Download - REFERAT SANITASI
PELAKSANAAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA K3 DAN SANITASI MAKANAN DI RUMAH MAKAN
DISUSUN OLEH
ARIFIN MD RAPIK C 111 07 288
IVANDER C 111 08
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.(1)
Makanan dan minuman merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting baik untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti jaringan, untuk bekerja, dan untuk memelihara pertahanan tubuh terhadap penyakit (Adams, 2003).(2)
Makanan dapat membuat orang menjadi sehat atau sakit. Makanan yang sehat membuat tubuh menjadi sehat namun, makanan yang sudah terkonaminasi dapat menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, makanan dan minuman yang dikonsumsi haruslah terjamin baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.(2)
Untuk mencegah kontamisi makanan dengan zat-zat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat dan aman.(2)
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah referat ini adalah masalah kesehatan keselamatan kerja (K3) dan sanitasi makanan dilihat dari sudut pandang yang dapat disebabkan 3 faktor yakni :
1. Faktor fisik
2. Faktor kimia
3. Faktor mikrobiologi
Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk menghindari kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu diperhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan.
2
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor kimia karena adanya zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan, obat-obat penyemprot hama, penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan makanan, dan lain-lain.
Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologi karena adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan tersebut. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dibagi 2 yaitu keracunan makanan dan penyakit bawaan makanan (Mulia, 2005).
1.2. Tujuan Penulisan
-Menganalisa masalah K3 dan sanitasi makanan di rumah makan pada umumnya dari
segi penyebab dan masalah-masalah yang umum terjadi.
-Memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan implementasi K3 dan sanitasi
makanan di rumah makan.
1.4. Metode Penulisan
Dalam penulisan referat ini, kami menggunakan metode kepustakaan dengan
mengambil bahan referensi dari beberapa sumber terpercaya dari internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari tiga bab, yaitu: bab pendahuluan, pembahasan
serta penutup. Bagian pendahuluan terdiri dari beberapa sub-bab yakni: latar belakang
masalah, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penulisan, dan metode
penulisan serta sistematika penulisan. Bagian pembahasan dan tinjauan pustaka terdiri
dari pengertian sanitasi, hygiene, makanan dan sanitasi makanan. Turut dibahas adalah
tujuan dilakukan sanitasi makanan, prinsip pelaksanaan, peranan makanan dalam
menularkan penyakit, dan faktor lingkungan yang mempengaruhi keamanan makanan.
Dimuatkan juga persyaratan higienis dan sanitasi menurut jasa boga pada bab ini. Bagian
penutup terdiri dari kesimpulan masalah, saran, dan daftar pustaka.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
1. Sanitasi
Pengertian sanitasi ada beberapa yaitu:
a. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan
pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.
b. Upaya menjaga pemeliharaan agar seseorang, makanan, tempat kerja atau
peralatan agar hygienis (sehat) dan bebas pencemaran yang diakibatkan oleh
bakteri, serangga, atau binatang lainnya.
c. Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang
menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mungkin mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
d. Menurut Ehler & Steel, sanitation is the prevention of diseases by eliminating or
controlling the environmental factor which from links in the chain of transmission.
e. Menurut Hopkins, sanitasi adalah cara pengawasan terhadap faktor - faktor
lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap lingkungan.
f. Sanitasi adalah bagian dari sistem pembuangan air limbah, yang khususnya
menyangkut pembuangan air kotor dari rumah tangga, kantor, hotel, pertokoan (air
buangan dari WC, air cucian, dan lain-lain). Selain berasal dari rumah tangga,
limbah juga dapat berasal dari sisa-sisa proses industri, pertanian, peternakan, dan
rumah sakit (sektor kesehatan). (Sumber: Said, 1987:12)(3)
Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya kepada usaha-usaha kesehatan lingkungan hidup manusia.(3)
4
2. Hygiene
Kata “hygiene” berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga kesehatan (3) (Streeth, J.A. and Southgate,H.A, 1986). Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene ada beberapa yang intinya sama yaitu:
a. Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani,
rohani dan sosial untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
b. Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan
perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.
c. Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan aman (sehat)
dan bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang
lainnya.
d. Menurut Brownell, hygine adalah bagaimana caranya orang memelihara dan
melindungi kesehatan.
e. Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh factor
yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan
maupun melalui masyarakat.
f. Menurut Prescott, hygiene is a concept related to medicine as well as to personal
and professional care practices related to most aspects of living although it is most
often associated with cleanliness and preventative measures. Hygiene menyangkut
dua aspek yaitu:
1) Menyangkut individu (personal hygiene)
2) Menyangkut lingkungan (environment)
g. Kesehatan masyarakat yang khusus meliputi segala usaha untuk melindungi,
memelihara, dan mempertinggi derajad kesehatan badan dan jiwa baik untuk
umum maupun perorangan dengan tujuan memberi dasar - dasar selanjutnya hidup
sehat dan mempertinggi kesehatan dan daya guna per kehidupan manusia (UU No.
