Download - Sepsis Neonatorum 2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa perkembangan baru mengenai
definisi sepsis. Salah satunya menurut The International Sepsis Definition Conferences
(ISDC) sepsis adalah sindroma klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response
Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari
infeksi,SIRS, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian.
Sepsis ditandai dengan respon inflamasi sistemik dan bukti infeksi pada bulan
pertama kehidupan, berupa perubahan temperatur tubuh, perubahan jumlah leukosit,
takikardi, dan takipnea. Sedangkan sepsis berat adalah sepsis yang ditandai dengan hipotensi
atau disfungsi organ atau hipoperfusi organ.
Angka kejadian sepsis di Indonesia masih tinggi yaitu 8.7 sampai 30.29% dengan
angka kematian 11.56 sampai 49.9%. Sepsis merupakan penyebab kematian utama pada bayi,
insiden sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1.8 sampai 18 per 1000 kelahiran
hidup dengan angka kematian sebesar 12 sampai 68%, sedangkan di negara maju angka
kejadian sepsis berkisar antara 3 per 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10,3%.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN KEPANITERAAN KLINIK FK UNIVERSITAS TRISAKTI
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Nama Mahasiswa : Pembimbing :
NIM : 030.08.304 Tanda tangan:
IDENTITAS PASIEN
Nama : By. Ny S Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 1 hari Suku Bangsa : Indonesia
Tempat/Tanggal lahir : Jakarta/ 1 Juli 2013 Agama : Islam
Alamat : Perumahan Griya Bukit Jaya,
blok EG NO.8
.
Orang tua / Wali
Ayah :
Nama : Tn.D
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Alamat :Perumahan Griya Bukit
Jaya, blok EG NO.8
Pekerjaan :Karyawan swasta
Penghasilan : ±Rp 1.800.000,00
Ibu :
Nama : Ny.K
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Alamat :Perumahan Griya Bukit
Jaya, blok EG NO.8
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : -
Hubungan dengan orang tua : pasien merupakan anak kandung
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara antoanamnesis dengan ibu pasien yang mana :
Lokasi : Perinatologi lantai IV Timur
Tanggal / waktu : 2 Juli 2013 pk. 10.00 WIB
Tanggal masuk : 1 Juli 2013
Keluhan utama : menangis lemah/ merintih
Keluhan tambahan : gerakan kurang aktif
2
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien di bawa ke ruang Perinatologi kerana didapatkan tangisan yang lemah dan
merintih sejak ±2 jam setelah dilahirkan. Gerakan pasien juga terlihat tidak aktif. Yang mana
sebelumnya pasien dikatakan langsung nangis oleh ibu setelah dilahirkan namun tidak begitu
kuat. Saat pasien dibawa ke ruang perinatologi dilakukan tindakan resusitasi dengan Neopuff
dan selama tindakan resusitasi tanda vital pasien dimonitor. Namun setelah ± 30 menit
resusitasi dilakukan pasien terlihat masih merintih dan gerakan masih tidak aktif serta masih
terlihat sesak lalu di instruksikan untuk dilakukan pemasangan CPAP dengan FiO2 8-60%.
Lalu tanda-tanda vital serta klinis pasien tetap dipantau dan 30 menit kemudian pasien sudah
mulai menangis kuat dan udah ada sedikit gerakan yang aktif, sesak terlihat berkurang dan
saturasi Oksigen pasien mulai stabil yaitu 100%. Pasien terus dipantau di ruang perinatologi.
RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN
KEHAMILAN
Morbiditas kehamilan P1A0, Pre eklamsia berat pada ibu.
Perawatan antenatal Kontrol rutin ke puskesmas dan telah
mendapatkan suntikan TT
Tempat persalinan Kamar bersalin RSUD BA. Pada
tanggal 1-Juli-2013 jam 18.50wib.
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan
Lahir spontan pervaginam
Penyulit:
Ibu pasien dalam keadaan pre
eklampsia berat.
Ketuban pecah dini > 24 jam.
Ketuban hijau kental.
Masa gestasi Cukup bulan/ usia gestasi 37 minggu
Keadaan bayi Berat lahir : 2950 gr
Panjang lahir : 48 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Langsung menangis ( + ) namun lemah
Kemerahan ( + ), biru (-), kuning(-)
3
Nilai APGAR : 6/7
Kelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan / kelahiran : Pasien dilahirkan dalam kondisi disertai
penyulit di mana ibu pasien dalam keadaan pre eklampsia berat saat hamil dan ketuban pecah
dini > 24 jam sebelum lahir. Lalu didapatkan ketuban hijau kental. Pasien juga lahir dengan
langsung menangis namun lemah dan niai apgar : 6/7. Disimpulkan keadaan kehamilan dan
persalinan ibu kurang baik.
RIWAYAT PERKEMBANGAN
-
RIWAYAT MAKANAN
-
RIWAYAT IMUNISASI
-
RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
NoTanggal
lahir (umur)
Jenis
kelaminHidup
Lahir
matiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1.1 Juli 2013/ 1 hari Laki-laki + - - -
Asfiksia neonatorum
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. D Ny. S
Perkawinan ke- 1 (pertama) 1 (pertama)
Umur saat menikah 34 tahun 32 tahun
Pendidikan terakhir SMA SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - Pre eklamsia berat saat hamil
4
c. Riwayat Keluarga orang tua pasien
Ibu pasien menderita hipertensi dalam kehamilan sejak usia kehamilan 7 bulan. Ibu
pasien juga mengaku sering mengalami keputihan saat hamil namun ibu pasien tidak
berobat mengenai hal ini. Ibu pasien merasa gatal pada daerah kemaluan, keputihan
lengket berwarna putih, kadang berbau, dan ibu pasien menganti celana dalam 2-3x
perhari. Ibu pasien menyangkal tidak ada menderita penyakit selain dari yang telah
dinyatakan atau demam yang tinggi sepanjang hamil. Infeksi saluran kemih pada ibu
pasien juga disangkal.
Kesimpulan Riwayat Keluarga : pasien merupakan anak pertama dan ibu pasien
mempunyai beberapa faktor morbiditas saat hamil.
RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Perumahan : menumpang di rumah mertua.
Keadaan rumah : rumah pasien 1 lantai, dihuni sebelumnya oleh 4 orang terdiri dari 3 kamar
tidur, tembok terbuat dari batu bata, ubin dari keramik. Dan pencahayaan serta aliran udara
baik dengan jendela yang selalu terbuka kecuali saat hujan. Tiap kamar tidak mempunyai
jendela namun ada kipasnya. Mempunyai satu kamar mandi .
Daerah dan lingkungan : tinggal di daerah padat penduduk dan sumber air bersih dari PAM.
Sampah diambil petugas kebersihan 3 kali perminggu.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : baik.
RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp1.800.000,- /bulan.
Manakala ibu pasien tidak berkerja hanya ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien penghasilan
tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Kesimpulan sosial ekonomi: Cukup baik.
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 2 Juli 2013 jam 08.00 WIB)
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit berat, tangis lemah, gerakan kurang aktif.
Kesadaran : apatis.
Keadaan lain : anemis ( - ), ikterik ( - ), sianosis ( - ), dyspnoe ( + )
5
Kesan gizi : gizi cukup.
Data Antropometri
Berat Badan Lahir : 2.950 gr
Panjang badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar dada : 31.5 cm
T anda Vital
Nadi : 150x / menit, lemah, ekual kanan dan kiri.
Tekanan Darah : 50/24 mmHg
Nafas : 70 x / menit. takipnoe, tipe abdomino thorakal.
Suhu : 37.4 O C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
Saturasi O2 : 95 %
Ballard skor : usia gestasi 37 minggu
Downes skor :
Pemeriksaan Hasil Skor
Frekuensi napas 70 x/menit 1
Retraksi Retraksi ringan 1
Sianosis Tidak sianosis 0
Air entry Ada kemasukan udara 0
Merintih Terdengar merintih tanpa menggunakan stetoskop 2
Total : 4 (gangguan nafas sedang)
KEPALA : Normocephali, ubun-ubun besar terbuka.
RAMBUT : Rambut hitam halus, distribusi merata dan tidak mudah dicabut.
WAJAH : Wajah simetris saat statis maupun menangis, sianosis(-)
MATA :
Visus : tidak dinilai Ptosis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
6
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia
Posisi : : low set ear-/-
Recoil segera : +/+
Skin tags : +/+
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : +/+
Sekret : -/- Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/-
BIBIR : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)
MULUT :
trismus : -
langit-langit : normal
bau pernafasan :-
gigi geligi :-
LIDAH : normoglossia.
TENGGOROKAN : sulit dinilai.
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,
tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah.
THORAKS : bentuk normal, simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernafasan yang
tertinggaal, pernafasan abdomino thorakal, retraksi sela iga (+/+).
JANTUNG :
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Tidak dilakukan.
Perkusi Tidak dilakukan.
Auskultasi Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).
PARU :
Inspeksi Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (+)
Palpasi Vocal fremitus sulit dinilai.
Perkusi Tidak dilakukan.
Auskultasi Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
7
ABDOMEN :
Inspeksi perut rata, retraksi epigastrium (+), efloresensi pada kulit perut maupun
benjolan (-).
Palpasi Supel, tidak teraba adanya massa maupun pembesaran organ, nyeri tekan
sulit dinilai, turgor kulit baik.
Perkusi Tidak dilakukan.
Auskultasi Bising usus (+).
ANOGENITALIA : jenis kelamin laki-laki, anus (+), testis +/+.
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat ++ / ++
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot lemah lemah
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain oedem (-) oedem (-)
Sianosis (-) sianosis (-)
Kaki Kanan Kiri
Tonus otot melemah melemah
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain oedem (-) oedem (-)
Sianosis (-) sianosis (-)
8
TULANG BELAKANG : bentuk normal, tidak terdapat deviasi, ruam (-), lordosis (-), kifosis
(-), skoliosis (-), spina bifida (-).
KULIT : warna sawo matang merata, anemis (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik,
lembab, pengisian kapiler 3 detik.
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 1 Juli 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI
Leukosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
IT Ration
3.8 ribu/μL
17.0 g/dL
55%
127 ribu/ μL
0.06
9.4-34
15.2-23.6
44-72
229-553
<0.2
METABOLISME KARBOHIDRAT
Gula darah CITO 59 mg/dL 40-60
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV :
Screening/ Rapid test
Non reaktif Non reaktif
HEPATITIS
HBsAg kualitatif Non reaktif Non reaktif
AUTOIMMUNE
CRP kuantitatif 5* <5
IV. RESUME
Pasien bayi laki-laki usia 1 hari dibawa ke ruang Perinatologi RSUD BA dari kamar
bersalin dengan tangisan yang lemah dan merintih sejak ±2 jam setelah dilahirkan. Gerakan
pasien juga terlihat tidak aktif. Pasien dikatakan langsung nangis setelah lahir namun tidak begitu
kuat. Saat pasien dibawa ke ruang perinatologi dilakukan tindakan resusitasi dengan Neopuff
sambil dipantau tanda vital pasien. Kerana tidak menunjukkan perbaikan lalu di instruksikan
untuk dilakukan pemasangan CPAP dengan FiO2 8-60% sambil dipantau tanda-tanda vital serta
klinis pasien . 30 menit kemudian pasien sudah mulai menangis kuat dan sudah ada sedikit
gerakan yang aktif, sesak terlihat berkurang dan saturasi Oksigen pasien mulai stabil yaitu 100%.
Pasien terus dipantau di ruang perinatologi.
Pasien lahir spontan pervaginam pada tanggal 1 Juli 2013 jam 18.50 wib di kamar
bersalin RSUD BA. Lahir langsung menangis namun lemah, nilai apgar skor : 6/7. Berat badan
lahir: 2950gr, panjang badan: 48cm, lingkar kepala: 32cm, lingkar dada: 31.5 cm. Pasien
dilahirkan dalam kondisi disertai penyulit di mana ibu pasien dalam keadaan pre eklampsia berat
saat hamil usia 7 bulan dan ketuban pecah dini > 24 jam sebelum lahir. Lalu didapatkan ketuban
hijau kental saat lahir.
Ibu pasien juga mengaku sering mengalami keputihan saat hamil namun ibu pasien tidak
berobat mengenai hal ini. Ibu pasien merasa gatal pada daerah kemaluan, keputihan lengket
berwarna putih, kadang berbau, dan ibu pasien menganti celana dalam 2-3x perhari. Ibu pasien
menyangkal tidak ada menderita penyakit selain dari yang telah dinyatakan atau demam yang
tinggi sepanjang hamil. Infeksi saluran kemih pada ibu pasien juga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum: tampak sakit berat, tangis lemah,
gerakan kurang aktif. Kesadaran: apatis. Keadaan lain didapatkan dyspnoe ( + ), kesan gizi: gizi
cukup. Tanda-tanda vital didapatkan nadi: 150x / menit, lemah, ekual kanan dan kiri. Tekanan
Darah: 50/24 mmHg, frekuensi nafas : 70 x / menit (takipnoe), suhu: 37.4 O C, Saturasi O2: 95
% . Ballard skor : usia gestasi 37 minggu dan Downes skor : 4 (sesak nafas sedang). Ditemukan
adanya pernafasan cuping hidung dan retraksi sela iga (+). Ekstremitas : akral hangat, sianosis
(-).
