AKTUALISASI DIRI SANTIAGO
DALAM NOVEL SANG ALKEMIS
MENURUT PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Juninada Sari Puspa
NIM : 019114056
NIRM
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AKTUALISASI DIRI SANTIAGO
DALAM NOVEL SANG ALKEMIS
MENURUT PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Juninada Sari Puspa
NIM : 019114056
NIRM
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Juninada Sari Puspa. Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemismenurut Psikologi Humanistik Maslow. Yogyakarta: Jurusan Psikologi,Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, 2007.
Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk diwujudkan, namun tidaksemua orang mau berjuang untuk meraihnya. Santiago dalam novel Sang Alkemiskarya Paulo Coelho adalah individu yang berjuang untuk mewujudkan apa yang iainginkan. Legenda pribadi adalah dua kata yang dipilih oleh Coelho untukmenyebutkan apa yang benar-benar Santiago inginkan dalam hidupnya. Salah satutokoh Psikologi yang juga melihat manusia dengan optimis dan mampu mencapaikeinginan dalam hidupnya adalah Abraham Maslow. Sebagai seorang humanisMaslow meyakini bahwa dengan mewujudkan keinginannya dalam hidup manusiaakan merasakan kebahagiaan. Pemenuhan kebutuhan yang akan membuahkankebahagiaan dalam hidup berdasarkan potensi dan keinginan dari dalam diri iasebut Aktualisasi Diri, yang merupakan bagian dari hirarki kebutuhan hidupmanusia. Coelho dan Maslow menunjukkan kesamaan dalam memandangmanusia, yaitu individu yang mampu mewujudkan apapun yang ia inginkan dalamhidup ini.
Penelitian ini akan melihat bagaimana pencapaian Aktualisasi DiriSantiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang ada dalam diriSantiago sehingga mendukung pencapaian aktualisasi dirinya. Metode penelitianyang digunakan adalah analisis isi, dengan teknik penelitian pengkodean.
Hasil penelitian yang didapat adalah pencapaian aktualisasi diri Santiagodapat terjadi karena ia melakukan progression choice untuk mengikuti ramalanmimpinya pergi ke Mesir, meninggalkan kemapanan yang telah ia dapatkan,meskipun pekerjaannya sebagai gembala ia lakukan atas dasar metamotivation.Selain itu pada saat ia mengalami penurunan kebutuhan dari B-Needs ke D-Needs,Santiago mampu bangkit dan melanjutkan perjuangannya mengaktualisasikan diridengan kembali melakukan progression choice, meskipun ia telah mendapatkanmateri yang cukup untuk kembali ke Spanyol sebagai orang kaya. Karakteristikpengaktualisasi diri yang ada dalam diri Santiago tidak berdiri sendiri melainkansaling berkaitan. Karakteristik ini tidak muncul secara tiba-tiba melainkanmerupakan bagian dari dirinya yang terasah oleh perjalanan hidupnya.
Kata kunci: Aktualisasi Diri, Legenda Pribadi, D-Needs, B-Need, B-Languange,B-Love, Pengalaman Mistik, Progression Choice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Juninada Sari Puspa. Santiago’s Self Actualization in The Alchemist based onMaslow Humanistic Psychology. Yogyakarta: Faculty of Psychology, SanataDharma University, 2007.
Everyone must have dream to realize, but not everyone want to struggle togain it. Santiago in Paulo Coelho’s The Alchemist, is an individual who wants torealize what he wants. Personal legend is two words Coelho chooses to mentionwhat Santiago really wants in his life. One of expert of Psychology whooptimistially see human that can gain what he want in his/her life is AbrahamMaslow. As a humanist, Maslow convinees that by realizing dream in his/her life,human will fell happy. The fulfillness of need which produces happiness in life isbased on potension and dream from his/her self, Maslow called Self Actualization,which is part of hirarchy of human life need. Coelho and Maslow show similiarityin observing human, that is the individual who can realize anything what he wantsin this life.
This research concern on Santiago’s accomplishment of Self Actualizationand what kind of self actualization characteristics which is seen in Santiago so thatit supports his accomplishment of self actualization. The reseach method used inthis thesis contain analysis, with the coding.
As the result of the study, Santiago’s accomplishment of self actualizationcan be achieved since he determines progression choice to pursue his dreamcalculation togo to Egypt getting out from orderlineness he deserves to havealthough his work as shepherd he does is due to metamotivation. Beside, Santiagoia able to boost up his morale and go on his struggle gaining his self actualizationwhile he undergoes the need declining from B-Needs to D-Needs. He performs itby doing back progression choice although he has already gained enoughprovision to come back to Spain as a rich man. Self actualization characteristicsseen in Santiago give influence to each other. These characteristics do notseddenly comes out, but they are parts of him self which is sharpened by his lifejourney.
Key word: Self Actualization, Personal Legend, D-Needs, B-Need, B-
Languenge, B-Love, Peak Experience, Progression Choice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan pemilik kehidupan yang
memberikan kasih karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ‘Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis menurut Psikologi
Humanistik maslow’. Penulis menyusun karya ini sebagai syarat memperoleh
gelar Sarjana Psikologi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung, baik secara moril maupun materiil dari persiapan hingga selesainya
skripsi ini. Trimakasih penulis haturkan kepada:
1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta atas bimbingannya.
2. Dr. A. Supratiknya selaku Dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan
tuntunan Bapak dalam proses menyelesaikan skrisi saya. Trimakasih banyak
ya Pak, maaf selama ini saya kurang mampu melaksanakan apa yang Bapak
maksud.
3. Para Dosen penguji Y. Heri Widodo, M.Si. dan Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si.
Trimakasih atas masukannya yang sangat membantu.
4. C. Siswa Widyatmoko, S.Psi. dan Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Dosen
pembimbing akademik atas bimbingannya
5. Mas Gandung, Mba Nanik, Pak Gi’, Mas Muji, dan Mas Doni atas bantuan-
bantuan yang melancarkan kuliah saya.
6. Bapakku, Agustinus Remus Sormin dan Mamaku, Damayori Pangaribuan.
Trimakasih atas cinta kasih, kesabaran dan pengertian yang tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
putus. Trimakasih karena Nina hadir di dunia melalui orangtua yang berjuang
mewujudkan mimpinya. Mauliate godang!
7. Abang-abangku tersayang, Ito Desmon (beserta Kak Dewi, Excel dan Elsa),
Ameng dan Anto. Trimakasih atas cinta kasihnya yaa!
8. Keluarga besar Siregar dan Pangaribuan, atas doa dan bimbingan yang tidak
pernah putus. Mauliate godang!
9. Teman baikku Anastasia Dessy, trimakasih mau berbagi suka dan duka
bersamaku, trimakasih telah menjadi ‘sayap kakiku’. Aku bersyukur kamu
‘teman lama’ yang menemani aku menjalani masa kuliah.
10. Temanku yang penuh ketulusan, Silva Stevani. Trimakasih mau menjadi
‘sayap kakiku’, menjadi mentor masalah percintaan. Aku selalu bisa
mengandalkanmu dalam banyak hal!
11. Teman serumahku Nining yang sabar. Aku menjadi lebih baik sejak tinggal
bersamamu loh Jeng! Trimakasih telah mengajariku sedikit lebih sabar
menghadapi banyak hal..
12. Teman baikkku Farah Herastuti. Trimakasih mau berbagi banyak hal
bersamaku, kamu mengajari aku arti keluarga, kerja keras dan ketulusan.
13. Teman baikku Maria Fransisca. Trimakasih sering mengingatkanku kembali
berdoa dan mengajak ziarah kemana-mana. Maaf yaa, kadang-kadang suka
menyesatkanmu. Trimakasih mau berbagi bersamaku!
14. Teman-teman seangkatan yang asyik-asyik, Diana, Lina, Tyas, Adri, Maria,
Irma, Jeng Dessy, Elis dan semua angkatan 2001 OK punya! Senang
menghabiskan tahun-tahun kuliah bersama kalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Vero dan Chicha yang jauh dimata dekat di hati, atas sms-sms yang bikin
semangat!!!
16. Teman-temanku yang jarang bertemu tapi selalu menyenangkan bila bersua.
Sisca Widya atas banyak sharing yang menggugah emosi, Koko atas bantuan
triangulasi dan abstraknya, Mas Anton, Rondang, dan teman-teman Teknik
yang setia mengajak ziarah dan kumpul-kumpul.
17. Teman-teman YAKKUM Emergency Unit, khususnya staf Psikososial,
senang bekerja bersama kalian.
18. Pasanganku berafeksi ria, Dimas. Trimakasih atas kasih sayang dan
kesabarannya.
19. Semua fihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu. Trimakasih
banyak.
Penulis menyadari kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini.
Masukan dari para pembaca penulis harapkan untuk membuat karya ini menjadi
lebih baik. Selamat membaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika kau menginginkan sesuatu,
segenap alam semesta
akan bersatu membantumu meraihnya.
(Paulo Coelho, Sang Alkemis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………... ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….. iv
ABSTRAK……………………………………………………………….. v
ABSTRACT……………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………… vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... xi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………… 13
C. Tujuan………………………………………………………….. 14
D. Manfaat………………………………………………………… 14
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Novel Sang Alkemis
1. Latar Belakang Penulis………………………………….… 16
2. Sinopsis…………………………………………………… 37
B. Konsep Psikologi Humanistik Maslow
1. Prinsip Umum…………………………………………… 43
2. Teori Hirarki Kebutuhan………………………………… 44
C. Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menurut Psikologi Humanistik Maslow……………………... 63
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian………………………………………………. 68
B. Metode Penelitian
1. Reduksi Data……………………………………………. 69
2. Pengkodean……………………………………………... 69
3. Deskripsi Data dan Penafsiran Data……………………. 69
4. Kesimpulan dan Dinamika Psikologis………………….. 69
5. Pemeriksaan Keabsahan Data…………………………... 70
C. Teknik Penelitian
1. Pengkodean……………………………………………… 71
2. Menyajikan Hasil Penelitain……………………………. 75
3. Intepretasi Data Berdasarkan Hasil Pengkodean……….. 75
BAB IV: PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………. 76
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Pencapaian Aktualisasi Diri Santiago
Berdasarkan Hirarki Kebutuhan Maslow……………… 93
2. Karakteristik Pengaktualisasi Diri yang
Terdapat dalam Diri Santiago Sehingga
Mempengaruhi dan Mendukung Pencapaian
Aktualisasi Dirinya…………………………………….. 97
C. Dinamika Psikologis………………………………………. 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Kritik Terhadap Teori Maslow……………………………. 109
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………... 111
B. Saran………………………………………………………. 113
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………... 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami kepribadian manusia melalui karya sastra bukanlah hal baru
dalam dunia psikologi. Tinjauan Psikologi Humanistik dalam dunia sastra
merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk lebih memahami manusia sebagai
individu yang mampu mewujudkan cita-citanya, mencapai prestasi dan
keberhasilan yang digambarkan melalui tokoh dalam cerita yang disajikan.
Psikologi Humanistik sendiri adalah mazhab ketiga dalam ilmu psikologi,
setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme. Psikoanalisa mengatakan bahwa tingkah
laku manusia sangat dipengaruhi oleh alam tidak sadarnya, tempat semua
dorongan dan penggerak kehidupan berasal, sehingga tingkah laku manusia yang
tampak di permukaan hanyalah perwujudan dari dorongan dasar individu yang
sudah diselaraskan dengan kondisi sosial oleh ego individu tersebut. Sementara
itu, Behaviorisme memandang manusia sebagai mahluk yang bertindak sesuai
dengan stimulus yang diberikan oleh lingkungannya. Individu adalah mahluk
yang tingkah lakunya dapat dijabarkan dengan sistematis karena apa yang mereka
lakukan dapat diformulasikan dengan hukum stimulus–respon. Psikologi
Humanistik muncul dengan sebuah optimisme baru yang memandang manusia
dari sisi yang lebih positif sehingga penelitian dilakukan pada orang-orang yang
sehat dan berhasil. Abraham Maslow sebagai tokoh Psikologi Humanistik
mencoba membuka mata dunia dengan sebuah pandangan baru, yaitu bahwa
manusia adalah makhluk mulia yang mampu memberikan kapasitasnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbaik dalam kehidupan sebagai orang yang berguna di masyarakat, bukan hanya
sebagai seorang individu yang dipenuhi dengan dorongan-dorongan tidak sadar
atau sekadar produk dari stimulus yang diberikan oleh lingkungannya.
Sebagai seorang humanis, Maslow memandang manusia secara optimis.
Aspek negatif yang terdapat dalam diri manusia tidak akan menghambatnya untuk
menjadi manusia yang berhasil karena dalam diri setiap manusia juga ada
berbagai aspek positif yang mendukung pengembangan dirinya. Berbagai aspek
positif dalam tingkah laku manusia seperti kebahagiaan, kegembiraan, kepuasan
hati, hati yang damai, seloroh, permainan, kesejahteraan, kegirangan, dan ektasis
telah diabaikan oleh kalangan ilmuwan, demikian pula halnya sifat-sifat positif
seperti kebaikan, kebajikan dan persahabatan (Maslow dalam Goble, 1987).
Keoptimisan dalam memandang manusia ini bukan berarti memandang manusia
hanya dari sisi dirinya yang positif, melainkan memandang manusia sebagai satu
kepribadian yang utuh, dimana semua sisi dalam dirinya berperan dalam
pembentukan kepribadiannya.
Setiap kepribadian yang berbeda-beda memiliki kesamaan dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang menurut Maslow terdiri dari beberapa tahap.
Aktualisasi diri adalah puncak dari hirarki kebutuhan Maslow, dimana untuk
mewujudkannya setiap manusia perlu memenuhi kebutuhan lain yang lebih
mendasar. Namun, tidak semua orang mampu mencapai aktualisasi dirinya.
Meskipun kebutuhan-kebutuhan dalam tingkat yang lebih rendah dipuaskan – kita
merasa aman secara fisik dan emosional, mempunyai perasaan memiliki dan cinta
serta merasa bahwa diri kita adalah individu-individu yang berharga – namun kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas kalau kita gagal berusaha untuk
memuaskan kebutuhan akan aktualisasi diri (Maslow dalam Schultz, 1991).
Aktualisasi diri adalah cita-cita atau impian yang ingin diwujudkan manusia
dalam kehidupannya. Pada dasarnya semua potensi dan kemampuan yang dimiliki
akan dikerahkan dengan sekuat tenaga untuk dicapai, karena manusia itu sendiri
menyadari bahwa cita-cita atau impian tersebut mampu membuat kehidupannya
menjadi lengkap dan bermakna.
Aktualisasi diri yang diletakkan pada puncak hirarki kebutuhan Maslow
menunjukkan ada kebutuhan-kebutuhan lain di bawahnya yang dipenuhi sebelum
sampai pada aktualisasi diri. Hal inilah yang membuat usaha setiap individu yang
berjuang mengaktualisasikan dirinya mengalami sebuah proses, karena ia harus
memulainya dari kebutuhan yang paling dasar menuju ke kebutuhan yang lebih
tinggi, sampai pada akhirnya ia mengaktualisasikan dirinya. Sifat dari hirarki
kebutuhan Maslow yang dinamis, sangat mempengaruhi perjalanan individu
dalam mengaktualisasikan dirinya. Ada saat dimana individu yang sudah sampai
pada tahap mendapatkan penghargaan dari masyarakat tiba-tiba kehilangan
pemenuhan kebutuhan makanan yang biasa ia dapatkan, sehingga ia harus turun
memenuhi kebutuhan tersebut bahkan sampai melupakan bagaimana orang yang
telah mendapatkan penghargaan dari masyarakat bertingkah laku.
Aktualisasi diri tidak mudah untuk dicapai, perlu banyak usaha dan kerja
keras untuk mewujudkannya. Tidak jarang individu menyerah di tengah jalan
karena beratnya usaha yang harus dilakukan. Selain itu pilihan-pilihan yang harus
dilakukan dalam perjuangan mengaktualisasikan diri bisa jadi merupakan pilihan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pilihan besar yang akan mempengaruhi perjalanan hidup individu tersebut.
Pilihan-pilihan ini bisa berupa meninggalkan pekerjaan yang telah memberinya
kekayaan atau meninggalkan orang-orang yang dicintai. Semua hal ini dilalui oleh
setiap individu yang berjuang mengaktualisasikan dirinya.
Aktualisasi diri tidak lepas dari pilihan apakah individu mau
melakukannya atau tidak. Keputusan untuk melakukan berarti sebuah perjuangan
pribadi karena individu akan melakukannya berdasarkan kapasitas dan potensi
dirinya sendiri. Perjuangan ini akan semakin berat karena aktualisasi diri setiap
orang berbeda. Hal ini juga berarti untuk mengaktualisasikan diri setiap orang
akan berjuang sendiri.
Individu yang mengaktualisasikan diri memilih untuk mengembangkan
diri sesuai dengan potensi dan keinginannya. Mereka telah mencapai pada suatu
tahap dimana telah memenuhi semua kebutuhan yang bersumber dari kekurangan
dari dalam diri menuju pada tahap dimana kebutuhan yang muncul harus dipenuhi
bukan karena kekurangan melainkan karena ingin mengembangkan diri.
Aktualisasi diri berarti melakukan apa yang ingin dilakukan sesuai dengan potensi
diri.
Aktualisasi diri memiliki 16 karakteristik khusus. Karakteristik ini
diperoleh pada saat Maslow menyelidiki orang-orang sukses yang ia kagumi.
Dalam penelitian ini akan dilihat karakter apa saja yang mempengaruhi subyek
dalam proses mengaktualisasikan diri. Pada saat Maslow mengagumi orang-orang
yang menurutnya sukses, ia yakin ada sifat-sifat yang melatarbelakangi
kemampuan orang-orang sukses tersebut yang membuat mereka mampu berjuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengaktualisasikan dirinya. Sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang.
Sifat-sifat ini dipandang perlu karena merupakan faktor yang melatarbelakangi
individu untuk berjuang mengaktualisasikan dirinya.
Studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya sudah
dilakukan Maslow sejak ia merintis faham Psikologi Humanistik, namun
pemusatan perhatian pada studi tentang manusia dan pribadi manusia seperti yang
dijalankan oleh psikologi humanistik bukanlah suatu hal yang baru. Perhatian
semacam itu bisa dijumpai dalam filsafat, agama, sastra, dan dalam humanisme
yang memiliki sejarah yang panjang (Misiak dan Sexton, 1988). Sastra adalah
salah satu wujud penggambaran kisah hidup manusia, rangkaian tulisan kisah
hidup yang tampaknya jauh dari kehidupan pembacanya namun sebenarnya
merupakan kisah yang dapat terjadi dalam hidup siapa saja. Setiap cerita yang ada
dalam sebuah karya sastra adalah penggambaran hidup individu yang bisa
dipahami, sehingga tokoh dalam novel adalah cerminan hidup individu di dunia
nyata.
Novel sebagai bagian dalam dunia sastra, mampu menampilkan tokoh-
tokoh yang ada di dalamnya melalui isi dan alur cerita yang disampaikan dalam
bentuk tulisan. Berbagai tokoh yang ditampilkan memiliki karakteristik tersendiri
yang membentuk sebuah interaksi dalam cerita yang dituliskan. Tokoh dalam
novel sebagai individu yang mengaktualisasikan dirinya, kiranya juga dapat
dipandang sebagai usaha untuk lebih memahami tingkah laku manusia, karena
bagaimanapun novel sendiri adalah cerminan dari kehidupan manusia yang
digambarkan dengan bahasa yang menarik dan alur cerita yang penuh kejutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Sumardjo (1984), pembaca sastra lebih mengerti kesulitan orang lain,
penderitaan orang lain, keinginan orang lain, watak orang lain, sehingga pembaca
lebih luas pengetahuannya mengenai manusia lain. Gambaran inilah yang ingin
disampaikan oleh pengarang novel kepada para pembacanya. Melalui cerita dalam
sebuah novel, seorang pengarang menyampaikan pesan tentang kehidupan setiap
tokoh yang ada didalamnya.
Psikologi memasuki bidang kritik sastra lewat beberapa jalan, yaitu
pembahasan tentang proses penciptaan sastra, pembahasan psikologi terhadap
pengarangnya baik sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi,
pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya
sastra, dan pengaruh karya sastra terhadap pembacanya (Hardjana,1981:60). Sang
Alkemis sebagai salah satu novel yang menyajikan perjalanan hidup seorang
gembala muda, menampilkan sosok individu biasa yang berjuang untuk
mewujudkan mimpinya melalui perjuangan yang berat. Novel ini memberi
gambaran bahwa setiap manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk
berkembang dan mewujudkan cita-cita yang dimilikinya dengan tidak
meninggalkan sifat-sifat kemanusiaannya, karena sastra sendiri adalah bentuk lain
dari pengalaman manusia yang disajikan dengan bahasa yang berbeda. Atas dasar
ini penulis ingin menimba kaidah psikologis yang dapat ditimba dari novel
tersebut. Paulo Coelho melalui Sang Alkemis memberi sebuah pandangan optimis
bagi para pembacanya yang ingin mengejar mimpi yang paling sulit sekalipun.
Maka tidak salah jika kita mencoba meninjau lebih jauh kisah sederhana ini
dengan menggunakan teori seorang tokoh yang juga optimis memandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
manusia, yaitu Abraham Maslow. Paulo Coelho sebagai pengarang novel Sang
Alkemis menyebut cita-cita yang ingin diwujudkan oleh manusia sebagai Legenda
Pribadi, sementara Aktualisasi Diri adalah dua kata yang dipilih oleh Maslow
untuk melambangkan perwujudan hal tersebut.
Sang Alkemis adalah novel yang meraih The International Best Seller
karena terjual lebih dari 30 juta eksemplar di seluruh dunia, yang telah
diterjemahkan dalam 56 bahasa di lebih dari 150 negara. Pengarangnya sendiri,
Paulo Coelho termasuk dalam 15 pengarang terbesar sepanjang sejarah. Hadir
dengan bahasa yang ringan, ia mampu mengajak pembaca menyadari bahwa
kejadian yang terlihat sederhana di alam sekitar mereka adalah sebuah simbol
yang sarat makna. Paulo Coelho menyuguhkan sebuah cerita tentang seorang
pemuda bernama Santiago yang berasal dari Spanyol yang mau berjuang
mencapai mimpinya meskipun banyak kendala yang menghadang sejak awal ia
memutuskan untuk mengejar mimpinya. Hal tersebut jarang ditemui pada masa
sekarang. Orang akan lebih mudah melupakan cita-cita dan impiannya karena
mudah terbuai dengan kenyamanan yang tengah dirasakannya sehingga lupa
dengan apa yang sebenarnya ia inginkan dalam hidupnya. Cita-cita yang dimiliki
Santiago adalah aktualisasi dirinya, perwujudan dari seluruh keinginan dan cita-
cita yang dia inginkan selama hidupnya.
Dalam novel ini, perwujudan Legenda Pribadi Santiago dimulai ketika ia
memutuskan untuk mencoba mewujudkan mimpinya. Sebuah kutipan kalimat
dalam Sang Alkemis mengatakan “Kemungkinan untuk mewujudkan mimpi
menjadi kenyataan membuat hidup menarik”. Pernyataan inilah yang dituangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh Paulo Coelho ketika ia menggambarkan perjuangan Santiago untuk
mewujudkan mimpinya. Mewujudkan sebuah impian tidaklah mudah. Keputusan
untuk mewujudkan mimpi hanyalah awal dari perjuangan yang berat. Akan ada
banyak rintangan yang ditemui. Untuk melalui rintangan itu dibutuhkan kerja
keras dan sangat mungkin membuat orang menyerah. Itulah yang terjadi pada
Santiago, ketika ia memutuskan untuk mewujudkan mimpinya. Ia tidak
menyangka kalau ia harus meninggalkan domba-dombanya, ditipu di negeri asing,
bekerja selama setahun di toko kristal, berhari-hari melintasi gurun, beberapa kali
hampir terbunuh dan harus belajar banyak membaca pertanda dan mendengarkan
kata hatinya. Semua ini membuatnya hampir menyerah ketika menyadari bahwa
meraih impian ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Seseorang yang takut
mencoba sesuatu yang baru, keluar dari rutinitas, dan takut gagal, tidak akan
mampu mewujudkan mimpinya. Semua hal sangat mungkin terjadi saat seseorang
berusaha mewujudkan mimpi atau cita-citanya. Sama seperti Maslow yang
memandang pemenuhan aktualisasi diri akan membuat hidup seseorang lengkap
dan bermakna, dalam novelnya Coelho juga menyatakan jika seorang manusia
menolak menderita dan berjuang untuk mewujudkan mimpinya, maka ia akan
menderita dan pada akhirnya suara hati yang selama ini selalu mengingatkan akan
impiannya yang menunggu untuk diwujudkan akan diam untuk selama-lamanya,
karena sejak kecil, setiap orang memiliki mimpi yang berasal dari hati mereka
yang masih murni. Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki
perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diri (Schultz, 1991). Pandangan ini menunjukkan sikap optimisme Maslow dalam
memandang manusia.