2 Tentang Hygiene Bab II pasal 2)(3)
Dapat diartikan hygiene adalah usaha kesehatan preventif mengenai bagaimana cara orang memelihara dan juga melindungi diri agar tetap sehat. (3)
5
3. Makanan
Ada beberapa pengertian tentang makanan,
a. Makanan adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah maupun bentuk buatan
yang dimakan manusia kecuali obat – obatan (DEPKES).
b. Makanan adalah semua substansi yg diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan
dan semua substansi yang dipergunakan untuk pengobatan (WHO). (4)
c. Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat – zat gizi dan atau unsur
atau ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna
bila dimasukkan ke dalam tubuh (Sunita Almatsir, 2009). (4)
4. Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah suatu upaya pencegahan yang menitikberatkan pada kegiatan atau tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan, pengangkutan dan penjualan atau distribusi sampai pada konsumen.(4)
2.2 TUJUAN PELAKSANAAN SANITASI MAKANAN
Tujuan pelaksanaan dari sanitasi makanan yaitu: (5)
1. Menjamin keamanan makanan dan kemurnian makanan.2. Mencegah konsumen dari penyakit. 3. Mencegah penjualan makanan yang merugikan pembeli.4. Mengurangi kerusakan atau pemborosan makanan.
2.3 ENAM PRINSIP SANITASI MAKANANEnam prinsip sanitasi makanan atau sering disebut dengan six principal of food hygiene
and sanitation meliputi,1. Upaya mengamankan bahan makanan.
Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau
rusak seperti daging, ikan, susu, telur, makanan dalam kaleng, buah, dan sebagainya.
Bahan makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan
6
perjalanan makanan yang begirtu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang
begitu luas. Salah satu upaya mendapatkan bahan makanan yang baik adalah
menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar)
karena kurang dapat dipertanggungjawabkan secara kualitasnya. (5)
2. Upaya penyimpanan bahan makanan.Penyimpanan bahan makanan merupakan satu dari 6 prinsip higiene dan sanitasi
makanan. Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah yang banyak (untuk katering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut. Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut: (5)
a. Suhu penyimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar dapat dikelompokkan menjadi:
1. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya.
Menyimpan sampai 3 hari: -50 sampai 00 C
Penyimpanan untuk 1 minggu: -190 sampai -50 C
Penyimpanan lebih dari 1minggu: dibawah -100 C
2. Makanan jenis telur, susu dan olahannya.
Penyimpanan sampai 3 hari: -50 sampai 70 C
Penyimpanan untuk 1 minggu: dibawah -50 C
Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu: dibawah -50 C
3. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling
lama 1 minggu yaitu 70 sampai 100 C.
4. Tepung, biji - bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).
b. Tata Cara Penyimpanan
1. Peralatan penyimpanan
1) Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:
Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 – 150 C untu
penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display
penjualan makanan dan minuman dingin.
7
Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10 - 40 C dalam
keadaan isi bisa digunakan untuk minuman, makanan siap santap
dan telur.
Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat
digunakan untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu
tidak lebih dari 3 hari.
Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan
makanan beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C untuk
menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama.
2) Penyimpanan suhu kamar
Untuk makanan kering dan makanan olahan yang disimpan dalam suhu kamar, maka penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
Makanan diletakkan dalam rak - rak yang tidak menempel pada
dinding, lantai dan langit-langit.
Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak
bercampur baur.
Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung,
ditempatkan dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori
lantai.
c. Cara penyimpanan
1. Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar
suhu dapat merata keselutuh bagian.
2. Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya,
dalam wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak,
kantong plastik atau lemari yang berbeda.
3. Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga
terjadi sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian.
Pengisian lemari yang terlalu padat akan mengurangi manfaat
penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan kebutuhan.
8
4. Penyimpanan didalam lemari es:
Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap.
Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang
rapat dan dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam lemari
yang berbeda, kalau tidak letaknya harus berjauhan.
Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah
dipergunakan.
Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk
keperluan sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan
penyimpanan makanan.
5. Penyimpanan makanan kering:
Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik.
Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab.
Rak - rak berjarak minimal 15 cm dari dinding lantai dan 60 cm dari
langit - langit.
Rak mudah dibersihkan dan dipindahkan.
Penempatan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firs
in first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus
dikeluarkan lebih dulu.
d. Administrasi penyimpanan
Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga bila terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.
3. Upaya pengolahan bahan makanan.
Pada proses/ cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu: (5)
a. Tempat pengolahan makanan.
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.
9
b. Tenaga pengolah makanan / penjamah makanan.
Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.
c. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip - prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice).
4. Upaya pengangkutan makanan.
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari
serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak
berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya
dalam keadaan panas 600 C atau tetap dingin 40 C.
Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus dipertahankan, yaitu: (5)
a. Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan harus diatur
suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaan beku 00C.
b. Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya dengan
suhu kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak menunggu.
c. Pemanasan kembali makanan beku reheating dengan pemanasan biasa atau
microwave sampai suhu stabil terendah 600C.
Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai 600C, karena pada suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhan bakteri pathogen dan puncak optimalnya pada suhu 370 C. Makanan matang yang akan disajikan jauh dari tempat
10
pengolahan makanan, memerlukan pengangkutan yang baik agar kualitas makanan tersebut tetap terjaga. Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji adalah sebagai berikut:
a. Setiap makanan mempunyai wadah masing - masing. Isi makanan tidak terlampau
penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai tutup yang rapat dan
tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas. Uap makanan harus
dibiarkan terbuang agar tidak terjadi kondensasi. Air uap kondesasi merupakan
media yang baik untuk pertmbuhan bakteri sehingga makanan menjadi basi.
b. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan
makanan yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.
c. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan tetap
panas 600 C atau tetap dingin 40 C.
d. Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian.
e. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan keperluan
mengangkut bahan lain.
5. Upaya penyimpanan makanan.
Makanan yang telah matang atau siap disaji, tidak semuanya langsung dikonsumsi oleh kita, terutama makanan yang berasal dari katering atau jasaboga. Makanan tersebut memiliki resiko pencemaran bakteriologis terutama bila dalam penyimpanannya tidak memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan matang adalah sebagai berikut: (5)
a. Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas 600C.
b. Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 40C.
c. Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu
dibawah 40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum disajikan.
6. Upaya penyajian makanan.
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat mengurangi
11
selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut: (5)
a. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah
dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah
Makanan tidak terkontaminasi silang.
Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan.
Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
b. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi
(kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam
kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi)
c. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastk.
d. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti
makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan
agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.
e. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan
suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada
diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan
bean merry (bak penyaji panas)
f. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih
artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak
atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan
memberikan penampilan yang estetis.
12
g. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya
adalah:
Mencegah pencemaran dari tubuh.
Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi.
2.4 PERANAN MAKANAN DALAM MATA RANTAI PENULARAN PENYAKIT (6)
1. Makanan sebagai agen
Agent dikasifikasikan 5: (6)
a. Agent nutrient, contoh: protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, air.
b. Agent biologis, contoh virus, bakteri dan lain - lain.
c. Agent fisik, contoh: panas, radiasi cahaya, dan lain – lain.
d. Agent kimia, contoh: endogeneous (DM, dan lain - lain) dan exogeneus (debu, alergi
panas, dan lain - lain).
e. Agent mekanis, contoh: gesekan, benturan, dan lain – lain.
Makanan sebagai agent penyakit apabila, nutrient dikonsumsi secara tidak seimbang,
sehingga memunculkan penyakit degeneratif, misalnya: (6)
– DM
– Jantung
– Kolesterol
– Hipertensi, dan lain – lain.
Makanan sebagai agent, secara alami makanan tersebut mengandung zat racun yang
apabila dikonsumsi akan menyebabkan gangguan pada tubuh. Contohnya: tempe
bongkrek, singkong, jengkol, gadung, ikan buntal. (6)
2. Makanan sebagai vehicle
Makanan sebagai pembawa atau kendaraan kontaminan. Contoh dari makanan
sebagai vehicle yaitu: (6)
a. gol parasit: amoeba, cacing.
b. gol mikroorganisme: salmonella.
c. gol kimia: bahan – bahan radioaktif.
