SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN PENGETAHUAN DAN
PERILAKU DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE
DARAH PETANI
(Studi Pada Petani Penyemprot Hama Padi dan Petani Penyemprot Hama
Sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod Kabupaten Tabanan
dan Buleleng Propinsi Bali)
Oleh
NI NYOMAN KARIANI
NIM 100431561
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2006
i
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan
diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Pada tanggal 6 Juli 2006
Mengesahkan Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk NIP.130517177
Tim Penguji:
1. Meirina Ernawati, drh., M.Kes 2. Lucia Yovita Hendrati, S.KM., M.Kes 3. A. Siswanto, dr.
ii
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Bagian Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Oleh
NI NYOMAN KARIANI
NIM 100431561 Surabaya, Juli 2006
Mengetahui : Menyetujui Ketua Bagian Pembimbing Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH Lucia Yovita Hendrati, S.KM., M.Kes NIP.131290054 NIP. 132129144
iii
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga dapat terselesainya skripsi yang berjudul
“HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN PENGETAHUAN DAN
PERILAKU DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETANI
(Studi Pada Petani Penyemprot Hama Padi dan Petani Penyemprot Hama
Sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod Kabupaten Tabanan dan
Kabupaten Buleleng Propinsi Bali).
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada Lucia Yovita Hendrati, S.KM., M.Kes., selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terwujudnya skripsi ini.
Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk, selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
2. Dr. Chatarina U.W., dr., M.S., M.PH., selaku Ketua Bagian Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
3. Semua Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga minat
Epidemiologi Lapangan yang telah memberikan bekal studi sehingga menjadi
acuan dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. Dewa Ketut Oka, selaku Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali yang telah
memberikan kesempatan serta dukungan dana kepada kami untuk melanjutkan
studi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
5. Suami tercinta I Dewa Made Suwena serta Nanda Ayu & Krisna tersayang
yang menunggu dengan sabar dan setia serta memberikan dukungan secara
moril maupun materiil dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
iv
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
6. Rekan-rekan Mahasiswa seperjuangan khususnya konsentrasi Epidemiologi
Lapangan Universitas Airlangga yang memberikan masukan maupun saran
dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan pahala atas semua swadarma
yang telah diberikan dan selalu memberikan jalan yang terang dan terbaik bagi
kita semua. Semoga skripsi ini berguna, baik bagi diri kami sendiri maupun
pihak lain yang memanfaatkan.
.
Surabaya, Juli 2006
v
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
ABSTRACT
Pesticides are poisons which are hazardous and even very hazardous to human health. There fore, the safe use of pesticides should be given priority. A report of WHO indicated that 500.000-1.000.000 persons (all over the world) had been poisoned/intoxicated with pesticides, and approximately 5000-10.000 persons per year had fatal effect. In 1999, cases of pesticides acute poisoning were found in 41,43 % of farmers in Bali and Java provinces. Cholinesterase activity is affected by factors such as toxicity, duration of exposure, concentration, individual response, health status, and nutritional status. The purposes of this study were to study and analyze associates between duration of exposure, knowledge, behavior and cholinesterase activity.
This was an observational analytical study with cross sectional approach. The samples of this study were 77 farmers spraying pesticide on paddy and vegetable farms in Kerobokan and Sari Kelod villages. Independent variable include duration of exposure, knowledge and behavior, whereas the dependent variable was cholinesterase activity. The association between these two variables were tested by Chi-Square test (α = 0,05) and Logistic Regression test. The result of this study indicated that the majority of respondents (68,8%) had normal cholinesterase activity. There were significant association between duration of exposure (p<0,005; OR = 15,845), working hours ( 4 hours per day) ( p<0,05; OR = 24,691), (3 hours per day) (p<0,05; OR= 27,021), knowledge (p<0,05; OR=6,152), behavior (p<0,05; OR=23,294), and cholinesterase activity. Based on the results of this study, it can be summarized that duration of exposure, knowledge, and behavior are significantly associated with cholinesterase activity. It is recommended that the Public Health Center in Kerobokan and Sari Kelod villages provide information/MSDS and training on the hazards of pesticides as well as their preventive measures. Key word: cholinesterase activity, farmers, pesticides.
vi
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
ABSTRAK
Pestisida adalah racun yang sangat berbahaya bagi manusia, karenanya faktor keamanan dalam pemakaian pestisida perlu mendapat prioritas. Data dari WHO menunjukkan 500.000 hingga 1.000.000 orang per tahun di seluruh dunia telah mengalami keracunan pestisida. Sekitar 5.000-10.000 orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal. Kasus keracunan akut di Propinsi Bali dan Jawa untuk petani mencapai 41,43% (1988). Aktivitas cholinesterase dipengaruhi oleh faktor-faktor: tingkat bahaya suatu zat kimia, lama pemaparan, konsentrasi, respon individu, seringnya petani mengikuti pertemuan teknis dibidang pertanian, kondisi anemia, status gizi, tingkat kesehatan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis lama pemaparan, pengetahuan serta perilaku dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah bagian dari petani penyemprot hama padi dan bagian dari petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod. Variabel bebas adalah lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku sedangkan variabel terikat adalah aktivitas cholinesterase. Uji statistik menggunakan uji Chi Square dengan α = 0,05 dan Regresi Logistic Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar responden yaitu (68,8%) memiliki aktivitas cholinesterase normal. Ada hubungan antara aktivitas cholinesterase dengan lama pemaparan (p< 0,05; OR=15,845), lama menyemprot 4 jam/hari (p<0,05; OR=24,691), lama menyemprot 3 jam/hari (p<0,05; OR=27,021) dengan pengetahuan (p <0,05; OR = 6,152), perilaku (p<0,05; OR=23,294). Kesimpulan dari penelitian ini adalah lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku ada hubungannya dengan aktivitas cholinesterase darah. Disarankan Puskesmas yang mewilayahi Dusun Kerobokan dan Sari Kelod mengadakan penyuluhan tentang bahaya pestisida dan upaya meminimalkan dampak pestisida terhadap kesehatan. Kata kunci: Aktivitas cholinesterase, petani, pestisida
vii
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv ABSTRACT .............................................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii DAFTAR ISI.............................................................................................................viii DAFTAR TABEL...................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xiii DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................xiv BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang...................................................................................... 1 I.2. Identifikasi Masalah............................................................................. 5 I.3. Pembatasan Masalah............................................................................. 6 I.4. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT......................................................................... 8 II.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 8 II. 2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 8 II. 3. Manfaat Penelitian................................................................................ 9
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10 III.1. Pengertian Pestisida............................................................................ 10 III.2. Penggolongan Pestisida ..................................................................... 11 III.3. Karakteristik pestisida ........................................................................ 13 III.4. Cara Kerja Racun Pestisida ................................................................ 16 III.5. Bahaya Pestisida Terhadap Kesehatan ............................................... 18 III.6. Cholinesterase .................................................................................... 25 III.7. Faktor – faktor Yang Dapat Mempengaruhi Aktivitas Cholinesterase .................................................................................. 26 III.8. Penjamah Pestisida ............................................................................ 32 III.9. Pengamanan Penggunaan Pestisidai …………….............................. 32 III.10 Cara Pencegahan dan Pertolongan Pertama Kecelakaan ................... 35 III.11. Upaya Kesehatan Kerja ...................................................................... 37
BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS............................................... 40 IV.1. Kerangka Konseptual ........................................................................ 40 IV.2. Hipotesis ............................................................................................. 41
BAB V METODE PENELITIAN ............................................................................. 43 V.1. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian................................................ 43 V.2. Populasi Penelitian ............................................................................. 43 V.3. Sampel , Besar Sampel, Cara Penentuan Sampel dan Cara Pengambilan Sampel........................................................... 44
viii
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
V.4. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 46 V.5. Variabel Cara Pengukuran dan Definisi Operasional........................ 46 V.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ......................................... 49 V.7. Teknik Analisa Data ........................................................................... 50
BAB VI. HASIL PENELITIAN ............................................................................... 51 VI.1. Gambaran Umum ............................................................................... 51 VI.2. Karakteristik, Lama Pemaparan, Pengetahuan dan Perilaku Petani Penyemprot Hama ................................................................... 54 VI.3. Aktivitas Cholinesterase Menurut Jenis Petani.................................. 59 VI.4. Hubungan Lama Pemaparan Dengan Aktivitas Cholinesterase ....... 60 VI.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Aktivitas Cholinesterase ............. 62 VI.6. Hubungan Perilaku Dengan Aktivitas Cholinesterase ....................... 64
BAB VII. PEMBAHASAN ...................................................................................... 67 VII.1. Gambaran Umum ............................................................................... 67 VII.2. Karakteristik, Lama Pemaparan, Pengetahuan dan Perilaku Petani Penyemprot Hama ................................................................... 67 VII.3. Aktivitas Cholinesterase Menurut Jenis Petani ................................ 70 VII.4. Hubungan Lama Pemaparan Dengan Aktivitas Cholinesterase......... 73 VII.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Aktivitas Cholinesterase .............. 75 VII.6. Hubungan Perilaku Dengan Aktivitas Cholinesterase ....................... 77
BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 81 VIII.1. Kesimpulan......................................................................................... 81 VIII.2. Saran – saran ...................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 84
ix
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
V.1. Difinisi Operasional dan Cara Pengukuran...................................... 46 VI.1. Batas-batas wilayah Desa Mekarsari dan Pancasari, tahun 2005 ..... 51 VI.2 Luas wilayah Desa Mekarsari dan Desa Pancasari tahun 2005......... 52 . VI.3. Keadaan geografis Desa Mekarsari dan Desa Pancasari tahun 2005 . 52 VI.4. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Mekarsari dan Desa Pancasari................................................................................... 53 . VI.5. Distribusi penduduk berdasarkan golongan umur di Desa
Mekarsari dan Desa Pancasari 2005 .................................................. 53 VI.6. Jenis pestisida yang dipergunakan oleh petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006 ................................... 54
VI.7. Distribusi frekuensi umur petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 55 VI.8 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 56
VI.9. Distribusi frekuensi masa kerja petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 56 VI.10. Distribusi frekuensi lama menyemprot petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 57 VI.11. Distribusi frekuensi menyemprot petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 58 VI.12 Distribusi frekuensi petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 58
x
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Nomor Judul Tabel Halaman VI.13 Distribusi frekuensi perilaku petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 59 VI.14. Hubungan aktivitas cholinesterase dengan jenis petani di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.................... 60 VI.15. Hubungan masa kerja dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 60 VI.16. Hubungan lama menyemprot dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 61 VI.17. Hubungan frekuensi menyemprot dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 62 VI.18. Faktor-faktor pengetahuan petani penyemprot hama dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 63 VI.19. Hubungan pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 64 VI.20. Faktor-faktor perilaku petani penyemprot hama dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 64 VI.21 Hubungan perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 65 VI.22. Rekapan hasil analisis antara lama pemaparan pengetahuan dan perilaku petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006...................................................... 66 VII.1 Penelitian pembanding berdasarkan variabel pengetahuan tentang Pestisida tahun 2006 .......................................................................... 76 VII.2. Penelitian pembanding berdasarkan variabel perilaku dalam penanganan pestisida tahun 2006 ....................................................... 78
xi
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
III..1. Reaksi Cholinesterase………………………………………………..26
IV.1. Kerangka Konseptual penelitian…………………………………. 40
xii
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Hasil pemeriksaan aktivitas cholinesterase darah petani Penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod Tahun 2006.
2. Rekapan hasil penelitian petani penyemprot hama padi dan penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.
3. Hubungan jenis petani dengan aktivitas cholinesterase darah petani
penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.
4. Hubungan lama pemaparan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod
tahun 2006.
5. Hubungan pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod
tahun 2006. 6. Hubungan perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani
penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006. 7. Pedoman wawancara penelitian hubungan lama pemaparan pengetahuan
dan perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006.
8. Peta Desa Mekarsari dan Desa Pancasari.
xiii
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
DAFTAR ARTI LAMBANG SINGKATAN DAN ISTILAH
Daftar Arti Lambang % = persen ≥ = Lebih besar sama dengan > = Lebih dari < = Kurang dari Daftar Singkatan Menkes = Menteri Kesehatan PPM & PLP = Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman APD = Alat Pelindung Diri WIB = Waktu Indonesia Bagian Barat WHO = World Health Organization ILO = International Labour Organization Dep.Kes.RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia DDT = Dichloro Difenil Trichloretan Kg = Kilogram LD 50 = Lethal Dose 50 LC 50 = Lethal Concentration 50 CHP = Chlorinated Hydrocarbon Pesticides SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas PHT = Pengendalian Hama Terpadu BPTP = Balai Proteksi Tanaman Pangan OPT = Organisme Pengganggu Tanaman SGOT = Serum Glutamic Oksaloacetic Transaminase SGPT = Serum Glutamic Pyruvic Transaminase LDH = Laktic Dehydrogenase ISDP = Integrated Swamp Development Project
xiv
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangun kesehatan diselenggarakan berasaskan perikemanusiaan
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama dan
kekeluargaan, adil dan merata. Perikehidupan dalam keseimbangan, serta
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Menurut Undang-
undang no 23 tahun 1992 upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam pembangunan kesehatan
tersebut dihadapkan pada beban ganda yaitu masalah “tradisional” yang
berhubungan dengan penyakit menular dan masalah kesehatan “modern”
yang berhubungan dengan dampak negatif pembangunan yang dewasa ini di
dominasi oleh penyakit-penyakit yang berhubungan dengan lingkungan.
Salah satu masalah tersebut adalah gangguan terhadap kesehatan manusia
yang diakibatkan oleh pengelolaan pestisida yang kurang tepat, karenanya
faktor keamanan dalam pemakaian pestisida perlu mendapatkan prioritas.
Sangat disayangkan, di Indonesia kesadaran akan keselamatan kerja bagi
pengguna pestisida masih sangat rendah, barangkali hal ini disebabkan
dampak keracunan pestisida baru akan terlihat dalam jangka panjang. Data
yang dikumpulkan WHO menunjukkan 500.000 hingga 1.000.000 orang per
1
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
tahun di seluruh dunia telah mengalami keracunan pestisida. Sekitar 5.000-
10.000 orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal,
seperti kanker, cacat, kemandulan, dan liver. Pesticide Action Network
(PAN) melaporkan bahwa seluruh pekerja wanita pada sebuah perkebunan
di Malaysia telah mengidap penyakit kulit akibat sering bersentuhan dengan
pestisida (Novizan, 2002).
Pemakaian pestisida selama musim tanam untuk tanaman padi selama
3 tahun (2002-2005) cenderung menurun yaitu pada tahun 2003 sebanyak
5.837,65 kg/liter, tahun 2004 sebanyak 4.913,22 kg/liter, dan pada tahun 2005
sebanyak 4.590,85 kg/liter. Pemakaian pestisida untuk tanaman sayuran
cenderung berfluktuasi dan meningkat tajam yaitu pada tahun 2003
sebanyak 251.00kg/.liter, pada tahun 2004 sebanyak 196 kg/liter dan tahun
2005 sebanyak 586,90 kg/liter (BPTP, 2005).
Daerah penyebaran penggunaan pestisida semakin meningkat.
Penggunaan pestisida tersebut pada umumnya dapat memberikan manfaat
serta dukungan terhadap keberhasilan pembangunan dibidang pertanian,
kehutanan, perkebunan dan kesehatan masyarakat. Disisi lain penggunaan
pestisida yang salah dapat berakibat buruk terhadap manusia dan lingkungan.
Karena itu pengelolaan pestisida harus aman sehingga dampak negatif
terhadap kesehatan dan lingkungannya dapat diminimalkan.
Untuk mengatur pengelolaan pestisida yang memenuhi persyaratan
kesehatan, pemerintah telah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor 1350/Menkes/SK/XII/2001 tentang pengelolaan pestisida (Depkes,
2003)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Salah satu sasaran pengamanan pestisida adalah petani diantaranya
petani padi dan petani sayuran. Peranan petani padi dalam menghasilkan padi
sedemikian besar peranannya, karena hampir 70% kalori dan protein berasal
dari biji-bijian yang terpenting adalah padi, karena sekitar 55% kalori dan
50% protein berasal dari padi. Demikian pentingnya peranan beras sebagai
sumber pangan, menyebabkan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi
beras terus dikembangkan. Teknologi pengembangan produksi dilakukan
melalui pengairan, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk dan
pestisida, sehingga pestisida telah menjadi tumpuan dan harapan bagi tiap
usaha pengendalian tanaman (Alit, 2003). Menurut pengalaman Arijaya yang
diperoleh dari hasil wawancara menyatakan dalam pertumbuhan sampai
memanen padi intensitas penyemprotan bisa mencapai 4-10 kali tiap musim
panen di dalam satu produksi.
Tanaman sayuran sebagai bahan kelengkapan makanan pokok nasi,
besar sekali manfaatnya baik sebagai sumber gizi maupun untuk menambah
selera makan. Dalam pertumbuhan sampai mendapatkan hasil sayuran kobis
intensitas penyemprotan bisa mencapai 20-30 kali tiap musim panen di
dalam satu produksi. Pada dosis tertentu penumpukan pestisida di dalam
tubuh amat berbahaya bagi kesehatan sebab bahan kimia penyusun
pestisida adalah racun.. Dalam jangka panjang akumulasi bahan kimia
tersebut akan menyebabkan kanker dan janin yang cacat (www.geogle.5-9-
2005).
Suatu ilustrasi dapat digambarkan dalam kasus proyek pengembangan
rawa terpadu Integrated Swamp Development Project (ISDP) menyebutkan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
92% dari petani di Sumatra dan Kalimantan yang tergabung dalam proyek
ISDP melaporkan bahwa mereka mengalami pusing, mual, muntah-muntah,
pandangan mata kabur, ruam, gatal-gatal kulit, tenggorokan seperti terbakar,
nyeri dada, gemetar, dan sulit bernafas setelah menggunakan pestisida
(www.dte 5-9-2005). Kasus keracunan akut di Jawa dan Bali untuk petani
mencapai 41,43% (Soeprapto,1999). Hasil penelitian terhadap petani
penyemprot hama sayuran di Bali, dari 22 orang yang diperiksa 5 orang
(22,73%) keracunan ringan dengan aktivitas cholinesterase darah 62,5%
(Tambun, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keracunan akibat pestisida,
adalah tingkat bahaya suatu zat kimia, dosis (kadar dan lama paparan) dan
respon individu. Berdasarkan hasil percobaan lapangan Achmadi terhadap
petani, hasilnya menunjukkan penggunan pestisida jenis organofosfat
selama 1 jam dengan takaran yang seragam memperoleh hasil bahwa hal-hal
yang berhubungan dengan keracunan pestisida adalah umur petani,
penggunaan baju lengan panjang dan celana panjang (lebih tertutup).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi aktivitas cholinesterase adalah
seringnya petani mengikuti pertemuan teknis dibidang pertanian, kondisi
anemia, status gizi, tingkat infeksi kronis (Depkes, 1994), konsentrasi dan
lama pemaparan dengan pestisida mempengaruhi tingkat keracunan
(Siswanto, 1991) serta faktor lingkungan suhu (Siswanto, 1988).
Penggunakan alat pelindung diri pada petani penyemprot hama akan
mempengaruhi tingkat pemaparan dengan pestisida yang berarti
menghalangi terabsorpsinya pestisida tersebut ke dalam tubuh.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu diadakan pengkajian
lebih mendalam mengenai hubungan antara lama pemaparan, pengetahuan,
dan perilaku petani penyemprot hama padi maupun petani penyemprot
hama sayuran terhadap aktivitas cholinesterase.
I.2. Identifikasi Masalah
Dusun Kerobokan merupakan salah satu sentral petani padi di Desa
Mekarsari, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, sedangkan Dusun Sari
Kelod merupakan sentral petani sayuran di Desa Pancasari Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng. Jumlah petani padi di Desa Mekarsari
sebanyak1.794 orang (45%) dari 3.982 orang, sedangkan jumlah petani
sayuran di Desa Pancasari 1.263 orang (40 %) orang dari 3.179 orang.
Bertani padi merupakan salah satu mata pencaharian pokok Dusun
Kerobokan sedangkan bertanam sayuran merupakan salah satu mata
pencaharian pokok Dusun Sari Kelod. Hasil sayuran dijual ke Pasar
Pancasari, Pasar Candikuning dan Pasar Baturiti. Dalam proses
menghasilkan produksi, petani padi maupun petani sayuran hampir selalu
berhubungan dengan pestisida, sehingga kemungkinan besar petani padi
maupun petani sayuran mengalami keracunan pestisida.
Hasil penelitian terhadap petani penyemprot hama sayuran di Bali,
dari 22 orang yang diperiksa 5 orang (22,73%) keracunan ringan dengan
aktivitas cholinesterase darah 62,5% (Tambun, 2001).
