah, terutama di wilayah Jawa sebagai konsentrasi mayoritas
penduduk Indonesia juga menunjukkan potensi Golput yang besar berkisar 32% sampai 41,5%.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat diambil permasalahan yaitu: “ Mengapa Pemilih
Pemula banyak yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilukada Yogyakarta 2011 di
Kecamatan Gondokusuman ? ’’
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah :
Untuk mengetahui mengapa pemilih pemula banyak yang tidak menggunakan hak pilihnya
dalam Pemilukada Yogyakarta 2011 di Kecamatan Gondokusuman.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya golput di kalangan pemilih
pemula di Kecamatan Gondokusuman.
2. Memberikan bahan masukan kepada pengambil kebijakan Pemerintah dalam hal ini
Komisi Pemilihan Umum, Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah
Yogyakarta dalam kaitannya dengan perilaku pemilih pemula di Kecamatan
Gondokusuman.
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan mempunyai kegunaan praktis. Bagi KPUD ( Komisi
Pemilihan Umum Daerah), studi ini akan menjawab pertanyaan mengenai alasan-alasan
seseorang memilih golput. Hasil studi ini dapat dipakai untuk mengantisipasi atau
mengurangi angka golput untuk Pilkada di Kecamatan Gondokusuman di tahun
mendatang atau Pilkada di wilayah-wilayah lain.
D. Beberapa Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai golput dalam pemilukada, yaitu antara lain :
1. Realitas Golput Studi Tentang Perilaku Pemilih Menyongsong Pemilu Legislatif Tahun
2009 di Jawa Timur.
Wacana golput kembali merebak menjelang Pemilu 2009 berarti ada penyebabnya.
Seseorang memilih golput bisa disebabkan faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal bisa karena :
a. Di luar kehendak; misalnya sebetulnya ingin memilih tetapi karena suatu hal
misalnya sakit parah dia tidak memilih,
b. Golput sebagai pernyataan politik yang mengisyaratkan ketidakpercayaan pada
sistem yang ada.
c. Golput menganggap memilih bukan perilaku rasional karena tidak memberi
keuntungan apa-apa bagi diri sendiri.
Beberapa kemungkinan faktor penyebab yang bersifat eksternal, yaitu pertama, perilaku elit
parpol yang lebih mementingkan parpol dan para tokohnya, dan tidak berorientasi pada
kepentingan rakyat. Kedua, ada anggapan yang berkembang ditengah masyarakat, bahwa tidak
adanya manfaat langsung yang diterima rakyat dengan diselenggarakannya pemilu. Ketiga,
kerapkali terjadi dekadensi moral yang kian sering dipertontonkan anggota DPR (legislatif) atau
DPRD (perilaku asusila, korup, dll).
2. Golput Pilihan Rasional dari Proses Demokrasi atau Ancaman Politik
Banyak hal yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi. Dalam konteks pilkada di beberapa
daerah, kemungkinan golput disebabkan oleh :
1. Banyaknya perantau yang tidak bisa pulang di berbagai daerah ketika ada jadwal pemilu
dilakukan, sehingga banyak dari warga yang bekerja di luar kota malas untuk
meninggalkan pekerjaannya.
2. Kejenuhan dari rutinitas mencoblos dalam pemilu, kecenderungan terjadinya
penggelembungan pemilih golput bisa terkondisikan mengingat rangkaian acara politik
terlalu padat sepanjang tahun. Situasi ini membuat publik jenuh dan memilih melakukan
aktivitas rutinnya.
3. Tidak mau menggunakan hak pilihnya, warga yang secara sadar tidak mau menggunakan
hak pilihnya memang tidak bisa dikaji secara kualitatif, namun secara riil mereka tidak
menggunakan haknya .
Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa golput dalam penyelenggaraan
pemilu adalah hal yang wajar karena golput nyaris tidak pernah lepas dari setiap
penyelenggaraan pemilu di Indonesia maupun di negara yang sudah maju demokrasinya.
