Download - skenario 1

Transcript

LAPORAN TUTORIAL BLOK 3.1 SKENARIO I Sakit Kepala Tak Kunjung Sembuh

KELOMPOK 3 : Samuel Indriatama Dimas Nurmaafi Berlian Kusuma Dewi Yulanticha Diaz A.A Chairunnisa Rahmatina Nur Laila Safitri Mega Nur Amalia Khalia Febriyani Rahmatika P. Lailia Nuraini Putri Nurmasari Reni Kusumastuti (13162) (13189) (13195) (13198) (13211) (13212) (13216) (13218) (13219) (13220) (13221) (13227)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Skenario 1

Sakit Kepala tak Kunjung Sembuh Tuan Dono, 65 tahun sudah beberapa hari ini mengeluh sering sakit kepala dan badannya lemah. Setiap kali melakukan aktifitas, tuan Dono mengatakan mudah lelah dan jantungnya berdebardebar. Suatu hari Tuan Dono memutuskan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Tuan Dono diduga mengalami gangguan pada sistem cardiovaskulernya. Perawat Tia yang bertugas di poliklinik melakukan pengkajian sistem cardiovaskuler dan pemeriksaan hemodinamik pada tuan Dono. Hasil yang didapatkan adalah Tekanan Darah : 150 /90 mmHg, Nadi 97 X / menit, WPK: 2 detik. Uji diagnostik juga dilakukan untuk mengetahui kemungkinan gangguan pada sistem kardiovaskulernya, yaitu pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)

STEP 1 Kata-kata sulit 1. Pemeriksaan Hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive. Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan darah. 2. Elektrocardiografi ECG) adalah perekam sinyal jantung manusia dengan keluaran sinyal di monitor atau grafik di kertas grafik. STEP 2 1. Apa saja macam-macam gangguan pada sistem cardiovaskuler, tanda gejala serta pengobatannya? 2. Bagaimana proses perubahan fisiologis sistem cardiovaskuler pada lansia? 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sistem cardiovaskuler? 4. Macam-macam pemeriksaan diagnostik untuk sistem cardiovaskuler? 5. Bagaimana pencegahan terhadap gangguan sistem cardiovaskuler? 6. Bagaimana cara membaca EKG dan hasil normalnya? 7. Interpretasi dari hasil-hasil pemeriksaan diagnostik? 8. ASKEP ?

9. Diagnosis yang spesifik pada kasus? 10. Berapa range normal tekanan darah? 11. Indikasi dan kontraindikasi pada pasien EKG? 12. Apa sajakah fungsi EKG? 13. Patofisiologi penyakit sistem cardiovaskuler pada kasus? 14. Faktor resiko orang-orang yang terkena penyakit sistem cardiovaskuler? 15. Perubahan fisiologis sistem cardiovaskuler pada setiap tahapan usia?

STEP 3 1. Macam-macam gangguan sistem cardiovaskuler 3 kelompok gangguan : a. jantung koroner : Infark myokard, angina pektoris ( nyeri akibat kekurangan oksigen ) b. Cerebrovaskuler : stroke c. Vaskuler perifer : Nyeri / kram saat berolahraga

Gangguan sistem kardiovaskuler secara umum, antara lain : Penyakit arteri koroner a. aterosklerosis koroner, suatu gangguan yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung. Mekanisme : Aterosklerosis (penimbunan lemak) akan mengakibatkan penyempitan jalur aliran darah yang menyebabkan suplay oksigen dan nutrisi ke jaringan akan berkurang, hal ini akan berlanjut menjadi iskemik jaringan dan kemudian nyeri dada (angina). Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka akan muncul banyak plak di pembuluh darah yang bisa menjadi nekrosis. Nekrosis ini dapat terlepas, atau sering disebut sebagai trombus yang dapat menyumbat aliran darah ke koroner yang dapat menyebabkan kerusakan myokardium. Keadaan ini disebut juga dengan infark myokard, apabila telah muncul jaringan parut dalam otot jantung, maka otot jantung akan sulit berkontraksi sehingga terjadi penurunan curah jantung sehingga sel sel di dalam tubuh akan kekurangan oksigen dan nutrisi dan bisa mengakibatkan kematian.

b.

