Download - Rencana Penambangan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Secara signifikan sumber daya batubara di Kalteng khususnya di
Kabupaten Barito Utara dapat diusahakan dengan baik dengan biaya produksi
yang relatif murah dan jaminan adanya kuantitas produksi jika telah dibangun
jalan menghubungkan sumber cadangan batubara langsung ke pelabuhan yang
tidak terpengaruh oleh pasang surut.
PT. Mitra Perdana Coal sebagai salah satu perusahaan lokal yang
berkiprah disektor batubara mencoba menangkap peluang tersebut dengan
merencanakan pembangunan jalan angkut dari tambang terintegrasi dengan
pelabuhan di Gunung Rantau yang terletak di pinggir Sungai Barito.Pelabuhan
tersebut bebas dari pengaruh pasang surut dan alur yang dangkal, produksi
perdana dicanangkan untuk melayani pengapalan batubara dari Tambang
PT. Mitra Perdana Coal dengan jarak kurang lebih 45 km dari pelabuhan.
Pelayanan jasa jalan dan pelabuhan untuk selanjutnya akan ditujukan kepada
perusahaan-perusahaan batubara yang siap berproduksi disekitar PT. Mitra
Perdana Coal sementara ini menunggu pembangunan pelabuhan tersebut.
Oleh karena itu, untuk melayani kebutuhan pengapalan tersebut
direncanakan pelabuhan dan stock pile akan dibangun di areal 30 ha yang
dilengkapi 4 “Jetty” dengan kapasitas sekitar 400.000 MT/bulan atau 4.800.000
MT/tahun. Untuk menunjang pengapalan tersebut maka pelabuhan akan
dilengkapi fasilitas 2 unit “Load out conveyor” dengan kapasitas masing-
masing-masing 500 mt/jam dan 2 jetty yang menggunakan sistem “trucking”
dengan kapasitas masing-masing 150 MT/jam.
Pembangunan jalan dan pelabuhan tersebut akan menelan biaya
konstruksi yang cukup besar, oleh karena itu pihak PT. Mitra Perdana Coal
mencari pamer atau penyandang dana untuk bersama-sama membangun
infrastruktur yang diperlukan sehingga cadangan batubara ekonomis diwilayah
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 1
tersebut dapat diusahakan dan akan memberikan nilai tambah kepada investor
dan kontribusi terhadap daerah.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan studi kelayakan adalah sebagai berikut : kami
menyadari sepenuhnya bahwa aspek finansial mempunyai peran strategis
sebagai dasar pengambilan keputusan, disamping aspek yang lain dalam studi
kasus kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek dibidang keuangan bertujuan
melakukan serangkaian analisis dengan perhitungan-perhitungan “forecasting”
secara tepat dan akurat dari suatu investasi modal dengan membandingkan
aliran biaya dengan kemanfaatan (benefit) menggunakan beberapa kriteria
penilaian investasi.
I.3. Profil Perusahaan
PT. Mitra Perdana Coal yang dibentuk pada tahun 2005, dengan
aktivitas utama pertambangan dan perdagangan batubara, jasa kontraktor
penambangan dan infrastruktur & logistik.Cadangan tertambang sekitar
3.984.000 MT, sedangkan target produksi sekitar 780.000 MT/Tahun
I.4. Perijinan
Perizinan PT. Mitra Perdana Coal dapat dilihat sebagai berikut :
UPL
UKL
AMDAL
STUDY KELAYAKAN (FS)
SK.KP EKPLORASI
SK.KP EKPLOITASI
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 2
BAB II
KEADAAN UMUM
II.1. Lokasi dan Luas Wilayah
Lokasi berada di desa Pintun Payang Ara dengan kecamatan Karang
Gunung Timang berkabupaten di Barito Utara provinsi Kalimantan Tengah,
dengan luas keseluruhan adalah 2.182 hektar.
II.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Penghubung Setempat
Wilayah Kuasa Penambangan Eksplorasi tersebut dapat ditempuh dari
Banjarmasin dengan menggunakan kendaraan roda empat melalui kota Rantau
(Kab. Tapin), Kota Kandangan (Ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan),
Pantai Hambawang, Amuntai (Ibu Kota Kabupaten HSU), Ketua, Pasar Panas,
Kota Tamiang Layang, Ampah, Patas dan Kandui selama kurang lebih 8 jam
melalui jalan beraspal hingga Simpang Kubur, wilayah Kandui, kemudian
perjalanan dapat dilanjutkan melalui jalan tanah hingga daerah penelitian
sejauh kurang lebih 4 s/d 6 kilometer.
Lokasi rencana jalan dari tambang sampai jalan raya kurang lebih 13
km berupa bukti-bukit relatif rendah dan lembah yang dangkal, oleh karena itu
konstruksi jalan hanya memerlukan “cut and fill” sebagai dorong langsung dan
sebagian diangkut. Sedangkan dari jalan raya menuju ke pelabuhan berjarak
kurang lebih 32 km sudah ada badan jalan (bekas HPH) permukaan jalan
relatif datar dan badan jalan tersebut terdiri dari tanah pasir, kondisi saat ini
tidak bisa dilewati karena tertutup semak dan belukar. Pekerjaan jalan pada
bagian ini relatif ringan yaitu hanya memerlukan “Up-grade” (Pembersihan
semak belukar, pelebaran, penimbunan dibeberapa ruas jalan, pemasangan
gorong-gorong, perkerasan, dan perbaikan selokan).
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 3
Gambar 1. Lokasi Kesampaian Daerah
II.3. Keadaan Lingkungan Daerah
Daerah ini akan melintasi dua Kabupaten yaitu lokasi tambang dan
sebagai jalan angkut adalah di Desa Pintun Payang Ara Kecamatan Karang
Gunung Timang Kabupaten Barito Utara. Sedangkan pelabuhan dan sebagaian
jalan menuju pelabuhan di Gunung Rantau masuk kabupaten Barito Selatan
(lihat peta berikut ini)
Rencana lahan untuk jalan adalah sebagian adalah milik negara (Eks
Jalan HPH) dan sebagian adalah lahan milik masyarakat, pada prinsipnya
pemilik lahan bersedia dibebaskan lahannya dengan harga yang dapat
dinegosiasi.
Dari observasi lapangan dan konsultasi dengan Dinas Kehutanan maka
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan RTRWP 2003 wilayah penyelidikan ini
terdiri dari areal hutan produksi dan kawasan budidaya tanaman.Lahan
perkebunan tersebut dikuasai oleh masyarakat dan diserahkan kepada
Perusahaan untuk ditambang.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 4
Secara prinsip baik pemerintah maupun masyarakat sekitarnya
memberikan respon yang baik dan dukungan sepenuhnya terhadap
pembangunan jalan, pelabuhan dan infrastruktur lainnya.
Gambar 2. Rencana Jalan Angkut dan Lokasi Pelabuhan Batubara Penduduk disekitar areal penyelidikan terdiri dari suku dayak yang
mayoritas sekitar 80 % yang bermukim dekat areal tambang dan jalan, hanya
sebagian kecil suku Banjar, Bugis dan Jawa yang bermukim disekitar rencana
pelabuhan Batubara.
Kehidupan keagamaan didominasi oleh masyarakat yang menganut
agama Hindu Kaharingan (80 %) sedang penganut agama lainnya (20 %) Adat
istiadat dan kehidupan sosial budaya bagi penduduk pendatang telah
berasimilasi dengan adat dan budaya Dayak, komunikasi sosial dan interaksi
adat dan masing-masing etnis secara umum berlangsung baik dan saling
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 5
pengertian dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam wadah organisasi
kemasyarakatan.
Mata pencaharian penduduknya sebagian besar petani karet, berternak,
buruh perkebunan Kelapa Sawit, Buruh perusahaan PT. Dwipa Makmur,
Pegawai Negeri, sebagian karyawan Perusahaan Batubara dan pengumpul hasil
hutan.
Kegiatan ekonomi terpusat di Kandui karena berada di Pinggir jalan
raya dari Banjarmasin ke Muara Teweh dan relatif dekat dari Muara Teweh.
Karena sebagian besar fasilitas seperti Bank, Pasar, Kantor Pemerintahan,
Rumah Sakit, Toko Sparepart dan Bahan Makanan berada di Muara Teweh.
Berdasarkan catatan medic yang ada di Puskesmas Pembantu di Ibukota
Kecamatan di Ketahui bahwa penyakit yang dominan yang diderita oleh
masyarakat setempat adalah penyakit infeksi kulit, infeksi usus, diare, penyakit
sistem otot, penyakit kulit alergi, malaria dan asma. Untuk penderita penyakit
yang parah pada umumnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum di Muara Teweh.
II.3.1. Morfologi
Topografi areal penyelidikan relatif datar sedangkan
morfologinya merupakan perbukitan rendah dan semakin rendah ke arah
Sungai Barito.Perbukitan memanjang dari Selatan ke Utara sepanjang
kurang lebih 4 km dengan rata-rata ketinggian 50 – 75 meter diatas
permukaan laut.Rata-rata bukit tersebut tidak begitu ekstrim,
kemiringan lereng berkisar dari 15 % hingga 30 %.Pada beberapa lokasi
dapat ditemukan pula lereng dengan slope hingga 35 persen.Hal ini
ditenggarai terdapatnya beberapa patahan yang melewati disekitar
daerah penelitian.
Sungai-sungai yang mengalir di wilayah penelitian atau di
daerah sekitar lokasi penelitian adalah sungai kecil ordo 3 hingga ordo
5.Umumnya sungai-sungainya bermuara pada Sungai Barito (DAS
Barito).Dibeberapa tempat bahkan kering bila musim kemarau.Sungai-
sungai ini pada umumnya berbentuk secara alami karena curah hujan
pada perbukitan cukup tinggi.
II.3.2. Iklim dan Curah Hujan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 6
Iklim di areal tersebut adalah iklim tropis yang mengalami dua
musim yaitu musim kemarau pada bulan Mei-Oktober dan musim
hujan pada bulan November –April.
Lokasi daerah penelitian berada pada iklim tropis basah yang
bercirikan dua pertukaran angin dan musim seperti umumnya terjadi di
wilayah Indonesia, data curah hujan di daerah penelitian dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Data Curah Hujan di Daerah Penelitian
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Juni2000 392 221 311 481 317 3272001 180 380 379 366 239 1062002 329 217 594 199 174 2522003 244 242 354 192 224 502004 271 435 440 239 362 1402005 406 401 320 447 274 1962006 313 297 277 587 399 2522007 363 420 331 260 370 1842008 105 77 233 54 71 104
Total 1.82
2 1.89
6 2.39
8 1.92
4 1.59
0 1.07
1
Rata-rata 30.6
67 31
6 39.9
67 32.0
67 26
5 1.78
5 Tahun Juli Agust Sept Okt Nov Des2000 424 151 60 253 414 2222001 35 28 312 260 499 4332002 29 78 20 77 350 2972003 199 119 205 279 242 3602004 229 8 165 17 330 5762005 31 141 136 291 378 4532006 28 126 110 87 222 3852007 205 147 128 234 219 4852008 73 73 120 65 59 95
Sumber : Stasiun Meteorologi Muara Teweh
Dari data curah hujan diatas nampak pada bulan November
sampai Juni Curah Hujan cukup tinggi jadi diperkirakan air sungai akan
pasang dan banjir yang cukup besar dan memakai untuk dilewati
Tongkang Batubara yang berukuran besar sekalipun. Sebaliknya pada
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 7
bulan Juli sampai Oktober ada kemungkinan pengapalan batubara akan
menggunakan tongkang lebih kecil karena pada umumnya musim
kemarau panjang air sungai surut dan relatif dangkal.
II.3.3. Flora dan Fauna
Flora dan fauna di daerah penyelidikan sangat bervariasi,
namun dapat digolongkan dalam kelompok paleotropis yang umumnya
dijumpai di Indonesia.
