ANDI FADHILAH TENRIWULAN
ANNA PUJI LESTARI
NOVITA OKTAVIANA
WANDA MARIA NADIYENSI
SIRILIA DORCE KASMAN
ROISY WIDI PUTRI
KESIT IVAN ALI
FERDI FIRMANSYAH
SATRIA
KANIGIA AUGUSTA
FAKULTAS FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
REHABILITATIF PADA PENDERITA PENYAKIT STROKE
BAB I
PENDUHULUAN
A. Latar Belakang
Therapeutic exercise (terapi latihan) adalah rencana yang sistemis untuk perencanaan
penampilan dari gerak tubuh, postur, dan aktifitas fisik dari pasien/klien dan bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau masalah tertentu. Tujuan dari terapi latihan itu
sendiri dalam aspek latihan fisik seperti contohnya mempercepat mobilisasi, stabilisasi dan
keseimbangan, dan meningkatkan ROM. Selanjutnya selain dalam aspek fisik, ada juga terapi latihan
dalam aspek psikis contohnya memotivasi pasien agar lebih cepat baik, memberikan support atau
semangat pada pasien agar lebih cepat sembuh dan jauh lebih baik.
Prosedur pembangunan dalam mencapai suatu keadaan yang sehat menyangkut berbagai
aspek antara lain usaha peningkatan (prpmotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif),
serta pemeliharaan (rehabilitatif). Prosedur pembanguan secara rehabilitatif adalah dengan cara
upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi/ mencegah kecacatan.
Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan/
pencegahan kecacatan (tertiary prevention) dan serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas
penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau
terhentinya suplai darah secara tiba-tiba atau mendadak, dalam beberapa detik atau secara cepat
dalam beberapa jam dengan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu.
Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi sehingga berakibat
fatal atau bahkan dapat membatasi pasien selama bertahun-tahun sebagai orang cacat. Dan oleh
karena kecacatan merupakan masalah yang luas dan komplek, maka dalam penatalaksanannya
memerlukan pelayanan secara khusus yaitu program Rehabilitasi Medik.
Delapan puluh persen penderita stroke mempunyai defisit neuromotor sehingga
memberikan gejala kelumpuhan sebelah badan dengan tingkat kelemahan bervariasi dari yang
lemah hingga yang berat, kehilangan sensibilitas, kegagalan sistem koordinasi, perubahan pola jalan
dan terganggunya keseimbangan. Hal ini mempengaruhinya untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari. Oleh karena itu setelah serangan stroke, penderita harus mempelajari kembali
hubungan somatosensori baru atau lama untuk melakukan tugas-tugas fungsionalnya.
Rehabilitasi stroke merupakan salah satu program menyeluruh yang terkoordinasi antara
medis dan rehabilitasi untuk tujuan mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional
yang ada. Program rehabilitasi stroke telah terbukti dapat mengoptimalkan pemulihan, sehingga
penderita stroke mendapat keluaran fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu
program rehabilitasi yang sering dipergunakan untuk mengembalikan fungsi karena defisit motorik
adalah Motor Learning Programme.
B. Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan pelayanan rehabilitasi medik ?
Bagaimana proses rehabilitasi pada penderita stroke ?
C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelayanan rehabilitasi medik
Untuk mengetahui proses rehabilitasi pada penderita stroke.
BAB II
Kajian Teori
A. Rehabilitatif
Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu re yang berarti kembali dan habilitasi yang
berarti kemampuan. Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti mengembalikan
kemampuan. Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat
agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seoptimal mungkin kegunaan jasmani,
rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi.
Rehabilitasi didefinisikan sebagai ”satu program holistik dan terpadu atas intervensi-
intervensi medis, fisik, psikososial, dan vokasional yang memberdayakan seorang
(individu penyandang cacat) untuk meraih pencapaian pribadi, kebermaknaan sosial,
dan interaksi efektif yang fungsional dengan dunia” (Banja,1990:615).
Pelayanan Rehabilitasi Medik
Adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsional yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan
intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan
fungsi yang optimal.
Pelayanan Rehabilitasi Medik meliputi:
1. Pelayananan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi organ tubuh dengan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektro terapiutik dan mekanis), pelatihan.
2. Pelayanan Okupasi Terapi
Adalah Pelayanan kesehatan untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan
fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktivitas sehari-hari
(Activity Daily Living), produktivitas, dan waktu luang melalui remediasi dan fasilitasi.