Angina pektoris Adalah suatu sindroma klinis, yang ditandai dengan episode atau paroksimal nyeri

atau perasaan tertekan di dada depan. Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplay oksigen ke jantung tidak adekuat, atau dengan kata lain, suplay kebutuhan oksigen jantung meningkat. c. Atrial Fibrilation Adalah irama jantung abnormal yang paling umum. Jantung berkontraksi (berdenyut) dan memompa darah dengan irama yang teratur, misalnya pada kecepatan dari 60 denyutan per menit ada denyutan setiap detik. Jantung mungkin berdenyut lebih cepat atau lebih lambat dengan interval yang lebih panjang atau lebih pendek diantara denyutan denyutan, namun pada suatu angka interval antara denyutan denyutan adalah konstan. Irama teratur ini terjadi akibat dari pelepasan elektrik yang teratur ( impuls impuls listrik ) yang berjalan melalui jantung dan menyebabkan otot jantung berkontraksi. Pada AF, pelepasan elektrik tidak teratur dan cepat, sebagai akibatnya, jantung berdenyut secara tidak teratur dan lebih cepat. d. Gagal Jantung : Gagal Jantung Kongestif Merupakan suatu ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memnuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Etiologi : a. kelainan otot jantung b. aterosklerosis koroner c. hipertensi sistemik atau pulmonal Manifestasi klinis : a. pusing b. kelelahan c. tidak toleran terhadap latihan dan panas d. ekstremitas dingin e. oliguri d. peradangan dan penyakit

myokardium degenerative e. gangguan sistemik

Kelainan klep jantung Ada 2 kelainan yang berhubungan, antara lain : a. Valvula stenosis b. Valvula insufisiansi Infeksi jantung a. Endokarditis rematik

Disebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. Demam rematik dapat mempengaruhi persendian, menyebabkan poliartritis. b. Endokarditis infeksi Adalah infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain yang menyebabkan deformitas bilah katup. Mikroorganisme penyebabnya mencakup bakteri (streptokoki, enterokoki, pneumokoki, stapilokoki) fungi, riketsia, dan streptokokus viridans. c. Miokarditis Miokarditis akut adalah terjadinya inflamasi di miokardium. Biasanya diakibatkan oleh proses infeksi, terutama oleh virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan spiroseta, atau juga dapat disebabkan oleh keadaan hipersensitifitas seperti demam rematik. d. Perikarditis Mengacu pada inflamasi perikardium, kantong membran yang membungkus jantung. Penyebab yang mendasari, antara lain : y y Penyebab idiopatik atau nonspesifik Infeksi : bakteri ( streptokokus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus ), virus ( coxsakie, influensa ), jamur ( riketsia, parasit ). y Kelainan jaringan ikat sistemik, lupus eritematosus, demam rematik, artritis rematik, poliartritis. y y y y y y y Keadaan hipersensitivitas reaksi imun, reaksi obat, serum sickness Penyakit struktur di sekitarnya Penyakit neoplasia Terapi radiasi Trauma, cidera dada Gagal ginjal dan uremia Tuberkulosis

Kardiomiopati Merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium. Hipertensi Dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekana diastolik > 90 mmHg dan tekanan sistolik > 140 mmHg.

Pengobatan Antiangina Tujuan pemberian obat antiangina : 1. Mengatasi atau mencegah serangan akut angina pektoris. 2. Pencegahan jangka panjang serangan angina. Ada 3 kelompok obat Antiangina : 1. Nitrat Organik Contoh : Nitrogliserin,Isosorbit Dinitra 2. Beta Blocker Contoh : Asebutolol,Atenolol,Metroprolol,Bisoprolol 3. Antagonis Kalsium Obat ini ada 5 golongan yaitu : a) Dihidropiridin: Nifedipin,Nikardipin,Felodipin,Amlodipin. b) Difenilalkilamin: Verafamil,Galopamil,Tiapamil. c) Benzotiazepin: Diltiazem d) Piperazin: Sinarizin, Flunarizin e) lainnya yaitu Prenilamin dan Perheksilin