13
Salah satu yang sering menjadi pembawa dalam kontaminasi adalah bakteri. Bakteri
memiliki ciri – ciri:
a. Ukuran 0,0005 μmm
b. Dapat dilihat dengan mata telanjang ada 50juta bakteri berjejer panjangnya
2,5mm.
c. Pertumbuhan (suhu, waktu, kelembaban, oksigen, pH, dan cahaya).
d. Suhu:
Psychrophilic (15-200C), optimum (10-150C)
Psychrotop (-5-450C), optimum (25-370C)
Mesophilic (-5-450C), optimum (20-300C)
Thermophilic (40-800C), optimum (40-550C)
Thermotrof (15-500C).
Spesies bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia tumbuh terbaik
pada suhu tubuh manusia(370C) mesophilic.
Bakteri yang menyebabkan kerusakan makanan dalam refrigator adalah
golongan psychrophilic.
e. Waktu: bakteri akan membelah diri setiap 20 – 30 menit (dalam 9 jam satua
bakteri akan telah berkembang menjadi 2.000.000 sel dan 1 milyar dalam 12 jam.
f. Kelembaban: sel – sel bakteri terdiri dari 80% air, dan bakteri tidak cocok untuk
pada air yang mengandung zat – zat yang terlarut dalam konsentrasi tinggi seperti
gula dan garam, misalnya larutan garam 200mg/lt tidak menunjang pertumbuhan
bakteri.
g. Oksigen: bakteri terdiri dari 3 golongan yaitu,
Aerob (memerlukan oksigen)
Anaerob (tidak memerlukan oksigen)
Fakultatif (bakteri tumbuh dalam kondisi tidak ada oksigen, tetapi lebih suka
dalam lingkungan yang ada oksigen.
h. Keasaman (pH): pH normal 7, bakteri lebih suka pada pH 7,2 - 7,6 tetapi ada juga
bakteri yang tahan asam yaitu bakteri asam laktat hidup pada pH 4.
14
i. Cahaya: bakteri lebih suka tempat gelap karena sinar ultraviolet dapat mematikan
bakteri dan dapat digunakan dalam prosedur sterilisasi (misalnya: air minum isi
ulang).
Mengetahui keberadaan bakteri.
a. Pemeriksaan bakteriologis untuk mendeteksi terinfeksi atau karier dari bakteri
pathogen atau makanan terkontaminasi.
b. Cara pengumpulan specimen dengan cara lidi kapas steril dapat diambil specimen
dari suatu luka, tinja, makanan tercemar dan lain – lain.
Penyakit bawaan makanan dapat terjadi jika tiga hal berikut ini terjadi.
a. Jumlah bakteri dalam makanan harus cukup banyak dan dapat bertahan hidup
setelah dimasak atau setelah disimpan.
b. Bakteri dalam makanan harus berkembang biak dan mencapai jumlah yang cukup
atau menghasilkan toksin dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan penyakit.
c. Bakteri harus masuk ke daerah pengolahan makanan atau terdapat dalam bahan
mentah dan dipindahkan melalui tangan pengolah makanan atau ke alat - alat dan
permukaan kerja, yang jika tangan tidak dicuci secara sempurna akan mencemari
makanan.
3. Makanan sebagai mediaMakanan yg potensial mengandung hazard: kontaminan dalam jumlah kecil bila
dibiarkan dalam danger zone menjadi potensial penyebab penyakit. (6)
Transmisi
a. Kontaminasi silang yaitu pencemaran makanan yang sudah diolah oleh bahan
mentah yang mengandung kuman pathogen, misalnya daging disimpan bersamaan
dengan makan dalam dalam satu wadah.
b. Penjamah makanan.
Batuk, bersin dapat menularkan kuman dari penjamah makanan.
Dari toilet tapi tidak mencuci tangan dengan bersih.
c. Debu
15
Memindahkan kuman pathogen yang terdapat dalam tanah ke makanan, jika dalam keadaan terbuka.
d. Serangga, Tikus dan Hewan Rumah
Tikus melalui kaki memindahkan kuman ke makanan.
Kucing dan anjing, dan sebagainya.