Kelompok flora yang dijumpai di daerah penyelidikan antara
lain :
Tabel 2. Jenis Flora Yang Ada di Areal Penelitian
No Nama Umum Nama Ilmiah1 Jingah Gluta renghas2 Akasis Daun Kecil Acacia auricoliformis3 Akasis Daun Lebar Acacia mangium4 Bambu Bambusa sp5 Kayambang Salvinia natans6 Kantung Semar Nepenthes spp7 Paku Sepat Nephrolepsis exaltata8 Kelakai Stenocaena palustris9 Kangkung Air Ipomoea aqutica10 Jati11 Karet12 Kopi13 Jambu-jambu Eugenia suprea14 Lada15 Cempedak16 Durian17 Meranti18 Karamunting Malastoma malabaticrum19 Manggis Hutan Garcinia sp20 Paku-pakuan Asophila glauca21 Sida Guri Sida rombifolia 22 Karamunting Malastoma sp
Sedangkan jenis fauna yang ada disekitar daerah studi dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Jenis Fauna Yang Ada di Sekitar Lokasi Kegiatan
No Nama Lokal (Fauna) Nama Latin
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 8
1 Babi Sus berbatus2 Biawak Voranus salvator3 Burung Punai Treron sp4 Burung Srigunting Dicrurus spp5 Burung Tekukur Streptopelia chinesis6 Kadal Mabuiya multifasciata7 Musang Faradomurus hemaphroditus8 Palanduk Kancil Tragulus javanicus9 Tupai Callosciurs rotates10 Ular Pucuk Trimeresurus albolaris
BAB III
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 9
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
III.1. Geologi Umum
Bagian yang terpenting dari pengadaan jasa jalan dan pelabuhan yaitu
ketersediaan supplai batubara yang memadai untuk jangka panjang dengan
tingkat produksi kontinyu dalam setiap tahun.Dalam hal ketersediaan supplai
batu bara tidak perlu dikhawatirkan karena dari peta geologi berikut ini nampak
formasi pembawa batubara formasi Warukin, Montalat dan Tanjung (lihat peta
geologi regional terlampir) mengelilingi KP PT. Mitra Perdana Coal, Pada
umumnya areal KP disekeliling PT. Mitra Perdana Coal memiliki cadangan
yang memadai, siap berproduksi dan rencana akan menggunakan pelabuhan
yang akan dibangun oleh perusahaan PT. Agrabudi Karyamarga.
Gambar 3. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian
III.2. Geologi Daerah Penelitian
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 10
Pada daerah penelitian yang seluruhnya apabila dikomplikasi dari peta
geologi regional, termasuk dalam formasi batuan yang disebut formasi
Montalat yang berumur Oligosen.Litologi yang menyusun daerah penelitian
secara umum merupakan satuan batuan yang pada umumnya terdiri dari
berlumpur (Engkungan rawa). Secara detail penyusun batuan berturut-turut dari
yang pada posisi paling bawah (paling tua) adalah sebagai berikut :
Batuan yang paling atas diperkirakan tersusun dari batu lumpur,
berwarna abu-abu, stiff dan masiv. Dibawah batuan itu terdapat batubara yang
merupakan satu-satunya seam mempunyai sifat berwarna coklat, getas (brittle)
seam ini merupakan seam paling atas yang berkembang di daerah penelitian.
Seam ini mempunyai ketebalan berkisar 10 meter. Seam ini ditemukan
mempunyai kecenderungan menebal ke arah “down dip”.
III.3. Struktur Geologi Daerah Penyelidikan
Pada studi kelayakan Investasi ini sumber cadangan batubara yang
terintegrasi dengan pelabuhan sebagian atau dalam perhitungan yaitu dari KP.
PT. Mitra Perdana Coal yang secara geografis masuk wilayah geografis sebagai
berikut :
Daerah penyelidikan secara administrasi termasuk :
a. Desa : Desa Pintun Payang Ara
b. Kecamatan : Karang Gunung Timang
c. Kabupaten : Barito Utara
d. Provinsi : Kalimantan Tengah
e. Letak Geografis dan peta lokasi kegiatan penelitian sebagai berikut :
Tabel 4. Koordinat Konsesi
No BUJUR TIMUR (BT) LINTANG SELATAN (LT)1 115o 06’ 38.85’’ 01o 09’ 02.09 2 115o 07’ 09.72’’ 01o 09’ 02.093 115o 07’ 09.72’’ 01o 09’ 19.454 115o 07’ 14.91’’ 01o 09’ 19.455 115o 07’ 14.91’’ 01o 09’ 24.326 115o 07’ 17.83’’ 01o 09’ 24.327 115o 07’ 17.83’’ 01o 09’ 30.488 115o 07’ 24.32’’ 01o 09’ 30.48
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 11
9 115o 07’ 24.32’’ 01o 10’ 01.7510 115o 07’ 29.18’’ 01o 10’ 01.7511 115o 07’ 29.18’’ 01o 10’ 16.2112 115o 07’ 37.29’’ 01o 10’ 16.2113 115o 07’ 37.29’’ 01o 10’ 27.5614 115o 07’ 57.87’’ 01o 10’ 27.5615 115o 07’ 57.87’’ 01o 10’ 32.0516 115o 08’ 27.86’’ 01o 10’ 32.0517 115o 08’ 27.86’’ 01o 11’ 50.6718 115o 08’ 39.45’’ 01o 11’ 53.6719 115o 08’ 39.45’’ 01o 12’ 12.1120 115o 09’ 05.47’’ 01o 12’ 12.1121 115o 09’ 05.47’’ 01o 12’ 43.7422 115o 06’ 17.75’’ 01o 12’ 43.7423 115o 06’ 17.75’’ 01o 11’ 26.1324 115o 06’ 21.32’’ 01o 11’ 26.1025 115o 06’ 21.32’’ 01o 10’ 08.7726 115o 06’ 38.85’’ 01o 10’ 08.77
Luas Keseluruhan dari konsensi diatas adalah 2.182 hektar.
III.4. Geoteknik
Kemiringan lereng berkisar dari 15 % hingga 30 %. Pada beberapa
lokasi dapat ditemukan pula lereng dengan slope hingga 35 %. Hal ini
ditenggarai terdapatnya beberapa patahan yang melewati disekitar daerah
penelitian.
III.5. Keadaan Endapan
III.5.1. Bentuk dan Keadaan Endapan
Berdasarkan data singkapan, pemboran dan korelasi geologi
serta kegiatan eksplorasi detail yang dilakukan diketahui bahwa lapisan
pembawa batubara diwilayah Kuasa Penambangan PT. Mitra Perdana
Coal adalah formasi Montalat pada Cekungan Barito yang berumur
Oligosen.
Lapisan batubara “seam” yang dijumpai pada lokasi penelitian
berjumlah 1 seam dengan ketebalan hasil pemboran 10 meter.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 12
Batubara yang dijumpai pada daerah penelitian, ditinjau dari
kondisi fisik lapangan dengan dip yang relatif landai dan kondisi
topografi tidak begitu terganggu oleh perubahan struktur yang berarti.
III.5.2. Hasil Analisa Kualitas
Analisa kualitas endapan batubara didaerah penyelidikan yang
didapatkan dari singkapan maupun “Cutting” bor (tahi bor) adalah
seam yang pada umumnya batubara bersifat yaitu : berwarna hitam
kecoklatan, dan mudah pecah (britle) mengandung minyak dan
mengotori tangan.
Untuk mengetahui kualitas endapan batu bara secara proximite
sebanyak 1 (satu) contoh dilaboratorium Geoservice Banjarbaru dan
beberapa referensi hasil analisa laboratorium pada tempat tersebut
dapat diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 6. Hasil Analisa Laboratorium
Analisis Keterangan
As ReceivedTotal Moisture % 26.23 – 34.43Air Dried Basis
Inherent Moisture % 15.21 – 15.72
Ash %1.51 – 3.72
Volatile Matter %37.64 – 43.37
Fixed Carbon %45.35 – 37.19
Total Sulfur %1.07 – 0.35
Calorific Value Cal/g6.041 – 5.665
Berdasarkan ciri fisik dan formasi batuan pada umumnya maka
areal penelitian merupakan Formasi Montalat dan Jenis batubara di
daerah tersebut termasuk “Sub Bituminous”.
III.5.3. Cadangan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 13
III.5.3.1.Cara Penaksiran Cadangan
Penaksiran cadangan batubara di daerah penelitian
didasarkan pada hasil korelasi dan interprestasi data
eksplorasi yang telah dilakukan.
Dari bentuk batubara yang berupa lapisan yang relatif
sederhana hingga cukup kompleks maka cadangan endapan
batubara dihitung dengan cara manual yang sederhana dan
komputerisasi, yaitu luas penyebaran endapan batubara
dikalikan dengan ketebalan batubara serta berat jenisnya,
dalam hal ini kemiringan lapisan juga dipertimbangkan dalam
perhitungan cadangan batubara tersebut untuk tujuan
penambangan. Selain dari itu sebagai pembanding,
penghitungan juga dilakukan dengan menggunakan software
“Mincom – Minescape-Stratmodel”.
III.5.3.2.Klasifikasi Penaksiran Cadangan dan Jumlah Cadangan
Pada wilayah yang terdapat data baik singkapan maupun
pemboran dihitung keterpengaruhan data dengan jarak 400
meter data ditemukan dipotongdengan subcropline (batas
oksidasi) dihitung sebagai cadangan terukur (measured
reserves) dan selebihnya merupakan cadangan tertunjuk
(indicated reserves) yaitu antara 400 meter hingga 1200 meter
hingga 4800 meter. Klasifikasi penghitungan diatas
didasarkan pada konsepsi McKelvey pada tahun 1976 yang
telah diadopsi untuk mododitas batubara dalam bentuk
publikasi gabungan U.S Bureau of mines dan U.S Geological
Survey dan diterbitkan sebagai USGS Bullten 1450-B dengan
judul “Coal Resource Clasification System of the U.S. Bureau
of Mines and U.S. Geological Survey”.
Tabel 7. Perhitungan Cadangan Batubara Terukur
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 14
NoTitik
PerhitunganLuas (M2)
Tebal (M)
Volume(M3)
BJCandangan
(ton)1 BH01 sampai
dengan BH25200.000 10 239999 1,3 311998
Hasil perhitungan cadangan tertambang “mineable
reserves” dengan stripping ratio 1 : 3 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 8. Perhitungan Cadangan Batubara Tertambang
Seam Perhitungan Cadangan Batubara Tertambang (Mt)
Melihat dari hasil perhitungan cadangan batubara
terukur dan tertambang diatas nampak perbedaan yang cukup
jauh, hal ini disebabkan karena batasan stripping ratio yang
relatif rendah yaitu nisbah pengupasan 1 : 3. Kemungkinan
akan meningkatnya cadangan tertambang juga masih bisa
dikaji ulang, dengan adanya kenaikan harga batubara secara
signifikan “stripping ratio” dapat dinaikan dengan demikian
cadangan tertambang juga naik. Disamping itu perlu
dilakukan eksplorasi tambahan di areal KP PT. Mitra Perdana
Coal untuk mencari areal yang potensi karena kelihatannya
dari referensi dari KP sekitarnya memungkinkan adanya
potensi batubara yang lebih luas dari areal penyelidikan
terdahulu.
BAB IV
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 15
PRA PENAMBANGANMOBILISASIKONSTRUKSI SARANA DAN PRASARANA.LAND CLEARINGPEMINDAHAN TANAH PUCUK
PENGUPASAN BATUAN PENUTUP “STRIPPING
OVERBURDEN“
PENAMBANGAN DAN PENGANGKUTAN BATU BARA
REKLAMASI AREAL BEKAS TAMBANG
DESAIN PASCA TAMBANG DAN TATA GUNA LAHAN
PENANAMAN KEMBALI DENGAN TANAMAN CEPAT
TUMBUH
RENCANA PENAMBANGAN
Pada tahap penambangan akan dilakukan pekerjaan pembangunan jalan,
pelabuhan dan sarana penunjang lainnya.
IV.1. Sistem / Metode dan Tata Cara Penambangan
Berdasarkan karakteristik dan bentuk endapan batubara dengan dip
yang relatif landai dan terdiri dari multiple seam maka areal penelitian
direkomendasikan untuk tambang terbuka “open pit mine” dengan metode
penambangan : penggalian dan penimbunan kembali areal bekas tambang
“back fill digging method”. Metode dan urut-urutan penambangan dapat dilihat
pada bagan alir sebagai berikut :
Gambar 4. Urut-urutan Kegiatan Penambangan
IV.1.1. Pemilihan Daerah Penambangan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 16
Dari hasil survey lokasi rencana jalan dan pelabuhan maka
dapat disimpulkan bahwa sistem dan metode konstruksi akan
diterapkan tergantung kondisi-kondisi sebagai berikut :
Dari Km. 0 -13 terdiri dari bukit-bukit yang relatif rendah oleh
arekan itu harus dilakukan Cut dan Fill, sistem pengupasan bukit
sebagian akan didorong langsung dengan Dozer dan untuk timbunan
lebih jauh akan menggunakan pengangkutan Dump Truck.