Penelitian-penelitian terdahulu terhadap novel ini tentu saja akan sangat
membantu melihat bagaimana novel yang sama memiliki daya tarik penelitian,
meskipun setiap penelitian memiliki fokus berbeda dengan pendekatan yang
berbeda pula. Dalam hal ini peneliti mengambil tiga penelitian terdahulu dalam
bentuk skripsi yang masing-masing memakai pendekatan psikologi dalam
pembahasannya. Skripsi pertama berjudul The Meaning of Hope as The
Philosophical Teaching ini Paulo Coelho’s The Alchemist (Satyadharma, 2003).
Skripsi ini menganalisa harapan sebagai ajaran filsafat yang muncul dalam novel
Sang Alkemis. Penelitian ini menggunakan teori Erich Fromm karena keduanya
memiliki dasar pemikiran yang sama. Tujuannya adalah untuk membuktikan
bahwa di dalam karya sastra terdapat ajaran-ajaran filsafat mengenai harapan.
Harapan membawa pandangan baru tentang hidup dan membuat orang bergerak
dari kondisi sekarang ke hidup baru yang ia inginkan. Harapan adalah perubahan
dari realitas sekarang ke kehidupan dan kegembiraan yang lebih besar. Harapan
menginspirasi manusia menggunakan media seperti pandangan, ide, dan mimpi.
Mimpi adalah media yang didapat Santiago sehingga menimbulkan harapan dalam
dirinya. Orang yang memiliki harapan tidak pasif dan menunggu untuk
harapannya terwujud. Mereka akan aktif dalam meraih dan memenuhi harapan
dengan mengambil tindakan. Ketika Santiago mengetahui bahwa mimpinya
memiliki arti yang besar, ia mengambil tindakan untuk mewujudkannya. Ia
melakukan perjalanan melintasi gurun demi mendapatkan harta yang ia harapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perjuangannya selama perjalanannya akan membuatnya matang tidak hanya
dalam membaca pertanda tapi juga dalam memahami alam semesta dan
menyadari bahwa ada keberuntungan yang disediakan untuknya oleh dunia. Ini
sesuai dengan pandangan Fromm yang menyatakan harapan yang pasif tanpa
tindakan merupakan perampasan akan harapan itu sendiri. Dengan berharap
manusia menyatakan keberadaan dirinya, berharap adalah kesiapan dari dalam
diri, sebuah usaha untuk memahami rahasia penciptaan manusia di dunia.
Skripsi yang kedua berjudul A Psychological Study of Santiago in
Coelho’s The Alchemist : Logic in Relation With Intelligence and Learning as
Part af Human Development (Sari, 2004). Penelitian ini menyimpulkan Santiago
dapat membuat impiannya menjadi kenyataan dengan kekuatan fikirannya. Dari
seorang gembala biasa kemudian ia mempelajari banyak hal dari orang lain dan
lingkungannya. Semua ini membuatnya lebih baik dari sebelumnya. Ia
berkembang dari seorang gembala biasa menjadi seorang yang memiliki tujuan.
Perjalanannya membuatnya kaya pengetahuan yang mempertajam fikirannya, dan
kemampuan ini membantunya mengatasi masalah. Santiago mampu membuat
pertimbangan yang matang berdasarkan inteligensi, pembelajaran dan
kemampuannya berfikir logis. Perkembangan fikiran Santiago membantunya
mengerahkan seluruh kekuatan fikirannya. Kekuatan fikiran Santiago adalah
aspek paling penting untuk membuat impiannya menjadi nyata.
Skripsi ketiga berjudul The Influence of Minor Characters on Santiago’s
Personality Development in Paulo Coelho’s The Alchemist (Anggraeni, 2004).
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kepribadian Santiago dipengaruhi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang-orang yang berada di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan teori
kepribadian Kalish, Allport dan Adler yang memberi deskripsi jelas pada karakter
di novel dan menemukan pengaruh pemeran pembantu pada perkembangan
kepribadian karakter utama. Pada awalnya tokoh Santiago dijelaskan sebagai
orang yang merasa bisa hidup sendiri tanpa orang lain, sebagai gembala ia dapat
mengontrol dan mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya. Perubahan penting
terjadi pada kepribadian Santiago. Dia menjadi bijak, dapat memecahkan masalah
sulit sendiri, sabar berfikiran terbuka, menerima perubahan di sekelilingnya,
mendengarkan nasihat orang lain, sadar akan pertanda yang terjadi di
sekelilingnya, dan yang terpenting dia kembali pada kepercayaannya terhadap
Tuhan, yang selalu menolongnya di setiap situasi. Semua perubahan kepribadian
Santiago dipengaruhi peran pembantu di sekelilingnya. Dia menjadi orang yang
lebih baik karena karakter orang lain di sekitarnya.
Ketiga skripsi di atas memfokuskan penelitiannya pada tokoh utama pada
novel Sang Alkemis yaitu Santiago. Garis besar yang muncul pada ketiga skripsi
di atas adalah melihat apa yang membuat Santiago mampu mewujudkan
impiannya. Penelitian pertama memaparkan bagaimana harapan membuat
Santiago memiliki pandangan baru tentang hidup sehingga menjadi aktif
mewujudkan mimpinya. Penelitian kedua memperlihatkan bagaimana kekuatan
fikiran dan kemampuan berfikir logis membantu Santiago mewujudkan
mimpinya. Pengetahuan yang didapat selama perjalanan, baik itu membaca
pertanda, mempelajari bahasa buana, dan puncaknya mampu mengubah dirinya
menjadi angin, adalah perkembangan kekuatan fikiran Santiago yang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengantarnya menemukan hartanya. Kemampuan memahami perkataan
pemimpin perampok yang pada akhirnya membuatnya mengetahui dimana letak
harta karun tidak lepas dari kemampuan berfikir logis Santiago. Penelitian ketiga
menunjukkan bagaimana pengaruh peran pembantu mempengaruhi kepribadian
Santiago. Melchizedek dan sang alkemis mempunyai pengaruh besar merubah
cara pandang Santiago sehingga ia mampu menemukan hartanya.
Ketiga penelitian terdahulu terhadap tokoh utama dalam novel Sang
Alkemis mampu memberikan bantuan gambaran terhadap konteks penelitian
sekarang, yaitu menitikberatkan pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan
hirarki kebutuhan Maslow. Berbagai aspek yang mampu dilihat sebagai penyebab
keberhasilan Santiago, baik itu harapan, kekuatan fikiran dan kehadiran orang-
orang di sekitarnya, yang muncul di tengah perjalanan Santiago mencari hartanya,
semakin meyakinkan peneliti akan pentingnya perjalanan sebagai proses
mewujudkan aktualisasi diri seseorang.
Berbagai upaya yang dilakukan Santiago untuk mengaktualisasikan
dirinya, untuk mencapai legenda pribadinya, dapat ditelusuri melalui jalan yang ia
tempuh dalam usaha mewujudkan mimpinya. Hal ini dapat dilihat dari Santiago
yang menerima kondisinya sebagai manusia yang memiliki kebutuhan fisiologis,
rasa aman, dicintai dan mencintai, juga penghargaan, namun tetap berjuang berani
menantang bahaya, keluar dari rutinitas untuk meraih mimpinya. Ada kekuatan-
kekuatan yang tidak terlihat namun, sangat mempengaruhi perjuangan Santiago
dalam mengaktualisasikan dirinya. Harapan yang tumbuh dalam diri, dan
kekuatan fikiran Santiago yang memungkinkannya mampu mempelajari banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hal dari lingkungannya, ternyata sangat mempengaruhi keberhasilan Santiago
dalam menggapai mimpinya. Selain itu kehadiran orang-orang di sekitar Santiago
juga membantu Santiago dalam upayanya menggapai mimpinya. Tiga hal ini
dapat dilihat dalam skripsi sebelumnya yang juga meneliti novel Sang Alkemis.
Figur Santiago sebagai seorang gembala yang berusaha menemukan harta
terpendam adalah gambaran kesuksesan orang biasa yang berusaha mendapatkan
apa yang benar-benar ia inginkan. Ia membutuhkan makanan, rasa aman, ingin
dicintai, dan membutuhkan penghargaan seperti manusia pada umumnya.
Meskipun ia memiliki kekuatan fikiran yang baik, juga harapan yang besar,
Santiago tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantunya meraih
mimpinya. Akan tetapi yang membedakan Santiago dengan kebanyakan orang
adalah ia berjuang dan mau bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya. Ia
melalui tahapan hidup seperti orang pada umumnya, namun ia berhasil mencapai
apa yang benar-benar ia inginkan dalam hidupnya. Penelitian ini akan melihat
lebih jauh bagaimana pencapaian aktualisasi diri Santiago dengan menggunakan
pendekatan Psikologi Humanistik Maslow.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan permasalahan yang
diteliti adalah:
1. Bagaimana pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan
Maslow?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam diri Santiago
sehingga mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana pencapaian aktualisasi diri Santiago
berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow dan untuk mendapatkan karakteristik
pengaktualisasi diri yang terdapat dalam diri Santiago sehingga mampu
mengaktualisasikan dirinya.
D. Manfaat
Kepentingan kritik sastra secara umum yaitu untuk penerangan kepada
para pembacanya yang mengalami kesukaran dalam memahami isi karya sastra
tersebut (Pradopo, 1994). Dengan adanya analisis yang dilakukan terhadap novel
Sang Alkemis terhadap tokoh utamanya dengan menggunakan tinjauan Psikologi
Humanistik Maslow, diharapkan manfaat yang terkandung dalam karya tersebut
dapat diterima dengan baik. Berdasarkan analisis yang dilakukan atas novel Sang
Alkemis maka manfaat yang dapat diperoleh adalah:
1. Manfaat teoretis
a) Untuk memperkaya tinjauan Psikologi Humanistik dalam dunia sastra.
b) Untuk melihat bagaimana aktualisasi diri yang merupakan salah satu
tinjauan psikologis dapat diterjemahkan ke dalam dunia sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Manfaat praktis:
Memberi masukan lebih dalam bagi para pembaca Novel Sang Alkemis
mengenai tokoh utama novel ini dan diharapkan dapat memberi semangat dan
motivasi untuk berjuang mewujudkan mimpi para pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Novel Sang Alkemis
1) Latar Belakang Penulis
Pada sub bab ini kita akan melihat latar belakang Paulo Coelho,
pandangan-pandangan hidupnya, dan bagaimana kedua hal tadi memberi
pengaruh pada buku-buku yang ia hasilkan. Meskipun, menurut Hardjana
(1981) nilai karya sastra bebas dan tidak tergantung dari proses penciptaan
maupun penciptanya sendiri, ada baiknya kita mengetahui sedikit
perjalanan hidupnya untuk melihat relevansi antara karyanya dengan
kehidupan yang ia jalani.
Menurut Patricia Martin (2002) yang menulis biografi Paulo
Coelho dalam paulocoelho.com, Paulo lahir dari keluarga kelas menengah
di Brazil pada tanggal 24 Agustus 1947. Ayahnya seorang insinyur dan
ibunya seorang ibu rumah tangga. Orangtuanya menginginkan Paulo
menjadi insinyur dan memaksanya membenamkan diri dalam buku-buku
teknik. Sebagai seorang anak yang memiliki jiwa yang bebas Paulo
menentangnya karena ia lebih tertarik menjadi seorang penulis. Berbagai
tindakan ekstrim yang dilakukan oleh Paulo bahkan sampai membuatnya
keluar masuk penjara karena menentang diktatorisme pemerintah adalah
jalan yang ia pilih yang sesuai dengan keyakinannya pada masa itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perjalanan hidup yang penuh dengan perjuangan pada akhirnya
mengantarnya menjadi seorang penulis sesuai seperti yang ia inginkan.
Saat berumur 7 tahun Paulo masuk sekolah Jesuit San Ignacio di
Rio de Janeiro, namun ia tidak menyukai kewajiban dan rutinitas religius
di sana termasuk berdoa dan pergi ke misa. Untunglah sekolah tersebut
memberikan keringanan bagi dirinya. Paulo diperbolehkan menghabiskan
waktunya di koridor sekolah untuk menulis, dan ini adalah kegiatan yang
benar-benar ia sukai. Paulo memenangkan hadiah sastra pertama di
kompetisi puisi sekolah. Bahkan, saudara perempuannya bercerita
bagaimana ia memenangkan penghargaan essay dengan mengumpulkan
karya Paulo yang telah dibuang ke tong sampah (Martin, 2002).
Bakat dan keinginan Paulo untuk menjadi seorang penulis tidak
didukung oleh orangtuanya. Paulo dipaksa mengubah minatnya dan
mewajibkannya membaca literatur yang berhubungan dengan dunia
teknik. Kekerasan pendirian orangtuanya menimbulkan semangat
pemberontakan dalam diri Paulo. Hal ini ditandai dengan kelakuannya
yang menentang peraturan keluarganya. Ayahnya menganggap tingkah
lakunya sebagai gejala sakit mental sehingga pada usia 17 tahun Paulo
telah dua kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dimana ia mendapat beberapa
sesi electroconvulsive therapy (Martin, 2002).
Tidak lama kemudian Paulo bergabung dengan grup teater dan
mulai bekerja sebagai jurnalis. Pada saat itu di kalangan keluarga kelas
menengah di Brazil, teater dianggap sebagai tempat yang rawan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tindakan-tindakan tidak bermoral. Kekhawatiran orangtua Paulo muncul
lagi dan ketakutan mereka membuat mereka melanggar janji untuk tidak
mencampuri kehidupannya lagi. Untuk ketiga kalinya orangtua Paulo
memasukannya ke RSJ. Ketika keluar dari sana, ia sama sekali tidak
menunjukkan perubahan sikap ke arah yang lebih positif. Paulo bahkan
lebih putus asa, bingung, tertutup dan hidup dalam dunianya sendiri.
Dalam keputusasaan, orangtuanya memanggil dokter lain yang
memberitahu mereka bahwa Paulo tidak gila dan tidak seharusnya berada
di RSJ (Martin, 2002).
Setelah periode ini Paulo kembali ke studinya dan pada saat itu
kelihatannya dia telah mengikuti keinginan orangtuanya. Namun, tidak
lama sesudah itu dia dikeluarkan dan kembali ke teater. Ini terjadi di tahun
60an, dimana gerakan hippi meledak di seluruh dunia termasuk di Brazil
yang pada saat itu dikuasai oleh rezim militer yang represif. Sebagai
seorang hippi, Paulo berambut panjang dan berjanji tidak akan membawa
kartu identitasnya. Dia menggunakan obat-obatan dan memiliki keinginan
untuk hidup sebagai hippi seutuhnya. Namun gairahnya untuk menulis
tetap ada, bahkan mengantarnya untuk memulai membuat sebuah majalah
yang sempat diterbitkan dua kali (Martin, 2002).
Pada masa ini, musisi dan komposer Raul Seixas mengundang
Paulo menulis lirik untuk lagu-lagunya. Rekaman kedua mereka sukses
besar dan terjual lebih dari 500.000 kopi. Untuk pertama kalinya Paulo
memiliki banyak uang dan kerjasama ini berlanjut sampai tahun 1976.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada tahun 1973, Paulo dan Raul menjadi bagian dari Alternative Society,
sebuah organisasi yang menentang ideologi kapitalis. Mereka membela
hak individu untuk melakukan apa yang disukai, dan pada masa ini mereka
juga memprakktekan ilmu hitam. Selama periode ini mereka mulai
mempublikasikan Kring-ha, sebuah komik lembaran berseri yang
mengajak pembacanya untuk memperoleh kebebasan lebih dari yang
selama ini mereka peroleh dari pemerintah. Pemimpin-pemimpin yang
ditaktor menyadari tindakan ini sebagai gerakan bawah tanah sehingga
memerintahkan penangkapan dan memasukkan Paulo dan Raul ke dalam
penjara. Raul segera dibebaskan, tetapi Paulo ditahan lebih lama karena
dia adalah ‘otak’ di balik komik tersebut. Permasalahannya tidak berhenti
sampai di situ. Paulo kembali ditangkap hanya dua hari setelah
kebebasannya karena terlihat berada di jalanan, dan mendapat siksaan dari
fihak militer selama beberapa hari. Dia terselamatkan dari kematian
dengan mengatakan pernah gila dan masuk RSJ tiga kali. Paulo mulai
menyakiti diri sendiri di hadapan penculiknya, dan pada akhirnya mereka
berhenti menyiksanya dan membiarkan Paulo pergi (Martin, 2002).
Pengalaman ini memberikan kesan yang mendalam pada dirinya,
sehingga pada umur 26 tahun Paulo memutuskan bahwa dia sudah
memiliki cukup pengalaman hidup dan ingin menjalani hidup seperti
kebanyakan orang. Dia mendapatkan pekerjaan pada perusahaan rekaman
Polygram dan kemudian menikah. Pada tahun 1977 Paulo dan istrinya
pindah ke London. Paulo membeli mesin ketik dan mulai menulis, tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak mendapatkan sukses. Tahun berikutnya dia kembali ke Brazil,
dimana dia bekerja sebagai eksekutif untuk perusahaan rekaman lain,
CBS. Ini hanya berlangsung tiga bulan, setelah itu dia berpisah dari
istrinya dan meninggalkan pekerjaannya. Pernikahan kedua Paulo terjadi
pada tahun 1979 (Martin, 2002).
Bagi Paulo Coelho, kisah hidup yang berat belum cukup untuk
benar-benar merasakan hidup yang utuh. Paulo Coelho sendiri mengatakan
bahwa pada saat itu, meskipun telah mengetahui bahwa menulis adalah
sesuatu yang benar-benar ia inginkan tapi Paulo tidak pernah berani untuk
menulis buku. Pada saat ia berumur 38 tahun, ia telah memiliki segalanya,
cinta, uang, rumah dan pekerjaan, tapi itu semua belum mewujudkan
impiannya untuk menjadi seorang penulis. Paulo hanya berani berangan-
angan dengan konsep itu. Dia telah menulis lirik untuk lagu, artikel untuk
surat kabar dan skrip untuk televisi, tapi tidak pernah berani untuk menulis
buku. Paulo tidak ingin mengungkapkan dirinya dengan menulis buku.
Impian Paulo kembali mengusik dirinya ketika pasangan ini
mengunjungi beberapa negara di Eropa. Berawal di Jerman ketika mereka
mengunjungi kamp konsentrasi di Dachau. Di sana Paulo mendapat
penglihatan dimana ada pria menampakkan diri kepadanya. Dua bulan
kemudian dia bertemu pria yang sama di cafe di Amsterdam dan
menghabiskan waktu yang panjang berbicara dengannya sehingga
mengubah pandangannya. Pria itu, yang identitasnya tidak pernah
diungkapkan oleh Paulo, menyarankan dia harus kembali ke ajaran Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan melakukan perjalanan Road to Santiago yaitu sebuah rute ziarah abad
pertengahan antara Perancis dan Spanyol (Martin, 2002).
Apa yang menjadi titik balik dalam hidupnya sehingga
memutuskan untuk menulis buku adalah ziarah ini. Pada saat itu dia
bergabung dengan persaudaraan RAM singkatan dari Regnus Agnus
Mundi, tetapi di kesempatan lain Paulo juga menyebut RAM sebagai
Rigour, Adoration, Mercy, yaitu sebuah golongan kebatinan dengan akar
Katolik yang didirikan pada tahun 1492. RAM mempelajari bahasa simbol
dengan sistem pengajaran secara oral. RAM tidak memiliki pemimpin,
tidak mempunyai pengetahuan gaib dan prinsip dasarnya adalah orang
belajar dengan mengambil langkah maju. Pada saat dia bergabung dengan
RAM, Paulo telah mengetahui tentang ziarah tersebut dan teman-temannya
di RAM menganjurkan untuk mengikutinya. Pada awalnya Paulo merasa
itu adalah ide yang aneh dan membuang-buang waktu, karena ia harus
berjalan kaki sejauh 700 km. Namun, dengan bujukan dari istrinya
akhirnya Paulo memutuskan untuk melakukannya (Coelho, ; Martin,
2002).
Pengalaman Paulo selama melakukan ziarah Road to Santiago
akan dijabarkan lebih lanjut karena ziarah ini adalah titik balik dalam
hidupnya dan sangat mempengaruhi karyanya, termasuk Sang Alkemis.
Ziarah ini adalah perjalanan yang berat dan membutuhkan waktu 56 hari
untuk menyelesaikannya. Paulo mengungkapkan bagaimana ia merasa
tanah lapang yang ia lalui terasa seperti gurun, panas, berdebu dan tandus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Makanan yang tersedia juga sangat minim, dan hari-hari terasa panjang
dan melelahkan. Ia mendapatkan pelajaran yang dipetik selama melakukan
perjalanan, yaitu ketika dalam perjalanan pengalaman harus dipraktekkan
dalam tindakan sebagai wujud dari kelahiran kembali.
Paulo berhadapan dengan situasi yang sama sekali baru, hari
berlalu lebih lambat, dan kesulitan bahasa karena ia berada di daerah yang
asing. Dia mengumpamakan situsi ini seperti anak yang baru keluar dari
rahim ibunya. Sejak saat itu Paulo merasa semua hal adalah baru dan
melihat keindahan dalam setiap hal yang ia temui sepanjang jalan, dan
memiliki perasaan gembira karena telah hidup.
Menurut Paulo, ziarah relijius selalu menjadi satu dari banyak jalan
yang obyektif dalam mencapai pengertian dan pemahaman tentang
kehidupan, karena kita jauh dari hari-hari yang penuh konflik dan rutin
dalam hidup kita, sehingga kita dapat melihat banyak hal dengan lebih
jelas. Dalam menempuh tujuan hidup kita adalah hal yang vital untuk
memberi perhatian pada jalan yang kita lalui. Dengan demikian kita
belajar dari jalan yang kita tempuh dan diperkaya olehnya.
Paulo menyarankan untuk melakukan ziarah ini sendiri karena
dengan demikian menjauhkan kita dari sistem support yang biasa kita
terima, dan itu adalah salah satu keuntungan yang kita peroleh. Kita diberi
tenaga untuk lebih waspada dan emosi kita lebih terungkap.
Selama ziarah yang dilakukannya, semakin jelas kelihatan bahwa
dia tidak bahagia sehingga harus melakukan sesuatu mengenai itu, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berhenti membuat alasan. Tetapi, ketika Paulo pertama kali kembali dari
perjalanan terjadi anti klimaks. Paulo menemukan bahwa berat untuk
menyesuaikannya ke kehidupan normalnya dan ia tidak sabar untuk segera
mengubah hidupnya. Tetapi perubahan terjadi ketika Paulo sudah siap.
Membutuhkan beberapa bulan untuk menyadari bahwa dia semata-mata
harus berkonsentrasi untuk menulis buku, daripada mencoba memenuhi
peraturan-peraturan yang telah dia buat sebelumnya.
Mengikuti ziarah menimbulkan kembali kesadaran itu, tetapi
menurut Paulo kita tidak harus mengikuti ziarah Road to Santiago untuk
mendapatkan kesadaran itu. Hidup itu sendiri adalah sebuah ziarah. Setiap
hari adalah berbeda, setiap hari memiliki momen ajaib, tapi kita tidak
melihat hal itu. Kita masih melihat hidup itu membosankan dan penuh
rutinitas. Sesungguhnya kita semua dalam ziarah meskipun kita
menyukainya atau tidak, dan tujuan akhirnya adalah kematian. Menurut
Paulo kita harus mendapatkan sebanyak mungkin yang kita bisa dari
perjalanan, karena pada akhirnya perjalanan itulah yang kita miliki. Tidak
masalah apa yang kita kumpulkan, apakah itu harta benda atau materi
lainnya, karena bagaimana pun juga kita akan mati, jadi mengapa tidak
hidup. Ketika kita menyadari bahwa kita dapat menjadi berani dan bahwa
hal pertama yang harus diambil dari pencarian spiritual adalah mengambil
resiko.
a. Kaitan kehidupan Paulo Coelho dengan novel Sang Alkemis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada kalanya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra dianggap
mempunyai hubungan dengan peristiwa sejarah yang menyangkut
kehidupan pengarangnya (Hardjana, 1981). Apa yang tertulis dalam
Sang Alkhemis tentu saja merupakan hasil imajinasi Paulo Coelho
dipadukan dengan pengalaman pribadinya sebagai manusia. Seorang
penulis tentu ingin setiap pembacanya menangkap ide yang ingin
disampaikan melalui karyanya, meskipun belum tentu setiap pembaca
memiliki pemahaman yang sama dari karya yang ia baca. Dalam situs
resminya paulocoelho.com kita akan menemukan bahwa Paulo, sebagai
seorang yang banyak makan asam garam kehidupan, ingin membagi
apa yang ia alami melalui buku-buku yang ditulisnya kepada
pembacanya. Setiap kisah yang ia tuangkan menjadi sebuah novel
memuat sebagian dari kisah hidupnya.