Pada pemeriksaan laboratorium didaptkan leokopeni : 3.8 ribu/μL dan trombositopenia: 127
ribu/ μL. Pemeriksaan nilai CRP didapatkan dalam nilai batas yaitu 5. Manakala Anti HIV dan
HBsAg didapatkan non reaktif.
V. DIAGNOSIS BANDING
-Sepsis neonatorum
-Asfiksia neonatorum
-Transient Tachypnea of the newborn (TTN)
-Sindroma aspirasi mekonium
VI. DIAGNOSIS KERJA
-NCB SMK ,usia gestasi 37 minggu.
-Bayi Iahir spontan pervaginam dengan penyulit KPD >24jam dan pre eklampsia berat.
-Sepsis neonatorum
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Kultur darah : identifikasi bakteri atau jamur
Pemeriksaan hematologis
-H2TL, elektrolit, gula darah.
-Masa perdarahan
-fungsi ginjal
Pemeriksaan lain:
-C-reactive protein
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
-Di informasi dan edukasi mengenai kondisi pasien kepada orang tuanya.
-Dirawat dengan observasi ketat di ruang perinatologi
-Di observasi keadaan umum, klinis dan TTV pasien.
-Pasien dipuasakan dari asupan oral.
Medikamentosa
-O2 nasal low flow 1L/m
-Kebutuhan cairan :60cc/kgBB/h
-IVFD D10% 7.3cc/j
-Inj tazocin 2x150 mg
-inj gentamisin 1x15mg
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungtionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tgl S O A P
1/7/2013
Perawatan
hari 1
Usia =1 hari
Usia gestasi:
37 minggu
BB=2950gr
Jam
20.00wib
Tangis merintih
, lemah dan
gerakan kurang
aktif.
nafas terlihat
berat.
Ku: tampak sakit
berat, sianosis (-),
ikterik (-),
Kes: CM
T: 36.8°C
N: 136x/m
R : 69x/m
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (+/+)
Thorax : retraksi
dinding dada(+)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+), hepar
dan lien tidak teraba
membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
-NCB
SMK ,usia
gestasi 37
minggu.
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-Sindroma
gangguan
napas (SGN)
-O2 nasal low flow
1L/m
-Kebutuhan cairan :
60cc/kgBB/h
-IVFD D10% 7.3cc/j
-Inj tazocin 2x150
mg
-inj gentamisin
1x15mg
-kultur darah.
-sementara puasa.
- -
- -
Sianosis (-)
Downes skor: 4
2/7/2013
Perawatan
hari II
Usia:1 hari
BB =2900gr
Balance/12j
= -9cc
Dieresis =
0.7cc/
kgBB/j
Tangis kuat,
gerakan mulai
aktif. Nafas
masih terlihat
cepat.
Ku: tampak sakit
sedang, sianosis (-),
ikterik (-),
Kes: CM
T: 38.2°C
N: 147x/m
R : 98x/m
SpO2 : 100%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(+)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+), hepar
dan lien tidak teraba
membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
-NCB
SMK ,usia
gestasi 37
minggu.
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-Sindroma
gangguan
napas (SGN)
-CPAP FiO2 80%
Kebutuhan cairan:
60cc/kgBB/j
-IVFD D10% 7.3cc/j
-Inj tazocin
2x150 mg
-inj gentamisin
1x15mg
-coba minum 6x5
cc/ OGT
Jam
17.10wib
Jam
20.30wib
Jam
21.50wib
NGT berwarna
kemerahan, ±
3cc.
Tangis kuat,
gerakan aktif.
-
-kejang (+),
fokal pada kaki
sebelah kanan,
frekuensi <10x,
durasi ± 10”
Downes skor: 2
CRT <3”
GDS CITO 06.00:
78 mg/dl
Ku: tampak sakit
sedang, sianosis (-),
ikterik (-),
Kes: CM
TD:53/20 mmHg
T: 37.0°C
N: 160x/m
R : 90x/m
SpO2 : 97%
Hasil lab :
PT : 49.2 “
APTT: 105.5”
T: 38.6 °c
N: 161x/m
R: 86x/m
TD: 53/20 mmHg.
-perdarahan
gastrointestinal
-
-.
R/ Cek laboratorium
-faal hemostasis:
protrombin time
(PT).
Masa tromboplastin
(APTT).
-Sementara puasa
OGT terbuka.
Antibiotik diganti :
-inj meropenam
(40mg/KgBB)
2x118mg
-Rencana transfusi
Cryo : 3x30cc
FFP: 3x60cc
-Inj phental (20
mg/KgBB)
3/7/2013
Perawatan
hari III
Usia:2 hari
BB =2900gr
Balance/24j
= +71.14 cc
Duresis =
0.84cc/
kgBB/J
-Tangis kuat,
gerakan lemah,
-sesak (+).
-kejang tadi
pagi masih, 2x,
durasi ±3detik.
-NGT hijau
kekuningan.
Ku: tampak sakit
sedang, sianosis (-),
ikterik (-),
Kes: apatis
T: 36.7°C
N: 132x/m
R : 120x/m
TD: 64/21 mmHg.
SpO2 : 96%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(+)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+), hepar
dan lien tidak teraba
membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
Downes skor: 2
CRT 2”
NCB
SMK ,usia
gestasi 37
minggu.
- lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
-Kejang et
causa
hipokalsemia.
-CPAP FiO2 70%
Kebutuhan cairan:
80cc/kgBB/j
-bolus ca gluconas
15 cc + D5% 10cc
15 menit sambil
pantau TTV.
-Lanjutkan dengan
maintenance ca
gluconas 5cc/kgBB/
50cc NSD10%.
-inj Phental
4mg/kgBB/24jam
-inj meropenam
2x120 mg
R/ post transfusi 6
jam cek ulang PT,
APTT, Ca+ ion.
R/ tranfusi (II)- jam
18.00wib
Cryo 30cc
FFP 60cc
GDS CITO 06.00: 3-7-13
-85 mg/dl Ca+ ion : 0.70 mmol/L
Hb: 16.7 g/dL Ht: 52%
Leu: 4.3 ribu/uL Trom : 79 ribu/uL
S O A P
4-7-13
Perawatan
hari ke IV
Usia : 3 hari
Usia gestasi
37 minggu
BB: 2950gr
Balance
cairan/24J
Balance:
+55.24
Duresis:
0.84cc/kgbb
/J
-os mulai nafas
spontan dengan
NCPAP.
-OS terlihat
masih lemah,
jarang tangis.
Gerakan lemah.
Ku: tampak sakit
sedang, sianosis (-),
ikterik (-),
Kes: Apatis
T: 37.4°C
N: 136x/m
R : 90x/m
TD: 69/39 mmHg.