Dari km 13-45 sudah pernah ada jalan angkut yang telah dibuat
perusahaan kayu sebelumya dan kini telah tertutup semak belukar,
permukaan jalan relatif datar, badan jalan terdiri dari pasir, oleh
karena itu pekerjaannya relatif mudah yaitu hanya diperlukan
peningkatan (pelebaran, penimbunan, pembuatan parit dan
pemasangan gorong-gorong jika diperlukan).
Lokasi stockpile dan pelabuhan cukup tinggi dari permukaan air
sungaiBaritomaka tidak perlu penimbunan, namun perlu dibentuk
sesuai dengan desain dan layout lokasi peruntukan lahan yang akan
dibangun di areal tersebut.
IV.1.2. Bentuk, Karakteristik Endapan dan Tanah PenutupBerdasarkan data singkapan, pemboran dan korelasi geologi
serta kegiatan eksplorasi detail yang dilakukan diketahui bahwa lapisan
pembawa batubara diwilayah Kuasa Penambangan PT. Mitra Perdana
Coal adalah formasi Montalat pada Cekungan Barito yang berumur
Oligosen.
Lapisan batubara “seam” yang dijumpai pada lokasi penelitian
berjumlah 1 seam dengan ketebalan hasil pemboran 10 meter.
Berikut ditampilkan ketebalan masing-masing seam batubara
yang diperoleh dari data pengeboran dan ketebalan sesungguhnya dari
lapisan batubara. Batubara yang dijumpai pada daerah penelitian,
ditinjau dari kondisi fisik lapangan dengan dip yang relatif landai dan
kondisi topografi tidak begitu terganggu oleh perubahan struktur yang
berarti.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 17
Lapisan tanah penutup dibagi menjadi 2 yaitu Lapisan tanah
penutup yang lunak dan lapisan tanah penutup yang keras.Lapisan
tanah penutup yang terdapat setelah lapisan tanah penutup adalah
lapisan tanah penutup yang lunak.Pada lapisan ini terdapat tanah yang
cukup lunak terdiri dari batulempung dan batupasir yang lunak.Lapisan
tanah penutup yang lunak ini termasuk ke dalam lapisan tanah penutup
(Overburden), tetapi mudah dikupas sehingga tidak memerlukan
aktivitas peledakan.Lapisan tanah penutup yang lunak ini mempunyai
ketebalan bervariasi.Kegiatan pengupasan lapisan tanah lunak ini
menggunakan alat mekanis Excavator Komatsu.Pengupasan lapisan
tanah penutup yang lunak ini disebut dengan Free Dig (Penggalian
bebas).Lapisan tanah penutup selanjutnya yang menjadi lapisan tanah
penutup sebelum lapisan batubara adalah lapisan tanah penutup yang
keras.Lapisan tanah penutup yang keras adalah lapisan tanah penutup
yang paling dekat dengan lapisan batubara. Lapisan tanah penutup yang
melapisi batubara ini dibagi menjadi 3, yaitu: • Overburden (Lapisan
tanah penutup bagian atas) Lapisan Overburden (OB) adalah lapisan
tanah diatas lapisan batubara dengan ketebalan bervariasi.
IV.1.3. Sistem PenambanganSistem penambangannya semi open pit dengan metode
penggalian dan penimbunan kembali areal bekas tambang “back fill
digging method”.
IV.1.4. Strategi PenambanganPenambangan batubara dilakukan dengan membuat jenjang
“bench” kerja pada lapisan tanah penutup dengan ketinggian
maksimum 10 meter untuk “single bench” dibuat dengan kemiringan
72°, sedangkan rata-rata kemiringan keseluruhan jenjang 45°,
diperkirakan kedalaman penggalian akan mencapai 30 - 60 meter atau
paling tidak ada 3 jenjang yang akan terbentuk.
penggalian dan penimbunan kembali areal bekas tambang
“back fill digging method”, metode tersebut relatif sangat akrab
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 18
terhadap lingkungan dan tidak memerlukan areal pembuangan yang
luas.
IV.2. Tahapan Kegiatan Penambangan
Tahap kegiatan penambangan batubara ini meliputi land clearing,
stripping ovearburden, coal mining, pengangkutan batubara, reklamasi dan
revegetasi.
IV.2.1. Pembersihan Tempat Kerja (Land Clearing)
Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
areal yang diperlukan untuk kemajuan tambang.Pekerjaan tersebut
meliputi pembersihan tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan dan semak
belukar di lokasi penambangan. Alat yang digunakan adalah “chain
saw” dan “Bulldozer” dan hasil pembersihan lahan tersebut untuk
pohon yang besar akan dipilah-pilah dan diambil oleh masyarakat dan
dimanfaatkan untuk bangun pondok sedangkan sisanya akan ditumpuk
dilembah.
IV.2.2. Pengupasan Tanah Pucuk (Overburden Removal)
Tanah pucuk adalah lapisan tanah atas yang mengandung
humus dan memiliki kapasitas untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Tanah pucuk dikupas dan ditumpuk dengan menggunakan
“bulldozer”, kemudian dimuat dan diangkut dengan dump truck ke
lokasi penimbunan atau langsung ditebar ke areal yang siap
direhabilitasi dan telah ditata ulang.
Tanah pucuk dikupas sampai ketebalan 0,5 - 1,0 meter atau
tergantung tebal perlapisan karena pada umumnya bervariasi dari
tempat satu dengan yang lainnya, demikian juga sub-soil dengan tebal
sekitar 2 - 3 meter meskipun tidak begitu subur juga diambil dan
dipindahkan ke areal rehabilitasi lahan sebagai lapisan dasar sebelum
ditebari tanah pucuk.
IV.2.3. Penambangan Batubara
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 19
Penambangan batubara dilakukan dengan membuat jenjang
“bench” kerja pada lapisan tanah penutup dengan ketinggian
maksimum 10 meter untuk “single bench” dibuat dengan kemiringan
65°, sedangkan rata-rata kemiringan keseluruhan jenjang 47°,
diperkirakan kedalaman pengglaian akan mencapai 30 - 35 meter atau
paling tidak ada 3 jenjang yang akan terbentuk.
Pengambilan batubara “coal getting” dilakukan dengan
memberai, menumpuk dan memuat ke dump truck dengan
mempergunakan alat bantu Excavator. Untuk menjaga kualitas dan
menghindari terjadinya kontaminasi maka penambangan batubara harus
memenuhi kaidah penambangan yang baik dan benar antara lain
melakukan pembersihan permukaan batubara “coal cleaning” baik sisa
batuan penutup maupun batuan pengotor lainnya seperti “black shale”
dan menyisakan lantai sekitar 5 cm pada bagian bawah perlapisan batu
bara yang diperkirakan terkontaminasi dengan landasan “floor”
batubara.
Pada gambar diperlihatkan metode penambangan penggalian
dan penimbunan kembali areal bekas tambang “back fill digging
method”, metode tersebut relatif sangat akrab terhadap lingkungan dan
tidak memerlukan areal pembuangan yang luas. Urut-urutan
penambangan dimulai dari pembersihan lahan sampai dengan paska
tambang, kegiatan ini merupakan mata rantai yang tidak terputus
dengan luas lahan terganggu dibatasi sesuai dengan tingkat produksi
yang dicanangkan perusahaan.
IV.3. Rencana dan Jadwal Produksi
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 20
IV.3.1. Cadangan TertambangDari hasil penelitian areal bekas tambang diketemukan
batubara 1 seam dengan ketebalan yang sekitar 10 meter. Cadangan
batubara yang dikalkulasi berdasarkan hasil pemetaan dan pemboran di
areal studi setelah dikurangi pada zona lapuk atau oksidasi yang
ditetapkan sekitar 1 meter dari permukaan sub-crop. Pengupasan batuan
penutup akan dihitung termasuk bentuk akhir lereng “butter block”
maka diperkirakan cadangan batubara yang akan ditambang dengan
stripping ratio 1 : 3 dapat dilihat pada tabel berikut :
IV.3.2. Waktu Kerja
Waktu kerja untuk kegiatan penambangan kurang lebih 400
Jam per bulan waktu efektif dengan hari kerja rata-rata 25 hari per-
bulan, 2 shift per hari dan 8 jam per-shift. Karena pada umumnya
peralatan yang digunakan adalah milik kontraktor maka pengaturan
operator disesuaikan dengan jadwal kerja yang dicanangkan.
IV.3.3. Rencana ProduksiIV.3.3.1. Tahap persiapan
Survey pendahuluan tata letak jalan dan pelabuhan,
kegiatan tersebut dilakukan dengan menerjunkan
beberapa surveyor dengan menggunakan GPS untuk
menentukan “center line” garis tengah arah jalan sampai
ke pelabuhan.
Sosialisasi dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat
dengan aparat Desa tentang rencana pembangunan jalan
dan pelabuhan di daerah tersebut.
Inventarisasi kepemilikan lahan dilakukan dengan
mendata langsung di lapangan dengan mencari informasi
pemilik lahan dan sekaligus menentukan batas-batas area
jalan dan pelabuhan.
Pembebasan lahan dilakukan setelah hasil kepemilikan
lahan didata, diukur, diperiksa bukti kepemilikan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 21
(segel/sertifikat) yang sudah disahkan oleh Kepala Desa
dan Camat, pembayaran berdasarkan harga yang telah
dipakai.
Desain jalan, setelah rencana pembebasan jalan final
maka layout dan desain jalan dibuat dengan lebar kurang
lebih 20 meter termasuk selokan bahu jalan. Sepanjang
kiri dan kanan jalan akan dibuat tanggul pengaman
“safety berm”. Sedangkan layout dan desain jalan dan
pelabuhan dapat dilihat pada peta terlampir.
IV.3.3.2. Tahap Kontruksi
Tahap konstruksi jalan dan pelabuhan dimulai setelah
pembebasan lahan dan desain jalan dan pelabuhan sudah final,
rencana kerja konstruksi meliputi antara lain :
Cut dan fill
Untuk konstruksi jalan dari km 0 – 13 diperukan “cut and
fill” besarnya volume pemotong bukit tergantung
topografi di areal tersebut, namun hasil survey di
lapangan bukit-bukit tersebut relatif rendah dan tidak
ditemukan lembah yang dalam.Untuk mempercepat
konstruksi maka arah penimbunan bisa dilakukan dari
dua arah yaitu dari arah jalan raya ke tambang dan
sebaliknya dari tambang ke jalan raya.
Sepanjang jalan pengangkutan akan diperkeras dengan
menggunakan laterit dan batu pasir karena didaerah
tersebut banyak ditemukan bukit-bukit pasir, sedangkan
batuan andesit atau batu gunung sulit mendapatkannya.
Pembangunan jembatan dan gorong-gorong.
Untuk ukuran lebar sungai lebih kecil dari 3 meter maka
akan dipasang gorong-gorong yang terbuat dari pipa besi,
sedangkan untuk lebar sungai lebih besar dari 3 meter
akan dipasang jembatan yang konstruksinya terdiri dari
kerangka besi. Sepanjang jalan tersebut akan dipasang
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 22
dan dibangun kurang lebih 1 buah jembatan besi yang
cukup panjang sekitar 20 meter dan sekitar 7 buah
gorong-gorong besi.
