Download - Simulasi Kasus
Simulasi Kasus
FARINGITIS AKUT
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian
Ilmu Farmasi Kedokteran
Oleh :
Austin Bertilova CarmelitaI1A000062
Pembimbing :
Dr.H.M. Bakhriansyah, M.Kes
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATFAKULTAS KEDOKTERANLABORATORIUM FARMASI
BANJARBARU
Januari, 2006
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Amerika Serikat diperkirakan tiap anak mengalami lebih dari 5 kali
infeksi pada saluran napas atas tiap tahun dan mengalami rata-rata 1 kali infeksi
streptococcus tiap 4 tahun. Pada orang dewasa, angka kejadiannyaa kira-kira
separuh dari kejadian pada anak. Di dunia, insidensi faringitis lebih tinggi. (1)
Faringitis lebih sering terjadi pada anak, puncak insiden ter jadi pada usia
4-7 tahun. Faringitis terutama yang disebabkan oleh Streptococcus -hemolyticus
group A sering terjadi pada usia 5-15 tahun dan jarang pada anak usia dibawah 3
tahun. Pada usia dibawah 3 tahun penyebab utamanya adalah virus. (1,2,3)
Satu dari 400 kasus infeksi Streptococcus -hemolyticus group A yang
tidak diobati akan menjadi demam rematik akut. Gejala sisa yang lain adalah
glomerulonefritis, abses peritonsiler. Kematian akibat faringitis jarang terjadi tapi
dapat disebabkan oleh komplikasi dari faringitis. (1)
1.2 Definisi
Faringitis akut adalah suatu infeksi atau iritasi akut pada faring (orofaring
dan atau nasofaring) dan atau tonsil. (1,2)
1.3 Etiologi
Secara umum penyebab faringitis adalah virus (terbanyak) dan bakteri.
(1,2,3) Virus-virus penyebab faringitis adalah adenovirus (5%), herpes simpleks
(<5%), virus coxsackie (<5%), virus Epstein-Barr, Cytomegalovirus, (1,2,3,4,5)
1
respiratory syncytial virus, rhinovirus, virus parainfluenza (2,3) virus influenza,
virus corona, virus rubella (5).
Bakteri-bakteri penyebab faringitis adalah Streptococcus -hemolyticus
group A (15 % dari semua faringitis), streptococcus group C, F dan G (10%),
Arcanobacteriuym (Corynebacterium) haemolyticus (5%), Mycoplasma
pneumonia, Chlamydia pneumonia (5%), Neisseria gonorrhoeae,
Corynebacterium diptheriae, Borrelia sp., Francisella tularensis, Yersenia sp. dan
Corynebacterium ulcerans.(1,2,3,4,6,7)
Penyebab lain faringitis adalah Candida sp., udara panas, alergi/post nasal
drip, gastroesophageal reflux disease (GERD), asap, neoplasia dan intubasi
endotrakea. (1)
1.4 Patogenesis
Pada faringitis akibat infeksi terjadi invasi langsung ke mukosa faring baik
disebabkan bakteri atau virus menyebabkan respon inflamasi lokal. Virus yang
lain seperti rhinovirus menyebabkan iritasi mukosa faring dan menyebabkan
sekresi nasal. (1)
Pada infeksi streptococcus secara khas ditandai invasi lokal dan pelepasan
toksin ekstra selular dan protease. Sebagai tambahan, fragmen M protein pada
serotipe tertentu Streptococcus -hemolyticus group A mirip dengan antigen
sarkolemma miokardium dan berhubungan dengan demam rematik dan
selanjutnya menyebabkan kerusakan katup jantung. Glomerulonefritis akut dapat
disebabkan oleh deposisi kompleks antigen-antibodi pada glomerulus.(1)
1.5 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
2
Anamnesa
Secara klinis sulit untuk membedakan faringitis virus atau faringitis yang
disebabkan oleh Streptococcus -hemolyticus group A. Namun, dibawah ini akan
dijabarkan gambaran klinis klasik yang diharapkan dapat membantu.
faringitis akibat Streptococcus -hemolyticus group A (1,2,3,6,7)
- paling sering terjadi pada usia 4-7 tahun (1), 5-15 tahun (2)
- ditemukan demam dengan disertai gejala dan tanda nyeri
tenggorokan, nyeri menelan, sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut, tonsil
dan atau faring eritem dengan atau tanpa eksudat. Tanpa batuk atau koriza.
faringitis virus (1,2,3,5,7)
- sering pada anak diawah 3 tahun
- tanpa demam, ditemukan tanda dan gejala nyeri tenggorokan, nyeri
menelan, batuk, koriza.
