SKRIPSI
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarphus heterophyllus)
UNTUK PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila
PADA BENIH IKAN MAS Cyprinus carpio L
FANDHI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
i
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA (Artocarpus heterophyllus)
UNTUK PENGOBATAN INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA
BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L)
FANDHI
105940047410
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2014
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : EFEKTIVITAS EKSTAK DAUN NANGKA
(Artocarpus hetrophylus) UNTUK PENGOBATAN
INFKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA
BENIH IKAN MAS ( Cyprinus carpio L)
Nama : FANDHI
Stambuk : 10594 00474 10
Program studi : Budidaya perairan
Telah diperiksa dan Disetujui
Komisi Pembimbing :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si Rahmi, S.Pi., M.Si
NBM: 103 4943 NBM: 889 106
Diketahui Oleh,
Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program studi
Budidaya perairan,
Ir. H. M. Saleh Molla, MM Murni, S.Pi., M.Si
NBM: 675 040 NBM: 889 106
iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN NANGKA
(Artocharpus heyerophyllus ) UNTUK PENGOBATAN
INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila PADA
BENIH IKAN MAS Cyprinus carpio L
Nama : Abdul Rahmat Rahim
No. Stambuk : 1059-400-474-10
Program Studi : Budidaya Perairan
FAKULTAS : Pertanian
SUSUNAN KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si ( )
Ketua Sidang
2. Rahmi, S.Pi., M.Si ( )
Sekretaris
3. Ir. Darmawati, M.Si ( )
Anggota
4. Abdul Malik, S.P,. M.Si ( )
Anggota
Tanggal Lulus : 8 November 2014
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul :
Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Arthocarpus heterophyllus) untuk
Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Benih Ikan Mas
Cyprius carpio L di BBI Bontomanai Kecamatan Bontomarannu Kab. Gowa
adalah hasil karya saya dengan bimbingan dari komisi pembimbing. Sumber data
dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya orang lain yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, 1 September 2014
v
HALAMANA HAK CIPTA
@Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2014
Hak Cipta dilindungi undang - undang
1. Di larang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh
Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
vi
RINGKASAN
FANDHI 1059400 474 10 Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Arthocarpus
heterophyllus) untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada
Ikan Mas Cyprinus carpio L di Balai Benih Ikan (BBI) Bontomanai Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. Dibawah bimbingan
bapak Abdul Haris dan Ibu Rahmi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun nangka
dalam mengobati ikan mas yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila
sedangkang kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
informasi dalam upaya penanggulangan hama dan penyakit guna meningkatkan
produksi ikan mas.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-juli 2014. Bertempat di Balai
Benih Ikan (BBI) Bontomanai Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa
Propinsi Sulawesi Selatan. Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu
Aquarium, blower, selang dan batu aerasi, gunting, timbangan, blender, kertas
saringan, gelas ukur 1 L, alat suntik 0,1 mL, hot plate, magnetic steerer,
erlenmeyer, aluminium foil, termometer, pH meter, DO meter dan ikan mas,
bakteri Aeromonas hydrophila, daun nangka, aquades. Rancangan percobaan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan empat perlakuan dan
tiga kali ulangan. Perlakuan A (ekstrak daun nangka konsentrasi 800 ppm), B
(ekstrak daun nangka konsentrasi 1000 ppm), C (ekstrak daun nangka konsentrasi
1200 ppm), dan D (kontrol).
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan
ekstrak daun nangka untuk pengobatan ikan mas yang terinfeksi bakteri
Aeromonas hydrophila melalui perendaman selama 48jam pada konsentrasi 1200
ppm (perlakuan C) merupakan perlakuan yang lebih baik dengan kelangsungan
hidup ikan sebesar 96,67%.
vii
KATA PENGANTAR
الرهحنالرهحيمبسم الله
Puji dan Syukur kehadirat Allah subhana wa taala yang senantiasa
memberikakan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Daun Nangka (Artocarpus
hetrophyllus ) Untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L)”
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik atau saran yang sifatnya membangun sangat mengharapkan
penulis demi kesempurnaan proposal ini.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah
yang telah membantu dalam penyelesaian pnelitian ini, terutama kepada :
1. Bapak Ir. H. M. Saleh Molla, MM. Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar beserta stafnya.
2. Ibu Murni, S.Pi, M.Si. Ketua Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Abdul Haris, S.Pi., M.Si. sebagai pembimbing utama yang atas
keikhlasan dan keteguhan hatinya membimbing penulis.
4. Ibu Rahmi, S.pi., M.Si. sebagai pembimbing kedua yang atas keikhlasan dan
keteguhan hatinya membimbing penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universits
Muhammadiyah Makassar.
viii
6. Terkhusus dan teristimewa untuk kedua orang tua dan saudara (i) penulis, yang
telah membesarkan, membimbing, dan memenuhi segala kebutuhan Ananda
selama proses pengerjaan proposal ini.
7. Pada teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang telah memberikan
semangat untuk penyelesaian proposal ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga proposal ini dapat memberi
manfaat kepada para pembaca dan semua kalangan di masyarakat umum. Amin...
Makassar, 8 September, 2014
FANDHI
Penulis
ix
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PENGESHA KOMISI PENGUJI iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
HALAMAN HAK CIPTA v
RINGKASAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas 4
2.2. Habitat Ikan Mas 5
2.3 Klasifikasi dan Morfologi Baktri Aeromonas hydrophilla 6
2.4. Klasifikasi dan Morfologi Daun nangka 9
2.5. Bahan Kimia yang Terkandung dalam Daun Nangka 13
2.6. Kualitas Air 14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat 17
x
3.2. Alat dan Bahan 17
3.3. Prosedur Penelitian 18
3.3.1. Pembuatan Larutan Daun Nangka 18
3.3.2. Penyiapan Media dan Hewan Uji 18
3.3.3. Pengobatan dengan Larutan Daun Nangka 19
3.4. Rancangan Percobaan 19
3.5. Parameter yang diamati 20
3.5.1. Gejala Klinis ikan Uji 20
3.5.2. Sintasan Ikan Mas (Cyprinus carpio. L) 20
3.5.3. Kualitas Air 21
3.6. Analisis Data 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gejala Klinis Ikan Uji 22
4.2 sintasan ikan mas (Cyprinus carpio . L) 23
4.3 Kualitas Air 25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 28
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Ikan Mas (Cyprinus carpio. L) 4
2. Bakteri Aeromonas hydrophila 7
3. Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus) 10
4. Ikan Mas yang Sehat dan Terinfeksi Bakteri 22
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai Persentase Sintasan Ikan Uji, Analisis Data dengan Anova dan
dan Uji Lanjut BNT
Lampiran 2. Analisis Kualitas Air Ikan Mas
Lampiran 3. Foto Kegiatan
1
I. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber andalan
dalam pembangunan perikanan di Indonesia. Dalam memenuhi besarmya
permintaan terhadap persediaan ikan maka penerapan intensifikasi budidaya tidak
dapat dihindarkan. Produksi dari budidaya perikanan itu sendri secara keseluruhan
diproyeksikan meningkat dengan rata-rata 4,9% per tahun. Target tersebut
didasarkan pada potensi pengembangan daerah perikanan budidaya yang
memungkingkan di wilayah Indonesia.