Pembangunan stockpile dan pelabuhan
Luas lahan disiapkan untuk stockpile dan pelabuhan
kurang lebih 30 ha, peruntukan lahan stockpile tersebut
akan dibagi-bagi berdasarkan kebutuhan masing-masing
kegiatan sebagai berikut :
Tabel 10. Peruntukan Lahan Stockpile dan pelabuhan
No Peruntukan Lahan Luas (Ha)
1 Stockpile ROM dan Crushed coal 152 Jetty 23 Jalan 34 Sarana dan Prasarana 65 Buffer zone 4
30
IV.3.3.3. Konstruksi Sarana Lainnya
Konstruksisarana lainnya meliputi antara lain
pembangunan kolam pengendapan “setting pond” mess
karyawan, kantor, camp untuk operator, workshop dan rumah
Genset dengan masing luas sebagai berikut :
Tabel 11. Luas Sarana dan Prasarana
No Peruntukan Lahan Luas (Ha)
1 Settling Pond 22 Mess dan kantor 13 Camp 14 Workshop dan Genset 15 Tempat Tangki BBM 1
Total 6
IV.3.4. Jadwal Rencana Produksi
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 23
Jadwal kegiatan mulai dari persiapan sampai dengan uji coba
pemuatan adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Jadwal Kegiatan Persiapan, Konstruksi dan Produksi
No Diskripsi PekerjaanTahun
1 31 Persiapan (Survey, sosialisasi, invetarisir,
pembebasan dan desain, jalan, stockpile dan pelabuhan)
2 Konstruksi dan up-grade jalan 1.3 Km jembatan dan gotong royong
3 Perkerasan jalan4 Konstruksi stockpile dan pelabuhan5 Pemasangan crushing plant dan load out
conveyor conveyor6 Konstruksi sarana dan prasarana7 Pengangkutan dan pengapalan
Jadwal kegiatan akan dibagi dua yaitu jadwal pra-penambangan
yaitu meliputi semua kegiatan sebelum dilakukan penambangan dan
jadwal produksi yang terdiri dari jadwal pada saat dilakukan
penambangan.
a. Jadwal Kegiatan
Kegiatan penambangan terdiri dari pra-penambangan dan
penambangan, oleh karena itu perlu disusun penjadwalan yang ketat
sehingga pelaksanaan kegiatan dapat tepat waktu dan memenuhi
target sesuai yang dicanankan, rincian jadwal kegiatan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 13. Jadwal kegiatan persiapan dan penambangan
No Deskripsi PekerjaanBulan
1 2 3 4
1 Persiapan / Mobilisasi Alat
2 Konstruksi Mess dan Kantor
3Pembangunan Jalan Angkut dan Jembatan
4Cut and fill Stocpile dan Pelabuhan
5Pemasangan Crushing Plant dan Load Out Conveyer
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 24
b. Jadwal Produksi
Penjadwalan produksi jangka panjang bertujuan untuk
menentukan investasi modal kerja yang diperlukan, menentukan
peralatan yang dibutuhkan dan untuk memenuhi target produksi
sesuai dengan permintaan.
Berdasarkan cadangan batubara yang ada serta target produksi
pertahun, maka rincian jadwal produksi per-tahun dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 14. Jadwal Produksi
No LokasiCoal Inventory
(MT)Bulan
1 2 3 4 5
1 Blok I 837.000
IV.4. Kebutuhan PeralatanPeralatan berat yang diperlukan yaitu peralatan yang akan digunakan
untuk kegiatan konstruksi, pemeliharaan jalan dan pelabuhan, peralatan tersebut
akan dipakai baik selama maupun setelah operasi produksi berlangsung.
Peralatan yang diperlukan adalah terdiri dari peralatan tambang utama
yang digunakan untuk kegiatan pengupasan, penambangan, pembuangan dan
pengangkutan sedangkan peralatan penunjang digunakan untuk pemeliharaan
jalan, penerangan dan pengeringan air tambang.
Kebutuhan alat-alat tambang dihitung berdasarkan target produksi per-
tahun, produktivitas alat dan jam kerja efektif.
Disamping hal tersebut diatas ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan untuk pemilihan peralatan sebagai berikut :
1. Kapasitas produksi
2. Umur tambang
3. Jarak angkut
4. Metode penambangan
5. Karakteristik dan bentuk endapan batubara
6. Biaya investasi
7. Biaya perbaikan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 25
8. Ketersediaan suku cadang
Rencana peralatan yang akan digunakan adalah milik sendiri dan akan
dikelola langsung dalam bentuk kerjasama antara pemilik KP dan investor
sekaligus pelaksana penambangan. Demikian juga peralatan untuk
pemeliharaan jalan akan dikerjakan sendiri, namun boleh jadi sebagian
pekerjaan akan diberikan ke sub-kontraktor yang professional tetapi secara
prinsip pemilihan peralatan akan mengikuti kaidah tersebut diatas.
Untuk menunjang produksi 780.000 Mt per-tahun dengan stripping ratio
1 : 4 maka diperlukan peralatan sebagai berikut :
Tabel 15. Daftar peralatan yang digunakan
No
Jenis Alat Kapasitas Kegunaan Jumlah
Peralatan Utama
1 Excavator PC-400 1.7 – 2.4 M3 Membongkar, menyetok dan memuat batuan penutup
4 unit
2 Excavator PC-300 1.4 – 1.7 M3 Membongkar, menyetok dan memuat batubara ke atas truck
2 unit
3 Bulldozer D-85 200 HPMendorong tanah di disposal land dan clearing
2 Unit
4 Dump Truck 20 TonMengangkut batuan penutup dan batubara ke ROM Stockpile
40 Unit
5 Wheel Loader 2.3 M3 Mengumpan Crushing Plant dilokasi Stockpile dan memuat ke dump truck
3 Unit
6 Motor Grader 150 HPPemeliharaan Jalan Tambang dan Pengangkutan
2 Unit
7 Vibrator Roller 20 Ton Pemeliharaan Jalan 2 Unit
Peralatan Tambahan
1 Water Pump -- Pemompaan Air Tambang 2 Unit
2 Genset 30 KPA Penerangan di lokasi tambang 2 Unit
3 Kendaraan --Pengangkutan Tenaga Kerja dan Pengawas
2 Unit
4 Truck Tangki Air 20.000 Liter Penyiraman Jalan Secara Reguler 2 Unit
5 Truck Tangki Minyak 10.000 LiterMengangkut dan mengisi BBM ke alat berat
2 Unit
IV.5. Umur TambangUmur tambang dapat ditentukan berdasarkan jumlah cadangan
tertambang “mineable reserves” dan target produksi per tahunnya. Cadangan
tertambang sekitar 3.984.000 mt, sedangkan target produksi sekitar 780.000
mt/tahun, maka berdasarkan umur tambang dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 26
Umur Tambang = Cadangan minebale / target produksi pertahun
= 3.984.000 mt / 780.000 mt/tahun
= 5 tahun
Jadi umur tambang adalah 5 tahun
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 27
BAB V
RENCANA PENGOLAHAN
V.1. Sistem Pengolahan
Tahapan pengolahan batubara meliputi :
1. Persiapan ( preparasi)
2. Peremukan (crushing)
3. Penggilingan (grinding)
4. Pengolahan (sizing)
V.2. Tata Cara Pengolahan dan Pemurnian Batubara
Preparasi (persiapan) merupakan proses persiapan sebelum dilakukan
proses konsentrasi. Dalam preparasi ini ada beberapa tahap yaitu :
1. Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir sehingga lebih kecil dari
ukuran semula atau proses melibrasi bijih. Yang dimaksud dengan melibrasi
bijih adalah proses melepaskan bijih dari ikatannya yang berupa gangue
mineral dengan menggunakan alat crusher untuk proses kering sedangkan
grinding mill digunakan untuk proses basah dan kering.
a. Primary crushing merupakan tahapan penghacuran pertama, dimana
umpan berupa bongkah-bongkah besar berukuran ± 84x 60 inchi dan
produktannya berukuran 4 inchi. Alat yang digunakan dalam Primery
Crushing ini adalah :
1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua “jaw” yang satu dapat digerakan (swing
jaw) dan lainnya tidak dapat digerakan/diam (fixed jaw).
Berdasarkan porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam :
Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas
Dodge Jaw Crusher, dengan poros dibawah
2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jaw crusher ini berputar dan bergoyang
sehingga proses penghancuran berjalan terus-menerus tanpa selang
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 28
waktu. Berbeda dengan jaw crusher yang penghancurannya tidak
kontiyu yaitu pada waktu swing jaw bergerak kebelakang.
b. Secondary Crushing
Merupakan tahap penghancuran dari kelanjutan primery crushing,
dimana ukuran umpan kecil dari 6 inchi dan produktannya berukuran 0,5
inchi.
Alat yang digunakan dalam secondary crushing adalah :
1. Jaw Crusher (kecil)
2. Gyratory Crusher (kecil)
3. Cone Crusher
4. Hammer Mill
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil
produk dari primary crushing dengan ukuran umpan yang
diperbolehkan adalah kurang dari satu inchi. Alat ini merupakan
satu-satunya alat yang berbeda cara penghancuran dibandingkan alat
pada secondary crushing lainnya.
5. Roll (Roll Crusher)
Alat ini terdiri dari dua buah silinder baja dan masing-masing
dihubungkan pada as (poros) sendri-sendiri.Silinder ini hanya satu
saja yang berputar dan lainnya diam tapi karena adanya material
yang masuk dan pengaruhi silinder lainnya maka silinder ini ikut
berputar pula. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan
arahnya sehingga material yang ada di atas roll akan terjepit dan
hancur.
Bentuk dari roll crusher ada dua macam yaitu :
a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas sehingga
kemungkinan patah pada poros sangat memungkinkan.
b. Spring roll
alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan
porosnya patah sangat kecil sekali.
c. Fine Crushing (Grinding Mill)
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 29
Milling merupakan lanjutan dari proses primery crushing dan secondary
crushing. Proses penghancuran pada milling menggunakan shearing
stress.
Milling diklasifikasi menjadi beberapa macam berdasarkan ;
1. Bentuk Cell
a. Cylinder (produk yang ada masih kasar)
b. conical (produk yang dihasilkan halus)
c. Cylinder dan conical (bentuk ada yang halus dan ada yang kasar)
2. Grinding Media
a. Ball Mill (bola-bola baja)
b. Peable Mill (batu api/filnt)
c. Rod Mill (batang baja)
3. Cara Memasukan Umpan
a. Scoope feeder
b. Drum feeder
c. kombinasi dari scooped an drum
4. Lubang Pengeluaran
a. Grate discharge
proses penghancurannya dilakukan secara basah dan pada lubang
pengeluaran diberi saringan sehingga diharapkan hasilnya
seragam.
b. Overflow discharge
sama dengan grate discharge tetapi tidak dilengkapi dengan
saringan.
5. Kecepatan Putar
2. Sizing (pengolahan) merupakan pengelompokan mineral yang dapat
dilakukan dengan cara :
a. Screening, adalah pemisahan besar butir mineral berdasarkan lubang
ayakan sehingga hasil seragam, alat yang digunakan disebut “screen”
b. Classifiying, adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan atas
kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara)
sehingga hasilnya tidak sergam, alat yang digunakan adalah classifier.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 30
V.3. Peralatan Pengolahan
Alat yang digunakan dalam Primery Crushing ini adalah :
1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua “jaw” yang satu dapat digerakan (swing jaw)
dan lainnya tidak dapat digerakan/diam (fixed jaw). Berdasarkan
porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam :
- Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas
- Dodge Jaw Crusher, dengan poros dibawah
2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jaw crusher ini berputar dan bergoyang sehingga
proses penghancuran berjalan terus-menerus tanpa selang waktu.
Berbeda dengan jaw crusher yang penghancurannya tidak kontiyu
yaitu pada waktu swing jaw bergerak kebelakang.
Alat yang digunakan dalam secondary crushing adalah :
1. Jaw Crusher (kecil)
2. Gyratory Crusher (kecil)
3. Cone Crusher
4. Hammer Mill
5. Roll (Roll Crusher)
Bentuk dari roll crusher ada dua macam yaitu :
a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas sehingga
kemungkinan patah pada poros sangat memungkinkan.
b. Spring roll
alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan porosnya patah
sangat kecil sekali.
Alat yang digunakan dalam gridding (Penggilingan) ini adalah :
a. Grinding Mill
Alat yang digunakan dalam Sizing (Pengolahan) ini adalah :
a. screen
b. classifier.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 31
V.4. Hasil Pengolahan dan Rencana Pemanfaatan Mineral Ikutan untuk Bahan
Galian Logam
Hasil pengolahan batubara ini terutama untuk pemanas (bahan bakar
ketel uap) dan bahan bakar PLTU.Mineral ikutan yang terdapat adalah
emas.Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-
benda seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi
elektronik. Kegunaan lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan.