SpO2 : 93%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(+)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+), hepar
dan lien tidak teraba
membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
-NCB
SMK ,usia
gestasi 37
minggu.
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
FIO2 mulai diturun
bertahap 3 point 6-
10 jam.
-kebutuhan
cairan
:80cc/kgBB/hari
- IVFD ca gluconas
5cc/kgBB/ 50cc
NSD10%.
-IVFD KCl
2.3cc/kgBB
-inj Phental
4mg/kgBB/24jam
-inj meropenam
2x120 mg
-sementara puasa.
R/ tranfusi (III) jam
06.00
Cryo 30cc
FFP 60cc
-Post transfusi 6 jam
cek H2TL, PT,
APTT, Na+, K+, Ca+
ion, ureum,
Creatinin.
Sianosis (-)
Downes skor: 3
RR: 2, retraksi :1
CRT 2”
Hasil lab tanggal 4-7-13
GDS CITO: 62 mg/dL
Hb: 17.1 mg/dL
HT : 51%
Leu : 9.4 ribu/uL
Trom : 59* ribu/Ul
PT : 21.5”
APTT: 44.7”
Ureum: 44*mg/dL
Cr: 0.41 mg/dL
Na+ : 138 mmol/L
K+ : 2.7* mmol/L
Cl- : 102 mmol/L
Ca+ : 0.57*
mmol/L
S O A P
5-7-13
Perawatan
hari ke V
Usia :4 hari
BBL:2950gr
BBS:3200gr
Balance
cairan /24j
Balance :-
123.4cc/kgb
b
Duresis :3.6
cc/kgbb/J
-terlihat lemah.
-sesak(+)
Demam(-)
Sianosis (-)
Tangis lemah,
gerakan tidak
aktif.
Ku: tampak sakit
sedang, sianosis (-),
ikterik (-),
Kes: Apatis
T: 36.7°C
N: 128x/m
R : 102x/m
SpO2 : 92%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(+)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+), hepar
NCB
SMK ,usia
gestasi 37
minggu.
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
NCPAP FiO2 55%
Kebutuhan cairan :
100cc/kgbb/h
-IVFD Aminofusin
2gr 3cc/j
-IVFD NSD10% 7cc/j
-IVFD ca gluconas
7cc
-KCl
4cc/kgBB/50cc
-Transfusi FFP 60cc
/24J + lasix intra
FFP
-inj Phental
4mg/kgBB/24jam
-inj meropenam
2x120 mg
-coba minum 6x4cc
(ASI)
dan lien tidak teraba
membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
Downes skor: 4
RR: 2, retraksi :1
CRT 2”
GDS CITO: 71
mg/dl
R/ FFP 60cc(IV)jam
19.00wib.
6-7-13
Perawatan
hari ke-6
Usia: 5 hari
BBL:2950gr
BBS:3200gr
Balance
cairan/24ja
m
Balance: -
8.85cc/kgbb
Duresis:2.6c
c/kgbb/J
Os terlihat
kuning pada
kulit.
sianosis(-),
demam(-),
sesak masih.
Os tampak
lemah. Gerakan
kurang aktif.
Ku: tampak sakit
sedang, sianosis (-),
ikterik (+),
Kes: Apatis
T: 36.8°C
N: 112x/m
R : 84x/m
TD: 57/29
Sat O2 : 93%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(+)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
NCB
SMK ,usia
gestasi 37
minggu.
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
FiO2 35-40%
FiO2 turun 5 pont /6-
10 jam
Kebutuhan cairan :
110cc/kgBB/h
-AF STOP.
-NSD10%
303cc/h12.6cc/ja
m
-Ca gluconas 7cc:
3.2 cc/50
-KCl 4cc : 1.8/50cc
-inj Phental
4mg/kgBB/24jam
-inj meropenam
2x120 mg
-mi 8x5cc
Abdomen : buncit,
supel, bu(+), hepar
dan lien tidak teraba
membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
Downes skor: 4
RR: 2, retraksi :1
CRT 2”
GDS CITO: 67mg/dl
7-7-13
Perawatan
hari ke 7
Usia: 6hari
BBL:2959gr
BBS:3200gr
Balance
cairan/24j
Balance :
+96.1cc/kgb
b/j
Duresis:2.9c
c/kgbb/j
Ikterik (-)
Demam(-)
Sesak(+)
berkurang
Muntah (-)
Ku: tampak sakit
sedang, sianosis (-),
ikterik (-),
Kes: CM
T: 36.4°C
N: 112x/m
R : 84x/m
TD: 57/29
Sat O2 : 93%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(+)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
NCB
SMK ,usia
gestasi 37
minggu.
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
NCPAP FiO2 32%
FiO2 turun bertahap
2-3 point/6jam
Kebutuhan cairan
110cc/kgBB/h
-NSD10% 245cc/h
(10.2cc/j)
-AF 2gr 118cc/h
(4.9cc/j)
-ca gluconas 4.2cc
-KCl 2.4cc
-FFP terakhir jam
02.00wib stop
-mi 4x7- 4x9cc
(pantau toleransi)
R/cek
PT,APTT,GDS, Ca
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+), hepar
dan lien tidak teraba
membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
Downes skor: 4
RR: 2, retraksi :1
CRT 2”
ion,H2TL,Na,K,Cl
Hasil lab 7-7-13
GDS CITO: 79mg/dl
Leu :10.6 Hb:15.4 Ht: 47% Trom :38*
PT:19.2” * APTT: 43.3” *
Bilirubin total:4.31 Bilirubin direk:0.65
Ca ion:0.81*mmol/L
Na:140mmol/L K:3.5*mmol/L Cl: 97*mmol/L
8-7-13
Perawatan
hari ke 8
Usia:7hari
BBL:2950gr
BBS:3300gr
Ikterik (-)
Demam(-)
Sesak(+),
berkurang
Muntah (-)
Lemah (+)
Ku:tampak terbaring
lemah, ikterik (-),
sianosis(-)
Kes : CM
T: 36.8°C
N: 99x/m
R : 44x/m
Sat O2 : 98%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
NCB SMK
usia gestasi 37
minggu
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
NCPAP FiO2 8-25%
turun bertahap 2-3
point/ 6J
Kebutuhan cairan :
110cc/kgBB/h
NSD10% 10.2cc/j
AF 4.9cc/j
Ca gluconas
5cc/kgbb
Mi 4x11-13cc (SF)
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(-)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+) 4x/m,
hepar dan lien tidak
teraba membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
CRT <2”
GDS CITO:76mg/dl
(n)
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
9-7-13
Perawatan
hari ke9
Usia:8hari
BBL:2950gr
BBS:3000gr
Balance
cairan/24j
Balance:
Demam(-)
Sesak(-)
Muntah (-)
Namun os
masih sedikit
lemah.