2.5 FAKTOR - FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEAMANAN
MAKANAN.(7)
1. Lingkungan Fisik
Air, tanah, udara, pecahan kaca, kerikil, karet, dll.
a. Air
Yang diperlukan dalam semua proses pengolahan bahan makanan
b. Air Kotor (sewage)
Berbagai bahan organik dan an organik terlarut dalam air kotor
Sumber dari kuman-kuman pathogen ——> kuman saluran pencernaan
Berperan penting sebagi sumber pencemar bagi air dan makanan
c. Tanah
Tanah yang menjadikan mikroorganisme dapat mengkontaminasi bahan makanan dengan berbagai cara yang antara lain adalah :
Terbawa oleh alat-alat masuk ke dalam tempat makanan/penyimpanan makan yang
akhirnya masuk ke dalam makanan.
Terikut pada bagian-bagian tanaman-tanaman/sayuran.
Makanan terbungkus dengan bahan/kertas yang terkontaminasi tanah yang
mengandung mikroorganisme.
d. Udara
Mikroorganisme di udara terbawa oleh partikel - partikel, debu, air atau titik - titik
ludah yang disebar oleh hewan maupun orang yang sedang batuk.
Tergantung dari musim, lokasi.
16
2. Lingkungan Kimia
Pestisida, antibiotika, logam dari alat masak yg
larut saat proses pemasakan, BTP
3. Lingkungan Biologi
Virus, bakteri, jamur
a. Hewan tanah/piaraan
Bakteri-bakteri enting dari ternak dihubungkan dengan peristiwa keracunan makanan, contoh : Salmonella, Clostridium perfrigens
b. Binatang Pengerat/Tikus
Ancaman kontaminasi bagi sayuran-sayuran/buah-buahan sejak dipetik, diangkat, disampan, diolah dan disajikan. (7)
PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI BERDASARKAN JASABOGA (8)
A. BANGUNAN 1. Lokasi
Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran lainnya. (8)
a. Halaman(1) Terpampang papan nama perusahaan dan nomor Izin Usaha serta nomor Sertifikat Laik Higiene Sanitasi.(2) Halaman bersih, tidak bersemak, tidak banyak lalat dan tersedia tempat sampah yang bersih dan bertutup, tidak terdapat tumpukan barangbarang yang dapat menjadi sarang tikus.(3) Pembuangan air limbah (air limbah dapur dan kamar mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya.(4) Pembuangan air hujan lancar, tidak terdapat genangan air.
b. KonstruksiKonstruksi bangunan untuk kegiatan jasaboga harus kokoh dan aman. Konstruksi selain kuat juga selalu dalam keadaan bersih secara fisik danbebas dari barang-barang sisa atau bekas yang ditempatkan sembarangan.
c. LantaiKedap air, rata, tidak retak, tidak licin, kemiringan/kelandaian cukup dan mudah dibersihkan.
17
d. DindingPermukaan dinding sebelah dalam rata, tidak lembab, mudah dibersihkan dan berwarna terang. Permukaan dinding yang selalu kena percikan air, dilapisi bahan kedap air setinggi 2 (dua) meter dari lantai dengan permukaan halus, tidak menahan debu dan berwarna terang. Sudut dinding dengan lantai berbentuk lengkung (conus) agar mudah dibersihkan dan tidak menyimpan debu/kotoran.
2. Langit-langita. Bidang langit-langit harus menutupi seluruh atap bangunan, terbuat dari bahan yang permukaannya rata, mudah dibersihkan, tidak menyerap air dan berwarna terang.b. Tinggi langit-langit minimal 2,4 meter di atas lantai.
3. Pintu dan jendelaa. Pintu ruang tempat pengolahan makanan dibuat membuka ke arah luar dan dapat menutup sendiri (self closing), dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain.b. Pintu dan jendela ruang tempat pengolahan makanan dilengkapi peralatan anti serangga/lalat seperti kassa, tirai, pintu rangkap dan lain-lain yang dapat dibuka dan dipasang untuk dibersihkan.
4. Pencahayaana. Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif.b. Setiap ruang tempat pengolahan makanan dan tempat cuci tangan intensitas pencahayaan sedikitnya 20 foot candle/fc (200 lux) pada titik 90 cm dari lantai.c. Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan bayangan.d. Cahaya terang dapat diketahui dengan alat ukur lux meter (foot candle meter)
1) Mengukur 10 fc dengan lux meter pada posisi 1x yaitu pada angka 100, atau pada posisi 10x pada angka 10.Catatan : 1 skala lux = 10, berarti 1 foot candle = 10 lux.2) Untuk perkiraan kasar dapat digunakan angka hitungan sebagai berikut : 1 watt menghasilkan 1 candle cahaya atau 1 watt menghasilkan 1 foot candle pada jarak 1 kaki (30 cm) atau 1 watt menghasilkan 1/3 foot candle pada jarak 1 meter atau 1 watt menghasilkan 1/3 x ½ = 1/6 foot candle pada jarak 2 meter atau 1 watt menghasilkan 1/3 x 1/3 = 1/9 foot candle pada jarak 3 meter. lampu 40 watt menghasilkan 40/6 atau 6,8 foot candle pada jarak 2meter atau 40/9 = 4,5 foot candle pada jarak 3 meter.