V.5. Jenis, Jumlah, Kualitas Hasil Pengolahan
Batubara jenis ini mempuyai struktur yang homogen, kandungan
moisturenya tinggi, dan tidak mudah pecah apabila ditempatkan di udara
terbuka Karena penyusutan akibat dari penguapan moisturenya.
Batubara pada golongan ini memiliki tingkat kelembaban yang tinggi,
serta kandungan karbon dan energi yang rendah.Biasanya batubara pada
golongan ini memiliki tekstur yang lembut, mudah rapuh, serta berwarna suram
seperti tanah.Jenis batubara pada golongan ini diantaranya lignite (batubara
muda) dan sub-bitumen.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 32
BAB VI
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
VI.1. Tata Cara Pengangkutan dan Penimbunan Batubara
Jenis jasa yang ditangani PT. Mitra Perdana Coal yaitu penyediaan :
Jalan angkut 45 km dari tambang PT. Mitra Perdana Coal sampai
pelabuhan.
Peremukan batubara “Crushing Plant”.
Lokasi penimbunan “stockpile” (“Run of Mine” dan “Crushed Coal”)
Pemuatan batubara yang sudah diremukkan “crushed coal” dan batubara
asalan “Lumpy coal”.
VI.1.1. Pengangkutan Batubara
VI.1.1.1. Lewat Darat dengan Dumptruck
Pengangkutan batubara dilakukan melalui jalan
angkut yang telah dibuat perusahaan dengan jarak tempuh +
45 km sampai ke Pelabuhan batubara di Gunung Rantau.
Untuk tambang diluar KP PT. Mitra Perdana Coal yang akan
menggunakan jasa jalan dan pelabuhan tersebut dapat
dilakukan kerjasama dengan membangun akses langsung ke
jalan angkut tersebut.
Dump Truck yang digunakan akan disiapkan oleh
perusahaan atau dapat juga menyewa dari luar, tipe dump
truck yang dipakai yaitu minimum berkapasitas 20 MT.
Sehubungan pengguna jalan tersebut cukup banyak,
maka semua pengguna jalan angkut tersebut harus mengikuti
aturan lalu lintas dan keselamatan kerja dari
perusahaan.Semua kendaraan baik kecil maupun pengangkut
batubara harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja
yang telah dibuat perusahaan, rambu-rambu keselamatan
kerja harus dipasang sepanjang jalan angkut.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 33
VI.1.1.2. Sistem Conveyor
Conveyor loading atau conveyor muat adalah suatu
alat yang terdiri dari banyak roll yang di atasnya terdapat
putaran ban/ karet berjalan. Conveyor loading banyak
membantu di dalam pekerjaan pemuatan barang. Dalam hal
ini kami membicarakan conveyor loading untuk pemuatan
batu bara ke dalam tongkang/ pontoon.
Karena posisi tongkang berada dalam sungai
sedangkan barang ada di darat maka dalam membangun
conveyor loading perlu perhitungan yang cermat baik
kapasitas, waktu bahkan kondisi alamnya sendiri harus di set
sedemikian rupa termasuk penghitungan pembuatan pondasi
agar tidak terlalu banyak cost yang terbuang
VI.1.1.3. Pengangkutan Menggunakan Tug boat dan Tongkang
Sistem pemuatan ke Tongkang akan melalui “Load
Out Conveyor” berkapasitas 600 MT/jam yang diumpan
dengan menggunakan wheel loader (WA 500) 2 unit maka
kapasitas “LOC” tersebut dapat tercapai.
Sedangkan untuk dermaga batubara asalan pemuatan
akan menggunakan “dump truck”.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 34
VI.2. Peralatan
VI.2.1. Alat-alat Transportasi Darat
Type truck ini digunakan untuk pengupasan Over Bourden, bagian
belakang pada bagian baknya tidak menggunakan penutup.
Yang kedua adalah type dump truck yang digunakan untuk
pengankutan batubara, perbedaanya terdapat pada type bak yang
memiliki tutup.
Gambar 6. Dump Truck
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 35
VI.2.2. Alat-alat Transportasi Air
Tongkang
Gambar 7. Tongkang
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 36
BAB VII
LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
VII.1. Lingkungan
Lingkungan kerja yang baik memiliki pengaruh besar terhadap
kesehatan dan terhadap sikap para pekerja memandang pekerjaan
mereka.Selain itu, atsmosfir ditempat kerja dan bagaimana atmosfir tersebut
bersih dari uap-uap berbahaya memiliki pengaruh yang besar terhadap
komunitas masyarakat sekitarnya.
VII.1.1. Latar Belakang
Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian
berharga dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama.Selama kurun
waktu 50 (Lima Puluh) tahun, konsep dasar pengolahan relatif tidak
berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya.Mekanisasi peralatan
pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin
membesar. Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan
ekstraksi bijih kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga
semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus digali. Hal ini
menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan
yang sangat besar dan bersifat penting.US-EPA (1995) telah
melakukan studi tentang pengaruh kegiatan pertambangan terhadap
kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia pada 66 (Enam Puluh
Enam) kegiatan pertambangan.
Pembangunan infrastruktur jalan akses dan pembangkit energi
Kegiatan pembangunan infrastruktur meliputi pembuatan
akses di dalam daerah tambang, pembangunan fasilitas penunjang
pertambangan, akomodasi tenaga kerja, pembangkit energi baik untuk
kegiatan konstruksi maupun kegiatan operasi dan pembangunan
pelabuhan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pembangunan sistem
pengangkutan di kawasan tambang (misalnya :crusher, ban berjalan,
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 37
rel kereta, kabel gantung, sistem perpipaan untuk mengangkut tailing
atau konsentrat bijih).
Dampak lingkungan, sosial dan kesehatan yang ditimbulkan
oleh kegiatan ini dapat bersifat sangat penting dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Letak dan lokasi tambang terhadap akses infrastruktur dan sumber
energi.
2. Jumlah kegiatan konstruksi dan tenaga kerja yang diperlukan serta
tingkat migrasi pendatang.
3. Letak kawasan konsensi terhadap kawasan lindung dan habitat
alamiah, sumber air bersih dan badan air, pemukiman penduduk
setempat dan tanah yang digunakan oleh masyarakat adat.
4. Tingkat kerawanan kesehatan penduduk setempat dan pekerja
terhadap penyakit menular seperti malaria, AIDS, schistosomiasis.
VII.1.2. Dampak Kegiatan
United Nations Environment Programme (UNEP, 1999)
menggolongkan dampak-dampak yang timbul dari kegiatan
pertambangan sebagai berikut:
1. Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan
2. Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi
pertambangan.
3. Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan
4. Stabilisasi sitedan rehabilitasi
5. Limbah tambangdan pembuangan tailing
6. Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing
7. Peralatan yang tidak digunakan, limbah padat, limbah rumah tangga
8. Emisi Udara
9. Debu
10. Perubahan Iklim
11. Konsumsi Energi
12. Pelumpuran dan perubahan aliran sungai
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 38
13. Buangan air limbah dan air asam tambang
14. Perubahan air tanah dan kontamninasi
15. Limbah B3 dan bahan kimia
16.Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia di
tempat kerja
17. Kebising
18. Radiasi
19. Keselamatan dan kesehatan kerja
20. Toksisitas logam berat
21. Peninggalan budaya dan situs arkeologi
22. Kesehatan masyarakat dan pemukiman disekitar tambang
VII.1.3. Pengelolaan Lingkungan
Mengingat besarnya dampak yang disebabkan oleh aktifitas
tambang, diperlukan upaya-upaya pengelolaan yang terencana dan
terukur.Pengelolaan lingkungan di sektor pertambangan biasanya
menganut prinsip Best Management Practice. US EPA (1995)
merekomendasikan beberapa upaya yang dapat digunakan sebagai
upaya pengendalian dampak kegiatan tambang terhadap sumberdaya
air, vegetasi dan hewan liar. Beberapa upaya pengendalian tersebut
adalah :
1. Menggunakan struktur penahan sedimen untuk meminimalkan
jumlah sedimen yang keluar dari lokasi penambangan
2. Mengembangkan rencana sistim pengedalian tumpahan untuk
meminimalkan masuknya bahan B3 ke badan air
3. Hindari kegiatan konstruksi selama dalam tahap kritis
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat sianida
terhadap burung dan hewan liar dengan menetralisasi sianida di
kolam pengendapan tailing atau dengan memasang pagar dan jaring
untuk
5. Mencegah hewan liar masuk kedalam kolam pengendapan tailing
6. Minimalisasi penggunaan pagar atau pembatas lainnya yang
menghalangi jalur migrasi hewan liar. Jika penggunaan pagar tidak
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 39
dapat dihindari gunakan terowongan, pintu-pintu, dan jembatan
penyeberangan bagi hewan liar.
7. Batasi dampak yang disebabkan oleh frakmentasi habitat
minimalisasi jumlah jalan akses dan tutup serta rehabilitasi jalan-
jalan yang tidak digunakan lagi.
8. Larangan berburu hewan liar di kawasan tambang.
VII.1.4. Pemantauan Lingkungan
Pemantauan biasanya dilakukan oleh mandor/penanggung
jawab/ penyelia yang merupakan manajer di line terdepan, memeriksa
apakah aturan keselamatan kerja sudah di taati, memastikan permesinan
dan perlengkapan aman digunakan,menegakkan disiplin terhadap
pelanggaran aturan keselamatan kerja, meminta pekerja melaksanakan
program keselamatam kerja.
VII.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan
VII.2.1. Bagan Organisasi Penangan K3 dan Lingkungan
Direktur Pelaksana
(managing director)
Manajer Produksi
Penasehat Keselamatan Kerja
Mandor/Penanggung Jawab/Penyelia
Perwakilan Keselamatan Kerja
Komite Keselamatan Kerja
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 40
VII.2.2. Peralatan K3 dan Lingkungan
Safety helmet, Safety shoes dan Safety glasses wajib digunakan pada
saat melakukan kegiatan penambangan. Apabila diperlukan akan
diberikan peralatan tambahan seeprti masker dan ear plug, bila pada
lokasi pekerjaan sangat berdebu dan bising.