Paulo Coelho (2004) menyatakan bahwa menulis adalah caranya
berbicara tentang apa yang ingin dia ungkapkan mengenai bagian dari
dirinya pada saat itu. Oleh karena itu lebih lanjut kita akan melihat
sejauh mana Paulo melibatkan dirinya dalam karyanya Sang Alkemis,
yang merupakan buku keduanya.
Berdasarkan judulnya, Sang Alkemis secara harafiah berarti
seorang ahli alkemi. Dalam crystalinks.com, Alkemi adalah ilmu kuno
yang muncul 8 abad sebelum masehi, dengan tujuan utama menemukan
rahasia memperpanjang usia dan mengubah logam menjadi emas. Pada
zaman sekarang kita mengenal alkemi sebagai ilmu kimia. Alkemi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah bagian dari tradisi yang berbau misteri dan mistik dari dunia
barat yaitu Eropa, dan timur, termasuk Arab, India dan Cina. Alkemi
bekerja pada dua level, keduniaan dan spiritual. Pada level keduniaan,
para alkemis mencari proses fisik untuk mengubah logam menjadi
emas. Pada level spiritual, para alkemis bekerja untuk memurnikan diri
mereka sendiri dengan menyingkirkan ‘dasar’ materi dari dalam diri
dan meraih ‘emas’ pencerahan. Pada zaman renaissance banyak
alkemis yang percaya bahwa pemurnian spiritual penting untuk mampu
merubah logam menjadi emas. Para alkemis sangat percaya pada
mimpi, inspirasi dan visi mampu membimbing dalam penyempurnaan
hasil karya mereka. Untuk melindungi rahasia, mereka menyimpan
catatan harian yang dipenuhi dengan simbol-simbol misterius daripada
catatan berupa kata-kata Alkemi hanya diketahui oleh beberapa orang
saja. dan memiliki kekuatan untuk mengubah kesadaran dan
menghubungkan jiwa manusia pada Tuhan.
Dalam novel ini kita akan menemui tokoh utama yang tampil
dalam diri seorang bocah yang menentang keinginan ayahnya. Ia
memutuskan keluar dari seminari, yaitu sebuah sekolah yang
dikhususkan bagi para calon pastur, memilih menjadi gembala agar dia
dapat melihat dunia di luar desanya. Melihat masa kecil dan remaja
Paulo, maka kita akan menemui hal yang sama, yaitu seorang
pemberontak yang tidak pernah menuruti keinginan ayahnya menjadi
insinyur. Paulo memiliki jiwa yang bebas. Ide kebebasan ini ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tuangkan dalam Sang Alkemis. Santiago digambarkan memiliki jiwa
yang sangat bebas dan merasa jika ia menghabiskan hidupnya di
seminari maka ia akan kehilangan identitasnya sebagai individu.
Kegemaran Paulo membaca dan keinginan menulis dalam dirinya juga
dimiliki oleh Santiago yang gemar membaca dan memiliki keinginan
untuk menjadi seorang penulis. Tokoh utama yang juga seorang Katolik
juga merupakan cerminan dari diri Paulo yang juga seorang Katolik.
Kekatolikan Paulo juga sangat tampak disaat dia menuangkan ilmu
yang ia dapat di RAM dalam karyanya yang sarat dengan bahasa
simbol. Paulo mengajak pembacanya untuk peka terhadap pertanda,
seperti Santiago, untuk dapat terus berjalan mewujudkan mimpinya.
Dengan adanya simbol dan pertanda di sekeliling Santiago, Paulo
hendak menyatakan tidak ada sesuatu yang kebetulan, yang ada adalah
petunjuk dari Tuhan agar Santiago semakin peka dengan alam dan
mampu berkomunikasi dengan hatinya agar terus berjuang mewujudkan
mimpi yang berasal dari hatinya. Paulo juga manggabungkan karyanya
dengan kisah-kisah yang ia kutip dari kitab suci maupun legenda yang
terus hidup di antara umat manusia. Dalam Sang Alkemis ia
mengangkat cerita perwira yang kata-katanya masih digunakan dalam
perayaan misa umat Katolik sampai sekarang, beberapa ayat dalam
Alkitab yang dinarasikan oleh tokoh dalam novelnya, juga tokoh dalam
perjanjian lama yang juga ia masukkan dalam novel ini, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mechizedek, yang dikenal sebagai imam agung yang mengikat
perjanjian dengan Abraham dalam Perjanjian Lama.
Sama seperti Paulo yang menunaikan sebuah ziarah panjang dan
berat baru kemudian berani menulis sebuah buku, demikian pula halnya
dengan Santiago. Setahun bekerja di toko kristal dan melintasi gurun
yang luas adalah ziarah yang panjang dan berat bagi dirinya. Santiago
berhadapan dengan hari-hari yang penuh gerutuan dari pemilik toko,
Bahasa Arab yang asing, dan penolakan atas ide-idenya meskipun untuk
kebaikan toko itu sendiri. Di gurun ia menhadapi bahaya perang dan
belajar berkomunikasi dengan onta bahkan dengan angin. Namun,
Santiago yakin sebagaimana ia mampu menaklukkan toko kristal
dengan mengubah toko kecil yang tidak laku menjadi toko kristal yang
besar dan menghasilkan banyak uang, mampu menguasai Bahasa Arab,
maka ia pun akan mampu menaklukkan dunia.
Sama seperti Paulo, Santiago bukanlah orang yang akan menjadi
miskin dan tidak berguna jika tidak mengejar mimpinya. Paulo Coelho
adalah penulis terkenal, kaya dan punya istri yang mencintainya.
Santiago sendiri setelah bekerja di toko kristal punya cukup uang untuk
membeli domba yang lebih banyak, surat izin mendatangkan barang
dari Afrika yang memungkinkannya menjadi pedagang yang sukses.
Namun, keduanya tahu pasti akan ada yang kurang dalam hidup
mereka. Mereka memutuskan tidak ada salahnya mencoba, berani
menuruti kata hati, mengambil tindakan yang penuh resiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam Sang Alkemis dikisahkan Santiago bepergian ke banyak
tempat, tidak hanya karena ia memang seorang gembala yang melintasi
berbagai daerah untuk menggiring kawanan dombanya tetapi juga
berkelana ke negara lain untuk mengejar mimpinya. Paulo dapat
menampilkan daerah-daerah tersebut dengan detail, baik itu bagaimana
gambaran lokasinya, bagunan-bangunan yang ada di sana, tiupan angin
dan aroma udara di sana, gambaran fisik penduduknya, kebiasaannya,
bahkan bagaimana jika seorang asing berada di sana. Kemampuan ini
tidak lepas dari bekal pengetahuan yang luas mengenai tempat-tempat
yang pernah ia kunjungi, yaitu Meksiko, Eropa, dan Afrika Utara.
Diantara banyak tempat yang ia gunakan sebagai setting, Paulo
secara khusus memakai gurun sebagai tempat yang paling banyak
mengambil peran dalam novel ini. Dalam sebuah wawancara Paulo
menyatakan saat ia kecil memiliki buku yang sangat berkesan, yaitu
The Arabian Night. Ketertarikannya pada buku ini ia tuangkan kembali
dalam Sang Alkemis, dimana kita menemukan Paulo mengupas
kehidupan orang Arab di gurun dengan perang antar suku, adat-
istiadatnya, dan kehidupan di oasis.
Pengalaman Paulo tumbuh dalam keluarga yang patrilineal.
Otoritas seorang ayah yang besar dalam hidup Paulo juga sangat
mempengaruhi cerita dalam novelnya. Dalam Sang Alkemis, kehidupan
patrilineal juga dianut oleh para suku di gurun, dimana para wanita
diposisikan sebagai fihak yang menunggu, dan para pria adalah tulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
punggung keluarga yang mencari nafkah, dan berperang
mempertahankan wilayah kekuasaan mereka.
Paulo beberapa kali mengangkat sosok pria yang lebih tua dalam
novel ini, yaitu ayah Santiago yang ingin anaknya menjadi biarawan,
raja tua Melchizedek, pemilik toko kristal di Tangier dan Sang Alkemis
sendiri yang menuntunnya menuju Piramida. Kehadiran tokoh-tokoh ini
memegang peranan penting, sama seperti banyak pria yang juga
memiliki peran penting dalam kehidupan Paulo, termasuk ayahnya
sendiri yang sangat menginginkan ia menjadi seorang insinyur.
Melchizedek yang tampil sebagai raja tua misterius yang pada akhirnya
berhasil meyakinkan Santiago untuk terus melanjutkan perjalanannya,
merupakan gambaran pria yang menghampirinya, yang hadir dalam
penglihatan yang ia alami di kamp konsentrasi di Dachau, Jerman.
b. Kaitan Kehidupan Paulo Coelho dengan Novel-novelnya yang Telah
Diterbitkan di Indonesia.
Tentu saja tidak semua sisi kehidupannya sebagai manusia ia
tuangkan dalam Sang Alkemis. Buku lain yang memiliki tema berbeda
adalah jalan bagi Paulo untuk mengungkapkan sisi lain dari dirinya.
Oleh karena itu, kita akan melihat tema-tema apa saja yang muncul
dalam buku-bukunya dan pengalaman hidup apa saja yang ia
kembangkan dalam hasil karyanya.
The Pilgrimage adalah buku pertamanya yang menjelaskan
pengalaman Paulo selama menjalani ziarah Road to Santiago. Paulo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyadari selama ini ia telah mengabaikan mimpinya menjadi seorang
penulis novel, dan ia juga belajar untuk lebih menjalani tiap hari dengan
memanfaatkan waktu yang ada dengan melakukan hal-hal yang
berguna. Kehidupannya sebagai orang biasa telah berubah semenjak ia
mengikuti ziarah tersebut.
Sebagai seorang Katolik, Paulo juga menampilkan tokoh utama
yang beragama Katolik dalam novel-novelnya, diantaranya The Devil
and Miss Prym, By the River Piedra I Sat Down and Wept, dan The
Zahir. Dalam By the River Piedra I Sat Down and Wept, agama Katolik
dikupas lebih dalam. Ini dapat dilihat dari bagaimana Paulo mengupas
keberadaan Katolik Kharismatik, bahasa roh, dan Bunda Maria. Selain
menampilkan tokoh utama yang beragama Katolik, Paulo juga secara
berani mengisahkan kehidupan Elia yang dikenal sebagai nabi besar
dalam Alkitab di novelnya, The Fifth Mountain.
Tema keluarga yang ingin anaknya menjadi sama dengan
orangtuanya, baik itu profesi maupun pemikiran mendapat tempat pada
beberapa tema novel Paulo Coelho. Dalam Veronica Decides to Die,
Paulo mengisahkan bagaimana Eduard dimasukkan oleh ayahnya yang
seorang duta besar ke RSJ karena hendak menjadi seniman. Dengan
Veronica Decides to Die, Paulo mendapat banyak perhatian dari publik.
Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tanggapan dari pembacanya
yang menyatakan memiliki pengalaman yang sama seperti kisah yang ia
tuturkan dalam Veronica Decides to Die. Novel ini menggugah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyrakat sehingga Kongres Brazil menetapkan hukum yang melarang
kesewenang-wenangan dalam perawatan di rumah sakit. Seperti yang
telah dijabarkan di atas, Paulo pernah dianggap mengalami gangguan
jiwa oleh orangtuanya sendiri sehingga dimasukkan ke RSJ.
Pengalaman Paulo selama menempati RSJ kembali ia tuangkan di novel
ini.
Dalam novelnya The Zahir, Paulo mengisahkan kehidupan
seorang pria yang kalut karena ditinggal oleh istrinya. Tentu saja
pembaca setianya yang pernah membaca biografi dan wawancara-
wawancara Paulo, akan menyadari bahwa di buku ini Paulo
mengungkapkan banyak sekali bagian dari dirinya meskipun buku ini
bukan sebuah otobiografi.
Tema-tema yang banyak muncul di buku-bukunya adalah mengenai
orang yang mengejar mimpi, orang yang berani mencoba sesuatu yang baru
meskipun tampak mustahil dan tidak semua orang mendukung apa yang ia
lakukan. Tokoh Nabi Elia dalam The Fifth Mountain yang dikejar dan akan
dibunuh di negerinya sendiri, yaitu Israel karena menyampaikan pesan dari
Tuhan. Namun, karena isteri Raja Israel pada saat itu adalah seorang
penyembah berhala maka keberadaan Elia sebagai perantara Tuhan dianggap
sebagai ancaman. Elia yang hampir pesimis dengan tugas perutusannya
sebagai nabi akhirnya mampu menyelesaikan tugasnya meskipun harus
melewati banyak penderitaan. Tokoh Nona Prym dalam The Devil and Miss
Prym adalah gambaran seorang wanita desa yang ingin keluar dari kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
desanya, meskipun penduduk desanya sendiri menganggap kehidupan di desa
mereka adalah kehidupan yang sempurna dan tenang, bahkan para pendatang
dari kota ingin menetap di sana karena kota kecil tersebut sangat tenang, jauh
dari kebisingan seperti di kota besar. Dalam Veronica Decides to Die,
dikisahkan seorang anak duta besar yang dianggap menderita schizophrenia,
yaitu gangguan pada kehidupan emosional dan afektif (Chaplin, 2002),
karena sangat menyukai melukis dan mengatakan telah melukis surga. Anak
duta besar tersebut tidak begitu saja menyerah dengan keinginan orang tuanya
yang sangat tidak setuju dengan minat seninya. Ia terus melukis meskipun
pada akhirnya itu membawanya masuk ke dalam RSJ.
Dari semua tema yang Paulo munculkan dalam hasil karyanya tampak
Paulo sangat percaya pada sisi positif manusia, kemampuan untuk
berkembang lebih baik, bahkan mencapai mimpinya, asal mau berjuang,
bekerja keras, dan keluar dari area nyaman yang selama ini telah dia tempati.
Paulo juga sangat menekankan pentingnya mendengar suara hati karena suara
hati selalu mengatakan yang benar dan membimbing manusia untuk hidup di
dunia sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulo juga menekankan tidak perlu
takut untuk berjuang karena alam sendiri akan membantu manusia yang
berjuang mencapai mimpinya.
c. Karya-karya yang telah dihasilkan oleh Paulo Coelho dalam santjordi-
asociados.com adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1) The Pilgrimage(The Diary of Magus) (1987), ini adalah buku pertama
yang merupakan hasil kerja keras Paulo dengan mengambil tema
ziarah yang telah ia lakukan.
2) The Alchemist (1988), sebuah kisah perjuangan seorang anak gembala
untuk mewujudkan mimpinya, meskipun itu terdengar mustahil bagi
kebanyakan orang.
3) Brida (1990), cerita nyata tentang seorang wanita yang bernama Brida
O’Fern dan perjalanannya melewati tradisi penyembah berhala Wicca.
Buku ini juga membawa pesan bahwa cinta adalah satu-satunya jalan
untuk menjembatani jalan menuju dunia spiritual. Cinta membuat kita
menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
4) The Gift (1991), Paulo menulis tentang bakat yang dibawa oleh setiap
orang dalam dirinya.
5) The Valkyries (1992), buku ini membawa pesan yang sangat kuat
mengenai memaafkan masa lalu kita dan percaya pada masa depan kita.
6) Maktub (1994), merupakan kumpulan cerita bijaksana dari berbagai
budaya. Menurut Paulo Maktub bukan sebuah buku nasihat melainkan
buku yang berisi pertukaran pengalaman.
7) By the River Piedra I Sat Down and Wept (1994), di buku ini Paulo
mengeksplorasi sisi feminimnya.
8) The Fifth Mountain (1996), kisah perjuangan seorang nabi besar
bernama Elia yang ditolak di negerinya sendiri dan berusaha sekuat
tenaga menjalani tugas perutusannya sebagai nabi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9) The Manual of the Warrior of Light (1997), sebuah kumpulan pemikiran
filosofis yang menolong kita menemukan bahwa dalam diri kita terdapat
keberanian untuk berjuang. Buku ini menjadi sumber inspirasi bagi
banyak orang yang membutuhkan peneguhan dalam perjuangan hidup di
dunia.
10) Love Letters From a Prophet (1997), dalam buku ini Paulo
mengungkapkan siapa yang berdiri di belakang Kahlil Gibran, seorang
penulis termasyur di dunia yang oleh Paulo disebut The Prophet.
Menurut Paulo, Kahlil Gibran telah membantu banyak orang untuk
menemukan diri mereka yang otentik. Dengan meneliti korespondensi
Kahlil Gibran dengan kekasihnya Mary Haskell, Paulo menemukan apa
yang menjadi inspirasi The Prophet dalam menghasilkan karya-karyanya
yang indah.
11) Veronica Decides to Die (1998), kisah seorang wanita muda yang
memutuskan untuk bunuh diri dan dimasukkan ke RSJ. Buku ini juga
mengungkap bagaimana penghuni RSJ diperlakukan oleh dokter,
perawat, dan keluarganya.
12) The Devil and Miss Prym (2000), buku yang menuturkan kehidupan
seorang wanita muda yang ingin keluar dari desanya dan harus
berhadapan dengan setan dan malaikat yang selalu ada di sisinya.
13) Eleven Minutes (2003), sebuah buku yang menuangkan pandangan
Paulo Coelho mengenai seks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14) The Zahir (2005), kisah seorang suami yang ditinggal istrinya yang
menemukan dan mempelajari banyak hal dalam usaha menemukan
istrinya.
15) Be Like the River Flow (2006), buku ini merupakan kumpulan dari
tulisan-tulisan Paulo yang telah diterbitkan di surat kabar dan majalah di
seluruh dunia. Buku ini berkisah tentang perjalanan hidup Paulo, cerita-
cerita yang pernah ia ungkapkan, refleksi Paulo untuk setiap moment
yang ia lalui dalam ‘sungai’ kehidupannya.
Paulo juga menulis buku edisi khusus untuk anak sekolah yaitu:
1) The Alchemist (2003), buku ini dibuat untuk siswa yang berusia 14
sampai 17 tahun. Novel edisi khusus ini disertai buku latihan untuk
siswa dan buku panduan untuk guru. Ada latihan dan pertanyaan yang
dibuat berdasarkan novel yang berbeda untuk setiap negara.
2) Veronica Decides to Die (2004), edisi sekolah untuk Veronica Decides
to Die secara khusus dibuat untuk guru dan siswa yang berumur 14
sampai 17 tahun. Novel ini disertai panduan membaca yang terdiri dari
beberapa pertanyaan dan aktivitas dengan tujuan untuk membantu siswa
memahami novel ini.
3) On the Seventh Day (2004), buku ini merangkum tema yang terkandung
dalam trilogi novel yang telah ia terbitkan, yaitu By the River Piedra I
Sat Down and Wept, Veronica Decides to Die, dan The Devil and Miss
Prym. Dengan mengaitkan ketiga cerita ini Paulo percaya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesempatan datang dalam waktu yang singkat. Novel ini mengajak
pembacanya menguji keberanian, dan kemauan beradaptasi.
Buku anak-anak yang ditulis oleh Paulo adalah:
1) The Genie and the Roses (2004), merupakan kumpulan 24 dongeng
popular yang biasa diceritakan oleh orangtua kepada anak-anaknya.
2) Father, Sons and Grandsons (2001), dalam buku ini terdapat
kegembiraan, cerita-cerita yang dramatis dan luar biasa. Cerita yang
disajikan berasal dari legenda tradisional dan dongeng dari berbagai
kultur. Termasuk cerita-cerita yang didasari pengalaman pribadi Paulo
Coelho.
Paulo juga menulis sebuah buku seni yaitu:
1) Revived Paths (2005), buku ini berisi faksimil dari 40 manuskrip Paulo
Coelho, ilutrasi dengan serigraphies oleh istrinya, Christina Oiticica.
Buku biografi Paulo Coelho adalah:
1) The Survivor (Provisional Title) The Story of Paulo Coelho by
Fernando Morais (2006). Buku ini ditulis oleh Fernando Morais, salah
satu dari penulis biografi Brazil yang paling penting di kawasan
America Latin. Morais terkenal dengan bakat dan kepekaannya dan
telah menjadi jurnalis sejak 1961. Morais menggali kehidupan Paulo
dengan menemani Paulo dalam turnya dan mewawancarai orang-orang
yang berada di sekitar Paulo dari tahun 50an sampai tahun 2000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mereka termasuk mantan pacar, mantan istri, polisi yang terlibat dalam
penahanan politiknya, dan dokter yang memberinya electocompulsive
therapy.
2) Paulo Coelho: The Confession of a Pilgrim (1996). Buku ini ditulis
oleh Paulo Coelho sendiri. Ia menawarkan pembaca kesempatan untuk
menemukan cerita tentang kehidupan yang menginspirasi dan dramatik.
Para kritikus buku di Brazil dalam wikimedia.org, mengatakan karya-
karya Paulo berusaha untuk mengerjakan pertanyaan fundamental yang
berkaitan dengan kondisi manusia, seperti kebaikan melawan kejahatan,
kegembiraan dan keputusasaan, juga terang dan gelap. Karya-karya Paulo
tidak lepas dari kritik. Para kritikus juga mengatakan Paulo sebagai
pengarang yang bekerja terlalu simpel dan menghasilkan buku yang sama
seperti self-help book. Beberapa bahkan menyebut novel-novelnya komersial
dan berorientasi pada pasar.
1. Sinopsis
Santiago adalah seorang gembala muda dari Andalusia, sebuah daerah
dengan padang rumput yang luas di Spanyol. Pada saat berjalan bersama
domba-dombanya melintasi padang rumput ia mengalami mimpi yang sama.
Mimpi itu terjadi setiap kali ia dan domba-dombanya bermalam di sebuah
gereja tua yang hampir rubuh dengan pohon sikamor yang sangat besar
tumbuh di sakristinya. Mimpi itu bercerita tentang harta terpendam yang akan
ia temukan di Piramida. Rasa penasaran mendorong Santiago untuk
menanyakan arti mimpi tersebut kepada seorang wanita gipsi penafsir mimpi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wanita itu mengatakan bahwa Santiago harus mencari harta tersebut ke
Piramida di Mesir. Mendengar hal itu Santiago merasa semakin yakin bahwa
itu hanyalah sebuah mimpi tanpa arti. Terlebih karena Mesir terletak di
Afrika yang merupakan negeri asing.
Di tengah keraguannya Santiago bertemu dengan Melchizedek, seorang
raja tua misterius dengan pakaian bertabur batu mulia yang pada awalnya
sangat mengganggu dirinya. Namun, raja tua ini mampu melakukan hal-hal
ajaib dan meyakinkannya bahwa mimpi itu adalah legenda pribadinya, mimpi
yang harus ia wujudkan karena itu akan membuatnya bahagia.
Melchizedek sebagai utusan Tuhan yang mengemban tugas meneguhkan
langkah setiap orang yang ingin mencapai legenda pribadinya. Ia membekali
Santiago dengan pengetahuan tentang alam, kepekaan terhadap pertanda dan
dua batu yang akan membantunya mengambil keputusan. Dua batu yang
diberikan Melchizedek disebut Urim untuk yang berwarna hitam, dan
Thummim untuk yang berwarna putih. Kedua batu ini boleh digunakan oleh
Santiago jika ia tidak bisa membaca tanda-tanda. Batu hitam berarti iya,
sedangkan batu putih berarti tidak.
Keputusan untuk pergi ke Mesir tidaklah mudah bagi Santiago karena ia
harus meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala yang sangat ia cintai.