Dalam kegiatan budidaya, ikan mas memiliki banyak permasalahan yang
umumnya dihadapi oleh pembudidaya ikan mas itu sendiri. Salah satu
permasalahan yang sering dihadapi pembudidaya ikan mas adalah penyakit
(Effendi, 1998). Bakteri A. hydrophila adalah jenis bakteri yang bersifat patogen
dan dapat menyebabkan penyakit sistemik serta mengakibatkan kematian secara
massal. Namun masalah yang sering muncul dalam budidaya intensif jika tidak
dikelola dengan baik adalah terjadinya penurunan kualitas air pada media
budidaya sehingga menimbulkan berbagai dampak penyakit berupa protozoa,
cacing, dan bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Parasit
golongan bakteri yang sering menyerang adalah A. hydrophila.
Bakteri A. hydrophila ini sering kali mewabah di Asia Tenggara sampai
sekarang. Salah satu penyakit yang dapat menyerang ikan hias ataupun ikan
konsumsi dan dapat mematikan sampai 100 % disebabkan oleh infeksi bakteri A.
hydrophila, dengan gejala klinis berupa luka pada bagian tubuh ikan, dan bakteri
2
ini menyerang semua umur dan hampir semua komuditas perikanan yang ada di
Indonesia, khususnya di Jawa Barat bahkan menjadi wabah mematikan pada ikan
air tawar dan menyebabkan kerugian yang sangat besar (Kamiso dan Triyanto,
1993).
Salah satu tumbuhan yang berkhasiat sebagai tanaman obat adalah nangka
(Artocarpus heterophyllus). Daun nangka diketahui berkhasiat melancarkan air
susu dan sebagai obat koreng (Hutapea 1993). Menurut Prakash dkk.(2009),
daun nangka dalam pengobatan tradisional digunakan sebagai obat demam, bisul,
luka dan penyakit kulit. Daun nangka diketahui mengandung flavonoid, saponin
dan tanin yang berperan sebagai zat antibakteri (Tarigan dkk. 2008).
Berdasarkan kemampuan antibakteri tersebut, dalam penelitian ini
digunakan ekstrak daun nangka untuk mengobati infeksi A. hydrophila khususnya
yang menyerang ikan mas. Pengobatan melalui sistem perendaman dalam ekstrak
daun nangka merupakan cara yang baik karena senyawa antibakteri yang larut
dalam air dapat diserap oleh kulit, insang, hati dan ginjal benih ikan mas
(Sukamto 2007). Namun sampai saat ini belum diketahui efektivitas ekstrak daun
nangka untuk mengobati infeksi bakteri A. hydrophila yang menyerang benih ikan
mas.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai konsentrasi dari
ekstrak daun nangka dalam menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi pada
benih ikan mas yang terinfeksi bakteri A. hydrophila. Sedangkan kegunaan dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dalam upaya
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas
Berdasarkan klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio) dapat dikelompokkan
seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio ). ( Bachtiar, 2002 )
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)
Ikan mas merupakan ikan yang sangat adaptif terhadap lingkungan baru
sehingga menjadikan ikan mas banyak tersebar hampir di seluruh penjuru dunia.
Ikan mas banyak memiliki sebutan. Bahasa Inggris disebut common carp. Di
Pulau Jawa, ikan mas dikenal dengan masmasan atau lauk mas. Sementara di
Sumatra, ikan mas dikenal dengan sebutan ikan rayo atau ikan mameh
(Khaeruman dan Amri 2011). Terdapat delapan strain ikan mas yang dikenal di
5
Indonesia. Beberapa strain ikan mas unggulan adalah ikan mas majalaya, punten,
sinyonya, merah, taiwan, kumpay, karper, kaca, dan kancra domas. Strain ikan
mas yang paling unggul dan banyak diminati masyarakat adalah majalaya,
sinyonya, taiwan dan jenis hibrida (Lentera 2002).
2.2. Habitat Ikan Mas
Ikan Mas hidup di alam bebas pada sungai berarus tenang sampai sedang
dan area perairan air tawar lainnya seperti danau, waduk dan situ. Ikan ini
menempati perairan dengan kedalaman yang dangkal sampai sedang, dapat hidup
dan berkembang biak dengan baik di wilayah perairan dengan ketinggian 150-600
meter dpl dengan suhu kisaran 25-30 °C.
Ikan Mas menyukai perairan hangat dengan warna air yang agak keruh
yang banyak menyediakan pakan alami. Ikan Mas adalah ikan air tawar yang
mampu hidup di air payau seperti tambak atau rawa-rawa di pesisir maupun
muara sungai dengan kadar garam 25-30%. Tempat yang sangat ideal bagi Ikan
Mas di perairan air tawar diantaranya adalah: Ceruk atau area kecil yang terdalam
pada suatu dasar perairan. Sungai berair tenang yang terlindungi oleh rindangmya
pepohonan. Pinggiran sungai yang dilengkapi obyek pelindung seperti pohon
tumbang dan batu besar. Tepian danau yang dipenuhi tanaman air seperti teratai,
tunjung, ganggang air dan lain-lain.
Ikan ini menyukai tempat tertentu bukan hanya karena tersedianya
banyak pakan alami tetapi juga adanya tumbuhan air yang berguna sebagai tempat
memijah dan berlindung. Ikan Mas dapat beradaptasi dengan baik sehingga
mampu hidup menyebar di perairan air tawar di seluruh pelosok Indonesia. Ketika
6
mancing, tentunya para penggemar mancing ikan mas dapat dengan mudah
menentukan titik hotspot mancing yang baik pada kolam pancing harian, kolam
pancing lomba atau pada empang galatama.