VII.3. Langkah-Langkah Pelaksanaan K3 dan Lingkungan Pertambangan
Langkah-langkah pelaksanaan K3 dan lingkungan pertambangan
adalah sebagai berikut :
1. Mengevaluasi pengetahuan keselamatan kerja
Evaluasi kesehatan dan keselamatan kerja menyeluruh
Sistem peningkatan keselamatan kerja internasional
2. Melakukan penilaian resiko Mengidentifikasi dan menyingkirkan bahaya
atau mengambil tindakan pencegahan yang tepat
3. Memonitor pelaksanaan standar keselamatan kerja yang meliputi :
Inspeksi dan survey keselamatan kerja yang bersifat umum dan
menjangkau seluruh tempat kerja
Patroli keselamatan kerja yang melalui rute-rute yang telah ditentukan
sebelumnya dengan mencatat masalah-masalah keselamatan kerja
Audit keselamatan kerja yang terdiri atas pemeriksaan dan kuantifikasi
masalah-masalah keselamatan kerja secara rinci
Pengambilan sampel yang hanya melihat padaa satu asfek khusus
dalam kesehatan atau keselamtn kerja
4. Mengkomunikasikan pesan keselamatan keja melalui media :
Poster
Lembar berita/Bulletin
Stiker petunjuk pada kotak-kotak peralatan
Mencontohkan dengan panutan
5. Menggunakan proses atau material yang lebih aman
6. Menyertakan kesehatan dan keselamatan kerja sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari pelatihan keterampilan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 41
7. Memastikan semua peralatan benar-benar terpelihara dengan baik, Ada
pemeliharaan terencana
8. Mengembangkan dan menggunakan system kerja yang umum
9. Memastikan para penyelia/mandor telah memperoleh pelatihan dan
kompeten dalam masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja
10. Mengadakan latihan evakuasi dan menjalankan prosedur-prosedur keadaan
darurat
11. Menyediakan kondisi dan lingkungan kerja yang baik
12. Mengembangkan dan memelihara konsultasi bersama yang efektif
VII.4. Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat dilakukan dengan di adakannya pelatihan
kesehatan dan keselamatan kerja yaitu :
Menegaskan kembali aturan keselamatan kerja
Menyampaikan kemungkinan bahaya yang bakal ditemui ditempat kerja
dan cara menghindarinya
Alat keselamatan kerja dan cara penggunaannya
Mengeluarkan, memakai, dan memelihara alat pelindung diri
Menegaskan kembali prosedur penanganan keadaan darurat dan evakuasi
Tindakan-tindakan pada saat terjadi kecelakaan
Prosedur pengidentifikasian bahaya, Pelatihan dapat diberikan dengan cara
sebagai berikut :
1. Perkuliahan dan percakapan
2. Video dan film
3. Peran yang langsung dimainkan oleh peserta pelatihan
4. Studi kasus yang diajukan ke pelatihan
5. Diskusi kelompok
6. Latihan dan praktik diluar kelas (pada persil) atau menggunakan
pemodelan di atas kertas
7. Pelatihan langsung di tempat kerja
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 42
CHECKER ROM &PORT
SOPIR
PORT CAPTAINQUALITYCONTROL
HAULING & PORT SUPERVISOR
MEKANIK
OPERATOR &SOPIR
HELPERMEKANIK
CHECKER
HAULING
DIREKTUR
KEPALA TEKNIK TAMBANG (KTT)
SAFETY OFFICER (SHE)
ADMIN &KEUANGAN SUPERVISOR
LOGISTIK
ENGINEERING SUPERVISOR
KASIR ADMIN PRODUKSI
MINING SUPERVISOR
MINE PLAN DESIGN
SATPAM
BAB VIII
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
VIII.1 Bagan Organisasi
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 43
VIII.2.Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan akan direkrut sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, kriteria para tenaga kerja tersebut akan disesuaikan
dengan jabatan yang disiapkan perusahaan. Tata cara perekrutan tenaga kerja
akan mengutamakan tenaga lokal kecuali tidak didapatkan (seperti tenaga ahli,
operator alat berat, mekanik dan sopir dump truck) maka akan direkrut dari luar
daerah tersebut.
Tabel 16. Rencana Susunan Personil
No Jabatan Jumlah Personil Keterangan
1 Manager Operasi 1 orang Staff
2 Supervisor 4 orang Staff
3 Quality Control 1 orang Staff
4 Port Captain 2 orang Staff
5 Mekanik 2 orang Staff
6 Helper mekanik 4 orang Non Staff
7 Kasir 1 orang Non Staff
8 Administrator 2 orang Non Staff
9 Satpam 4 orang Non Staff
10 Checker 10 orang Non Staff
11 Operator Genset 4 orang Non Staff
12 Operator “Load Out Conveyor” 4 orang Non Staff
13 Helper “LOC” 8 orang Non Staff
14 Tukang masak 4 orang Non Staff
Total 0 orang Non Staff
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 44
VIII.3.Sistem Kerja
Sistim penggajian telah disesuaikan dengan jabatan masing-masing,
namun secara keseluruhan penentuan penggajian akan mengacu dari Upah
Minimum Regional. Dengan demikian gaji yang ditetapkan disini diharapkan
diatas UMR, sistim penggajian perusahaan darat lihat pada tabel berikut :
Tabel 17. Gaji dan Upah
No JabatanGaji
(Rp./bulan/orang)
Jumlah Personil
Total Gaji (Rp)
1 Manager Operasi 10.000.0000 1 orang 10.000.000
2 Supervisor 8.000.000 4 orang 32.000.000
3 Quality Control 7.000.000 1 orang 7.000.000
4 Port Captain 7.000.000 2 orang 14.000.000
5 Mekanik 5.000.000 2 orang 10.000.000
6 Helper mekanik 2.000.000 4 orang 8.000.000
7 Kasir 2.000.000 1 orang 2.000.000
8 Administrator 2.000.000 2 orang 4.000.000
9 Satpam 1.500.000 4 orang 6.000.000
10 Checker 1.500.000 10 orang 15.000.000
11 Operator Genset 1.500.000 4 orang 6.000.000
12 Operator “LoadOut” Conveyor”
2.000.000 4 orang 8.000.000
13 Helper “LOC” 1.500.000 8 orang 12.000.000
14 Tukang masak 700.000 4 orang 2.800.000
Total 136.800.000
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 45
BAB IX
PEMASARAN
IX.1. Kebijaksanaan Pemerintah
Yang Dibutuhkan Adalah Pendekatan Menyeluruh, Bukan Sebagian.
Iklim investasi sektor pertambangan sangat membutuhkan langkah-langkah
perbaikan.Apa yang harus dilakukan adalah merubah kebijakan yang dilakukan
menjadi pendekatan secara menyeluruh. Pertama, pemerintah perlu menentukan
dimana posisi Indonesia dalam kerangka daya saing global.Sebelum
mengembangkan rencana untuk mencapai posisi tersebut, strategi yang harus
dikembangkan adalah Bagaimana posisi Indonesia Dalam Menarik Investasi
Baru. Jika Indonesia ingin mengulangi cerita sukses dalam menarik investasi
besar dalam eksplorasi dan pembangunan sektor pertambangan, maka kabinet
perlu menetapkan proses yang mengikutsertakan seluruh kementerian terkait
bersama pihak terkait lainnya untuk mempersiapkan kebijakan utama sektor
pertambangan. Hal ini harus dilakukan oleh seluruh kabinet dan disetujui
sebagai dasar dalam pembentukan peraturan-peraturan yang mengikuti
Undang-undang pertambangan baru. Ini juga dapat menjadi pedoman dalam
proses perubahan rezim fiskal bagi sektor pertambangan, selain menjadi
pedoman dalam mengatur koordinasi sektor pertambangan dan kehutanan.
IX.2. Prospek Pemasaran
IX.2.1. Dalam Negeri (Domestik) dan Luar Negeri (Eksport)
Prospek batubara ke depan diperkirakan akan semakin cerah.
Meskipun terjadi penurun permintaan batubara dari negara-negara
anggota OECD, penurunan ini akan tertututupi oleh peningkatan
permintaan di kawasan Asia, khususnya China. Sementara itu adanya
kendala pasokan, justru akan mendongkrak naiknya harga batubara.
Diperkirakan harga batubara akan pada tahun 2011 menembus US $
110 / ton.
Issue berkenaan dengan pembatasan ekspor batubara dari
Afrika Selatan dan kemungkinan akan dilonggarkannya pada tahun
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 46
2011 diperkirakan akan berdampak pada perkembangan harga dalam
jangka menengah. Begitu pula halnya dengan ekspor batubara Australia
juga diharapkan juga akan meningkatkan pada tahun 2011, namun
demikian belum dapat diharapkan laju pertumbuhannya tinggi.
Pertumbuhan ekspor Indonesia diperkirakan masih akan mengalami
perlambatan, karena lebih ditujukan untukn memenuhi permintaan
domestik. Dalam lima tahun terakhir, ekspor Indonesia meningkat
dengan 80%, namun dalam lima tahun ke depan mungkin akan turun
hanya menjadi lanjut 20%.
Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan permintaan,
diperkirakan impor China akan mengalami bullish. Dalam jangka
pendek diperkirakan permintaan batubara oleh China akan terjadi
perubahan dari tingkat moderat ke tingkat yang sangat tinggi. Namun
demikian diperkirakan harga batubara masih akan dipengaruhi oleh
faktor musiman, persediaan yang rendah, dan masalah transportasi.
Sementara itu dalam jangka panjang, permintaan batubara diperkirakan
akan menguat sejalan dengan beroperasinya pembangkit listrik
bertenaga batubara baik di Indonesia maupun China. Dengan demikian
akan tetap menjadi sumber pasokan yang menarik bagi Indonesia dan
Cina.
Prospek batubara yang cerah nampaknya juga akan didukung
oleh issue pasokan batubara dan pertumbuhan permintaan yang kuat
dari Cina dan India.Sedangkan untuk Afrika Selatan mungkin tidak
akan menghadapi masalah pasokan, namun demikian negara ini
mungkin akan menghadapi risiko downside lebih lanjut. Hal ini
disebabkan pasar batubara Eropa, pembeli utama Afrika Selatan, sedikit
mengalami tekanan akibat terkena imbas krisis Yunani.
amun demikian ekspor Afrika Selatan akan kembali normal,
karena secara umum permintaan batubara dari Afrika Selatan batubara
tetap didukung oleh tarif angkut rendah dan meningkatkan perdagangan
posisi kompetitif vis-à-vis pasar Asia.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 47
Sementara itu ekspor batubara Australia dalam beberapa tahun
mendatang diperkirakan akan semakin meningkat sejalan dengan telah
beroperasinya Newcastle dengan kapasitas penuh. Disamping itu
peningkatan ekspor ini juga didorong oleh peningkatan produksi yang
berasal NCIG tahap pertama dan ekspansi terminal batubara Kooragang
Island. Sementara itu pada tahun-tahun mendatang Australia juga akan
mendapatkan tambahan pasokan karena mulai beroperasinya Moolarben
(6.2mtpa pada 2011) dan Narrabri (5mtpa pada 2013).
IX.3. Jenis Jumlah dan Harga
Batubara dengan kalori 6,041-5,665 dijual dengan harga Rp
330.000,-/MT. Dengan produksi Sekitar 780.000 MT/Tahun.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 48
BAB X
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
X.1. Investasi
Investasi terdiri dari dua bagian yaitu modal tetap (kapital) dan modal
kerja, untuk jelasnya dapat dilihat dibawah berikut ini :
X.1.1. Modal Tetap, Pembebasan Lahan, Pengurusan Perijinan dan IUP
Eksplorasi
Modal tetap adalah merupakan perbelanjaan dikeluarkan oleh
perusahaan baik sebelum maupun pada masa operasi berlangsung. Total
modal tetap yang telah dan akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk
pembebasan lahan, penimbunan, pembangunan conveyor loading serta
pengurusan perijinan sekitar Rp. 56.343.000.000,-
X.1.1.1. Kontruksi
Proyek pembangunan jalan, pelabuhan dan infrastruktur
tersebut akan menelan biaya sekitar Rp 56.343.000.000,- yang
akan memakan waktu sekitar 1 tahun
X.1.1.2. Peralatan Utama
Harga sewa masing-masing alat tiap satu bulan adalah
sebagai berikut :
Tabel 18. Harga Sewa Peralatan Utama Tiap Satu Bulan
No Jenis Alat KapasitasHarga/bulan/210
jamJumlah
UnitTotal Harga
Peralatan Utama
1 Excavator PC-400 1.7 – 2.4 M3 Rp 82.000.000,- 4 unit Rp 328.000.000,-
2 Excavator PC-300 1.4 – 1.7 M3 Rp 67.200.000,- 2 unit Rp 134.400.000,-
3 Bulldozer D-85 200 HP Rp 67.200.000,- 2 Unit Rp 134.400.000,-
4 Dump Truck 20 Ton Rp 36.960.000,- 40 Unit Rp 1.478.400.000,-
5 Wheel Loader 2.3 M3 Rp 46.200.000,- 3 Unit Rp 138.600.000,-
6 Motor Grader 150 HP Rp 60.060.000,- 2 Unit Rp 120.120.000,-
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 49
7 Vibrator Roller 20 Ton Rp 9.471.000,- 2 Unit Rp 18.942.000,-
X.1.1.3. Sarana Penunjang
Harga sewa sarana penunjang tiap satu bulan dapat
dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 19. Harga Sewa Sarana Penunjang Tiap Satu Bulan
No Jenis Alat Kapasitas Harga/satuan Jumlah Total Harga
Peralatan Tambahan
1 Water Pump -- Rp 42.000.000,- 2 Unit Rp 84.000.000,-
2 Genset 30 KPA Rp 25.000.000,- 2 Unit Rp 50.000.000
3 Kendaraan -- Rp 15.000.000,- 2 Unit Rp 30.000.000,-
4 Truck Tangki Air 20.000 Liter Rp 16.500.000,- 2 Unit Rp 33.000.000,-
5 Truck Tangki Minyak 10.000 Liter Rp 10.000.000,- 2 Unit Rp 20.000.000,-
X.1.1.4. Sarana K3 dan Pengelolaan Lingkungan
Tabel 20. Harga Alat Pelindung Dari (APD)
X.1.2. Modal Kerja
Modal kerja yang diperlukan yaitu untuk kalender 2 bulan
kerja dengan asumsi bahwa selama bekerja 2 bulan sudah menjual
batubara dan dibayar. Modal kerja tersebut terdiri dari sewa alat,
pembelian bahan bakar minyak, biaya operasional, fee lahan, portal
jalan, jasa crushing plant, Jasa pelabuhan, gaji karyawan dan ongkos
administrasi dan umum, keseluruhan sebesar Rp. 101.618.666.400,-
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 50
No Jenis Alat HargaJumlah
UnitTotal Harga
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
1 Safety Shoes Rp 300.000,- 39 orang Rp 11.700.000,-
2 Safety Glasses Rp 50.000,- 39 orang Rp 1.950.000,-
3 Safety Helmet Rp 30.000,- 39 orang Rp 1.170.000,-
X.1.3. Sumber Dana
Total kebutuhan dana yang diperlukan sebesar
Rp. 157.396.240.800,-, sedangkan sumber dana yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pendanaannya terbagi dua bagian, yaitu untuk
membiayai aktiva tetap dan membiayai modal kerja.