E. Kajian Pustaka
1. Pemilihan Umum
Yang dimaksud dengan Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Pemilihan umum dilaksanakan sekali dalan lima tahun seperti yang dituliskan dalam pasal 4
UU No 10 Tahun 2008 yang berdasarkan azas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Dalam Pemilihan Umum seperti yang dimaksud pada alinea diatas ada tiga lembaga
sekaligus yang akan dipilih oleh rakyat, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR yang
berkedudukan di Jakarta, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD yang berkedudukan di
Propinsi dan Kabupaten/Kota dan pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Daerah atau DPD yang
akan mewakili setiap propinsi yang berkedudukan di Jakarta
Dalam pemilihan anggota DPR, DPD dan DPRD, pemilih dapat langsung memilih calon
yang dia inginkan. Untuk anggota DPR dan DPRD maka calon yang akan dipilih berasal dari
partai politik, sementara untuk calon anggota DPD berasal dari perseorangan yang mendaftarkan
diri kepada KPUD Provinsi tempat dia berasal.
Peserta pemilihan umum adalah partai politik yang telah memenuhi persyaratan sebagai
peserta Pemilu seperti yang dijelaskan dalam pasal 8 UU No 10 tahun 2008 ayat 1 dan yang
dimaksud dengan pemilih adalah warga Negara Indonesia yang telah genap berusia 17 tahun atau
lebih atau sudah pernah kawin.
2. Pengertian Golput (golongan putih)
Istilah golput atau golongan putih di Indonesia sesungguhnya sudah ada sejak Pemilu di
masa orde baru. Pada masa reformasi, ancaman golput malah semakin meluas tidak hanya di
tingkat nasional (pemilu), akan tetapi hingga di tingkat pemilihan kepada daerah (pilkada). Awal
Desember 2008 atau menjelang memasuki tahun Pemilu 2009, isu tentang golput mulai disoroti
kembali dengan menambahkan ide tentang fatwa haram. Tulisan bagian pertama ini membahas
pengertian secara umum tentang golput dan faktor-faktor penyebab terjadinya fenomena golput.
Diharapkan setelah memahami apa dan bagaimana golput, maka akan dapat dijadikan sebagai
dasar untuk memberikan sikap dan penilaian.
3. Istilah Golongan Putih (Golput)
Istilah golongan putih atau golput pertama kali muncul menjelang Pemilu 1971. Istilah ini
sengaja dimunculkan oleh Arief Budiman dan kawan-kawannya sebagai bentuk perlawanan
terhadap arogansi pemerintah dan ABRI (sekarang TNI) yang sepenuhnya memberikan
dukungan politis kepada Golkar. Arogansi ini ditunjukkan dengan memaksakan (dalam bentuk
ancaman) seluruh jajaran aparatur pemerintahan termasuk keluarga untuk sepenuhnya
memberikan pilihan kepada Golkar. Arogansi seperti ini dianggap menyimpang dari nilai dan
kaidah demokrasi di mana kekuasaan sepenuhnya ada di tangan rakyat yang memilih. Ketika itu,
Arief Budiman mengajak masyarakat untuk menjadi golput dengan cara tetap mendatangi
Tempat Pemungutan Suara (TPS). Ketika melakukan coblosan, bagian yang dicoblos bukan pada
tanda gambar partai politik, akan tetapi pada bagian yang berwarna putih. Maksudnya tidak
mencoblos tepat pada tanda gambar yang dipilih. Artinya, jika coblosan tidak tepat pada tanda
gambar, maka kertas suara tersebut dianggap tidak sah.
Ada perbedaan fenomena golput pada masa politik di orde baru dan masa politik di era
reformasi. Di masa orde baru, ajakan golput dimaksudkan sebagai bentuk perlawanan politik
terhadap arogansi pemerintah/ABRI yang dianggap tidak menjunjung asas demokrasi. Pada era
reformasi yang lebih demokratis, pengertian golput merupakan bentuk dari fenomena dalam
demokrasi.
