Representasi Wayang Orang dalam Program Televisi Kangen OVJ(Episode 4 Maret 2015)
Oleh: Ainul Khilmiah
ABSTRAK
Penelitian ini menempatkan televisi sebagai teks mengenai representasi. Representasi memang sering kali dilakukan di televisi. termasuk pada teks televisi program Kangen OVJ yang merepresentasikan pertunjukan wayang orang. Program Kangen OVJ merepresentasikan pertunjukan yang sifatnya daerah menjadi tontonan yang diminati bukan hanya secara lokal namun secara global. Teori semiotika dan representasi digunakan dalam pembacaan teks televisi Kangen OVJ. Teks televisi Kangen OVJ diterjemahkan menggunakan teori semiotika untuk mengetahui konteks yang selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis representasinya.
Kangen OVJ merepresentasikan wayang orang dalam beberapa konteks yakni tradisional, kehormatan, kepedulian kerabat, kekeluargaan dan kejantanan. terdapat penambahan dan pengurangan dari realitas yang ada penambahan dan pengurangan tersebut dilakukan sesuai kebutuhan dari media penyampaiannya yakni televisi.
Kata kunci: Kangen OVJ, Wayang Orang, Semiotika, Representasi.
PENDAHULUAN
Televisi merupakan sebuah media yang hadir di tengah masyarakat sebagai salah satu
sarana informasi dan hiburan. Setiap televisi menawarkan program-program yang menarik agar
dapat diminati oleh khalayaknya. Salah satu cara membuat program tersebut menarik adalah
mengangkat sesuatu yang bersifat daerah dan meodernisasikan hal tersebut sehingga menjadi
tontonan yang dapat dinikmati bukan hanya secara lokal namun secara global. Televisi membuat
objek yang jauh menjadi dekat dengan kita, dan sebuah pengalaman yang asing menjadi akrab.1
Beberapa pernyataan tersebut ternyata dapat kita temui pada program Kangen OVJ.
Kangen OVJmerupakan sebuah program televisi bergenre drama komedi yang
mengangkat wayang orang sebagai konsep utama dari programnya. Program ini merupakan
program lanjutan dari program berjudul Opera Van Java yang sempat tidak tayang karena
mendapat teguran KPI dan kalah rating. Pada masa kini, seni pertunjukan wayang orang memang
1Graemen Burton, Membincangkan Televisi(Jalasutra: Yogyakarta, 2011), 16
1
berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan. Salah satu contoh adalah wayang orang
sriwedari di Surakarta. Mereka menggelar pentas setiap hari dengan pengunjung yang sedikit dan
gedung yang sudah usang. Sehingga Kangen OVJ muncul untuk menciptakan sebuah
pertunjukan tradisional yakni wayang orang dengan kemasan baru dengan konsep yang lebih
modern dengan harapan agar lebih diminati oleh khalayak karena sifat televisi memiliki
jangkauan yang luas.
Kangen OVJ merubah medium pertunjukan wayang orang dari panggung pertunjukan
yang hanya dapat ditonton untuk orang yang datang saja menjadi tontonan televisi yang dapat
dinikmati secara luas. Tentu saja Kangen OVJ mengadaptasi wayang orang beserta ceritanya
tidak sama persis. Terjadi proses modernisasiuntuk merubah wayang orang yang sebelumnya
serius dengan unsur komedi yang minim dan mengutamakan tersampainya inti cerita dan pesan
dari cerita menjadi wayang orang yang mengutamakan unsur komedi dan cerita digunakan untuk
membangun alur komedi tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa program acara Kangen
OVJ merepresentasikan seni pertunjukan wayang orang.