Melihat perilaku petani padi maupun petani sayuran di Dusun
Kerobokan dan Dusun Sari Kelod dalam menyemprot tanaman
menggunakan pestisida, mengganggap bahwa pekerjaan menyemprot
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
merupakan pekerjaan rutin yang sudah lama ditekuni dan seolah-olah tidak
mendapatkan bahaya, hal ini dapat diamati perilaku petani tidak
menggunakan alat pelindung diri secara lengkap saat menyemprot maupun
saat pencampuran pestisida. Dari keadaan tersebut peneliti terdorong untuk
mengadakan penelitian tentang lamanya pemaparan, pengetahuan serta
perilaku petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama
sayuran terhadap pestisida, dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase
darah kedua kelompok petani tersebut.
I.3. Pembatasan Masalah
Dalam hal ini peneliti hanya membatasi pada faktor karakteristik
(umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan), lamanya pemaparan (masa kerja,
lama menyemprot, frekuensi menyemprot), pengetahuan (jenis pestisida,
takaran, jenis APD, arah penyemprotan, penyimpanan pestisida, jalan masuk
pestisida, kepedulian terhadap orang lain terhadap pestisida) perilaku
(konsentrasi pestisida, kebiasaaan memakai alat pelindung diri saat
menyemprot dan saat pencampuran, kebiasaan merokok, makan, minum saat
menyemprot, kebiasaan mandi dengan sabun setelah menyemprot, gejala
keracunan pestisida yang pernah dialami) pada petani penyemprot hama padi
dan petani penyemprot hama sayuran.
I.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
1.Apakah ada hubungan antara lama pemaparan dengan aktivitas
cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan
Dusun Sari Kelod?
2. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase
darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari
Kelod ?.
3. Apakah ada hubungan antara perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah
petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod ?.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT
II.1. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mempelajari hubungan antara lama pemaparan, pengetahuan dan
perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di
Dusun Kerobokan, Desa Mekarsari, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan
dan di Dusun Sari Kelod, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng, Propinsi Bali.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji karakteristik, lama pemaparan pestisida, pengetahuan dan
perilaku pada petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di
Dusun Sari Kelod.
b. Mengukur darah responden untuk mengetahui aktivitas cholinesterase
darah petani penyemprot hama serta menganalisis menurut jenis
petani di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod.
c. Menganalisis hubungan antara lama pemaparan dengan aktivitas
cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan
Dusun Sari Kelod.
d. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan aktivitas
cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan
Dusun Sari Kelod.
8
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
e. Menganalisis hubungan antara perilaku dengan aktivitas cholinesterase
darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari
Kelod.
II.2.Manfaat Penelitian
1. Bagi petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari
Kelod sebagai bahan masukan dalam usaha meminimalkan dampak
negatif dari pestisida khususnya dampak bagi kesehatan.
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan dan Buleleng melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten, sebagai masukan dalam rangka mengevaluasi,
merencanakan, mengembangkan program pembinaan dan pengawasan
bagi petani, khususnya petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan
di Dusun sari Kelod.
3. Bagi Fakultas dan peneliti sebagai kajian penelitian dalam rangka
mengembangkan keilmuan dibidang Epidemiologi terutama aktivitas
cholinesterase melalui pemeriksaan darah petani penyemprot hama di
Dusun Kerobokan dan di Dusun Sari Kelod.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah bahan beracun dan berbahaya yang bila tidak
dikelola dengan bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif, yang
akhirnya secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh terhadap
kesehatan dan kesejahteraan manusia (Depkes, 1994). Upaya pengamanan
pestisida ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif
pengelolaan pestisida terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan
lingkungan melalui usaha-usaha pengawasan terhadap tempat pengelolaan
pestisida dan pengendalian terhadap pencemaran dan keracunan pestisida
(Depkes, 1986).
Menurut Mukono (2000) secara harfiah pestisida berarti “pest
killing agent” atau bahan pembunuh hama. Kemudian batasan operasional
pestisida berkembang menjadi “semua bahan yang digunakan untuk
membunuh, mencegah, mengusir, mengubah hama dan atau bahan yang
digunakan untuk merangsang, mengatur dan mengendalikan tumbuhan”.
Menurut Depkes (2003) yang dimaksud dengan pestisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan
untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian –bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan.
10
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan,
mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman tidak termasuk pupuk.
4. Memberantas atau mencegah hama–hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
III.2. Penggolongan Pestisida
Pestisida sebagai sarana untuk mengendalikan jasad pengganggu
dapat digolongkan dalam berbagai cara sesuai peruntukannya yaitu:
berdasarkan sifat kimia, formulasi, jasad pengganggu sasaran (hama,
penyebab penyakit, gulma dan vector penyakit), zat pengatur tubuh dan
defolian (peluruh daun).
1. Penggolongan Berdasarkan Jenis Sasaran Hama
Menurut Mukono (2000) penggolongan pestisida berdasarkan jenis
sasaran hama adalah Rodentisida (racun binatang mengerat), Insektisida,
Herbisida, Fungisida dan Bakterisida, Nematisida, Zat pengatur tumbuh,
Defolian.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
a. Rodentisida
Terdapat lima senyawa anorganik yang digunakan sebagai racun tikus
yaitu seng fosfida, arsen trioksida, kalium fosfat, forforus dan barium
karbonat. Dua bentuk senyawa fosforus yaitu yang berwarna merah tidak
berbahaya, sedangkan yang berwarna kuning atau putih dapat merusak
hati, ginjal, jantung dan juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
jaringan tubuh secara cepat sehingga sangat berbahaya bagi manusia.
b. Insektisida
Insektisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
serangga. Senyawa insektisida terdiri dari beberapa golongan
berdasarkan susunan rumus bangunnya, diantaranya adalah organoklorin,
organofosfat dan karbamat.
c. Herbisida
Herbisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi gulma
(tanaman pengganggu).
d. Fungisida dan Bakterisida
Adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan jamur
patogen, tetapi senyawa ini juga dapat digunakan untuk mengendalikan
bakteri dan kuman lain pada tanaman.
e. Nematisida
Berdasarkan cara penggunaan nematisida dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu yang penggunaannya sebagai fumigan dan yang bukan
fumigan. Fumigan merupakan cara pengendalian yang mula-mula
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
digunakan untuk membasmi cacing tanah dan jasad pengganggu lain
yang berada dalam tanah.
f. Zat pengatur tumbuh
Meskipun senyawa ini bukan merupakan pestisida dalam arti yang
sebenarnya, tetapi karena senyawa ini digunakan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman serta mengatur pembuahan, maka dapat juga
digolongkan ke dalam pestisida.
g. Defolian
Defolian adalah senyawa peluruh daun yang mempunyai sifat dapat
mempercepat luruhnya daun tumbuhan seperi pada kapas, kedelai,
anggur atau tomat sehingga memudahkan untuk pemanenan hasil.
III.3. Karakteristik Pestisida
Menurut Novizan (2002) dalam menentukan jenis pestisida yang
tepat, perlu diketahui karakteristik pestisida, yang meliputi efektivitas,
selektivitas, fitotoksisitas, residu, persistensi, Lethal Dose (LD 50) dan
kompatabilitas.
1. Efektivitas
Merupakan daya bunuh pestisida terhadap organisme pengganggu
tanaman (OPT). Pestisida yang bagus seharusnya memiliki daya bunuh yang
cukup untuk mengendalikan OPT dengan dosis yang tidak terlalu tinggi,
sehingga memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan.
2. Selektivitas
Selektivitas sering disebut dengan istilah spektrum pengendalian,
merupakan kemampuan pestisida membunuh beberapa jenis organisme.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Pestisida yang disarankan dalam program pengendalian hama tanaman
(PHT) adalah pestisida yang bersifat selektif atau berspektrum sempit.
Berarti pestisida tersebut hanya membunuh OPT sasaran dan tidak
berbahaya untuk organisme lain dan aman bagi musuh alami OPT.
3. Fitotoksisitas
Fitotoksisitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi
pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang ditandai
dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida. Pestisida yang
sebaiknya digunakan adalah pestisida dengan fitotoksisitas yang rendah.
Beberapa jenis pestisida jika diaplikasikan dengan cara yang tidak tepat
akan merusak tanaman. Penyemprotan fungisida pada saat suhu udara
sangat panas akan menyebabkan daun tanaman menjadi kuning dan layu.
Penyemprotan herbisida 2,4 D padi antara tanaman padi seharusnya tidak
menimbulkan gulma yang tumbuh, kerusakan pada padi, jika menggunakan
dosis dan konsentrasi yang disarankan pada labelnya.
4. Residu
Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah penyemprot
hamaan yang akan bertahan sebagai racun sampai batas waktu tertentu.
Jenis residu pestisida terlalu lama bertahan pada bagian tanaman yang
disemprot akan berbahaya bagi manusia dan mahluk hidup lain, karena
residu pestisida akan termakan oleh manusia saat megkonsumsi hasil
pertanian. Jika racun pestisida terlalu cepat hilang dari bagian tanaman yang
disemprot, pestisida akan kehilangan efektivitasnya dalam pengendalian
OPT.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
5. Persistensi
Persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun
di dalam tanah. Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi akan sangat
berbahaya karena dapat meracuni lingkungan. Pestisida dengan bahan aktif
eldrin dan dieldrin dapat bertahan di dalam tanah dan aktif dalam bentuk
racun selama 10 tahun, karena itu jenis ini dilarang oleh pemerintah.
6. Resistensi
Resistensi merupakan kekebalan OPT terhadap aplikasi suatu jenis
pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkan resistensi OPT
sebaiknya tidak digunakan.
7. LD 50 dan LC 50
LD 50 berarti dosis yang dapat mematikan 50% dari jumlah mamalia
percobaan (biasanya tikus). Program PHT menginginkan pestisida dengan
LD 50 yang tinggi artinya hanya pada dosis yang sangat tinggi pestisida
tersebut dapat mematikan mamalia. Dengan kata lain daya racunnya
terhadap manusia dan binatang lain lebih rendah.
Menurut Siswanto (1991) Lethal Concentration (LC 50) suatu zat
adalah aktivitas atau konsentrasi (ppm) zat kimia tersebut dalam udara yang
diharapkan dapat menyebabkan kematian pada 50 % binatang percobaan
dari suatu group spesies yang tepapar (melalui inhalasi atau penghirupan)
aktivitas tersebut pada waktu tertentu. Klasifikasi pestisida menurut WHO
dapat dilihat pada tabel III.1. berikut:
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel III.1. Klasifikasi pestisida menurut WHO
LD 50 (mg/kg BB, tikus) Oral Dermal
Tingkat bahaya
Padat Cairan Padat Cairan IA =sangat bahaya <5 <20 <10 <40 IB =bahaya tinggi 5-50 20-200 10-100 40-400 II =bahaya sedang 50-500 200-2000 100-1.000 400-4000 III =bahaya rendah >500 >2000 >1000 >4000
Sumber: Siswanto, 1991
8. Kompatabilitas
Kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk
dicampur dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif.
Informasi tentang jenis pestisida yang dapat dicampur dengan pestisida
tertentu biasanya terdapat pada label di kemasan pestisida.
III. 4. Cara Kerja Racun Pestisida
Menurut Novizan (2002) cara kerja racun pestisida meliputi racun
kontak, racun pernafasan, racun lambung, racun sistemik.
1. Racun Kontak
Pestisida jenis ini akan bekerja dengan baik jika terkena atau kontak
langsung dengan bagian tubuh OPT sasaran, sehingga sebaiknya dipakai
untuk OPT yang berada di permukaan tanaman. Insektisida jenis ini tidak
begitu efektif untuk mengendalikan OPT yang berpindah-pindah dan
terbang, seperti belalang dan kumbang, kecuali jika serangga jenis ini
hinggap pada tanaman yang masih menyimpan residu pestisida, sehingga
terjadi kontak antara serangga dan insektisida. Insektisida jenis ini sangat
efektif untuk mengendalikan serangga yang menetap seperti ulat, grapyak,
kutu daun, dan semut, karena begitu disemprotkan, insektisida langsung
menyentuh tubuh hama.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Selain pada insektisida, cara kerja seperti ini dimiliki oleh fungisida
dan herbisida. Herbisida racun kontak hanya mematikan bagian gulma yang
terkena semprot, sehingga penyemprotan hama harus merata dan hanya
cocok digunakan untuk gulma yang tidak berkembang biak melalui
perakaran seperti gulma berdaun lebar.
2. Racun Pernafasan
Cara kerja racun pernafasan hanya dimiliki oleh insektisida dan
rodentisida. Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga jika terhirup
melalui organ pernafasannya. Waktu aplikasinya menjadi penentu
keberhasilan pengendalian dengan pestisida jenis ini.
Jika pestisida ini disemprotkan bukan pada waktu puncak aktivitas hama,
efektivitasnya akan berkurang. Racun pernafasan sering juga disebut
fumigan dan sering digunakan untuk mengendalikan hama gudang. Fumigan
juga dapat dipakai untuk melakukan sterilisasi tanah untuk mematikan hama
yang ada di dalam tanah.
3. Racun Lambung
Racun yang terdapat di dalam pestisida ini baru bekerja jika bagian
tanaman yang telah disemprotkan termakan oleh OPT, sehingga racun yang
ada pada permukaan daun ikut terrmakan. Beberapa insektisida dan
rodentisida bekerja dengan cara ini.
4. Racun Sistemik
Cara kerja seperti ini dapat dimiliki oleh insektisida, fungisida, dan
herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian
tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
daun sehingga dapat membunuh OPT yang berada di dalam jaringan
tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan
mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.
Bagian tanaman atau cairan tanaman menjadi racun lambung bagi serangga.
Sehingga sangat tepat untuk mengendalikan serangga penggerek yang
berada di dalam batang. Racun sistemik memiliki toksisitas yang lebih
rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan yang lain.
Sedangkan pada herbisida, jenis sistemik dapat mematikan bagian tanaman
yang berada di atas dan di bawah permukaan tanah, sehingga sangat tepat
untuk mengendalikan gulma yang menyebar melalui organ yang ada di
bawah tanah, seperti teki dan alang-alang.
5. Herbisida Purna-tumbuh dan Pra-tumbuh
Pada herbisida dikenal kelompok herbisida purna-tumbuh (post
emergence) dan herbisida pra tumbuh (pre emergence). Herbisida purna
tumbuh hanya dapat mematikan gulma yang telah tumbuh dan memiliki
organ yang sempurna seperti akar, cabang dan daun. Sedangkan herbisida
pra tumbuh mematikan biji gulma yang belum berkecambah.
6. Racun Antikoagulan
Racun antikoagulan merupakan cara kerja yang umum dari
rodentisida. Racun ini bekerja dengan cara menghambat proses pembekuan
darah.
III.5. Bahaya Pestisida Terhadap Kesehatan
Menurut Siswanto (1991) bahaya suatu zat kimia adalah
kemungkinan zat kimia tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
organisme hidup atau efek kesehatan yang merugikan, pada saat zat kimia
tersebut digunakan dan diolah. Tingkat bahaya suatu zat kimia selain
tergantung dari toksisitasnya, tetapi juga tergantung dari dosis (aktivitas x
lamanya pemaparan) dan respon individu. Bahaya pestisida dibedakan
menurut jenis pestisida berdasarkan sasaran yaitu: insektisida, herbisida,
rodentisida, fungisida
1. Insektisida
a. Organoklorin
Di Indonesia pemakaian pestisida (insektisida) golongan organoklorin
telah dilarang kecuali untuk beberapa keperluan dan untuk pemakaian
yang terbatas. Ijin pemakaian insektisida golongan ini dikeluarkan
oleh Menteri pertanian/komisi pestisida, dan ijin khusus ini hanya
diberikan pada pemakaian yang terbatas (dieldrin, klordan,
endosulfan) dan pada saat tertentu misalnya DDT (Depkes).
Cara masuk kedalam tubuh :
1). Saluran pernafasan (Inhalation)
2). Saluran pencernaan (Ingestion)
3). Absorpsi melalui kulit (Skin Absorption)
Pada dosis yang adequat, insektisida ini akan mengganggu transmisi
axonik impuls-impuls syaraf sehingga fungsi sistem syaraf terutama
sistem syaraf pusat (otak) akan terganggu. Gangguan ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan pada perilaku, fungsi, sensoris dan
keseimbangan, aktivitas otot-otot (involuntary muscles), depresi pusat
pernafasan, meningkatnya kepekaan otot jantung (miocardium) dan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
degeneratif pada hati. Tanda-tanda dan gejala keracunan adalah: rasa
takut, sakit kepala, pusing, gelisah, rasa kesemutan, gangguan orientasi,
gemetar, fasikulasi otot local, kejang, koma. Bila tertelan gejala-gejala
yang menyolok adalah mual dan muntah. Pada keracunan insektisida
organoklorin, kematian biasanya disebabkan karena terjadinya depresi
pernafasan, dan depresi pernafasan ini dapat disebabkan oleh
insektisidanya sendiri maupun oleh bahan pelarut organik yang
digunakan. Pada keracunan yang sedang sampai berat, penderita akan
tampak pucat, dan kulit serta membran mukosa berwarna kebiru–biruan
karena gangguan pernafasan pada saat penderita mengalami kejang.
Keracunan kronik dapat dialami misalnya oleh para penyemprot hama
pestisida dan petani. Keracunan kronik, gejala-gejala yang timbul
adalah tidak spesifik seperti sakit kepala, sulit tidur, pusing, sulit
berkonsentrasi dan mual. Gejala-gejala ini ditemukan pada penyemprot
hama pestisida, maka sebaiknya dianggap sebagai gejala-gejala
keracunan chorinated hydrocarbone pesticides (CHP) yang ringan dan
penderita disarankan agar untuk sementara waktu tidak terpapar
pestisida lagi dan selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
b. Organofosfat.
Cara masuk ke dalam tubuh :
1). Melalui kulit yang normal (Intact skin)
2). Melalui saluran pernafasan (Inhalation)
3). Melalui saluran pencernaan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Pestisida organofosfat dalam tubuh akan mengikat enzyme acetyl
cholinesterase yang terdapat dalam darah (sel darah merah dan plasma
darah), dan ikatan antara pestisida ini dengan acetylcholinesterase/
cholinesterase sifatnya adalah irreversible. cholinesterase adalah suatu
enzyme yang berfungsi untuk menghidrolisis acetylcholine menjadi
choline dan asetic acid (asam cuka). Dengan terbentuknya
ikatan/kompleks pestisida organofosfat-cholinesterase ini, maka akan
terjadi akumulasi acetylcholine dalam cholinergic neuro effector
junctions, skeletal muscle myoneural junctions (nicotinic effects). dan
automic ganglia (muscarinic effects). Disamping itu, persenyawaan
organofosfat dapat pula menyebabkan gangguan pada fungsi sistem
syaraf pusat. Semua pestisida organofosfat dalam tubuh (hati, jaringan
tubuh lainnya) akan mengalami hydrolitic degradation beberapa jam
setelah diabsorbsi dan membentuk metabolit-metabolit yang toksisitasnya
rendah serta produk degradasi ini selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh
(exreted) melalui air seni (urine) dan tinja (feces). Namun beberapa
pestisida organofosfat dalam tubuh akan diubah menjadi intermidiates
yang lebih toksik sebelum pestisida-pestisida tersebut dimetabolisir.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi toksisitas pestisida
organofosfat antara lain adalah obat-obatan (chlorpromazine/largactil,
aminophyline, morphine dan reserpne), dan radiasi non ionisasi
(ultraviolet, visible light, dan infra merah). Radiasi non-ionisasi dapat
menyebabkan pelebaran pembuluh-pembuluh darah kulit sehingga hal ini
akan mempercepat absorpsi melalui kulit.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Pada pemaparan akut efek sistemik biasanya timbul 30 menit
(melalui inhalasi), 45 menit setelah tertelan dan kurang lebih 2-3 jam
setelah kontak dengan kulit. Absorbsi melalui kulit biasanya terjadi
secara lambat kecuali bila pekerja menderita dermatitis atau bekerja
ditempat kerja yang panas/sangat panas. Bila gejala timbul setelah 6-8
jam pemaparan, maka diagnosis keracunan sulit/tidak dapat ditegakkan.