Pemeriksaan Fisik
pada faringitis akibat Streptococcus -hemolyticus group A dapat
ditemukan :(1,2,3,7)
- pembesaran kelenjar limfe leher
- eksudat pada tonsilofaringeal
- petikie pada tonsilofaringeal/palatal
- uvula yang bengkak kemerahan
- bercak skarlantinaform
- bising jantung, jika terjadi demam rematik
faringitis virus (1,2,3,7)
3
- dapat ditemukan adenopati generalisata.
- konjungtivitis, sclera ikterus
- rhinorea
- stomatitis anterior, lesi ulserasi yang diskret,
- eksantema virus, bercak kemerahan makulopapular
- diare
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Tanda dan gejala faringitis bakterial (paling sering Streptococcus -
hemolyticus group A) dan faringitis virus sering tumpang tindih. Oleh karena itu,
diagnosis faringitis bacterial (Streptococcus -hemolyticus group A) ditegakkan
dari epidemiologi, manifestasi klinik (anamnesa dan pemeriksaan fisik) dan
pemeriksaan laboratorium.(2)
Kultur Usap Tenggorok
Kultur usap tenggorok yaitu dengan menanam usap tenggorok pada media
agar darah domba, dilakukan untuk penegakan diagnosis pasti faringitis akibat
Streptococcus -hemolyticus group A. Pada pasien yang terinfeksi Streptococcus
-hemolyticus group A yang tidak diobati, dengan pengambilan sampel yang baik
hasil kultur hampir selalu positif. Tingkat sensitivitasnya adalah 90-95%. Kultur
usap tenggorok diinkubasi pada suhu 35-37 0 C dapat dibaca dalam 24 jam, jika
negatif, inkubasi ditambah 24 jam lagi. Hasil negatif, membenarkan terapi tanpa
antibiotik. (2)
Tapi kultur tidak bisa membedakan antara infeksi Streptococcus -
hemolyticus group A akut dengan carier yang disertai infeksi virus. Untuk
4
membedakan Streptococcus -hemolyticus group A dengan Streptococcus -
hemolyticus group yang lain sering digunakan tes disk bacitracin. Streptococcus
-hemolyticus group A membentuk zona inhibisi disekeliling disk yang
mengandung 0,04 unit bacitracin. Deteksi langsung antigen berupa karbohidrat
dinding sel yang spesifik untuk tiap group streptococcus merupakan identifikasi
yang lebih akurat. (2)
Rapid Antigen Detection Test (RADTs)
Di negara maju, lebih dahulu dilakukan rapid antigen detection test
terhadap antigen Streptococcus -hemolyticus group A. Tingkat spesifisitasnya >
95% dan sensitivitasnya 80-90%. Metode tes bervariasi, pada awalnya RADTs
berdasarkan metode lateks aglutinasi yang kurang sensitif, metode terbaru
berdasarkan tehnik EIA. Jika positif langsung diterapi dengan antibiotik, namun
jika negatif dikonfirmasi dengan kultur usap tenggorok.(1,2,3,7)
Streptococcal Antibody Test
Titer antibodi terhadap streptococcus menggambarkan status imunologis
yang lalu/kronis, bukan menggambarkan status imunologis sekarang ini sehingga
tidak bermakna untuk menegakkan diagnosa untuk faringitis akut. Pemeriksaan
ini berguna untuk mengkonfirmasikan adanya infeksi streptococcus di masa lalu
pada pasien demam reumatik akut atau glomerulonefritis akut. Pemeriksaan
antibodi yang umum adalah Antistreptolysin O (ASO) dan
Antideoksiribonuklease B (anti-Dnase B). Jika ASO negatif baru dilakukan Anti-
Dnase. Peningkatan titer untuk kedua tes bisa bertahan beberapa minggu sampai
5
beberapa bulan. Titer ASO meningkat dan menurun lebih cepat dari anti –DNase
B. (2,7)
Secara skematis alur diagnosa faringitis adalah sebagai berikut : (2)
Gambaran epidemiologi dan manifestasi klinis
Tidak dicurigai faringitis Kemungkinan Streptococcus Streptococcus -hemolyticus -hemolyticus group AGroup A
Terapi simptomatik Kultur Rapid antigen Usap tenggorok detection test
Terapi antibiotik
1.7 Pengobatan
Pengobatan faringitis tergantung penyebabnya serta gejala yang
ditimbulkannya.