5. Ventilasi/penghawaan/lubang angina. Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi sehingga terjadi sirkulasi/peredaran udara.
18
b. Luas ventilasi 20% dari luas lantai, untuk :
1) Mencegah udara dalam ruangan panas atau menjaga kenyamanan dalam ruangan.2) Mencegah terjadinya kondensasi/pendinginan uap air atau lemak dan menetes pada lantai, dinding dan langit-langit.3) Membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan.
6. Ruang pengolahan makanana. Luas tempat pengolahan makanan harus sesuai dengan jumlah karyawan yang bekerja dan peralatan yang ada di ruang pengolahan.b. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan minimal dua meter persegi (2m2) untuk setiap orang pekerja.Contoh : Luas ruang dapur (dengan peralatan kerja) 4 m x 5 m = 20 m2.Jumlah karyawan yang bekerja di dapur 6 orang, maka tiap pekerja mendapat luas ruangan 20/6 = 3,3 m2, berarti luas ini memenuhi syarat (luas 2 m2 untuk pekerja dan luas 1,3 m2 perkiraan untuk keberadaan peralatan )Luas ruangan dapur dengan peralatan 3 m x 4 m = 12 m2.Jumlah karyawan di dapur 6 orang, maka tiap karyawan mendapat luas ruangan 12/6 = 2 m2, luas ini tidak memenuhi syarat karena dihitung dengan keberadaan peralatan di dapur.c. Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan toilet/jamban, peturasan dan kamar mandi.d. Peralatan di ruang pengolahan makanan minimal harus ada meja kerja, lemari/ tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan serangga, tikus dan hewan lainnya.
B. FASILITAS SANITASI(8)
1. Tempat cuci tangana. Tersedia tempat cuci tangan yang terpisah dari tempat cuci peralatan maupun bahan makanan dilengkapi dengan air mengalir dan sabun, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan air dan alat pengering.b. Tempat cuci tangan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau dan dekat dengan tempat bekerja.c. Jumlah tempat cuci tangan disesuaikan dengan jumlah karyawan dengan perbandingan sebagai berikut :Jumlah karyawan 1 - 10 orang : 1 buah tempat cuci tangan.
11 - 20 orang : 2 buah tempat cuci tanganSetiap ada penambahan karyawan sampai dengan 10 orang, ada penambahan 1 (satu) buah tempat cuci tangan.
2. Air bersiha. Air bersih harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan jasaboga.b. Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
19
3. Jamban dan peturasan (urinoir)a. Jasaboga harus mempunyai jamban dan peturasan yang memenuhi syarat higiene sanitasi.b. Jumlah jamban harus cukup, dengan perbandingan sebagai berikut :1) Jumlah karyawan : 1 - 10 orang : 1 buah 11 - 25 orang : 2 buah
26 - 50 orang : 3 buahSetiap ada penambahan karyawan sampai dengan 25 orang, ada penambahan 1 (satu) buah jamban.2) Jumlah peturasan harus cukup, dengan perbandingan sebagai berikut : Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah
31 - 60 orang : 2 buahSetiap ada penambahan karyawan sampai dengan 30 orang, ada penambahan 1 (satu) buah peturasan.
4.Kamar mandia. Jasaboga harus mempunyai fasilitas kamar mandi yang dilengkapi dengan air mengalir dan saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan.b. Jumlah kamar mandi harus mencukupi kebutuhan, paling sedikit tersedia : Jumlah karyawan : 1 - 30 orang : 1 buah
Setiap ada penambahan karyawan sampai dengan 20 orang, ada penambahan 1 (satu) buah kamar mandi.
5. Tempat sampaha. Tempat sampah harus terpisah antara sampah basah (organik) dan sampah kering (an organik).b. Tempat sampah harus bertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah.