Menjadi gembala adalah pilihannya sendiri, menentang keinginan ayahnya
yang ingin agar ia menjadi pastur. Itu juga berarti dia harus meninggalkan
domba-domba yang telah mengajarkan banyak hal dan melupakan
perjumpaan dengan gadis pujaannya yang telah ia nantikan. Pergi ke Mesir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berarti ia akan berada di tempat baru yang asing, dan harus berjuang sendiri
untuk menemukan hartanya. Namun, Melchizedek dengan kepiawaiannya
mampu memberikan semangat dan keyakinan kepada Santiago untuk berani
melakukan perjalanan panjang untuk mewujudkan Legenda Pribadinya. Ia
juga meyakinkan bahwa dalam mewujudkan mimpinya tersebut Santiago
akan dituntun oleh pertanda yang merupakan petunjuk dari Tuhan sehingga ia
tidak akan kehilangan arah.
Dalam perjalanannya menuju Piramida Santiago menghadapi beberapa
rintangan. Ketika baru melangkahkan kaki di Afrika, ia ditipu oleh penduduk
setempat yang mengambil semua uangnya. Terdampar di negri orang tanpa
uang membuat Santiago pesimis akan tujuan awalnya datang ke Afrika. Ia
merasa telah melakukan tindakan bodoh demi sebuah mimpi. Mau tidak mau
ia harus bekerja di toko kristal yang hampir bangkrut selama hampir setahun
untuk mengumpulkan uang agar bisa kembali ke negerinya dan menjadi
gembala lagi, karena ia sendiri sudah kehilangan keyakinan mampu
menemukan hartanya. Santiago bertambah pesimis setelah tahu bahwa
piramida itu terletak di Mesir yang ternyata terletak ribuan kilometer gurun
dari Tangier, tempat ia berada sekarang. Bahkan jika ia ingin ke Mesir ia
harus bekerja keras di toko kristal karena biaya ke sana sangat mahal.
Bekerja di toko kristal bukanlah hal yang mudah. Ia harus mengambil hati
pria tua yang memiliki toko tersebut, belajar Bahasa Arab dan berani
mengutarakan ide yang nantinya membawa toko itu kembali ke masa jayanya.
Namun, pertanda tidak pernah diam. Meskipun ia telah bertekad akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan uang hasil bekerjanya di toko kristal untuk membeli lebih
banyak domba dan kembali menjadi gembala, pertanda membawa dia
kembali untuk terus berjalan menemukan harta karunnya yang merupakan
tujuan utama dari perjalanannya ke Mesir.
Dalam perjalanannya melintasi gurun yang penuh bahaya bersama
rombongan karavan, ia bertemu dengan seorang ahli kimia yang
berkebangsaan Inggris. Pria ini bercerita tentang seorang pria di oasis yang
mampu mengubah logam menjadi emas dan pria tersebut disebut sang
alkhemis. Pertemuannya dengan orang Inggris, perbincangannya dengan
orang-orang Arab di karavan, kesunyian sepanjang perjalanan, bahaya perang
yang selalu mengintai, gurun yang terhampar luas seolah tanpa batas, justru
memberi kekuatan baru bagi Santiago untuk meneruskan perjalanannya
mencari harta terpendam. Gurun ternyata mampu memberi banyak pelajaran
berharga bagi Santiago. Melalui gurun ia semakin memperdalam
kemampuannya untuk membaca pertanda, mempelajari bahasa gurun dan
bahasa buana. Sang alkemis yang dibicarakan oleh orang Inggris tadi tidak
lain adalah pembimbing Santiago yang akan menularkan ilmunya sebelum
akhirnya Santiago sendiri akan berjuang untuk menyelesaikan pencarian harta
karunnya.
Ketika rombongan karavan sampai di oasis, Santiago jatuh cinta dengan
seorang gadis Arab yang bernama Fatima. Santiago mengetahui bahwa
Fatima adalah pasangan hidupnya begitu bertemu untuk pertama kalinya.
Pada saat ia berada di oasis ia juga mengalami saat-saat yang kritis, ketika ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat tawaran menjadi penasihat oasis dikarenakan kemampuannya
membaca pertanda bahaya. Kemampuannya ini membuatnya menyelamatkan
seluruh penduduk oasis. Tawaran untuk menjadi penasihat oasis juga berarti
kesempatan untuk dapat segera mempersunting Fatima dan hidup serba
berkecukupan. Hal ini tentu saja dapat menjadi salah satu peristiwa yang
mampu menghentikan langkahnya untuk mencapai legenda pribadinya.
Sementara itu pertemuan dan perkenalan dengan sang alkemis, membuatnya
semakin memperdalam dan mengetahui banyak hal tentang pertanda, legenda
pribadi dan kapasitas yang sebenarnya dimiliki oleh setiap orang untuk
mewujudkannya. Sang alkemis meyakinkan Santiago bahwa cinta tidak
pernah menjadi penghalang bagi seseorang untuk berjuang menggapai
mimpinya. Justru cinta akan memberi semangat dan alasan bagi seseorang
untuk berjuang. Jika cinta itu sejati maka ia akan tetap berada di sana untuk
menunggu, jika tidak maka cinta itu akan hilang.
Berkuda berdua bersama sang alkemis melintasi gurun merupakan
perjuangan tersendiri bagi Santiago yang bergulat dengan hatinya. Santiago
merasa terkadang hatinya adalah penghianat, hanya diam, terus
mengingatkannya pada Fatima dan tidak meneguhkan dirinya untuk mengejar
mimpinya. Pergolakkan hatinya membuat Santiago belajar berkomunikasi
lagi dengan hatinya agar mampu mengatur langkahnya menuju mimpinya.
Sang alkemis membimbingnya, menempatkan Santiago dalam posisi sulit
yang justru membuatnya mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk mampu
berbicara dengan Tuhan. Namun, Sang alkemis tidak menemaninya sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akhir perjalanan. Ia membiarkan Santiago menuntaskan perjalanan
menggapai legenda pribadinya seorang diri.
Pada saat Santiago berhadapan dengan Piramida, ia sangat gembira. Ia
langsung menggali pasir berjam-jam berharap menemukan harta karun yang
telah ia cari dengan penuh perjuangan. Penggalian itu tampak sia-sia apalagi
setelah ia dipukuli oleh sekelompok perampok. Pemimpin perampok itu
menertawakan Santiago setelah tahu bahwa ia menggali pasir untuk
menemukan harta karun yang ia lihat di mimpinya yang berulang. Pria itu
mengatakan bahwa ia juga pernah mengalami mimpi berulang. Mimpi itu
menggambarkan jika ia berkelana di ladang-ladang Spanyol mencari sebuah
gereja rusak yang dipakai gembala bermalam bersama domba-dombanya,
dengan pohon sikamor yang tumbuh di tengah sakristinya dan menggali akar
pohon itu, maka ia akan menemukan harta terpendam. Pria itu kemudian
melanjutkan bahwa ia tidak bodoh dengan menyebrangi gurun demi mimpi
yang berulang. Segera setelah berkata demikian para perampok itu
menghilang.
Santiago tersenyum lega, pencariannya tidak sia-sia. Ia tahu dimana
menemukan hartanya. Harta yang merupakan perwujudan legenda pribadinya,
yang akan melengkapi hidupnya dan membuatnya bahagia. Harta itu selama
ini ada di dekatnya, di sebuah tempat yang tak asing baginya. Harta Santiago
yang sebenarnya adalah hatinya. Dengan mendengarkan hatinya ia mampu
melakukan apa saja, bahkan hal yang paling sulit sekalipun. Hatinyalah yang
menuntun Santiago menemukan harta karun yang selama ini dicarinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Konsep Psikologi Humanistik Maslow
1. Prinsip Umum
Maslow melandasi teori kepribadiannya dengan motivasi sebagai
penggerak tingkah laku manusia. Menurut Maslow (1984) motivasi adalah
dorongan yang timbul dari dalam diri individu sebagai hasil kesatuan terpadu
yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan kebutuhan-
kebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak
sadar. Tiap kebutuhan yang ada dalam diri manusia menuntut pemuasan yang
mendorong manusia untuk melakukan tindakan tertentu yang mampu
memuaskan kebutuhan tersebut. Teori motivasi yang dikemukakan oleh
Maslow memiliki anggapan-anggapan dasar sebagai berikut (Maslow dalam
Koeswara, 1989):
a. Manusia adalah sebuah kesatuan yang utuh. Untuk mempelajari individu
dibutuhkan sebuah pemahaman bahwa bagian tertentu dari individu akan
mempengaruhi dirinya secara keseluruhan. Apa yang dirasakan bagian
tubuh tertentu akan mempengaruhi prilaku individu secara keseluruhan.
Rasa lapar tidak hanya dirasakan oleh perut tapi diri individu secara
keseluruhan. Rasa lapar bisa membuat individu tidak mampu melakukan
aktivitas yang lain. Satu kebutuhan yang tidak dipenuhi mampu
mempengaruhi prilaku individu secara keseluruhan. (Maslow, 1984;
Maslow dalam Koeswara, 1989).
b. Untuk benar-benar memahami manusia yang sehat, maka yang harus
dipelajari adalah orang-orang yang juga sehat dan matang secara psikologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika yang dipelajari hanya orang-orang yang sakit maka Ilmu Psikologi akan
timpang, karena hanya memahami manusia dari satu sisi tanpa melihat sisi
lain yang lebih optimis dan positif (Maslow dalam Koeswara, 1989).
Menurut Maslow (1971), mencari individu yang terbaik di bidangnya adalah
cara untuk mengetahui kapasitas terbaik yang mampu dikeluarkan seseorang
untuk mengetahui kemampuan terbaik individu dalam melakukan sesuatu.
c. Pada dasarnya manusia adalah netral dan memiliki potensi untuk
berkembang secara optimal dalam hidupnya. Oleh karena sifat dasar
manusia ini netral maka sangat baik untuk membawanya keluar dan
mengembangkannya. Jika dorongan untuk berkembang yang sudah ada
dalam diri manusia ini tidak diwujudkan maka dorongan itu akan berada
dalam diri manusia itu selamanya terus menekan menuntut untuk
diaktualisasikan (Maslow, 1971; Maslow dalam Koeswara, 1989).
d. Setiap manusia memiliki potensi kreatif yang mendorongnya untuk
berkembang dan tumbuh ke arah yang lebih baik, bahkan mencapai
aktualisasi diri. Potensi kreatif ini berkaitan dengan daya temu yang asli dan
memiliki kekhasan. Untuk merealisasikan daya kreatif yang sudah ada
dalam dirinya, individu perlu bekerja keras sehingga kreatifitas yang
dimilikinya membantu mengaktualisasikan dirinya (Maslow, 1971; Maslow,
1984; Maslow dalam Koeswara, 1989).
Empat hal di atas melandasi Maslow dalam membentuk hirarki kebutuhan
pokok dengan aktualisasi diri sebagai puncaknya.
2. Teori Hirarki Kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow membagi kebutuhan dalam hidup manusia ke dalam dua bagian.
Hal ini dilakukan berdasarkan pada kebutuhan paling dasar, yang muncul sejak
manusia lahir, yaitu berdasarkan perkembangan umur sehingga yang
dibutuhkan selalu meningkat. Kebutuhan ini dimulai dengan kebutuhan yang
paling dasar yang membuat manusia bertahan hidup, yaitu kebutuhan
fisiologis. Setelah itu beranjak ke kebutuhan yang membuat manusia merasa
aman dengan keberadaannya di dunia. Tahap kebutuhan selanjutnya adalah
cinta yang membuat manusia memiliki tempat di hati orang lain, kemudian
kebutuhan akan penghargaan yang memungkinkan manusia merasa berarti di
dunia.
Manusia lahir dengan berbagai kebutuhan dalam dirinya sejak dilahirkan.
Bayi yang baru dilahirkan membutuhkan ASI tidak membutuhkan
pembelajaran untuk dapat menyusu dari ibunya. Beranjak dari kebutuhan
fisiologis, anak mulai menyadari bahwa ia membutuhkan perlindungan dari
orangtua sehingga akan menangis jika ditinggal oleh orangtuanya. Ketika
beranjak dewasa manusia mulai menyadari adanya dorongan dari dalam diri
untuk mencintai dan dicintai. Kebutuhan ini kemudian beranjak menjadi
kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan baik itu dari lingkungan maupun
dirinya sendiri. Semua kebutuhan ini muncul dari dalam diri secara otomatis,
dalam bentuk dorongan-dorongan. Menurut Maslow (1984), doronganlah yang
mengelompokkan dirinya dalam sebuah hirarki namun tidak terpisah karena
manusia adalah satu kesatuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow menetapkan hirarki kebutuhan pokoknya menjadi dua bagian
yaitu Deficiency needs (D-needs) dan Being needs (B-needs). D-needs adalah
kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan untuk bertahan hidup dan
dipenuhi berdasarkan kekurangan. Yang termasuk dalam D-needs adalah
kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, dan penghargaan. Kebutuhan
ini juga terkait dengan homeostatis, yaitu sistem keseimbangan tubuh. Tubuh
manusia dengan sendirinya akan memberi tanda jika mengalami kekurangan.
Dalam keadaan lapar tubuh akan meminta makanan, jika sudah kenyang maka
tubuh tidak akan meminta makanan lagi. Kebutuhan-kebutuhan pada tahap ini
terkait dengan insting karena tubuh individu sendiri yang memintanya.
Kepuasan yang muncul dari pemenuhan D-needs berasal dari luar diri individu,
oleh karena itu maka sangat penting bagi individu untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang merupakan sumber pemuas D-needs. Setiap kebutuhan dalam
D-needs dilalui per tahap berdasarkan perkembangan umur biologis. Individu
yang baru lahir sangat membutuhkan pemuasan kebutuhan fisiologisnya.
Setelah itu yang dibutuhkan adalah rasa aman, dan kemudian sadar bahwa ia
membutuhkan cinta dan perhatian dari orang lain. Ini semua dirasa belum
cukup jika individu belum mendapatkan penghargaan, terutama dari orang lain
di sekitarnya (Maslow dalam Boeree, 2004).
Pada D-needs sangat dimungkinkan individu yang sudah memenuhi
kebutuhannya pada tahap penghargaan melalui pekerjaan yang sekarang ia
tekuni akan kembali pada tahap kebutuhan fisiologis. Ini terjadi jika kebutuhan
fisiologis yang biasa didapat tiba-tiba menghilang. Kejadian ini membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
individu tersebut akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya, bahkan
mengabaikan pekerjaannya yang selama ini membuatnya mendapatkan
penghargaan sebagai orang yang sukses. Ini disebut regresi ke tingkat
kebutuhan yang lebih rendah, dikarenakan kebutuhan yang biasanya
terpuaskan hilang keberadaannya (Maslow, 1984).
Bagian kebutuhan selanjutnya disebut Being needs (B-needs). Kebutuhan-
kebutuhan pada bagian ini sangat berbeda dengan D-needs. Kebutuhan ini
tidak dipenuhi untuk menyeimbangkan homeostatis tubuh. Kebutuhan ini
meliputi hasrat dan dorongan yang berkesinambungan untuk memenuhi potensi
yang ada dalam diri individu (Maslow dalam Boeree, 2004). Individu akan
terus menerus melakukan sesuatu untuk memenuhi dorongan yang membuat
dirinya menjadi lebih baik, sesuai dengan apa yang ia inginkan. Kebutuhan ini
membuat individu menjadi lengkap dan sepenuhnya, menjadi individu yang
mengaktualisasikan diri.
Berdasarkan fokus penelitian yang meneliti proses pencapaian aktualisasi
diri, berikut akan dipaparkan hirarki kebutuhan pokok Maslow dari puncak
hirarki kebutuhan sampai kebutuhan yang paling dasar, yaitu (Schultz,1991):
a. Aktualisasi Diri
Ini adalah puncak dari hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh
Maslow, yaitu sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan
semua bakat individu, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas individu.
Pada tahap ini, individu akan didorong oleh Being Motivation (B-
Motivation) atau Metamotivation, yang berarti ia akan bertindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan dorongan karena pertumbuhan bukan karena kekurangan.
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak berjuang, mereka
berkembang. Mereka terus mengeksplorasi semua kemampuan yang
mereka miliki dan mengembangkannya, demi mencapai apa yang mereka
cita-citakan. Cita-cita yang dapat mereka wujudkan akan meningkatkan
kegembiraan dalam hidup mereka (Maslow dalam Schutz,1991).
Individu yang memiliki metamotivation akan merasa aman, memiliki
jati diri, dan merasa dicintai. Metamotivation mendorong individu
mengaktualisasikan diri untuk memenuhi metaneeds atau B-Values, yaitu
keadaan-keadaan pertumbuhan yang mengarahkan ke arah mana
pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bergerak sesuai dengan nilai-nilai
kebutuhan yang ada dalam dirinya. Akan tetapi jika terjadi kegagalan
dalam pemenuhan Metaneeds maka akan menyebabkan Metapatologi,
yaitu pengurangan tenaga atau hambatan pertumbuhan dan perkembangan
manusia yang penuh (Maslow, 1971; Maslow dalam Crapps, 1993;
Maslow dalam Schultz, 1991).
Bagaimanapun individu memilih prioritas tingkat kebutuhan
hidupnya sebagai seseorang yang ingin berfungsi secara penuh, ia akan
bergerak ke arah pengembangan seluruh potensi dirinya, yaitu aktualisasi
diri. Karakteristik pengaktualisasi diri didapat dari penelitian Maslow
terhadap teman-teman, tokoh-tohoh publik dan sejarah yang menggunakan
dan mengeksploitasi penuh bakat, kapasitas dan potensinya. Selain itu
semua subyek memiliki perasaan aman, dicintai dan mencintai, juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mampu menentukan sikap hidup mereka (Maslow, 1984). Berdasarkan
hasil penelitian yang ia lakukan ia menemukan ada kesamaan karakteristik
dalam diri subyek.
Pada saat ia menemukan adanya karakteristik yang terdapat dalam
diri setiap orang yang sukses, maka Maslow menyimpulkan ada
karakteristik yang mendukung orang tersebut untuk mengaktualisasikan
diri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2002), karakter adalah
satu kualitas atau sifat tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan
ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi. Berdasarkan hal ini maka
dapat disimpulkan bahwa karakteristik-karakteristik ini tidak hanya
muncul pada saat individu tersebut akan mulai berjuang
mengaktualisasikan dirinya, tapi sudah merupakan bagian dari
kepribadiannya. Hal ini juga berarti pada tahap-tahap sebelumnya ia pun
sudah memiliki karakter tersebut, yaitu (Maslow dalam Schultz, 1991) :
1) Mengamati Realitas Secara Efisien
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri memiliki B-Cognition atau
Being Cognition yang membuat mereka mengamati objek-objek dan
orang-orang di sekitarnya secara objektif. Mereka juga mampu
melihat realitas yang tersembunyi. Kemampuan ini didukung oleh
sifat mereka yang tidak hanya bergantung pada hal-hal yang mereka
kenal, tetapi juga sifat mereka yang tidak begitu saja mengabaikan
hal-hal yang tidak mereka ketahui dengan berusaha mempelajarinya
dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Kemampuan persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka lebih tepat dibandingkan kebanyakan orang karena lebih
sedikit dicemari oleh hasrat-hasrat, kecemasan, ketakutan, harapan,
optimisme palsu ataupun pesimisme. Ini membuat mereka memiliki
pengertian yang jelas mengenai mana yang benar dan mana yang
salah. Pandangan mereka akan masa depan juga lebih tepat
dikarenakan pemahaman mereka tentang apa yang sekarang tengah
terjadi dan apa akibat yang akan ditimbulkan dimasa depan (Maslow
dalam Goble,1987; dalam Koeswara,1989; Maslow,1984; Maslow
dalam Schultz,1991).
2) Penerimaan Umum atas Alam, Kodrat Orang-orang Lain dan Diri
Sendiri
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka
apa adanya tanpa mengeluh, baik itu kelemahan-kelemahan dan
kekuatan-kekuatan mereka. Penerimaan diri yang baik membuat
mereka menampilkan diri mereka apa adanya, tanpa kepura-puraan,
sifat defensif, maupun bersembunyi di belakang peranan sosial
(Maslow dalam Schultz,1991). Apabila mereka melakukan kesalahan-
kesalahan, mereka menerima dan mengakuinya dengan lapang hati.
3) Spontanitas, Kesederhanaan, dan Kewajaran
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri adalah individu yang
bertingkah laku terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka
dapat memperlihatkan emosi mereka dengan jujur. Kejujuran mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disertai dengan kebijaksanaan, sehingga apa yang mereka ungkapkan
tidak melukai perasaan orang lain (Maslow dalam Schultz,1991).
4) Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri pada umumnya sangat
dipusatkan pada persoalan-persoalan di luar diri mereka sendiri, atau
terpusat pada persoalan dan bukan pada ego. Mereka menyadari akan
adanya tugas atau misi yang harus dijalankan dalam kehidupan,
dimana untuk melaksanakannya, mereka harus mengerahkan seluruh
energi yang dimiliki. Pekerjaan adalah sesuatu yang ingin mereka
lakukan. Mereka mencintai pekerjaannya dan tahu bahwa pekerjaan
itu adalah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Dilakukan tidak semata-mata untuk mendapatkan penghasilan,
popularitas, atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan
metakebutuhan-metakebutuhan, menantang dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan mereka (Maslow,1984;Maslow dalam
Schultz,1991).
5) Kebutuhan akan Privasi dan Independensi
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri membutuhkan privasi
dan independensi untuk menentukan sikap dan tindakan apa yang
harus dilakukan. Ketidaktergantungan pada orang lain dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya membuat mereka sedikit menjauhkan
diri dari orang lain dan memberi kesan sebagai orang yang tidak
ramah dan sombong. Namun, ini semua bukan berarti mereka adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang yang sengaja menghindari keberadaan orang lain, tetapi mereka
hanya tidak memiliki suatu kebutuhan yang kuat akan orang-orang
lain. Independensi mereka juga tampak dari tanggung jawab yang
muncul dari setiap pilihan yang mereka buat (Maslow,1984;Maslow
dalam Schultz, 1991).
6) Berfungsi secara Otonom
Motivasi orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak
tergantung pada dunia luar untuk kepuasan mereka karena pemuasan
datang dari dalam diri sendiri. Mereka lebih bergantung pada potensi
dan sumber-sumber daya yang terpendam dalam diri sendiri bagi
perkembangan dan kelangsungan pertumbuhan dirinya masing-
masing. Mereka memandang diri sebagai orang yang berkompeten,
mampu menentukan nasib sendiri, aktif, dan bertanggung jawab.
(Maslow dalam Koeswara,1989;Maslow dalam Schultz,1991).
7) Apresiasi yang Senantiasa Segar
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri senantiasa menghargai
pengalaman-pengalaman tertentu dengan perasaan terpesona dan
kagum, meskipun pengalaman-pengalaman itu terulang setiap hari dan
bahkan tidak diperhatikan oleh kebanyakan orang. Ini membuat
mereka tidak menjadi puas atau bosan oleh pengalaman-pengalaman
hidup sebagaimana pengalaman hidup sehari-hari itu membosankan
bagi orang lain (Maslow dalam Schultz,1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Maslow (1984), hal ini juga termasuk mensyukuri
nikmat yang didapat sekarang, meskipun itu adalah hal yang sering
kita tidak sadari keberadaannya, seperti kehadiran teman dan orang
tua, kesehatan fisik, kebebasan politik dan kesehjateraan ekonomi.
8) Pengalaman-pengalaman Mistik atau Puncak
Menurut Maslow (1971) pengalaman puncak adalah
penyamarataan untuk moment terbaik dari manusia, moment yang
paling membahagiakan dalam hidup, pengalaman kegembiraan yang
meluap-luap dan rasa terpesona. Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri mengalami pengalaman-pengalaman mistik
atau puncak pada saat mereka berada dalam kondisi terbaiknya,
dimana timbul perasaan tenang, kebahagiaan yang mendalam, dan
ketentraman. Momen-momen yang menandai pengalaman puncak
dialami sebagai hasil dari penyatuan, penemuan, dan pemahaman
terhadap alam. Pengalaman ini tidak selalu berupa pengalaman
keagamaan atau pengalaman spiritual, melainkan bisa dialami melalui
buku, musik, kegiatan-kegiatan intelektual, dan dari kegiatan
berhubungan dengan sesama. Pengalaman puncak membuat individu
lebih tegas dan kuat, mampu menetapkan tujuan dalam hidupnya,
menumbuhkan keyakinan diri sehingga mampu menghadapi tantangan
yang dihadapi. Pengalaman puncak tidak hanya membawa efek positif
bagi yang mengalaminya, tetapi juga membawa efek positif bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lingkungannya (Maslow dalam Goble,1987; Maslow dalam
Koeswara,1989).