Antibiotik
Pemberian terapi antibiotik secara empiris jika manifestasi klinis
mengarah pada infeksi akibat Streptococcus -hemolyticus group A dan pada hasil
kultur usap tenggorok yang positif (1,2,3,7)
Obat pilihan untuk kasus faringitis akibat Streptococcus -hemolyticus
group A adalah penisilin karena terbukti ampuh, aman, spektrum sempit dan
murah. Eritromisin merupakan alternatif utama untuk pasien dengan riwayat
6
alergi penisilin. Sefalosporin generasi pertama atau kedua juga dapat diberikan
pada pasien dengan riwayat alergi penisilin.(2,3,7)
Berikut adalah antibiotik yang bisa dipakai pada pengobatan faringitis : (1)
1. Nama obat Penisilin G benzantin
Farmakodinamik Penisilin menghambat biosintesis mukopeptida dinding sel. Bersifat bakterisidal terhadap organisme yang sensitif ketika dicapai konsentrasi yang adekuat dan paling efektif selama fase multipikasi aktif. Masih merupakan obat pilihan pertama (DOC) pada faringitis akibat streptococcus walaupun 10-16% sudah resisten penisilin. Penisilin IM merupakan satu-satunya antibiotik yang memperlihatkan kemampuan untuk menurrunkan risiko demam rematik (dari 4,1% menjadi 0,39%)
Dosis Dewasa : 1,2 juta unit IM (dosis tunggal)
Anak-anak : 50.000 unit/kg IM, tidak boleh lebih dari 1,2 juta unit
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Probenesid dapat meningkatkan efek penisilin. Pemberian bersama tetrasiklin dapat menurunkan efek.
Kehamilan Biasanya aman tapi harus dipertimbangkan manfaat-resiko
Perhatian Hati-hati pada gangguan fungsi ginjal
2. Nama obat Penisilin VK
Farmakodinamik Menghambat biosintesis mukopeptida dinding sel. Bersifat bakterisidal terhadap organisme yang sensitif ketika dicapai konsentrasi yang adekuat dan paling efektif selama fase multipikasi aktif. Dapat digunakan pada untuk infeksi berulang streptococcus dikombinasikan dengan rifampisin 20 mg/kg/hari selama 4 hari atau dilanjutkan sampai 10 hari mengikuti pengobatan penisilin.
Dosis Dewasa : 500 mg PO, 4 x sehari selama 10 hari
Anak-anak : 50 mg/kg/hari PO dibagi 3-4 x selama 10 hari
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Probenesid dapat meningkatkan efek penisilin dengan menurunkan clearance. Pemberian bersama tetrasiklin
7
dapat menurunkan efek.
Kehamilan Biasanya aman tapi harus dipertimbangkan manfaat-resiko
Perhatian Hati-hati pada gangguan fungsi ginjal
3. Nama obat Amoksisilin
Farmakodinamik Menganggu sintesis mukopeptida dinding sel selama fase multipikasi aktif menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri
Dosis Dewasa : 500 mg PO 3 x sehari selama 6 hari
Anak-anak : 50 mg/kg/hari dibagi 2 x sehari
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Mengurangi efektivitas kontrasepsi oral
Kehamilan Biasanya aman tapi harus dipertimbangkan manfaat-resiko
Perhatian Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal
4. Nama obat Eritromisin
Farmakodinamik Menganggu sintesis mukopeptida dinding sel selama fase multipikasi aktif menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri yang umumnya tidak sensitif lagi terhadap penisilin. Diindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi penisilin atau gagal terapi penisilin
Dosis Dewasa : 500 mg PO 4 x sehari selama 10 hari
Anak-anak : 40-50 mg/kg/hari dibagi 4 x sehari selama 10 hari, tidak boleh lebih dari 2 g/hari
Kontraindikasi Riiwayat hipersensitivitas dan kerusakan hepar
Interaksi Pemberian bersama dapat meningkatkan toksisitas teofilin, digoxin, karbamazepin dan siklospoin. Dapat meningkatkan efek potensiasi antikoagulan warfarin. Pemberian bersama dengan lovastatin dan simvastatin meningkatkan risiko rabdomiolisis
Kehamilan Biasanya aman tapi harus dipertimbangkan manfaat-resiko
Perhatian/Efek samping
Hati-hati pada sakit hepar, bentuk estolat dapat menyebabkan kholestatik jaundice; efek pada saluran cerna (GIT) sering terjadi dan hentikan pemakaian bila terjadi nausea, vomitus, malaise, kolik abdomen atau terjadi
8
demam. Berikan setelah makan.