Ikan ini menyukai tempat tertentu bukan hanya karena tersedianya
banyak pakan alami tetapi juga adanya tumbuhan air yang berguna sebagai tempat
memijah dan berlindung. Ikan Mas dapat beradaptasi dengan baik sehingga
mampu hidup menyebar di perairan air tawar di seluruh pelosok Indonesia. Ketika
mancing, tentunya para penggemar mancing ikan mas dapat dengan mudah
menentukan titik hotspot mancing yang baik pada kolam pancing harian, kolam
pancing lomba atau pada empang galatama.
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya
tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai
atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600
meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun
tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau
atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa
berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik.
Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar
dan tepi perairan.
2.3. Klasifikasi dan Morfologi Bakteri A. Hydrophila
Awalnya A. hydrophila dikenal dengan nama Bacilus hydrophilus fuscus,
pertama kali diisolasi dari kelenjar pertahanan katak yang mengalami pendarahan
7
septicemia. Kluiver dan Van Niel pada tahun 1936 mengelompokkan genus
Aeromonas. Tahun 1984, Popoff memasukan genus Aeromonas ke dalam famili
Vibrionaceae. A. hydrophila diisolasi dari manusia dan binatang sampai dengan
tahun 1950. Bakteri ini memiliki nama sinonim A. formicans dan A. liquefaciens
(Sismeiro et al. 1998).
Klasifikasi bakteri A. hydrophila berdasarkan ilmu taksonomi sebagai
berikut (Holt et. al. 1994) :
Gambar 2 : Aeromonas hydrophila
(Sumber:http://www.trbimg.com/img-4fb27f3e/turbine/la-na-nn-flesh-eating-
bacteria-20120515-001/600)
Filum : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Pseudanonadeles
Family : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Spesies : Aeromonas sp.
8
Bakteri A. hydrophila merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang
pendek dengan ukuran 1,0-1,5 x 0,7-0,8 μm. Tumbuh baik pada perairan yang
mengandung bahan organik tinggi. A. hydrophila tumbuh optimum pada suhu 20-
30oC (Kabata, 1985). Bakteri ini dapat bertahan dalam lingkungan aerob maupun
anaerob dan dapat mencerna material-material seperti gelatin dan hemoglobin. A.
hydrophila resisten terhadap chlorine serta suhu yang dingin (Krieg dan Holt
1984).
A. hydrophila menginfeksi semua jenis ikan air tawar. Infeksi biasanya
berkaitan dengan kondisi stres akibat kepadatan, malnutrisi, infeksi parasit,
kualitas air yang buruk dan fluktuasi suhu air yang ekstrim. Serangan bersifat
akut. Jika kualitas lingkungan air terus menurun, kematian yang ditimbulkan bisa
mencapai 100% (Bachtiar, 2010).
A. hydrophila menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia
(MAS) atau penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang berbagai jenis ikan air
tawar seperti lele dumbo (Clarius gariepinus), ikan mas (C. carpio), gurami
(Osphronemus gouramy) dan udang galah (Macrobrachium rosenbergii).
Pengendalian bakteri ini sulit karena memiliki banyak strain dan selalu ada di air
serta dapat menjadi resisten terhadap obat-obatan (Kamiso, H. N. dan Triyanto
1993).
A.hydrophila dikenal juga sebagai bakteri oportunis karena biasanya
menimbulkan masalah pada ikan yang sedang mengalami stres. Penularan bakteri
ini berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan peralatan yang telah
tercemar atau karena pemindahan ikan yang terserang A. hydrophila dari satu
9
tempat ke tempat lain. Ikan yang terserang bakteri ini biasanya akan
memperlihatkan gejala berupa (Cahyono 2011) :
1. Warna tubuh berubah menjadi agak gelap,
2. Kulit kasar, timbul pendarahan dan selanjutnya menjadi borok,
3. Kemampuan berenang menurun dan sering megap-megap di permukaan
air karena insang rusak dan sulit bernafas,
4. Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal
maupun limpa.
5. Perut sering terlihat agak kembung, Seluruh sirip rusak dan berwarna
keputihan,
6. Mata rusak dan agak menonjol.
Menurut (Herwig, N. 1979), A. hydrophila adalah penyebab penyakit ikan
yang dikenal dengan Haemorrhagic septicemia, motile aeromonas septicaemia,
ulcer disease atau red sore, red pest, dan infectious dropsy.
Gejala klinis infeksi bakteri A. hydrophila yaitu :
1. Abdominal dropsy, dicirikan dengan menumpuknya/terakumulasinya cairan
pada ruang viscera,
2. Ulcerative (ulkus), dicirikan lesio pada kulit dan otot,
3. Bacterial haemoragic septicaemia, yang dicirikan oleh adanya perdarahan
pada otot, juga biasa disebut red disease, red pest dan infectious dropsy.
2.4. Klasifikasi dan Morfologi Daun Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka diyakini berasal dari India, yaitu di wilayah Ghats bagian barat.
Saat ini nangka telah menyebar luas di berbagai daerah tropik, terutama di Asia
10
Tenggara. Dalam bahasa Inggris, nangka dikenal sebagai jackfruit. Pohon
nangka umumnya berukuran sedang sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada
yang mencapai 30 m. Batang bulat silindris, sampai berdiameter sekitar 1 m.
Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat. Seluruh bagian tumbuhan
apabila dilukai akan mengeluarkan getah putih pekat.
Nangka dapat tumbuh baik di iklim tropis. Tanaman ini menyukai
wilayah dengan curah hujan lebih dari 1500 mm per tahun dimana musim
keringnya tidak terlalu keras. Nangka kurang toleran terhadap udara dingin,
kekeringan dan penggenangan (Sudarma, 2012).
Klasifikasi tumbuhan nangka, sebagai berikut (Rukmana 2008) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Morales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus
Gambar 3 : Daun Nangka
11
Indonesia memiliki banyak sebutan untuk tanaman nangka seperti Panah
(Aceh), pinasa, sibodak, nangka atau naka (Batak), baduh atau enaduh (Dayak),
binaso, lamara atau malasa (Lampung), naa (Nias), kuloh (Timor), dan nangka
Sunda dan Madura (Rukmana, R 2008). Nangka berdaun tunggal, tersebar,
bertangkai 1–4 cm, helai daun agak tebal, kaku, bertepi rata, bulat telur sampai
memanjang dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek
meruncing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah
rontok dan meninggalkan bekas berupa cincin, permukaan atas daun berwarna
hijau tua mengkilap, kaku, dan permukaan bawah daun berwarna hijau muda.
