-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
1/21
REFERAT
PRURITUS
Pembimbing:
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK
Disusun Oleh:
Fani Adhikara G1A212143
Tini Rohmantini G1A212144
Ika Suhartati G1A212145
Fahmi Ben Bella G1A212150
Diggivio Indrianto 1210221052
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2014
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
2/21
2
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui referat yang berjudul :
PRURITUS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Disusun oleh :
Fani Adhikara G1A212143
Tini Rohmantini G1A212144
Ika Suhartati G1A212145
Fahmi Ben Bella G1A212150
Diggivio Indrianto 1210221052
Disetujui dan disahkan:
Tanggal September 2014
Mengetahui,
Pembimbing
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
3/21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pruritus adalah suatu sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan
rangsangan untuk menggaruk. Pruritus merupakan gejala dan pelbagai
penyakin kulit (1). Pruritus senilis sering terjadi pada orang tua dengan
usia 60 tahun atau lebih. Penyebab paling sering dari pruritus senilis
adalah kulit yang sangat kering (xerosis kutis atau xerodermia). Selain itu
juga disebabkan oleh degenerasi atrofi serta menurunnya fungsi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan,
seperti gosokan dengan pakaian atau perubahan suhu di sekitar penderita.
Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit. Oleh karenanya penting
untuk mengetahui penyebab dari gejala tersebut.
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
4/21
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
5/21
5
lebih sensitif terhadap neurotransmitter-neuropeptida yang menginduksi
sensasi gatal dibanding sensasi nyeri. Neurotransmitter-neuropeptida
yang bertanggungjawab atas sensasi gatal antara lain histamin, serotonin,
bradikinin, neuropeptida-P, protease, dan endothelin (yang menghasilkan
oksida nitrat). Opioid juga dikenal sebagai salah satu modulator
terjadinya pruritus. Sensitisasi reseptor -opioid menginisiasi pruritus,
sedangkan blokade reseptor -opioid dan stimulasi reseptor-kappa
menekan kejadian pruritus. Impuls kemudian ditransmisikan secara
aferen lewat ganglion sensorium nervi spinalis menuju cornu dorsalis
medulla spinalis lalu dilanjutkan ke traktus spinotalamikus. Proyeksi
aferen ini lalu diteruskan ke thalamus untuk kemudian diterjemahkan di
korteks gyrus postcentralis sebagai rasa gatal (pruritus). Pruritus yang
terjadi karena adanya underlying diseaseatau penyakit penyerta sistemik
bisa mempunyai mekanisme patofisiologi yang berbeda satu sama lain.3
2.1.3 Klasifikasi Pruritus4
a. Pruritoceptive itch akibat gangguan yang berasal dari kulit.
Misalnya, inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.
b. Neuropathic itch akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau
sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.
c. Neurogenic itch tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun
terdapat transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan
penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice).
d. Psikogenic itch akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.
Bentuk Pruritus:1. Pruritus pada gravidarum
Pruritus gravidarum diinduksi oleh hormon estrogen dan kadang-
kadang ada hubungannya dengan kolestasis (obstruksi dan statis di
dalam saluran empedu). Pruritus terutama terdapat pada trimester III
akhir gravidarum dimulai dari abdomen atau badan kemudian
generalisata, bisa disertai dengan gejala anorexia, nausea atau
muntah juga disertai ikterus kolestatik setelah pruritus 2- 4 minggu
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
6/21
6
karena garam empedu ada dalam kulit. Obyektif terlihat ekskoriasi
karena garukan. Pruritus akan menghilang sesudah melahirkan, tetapi
dapat residif pada kehamilan berikutnya.1,3
2.