5. Nama obat Sefaleksin
Farmakodinamik Sefalosporin generasi pertama yang menghentikan pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Terutama efekti melawan flora normal kulit seain itu sama efektif dengan eritromisin dalam melawan infeksi Streptococcus -hemolyticus group A
Dosis Dewasa : 250-1000 mg PO 4x sehari selama 10 hari
Anak-anak : 50 mg/kg/hari PO 4x sehari selama 10 hari, tidak lebih dari 3 g/hari
Kontraindikasi Riwayat hipersensitivitas
Interaksi Pemberian bersama aminoglikosida meningkatkan potensiasi nefrotoksik
Kehamilan Biasanya aman tapi harus dipertimbangkan manfaat-resiko
Perhatian/Efek samping
Berikan dosis separo (1/2) jika creatinin clearance 10-30 mL/menit dan dosis seperempat (1/4) jika <10 mL/menit; pertumbuhan berlebih jamur dan mikroorganisme normal dapat terjadi pada terapi lama.
Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid pada faringitis akut masih kontroversial.
Steroid digunakan pada kasus obstruksi jalan napas. Pemberian steroid harus
selalu disertai dengan pemberian antibiotik untuk mencegah bakteremia. Steroid
juga berguna pada trombositopenia atau anemia hemolitik yang disebabkan oleh
Epstein Barr virus pada infeksi mononucleosis. (1)
Dosis deksamethason 8-16 mg IM, dosis tunggal untuk dewasa; 0,08-0,3
mg/kg IM, dosis tunggal . Preparat lain yang bisa digunakan adalah prednison
dengan dosis dewasa 5-60 mg/hari PO dibagi 2 atau 4 dosis, ditapering off setelah
lebih dari 2 minggu setelah gejala hilang dengan dosis anak 4-5 mg/m2/hari PO
9
atau 0,05-2 mg/kg Po dibagi 2 atau 4 dosis, ditapering off setelah lebih dari 2
minggu setelah gejala hilang (1)
Antifungal
Diberikan pada kasus faringitis yang berhubungan dengan oral trush.
1. Nistatin (1)
Fungisidal dan fungistatik didapat dari Streptomyces noursei. Efektif
melawam bermacam-macam ragi atau jamur menyerupai ragi. Mengubah
permeabilitas membran sel jamur setelah berikatan pada sterol dinding sel,
menyebabkan keluarnya isi sel. Pengobatan dilanjutkan sampai 48 jam setelah
gejala menghilang. Dosis dewasa 400.000-600.000 U dikumur-kumur 4-5 x sehari
dan dosis anak-anak sama dengan dosis dewasa. Kontraindikasi jika ada riwayat
hipersensitivitas. Interaksi tidak pernah dilaporkan. Keamanan penggunaan
selama kehamilan belum jelas. Jangan digunakan untuk mengobati mikosis
sistemik
2. Fluconazole (1)
Antifungal oral sintetik yang menghambat CYP-450 dan sterol C-14
alpha-demetilisasi. Dosis dewasa 200 mg PO sekali, selanjutnya 100 mg 4 x
sehari selama 14 hari dan anak-anak 3-6 mg/kg PO 4 x sehari selama 14-28 hari
atau 6-12 mg/kg 4 x sehari tergantung tingkat keparahan penyakit. Kontraindikasi
jika ada riwayat hipersensitivitas. Level meningkat pada pemberian bersama
dengan hidroklorotiazid, level fluconazole menurun dengan pemberian rifampisin
kronis; pemberian bersama fluconazole akan menurunkan konsentrasi penitoin,
meningkatkan konsentrasi teofilin, tolbutamide, gliburid dan glipizid; efek
10
antikoagulan akan meningkat dan konsentrasi siklosporin akan meningkat.