Dalam pengalaman puncak terdapat B-Languange atau Being
Languange, yaitu komunikasi pada level mistik. Komunikasi ini
penuh arti dan mengarah ke transendensi, yaitu keadaan melampaui
(Maslow, 1969). Sama seperti pengalaman puncak yang sukar
diterjemahkan dalam kata-kata maka bagaimana wujud bahasa yang
digunakan dalam B-languange pun sulit dijabarkan.
Berdasarkan jumlah dan intensitas pengalaman puncak yang
dialami oleh orang-orang yang mengaktualisasikan diri, maka mereka
dapat dikelompokan dalam dua tipe yaitu pengaktualisasi yang “bukan
pemuncak” atau nonpeakers dan “pemuncak” atau peakers
(Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991).
Nonpeakers cenderung menjadi orang-orang yang praktis dan
efektif berinteraksi dengan dunia nyata, dan kurang dengan B-living
yang lebih tinggi. Mereka menggunakan kapasitas dan potensi mereka
untuk menjadi pelaku yang efektif dan pragmatis yang bekerja
menggunakan kemampuan kognitif mereka seperti politisi, pekerja
sosial, pembaharu dan pejuang (Maslow,1984; Maslow dalam
Schultz,1991).
Peakers hidup dalam B-living, dekat dengan kehidupan agama,
nilai-nilai hidup yang bersifat mistik juga pribadi. Ini membuat
mereka menjadi lebih mistik, puitis, saleh dan lebih tanggap terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keindahan sehingga punya potensi untuk menjadi pembaharu dan
penemu, penulis syair dan musik (Maslow,1984;Maslow dalam
Schultz,1991).
9) Minat Sosial
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri memiliki rasa keterikatan yang
mendalam dengan sesama. Minat sosial yang sangat besar ini
membuat mereka merasa menjadi bagian dari umat manusia di seluruh
dunia. Ini ditunjukkan dengan perasaan empati, sikap penuh belas
kasih dan hasrat yang tulus untuk membantu sesamanya (Maslow,
1984).
Kesadaran diri mereka akan kemampuan untuk berfungsi pada
suatu tingkat yang lebih tinggi membuat mereka memposisiskan diri
sebagai saudara yang lebih tua, sehingga sama seperti seseorang dapat
mencintai dan berfihak pada saudaranya yang lebih muda, demikian
juga pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mencintai kemanusiaan
(Maslow dalam Schultz, 1991).
10) Hubungan Antarpribadi
Hubungan antarpribadi orang-orang yang mengaktualisasikan diri
adalah hubungan yang mendalam dan kuat. Mereka memiliki cinta
dan keakraban yang besar dalam menjalin relasi dengan sesamanya
meskipun tidak dalam jumlah yang besar. Relasi ini hanya terjadi
dalam lingkup yang kecil karena mereka lebih suka memilih sahabat
yang memiliki persamaan karakter, bakat dan minat dengan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri sabar dan berbudi baik terhadap
orang-orang lain khususnya terhadap anak-anak (Maslow dalam
Koeswara,1989;Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991).
Cinta yang dirasakan oleh pengaktualisasi-pengaktualisasi diri
terhadap orang lain adalah suatu cinta khusus yaitu Being-love (B-love)
berlawanan dengan Deficiency-love (D-love) yang didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan karena kekurangan dan cinta yang egois. Dalam
D-love cinta dibutuhkan untuk mengisi lubang kesepian dalam diri
yang jika tidak dipenuhi akan menimbulkan patologi. Ini ditunjukkan
dengan dependensi yang kuat pada orang yang dicintai dan ketakutan
kehilangan cinta. Apabila kehilangan cinta, mereka sangat
mengharapkannya seperti orang yang lapar sangat mengharapkan,
meminta dan membutuhkan makanan (Maslow, 1968; Maslow dalam
Schutz,1991).
B-love adalah cinta yang membuat orang lain tumbuh dan
berkembang, tidak menuntut dan tidak egois. Cinta ini tumbuh setiap
waktu dan tidak lekang dimakan waktu. Orang yang memiliki B-love
lebih mandiri, kurang cemburu, dan tidak tergantung pada
pasangannya. Yang paling penting adalah mereka mendorong agar
orang yang mereka cintai mengaktualisasikan dirinya, bangga dengan
keberhasilan pasangannya. Cinta membuat mereka melakukan segala
hal lebih baik dan optimal bahkan saling mendorong untuk
mengaktualisasikan diri (Maslow, 1968).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11) Struktur Watak Demokratis
Dalam kesehariannya orang-orang yang mengaktualisasikan diri
tidak sekadar bertoleransi dengan sesamanya. Namun, mereka
membiarkan dan menerima semua orang tanpa memperhatikan kelas
sosial, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras atau warna
kulit (Maslow dalam Schutz,1991).
Mereka tidak meremehkan orang lain yang memiliki inteligensi
dan kemampuan yang kurang dari diri mereka. Orang-orang yang
mengaktualisasikan diri siap belajar mengenai segala sesuatu dari
siapapun. Mereka menyadari betapa sedikit pengetahuan mereka
dibandingkan dengan apa yang dapat mereka ketahui dan yang
diketahui oleh orang-orang lain, karena itu mereka akan sangat kagum
dan hormat dengan keahlian yang dimiliki oleh orang lain.
(Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991).
12) Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak pernah ragu antara
benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari. Mereka jarang
menampilkan kekalutan, kebingungan, ketidaktaatan terhadap
peraturan umum, atau mengalami konflik-konflik yang begitu umum
dalam urusan etika seperti yang dialami oleh banyak orang
(Maslow,1984).
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menganggap banyak
pengalaman dan kegiatan mereka sebagai tujuan yang bagi orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang lain hanya merupakan cara. Hal ini terjadi karena mereka
menikmati proses yang harus dilalui untuk mencapai tujuan seperti
pada akhirnya mereka menikmati ketika tujuan itu tercapai
(Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991).
13) Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menganggap humor
lebih dekat pada falsafah dan bersifat filosofis, yaitu humor yang
menertawakan manusia pada umumnya bukan kepada seorang individu
secara khusus. Bagi mereka humor adalah suatu pendidikan dalam
bentuk yang lebih menyenangkan. Humor ini bersifat instruktif dan
bijaksana, yang dipakai langsung kepada hal yang dituju namun tetap
menimbulkan anggukan atau tawa. Humor semacam ini hanya dihargai
oleh orang-orang lain yang juga sehat. Mereka tidak menertawakan
tiga macam humor yang yang biasanya ditertawakan oleh orang-orang
yang kurang sehat, yaitu humor yang bersifat permusuhan dengan
menyakiti perasaan orang lain, humor yang menertawakan kekurangan
orang lain, dan humor yang berhubungan dengan situasi oedipus atau
percakapan cabul. Individu-individu biasa umumnya tidak merasa
bahwa pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri sangat lucu dan mungkin
menjauhi mereka, karena terkesan kaku dan serius (Maslow,1984;
Maslow dalam Schultz,1991).
14) Kreativitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki ciri yang
menonjol sebagai orang yang kreatif. Mereka adalah asli, inventif, dan
inovatif. Mereka mampu mengemukakan ide-ide yang sangat luar
biasa, namun juga mereka sangat memahami akan ada dari ide-ide
mereka tersebut yang tidak dapat diwujudkan. Orang kreatif juga
bersifat fleksibel, mampu menyesuaikan diri jika situasinya berubah,
mampu menghentikan kebiasaan-kebiasaan, dan mampu menghadapi
kebimbangan serta perubahan-perubahan kondisi tanpa mengalami
ketegangan yang tidak perlu. Maslow menyamakan kreativitas ini
dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu
cara yang tidak berprasangka dan langsung melihat kepada sasarannya.
Kreativitas mereka akan tampak dalam jenis pekerjaan apapun yang
mereka tekuni (Maslow dalam Goble,1987; Maslow dalam
Schultz,1991).
15) Resistensi Terhadap Inkulturasi
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mampu menentukan
apa yang harus mereka lakukan tanpa terpengaruh situasi sosial,
termasuk kebudayaan mereka sendiri. Apabila timbul masalah penting
yang menyangkut moral, mereka akan terus terang menentang aturan-
aturan dan norma-norma masyarakat (Maslow dalam Shultz,1994).
Peraturan dan norma yang ada tidak membelenggu mereka untuk
melakukan sesuatu yang mendukung pencapaian aktualisasi diri
mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Kebutuhan akan Penghargaan
Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan, yaitu penghargaan yang
berasal dari orang-orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri.
Penghargaan yang berasal dari luar dapat berdasarkan reputasi,
kekaguman, status, popularitas, prestise atau keberhasilan dalam
masyarakat, semua sifat dari bagaimana orang-orang lain berfikir dan
bereaksi terhadap kita. Untuk menumbuhkan harga diri yang sejati, setiap
orang harus mengenal dirinya dengan baik sehingga mampu menilai
dengan obyektif kelebihan dan kekurangan dirinya (Maslow dalam
Schultz,1991).
Pemenuhan kebutuhan akan harga diri menumbuhkan percaya diri,
kekuatan, kapabilitas, perasaan layak, dan berguna bagi dunia. Akan tetapi
rintangan dalam memenuhi kebutuhan ini menimbulkan perasaan rendah
diri, kelemahan dan tidak berdaya (Maslow,1987).
c. Kebutuhan-kebutuhan akan Memiliki dan Cinta
Cinta adalah hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua
orang, dimana di dalamnya ada sikap saling percaya dan tidak ada rasa
takut. Individu yang menjalaninya akan membuka dirinya sehingga segala
bentuk pertahanan diri akan runtuh. Kebutuhan ini berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia akan kasih sayang, dengan membangun
suatu hubungan akrab, tulus, dan penuh perhatian dengan orang lain atau
dengan orang-orang pada umumnya, dan dalam hubungan ini memberi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menerima cinta adalah sama penting (Maslow dalam Goble,1987; Maslow
dalam Schultz,1991).
d. Kebutuhan akan Rasa Aman
Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis
terpenuhi. Kebutuhan ini meliputi jaminan keselamatan dirinya, bebas dari
ketakutan dan kecemasan, kebutuhan akan stabilitas, ketertiban, dan
perlindungan. Secara otomatis sedikit banyak manusia akan membutuhkan
keteraturan dan melakukan tindakan yang diyakini tidak akan
membahayakan dirinya. Namun, rasa aman tidak boleh selalu menjadi
tuntutan yang harus selalu dipenuhi karena manusia yang sehat juga
menyukai tantangan dan punya keberanian untuk melakukan hal-hal baru
(Maslow dalam Schultz,1991).
e. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat dari semua
kebutuhan manusia karena berhubungan dengan upaya mempertahankan
kelangsungan hidup. Termasuk di dalamnya kebutuhan terhadap makanan
dan air. Jika seseorang kekurangan makanan, cinta, rasa aman dan harga
diri dalam waktu yang bersamaan, maka besar sekali kemungkinan
motivasi hidupnya untuk saat itu adalah untuk mencari makanan (Maslow,
1984).
Maslow menambahkan dua jenis kebutuhan pokok yang dimiliki oleh
individu yang sehat, yaitu hasrat untuk mengetahui dan memahami, dan
kebutuhan estetis. Dua kebutuhan ini termasuk dalam tahap B-needs bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aktualisasi diri. Sama seperti aktualisasi diri, dua kebutuhan ini berkembang
memenuhi dorongan dari dalam diri individu. Berikut akan dijabarkan lebih
lanjut dua kebutuhan yang dimiliki individu yang sehat (Maslow,1984):
a. Hasrat untuk Mengetahui dan Memahami
Kebutuhan ini terkait dengan gerak hati dan ketertarikan pada hal-
hal yang belum dikenal bahkan misterius. Mereka tertarik menantang
bahaya demi memuaskan rasa ingin tahu mereka, dan tidak jarang berhasil
menemukan penemuan baru yang didasari oleh rasa ingin tahu tersebut
(Maslow, 1987).
b. Kebutuhan Estetis
Menurut Maslow setiap orang yang sehat membutuhkan keindahan
sama seperti mereka membutuhkan kebutuhan fisiologis. Hal ini didasari
oleh penelitian yang menunjukkan bahwa lingkungan yang buruk
menimbulkan kejemuan dan melemahkan semangat dalam melakukan
aktivitas sehari-hari (Maslow dalam Goble, 1987).
Kebutuhan ini juga terkait dengan gambaran seseorang atas
dirinya. Gambaran diri sebagai orang yang mampu, layak dan pantas
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
gambaran dirinya tersebut. Maslow memberikan contoh bagaimana
seseorang merasa tidak nyaman berada di restoran mewah karena merasa
dirinya tidak layak berada di tempat sebagus itu (Maslow dalam Goble,
1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dua kebutuhan ini memang tidak termasuk dalam hirarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow. Namun, akan tetap digunakan dalam penelitian
ini untuk melihat apakah dua kebutuhan ini juga terdapat dalam diri subyek
dan mempengaruhi keberhasilannya mengaktualisasikan diri.
C. Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis Menurut
Psikologi Humanistik Maslow
Para pembaca karya sastra tidak jarang kagum dengan cerita yang mereka
baca karena menampilkan kisah yang luar biasa, tidak mereka alami bahkan terasa
sangat jauh dari diri para pembacanya. Namun, sastra pada hakekatnya adalah
suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa (Daiches dalam Hardjana,
1981). Cerita dalam sebuah novel bisa jadi sebuah fiksi, sebuah rekaan manusia,
namun cerita tersebut dapat ditulis oleh pengarangnya dengan melihat bagaimana
manusia hidup dalam dunia nyata.
Penelitian ini menggunakan novel sebagai sumber data yang mengisahkan
perjuangan seorang gembala muda bernama Santiago untuk mewujudkan
mimpinya. Mewujudkan sebuah mimpi membutuhkan pengorbanan besar karena
ia harus meninggalkan pekerjaannya, melakukan perjalanan ke negeri asing, dan
berkelana di padang gurun. Bagaimana sebuah mimpi mampu memberi kekuatan
yang besar bagi seorang gembala untuk menyebrangi benua, menunjukkan mimpi
mempunyai arti dalam hidup manusia. Dalam kehidupan nyata, manusia tentu
pernah bermimpi, namun apakah ia mau melakukan sesuatu demi mewujudkan
mimpi tersebut tergantung pada kemauannya untuk bekerja keras dan mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
resiko. Mimpi mampu mengarahkan perjalanan hidup manusia sehingga dapat
mewujudkan cita-cita yang akan membuatnya bahagia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Psikologi Humanistik Maslow yang
menekankan pentingnya motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia. Selalu
ada yang melatarbelakangi manusia untuk melakukan sesuatu. Ketika manusia
dihadapkan pada kebutuhan untuk mengembangkan diri, melakukan sesuatu yang
ia inginkan dan ditunjang oleh seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya, maka
manusia itu tidak sekadar digerakkan oleh motivasi, melainkan oleh metamotivasi.
Kebutuhan yang menggerakkan metamotivasi adalah kebutuhan dengan nilai-nilai
keberadaan atau B-Values. B-Values harus memiliki fondasi untuk menopang
keberadaanya agar kokoh. Penopang B-Values adalah kebutuhan-kebutuhan dalam
tahap D-Needs. Dengan demikian terpenuhinya kebutuhan fisiologis, rasa aman,
cinta, dan penghargaan, memberi jalan bagi munculnya kebutuhan-kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri (Maslow dalam Crapps,1993).
Aktualisasi diri merupakan pilihan untuk bergerak naik dari melakukan
sesuatu karena kekurangan menuju melakukan sesuatu untuk mengembangkan
diri, mewujudkan mimpi, dan memenuhi hidup dengan kegembiraan (Maslow
dalam Crapps, 1993). Ketika individu sudah sampai pada tahap kehidupan dimana
kebutuhan-kebutuhan dasarnya sebagai manusia telah terpuaskan, maka ia akan
dihadapkan pada pilihan apakah ia akan melakukan sesuatu yang benar-benar ia
inginkan, mengembangkan diri dengan semua kapasitas yang ia miliki atau tidak.
Membuat keputusan ini tidak mudah karena individu harus keluar dari area
nyaman yang selama ini telah ia tempati, bekerja keras dan mengambil resiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada saat Santiago sudah menjadi gembala, sesuai dengan apa yang selalu ia
inginkan, ia dihadapkan lagi pada pilihan baru. Pergi ke Afrika untuk
mewujudkan mimpinya atau meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala yang ia
sukai. Ini juga berarti ia harus meninggalkan domba-domba yang sudah menjadi
bagian dari hidupnya dan melupakan perjumpaan dengan wanita yang selama ini
ia nantikan. Ketika Santiago memutuskan untuk pergi ke Afrika ia membuat
progressian choice, yaitu sebuah pilihan maju berlawanan dengan regression
choice, yaitu sebuah pilihan mundur (Maslow dalam Crapps, 1993). Pilihan inilah
yang mengantar Santiago menuju perwujudan aktualisasi dirinya.
Paulo Coelho sebagai pengarang novel ini menyebutkan bahwa harta yang ia
lihat di mimpinya adalah Legenda Pribadi Santiago, sebuah pencapaian dari
keinginan yang selama ini terdapat dalam dirinya. Untuk mewujudkannya
Santiago akan menghadapi berbagai ujian yang menantang seluruh kemampuan
dirinya. Namun, meskipun membutuhkan perjuangan yang berat Legenda Pribadi
yang tercapai akan membuat hidup Santiago menjadi lengkap dan bermakna.
Menurut Maslow individu yang mengaktualisasikan diri menggunakan dan
mengeksploitasi bakat, kapasitas dan potensinya. Mereka berprestasi dan sedang
melakukan sesuatu yang dapat mereka lakukan dengan sebaik-baiknya (Maslow,
1984). Aktualisasi Diri merupakan puncak dari hirarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow. Untuk mencapainya, individu harus memenuhi
tahapan kebutuhan dalam D-needs. Aktualisasi diri bersama kebutuhan
mengetahui dan memahami, beserta kebutuhan estetika termasuk dalam B-needs.
Perjalanan Santiago untuk mewujudkan legenda pribadinya yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perwujudan seluruh kapasitasnya sebagai manusia akan ditinjau dengan
aktualisasi diri yang dikemukakan oleh Maslow.
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap teks novel Sang
Alkemis yang merupakan sumber data penelitian. Content analysis atau analisis
isi dilakukan berdasarkan permasalahan yang hendak diungkap, yaitu pencapaian
aktualisasi diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang
terdapat dalam diri Santiago sehingga mendukung dan mempengaruhi pencapaian
tersebut. Menurut Stone, analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat
kesimpulan secara sistematik dan obyektif mengidentifikasi karakteristik spesifik
dalam teks (Milles&Huberman,1992). Berdasarkan hal ini maka peneliti juga akan
melihat karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam diri subyek
sehingga mampu mencapai aktualisasi dirinya. Karakteristik merupakan bagian
dari kualitas kepribadian seorang individu sehingga tentu saja akan mempengaruhi
tingkah laku. Dalam penelitian ini pencapaian aktualisasi diri tentu saja tidak
lepas dari kehidupan sehari-hari individu yang bersangkutan sehingga tentu saja
dipengaruhi oleh karakteristik subyek yang bersangkutan. Karakteristik yang
terungkap disini akan dispesifikan pada karakteristik-karakteristik pengaktualisasi
diri untuk melihat sejauh mana itu mempengaruhi dan mendukung pencapaian
aktualisasi diri Santiago. Kehidupan Santiago yang ditinjau dengan pendekatan
Psikologi Humanistik Maslow akan menghasilkan kesimpulan yang merupakan
perjalanan kehidupan Santiago yang diungkap dalam novel sehingga
mempengaruhi dirinya secara keseluruhan sehingga mampu mencapai aktualisasi
dirinya. Selain itu dinamika psikologis Santiago akan dilihat untuk melihat lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jelas bagaimana perjalanan dan dinamika psikis santiago dalam
mengaktualisasikan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif karena
data yang digunakan adalah kata-kata yang berasal dari sebuah novel dan
dianalisis sesuai dengan bentuk aslinya dengan tujuan untuk mengungkap
kompleksitas permasalahan yang diteliti (Moelong, 2006;Poerwandari, 1998).
Dalam penelitian ini permasalahan yang diteliti adalah Bagaimana pencapaian
aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow, dan karakteristik
pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam diri Santiago sehingga
mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi karena
data penelitian ini berbentuk narasi dan deskripsi tertulis yang berasal dari
konteks cerita. Menurut Stone, analisis isi adalah teknik penelitian untuk
membuat kesimpulan secara sistematik dan obyektif mengidentifikasi
karakteristik spesifik dalam teks (Milles&Huberman,1992). Dalam hal ini data
penelitian adalah sebuah novel yang termasuk dalam literatur nonteknis, yang
berarti literatur tersebut bukan berasal dari karya tulis teoritik (Strauss &
Corbin, 2003). Naskah dalam novel yang berupa cerita akan disaring
berdasarkan tujuan penelitian, yaitu yang mengungkap pencapaian aktualisasi
diri subyek dan mencari karakter pengaktualisasi diri apa yang mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pencapaian tersebut. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Memilih adegan dalam teks secara sistematis sesuai dengan urutan
halaman dan paragrap. Data yang digunakan adalah adegan yang memiliki
makna yang sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti (Moleong,
2006). Reduksi data bertujuan untuk memilah-milah adegan dalam teks
sehingga pencapaian diri Santiago dapat terlihat secara sistematis.
2. Pengkodean
Tahap ini dilakukan dengan memberikan kode pada setiap adegan
tokoh Santiago dalam novel Sang Alkemis. Koding dimaksudkan untuk
dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan
mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang masalah yang
hendak diteliti (Poerwandari, 1998).
3. Deskripsi Data dan Penafsiran data
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang merupakan
bagian dari karya sastra maka hasil pengkodean yang masih dalam bentuk
kutipan langsung dari teks akan dideskripsikan untuk memudahkan
intepretasi data. Pada tahap selanjutnya data yang telah dideskripsikan
ditafsirkan sesuai dengan teori yang digunakan (Moleong, 2006).
4. Kesimpulan dan Dinamika Psikologis
Berdasarkan hasil deskripsi dan penafsiran data maka akan ditarik
kesimpulan yang menunjukkan pencapaian aktualisasi diri Santiago dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
awal, perjalanan dan hambatan-hambatan yang subyek alami, sehingga pada
akhirnya mampu mencapai aktualisasi dirinya. Dinamika psikologis subyek
akan diperoleh berdasarkan kesimpulan yang telah didapat sebelumnya.
C. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang ditempuh adalah proses yang dijalankan secara
sistematis untuk mengolah data yang diperoleh sehingga mampu
dikategorisasikan dan diambil kesimpulan untuk memperoleh tujuan penelitian
yang dilakukan. Tahapan proses yang dilakukan adalah:
1. Pengkodean
Pengkodean adalah pemberian kode pada sumber data tertulis yaitu teks
narasi yang terdapat dalam novel Sang Alkemis. Kode merupakan simbol pada
sekelompok kata-kata yaitu paragrap atau kalimat berdasarkan kategori-
kategori tertentu yang berasal dari permasalahan penelitian. Dengan adanya
pengkodean maka peneliti mengorganisasi data sehingga menemukan dan
mampu menggolongkan ke dalam permasalahan penelitian
(Miles&Huberman, 1992). Pengkodean dibuat berdasarkan pencapaian
aktualisasi diri Santiago, dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang
mempengaruhi Santiago dalam mengaktualisasikan dirinya. Rancangan tabel
analisis yang dipersiapkan adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Rancangan Tabel Analisis
Kolom Kode Keterangan Fungsi
1 No Nomor urut adegan Untuk mengurutkan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam teks. sistematik adegan dari awal
sampai akhir teks.
2 Adegan Adegan dalam
teks.
Untuk menjelasan letak
adegan dalam teks. Ditulis
sesuai dengan yang tertera
dalam teks berdasarkan
halaman (h…) dan urutan
paragrap (p…). Contoh:
halaman 10 paragrap 6
ditulis h.10,p.6
3 Teks Cuplikan dari
dokumen.
Untuk menunjukan adegan
dalam teks yang
menunjukkan pencapaian
aktualisasi diri.
4 Konteks Konteks dalam
teks.
Untuk menjelaskan lebih
lanjut isi dari teks sehingga
dapat menunjukkan
pencapaian aktualisasi diri.
5 Hirarki
Kebutuhan
Analisa konteks
dari teks ke dalam
hirarki kebutuhan
Maslow.
Untuk menggolongkan
tahapan kebutuhan yang
sedang dilalui oleh subyek.