Pruritus pada hepatikum
Pruritus hepatikum merupakan gejala kutan yang utama pada
penyakit hati dan biasanya disertai kolestasis. Pruritus dianggap
berasosiasi dengan garam empedu. Intensitas perasaan gatal
sebanding dengan konsentrasi garam empedu di darah, tidak
sebanding dengan derajat warna kuning kulit.1,3
Pruritus sebagai ekspresi kolestatis merupakan tanda adanya
obstruksi pada empedu (obstruktive biliary disease). Perasaan gatal
lebih banyak bila penyakit disertai ikterus. Obstruksi dapat
berlokalisasi intra atau ekstra-hepatal.1,3
Pruritus dapat pula sebagai efek samping obat yang
memberikan obstruksi biliar intra-hepatal, misalnya klorpromazin,
intra atau ekstra-hepatal, misalnya klorpromazin, metil-testosteron
dan pil kontrasepsi. Bila ikterus tanpa pruritus, maka penyebabnya
anemia hemolitik anhepatik atau hepatitik infeksiosa. Pada 20%
penderita sirosis hepatis dapat timbul pruritus generalisata, yang
disertai erupsi papular dan prurigo. Pada 10-40% penderita dewasa
dengan hepatitis dapat timbul pruritus yang sinkron dengan elevasi
garam asam biliar.1,3
3. Pruritus pada Senilitas / Senilis
Kulit senile yang kering mudah menderita fisur (chapped skin)
mudak menjadi pruritik, terjadi dengan atau tanpa reaksiinflamatorik. Rasa gatal terjadi karena stimulasi ringan / perubahan
suhu. Daerah yang tersering ialah daerah genital eksterna, perineal
dan perianal. Selain pruritus senilis sine materia pada orang tua ada
pula pruritus yang merupakan permulaan dermatitis rksfoliativa
generalisata (eritroderma). Kadang-kadang terdapat dermatitis
seboroik atau pesoriasis.1
4.
Pruritus pada Sistem Endokrin
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
7/21
7
Pruritus terdapat pada Diabetes Mellitus, tirotoksikosis dan
miksedema. Pruritus pada Diabetes Mellitus disebabkan oleh
hiperglikemia, sehingga terjadi iritabilitas ujung-ujung saraf dan
kelenjar metabolik di kulit terutama daerah anogenital atau
submammae pada wanita. Glikogen sel sel epitel kulit dan vagina
meningkat sehingga terjadi diabetes kulit oleh karena predisposisi
berupa dermatitis, kandidiasis, dan furunkulosis. Pada hiperparatiroid
terjadi peningkatan hormon paratiroid dalam plasma sehingga terjadi
defisit kalsium dalam kulit khususnya kalsium fosfat.1,3
5. Pruritus pada penyakit Ginjal
Pruritus generalisata mempunyai insiden 80% pada penyakit payah
ginjal menahun disertai edema dan terjadi kekeringan kulit (Xerosis)
oleh karena terjadi atrofi kelenjar sebasea dan kelenjar sudorifera.
Pada penyakit ginjal juga mengakibatkan gangguan metabolisme
pada fosfor dan kalsium, magnesium dalam serum meningkat
sehingga terjadi uremia yang menyebabkan terjadinya pruritus,
penyebabnya oleh bahan-bahan yang mengalami retensi, ginjal gagal
mensekresinya sehingga perlu dilakukan hemodialisis secara teratur
dan intensif. Bila dengan hemodialisis tidak ada kemajuan, maka
harus dipikirkan adanya hiperparatiroidia.1,3
6. Pruritus pada neopalstik
Pruritus pada keganasan internal terutama berasal dari sistem
limforetikuler menyebabkan penyakit Hodgkin dengan insidens
sampai berbulan-bulan, sebelum penyakit gejala mendasari
diketahui.