Keamanan penggunaan selama kehamilan belum jelas. Awasi ketat jika timbul
bercak-bercak di kulit, hentikan obat jika lesi bertambah. Dapat terjadi hepatitis
klinis, kholestasis dan hepatitis fulminan dan tidak dibolehkan untuk ibu hamil.
Antiviral
Pada umumnya obat-obat ini tidak memberikan keuntungan klinis pada
kasus faringitis virus. Pada faringitis non streptococcal cukup terapi simptomatik
saja. (2) Namun pada pasien dengan daya tahan tubuh yang menurun/rendah. Pada
faringitis yang disebabkan herpes simpleks dan pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah dianjurkan pemberian asiklovir atau famciclovir. Dosis
asiklovir untuk dewasa 750 mg/m2/hari dibagi 3 dosis untuk 5-10 hari dan dosis
anak 5 mg/kg/x, 3x sehari selama 5-10 hari. Dosis dewasa famciclovir adalah 500
mg PO, 3 x sehari untuk 7 hari. Pada faringitis akibat cytomegalovirus pada
pasien dengan daya tahan tubuh menurun dianjurkan penggunaan foscarnet atau
gansiklovir. Dosis Foscarnet dewasa (termasuk anak > 12 tahun) awalnya 60
mg/kg/x, 3 x sehari atau 100 mg/kg IV, 2 x sehari untuk 14-21 hari.(1)
Terapi Utama
Pada kasus ini terapi utama adalah terapi kausatif eritromisin karena
adanya riwayat alergi penisilin yang merupakan obat pilihan pada faringitis akibat
Streptococcus -hemolyticus group A dengan terapi simptomatik ibuprofen.
11
1. Ertiromisin (1)
Farmakodinamik Menganggu sintesis mukopeptida dinding sel selama fase multipikasi aktif menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri yang umumnya tidak sensitif lagi terhadap penisilin. Diindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi penisilin atau gagal terapi penisilin
Perhatian/Efek samping
Hati-hati pada sakit hepar, bentuk estolat dapat menyebabkan kholestatik jaundice; efek pada saluran cerna (GIT) sering terjadi dan hentikan pemakaian bila terjadi nausea, vomitus, malaise, kolik abdomen atau terjadi demam. Berikan setelah makan.
Interaksi Pemberian bersama dapat meningkatkan toksisitas teofilin, digoxin, karbamazepin dan siklospoin. Dapat meningkatkan efek potensiasi antikoagulan warfarin. Pemberian bersama dengan lovastatin dan simvastatin meningkatkan risiko rabdomyolisis
Dosis Dewasa : 500 mg PO 4 x sehari selama 10 hari
Anak-anak : 40-50 mg/kg/hari dibagi 4 x sehari selama 10 hari, tidak boleh lebih dari 2 g/hari
2. Ibuprofen (10,11)
Farmakodinamik Daya analgesik dan antiinflamasi dengan menghambat produksi prostaglandin; antipiretik dengan menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis prostaglandin.
Perhatian/Efek samping
Tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui. Mual, muntah, diare, trombositopenia, eritema kulit, sakit kepala.
Interaksi Pemberian bersama warfarin dapat menyebabkan gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa perdarahan.
Mengurangi efek diuresis dan natriuresis furosemid dann tiazid, mengurangi efek antihipertensi beta bloker, prozasin dan kaptopril
Dosis Demam pada anak-anak : 6-12 bulan 3 x 50 mg; 1-3 tahun 3-4 x 50 mg; 4-8 tahun 3-4 x 100 mg; 9-12 tahun 3-4 x 200 mg
12
Terapi alternatif
Sefaleksin termasuk obat pilihan altrnatif pada infeksi Streptococcus -
hemolyticus group A yang resisten penisilin. Terapi kausatif alternatif adalah
parasetamol.