4. Pengertian Golput Secara Umum
Di negera manapun yang menjalankan sistem demokrasi, bahkan di negara yang sudah maju
demokrasinya, golput adalah fenomena dalam demokrasi. Golongan putih (golput) atau disebut
juga ‘No Voting Decision’ selalu ada pada setiap pesta demokrasi di mana pun terutama yang
menggunakan sistem pemilihan langsung (direct voting). Mereka (para pemilih) dikatakan golput
atau ‘No Voting Decision’ apabila berkeputusan untuk tidak memilih salah satu dari kontestan
yang tersedia pada kertas suara ketika dilakukan pemungutan suara. Apabila cara untuk memilih
dilakukan dengan mencoblos logo/foto, maka pemilih tidak mencoblos pada tempat yang
sediakan sehingga kartu suara dinyatakan tidak sah. Jika untuk memilih digunakan dengan
memberikan coretan atau tanda centang, maka pemilih tidak memberikan tanda centang atau
memberikan tanda centang bukan pada tempat yang disediakan sehingga kartu suara menjadi
tidak sah. Dari pengertian ini, mereka yang dikatakan mengambil sikap golput atau ‘No Voting
Decision’ tetap hadir dan melakukan proses pemilihan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Dalam perkembangannya, keputusan untuk tidak memilih (golput) ternyata semakin rumit.
Seorang pemilih bersikap tidak memilih dengan cara tidak menghadiri bilik suara atau TPS pada
waktu yang telah ditentukan (jadwal pencoblosan). Pemilih (voter) tadi sudah terdaftar sebagai
pemilih, akan tetapi dengan sengaja tidak hadir ke lokasi pemungutan suara ketika hari
pelaksanaan pemilihan. Tentu saja kertas suara yang tidak digunakan tadi dianggap tidak sah.
Sikap untuk tidak memilih (no vote) semakin rumit untuk dijelaskan. Mereka (calon pemilih)
akan menolak untuk dicatatkan atau didaftarkan namanya sebagai calon pemilih. Caranya bisa
dengan menolak untuk dilakukan pendataan ulang atau tidak mengisi formulir calon pemilih.
Status sikap mereka yang tidak memilih dengan cara seperti ini tentunya tidak berbeda dengan
mereka calon pemilih yang tidak mengetahui proses pendataan ulang sehingga namanya menjadi
tidak tercantum dalam daftar pemilih resmi.
5. Yang termasuk pemilih pemula :
1. Pemilih pemula adalah kaum remaja.
2. Orang yang baru pertamakali menggunakan hak pilih.
3. Remaja yang wajib memilih merusia 17 tahun /sudah menikah.
4. Pemilih pemula dan politik.
5. Selama ini dunia remaja mempunyai karakteristik tersendiri seiring dengan perkembangan
kerpribadian,akibatnya remja ‘apatis’terhadap politilk.
6. Tetapi adapula remajayang ganrung dengan politik.
6. Rasionalitas
Rasionalitas yaitu kemampuan dan kemauan bersikap dan bertindak dengan menggunakan
akal sehat. Rasionalitas dan akal budi yang sehat akan membimbing pertimbangan, sikap dan
tindakan seseorang, terutama dalam menghadapi pilihan-pilihan sulit. Dengan demikian,
rasionalitas bak mercu suar yang menjadi pedoman ke mana kapal harus mengarah di saat badai
dahsyat menyerang di kegelapan malam.