2. Perubahan fisiologis sistem cardiovaskuler pada lansia a) Katub jantung menebal dan menjadi kaku. b) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. c) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ). d) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal 170/95 mmHg )

e) Elastis dinding aorta menurun f) perubahan miokard ; atrofi menurun g) lemak sub endoicard menurun ; fibrosis, menebal, sclerosis h) katup-katup jantung mudah fibrosis dan kalsifikasi (kaku) i) peningkatan jaringan ikat pada Sa Node j) penurunan denyut jantung maksimal pada latihan

k) Cardiac Output menurun l) Penurunan jumlah sel pada pace maker m) Jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang n) Penurunan elastis pada diding vena o) Respon baroreseptor menurun Penyakit yang terjadi: Hipertensi Angina Pectoris Infark Miokard Akut Kardiomiopati Hipotensi Orthostatik 3. LO Vertigo Aritmiakordis PJK Penyakit jantung pneumonik

4. Pemeriksaan SKV I. Pemeriksaan Non Invasive 1. Foto Thorax 2. EKG 3.Treadmill exercise Chest test/ Treadmill test II. Pemeriksaan Invasive/ kateterisasi 1. Corangiography (untuk deteksi PJK) 2. Right / left heart study (untuk evaluasi kelainan valvuler/ congenital) 3. Elektrofisiologi, untuk evaluasi aritmia 4. Angioskopi untuk menilai karakteristik plak aterosklerosis A. Peralatan Tindakan Interventrial 1. BMV : Balloon Mitralvalve Valvuloplasty 2. PTCA : Percutaneus Transluminary Coronary Angioplasty dengan pemasangan stent /drugs eluting stent 3. Electrical ablatio therapy 4. Rotablator therapy B. Tindakan Operative 1. CABG : Coronary Artery Bypass Graffing 2. Mitral / Aortic Valve Replacement atau MVR / AVR/ (Repair) 4. Echocardiography 5. Nuclear cardiology 6. MRI / CT imaging

5. Cara mencegah penyakit kardiovaskuler a. Pola makan sehat Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau yang mengandung kolesterol tinggi. Seafood memiliki kandungan kolesterol tinggi yang dapat membahayakan jantung. Kurangi menyantap makanan yang digoreng yang banyak mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat diolah dengan cara direbus, dikukus atau dipanggang. Menggoreng dengan menggunakan minyak zaitun memiliki kandungan lemak yang sedikit sehingga bisa menjadi pilihan bila harus mengolah makanan dengan cara digoreng. b. Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi Jangan pula terlalu banyak mengkonsumsi karbohirat, karena dalam tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi lemak. Sebaliknya, konsumsi oat atau gandum yang dapat membantu menjaga jantung tetap sehat. Minuman seperti soft drink, usahakan menggunakan gula jagung. c. Menjaga Tubuh ideal dari kegemukan Seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko lebih besar terkena penyakit ini. d. Berhenti merokok Mengisap rokok sangat tidak baik untuk kesehatan jantung, maka segera hentikan kebiasaan ini agar jantung tetap sehat. e. Hindari Stres Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah. f. Hipertensi Problem hipertensi atau tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan penyakit jantung. Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolesterol LDL memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak. g. Obesitas Kelebihan berat atau obesitas meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidaknormalan lemak. Menghindari atau mengobati obesitas atau kegemukan adalah

cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes mempercepat penyakit jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan jantung. h. Olahraga secara teratur Anda dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan kerja jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh. i. Konsumsi antioksidan Polusi udara, asap kendaraan bermotor atau asap rokok menciptakan timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan radikal bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai macam buah-buahan dan sayuran.

6. Sekilas mengenai EKG Normal Gelombang P Nilai normal : Lebar 0,12 detik Tinggi 0,3 mV Selalu (+) di lead II Selalu (-) di lead aVR

Interval PR Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar 0,12-0,20 detik. Gelombang QRS (kompleks QRS) Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead. Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R berarti Q patologis. Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead aVR, V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, di lead V4, V5 dan V6 makin menghilang atau berkurang dalamnya. Gelombang T Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di hampir semua lead kecuali di aVR

Gelombang U Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul akibat repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler. Interval PR Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi Ventrikuler. Segmen ST Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari 0,5 sampai +2mm. segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah garis isoelektris disebut ST depresi a. iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung. b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia. c. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup. d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa. e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia. f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia. g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin. h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia. i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

j.

GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

7. LO 8. LO 9. Diagnosa pada kasus: a. Intoleransi aktivitas b. Fatigue

10. Range normal tekanan darah adalah < 120 mmhg untuk tekanan sistole dan 80 tahun yang secara klinis mempunyai manifestasi CAD. Jelas hal ini menggambarkan bahwa pada sebagian lansia, penyakit CAD adalah asimptomatik. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung : Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment) pada serat-serat miokardium.