Wayang orang merupakan salah satu kesenian khas Jawa, terutama Jawa Timur dan Jawa
Tengah yang dipentaskan menggunakan media panggung pertunjukan dan menampilkan cerita
dari dunia perwayangan dengan menggunakan latar budaya Jawa yang cukup kental. ketika hal
tersebut direpresentasikan kedalam program Kangen OVJ ada beberapa unsurnya yang hilang
dan diganti dengan sesuatu yang baru. Hall menyatakan bahwa budaya adalah medan nyata
tempat praktik-praktik, representasi-representasi, bahasa dan kebiasaan-kebiasaan suatu
masyarakat berpijak.2 Konsep budaya yang terdapat dalam pertunjukan wayang orang cukup
berbeda dengan program Kangen OVJ. Dari beberapa permasalahan yang sudah disebutkan
menunjukkan bahwa representasi wayang orang dalam program Kangen OVJ menjadi penting
untuk dibicarakan baik dari segi cerita maupun setting,karena dari kedua unsur tersebut dapat
diketahui bagaimana dan sejauh mana program televisi Kangen OVJ merepresentasikan wayang
orang.
2Chris Barker, Cultural Studies, teori dan praktik (Bentang: Yogyakarta, 2005), 10
2
TINJAUAN PUSTAKA
Banyak ditemukan penelitian yang menggunakan pendekatan semiotika maupun
representasi namun masih jarang ditemui kedua pendekatan digunakan secara bersama-sama
dalam satu penelitian. Sejauh ini penuis menemukan beberapa judul penelitian yang masih
terkait yakni sebagai berikut:
Skripsi berjudul “Representasi Kesenian Tradisi Lenong Betawi pada Tayangan Drama
Komedi Nglenong Nyok di Trans TV” ditulis oleh Anna Falasifah, Institut Seni Indonesia
Surakarta. penelitian ini sama-sama mengkaji representasi sebuah kesenian tradisi pada sebuah
program televisi namun dalam penelitian ini tidak ada pendekatan secara khusus, representasi
hanya ditinjau dari segi perbedaan dan persamaan pertunjukan lenong betawi dengan program
Nglenong Nyok di Trans TV sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai representasi yang
dimaksud.
Skripsi berjudul “Representasi Gerakan Bela Diri Pencak Silat pada Film The Raid
(Redemtion), Analisis Tata Kamera”ditulis oleh Ivanovich Aldiano, Institut Seni Indonesia
Surakarta. Skripsi tersebut juga menggunakan pendekatan representasi dari Stuart Hall namun
tidak dipadukan dengan pendekatan lain. Pada penelitian ini yang dikaji adalah tata kamera atau
film pada segi teknisnya. Pada penelitian ini representasi digunakan untuk menganalisis konten.
Penelitian berjudul “Desain Budaya Jawa dalam Opera Van Java” ditulis oleh M. Syahril
Iskandar, M.Ds.,Universitas Komputer Indonesia. Penelitian tersebut mengkaji mengenai budaya
secara luas, termasuk kesenian tradisi, ucapan, tingkah laku dan perbuatan dari tokoh yang
merepresentasikan budaya Jawa namun dikembangkan secara modern sehingga mudah diterima.
Penelitian yang membahas mengenai sesuatu yang luas bisa jadi cenderung menjadi tidak fokus.
Sedangkan pada penelitian ini terfokus untuk mengkaji seni pertunjukan wayang orang secara
fokus dan mendalam dengan memadukan dua jenis pendekatan
Dari penelitian yang pernah ditemukan oeh penulis, belum pernah ada penelitian yang
sama dengan penelitian berjudul “Representasi Wayang Orang dalam Program Televisi Kangen
OVJ”
3
KERANGKA PIKIR
Penelitian ini menggunakan dua pendekatanyakni Semiotika dan representasi.yang akan
diuraikan sebagai berikut:
Semiotika
Semiotika merupakan ilmu yang memperlajari tentang tanda-tanda. Penelitian ini
menggunakan semiotika yang dikembangkan oleh Roland Barthes, namun Barthes lebih
menyebut ilmu yang dikembangkan sebagai semiologi. Menurut Roland Barthes, semiologi
hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity), memaknai hal-hal (things).3 Semiotika
merupakan salah satu ilmu dan metode dalam menganalisis teks. Semiotika memecah-mecah
kandungan teks menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana
yang lebih luas.4
Semiotika Roland Barthes terdiri atas penanda dan petanda pada tataran tingkat pertama
sebagai makna denotasi dan penanda petanda denotasi tersebut secara otomatis menjadi penanda
dari tataran tingkat kedua yang dilengkapi dengan petanda konotasi. Hubungan antara penanda
dan petanda tidak lahir secara alamiah namun bersifat arbiter.
