Download - Rotator cuff
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEDERA ROTATOR CUFFKELOMPOK 9:
Dian Diningrum T. P.(11-04)Rizqi Fauziyah R. (11-09)Ria Rohmawati(11-15)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER2013
PENDAHULUAN• Rotator cuff adalah tendon yang mengelilingi sendi bahu. Istilah rotator cuff dipergunakan untuk jaringan ikat fibrosa yang mengelilingi bagian atas tulang humerus
• Rotator cuff terdiri dari 4 otot yaitu M.Supraspinatus, M.Infraspinatus, M.Subsacpularis,dan M.Teres minor
• Fungsi dari ke-4 otot ini adalah untuk menstabilisasi sendi glenohumeral dengan menarik humerus ke arah skapula untuk gerakan-gerakan sendi glenohumeral seperti abduksi-adduksi, rotasi, fleksi-ekstensi
•Cedera rotator cuff : cedera yang terjadi pada bahu yang timbul akibat kerusakan atau lesi dari rotator cuff, trauma, dan degenerasi
Etiologi•Etiologi cedera rotator cuff:
1. Trauma
2. Degeneratif
3. Postur tubuh yang salah akibat olahraga
Patofisiologi• Tendon m.supraspinatus melekat pada tuberositas mayor
humeri harus melewati ligamen coracoacromialis dan berada di bawah “atap” acromion.
• biasanya terjadi tarikan secara tiba-tiba, misalnya, jatuh dengan tangan lurus atau abduksi yang tiba-tiba melawan beban berat yang dipegang dengan tangan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya “jepitan” yang apabila terjadi trauma mekanik terus-menerus menimbulkan inflamasi pada daerah tendon m.supraspinatus
Pathway
Manifestasi klinis
•Gejala tergantung pada cedera/robeknya rotator cuff biasanya hanya bersifat ringan pada awalnya.
•Nyeri hebat pada saat digunakan beraktifitas, nyeri dirasakan didaerah bahu
Pemeriksaan diagnostik• Pemeriksaan X-Ray pada bahu akan dilakukan jika
terdapat dugaan terjadinya cedera/kerobekan pada rotator cuff
• Pameriksaan MRI sangat membantu karena dapat menunjukkan cedera rotator cuff secara keseluruhan dan cedera rotator cuff parsial/sebagian.
Penatalaksanaan Medis• Terapi Fisik• Pemberian Obat Anti-inflamasi• Injeksi Cortisone • Tindakan operasi
Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengkajian meliputi :• Kaji tempat cedera untuk nyeri, pembengkakan, warna
kulit dan status neurovaskularisasi• Kaji penyebab cedera• Kaji perlunya penghilang rasa sakit• Kaji penyembuhan luka• Kaji integeritas gips• Kaji status hidrasi• Kaji adanya tanda-tanda kompllikasi• Kaji kemampuan klien untuk mematuhi program
pengobatan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan otot
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera/robekan yang terjadi pada insersi rotator cuff ke tulang.
3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Intervensi diagnosa 1:• Tujuan: tingkat nyeri pasien minimal atau hilang• Kriteria Hasil: pasien mampu berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan dirinya dan mengatakan tidak nyeri lagi• Intervensi:
1. Pantau dan dokumentasikan kondisi dan penyebab cedera
2. Pasang bebat atau balutan (mitella) pada ekstremitas yang terkena untuk mengatasi rasa nyeri dan mencegah terjadinya cedera yang lebih lanjut
3. Fleksikan dan dirotasikan ke medial dan lateral secara berulang-ulang sehingga dapat mengenali sulkus di antara kedua tuberositas.
4. Cegah komplikasi pada ekstremitas yang sakit, berikan latihan tiap hari
Implementasi
1. Telah dilakukan pemantauan dan dokumentasi kondisi dan penyebab cedera
2. Telah dilakukan pemasangan bebat atau balutan (mitella) pada ekstremitas yang terkena untuk mengatasi rasa nyeri dan mencegah terjadinya cedera yang lebih lanjut
3. Telah difleksikan dan dirotasikan ke medial dan lateral secara berulang-ulang sehingga dapat mengenali sulkus di antara kedua tuberositas.
4. Telah dilakukan pencegahan komplikasi pada ekstremitas yang sakit, dengan memberikan latihan tiap hari
Intervensi Diagnosa 2:
• Tujuan : Pasien memperlihatkan peningkatan kekuatan dan fungsi dalam melakukan aktivitas fisik, dengan kriteria hasil :
1. Peningkatan kekuatan otot
2. Bergerak dengan aktif tanpa nyeri
3. Tidak adanya keterbatasan gerakan.• Intervensi :
1. Kaji tingkat atau kemampuan untuk beraktifitas
2. Berikan lingkungan yang aman.
3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif secara bertahap.
4. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi, bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur.
5. Konsul dengan ahli terapi fisik/fisioterapi.
Implementasi
1. Telah dilakukan pengkajian tingkat atau kemampuan untuk beraktifitas
2. Telah diberikan lingkungan yang aman
3. Telah diberikan bantuan dengan rentang gerak aktif/pasif secara bertahap
4. Telah dilakukan pengubahan posisi pada pasien, dan telah diberikan bantuan pada pasien untuk bergerak di tempat tidur.
5. Telah dikonsultasikan dengan ahli terapi fisik/fisioterapi tentang kondisi klien.
Intervensi Diagnosis 3:
• Tujuan : Pasien memperlihatkan kemampuan untuk melakukan personal higiene secra mandiri, dengan kriteria hasil personal higiene pasien terpenuhi.
• Intervensi:1. Dorong pasien mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan cedera dan
masalah yang berhubungan dengan cara aktif. Dengarkan secara aktif2. Motivasi penggunaan mekanisme penyelesaian masalah secara adaptif.3. Libatkan orang terdekat pasien dan berikan dukungan jika diperlukan.4. Modifikasi lingkungan rumah jika diperlukan.5. Dorong klien berpartisipasi dalam pengembangan program terapi.6. Jelaskan berbagai program terapi.7. Dorong partisipasi aktivitas sehari-hari dalam batasan terapeutik.8. Ajarkan penggunaan modalitas terapi dan bantuan mobilisasi secara aman
dan lakukan supervisi agar pemakaiannya terjamin.9. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dirumah;
merencanakan regimen terapi, mengenali risiko masalah, mengenali situasi yang tidak aman, dan meneruskan supervisi kesehatan.
Implementasi
1. Telah dilakukan bantuan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan cedera serta masalah yang berhubungan dengan cara aktif antara perawat dengan pasien. Dengarkan secara aktif
2. Telah dilakukan motivasi penggunaan mekanisme penyelesaian masalah secara adaptif.
3. Telah meibatkan orang terdekat pasien dan telah diberikan dukungan jika diperlukan.
4. Telah dilakukan modifikasi lingkungan rumah jika diperlukan.
5. Telah dilakukan support pada klien untuk berpartisipasi dalam pengembangan program terapi.
6. Telah dilakukan penjelasan tentang berbagai program terapi.
7. Telah diberikan support partisipasi aktivitas sehari-hari dalam batasan terapeutik.
8. Telah diajarkan penggunaan modalitas terapi dan bantuan mobilisasi secara amandan Telah dilakukan supervisi agar pemakaiannya terjamin.
9. Telah dilakukan evaluasi kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri dirumah; merencanakan regimen terapi, mengenali risiko masalah, mengenali situasi yang tidak aman, dan meneruskan supervisi kesehatan.