Keracunan insektisida organofosfat antara lain ditandai dengan gejala-
gejala seperti: sakit kepala, pusing, badan terasa sangat lemah, gangguan
koordinasi otot/sempoyongan, pupil mengecil, penglihatan kabur, tremor,
kejang pada otot, bingung atau gelisah, mual, muntah, mencret, kejang
pada perut, pengeluaran keringat berlebih, sesak nafas, pilek, batuk
disertai dahak, sembab paru, wheezing, denyut jantung menjadi lambat,
ketidakmampuan buang air besar dan buang air kecil. Pada keracunan
yang berat akan timbul gejala-gejala seperti menurunnya kesadaran
secara mendadak, toxic psycosis yang menyerupai acute alcoholism,
bradikardi yang hebat dan heart block. Depresi pernafasan dapat
disebabkan oleh zat aktif (toxicant) dan oleh bahan pelarut organik yang
digunakan. Pada dosis yang sedang pemaparan terus menerus akan
menimbulkan gejala-gejala yang menyerupai flu seperti badan lemah,
nafsu makan berkurang, dan badan terasa tidak enak.
c. Karbamat
Cara masuk karbamat dalam tubuh :
1). Melalui saluran pernafasan (Inhalasi)
2). Melalui saluran pencernaan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
3). Melalui kulit
Seperti halnya pada pestisida organofosfat, pestisida ini dalam tubuh
akan mengikat enzyme acetylcholinesterase dan ikatan carbamyl-enzyme
ini sifatnya adalah reversible. Ikatan carbamyl-enzyme ini dapat
mengadakan disosiasi (desociation) sehingga akan mengurangi toksisitas
karbamat, dan juga kurang bermanfaat jika digunakan sebagai parameter
untuk menegakkan diagnosis keracunan karbamat. Beberapa insektisida
golongan karbamat menggunakan methyl alcohol sebagai pelarut
sehingga gejala-gejala keracunan yang timbul tidak hanya disebabkan
oleh zat aktifnya, tetapi juga oleh pelarut (metanol) tersebut (iritasi yang
hebat pada saluran pencernaan, acidosis, dan kerusakan pada sistem
syaraf pusat).
Tanda-tanda dan gejala-gejala keracunan karbamat sama dengan
gejala keracunan insektisida golongan organofosfat dengan perbedaan
yakni pada keracunan karbamat, gejala-gejala yang timbul tidak
berlangsung lama. Walaupun gejala-gejala keracunan cepat menghilang,
kematian tetap dapat terjadi karena gejala-gejala keracunan timbul
dengan cepat, kematian biasanya disebabkan oleh depresi pernafasan dan
penderita tidak segera ditolong. Oleh sebab itu pertolongan pertama dan
pengobatan jangan sampai terlambat diberikan.
2. Herbisida
Persenyawaan ini dalam tubuh akan mengikat dan menyebabkan
kerusakan pada jaringan-jaringan epitel kulit, kuku, mata, hidung, mulut,
saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tanda-tanda dan gejala keracunan adalah kulit menjadi kering dan
pecah-pecah serta mudah melepuh, perubahan warna dan kelainan bentuk
kuku serta kuku mudah lepas. Pada kuku sering timbul garis-garis
melintang yang berwarna putih. Pada mata peradangan pada konjunktiva
dan kornea yang timbul dalam waktu 12-48 jam setelah kontak. Bila
paraquat yang tertelan, maka segera timbul gejala-gejala iritasi pada
saluran pencernaan seperti mual, muntah, rasa sakit pada mulut, dada,
perut dan mencret, serta tinja kadang-kadang berwarna hitam karena
perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas dan otot-otot terasa sakit.
Kerusakan hati dan ginjal biasanya terjadi 48-72 jam setelah paraquat
tertelan. Kerusakan ginjal ditandai dengan albumiuria (air seni
mengandung albumin), hematuria (air seni mengandung darah) pyuria (air
seni mengandung nanah). Bila terjadi oliguria (produksi air seni
berkurang) maka hal ini menunjukkan adanya keracunan paraquat yang
hebat. Kerusakan hati ditandai dengan jaudice (penyakit kuning), SGOT,
SGPT, alkalinephospatase serta LDH akan meningkat. Efek pada ginjal
dan hati biasanya reversible
3. Rodentisida
Absorpsi racun ini melalui mukosa saluran pencernaan adalah baik,
dan penyerapan terjadi beberapa menit setelah tertelan serta berlangsung
sampai 2-3 hari. Tanda-tanda keracunan adalah: pendarahan hanya akan
timbul bila telah terjadi absorbsi yang berlebihan dan terjadi di berbagai
jaringan/organ tubuh seperti selaput lendir hidung dan gusi, saluran
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
pencernaan saluran pernafasan, saluran kemih, perdarahan pada ginjal, sakit
perut dan pinggang, badan lemah..
III.6. Cholinesterase
Cholinesterase adalah suatu enzyme yang berfungsi untuk menghidrolisis
acetylcholine menjadi choline dan asetic acid (asam cuka). Menurut Soeprapto
(1999) pengaruh utama organofosfat ini pada tubuh manusia ialah pada enzyme
acetylcholinesterase (AchE) atau cholinesterase saja (ChE). Enzyme ini paling
sedikit terdapat pada tiga tempat, yaitu ChE yang terdapat synaps, plasma darah
dan sel darah merah. Masuknya pestisida bisa melalui kulit, terhirup lewat
pernafasan dan termakan lewat mulut. Begitu racun ini terserap, segera mengikat
sebagian enzyme ChE yang terdapat baik dalam plasma darah, sel darah merah
maupun di synaps/jaringan syaraf, sehingga enzyme ChE tersebut menjadi tidak
aktif artinya tugas utama enzyme ChE untuk menghidrolisa acetylcholine (ACh)
mengalami kelumpuhan yang berakibat penumpukan ACh pada receptor sel otot
dan kelenjar. Jadi jelasnya efek organofosfat akan mengikat enzyme ChE dan
menghambat fungsi (kerja) enzyme ChE dan ikatan ini bersifat irreversible yang
artinya enzyme ChE yang terikat oleh pestisida tersebut tidak dapat berfungsi
normal tanpa dipisahkan terlebih dahulu dari ikatan tersebut.
Dengan adanya reaksi ini, pestisida golongan organofosfat disebut sebagai
anti cholinesterase. Ikatan pestisida golongan organofosfat dengan enzyme ChE
akibat reaksi fosforilasi disebut “phosphorilated cholinesterase”
Acetylcholine (ACh) yang dalam keadaaan normal dapat dihidrolisa oleh
enzyme ChE. Enzyme ChE adalah neurohormon yang terdapat diantara ujung-
ujung syaraf dan otot bekerja sebagai chemical mediator yang fungsinya
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
meneruskan rangsangan syaraf/impuls ke receptor sel otot dan kelenjar. Untuk
menghentikan rangsangan syaraf/impuls itu ACh harus dipecah (dihidrolisis) oleh
enzyme ChE. Bila tidak dihidrolisa rangsangan tersebut akan terus berlanjut dan
bila keadaan ini berkepanjangan akan bereakibat memperpanjang efek rangsangan
pada syaraf cholinergik pre dan post ganglion, reaksi yang sederhana adalah
sebagai berikut :
cholinacetylase acetylcholine choline dan asetic acid cholinesterase Fosforilasi pestisida organofosfat ( = anti cholinesterase ) Gambar III.1 : Reaksi cholinesterase. Sumber : Soeprapto, 1999
III.7. Fakor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Aktivitas Cholinesterase
1. Umur
Menurut penelitian Achmadi dalam Depkes (1994) menyatakan bahwa
semakin tua usia maka akan memiliki aktivitas rata-rata cholinesterase
lebih rendah.
2. Pengetahuan dan Perilaku
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmojo,
2003). Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan,
pendapatan dan informasi (Notoatmojo, 1990).
b. Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan (Notoatmojo, 2003) yakni :
1). Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2). Interes, dimana orang mulai terarik kepada stimulus
3). Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya), hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4). Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5). Adoption dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengertian perilaku adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (over behavior). Untuk tewujudnya sikap agar menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan antara lain fasilitas. Tindakan ada beberapa
tingkatan.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
a). Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan
yang diambil.
b). Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh.
c). Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis atau sesuatu sudah merupakan kebiasaan
d). Adaptasi
Merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik
3. Lama Paparan
Menurut Depkes (1993) tercantum bahwa waktu kontak dengan
pestisida maksimal 5 jam perhari dan 5 hari dalam seminggu.
Menurut Suma’mur (1986) lamanya seseorang bekerja sehari
secara baik pada umumnya 6-8 jam, sisanya 16-18 jam dipergunakan
untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur da lain-
lain. Dengan memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut
biasanya tidak disertai dengan efisiensi yang tinggi bahkan biasanya
terlihat penurunan produktifitas serta kelemahan kerja. Makin lama masa
kerja makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak dinginkan.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Menurut Depnaker (1986) petugas pemberantasan hama tidak
boleh mengalami pemaparan lebih dari 5 jam sehari dan 30 jam dalam
seminggu. Karena dengan pemaparan yang terlalu lama kemungkinan akan
terjadi penurunan aktivitas cholinesterase darah akibat akomulasi pestisida
di dalam darah.
4. Dose Respon Relationship
Menurut Mukono (2000) karakteristik paparan dan efek bersama-
sama yang membentuk suatu hubungan korelasi sering disebut sebagai
“hubungan dosis-respon”. Hubungan dosis respon merupakan konsep
dasar dalam toksikologi. Dengan mempelajari dan mengerti bentuk
hubungan dosis-respon akan membantu untuk mendalami studi mengenai
bahan-bahan toksik.
Pengertian dosis-respon dalam toksikologi adalah proporsi dari
sebuah populasi yang terpapar dengan suatu bahan dan akan mengalami
respon spesifik pada dosis, interval waktu dan pemaparan tertentu.
5. Alat Pelindung diri
a. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Menurut Siswanto (1991) telah diketahui bahwa alat pelidung diri
(APD) dapat menimbulkan berbagai masalah misalnya rasa
ketidaknyamanan, membatasi gerakan dan persepsi sensoris dari
pemakainya. Pakaian kerja yang dianjurkan untuk penyemprot hama
hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga menutupi hampir seluruh
bagian dari tubuh, untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada kulit.
b. Perlengkapan Perlindungan Pestisida
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Menurut Depkes (1993) perlengkapan pelindung pestisida yang
tersedia harus terdiri dari :
1). Pelindung kepala (topi)
2). Pelindung mata (goggles)
3). Perlindungan pernafasan (respirator)
4). Pelindung badan (baju “overall/apron )
5). Pelindung tangan (gloves)
6). Pelindung kaki (sepatu Boot).
Setiap perlengkapan pelindung yang akan dipergunakan harus
dalam keadaan bersih dan tidak rusak. Jenis perlengkapan yang
digunakan minimal sesuai dengan petunjuk pengamanan yang terletak
pada label brosur pada pestisida tersebut. Setiap kali selesai digunakan
perlengkapan pelindung dicuci dan disimpan ditempat khusus.
6. Kebisaan saat menyemprot dan setelah menyemprot
Untuk menghindari dampak buruk akibat pemakaian pestisida, selain
penerapan pengelolaan hama terpadu (PHT) untuk mengurangi dampak
petisida, kaedah-kaedah keselamatan kerja perlu diperhatikan antara lain
tidak diperkenankan merokok, makan dan minum selama menangani
pestisida. Cucilah tangan dan muka menggunakan sabun jika ingin makan,
minum dan merokok (Novisan, 2002). Setelah melakukan penyemprotan
hama segera membersihkan badan dengan mandi sampai bersih dengan
memberikan perhatian khusus pada bagian-bagian yang mungkin terkena
pestisida, seperti tangan/lengan dan wajah (Depkes, 2003).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
7. Suhu
Suhu lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan
permasalahan daripada lingkungan yang dingin. Lingkungan kerja yang
panas dan lembab tidak saja akan merugikan produkstivitas kerja, tetapi
juga dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan dan keselamatan kerja
(Siswanto, 1988). Suhu lingkungan kerja yang tinggi dapat mempermudah
penyerapan pestisida melalui kulit, hal ini akhirnya akan dapat
mempengaruhi aktivitas cholinesterase darah tenaga kerja.
8. Pengawasan dan Pembinaan
Kegiatan pengawasan dan pembinaan pengelolaan pesisida yang
belum memadai dapat mempengaruhi terjadinya dampak negatif
pengelolaan pestisida
9. Anemia
Penelitian terhadap petani memperoleh hasil bahwa petani yang
tidak anemia secara tak langsung mendapatkan efek yang lebih rendah.
Petani yang anemia kerap memiliki resiko lebih besar, bila bekerja dengan
pestisida jenis organofosfat karbamat.
10. Gizi
Petani bergizi baik memiliki kecenderungan untuk mendapatkan resiko
lebih rendah daripada petani yang bergizi kurang baik.
11. Tingkat Kesehatan
Petani yang tidak menderita penyakit infeksi kronik juga cenderung
memiliki resiko kerap yang lebih kecil bila bekerja dengan pestisida
organofosfat dan karbamat (Depkes, 1994).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
III.8. Penjamah Pestisida
Pengertian penjamah pestisida menurut Depkes (1993) adalah orang
atau tenaga kerja yang pekerjaannya mengharuskan mereka untuk
berhubungan dengan pestisida, syarat penjamah pestisida adalah :
1. Orang dewasa yang dapat membaca dan menulis
2. Berbadan sehat dan menjalani pemeriksaan kesehatan berkala
3. Waktu kontak dengan pestisida maksimal 5 jam perhari dan 5 hari dalam
seminggu.
4. Sewaktu menangani pestisida yang relatif sangat berbahaya tidak bekerja
sendiri (minimal 2 orang).
5. Sewaktu menangani pestisida diharuskan menggunakan perlengkapan
perlindungan pestisida sesuai dengan yang diisyaratkan.
III.9. Pengamanan Penggunaan Pestisida
Berdasarkan Depkes (2003) pedoman pengamanan penggunaan
pestisida meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan paska pelaksanaan.
1. Persiapan
Pengamanan penggunaan pestisida yang paling awal dilakukan
sebelum pelaksanaan penyemprotan adalah langkah persiapan. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam persiapan antara lain:
a.. Pengadaan/pembelian pestisida.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
b. Penyediaan alat meliputi alat aplikasi pestisida, alat bantu pencampuran
pestisida, alat pelindung diri, pemahaman arti gambar dalam label
kemasan antara lain simbol gambar. Simbul gambar terdiri dari: sangat
beracun, beracun, berbahaya. Pernyataan kelas bahaya meliputi: sangat
berbahaya sekali, berbahaya sekali, berbahaya, cukup berbahaya, tidak
berbahaya pada penggunan normal.
c. Pengangkutan pestisida
d.Penyimpanan pestisida meliputi: penyimpanan skala kecil,
penyimpanan skala besar.
2. Pelaksanaan
a. Cara mencampur pestisida
Formulasi pestisida yang diaplikasikan/dicampur dengan air adalah
pekatan yang dapat diemulsikan/emulsiable consentrrate (EC), pekatan
yang dapat disuspensi/wattable powder (WP), tepung yang dapat larut
dalam air /soluble powder (P), pekatan yang larut dalam air/water soluble
consentrate (WSC).
Langkah-langkah pencampuran pestisida: pengenceran disesuaikan
dengan konsentrasi atau dosis yang disarankan dalam kemasan, apabila
ingin dicampur dengan bahan lain, misalnya surfaktan, perhatikan
petujuk dalam label. Biasanya dalam label dituliskan bisa tidaknya
dicampur dengan bahan lain. Waktu mencampur pestisida pilihlah tempat
yang sirkulasi udaranya lancar, pakailah alat pelindung diri yang sesuai,
jauhkan dari anak-anak, tiap terjadi kontaminasi segera dicuci.
b. Cara Aplikasi
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan disemprot,
pastikan alat dalam keadaan baik (tidak bocor) waktu paling baik
penyemprotan, dilakukan pada pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari
pukul 15.00-18.00 WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau sore akan
mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan
terlalu lama mengering dan mengakibatkan tanaman yang disemprot
keracunan. Jangan melakukan penyemprotan saat angin kencang karena
banyak pestisida yang tidak mengenai sasaran. Jangan menyemprot
dengan melawan arah angin, karena cairan semprot bisa mengenai orang
yang menyemprot. Jangan makan dan minum atau merokok pada saat
penyemprotan. Gunakan alat pengaman berupa masker penutup hidung
dan mulut, kaos tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan
panjang. Jangan mengusap bagiaan tubuh (mata, mulut) dengan tangan
sewaktu melakukan penyemprotan.
3. Paska Pelaksanaan
Setelah selesai melakukan aplikasi dan sebelum menanggalkan
pakaian pelindung, yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Setiap sisa campuran yang ada pada alat aplikasi dan pada alat
campuran, segera dikubur dalam tanah sesuai dengan aturan.
b. Cucilah alat aplikasi dan alat campur bagian luar dan dalam alat
aplikasi dan wadah pencampuran buang air cuciannya secara aman
dan jangan membuang ke saluran pengairan, kolam dan sumber air
(irigasi).
c. Hancurkan wadah bekas pestisida yang kosong dan dikubur.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
d. Wadah/ember yang digunakan untuk mencampur bahan pestisida
jangan dipakai untuk keperluan lain.
e. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk menyemprot, dan
mandilah sampai bersih dengan memberikan perhatian khusus pada
bagian-bagian yang mungkin terkena pestisida, seperti tangan/lengan
dan wajah.
f. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau
detergent, terpisah dari pakain sehari-hari.
g. Setiap sisa campuran yang ada dalam aplikasi atau alat campur
dikubur dalam tanah sesuai dengan ketentuan.
III.10. Cara Pencegahan dan Pertolongan Pertama Kecelakaan
1. Cara Pencegahan
Menurut Suma’mur (1986) cara-cara pencegahan keracunan oleh
racun-racun hama yang mungkin menghinggapi pekeja pertanian,
perkebunan dan kehutanan sebagai berikut :
a. Penyimpanan racun-racun hama
1). Racun-racun harus disimpan dalam wadah-wadah yang diberi tanda,
sebaiknya tertutup dan dalam lemari terkunci.
2). Campuran racun dengan tepung atau makanan tidak boleh disimpan
dekat dengan makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya
paling berbahaya. Tanda-tanda harus jelas biar untuk mereka yang
buta huruf sekalipun.
3). Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus
dibakar, agar racun-racun musnah sama sekali.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
4). Penyimpanan-penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau
minuman seperti di botol-botol, sangat berbahaya
b. Pemakaian alat-alat pelindung diri :
1). Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama
melakukan pencampuran kering bahan-bahan racun.
2). Pakailah pakaian pelindung, kaca mata, dan sarung tangan terbuat dari
neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan tersebut
dengan minyak atau pelarut-pelarut organis. Pakaian pelindung harus
dibuka dan dicuci sempurna sebelum makan.
3). Pakailah respirator, kaca mata, baju pelindung, dan sarung tangan
selama menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol,
jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut. Alat-
alat pelindung harus terbuat dari karet, apabila yang dikerjakan chlor
hidrokarbon terbuat dari neopren atau bahan-bahan yang tahan
gemuk/minyak, apabila digunakan pelarut organis, ester fosfat dan
devirat-devirat indane sangat beracun.
c. Cara pencegahan sampai ketingkat yang membahayakan
Menurut Depkes (2003) pencegahan keracunan pestisida sampai ke
tingkat yang membahayakan kesehatan perlu memperhatikan :
1). Apabila sewaktu melakukan penyemprot hamaan badan terasa sakit
sekalipun hanya demam atau flu ringan hentikan pekerjaan dan
pergilah ke Puskesmas terdekat/dokter.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
2). Petani penyemprot hama yang merasakan pusing, mual, muntah,
tangan gemetar (tremor), tidak boleh melakukan penyemprotan
selama 1(satu) minggu sampai gejala-gejala tersebut hilang.
3). Usahakan minimal 6 (enam) bulan sekali diperiksa darah untuk
mengetahui aktivitas cholinesterase untuk melihat tingkat keracunan.
2. Pertolongan Pertama Keracunan Pestisida
Apabila anggota badan atau mata terpercik pestisisida atau tertelan atau
terhisap, lakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Tanggalkan pakaian yang terkena pestisida dan cucilah bagian tubuh
yang terkena dengan air dan sabun secara menyeluruh sampai bersih, dan
usahakan agar pasien tetap bertenaga.
b. Apabila pestisida mengenai mata basuhlah segera dengan air bersih
selama 15 menit.
c. Apabila pestisida tertelan dan masih sadar segera usahakan pemuntahan
dengan memberikan minum segelas air hangat dan diberi satu sendok
garam dapur atau dengan cara menggelitik tenggorokan dengan jari
tangan yang bersih. Usahakan terus pemuntahan sampai cairan
pemuntahan menjadi jernih.
d. Apabila pestisida terhisap bawalah penderita keruangan yang berudara
segar dan bila perlu berikan pernafasan buatan melalui mulut atau dengan
pemberian oksigen.
e Selajutnya segera hubungi atau bawa orang yang keracunan tersebut ke
dokter atau petugas medis yang berwenang, apabila mungkin bawalah
dan tunjukkan label pestisidanya kepada dokter tersebut.
f. Jangan diberi sesuatu melalui mulut penderita yang tidak sadar/pingsan,
segera penderita dibawa ke dokter.