F. DEFINISI KONSEPSIONAL
Definisi dari konsepsional adalah suatu metode untuk menjelaskan mengenai pembatasan
pengertian antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya. Dan konsep adalah abtrasi
mengenai suatu fenomena yang di rumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik
kejadian. Hal ini di gunakan agar dalam penulisan tidak terjadi kesalah pahaman. Adapun defnisi
konsepsional yang digunakan adalah :
a. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum1 disebut juga dengan “Political Market” (Dr. Indria Samego). Artinya
bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu atau masyarakat berintraksi
untuk melakukan kontrak social (perjanjian masyrakat) antara perserta pemilahan umum (
partai politik) dengan pemilih serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye,
propaganda, iklan politik melalui media massa cetak audio, maupun audio visual serta media
lainnya seperti spanduk, pamphlet, selebaran, bahkan komunikasi antar pribadi yang
berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai
program platform, asas, ideologi, serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih
sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihaannya terhadap salah satu partai politik
yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan Legislatif maupun
Eksekutif.
1 A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007, hal 147
b. Pemilih Pemula
Pemilih Pemula, yaitu mereka yang berumur 17 s.d 21 tahun atau para pelajar yang masih
duduk di bangku SMU atau yang baru pertama kali mengikuti pemilu.
c. Kampanye
Kampanye adalah sebuah tindakan doktet yang bertujuan mendapatkan pencapaian
dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang
terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam
suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan,
pembelokan pecapaian. Dalam sistim politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu
pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda
diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk
mengubah kebijakan di dalam suatu institusi.
d. Golput
Golput adalah tidak menggunakan hak suara saat pemilu. Tidak memilih salah satu dari
kontestan yang tersedia pada kertas suara ketika dilakukan pemungutan suara. Apabila cara
untuk memilih dilakukan dengan mencoblos logo/foto, maka pemilih tidak mencoblos pada
tempat yang sediakan sehingga kartu suara dinyatakan tidak sah.
G. METODE PENELITIAN
a. JenisPenelitian
Dalam setiap ilmu pengetahuan,pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh
suatu kebenaran. Kebenaran itu dapat diperoleh secara ilmiah, artinya bahwa untuk memperoleh
kebenaran itu mengadakan penganalisaan secara mendalam dan luas.
Maksudnya adalah bahwa suatu persoalan yang dihadapi , dibahas sehingga penyebab atau
yang menjadi sumber persoalan dapat dihadapi, sedangkan luas maksudnya adalah bahwa
persoalan yang dihaapi tersebut harus dicari sangkut pautnya dengan persoalan lain.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptis kualitatif.Penelitian deskriptif termasuk salah
satu jenis penelitian kualitatif.Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel
dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan menyajikan apaadanya.
Penelitian diskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang
terjadi, sikap dan pandangan yang menggejala di masyarakat, hubung anantara variabel,
pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan antar fakta dan
lain-lain.
2. Unit Analisis Data
Yang dijadikan unit analisa adalah Rasionalitas Golput Pemilih Pemula di Kecamatan
Gondokusuman dalam Pemilukada Yogyakarta 2011.
3. Jenis Data
a. Data Primer
Data yang langsung berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini data
primernya adalah masalah yang berkaitan dengan pengaruh motivasi dan pengawasan
terhadap produktivitas kerja pegawai dimana data primer ini diperoleh melalui kuesioner
dan wawancara.
b. Data Sekunder
Data yang didapat dari kajian-kajian sumber yang digunakan sebagai penunjang dalam
analisa masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
Dalam penelitian ini kami menggunakan kedua jenis data tersebut, yaitu data primer dan
data sekunder karena kedua data tersebut saling melengkapi satu sama lain dan sangat
dibutuhkan dalam sebuah penelitian.
4. Teknik pengumpulan data
Kami menggunakan dua teknik dalam melakukan penelitian ini, yaitu :
a. Observasi
Adalah pencatatan dan pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
obyek penelitian untuk memerlukan data-data yang diperlukan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap objek penelitian.
b. Wawancara
Adalah pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara
sistematis dan berlanjut kepada tujuan penyelidikan. Dalam penelitian ini penyusun
melakukan tanya jawab secara lisan atau tatap muka. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh keterangan atau pun pendapat dari responden tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kerangka dan tujuan penelitian.
5. Teknik Ananlisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uraian dengan proses
pengumpulan, penyusunan, interpretasi, analisis data dan kesimpulan.