3. Pelayanan Terapi Wicara
Adalah bentuk pelayanan kesehatan untuk memulihkan dan mengupayakan
kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui
pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapiutis dan mekanis)
4. Pelayanan Ortotis-Prostetis:
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada
individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan
dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
5. Pelayanan Psikologi
Adalah bentuk pelayanan untuk pengembangan, pemeliharaan mental emosianal
serta pemecahan problem yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit
dan cedera.
6. Pelayanan Sosial Medik
Adalah bentuk pelayanan pemecahan masalah sosial akibat dari suatu
keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera untuk bisa kembali ke masyarakat.
Contoh Penerapan Rehabilitasi Medik :
1. Penyakit Anak :
- Bronkhitis dengan Bentuk Lama
- Kelumpuhan Tangan pada Bayi Baru Lahir
- Kaki bengkok (CTEV)
- Keterlambatan Perkembangan Anak
- Penyakit Otot pada Anak
2. Penyakit Syaraf
- Nyeri Pinggang
- Leher Cengeng
- Kelumpuhan
- Stroke
3. Bedah :
- Pasca Operasi Patah Tulang
- Luka Bakar
- Pasca Amputasi
- Nyeri Pasca Operasi
4. Penyakit dalam
- Rematik
- Osteoporosis
- Akibat Penyakit Kencing Manis
5. Penyakit Kandungan
- Senam Hamil
- Senam Nifas
- Radang Saluran Indung Telur
Orang-orang yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi pada hakekatnya sebenarnya
sejak manusia menyadari dan menghawatirkan hidupnya serta kesejahteraan sesama
manusia, sejak itu pula upaya - upaya rehabilitasi telah dilakukan. Dan orang-orang yang
memerlukan pelayanan rehabilitasi adalah orang-orang yang mengalami kecacatan,
kelemahan, dan orang yang berkebutuhan khusus agar mereka dapat mengikuti dan
melaksanakan kehidupannya sehari-hari dengan wajar.
B. Rehabilitatif pada penderita penyakit stroke
Rehabilitatif pada penderita penyakit stroke merupakan sebuah program
komprehensif yang terkoordinasi antara medis dan rehabilitasi dengan tujuan
mengoptimalkan dan memodifikasi kemampuan fungsional yang ada. Gejala sisa
fungsional yang disebabkan karena defisit motorik merupakan fokus utama program
rehabilitasi stroke. Program rehabilitasi stroke sendiri telah terbukti dapat
mengoptimalkan pemulihan sehingga penyandang stroke mendapat keluaran fungsional
dan kualitas hidup yang lebih baik.
Salah satu program rehabilitasi yang sering dipergunakan untuk mengembalikan
fungsi karena defisit motorik adalah program latihan gerak. Dalam teknik ini dilakukan
latihan fungsional dan identifikasi kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap tugas
motorik dianalisis, ditentukan komponen-komponen yang tidak dapat dilakukan,
melatih penderita untuk melakukan hal-hal tersebut serta memastikan latihan ini
dilakukan pada aktivitas sehari-hari pasien. Latihan motorik harus dilakukan dalam
bentuk aktivitas fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar
mengembalikan suatu pergerakan akan tetapi mengembalikan fungsi. Proses latihan
harus meningkatkan kemudahan mobilisasi, rawat diri dan aktivitas kehidupan sehari-
hari yang lain bagi penderita stroke.
C. Konsep Pembelajaran Gerak
Pembelajaran (learning) merupakan suatu fenomena internal yang tidak
dapat secara langsung diamati. Fenomena ini didefinisikan sebagai suatu perubahan
permanen dalam kemampuan merespon sebagai akibat latihan atau suatu
pengalaman.
Woodson (1995) mendefinisikan kemampuan motor learning sebagai
kemampuan seseorang untuk belajar dan mengorganisasikan pergerakan dengan
tujuan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Schmidt (1988) mendefinisikan
motor learning adalah keterampilan yang dipertahankan bahkan setelah latihan
dihentikan.
Konsep motor learning pada penderita stroke mempunyai tujuan :
Membantu penderita stroke bergerak dalam aktivitas fungsional dengan
pola pergerakan normal.
Membantu penderita stroke mencapai suatu pergerakan aktif secara
otomatis.