III.11.Upaya Kesehatan Kerja
Upaya kesehatan kerja merupakan upaya yang ditujukan terhadap
peningkatan derajat pekerja dengan sasaran akhir adalah meningkatkan
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
produktifitas kerja dan efisiensi kerja sesuai dengan Undang-undang No 23
Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 yaitu upaya kesehatan kerja adalah
upaya penyesuaian kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat sekelilingnya agar diperoleh produksi kerja
yang optimal.
Menurut Novizan (2002) keselamatan kerja dalam pemakaian
pestisida pada petani adalah pada saat berhadapan dengan pestisida.
Perhatian petani dan praktisi pertanian umumnya tertuju pada masalah
pengendalian OPT yang menyerang tanaman, sehingga keselamatan kerja
dan perencanaan lingkungan tidak mendapat perhatian. Pemakaian pestisida
menjadi rutinitas yang seolah-olah tidak mendapatkan bahaya. Bahkan
sering terlihat petani melakukan kebiasaan berbahaya pada saat menangani
pestisida, seperti merokok pada saat menyemprot. Mencuci tangkai alat
semprot di sungai, atau membuang wadah bekas pestisida sembarangan.
Lebih parah lagi ketika diingatkan untuk menggunakan alat pelindung,
petani dengan bangganya menyebutkan bahwa mereka sudah biasa dan
kebal dengan bau pestisida yang menyengat. Petani umumnya beranggapan
bahwa menggunakan alat pelindung pada saat menangani pestisida adalah
hal yang tidak praktis dan merepotkan. Fenomena ini tidak hanya terjadi di
kalangan petani, di perkebunan besar pun keselamatan para pekerja yang
menangani pestisida jarang mendapat perhatian. Hal ini diperburuk lagi oleh
ketidak pedulian para pemilik dan pengelola perkebunan terhadap
keselamatan kerja para karyawannya.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Sebenarnya petani mengetahui, walaupun dengan pengetahuan yang sangat
minim, bahwa pestisida merupakan racun yang sangat berbahaya bagi diri
dan lingkungannya. Minimnya pengetahuan petani ini dapat dipahami,
karena selama ini kegiatan penyuluhan dan informasi pertanian yang sampai
kepada petani hanya memberikan pengetahuan tentang cara pemakaian dan
memanfaatkan pestisida untuk meningkatkan hasil panen. Peningkatan
pengetahuan akan bahaya pestisida merupakan cara yang sangat baik untuk
meningkatkan kesadaran seseorang akan bahaya pestisida. Dampak buruk
akibat pemakaian pestisida bagi manusia dan lingkungan baru dirasakan
dalam jangka panjang, bahkan dapat terjadi setelah beberapa generasi.
Berbagai penyakit dari yang sederhana seperti penyakit kulit, gangguan
pernapasan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, hingga penyakit
kanker yang berujung pada kematian telah sering diberitakan.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB IV
KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS
IV. 1. Kerangka Konseptual
Faktor pendukung lingkungan fisik:
Suhu dan kelembaban
Karakteristik responden
- Umur - Tingkat pendidikan - Masa kerja - Jenis petani
Sikap
Perilaku : - Konsentrasi, APD saat menyemprot,
APD saat pencampuran, kegiatan merokok, makan, minum, kebiasaan mandi,
Faktor pendorong
Pembinaan Penyuluhan Pengawasan
Aktivitas cholinesterase
Lama pemaparan - Lama menyemprot - Frekuensi menyemprot
Pengetahuan tentang pestisida
Gejala keracunan
- Kondisi anemia - Gizi -Tk.Kesehatan
Keterangan : = yang diteliti = tidak diteliti Gambar IV.1. Kerangka konseptual penelitian .
40
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Sesuai dengan tujuan penelitian kerangka konseptual yang
tergambar dalam gambar IV.1 dapat diuraikan sebagai berikut :
Turunnya aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama
dipengaruhi oleh variabel: lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku.
Sebagai faktor pendukung adalah lingkungan fisik seperti suhu dan
kelembaban. Keadaan anemia, gizi kurang serta tingkat kesehatan juga
dapat mempengaruhi aktivitas cholinesterase tetapi tidak diteliti. Faktor-
faktor yang lain seperti faktor pendorong yaitu pembinaan, penyuluhan
dan pengawasan sebagai variabel antara tidak diteliti. Keracunan oleh
karena penggunaan pestisida pada petani penyemprot hama padi dan
petani penyemprot hama sayuran diketahui melalui pemeriksaan aktivitas
cholinesterase.
IV.2. Hipotesis
Berdasarkan pada pokok permasalahan dan sasaran penelitian maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara lama pemaparan dengan aktivitas cholinesterase
darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan, Desa Mekarsari,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dan di Dusun Sari Kelod,
Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng Propinsi
Bali.
2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase
darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan, Desa Mekarsari,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dan di Dusun Sari Kelod,
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng Propinsi
Bali.
3. Ada hubungan antara perilaku dengan aktivitas cholinesterase darah
petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan, Desa Mekarsari,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan dan di Dusun Sari Kelod,
Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Propinsi
Bali.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB V
METODE PENELITIAN
V.1. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian.
1. Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian
observatif analitik karena hanya bertujuan menggambarkan distribusi suatu
masalah kesehatan menurut variabel-variabel penelitian, melalui pengukuran-
pengukuran saja, tanpa memberikan perlakuan atau intervensi, dan
bermaksud menganalisis hubungan antara variabel-variabel penelitian.
2. Rancang Bangun Penelitian
Rancang bangun penelitian adalah cross sectional karena melakukan
pengukuran dalam waktu tertentu saja. Menurut Murti (1997) kelebihan dari
rancangan penelitian ini adalah kemudahannya, dilakukan cepat dan murah,
menggunakan masyarakat umum sebagai sampel sehingga generalisasinya
cukup memadai bila perhitungan dan pengambilan sampelnya tepat.
Kelemahannya adalah tidak tepat digunakan untuk menganalisis hubungan
kausal/sebab akibat antara paparan dan penyakit (Fariani, 2002).
V.2. Populasi Penelitian
Populasi yang menjadi subyek penelitian ini adalah petani yaitu:
1. Petani padi/warga yang melakukan pengendalian hama tanaman
menggunakan pestisida dengan melakukan penyemprotan hama padi di
Dusun Kerobokan Desa Mekarsari, Kecamatan Baturiti, Kabupaten
Tabanan.
43
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
2. Petani sayuran/warga yang melakukan pengendalian hama tanaman
menggunakan pestisida dengan melakukan penyemprotan hama sayuran
di Dusun Sari Kelod, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng.
V.3. Sampel, Besar Sampel, Cara Penentuan dan Cara Pengambilan Sampel.
1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari petani penyemprot
hama padi di Dusun Kerobokan, Desa Mekarsari, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan, dan sebagian dari petani penyemprot hama sayuran di
Dusun Sari Kelod, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng.
2. Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar
sampel dari Nasir dan Cochran dalam Supriyanto (2003) dengan rumus
sebagai berikut:
n = N x p x q (N-1) D+pxq
_____n____ Nf = 1 + n
N Keterangan :
D : (0,05)2 / 4 = 0,000625
n : Besar sampel sebelum dikoreksi
N : Besar populasi untuk petani penyemprot hama padi sebanyak 62 orang dan petani penyemprot hama sayuran sebanyak 65 orang.
p : Perkiraan proporsi (prevalensi) penyakit atau paparan pada populasi. Bila proporsi tidak diketahui maka digunakan 50% (0,5)
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
q : 1-p
Nf : Besar sampel
n = N x p x q (N-1) D+pxq = 127x 0,5 x 0,5 126 x 0,000625 + 0,5 x 0,5
= 96
Kelompok I (Petani penyemprot hama padi) : jumlah sampel yaitu : 96
Nf = 1 + 96 62 = 96 2,54 = 38 sampel
Kelompok II (petani penyemprot hama sayuran ) : jumlah sampel yaitu :
96 Nf = 1 + 96 65 = 96 2,48 = 39 sampel 3. Cara Penentuan Sampel dan Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
pencuplikan sederhana atau simple random sampling. Caranya dengan
menulis nomor urut petani dimasukkan kedalam kaleng lotre, kemudian
dikocok. Nama yang keluar merupakan sampel penelitian sampai jumlah
sampel yang dinginkan terpenuhi yaitu 38 orang untuk petani penyemprot
hama padi dan 39 orang petani penyemprot hama sayuran. Dalam
pemilihan simple random sampling masing-masing anggota populasi
memiliki probabilitas yang sama dan independen untuk masuk ke dalam
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
sampel (Murti, 2003). Kriteria inklusi apabila bukan petani tetapi buruh
tani atau pekerja lain yang melakukan penyemprotan hama padi maupun
sayuran secara periodik. Kriteria exklusi apabila petani tetapi tidak
melakukan penyemprotan hama padi ataupun sayuran maka dikeluarkan
dari kriteria sampel.
V. 4. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian adalah Dusun Kerobokan, Desa Mekarsari, Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan dan Dusun Sari Kelod, Desa Pancasari,
Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
2. Waktu: mulai dari bulan September 2005 sampai dengan Juli 2006,
pengambilan sampel dilakukan tanggal 11 dan 13 April 2006.
V.5. Variabel, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas : lamanya pemaparan (masa kerja, lama menyemprot,
frekuensi menyemprot), pengetahuan (jenis pestisida, takaran, jenis
APD, arah penyemprotan, penyimpanan pestisida, jalan masuk
pestisida, kepedulian terhadap orang lain terhadap pestisida) perilaku
(konsentrasi pestisida, kebiasaaan memakai alat pelindung diri saat
menyemprot dan saat pencampuran, kebiasaan merokok, makan,
minum saat menyemprot, kebiasaan mandi dengan sabun setelah
menyemprot, gejala keracunan pestisida yang pernah dialami).
b. Variabel terikat : aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot
hama.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
2. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran.
Tabel V.1. Variabel definisi operasional hasil ukur dan skala data
No
Variabel
Definisi operasional
Hasil ukur
Skala data
1.
Aktivitas cholinesterase
Aktivitas enzym cholinesterase yang terdapat dalam darah penyemprot hama tanaman padi dan penyemprot hama sayuran yang diperiksa dengan menggunakan tintometer kit.
Katagori aktivitas cholinesterase darah 1 Normal = > 75% 2 Tidak normal = < 75% (Depkes, 1994)
Nominal
2. Umur Umur responden yang terhitung sejak lahir sampai dengan saat penelitian (kelebihan umur ≥ 6 bulan dibulatkan keatas, <6 bulan dibulatkan kebawah)
1. 15-19 tahun 2. 20-24 tahun 3. 25-29 tahun 4. 30-34 tahun 5. 35-39 tahun 6. 40-44 tahun 7. 45-49 tahun 8. 50-54 tahun 9. 55 +
Interval
3 Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh responden
1. tidak tamat SD 2. SD 3. SMP 4. SLTA 5. Diploma/Akademi/PT
Ordinal
4. Jenis petani Jenis petani yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan pengendalian hama dengan melakukan penyemprotan pestisida
1. Petani penyemprot hama padi 2. Petani penyemprot hama sayuran
Nominal
5, Lama pemaparan
Lamanya petani penyemprot hama padi maupun petani penyemprot hama sayuran terpapar dengan pestisida meliputi masa kerja, lama menyemprot, frekuensi menyemprot.
Lamanya pemaparan dalam tahun, jam per hari, hari per minggu
Ratio
6. Masa kerja Lamanya petani penyemprot hama padi maupun petani penyemprot hama sayuran mulai aktif secara periodik melakukan kegiatan penyemprot hama dengan pestisida sampai dengan saat penelitian dilaksanakan.
1 = < 5 tahun 2 = 6 - 10 tahun 3 = 11-15 tahun 4 = 16-20 tahun 5 = 21-25 tahun
Interval
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Lanjutan tabel VI.1
No
Variabel
Definisi operasional
Hasil ukur
Skala data
7. Lama menyemprot
Lamanya petani penyemprot hama padi maupun petani penyemprot hama sayuran melakukan penyemprotan dalam jam per hari selama satu fase penyemprotan.
Lamanya menyemprot dalam jam/hari
Ordinal
8. Frekuensi menyemprot
Intensitas penyemprotan yang dilakukan oleh petani penyemprot hama padi ataupun petani penyemprot hama sayuran dalam hari per minggu.
Frekuensi menyemprot dalam hari /minggu
Ordinal
9 Pengetahuan Pengetahuan responden dalam hal jenis pestisida, peringatan bahaya, dosis/takaran, jenis&manfaat APD, arah penyemprot, penyimpanan pestisida, cara masuk pestisida ke dalam tubuh, kepedulian terhadap orang lain mengenai pestisida, yang ditentukan dengan jumlah skor jawaban daftar pertanyaan dengan katagori sebagai berikut: 1 = baik 2 = kurang
1 = Baik : benar >75% (skor 14-18) 2 = Kurang : benar <75% (skor 0-13)
Nominal
10. Perilaku Sejumlah tindakan yang telah dilakukan petani penyemprot hama padi maupun petani penyemprot hama sayuran yang berkaitan dengan kebiasaan responden yang berkaitan dengan pestisida, yang ditentukan dengan jumlah skor jawaban daftar pertanyaan dengan katagori: 1= baik 2=kurang, terdiri dari: pemakaian APD saat, pengadukan/pencampuran, pemakaian APD saat menyemprot, kebiasaan merokok, makan, minum, kebiasaan mandi mnggunakan sabun setelah menyemprot.
1 = Baik : benar >75% (skor 12-16) 2 = Kurang : benar <75% (skor 0-11)
Nominal
11. Pemakaian APD saat pengadukan/ pencampuran
Kelengkapan alat pelindung diri yang dipakai oleh petani penyemprot hama padi ataupun petani penyemprot hama sayuran saat pengadukan/pencampuran pestisida meliputi : topi, kaca mata, pelindung pernafasan, baju dan celana panjang, pelindung tangan, sepatu boot.
1.=Lengkap menggunakan 6 APD 2.=Kurang lengkap menggunakan 4-5 APD 3.=Tidak lengkap < 3 APD
Ordinal
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Lanjutan table VI.1
No
Variabel
Definisi operasional
Hasil ukur
Skala data
12.
Pemakaian APD saat menyemprot
Kelengkapan Alat Pelindung diri yang dipakai oleh petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran saat menyemprot meliputi: topi, pelindung mata, pelindung pernafasan, baju dan celana panjang, pelindung tangan, sepatu boot
1.=Lengkap menggunakan 6 APD 2.=Kurang lengkap menggunakan 4-5 APD 3.=Tidak lengkap < 3 APD
Ordinal
13. Kebiasaan merokok, makan, minum
Kebiasaan yang dilakukan oleh responden saat menyemprot hama padi ataupun saat menyemprot hama sayuran yang dikatagorikan: 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang
1=Baik: apabila tidak merokok, makan,
minum saat menyemprot
2=Sedang: kadang-kadang merokok, makan, minum saat menyemprot
3=Kurang: selalu merokok, makan, minum saat menyemprot
Ordinal
14. Kebiasaan mandi mnggunakan sabun setelah menyemprot
Kebiasaan membersihkan diri yang dilakukan oleh responden setelah selesai menyemprot hama padi ataupun menyemprot hama sayuran yang dikatorikan: 1. Baik 2. Sedang 3. Kurang
1=Baik bila selalu membersihkan anggota badan dengan sabun
2=Sedang:kadang-kadang membersihkan badan
dengan sabun 3=Kurang: bila tidak
membersihkan seluruh anggota badan dengan menggunakan sabun .
Ordinal
V.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data.
1. Teknik Pengumpulan Data
a. Data primer.
1). Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap responden petani penyemprot hama
padi dan petani penyemprot hama sayuran dengan menggunakan
kuesioner untuk mengetahui: umur, tingkat pendidikan, jenis petani,
lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku terhadap pestisida serta
wawancara lisan dengan petugas penyehatan lingkungan pemukiman
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
puskesmas tentang pembinaan terhadap petani penyemprot hama padi
maupun petani penyemprot hama sayuran.
2). Pemeriksaan darah
Untuk mengukur aktivitas cholinesterase darah responden diperiksa
dengan menggunakan alat tintometer kit oleh Labhidro Denpasar.
b. Data sekunder.
1). Data monografi Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod diperoleh
dari profil Desa Mekarsari dan Desa Pancasari.
2). Data peredaran pestisida di Bali diperoleh dari BPTP II Denpasar.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian
adalah kuesioner dan alat tintometer kit.
V.7. Teknik Analisis Data.
Setelah melalui tahap pengumpulan data, editing kemudian diolah
dengan melakukan kompilasi dan pengelompokan yang disajikan dalam
bentuk tabel. Untuk dapat menyimpulkan hasil penelitian dilakukan analisis
data dengan uji statistik menggunakan perangkat komputer. Data dianalisis
melalui uji statistik Chi Square (X2), dengan tingkat kepercayaan sebesar
95 %, dan Regresi Logistic untuk melihat nilai Odds Ratio.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB VI
HASIL PENELITIAN
VI.1. Gambaran Umum
1. Letak Geografis
a. Letak Wilayah
Dusun Kerobokan merupakan bagian dari Desa Mekarsari dan
termasuk dalam wilayah Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,
sedangkan Dusun Sari Kelod merupakan bagian dari Desa Pancasari
Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali.
Dilihat dari letak desa terhadap fasilitas kota, Desa Mekarsari
terletak 7 kilometer dari arah kota Kecamatan Baturiti dan 25 kilometer
dari Ibukota Kabupaten Tabanan, sedangkan Desa Pancasari terletak 22
kilometer dari arah kota Kecamatan Sukasada dan 24 kilometer dari
Ibukota Kabupaten Buleleng. Desa Mekarsari dan Desa Pancasari
mempunyai batas-batas wilayah seperti terlihat pada tabel VI.1 berikut
Tabel VI.1. Batas-batas wilayah Desa Mekarsari dan Pancasari, tahun 2005
Batas-batas wilayah
Desa Mekarsari
Desa Pancasari
Sebelah Utara Desa Baturiti Desa Wanagiri Sebelah Selatan Desa Luwus Desa Kembang Merta Sebelah Barat Desa Apuan Hutan Negara Sebelah Timur Desa Petang Hutan Negara
Sumber : Data monografi Desa Mekarsari dan Desa Pancasari, 2005
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Mekarsari adalah seluas 542 hektar dan luas Desa
Pancasari adalah 1.280 hektar yang penggunaannya dapat dilihat seperti
pada tabel VI.2 berikut:
51
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VI.2. Luas wilayah Desa Mekarsari dan Desa Pancasari tahun 2005
Desa Mekarsari Desa Pancasari No
Katagori wilayah Luas(Ha) % Luas(Ha) %
1. Sawah 192,0 34,5 0 0 2. Tegalan 283,0 50,5 487,4 38,0 3 Perkebunan 40,0 7 182,0 14,2 4. Pekarangan 42,0 7 33,0 2,6 5. Kuburan 2,0 0,4 2,0 0,2 6. Hutan Negara 0 0 432,6 33,7 7. Lain-lain 3,0 0.6 143 11,1
Total 562 100 1,280 100 Sumber : Kecamatan Baturiti dan Kecamatan Sukasada dalam angka, 2004
c. Keadaan Geografis
Kondisi geografis Desa Mekarsari dan Desa Pancasari dapat
dililihat pada tabel VI.3. berikut :
Tabel VI.3. Keadaan geografis Desa Mekarsari dan Pancasari tahun 2005
No
Keadaan Geografis
Desa Mekarsari
Desa Pancasari
1. Ketinggian dari permukaan air laut
+ 400-500meter + 1500 meter
2. Curah hujan + 5-2.500 cm/th + 200-3000 cm/th 3. Topografi (dataran rendah,
tinggi, pantai Dataran tinggi Dataran tinggi .
4. Suhu udara rata-rata + 20-30 0 C +20-30C Sumber: Monografi Desa Mekarsasi dan Pancasari, 2005
2. Data Demografi (Jumlah Penduduk)
a. Jenis Kelamin
Pada Tahun 2005, jumlah penduduk Desa Mekarsari dan Desa Pancasari
menurut jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu
Desa Mekarsari sebanyak 2.061 orang (52%), dan Desa Pancasari
sebanyak 2.259 orang (51%). Untuk lebih jelasnya dilihat pada tabel
VI.4. berikut:
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VI.4. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Mekarsari dan Desa Pancasari tahun 2005
Desa Mekarsari Desa Pancasari
No.