BAB II
DISKRIPSI OBJEK
Pada bab ini akan membahas mengenai deskripsi objek penelitian yang mana penelitian
ini dilakukan di Kecamatan Gondokusuman. Selain itu bab ini penulis akan menguraikan tentang
keadaan monografis di Kecamatan Gondokusuman seperti Penduduk berdasarkan jenis kelamin,
Penduduk menurut kelompok usia, Penduduk menurut agama dan strutur organisasi Kecamatan
Gondokusuman2.
A. Keadaan goegrafis
Kecamatan gondokusuman merupakan bagian dari wilayah kota Yogyakarta propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai luas 398, 7 ha. Kecamatan Gondokusuman terdiri
dari 5 kelurahan yaitu desa terban, demangan, klintren, kotabaru, dan baciro.
Batas batas wilayah Kecamatan gondokusuman secara administratif di empat penjuru adalah
1. Sebela Utara : Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
2. Sebelah Timur : Kecamatan Depok, KecamatanUmbulharjo
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Pakualaman
4. Sebelah Barat : Kecamatan Jetis
B. Keadaan Demografi
Untuk dapat mengetahui jelas keadaan penduduk Kecamatan Gondokusuman maka akan
diuraikan stratifikasi penduduk menurut jenis kelamin, usia, dan agama. Jumlah keseluruhan
penduduk berdsarkan data Kecamatan Gondokusuman 52.586 orang dengan jumlah kepala
keluarga 15.095 orang
2 Data monografis Kecamatan Gondokusuman
1. Penduduk berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin jumlah
1 Laki laki 26.510 orang
2 Permpuan 26.076 orang
Jumlah 52.586 orang
Dari data diatas diketahui bahwa jumlah penduduk Kecamatan Gondokusuman menurut
jenis kelamin yaitu laki laki sebanyak 26. 510 orang, dan perempuan sebanyak 26.076 orang.
2. Penduduk Menurut Kelompok Usia
Golongan penduduk menurut kelompok usia secara terperinci dapat dilihat ditabel dibawah ini:
No Kelompok usia Jumlah
1 0-6 tahun 3.987 orang
2 7-12 tahun 4.349 orang
3 13-18 tahun 4.764 orang
4 19-24 tahun 4.174 orang
5 25-55 tahun 28.564 orang
6 56-79 tahun 6.064 orang
7 80 tahun keatas 684 orang
Tabel diatas memperlihatkan jumlah penduduk Kecamatan Gondokusuman menurut
kelompok usia yaitu kelompok usia kurang 6 tahun sebanyak 3.987 jiwa, usia 7-12 sebanyak
4.349 jiwa, 13-18 sebanyak 4.764 jiwa, 19-24 tahun sebanyak 4.174 jiwa, 25-55 tahun sebanyak
28.564 jiwa, 56-79 tahun sebanyak 6.064 jiwa, 80 keatas sebanyak 684 jiwa.
3. Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah
1 Islam 39.903 orang
2 Katolik 6.001 orang
3 Protestan 6.848 orang
4 Hindu 144 orang
5 Budha 286 orang
Tabel diatas memperlihatkan jumlah penduduk Kecamatan Gondokusuman berdasarkan
agama dimana islam berjumlah 39.903 orang, katolik 6.001 orang, protestan 6.848 orang, hindu
144 orang, budha 286 orang.
C. Struktur Organisasi Kecamatan Gondokusuman
STRUKTUR KECAMATAN GONDOKUSUMAN
Kelompok Jabatan
Fungsional
SUB.Bagian Umum dan
Kepegawaian
Sub. Bagian Keuangan,
Administrasi Data dan Pelaporan
CAMAT
Sekretariat
SEKSI Pelayanan
Informasi dan Pengaduan
SEKSI Ketentraman
dan Ketertiban Umum
SEKSI Pemberdayaan
dan Perekonomian
SEKSI Pemerintahan
dan Pembangunan
BAB III
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisa data-data yang diperoleh dari hasil penelitian
selama ini di lapangan, yang nantinya untuk mengantar pada kesimpulan yang merupakan titik
tolak dari pengambilan keputusan. Adapun data-data yang di peroleh penulis dari hasil penelitian
lapangan tersebut yaitu melalui wawancara dengan sekcam kec Gondokusuman, kelurahan kota
baru dan KPU kota Yogyakarta.