Tumbuhan nangka berumah satu, perbungaan muncul pada ketiak daun
pada pucuk yang pendek dan khusus, yang tumbuh pada sisi batang atau cabang
tua. Bunga jantan dalam bongkol berbentuk gelendong, 1–3 × 3–8 cm berwarna
hijau tua dengan serbuk sari kekuningan dan berbau harum samar apabila masak.
Bunga nangka disebut babal. Setelah melewati umur masaknya, babal akan
membusuk (ditumbuhi kapang) dan menghitam di pohon sebelum akhirnya
terjatuh. Bunga betina dalam bongkol tunggal atau berpasangan, silindris atau
lonjong dan berwarna hijau tua (Rukmana, R 2008).
Buah nangka relatif besar dan berbiji banyak. Kulitnya berduri lunak.
Setiap biji dibalut oleh daging buah (endokarp) dan dami (eksokarp) yang
mengandung gelatin. Buah nangka merupakan buah majemuk yakni berbunga
banyak dan tersusun tegak lurus pada tangkai buah, membentuk bangunan besar
yang kompak, dan bentuknya bulat hingga bulat lonjong. Kulit buah berwarna
hijau hingga kuning kemerahan. Daging buah tipis hingga tebal. Setelah matang,
12
daging buah berwarna kuning merah, lunak, manis dan aroma spesifik. Pohon
nangka berakar tunggang dengan akar samping yang kuat dan dalam (Sunarjono
2010). Jenis kultivar tanaman nangka di Indonesia lebih dari 30 kultivar dan di
Pulau Jawa terdapat lebih dari 20 kultivar. Sehingga dilakukan pengelompokan
nangka berdasarkan kesamaannya. Beberapa macam pengelompokan tanaman
nangka (Sudarma 2012)
Berdasarkan ukuran pohon dan buah nangka terbagi dua golongan yaitu:
Nangka buah besar : tinggi mencapai 20–30 m, diameter batang mencapai 80 cm
dan umur mulai berbuah sekitar 5–10 tahun. Nangka buah kecil : tinggi
mencapai 6–9 m, diameter batang mencapai 15–25 cm dan umur mulai berbuah
sekitar 18–24 bulan. Berdasarkan kondisi daging buah nangka dapat dibedakan
menjadi : Nangka bubur dengan daging buah tipis, lunak agak berserat dan
membubur, beraroma keras mudah lepas dari buah, rasanya asam manis, dan
berbau harum tajam.
Nangka salak dengan daging buah tebal, keras, mengeripik, agak kering,
ras manis agak pahit, dan tidak terlalu harum/aromanya kurang keras. Nangka
cempedak dengan daging buah tipis dan beraroma harum spesifik. Tanaman
nangka tergolong serba guna. Buahnya yang muda dapat disayur dan buah yang
telah matang enak dimakan serta dapat dijadikan berbagai macam olahan
makanan. Beberapa daerah di Indonesia, penduduknya tidak hanya
memanfaatkan buah nangka sebagai bahan pangan saja, tetapi juga sebagai obat
tradisional untuk mengatasi demam, disentri atau malaria. Kulit batangnya yang
berserat, dapat digunakan sebagai bahan tali serta memiliki fungsi sebagai
13
antikanker, anti virus, antiinflamasi, diuretil dan antihipertensi (Ersam T. 2001).
Getahnya digunakan dalam campuran untuk memerangkap burung, menambal
perahu dan lain-lain. Daun nangka merupakan pakan ternak yang disukai
kambing, domba maupun sapi.
Daun tanaman ini juga direkomendasikan oleh pengobatan ayurveda
sebagai obat antidiabetes karena ekstrak daun nangka memberi efek hipoglikemi
yaitu menurunkan kadar gula darah (Chandrika dkk. 2006). Selain itu daun
nangka juga berkhasiat melancarkan air susu dan sebagai obat koreng (Hutapea
1993). Menurut Prakash dkk (2009), daun nangka dalam pengobatan tradisional
digunakan sebagai obat demam, bisul, luka dan penyakit kulit.
2.5. Bahan Kimia yang Terkandung dalam Daun Nangka
Daun nangka saat ini selain digunakan sebagai pakan ternak juga telah
digunakan sebagai obat tradisional. Daun nangka mengandung flavonoid,
saponin dan tannin. Flavonoid dan saponin merupakan senyawa yang
mempunyai aktivitas antibakteri yang cara kerjanya dengan merusak membran
sitoplasma dan mendenaturasi protein sel (Robinson 1995).
Senyawa flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder,
kemungkinan keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses
fotosintesis sehingga daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid.
Senyawa flavonoid tersebut terbukti secara empirik sebagai antikanker, antivirus,
antiinflamasi, diuretik dan antihipertensi (Ersam 2001). Mekanisme kerja
senyawa flavonoid dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
membran sel bakteri tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dan Chan 1986). Selain
14
itu, flavonoid bersifat antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan dan
membantu mengurangi rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada
luka, bersifat antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem
imun karena leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat bekerja dan sistem
limpa lebih cepat diaktifkan (Angka 2004).
Saponin merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan tumbuhan
berfungsi sebagai antivirus, antibakteri, meningkatkan kekebalan tubuh.
Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan
permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
mengakibatkan senyawa intraseluler bakteri akan keluar (Robinson 1995).
Saponin sering digunakan untuk disinfeksi media budidaya sehingga peranannya
sebagai antimikroba telah diuji. Namun saponin apabila digunakan dalam
konsentrasi tinggi dapat menjadi racun kuat untuk ikan dan amfibi dan saponin
sulit untuk diidentifikasi (Sugoro dkk. 2004). Tanin merupakan senyawa fenol
yang larut dalam air dan tanin pada tanaman merupakan senyawa fenolik yang
memiliki daya antiseptik (Pelczar dan Chan 1986). Penggunaan tanin sangat
efektif untuk mencegah serangan bakteri di dareah tropis dan subtropis. Efek
antibakteri tanin melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan
inaktivasi fungsi materi genetik (Ajizah 2004).
2.6. Kualitas Air
Air merupakan media yang paling utama bagi kehidupan ikan. Air yang
memadai,m baik kuantitas maupun kualitas dalam budidaya ikan sangat
menentukan keberhasilan budidaya tersebut. Bila kondisi air tidak memenuhi
15
syarat dapat menjadi sumber penyakit yang paling berbahaya sehingga
mengakibatkan kematian bagi ikan air tawar (Effendie 2003).