X.2. Analisis Kelayakan
Menilai suatu kelayakan investasi dari sisi finansial menggunakan
beberapa metode baik yang mengabaikan atau yang mempertimbangkan nilai
waktu uang. Beberapa metode yang lazim digunakan untuk menilai kelayakan
investasi adalah sebagai berikut :
X.2.1. Biaya Investasi
Tabel 21. Data Finansial Investasi
INVESTASIPembelian Aktiva Tetap 56.343.000.000Kebutuhan Modal Kerja 101.618.666.400Usia Ekonomis 5 Tahun
PREDIKSI LABA SETELAH PAJAK (EAT)
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-544.743.815.805 53.203.815.805 61.663.815.805 69.564.282.640 69.564.282.640
Tingkat Suku Bunga 18%
AKTIVA TETAP KELAYAKAN INVESTASIHarga Perolehan (cost) 56.343.000.00
0ARR Payback
Nilai Sisa (salvage) 10.000.000.000
40% 3 Tahun
Umur Ekonomis (life) 5 Tahun 20%
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 51
X.2.2. Biaya Produksi
Biaya operasi untuk memuat ke Tongkang, pemeliharaan
stockpile dan jalan angkut untuk target produksi sebesar 780.000 MT
batubara per-tahun maka diperlukan biaya operasi sebesar Rp.
203.306.481.600,- /tahun.
X.2.3. Pendapatan Penjualan
Hasil penjualan batubara, jasa jalan dan pelabuhan dengan
produksi sekitar 780.000 MT/tahun dengan harga batubara Rp.
300.000,- / MT, jasa jalan dan pelabuhan sebesar Rp. 30.000,- / MT
batubara FOB Tongkang maka diperoleh jasa jalan dan pelabuhan
sekitar Rp. 257.400.000.000,- MT
X.2.4. Aliran Uang Tunai
Berdasarkan perhitungan-perhitungan untuk kebutuhan
investasi pembangunan jalan dan pelabuhan, serta kebutuhan modal
kerja untuk operasi penambangan maka seluruh dana yang dibutuhkan
bersumber pada :
a. Modal sendiri sebesar (7,08 %) Rp. 11.148.600.000,-
b. Pinjaman atau kerjasama (92,92 %) Rp. 146.247.640.800,-
Perusahaan telah mengeluarkan dana (modal sendiri) sebesar
7,08% untuk pengurusan peningkatan KP CV. Kalteng Promotion Coal,
survey jalan dan pelabuhan.
Sedangkan dana pinjaman diatas akan dianggarkan untuk
pembangunan jalan, pelabuhan dan modal kerja untuk selama biaya
operasi 2 bulan, karena setelah 2 bulan kerja diharapkan sudah menjual
batubara dan sudah dapat membiayai sendiri.
X.2.5. Nilai Sekarang Bersih
Hasil penjualan batubara, jasa jalan dan pelabuhan dengan
produksi sekitar 780.000 MT/tahun dengan harga batubara Rp.
300.000,- / MT, jasa jalan dan pelabuhan sebesar Rp. 30.000,- / MT
batubara FOB Tongkang maka diperoleh jasa jalan dan pelabuhan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 52
sekitar Rp. 257.400.000.000,- MT/Tahun. Karena umur tambang
diperkirakan 5 tahun makan hasil produksi selama 5 tahun adalah Rp
257.400.000.000,- X 5 tahun = Rp 1.287.000.000.000,-
X.2.6. Waktu Pengembalian Modal
Diperkirakan pengembalian modal investasi tersebut dalam waktu 2
tahun dan 7 bulan.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 53
BAB XI
KESIMPULAN
Lokasi berada di desa Pintun Payang Ara dengan kecamatan Karang
Gunung Timang berkabupaten di Barito Utara provinsi
Daerah ini akan melintasi dua Kabupaten yaitu lokasi tambang dan
sebagai jalan angkut adalah di Desa Pintun Payang Ara Kecamatan Karang
Gunung Timang Kabupaten Barito Utara. Sedangkan pelabuhan dan sebagaian
jalan menuju pelabuhan di Gunung Rantau masuk kabupaten Barito Selatan.
Topografi areal penyelidikan relatif datar sedangkan morfologinya
merupakan perbukitan rendah dan semakin rendah ke arah Sungai
Barito.Perbukitan memanjang dari Selatan ke Utara sepanjang kurang lebih 4
km dengan rata-rata ketinggian 50 – 75 meter diatas permukaan laut.Rata-rata
bukit tersebut tidak begitu ekstrim, kemiringan lereng berkisar dari 15 %
hingga 30 %.Pada beberapa lokasi dapat ditemukan pula lereng dengan slope
hingga 35 persen.Hal ini ditenggarai terdapatnya beberapa patahan yang
melewati disekitar daerah penelitian.
Iklim di areal tersebut adalah iklim tropis yang mengalami dua musim
yaitu musim kemarau pada bulan Mei-Oktober dan musim hujan pada bulan
November –April.
Lokasi daerah penelitian berada pada iklim tropis basah yang bercirikan
dua pertukaran angin dan musim seperti umumnya terjadi di wilayah Indonesia,
Dari data curah hujan diatas nampak pada bulan November sampai Juni
Curah Hujan cukup tinggi jadi diperkirakan air sungai akan pasang dan banjir
yang cukup besar dan memakai untuk dilewati Tongkang Batubara yang
berukuran besar sekalipun. Sebaliknya pada bulan Juli sampai Oktober ada
kemungkinan pengapalan batubara akan menggunakan tongkang lebih kecil
karena pada umumnya musim kemarau panjang air sungai surut dan relatif
dangkal.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 54
Flora dan fauna di daerah penyelidikan sangat bervariasi, namun dapat
digolongkan dalam kelompok paleotropis yang umumnya dijumpai di
Indonesia. Kelompok flora yang dijumpai di daerah penyelidikan antara lain :
No Nama Umum Nama Ilmiah1 Jingah Gluta renghas2 Akasis Daun Kecil Acacia auricoliformis3 Akasis Daun Lebar Acacia mangium4 Bambu Bambusa sp5 Kayambang Salvinia natans6 Kantung Semar Nepenthes spp7 Paku Sepat Nephrolepsis exaltata8 Kelakai Stenocaena palustris9 Kangkung Air Ipomoea aqutica10 Jati11 Karet12 Kopi13 Jambu-jambu Eugenia suprea14 Lada15 Cempedak16 Durian17 Meranti18 Karamunting Malastoma malabaticrum19 Manggis Hutan Garcinia sp20 Paku-pakuan Asophila glauca21 Sida Guri Sida rombifolia 2223 Karamunting Malastoma sp
Sedangkan jenis fauna yang ada disekitar daerah studi dapat dilihat pada
tabel berikut :
No Nama Lokal (Fauna) Nama Latin
1 Babi Sus berbatus2 Biawak Voranus salvator3 Burung Punai Treron sp4 Burung Srigunting Dicrurus spp5 Burung Tekukur Streptopelia chinesis6 Kadal Mabuiya multifasciata7 Musang Faradomurus hemaphroditus8 Palanduk Kancil Tragulus javanicus9 Tupai Callosciurs rotates10 Ular Pucuk Trimeresurus albolaris
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 55
Kemiringan lereng berkisar dari 15 % hingga 30 %. Pada beberapa
lokasi dapat ditemukan pula lereng dengan slope hingga 35 %. Hal ini
ditenggarai terdapatnya beberapa patahan yang melewati disekitar daerah
penelitian.
Berdasarkan ciri fisik dan formasi batuan pada umumnya maka areal
penelitian merupakan Formasi Montalat dan Jenis batubara di daerah tersebut
termasuk “Sub Bituminous”. Tahap kegiatan penambangan batubara ini
meliputi land clearing, stripping ovearburden, coal mining, pengangkutan
batubara, reklamasi dan revegetasi.
Waktu kerja untuk kegiatan penambangan kurang lebih 400 Jam per -
bulan waktu efektif dengan hari kerja rata-rata 25 hari per-bulan, 2 shift per -
hari dan 8 jam per-shift. Karena pada umumnya peralatan yang digunakan
adalah milik kontraktor maka pengaturan operator disesuaikan dengan jadwal
kerja yang dicanangkan.
No Jenis Alat Kapasitas Kegunaan Jumlah
Peralatan Utama
1 Excavator PC-400 1.7 – 2.4 M3 Membongkar, menyetok dan memuat batuan penutup
4 unit
2 Excavator PC-300 1.4 – 1.7 M3 Membongkar, menyetok dan memuat batubara ke atas truck
2 unit
3 Bulldozer D-85 200 HPMendorong tanah di disposal land dan clearing
2 Unit
4 Dump Truck 20 TonMengangkut batuan penutup dan batubara ke ROM Stockpile
40 Unit
5 Wheel Loader 2.3 M3 Mengumpan Crushing Plant dilokasi Stockpile dan memuat ke dump truck
3 Unit
6 Motor Grader 150 HPPemeliharaan Jalan Tambang dan Pengangkutan
2 Unit
7 Vibrator Roller 20 Ton Pemeliharaan Jalan 2 Unit
Peralatan Tambahan
1 Water Pump -- Pemompaan Air Tambang 2 Unit
2 Genset 30 KPA Penerangan di lokasi tambang 2 Unit
3 Kendaraan --Pengangkutan Tenaga Kerja dan Pengawas
2 Unit
4 Truck Tangki Air 20.000 Liter Penyiraman Jalan Secara Reguler 2 Unit
5 Truck Tangki Minyak 10.000 LiterMengangkut dan mengisi BBM ke alat berat
2 Unit
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 56
Umur tambang dapat ditentukan berdasarkan jumlah cadangan
tertambang “mineable reserves” dan target produksi per tahunnya. Cadangan
tertambang sekitar 3.984.000 mt, sedangkan target produksi sekitar 720.000
mt/tahun, maka berdasarkan umur tambang dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Umur Tambang = Cadangan minebale / target produksi pertahun
= 3.984.000 mt / 780.000 mt/tahun
= 5 tahun
Jadi umur tambang adalah 5 tahun
Tahapan pengolahan batubara meliputi :
1. Persiapan ( preparasi)
2. Peremukan (crushing)
3. Penggilingan (grinding)
4. Pengolahan (sizing)
Hasil pengolahan batubara ini terutama untuk pemanas (bahan bakar
ketel uap) dan bahan bakar PLTU.Mineral ikutan yang terdapat adalah
emas.Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-
benda seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi
elektronik. Kegunaan lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan.
Batubara jenis ini mempuyai struktur yang homogen, kandungan
moisturenya tinggi, dan tidak mudah pecah apabila ditempatkan di udara
terbuka Karena penyusutan akibat dari penguapan moisturenya.
Batubara pada golongan ini memiliki tingkat kelembaban yang tinggi,
serta kandungan karbon dan energi yang rendah.Biasanya batubara pada
golongan ini memiliki tekstur yang lembut, mudah rapuh, serta berwarna suram
seperti tanah.Jenis batubara pada golongan ini diantaranya lignite (batubara
muda) dan sub-bitumen.
Pengangkutan Batubara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : Lewat
Darat dengan Dumptruck, Sistem Conveyor, Pengangkutan Menggunakan Tug
boat dan Tongkang
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 57
Dampak lingkungan, sosial dan kesehatan yang ditimbulkan oleh
kegiatan ini dapat bersifat sangat penting dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
5. Letak dan lokasi tambang terhadap akses infrastruktur dan sumber energi.
6. Jumlah kegiatan konstruksi dan tenaga kerja yang diperlukan serta tingkat
migrasi pendatang.
7. Letak kawasan konsensi terhadap kawasan lindung dan habitat alamiah,
sumber air bersih dan badan air, pemukiman penduduk setempat dan tanah
yang digunakan oleh masyarakat adat.
8. Tingkat kerawanan kesehatan penduduk setempat dan pekerja terhadap
penyakit menular seperti malaria, AIDS, schistosomiasis.
United Nations Environment Programme (UNEP, 1999)
menggolongkan dampak-dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan
sebagai berikut:
1. Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan
2. Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan.
3. Perubahan landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan
4. Stabilisasi sitedan rehabilitasi
5. Limbah tambangdan pembuangan tailing
6. Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing
7. Peralatan yang tidak digunakan, limbah padat, limbah rumah tangga
8. Emisi Udara
9. Debu
10. Perubahan Iklim
11. Konsumsi Energi
12. Pelumpuran dan perubahan aliran sungai
13. Buangan air limbah dan air asam tambang
14. Perubahan air tanah dan kontamninasi
15. Limbah B3 dan bahan kimia
16. Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pemaparan bahan kimia di tempat
kerja
17. Kebisingan
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 58
18. Radiasi
19. Keselamatan dan kesehatan kerja
20. Toksisitas logam berat
21. Peninggalan budaya dan situs arkeologi
22. Kesehatan masyarakat dan pemukiman disekitar tambang
Mengingat besarnya dampak yang disebabkan oleh aktifitas tambang,
diperlukan upaya-upaya pengelolaan yang terencana dan terukur.Pengelolaan
lingkungan di sektor pertambangan biasanya menganut prinsip Best
Management Practice. US EPA (1995) merekomendasikan beberapa upaya
yang dapat digunakan sebagai upaya pengendalian dampak kegiatan tambang
terhadap sumberdaya air, vegetasi dan hewan liar. Beberapa upaya
pengendalian tersebut adalah :
1. Menggunakan struktur penahan sedimen untuk meminimalkan jumlah
sedimen yang keluar dari lokasi penambangan
2. Mengembangkan rencana sistim pengedalian tumpahan untuk
meminimalkan masuknya bahan B3 ke badan air
3. Hindari kegiatan konstruksi selama dalam tahap kritis
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya keracunan akibat sianida terhadap
burung dan hewan liar dengan menetralisasi sianida di kolam
pengendapan tailing atau dengan memasang pagar dan jaring untuk
5. Mencegah hewan liar masuk kedalam kolam pengendapan tailing
6. Minimalisasi penggunaan pagar atau pembatas lainnya yang menghalangi
jalur migrasi hewan liar. Jika penggunaan pagar tidak dapat dihindari
gunakan terowongan, pintu-pintu, dan jembatan penyeberangan bagi
hewan liar.
7. Batasi dampak yang disebabkan oleh frakmentasi habitat minimalisasi
jumlah jalan akses dan tutup serta rehabilitasi jalan-jalan yang tidak
digunakan lagi.
8. Larangan berburu hewan liar di kawasan tambang.
Peralatan K3 dan Lingkungan yaitu Safety helmet, Safety shoes,Safety glasses.
Langkah-langkah pelaksanaan K3 dan lingkungan pertambangan
adalah sebagai berikut :
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 59
1. Mengevaluasi pengetahuan keselamatan kerja
Evaluasi kesehatan dan keselamatan kerja menyeluruh
Sistem peningkatan keselamatan kerja internasional
2. Melakukan penilaian resiko
Mengidentifikasi dan menyingkirkan bahaya atau mengambil tindakan
pencegahan yang tepat
3. Memonitor pelaksanaan standar keselamatan kerja yang meliputi :
Inspeksi dan survey keselamatan kerja yang bersifat umum dan
menjangkau seluruh tempat kerja
Patroli keselamatan kerja yang melalui rute-rute yang telah ditentukan
sebelumnya dengan mencatat masalah-masalah keselamatan kerja
Audit keselamatan kerja yang terdiri atas pemeriksaan dan kuantifikasi
masalah-masalah keselamatan kerja secara rinci
Pengambilan sampel yang hanya melihat padaa satu asfek khusus dalam
kesehatan atau keselamtn kerja
4. Mengkomunikasikan pesan keselamatan keja melalui media :
Poster
Lembar berita/Bulletin
Stiker petunjuk pada kotak-kotak peralatan
Mencontohkan dengan panutan
5. Menggunakan proses atau material yang lebih aman
6. Menyertakan kesehatan dan keselamatan kerja sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari pelatihan keterampilan
7. Memastikan semua peralatan benar-benar terpelihara dengan baik, Ada
pemeliharaan terencana
8. Mengembangkan dan menggunakan system kerja yang umum
9. Memastikan para penyelia/mandor telah memperoleh pelatihan dan
kompeten dalam masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja
10. Mengadakan latihan evakuasi dan menjalankan prosedur-prosedur keadaan
darurat
11. Menyediakan kondisi dan lingkungan kerja yang baik
12. Mengembangkan dan memelihara konsultasi bersama yang efektif
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 60
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan akan direkrut sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, kriteria para tenaga kerja tersebut akan disesuaikan
dengan jabatan yang disiapkan perusahaan. Tata cara perekrutan tenaga kerja
akan mengutamakan tenaga lokal kecuali tidak didapatkan (seperti tenaga ahli,
operator alat berat, mekanik dan sopir dump truck) maka akan direkrut dari luar
daerah tersebut.
Sistim penggajian telah disesuaikan dengan jabatan masing-masing,
namun secara keseluruhan penentuan penggajian akan mengacu dari Upah
Minimum Regional. Dengan demikian gaji yang ditetapkan disini diharapkan
diatas UMR,
Prospek batubara ke depan diperkirakan akan semakin cerah.
Meskipun terjadi penurun permintaan batubara dari negara-negara anggota
OECD, penurunan ini akan tertututupi oleh peningkatan permintaan di kawasan
Asia, khususnya China. Sementara itu adanya kendala pasokan, justru akan
mendongkrak naiknya harga batubara. Diperkirakan harga batubara akan pada
tahun 2011 menembus US $ 110 / ton.
Issue berkenaan dengan pembatasan ekspor batubara dari Afrika
Selatan dan kemungkinan akan dilonggarkannya pada tahun 2011 diperkirakan
akan berdampak pada perkembangan harga dalam jangka menengah. Begitu
pula halnya dengan ekspor batubara Australia juga diharapkan juga akan
meningkatkan pada tahun 2011, namun demikian belum dapat diharapkan laju
pertumbuhannya tinggi. Pertumbuhan ekspor Indonesia diperkirakan masih
akan mengalami perlambatan, karena lebih ditujukan untukn memenuhi
permintaan domestik. Dalam lima tahun terakhir, ekspor Indonesia meningkat
dengan 80%, namun dalam lima tahun ke depan mungkin akan turun hanya
menjadi lanjut 20%.
Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan permintaan, diperkirakan
impor China akan mengalami bullish. Dalam jangka pendek diperkirakan
permintaan batubara oleh China akan terjadi perubahan dari tingkat moderat ke
tingkat yang sangat tinggi. Namun demikian diperkirakan harga batubara masih
akan dipengaruhi oleh faktor musiman, persediaan yang rendah, dan masalah
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 61
transportasi. Sementara itu dalam jangka panjang, permintaan batubara
diperkirakan akan menguat sejalan dengan beroperasinya pembangkit listrik
bertenaga batubara baik di Indonesia maupun China. Dengan demikian akan
tetap menjadi sumber pasokan yang menarik bagi Indonesia dan Cina.
Prospek batubara yang cerah nampaknya juga akan didukung oleh
issue pasokan batubara dan pertumbuhan permintaan yang kuat dari Cina dan
India.Sedangkan untuk Afrika Selatan mungkin tidak akan menghadapi
masalah pasokan, namun demikian negara ini mungkin akan menghadapi risiko
downside lebih lanjut. Hal ini disebabkan pasar batubara Eropa, pembeli utama
Afrika Selatan, sedikit mengalami tekanan akibat terkena imbas krisis Yunani.
Namun demikian ekspor Afrika Selatan akan kembali normal, karena
secara umum permintaan batubara dari Afrika Selatan batubara tetap didukung
oleh tarif angkut rendah dan meningkatkan perdagangan posisi kompetitif vis-
à-vis pasar Asia.
Sementara itu ekspor batubara Australia dalam beberapa tahun mendatang
diperkirakan akan semakin meningkat sejalan dengan telah beroperasinya
Newcastle dengan kapasitas penuh. Disamping itu peningkatan ekspor ini juga
didorong oleh peningkatan produksi yang berasal NCIG tahap pertama dan
ekspansi terminal batubara Kooragang Island. Sementara itu pada tahun-tahun
mendatang Australia juga akan mendapatkan tambahan pasokan karena mulai
beroperasinya Moolarben (6.2mtpa pada 2011) dan Narrabri (5mtpa pada
2013).
Modal kerja yang diperlukan yaitu untuk kalender 2 bulan kerja
dengan asumsi bahwa selama bekerja 2 bulan sudah menjual batubara dan
dibayar. Modal kerja tersebut terdiri dari sewa alat, pembelian bahan bakar
minyak, biaya operasional, fee lahan, portal jalan, jasa crushing plant, Jasa
pelabuhan, gaji karyawan dan ongkos administrasi dan umum, keseluruhan
sebesar Rp. 101.618.666.400,-
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 62
Biaya operasi untuk memuat ke Tongkang, pemeliharaan stockpile dan
jalan angkut untuk target produksi sebesar 780.000 MT batubara per-tahun
maka diperlukan biaya operasi sebesar Rp. 203.306.481.600,- /tahun
Hasil penjualan batubara, jasa jalan dan pelabuhan dengan produksi
sekitar 780.000 MT/tahun dengan harga batubara Rp. 300.000,- / MT, jasa jalan
dan pelabuhan sebesar Rp. 30.000,- / MT batubara FOB Tongkang maka
diperoleh jasa jalan dan pelabuhan sekitar Rp. 257.400.000.000,- MT
Berdasarkan perhitungan-perhitungan untuk kebutuhan investasi
pembangunan jalan dan pelabuhan, serta kebutuhan modal kerja untuk operasi
penambangan maka seluruh dana yang dibutuhkan bersumber pada :
c. Modal sendiri sebesar (7,08 %) Rp. 11.148.600.000,-
d. Pinjaman atau kerjasama (92,92 %) Rp. 146.247.640.800,-
Perusahaan telah mengeluarkan dana (modal sendiri) sebesar 7,08%
untuk pengurusan peningkatan KP CV. Kalteng Promotion Coal, survey jalan
dan pelabuhan.
Sedangkan dana pinjaman diatas akan dianggarkan untuk pembangunan
jalan, pelabuhan dan modal kerja untuk selama biaya operasi 2 bulan, karena
setelah 2 bulan kerja diharapkan sudah menjual batubara dan sudah dapat
membiayai sendiri.
Hasil penjualan batubara, jasa jalan dan pelabuhan dengan produksi
sekitar 780.000 MT/tahun dengan harga batubara Rp. 300.000,- / MT, jasa jalan
dan pelabuhan sebesar Rp. 30.000,- / MT batubara FOB Tongkang maka
diperoleh jasa jalan dan pelabuhan sekitar Rp. 257.400.000.000,- MT/Tahun.
Karena umur tambang diperkirakan 5 tahun makan hasil produksi selama 5
tahun adalah Rp 257.400.000.000,- X 5 tahun = Rp 1.287.000.000.000,-.
Diperkirakan pengembalian modal investasi tersebut dalam waktu 2 tahun dan
7 bulan.
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 63
Tugas Perencanaan Pertambangan 2010 Page 64