Data yang di peroleh tersebut selanjutnya akan di sajikan dan kemudian di analisa, hal itu
tidak lain agar analisa seluruh data yang diperoleh dapat lebih mudah di sederhanakan supaya
lebih mudah di baca, di pahami dan di mengerti.
Dalam menganalisa penelitian ini, peneliti memakai metode pendekatan deskriptif
kualitatif dengan cara menjelaskan dan mengeksplorasi fenomena kenyataan sosial yang ada,
selain guna untuk menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis.
Selanjutnya perlu juga di ketahui bahwa dalam menganalisis seluruh data yang di
peroleh dari penelitian, penulis di sini hanya berpedoman pada satu variable yang saling
berkaitan sebagai satu kesatuan.
A. Deskripsi Narasumber
Data dalam penelitian ini di peroleh dari KPU kota Yogyakarta yaitu Titok Hariyanto,
SIP Ketua Divisi Sosialisasi dan Pendidikan Politik, sekcam Kecamatan Gondokusuman Agus
Arifin dan Carik kelurahan Kota Baru.
B. Analisa Data
Dalam penelitian penulis melakukan wawancara dengan Sekcam Gondokusuman yaitu
Bapak Agus Arifin dan Bapak Titok Hariyanto,SIP Ketua Divisi Sosialisasi dan Pendidikan
Politik di KPU Kota Yogyakarta mengenai Rasionalitas Golput Pemilih Pemula di Kecamatan
Gondokusuman dalam Pemilukada Yogyakarta 2011. Berikut ini merupakan daftar pertanyaan
yang penulis ajukan terhadap Camat Gondokusuman yaitu Bapak Agus Arifin Sekcam
Gondokusuman dan Bapak Titok Hariyanto, SIP Ketua Divisi Sosialisasi dan Pendidikan
Politik di KPU Kota Yogyakarta :
1. Berapa jumlah pemilih tetap di Kecamatan Gondokusuman?
2. Dari data tersebut berapa jumlah yang termasuk pemilih pemula?
3. Apakah semua pemilih pemula tersebut menggunakan hak pilihnya?
4. Apakah panitia sudah mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pemilukada tersebut,
sedangkan kita ketahui bahwa di Kecamatan Gondokusuman ini jumlah Golput sangat
tinggi?
5. Menurut bapak faktor apa saja yang menyebabkan pemilih pemula tersebut tidak
menggunakan hak pilihnya?
6. Untuk kedepanya di Kecamatan Gondokusuman ini, strategi apa yang digunakan untuk
mengurangi golput pada pemilih pemula?
Dari hasil wawancara dengan Bapak Agus Arifin dan Titok Hariyanto SIP, penulis
menganalisa jawaban dari setiap pertanyaan. Narasumber menjelaskan jumlah pemilih tetap di
Kecamatan Gondokusuman berjumlah 35.295 pemilih dan dari data tersebut narasumber tidak
bisa memberikan jumlah yang termasuk pemilih pemula karana jumlah pemilih pemula itu ada di
PPK, sedangkan PPK sudah dibubarkan setelah Pemilukada selesai. Narasumber mengatakan
Golput pemilih pemula di Kecamatan Gondokusuman itu tidak ada tetapi di sebabkan karena
data yang tidak faktual misalnya orangnya bekerja di Palembang tetapi dia masih terdaftar di
Kecamatan Gondokusuma tersebut hal itu yang menyebabkan banyak yang tidak menggunakan
hak suaranya. Hal tersebut sudah diakui Dinas Kependudukan sendiri, dimana mereka lupa
menghapus nama tersebut. Tetapi hal ini tidak ada pengaruhnya, karena hasil akhir tetap bukan
pada jumlah kartu pemilih tetapi jumlah suara yang tercatat dalam berita acara3.