Hirarki kebutuhan akan
ditulis dalam huruf kapital,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk tahap D-Needs, yaitu
(F) Kebutuhan Fisiologis,
(RA) Kebutuhan akan Rasa
Aman, (C) Kebutuhan-
kebutuhan akan Memiliki
dan Cinta, (P) Kebutuhan
akan Penghargaan. Untuk
tahap B-Needs, yaitu (AD)
Aktualisasi Diri, (M) Hasrat
untuk Mengetahui dan
Memahami, (E) Kebutuhan
Estetis. Setiap kolom
mewakili satu hirarki
kebutuhan. Untuk
mengetahui hasil analisa
termasuk dalam tahapan
yang mana, maka salah satu
dari kolom akan diberi tanda
’’.
6 Karakteristik
Pengaktualisasi
Diri
Karakteristik
subyek yang
mengaktualisasikan
diri.
Untuk melihat karakteristik
pengaktualisasi diri yang
mempengaruhi subyek
dalam pencapaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aktualisasi dirinya.
Karakteristik
pengaktualisasi diri akan
ditulis langsung, beserta
penjelasan yang
menunjukkan karakteristik
pengaktualisasi tersebut.
Karakteristik
pengaktualisasi diri yaitu,
Mengamati Realitas secara
Efisien, Penerimaan Umum
atas Kodrat, Orang-orang
Lain dan Diri Sendiri,
Spontanitas, Kesederhanaan
dan Kewajaran, Fokus pada
Masalah-masalah di Luar
Diri Mereka, Kebutuhan
akan Privasi dan
Indepedensi, Berfungsi
secara Otonom, Apresiasi
yang Senantiasa Segar,
Pengalaman-pengalaman
Mistik atau Puncak, Minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sosial, Hubungan antar
Pribadi, Struktur Watak
Demokratis, Perbedaan
antara Sarana dan Tujuan,
antara Baik dan Buruk,
Perasaan Humor yang Tidak
Menimbulkan Permusuhan,
Kreativitas, Resistensi
terhadap Inkulturasi.
Dari rancangan tabel analisis kemudian peneliti membuat tabel analisis
pemenuhan hirarki kebutuhan dan sifat-sifat individu yang mengaktualisasikan
diri yang terdapat dalam upaya pemenuhan aktualisasi diri.
Tabel 2: Rancangan Tabel Analisis Pemenuhan Hirarki Kebutuhan dan Sifat-
sifat Individu yang Mengaktualisasikan Diri yang Terdapat dalam Upaya
Pemenuhan Aktualisasi Diri.
Hirarki KebutuhanD-needs B-needs
No Adegan Teks Konteks
F RA C P AD M E
KarakteristikPengaktualisa
si Diri
2. Menyajikan hasil pengkodean.
Hasil pengkodean disajikan dengan bentuk narasi. Dalam setiap adegan
dicari apa konteks yang mengarah pada pencapaian aktualisasi diri serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karakteristik pengaktualisasi apa yang mempengaruhi pemenuhan hirarki
kebutuhan tersebut.
3. Interpretasi data berdasarkan hasil pengkodean.
Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang
lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan
(Moleong,2006). Data yang telah diperoleh kemudian dihubungkan dengan
landasan teori yang dipakai untuk mengungkap rumusan masalah yang telah
diajukan. Dalam penelitian ini permasalahan yang ingin diungkap adalah
pencapaian aktualisasi diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa
saja yang mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil pengkodean terhadap novel Sang Alkemis yang menunjukkan
Santiago telah berada sampai pada tahap apa dalam hirarki kebutuhan beserta
karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam dirinya akan
dipaparkan pada hasil penelitian secara naratif. Pada analisis hasil penelitian akan
dibagi ke dalam dua bagian sesuai dengan pokok masalah yang ingin diungkap,
yaitu pencapaian Aktualisasi Diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri
apa saja yang mempengaruhi dan mendukung pencapaian Aktualisasi Diri
tersebut. Bagian terakhir dari pembahasan akan menyajikan dinamika psikologis
Santiago dalam pencapaian aktualisasi dirinya, terutama dinamika yang
menampilkan perubahan hirarki kebutuhan dalam dirinya.
A. Hasil Penelitian
Santiago lahir di tengah keluarga petani miskin yang bekerja keras untuk
mendapatkan makanan dan rumah, yang termasuk dalam D-Needs. Kebutuhan
keluarga itu meningkat menjadi kebutuhan akan penghargaan yang diharapkan
dapat dipenuhi melalui diri Santiago untuk menjadi seorang pastur. Pastur yang
lahir dari keluarga miskin akan mengangkat nama keluarga tersebut.
Santiago sejak kecil telah mengetahui apa yang ia inginkan yaitu menjadi
seorang pengembara. Kehidupan dalam seminari yang terbatas dengan aturan-
aturan, menghalangi kebutuhan Santiago untuk berkelana bebas melihat dunia
luar. Potensi yang ada dalam diri Santiago untuk menjadi pengembara otomatis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhambat ketika ia memasuki seminari. Menurut Maslow (1971) dorongan untuk
berkembang dalam diri yang belum diwujudkan akan tetap berada di situ dan akan
menuntut untuk diaktualisasikan. Hal ini terjadi pada Santiago, meskipun ia telah
masuk seminari dorongan untuk menjadi gembala tetap ada dan membuatnya
berani mengutarakan keinginannya tersebut kepada orangtuanya.
Keberanian untuk memutuskan menjadi pengembara menentang pendapat
orangtuanya menunjukkan Santiago memiliki karakteristik pengaktualisasi diri
yang memiliki otonomi dalam mengambil keputusan lepas dari keinginan
orangtuanya (Maslow dalam Koeswara, 1989). Karakteristik pengaktualisasi diri
lain yang muncul pada tahap ini adalah resistensi terhadap inkulturasi. Hal ini
dapat dilihat dari keberanian Santiago untuk menjadi pengembara meskipun
dalam budayanya yang melakukan perjalanan ke negeri lain adalah orang kaya
karena harus memiliki uang yang banyak. Namun, Santiago juga melakukan
adaptasi dengan kebudayaannya, ia memutuskan menjadi penggembala domba
disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarganya.
Keputusan menjadi gembala didorong oleh B-Needs, yaitu motivasi untuk
berkembang bukan motivasi kurang sempurna. Ia ingin mengembangkan diri
bukan memenuhi D-needs yaitu memenuhi kebutuhan penghargaan dalam
keluarganya. Keputusan menjadi gembala ini sudah mengarah ke aktualisasi diri
karena Santiago bertindak untuk melakukan apa yang benar-benar ingin ia
lakukan dalam hidupnya.
Setelah Santiago menjadi Gembala, ia merasa bahagia. Kebahagiaan yang
ia dapatkan setelah menjadi gembala menunjukkan karakteristik pengaktualisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diri yang lain, yaitu apresiasi yang senantiasa segar (Maslow, 1984). Kebahagiaan
ini terjadi karena setiap hari ia menjalani mimpinya menjadi gembala yang
berkelana ke banyak tempat. Dengan menjadi gembala ia menemukan Tuhan yang
tidak ia temui di seminari. Seorang wanita juga telah memenuhi fikirannya yaitu
putri pedagang kain yang kagum dengan kemampuannya membaca yang jarang
dimiliki oleh seorang gembala domba. Kebutuhan akan penghargaan dalam diri
Santiago terpenuhi ketika ia bertemu dengan putri pedagang kain itu.
Menurut Maslow (1984), motivasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
tidak sadar. Mimpi berulang yang dialami Santiago di tempat yang sama
merupakan bentuk motivasi yang mendorongnya mencari tahu arti mimpi
tersebut. Hasrat untuk mengetahui dan memahami merupakan salah satu
kebutuhan yang dimiliki individu yang mencapai B-Needs (Maslow, 1987).
Keingintahuan ini juga didukung oleh sifat spontan Santiago dalam menanggapi
mimpi berulangnya yang merupakan salah satu karakteristik individu yang
mengaktualisasikan diri.
Santiago mampu mengambil pelajaran dari pengalaman yang telah ia lalui
sebagai seorang gembala. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuannya
mengamati realitas secara efisien. Hal ini dapat dilihat dari musnahnya keraguan
Santiago untuk mencari tahu arti mimpinya ketika ia menyadari bahwa kehidupan
gembala lebih beresiko daripada hanya sekadar mencari tahu arti mimpi yang
berulang. Berhadapan dengan wanita Gipsi yang ia ragukan kemampuannya
menafsirkan mimpi merupakan tantangan tersendiri bagi Santiago. Terlebih
ternyata tafsiran mimpinya sederhana, yaitu pergi ke Mesir dan disana Santiago
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan menemukan harta terpendam. Ini membuat Santiago kecewa. Santiago yang
tidak tahu cara sampai ke Piramida di Mesir merasa itu hanya mimpi tanpa arti
dan membuatnya tidak percaya lagi pada mimpi. Ia merasa ada hal lain yang perlu
ia lakukan daripada sekadar percaya pada mimpi.
Keputusan Santiago menjadi gembala tidak lepas dari kebutuhan privasi
dan independensinya yang tinggi. Ia tidak menyukai hidup bersama orang-orang
yang sama kerena menurutnya ia akan kehilangan jati diri dan dituntut berubah
sesuai dengan keinginan orang lain. Gembala yang hidup sendiri dan tidak pernah
menetap merupakan pilihan yang sangat sesuai dengan kesukaan Santiago
terhadap kesunyian. Ia punya banyak teman disetiap tempat yang ia singgahi, tapi
tidak harus menghabiskan waktu dengan mereka.
Melchizedek yang datang dan mengatakan akan memberi tahu dimana
lokasi harta terpendam dalam mimpi Santiago dengan imbalan sepersepuluh
kawanan dombanya membuat Santiago curiga. Ia sempat mengira bahwa pria tua
ini adalah suami wanita Gipsi yang berusaha mendapatkan uang lebih. Kecurigaan
Santiago pada orang lain terkait dengan kebutuhan privasi dan independensi
dalam dirinya, yang memungkinkannya menjadi tidak mudah percaya pada orang
lain. Namun, kecurigaan ini berakhir ketika Melchizedek mengatakan apa maksud
kedatangannya yang ingin membantu Santiago mewujudkan Legenda Pribadinya.
Santiago kagum dengan penjelasan Melchizedek mengenai daya misterius
yang membuat manusia merasa bahwa mustahil untuk mewujudkan mimpinya,
juga bagaimana segenap alam semesta akan membantu manusia untuk
mewujudkan mimpi itu. Namun, Santiago yang belum mengerti betul apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikatakan Melchizedek sudah membayangkan bagaimana kagumnya putri
pedagang kain mendengar penjelasannya mengenai daya misterius yang
disebutkan oleh Melchizedek. Santiago yang merasa belum mendapat
penghargaan dari luar terhadap pekerjaannya sebagai gembala, merasa hanya putri
pedagang kain yang kagum pada dirinya, terlebih dengan kemampuannya
membaca dan bercerita banyak hal. Melchizedek juga mengatakan bahwa fikiran
manusia sendiri sering menggagalkan perwujudan Legenda Pribadinya, terutama
jika menyangkut keharusan untuk meninggalkan kemapanan untuk mewujudkan
Legenda Pribadinya. Hal inilah yang membuat Melcizedek mendatangi Santiago,
karena ia hampir menyerah untuk mewujudkan Legenda Pribadinya, yaitu apa
yang selalu ingin diwujudkan setiap orang dalam hidupnya dari kecil.
Pekerjaan Santiago sebagai gembala merupakan pilihan yang tidak mudah
bagi dirinya. Santiago dihadapkan pada sebuah mimpi yang tafsirannya
mengatakan ia harus melepaskan pekerjaan yang dicintai dan dijalani dengan
penuh pengabdian dan melakukan perjalanan ke Mesir. Pada tahap ini Santiago
harus memilih antara progression choice, yaitu sebuah pilihan maju berlawanan
dengan regression choice, yaitu sebuah pilihan mundur (Maslow dalam Crapps,
1993).
Apresiasi Santiago yang senantiasa segar dapat dilihat dari kemampuannya
menyadari hal-hal baik dalam hidupnya meskipun itu terjadi setiap hari, seperti
terbitnya matahari. Ia juga mampu memaknai hal-hal yang terjadi setiap harinya,
termasuk hembusan angin di wajahnya. Ini merupakan bentuk pemahaman
Santiago akan alam yang merupakan pengalaman mistik atau puncak. Ia mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasakan wangi perempuan gurun, dan keringat lelaki yang mencari hartanya
melalui angin yang berhembus di wajahnya. Melalui hembusan angin ini juga
Santiago sadar ia juga sebebas angin dalam mengejar mimpinya, dan menyadari
bahwa menjadi gembala adalah sarana yang harus ia tempuh sebelum mencapai
legenda pribadinya. Ini termasuk dalam karakteristik individu yang
mengaktualisasikan diri, yaitu mampu membedakan sarana dan tujuan (Maslow,
1984).
Pada saat Santiago memberi sepersepuluh dombanya kepada Melchizedek,
terdapat satu domba yang pincang. Santiago yang mampu melihat realitas secara
efisien mengetahui bahwa dombanya yang pincang justru yang paling pintar dan
menghasilkan paling banyak wol. Melchizedek mengatakan bahwa setiap orang
yang mengejar mimpinya memiliki kemujuran pemula. Kemujuran ini
memungkinkan keberhasilan pada siapapun untuk berhasil pada usaha pertama
dirinya untuk mencapai legenda pribadinya. Pemahaman Santiago akan pertanda
dan simbol-simbol tertentu merupakan bentuk pengalaman mistik Santiago yang
menyatu dengan alam. Dengan bantuan tanda-tanda yang ditinggalkan Tuhan di
sepanjang jalan menuju Legenda Pribadinya Santiago akan membuat keputusan
sendiri. Ia lepas dari pengaruh luar dan berfungsi secara otonom.
Keyakinan Santiago dalam menemukan hartanya bertambah ketika ia
menyadari bahwa sebagaimana Tuhan membimbing domba-domba melalui tanda-
tanda melintasi padang rumput maka Tuhan juga akan membimbingnya
menemukan harta terpendam di Mesir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada saat Santiago sampai di Afrika dan kehilangan uang karena ditipu
oleh orang yang mengaku akan memandunya ke Mesir, ia sangat terpukul. Nilai
estetika dalam dirinya membuat Santiago terpesona pada keindahan sebuah
pedang meskipun pada akhirnya itu membuatnya lengah dan kehilangan uang.
Peristiwa ini menyadarkan Santiago bahwa ia telah keluar dari hal rutin yang
biasa ia lakukan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Santiago kembali mengenang saat ia
menjadi gembala. Ia menjadi pesimis dan tidak sanggup meneruskan perjalanan
menuju Piramida. Pada akhirnya Santiago menjadi sadar ia masih memandang
dunia seperti apa yang ia inginkan bukan yang sesungguhnya terjadi. Ini
menunjukkan kemampuan Santiago untuk menerima kodratnya sebagai manusia
(Maslow dalam Schultz, 1991).
Kemampuan Santiago untuk dapat kembali mendapatkan semangat
meneruskan perjuangan mewujudkan Legenda Pribadinya, tidak lepas dari
pengalaman mistik yang menguatkannya. Pengalaman mistik memungkinkan
siapapun yang mengalaminya memiliki perasaan gembira atau kagum yang besar
(Maslow, 1971). Kemampuan untuk terus maju berjuang mewujudkan Legenda
Pribadinya disaat dirinya sendiri mengalami kekurangan, menunjukkan Santiago
didorong oleh B-Needs. Ia ingin menjadi sesuatu yang sesuai dengan apa yang
kehendaki meskipun pada saat itu ia terdampar di negeri asing tanpa uang.
Santiago kembali dikuatkan untuk mencari hartanya dengan keyakinan bahwa
berkah Melchizedek masih bersamanya. Ia menjadi percaya diri dan senang di
tempat baru dan asing, karena bagaimanapun inilah yang selalu ia inginkan, yaitu
mengenal tempat-tempat baru. Ia kembali mampu memfokuskan diri pada tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
utamanya datang ke Afrika yaitu menemukan hartanya. Kemalangan yang
menimpa Santiago di Afrika mampu ia atasi dengan baik, karena bagaimana pun,
hal ini terjadi di tengah petualangan di negeri asing, dimana bepergian ke tempat
yang baru adalah sesuatu yang sangat ia sukai.
Dalam pengalaman mistik terdapat B-Languange (Maslow, 1969) yang
memungkinkan Santiago berkomunikasi dan mengetahui segala sesuatu tanpa
kata-kata. Kemampuan ini membuatnya mampu merasakan apakah seseorang
dekat atau jauh dari legenda pribadinya, juga memahami orang lain meskipun
mereka berbicara dalam bahasa yang berbeda. B-Languange juga memungkinkan
Santiago untuk memahami domba-dombanya ketika masih menjadi gembala.
Semua peristiwa ini membuat Santiago sadar bahwa segala sesuatu dalam dunia
ini adalah satu karena dibuat oleh tangan yang sama. Kesadaran ini membuatnya
tidak takut lagi meskipun ia sedang mengalami kesulitan di negeri asing dalam
usaha mewujudkan Legenda Pribadinya.
Manusia adalah sebuah kesatuan yang utuh. Satu kebutuhan yang tidak
terpenuhi mampu mempengaruhi prilaku individu secara keseluruhan (Maslow,
1984; Maslow dalam Koeswara, 1989). Pada saat Santiago kelaparan, ia tahu
harus mendapatkan makanan. Pada tahap ini, Santiago yang memiliki harga diri
tinggi tahu harus melakukan sesuatu meskipun itu perbuatan yang tidak pernah ia
lakukan sebelumnya, yaitu membersihkan etalase sebuah toko kristal.
Kepercayaan diri Santiago membuatnya tetap mampu mengambil inisiatif secara
spontan. Ide kreatif untuk membersihkan etalase toko kristal membuahkan hasil.
Ia mendapatkan makan siang dari pemilik toko itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keteguhan niat Santiago untuk mencari hartanya sampai ke Mesir kembali
diuji. Ia harus menempuh ribuan kilometer gurun untuk sampai ke Mesir. Bahkan
jika ia bekerja keras setiap hari selama setahun di toko kristal dan mendapat
komisi yang tinggi, Santiago masih harus meminjam uang untuk bisa sampai ke
sana. Kenyataan ini membuat Santiago patah semangat karena ia telah melakukan
banyak perubahan besar dalam hidupnya untuk memberanikan diri melakukan
perjalanan ke Mesir. Ia meninggalkan domba-dombanya, melakukan perjalanan
ke negeri asing, kehilangan uang, bahkan kelaparan. Santiago juga harus
mengumpulkan segenap tenaga dan gairah untuk kembali dapat membulatkan
tekadnya mencari harta terpendam di Piramida Mesir.
Pada tahap ini, kebutuhan Santiago yang semula sudah sampai tahap B-
Needs yaitu aktualisasi diri, kembali turun ke tahap D-Needs, yaitu kebutuhan
akan penghargaan. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan dorongan dari dalam
dirinya. Ia memutuskan kalaupun ia harus bekerja keras untuk mendapatkan
uang, ia akan mempergunakan itu untuk biaya pulang ke Spanyol dan membeli
domba karena ia ingin menjadi gembala lagi. Pada tahap ini Santiago telah
memperoleh pemenuhan kebutuhan fisiologis, dan pekerjaan dari pemilik toko
kristal yang merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Namun,
tujuan awal Santiago ke Mesir yang merupakan kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri yang sesuai dengan potensi dirinya kini telah hilang. Pada
saat ini Santiago hanya memikirkan bagaimana ia kembali memperoleh
penghargaan yang telah ia lepaskan demi mimpinya yang sekarang terdengar
mustahil untuk dilakukan. Maka, cara yang ia tempuh untuk kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapatkannya adalah menjadi gembala domba lagi karena melalui
pekerjaannya sebagai gembala ia memperoleh kebanggaan diri, yang merupakan
wujud penghargaan Santiago terhadap dirinya sendiri. Bekerja di toko kristal
merupakan usaha Santiago untuk mendapatkan uang untuk kembali ke Spanyol.
Bekerja di toko kristal tidak membuat Santiago bahagia, terlebih pada
tahap ini ia sedang mengalami perubahan hirarki kebutuhan dalam dirinya, dari B-
Needs ke D-Needs. Namun, karakteristik pengaktualisasi diri tidak hilang dari
dalam dirinya. Santiago mampu menanggapi pertanda menghasilkan ide-ide
kreatif yang akan memajukan toko tersebut, yaitu membuat lemari pajangan di
luar toko dan menjual teh di dalam gelas kristal. Pada awalnya ide-ide Santiago
tidak ditanggapi dengan serius oleh pemilik toko, karena terlalu beresiko, namun
Santiago mengatakan hidup akan selalu penuh risiko dan kita harus memanfaatkan
kemujuran yang sekarang sedang ada di fihak kita. Pada akhirnya ide yang
dikemukakan Santiago mampu memajukan toko tersebut. Karakteristik lain yang
muncul adalah struktur watak yang demokratis, sehingga ia mampu menerima
pendapat dari pedagang kristal yang berbeda dari dirinya dalam menanggapi
mimpi. Santiago berpendapat tidak ada salahnya mewujudkan mimpi kita,
sementara pedagang kristal takut impiannya tidak sama seperti yang ia bayangkan
sehingga lebih suka memimpikannya saja.
Setelah setahun bekerja di toko kristal Santiago faham bahwa bekerja di
toko kristal adalah bagian dari perjalanan mewujudkan mimpinya. Ia telah belajar
bahasa gairah yang memungkinkannya tetap bekerja keras di sana selama setahun,
ia tahu tentang bahasa tanpa kata-kata dan pertanda, ia tidak takut perubahan, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mampu berbicara dalam bahasa Arab, dan ia tahu bagaimana cara berdagang
kristal.
Keinginan menjadi gembala tetap ada karena sebagai manusia biasa ia
juga mengalami ketakutan mencoba sesuatu yang baru, sementara ia telah tahu
bagaimana menjadi seorang gembala yang baik. Keinginan untuk menjadi
pedagang kristal juga muncul dalam dirinya, karena ia telah mengetahui
bagaimana melakukannya dengan baik. Namun, semua pengalaman yang ia lalui
menguatkan niatnya untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Ini memberi
kekuatan yang luar bisa dalam diri Santiago yang membuatnya yakin terbukanya
segala kemungkinan akan apa yang akan ia jalani. Kekuatan ini merupakan bentuk
pengalaman mistik yang terjadi lagi dalam dirinya, sekaligus menimbulkan
keyakinan diri yang menerima kemampuan dirinya sendiri untuk melakukan
perjalanan. Penguasaan bahasa Arab tentu saja membantunya melakukan
perjalanan jauh ke Mesir.
Santiago mampu mengambil hikmah dari semua yang ia alami. Selama ia
menjadi gembala dan bekerja di toko kristal, Santiago melaksanakan tugas-
tugasnya dengan baik. Ia menyadari kemampuannya untuk melalui tahapan ini
dengan baik karena pada akhirnya semua akan mengantarnya menuju ke Legenda
Pribadinya. Ia menjadi lebih dekat dengan Legenda Pribadinya karena
memutuskan untuk melakukannya.
Selama melakukan perjalanan melintasi gurun, Santiago semakin melatih
kemampuannya dan kapasitasnya sebagai pengaktualisasi diri. Ia menyadari gurun
akan mengajarinya banyak hal karena ia telah menyatu dan berkomunikasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alam, yang merupakan bentuk B-Languange. Ia juga tetap memiliki kemampuan
mengamati realitas secara efisien dikarenakan kewaspadaannya terhadap
lingkungan sekitar. Selama melintasi gurun, Santiago mau menerima perbedaan
pendapat dengan teman seperjalanannya, yaitu seorang ahli kimia Inggris.
Santiago mau membaca buku-buku yang dianggap penting oleh pria itu meskipun
pria itu tidak menganggap penting gurun yang menurut Santiago merupakan guru
yang bijak. B-Cognition yang dimiliki oleh Santiago, membuatnya mampu
menganalogikan dan mengambil kesimpulan dari buku-buku kimia teman
seperjalannya. Ia yakin alkemis mampu dipelajari dalam kehidupan sehari-hari,
bahwa dunia memiliki jiwa dan siapapun yang memahami jiwa itu dapat juga
memahami bahasa benda-benda.