Memberikan repitisi sehingga pola normal tingkah laku dapat dipelajari.
Melatih penderita stroke dalam senjumlah kondisi yang bervariasi sehingga
keterampilan dapat ditransfer pada situasi dan lingkungan yang berbeda-
beda.
D. Tahap Motor Learning
Tiga tahapan motor learning menurut Fitts dan Posner (1967) :
1. Cognitive stage. Pada tahap ini dibutuhkan pemusatan perhatian dalam
memahami tugas-tugas motorik yang akan dilakukan dan strategi untuk
melakukannya.
2. Associative stage. Mulai dikembangkan rujukan internal tentang pergerakan
motorik yang tepat dalam melakukan suatu tugas motorik, sehingga
penderita dapat membandingkan penampilan motoriknya dengan rujukan
ini.
3. Autonomous stage. Ditandai dengan atensi minimal pada penampilan
motorik. Kemampuan untuk bisa mendeteksi kesalahan telah berkembang
penuh dan penampilan motorik bersifat stabil dan otomatis.
Perencanaan terapi berdasarkan konsep motor learning
Beberapa konsep untuk membantu proses intervensi therapeutic
berdasarkan prinsip motor learning adalah :
Determinan spesifik dari motor control
Hal yang dibutuhkan agar program rehabilitasi pasien stroke berhasil adalah
penyusunan rencana terapi yang realistik dan memilih strategi intervensi yang tepat
dengan memahami mekanisme penyebab defisit motorik. Untuk itu perlu dilakukan
identifikasi defisit motorik, menentukan komponen kontrol motorik yang abnormal
dan menentukan komponen abnormal mana yang merupakan penyebab utama
timbulnya defisit motorik.
Faktor yang mempengaruhi pergerakan normal dapat digambarkan sebagai
berikut :
E. Umpan balik (feed back)
Umpan balik merupakan suatu faktor yang penting menurut banyak teori
mempengaruhi proses motor learning. Seperti latihan, umpan balik merupakan
variable yang dapat dikontrol dan diubah untuk meningkatkan proses belajar.
Umpan balik adalah suatu informasi tentang suatu respon yang dapat
bersifat intrinsik atau ekstrinsik. Umpan balik intrinsik di definisikan sebagai suatu
informasi sensorik yang datang dari reseptor khusus di dalam otot, sendi, tendon,
dan kulit serta reseptor visual dan audotorius baik selama atau setelah di
hasilkannya gerakan. Sementara itu umpan balik ekstrinsik adalah informasi dari
sumber eksternal tentang gerakan yang diberikan kepada orang yang akan
melakukan hal tersebut.
Pada pasien stroke, umpan balik intrinsik sering mengalami distorsi atau
bahkan menghilang sehingga efektivitasnya dalam memberikan umpan balik tentang
penampilan motorik menjadi terbatas. Hal ini mengakibatkan diperlukannnya suatu
penguatan melalui umpan balik ekstrinsik yang tepat. Umpan balik ekstrinsik dapat
memberikan informasi tambahan untuk memfasilitasi kesadaran dini akan suatu
gerakan dan proses belajar. Secara teritis, umpan balik ekstrinsik merupakan hal
penting untuk terbentuknya rujukan internal tentang ketepatan suatu pergerakan
yang terbentuk melalui proses latihan. Hal ini merupakan inti proses motor learning
pada penderita stroke.
Umpan balik ektrinsik mempunyai fungsi :
1. Memberikan informasi kepada orang yang akan menggerakan tubuhnya
tentang respon keluaran suatu gerakan dan kesalahan yang dibuat
olehnya.
2. Sebagai penguat atau penghargaan untuk suatu perilaku bila telah
mendekati tujuan yang diinginkan.
3. Sebagai suatu motivator sehubungan dengan suatu pencapaiaan tujuan.
Majsak (1996) berpendapat bahwa umpan balik ektrinsik tidak
diinternalisasikan menjadi umpan balik intrinsik, maka tidak akan terjadi
suatu perubahan permanent.
F. Latihan
Latihan merupakan suatu hal yang penting pada proses motor learning
(Schmidt, 1988). Keterampilan seseorang akan meningkat sesuai dengan jumlah
latihan yang diberikan dan dilakukan. (Newell & Rosenbloom, 1981).