-

Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.

-

Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.

-

Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.

-

Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah :

-

Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut Isolated aortic incompetence. Selain itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.

-

Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor -adrenergik. Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.

-

Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah :

-

Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun menurun. Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.

2. Macam-macam pemeriksaan diagnostik untuk sistem cardiovaskuler I. Pemeriksaan Non Invasive 1. Foto Thorax PA - Jantung : Melihat bentuk dan pembesaran jantung - Paru : Melihat tanda-tanda kongesti paru pada gagal jantung kongestif

2. EKG 3. Treadmill test (TMT) - Prinsipnya : a. Perekam EKG bersama dengan aktifitas (exercise EKG) b. Merupakan pemeriksaan non invasive tetapi termasuk pemeriksaan pro vocative. c. Termasuk seleksi kedua untuk deteksi penderita coroner sesudah EKG istirahat (resting EKG). - Perekaman EKG sebelum, saat exercise dan sesudah recovery - Ada dua peralatan : Ergocycle Treadmill - Merupakan pemeriksaan yang luas dipakai untuk deteksi dan sekaligus estimasi prognose PJK. - Protokol pelaksanaan biasanya pakai protokol Bruce yang sudah dimodifikasi.- Selama Treadmill, EKG, tekanan darah dan keluhan pasien harus dimonitor. - Dilakukan sampai simptom- limited. Test dihentikan apabila : - timbul nyeri dada berat - sesak nafas berat - dizziness - rasa capek yang berat - ST depresi 2 mm - Tekanan sistol turun lebih dari 10 mHg - Timbul aritmia ventrikuler - Treadmill test dianggap positif PJK apabila ST depresi sama atau lebih dari 1mm- Disamping mendeteksi PJK, TMT juga dapat : - Mengetahui status fungsional dari si terperiksa yang implikasinya, untuk dapat merekomendasi dari aktvitas / kerja sehari-hari, apa saja yang dapat dilakukan. - Deteksi aritmia :hilang saat TMT - kausa extra cardial. - bertambah berat saat TMT, biasanya karena ada kelainan organik - Individu yang bekerja berhubungan dengan keselamatan orang banyak (supir bus, pilot) perlu pemeriksaan TMT secara berkala

- Echocardiografi (Trans Thoracal Echocardiografi = TTE) Prinsip pemeriksaan dengan Ultrasound (USG) - Echocardiografi (2D; two dimensional) Dapat mem-visualisasikan pergerakan jantung secara akurat sesuai dengan real time, meliputi : - myocardium - rongga jantung - katup-katup jantung - pericardium - pembuluh darah besar 4. Echo Doppler/ Color Doppler - dapat mengetahui hemodinamik secara non invasive, yang apabila dilakukan oleh tenaga expert hampir sama hasilnya dengan pemeriksaan invasive (kateterisasi). - dapat mengevaluasi cardiac structure dan performance secara cepat, bahkan dalam keadaan emergency sekalipun. (tidak perlu persiapan) - Echo Doppler (Color doppler dapat mendeteksi secara cepat apakah valve stenosis atau regurgitasi -Bila dengan TTE kurang adekuat terutama untuk melihat bagian posterior jantung, boleh dilakukan TEE (Trans Esophageal Echocardiografi). - Jarak dari proximal esophagus sangat dekat dengan jantung, akan

memperlihatkan struktur bagian belakang jantung (aorta, atrium kiri dan appendix) terlihat lebih jelas, terutama bila ada trombus atau massa di atrium kiri - Modifikasi lain dari Echo adalah stress echocardiografi. II. Pemeriksaan Invasive Kateterisasi : - Kiri - Kanan Tehnik :Mendorong kateter melalui : - Vena untuk evaluasi jantung kanan - Arteri untuk evaluasi jantung kiri Tujuan : - Kateterisasi Jantung Kanan Mengetahui saturasi O2 dan tekanan darah pada semua bagian jantung kanan mulai dari Vena Cava sampai Arteri Pulmonari. - Kateterisasi Jantung Kiri Mengetahui saturasi O2 dan tekanan darah dari bagian Kiri Jantung, Aorta kecuali Arterium Kiri.