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting yaitu sebagai faktor
pengontrol yang dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kimiawi organisme
perairan.Suhu optimal di dalam air bergantung pada spesies dan berbagai
parameter seperti pertumbuhan, perkembangan, mkonversi pakan, dan ketahanan
penyakit (Handajani dan Samsundari 2005). Suhu air optimal untuk
pertumbuhaannya ikan mas adalah 22–280C (Tim Lentera 2002).
Nilai pH menunjukan konsentrasi ion H+ dalam perairan. Semakin rendah
pH, perairan semakin asam, air yang bersifat asam tidak sesuai untuk
pemeliharaan ikan. Derajat keasaman (pH) yang ideal bagi kehidupan ikan
berkisar antara 6,7–8,2 (Tim Lentera 2002). Kandungan oksigen terlarut (DO) yang
baik untuk kehidupan ikan mas ialah pada 3–5 mg/L (Tim Lentera 2002). Jika
kandungan oksigen terlarut dalam media pemeliharaan tidak optimal, ikan mas
akan membuka mulutnya dan selalu berada di permukaan air, bahkan bila air
tidak segera diganti dapat menimbulkan kematian.
Amonia yang terkandung dalam suatu perairan berasal dari kotoran ikan.
Amonia tingkat keseimbangannya sangat dipengaruhi oleh pH air, dan suhu.
Kadar amonia akan meningkat pada pH dan suhu tinggi serta kadar garam dan
kesadahan rendah. Kadar amonia tinggi dalam air secara langsung dapat
mematikan organisme perairan yakni melalui pengaruhnya terhadap permeabilitas
sel, mengurangi konsentrasi ion dalam tubuh, meningkatkan konsumsi oksigen
dalam jaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan darah mengangkut
16
oksigen. Kisaran amonia yang dapat ditolerir oleh ikan mas adalah kurang dari 1
mg/L (Boyd 1982).
17
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014. Bertempat
di Balai Benih ikan (BBI) Bontomanai Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang di gunakan selama penelitian
Nama Alat Kegunaan
Aquarium
Blower
Selang dan batu aerasi
Blender
Gunting
Saringan
Timbangan
Hot Plate
Magnetic sterrer
DO meter
pH meter
Termometer
Media infeksi dan media pengobatan
Penyuplai oksigen diwadah penelitian
Penyuplai oksigen air
Untuk menghaluskan daun nangka
Untuk memotong daun nangka
Untuk menyaring ampas daun nangka
Untuk menimbang daun nangka
Untuk memanaskan larutan
Alat untuk pengadukan bahan kimia
Alat untuk mngukur oksigen terlarut
Alat untuk mengukur derajat keasaman
air
Alat untuk mengukur suhu air
Sedangkan bahan yang akan digunakan, disajikan ditabel 2.
Tabel 2. Bahan yang digunakan selama penelitian
Nama Bahan Kegunaan
Benih Ikan Mas
A. hydrophuila
Daun nangka
Aquades
Hewan uji
Bakteri uji
Untuk mengobati ikan yang terinfeksi
Untuk melarutkan daun nangka
18
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Larutan Daun Nangka
Daun nangka yang digunakan adalah daun nangka yang masih segar
dengan berat keseluruhan 1 kg. Pembuatan larutan daun nangka dilakukan
dengan menggunakan beberapa tahapan yaitu, pertama-tama daun nangka segar
dicuci bersih kemudian dibiarkan kering hingga air yang masih melekat pada daun
hilang. Setelah kering daun segar dipotong kecil-kecil menggunakan gunting lalu
ditimbang sebagai berat kasar, kemudian dihaluskan menggunakan blender dan
ditimbang sesuai dengan dosisi yang dibutuhkan. Untuk pengobatan, dosis yang
sudah ditimbang kemudian dilarutkan menggunakan aquades sebanyak 250 ml
dengan suhu 60oC selama 15 menit diatas hot plates dengan alat pengaduk
magnetic sterrer (masing-masing konsentrasi) diamkan ± 5 menit untuk
diendapkan kemudian dilakukan penyaringan.
3.3.2. Penyediaan Media dan Hewan Uji
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan
ukuran panjang 30 cm dan lebar 30 cm, akuarium yang digunakan sebanyak dua
belas buah, sembilan buah akuarium untuk media pengobatan/pemeliharaan dan
tiga buah akuarium sebagai media kontrol. Semuanya sudah dilengkapi aerasi
untuk mensuplay oksigen dan diisi air 1/2 dari volume akuarium. Ikan uji yang
akan digunakan memiliki panjang 5-7 cm. Pertama-tama ikan direndam dengan
konsentrasi 30 ppm larutan garam selama 5 menit untuk menghilangkan
ektoparasit. Setelah itu ikan diaklimatisasi terlebih dahulu agar ikan terbiasa
hidup dalam akuarium uji selama 3 hari dengan pemberian pakan berupa pelet
19
apung berkadar protein 39%. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% dari
berat badan ikan per hari dengan frekuensi pemberian 2x sehari pada pagi dan
sore hari.
Selanjutnya ikan di infeksikan bakteri A. hydophila dengan konsentrasi 0,1
mL dengan cara menyuntikkan pada tubuh ikan secara intramuscular untuk
masing-masing ikan uji yang akan ditempatkan pada media perlakuan.
3.3.3. Pengobatan dengan Larutan Daun Nangka
Pengobatan dilakukan dengan memasukkan ikan yang sudah terinfeksi
ke dalam aquarium yang sudah ada larutan daun nangkanya dengan
konsent rasi yang berbeda sesuai per lakuan. Waktu yang digunakan
dalam perendaman untuk pengobatan setiap perlakuan adalah 48 jam, mengacu
pada (Gasperz, 1991). Setelah proses perendaman selesai, air aquarium
diganti dengan air normal dan dilakukan pengamatan lanjutan.