Jenis Kelamin Jumlah (orang) % Jumlah (orang) % 1 Laki-laki 1.930 48 2.188 49 2 Perempuan 2.061 52 2.259 51
Total 3.991 100 4.447 100 Jumlah KK 962 827
Sumber: Monografi Desa Mekarsasi dan Pancasari, 2005
b. Golongan umur
Jumlah penduduk Desa Mekarsari terbanyak adalah pada golongan umur
30-34 tahun yaitu sebanyak 20,7% sedangkan Desa Pancasari terbanyak
golongan umur 5-9 tahun 10,3%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel VI.5 berikut:
Tabel VI.5. Distribusi penduduk berdasarkan golongan umur di Desa Mekarsari dan Desa Pancasari tahun 2005
Desa Mekarsari Desa Pancasari Golongan Umur Jumlah % Jumlah %
0-4 349 8,8 253 5,7 5-9 360 9,0 460 10,3
10-14 416 10,4 373 8,4 15-19 418 10,5 355 8,0 20-24 345 8,7 445 10,0 25-29 400 10,0 367 8,3 30-34 324 20,7 382 8,6 35-39 280 7,0 357 8,0 40-44 211 5,3 364 8,2 45-49 192 4,8 329 7,4 50-54 151 3,8 249 5,6 55-59 153 3,8 192 4,3 60-64 110 2,8 113 2,5 65-69 101 2,5 118 2,7
70 th + 172 4,3 86 1,9 Total 3982 100 4.447 100
Sumber: Kecamatan Baturiti dan Kecamatan Sukasada dalam Angka, 2004
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
3. Jenis Pestisida Yang Dipergunakan Petani Penyemprot Hama
Sebagian besar jenis pestisida yang dipergunakan oleh responden
petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran
berdasarkan merek dagang, bahan aktif, tingkat bahaya serta golongan
pestisida dapat dilihat pada tabel VI.6. berikut:
Tabel VI.6. Jenis pestisida yang dipergunakan oleh petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
No
Merek dagang
Bahan aktif
Tingkat Bahaya Golongan pestisida
1. Curacron Curacron II (bahaya sedang) Organofosfat 2. Dursban Chlorpyrifos II (bahaya sedang) Organofosfat 3. Diazinon Diazinon II (bahaya sedang) Organofosfat 4. Risotin Cypermetrin III(bahaya rendah) Karbamat 5. Cymbush Cypermetrin III(bahaya rendah) Karbamat 6. Exocet Cypermetrin III(bahaya rendah) Karbamat 7. Sharpa Cypermetrin III(bahaya rendah) Karbamat 8. Marshal Advantage II (bahaya sedang ) Karbamat 9. Sidabas BPMC II (bahaya sedang ) Karbamat 10. Tanabas BPMC III(bahaya rendah) Karbamat 11. Decis Decis III(bahaya rendah) Karbamat 12. Daconil Chlorothalonil III(bahaya rendah) Karbamat
Tabel VI.6. diatas dapat menunjukkan bahwa bahwa tingkat bahaya
yang dipergunakan lebih banyak dengan katagori tingkat bahaya rendah
yaitu sebanyak 58%.
VI.2. Karakteristik, Lama Pemaparan, Pengetahuan dan Perilaku Petani Penyemprot Hama
1. Karakteristik Petani Penyemprot Hama a. Umur
Umur petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama
sayuran dari 77 responden yang diwawancarai diketahui bahwa
kelompok umur penyemprot hama padi berkisar antara 23-70 tahun,
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
sedangkan kelompok umur penyemprot hama sayuran berkisar antara 19-
60 tahun. Data mengenai umur petani penyemprot hama padi dan petani
penyemprot hama sayuran dapat dilihat pada tabel VI.7 berikut:
Tabel VI.7. Distribusi frekuensi umur petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Petani penyemprot hama padi
Petani penyemprot hama sayuran
Umur
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
15-19 0 0 1 2,6 1 1,3 20-24 1 2,6 1 2,6 2 2,6 25-29 2 5,3 1 2,6 3 3,9 30-34 10 26,3 6 15,4 16 20,9 35-39 9 23,7 8 20,5 17 22,0 40-44 5 13,2 12 30,8 17 22,0 45-49 1 2,6 2 5,1 3 3,9 50-54 6 15,8 7 17,8 13 16,9 55 + 4 10,5 1 2,6 5 6,5 Total 38 100 39 100 77 100
Tabel VI.7 diatas menunjukkan bahwa kelompok umur
penyemprot hama terbanyak yaitu kelompok umur 35-39 tahun dan 40-
44 tahun. Dilihat dari jenis petani, petani penyemprot hama padi
terbanyak pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 10 orang
(26,3%) sedangkan petani penyemprot hama sayuran terbanyak pada
kelompok umur 40-44 tahun yaitu 12 orang (30,8%).
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot
hama sayuran dari 77 responden yang diwawancarai didapatkan latar
pendidikan yang bervariasi, mulai tidak tamat SD sampai dengan
Diploma/Akademi/Perguruan Tinggi, selengkapnya dapat dilihat pada
tabel VI.8. berikut:
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VI.8. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Petani penyemprot hama padi
Petani penyemprot
hama Sayuran
No
Pendidikan
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1. Tidak tamat SD 9 23,7 3 7,7 12 15,6 2. SD 14 36,8 24 61,5 38 49,4 3. SLTP 5 13,2 3 7,7 8 10,4 4. SMA 8 21,0 5 12,8 13 16,9 5. Diploma/Akademi/PT 2 5,3 4 10,3 6 7,7
Total 38 100 39 100 77 100
Tabel VI.8 diatas menunjukkan bahwa pendidikan petani
penyemprot hama padi dan penyemprot hama sayuran yang terbanyak
dengan latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 38 orang (49,4%).
Petani penyemprot hama padi sebanyak 14 orang (36,8%) sedangkan
petani penyemprot hama sayuran 24 orang (61,5%).
2. Lama Pemaparan Petani Penyemprot Hama
a. Masa Kerja
Wawancara terhadap 77 responden didapatkan data mengenai masa kerja
seperti tabel VI.9 berikut:
Tabel VI.9.Distribusi frekuensi masa kerja petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Petani penyemprot hama padi
Petani penyemprot hama Sayuran
No
Masa kerja
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1. 21-25 tahun 2 5,3 8 20,5 10 13.0 2. 16-20 tahun 5 13,1 5 12,8 10 13,0 3. 11-15 tahun 8 21,1 5 12,8 13 16,9 4. 6-10 tahun 16 42,1 14 35,9 30 38,9 5. < 5 tahun 7 18,4 7 17,9 14 18,2
Total 38 100 39 100 77 100
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VI.9 diatas menunjukkan bahwa petani penyemprot hama
padi maupun petani penyemprot hama sayuran paling banyak dengan
masa kerja 6-10 tahun yaitu sebanyak 30 orang (38,9%). Petani
penyemprot hama padi sebanyak 16 orang (42,1%) sedangkan petani
penyemprot hama sayuran 14 orang (35,9%).
b. Lama Menyemprot
Hasil penelitian terhadap 77 orang responden penyemprot hama
diperolah data lama menyemprot dalam jam per hari seperti pada tabel
VI.10 berikut:
Tabel VI.10. Distribusi frekuensi lama menyemprot petani penyemprot hama padi dan petani penayemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Petani penyemprot hama padi
Petani penyemprot hama Sayuran
No
Lama
menyemprot Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1. 4 jam per hari 5 13,2 4 10,3 9 11,7 2. 3 jam per hari 10 26,3 5 12,8 15 19,5 3. 2 jam per hari 17 44,7 20 51,3 37 48,1 4. 1 jam per hari 6 15,8 10 25,6 16 20,7
Total 38 100 39 100 77 100 Tabel VI.10 tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 77
responden paling banyak dengan lama menyemprot selama 2 jam per
hari yaitu sebanyak 37 orang (48,1%). Petani penyemprot hama padi
sebanyak 17 orang (44,7%), sedangkan petani penyemprot hama sayuran
20 orang (51,3%).
c. Frekuensi Menyemprot
Hasil penelitian terhadap 77 orang responden diperolah data frekuensi
menyemprot dalam hari per minggu seperti pada tabel VI.11. berikut:
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VI.11. Distribusi frekuensi menyemprot petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Petani penyemprot hama
padi
Petani penyemprot
hama Sayuran
No
Pekuensi
menyemprot Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1 3 hari per minggu 2 5,3 2 5,1 4 5,2 2. 2 hari per minggu 30 78,9 25 64,1 55 71,4 3 1 hari per minggu 6 15,8 12 30,8 18 23,4
Total 38 100 39 100 77 100
Tabel VI.11. tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 77 responden
paling banyak dengan frekuensi menyemprot 2 hari per minggu yaitu
sebanyak 55 orang (71,4%). Petani penyemprot hama padi 30 orang
(78,9%) sedangkan petani penyemprot hama sayuran 25 orang (64,1%).
3. Pengetahuan Petani Penyemprot Hama
Hasil penelitian terhadap 77 responden yang diwawancarai diperoleh
data pengetahuan seperti terlihat dalam tabel VI.12. berikut:
Tabel VI.12. Distribusi frekuensi pengetahuan petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Petani penyemprot hama padi
Petani penyemprot hama Sayuran
No
Pengetahuan
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1 Kurang 14 36,8 18 46,2 32 41,6 2 Baik 24 63,2 21 53,8 45 58,4
Total 38 100 39 100 77 100
Tabel VI.12. tersebut diatas menunjukkan bahwa lebih banyak
pengetahuan responden dengan katagori baik (score 14-18) yaitu sebanyak
45 orang (58,4 %). Petani penyemprot hama padi sebanyak 24 orang
(63,2%) sedangkan petani penyemprot hama sayuran 21 orang (53,8%).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
4. Perilaku Petani Penyemprot Hama
Hasil penelitian terhadap 77 responden yang diwawancarai diperoleh
data perilaku seperti terlihat dalam tabel VI.13.
Tabel VI.13. Distribusi frekuensi perilaku petani penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari tahun 2006
Petani penyemprot hama padi
Petani penyemprot hama Sayuran
No
Perilaku
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1 Kurang 19 50,0 20 51,3 39 50,6 2 Baik 19 50,0 19 48,7 38 49,4
Total 38 100 39 100 77 100
Tabel VI.13. tersebut diatas menunjukkan bahwa dari 77
responden lebih banyak berperilaku kurang (score 0-11) yaitu 39 orang
(50,6%). Petani penyemprot hama padi sebanyak 19 orang (50,0%)
sedangkan petani penyemprot hama sayuran 20 orang (51,3%).
VI.3. Aktivitas Cholinesterase Darah Menurut Jenis Petani
Pemeriksaan darah yang dilakukan terhadap 77 responden dengan
rincian 38 petani penyemprot hama padi dan 39 orang petani penyemprot
hama sayuran ditemukan lebih banyak yaitu 53 orang (68,8%) memiliki
aktivitas cholinesterase normal. Prevalensi aktivitas cholinesterase tidak
normal lebih banyak terjadi pada petani penyemprot hama padi yaitu
sebesar 34,2 %, sedangkan prevalensi pada petani penyemprot hama
sayuran sebesar 28,2 %.
Untuk melihat hubungan aktivitas cholinesterase menurut jenis
petani dapat dilihat pada tabel VI.14 berikut:
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VI.14 Hubungan aktivitas cholinesterase dengan jenis petani di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase
Tidak normal Normal No
Jenis petani
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1. Petani penyemprot hama padi
13
34,2
25
65,8
38
100
2. Petani penyemprot hama sayuran
11
28,2
28
71,8
39
100
Uji statistik Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara
jenis petani dengan aktivitas cholinesterase dimana signifikasi (p) =
0,747, Odds Ratio diperoleh sebesar 1,324 ( 95% CI = 0,503-3,482).
VI.4. Hubungan Lama Pemaparan Dengan Aktivitas Cholinesterase
1. Masa Kerja
Hasil penelitian terhadap 77 orang responden didapatkan bahwa
aktivitas cholinesterase tidak normal sebagian besar terjadi pada responden
yang memiliki masa kerja 11-15 tahun yaitu sebanyak 8 orang (33,3%)
sedangkan aktivitas cholinesterase normal sebagian besar terjadi pada masa
kerja 6-10 tahun yaitu 28 orang (52,8%), untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel VI.15. berikut:
Tabel VI.15. Hubungan masa kerja dengan aktivitas cholinesterase petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari
Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase Tidak normal Normal
No
Masa kerja Jml % Jml %
Jml
%
P
OR
CI
1. 21-25 tahun 5 20,8 5 9,5 10 13,0 0,028 15,845 1,338-187,699 2. 16-20 tahun 6 25,0 4 7,5 10 13,0 0,112 6,859 0,637-73,838 3. 11-15 tahun 8 33,3 5 9,5 13 16,9 0,089 8,022 0,730-88,096 4. 6-10 tahun 3 12,6 27 50,9 30 38,9 0,488 0,447 0,046-4,350 5. < 5 tahun 2 8,3 12 22,6 14 18,2
Total 24 100 53 100 77 100
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Uji statistik Regresi Logistic dengan Refrence group masa kerja < 5
tahun menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja 21-
25 tahun dengan aktivitas cholinesterase dimana signifikasi (p) =0,028,
Odds Ratio =15,845 (CI=1,338-187,699) tingkat kepercayaan α = 0,05.
2. Lama Menyemprot
Hasil penelitian terhadap 77 responden dilihat dari lama menyemprot
dalam jam per hari diperoleh bahwa aktivitas cholinesterase tidak normal
dan normal sebagian besar terjadi pada responden yang menyemprot selama
2 jam per hari yaitu aktivitas cholinesterase tidak normal sebanyak 9 orang
(37,5%) sedangkan cholinesterase normal sebanyak 28 orang (52,8%)
selengkapnya dapat dilihat pada tabel VI.16.
Tabel VI.16. Hubungan lama menyemprot dengan aktivitas cholinesterase darah
petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase Tidak normal Normal
No
Lama
menyemprot Jml % Jml %
Jml
%
P
OR
CI
1. 4 jam per hari 6 25,0 3 5,7 9 11,7 0,034 24,691 1,281-475,747 2. 3 jam per hari 8 33,3 7 13,2 15 19,5 0,019 27,021 1,703-428,772 3. 2 jam per hari 9 37,5 28 52,8 37 48,1 0,351 3,370 0,262-43,219 4. 1 jam per hari 1 4,2 15 28,3 16 20,7
Total 24 100 53 100 77 100 Uji statistik Regresi Logistic dengan Refrence group menyemprot 1
jam per hari menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama
menyemprot dengan aktivitas cholinesterase dimana signifikasi (p) untuk
menyemprot 4 jam per hari p = 0,034, Odds Ratio =24,691(CI=1,281-
475,747) menyemprot 3 jam per hari p=0,019, Odds Ratio = 27,021 (CI=
1,703-428,772) tingkat kepercayaan α = 0,05.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
3. Frekuensi menyemprot.
Hasil penelitian terhadap 77 responden dilihat dari frekuensi
menyemprot dalam hari per minggu diperoleh bahwa aktivitas
cholinesterase tidak normal dan normal sebagian besar terjadi pada
responden yang melakukan frekuensi menyemprot 2 hari per minggu yaitu
aktivitas cholinesterase tidak normal sebanyak 21 orang (87,5%) sedangkan
aktivitas cholinesterase normal sebanyak 34 orang (64,2%), untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel VI.17. berikut:
Tabel VI.17. Hubungan Frekuensi menyemprot dengan aktivitas cholinesterase
darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase Tidak normal
Normal No
Frekuensi
menyemprot Jml % Jml %
Jml
%
P
OR
CI
1. 3 hari per minggu 1 4,2 3 5,6 4 5,20 0,817 1,521 0,044-52,976 2. 2 hari per minggu 21 87,5 34 64,2 55 71,4 0,097 6,317 0,717-56,634 3. 1 hari per minggu 2 8,3 16 30,2 18 23,4
Total 24 100 53 100 77 100 Uji statistik Regresi Logistic dengan Refrence group menyemprot
1 hari per minggu menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi
menyemprot dengan aktivitas cholinesterase dimana signifikasi (p) untuk
menyemprot 3 hari p=0,817, menyemprot 2 per minggu p=0,097 dengan
tingkat kepercayaan α = 0,05.
VI.5. Hubungan Pengetahuan dengan Aktivitas Cholinesterase Hasil penelitian terhadap 77 orang responden diperoleh data
pengetahuan petani penyemprot hama secara rinci dapat dilihat pada tabel
VI.18 berikut:
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VI.18. Faktor-faktor pengetahuan petani penyemprot hama dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase darah di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase Tidak normal
Normal
Jumlah No
Pengetahuan
Kriteria
Jml % Jml % Jml %
P
1 Jenis pestisida diketahui
Tidak tahu Tahu
0 24
0 100
0 53
0 100
0 77
0 100
Unfine
2 Jenis pestisida dipakai
Tidak tahu Tahu
0 24
0 100
0 53
0 100
0 77
0 100
Unfine
3.
Memperhatikan peringatan bahaya
Tidak Kadang Selalu
4 15 5
16,7 62,5 20,8
4 12 37
7,5 22,6 69,8
8 27 42
10,4 35,1 54,5
0,000
4.
Memperhatikan dosis/takaran
Tidak Kadang Selalu
2 16 6
8,3 66,7 25,0
3 10 40
5,6 18,9 75,5
5 26 46
6,5 33,8 59,7
0,000
5. Jenis dan manfaat APD
Tidak tahu Kurang
9 15
37,5 62,5
8 45
15,1 84,9
17 60
22,1 77,9
0,028
6. Arah menyemprot Berlawanan Searah
8 16
33,3 66,7
4 49
7,5 92,5
12 65
15,6 84,4
0,011
7. Penyimpanan pestisida
Tidak khusus Khusus
0 24
0 100
1 52
1,9 98,1
1 76
1,3 98,7
1,00
8. Cara masuk pestisida kedalam tubuh
Tidak tahu Tahu
19 5
79,2 20,8
17 36
32,1 67,9
36 41
46,8 53,2
0,000
9 Kepedulian thd Orang lain
Kurang Baik
16 8
66,7 33,3
22 31
41,5 58,5
38 39
49,4 50,6
0,072
Uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang
bermakna antara aktivitas cholinesterase dengan faktor-faktor pengetahuan
antara lain: memperhatikan peringatan bahaya mendapatkan signifikasi
(p)= 0,000, memperhatikan dosis/takaran p= 0,000, jenis dan manfaat
p=0,028, arah menyemprot p=0,011, cara masuk pestisida kedalam tubuh
p=0,000 dengan tingkat kepercayaan α = 0,05.
Hasil penelitian terhadap 77 orang responden didapatkan bahwa
aktivitas cholinesterase tidak normal sebagian besar dimiliki oleh
responden yang memiliki pengetahuan kurang (score 0-13) yaitu
sebanyak 17 orang (70,8%) sedangkan aktivitas cholinesterase normal
sebagian besar dimiliki oleh responden yang memiliki pengetahuan baik
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
(score 14-18) yaitu 38 (71,7%) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel VI.19.
Tabel VI.19. Hubungan pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase
Tidak normal Normal No
Pengetahuan
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1. Kurang 17 70,8 15 28,3 32 57,1 2. Baik 7 29,2 38 71,7 45 42,9
Total 24 100 53 100 77 100
Uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dengan aktivitas cholinesterase dimana signifikasi (p) =
0,001. dengan tingkat kepercayaan α = 0,05. Odds Ratio diperoleh sebesar
6,152 ( 95% CI = 2,123-17,828).
VI.6. Hubungan Perilaku dengan Aktivitas Cholinesterase
Hasil penelitian terhadap 77 responden mengenai perilaku petani
penyemprot hama lebih rinci dapat dilihat pada tabel VI.20 berikut:
Tabel..VI.20. Faktor-faktor perilaku petani penyemprot hama dihubungkan dengan aktivitas cholinesterase di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase Tidak normal Normal
Jumlah
No
Perilaku
Kriteria
Jml % Jml % Jml %
P
1
Konsentrasi sesuai label
Tidak Ya
16 8
66,7 33,7
8 45
15,1 84,9
24 53
31,2 68,8
0,000
2 Pemakaian APD saat menyemprot
Tidak Kurang engkap
15 9 0
62,5 37,5
0
9 41 3
17,0 77,4 5,6
24 50 3
31,2 64,9 3,9
0,000
3.
Pemakaian APD saat pencampuran
Tidak Kurang Lengkap
14 10 0
58,3 41,7
0
13 36 4
24,5 67,9 7,6
27 46 4
35,1 59,7 5,2
0,011
4. Merokok Saat menyemprot
Kadang Tidak
O 24
0 100
2 51
3,8 96,2
2 75
2,6 97,4
0,849
5. Makan saat menyemprot
Kadang Tidak
1 23
4,2 95,8
0 53
0 100
1 76
1,3 98,7
0,682
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Lanjutan tabel VI.20
Aktivitas cholinesterase Tidak normal
Normal
Jumlah No
Perilaku
Kriteria
Jml % Jml % Jml %
P
6. Minum saat menyemprot
Kadang Tidak
5 19
20,8 79,2
3 50
5,7 94,3
8 69
10,4 89,6
0,106
7. Mandi dengan sabun setelah menyemprot
Tidak Kadang Selalu
1 11 12
4,2 45,8 50,0
3 13 37
5,7 24,5 69,8
4 24 49
5,2 31,2 63,6
0,174
8. Gejala keracunan yang pernah dialami
Pernah Tidak
23 1
95,8 4,2
14 39
26,4 73,6
37 40
48,1 51,9
0,000
Uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara aktivitas cholinesterase dengan faktor-faktor perilaku antara lain:
konsentrasi sesuai dengan label mendapatkan signifikasi(p)=0,000,
pemakaian APD saat menyemprot p=0,000 pemakaian APD saat
pencampuran p=0,011 Gejala keracunan yang pernah dialami p=0,000
dengan tingkat kepercayaan α = 0,05.