Ku:tampak terbaring
lemah, ikterik (-),
sianosis(-)
Kes : CM
T: 37.0°C
N: 122x/m
R : 52x/m
Sat O2 :92- 95%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
NCB SMK
usia gestasi 37
minggu,
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
NCPAP FiO2 21%
(peep 7)
-Kebutuhan cairan
110cc/kgbb/h
-NSD10% 8CC/J
(GIR=4)
-AF 1gr 2.75cc/j
-Ca gluconas 2,8cc
-KCl : 1,1cc
-Inj meropenam
+191cc
Duresis: 2.3
cc/kgbb/J
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(-)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+) 4x/m,
hepar dan lien tidak
teraba membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
CRT <2”
Hasil kultur MO :
resistensi darah :
steril
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
3x120mg
-Phenobarbital (PO)
1x10mg
-Mi 4x15cc-17cc
(pantau)
10-7-13
Perawatan
hari 10
Usia: 9 hari
BBL:2950gr
BBS:3300gr
Balance
cairan/24j
Balance :
Demam(-)
Sesak(-)
Muntah (-)
Gerakan lemah.
Ku:tampak terbaring
lemah, ikterik (-),
sianosis(-)
Kes : CM
T: 36.5°C
N: 92x/m
R : 52x/m
Sat O2 : 98%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
NCB SMK
usia gestasi 37
minggu,
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-FiO2 flow 6-21%
-kebutuhan cairan
110cc/kgbb/h
-NSD10% 189/h: 7.8
CC/J (GIR=4)
-Ca gluconas
3,4cc/50cc
-KCl : 1,3cc/50cc
- Inj meropenam
3x120mg
+132,8cc
Duresis:
2,55cc/kgbb
/j
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(-)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+) 4x/m,
hepar dan lien tidak
teraba membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
CRT <2”
-FIRS suspek
sepsis
neonatorum
Phenobarbital (PO)
1x10mg
-HFN 4x19 @ 4x21
Rencana: dilakukan
kultur jamur.
11-7-13
Perawatan
hari 11
Usia:10 hari
BBL:2950gr
BBS:3300gr
Balance
cairan/24J
Balance:-
99.7cc
Duresis:3,90
0cc/kgbb/j
Demam(-)
Sesak(-)
Muntah (-)
Tangis kuat (+)
Gerakan mulai
aktif.
Ku:tampak terbaring
lemah, ikterik (-),
sianosis(-)
Kes : CM
T: 36.0°C
N: 136x/m
R : 42x/m
Sat O2 : 95%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(-)
-NCB SMK
usia gestasi 37
minggu,
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-sepsis
neonatorum
-kebutuhan cairan
120cc/kgBB/h
-AF 3,5gr 9.6cc/j
-minum 4x22-4x24
(pipet), pantau
toleransi
- Inj meropenam
3x120mg
Phenobarbital (PO)
1x10mg
Rencana cek Ca ion
Kultur jamur
dilaporkan tidak
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+) 4x/m,
hepar dan lien tidak
teraba membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
CRT <2”
Hasil lab:
Ca ion: 1.05*
mmol/L
bisa dilakukan.
12-7-13
Perawatan
hari ke 12
Usia:11hari
BBL:950gr
BBS:3400gr
Balance
cairan/24j
Balance:
+210
Duresis:
1.8cc/kgbb/J
Demam(-)
Sesak(-)
Muntah (-)
Tangis kuat (+)
Gerakan mulai
aktif.
Ku:tampak terbaring
lemah, ikterik (-),
sianosis(-)
Kes : CM
T: 37.0°C
N: 122x/m
R : 52x/m
Sat O2 : 95%
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(-)
-NCB SMK
usia gestasi 37
minggu
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-sepsis
neonatorum
Kebutuhan cairan
120cc/kgbb/h
-AF 5.5gr -9.6cc/j
- Inj meropenam
3x120mg
Phenobarbital (PO)
1x10mg
-mi 4x26, 4X28-
30cc (SF)
Mi oral:
61cc/kgbb
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
supel, bu(+) 4x/m,
hepar dan lien tidak
teraba membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
CRT <2”
13-7-13
Perawatan
hari 13
Usia:12hari
Usia
gestasi:37
minggu
BBL:2950gr
BBS:3300gr
Balance
cairan/24j: -
85
Duresis :3.7
2cc/kgbb/j
Demam(-)
Sesak(-)
Muntah (-)
Tangis kuat (+)
Gerakan aktif.
Ku:tampak terbaring
lemah, ikterik (-),
sianosis(-)
Kes : CM
T: 36.8°C
N: 106x/m
R : 56x/m
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
Thorax : retraksi
dinding dada(-)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
-NCB SMK
usia gestasi 37
minggu,
-lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-sepsis
neonatorum
Kebutuhan cairan:
120cc/kgbb/h
Mi 8x30cc
Rencana pulang
senin.
Abdomen : buncit,
supel, bu(+) 4x/m,
hepar dan lien tidak
teraba membesar.
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
CRT <2”
Hasil lab: 13-7-13
Leu:7.8ribu/uL Hb :13.6g/dL Ht :40% Trombosit: 149 ribu/uL *(229-553)
S O A P
15-7-13
Perawatan
hari 15
Usia:14hari
Usia
gestasi:37
minggu
BBL:2950gr
BBS:3300gr
Demam(-)
Sesak(-)
Muntah (-)
Tangis kuat (+)
Gerakan aktif.
Ku:tampak sakit
sedang, aktif,
ikterik(-), sianosis(-)
Kes : CM
T: 37.1°C
N: 120x/m
R : 92x/m
Kepala : normosefali
Mata : CA -/-, SI-/-
Hidung : nch (-/-)
bibir : kering(+)
Thorax : retraksi
dinding dada(-)
ringan.
SN vesikuler +/+,
whe -/-, rh -/-.
BJ I/II reg, m-,g-
Abdomen : buncit,
NCB SMK
usia gestasi 37
minggu
--lahir spontan
pervaginam
dengan
penyulit KPD
>24jam dan
pre eklampsia
berat.
-Sepsis
neonatorum
-mi ondemand
Rencana pulang
berobat jalan hari
ini.
supel, bu(+) 3x/m,
Ekstremitas : akral
hangat
- -
- -
Sianosis (-)
CRT <2”
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, awalnya pasien mengalami gangguan napas yang disebut Sindroma
Gangguan Napas (SGN) atau RDS, (Respiratory Distress Syndrome). Di mana gangguan napas
merupana suatu keadaan meningkatnya kerja pernafasan yang ditandai oleh bebrapa kriteria dan
pada pasien ini adanya:
a) Takipnea : frekuensi napas > 60x/menit
b) Retraksi sela iga interkostal (+) sepanjang inspirasi.
c) Ditemukan adanya pernafasan cuping hidung
d) Pasien terdengar merintih atau grunting saat inspirasi.