Narasumber mengatakan Pelaksanaan pemilukada di Kecamatan Gondokusuman sama
dengan pelaksanaan di Kecamatan lainnya, berjalan lancar, tidak ada antrian dan tidak ada
keributan. Sistem yang baik diterapkan oleh Kecamatan ini dalam pelaksanaan Pemilukada Kota
Yogyakarta sehingga bisa berjalan dengan baik tanpa ada masalah. Kecamatan Gondokusuman
ini juga rutin melakukan sosialisasi tentang pemilukada kota Yogyakarta 2011 sebelum
pelaksanaan Pemilu tersebut. Sosialisasi juga merata di setiap bagian Kecamatan ini, tidak hanya
secara langsung tetapi juga secara tidak langsung seperti pemasangan poster-poster tentang
pemilu bahka jika diadakannya pertemuan di kelurahan maka selalu diselingi dengan sosialisasi
tentang pemilihan umum.
Menurut narasumber faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya golput pada pemilih
pemula yaitu secara teknis misalnya tidak terdaftar sebagai pemilih, tidak dapat undangan dari
PPS dan lain-lain. Faktor-faktor yang di sebut sebelumnnya mungkin di sebabkan karena sistem
atau penyelenggara pemilu. Faktor selanjutnya adalah faktor individu dengan alasan malas dan
tidak memiliki calon yang memenuhi kriteria atau bisa mewakili kepentingannnya. Dan yang
menjadi sangat krusial menurut narasumber bahwa banyaknya golput di Kecamatan
Gondokusuman, karena banyak data yang tidak faktual4.
Strategi yang akan dipakai untuk mengurangi golput pada pemilih pemula pada
Kecamatan Gondokusuman akan lebih memfokuskan ke tahap persiapan data pemilih yang
dilakukakan secara matang dan kinerja pihak-pihak yang terkait dengan pemuktahiran data
bekerja secara professional. Selanjutnya narasumber juga menjawab bahwa solusi terbaik untuk
menurunkan golput yaitu lebih banyak melakukan sosialisasi, dan penyadaran terhadap
masyarakat bahwa tidak ada paksaan dalam memilih, karena masyarakat wajib untuk ambil adil
dalam menentukan suatu pemerintahan, atau ikut menentukan pemimpin kota Yogyakarta.
Diamana satu suara saja sangat menentukan nantinya terhadap yang terpilih dalam pemilihan
umum. Sosialisasi yang dijalankan Kecamatan Gondokusuman juga sangat baik. Baik dalam hal
3 Sesuai wawancara dengan Bapak Titok Hariyanto ketua Divisi dan Sosialisasi Pendidikan Politik 4 Disimpulkan dari hasil wawancara dengan Bapak Agus Arifin Sekcam Gondosuman dan Bapak Titok Hariyanto, SIP Ketua Divisi Bidang Sosialisasi dan Pendidikan Politik di KPU Kota Yogyakarta
ini sosialisasi dilaksanakan secara rutin dan teratur sebelum pemilukada Kota Yogyakarta 2011
oleh PPK Kecamatan Gondokusuman. Tiap tahapan dalam pemilihan atau cara memilih pasti
disosialisasikan oleh PPK. Sosialisasi merupakan cara inti dalam menunjang keberhasilan suatu
pemilihan umum. Tingginya suatu sosialisasi maka akan menghasilkan kesuksesan yang tinggi
juga dalam pelaksanaan pemilu begitu juga sebaliknya.
Perilaku masyarakat Gondokusuman menurut narasumber sangat tidak apresiatif terhadap
pemilhan umum sehingga hasilnya pada Pemilukada Kota Yogyakarta 2011, Kecamatan
Gondokusuman merupakan Kecamatan dengan jumlah DPT terbesar yang tidak menggunakan
hak pilihnya.