Hasil penelitian terhadap 77 orang responden didapatkan bahwa
aktivitas cholinesterase tidak normal, sebagian besar terdapat pada
responden yang memiliki perilaku kurang (skor 0-11) yaitu sebanyak 22
orang (91,7%) sedangkan aktivitas cholinesterase normal sebagian besar
dimiliki oleh responden dengan perilaku baik yaitu sebanyak 36 orang
(67,9%), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel VI.21. berikut:
Tabel VI.21. Hubungan perilaku dengan aktivitas cholinesterase petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun
Sari Kelod tahun 2006
Aktivitas cholinesterase Tidak normal Normal
No
Perilaku
Jumlah % Jumlah %
Jumlah
%
1. Kurang 22 91,7 17 32,1 39 50,6 2. Baik 2 8,3 36 67,9 38 49,4
Total 24 100 53 100 77 100
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara perilaku dengan aktivitas cholinesterase dimana signifikasi (p)
=0,000 dengan tingkat kepercayaan α = 0,05. Odds Ratio sebesar 23,294
(95% CI= 4,904-110.654).
Rekapan hasil analisis hubungan antara lama pemaparan
pengetahuan dan perilaku petani penyemprot hama dapat dilihat pada tabel
VI.22. berikut:
Tabel VI.22. Rekapan hasil analisis hubungan antara lama pemaparan pengetahuan dan perilaku dengan aktivitas cholinesterase petani
penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
No. Variabel P OR 95%CI
1
Lama pemaparan a. Masa kerja 21-25 tahun 16-20 tahun 11-15 tahun 6-10 tahun < 5 tahun
0,028 0,112 0,089 0,488
15,345 6,859 8,022 0,447
1,338-187,699 0,637-73,838 0,730-88,096 0,046-4,350
b. Lama menyemprot 4 jam per hari 3 jam per hari 2 jam per hari 1 jam per hari
0,034 0,019 0,351
24,691 27,021 3,370
1,281-475,747 1,703-428,772 0,263-43,219
c. Frekuensi menyemprot 3 hari per minggu 2 hari per minggu 1 hari per minggu
0,817 0,097
1,521 6,317
0,044-52,976 0,717-56,634
2. Pengetahuan 0,001 6,152 2,123-17,828
3. Perilaku 0,000 23,294 4,904-110,654
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB VII
PEMBAHASAN
VII.1. Gambaran Umum
Dilihat dari segi geografis Dusun Kerobokan yang merupakan
bagian dari wilayah Desa Mekarsari mempunyai letak ketinggian + 400-
500 meter dari permukaan air laut dan Dusun Sari Kelod bagian dari
wilayah Desa Pancasari mempunyai ketinggian 1.500 diatas permukaan
air laut memang cocok untuk daerah pertanian padi maupun sayuran. Hal
ini tentunya memacu petani untuk terus mempertahankan serta
meningkatkan hasil panen yang diperolehnya dengan berbagai cara antara
lain melalui penyemprotan hama menggunakan pestisida.
VII.2. Karakteristik, Lama Pemaparan, Pengetahuan dan Perilaku Petani Penyemprot Hama 1. Karakteristik Petani Penyemprot Hama Petani penyemprot hama padi mapun petani penyemprot hama
sayuran merupakan salah satu pekerjaan informal yang mempunyai peranan
dalam mempertahankan dan meningkatkan hasil produksi padi maupun
sayuran dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen, namun disisi lain
mereka dihadapkan dengan sumber bahaya yaitu aktivitas cholinesterase
tidak normal, sebagai dampak negatif dari penyemprotan hama dengan
menggunakan pestisida.
a. Umur
Penelitian yang dilakukan terhadap 77 orang responden yang terdiri dari
38 orang petani penyemprot hama padi dan 39 orang petani penyemprot
hama sayuran di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod menunjukkan
67
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
bahwa umur petani penyemprot hama padi berkisar dari 23-70 tahun
dengan kelompok umur terbanyak pada kelompok umur 30-34 tahun yaitu
sebesar 10 orang (26,3%), sedangkan petani penyemprot hama sayuran
berkisar dari 19-60 tahun dengan kelompok umur terbanyak 40-44 tahun
yaitu sebanyak 12 orang (30,8 %) (tabel VI.7). Hal ini menunjukkan
bahwa petani penyemprot hama padi maupun petani penyemprot hama
sayuran termasuk dalam usia produktif dan hal ini tentunya memberikan
keuntungan, mengingat pada umur inilah pekerja mampu dan siap bekerja
semaksimal mungkin untuk meningkatkan pendapatannya. Menurut
Depkes (1994) menyatakan bahwa semakin bertambah umur ada
kecendrungan terjadinya penurunan aktivitas cholinesterase.
b. Pendidikan
Dilihat dari karakteristik pendidikan responden ternyata responden
terbanyak memiliki latar belakang pendidikan SD yaitu sebanyak 38 orang
(49,4%) yang terdiri dari 14 orang (36,8%) petani penyemprot hama padi
dan 24 orang (61,5%) petani penyemprot hama sayuran (tabel VI.8).
Menurut Notoatmojo (1993) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan sehingga secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang.
2. Lama Pemaparan Petani Penyemprot Hama
Bila diperhatikan dari masa kerja, dapat diketahui bahwa petani
penyemprot hama padi dan petani penyemprot hama sayuran berkisar
mulai 2-25 tahun, dengan masa kerja terbanyak 6-10 tahun yaitu
sebanyak 30 orang (39,0%) (tabel VI.9). Dilihat dari lama menyemprot
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
hama tanaman diperoleh lama menyemprot mulai 1-4 jam per hari, maka
diperoleh hasil sebagian besar yaitu 37 orang (48,1%) melaksanakan
penyemprotan selama 2 jam per hari (tabel VI.10). Dilihat dari frekuensi
menyemprot hama tanaman diperoleh frekuensi menyemprot mulai 1-3
hari dalam seminggu, dengan frekuensi terbanyak yaitu 55 orang (71,4%)
menyemprot 2 hari per minggu (tabel VI.11). Secara rasional dapat
dijelaskan bahwa semakin lama kontak dengan pestisida risiko untuk
terjadinya keracunan pestisida semakin tinggi pula.
3. Pengetahuan Petani Penyemprot Hama
Penelitian tentang pengetahuan mendapatkan bahwa sebagian
besar yaitu 45 orang (58,4%) responden memiliki pengetahuan yang baik
tentang pestisida (tabel VI.12). Menurut Notoatmojo (1990) pengetahuan
juga dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, dan imformasi. Menurut
Depkes (1994) sikap terhadap pengamanan penggunaan pestisida
dipengaruhi oleh seringnya mengikuti pertemuan-pertemuan teknis
dibidang pertanian..
4. Perilaku Petani Penyemprot Hama
Penelitian tentang perilaku mendapatkan bahwa sebagian besar
yaitu 39 orang (50,6%) responden memiliki perilaku kurang (score 0-11)
(tabel VI.13). Pengetahuan merupakan dasar dari perilaku. Menurut
Mantra (1989) jika kita menghendaki sesuatu perilaku yang melembaga
atau lestari maka jelas diperlukan adanya pengetahuan dan keyakinan.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
VII.3. Aktivitas Cholinesterase Darah Menurut Jenis Petani
Pemeriksaan aktivitas cholinesterase terhadap 77 orang responden
diperoleh bahwa sebagian besar yaitu 53 orang (68,8%) memiliki aktivitas
cholinesterase normal. Responden yang memiliki aktivitas cholinesterase
tidak normal lebih banyak terjadi pada petani penyemprot hama padi yaitu
sebanyak 13 orang dengan Prevalensi Rate sebesar 34,2% sedangkan
petani penyemprot hama sayuran sebanyak 11 orang dengan Prevalensi
Rate sebesar 28,2%. Total Prevalensi Rate sebesar 31,2%. (tabel VI.14).
Uji statistik memperoleh p = 0,747 dengan α = 0,05, jadi p > α tidak ada
hubungan antara jenis petani dengan aktivitas cholinesterase. Aktivitas
cholinesterase tidak normal dapat diartikan bahwa responden yang
bersangkutan kemungkinan telah terpapar oleh pestisida penghambat
cholinesterase. Aktivitas cholinesterase tidak normal pada petani
penyemprot hama ditemukan paling banyak dalam katagori keracunan
ringan yaitu 22 orang, sedangkan keracunan sedang sebanyak 2 orang.
Aktivitas cholinesterase pada keracunan ringan ini akan kembali normal
dalam waktu 2 minggu, dengan himbauan orang tersebut dijauhkan atau
tidak kontak dengan pestisida selama 2 minggu tersebut. Katagori
keracunan sedang menunjukkan keracunan yang cukup gawat dan dilarang
terpapar pestisida macam apapun, selang 2 minggu diperiksa lagi dan
sebaiknya dalam pengawasan dokter (Soeprapto, 1999).
Dengan adanya aktivitas cholinesterase tidak normal dapat
diartikan bahwa telah masuk pestisida dalam tubuh terutama organofosfat.
Pengaruh utama organofosfat ini pada tubuh manusia ialah pada enzym
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
cholinesterase. Enzym ini paling sedikit terdapat pada tiga tempat yaitu
cholinesterase yang terdapat dalam synaps, plasma darah dan sel darah.
Masuknya pestisida ini bisa melalui kulit, lewat pernafasan dan termakan
lewat mulut. Begitu racun ini terserap, segera mengikat sebagian enzym
cholinesterase yang terdapat baik dalam plasma darah, sel darah merah
maupun di synaps/jaringan syaraf, sehingga enzym cholinesterase tersebut
menjadi tidak aktif artinya, tugas utama enzym cholinesterase untuk
menghidrolisa acethylcholine mengalami kelumpuhan yang berakibat
penumpukan acethylcholine pada receptor sel otot dan kelenjar. Jadi
jelasnya efek organofosfat akan mengikat enzym cholinesterase dan
menghambat fungsi (kerja) enzym cholinesterase dan ikatan ini bersifat
irreversible yang artinya enzym cholinesterase yang terikat oleh pestisida
tersebut tidak dapat berfungsi normal tanpa dipisahkan terlebih dahulu dari
ikatan tersebut (Soeprapto, 1999). Menurut Siswanto (1991) dengan
terbentuknya ikatan/kompleks Organofosfat-Cholinesterase ini maka akan
terjadi akomulasi acethylcoline dalam cholinergic neuro-effector junctions
(muscarini effectc). Skeletal musclemyoneural junctions dan automatic
ganglia (nicotinic effects). Disamping itu senyawa organofosfat dapat
pula menyebabkan gangguan pada fungsi sistim syaraf pusat. Efek
pestisida golongan karbamat mirip dengan organofosfat. Perbedaannya
adalah ikatan pestisida golongan karbamat dengan enzym cholinesterase
bersifat sementara (reversible), artinya ikatan tersebut bisa terlepas sendiri
tanpa atau dengan pengobatan, asal istirahat dan menjauhkan diri dari
pemaparan pestisida (Soeprapto, 1999).
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Bila dilihat dari intensitas penyemprot hama, dalam pertumbuhan
sampai mendapatkan hasil sayuran kubis intensitas penyemprot hama bisa
mencapai 20-30 kali tiap musim panen di dalam satu produksi (www.
google.5-9-2005), sedangkan untuk intensitas penyemprot hama tanaman
padi sampai mendapatkan hasil, mencapai 4-10 kali tiap musim panen
(pengalaman Arijaya). Berdasarkan penelitian Achmadi terhadap petani
mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara tinggi tanaman yang
disemprot dengan tingkah laku pemaparan. Makin tinggi tanaman yang
disemprot, petani cendrung mendapatkan pemaparan lebih besar. Selain
faktor tingginya tanaman yang disemprot faktor-faktor yang
mempengaruhi proses keracunan pestisida yaitu faktor anemia, gizi dan
tingkat kesehatan. Petani yang anemia kerap memiliki risiko penurunan
cholinesterase yang lebih besar, bila bekerja dengan pestisida jenis
organofosfat, karbamat. Fakror gizi menunjukkan hasil bahwa petani
bergizi baik memiliki kecendrungan untuk mendapatkan risiko keracunan
lebih kecil, bila bekerja dengan pestisida organofosfat, karbamat. Faktor
kesehatan menunjukkan bahwa petani yang tidak menderita penyakit
infeksi kronik juga cendrung memiliki risiko yang lebih kecil bila bekerja
dengan pestisida organofosfat dan karbamat (Depkes,1994). Melihat
dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat pestisida, penggunaan
pestisida sedapat mungkin dihindarkan atau pilihan terakhir apabila cara
pengendalan hama yang lain tidak dimungkinkan. Kalau terpaksa harus
menggunakan pestisida pilihlah pestisida yang memiliki daya racun yang
tinggi bagi hama sasaran namun kurang beracun bagi manusia atau
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
organisme lain. Pestisida yang disarankan dalam program PHT adalah
pestisida yang bersifat selektif atau berspektrum sempit, yang berarti
pestisida tersebut hanya membunuh OPT dan tidak berbahaya untuk
organisme lain dan aman bagi musuh alami OPT (Novizan, 2002).
VII.4. Hubungan Lama pemaparan dengan Aktivitas Cholinesterase
Penelitian terhadap 77 responden melalui wawancara mendapatkan
masa kerja berkisar mulai 2-25 tahun. Sebagian besar yaitu 30 orang
(38,9%) memiliki masa kerja 6-10 tahun. Aktivitas cholinesterase tidak
normal lebih banyak terjadi pada lama pemaparan 11-15 tahun yaitu 8
orang (33,3%), sedangkan aktivitas cholinesterase normal lebih banyak
terjadi pada masa kerja 6-10 tahun yaitu 28 orang (52,8%) (tabel VI.15).
Uji statistik Regresi Logistic dengan Refrence group masa kerja <5 tahun
diperoleh p,= 0,028 α = 0,05, Odds Ratio diperoleh sebesar 15,345
(CI=1,338-187,699) jadi p< α maka ada hubungan yang bermakna antara
lama pemaparan dengan aktivitas cholinesterase. Dapat dikatan bahwa
orang yang menyemprot selama 21-25 tahun kemungkinan mengalami
aktivitas cholinesterase tidak normal sebesar 15,345 kali dibandingkan
dengan masa kerja <5 tahun.
Aktivitas cholinesterase darah tidak normal dan normal, paling
banyak terjadi pada lama menyemprot selama 2 jam per hari yaitu aktivitas
cholinesterase tidak normal sebanyak 9 orang (37,5%) sedangkan
aktivitas cholinesterase normal sebanyak 28 orang (52,8%) (VI.16). Uji
statistik Regresi Logistic dengan Refrence group lama menyemprot 1
jam per hari diperoleh bahwa menyemprot 4 jam per hari p,= 0,034 Odds
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Ratio sebesar 24,691 (CI= 1,281-475,747) menyemprot 3 jam per hari p=
0,019 Odds Ratio sebesar 27,021 (CI= 1,703-428,772) derajat kepercayaan
α = 0,05, jadi p< α maka ada hubungan yang bermakna antara lama
menyemprot dengan aktivitas cholinesterase. Dapat dikatan bahwa orang
yang menyemprot selama 4 jam per hari kemungkinan mengalami
aktivitas cholinesterase tidak normal sebesar 24,691 kali dan orang yang
menyemprot selama 3 jam per hari kemungkinan mengalami aktivitas
cholinesterase tidak normal sebesar 27,021 kali dibandingkan dengan
lama menyemprot 1 jam per hari. Hasil penelitian Budiono (2005)
menyatakan bahwa lama melakukan penyemprotan hama mempengaruhi
penurunan aktivitas cholinesterase.
Aktivitas cholinesterase tidak normal dan normal paling banyak
terjadi pada frekuensi menyemprot 2 hari per minggu yaitu aktivitas
cholinesterase tidak normal sebanyak 21 orang (87,5%), sedangkan
aktivitas cholinesterase normal sebanyak 34 orang (64,2%) (tabel VI.17).
Uji statistik Regresi Logistic dengan Refrence group frekuensi
menyemprot 1 hari per minggu diperoleh bahwa menyemprot 3 hari per
minggu p= 0,817 Odds Ratio 1,521 (CI=0,044-52,976), menyemprot 2
hari per minggu p=0,097 Odds Ratio 6,317 (CI=0,717-56,634) (tabel
VI.17) jadi, p > α maka tidak ada hubungan antara frekuensi
menyemprot dengan aktivitas cholinesterase. Menurut Siswanto (1991)
menyatakan bahwa tingkat bahaya suatu zat kimia selain tergantung dari
toksisitasnya juga dipengaruhi oleh kadar, lama pemaparan dan respon
individu. Secara rasional dapat dijelaskan bahwa seseorang bila terpapar
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
pestisida dalam kurun waktu lama akan memungkinkan risiko terjadinya
penurunan aktivitas cholinesterase yang semakin besar.
VII.5. Hubungan Pengetahuan Dengan Aktivitas Cholinesterase
Penelitian tentang pengetahuan mendapatkan bahwa aktivitas
cholinesterase tidak normal sebagian besar dimiliki oleh responden yang
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 17 orang (70,8%) sedangkan
aktivitas cholinesterase normal sebagian besar dimiliki oleh responden
yang berpengetahuan baik (tabel VI.19) Uji statistik diperoleh p= 0,001, α
= 0,05, Odds Ratio diperoleh sebesar 6,152 (95% CI = 2,123-17,828). Jadi
p < α maka ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
aktivitas cholinesterase. Pada orang yang memiliki pengetahuan kurang
kemungkinan mengalami aktivitas cholinesterase tidak normal sebesar
6,152 kali dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan baik.
Pengetahuan responden yang berhubungan dengan aktivitas
cholinesterase adalah peringatan bahaya pada label dengan p = 0,000,
perhatian terhadap dosis/takaran pada label dengan p = 0,000, jenis dan
manfaat APD dengan p = 0,028, arah menyemprot dengan p = 0,011 dan
cara masuk pestisida kedalam tubuh dengan p = 0,000. Penelitian ini
sesuai dengan hasil peneliti seperti terlihat pada tabel VII.1.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VII.1. Penelitian pembanding berdasarkan variable pengetahuan tentang pestisida tahun 2006
No.
Peneliti
Hasil
Desain Penelitian
Uji Statistik
1 Karti (2003) p=0,000 r=0,763
Cross Sectional Korelasi spearman
2 Krisna (1999) p=0,00022 C=0,31753
Cross Sectional Chi-Square
3 Silvester (1999) p=0,00022 C=0,31753
Cross Sectional Korelasi pearson
4. Sridati (1988) P=0,000 Cross Sectional Korelasi pearson
Tabel VII.1. menunjukkan bahwa keempat peneliti menemukan
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan aktivitas
cholinesterase. Sehubungan dengan hal tersebut dapat dikatakan
pengetahuan yang kurang tentang penanganan pestisida secara tidak
langsung menyebabkan penurunan aktivitas cholinesterase. Pengetahuan
yang kurang tentang penanganan pestisida dari petani penyemprot hama
terutama mengenai peringatan bahaya pada label, perhatian terhadap
dosis/takaran pada label, jenis dan manfaat alat pelindung diri, arah
menyemprot dan cara masuk pestisida kedalam tubuh.