Semua gejala berikut sudah mulai terjadi jam jam pertama sesudah pasien lahir di mana
adanya gejala distress respirasi (takipnea, retraksi, napas cuping hidung, dan grunting).Dan
gejala ini menetap pada beberapa jam setelah lahir , yang merupakan indikasi adanya gangguan
napas atau distress respitasi yang sangat memerlukan tindakan lanjutan segera. Dan setelah
dievaluasi gawat nafas pada pasien mengikut Downes Skor memberi nilai 4 pada awalnya yang
mana termasuk dalam gangguan nafas sedang.
Maka pada pasien telah dilakukan tindakan awal berupa tindakan resusitasi dan dimonitor
keadaan umum serta tanda-tanda vital pasien. Pasien diputuskan untuk di tindak lanjut dengan
dirawat di ruang Perinatologi dengan diobservasi ketat kondisi pasien.
Pada pasien ditemukan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) atau
Fetal Inflammatory Response Syndrome (FIRS) dan infeksi apabila pasien tetap mengalami
perburukan gangguan nafas akut serta perdarahan pada lambung. Di mana merupakan salah satu
tanda telah terjadinya perubahan system hematologik dan mungkin sistem yang lain. The
International Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), menyatakan bahawa sepsis adalah
sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi.
Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat,
renjatan/syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian. SIRS/FIRS merupakan
gambaran klinis infeksi dengan respon sistemik yang pada stadium lanjut menimbulkan
perubahan fungsi berbagai organ tubuh yang disebut Multi Organ Dysfunction Syndrome
(MODS).
Pada pasien diduga terjadinya sepsis awitan dini yang mana sepsis awitan dini terjadinya
infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya
diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Kemungkinan besar infeksi terjadi sewaktu
pasien masih didalam kandungan (fetal state), kerana terjadinya penjalaran infeksi kuman
vagina-ascending infection- dari ibu yang terinfeksi. Bisa juga akibat kuman dari luar kerana
pada pasien juga terjadinya ketuban pecah dini >24 jam sebelum kelahirannya.
Pada pasien diduga terjadinya infeksi intranatal yang mana pada umumnya merupakan
infeksi asendens yaitu infeksi yang berasal dari vagina dan serviks. Di tamabah adanya faktor
risiko dari ibu yaitu ketuban pecah dini > 24jam maka kuman dari serviks dan vagina menjalar
ke atas dan dapat menyebabkan korionitis dan amnionitis. Akibat korionitis, maka infeksi
menjalar terus melalui umbilikus dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan
amnionitis dan liquor amnion yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus
digestivus janin sehingga menyebabkan infeksi disana.
Dari gejala klinis pasien tidak khas dan tidak spesifik kepada sepsis namun cenderung
mengarah ke sepsis yaitu adanya gawat nafas yang mana menunjang 90% sepsis pada
neonatorum, berupa takipnea dan retraksi dada. Kemudian adanya tanda-tanda gangguan
hematologik, kejang, letargi , kurang gerakan aktif dan lemah serta penurunan kesedaran.
Hasil laboratorium pada pasien yang mengindikator sepsis :
Leokopenia dimana sel darah putih <5.000. Pada pasien 3.8 ribu/μL pada awalnya namun
lama kelamaan nilai leukosit meningkat perlahan-lahan seiring dengan perbaikan klinis pasien
sehinga kadar terakhir leukosit dicapai adalah 7.8ribu/uL. Kemudian adanya trombositopenia:
127 ribu/ μL.
Pemeriksaan nilai CRP didapatkan dalam nilai batas yaitu 5. Dimana peningkatan nilai
CRP sering pada sepsis neonatorum sekitar 97-100%. Namun selalunya tidak memberikan hasil
yang signifikan pada awalnya yang mana sensitivitas saat awal hanya sekitar 60%. Sebaiknya
dilakukan test ulang yang mana sensitivitas meningkat hingga 84%. Gangguan hematologi
dimana pemanjangan masa perdarahan. Ini merupakan salah satu respon sistemikpada keadaan
FIRS/SIRS. Ditemukan hipokalsemia yang mengakibatkan terjadinya kejang-kejang pada pasien.
Pada pasien telah dilakukan kultur darah pada hari pertama dirawat untuk
mengidentifikasi kuman penyebab namun hasinya steril dan sempat di anjurkan melakukan
kultur jamur pada pasien. Kultur jamur merupakan pemeriksaan baku emas diagnostic
bakterimia. Kesimpulan, pada pasien menunjukkan gejala klinis infeksi dan telah terjadinya
gangguan beberapa sistem tubuh. Dan walaupun hasil kultur darah didapatkan steril masih tidak
bisa menyingkirkan tidak terjadinya sepsis pada pasien ini kerana uji kultur darah hanya
memegang 2-25% keberhasilan pada bayi yang dicurigai sepsis pada klinisnya. Sedangkan gejala
klinis dan pemeriksaan yang lain menunjang ke arah sepsis neonatorum awitan dini.
Tatalaksana
i) Pemasangan CPAP dilakukan pada pasien ini di mana CPAP itu sendiri merupakan suatu
alat untuk mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonates selama pernapasan
spontan. Dan pada pasien dipasang atas indikasi:
a) Frekuensi napas >60 menit
b) Merintih (grunting) dalam derajat sedang
c) Adanya retraksi dinding dada.
Selama pemasangan tersebut dipantau beberapa hal yaitu:
a) Respirasi: frekuensi napas, merintih, retraksi, dan napas cuping hidung.
b) Suhu juga diukur dengan benar.
c) Dinilai perfusi sentral dan perifer pasien serta tekanan darah .
d) Nilai ada atau tidak kelainan neurologis.
e) Memantau saturasi.
Setelah pasien dilihat dan dinilai dapat bernafas dengan lebih baik dan terjadi penurunan
frekuensi nafas dan retraksi maka kadar FiO2diturunkan secara bertahap 2-5 % hingga menjadi
sekitar 25%. Dan CPAP dilepas secara berperingkat.
ii) Pemilihan antibiotik
Pemberian antibiotik pada awalnya biasanya disesuaikan berdasarkan prevelansi kuman
penyebab tersering sepsis di wilayah tersebut.
iii) Tindakan transfusi
Diberikan tranfusi FFP dan cyropresipitat untuk mengatasi gangguan koagulasi yang terjadi.
Pemilihan FFp dikatakan bukan sahaja mengandungi faktor koagulasi malah juga
mengandungi antibody, komplemen, dan protein lain.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Sepsis
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah atau
jaringan lain atau dapat dikatakan suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan tersebut.