1.Sefaleksin(1)
Farmakodinamik Sefalosporin generasi pertama yang menghentikan pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Terutama efekti melawan flora normal kulit selain itu sama efektif dengan eritromisin dalam melawan infeksi Streptococcus -hemolyticus group A
Perhatian/Efek samping
Berikan dosis separo (1/2) jika creatinin clearance 10-30 mL/menit dan dosis seperempat (1/4) jika <10 mL/menit; pertumbuhan berlebih jamur dan mikroorganisme normal dapat terjadi pada terapi lama. Obat oral menimbulkan gangguan lambung usus (diare, nausea), jarang terjadi reaksi alergi. (11)
Interaksi Pemberian bersama aminoglikosida meningkatkan potensiasi nefrotoksik
Dosis Dewasa : 250-1000 mg PO 4x sehari selama 10 hari Anak-anak : 50 mg/kg/hari PO 4x sehari selama 10 hari, tidak lebih dari 3 g/hari
2.Parasetamol (10,11)
Farmakodinamik Efek analgesiknya mampu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Menurunkan suhu tubuh tubuh berdasarkan efek sentral efek anti inflamasi sangat lemah. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Tidak menimbulkan efek iritasi, erosi, perdarahan lambung, gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.
Perhatian/Efek samping
Reaksi alergi ; eritema, urtikaria, demam, lesi pada mukosa. Pada dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis hati
Interaksi Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia dan pada dosis biasa tidak interaktif.
Masa paruh kloramfenikol dapat sangat diperpanjang.
Kombinasi dengan obat AIDS zidovudin meningkatkan risiko neutropenia
Dosis Dewasa : 300 mg – 1 g per kali, maksimum 4 g/hari
13
Anak-anak : 6-12 tahun : 150-300 mg/x, maksimum 1,2 g/hari
1-6 tahun : 60-120 mg/x, dan bayi dibawah 1 tahun :
60 mg/x maksimum 6 x sehari
1.8 Prognosis (1)
banyak kasus faringitis sembuh spontan dalam 10 hari
kegagalan terapi akibat pengobatan yang kurang, antibiotik resisten, orang
yang kontak tidak diobati.
Pasien yang terinfeksi Streptococcus -hemolyticus group A yang sensitif
penisilin akan membaik dalam 24 jam sejak pengobatan awal.
Dengan pengobatan eritromisin, perbaikan baru nampak dalam 72 jam.
Insidensi streptococcus resisten eritromisin sekitar 25%.
14
BAB II
SIMULASI KASUS
2.1 Kasus
Anamnesa
Seorang anak Ryan (10 tahun, berat badan 20 kg) mengeluh badan
demam, nyeri menelan, tetapi tidak disertai hidung gatal dan berair, tidak
ditemukan keluhan batuk.
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital : TD = 100/60 mmHg N = 80 x/menit
RR = 16 x/menit t = 38,5 0 C
Mulut : Faring berwarna biru keabu-abuan
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening leher (+)
Diagnosis : Faringitis akut
Catatan : Penderita memiliki riwayat alergi terhadap penisilin
2.2 Tujuan Pengobatan
Pengobatan kausatif : menurunkan durasi sakit dan periode infeksi serta
menurunkan insidensi relaps dan komplikasi yaitu dengan pemberian
antibiotik
Pengobatan simptomatik : mengurangi gejala demam dan nyeri menelan
dengan pemberian analgetik-antipiretik-antiinflamasi
15
2.3 Daftar kelompok Obat dan Jenisnya Yang Berkhasiat Untuk Faringitis Akut Pada Kasus Ini
Kelompok Obat Jenis Obat
1. Antibiotik Eritromisin, Sefaleksin (1,8,9)
2. Analgetik-antipiretik-antiinflamasi
Ibuprofen, Paracetamol (10)
2.4 Perbandingan Kelompok Obat Menurut Khasiat, Keamanan dan Kecocokannya Untuk Kasus Tersebut
No Jenis Obat Khasiat Keamanan(Efek Samping
Obat)
Kecocokan (Kontraindikasi)
1 Eritromisin antibiotik Efek sampingnya : (8)
reaksi alergi : demam, eosinofilia, eksantem
Hepatitis kolestatik : nyeri perut, mual, muntah, ikterus, demam, leukositosis dan eosinofilia
Ketulian sementara
Kontraindikasi : (1)
riwayat hipersensitivitas terhadap eritromisin
kerusakan hati
2. Sefaleksin antibiotik Efek sampingnya : (9)
reaksi alergi : urtikaria,spasme bronkus,anafilaktik
Depresi sumsum tulang
Nefrotoksik
Kontraindikasi : (1)
riwayat hipersensitivitas terhadap sefaleksin
3. Ibuprofen Analgetik- Efek sampingnya : Kontraindikasi : (10)
16
antipiretik- antiinflamasi