Menurut Depkes (1993) perlengkapan pelindung pestisida terdiri
dari: pelindung kepala (topi), pelindung mata (goggles), pelindung
pernafasan (respirator), pelindung baju (baju overall/apron), pelindung
tangan (gloves), pelindung kaki (sepatu boot). Menurut wawancara lisan
dengan petugas puskesmas diperoleh imformasi bahwa penyuluhan
tentang bahaya pestisida serta upaya meminimalkan dampaknya sangat
jarang dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan petani perlu dilaksanakan penyuluhan. Menurut Notoatmojo
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
(1997) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
melalui panca indera manusia. Sebagai akibat adanya responden belum
mengetahui bahaya pestisida, serta upaya meminimalkan dampaknya
mempunyai potensi timbulnya penurunan aktivitas cholinesterase, akibat
pemaparan dengan pestisida organofosfat dan karbamat. Pengetahuan
merupakan dasar dari perilaku. Menurut Notoatmojo (2003) dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari dengan
pengetahuan akan langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
VII.6. Hubungan Perilaku dengan Aktivitas Cholinesterase
Penelitian tentang perilaku mendapatkan bahwa aktivitas
cholinesterase tidak normal sebagian besar dimiliki oleh responden yang
berperilaku kurang yaitu 22 orang (91,17%), sedangkan aktivitas
cholinesterase normal sebagian besar dimiliki oleh responden yang
berperilaku baik yaitu sebesar 36 orang (67,9%) (tabel VI.21). Uji statistik
diperoleh p= 0,000, α = 0,05, Odds Ratio diperoleh sebesar 23,294 (95%
CI = 4,904-110,654), jadi p < α maka ada hubungan yang bermakna antara
perilaku dengan aktivitas cholinesterase. Perilaku responden yang
berhubungan dengan aktivitas cholinesterase adalah konsentrasi sesuai
dengan label dengan p = 0,000, pemakaian APD saat menyemprot dengan
p = 0,000, pemakaian APD saat pencampuran/pengadukan dengan p =
0,011 dan gejala keracunan yang pernah dialami dengan p = 0,000.
Penelitian ini sesuai dengan hasil peneliti seperti terlihat pada tabel VII.2.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Tabel VII.2. Penelitian pembanding berdasarkan variable perilaku dalam penanganan pestisida tahun 2006
No.
Peneliti
Hasil
Desain Penelitian
Uji Statistik
1 Karti (2003) p=0,000 r=0,760
Cross Sectional Korelasi spearman
2 Krisna (1999) p=0,00022 C=0,62152
Cross Sectional Chi-Square
3 Silvester (1999) p=0,0000 C=0,62152
Cross Sectional Korelasi pearson
4. Sridati (1988) P=0,000 Cross Sectional Korelasi pearson
Tabel VII.2. menunjukkan bahwa keempat peneliti menemukan
ada hubungan yang bermakna antara perilaku dengan aktivitas
cholinesterase.
Berkenaan dengan hal tersebut dapat dikatakan perilaku yang
kurang tentang penanganan pestisida terutama golongan organofosfat dan
karbamat mempunyai risiko untuk terjadinya penurunan aktivitas
cholinesterase. Perilaku yang kurang tentang penanganan pestisida dari
petani penyemprot hama, terutama konsentrasi sesuai dengan label,
pemakaian APD saat menyemprot, pemakaian APD saat
pencampuran/pengadukan dan gejala keracunan yang pernah dialami.
Menurut Siswanto (1991) pada keracunan pestisida peranan kulit sebagai
jalan masuk racun ke dalam tubuh adalah sangat penting, hal ini
menunjukkan bahwa dalam mengaplikasikan pestisida pakaian kerja (alat
pelindung diri) yang dianjurkan untuk penyemprot hama hendaknya dibuat
sedemikian rupa sehingga menutupi hampir seluruh bagian dari kulit
tubuh. Alat pelindung diri yang dipergunakan oleh responden kualitasnya
tidak sesuai dengan alat pelindung diri yang dianjurkan oleh Depkes
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
(1993). Dampak pestisida bila tidak dikelola dengan baik menagakibatkan
keracunan, serta dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat,
kemadulan dan liver (Novizan, 2002). Untuk mencegah dampak pestisida
sampai ketingkat yang membahayakan kesehatan tersebut, penyemprot
hama perlu melakukan pemeriksaan kesehatan termasuk pemeriksaan
aktivitas cholinesterase minimal 6 bulan sekali (Depkes, 2003). Menurut
Depkes (1993) perlengkapan pelindung pestisida terdiri dari: pelindung
kepala (topi), pelindung mata (goggles), pelindung pernafasan (respirator),
pelindung baju (baju overall/apron), pelindung tangan (gloves), pelindung
kaki (sepatu boot). Untuk meningkatkan perilaku petani penyemprot hama
tentang pestisida hendaknya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan
bahaya pestisida dan upaya meminimalkan dampak pestisida terutama
mengenai: konsentrasi, pemakaian APD saat menyemprot, pemakaian
APD saat pencampuran/pengadukan, gejala keracunan yang pernah
dialami..
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Lawrence Green (1990) bahwa perilaku terbentuk oleh tiga faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap dan keyakinan.
2. Faktor pendukung (enambling factors), terwujud dalam lingkungan fisik
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Berdasarkan teori tersebut maka tidak normalnya aktivitas
cholinesterase darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
diuraikan berdasarkan konsep Lawrence Green, yaitu:
1. Faktor predisposisi yaitu kurangnya pengetahuan petani
penyemprot hama tentang bahaya pestisida serta upaya meminimalkan
dampaknya, hal ini secara langsung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi sikap dan keyakinan responden.
2. Faktor pendukung yaitu kondisi geografis dari Dusun Kerobokan
yang terletak pada ketinggian 400- 500 meter dari permukaan air laut
dan Dusun Sari Kelod mempunyai ketinggian 1.500 diatas permukaan
air laut memang cocok untuk daerah pertanian padi maupun sayuran.
Hal ini tentunya memacu petani untuk terus mempertahankan serta
meningkatkan hasil panen yang diperolehnya dengan berbagai cara
antara lain melalui pemberantasan hama dengan pestisida.
3. Faktor pendorong yang meliputi kurangnya pembinaan dan
pengawasan dari instansi yang berwenang, sehingga petani
penyemprot hama padi maupun penyemprot hama sayuran kurang
memahami tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk menghindarkan
diri dari bahaya pestisida.
Untuk dapat mengubah perilaku dari petani penyemprot hama padi
maupun petani penyemprot hama sayuran maka perlu meningkatkan
penyuluhan dan bimbingan teknis dari instansi terkait sehingga risiko
terjadinya penurunan aktivitas cholinesterase dapat diminimalkan
semaksimal mungkin.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII1.1. Kesimpulan
1. Karakteristik, lama pemaparan, pengetahuan dan perilaku petani
penyemprot hama.
Umur responden sebagian besar 35-44 tahun yang termasuk dalam usia
produktif. Tingkat pendidikan sebagian besar tamat SD yaitu 38 orang
(49,4%). Lama pemaparan responden yaitu masa kerja sebagian besar
6-10 tahun yaitu 30 orang (38,9%), lama menyemprot sebagian besar
2 jam per hari yaitu sebanyak 37 orang (48,1%) sedangkan frekuensi
menyemprot sebagian besar 2 hari per minggu yaitu sebanyak 55 orang
(71,4%). Pengetahuan responden sebagian besar mempunyai
pengetahuan baik yaitu 45 orang (58,4%). Perilaku responden sebagian
besar memiliki perilaku kurang yaitu 39 orang (50,6%).
2. Aktivitas cholinesterase menunjukkan bahwa dari 77 orang responden
yang diperiksa, 53 orang (68,8%) tergolong cholinesterase normal dan
24 orang (31,2%) tergolong cholinesterase tidak normal. Tidak ada
hubungan antara jenis petani dengan aktivitas cholinesterase.
3. Lama pemaparan berdasarkan masa kerja serta lama menyemprot
memiliki hubungan yang bermakna dengan aktivitas cholinesterase,
sedangkan frekuensi menyemprot tidak memiliki hubungan dengan
aktivitas cholinesterase.
4 Pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan aktivitas
cholinesterase. Jenis pengetahuan yang berhubungan adalah peringatan
81
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
bahaya, perhatian terhadap dosis/takaran, jenis dan manfaat APD, arah
menyemprot, dan cara masuk pestisida ke dalam tubuh.
5.Perilaku memiliki hubungan yang bermakna dengan aktivitas
cholinesterase. Jenis perilaku yang berhubungan adalah konsentrasi,
pemakaian APD saat menyemprot, pemakaian APD saat
pencampuran/pengadukan dan gejala keracunan yang pernah dialami.
VIII.2. Saran
1.Kepada petani disarankan agar menjaga kesehatan perorangan, serta
melakukan pemeriksaan kesehatan minimal 6 bulan sekali.
Memperhatikan peringatan bahaya, memperhatikan dosis/takaran, jenis
dan manfaat alat pelindung diri, arah menyemprot, cara masuk pestisida
kedalam tubuh. Dalam mengaplikasikan pestisida melaksanakan
konsentrasi sesuai dengan label, pemakaian alat pelindung diri saat
menyemprot dan saat pencampuran/pengadukan pestisida.
2. Melihat dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat pemakaian pestisida
disarankan khususnya pada petani penyemprot hama agar menggunakan
pestisida sedapat mungkin dihindarkan atau pilihan terakhir apabila cara
pengendalan hama yang lain tidak dimungkinkan.
3. Kepada instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota melalui
Puskesmas bekerjasama dengan pihak terkait meningkatkan penyuluhan
atau bimbingan teknis tentang bahaya pestisida dan upaya meminimalkan
dampak negatif pestisida terutama peringatan, dosis/konsentrasi pada
label, arah menyemprot, cara masuk pestisida ke dalam tubuh, jenis dan
manfaat alat pelindung diri, pemakaian alat pelindung diri saat
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
menyemprot dan saat pengadukan/pencampuran pestisida, serta gejala
keracunan pestisida.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar memberikan paket contoh alat
pelindung diri yang dipergunakan oleh penyemprot hama padi
maupun penyemprot hama sayuran dalam upaya meminimalkan dampak
negatif dari pestisida.
5. Peneliti selanjutnya agar meneliti factor-faktor yang dapat mempengaruhi
turunkan aktivitas cholinesterase seperti tingkat kesehatan,
status gizi, serta pemakaian obat nyamuk semprot.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
DAFTAR PUSTAKA
Alit,.2003. Lingkungan dan Pertanian Modern, http//www.aaw.edu/development/ 2003/BPTP (5 September 2005).
1. Arkola. 1992. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Surabaya: Arkola: 4-5 Budiono, 2005. Hubungan Pemaparan Pestisida dengan Gangguan Kesehatan
Pada Petani Penyemprot Bawang Merah di Kelurahan Paneksa Kabupaten Magetan, Jawa Timur www.geogle. (2 Juni 2006)
Depkes.R.I., 1986. Pengawasan Tempat Pengelolaan Pestisida. Jakarta: Ditjen PPM & PLP: 16 Depnaker, 1986 Peraturan Menaker nomor 03/Men/1986 tentang Syarat-Syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja yang Mengelola Pestisida, Jakarta: Menaker: 3
Depkes.R.I.,1992. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
258/Menkes/Per/III/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Pestisida, Jakarta: Ditjen PPM & PLP: 3 & 11.
Depkes.R.I., 1993. Persyaratan Pengelolaan Pestisida, Jakarta: Ditjen PPM & PLP: 10-11 Depkes.R.I.,1994. Pelatihan Pengawasan Kualitas Kesehatan Lingkungan Bidang
Pengawasan Pestisida, Jakarta: Ditjen PPM & PLP: 52-54 Depkes. R.I., 1994. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia, Jakarta:
Depkes RI: 183, 193-196 Depkes.R.I., 2004. Kepmennaker R.I. Nomor 1350/Menkes/SK/XII/2001. Jakarta:
Depkes.RI: 5-6 Down to Earth/Bank Dunia Mendukung Penggunaan Pestisida Aktivitas
Tinggi//[email protected]/Juni 2002: (5 September 2005).
2. Fariani. 2002. Dasar-Dasar Epidemiologi. Surabaya: Epidemiologi Lapangan: 44-45
3. FKM Unair, 2004. Pedoman Penulisan Serta Tata Cara Ujian Skripsi, Surabaya:
Universitas Airlangga : 1-31 4.
I.L.O. 1971. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. Geneva: I.L.O Volume 2 L-Z. 1992: 1622
84
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Karti. 2003. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Petani Penyemprot Hama Tanaman Padi dengan Aktivitas Cholinesterase di Desa Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung, Propinsi Bali ”Skripsi” Surabaya: Unair: 54
Krisna. 1999. Pengaruh Faktor Perilaku terhadap Keracunan Petani Penyemprot
Hama Pestisida di Bali “Skripsi” Surabaya: Unair: 44-45 Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya, Airlangga:
University Press: 26-29, 48 Murti. B. 2003. Prinsip dan Metodologi Risert Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press: 218-223. Notoatmojo. S. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset: 121-122 Novisan 2002. Petunjuk Pemakaian Pestisida. Jakarta: Agromedia Pustaka: 26-
30, 75. Silvester. 1999. Aktivitas Cholinesterase Darah Petani penyemprot Hama Padi
dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi di Desa Boentuka, Kecamatan Amanuban Barat, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Propinsi NTT “Skripsi” Surabaya: Unair: 55
Siswanto. A.1988. Agro Pestisida. Jawa Timur: Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja: 20-22. Siswanto. A. 1988. Tekanan Panas. Jawa Timur: Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja: 1 Siswanto. A.1991. Alat Pelindung Diri. Jawa Timur: Balai Hiperkes dan
Keselamatan Kerja: 1-2 Siswanto. A.1991. Pestisida. Jawa Timur: Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja:
1,2, 3,14-44, 72 Soeprato. A. 1999. Suatu Upaya Pengendalian Penggunaan Pestisida Melalui
Pendekatan Ilmu Pengetahun dan Teknologi. Forum Ilmu Kesehatan Masyarakat Th. XVII No16 Edisi Khusus: 56-57.
Sridati. 1998. Pengaruh Sikap dan Tindakan Petani Penyemprot Pestisida terhadap
Aktivitas Cholinesterase di Desa Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang “Skripsi” Surabaya: Unair: 44-45
Suma’mur.1984 Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Haji
Masagung.: 252-253
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
Supriyanto. S. 2003. Metodologi Risert. Surabaya: Administrasi & Kebijakan FKM Unair: 90-91
Sutanto. 2001. Analisa Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia: 161 Tambun. 2001. Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani Sayur di Dusun
TitigalarDesa Bangli Kecamatan Baturiti “Karya Tulis Ilmiah” Denpasar: Poltekkes: v-vi
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
1
Lampiran 2 Rekapan hasil penelitian petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
No. Nama Responden Umur Jns Klm Pedk Jns
smprotMs
kerja Jam/hari
Hari/mg pength Perilaku Cholines
terase
1 I Nyoman Sarya 30 L SLTA Padi 6 3 2 Baik Kurang 100
2 I Nyoman Sadra 36 L SLTA Padi 8 2 2 Baik Baik 100
3 Ni Made Werti 31 P SD Padi 9 3 2 Kurang Kurang 62,5
4 I N.Suma .A 30 L SLTA Padi 7 2 2 Baik Kaurang 100
5 I Gusti P Tekek 65 L tdk tmt SD Padi 11 1 1 Kurang Baik 75
6 I Wyn Siki Antara 29 L SLTP Padi 5 2 2 Baik Kurang 100
7 I Wayan Warta 32 L Akademi Padi 11 3 2 Baik Kurang 62,5
8 I N Kuspianto 40 L tdk tmt SD Padi 10 2 2 Baik Kurang 100
9 I Wayan Sinten 66 L tdk tmt SD Padi 21 2 2 Kurang Kurang 62,5
10 I Ketut Lotra 40 L SD Padi 10 2 2 Baik Baik 100
11 I Nyoman Cilik 23 L SLTP Padi 4 3 3 Baik Baik 100
12 I Wayan Embung 50 L tdk tmt SD Padi 17 2 2 Kurang Kurang 62,5
13 I Made Damping 70 L SD Padi 21 2 1 Baik Kurang 100
14 Ni M.Suka.W 37 P tdk tmt SD Padi 11 4 2 Kurang Kurang 62,5
15 I Made Warsa 35 L SLTA Padi 3 1 2 Baik Baik 100
16 Ni Wayan Lanus 45 P SD Padi 10 2 2 Baik Kurang 75
17 Ni N. Buntek 35 P SD Padi 3 3 2 Baik Kurang 62,5
18 Ni Luh Nariasih 42 P Akademi Padi 3 2 2 Baik Baik 100
19 I Ketut Rapeg 42 L tdk tmt SD Padi 19 2 2 Kurang Kurang 62,5
20 I W. Sudarsana 39 L SD Padi 7 3 2 Baik Baik 100
21 I Wayan Rembug 40 L SD Padi 18 4 2 Kurang Baik 62,5
22 Ni W. Mariantini 49 P SLTP Padi 13 4 3 Kurang Baik 62,5
23 I Made Pimpin 35 L SD Padi 9 2 1 Baik Baik 100
24 Gst Ketut Putra 30 L SLTA Padi 9 3 1 Baik Baik 100
25 I N. Sumantra 35 L SLTA Padi 2 3 1 Baik Baik 87,5
26 I Ketut Wita 31 L tdk tmt SD Padi 10 1 2 Baik Kurang 100
27 I Made Gatra 53 P SD Padi 14 2 2 Baik Baik 75
28 I Made Suardana 36 L PT Padi 8 2 2 Baik Baik 100
29 I Wayan Resi 50 L SD Padi 16 3 2 Kurang Kurang 50
30 I Wayan Kerta 35 L SLTA Padi 7 1 2 Baik Baik 100
31 I Wayan Sujana 33 L SD Padi 12 4 2 Kurang Kurang 62,5
32 I Made Tanggu 30 L SD Padi 11 3 2 Baik Kurang 62,5
33 I Wayan Sugiarta 31 L Tdk tnt SD Padi 14 4 2 Kurang Kurang 62,5
34 I Ketut Carik 50 L tdk tmt SD Padi 10 2 2 Kurang Kurang 100
35 I Made Santik 44 L SLTP Padi 8 1 1 Baik Baik 100
36 I Made Redi 26 L SD Padi 3 1 2 Baik Baik 87,5
37 I Made Budiarsa 35 L SLTA Padi 7 2 2 Kurang Baik 75
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
2
38 I Nyoman Ranten 44 P SD Padi 8 2 2 Kurang Baik 100
39 Made Bagiada 32 L SLTA Sayur 10 1 3 Baik Kurang 100
40 I Nyoman Natar 51 L SD Sayur 20 2 2 Kurang Kurang 87,5
41 Gst Nym Mustika 53 L SD Sayur 22 3 1 Baik Baik 100
42 Gde Sukada 42 L SD Sayur 23 2 1 Kurang Kurang 75
43 Ketut Ardita 35 L SLTA Sayur 10 2 2 Baik Baik 100
44 Ketut Supala 53 L SD Sayur 25 1 2 Baik Baik 100
45 Nyoman Seria 32 L Akademi Sayur 2 2 1 Baik Baik 100
46 Made Rudita 41 L SD Sayur 11 1 2 Baik Baik 87,5
47 Nyoma Dana 35 L SLTP Sayur 5 1 1 Baik Kurang 100
48 Ketut Redika 51 L Kademi Sayur 9 1 2 Kurang Baik 75
49 Nyoman Slamet 34 L SLTP Sayur 2 2 1 Kurang Baik 100
50 Nyoman Darma 33 L SLTA Sayur 4 2 2 Baik Baik 100
51 R.N.A.Darmayasa 44 L SD Sayur 8 2 2 Baik Kurang 100
52 Nyoman Sumitra 44 L tdk tmt SD Sayur 8 1 2 Kurang Baik 87,5
53 Gde Latar 44 L SD Sayur 10 2 2 Baik Baik 100
54 Ketut Wirtana 41 L SD Sayur 20 2 2 Baik Baik 100
55 Gede Rena P 19 L SD Sayur 3 3 2 Baik Kurang 62,5
56 Ketut Kenada 42 L Akademi Sayur 10 2 1 Baik Kurang 75
57 Gde Pasek S 42 L SD Sayur 24 3 2 Baik Kurang 62,5
58 Nyoman Sujaneng 39 L SLTP Sayur 17 3 2 Kurang Kurang 62,5
59 Wayan Sama 43 L tdk tmt Sd Sayur 10 3 2 Kurang Kurang 100
60 Wayan Sada 45 L SD Sayur 24 2 2 Kurang Kurang 62,5
61 I Gde Wenten 39 L SD Sayur 10 1 1 Baik Baik 100
62 I Ketut Pasek 38 L SD Sayur 10 4 2 Kurang Kurang 87,5
63 I N Mukiarma 45 L tdk tmt SD Sayur 7 2 1 Kurang Kurang 100
64 Made Sandi Arsa 35 L DI Sayur 6 1 2 Baik Kurang 62,5
65 Ketut Ayu 30 P SD Sayur 11 2 2 Kurang Kurang 62,5
66 Nyoman Wirata 36 L SD Sayur 8 4 2 Kurang Baik 100
67 Made Sudarpa 45 L SD Sayur 9 2 1 Baik Baik 100
68 Nyoman Suarjaya 43 L SD Sayur 15 2 2 Baik Baik 87,5
69 Ketut Wandra 40 L SD Sayur 10 4 2 Kurang Kurang 62,5
70 Nyoman Pedas 50 L SLTA Sayur 23 1 3 Baik Baik 100
71 Ketut Sweja 54 L tdk tmt SD Sayur 13 4 2 Kurang Baik 100
72 Putu Merta 31 L SLTA Sayur 5 1 1 Baik Baik 100
73 Nyoman Merta 42 L SD Sayur 20 2 2 Baik Kurang 62,5
74 Made Rai 60 L SD Sayur 25 2 1 Kurang Kurang 62,5
75 Made Sika 52 L SD Sayur 21 2 2 Kurang Kurang 50
76 Ketut Sarianti 21 P SD Sayur 3 2 2 Kurang Baik 100
77 Luh Santri 25 P SD Sayur 11 2 1 Kurang Kurang 62,5 Keterangan Cholinesterase: >75% = normal, <75% - >50%= keracunan ringan, <50% ->25%=keracunan sedang < 25%= keracunan berat
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
3
Lampiran 3. Hubungan jenis petani dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Crosstabs
Jenis petani * RACUN1 Crosstabulation
13 25 3811.8 26.2 38.0
54.2% 47.2% 49.4%11 28 39
12.2 26.8 39.045.8% 52.8% 50.6%
24 53 7724.0 53.0 77.0
100.0% 100.0% 100.0%
CountExpected Count% within RACUN1CountExpected Count% within RACUN1CountExpected Count% within RACUN1
Petani padi
Petani sayur
Jenis petani
Total
Tidak normal NormalRACUN1
Total
Chi-Square Tests
.324b 1 .569
.104 1 .747
.324 1 .569.628 .374
.319 1 .572
77
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is11.84.
b.