Septikemia adalah penyakit sistemik yang berhubungan dengan adanya dan bertahannya
mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah. Bakteremia adalah adanya bakteri di
dalam darah. Viremia adalah adanya virus di dalam darah.(1)
Defenisi Sepsis Neonatorum
Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan
diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama kehidupan.Dalam sepuluh tahun terakhir terdapat
beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis. Salah satunya menurut The International
Sepsis Definition Conferences (ISDC,2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses
berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/syok septik, disfungsi
multiorgan, dan akhirnya kematian.(1)
Klasifikasi Sepsis Neonatorum
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatorum dapat diklasifikasikan menjadi dua
bentuk yaitu sepsis neonatorum awitan dini (early- onset neonatal sepsis ) dan sepsis
neonatorum awitan lambat ( late - onset neonatal sepsis).Sepsis awitan dini (SAD) merupakan
infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode pascanatal (kurang dari 72 jam) dan biasanya
di peroleh pada saat proses kelahiran atau in utero. Incidence rate sepsis neonatorum awitan
dini adalah 3,5 kasus per 1.000 kelahiran hidup dan 15- 50% pasien tersebut meninggal. Sepsis
awitan lambat (SAL) merupakan infeksi pascanatal (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari
lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). Proses infeksi pasien semacam ini
disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal. Angka mortalitas SAL lebih rendah daripada
SAD yaitu kira- kira 10 -20%. SAD sering dihubungkan dengan infeksi intranatal, sedangkan
SAL sering dihubungkan dengan infeksi postnatal terutama nosokomial. Tabel di bawah ini
mencoba menggambarkan klasifikasi sepsis berdasarkan awitan dan sumber infeksi.(2)
Faktor Resiko
Terjadinya sepsis neonatorum dipengaruhi oleh faktor resiko pada ibu, neonatal dan lain-
lain. Antara faktor resiko ibu ialah ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila
ketuban pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila
disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4 kalinya. Infeksi dan demam
(>38°C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina
oleh Streptokokus grup B (SGB), kolonisasi perineal oleh E. coli , dan komplikasi obstetrik
lainnya. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau. Status paritas (wanita multipara atau gravida
lebih dari 3 kali) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun) . Persalinan dan
kehamilan kurang bulan. Status sosial - ekonomi ibu, ras, dan latar belakang mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi. Ibu yang berstatus sosio - ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya yang padat dan tidak higienis. Antara faktor resiko pada
neonatal pula ialah p rematuritas dan berat badan lahir rendah (<2 500 gram). Umumnya
imunitas bayi BBLR dan tidak cukup bulan lebih rendah daripada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah
lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia
berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. BBLR ini sangat mudah mengalami
infeksi. Hal ini berhubungan dengan keadaan imunoglobulin yang masih rendah, aktivitas
bakterisidal, neutrofil serta efek sitotoksik limfosit masih rendah. Resusitasi pada saat kelahiran,
misalnya pada bayi yang mengalami fetal distress dan trauma pada proses persalinan. Prosedur
invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator, kateter, infus, pembedahan, akses vena
sentral, kateter intratorakal. Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli ),
defek imun, atau asplenia. Bayi mengalami cacat bawaan. Bayi yang tidak diberi air susu ibu
( ASI) . Pemberian nutrisi secara parenteral pada bayi . Perawatan di bangsal intensif bayi
baru lahir yang terlalu lama. Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang overcrowded dan bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi daripada bayi berkulit putih.(3)
Antara faktor resiko lain - lain ialah beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa sepsis
neonatorum lebih sering terjadi pada bayi laki- laki daripada perempuan, pada bayi kulit hitam
daripada kulit putih, pada bayi dengan status ekonomi rendah, dan sering terjadi akibat prosedur
cuci tangan yang tidak benar pada tenaga kesehatan maupun anggota keluarga pasien, serta
buruknya kebersihan di Neonatal Intensive Care U nit (NICU).(2)
Semua faktor - faktor di atas sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan masih
menjadi masalah sampai saat ini. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab tidak adanya
perubahan pada angka kejad ian sepsis neonatal dalam dekade terakhir ini. Faktor - faktor resiko
ini walaupun tidak selalu berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus
terutama bila disertai gambaran klinis.
Patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena
terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan beberapa
faktor anti infeksi dari cairan amnion. Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal
dan pascanatal. Lintasinfeksi perinatal dapat digolongkan sebagai berikut(1)
a) Infeksi Antenatal .
Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta, kuman berasal dari ibu, kemudian
melewati plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi bayi. Infeksi
bakteri antenatal antara lain oleh Streptococcus Group B. Penyakit lain yang dapat melalui lintas
ini adalah toksoplasmosis, malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi tranplasenta biasanya selain
skrining untuk sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes ).
b) Infeksi Intranatal
Infeksi intranatal
pada umumnya merupakan
infeksi asendens yaitu
infeksi yang berasal
darivagina dan serviks.
Karena ketuban pecah dini
maka kuman dari serviks
dan vagina menjalar ke atas
menyebabkan korionitis
dan amnionitis. Akibat
korionitis, maka infeksi
menjalar terus melalui
umbilikus dan akhirnya ke bayi. Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor amnion
yang terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus digestivus janin sehingga
menyebabkan infeksi disana.
Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat melewati jalan lahir
melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada umumnya infeksi ini adalah akibat kuman Gram
negatif yaitu bakteri yang menghasilkan warna merah pada pewarnaan Gram dan kandida.
Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat
bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat
mengkontaminasi bayi selama melahirkan.
c) Infeksi Pascanatal
Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang diperoleh bayi dari
lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh alat - alat, sarana perawatan dan oleh
yang merawatnya. Kuman penyebabnya terutama bakteri, yang sebagian besar adalah bakteri
Gram negatif. Infeksi oleh karena kuman Gram negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu
intranatal dan pascanatal.
Lintas infeksi perinatal dapat dilihat pada gambar berikut:
Bila paparan kuman ini berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi respons tubuh
yang berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh. Berbagai reaksi tubuh yang ter jadi akan
memperlihatkan pula bermacam gambaran gejala klinis pada pasien. Tergantung dari perjalanan
penyakit, gambaran klinis yang terlihat akan berbeda. Oleh karena itu, pada penatalaksanaan
selain pemberian antibiotika, harus memperhatikan pula gangguan fungsi organ yang timbul
akibat beratnya penyakit.
Manifestasi Klinik
Gambaran klinis pasien sepsis neonatus tidak spesifik. Gejala sepsis klasik yang
ditemukan pada anak jarang ditemukan pada neonatus, namun keterlambatan dalam menegakkan
diagnosis dapat berakibat fatal bagi kehidupan bayi. Gejala klinis yang terlihat sangat
berhubungan dengan karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya
kuman.