Tipe-Tipe Latihan :
a. Massed practice vs distribute practice
Schmidt (1998) membedakan antara massed practice dan distribute
practice. Pada masa massed practice satu sesi latihan terdiri dari waktu
latihan yang lebih banyak daripada waktu istirahat. Pada distribute practice
satu sesi latihan terdiri dari jumlah waktu latihan yang sama dengan waktu
istirahat. Pada pasien stroke, distribute practice lebih sesuai untuk diberikan
karena kelelahan merupakan suatu faktor keterbatasan umum yang sering
terjadi.
b. Variable vs repetitive practice
Variable practice, bentuk latihan dengan mempelajari sejumlah
variasi dari suatu tugas motorik, sementara repetitive practice adalah bentuk
latihan yang berulang yang sama atau konstan untuk suatu tugas motorik.
Pada latihan untuk penderita stroke variable practice bermanfaat untuk
meningkatkan kemampuan transfer keterampilan motorik pada lingkungan
yang berbeda, sementara suatu repetitive practice bermanfaat untuk
memperbaiki penampilan motorik.
c. Blocked practice vs random practice
Blocked practice adalah suatu tehknik latihan dengan cara
melakukan suatu tugas hingga menguasainya, kemudian diikuti dengan
latihan tugas selanjutnya. Sementara random practice adalah suatu bentuk
latihan dengan cara melakukan latihan secara acak dengan sejumlah tugas
atau sejumlah variasi dalam suatu tugas motorik sebelum dikuasainya salah
satu tugas atau variasi. Secara teoritis, blocked practice lebih
menguntungkan untuk proses akuisisi keterampilan yang efisien, sementara
random practice lebih efektif untuk proses retensi dan transfer keterampilan
motorik.
d. Whole vs part practice
Newell (1981) merekomendasikan bentuk latihan berupa part
practice (latihan dengan memecah suatu tugas motorik menjadi tugas tugas
motorik yang lebih kecil) untuk memperoleh komponen mendasar tugas
motorik, diikuti dengan melatihnya sebagai suatu satu kesatuan whole
practice. Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai penggunaan kedua
jenis latihan ini pada penderita stroke, akan tetapi secara umum jika suatu
penderita stroke tidak mampu menguasai seluruh langkah secara simultan,
maka dapat diberikan dorongan atau bimbingan manual untuk aspek-aspek
tertentu dari tugas tersebut. Bantuan terapis dapat kemudian secara
bertahap dikurangi pada waktu selanjutnya.
G. Strategi terapi
Tujuan rehabilitasi stroke adalah untuk melatih penderita mengembangkan
strategi pergerakan yang bersifat fungsional, responsive terhadap perubahan
lingkungan dan mudah diadaptasikan pada aktivitas hidup sehari-hari. Penetapan
strategi terapi didasarkan pada :
1. Penggunaan pendekatan analitik untuk menganalisa strategi pergerakan,
respon posturan dan umpan balik yang dibutuhkan untuk timbulnya gerakan
yang diinginkan.
2. Menentukan komponen yang hilang dalam kontrol motorik gerakan normal.
3. Melakuakn latihan dengan memposisikan penderita sebagai aktive learner
(penderita berpartisipasi aktiv dalam pergerakan dengan mengembangkan
kemampuannya sendiri dalam mengontrol gerakan).
4. Lingkungan harus bersifat mendukung terjadinya kerjasama antara
penderita dan terapis serta dibentuk sedemikian rupa agar mendekati
lingkungan aktual sehingga dapat meningkatkan kemampuan, menstransfer
keterampilan motorik yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata.
5. Latihan dilakukan dalam konteks aktivitas fungsional, karena selain
merupakan suatu gerakan yang bertujuan (meaning full goal- directed
action) juga memfasilitasi proses transfer motor learning kedalam aktivitas
hidup sehari-hari.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Rehabilitasi merupakan suatu pelayanan medik untuk mengembalikan kemampuan
pasien-pasien yang mengalami cacat akibat sakit atau cedera
Pada pasien stroke, keberhasilan rehabilitasi ditentukan oleh konsep motor learning
yang tepat , pemberian latihan yang sesuai dan penegakan tujuan terapi yang realistik.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/
195310141987032-SRI_WIDATI/MK_REHAB/
REHABILITASI_PSIKO_FISIKAL.pdf