C. PERALATANTempat pencucian peralatan dan bahan makanan(8)
a. Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah daritempat pencucian bahan pangan.b. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.c. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat (KMnO4) dengan konsentrasi 0,02% selama 2 menit atau larutan kaporit dengan konsentrasi 70% selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80°C - 100°C) selama 1 – 5 detik.d. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
20
D. KETENAGAANTenaga/karyawan pengolah makanan(8)
1. Memiliki sertifikat kursus higiene sanitasi makanan.2. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.3. Tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera, TBC, hepatitis dan lain-lain atau pembawa kuman (carrier).4. Setiap karyawan harus memiliki buku pemeriksaan kesehatan yang berlaku.5. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.6. Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan menggunakan alat :
a. Sarung tangan plastik sekali pakai (disposal)b. Penjepit makananc. Sendok garpu
7. Untuk melindungi pencemaran terhadap makanan menggunakan :a. Celemek/apronb. Tutup rambutc. Sepatu kedap air
8. Perilaku selama bekerja/mengelola makanan:a. Tidak merokokb. Tidak makan atau mengunyahc. Tidak memakai perhiasan, kecuali cincin kawin yang tidak berhias (polos)d. Tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang bukan untuk keperluannyae. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan setelah keluar dari toilet/jambanf. Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung dengan benarg. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat jasabogah. Tidak banyak berbicara dan selalu menutup mulut pada saat batuk atau bersin dengan menjauhi makanan atau keluar dari ruangani. Tidak menyisir rambut di dekat makanan yang akan dan telah diolah
E. MAKANANMakanan yang dikonsumsi harus higienis, sehat dan aman yaitu bebas dari cemaran fisik, kimia dan bakteri. (8)
1. Cemaran fisik seperti pecahan kaca, kerikil, potongan lidi, rambut, isi staples, dan sebagainyaDengan penglihatan secara seksama atau secara kasat mata2. Cemaran kimia seperti Timah Hitam, Arsenicum, Cadmium, Seng, Tembaga,
Pestisida dan sebagainya
21
Melalui pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan negatif3. Cemaran bakteri seperti Eschericia coli (E.coli) dan sebagainyaMelalui pemeriksaan laboratorium dan hasil pemeriksaan menunjukkan angka kuman E.coli 0 (nol) (8)
22
BAB IIIPENUTUP
3.1 KesimpulanDari pokok bahasan mengenai teknik keselamatan kerja yang telah diuraikan pada bab-
bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan seperti :
1. Keselamatan kerja pada suatu perusahaan harus didukung oleh berbagai faktor seperti tempat kerja yang baik, tingkat kebisingan yang rendah, suasana kerja yang nyaman dan lain-lain.
2. Perlengkapan keselamatan kerja pada sebuah perusahaan hendaknya dipergunakan secara optimal untuk menghindari resiko kecelakaan.
3. Tingkat keselamatan kerja pada pabrik kecil lebih rendah dibandingkan dengan tingkat keselamatan pada pabrik besar karena tingkat spesialisasi para pekerja yang tidak seimbang dengan teknologi yang dipergunakan.
4. Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerjamaupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja Pada pelaksanaannya, program Jamsostek belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya tuntutan dan protes yang datang dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat (LSM), hingga anggota lembaga legislatif, yang dialamatkan kepada pengusaha, PT Jamsostek, maupun instansi pemerintah di bidang ketenagakerjaan.
3.2 Saran1. Personal hygiene
Personal hygiene merupakan usaha – usaha preventive personal untuk melindungi diri dari penyakit. Contoh dari personal hygiene yaitu:
a. Cuci tangan dengan sabun.
b. Memegang makanan dengan alat makan.
c. Gunakan sapu tangan yang bersih untuk menyeka muka/tangan.
d. Menutup hidung/mulut saat bersin, menguap, batuk.
e. Menggunakan pakaian khusus saat di dapur.23
2. Handling eating utensils
a. Pegang alat makan dengan tangan bersih.
b. Gunakan baki dalam penyajian makanan.
c. Simpan alat makan di daerah bebas debu.
d. Biarkan alat makan kering dengan sendirinya.
e. Alat makan yg jatuh di cuci dan dikeringkan kembali.
3. Dishwashing
a. Sediakan sabun cuci untuk peralatan dapur.
b. Seka dan bilas sebelum dicuci.
c. Celup dalam air panas.
d. Bubuhi dengan larutan kaporit.
e. Biarkan kering sendiri.
f. Rak piring di tempat yang bebas debu, serangga dan hewan.