Janin yang terkena infeksi akan menderita takikardia, lahir dengan asfiksia dan
memerlukan resusitasi karena nilai Apgar rendah. Setelah lahir, bayi tampak lemah dan tampak
gambaran klinis sepsis seperti hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang- kadang
hiperglikemia, tampak tidak sehat dan malas minum. Selanjutnya akan terlihat berbagai kelainan
dan gangguan fungsi organ tubuh. Selain itu, terdapat kelainan susunan saraf pusat (letargi ,
refleks hisap buruk, menangis lemah kadang - kadang terdengar high pitch cry, bayi menjadi
iritabel dan dapat disertai kejang), kelainan kardiovaskular (hipotensi, takikardi, bradikardi,
pucat, sianosis, dingin dan clummy skin). Bayi dapat pula memperlihatkan kelainan
hematologik (ikterus, splenomegali, petekie, dan pendarahan), kelainan gastrointestinal (distensi
abdomen, anoreksia, muntah, diare dan hepatomegali), ataupun gangguam respirasi (apnea,
dispnea, takipnea, napas cuping hidung, merintih dan sianosis).
Selain itu, menurut Buku Pedoman Integrated Management of Childhood Illnesses
tahun 2000 mengemukakan bahwa kriteria klinis Sepsis Neonatorum Berat bila ditemukan satu
atau lebih dari gejala- gejala berikut ini: l aju napas > 60 kali per menit, retraksi dada yang
dalam , cuping hidung kembang kempis ,bayi merintih , ubun - ubun besar membonjol, bayi
mengalami k ejang, keluar pus dari telinga , kemerahan di sekitar umbilikus yang melebar ke
kulit, s uhu >37,7°C (atau akral teraba hangat) atau < 35,5°C (atau akral teraba dingin) , letargi
atau tidak sadar, penurunan aktivitas atau gerakan, tidak dapat minum,t idak dapat melekat pada
payudara ibudan tidak mau menetek.(3)
Bervariasinya gejala klinik ini merupakan penyebab sulitnya diagnosis pasti pada pasien.
Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan
khusus lainnya perlu dilakukan.
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Berbagai penelitian dan pengalaman para ahli telah digunakan untuk menyusun kriteria
sepsis neonatorum ini baik berdasarkan anamnesis (termasuk adanya faktor resiko ibu dan
neonatus terhadap sepsis), gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Kriteria sepsis ini
berbeda tergantung pada karakteristik kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya
kuman ini. Kriteria sepsis juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Bagi
pemeriksaan penunjang dilakukan berbagai pemeriksaan termasuk pemeriksaan darah rutin
untuk memeriksa hemoglobin (Hb), leukosit, trombosit, laju endap darah (LED), Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase(SGOT), dan Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase(SGPT). Analisa kultur urin dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi kuman. Laju endah darah, dan protein reaktif - c (CRP) akan meningkat
menandakan adanya inflamasi. Tetapi sampai saat ini pemeriksaan biakan darah merupakan baku
emas dalam menentukan diagnosis sepsis.
Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil biakan baru akan diketahui dalam
waktu minimal 3- 5 hari. Hasil kultur perlu dipertimbangkan secara hati - hati apalagi bila
ditemukan kuman yang berlainan dari jenis kuman yang biasa ditemukan di masing - masing
klinik. Kultur darah dapat dilakukan baik pada kasus sepsis neonatorum awitan dini maupun
lanjut.
Penatalaksanaan
Penanganan sepsis dilakukan secara suportif dan kausatif. Tindakan suportif antara lain
ialah dilakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa, koreksi jika terjadi hipovolemia,
hipokalsemia dan hipoglikemia, atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolik, awasi adanya
hiperbilirubinemia dan pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi
enteral. Tidakan kausatif dengan pemberian antibiotik sebelum kuman penyebab diketahui.
Biasanya digunakan golongan penicilin seperti ampicillin ditambah aminoglikosida seperti
gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di
ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan
aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didapat hasil biakan dan uji sistematis,
diberikan antibiotik yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10 - 14 hari, bila terjadi meningitis,
antibiotik diberikan selama 14- 21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis.
Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain ialah meningitis,neonatus dengan meningitis
dapat menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan/atau leukomalasia peri ventrikular,hipoglikemia,
asidosis metabolik,koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial dan pada
sekitar 60 % keadaan syok septik akan menimbulkan komplikasi Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS). Selain itu ada komplikasi yang berhubungan dengan penggunaan
aminoglikosida, seperti ketulian dan/atau toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat gejala sisa
atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai dengan
retardasi mental dan komplikasi kematian.
Prognosis
Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 - 40 %. Angka tersebut berbeda-
beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen etiologik, derajat prematuritas bayi,
adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai da n keadaan ruang bayi atau unit
perawatan. Angka kematian pada bayi BBLR adalah 2 kali lebih besar. Dengan diagnosis dini
dan terapi yang tepat, prognosis pasien baik; tetapi bila tanda dan gejala awal serta faktor resiko
sepsis neonatorum terlewat, akan meningkatkan angka kematian. Pada meningitis terdapat
sequele pada 15 - 30% kasus neonates Rasio kematian pada sepsis neonatorum 2 –4 kali lebih
tinggi pada bayi kurang bulan dibandingkan bayi cukup bulan. Rasio kematian pada sepsis
awitan dini adalah 15 – 40 % (pada infeksi SGB pada SAD adalah 2 – 30 %) dan pada sepsis
awitan lambat adalah 10 – 20 % (pada infeksi SGB pada SAL kira – kira 2 %).
DAFTAR PUSAKA
1. Sholeh.M, Yunanto.A, Dewi.R. Sepsis Neonatorum. Buku Ajar Neonatologi. Jilid 1,
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2012:170-185.
2. Sholeh.M, Yunanto.A, Dewi.R. Sepsis Neonatorum. Buku Ajar Neonatologi. Jilid 1,
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2012:170-185.
3. Sepsis Neonatorum. Paket Pelatihan PONEK. Asuhan Neonatus Essential Jakarta: Badan
Penerbit IDAI: 2012: 215-219.
4. Indrasanto.E, Dharmasetiawani.N, Rohsiswatmo.R. Pemeriksaan Fisik Neonatus.Modul
Asuhan Neonatus Essential, Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2012
5. Indrasanto.E, Dharmasetiawani.N, Rohsiswatmo.R. Tatalaksana Cairan dan Elektrolit
pada Neonatus.Modul Asuhan Neonatus Essential, Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2012
6. Wiliam W. Current Pediatriv Diagnosis & Treatment. 21st edition. USA: Mac Graw-Hill
Education.2012.
7. Diakses di http://www.slideshare.net/alunand350/2neonatal-sepsis-ponek