(10)
Mual, muntah, diare, trombositopenia, eritema kulit
riwayat hipersensitivitas terhadap ibuprofen
tukak peptik berat
kehamilan trimester III
4. Paracetamol Analgetik-antipiretik-antiinflamasi
Efek sampingnya : (10)
reaksi alergi ; eritema, urtikaria, demam, lesi pada mukosa
pada dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis hati
Kontraindikasi : (10)
riwayat hipersensitivitas terhadap paracetamol
kerusakan hati
2.5 Pilihan Obat dan Alternatif Obat Yang Digunakan
Antibiotik
No. Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif1. Nama Obat Eritromisin Sefaleksin2 BSO (generic, paten,
kekuatan)Generic : EritromisinBSO : suspensi 200 mg
/5 ml Tablet/kapsul 250 mg
Paten : Eritromec®
BSO : suspensi 200mg /5 ml Tablet kunyah 200 mg Kapsul 250, 500 mg
Generic : SefaleksinBSO : sirup 125 mg/5
ml Tablet 250, 500 mg
Paten : Cefabiotic®
BSO : sirup 125 mg/5 ml Tablet 250, 500 mg
3. BSO yang diberikan Sirup, sesuai untuk anak-anak dan lebih mudah dalam pemberian
Sirup, sesuai untuk anak-anak dan lebih mudah dalam pemberian
4. Dosis referensi 40-50 mg/kgBB/hari, tidak lebih dari 2 g/hari
50 mg/kgBB/hari, tidak lebih dari 3 g/hari
17
5. Dosis kasus tersebut dan alasannya
800 mg/hari 1000 mg/hari
6. Frekuensi pemberan dan alasannya
4 x/hari 4x/hari
7. Cara pemberian dan alasannya
Per oral karena anak masih sadar dan kooperatif
Per oral karena anak masih sadar dan kooperatif
8. Saat pemberian dan alasannya
Sebelum makan karena efek sampingnya ada saluran cerna sering terjadi
Sebelum makan karena efek sampingnya ada saluran cerna sering terjadi
9. Lama Pemberiaan dan alasannya
10 hari, agar didapatkan eradikasi maksimal dari Streptococcus -hemolyticus group A
10 hari, agar didapatkan eradikasi maksimal dari Streptococcus -hemolyticus group A
18
Analgetik-Antipiretik
No. Uraian Obat Pilihan Obat Alternatif1. Nama Obat Ibuprofen Paracetamol2 BSO (generic,
paten, kekuatan)
Generic : IbuprofenBSO : tablet 100 mgPaten : Proris ®
BSO : sirup forte 200 mg/ 5 ml tablet kunyah 100 mg
Generic : ParacetamolBSO : sirup 120 mg/5 ml
Tablet 500 mgPaten : Sanmol®
BSO : sirup 120 mg/5 ml Tablet 500 mg
3. BSO yang diberikan dan alasannya
Sirup, sesuai untuk anak-anak dan lebih mudah dalam pemberian
Sirup, sesuai untuk anak-anak dan lebih mudah dalam pemberian
4. Dosis referensi 9-12 tahun : 200 mg/x, 3-4 x/hari
6-12 tahun : 150 – 300 mg/x, maksimum 1,2 g/hari
5. Dosis kasus tersebut dan alasannya
200 mg/x 240 mg/x
6. Frekuensi pemberan dan alasannya
3 x sehari, sesuai dengan waktu paruh
3 x sehari, sesuai dengan waktu paruh
7. Cara pemberian dan alasannya
Per oral karena anak masih sadar dan kooperatif
Per oral karena anak masih sadar dan kooperatif
8. Saat pemberiaan dan alasannya
Sesudah makan untuk mengurangi efek saluran cerna yang ditimbulkan
Sebelum makan karena adanya makanan menghambat absorpsi obat
9. Lama Pemberiaan dan alasannya
3 hari karena sifatnya simptomatis
3 hari karena sifatnya simptomatis
19
2.6 Resep Yang Tepat dan Rasional Untuk Kasus Tersebut
Terapi Utama
Dr. Austin Bertilova CarmelitaSIP. 03/01/2006
Alamat Rumah :Jl. Simpang Ulin I No.2 BanjarmasinTelp (0511) 324565
Alamat Rumah :Jl. Kompleks Veteran No.27BanjarmasinTelp (0511) 264187
Banjarmasin, 23 Januari 2006
R/ Eritromec syr 60 ml No. IV S 4.d.d cth I pc
R/ Proris syr forte 60 ml No. I S prn. 3.d.d cth I pc (demam)
Pro : An. RyanUmur : 10 tahunBerat : 20 kgAlamat : Jl. Belitung No.64
20
Terapi alternatif
Dr. Austin Bertilova CarmelitaSIP. 03/01/2006
Alamat Rumah :Jl. Simpang Ulin I No.2 9BanjarmasinTelp (0511) 324565
Alamat Rumah :Jl. Kompleks Veteran No.27BanjarmasinTelp (0511) 264187
Banjarmasin, 23 Januari 2006
R/ Cefabiotic syr 60 ml No. VII S 4.d.d cth II pc
R/ Sanmol syr 60 ml No. II S prn. 3.d.d cth II ac (demam)
Pro : An. RyanUmur : 10 tahunBerat : 20 kgAlamat : Jl. Belitung No.64
2.7 Pengendalian Obat
Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, frekuensi
pemberian, cara pemberian, saat pemberian, lama pemberian dan efek samping.