Berikut data dari KPU hasil rekapitulasi Pemilukada Kota Yogyakarta 2011 di Kecamatan
Gondokusuman :
CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PERHITUNGAN SUARA
PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN DAN WAKIL KEPALA DAERAH DI
TINGKAT KABUPATEN/KOTA
No
KECAMATAN GONDOKUSUMAN
A. Data Pemilih JENIS KELAMIN
LK PR JUMLAH
1. Jumlah pemilih dalam salinan DPT 17.237 18.058 35.295
2. Jumlah pemilih dalam salinan DPT yang
menggunakan hak pilih 9.326 11.262 20.588
3. Jumlah pemilih dalam salinan DPT yang
tidak menggunakan hak pilihnya 7.911 6.796 14.707
4. Jumlah dari TPS lainnya 70 56 126
No
B. Penerimaan Dan Penggunaan
Surat Suara yang Diterima
(Termasuk Cadangan)
JUMLAH
1 Surat suara yang diterima (termasuk
cadangan) 36.195
2 Surat suara yang terpakai 20.714
3 Surat suara yang di kembalikan oleh
pemilih 109
4 Surat suara yang tidak terpakai 15.372
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan untuk mengetahui Rasionalitas
golput pemilih pemula di Kecamatan Gondokusuman dapat disimpulkan sebagai berikut :
Pertama, dalam pemilukada Kota Yogyakarta 2011 di Kecamatan Gondokusuman banyak
data yang tidak faktual sehingga menyebabkan banyak yang tidak menggunakan hak suaranya.
Kedua, perilaku masyarakat Gondokusuman yang sangat tidak apresiatif terhadap pemilhan
umum sehingga hasilnya pada Pemilukada Kota Yogyakarta 2011, Kecamatan Gondokusuman
merupakan Kecamatan dengan jumlah DPT terbesar yang tidak menggunakan hak pilihnya.
Ketiga, secara teknis banyak pemilih pemula tidak terdaftar sebagai pemilih, tidak dapat
undangan dari PPS dan lain sebagainya. Keempat, dari faktor individu pemilih pemula sendiri
yaitu tidak memiliki calon yang memenuhi kriteria atau bisa mewakili kepentingannya serta
pengaruh jenjang pendidikan karena semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh maka
semakin tinggi pemikiran seseorang tersebut tentang arti pentingnya sebuah pemilihan umum.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran yaitu ada baiknya jika
pemilukada di masa mendatang lebih memfokuskan ke tahap persiapan data pemilih untuk
mengurangi data yang tidak factual dan dalam sosialisasi pemilukada lebih ditingkatkan lagi
sehingga masyarakat Kecamatan Gondokusuman bisa menggunakan haknya untuk memilih
calon yang memenuhi kriteria atau yang bisa mewakili kepentingan masyarakat Gondokusuman.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharjo, Miriam.2008. Dasar-dasar Ilmu Politik.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Rahman. A.2007. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu
http ://leo4kusuma.blogspot.com/2008/12/tentang-golput-1-penegrtian-secara-umum.html Diakases pada tanggal 12 Oktober 2011 jam 16.00 WIB
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2108016-arti-politik-pemilu-dan-pemilih. Diakses pada tanggal 12 Oktober Jam 16. 15 WIB
http://niasonline.com/2007/10/2/rasionalitas-vs-irasionalitas Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011 Jam 17.00 WIB
http://partisipasi-politik-calon-pemilih_files Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011 Jam 17.05 WIB
http://tribunjateng.comseparuh-pemilih-di-gondokusumo-tidak-gunakan-haknya.html Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011 Jam 17.19 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/kampaye Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011 Jam 17.45 WIB
http://ansharpolitik02.wordpress.com/2009/02/01/pemilu-dan-golput/ Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 Jam 22.48 WIB