COROANGIOGRAFI Tehnik pemeriksaan : sama dengan kateterisasi jantung Ada dua jenis kateter : - Untuk A Coronary Kanan - Untuk A Coronary Kiri Kateter untuk Artery Coronary KananKateter didorong sampai pangkal Aorta. Kateter untuk A Coronary Kanan sudah dirancang sedemikian rupa, bila didorong ke Pangkal Aorta maka ujung kateter, persis dimulut (ostium) Artery Coronary Kanan. Bahan contras disemprotkan masuk ke artery coronary kanan dan cabang-cabangnya. Tujuan : Untuk melihat tingkat, derajat dan besarnya penyumbatan stenosis coroner. Kateter untuk Artery Coronary KiriKateter untuk arteri kiri didorong sampai pangkal aorta hingga diprogram tepat di pangkal aorta kiri. Contras disemprotkan masuk ke artery coronary kiri dan cabang-cabangnya. Tujuan : sama dengan coronary angiografy kanan 3. Hasil Normal EKG

The image part w ith relationship ID rId8 w as not found in the file.

Media file 1: Rhythm strip showing a normal 12-lead ECG.

Electrocardiogram (EKG or ECG) results Normal: The heart beats in a regular rhythm, usually between 60 and 100 beats per minute.

The tracing looks normal. The heart beats too slow (less than 60 beats per minute). The heart beats too fast (more than 100 beats per minute). Abnormal: The heart rhythm is not regular. The tracing does not look normal.

Cara menilai EKG adalah : a. Tentukan frekwensi jantung b. Tentukan irama jantung c. Tentukan aksis jantung d. Tentukan adanya hipertropi e. Tentukan adanya tanda iskhemik f. Tentukan adanya gangguan pembentukan impuls g. Tentukan adanya gangguan penghantaran impuls h. Khusus EKG kegawatan, pertama kali yang dilihat, tentukan adakah EKG kegawatan berupa : Ventrikel takikardi (VT), Ventrikel Vibrilasi (VF), Atrial Fibrilasi (AF) dan Ventrikel ekstra sistole (VES) Langkah menentukan frekwensi jantung : i. Tentukan 2 puncak gelombang R di lead II ii. Hitung berapa jumlah kotak kecil antara 2 puncak gelombang R iii. Hitung frekwensi sesuai dengan rumus :

frek !

1500 jml kotak kecil R R

Atau

frek !

300 jml kotak sedang R R

iv. Normal 60 100 v. Takikardi bila lebih dari 100 x/menit vi. Bradikardi bila kurang dari 60 x/menit

Langkah menentukan irama jantung

i.

Tentukan irama jantung apakah reguler (jarak R-R sama) atau ireguler

iii. Tentukan apakah irama sinus atau tidak, dengan kriteria : c. Irama reguler/teratur d. Gel P normal e. Gel P selalu diikuti gel QRS f. Gel P selalu positif di lead II dan negatif di lead AVR g. Interval PR normal h. Gelombang QRS normal iv. Irama yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dinamakan disritmia Penyebab disritmia : (1) gangguan pembentukan impuls dan (2) gangguan penghantaran impuls Axis jantung a. Aksis jantung adalah sudut arah aliran impuls jantung b. Menghitung dengan QRS di bidang frontal c. Aksis normal terletak antara -30 s.d. +110 derajat d. Deviasi aksis ke kiri (LAD) antara -30 s.d. -90 derajat e. Deviasi aksis ke kanan (RAD) antara + 110 s.d. -180 derajat Langkah menentukan aksis jantung a. Seperti menghitung 2 vektor, yaitu vektor lead I dan vektor lead AVF b. Tentukan selisih tinggi R dan S di lead I c. Tentukan selisih tinggi R dan S di lead AVF d. Tentukan jumlah kedua vektor tersebut Langkah menentukan tanda-tanda hipertrofi a. Hipertrofi atrium kanan Ditandai gel P pulmonal : gel P yang lancip dan tinggi, paling jelas di lead I dan II b. Hipertrofi atrium kiri Ditandai gel. P mitral : gel P yang lebar dan berlekuk, paling jelas di lead I dan II c. Hipertrofi ventrikel kanan Ditandai gel R lebih besar dari gel S pada lead prekordial kanan Gel S menetap di V5 V6 Depresi segmen ST dan gel T terbalik di V1-V3 d. Hipertrofi ventrikel kiri Gel R pada V5 atau V6 lebih dari 27 mm atau gel S di V1 ditambah gel R di V5 atau V6 lebih dari 35 mm