3.4. Rancangan Percobaan
Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan. Setiap
perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Perlakuan yang diberikan adalah
perendaman benih ikan mas dalam larutan ekstrak daun nangka dengan
konsentrasi berbeda masing – masing wadah yaitu:
Perlakuan A = Ekstrak daun nangka konsentrasi 20 ppm
Perlakuan B = Ekstrak daun nangka konsentrasi 30 ppm
Perlakuan C = Ekstrak daun nangka konsentrasi 40 ppm
Perlakuan D = Tanpa ekstrak daun nangka
20
3.5. Parameter yang Diamati
3.5.1. Gejala Klinis
Gejala klinis yang diamati adalah kerusakan tubuh dan tingkah laku ikan
yang mencakup respon terhadap pakan dan uji refleks (respon terhadap kejutan)
dengan cara mengetuk kaca akuarium. Perubahan gejala klinis yang disebabkan
oleh serangan bakteri A. hydrophila yaitu warna tubuh ikan menjadi agak gelap,
kulit kasar dan timbul pendarahan selanjutnya menjadi borok, kemampuan
berenang turun dan sering megap-megap di permukaan air karena insang rusak
dan sulit bernapas, perut terlihat agak kembung, seluruh sirip rusak dan berwarna
keputihan, serta mata rusak dan agak menonjol (Cahyono 2011). Pengamatan
dilakukan setiap hari selama masa pengobatan (2 hari) dan masa pemeliharaan (14
hari).
3.5.2. Sintasan
Kelangsungan hidup ikan mas diamati dengan cara menghitung jumlah
ikan yang hidup setiap hari selama masa pengobatan. Rumus kelangsungan hidup
Effendie (1997) :
Nt
S = X 100%
No
Dimana :
S = Tingkat kelangsungan hidup benih ikan (%)
Nt = Jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian (ekor)
21
3.5.3. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur antara lain suhu, pH, DO, dan amonia
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
3.6. Analisis Data
Pengaruh perlakuan perendaman benih ikan mas dalam ekstrak daun
nangka terhadap kelangsungan hidup dianalisis menggunakan Anova (Analisis of
Variance). Bila berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil
(BNT), data hasil pengukuran kualitas air dianalisis secara deskriptif (Fakhrizal,
2009).
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gejala Klinis Ikan Uji
Jenis bakteri yang dikenal juga sebagai bakteri oportunis yaitu A.
hydrophila karena biasanya menimbulkan masalah pada ikan ynag sedang
mengalamai stres. Penularan bakteri ini berlangsung melalui air, kontak badan,
kontak dengan peralatan yang telah tercemar atau karena pemindahan ikan yang
terserang bakteri tersebut dari suatu tempat ke temapt lain. Gejala klinis yang
tampak setelah penginfeksian oleh bakteri A. hydrophila dalam kurun waktu 4-6
jam ,gejala klinis yang diamati adalah warna tubuh ikan berubah menjadi agak
gelap,kulit kasar, serta timbul luka pada bagian penyuntikan, kemampuan
berenang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena insng rusak
dan sulit bernafas. Gejala ini terlihat secara menyeluruh pada ikan mas yang
diinfeksi buatan. Kondisi ikan sebelum dan setelah diinfeksikan seperti terlihat
pada gambar 4.
Gambar 4. (A) Ikan yang masih sehat dan (B) Ikan yang telah diinfeksikan
bakteri.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada pengamatan lanjutan yang dilakukan, 24 jam setelah penyuntikan
sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati ,ginjal, maupun
A B
23
limpa dan perut terlihat kembung,serta sirip terlihat putih dan rusak yang
diakibatkan oleh bakteri A. hydrophila. Hiperemi ini terjadi karena mobilitas
eritrosit ke jaringan tempat berkembangnya patogen, leukosit yang merupakan
salah satu komponen sel darah yang berfungsi sebagai pertahanan non spesifik
akan melokalisasi dan mengeliminasi patogen. Eliminasi ini dilakukan melalui
proses fagositosis (Fletcher, 1982; Walczak, 1985; Anderson, 1992).
Pengamatan lanjutan yang dilakukan selama 48 jam setelah pengobatan,
gejala yang terlihat pada wadah A dengan konsentrasi ekstrak daun nangka 20
ppm yaitu, warna pada tubuh ikan masih pucat, kemampuan berenang masih
berkurang,serta masih tampak luka pada bagian ekor dan megap-megap di
permukaan. Selanjutnya pada perlakuan B dengan konsentrasi ekstrak daun
nangka 30 ppm yaitu , pergerakan ikan mulai aktif dan warna pada ikan mulai
kembali normal. Sedangkan pada perlakuan C dengan konsentrasi ekstrak daun
nangka 40 ppm yaitu, luka yang tampak pada bekas penyuntikan mulai kembali
tertutup,serta warna tubuh pada ikan mulai normal dan kemampuan berenang
mulai aktif, luka mengarah pada proses penyembuhan, serta respon terhadap
makan mulai normal dan terjadi sangat signifikan. Sedangkan perlakuan C dan D
dikatakan tidak bebeda nyata karena pada perlakuan D tidak diberikan ekstrak
daun nangka,serta perlakuan D hanya sebagai kontrol dari tiap-tiap perlakuan.
4.2. Sintasan Ikan Mas ( Cypirinus carpio.L )
Sintasan adalah istilah ilmiah yamg menunjukkan tingkat kelulushidupan
dari suatu populasi dalam jangka waktu tertentu. istilah ini biasanya diakai dalam
konteks populasi individu muda yang harus bertahan hidup hingga siap
24
berkembang biak. Dalam bidang perikanan sintasan adalah presentase dari
individu yang bertahan hidup setelah beberapa waktu,relatif terhadap banyaknya
telur yang menetas menjadi larva. Seperti disajikan pada tabel 3.
Tabel. 3 Rata-rata persentase sintasan ikan mas ( C. carpio.L ) pada akhir
penelitian.
Perlakuan Sintasan
A
B
C
D
76,67b
76,67b
96,67a
86,67a
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan
nyata (p< 0,05)
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa perlakuan terbaik dilihat
dari sintasan tertinggi adalah perlakuan C (pemberian konsentrasi ekstrak daun
nangka sebesar 40 ppm) yaitu 96,67 % dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnnya kecuali perlakuan D (kontrol) yaitu 86,67 %. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak daun nangka dengan konsentrasi 40 ppm efektif dalam
mengobati benih ikan mas yang terinfeksi bakteri A. Hydrophilla, hal ini sesuai
dengan pendapat Marlina (2013) yang menyatakan bahwa penggunaan ekstrak
daun nangka untuk pengobatan benih ikan mas yang terinfeksi A. Hydrophilla
melalui perendaman dengan konsentrasi 40 ppm selama 48 jam efektif untuk
mengobati A. hydrophilla pada benih ikan mas dengan kelangsungan hidup
tertinggi sebesar 68,89%. Keefektifan pemberian ekstrak daun nangka dalam
mengobati ikan mas yang terinfeksi A. Hydrophilla dikarenakan oleh daun nangka
mengandung senyawa antibakteri. Hal ini nsesuai dengan pendapat (Robinson
1995) daun nangka mengandung flavonoid, saponin, dan tanin dimana flavonoid
25
dan saponin merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas anti bakteri yang cara
kerjanya dengan merusak membran sitoplasma dan mendenaturasi protein sel.