Symmetric Measures
.065 .569
.065 .114 .563 .575c
.065 .114 .563 .575c
77
Contingency CoefficientNominal by NominalPearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
4
Risk Estimate
1.324 .503 3.482
1.213 .622 2.364
.916 .677 1.240
77
Odds Ratio for Jenispetani (Petani padi /Petani sayur)For cohort RACUN1= Tidak normalFor cohort RACUN1= NormalN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
5
Lampiran 4: Hubungan lama pemaparan dengan aktivitas cholinesterase darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006 Crosstabs
Case Processing Summary
77 100,0% 0 ,0% 77 100,0%Masa kerja responden* Kadar cholinesterase
N Percent N Percent N PercentValid Missing Total
Cases
Masa kerja responden * aktivitas cholinesterase
C b l i
5 5 103,1 6,9 10,0
20,8% 9,4% 13,0%
6 4 103,1 6,9 10,0
25,0% 7,5% 13,0%
8 5 134,1 8,9 13,0
33,3% 9,4% 16,9%
3 27 309,4 20,6 30,0
12,5% 50,9% 39,0%
2 12 144,4 9,6 14,0
8,3% 22,6% 18,2%
24 53 7724,0 53,0 77,0
100,0 100,0 100,0
CounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesteras
1
2
3
4
5
Masa responde
Total
l normacholinesterase
Total Tidak normal
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
6
Chi-Square Tests
19,243a 4 ,00119,914 4 ,001
11,491 1 ,001
77
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
4 cells (40,0%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 3,12.
a.
Symmetric Measures
,447 ,001,389 ,105 3,655 ,000c
,410 ,102 3,897 ,000c
77
Contingency CoefficientNominal by NominalPearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
Crosstabs
Lama menyemprot jam/hari * Aktivitas cholinesterase Crosstabulation
6 3 92,8 6,2 9,0
25,0% 5,7% 11,7%
8 7 154,7 10,3 15,0
33,3% 13,2% 19,5%
9 28 3711,5 25,5 37,0
37,5% 52,8% 48,1%
1 15 165,0 11,0 16,0
4,2% 28,3% 20,8%
24 53 7724,0 53,0 77,0
100,0 100,0 100,0
CounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesterasCounExpected % within cholinesteras
1
2
3
4
lama jam/har
Total
Tidak normal Normal Aktivitas cholinesterase
Total
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
7
Symmetric Measures
,394 ,003,424 ,098 4,053 ,000c
,424 ,094 4,051 ,000c
77
Contingency CoefficientNominal by NominalPearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
Crosstabs
frekuensi menyemprot hari/minggu * Aktivitas Cholinesterase Crosstabulation
1 3 41,2 2,8 4,0
4,2% 5,7% 5,2%
21 34 5517,1 37,9 55,0
87,5 64,2 71,4
2 16 185,6 12,4 18,0
8,3% 30,2 23,4
24 53 7724,0 53,0 77,0
100,0 100,0 100,0
CountExpected % within cholinesterase
CountExpected % within cholinesteraseCount
Expected % within cholinesteraseCountExpected % within cholinesterase
1
2
3
frekuensi hari/mingg
Tota
Tidak normal Normal Aktivitas cholinesterase
Total
Chi-Square Tests
4,707a 2 ,0955,348 2 ,069
2,676 1 ,102
77
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
2 cells (33,3%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is 1,25.
a.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
8
Symmetric Measures
,240 ,095,188 ,095 1,654 ,102c
,199 ,094 1,759 ,083c
77
Contingency CoefficientNominal by NominalPearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
Analis Regresi Logistic Lama Pemaparan (masa kerja, lama menyemprot dan frekuesi menyemprot) Logistic Regression
Case Processing Summary
77 100.00 .0
77 100.00 .0
77 100.0
Unweighted Casesa
Included in AnalysisMissing CasesTotal
Selected Cases
Unselected CasesTotal
N Percent
If weight is in effect, see classification table for the totalnumber of cases.
a.
Dependent Variable Encoding
01
Original ValueNormalTidak normal
Internal Value
Categorical Variables Codings
10 1.000 .000 .000 .00010 .000 1.000 .000 .00013 .000 .000 1.000 .00030 .000 .000 .000 1.00014 .000 .000 .000 .000
9 1.000 .000 .00015 .000 1.000 .00037 .000 .000 1.00016 .000 .000 .000
4 1.000 .00055 .000 1.00018 .000 .000
21-2516-2011-156-10 thsmp dg 5 th
MSKRJ1
4 th3 th2 th1 th
LAMA1
3 th2 th1 th
FREK1
Frequency (1) (2) (3) (4)Parameter coding
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
9
Block 0: Beginning Block Classification a,b
53 0 100.24 0 .0
68.
Observed Normal
Tidak normal
Cholinesterase responden Overall
Step 0 Normal Tidak normal
Cholinesterase responden
Percentage
Correct
Predicted
Constant is included in the a. The cut value is b.
Variables in the Equation
-.792 .246 10.368 1 .001 .453ConstantStep 0B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Variables not in the Equation
19.243 4 .0011.900 1 .1684.453 1 .0356.724 1 .010
10.266 1 .00114.160 3 .003
5.986 1 .0144.266 1 .0391.555 1 .2124.707 2 .095
.075 1 .7844.413 1 .036
30.623 9 .000
MSKRJ1MSKRJ1(1)MSKRJ1(2)MSKRJ1(3)MSKRJ1(4)LAMA1LAMA1(1)LAMA1(2)LAMA1(3)FREK1FREK1(1)FREK1(2)
Variables
Overall Statistics
Step0
Score df Sig.
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
37.042 9 .00037.042 9 .00037.042 9 .000
StepBlockModel
Step 1Chi-square df Sig.
Model Summary
58.507 .382 .537Step1
-2 Loglikelihood
Cox & SnellR Square
NagelkerkeR Square
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
10
Classification T bl
a
49 4 92.58 16 66.7
84.4
Observed Normal
Tidak normalAktivitas Cholinesteraseresponden Overall P t
Step 1 Normal Tidak normal
Aktivitas Cholinesterase responden Percentage
Correct
Predicted
The cut value is 500
a.
Variables in the Equation
13.407 4 .0092.763 1.261 4.799 1 .028 15.845 1.338 187.6991.926 1.212 2.523 1 .112 6.859 .637 73.8382.082 1.223 2.900 1 .089 8.022 .730 88.096-.805 1.161 .481 1 .488 .447 .046 4.350
9.354 3 .0253.206 1.509 4.512 1 .034 24.691 1.281 475.7473.297 1.410 5.463 1 .019 27.021 1.703 428.7721.215 1.302 .871 1 .351 3.370 .263 43.219
3.287 2 .193.419 1.812 .054 1 .817 1.521 .044 52.976
1.843 1.110 2.757 1 .097 6.317 .717 55.634-5.061 1.893 7.147 1 .008 .006
MSKRJ1MSKRJ1(1MSKRJ1(2MSKRJ1(3MSKRJ1(4LAMA1LAMA1(1)LAMA1(2)LAMA1(3)FREK1FREK1(1)FREK1(2)Constant
Step1
a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95.0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: MSKRJ1, LAMA1, FREK1.a.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
11
Lampiran 5 : Hubungan pengetahuan dengan Aktivitas cholinesterase Darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006
Pengetahuan responden * Aktivitas Cholinesterase Crosstabulation
17 15 3210,0 22,0 32,0
70,8 28,3 41,6
7 38 4514,0 31, 45,0
29,2 71,7 58,4
24 53 7724,0 53,0 77,0
100,0 100,0 100,0
CountExpected % within cholinesteraCountExpected % within cholinesteraseCountExpected % within cholinesterase
Kurang (score 0-13)
B Baik (score 14-18)
Pengetahuanresponden
Tota
Tidak normal Normal Aktivitas cholinesterase
Total
Chi-Square Tests
12,304b 1 ,00010,615 1 ,00112,412 1 ,000
,001 ,001
12,144 1 ,000
77
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is9,97.
b.
Symmetric Measures
,371 ,000,400 ,106 3,777 ,000c
,400 ,106 3,777 ,000c
77
Contingency CoefficientNominal by NominalPearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
12
Risk E ti t
6,152 2,123 17,82
3,415 1,606 7,263
,555 ,376 ,820
77
Odds Ratio Pengetahuan (Kurang (score 0-Baik(score 14-For cohort cholinesterase = Tidak normal For cohort cholinesterase = N of Valid
Value Lower Uppe
95% Confidence
Interval
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
13
Lampiran 6: Hubungan Perilaku dengan Aktivitas cholinesterase Darah petani penyemprot hama di Dusun Kerobokan dan Dusun Sari Kelod tahun 2006 Crosstabs Perilaku responden * Aktivitas Cholinesterase Crosstabulation
22 17 3912,2 26,8 39,0
91,7% 32,1% 50,6%
2 36 3811,8 26,2 38,0
8,3% 67,9% 49,4%
24 53 7724,0 53,0 77,0
100,0% 100,0% 100,0%
CountExpected C t% within KadarcholinesteraseCountExpected C t% within KadarcholinesteraseCountExpected C t% within Kadarcholinesterase
Kurang(score 0-11)
Baik(score12-16)
Perilaku responden
Total
Tidak normal Normal Aktivitas cholinesterase
Total
Chi-Square Tests
23,469b 1 ,00021,145 1 ,00026,455 1 ,000
,000 ,000
23,164 1 ,000
77
Pearson Chi-SquareContinuity Correctiona
Likelihood RatioFisher's Exact TestLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig.(2-sided)
Exact Sig.(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is11,84.
b.
Symmetric Measures
,483 ,000,552 ,083 5,734 ,000c
,552 ,083 5,734 ,000c
77
Contingency CoefficientNominal by NominalPearson's RInterval by IntervalSpearman CorrelationOrdinal by Ordinal
N of Valid Cases
ValueAsymp.
Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Not assuming the null hypothesis.a.
Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.b.
Based on normal approximation.c.
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
14
Risk Estimate
23,294 4,904 110,654
10,718 2,705 42,469
,460 ,319 ,663
77
Odds Ratio for Perilakuresponden (Kurang(score0-11) / Baik(score12-16))For cohort Kadarcholinesterase = TidaknormalFor cohort Kadarcholinesterase = NormalN of Valid Cases
Value Lower Upper
95% ConfidenceInterval
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
15
Lampiran 7
Pedoman Wawancara Penelitian Hubungan Antara Lama Pemaparan Pengetahuan dan Perilaku Dengan Kadar Cholinesterase Darah Petani Penyemprot Hama di
Dusun Kerobokan dan dusun Sari Kelod Tahun 2006 A. Identitas Responden 1. Nama : No. Urut : …
2.Umur/tanggal lahir :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Pendidikan :
a. Tidak Sekolah
b. Tidak tamat SD
c. Tamat SD
d. Tamat SLTP
e. Tamat SLTA
f. Tamat Diploma/Akademi /PT
6. Jenis petani yang anda tekuni:
a. Petani Padi
b. Petani Sayur
7. Apakah sebagai petani merupakan mata pencaharian utama anda?
a. ya, lanjut ke nomor 10
b. tidak
8. Bila tidak, apa pekerjaan anda?
a. Buruh tani
b. Karyawan swasta
c. Lain-lain sebutkan……………………………………………..
9. Apakah anda juga melakukan pekerjaan sebagai penyemprot tanaman dengan
pestisida ? bila tidak stop, bila ya tanaman apa?
a. Padi
b. Sayuran
10. Apakah dalam pekerjaan anda sebagai petani melakukan kegiatan
penyemprotan dengan pestisida ?
a. Ya b. Tidak
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
16
B. Lama Pemaparan
1. Berapa lama sudah anda menjadi penyemprot hama tanaman ?
……………………………..tahun 2. Dalam sehari berapa jam anda menyemprot tanaman?……………....jam
3. Berapa hari dalam seminggu anda bekerja menyemprot tanaman……kali
C. Pengetahuan
1. Sebutkan jenis pestisida yang anda ketahui : ……………………….
……………………………………………………………………….
2. Sebutkan jenis pestisida yang anda pakai :…………………………
……………………………………………………………………….
3. Apakah anda memperhatikan peringatan bahaya dan peringatan
pengamannannya pada label botol/wadah pestisida ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
4. Apakah anda memperhatikan dosis/takaran pemakaian pada label
botol/wadah pestisida ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
5. Jenis/macam pelindung diri apa saja yang seharusnya digunakan bagi
penyemprot hama? Sebutkan ……………………………………………….
No. Jenis Alat Pelindung Diri Manfaat
1 Pelindung Kepala /topi ………………………………
..
2 Pelindung pernafasan /masker ………………………………
..
3 Pelindung mata ………………………………
.
4 Baju lengan panjang celana panjang ………………………………
5 Pelindung tangan ………………………………
6 Pelindung kaki /sepatu boot ……………………………
Jumlah yang benar
6. Menurut anda, arah penyemprotan yang benar adalah :
a. Searah dengan arah angin
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
17
b. Berlawanan dengan arah angin
c. Sembarangan/tidak memperhitungkan arah angin
7.Dimana anda menyimpan sisa-sisa pestisida sesudah selesai melakukan
penyemprotan?
a. Disimpan ditempat yang khusus
b. Disimpan pada sembarang tempat
8. Pestisida dapat meracuni manusia melalui apa saja? Sebutkan:
a. Melalui kulit karena kontak
b. Melalui pernafasan
c. Melalui mulut
d. Tidak tahu
9. Apakah orang lain yang berada disekitar tempat anda saat melakukan
penyemprotan bisa mengalami keracunan pestisida juga ?
a. Ya b.Tidak c. Tidak tahu
D. Perilaku
1. Konsentrasi/dosis pestisida yang sering anda pergunakan……………………
2. Jenis alat pelindung diri yang anda pergunakan saat menyemprot hama
tanaman adalah (jawaban bisa lebih dari 1dan observasi)
a. topi, e. sarung tangan
b. masker, f. baju lengan panjang & celana panjang
c. sepatu boot g. tanpa pelindung diri
d. pelindung mata
3. Selama melakukan pengadukan/pencampuran pestisida anda menggunakan
pelindung diri apa saja ? sebutkan:
a. topi, e. sarung tangan
b. masker, f. baju lengan panjang & celana panjang
c. sepatu boot g. tanpa pelindung diri
d. pelindung mata
4. Apakah waktu melakukan penyemprotan, anda melakukan kegiatan merokok
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
5.Apakah waktu melakukan penyemprotan, anda melakukan kegiatan makan?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
18
6.Apakah waktu melakukan penyemprotan, anda melakukan kegiatan minum?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak
7..Setelah selesai menyemprot, apakah anda selalu membersihkan seluruh
anggota badan dengan menggunakan sabun?
a. Ya b. Kadang-kadang c.Tidak
8.Pada saat atau sesudah melakukan penyemprotan, pernahkah anda mengalami
gejala-gejala seperti : pusing-pusing, sakit kepala, suka atau banyak meludah,
mata berair, pingsan?
a. Pernah. b. Tidak
E. HASIL PEMERIKSAAN CHOLINESTERASE
Hasil pengukuran cholinesterase darah petani penyemprot hama………………
1. 100% 3. 75% 5. 50 % 7. 25 %
2. 87,5% 4.62,5% 6. 37,5% 8. <25%
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
19
CARA PENILAIAN A. Pengetahuan
1. Benar = 2 Salah = 0
2. Benar = 2 Salah = 0
3. a = 2 b = 1 c = 0
4. a = 2 b = 1 c = 0
5. 6 jawaban benar = 2 , 4-5 benar = 1 , < 3 benar = 0
6. a = 2 b = 0 c = 0
7. a = 2 b = 0
8. 3 jawaban benar = 2 1-2 benar = 1 d = 0
9. a = 2 b = 0 c = 0
B. Perilaku
1. Benar = 2 Salah = 0
2. 6 jawaban benar = 2 , 4-5 benar = 1 < 3 benar =0 g = 0
3. 6 benar = 2, 4-5 benar = 1, < 3 benar = 0 g = 0
4. a = 0 b = 1 c = 2
5. a = 0 b = 1 c = 2
6. a = 0 b = 1 c = 2
7. a = 2 b = 1 c = 2
8. a = 0 b = 2
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
20
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
21
Desa Mekarsari Desa Pancasari No
Gol. Umur Lk % Pr % Jm % Lk % Pr % Jm %
1. 0-4 171 8,9 178 8,6 349 8,8 126 5,6 127 5,6 253 5,7 2 5-9 181 9,4 179 9,3 360 9,0 224 10,2 236 10,4 460 10,3 3 10-14 198 10,3 218 11,3 416 10,4 193 46,6 180 8,0 373 8,4 4 15-19 216 11,2 202 9,8 418 10,5 182 8,3 173 7,7 355 8,0 5 20-24 157 8,2 188 9,8 345 8,7 219 10,0 226 10,0 445 10,0 6 25-29 186 9,7 214 11,1 400 10,0 176 8,0 191 8,4 367 8,3 7 30-34 154 8,0 170 8,2 324 20,7 188 8,6 194 8,6 382 8,6 8 35-39 145 7,5 135 6,6 280 7,0 178 8,1 179 7,9 357 8,0 9 40-44 102 5,3 109 5,3 211 5,3 174 7,9 190 8,4 364 8,2 10 45-49 90 4,7 102 4,9 192 4,8 163 7,4 166 7,3 329 7,4 11 50-54 82 4,3 69 3,3 151 3,8 127 580 122 5,4 249 5,6 12 55-59 69 3,6 84 4,0 153 3,8 92 4,2 100 4,4 192 4,3 13 60-64 52 2,7 58 2,8 110 2,8 50 2,3 63 2,8 113 2,5 14 65-69 48 2,5 53 2,6 101 2,5 57 2,6 61 2,7 118 2,7 15 70 th + 70 3,6 102 4,9 172 4,3 37 1,7 49 2,2 86 1,9 Jumlah 1921 100 2061 100 3982 100 2188 100 2259 100 4.447 100
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani
22
Kecamatan Baturiti dan Kecamatan Sukasada dalam Angka, 2004
No. Merek Dagang Bahan Aktif Dosis Jumlah Orang
1 Curacron Profenofus 1,5-2ml/lt 2 Fastak Alfametrin 1,25-2,5ml/lt 3 Decis Delfametin 0,5-1 ml/ltr 4 Dursban Klorpirifus 2-3 ml/ltr 5 Kaliandra Klorpirifus 2ml/lt 6 Dimacide Dimetoat 1-2 ml/ltr 7 Diazinon Diazinon 2 ml/ltr 8 Antracol Promb 1-2ml/lt 9 Ridomil Menkoseb 1-2 ml/lt 10 Marshal Karbonosul 2-3 ml/ltr 11 Sumialpha Espenpalerat 0,5-1ml/lt 12 Spontan Dimehipo 0,75-1,5ml/lt 13 Sidabas BPMC 2-4 ml/ltr 14 Tanabas BPMC 2-4 ml/ltr 15 Cymbush Sipermetrin 0,5-1ml/lt 16 Winder Imdakloprid 0,5-1ml/lt 17 Exocet Sipermetrin 1-2 ml/ltr 18 Sharpa Sipermetrin 0,5-1ml/lt 19 Score Bifenokonazol 0,25-1ml/lt 20 Matador Lamda sihalotin 0,5-1 ml/ltr
ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Hubungan Antara Lama Pemaparan ... Ni Nyoman Kariani