Depresi segmen ST dan gel T terbalik di V5 V6

Tanda iskhemik dan infark a. Iskemik : depresi segmen ST atau gel T terbalik b. Infark akut : elevasi segmen ST, sering disertai dengan gel Q patologis c. Fase recent/sub akut : gel Q patologis disertai gel T terbalik d. Infark old (OMI) : gel Q patologis disertai segmen ST dan gel T normal

Fungsi EKG Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantungMemandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut Membantu menemukan gangguan elektrolit (sebagai contoh hiperkalemia dan hipokalemia) Memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (sebagai contoh blok cabang berkas kanan dan kiri) Digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres jantung Kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (sebagai contoh emboli paru atau hipotermia) Mendeteksi adanya miokardium infark dan tipe penyakit arteri koroner lainnya, seperti angina Mendeteksi adanya disritmia jantung Mendeteksi adanya pembesaran jantung Mendeteksi adanya penyakit inflamasi pada jantung Mendeteksi adanya efek obat-obatan pada jantung seperti digitalis (lanoxin) dan Tricyclic antidepressants

4. ZAT-ZAT BERACUN PADA ROKOK Rokok mengandung kurang lebih 4000 lebih elemen-elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Selain itu, dalam sebatang rokok juga mengandung bahan-bahan kimia lain yang tak kalah beracunnya. Zat-zat beracun yang terdapat dalam rokok antara lain adalah sebagai berikut : 1. Karbon monoksida (CO).

Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 6%, gas ini dapat di hisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side stream) akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimanamana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil.

2. Nikotin Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5 3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 50 ng/ml. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosamin-lah yang bersifat karsinogenik. Pada paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia. Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Perokok akan merasakan kenikmatan, kecemasan berkurang, toleransi dan keterikatan fisik. Hal itulah yang menyebabkan mengapa sekali merokok susah untuk berhenti. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak

diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Efek lain merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok

Efek Rokok pada Sistem Kardiovaskuler Rokok penyebab: Penurunan oksigen ke jantung dan ke jaringan lain dalam tubuh Penurunan toleransi latihan Penurunan HDL (baik) kolesterol Peningkatan tekanan darah dan denyut jantung Kerusakan pada sel-sel yang melapisi arteri koroner dan pembuluh darah lainnya Peningkatan risiko penyakit arteri koroner dan serangan jantung Peningkatan risiko penyakit arteri perifer dan stroke Peningkatan risiko kanker paru-paru, kanker tenggorokan, asma kronis, bronkitis kronis dan emfisema Peningkatan risiko diabetes Peningkatan risiko mengembangkan berbagai kondisi lain termasuk penyakit gusi dan bisul Meningkatkan kecenderungan untuk pembekuan darah Peningkatan risiko penyakit arteri koroner berulang setelah operasi bypass Peningkatan risiko menjadi sakit (terutama di kalangan anak-anak: infeksi saluran pernafasan lebih umum di antara anak-anak terkena perokok pasif)

5. Faktor yang mempengaruhi kerja sistem kardiovaskuler a. Viskositas (kekentalan darah) Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas darah Viskositas darah memegang peranan penting dalam aliran darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas darah antara lain: 1. Volume hematokrit (volume sel darah merah): volume hematokrit yang meningkat akan diikuti viskositas darah yang meningkat. 2. Kadar protein plasma: bila kadarnya naik maka viskositas naik dan sebaliknya. 3. Suhu tubuh: bila suhu tubuh naik, viskositas turun.