Pada saat rombongan karavan tiba di osis setelah melalui perjalanan yang
panjang, Santiago memilih untuk menikmatinya dalam diam dan kesunyian. Ia
sadar ia masih menempuh perjalanan panjang ke Piramida. Ia sangat menyadari
bahwa harus menikmati keindahan oasis ini karena ia tidak tahu apa yang akan
terjadi besok. Setelah merenung dalam diam, Santiago sadar bahwa ia memiliki
kelemahan. Ia harus sabar dan harus mengendalikan dorongan hatinya. Ia merasa
keadaan yang ia alami tidak semudah dulu lagi. Dia menyadari akan ada ujian
bagi dirinya dalam menempuh Legenda Pribadinya. Namun, ia yakin akan
pertanda dari Tuhan yang akan membimbing langkahnya.
Kebutuhan cinta Santiago terpenuhi melalui kehadiran Fatima yang ia
yakini sebagai pasangan jiwa yang selama ini ia cari. Kemampuan Santiago
memaknai pengalaman mistik membuatnya tahu bahwa Fatima adalah wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang akan menjadi istrinya. Cinta yang Santiago rasakan pada Fatima adalah B-
Love, yaitu cinta yang membuat orang yang dicintai mengaktualisasikan diri
(Maslow, 1968). Fatima mendorong Santiago untuk mengejar hartanya dan
mengatakan ia akan menunggunya, meskipun menurut Santiago Fatima lebih
penting dari hartanya. Fatima mampu meyakinkan Santiago bahwa cinta tidak
menjadi penghalang bagi seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya.
Fatima yang mendorong Santiago mengejar mimpinya, membuat Santiago
gundah. Menurut Santiago, Fatima jauh lebih berharga daripada mimpi yang ia
kejar. Ia berusaha memahami Fatima dengan pergi ke gurun. Keingintahuan
Santiago atas jalan pikiran Fatima yang menginginkan Santiago mencari hartanya
didorong oleh hasrat untuk mengetahui dan memahami yang ada dalam dirinya. Ia
meyakini gurun menyimpan jawaban atas pertanyaannya karena Fatima adalah
wanita gurun. Tapi ia justru memperoleh sesuatu diluar tujuan awal ia datang ke
gurun. Melalui terbangnya elang-elang di atas kepalanya ia tahu bahwa oasis yang
harusnya menjadi wilayah netral akan diserbu oleh suku yang berperang.
Keraguan Santiago untuk menceritakan pertanda yang dilihatnya kepada
kepala suku sirna ketika ia mengingat Fatima. Wanita ini telah memberi Santiago
kekuatan menghadap para ketua suku yang sudah terbiasa menghadapi pertanda.
Pada saat Santiago memasuki tenda utama di oasis itu untuk menghadap ketua
suku, sekali lagi nilai estetika Santiago tergugah. Ia sangat terpesona dengan
keindahan tenda itu.
Santiago tidak menyesali kedatangannya untuk menceritakan
penglihatannya kepada para tetua suku. Ia telah melakukan taruhan berbahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam hidupnya sejak meninggalkan rumahnya dan memutuskan menjadi
gembala. Santiago sadar kemampuannya berkomunikasi dengan alam melalui B-
Languange harus ditebus dengan nyawanya, karena jika pertanda yang ia lihat
tidak terjadi maka ketua suku akan mencabut nyawanya. Jika pun ia harus mati
karena pertanda yang ia lihat tidak terjadi, Santiago puas dengan hidupnya. Ia
sudah berkelana sampai ke negeri asing, bekerja sepenuh hati di toko kristal,
mengenal gurun yang sunyi sebagai guru yang bijak, dan mengenal Fatima cinta
dalam hidupnya.
Sikap pasrah Santiago terhadap kematian kembali terlihat ketika ia
diancam sang alkemis dengan pedang di lehernya. Ancaman itu tidak membuat
Santiago takut karena jika ia harus mati sekarang, ia mati dalam usaha
mengaktualisasikan dirinya. Ancaman sang alkemis juga tidak membuat Santiago
tidak dapat menjelaskan mengapa ia mampu membaca Bahasa Buana.
Santiago sampai pada tahap telah terpenuhi kebutuhan fisiologis, rasa
aman, penghargaan dan cinta. Ketika kapasitas yang ada dalam dirinya menuntut
untuk diwujudkan ke pengaktualisasian, Santiago merasa itu sudah tidak perlu
lagi. Menurut Santiagao ia telah menemukan hartanya. Ia memiliki onta, emas
sebagai ucapan terimakasih ketua suku karena berhasil mencegah oasis diserang,
dan Fatima. Sang alkemis mengatakan itu semua tidak ia temukan di Piramida,
dimana disanalah letak mimpinya berada. Dimana hati santiago berada, maka
disana ia akan menemukan hartanya.
Sang alkemis mengatakan akan membimbing Santiago menuju harta
karunnya. Namun, sebelumnya ia akan menguji kemampuan Santiago untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkomunikasi dengan gurun, karena piramida dikelilingi oleh gurun. Dengan
kemampuannya berkomunikasi dengan alam, Santiago mampu melewati ujian ini
dengan baik. Kemampuan Santiago untuk berfungsi secara otonom membuatnya
mengambil keputusan untuk tetap mengejar hartanya, karena cinta Fatima tidak
pernah menahan dirinya untuk mengejar hartanya. Keputusan ini mengarah pada
usaha untuk mewujudkan B-Needs, yaitu kebutuhan mengaktualisasikan diri.
Santiago menyadari keputusannya mewujudkan mimpinya akan
memisahkan dirinya dengan Fatima dalam jangka waktu yang tidak pasti.
Menyadari hal ini, maka Santiago melakukan pelanggaran terhadap tradisi dengan
mengajak Fatima berjalan keluar pada malam hari. Prilaku ini didorong oleh rasa
cintanya pada Fatima sehingga ia mampu melakukan tindakan yang menunjukkan
resistensi terhadap inkulturasi.
Selama perjalanan bersama sang alkemis melintasi gurun, Santiago harus
belajar mendengarkan hatinya. Pada awalnya sulit bagi Santiago untuk
mendengarkan hatinya, namun ia sadar bahwa hati akan selalu ada dan
mengingatkan Santiago akan mimpinya. Ia juga sadar hatinya bisa merasa takut
dan memiliki muslihat. Hati juga takut menderita dalam usaha mengejar
mimpinya. Kemampuan ini berkaitan dengan karakteristik pengaktualisasi diri
penerimaan terhadap kodratnya sebagai manusia. Santiago melihat sifat
manusiawinya sebagaimana adanya sehingga mampu menerima jika hatinya
sendiri bisa merasa takut dan menderita.
Apa yang dirasakan hati Santiago merupakan cerminan apa yang dirinya
rasakan. Perjuangan dalam mewujudkan mimpi merupakan bentuk rasa syukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Santiago kepada Tuhan karena ia memanfaatkan waktunya di dunia untuk menjadi
lebih baik dari dirinya yang sekarang. Dengan mengejar mimpinya, Santiago
mampu membedakan apa yang seharusnya harus ia raih dan apa yang harus ia
lalui sebelum mencapainya. Dengan berjuang mewujudkan mimpinya, Santiago
sadar hidupnya menjadi lebih bermakna. Satu-satunya yang mendorong dan
meyakinkan Santiago untuk meraih mimpinya adalah hatinya.
Santiago menyadari keberaniannya yang terbesar yaitu keluar dari zona
aman dalam hidupnya dan mengambil resiko, yaitu meninggalkan pekerjaannya
sebagai gembala, bertahan hidup di tengah cobaan, dan bekerja di toko kristal.
Pada saat Santiago dan sang alkemis tertangkap warga suku yang mengira
mereka mata-mata musuh, sang alkemis mengatakan bahwa Santiago bisa
mengubah dirinya menjadi angin. Santiago yang mendengar perkataan sang
alkemis sangat ketakutan karena belum mengetahui bagaimana cara mengubah
dirinya menjadia angin. Sang alkemis mengatakan pada Santiago supaya jangan
takut gagal karena perasaan takut gagal yang membuat mimpi tidak mungkin
diwujudkan.
Di bawah ancaman kematian Santiago mencoba berkomunikasi dengan
alam melalui B-Languange yang telah ia kuasai. Ia berbicara dengan angin, gurun,
dan matahari, meminta mereka mengubahnya menjadi angin. Namun, ketiga
ciptaan Tuhan yang luar biasa itu pun tidak mengetahui bagaimana
melakukannya. Matahari mengatakan pada Santiago untuk berbicara kepada
Tuhan melalui surga. Setelah melewati banyak latihan untuk berkomunikasi
kepada Jiwa Buana, ia mengetahui bahwa Jiwa Buana merupakan bagian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jiwa Tuhan. Jiwanya adalah jiwa Tuhan dan sebagai manusia biasa Santiago dapat
melakukan keajaiban-keajaiban.
Pada saat terakhir Santiago akan menemukan hartanya di Piramida, ia
kembali mengalami ujian berat. Ia dirampok dan ditertawakan karena usaha
kerasnya menggali pasir untuk menemukan harta terpendam. Di tengah kesakitan
karena dipukuli, Santiago pasrah pada nasibnya. Pada saat ia akan ditinggalkan
dalam keadaan terluka parah, terjadi keajaiban melalui ketua rombongan
perampok itu yang mengatakan dengan tepat dimana sebenarnya lokasi harta
Santiago. Harta itu terletak di tempat yang sama sekali tidak asing bagi dirinya.
Sebuah gereja tua tempat dimana ia bermimpi mengenai harta karun itu.
Pada tahap ini, Santiago telah mengaktualisasikan dirinya. Ia telah
melakukan apa yang ingin ia lakukan dan didukung oleh kapasitasnya sebagai
manusia biasa. Santiago tidak menyesali perjalanan panjang dan berliku yang
harus ia tempuh untuk menemukan harta terpendamnya. Meskipun tempat harta
terkubur itu bukan di Afrika, melainkan di tempat yang biasa ia tempati bersama
domba-dombanya. Dalam perjalanan menemukan harta itu, ia menemukan
Fatima, bertemu sang alkemis, memahami gurun, dan belajar ilmu berdagang
kristal. Ia bersyukur atas begitu banyak berkah yang ia dapat selama hidupnya
yang terjadi berkat kemauannya mewujudkan mimpinya.
Sebuah novel adalah media ekspresi pengarangnya untuk menyampaikan
pesan kepada pembacanya, apakah itu berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri
atau tidak. Meneliti kisah hidup Santiago akan menghantarkan kita pada
kehidupan pengarangnya, Paulo Coelho. Banyak kesamaan dirinya yang ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tampilkan dalam diri Santiago. Jalan berliku yang harus ditempuh sebelum
mencapai aktualisasi diri tidak hanya dialami oleh Santiago, melainkan juga oleh
Paulo Coelho pengarang novel ini. Selain harus menentang keinginan orangtua,
Coelho juga pernah dimasukkan orangtuanya sendiri ke RSJ, dipenjara, menjadi
penulis lagu, sukses dan mendapatkan penghargaan atas pekerjaannya. Santiago
dengan tawaran sebagai penasihat gurun dan Coelho dengan kehidupan
mapannya, memiliki kesamaan untuk tidak mau berada dalam kenyamanan yang
telah mereka dapat. Mereka berjuang untuk mewujudkan apa yang benar-benar
mereka inginkan dalam hidup ini, meskipun dalam perjalanan hidupnya masing-
masing, mereka sempat berusaha melupakan mimpi mereka. Mereka melakukan
progression choice dalam hidupnya untuk mewujudkan metamotivation dalam diri
mereka masing-masing.
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow
Kebutuhan Santiago pada tahap D-Needs telah terpenuhi dengan baik
sebelum pada akhirnya mampu mencapai tahap B-Needs. Kebutuhan fisiologis
dan rasa aman telah ia dapatkan dari keluarganya, meskipun kedua
orangtuanya berupaya keras untuk mendapatkan makanan dan rumah yang
layak untuk ditinggali. Sebagai seorang anak, Santiago memahami hasrat
orangtuanya yang miskin untuk memperoleh penghargaan dari luar melalui
dirinya yang diharapkan untuk menjadi pastor. Namun, pada saat yang sama
Santiago telah menjadi individu yang memiliki cita-cita. Ia ingin menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gembala yang berkelana ke banyak tempat, dan yakin bahwa hal ini mampu
membawa kebahagiaan dalam dirinya. Keputusan untuk melakukan sesuatu
bukan berdasarkan kekurangan yang ada dalam dirinya, melainkan untuk
mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri merupakan bentuk
kebutuhan untuk berkembang yaitu B-Needs.
Keputusan Santiago menjadi gembala dan menjalankan profesi tersebut
dengan baik dan penuh tanggung jawab merupakan bentuk aktualisasi diri. Ia
melakukan apa yang benar-benar ia inginkan dan sesuai dengan kapasitas
yang ia miliki. Melalui profesinya sebagai gembala, ia tidak hanya
mendapatkan makanan dan rasa aman. Santiago juga mendapatkan
penghargaan dari orang lain yang menghargai kemampuannya
menggembalakan domba, berkelana melihat wilayah-wilayah baru, juga
kemampuan membaca yang jarang dimiliki oleh seorang gembala.
Mimpi berulang yang ia alami di sebuah gereja tua membawanya pada
seorang penafsir mimpi yang mengatakan bahwa Santiago harus melakukan
perjalanan ke Mesir untuk menemukan harta terpendam. Apabila ia setuju
untuk melakukannya berarti Santiago harus meninggalkan pekerjaannya
sebagai gembala bahkan menjual domba-dombanya, padahal untuk menjalani
profesi sebagai gembala Santiago telah melakukan banyak pengorbanan. Ia
harus menentang keinginan orangtuanya dan meninggalkan kampung
halamannya. Namun, Santiago berani memilih meninggalkan pekerjaan yang
memberinya banyak kebahagiaan demi sebuah mimpi berulang yang ia alami
di sebuah gereja yang hampir rubuh. Mimpi berulang yang dialami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Santiago merupakan motivasi yang melatarbelakanginya mengaktualisasikan
dirinya, karena motivasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar.
Santiago melakukan perjalanan ke Mesir dengan harapan ia akan segera
menemukan harta terpendam yang oleh Melchizedek disebut sebagai Legenda
Pribadinya. Namun, ternyata ia harus kehilangan semua uangnya dan
terdampar di negeri asing yang bahasanya sama sekali tidak ia mengerti.
Santiago yang datang ke Afrika dengan sejuta asa, tiba-tiba mengalami
musibah yang tidak ia duga akan terjadi. Kebutuhan Santiago yang sudah
sampai pada tahap B-Needs dalam sekejap turun ke D-Needs yang paling
dasar yaitu kebutuhan fisiologis. Kelaparan tanpa uang di negeri yang asing,
Santiago mampu menemukan cara agar ia mendapatkan makan. Pada saat
kebutuhan fisiologisnya telah terpenuhi, Santiago tahu ia harus mendapatkan
rasa aman melalui pekerjaan yang mampu memberinya penghasilan dan
tempat berteduh meskipun ia sendiri tidak menyukai pekerjaannya itu. Setelah
setahun bekerja di toko kristal, Santiago memiliki uang yang mampu
membuatnya jadi orang kaya jika kembali ke Spanyol, ia telah menguasai
bahasa Arab, dan tahu cara berdagang kristal. Kemampuan ini membuat
kebutuhan penghargaan yang sebelumnya hilang dalam diri Santiago, ia
dapatkan kembali.
Tantangan yang Santiago hadapi selanjutnya adalah apakah ia akan
meneruskan tujuan awalnya datang ke Afrika, yaitu untuk menemukan harta
terpendam di Mesir dengan melintasi gurun yang penuh bahaya perang suku
atau pulang ke Sapnyol sebagai orang kaya yang siap memulai usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdagang kristal. Pada saat ini Santiago dihadapkan pada pilihan untuk tetap
berada pada zona amannya atau menantang dirinya memasuki B-Needs yang
ia tahu akan membuatnya bahagia.
Keputusan untuk mengarungi gurun merupakan sebuah penjalanan
panjang yang penuh tantangan karena selain gurun yang penuh bahaya perang
yang membahayakan jiwanya, Santiago juga bertemu Fatima cinta dalam
hidupnya. Sampai pada tahap ini Santiago belum mendapatkan cinta yang
juga merupakan kebutuhan yang terdapat dalam D-Needs. Kehadiran Fatima
bisa menghentikan langkah Santiago untuk mendapatkan harta terpendamnya
di Mesir. Hal ini dapat terjadi karena dengan menikahi Fatima dan dengan
kemampuan Santiago membaca pertanda dan berkomunikasi dengan alam, ia
akan diangkat menjadi penasihat oasis. Terlebih dengan kemampuannya itu
Santiago baru saja menyelamatkan oasis dan mendapatkan penghargaan dari
para tetua suku. Namun, karena cinta yang dirasakan oleh Santiago dan
Fatima adalah cinta yang memampukan pasangannya untuk terus
mengaktualisasikan diri atau B-Love, maka Fatima mampu meyakinkan
Santiago untuk terus mengaktualisasikan dirinya. Santiago pun dimampukan
untuk terus meneruskan perjalanannya ke Mesir dan setelah menemukan
hartanya ia akan segera kembali kepada Fatima.
Selama perjalanan melintasi gurun, Santiago belajar untuk mendengarkan
hatinya. Mendengarkan hati merupakan bagian penting dalam perjalanan
Santiago mewujudkan Legenda Pribadinya karena pada akhirnya Santiago
akan berjuang sendiri dan hatinya yang akan menuntunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perjalanan Santiago untuk sampai pada hartanya juga beberapa kali
menguji jiwanya dan mengancam keselamatan jiwanya. Namun, dengan
keyakinan diri ia tidak menyerah meskipun maut benar-benar sudah ada di
depan matanya. Meskipun sudah berada pada tahap B-Needs, Santiago tidak
langsung dengan mudah mengaktualisasikan dirinya bahkan sampai pada titik
terakhir penemuan hartanya. Ia tetap menjalani dengan sabar, tidak tergesa-
gesa, sehingga pada akhirnya itu semua mengantarnya pada aktualisasi diri
yang telah ia perjuangkan selama ini.
2. Karakteristik pengaktualisasi diri yang terdapat dalam diri Santiago sehingga
mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya
Karakteristik pengaktualisasi diri yang muncul adalah:
a. Mengamati realitas secara efisien
Santiago mampu mengambil pelajaran dari pengalamannya sebagai
gembala, sehingga ia menyadari bahwa kehidupan gembala lebih beresiko
daripada hanya sekadar mencari tahu arti mimpi yang berulang. Sebagai
gembala yang baik ia mampu melihat kenyataan yang tersembunyi bahwa
dombanya yang paling pintar justru dombanya yang pincang.
Kemampuan Santiago untuk mengamati gurun dan perubahan-
perubahan yang terjadi di dalamnya dibantu oleh kewaspadaannya
terhadap lingkungan sekitar. Ia berusaha untuk tetap waspada dalam
segala situasi yang ia hadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
Pada saat ia mengalami penipuan di Afrika dan kecewa karena
merasa Tuhan tidak adil padanya, Santiago sadar ia masih memandang
dunia seperti apa yang ia inginkan bukan yang sesungguhnya terjadi.
Namun, kepercayaan diri Santiago muncul saat ia membersihkan etalase
toko kristal, dengan melakukan itu ia yakin akan mendapatkan makanan.
Kepercayaan diri ini membuatnya dapat membersihkan etalase toko
dengan baik dan mendapatkan hasil seperti yang ia harapkan.
Santiago menyadari ketakutan dirinya saat mencoba melakukan
sesuatu yang baru, yaitu berkelana di gurun yang asing, sementara jika ia
memilih menjadi gembala atau berdagang kristal ia akan melakukannya
dengan baik. Namun, keyakinan diri yang muncul kembali dan
kemampuannya berbahasa Arab membuatnya percaya diri untuk melintasi
gurun bersama rombongan karavan.
Kemampuan Santiago untuk menyatu dengan hatinya membuatnya
mampu melanjutkan perjalanan mencari hartanya. Dengan kemampuan ini
Santiago tahu bahwa dengan mendengarkan hatinya, ia akan menemukan
harta yang selama ini ia cari. Sikap pasrah Santiago terhadap keselamatan
dirinya muncul pada saat ia sadar harus mempertaruhkan nyawanya demi
pertanda yang ia lihat di gurun, pada saat pedang sang alkemis berada di
lehernya, dan pada saat ia dipukuli oleh kawanan perampok di Piramida
Mesir. Sikap ini didorong oleh kesadaran diri bahwa ia telah melakukan
yang terbaik dalam hidupnya dan kematiannya tidak akan sia-sia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran
Spontanitas Santiago muncul pada saat ia mencari tahu arti mimpi
berulangnya. Sifat ini juga membantunya saat ia harus mencari cara yang
cepat untuk mendapatkan makanan di Afrika, dengan inisiatif
membersihkan etalase toko kristal. Pada saat bertemu Fatima, dengan
spontan Santiago meminta wanita itu menjadi istrinya. Spontanitas ini
didukung oleh keyakinannya bahwa Fatima adalah cinta dalam hidupnya.
d. Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka
Santiago fokus pada pencarian hartanya. Meskipun banyak yang ia
hadapi selama perjalanan menuju Mesir, ia tahu bahwa yang akan ia
hadapi akan bertambah sulit, namun ia juga yakin pertanda dari Tuhan
akan membimbingnya.
e. Kebutuhan akan privasi dan independensi
Menjadi gembala berarti memiliki kehidupan sosial yang terbatas,
namun ini sesuai dengan kegemaran santiago berkelana dan ia tetap
memiliki banyak teman namun, tidak harus bertingkah laku sama seperti
mereka juga menghabiskan waktu dengan mereka. Sifat ini juga
membuatnya tidak mudah percaya pada orang lain sehingga sempat
mencurigai Melchizedek yang sebenarnya ingin menolongnya
mewujudkan Legenda Pribadinya.
f. Berfungsi secara otonom
Santiago berani mengambil keputusan menjadi gembala, berbeda
dari keinginan orangtuanya yang ingin ia menjadi pastur. Keputusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terus mengejar mimpi, meskipun ia telah mendapatkan harta, jabatan di
oasis juga Fatima, merupakan wujud otonomi Santiago dalam
memutuskan apa yang penting dalam hidupnya.
g. Apresiasi yang senantiasa segar
Kebahagiaan yang dialami oleh Santiago selama menjadi gembala
menunjukkan apresiasinya yang senantiasa segar. Ia juga selalu menyadari
hal-hal baik dalam hidupnya meskipun itu terjadi setiap hari.
h. Pengalaman-pengalaman mistik atau puncak
Santiago mampu memaknai hal-hal kecil dalam hidupnya termasuk
hembusan angin di wajahnya. B-Languange memampukannya mengetahui
makna dari setiap pertanda dari alam yang ia dapati. Dengan bahasa ini
pula ia mampu berkomunikasi dengan baik dengan domba-dombanya
selama menjadi gembala. Ia mendapat kekuatan dari setiap pertanda yang
ia alami dalam kondisi yang sulit sekalipun, melalui perasaan mengenai
terbukanya kemungkinan-kemungkinan pandangan yang tak terbatas,
sehingga membuatnya lebih berdaya.
Pada saat ia bekerja di toko kristal, Santiago memiliki kepekaan
yang tinggi untuk menanggapi pertanda yang mengarahkannya
menghasilkan ide kreatif yang memajukan toko tersebut.
Pada saat ia memutuskan untuk melakukan perjalanan melintasi
gurun ke Mesir, pengalaman mistik muncul sehingga ia merasa diperkuat
dengan pengalaman hidup yang sebelumnya telah ia jalani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i. Minat sosial
Dalam kondisi kelaparan Santiago masih mau membantu seorang
pedagang manisan memasang tenda untuk berjualan. Ia juga peduli
dengan keselamatan para penduduk oasis yang terancam bahaya perang.