Representasi
Representasi adalah sebuah proses memunculkan kembali sebuah realitas yang pernah
ada. Representasi hanya mendasarkan diri pada realitas yang direpresentasikannya bukan
realitas utuh dan realitas yang sesungguhnya.5Stuart Hall dalam bukunya berjudul
Representation: Cultural representation and signifying practices mengembangkan adanya 2
representasi yakni representasi mental dan representasi bahasa. Terkait dengan analisis kajian
representasi Stuart Hall memberikan 3 model pendekatan yakni pendekatan reflektif, pendekatan
intensional dan pendekatan konstruksional. Pendekatan reflektif merupakan pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini.
3Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Ghalia Indonesia: Bogor, 2014), 264Jane Stokes, How to Media and Cultural Studies (Bentang: Yogyakarta, 2007), 775Fitri murfianti, “Konsep Hunian Kelas Atas dalam Tayangan Property Advertising Agung Sedayu Group di Televisi”, Jurnal Capture vol 1. no.2. 2010. 184
4
Berdasarkan pada pernyataan Burton bahwa semua komunikasi mengkonstruksi
representasi bahkan dalam percakapan sehari-hari setiap orang melakukan representasi namun
pada televisi hal representasi harus dipandang secara berbeda karena jangkauannya yang luas.
Pada dasarnya produser mengkonstruksi representasi baik sadar maupun tidak sadar. Media
mengonstruksi gagasan kita perihal realitas, karena media mengonstruksi kata-kata dan gambar
yang setidaknya menjadi bagian dari realitas itu.6 Burton juga menyebutkan beberapa konsep
representasi diantaranya Stereotip, Identitas, Perbedaan, pengalamiahan, ideologi, wacana dan
melihat citra/gambar.
Penelitian ini lebih cenderung pada konsep representasi identitas dan representasi
perbedaan. representasi mengonstruksi identitas suatu kelompok mengenai siapa mereka dan
bagaimana mereka dinilai. Konsep identitas membawa kita masuk dalam gagasan tentang
perbedaan.7perbedaan ini berkaitan dengan perbedaan status sosial. Kepembedaan dapat dilihat
dari penampilan fisik dan perilaku.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Objek penelitian yang akan
diteliti adalah program televisi berjudul “Kangen OVJ”, episode yang dipilih yakni episode 4
Maret 2015 dengan beberapa alasan yakni episode tersebut merupakan episode pertama dimana
Kangen OV tayang kembalu dari yang dahulunya merupakan program Opera Van Java selain itu,
pada episode tersebut cerita yang disajikan berhubungan dengan apa yang akan dikaji.
Data primer yang digunakan yakni rekaman audio visual dari objek yang akan dikaji.
Sebagai data sekunder, peneliti menggunakan beberapa buku yang relevan dengan permasalahan
dalam penelitian ini. Sehingga penelitian dilakukan dengan metode observasi dan metode studi
pustaka.Data di amati pada setiap scenenya yang disajikan dalam bentuk still image untuk
mewakili dari scene tersebut. Dalam table pembacaan semiotika Roland Barthes pada penelitian
ini tidak disertakan kolom mitos, pembacaan hanya berakhir sampai ideology pada petanda
konotasi karena ideologi tersebut yang dibutuhkan untuk analisis pada tahap selanjutnya.
6Graemen Burton, Membincangkan Televisi(Jalasutra: Yogyakarta, 2011), 2417Ibid. 244
5
REPRESENTASI WAYANG ORANG DALAM PROGRAM KANGEN OVJ
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana representasi wayang orang dalam
program Kangen OVJ. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya program acara Kangen OVJ
merupakan program drama komedi yang terdapat peristiwa-peristiwa yang membentuk sebuah
cerita. Pada program tersebut didapatkan struktur babak sebagai berikut:
Bagan1. Struktur program
Setiap satu babak tersusun dari beberapa adegan. satu babak menjadi satu segmen dalam
program ini, dengan kata lain pembagian segmen didasarkan pada persatu babak cerita.
Pada episode 4 Maret 2015 Kangen OVJ menyajikan drama komedi berjudul Lika-Liku
Cinta Arjuna. Pada episode tersebut diceritakan bahwa Arjuna ingin menikahi Sembadra namun
tidak direstui oleh kakak Sembadra yakni Baladewa karena Arjuna hanyalah anak patih dan
bukan anak raja. Akhirnya Arjuna mengadu pada Gatotkaca dan Krisna. Gatotkaca dan Krisna
mencari cara agar Arjuna bisa menikah dengan Sembadra. Beberapa cara sudah dilakukan oleh
Gatot kaca dan Krisna hingga akhirnya Baladewa menyetujui pernikahan mereka.
Berikut adalah pembacaan rekaman program Kangen OVJ episode 4 Maret 2015
menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk mengetahui konteks. Konteks tersebut akan
digunakan untuk tahap berikutnya yakni untuk analisis representasi. Potongan gambar diurutkan
berdasarkan urutan segmen dan selanjutnya akan dilakukan analisis representasinya. Untuk
menjelaskan potongan gambar kata yang dipakai adalah segmen. Hal ini dimaksudkan bahwa
potongan gambar tersebut mewakili bagian segmen pada data audio visual program Kangen OVJ
episode 4 Maret 2015.
6
Adegan Adegan Adegan
Babak Segmen
Gb1. Segmen 1, sinden menyanyi untuk mengawali program
Denotasi
Penanda Petanda1. Dua sinden yang bernyanyi2. 2 Wanita memakai baju kebaya3. Lagu jawa4. iringan musik tradisional4. Ukiran kayu sebagai background panggung5. para pemusik mengenakan baju yang sama
Dua sinden yang mengenakan kostum kebaya sedang bernyanyi lagu jawa dengan diringi musik tradisional yang seluruh pemain musiknya mengenakan kostum yang sama dengan latar belakang ukiran kayu sebagai background panggung.
Konotasi PenandaPetanda
Tradisional
7
Gb2. Segmen 2, Arjuna bermaksud melamar sembadra
Denotasi
Penanda Petanda1. Laki-laki berdiri mengacungkan tangan2. Laki-laki berjongkok3. dua laki-laki berdialog4. Televisi5. setting ruangan raja
Seorang laki-laki berdiri sedang berdialog dengan seorang laki-laki yang duduk dengan setting ruangan raja
Konotasi PenandaPetanda
Kehormatan
8
Gb3. Segmen 3, Arjuna mengadu pada Krisna
Denotasi
Penanda Petanda1. 5 orang laki-laki saling berinteraksi2. mengenakan pakaian khas jawa3. pohon-pohon dan bebatuan4. berdialog penolakan baladewa terhadap lamaran Arjuna untuk Sembadra
5 Orang laki-laki mengenakan pakaian khas jawa. Mereka saling berinteraksi di sebuah tempat dengan pohon-pohon dan bebatuan untuk berdialog mengenai penolakan baladewa terhadap lamaran arjuna untuk sembadrea
Konotasi PenandaPetanda
Kepedulian kerabat
9
Gb4. Segmen 4. Arjuna dan Krisna bertamu ke Baladewa
Denotasi
Penanda Petanda1. 3 orang laki-laki2. 2 orang perempuan3. 3 orang laki-laki memakai pakian jawa4. 1 orang wanita memakai pakaian jawa satu lagi hanya memakai batik di bagian bawah5. setting sebuah pendapa6. 5 orang sedang berinteraksi
3 orang laki-laki mengenakan pakaian jawa dan 2 orang perempuan yang satu mengenakan pakaian jawa yang satu hanya memakai batik di bagian bawah. Mereka saling berinteraksi disebuah pendapa.
Konotasi PenandaPetanda
- Kekeluargaan
10
Gb5. Segmen 5, Gatotkaca bertengkar dengan Baladewa
Denotasi
Penanda Petanda1. 2 orang laki-laki2. mengenakan pakaian jawa3. keduanya mengangkat tangan4. setting pohon, bebatuan dan televisi
2 orang-laki-laki yang mengenakan pakaian jawa sedang mengangkat tangannya di sebuah setting pohon, bebatuan dan televisi.
Konotasi PenandaPetanda
Kejantanan
Berdasarkan pembacaan semiotika Roland Barthes persegmen dari rekaman audio visual
program Kangen OVJ tersebut didapatkan beberapa konteks yang dapat di analisis lebih lanjut
untuk mengetahui representasi wayang orang dalam program Kangen OVJ
1. Tradisional
Konteks tradisional dalam pada segmen 1 didapatkan dari beberapa hal yakni lagu
yang dilantunkan, alat musik yang digunakan, kostum yang dikenakan dan setting.
Konteks tradisional ini merupakan salah satu hasil representasi wayang orang pada
11
program Kangen OVJ. Representasi mengonstruksi identitas bagi kelompok yang
bersangkutan.8 Salah satu identitas yang ditangkap oleh produser dari sebuah pertunjukan
wayang orang adalah konteks tradisionalnya. Sehingga wayang orang dalam program
Kangen OVJ merepresentasikan ketradisionalan tersebut namun dengan nilai tradisional
yang berbeda. Antara Pertunjukan wayang orang dengan program Kangen OVJjuga
sama-sama memiliki alur Sinden menyanyi sebelum dalang membacakan cerita. Namun
cara sinden menyanyi dari keduanya bebeda.
2. Kehormatan
Konteks kehormatan pada segmen 2 didapatkan dari adegan Arjuna yang
membungkuk pada Baladewa yang dalam cerita itu Baladewa berpangkat lebih tinggi
dari pada Arjuna. Ini merupakan representasi perbedaan dimana program Kangen OVJ
pada segmen 2 merepresentasikan bahwa dalam pertunjukan wayang orang
memperhitungkan pentingnya menghormati kepada orang yang memiliki pangkat lebih
tinggi. Perbedaan juga berkaitan dengan norma sosial, representasi menarik perhatian kita
pada perbedaan sosial.9 Representasi perbedaan ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku.
Perilaku Arjuna yang membungkuk kepada Baladewa merupakan cara penghormatannya
untuk Baladewa. Konteks kehormatan ini terjadi karena ada perbedaan status sosial, ada
pihak dengan status sosial lebih tinggi yang harus dihormati.
Setting juga sarana yang digunakan untuk mendukung konteks kehormatan
tersebut. Setting dalam segmen ini yakni ruangan raja atau pangeran disebuah keraton
namun terlihat jelas ada modernisasi pada setting tersebut yakni adanya televisi di ruang
tersebut. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengubah pemikiran penonton
mengenai wayang orang yang kolot dan primitif menjadi sesuatu yang baru dan menarik
untuk ditonton.
3. Kepedulian kerabat
Konteks kepedulian kerabat ini terlihat ketika Arjuna mengadu pada Gatotkaca
mengenai lamarannya yang ditolak oleh Baladewa dan Gatotkaca ikut marah mendengar
8Graemen Burton, Membincangkan Televisi(Jalasutra: Yogyakarta, 2011), 2439Ibid, 245
12
hal tersebut kemudian menyuruh Arjuna untuk meminta tolong kepada Krisna akhirnya
Krisna mencarikan jalan keluar dan siap membantu Arjuna. Dalam hal ini Pertunjukan
wayang orang direpresentasikan mengandung cerita kental dengan kepedulian kerabat.
selain itu, peran kerabat menjadi sangat penting dalam sebuah perjodohan dimana
perjodohan bukan hanya urusan pribadi namun juga menyangkut kerabat. konteks
kepedulian kerabat ini merupakan representasi dari identitas pertunjukan wayang orang.
Greme Burton menyatakan bahwa identitas adalah sesuatu yang ada dalam kesadaran,
diartikulasikan dalam komunikasi, dan juga dihidupkan dalam sebuah konteks budaya.10
Antara pertunjukan wayang orang dengan wayang orang dalam program Kangen OVJ
memiliki konteks budaya yang berbeda, apa yang melatar belakangi keduanya tetap
berbeda sehingga meskipun representasi pertunjukan wayang orang dalam program
Kangen OVJ mengenai kepedulian kerabat hampir sama namun keduanya tetaplah
sesuatu yang memiliki identitas berbeda.