Senyawa flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder,kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis. Senyawa
flavonoid tersebut terbukti secara empirik sebagai antikanker , antivirus,
antiinflamasi, diuretik, dan antihipertensi (Ersam 2001). Mekanisme kerja
flavonoid dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran
sel bakteri tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dan Chan 1986).
Dengan melihat besarnya pengaruh perlakuan C (ekstrak daun nangka 40
ppm) dipengaruhi oleh kemampuan ekstrak daun nangka yang bersifat
antiinflamasi sehingga dapat mengurangi peradangan dan membantu mengurangi
rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan pada luka yang terinfeksi
bakteri A. hydrophila. Karena menurut (Angka 2004) antiinflamasi ini bersifat
antibakteri dan antioksidan serta mampu meningkatkan kerja sistem imun karena
leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat bekerja dan sistem limpa cepat
diaktifkan. Selain itu, daun nangka memiliki kandungan tanin yang merupakan
senyawa fenolik yang memiliki daya antiseftik ( Pelczar dan Chan 1986).
Kegunaan tanin ini efektif untuk mencegah serangan bakteri di daerah tropis dan
subtropis. Efek antibakteri tanin melalui reaksi dengan membran sel , inaktivasi
enzim, dan inaktivasi fungsi materi genetik (Ajizah 2004) .
4.3. Kualtas Air
Air merupakan media yang paling utama bagi kehidupan ikan. Air yang
memadai, baik kuantitas maupun kualitas dalam budidaya ikan keberhasilan
26
budidaya tersebut. Bila kondisi air tidak memenuhi syarat,dapat menjadi sumber
penyakit yang paling berbahaya sehingga mengakibatkan kematian bagi ikan air
tawar (Effendi 2003).
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting yaitu sebagai faktor
pengontrol yang dapat mempengaruhi aktivitas fisiologis dan kimiai organisme
perairan. Suhu optimal dalam air tergantung pada spesies dan parameter seperti
pertumbuhan, perkembangan, konversi pakan dan ketahanan penyakit (Handajani
dan Samsundari 2005). Suhu pada saat pemeliharaan berkisar antara 28-29°C.
Suhu air optimal untuk pertumbuhan ikan mas adalah 22-28°C (Tim Lentera
2002).
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam perairan. Semakin
rendah pH perairan semakin asam, air yang bersifat asam tidak sesuai pemeliharan
ikan. Nilai pH selama pemeliharaan berkisar antara 7.5-8.0 . Hal ini sesuai dengan
Tim Lentera (2002) derajat keasaman pH yang ideal bagi kehidupan ikan berkisar
antara 6,7- 8,2.
Kandungan oksigen terlarut (DO) yang baik untuk kehidupan ikan mas
ialah 3-5 mg/L (Tim Lentera 2002). Hal ini sesuai dengan hasil yaitu berkisar
antara 4,4-5,6 mg/l. Jika kandungan oksigen terlarut dalam media pemeliharaan
tidak optimal,ikan mas akan membuka mulutnya dan selalu berada di permukaan
air,bahkan bila air tidak segera diganti dapat menimbulkan kematian.
Menurut Boyd (1982) kisaran amonia yang dapat ditolerir oleh ikan mas
adalah kurang dari 1 mg/L dan sudah cukup mendukung terhadap organisme
perairan secara normal. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kualitas air
27
selama penelitian memenuhi persyaratan optimum untuk budidaya ikan mas
sehingga kematian ikan mas selama penelitian bukan oleh kondisi perairan
melainkan karena serangan bakteri A. hydrophila.
28
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan dengan melihat sintasan,
dan gejala klinis dapat disimpulkan bahwa pemberian 40 ppm ekstrak daun
nangka dengan perendaman selama 48 jam pada ikan mas cukup efektif untuk
pengobatan ikan mas yang terinfeksi A.hydrophila.
5.2 Saran
Pengobatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengobatan dengan
menggunakan ekstrak daun nangka, sehingga pengaruh semua senyawa yang ada
dalam daun nangka berpengaruh terhadap pengobatan ikan Mas (C. carpio L)
yang terifeksi A. hydrophila. Untuk itu dalam penelitian berikutnya diharapkan
bisa menggunakan Ekstrak Daun Nangka, agar kita mengetahui lebih jelas
senyawa yang berperan dalam pengobatan ikan Mas (C. carpio L) yang terinfeksi
A. hydrophila.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Jambu Biji (Psidium guajava) Bioscientie. Vol. 1, No 1. Program Studi
Biologi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
Angka, S. L. 2004. Penyakit Motil Aeromonas Septicemia Pada Ikan Lele Dumbo
Clarias sp. Forum Pascasarjan. Vol :27
Bachtiar. 2002. Pembesaran Ikan Mas Dikolam Pekarangan.Agromedia Pustaka
Jakarta.
Bachtiar, E., Mulyani, Y., dan Angraeni, S., R. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia
Bahan Hayati Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjajaran.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality in Warm Fish Pond. Auburn University,
Agricultural Experiment Nation, Alabama. 359 hal.
Cahyono, B. 2011. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta : Kanisius
Chandrika, U.G.I.,Wedage,W.S.,Wokramasinghe,S.M.D.N1 dan Fernando
W.S2.2006. Hypoglycaemic Action Of The Flavonoid Fraction Of
Artocarpus heterophyllus Leaf. Srilanka : University of Jayewardenepura
Effendi,H.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Effendi,M.I.1998. Memelihara Ikan Mas dalam Aquarium. Yogyakarta: Kanisius.
Ersam, T. 2001. Senyawa Kimia Mikromolekul Beberapa Tumbuhan Artocarpus
Hutan Tropika Sumatra Barat. Bandung : Institut Teknologi Bandung
Fletcher, T.C. 1982. Non-specific Defence Mechanisms of Fish. Developmental
and Comparative Immunology.
.
Gaspersz, V. 1991. Metoda Peancangan untuk Ilmu-Ilmu Pertanian dan Ilmuilmu
Teknik Biologi. Bandung : CV Armico.