1,3
7. Pruritus pada Mikosis Fungoides
Merupakan limfoma maligna yang progresif. Pruritus timbul pad
waktu lesi kulit masih tidak khas dan belum terdapat infiltrasi
maligna. Pruritus dapat bersifat menetap dan intoleran.1
8. Pruritus pada neurologik
Defisit saraf sentral / perifer sebagai pengatur sensasi perabaan dapat
menyebabkan pruritus.1
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
8/21
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
9/21
9
2.1.4 Manifestasi Klinis
Anamnesis riwayat penyakit sekarang meliputi onset, lokasi,
durasi, derajat keparahan, faktor yang memprovokasi, dan hubungannya
dengan aktivitas seperti mandi, harus digali dari pasien dengan cermat.
ROS (Review of Systems) dibutuhkan untuk melihat kemungkinan
adanya penyakit sistemik yang mempengaruhi. Riwayat mengkonsumsi
obat juga perlu ditanyakan untuk mengeksklusi pruritus karena obat.
Riwayat penyalahgunaan alcohol juga diperlukan untuk mengetahui
penyebab pruritus karena penyakit hati kronis bisa menimbulkan
kolestasis. Stress emosional dapat menginisiasi terjadinya pruritus
karena gangguan psikiatrik.3
a. Pruritus Renal
Gejala pruritus bisa berlangsung pada umumnya, gatal terus
menerus dari pagi sampai malam hari, hingga gejala yang sangat
jarang terjadi, pruritus timbul secara spontan sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan paroksismal. Penderita pruritus renal sebanyak
46% mengalami gatal setiap hari, sedangkan pruritus timbul
mingguan atau bulanan pada 52% pasien. Pruritus lokal terjadi pada
56% pasien dan paling sering dirasakan di punggung, abdomen,
kepala, dan tangan. Lokasi di kepala yang paling sering timbul
adalah di vertex, dapat pula dijumpai ekskoriasi. Gejala eksaserbasi
timbul pada malam hari, selama, atau setelah HD. Intensitas gatal
bisa naik pada musim panas. Kadang dijumpai xerosis difus dan half-
and-half nails, neuropati perifer, dan uremia. 3
Gambar 1.Half-and-half nail
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
10/21
10
b. Pruritus Kolestasis
Pruritus kolestatis timbul intermitten, ringan, dan bisa lokal
maupun general. Rasa gatal memburuk pada tangan, kaki, dan sekitar
baju yang ketat. Pruritus dan kelelahan paling sering timbul pada
pasien dengan sirosis bilier primer. 3
c.
Pruritus Hematologis
Hubungan antara pruritus hematologis dengan defisiensi besi
masih diperdebatkan, rasa gatal ini timbul secara general, kadang
bisa terkonsentrasi di perianal dan regio vulva. Pasien dengan
polisitemia vera akan mengalami rasa gatal setelah mandi dengan air
panas yang akan timbul beberapa menit setelah kontak dengan air.
Sensasi gatal ini juga bisa timbul beberapa tahun setelah pasien
menderita polisitemia. Gejala penyerta pada pruritus hematologis
antara lain pusing, gangguan penglihatan, penurunan berat badan,
keringat malam, vertigo, dan eritem pada jari-jari tangan kaki. Pasien
pruritus hematologis mungkin pucat, hal ini berhubungan dengan
anemia, seperti anemia defisiensi besi. Kulit kemerahan dijumpai
pada pasien polisitemia vera, dengan distribusi antara lain di bibir,
hidung, telinga, dan leher, serta hipertensi dan pembesaran lien.3
d. Pruritus Endokrin
Pada sebagian besar pasien, pruritus endokrin terjadi secara
general dan disertai gejala klinis hipertiroidisme atau hipotiroidisme.
Pruritus yang berhubungan dengan diabetes mellitus jarang terjadi.
Pasien dengan hipertiroidisme mempunyai kulit yang hangat, halus,
dan baik, namun bisa juga terdapat urtikaria kronis dan angioedema,sedangkan pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kuku yang
rapuh dan kering. 3
e. Pruritus Gravidarum
Pruritus terutama terdapat pada trimester akhir kehamilan, yang
dimulai dari abdomen atau badan, kemudian generalisata. Ada
kalanya pruritus disertai anoreksia, nausea, dan muntah. Penampakan
objektif terlihat ekskoriasi karena garukan. Pruritus akan hilang
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
11/21
11
setelah penderita melahirkan tetapi dapat residif pada kehamilan
berikutnya.3
f.
Pruritus yang berhubungan dengan keganasan
Gejala pruritus pada pasien limfoma berbeda dengan pasien
karsinoma. Pruritus pada karsinoma berlangsung dari sedang sampai
berat dengan lokasi terbanyak di permukaan ekstensor ekstremitas
superior dan permukaan anterior cruris. Pruritus pada lubang hidung
mungkin berhubungan dengan tumor otak. Pruritus pasien limfoma
biasanya muncul kurang lebih 5 tahun setelah terjadinya limfoma,
paling sering pada penyakit non-hodgkin subtype sklerosis nodular.
Rasa gatal ini tidak dapat ditoleransi, kontinyu, berat, dan sering
disertai sensasi terbakar pada kulit, diawali pada ekstremitas inferior
kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Jika terlokalisasi, pruritus
hanya terasa pada aliran limfatik sekitar proses limfoma tersebut.
Pruritus leukemia diawali secara general dan tidak lebih berat
dibanding limfoma. 3
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk mengetahui penyebab
pruritus walaupun pemeriksaan klinis juga bisa menandai adanya
kelainan sistemik tertentu. Pemeriksaan laboratoris yang bisa dilakukan
untuk mendiagnosis kemungkinan pruritus karena penyakit penyerta
sistemik antara lain3:
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
12/21
12
Tabel 1. Pemeriksaan penunjang.3
No Jenis pemeriksaan Temuan Penyerta sistemik Jenis pruritus
1Hitung darahlengkap (CBC)
- Hct > 65%-MCV, >98 fl
Polisitemia Vera
PruritusHematologis
-
RBC normal atau360 g/dl
Anemia
defisiensi besi
4
BUN (blood urea
nitrogen), serumkreatinin
- BUN > 40 mmol/latau >120mg%
-
Level serumkreatinin>90mol/l atau>10mg%
CRF Pruritus Renal
5AFPBilirubin direk,
indirek
level KolestasisPruritus
kolestasis
6 USG abdomenObstruksi bilier
primerkolestasis
7 Level TSH, T3-bebasTSH, T3-bebas Hipertiroidisme Pruritus
endokrinTSH, T3-bebas hipotiroidisme
8 Chest radiography
Limfadenopati
mediastinum
Hodgkin
lymphoma
Pruritus
malignansi
2.1.6Penatalaksanaan
Terapi pruritus didasarkan pada etiologi yang mendasarinya.
Tanpa diketahui penyebabnya, terapi yang diberikan hanya bersifat
paliatif dan hasilnya tidak begitu memuaskan. Secara umum, anti-
pruritus utama adalah antihistamin, yang bekerja menghambat reseptor
histamin agar tidak berikatan dengan histamin. Antihistamin berperan
menggantikan histamin dengan cara menempati reseptor histamin
sehingga reseptor histamin menjadi inaktif dan pruritus dapat dihindari.
Antihistamin yang diberikan untuk pasien pruritus bisa disertai dengan
zat sedatif agar pasien bisa sekaligus istirahat, seperti chlorpheniramine
maleat (CTM), dosis dewasa 4 mg setiap 4-6 jam (maksimal 24 mg
sehari); anak usia di bawah 1 tahun tidak direkomendasikan, usia 1-2
tahun 1 mg 2x sehari, usia 2-5 tahun 1 mg setiap 4-6 jam (maksimal 6
mg sehari), usia 6-12 tahun 2 mg setiap 4-6 jam (maksimal 12 mg
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
13/21
13
sehari) atau antihistamin lain bisa diberikan cetirizine diHcl 10 mg 1 kali
sehari (dosis maksimal 10 mg/hari).3
a.
Pruritus Renal3
1.
Terapi sistemik : arang aktif (activated carchoal), merupakan
pilihan terapi lini pertama pada pasien dengan pruritus renal.
Mekanisme utamanya tidak diketahui dengan pasti, namun
bersifat sebagai pengikat agen pruritogenik. Pemberian arang
aktif tidak boleh dicampur dengan susu atau es krim karena akan
menurunkan kadar absorbsinya. Efek samping pemberian arang
aktif antara lain diare, emesis, nausea, melena,
ketidakseimbangan elektrolit, hipotensi, dan obstruksi
gastrointestinal.
a) Dewasa : 6 gr 4x1 (PO)
b) Anak : 1th = dosis
seperti pada orang dewasa.
2. Topikal : salep capsaisin 0,025%. Berasal dari family
Solanaceae, capsaisin menurunkan sensasi pruritus dengan cara
menekan kinerja substansi P pada saraf sensoris perifer sehingga
menurunkan transmisi sensasi pruritus. Capsaisin hanya
digunakan secara topical.
a) Dewasa : topical 3-4 kali sehari selama 3-4 minggu lalu
dievaluasi.
b) Anak : sama dengan dewasa.
b. Pruritus Kolestasis3
Kolestiramin menjadi pilihan utama terapi pruritus kolestasis,bekerja menghambat sirkulasi enterohepatik dengan cara berikatan
dengan asam empedu di gastrointestinal.
a) Dewasa : 4-16 gr peroral, 4 kali sehari dengan dosis terbagi.
Diberikan 4 gr sebelum dan sesudah makan untuk mengimbangi
kontraksi vesica felea. Pemberian tidak boleh >16 gr perhari.
b) Anak : tidak direkomendasikan.
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
14/21
14
Kolestiramin bisa menyebabkan reaksi hipersensitivitas,
menghambat penyerapan vitamin A, D, E, dan K, konstipasi, dan
nausea.
c.
Pruritus Hematologis3
Aspirin adalah terapi sistemik pilihan utama untuk pasien pruritus
dengan polisitemia vera, bekerja dengan cara menurunkan kadar
serotonin dan prostaglandin akibat degranulasi platelet.
a) Dewasa : 300-500 mg 4 kali sehari peroral.
b)
Anak : tidak direkomendasikan
Aspirin bisa menyebabkan reaksi hipersensitivitas, kerusakan hepar,
hiperprotrombinemia, defisiensi vitamin K, asma, maupun gangguan
perdarahan.
d. Pruritus Endokrin3
Pruritus pada hipotiroidisme bersifat sekunder, berhubungan dengan
metabolisme yang kurang sehingga kulit menjadi xerosis. Terapi
dapat diberikan emolien dan terapi sulih hormon (thyroid hormone-
replacement). Pada pasien hipertiroidisme, pruritus diatasi dengan
koreksi fungsi tiroid disamping pemberian antihistamin oral.
e. Pruritus generalisata dapat pula menyerang daerah vagina.
Pimecrolimus topikal bisa diberikan untuk mencegah terjadinya
pruritus vaginal kronis. Berasal dari derivat ascomycin, substansi
alami yang diproduksi oleh jamur Streptomyces hygroscopicus var
ascomyceticus ini secara selektif menghambat produksi dan
pengeluaran sitokin inflamatoar dari sel T aktif dengan cara
berikatan dengan imunofilin sitosol reseptor makrofin-12.
3
2.1.7Prognosis dan Komplikasi
Kesulitan tidur dan ide bunuh diri dapat dijumpai pada pasien
dengan pruritus berat. Wanita hamil < 33 minggu yang tidak mendapat
terapi pruritus adekuat dapat mengalami persalinan awal (preterm)
bahkan kematian janin. Komplikasi lain yang dapat dijumpai antara lain
liken simpleks kronis, nodul prurigo, ekskoriasi, maupun infeksi
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
15/21
15
sekunder. Pruritus renal merupakan pertanda independen terjadinya
mortalitas 3 tahun kemudian pada pasien yang mendapat hemodialisis.
Pasien Hodgkin lymphoma dengan pruritus generalisata berat juga
mempunyai prognosis buruk. 3
2.2 Pruritus senilis
2.2.1 Definisi
Rasa gatal yang terjadi pada orang tua dikarenakan proses degeneratif
sehingga menyebabkan kulit menjadi kering sehingga terbentunya fisur
(belahan kulit), yang terjadi dengan atau tanpa reaksi inflamatorik.
Daerah yang paling sering terkena ialah daerah genitalia eksterna,
perineal dan perianal.5
2.2.2 Etiologi
Dikarenakan proses penuaan, akan terjadi perubahan-perubahan fisik
maupun fungsi dalam tubuh. Pada kulit akan mengalami perubahan
struktur anatomis dan fungsi.5
Perubahan struktur anatomis berupa:
1. Lapisan epidermis5
a. Lapisan keratinosit : tebalnya berkurang, daya adhesi kurang,
terjadi perubahan secara morfologis dan kandungan air pada
stratum korneum berkurang sehingga kulit menjadi kering dan
kasar.
b. Lapisan stratum basal mengalami perubahan ukuran dan bentuk,
reduplikasi pada lamina densa serta ruang antar sel keranositmenjadi bertambah lebar.
c. Perbatasan dermis dan epidermis lebih datar sehingga pemberian
nutrisi berkurang pada epidermis akibat lapisan tersebut bila
terjadi trauma akan mudah robek dan abrasi (bula).
d. Sel melanosit jumlahnya berkurang, hal ini mengakibatkan
terjadinya pigmentasi kulit tidak teratur, sebagian dampak
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
16/21
16
lainnya insiden neoplasma kulit meningkat yang disebabkan oleh
sel melanositnya menyerap ultraviolet.
e.
Sel-sel Langerhans menurun, akibatnya: respon kekebalan seluler
kulit terganggu sehingga pembentukan antigen terganggu,
dampak lain terjadinya karsinoma kulit.
2.
Lapisan Dermis5
a. Dermis atrofi, relatif aselular dan avaskular, sel mati berkurang
sehingga reaksi hipersensitif menurun.
b.
Sel fibroblas mengandung banyak retikulum endoplasmik yang
kasar.
c.
Serat kolagen jumlahnya berkurang disertai penebalan,
kemampuan membengkak berkurang dan susunannya tidak
teratur sehingga kulit menjadi kendur (lax).
d. Jumlah glikosaminoglikan (bahan dasar dermis) berkurang
sehingga viscoelastisitas berubah.
e. Serat-serat elastik mengalami degradasi, anyaman serat hilang,
akibatnya kulit keriput dan kendur.
3.
Jaringan Subkutis
a. Adanya atrofi pada muka, dorsum tangan dan tungkai bawah, hal
ini mengakibatkan hipotermi, telapak kaki mudah luka atau
ulserasi.
b. Jaringan subkutis mengalami hipertrofi, pada laki-laki lebih
banyak pada daerah pinggang dan pada wanita pada paha.
Perubahan fungsi
5
:a. Proliferasi dan penyembuhan5
1. Waktu pergantian kulit menjadi lebih panjang.
2. Epidermal repair berkurang sehingga risiko infeksi sekundernya
tinggi.
3. Pertumbuhan kuku dan rambut lambat.
4. Anaplasia : hampir semua orang di atas 65 tahun mengalami
tumor jinak (keratosis seboroika), penyebabnya :
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
17/21
17
a) Sel epidermis bermacam bentuk dan ukuran.
b) Paparan bahan karsinogen.
c)
Jumlah sel melanosit berkurangproteksinya berkurang.
d)
Jumlah sel Langerhans berkurang.
b. Absorbsi dan Clearance Dermal5
1.
Permeabilitas meningkat.