Setting terlihat bernuansa alam, dekat dengan alam merupakan salah satu bagian
dari identitas pertunjukan wayang orang yang direpresentasikan dalam program Kangen
OVJ sebagai sesuatu yang tradisional.
4. Kekeluargaan
Konteks kekeluargaan ini didapatkan dari cara mencari sebuah jalan keluar,
permasalahan antara Arjuna dan Sembadra bukan hanya menjadi permasalahan bagi
mereka berdua saja, namun juga menjadi permasalahan keluarga dan diselesaikan dengan
kekeluargaan antara kedua belah pihak. Dalam menyelesaikan persoalan tersebut terlihat
ada tokoh wanita yang berada ditengah dari kedua kubu untuk menjadi penengah.
Pertunjukan wayang orang direpresentasikan mengandung cerita yang sarat akan makna
kekeluargaan.
Setting yang digunakan dalam segmen 4 ini mendukung konteks kekeluargaan
yang di representasikan. Hal ini terlihat dari adanya pendopo sebagai background. Fungsi
pendopo itu sendiri adalah sebagai tempat berkumpul, menjalin kebersamaan dan
kekeluargaan.
10Ibid, 244
13
5. Kejantanan
Konteks kejantanan di dapat dari adegan pertengkaran untuk membela kerabat
masing-masing. Antara Gatotkaca dan Baladewa pada dasarnya tidak memiliki
permasalahan akan tetapi karena lamaran Arjuna tidak diterima oleh Baladewa dimana
Arjuna merupakan kerabat dari Gatotkaca dan Sembadra merupakan kerabat dari
Baladewa sehingga antara Gatotkaca dan Baladewa tetap mempertahankan keputusan
masing-masing dan memilih untuk adu fisik. Adu fisik itu sendiri merupakan salah satu
bentuk untuk menunjukkan kejantanan dari kedua belah pihak. Konteks kejantanan
merupakan hal yang ditangkap oleh produser untuk merepresentasikan identitas dari
pertunjukan wayang orang dalam program Kangen OVJ.
Setting dalam segmen ini merepresentasikan pertunjukan wayang orang sebagai
suatu pertunjukan yang bercerita mengenai sesuatu yang primitif. Ini menjadi salah satu
alasan mengapa terjadi adu fisik. Sebab pemikiran primitif menunjukkan kejantanan
dengan cara adu fisik.
KESIMPULAN
Wayang orang merupakan sebuah kesenian pertunjukan tradisional yang
direpresentasikan oleh program acara Kangen OVJ menjadi drama yang kuat dalam komedi
sebagai sesuatu yang memiliki konteks tradisional, kehormatan, kepedulian kerabat,
kekeluargaan dan kejantanan. secara keseluruhan program Kangen OVJ merepresentasikan
wayang orang dari segi pesan dan kerangka konsep. Untuk pengembangan alur cerita, setting
tempat dan pengembangan konsep (seperti dalam program Kangen OVJ yang kuat dalam komedi
dari pada alur cerita) sudah mengalami penambahan dan pengurangan sesuai dengan
kebutuhannya karena mengingat antara pertunjukan wayang orang dengan program Kangen OVJ
memiliki media penyampaian yang berbeda sehingga hal-hal tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan media penyampaiannya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Graeme, Membincangkan Televisi, Jalasutra: Yogyakarta,2011
Stokes, Jane, How to Media and Cultural Studies, Bentang:Yogyakarta, 2007.
14
Vera, Nawiroh, Semiotika dalam Riset Komunikasi, Ghalia Indonesia: Bogor, 2014
Murfianti, Fitri, “Konsep Hunian Kelas Atas dalam Tayangan Property Advertising Agung
Sedayu Group di Televisi”, Jurnal Capture vol 1. no. 2, 2010.
Barker Chris, Cultural Studies: Teori dan Praktek, Bentang: Yogyakarta, 2005.
Hall, Stuart, Representation: Cultural Representation and Signifying Practices, Sage
Publication:London, 1997.
15