Herwig, N. 1979. Handbook of Drugs and Chemicals used in the Treatment of
Fish Disease. United States of America: Charles C. Thomas
Holt, J. G. dan Krieg N. R., Sneath P. H. A., Staley J. T. 1994. Bergey’s Manual
of Determinative Bacteriology. United States of America Baltimore:
Williams & Wilkins Company.
30
Hutapea, J. R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,edisi II. Jakarta: Depkes
RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kamiso, H.N. dan Triyanto. 1993. Vaksinasi Aeromonas hydrophila untuk
Menanggulangi Penyakit MAS pada Lele Dumbo. Abstrak. Simposium
Perikanan Indonesia I. Jakarta.
Kamiso dan Triyanto. 1993. Vaksinasi Aeromonas hydrophila untuk
Menenggulangi Penyakit MAS pada ikan Mas. Jakarta: Simposiaum
Perikanan Indonesia.
Krieg, N. R. dan Holt J. G. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Ed
ke-1.United States of America Baltimore: Williams & Wilkins Company.
Khairuman,H. Dan Amri, K. 2011. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis 15 Ikan
Konsumsi. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Marlina, Enok. 2013. Efektivitas ekstrak Daun Nangka Untuk Pengobatan Infeksi
bakteri A. hydrophilla Pada Benih Ikan Mas. media.unpad.ac.id /thesis/230110/2009/.pdf.
Pleczar, M. J. Dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1. Jakarta:
Univeristas Indonesia
Prakash, Om., K.Rajesh.,Anurag,M. dan Rajiv, G. 2009. Artocarpus heterophyllus
(Jackfruit): An overview. India : Review Article Vol.3 Issue 6 page 353-
358
Rahman,M.F.2008. Potensi Antibakteri Ekstrak Daun Pepaya Pada Ikan
Gurami Yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah
Padmawinata K. Bandung : Institut Teknologi Bandung
Rukmana, R. 2008. Budidaya Nangka. Yogyakarta: Kanisius
Sismeiro.1998. Aeromonas hydrophila Adenylyl Cyclase: a New Class of Adenylyl
Cyclase with Thermophilic Properties and Sequences Similiarities to
Proteins From Hyperthermophilic Archaebacteria. J Bakteriol 180:
3339-3344.
Sudarma, J. H. 2012. Pembibitan Tanaman Buah Mudah Murah & Hasil
Melimpah. Jakarta : Bola Bintang Publishing.
31
Sukamto. 2007. Cara-Cara Pengobatan Ikan dengan Menggunakan Ekstrak
Tanaman Herbal. Warta Puslitbangbun. Vol. 13 No. 3
Sugoro, I.I. Gobel, N. Lelananingtyas dan W. T. Sasongko. 2004. Pengaruh
Variasi Konsentrasi Tanin Terhadap Produksi Gas Secara In Vitro.
Prosding Presentasi Ilmiah Keselamatan dan Radiasi Lingkungan X.
Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi. Batan.
Sunarjono, H. 2010. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya
Tarigan J. Br., Zuhra, J. F. dan Sihotang, H. 2008. Skirining Fitokimia Tumbuhan
Yang Digunakan Oleh Pedagang Jamu Gendong Untuk Merawat
Kulit Wajah Di Kecamatan Medan Baru. Sumatra : Universitas Sumatara
Utara.
Tim Lentera. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Deras. Jakarta :
PT AgroMedia Pustaka.
Lampiran 1. Nilai Presentase Sintasan Ikan Uji, Analisis Data dengan Anova, dan Uji
Lanjut BNT
Sintasan Ikan Uji
PERLAKUAN ULANGAN
JUMLAH RATA-
RATA I II III
A 70 80 80 230 76,67
B 80 70 80 230 76,67
C 90 100 100 290 96,67
D 90 90 80 260 86,67
JUMLAH 330 340 340 1010 84,17
Tabel Annova
SK DB JK KT F.Hit F.Tabel
0,05 0,01
Perlakuan 3 825 275,00 8 ** 4,07 7,59
Galat 8 266,67 33,33
Total 11 1091,67
KK 7%
Uji Lanjut BNT
PERLAKUAN
RATA-
RATA KET.
A 76,67 A
B 76,67 A
C 96,67 B
D 86,67 B
JUMLAH PER = 4
JUMLAH KEL = 3
FAKTOR KOR= 85008,33
SUMSQ TOT = 86100
SUMSQ KEL = 340100
SUMSQ PER = 257500
Nilai T. Tabel 2,31
Nilai Pembanding
BNT 2,69
Lampiran 2. Parameter Kualitas Air Ikan Mas (Cyprinus caprpio. L)
Perlakuan Konsentrasi Suhu pH DO Amoniak
A 20 28 7.50 5.3 0.06
B 30 28 7.70 5.8 0.06
C 40 28 7.75 5.9 0.07
D Kontrol 28 7.51 5.3 0.07
Lampiran 3. Foto Kegiatan
Gambar 1. Mencuci akuarium
Gambar 2. Pengisian air pada akuarium
Gambar 3. Perendaman dengan laritan NaCl
Gambar 6. pH meter
Gambar 7. Pengukuran kualitas air
Gambar 8. Spoit dan A. Hydrophilla Gambar 9. Penginfeksian
Gambar 10.Ekstrak daun nangka
Gambar 11. Ekstrak daun nangka ynag siap dituangkan ke wadah perlakuan
Gambar 12. Penuangan ekstrak daun nangka
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tangga 14 November 1991 di Desa
Salemba kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba
Propinsi Sulawesi Selatan. Penulis adalah anak terahir
dari tiga bersaudara, dari pasangan Ayahanda Zainuddin
dan Ibunda Ramliah. Pada tahun 1998 penulis bersekolah
di SDN 12 Babana dan tamat pada tahun 2004. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMP Negri 1
Bulukumba dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
ke SMA Negri 1 Ujung Loe penulis pernah aktif pada organisasi OSIS dan tamat
pada tahun 2010.
Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk program studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis pernah magang di instalasi Pembenihan Udang Windu Barru,
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros Sulawesi Selatan.
Penulis juga pernah mengikuti kuliah kerja profesi (KKP) di Kecamatan Tanete Rilau
Kabupaten Barru. Penulis pernah menjadi Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ).
Atas berkat rahmat Allah Swt, disertai perjuangan keras dan dorongan
semangat dari orangtua, keluarga tercinta, serta kedua dosen pembimbing, penulis
akhirnya dapat menyelesaikan Studi pada tahun 2014, Penulis telah melaksanakan