2. Dermal clearance-nya menurun
a) Menurunkan sirkulasi pada dermis
b)
Dermatitis kontak menetap
3. Cenderung timbul gangguan termoregulator
c.
Respon terhadap stimulasi eksternal5
1. Reaksi terhadap rangsangan raba, vibrasi dan kornea kurang,
nilai ambang nyeri meningkat.
a) Respon vaskular menurun yang akan mengakibatkan
gangguan regulasi suhu tubuhhipotermi atau heat stroke
b) Produksi keringat berkurang
c) Produksi sebum menurun
2.
Sifat-sifat mekanis
Serat kolagen dan serat elastisitas mengalami perubahan
(perubahan sifat mekanik) sehingga elastic recovery menurun
(kulit lama kembali), hal ini mengakibatkan kulit mudah robek
bila trauma.
3. Respon Imun5
a. Gangguan fungsi sel beta
b.
Gangguan imunitas selular, sehingga mudah mengalamiinfeksi virus, jamur dan keganasan.
2.2.3 Patofisiologi
Pada orang tua, terjadi perubahan struktur anatomi dari kulit yakni pada
lapisan epidermis tebalnya berkurang, daya adhesi kurang, terjadi
perubahan secara morfologis dan kandungan air pada stratum korneum
berkurang sehingga kulit menjadi kering dan kasar. Kulit kering tersebut
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
18/21
18
ditandai dengan berkurangnya kelembaban dalam stratum korneum. Air
merupakan bahan utama untuk kelenturan kulit dan jika kadarnya rendah
akan terjadi pecahan dan fisura pada kulit. Normalnya, air pada kulit
>10%. Saat kulit menjadi terlalu kering, lapisan kulit terluar menjadi
kaku dan dapat pecah. Pecahnya kulit dapat menjadi fisura ke dalam
kulit yang dapat teriritasi, mengalami inflamasi dan terasa gatal. Rasa
gatal tersebut timbul dari ujung saraf mirip sikat yang tidak bermielin
yang hanya ditemukan pada kulit, membran mukosa dan kornea.
Garukan menyebabkan terjadinya inflamasi sel dan pelepasan histamin
oleh ujung saraf yang memperberat gejala pruritus yang selanjutnya
mendorong untuk menggaruk yang lebih atau meningkat lingkaran
setan pruritus.5
2.2.4 Manifestasi Klinis5
1. Garukan yang terus menerus.
2. Ekskoriasi, kemerahan, area penonjolan pada kulit (kutil).
3. Infeksi, peruhahan pigmentasi kulit.
4.
Gatal yang amat sangat sehingga menyebabkan ketidakmampuan
pada individu untuk melakukan aktivitas.
2.2.5 Diagnosis Banding5
1. Dermatitis kontak iritan subyektif
Kelainan kulit tidak terlihat tetapi penderita merasa tersengat, pedih,
atau panas terbakar setelah kontak dengan bahan kimia misalnya
asam laktat.2. Pruritus pada DM
3. Pruritus esensial
Pruritus yang tidak disertai kelainan pada kulit.
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
19/21
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
20/21
-
8/11/2019 REFRAT PRURITUS (FANI,TINI,IKA,FAHMY, DIGGIVIO).docx
21/21
21
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda, S. Hubungan Kelainan Kulit dan Penyakit Sistemik. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI, 2007.
2. Dorlan, W.A. Newman.Kamus Kedokteran Dorlan. Jakarta : EGC, 2002.
3. Butler, David F. Pruritus and Systemic Disease. Madscape. [Online] Agustus
21, 2014. [Cited: September 25, 2014.]
http://emedicine.medscape.com/article/1098029-overview#a0104.
4. Norman, RA. Xerosis and pruritus in the elderly: recognition and
management.USA : NCBI, 2003, Dermatol Ther, Vol. 16, pp. 254259.
5. Kharina.Pruritus Senilis. Sumatera Utara : Repository USU, 2014.