4. Refrigerator
a. Gunakan termometer bila perlu.
b. Jaga sirkulasi udara di dalam lemari es.
c. Secara periodik dibersihkan.
d. Simpan makanan sesuai dengan tempatnya.
e. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkn lemari untuk keperluan
sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan makanan.
f. Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah dipergunakan.
g. Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap.
h. Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu
dapat merata keselutuh bagian.
5. Food storage
a. Menutup semua makanan yang disimpan.
b. Jauhkan dari debu, serangga dan bahan kontaminan lain.
c. Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu
dapat merata keseluruh bagian.
24
d. Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam
wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau
lemari yang berbeda.
e. Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi
sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari
yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak
sesuai dengan kebutuhan.
6. Pencahayaan dan Ventilasi
a. Penerangan mendukung pengolahan makanan secara efektif dan efisien.
b. Ventilasi, penghawaan cukup dan tidak lembab dan bau.
7. Persediaan Air
Air digunakan untuk proses mulai dari persiapan, pengolahan hingga proses penyimpanan. Pada proses persiapan, air digunakan untuk mencuci bahan makanan dan alat agar dapat mengurangi factor – factor penyebab penyakit seperti bakteri, pestisida, kotoran. Pada proses pengolahan air digunakan untuk memasakkan makanan dan sebagai media untuk menghilangkan bakteri yang ada pada bahan makanan yang akan dimasak. Untuk proses penyimpanan, air difungsikan untuk pencucian alat – alat yang telah digunakan selama proses pengolahan. Untuk mengoptimalkan penggunaan air agar mewujudkan food safety air harus memnuhi syarat – syarat air bersih. Syarat air bersih yaitu
a. Syarat Fisik
a) Air harus bersih dan tidak keruh
b) Tidak berwarna apapun
c) Tidak berasa apapun
d) Tidak berbau apaun
e) Suhu antara 10-25 C (sejuk)
f) Tidak meninggalkan endapan
b. Syarat Fisik / Mekanik
a) Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
b) Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan
c) Cukup yodium
d) pH air antara 6,5 – 9,2
25
c. Syarat Mikrobiologi
a) Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera,
dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Selain usaha – usaha di atas menurut WHO ada 10 prinsip yang digunakan untuk menjaga
agar makanan tetap aman. Sepuluh prinsip yang digunakan yaitu:
1. Pilih makanan yang sudah diproses.
2. Memasak makanan dengan sempurna.
3. Santap makanan segera.
4. Simpanlah makanan masak dengan benar.
5. Panasi kembali makanan dengan benar.
6. Cegah kontak makanan dengan bahan mentah.
7. Cuci tangan sesering mungkin.
8. Jagalah kebersihan permukaan dapur secermat mungkin.
9. Lindungi makanan dari serangga, tikus dan binatang lain.
10. Pergunakan air bersih.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Yusra, Dhoni. “Pentingnya Implementasi K3 dalam Perusahaan.” http://www.indonusa.ac.id/home/index.php?option=com_content&task=view&id=592&Itemid=56
2. Bab 2 Penerbitan Universitas Sumatera Utara tentang “Higienis dan Sanitasi Makanan” http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21098/4/Chapter%20II.pdf
3. “Pengertian hygiene dan sanitasi” http://ain-hygiene.blogspot.com/2009/08/pengertian-hygiene-sanitasi.html
4. Pengertian dan definisi makanan di http://carapedia.com/pengertian_definisi_makan_info215. Yasril Sjaf dalam makalah “Implementasi Kesehatan Keselamatan Kerja di Indonesia”
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2008 www.slideshare.net/yasril/implementasi-kesehatan-keselamatan-kerja ; Artikel “Pelaksanaan 3K jurnal Universitas Sumatera Utara” tahun 2008 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14693/1/08E00949.pdf
6. Artikel “Suatu Permasalahan Kesehatan dan Ekonomi yang Berhubungan Dengan Makanan” http://related:whqlibdoc.who.int/publications/2005/9794487074_chapter1_ind.pdf peranan makan dalam menularkan penyakit
7. Afif Kurniawan makalah judul “Beberapa faktor yang mempengaruhi keamanan makanann” Universitas Sumatera Utara http://www.slideshare.net/aklmakassar/01-sanitasi-makanan-minuman
8. “PMK No. 1096 ttg Higiene Sanitasi Jasaboga” http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%201096%20ttg%20Higiene%20Sanitasi%20Jasaboga.pdf
27