4. Kecepatan aliran darah: bila kecepatan aliran darah turun maka viskositas naik. 5. Bila diameter pembuluh darah kurang dari 1,5 mm, maka viskositas darah turun. Hal ini dikenal sebagai Fahreus-Lindquist effect. Di dalam pembuluh darah kecil dimana darah mengalir lambat, maka d) dan e) bekerja saling berlawanan. b. Elastisitas pembuluh darah Elastisitas pembuluh darah tidak tetap, pembuluh darah akan menjadi kaku seiring bertambahnya usia (misal oleh karena terjadi pengapuran pada dindingnya) oleh karena itu tekanan darah pada orang lanjut usia cenderung sedikit lebih tinggi dari pada orang muda,. Penyebab lain dari kekakuan pembuluh darah adalah karena adanya tumpukan kolesterol pada dinding sebelah dalam pembuluh darah, kolesterol juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang kaku akan menyebabkan hipertensi (penyakit darah tinggi), walau sebenarnya tidak semua penyakit darah tinggi disebabkan karena kekakuan pembuluh darah. Apabila

pembuluh darah menjadi kaku dan disertai penyempitan pada sebagian besar pembuluh darah dalam tubuh seseorang, maka tekanan darahnya dapat menjadi sangat tinggi (hipertensi berat). c. Kekuatan pompa ventrikel kiri d. Volume darah yang dapat dipompa ventrikel e. Keefektifan fungsi katup

6. ASKEP GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PENGKAJIAN A. RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN Riwayat Kesehatan : Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen. Nyeri ---- lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang memperberat/memperingan, tipe nyeri. Integritas neurovaskuler ---- mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli Status pernafasan ---- sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan. Ganngguan sirkulasi ---- peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah. Riwayat kesehatan sebelumnya ---- penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan potensial penyakit keturunan.

-

Kebiasaan pasien ---- diet, latihan, merokok dan minuman.

Riwayat Perkembangan : Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia. Efek perkembangan fisik denyut jantung. Produksi zat dalam darah. Tekanan darah.

Riwayat Sosial : Cara hidup pasien. Latar belakang pendidikan Sumber-sumber ekonomi. Agama, kebudayaan dan etnik. Riwayat Psikologis : Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Mengidentifikasi stress/sumber stress. Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

B. PENGKAJIAN FISIK a. INSPEKSI Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong atau tertarik kekiri. Toraks/dada Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada Veussure Cardiac dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.

Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan) Teknik : Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan 45

-

Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien

-

Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun.

-

Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps.

Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh : Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri). Tekanan intra toraks yang meninggi. Tamponade jantung. Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.

b. PALPASI Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan telapak tangan. Yang perlu dinilai adalah : Lebar impuls iktus kordis Kekuatan angkatnya Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan (dengan telapak tangan) : Bising jantung yang keras (thrill) Apakah bising sistolik atau diastolic Bunyi murmur Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)

Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung akibat latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung. c. PERKUSI Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi. Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani. d. AUSKULTASI

Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub). Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada. Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis). Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal). Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2. Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan ventrikel. Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah : Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya. Kenyaringan (keras-lemah) bising. Lokasi bising (yang maksimal). Penyebaran bising.

ASKEP Diagnosa Keperawatan Nanda Domain 4 : activity/rest Class 4 : cardiovaskular / respiratory responses 1. Decrease cardiac output 2. Ineffective Peripheral Tissue Perfusion 3. Activity Intolerance 4. Risk for Bledding 5. Risk for Decrease cardiac tissue perfusion 6. Risk for Ineffective cerebral tissue perfusion 7. Risk for ineffective gastrointestinal perfusion 8. Risk for ineffective renal perfusion 9. Risk for shock

NOC Suggested NOC Labels a. Cardiac pump effectiveness b. Circulation Status c. Tissue Perfusion: Abdominal Organs d. Tissue Perfusion : Peripheral e. Vital sign Status

NIC Suggested NIC Labels a. Cardiac care : acute b. Circulatory Care

Sumber: http://www.detikhealth.com/read/2010/12/10/110259/1521518/763/sebatang-rokok-cukup-untukmemicu-serangan-jantung?ld991107763 http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/03/23/merokok-dapat-menyebabkan-seranganjantung-impotensi-dan-gangguan-kehamilan-dan-janin/ http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1867482-rokok-penyakitjantung/#ixzz1YKFNfFYz http://digilib.its.ac.id/detil.php?id=3283&q=pemeriksaan http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrokardiogram Jevon, P. (2003) ECGs for Nurses: Essential Clinical Skills for Nurses. Oxford: Blackwell Publishing. Paul, S., Hebra, J. (1998) The Nurses Guide to Cardiac Rhythm Interpretation: Implications for patient care. Philadelphia, PA: WB Saunders. Perez, A. (1996) Cardiac monitoring: mastering the essentials. Registered Nurse; 59, 8: 32-39.


Top Related