Bila timbul efek samping, obat harus dihentikan dan dapat diganti dengan obat
lain yang khasiatnya sama. Penggunaan antibiotik untuk terapi kausatif harus
21
habis dan tidak boleh terputus, sesuai lama pemberian yang ditentukan untuk
mencegah resistensi obat. Pada kasus ini diberikan eritromisin karena pasien
memiliki riwayat alergi penisilin yang merupakan obat pilihan untuk faringitis
akibat infeksi Streptococcus -hemolyticus group A. Pemberian obat simptomatis
hendaknya sesingkat mungkin dan diberikan kalau perlu saja, ini untuk
mengurangi gejala yang timbul, sehingga memperingan penyakit.
Pengobatan terpenting adalah dengan mengetahui penyebab utama
sehingga dapat diberikan obat yang tepat. Bila penyakit bertambah parah atau
tidak sembuh sampai obat habis dapat dilakukan pemeriksaan dan kontrol ulang.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Kazzi, Amin A dan Jeannine W. Pharyngitis. Available at http://www.emedicine.com/emerg/topic419.htm, diakses 9 Januari 2006
2. Bisno, Alan L et al. Dioagnosis and Management of Group A Streptococcal Pharyngitis : A Practice Guideline. Available at http://www.medind.nic.in/ibd/t04/i1/ibdt04i1p14o.pdf, diakses 9 Januari 2006
3. Schwartz, B et al. Pharyngitis-Principles of Judicious Use of Antimicrobial Agents. Available at http://pediatrics.aappublications.org, diakses 9 Januari 2006
4. Adam, George L, Lawrance R. Boies dan Peter A. Hilger (ed). Rongga Mulut dan Faring dalam : BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. EGC, Jakarta; 1996 : 328-330
5. Cody, D Tane R, Eugene B. K. dan Bruce W. P. (ed). Sakit Tenggorok dalam : Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan, Penuntun Untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan. EGC, Jakarta; 1993 : 297-300
6. Soepandi, Efiaty A dan Nurbaiti I. (ed). Penyakit Serta kelainan Faring dan Tonsil dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi ke-5. FKUI, Jakarta; 2002 : 178-184
7. Dajani, Adnan et al. Treatment Of Acute Streptococcal And Prevention Of Rheumatic Fever. Available at http://www.americanheart.org, diakses 9 Januari 2006
8. Setiabudi, R. Antimikroba Lain dalam : Farmakologi dan Terapi edisi 4. FKUI, Jakarta ; 2001 : 675-678
9. Istiantoro, Yati H dan Vincent H.S.G. Penisilin, Sefalosporin dan Antibiotik Betalaktam Lainnya dalam : Farmakologi dan Terapi edisi 4. FKUI, Jakarta ; 2001 : 636-644
10. Wilmana, P. Freddy. Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam : Farmakologi dan Terapi edisi 4. FKUI, Jakarta ; 2001 :214-215,218
11. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat Susunan Saraf Pusat dalam : Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Samping edisi 5. Gramedia, Jakarta ; 2004 :297-298, 312-313
23