Kepeduliannya ia wujudkan dengan memberanikan diri menghadap tetua
suku dan menceritakan penglihatannya.
j. Hubungan antar pribadi
Cinta yang ia rasakan pada Fatima adalah B-Love sehingga
membuatnya melakukan segala sesuatu lebih baik, termasuk memberi
kekuatan lebiih saat akan menghadap para tetua suku untuk memberi tahu
arti mimpinya, juga melanjutkan perjalanan untuk mengaktualisasikan
dirinya.
k. Struktur watak demokratis
Santiago mampu menerima pandangan yang sangat berbeda dalam
memahami karavan dan gurun dengan teman seperjalanannya. Ia juga
menerima perbedaan pendapat yang muncul di antara Santiago dan
pedagang kristal dalam menanggapi mimpi. Santiago tidak pernah
memaksakan pendapatnya terhadap orang lain.
l. Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk
Santiago mengetahui bahwa menjadi gembala bekerja di toko
kristal dan melintasi gurun adalah sarana yang harus ia tempuh sebelum
mencapai legenda pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
m. Kreatifitas
Pada saat ia kelaparan, Santiago mampu mencari cara yang
memungkinkannya mendapatkan makanan, yaitu membersihkan etalase
toko dengan jaketnya. Kreatifitas Sntiago kembali muncul saat ia melihat
pertanda yang memberinya ide untuk membuat lemari pajangan di luar
toko dan menjual teh jahe dalam gelas kristal, yang membuat toko itu
berkembang pesat.
n. Resisitensi terhadap inkulturasi
Menjadi pengembara adalah sebuah pilihan yang bertentangan dari
kebiasaan masyarakat dimana Santiago tinggal, karena yang menjalani
profesi ini biasanya adalah orang kaya sementara Santiago berasal dari
keluarga miskin. Santiago juga tidak ragu melanggar tradisi di gurun,
yaitu berduaan dengan wanita di tengah malam, karena ia ingin bertemu
wanita yang ia cintai sebelum berjuang meraih mimpinya.
C. Dinamika Psikologis
Keputusan Santiago untuk menjadi gembala berkaitan erat dengan
keinginannya untuk berfungsi secara otonom, kebutuhan privasi dan independensi
yang tinggi, juga keinginan untuk berkelana ke tempat-tempat baru. Hal ini
berlawanan dengan keinginan orangtuanya yang menginginkannya menjadi
seorang pastur. Dalam budaya Santiago, pastur yang lahir dari keluarga petani
yang miskin akan mengangkat nama keluarga tersebut. Namun, Santiago memilih
tidak menjadi pemenuh kebutuhan penghargaan dalam keluarganya karena ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ingin memuaskan metamotivation dalam dirinya. Ia bertindak sesuai dengan
potensi dan keinginan dalam dirinya.
Sebagai gembala yang tiap hari melewati rute baru, Santiago tahu bahwa
apa yang ia hadapi setiap hari pasti akan berbeda dan beresiko. Ini membuatnya
tidak pernah bosan menjalani kehidupan. Apresiasi yang selalu segar ini
membuatnya mampu memaknai setiap hal rutin yang terjadi setiap hari, sehingga
kapasitasnya untuk menjalani aktifitas setiap hari selalu baik. Apresiasi yang
selalu segar ini membantu Santiago untuk memaknai setiap hal yang ia lalui
dalam hidup sehingga ia mampu merasakan pengalaman mistik dengan baik.
Pengalaman mistik yang berkaitan dengan alam tidak lepas dari hidup
Santiago yang dekat dengan alam. Ia terbiasa membaca membaca tanda-tanda di
alam untuk mencari air bagi kawanan dombanya, melihat cuaca dan arah angin.
Kepekaan terhadap alam sehingga memungkinkan Santiago berkomunikasi
dengan alam merupakan penguasaan Santiago terhadap Bahasa Buana yang
memungkinkan semua ciptaan Tuhan di dalam dunia berkomunikasi.
Santiago pernah mengenyam pendidikan di Seminari dan mempunyai
kegemaran membaca. Latar belakang ini membuatnya mempunyai B-Cognition
yang baik. Kemampuan ini memungkinkan Santiago untuk mengamati realitas
secara efisien dan memiliki kreatifitas yang membantunya dalam proses
perwujudan mimpinya.
Pada saat Santiago memutuskan untuk mengejar mimpinya ke Afrika, ia
melakukan keputusan yang berat, karena ia harus meninggalkan pekerjaannya
sebagai gembala. Namun, dengan keyakinan diri bahwa dulu ia telah memutuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi gembala yang pada akhirnya tidak ia sesali, maka ia memutuskan untuk
melakukan perjalanan ke Afrika. Keputusan ini juga didukung oleh kegemaran
Santiago melihat negeri asing dan bagaimana orang-orang disana hidup.
Keputusan Santiago untuk melakukan perjalanan ke Afrika adalah sebuah
Progression Choice, sebuah pilihan maju yang mengarah ke perwujudan
aktualisasi diri. Keputusan melakukan perjalanan ke Afrika adalah pembuka jalan
bagi Santiago untuk mewujudkan mimpinya. Pada tahap ini Santiago berani
keluar dari kebiasaan dan rutinitas yang ia hadapi sehari-hari. Ia lepas dari bahasa
yang ia gunakan sehari-hari, makanan yang biasa ia makan, dan lepas dari domba-
dombanya. Ia keluar dari area nyaman yang telah biasa ia tempati.
Pada saat Santiago mengalami perubahan drastis dalam hidupnya, yaitu
dimana ia dirampok dan kelaparan di negeri asing yang tidak ia mengerti
bahasanya, Santiago mengalami perubahan kebutuhan dari B-Needs ke D-needs.
Semangat untuk menemukan harta dengan uang di tangan yang akan
membantunya melintasi gurun hilang dengan sekejap berganti dengan kebutuhan
bertahan hidup yang paling dasar yaitu mendapatkan makanan. Santiago tidak
kehabisan akal. Karakterisrtik pengaktualisasi diri yang ada dalam dirinya
membantunya menemukan cara agar kebutuhan fisiologisnya terpenuhi.
Kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan melihat peluang pada sebuah toko
kristal yang pemiliknya menguasai bahasa Spanyol, kreatifitas untuk
membersihkan etalase yang kotor membuatnya mendapatkan makanan yang
benar-benar ia butuhkan pada saat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Satu kebutuhan terpenuhi membuat kebutuhan yang lain muncul. Santiago
tahu ia harus mendapatkan rasa aman dengan pekerjaan dan tempat tinggal. Maka
ia bekerja di toko kristal selama setahun dengan tekun meskipun ia tidak
menyukai pekerjaanya itu. Hal ini tidak hanya membuat kebutuhan akan rasa
aman pada dirinya terpenuhi, juga secara otomatis ia mendapat penghargaan
dengan uang yang ia dapat, kemampuan berdagang kristal, dan kemampaun
berbahasa Arab. Pada tahap ini, santiago bisa kembali ke Spanyol dengan
kebanggaan, bahkan ia bisa memilih apakah ingin menjadi Gembala atau
berdagang kristal. Kedua profesi ini akan membuatnya menjadi orang yang
sukses. Namun, pertanda yang selalu mengingatkan akan tujuan awalnya datang
ke Afrika terus ada, dan Santiago belum kehilangan kemampuannya membaca
pertanda. Pada akhirnya ia sadar bahwa ia harus melakukan perjalanan melintasi
gurun karena kesempatan itu sudah ada di depan mata sementara ia bisa menjadi
gembala kapan saja. Ia mencoba melakukan sesuatu yang ia inginkan meskipun
untuk itu ia harus melalui jalan yang asing dan berbahaya. Tindakan yang tidak
mudah ini dibantu oleh karakteristik-kerakteristik pengaktualisasi diri yang telah
melekat pada dirinya juga potensi dirinya. Keputusan untuk menantang dirinya,
melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya, mengembangkan potensi
dirinya, bukan terus berada dalam area nyaman yang biasa ia tekuni, kembali
membuat Santiago bergerak pada tahap B-Needs.
Santiago adalah individu yang mampu menerima kelebihan dan
kekurangan dirinya. Ia sangat percaya diri dengan kemampuannya sebagai
gembala dan dengan kemampuan dirinya untuk hidup sendiri sebagai pengelana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Namun, ia juga menerima kecenderungan dirinya untuk tidak sabar, dan berusaha
untuk mengendalikannya. Ada kalanya ia menjadi takut dan pesimis, namun
setelah merenung dan menguatkan dirinya sendiri melalui usaha menerima dirinya
sebagai manusia, ia mampu mengambil keputusan yang tepat.
Selain mampu menerima kodratnya sebagai manusia biasa, Santiago juga
menerima kodrat orang lain. Kemampuan ini membuatnya memiliki struktur
watak yang demokratis, sehingga mampu menerima perbedaan pendapat dengan
orang lain, menerima saran dan bimbingan dari orang lain, juga mengakui
keunggulan orang lain dari dirinya. Minat sosial yang baik juga dipengaruhi oleh
penghargaan Santiago atas orang-orang di sekitarnya. Meskipun bukan orang
yang menghabiskan waktu di tengah masyarakat, ia mampu berbuat baik,
menghargai dan menolong sesamanya.
Pada saat Santiago mencapai B-Love yang memungkinkannya menjadi
lebih baik dengan cinta yang ia rasakan pada pasangannya, Santiago harus
berperang dengan dirinya sendiri. Hubungan antar pribadi yang mendalam antara
dirinya dan Fatima, membuatnya harus menghapuskan egonya, yang
menghendaki untuk segera menikahi Fatima dan hidup makmur sebagai penasihat
oasis, sehingga melupakan harta yang menunggunya di Mesir.
Penerimaan Santiago yang baik atas dirinya membuatnya sangat menyukai
keindahan. Nilai estetika dalam dirinya tidak jarang bangkit begitu melihat
sesuatu yang menurutnya indah. Meskipun kemampuan ini membuat perhatiannya
teralih sehingga mengalami kemalangan, pada saat tertipu di pasar, kemampuan
ini membantunya saat mengetahui bahwa etalase kristal yang bersih, ditata dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baik, dan dipajang di luar toko akan menarik pembeli. Nilai estetika dan
kreatifitas dalam dirinya mampu ide-ide cemerlang untuk memajukan toko kristal
tempatnya bekerja, termasuk menjual teh jahe dalam gelas kristal.
Santiago juga memiliki hasrat untuk mengetahui dan memahami segala
sesuatu untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Hasrat ini muncul pada saat ia
mengalami mimpi yang sama kemudian mencari tahu artinya melalui wanita Gipsi
peramal mimpi. Selain itu Santiago juga sangat tertarik dengan kemampuan kerja
para alkemis, yang ia tunjukkan dengan membaca buku-buku tentang alkemi,
bahkan sampai memiliki keinginan untuk mampu mengubah logam menjadi emas
seperti yang mereka lakukan. Pada saat Fatima menghendaki Santiago terus
mengejar hartanya, dan meninggalkan wanita yang ia cintai itu di gurun, Santiago
juga mencari tahu jawabnya melalui gurun. Hasrat untuk mengetahui dan
memahami yang tumbuh dalam diri Santiago dapat dipuaskan didukung oleh B-
Cognition yang baik dalam dirinya. Kemampuan ini membuatnya mampu
mengamati realitas secara efisien, memiliki penalaran yang baik, dan membuat
kesimpulan yang tepat, bahkan untuk hal yang paling tidak dikenal sekalipun.
Santiago beberapa kali hampir kehilangan nyawanya dalam perjalanan
mengaktualisasikan dirinya. Sebagai manusia biasa ia mengalami ketakutan saat
berhadapan dengan situasi itu. Namun, ia mampu melewati semuanya dengan
baik. Kemampuan ini didasari oleh sikap pasrahnya ketika menghadapi maut.
Santiago yakin bahwa apa yang ia lakukan demi sesuatu yang benar sehingga jika
harus ditebus dengan nyawanya ia tidak menyesal. Keyakinan ini yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuatnya mampu terus berjuang dan mengambil resiko, termasuk nyawanya
sendiri.
Santiago memiliki sifat sebagai orang yang individualis, namun juga
peduli dengan lingkungan sosialnya. Pada saat ia membutuhkan waktu untuk
dirinya sendiri, ia akan sangat terganggu dengan kehadiran orang lain, namun ia
masih memiliki tata krama sehingga tidak begitu saja bertindak kasar untuk
menunjukkan ketidaksukaannya. Kepedulian terhadap lingkungan sosialnya yang
bahkan baru tampak saat ia menyelamatka oasis dari serangan suku yang sedang
berperang. Ia mampu menjadi orang yang beradaptasi dengan lingkungannya
tanpa kehilangan identitas dirinya yang menyukai kesunyian. Bentuk adaptasi
yang juga dilakukan Santiago dapat dilihat dari kemauannya belajar bahasa Arab,
mengenakan pakaian Arab, menghormati adat-istiadat di sana, meskipun sekali
waktu ia pernah melanggarnya untuk menemui Fatima di malam hari. Tindakan
yang mengarah pada resistensi terhadap inkulturasi ini dapat terjadi karena pada ia
berada pada tahap B-Love, yang memungkinkannya melakukan tindakan yang
akan menguatkan dirinya untuk mengaktualisasikan diri.
Kemampuan Santiago untuk mengubah dirinya menjadi angin merupakan
puncak dari pengalaman mistik yang selama ini ia alami. Penguasaan B-
Languange yang memungkinkannya berkomunikasi dengan semua ciptaan Tuhan
mengantarnya pada Jiwa Buana yang tidak lain penggerak kehidupan di dunia.
Pada saat Santiago mampu memaknai apa tujuan dari penciptaan dunia dan isinya
termasuk manusia, ia mampu mengalami keadaan melampaui dirinya sendiri. Ia
menjadi satu dengan Tuhan sehingga mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirinya. Keyakinan ini membuat Santiago sadar sebagai manusia biasa ia mampu
melakukan keajaiban-keajaiban.
D. Kritik Terhadap Teori Maslow
Maslow menyatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri
biasanya berumur enam puluh tahun atau lebih karena sudah sampai pada
kematangan diri dan statis (Maslow dalam Goble, 1987). Usia Santiago sebagai
subyek dalam penelitian ini memang tidak disebutkan dengan jelas, namun dari
cerita yang ditampilkan dapat diambil kesimpulan usianya belum enam puluh
tahun, melainkan masih dalam usia muda. Santiago telah mengaktualisasikan
dirinya dalam usia yang muda. Keberhasilan ini terjadi karena ia telah mengetahui
apa yang ia inginkan dari saat ia anak-anak dan terus memperjuangkannya.
Santiago muda mengenal dirinya sendiri dengan baik, apa cita-citanya, dan
potensi-potensi diri yang mendukung cita-citanya tersebut. Selain itu Santiago
melakukan tindakan nyata untuk mewujudkan mimpinya, meskipun itu berarti ia
meninggalkan orangtuanya, hidup sendiri di alam, kelaparan di negeri asing,
berkelana di gurun yang kejam, dan beberapa kali hampir kehilangan nyawanya.
Apa yang membuat Santiago berhasil mewujudkan cita-citanya dalam usia muda
adalah ia selalu tahu apa yang ia inginkan dan hanya melakukan apa yang benar-
benar sesuai dengan keinginannya dalam hidupnya. Ia memiliki otonomi diri yang
tinggi, kebutuhan independensi yang juga tinggi, dan fokus pada apa yang sedang
ia lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow memandang aktualisasi diri sebagai keadaan akhir, bukan sebagai
suatu proses dinamis yang terus aktif sepanjang hidup (Maslow dalam Goble,
1987), dengan kata lain bahwa jika sudah sampai pada aktulisasi dirinya individu
akan tetap berada di situ dan tidak berkembang lagi. Aktualisasi diri adalah
sebuah kebutuhan hidup manusia yang berada dalam tahap B-Needs, dimana
individu melakukannya untuk memenuhi potensi diri dan mengembangkannya.
Pada saat Santiago memutuskan untuk menjadi gembala karena ia tahu profesi itu
sesuai dengan keinginannya dan dengan menjadi gembala ia akan berkembang,
pada tahap itu Santiago sudah mengaktualisasikan dirinya. Menjadi gembala
berarti mengembangkan kemampuan dirinya, membuat dirinya bahagia, dan ini
juga berarti Santiago sudah berada dalam tahap B-Needs. Namun, hidup terus
berjalan, akan ada motivasi baru, tantangan baru yang tidak akan berhenti
memberi sinyal untuk segera diwujudkan. Mimpi berulang mengenai harta
terpendam di Mesir adalah motivasi Santiago untuk kembali mengaktualisasikan
dirinya ke tingkat yang lebih tinggi. Tantangan baru dengan tingkat kesulitan yang
lebih akan terus ada dan menggoda untuk diaktualisasikan. Tentu saja semua
tantangan itu tidak akan melebihi potensi individu yang bersangkutan untuk
melakukannya. Oleh karena itu akan selalu ada aktualisasi diri yang menanti
dalam hidup manusia, meskipun sebelumnya ia telah mencapai tahap itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pencapaian aktualisasi diri Santiago dapat terjadi karena ia berani
melakukan progression choice, yaitu meninggalkan kemapanan yang ia
dapat dari pekerjaannya sebagai gembala. Pada saat ia menjadi gembala,
Santiago sudah berada dalam tahap B-Needs, karena ia melakukannya atas
dasar metamotivation. Pada saat ia memutuskan mengikuti ramalan mimpi
untuk melakukan perjalanan ke Mesir, ia harus menjual domba-dombanya
dan pergi ke daerah yang asing. Mimpi yang ia alami adalah motivasi yang
mendorongnya melakukan perjalanan yang mengantarnya ke perwujudan
aktualisasi diri. Santiago keluar dari zona aman yang selama ini ia tempati,
meskipun menjadi gembala sudah merupakan perjuangan tersendiri bagi
dirinya karena menentang keinginan orangtuanya. Selain berani melakukan
progression choice, Santiago mampu bertahan pada saat ia mengalami
perubahan drastis dari B-Needs ke D-Needs. Ia mampu bertahan, kembali
memenuhi tiap kebutuhan dalam D-Needs secara bertahap sampai pada
akhirnya harus memutuskan apakah akan kembali berjuang
mengaktualisasikan dirinya atau tidak. Keputusan ini sangat berat karena
dengan materi yang ia dapat dari bekerja setahun di toko kristal ia bisa
kembali menjadi gembala dengan kawanan domba yang lebih banyak atau
pedagang kristal yang sukses di Spanyol. Keputusan untuk kembali
mengaktualisasikan diri adalah sebuah progression choice, keputusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kembali berjuang, keluar dari area amannya untuk mengembangkan potensi
dan keinginan dalam dirinya. Santiago berani memilih kembali berjuang
daripada menikmati kemapanan yang sudah ia dapat.
2. Karakteristik-karakteristik pengaktualisasi diri sudah muncul pada saat
Santiago memutuskan untuk menjadi gembala. Karakteristik-karakteristik
tersebut adalah berfungsi secara otonom, kebutuhan privasi dan
independensi, apresiasi yang senantiasa segar, pengalaman mistik, dan
resistensi terhadap inkulturasi. Munculnya karakteristik-karakteristik
pengaktualisasi diri pada tahap ini menunjukkan bahwa karakteristik
pengaktualisasi diri adalah bagian dari dalam diri Santiago, dan sudah ada
sebelum ia menemukan harta terpendamnya di Mesir. Dari keseluruhan
karakteristik pengaktualisasi diri pengalaman mistiklah yang mendukung
Santiago untuk menemukan hartanya karena memungkinkannya untuk
menguasai B-Languange dan memaknai simbol. Karakteristik-karakteristik
pengaktualisasi diri tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan saling terkait
antara satu dengan yang lain. Pengalaman mistik Santiago didukung oleh
apresiasinya yang senantiasa segar dan penghargaannya terhadap alam.
Santiago adalah seorang individualis, namun ia belajar bahwa dalam usaha
mengaktualisasikan dirinya, ia dibantu oleh banyak orang, mulai dari wanita
Gipsi, Melchizedek, pedagang kristal, ahli kimia Inggris, Fatima, dan sang
alkemis. Ia belajar untuk menerima keunggulan orang lain, menerima
perbedaan pendapat dan cara fikir dengan mereka, dan menerima masukan
dari mereka. Minat sosial yang mulai muncul dalam diri Santiago ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuatnya kehilangan idividualitasnya. Pada saat kebutuhan aktualisasi
diri turun sampai pada kebutuhan fisiologis, Santiago tidak kehilangan
karakteristik pengaktualisasi diri. Karakteristik-karakteristik ini justru
membantunya untuk kembali memenuhi kebutuhan yang telah hilang.
Berdasarkan jumlah dan intensitas pengalaman mistik yang dialami oleh
Santiago, ia termasuk dalam Peakers yang hidup dalam B-Living. Hal ini
didasari oleh Santiago yang dekat dengan kehidupan agama, peka terhadap
keindahan, dan sering mengalami pengalaman mistik yang bersifat pribadi.
Tidak semua karakteristik pengaktualisasi diri muncul dalam diri Santiago,
yaitu humor yang filosofis. Hal ini dilatarbelakangi oleh sifat Santiago yang
penyendiri, jarang bergaul dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
B. Saran
1. Novel adalah sebuah produk sastra yang diminati banyak orang. Diharapkan
para penulis mampu menghasilkan karya yang mendorong pembacanya
untuk berjuang meraih apa yang diinginkan dan menjadi lebih baik, tentu
saja dengan alur cerita, gaya bahasa, dan tema yang berbeda.
2. Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan menguasai materi dan teori yang
digunakan sebelum melakukan penelitian sehingga hasil yang didapat sesuai
dengan tujuan awal penelitian.
3. Bagi para penikmat karya sastra khususnya novel Sang Alkemis, diharapkan
mampu menyadari bahwa novel adalah cerminan kehidupan nyata, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bukanlah tidak mungkin jika keberhasilan dan kebahagiaan yang dialami
oleh tokoh di dalamnya juga bisa dialami oleh pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka
Anggraeni, Diah Helena. (2004). The Influence of Minor Characters onSantiago’s Personality Development in Paulo Coelho’s The Alchemist.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Boeree, George. (2006). Personality theories, Abraham Maslow 1908-1970.Diakses pada 2 Oktober 2006 darihttp://www.ship.edu/%7Ecgboeree/maslow.html
Chaplin, JP. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada.
Coelho, Paulo. (2004). Sang Alkemis. Jakarta : AlvaBet.
Crapps W, Robert. (1993). Dialog psikologi dan agama sejak William Jameshingga Gordon W Allport. Yogyakarta : Kanisius.
Critical acclaims and critisims. (2006). Diakses pada 3 Oktober 2006 darihttp://en.wikipedia.org/wiki/Paulo_Coelho
Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Ancangan metodologi,presentasi, dan publikasi hasil penelitian untuk mahasiswa dan penelitipemula bidang ilmu-ilmu sosial, pendidikan, dan humaniora. Bandung :Penerbit Pustaka Setia.
Goble, Frank G. (1987). Mazhab ketiga. Psikologi humanistik Abraham Maslow.Yogyakarta : Kanisius.
Handoko, Martin. (1992). Motivasi daya penggerak tingkah laku. Yogyakarta :Kanisius.
Hardjana, Andre. (1981). Kritik sastra: sebuah pengantar. Jakarta : PT Gramedia.
Koeswara, E. (1989). Motivasi, teori dan penelitiannya. Bandung : PenerbitAngkasa.
Martin, Patricia. (2002). Paulo Coelho’s biography. Diakses pada 2 Oktober 2006dari http://www.paulocoelho.com/rume/bio.shtml
Maslow, Abraham H. (1968). Toward a psychology of being. New York : VanNostrand Reinhold Company.
Maslow, Abraham H. (1969). The healthy personality readings. New York : VanNostrand Reinhold Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow, Abraham H. (1971). The farther reachers of human nature. New York :Penguin Books.
Maslow, Abraham H. (1984). Motivasi dan kepribadian. Teori motivasi denganancangan hirarki kebutuhan manusia. Jakarta : PT. Gramedia.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. Buku sumbertentang metode-metode baru. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Misiak, H. dan Sexton, V.S. (1988). Psikologi fenomenologi eksistensial danhumanistik. Bandung : PT. Eresco.
Moleong, L.J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung : PTRemaja Rosdakarya.
Paulo Coelho’s titles. (2006). Diakses pada 28 Agustus 2006 darihttp://www.santjordi-asociados.com/titles.html
Poerwandari, Kristi. (2001). Pendekatan kualitatif dalam psikologi. Jakarta : UI.
Pradopo, Rachmat Djoko. (1994). Prinsip-prinsip kritik sastra. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.
Recent interviews. (2004). Diakses pada 3 Oktober 2006 darihttp://www.paulocoelho.com/rume/bio.shtml
Strauss, A. dan Corbin, J. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Tatalangkahdan teknik-teknik teoritisasi data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sari, Rintha Helena. (2004). A psychological study of Santiago in Coelho’s TheAlchemist: Logic in relation with intelligence and learning as a part ofhuman development. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Satyadharma, Yudhistira. (2003). The meaning of hope as the philosophicalteaching ini Paulo Coelho’s The Alchemist. Skripsi. Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Shultz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan. Model-model kepribadian sehat.Yogyakarta : Kanisius
Sumardjo, Jakob. (1984). Memahami kesusastraan. Bandung : Penerbit Alumni.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI