perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MATERI
BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA FILM
PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA SLB NEGERI
WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2011
SKRIPSI
oleh:
SUYANTO
X 5209024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MATERI
BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA FILM
PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA SLB NEGERI
WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2011
SKRIPSI
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Khusus
oleh:
SUYANTO
X 5209024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
MOTTO
S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan pada:
Kedua orang t
untukku agar selalu sukses selalu dalam menuntut ilmu.
Istriku tercinta, yang selalu mendukung dan memberi
semangat dalam menempuh pendidikan ke jenjang S1.
Kedua putriku yang tersayang telah memberi dorongan
agar sukses dalam meneruskan pendidikan.
Rekan-rekan seperjuangan yang selalu membantu saya
dalam meyelesaikan tugas-tugas kuliah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
ABSTRAK
Suyanto, MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG
MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA FILM
PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA SLB NEGERI
WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011, Skripsi. Surakarta.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli
2011.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika
tentang materi pecahan sederhana melalui media film pada siswa kelas III
tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran
2010/2011.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas III Tunarungu wicara yang berjumlah 7
anak. Teknik pengumpulan data dengan tes.
Teknik analisa data yang digunakan dengan penilaian data deskriptif
komparatif yaitu membandingkan hasil tes kondisi awal nilai tes siklus I dan nilai
tes setelah diadakan siklus II.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa media film dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang materi pecahan sederhana pada siswa kelas III
tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRACT
Suyanto. IMPROVING THE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT
OF SIMPLE FRACTION NUMBER MATERIAL USING FILM MEDIA IN
DEAF-MUTE III GRADERS OF SLB NEGERI WIRADESA OF
PEKALONGAN REGENCY IN 2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and
Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, July. 2011.
This research aims to improve the mathematics learning achievement of
simple fraction number material using film media in deaf-mute III graders of SLB
Negeri Wiradesa of Pekalongan Regency in 2011.
This study employed a Classroom Action Research (CAR). The subject of
research was the deaf-mute III graders of consisting of 7 students. Technique of
collecting data using test.
Technique of analyzing data used was a descriptive comparative data
assessment, that is, to compare the result of prior condition test, cycle I test value
and the test value after cycle II.
From the result of research, it can be concluded that film media can
improve the mathematics learning achievement of simple fraction material in the
deaf-mute III graders of SLB Negeri Wiradesa of Pekalongan Regency in 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Alhamdul
SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar
Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak sekali hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, penulisan
skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya doa, bantuan, dan dorongan
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, yang telah
memberikan ijin penelitian untuk melaksanakan penelitian dan sekaligus
sebagai pembimbing II Skripsi.
3. Drs. Gunarhadi, MA,Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa,
yang telah memberikan ijin penelitian serta memberikan motivasi, masukan
dan saran.
4. Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. Sebagai pembimbing I yang selalu memberi
motivasi serta pembimbingan sampai selesainya skripsi.
5. Bapak, Ibu Dosen dan Stap Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis sehingga mambantu dalam
penulisan skripsi ini.
6. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan ijin
studi S1. di UNS.
7. Kepala SLB Negeri wiradesa Kabupaten Pekalongan yang telah memberikan
ijin sebagai tempat penelitian di SLB Negeri Wiradesa.
8. Seluruh Staf pengajar di SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan, yang
telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
9. Seluruh Siswa SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang di butuhkan dalam penelitian.
10. Berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga semua pihak yang telah berkenan memberikan sumbangan tenaga,
pikiran dan kesempatan dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan imbalan dari
Alloh SWT, atas amal baik yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu dengan adanya saran dan kritik yang membangun penulis
terima dengan senang hati demi kebaikan kebaikan skripsi ini.
Surakarta, Juli 2011.
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PERSETUJUAN -------------------------------------------------------- iii
HALAMAN PENGESAHAN -------------------------------------------------------- iv
MOTTO ---------------------------------------------------------------------------------- v
PERSEMBAHAN ---------------------------------------------------------------------- vi
ABSTRAK ------------------------------------------------------------------------------ vii
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------- ix
DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------- xi
DAFTAR TABEL ---------------------------------------------------------------------- xiv
DAFTAR LAMPIRAN ---------------------------------------------------------------- xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang --------------------------------------------------------------- 1
B. Perumusan Masalah --------------------------------------------------------- 3
C. Tujuan Penelitian ------------------------------------------------------------ 3
D. Manfaat Penelitian ----------------------------------------------------------- 3
1. Manfaat Teoritis ---------------------------------------------------------- 3
2. Manfaat Praktis ----------------------------------------------------------- 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Anak Tunarungu
a. Pengertian Anak Tunarungu --------------------------------------- 5
b. Faktor Penyebab Anak Tunarungu ------------------------------- 6
c. Klasifikasi Anak Tunarungu -------------------------------------- 9
d. Ciri-ciri Anak Tunarungu ----------------------------------------- 10
e. Permasalahan yang dihadapi Anak Tunarungu ----------------- 12
f. Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunarungu --------------------- 13
2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar matematika.
a. Pengertian Hasil Belajar -------------------------------------------- 14
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara
Umum ----------------------------------------------------------------- 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
c. Pengertian Matematika --------------------------------------------- 17
d. Pengertian Pecahan Sederhana ------------------------------------ 18
e. Pengertian Media ---------------------------------------------------- 19
f. Pengertian Film ------------------------------------------------------ 19
g. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SLB --------------------- 20
h. Ruang Lingkup Pelajaran Matematikam-------------------------- 21
B. Kerangka Berfikir ------------------------------------------------------------ 22
C. Perumusan Hipotesis Tindakan -------------------------------------------- 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian -------------------------------------------------------- 25
2. Waktu Penelitian --------------------------------------------------------- 25
B. Subyek penelitian ------------------------------------------------------------ 26
C. Data dan Sumber Data ------------------------------------------------------- 26
D. Teknik Pengumpulan Data Diadakan Melalui Tes.
1. Pengertian Tes ------------------------------------------------------------ 27
2. Materi Tes ----------------------------------------------------------------- 28
3. Jenis-Jenis Tes ------------------------------------------------------------ 28
4. Cara Mengerjakan Tes -------------------------------------------------- 29
5. Kunci Jawaban ----------------------------------------------------------- 30
6. Penilaian atau Skor ------------------------------------------------------ 30
E. Teknik Analisis Data -------------------------------------------------------- 30
F. Prosedur Penelitian
1. Siklus I -------------------------------------------------------------------- 31
2. Siklus II ------------------------------------------------------------------- 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal -------------------------------------------------- 33
2. Deskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan ------------------------------------------------- 34
b. Pelaksanaan Tindakan ---------------------------------------------- 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
c. Hasil Pengamatan ---------------------------------------------------- 36
d. Repleksi -------------------------------------------------------------- 37
3. Deskripsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan ------------------------------------------------- 37
b. Pelaksanaan Tindakan ---------------------------------------------- 38
c. Hasil Pengamatan ---------------------------------------------------- 39
B. Hasil Penelitian --------------------------------------------------------------- 40
C. Pembahasan Hasil Penelitian ----------------------------------------------- 42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ---------------------------------------------------------------------- 44
B. Implikasi ---------------------------------------------------------------------- 44
C. Saran --------------------------------------------------------------------------- 44
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------ 46
LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------------------- 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR TABEL
Tabel. 3.1. Jadwal Penelitian ---------------------------------------------------------- 26
Tabel. 4.1. Nilai Kondisi Awal -------------------------------------------------------- 33
Tabel. 4.2. Nilai Rata-rata Kondisi Awal -------------------------------------------- 34
Tabel. 4.3. Nilai Ulangan Pada Siklus I ---------------------------------------------- 36
Tabel. 4.4. Nilai Ulangan Pada Siklus II --------------------------------------------- 40
Tabel. 4.5. Hasil Evaluasi Nilai Rata-rata Akhir Siklus II ------------------------ 40
Grafik 1. Hasil Evaluasi Belajar Rata-rata Kondisi Awal Sampai Akhir Siklus I
Dan Siklus II ----------------------------------------------------------------- 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. RPP Siklus I ----------------------------------------------------------------------- 48
2. Postes Siklus I ---------------------------------------------------------------------- 66
3. Kunci Jawaban siklus I ------------------------------------------------------------ 67
4. Skor Penilaian Siklus I ------------------------------------------------------------ 67
5. Silabus (matematika) Siklus I----------------------------------------------------- 68
6. Silabus (PKn) siklus I ------------------------------------------------------------- 71
7. Kisi-kisi siklus I -------------------------------------------------------------------- 73
8. Foto Kegiatan siklus I ------------------------------------------------------------- 74
9. RPP Siklus II ----------------------------------------------------------------------- 75
10. Postes Siklus II --------------------------------------------------------------------- 93
11. Kunci Jawaban siklus II ----------------------------------------------------------- 94
12. Silabus (matematika) Siklus II --------------------------------------------------- 95
13. Silabus (PKn) siklus II ------------------------------------------------------------ 98
14. Kisi-kisi siklus II ------------------------------------------------------------------- 100
15. Foto Kegiatan siklus II ------------------------------------------------------------ 101
16. Instrumen Penilaian RPP (Lamp-5) --------------------------------------------- 102
17. Instrumen Penilaian Implementasi RPP (Lamp-6) ---------------------------- 104
18. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ------------------------------------ 106
19. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa.------------------------------------ 108
17. Surat-surat Perizinan dari UNS dan SLB N Wiradesa.----------------------- 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
DINAS PENDIDIKAN
SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN
JENJANG PENDIDIKAN TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB Alamat: Jl. Mrican Kepatihan-Wiradesa-Pekalongan Telp.(0285) 7927588 Kode Pos 51152
SURAT KETERANGAN
No: 421.8/ 069 / 2011
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah SLB Negeri Wiradesa
Kabupaten Pekalongan menerangkan bahwa:
N a m a : SUYANTO
N I M : X5209024
Mahasiswa : FKIP UNS, Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu
Pendidikan
Bahwa mahasiswa tersebut diatas telah mengadakan penelitian dalam rangka
menyususn skripsi dengan judul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA TENTANG MATERI BILANGAN PECAHAN SEDERHANA
MELALUI MEDIA FILM PADA SISWA KELAS III TUNARUNGU WICARA
SLB NEGERI WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011,
yang dilaksanakan mulai tanggal 3 Mei sampai dengan 13 Mei 2011.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
perlunya.
Pekalongan, 21 Mei 2011
Kepala Sekolah
NURHADI, S.Pd
NIP: 19560504 198304 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
Lampiran 5
Instrumen Penilaian RPP
INSTRUMEN PENILAIAN RPP
1. Nama mahasiswa : SUYANTO
2. Tempat Praktik : SLB NEGERI WIRADESA, KAB. PEKALONGAN
3. Kelas / Jurusan : III/ TUNARUNGU WICARA
4. Mata Pelajaran : MATEMATIKA, PKN
5. Tanggal : Mei 2011
No Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Skor
I Perumusan Masalah
1 Kejelasan masalah 1 2 3 4
2 Sifat masalah 1 2 3 4
3 Pemecahan melalui perbaikan pembelajaran 1 2 3 4
II Rumusan Kompetensi dan Indikator
1 Kejelasan rumusan 1 2 3 4
2 Kelengkapan cakupan rumusan 1 2 3 4
3 Kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar 1 2 3 4
III Pemilihan dan Pengorganisasian materi ajar
1 Kesesuaian materi dengan kompetensi 1 2 3 4
2 Kesesuainnya dengan karakter peserta didik 1 2 3 4
3 Keruntutan dan sistematika / organisasi materi 1 2 3 4
4 Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 1 2 3 4
IV Pemilihan sumber belajar / media Pembelajaran
1 Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan kompetensi 1 2 3 4
2 Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan materi
pembelajaran
1 2 3 4
3 Kesesuaian sumber belajar / media pembelajaran dengan karakter
peserta didik
1 2 3 4
No
Komponen Rencana Pelaksanan Pembelajaran Skor
V Strategi pembelajaran
1 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan kompetensi 1 2 3 4
2 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi
pembelajaran
1 2 3 4
3 Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakter peserta
didik
1 2 3 4
4 Kesesuaian penerapan strategi pembelajaran dengan alokasi waktu 1 2 3 4
VI Penilaian hasil belajar
1 Kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi 1 2 3 4
2 Kesesuaian item soal dengan indikator 1 2 3 4
3 Kejelasan prosedur penilaian 1 2 3 4
Total
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
Komentar :
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Pengamat / Penilai :
Nama : NURHADI, S.Pd
NIP / NIK : 19560504 198304 1 001
Tanda tangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
Lampiran 6
Instrumen Penilaian Implementasi RPP
INSTRUMEN PENILAIAN
PRAKTIK PEMBELAJARAN
1. Nama Mahasiswa : SUYANTO
2. Tempat Praktik : SLB NEGERI WIRADESA, KAB. PEKALONGAN
3. Kelas /Jurusan : III/TUNARUNGU WICARA
4. Mata Pelajaran : MATEMATIKA, PKn
5. Waktu : 2 X 30 MENIT
6. Tanggal : Mei 2011
No Aspek yang diamati Skor
I Pra Pembelajaran
1. Kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran 1 2 3 4
2. Memeriksa kesiapan siswa 1 2 3 4
II Membuka pembelajaran
1. Kesesuaian kegiatan apersepsi dengan materi ajar 1 2 3 4
2. Menyempaikan kompetensi ( tujuan ) yang akan di capai 1 2 3 4
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penguasaan Materi Pembelajaran
1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4
2. Mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 1 2 3 4
3. Menyampaikan materi ajar sesuai dengan hierarki belajar 1 2 3 4
4. Mengkaitkan materi dengan realitas kehidupan 1 2 3 4
B. Pendekatan / Strategi pembelajaran
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi ( tujuan ) yang akan
dicapai
1 2 3 4
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa
1 2 3 4
3. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4
4. Menguasai kelas 1 2 3 4
5. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 1 2 3 4
6. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif
1 2 3 4
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di alokasikan 1 2 3 4
C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar
1. Menunjukkan ketrampilan dalam penggunaan media 1 2 3 4
2. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4
3. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4
4. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media 1 2 3 4
D. Pembelajaran yang menantang dan memacu keterlibatan siswa
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 1 2 3 4
2. Merespon positif partisipasi siswa 1 2 3 4
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa, dan sumber belajar 1 2 3 4
4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa 1 2 3 4
5. Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif 1 2 3 4
6. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar 1 2 3 4
E. Penilaian proses dan hasil belajar
1. Memantau kemajuan belajar 1 2 3 4
2. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi ( tujuan ) 1 2 3 4
F. Penggunaan bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxi
1. Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar 1 2 3 4
2. Menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar 1 2 3 4
3. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4
IV Penutp
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 1 2 3 4
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa 1 2 3 4
3. Melaksanakan tindak lanjut 1 2 3 4
Total
Komentar :
..............................................................................................................................................................
................................................................................................................................... ...........................
..............................................................................................................................................................
..............................
Pengamat / Penilai :
Nama : NURHADI, S.Pd
NIP / NIK : 19560504 198304 1 001
Tanda tangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxii
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS BELAJAR SISWA
1. Nama Mahasiswa : SUYANTO
2. Tempat Praktik : SLB NEGERI WIRADESA, KAB. PEKALONGAN
3. Kelas : III/TUNARUNGU WICARA
4. Mata Pelajaran : MATEMATIKA, PKn
5. Waktu : 2 X 30 MENIT
6. Tanggal : Mei 2011
No ASPEK YANG DI AMATI Catatan
I Pra Pembelajaran
1. Siswa menempati tempat duduknya masing masing
2. Kesiapan menerima pembelajaran
II Kegiatan membuka pembelajaran
1. Siswa mampu menjawab pertanyaan apersepsi
2. Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan kompetens yang
hendak dicapai
III Kegiatan Inti Pembelajaran
A. Penjelasan materi pembelajaran
1. Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran
2. Aktif bertanya saat proses penjelasan materi
3. Adanya interaksi positif antar siswa
4. Adanya interaksi positif antar siswa guru, siswa materi
pelajaran
B. Pendekatan / strategi belajar
1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar
2. Siswa memberikan pendapatnya ketika diberikan kesempatan
3. Aktif mencatat berbagai penjelasan yang diberikan
4. Siswa termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran
5. Siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan tenag dan
tidak merasa tertekan
6. Siswa merasa senang menerima pelajaran
C. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar
1. Adanya interaksi positif antara siswa dan media pembelajaran
yang digunakan guru
2. Siswa tertarik pada materi yang disajikan dengan media
pembelajaran
3. Siswa tampak tekun mempelajari sumber belajar yang ditentukan
guru
NO ASPEK YANG DIAMATI Catatan
D. Penilaian proses dan hasil belajar
1. Siswa merasa terbimbing
2. Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaan pertanyaan
yang diajukan guru
E. Penggunaan bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxiii
1. Siswa mampu mengemukakan pendapatnya dengan lancar
2. Siswa mampu mengajukan pertanyaan dengan lugas
IV Penutup
1. Siswa secara aktif memberi rangkuman
2. Siswa menerima tugas tindak lanjut dengan senang
Total
Catatan tambahan :
Nama Pengamat :
Tanda tangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxiv
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
LEMBAR OBSERVASI
KEGIATAN BELAJAR SISWA
A. Kapan siswa mulai berkonsentrasi untuk belajar ? ( harus berdasar pada fakta
konkrit yang diamati dengan disertai nama siswa )
B. Kapan para siswa berhenti berkonsentrasi dalam belajar ? ( harus berdasar
pada fakta konkrit yang diamati dengan disertai nama siswa )
C. Pelajaran berharga apa yang anda petik dari pengamatan tadi ?
Nama Praktikan : SUYANTO
SD / Kelas/jURUSAN : SDLB/ III/ B
Mata Pelajaran : Matematika, PKn
Tanggal : Mei 2011
Observer :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xxv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Pembekalan tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran
matematika yang mencakup pemecahan masalah khususnya pecahan sederhana.
Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan
ketrampilan, memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan
masalah, dan menafsirkan solusinya. Dengan membekali kemampuan berfikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif melalui media pembelajaran film
pecahan sederhana, diharapkan anak tunarungu wicara dapat mengikuti proses
belajar mengajar yang baik, dengan proses belajar mengajar yang baik akan
menghasilkan kelulusan yang baik dan mandiri.
Anak tunarungu adalah Anak yang mengalami kekurangan atau
kehilangan salah satu indera pendengaran yang mengakibatkan mengalami
keterbatasan pula dalam menerima informasi khususnya melalui pedengarannya.
Maka bagi anak tunarungu indera andalan yang dipergunakan adalah indera
penglihatan atau disebut anak pemata.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika selalu dimulai
dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).
Dengan mengajukan masalah kontektual, peserta didik secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran, dan sekolah diharapkan menyediakan teknologi informasi dan
komunikasi yang modern, seperti komputer, alat peraga, TV, DVD, handycam
atau media lainnya, agar anak didik tidak selalu ketinggalan menerima informasi
dari dunia luar walaupun anak tunarungu.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada setiap kegiatan proses belajar mengajar di Kelas III Tunarungu guru
selalu memberi kesempatan siswa untuk bertanya, namun siswa masih banyak
yang tidak bertanya entah mengapa siswa tidak bertanya, apa mungkin belum
jelas sehingga tidak tahu apa yang harus ditanyakan, atau malu bertanya, atau
tidak dapat bertanya. Dengan keaktifan siswa yang terbatas ini mengakibatkan
hasil belajar siswa kelas III tunarungu pada materi pecahan sederhana selalu
rendah. Maka peneliti mencoba untuk menampilkan pembelajaran melalui media
film yang mudah diterima oleh anak, sebab sesuai dengan kekurangan salah satu
indera pendengarannya, anak tersebut yang digunakan penyerapan ilmu yang
paling banyak melalui indera penglihatan.
Dalam pembelajaran matematika kami selalu memberikan alat peraga
walaupun sederhana , misalnya dengan gambar dipapan tulis, benda nyata, beda
tiruan. Hal ini apakah anak menjadi bosan, anak kurang konsentrasi terhadap
pembelajaran khususnya matematika yang menggunakan alat peraga yang kurang
menarik, sehinga anak merasa bosan terhadap pembelajaran khususnya pada
materi pecahan sederhana. Kali ini saya akan mencoba dengan menggunakan
media ICT khususnya gambar film artinya gambar benda mati yang dapat
bergerak.
Dalam proses pembelajaran siswa selalu diarahkan agar kreatif, serta
tidak malu bertanya kepada guru bila ada kesulitan. Karena mengajar adalah
proses pemberian bimbingan/bantuan pada anak didik dalam melaksanakan
kegiatan proses belajar mengajar (Nana Sudjana, 1991 :29).
Setrategi pembelajaran melalui media pengamatan film, siswa diberi
kesempatan untuk dapat melihat gambar yang ditayangkan oleh guru tentang
pecahan sederhana, kegiatan ini akan dapat menarik perhatian dan memperjelas
tentang pecahan yang selama ini masih sulit dibayangkan atau dimengerti oleh
anak.
Dengan demikian untuk mengupayakan penanganan kesulitan belajar
matematika pada materi pecahan sederhana, perlu mengoptimalkan kegiatan siswa
dengan menggunakan media yang modern akan lebih menarik dan terkesan dalam
ingatan anak dan tidak mudah lupa, sehingga dalam menyelesaikan masalah akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
lebih mudah terutama pada bilangan pecahan. Diharapankan dapat meningkatkan
hasil belajar matematika pada materi pecahan sederhana pada siswa kelas III
tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan semester II tahun
pelajaran 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut: Apakah dengan melalui media film dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang materi bilangan pecahan sederhana pada siswa
kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun
2011?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:
Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi bilangan pecahan sederhana
melalui media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa
Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru-guru SLB dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara
SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
Manfaat yang dapat diambil oleh peneliti dalam pembelajaran mata
pelajaran matematika dengan indikator mengenal bilangan pecahan sederhana
melalui media film adalah:
1. Manfaat teoritis
Sebagai sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya
bagi pendidikan Sekolah Luar Biasa maupun akademisi dan mahasiswa tentang
ada tidaknya pengaruh peningkatan hasil belajar matematika melalui media film
pada materi bilangan pecahan sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2. Manfaat Praktis
a) Manfaat bagi anak:
Untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi peserta didik, sehingga
dalam jangka waktu yang singkat peserta didik dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan materi bilangan pecahan sederhana.
b) Manfaat bagi guru:
Manfaat yang bisa diambil oleh guru yaitu memperoleh alternatif model
media pembelajaran matematika pada materi bilangan pecahan sederhana.
c) Manfaat bagi sekolah:
Sekolah memperoleh peningkatan mutu pembelajaran matematika khususnya
di kelas III Tunarungu Wicara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Anak Tunarungu
a. Pengertian Anak Tunarungu
Kata tunarungu terdiri dari dua kata, yaitu tuna dan rungu, yang artinya
tuna berarti kurang dan rungu berarti pendengaran. Jadi tunarungu dapat
diartikan kurang pendengaran.
Tunarungu dapat diartikan sebagai sebuah keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak
tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada
dasarnya mengandung pengertian yang hampir sama. Dibawah ini dikemukakan
definisi anak tunarungu.
Menurut Sukaesih (2010 : 5) Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan
seluruh atau sebagian daya pendengarannya, sehingga mengalami
gangguan berkomunikasi secara verbal. Secara fisik, anak tunarungu tidak
berbeda dengan anak-anak dengar pada umumnya, sebab orang akan
mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada saat berbicara,
mereka berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau tidak
jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, mereka
berisyarat.
Pendapat Bandi Delphie (2009: 127 Pengertian hendaya pendengaran
(tunarungu) adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan tidak
berfungsinya sebagian at
Menurut Sarjono (2000: 6) anak tunarungu didefinisikan sebagai berikut:
verbal, dan walaupun telah dibantu Alat Bantu Mendengar (ABM) tetap
membutuhkan pelayanan khusus.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Pendapat Soewito dalam Sarjo alah
seseorang yang mengalami ketulian berat sampai total. Yang tidak dapat lagi
menangkap tutur kata tan
adalah anak yang kehilangan kemampuan pendengaran sedemikian rupa
sehingga anak tersebut tidak dapat mengartikan bahasa oral walaupun
menggunakan Alat B
Dari beberapa definisi di atas tentang anak tunarungu, pada dasarkan
menekankan pada masalah adanya kelainan pendengaran, yang akhirnya
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa, berhitung, dan membaca.
Berbagai istilah itu digunakan seperti kurang dengar, tuli, dan tunarungu
merupakan istilah yang dipakai orang untuk menyebutnya, tetapi pada
umumnya kalangan pendidikan luar biasa atau sosial menyebut tunarungu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang kehilangan sebagian pendengaran atau seluruh daya
pendengarannya, sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,
membaca, berhitung yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangannya,
maka anak tunarungu memerlukan bantuan atau pendidikan secara khusus.
Secara umum, anak dikatakan tunarungu apabila indera pendengaranya tidak
berfungsi sebagai mana umumnya anak normal atau dengan kata lain indera
dengarnya tidak dapat menerima suara dari luar dengan baik.
b. Faktor Penyebab Anak tunarungu.
Penyebab kelainan pada pendengaran atau ketunarunguan dapat terjadi
sebelum anak dilahirkan, waktu kelahiran atau anak sesudah dilahirkan. Faktor
penyebab merupakan sesuatu yang menjadikan akibat, menurut Soewito dalam
Sarjono (2000: 15), mengemukakan bahwa faktor ketunarunguan dapat dibagi 3
faktor menurut waktu terjadinya, sebagai berikut:
1) Faktor-faktor yang terjadi sebelum anak dilahirkan (prenatal)
Pada masa ini penyebab kelainan pendengaran disebabkan atas:
a) Karena Keturunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Anak mengalami tunarungu sejak anak dilahirkan karena ada salah satu
anggota keluarga, terutama ayah/ibu menderita tunarungu.
b) Karena Penyakit
Misalnya cacar air, campak. Pada waktu ibu mengandung menderita
penyakit cacar air atau campak, sehingga dalam kandungan dapat
terserang pengyakit cacar air atau campak, dan kemungkinan besar anak
menjadi tunarungu.
c) Karena Keracunan atau Infeksi (keracunan darah)
Pada waktu mengandung keracunan darah yang berakibat placenta rusak,
dan sesudah dilahirkan anak bisa menderita tunarungu.
d) Penggunaan pil kimia dalam jumlah besar
Adakalanya seseorang ingin menggugurkan kandunganya dengan cara
minum pil kimia dalam jumlah yang besar, dan ada pula yang tidak
berhasil. Hal ini menyebabkan anak yang dilahirkan menjadi tunarungu.
e) Anak mengalami organ pendengaran sejak lahir
Kemungkinan anak yang dilahirkan mengalami kelainan pada organ
pendengarannya, misalnya: liang telinga sempit, tidak berdaun telinga
atau gendang telinga tebal. Kelainan ini dapat menjadi penyebab anak
menjadi tunarungu.
f) Karena lain
Penggunaan kontra sepsi yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh juga
menyebabkan kelainan pendengaran.
2) Faktor-faktor yang terjadi pada saat dilahirkan.
a) Karena faktor rhesus
Manusia selain mempunyai golongan darah A, B, AB dan O juga
mempunyai jenis Rh positif dan Rh negatif. Ketidak cocokan Rh antara
ibu dan anak yang dikandung menyebabkan sel-sel darah membentuk
antibody yang justru menyerang sel darah merah anak. Sehingga anak
menderita kurang darah dan sakit kuning yang menyebabkan
terganggunya sistem syaraf, dan akibatnya anak menjadi tunarungu.
b) Kelahiran prematur
Anak lahir prematur/sebelum ± 9 bulan dalam kandungan mempunyai
gejala sama seperti diatas, yaitu menderita kurang darah atau kurang
oksigen.
3) Faktor-faktor yang terjadi sesudah lahir anak dilahirkan (post natal)
a) Karena infeksi atau luka-luka
Sesudah anak dilahirkan kadang-kadang anak dapat terserang penyakit
seperti cacar, campak dan syphilis. Penyakit ini kemudian dapat
menyebabkan kerusakan organ pendengaran yang menyebabkan
seseorang menjadi tunarungu.
b) Meningitis (peradangan selaput)
Meningitis dapat menyebabkan syaraf menjadi tidak berfungsi secara
normal, termasuk syaraf pendengaran. Hal ini dapat berakibat anak
menjadi tunarungu perseptif.
c) Tuli perseptif yang bersifat keturunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tunarungu jenis ini disebabkan ketunarunguan orang tuanya. Tetapi
tunarungu ini diakibatkan ada kelainan pada syaraf pendengaran.
d) Otitis madia yang kronis
Cairan otitis dapat mengakibatkan tertutupnya liang telinga sehingga
menghambat getaran suara yang akan dilanjutkan ketelinga bagian dalam.
e) Terjadi infeksi pada alat-alat pernafasan
Akibat dari infeksi menyebabkan gangguan pada telinga bagian luar dan
tengah. Sutji Somantri dalam buku kajian psikologi.
Menurut H. T. Sutjihati Somantri (1996: 75) Penyebab ketunarunguan
dilihat dari waktu terjadinya ada beberapa faktor:
1. Waktu terjadinya pada saat sebelum dilahirkan (prenatal).
a) Salah satu atau kedua orangtua menderita tunarungu, atau
mempunyai gen/ sel bawaan sifat abnormal misalnya: dominan
genes, recesive gen, dll.
b) Karena penyakit: sewaktu ibu mengandung ibu terserang penyakit;
terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan
trisemeter pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga.
Penyakit itu ialah rubella, morbili, dan lain-lain.
c) Karena keracunan obat-obatan: Pada suatu kehamilan, ibu minum
obat-obatan terlalu banyak atau ibu seorang pecandu alkohol, atau
ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya, ia meminum obat
penggugur kandungan akan dapat menyebabkan ketunarunguan
pada anak yang dilahirkan.
2. Waktu terjadinya pada saat kelahiran.
a) Sewaktu ibu melahirkan, ibu mengalami kesulitan, sehingga
persalinan dibantu dengan penyedotan (tang).
b) Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.
3. Waktu terjadinya pada saat setelah kelahiran (post natal)
a) Ketulian terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak
(meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lainnya.
b) Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
c) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat
pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab anak
tunarungu menurut waktu terjadinya prenatal, natal dan posnatal dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya secara signifikan (bermakna) mengalami
kelainan/penyimpangan baik fisik, mental, sosial, emosional dibandingkan anak
normal sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Klasifikasi anak tunarungu
Menurut Bandi Delphie (2009: 127) Alat audiometer merupakan alat
untuk mengukur derajat kehilangan pendengaran dengan ukuran decibel (dB).
Derajat kemampuan berdasarkan ukuran instrumen audiometer menyebabkan
klasifikasi anak dengan hendaya pendengaran (tunarungu) sebagai berikut:
1) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 0dB-26dB, yaitu anak masih
mempunyai pendengaran normal.
2) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 27dB-40dB, yaitu anak
mempunyai kesulitan mendengar tingkat ringan dan masih mampu
mendengar bunyi-bunyian yang jauh sehingga membutuhkan terapi bicara.
3) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 41dB-55dB, yaitu anak yang
mengalami kesulitan mendengar tingkat menengah dan dapat mengerti
bahasa percakapan sehingga membutuhkan alat bantu dengar.
4) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 56dB-70dB, yaitu anak yang
mengalami kesulitan mendengar tingkat menengah berat, mampu
mendengar dari jarak dekat, memerlukan alat bantu dengar, dan
membutuhkan latihan berbicara secara khusus.
5) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 71dB-90dB, yaitu anak yang
mengalami kesulitan mendengar tingkat berat sehingga termasuk anak
yang mengalami ketulian, hanya mampu mendengarkan suara keras yang
berjarak lebih kurang satu meter, dan keseulitan membedakan suara yang
berhubungan dengan bunyi secara tetap.
6) Derajat kehilangan pendengaran sebesar 91dB dan seterusnya, yaitu anak
yang mengalami ketulian sangat berat, tidak dapat mendengar suara
sehingga sangat membutuhkan bantuan khusus secara intensif terutama
dalam ketrampilan percakapan atau berkomunikasi.
7) Perilaku yang muncul terhadap peserta didik dengan hendaya pendengaran
(tunarungu) di sekolah secara dominan berkaitan dengan hambatan dalam
perkembangan bahasa dan komunikasi .
Menurut Emon Sastrawinata dalam Sarjono(2000: 30) mengklasifika-
sikan ketunarunguan sesuai dengan dasar-dasarnya yaitu:
1) Klasifikasi secara ettiologis
a) Tunarungu endogen atau turunan atau bawaan
b) Tunarungu eksogen atau disebabkan penyakit atau kecelakaan.
2) Secara otomatis
a) Tunarungu hantaran (konduktif)
b) Tunarungu perseptif (syaraf)
c) Tunarungu campuran antara hantaran dan tunarungu perseptif
3) Klasifikasi menurut terjadinya ketunarunguan dapat dibedakan menjadi:
a) Anak tunarungu yang terjadi pada waktu masih dalam kandungan ibu
atau prenatal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b) Anak tunarungu yang terjadi pada kelahiran atau neonatal.
c) Anak tunarungu yang terjadi pada saat setelah kelahiran atau post natal.
4) Klasifikasi menurut taraf ketunarunguan atas dasar ukuran audiometer dapat
dibedakan menjadi:
a) Tunarungu taraf ringan antara 5-25dB
b) Tunarungu taraf sedang antara 26-50dB
c) Tunarungu taraf sedang antara 51-57dB
d) Tunarungu taraf berat > 51dB
Menurut Connix dalam Sarjono (2000: 37) menggolongkan ketunarunguan
sebagai berikut:
1) Kehilangan pendengaran 0-30dB normal
2) Kehilangan pendengaran 31-50dB ketunarunguan ringan
3) Kehilangan pendengaran 51-70dB ketunarunguan sedang
4) Kehilangan pendengaran 71-90dB ketunarunguan berat
5) Kehilangan pendengaran 91dB tergolong tuli
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi
ketunarunguan didasarkan atas klasifikasi secara ettiologis, anatomis, fisiologis,
terjadinya ketunarunguan, dan derajat ketunarunguan berdasarkan ukuran
audiometer menurut tarafnya membedakan tingkatan pendengaran yang
menjadikan perhatian dalam memberikan pelayanan dalam pembelajaran.
d. Ciri-ciri anak tunarungu
Menurut Bandi Delphie (2009: 128) Ciri umum hambatan perkembangan
bahasa dan komunikasi pada anak tunarungu, sebagai berikut:
1) Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas.
2) Selalu memiringkan kepalanya sebagai upaya untuk berganti posisi telinga
terhadap sumber bunyi dan mereka sering kali meminta pengulangan
penjelasan guru saat di kelas.
3) Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
4) Keengganan untuk berpartisipasi secara oral sehingga menyebabkan
mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan
dimungkinkan karena hambatan pendengaranya.
5) Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat di kelas.
6) Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara.
7) Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara tergganggu.
8) Mempunyai akademik yang rendah, khususnya dalam membaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut Sarjono (2000: 43-46) mengemukakan ciri-ciri anak tunarungu
sebagai berikut:
1) Ciri dalam segi fisik
a) Cara perjalanannya kaku dan membungkuk hal ini disebabkan adanya
kemungkinan kerusakan pada alat pendengaran bagian keseimbangan.
b) Gerakan matanya cepat dan agak beringas, hal ini menunjukkan
bahwa ia ingin menangkap keadaan sekitarnya, sehingga anak
tunarungu dapat disebut manusia pemata.
c) Gerakan anggota badannya cepat dan lincah. Hal tersebut kelihatan
dalam mengadakan komunikasi yang mereka cenderung
menggunakan gerak isyarat dengan orang disekitarnya, dapat
dikatakan pula bahwa anak tunarungu adalah manusia motorik.
d) Pada waktu bicara pernapasan pendek dan agak terganggu. Hal ini
terjadi disebabkan tidak terlatih sejak kecil, terutama pada masa
menangis dan pada masa meraba yang merupakan dasar
perkembangan bicara/bahasa.
e) Dalam keadaan biasa (bermain, tidur, tidak bicara) pernafasan biasa.
2) Ciri-ciri khas dalam intelegensi
Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental seseorang.
Pada anak tunarungu dalam hal ini intelegensi tidak banyak berbeda
anak normal, pada umumnya ada yang memiliki itelegensi rata-rata dan
ada pula yang memang memiliki intelegensi rendah. Sesuai sifat
ketunaannya pada umumnya anak tunarungu sukar menangkap
pengertian-pengertian yang abstrak sebab, dalam hal ini diperlukan
pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun bahasa tulisan,
sehingga pada umumnya anak tunarungu dalam segi intelegensi dapat
dikatakan dalam hal ini intelegensi potensial tidak berbeda dengan anak
normal pada umumnya, hal intelegensi rata-rata lebih rendah.
3) Ciri-ciri khas dalam segi emosi
Kekurangan pemahaman akan bahasa lisan dan tulisan seringkali dalam
komunikasi menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab sering
menimbulkan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan hal negatif
dan menimbulkan tekanan pada emosinya. Tekanan emosi ini dapat
menghambat perkembangan kepribadianya dengan menampilkan sikap
menutup diri, bertindak secara agresif, atau sebaliknya, menampakkan
kebimbangan, dan keragu-raguan. Emosi anak tunarungu menjadi tidak
stabil.
4) Ciri-ciri khas dalam segi sosial
Dalam kehidupan sosial anak tunarungu mempunyai kebutuhan yang
sama dengan anak biasa pada umumnya, yaitu mereka memerlukan
interaksi antara anak tunarungu dengan sekitarnya, keluarga dengan
lingkungan masyarakat yang lebih luas. Perlakuan yang kurang wajar
dari anggota keluarga dapat menimbulkan beberapa aspek negatif antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga dan
masyarakat.
b) Perasaan cemburu dan salah sangka dan merasa diperlakukan tidak
adil.
c) Kurang dapat bergaul, mudah marah, dan berlaku agresif atau
sebaliknya.
d) Akibat yang lain dapat menimbulkan cepat merasa bosan, tidak
tahan berfikir.
Berdasarkan ciri-ciri anak tunarungu tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa anak tunarungu dengan kemampuan yang ada perlu
pengajaran khusus dalam hal membaca, menulis, dan berhitung dengan
menggunakan media yang jelas dan menghindari/meperkecil hal-hal yang
abstrak agar tidak menimbulkan penapsiran yang salah, kemungkinan pula
dari ketidak jelasan informasi efeknya akan berdampak pada perilaku
negatif.
Anak tunarungu umumnya mempunyai penglihatan yang baik atau
juga disebut manusia pemata sebagai penerima informasi, maka peneliti
manfaatkan untuk mengoptimalkan dalam memberikan informasi melalui
penglihatan.
e. Permasalahan yang dihadapi anak tunarungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara
verbal sekalipun diberi alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan
pendidikan khusus dan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat
peraga semi nyata, nyata atau abstrak.
Menurut Djoko S. Sindusakti (2007:7) Adapun yang dihadapi anak
tunarungu antara lain:
1) Secara nyata tidak mampu mendengar
2) Terlambat perkembangan bahasa
3) Sering menggunakan isyarat dalam komunikasi
4) Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
5) Ucapan kata tidak jelas
6) Kualitas suara aneh/monoton
7) Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
8) Banyak perhatian terhadap getaran
9) elinga.
Menurut Maria Susilawati (2006: 17) yaitu:
1) Akibat ketunarunguan anak tunarungu tidak mengalami masa
pemerolehan bahasa.
2) Akibat berikutnya anak tunarungu tidak dapat berkembang bahasanya
3) Akibat miskin bahasa anak tunarungu mengalami masalah dalam
komunikasi dan belajar/pendidikannya
4) Akibatnya anak tunarungu tertinggal dalam segala aspek kehidupan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
permasalahan yang dihadapi anak tunarungu timbul karena ketunarunguannya
sulit berkomunikasi, sulit menerima informasi sehingga dalam pembelajaran
mengalami ketertinggalan dan dari segala aspek kehidupan juga tertinggal.
Untuk itu mengatasi masalahnya dilakukan memberi latihan komunikasi
melalui visual dalam pengamatan media film pada pembelajaran matematika
agar mudah diterima dan tidak salah persepsi.
f. Kebutuhan pembelajaran anak tunarungu
Anak tunarungu banyak hal yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan agar
mencapai ketuntasan dalam belajarnya dengan baik. Tuntutan anak tunarungu
adalah agar dapat menyesuaikan lingkungan dengan baik tanpa ada kendala
sepertinya anak normal, tetapi karena keterbatasannya dalam hendaya
pendengaran maka ada saja kesulitannya dalam menerima pelajaran di sekolah.
Menurut Permanarian dan Hernawati (2004: 31) Pendidikan anak tunrungu
untuk mengembangkan komunikasi sebagai berikut:
1) Didiklah anak tunarungu seperti mendidik anak-anak yang mendengar
2) Libatkan anak tunarungu dalam kegiatan keluarga
3) Jangan memanjakan anak tunarungu secara berlebihan.
4) Berilah kesempataan bermain seluas mungkin pada anak tunarungu
5) Anak tunarungu harus diberi contoh perilaku yang baik
6) Berikanlah kewajiban yang sama kepada anak tunarungu dalam
melaksanakan tugas-tugas.
7) Pupuklah rasa cinta terhadap keindahan alam sekitar.
8) Gunakan dalam setiap kesempatan untuk merangsang perkembangan
bahasa dan bicara anak tunarungu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut H. T. Sutjihati Somantri (1996: 81) adalah:
Usaha lain yang mungkin akan mendorong anak tunarungu dapat
bersekolah dengan cepat adalah mereka mengikuti pendidikan pada
sekolah normal/biasa dan disediakan program-program khusus bila
mereka tidak mampu mempelajari bahan pelajaran seperti anak normal.
Berdasarkan pendapat di atas, yang harus diperhatikan kebutuhan
pembelajaran anak tunarungu pada dasarnya sama dengan pembelajaran yang
digunakan bagi anak mendengar/normal akan tetapi dalam pelaksanaannya
harus banyak bersifat visual artinya lebih banyak memanfaatkan indera
penglihatan pada siswa tunarungu.
2. Tinjauan Tentang hasil belajar matematika
a. Pengertian hasil belajar
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Hasil adalah sesuatu
yang diadakan usaha untuk mendapatkan sesuatu .
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 14)
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu melalui membaca; berlatih: agar
berubah tingkah laku atau tangg
perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya.
Menurut
berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi
lebih terampil, dari sikap belum baik menjadi baik, dari fasif menjadi aktif, dan
dari tidak teliti menjadi t
yang dimaksud belajar berarti usaha untuk merubah tingkah laku, jadi belajar
akan membawa suatu perubahan pada individu-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah
sesuatu yang diadakan usaha untuk mendapatkan perubahan dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas
menjadi cerdas, dan dari sikap belum baik menjadi baik dan sebagainya.
Dengan cara melalui membaca, menulis, berhitung dan berlatih, sehingga
dengan belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang
lebih baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum.
Kemampuan hasil belajar siswa sangat berfariasi antara anak yang satu
dengan anak yang lain berbeda, ada yang baik, ada yang sedang, dan ada yang
kurang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa, baik faktor internal maupun ekternal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Muhibin
Syah (2004 : 132) yaitu:
1. Faktor Intern
a. Psikis, antara lain: intelgensi, bakat, minat, perhatian, motivasi,
emosi, dan konsentrasi kepribadian.
b. Fisik, antara lain: alat indera, cacat tubuh keadaan jasmani.
2. Fartor Ektern
a. Faktor keluarga, antara lain: faktor dari orang tua, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, antara lain: gizi, kondisi, gedung, kurikulum, waktu,
sekolah dan kedisiplinan.
3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pedekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi:
strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.
Menurut Kartini, Kartono dalam bukunya Srikuwati (2009 : 17) faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada garis besarnya adalah
1. Faktor-faktor yang berasal dari dalam murid, antara lain:
a. Kecerdasan
b. Bakat
c. Minat dan perhatian
d. Motivasi
e. Kesehatan jasmani
f. Cara belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Faktor-faktor dari luar murid, antara lain:
a. Foktor lingkungan yang terdiri lingkungan alam, lingkungan
keluarga, lingkungan masyarakat.
b. Faktor sekolah
c. Faktor peralatan belajar.
Menurut Bimo Walgito (1986 : 124) Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah:
1. Faktor anak atau individu yang belajar
2. Faktor lingkungan anak
3. Faktor bahan atau materi yang dipelajari
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor anak atau individu yang belajar
Faktor anak ini sangat penting dalam aktifitas belajar, sebab anak itu
belajar atau tidak, tergantung dari anak yang bersangkutan. Faktor
anak atau individu ini terdiri faktor fisik dan psikis, dimana antra
kedua faktor saling berhubungan dan tidak daapat dipisah-pisahkan.
a. Faktor Fisik
Faktor fisik ini sangat erat hubunganya dengan kesehatan jasmani.
Bila fisik sedang lelah atau sakit, maka akan dapat mengganggu
proses kegiatan anak yang bersangkutan.
b. Faktor Psikis
Faktor psikis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah
sebagai berikut:
1) Perhatian
Bila belajar tidak disertai dengan perhatian yang baik,
dimungkinkan dalam belajarnya anak akan kurang berhasil
untuk mencapai hasil yang baik.
2) Minat
Apabila dalam kegiatan belajar minat anak rendah, hal ini akan
mempengaruhi konsentrasi terhadap masalah yang dipelajari.
Keadaan ini secara langsung atau tidak lansung dapat
berpengaruh pada hasil belajar yang akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3) Dorongan ingin tahu
Semakin besar dorongan ingin tahu seseorang akan semakin
besar pula minat dan perhatiannya dalam belajar, kemungkinan
besar anak akan mampu mencapai hasil belajar yang tinggi.
4) Disiplin diri
Anak yang memiliki disiplin tinggi dalam kegiatan belajar akan
membantu dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
5) Intelegensi
Faktor intelegensi ini sangat dominan dalam mempengaruhi
keberhasilan belajar anak. Semakin tinggi intelegensi anak
dimungkinkan semakin tinggi pada tingkat prestasi belajarnya.
2. Faktor Lingkungan Anak
Lingkungan sekitar anak sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kegiatan belajar. Faktor lingkungan ini dapat berupa lingkungan alam,
keluarga, dan masyarakat. Lingkungan alam yang kurang
menguntungkan akan mempengaruhi hal yang negatif terhadap kegiatan
belajar anak. Begitu juga dengn lingkungan keluarga, besar sekali
pengaruhnya pada keberhasilan belajar anak. Keluarga yang broken
home misalnya, keadaan keluarga ini akan dapat menimbulkan pengaruh
yang negatif pada aktivitas belajar anak. Disamping itu pengaruh
lingkungan juga besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar anak.
Lingkungan masyarakat yang kurang baik akan dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar anak.
c. Pengertian Matematika
tentang bilangan-bilangan yang berhubungan antara bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan
Menurut Soedjadi R (2000: 11) Matematika mempunyai beberapa definisi
antara lain: Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang
terorganisir dan sistematik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Matematika merupakan pengetahuan ilmu bilangan dan kalkulasi.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika yang
berhubungan dengan bilangan.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic.
4) Matematika adalah pengetahuan yang mengadung aturan-aturan yang
kuat.
Menurut pendapat Bandi Delphie (2009: 2) adalah bahasa
simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan. Selain itu matematika merupakan
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat,
serta mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas dalam
bukunya Muhafilah, M, 1999.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa: matematika
adalah bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan
hubungan kuantitatif dan keruangan dalam cabang ilmu pengetahuan eksak,
tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logic, dan bentuk aturan-aturan yang
ketat dan pola keteraturan struktur yang terorganisasikan yang bersifat sangat
kuat dan jelas, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan..
d. Pengertian Pecahan Sederhana
untuk menyatakan banyaknya bagian dari suatu benda utuh yang dibagi
menjadi beberapa bagian yang sama besar.
Dalam kamus Besar Bahasa Indones
bilangan yang bukan bulat seperti 2/3,3/8, dst.
Dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang bukan bulat
seperti 2/3,3/8, dst. yang dapat digunakan untuk menyatakan banyaknya bagian
dari suatu benda utuh yang dibagi menjadi beberapa bagian yang sama besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
e. Pengertian Media
Menurut AECT, (1977: 19) dalam bukunya Arief S. Sadiman dan kawan-
kawan: Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau
informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan
peralatan. Sedangkan peralatan atau perangkat keras (hardware) sendiri
merupakan sarana untuk dapat menampilkan pesan yang terkandung pada
media tersebut.
Moedjiono dan Moh. Dimyati (1992: 2) menjelaskan bahwa:
yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk
menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan
Menurut Briggs (1970 : 6) dalam bukunya Arief S. Sadiman dkk
berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat untuk menyampaikan informasi yang akan diberikan kepada siswa
dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi dalam
proses belajar mengajar sehinggga siswa lebih mudah dalam memahami
materi/informasi yang disampaikan guru.
f. Pengertian Film
Menurut Pringgodigdo. A.G. (1991: 328) Dalam ensiklopedi umum
diterangkan ahwa film adalah Gambar Hidup.
Menurut John Mcllwain (2007 : 97) dalam Kamus Inggris-Indonesia
1(n) film adalah cerita yang ditayangkan di televisi atau bioskop.
Menurut Sadiman Arief S. dkk (1990 : 70) Film merupakan media yang
amat besar kemampuannya dalam membantu proses belajar mengajar. Sebagai
suatu media film mempunyai keunggulan-keunggulan antara lain:
1) Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Baik anak yang cerdas
maupun lamban akan memperoleh sesuatu dari film yang sama.
Keterampilan membaca atau penguasaan bahasa yang kurang, bisa diatasi
dengan menggunakan film;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Film sangat bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan
lambat dan pengulangan-pengulangan akan memperjelas uraian dan
ilustrasi;
3) Film dapat menampilkan kembali masa lalu dan menyajikan kembali
kejadian-kejadian sejarah yang lampau;
4) Film dapat mengembara dengan lincahnya dari satu negara ke negara yang
lain, horizon menjadi amat lebar, dunia luar dapat dibawa masuk kelas;
5) Film dapat menyajikan teori maupun praktek dari yang bersifat umum ke
khusus atau sebaliknya;
6) Film dapat mendatangkan seorang ahli dan memperdengarkan suaranya di
kelas;
7) Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak lambat,
animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu;
8) Film memikat perhatian anak;
9) Film lebih realistis, dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya, sesuai
dengan kebutuhan. Hal-hal yang abstrak menjadi jelas;
10) Film bisa mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan); dan
11) Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Film merupakan gambar hidup dengan
cerita yang sangat menarik dan dapat diulang-ulang, baik teori maupun
praktek, dari dunia luar dapat dibawa ke dalam kelas, dan untuk mengatasi
keterbatasan indera penglihatan, serta merangsang motivasi kegiatan anak
yang dapat memperjelas proses pembelajaran sehingga hasil belajar dapat
meningkat.
g. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SDLB
Berdasarkan Standar Kompetensi Dasar pada Kurikulum SDLB-B, yang
diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah
Luar Biasa (2006: 99) tujuan mata pelajaran matematika agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Menurut Kurikulum Sekolah Dasar 1993 tentang Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), tujuan pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan
didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur dan efektif.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian tujuan matematika tersebut diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa matematika bertujuan agar siswa mampu berfikir kritis,
realistis, dan penuh penalaran, sehingga hasil yang diharapkan dapat akurat dan
bertanggung jawab serta efisien.
h. Ruang Lingkup Pelajaran Matematika
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Dasar Luar
Biasa Tunarungu (SDLB-B) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Bilangan
2) Geometri dan pengukuran
3) Pengolahan data.
Pecahan sederhana termasuk pada ruang lingkup bilangan.
Menurut Suseno dalam bukunya Nurhadi (2004: 1) ruang lingkup
matematika meliputi:
atau aritmatika
2) Pengukuran
3) Aljabar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4) Bangun ruang
Sedangkan menurut Dali S. Naga yang dikutip oleh Mulyono
Abdurrahman (1997: 218), bidang studi matematika yang diajarkan di SD
mencakup tiga cabang yaitu:
1)
2) Aljabar
3)
Dapat dijelaskan dari pengertian tersebut diatas:
1) Aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan
dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan
mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan
tentang bilangan.
2) Aljabar adalah penggunaan abjad dalam aritmatika. Aljabar ternyata tidak
hanya menggunakan abjad sebagai lambang bilangan yang diketahui atau
yang belum diketahui, tetapi juga menggunakan lambang-lambang lain
seperti titik-titik, lebih besar, lebih kecil, dan sebagainya.
3) Geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis.
Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa: mata pelajaran
matematika adalah ilmu yang mempelajari bilangan-bilangan, hubungan antara
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dalam matematika yang perlu dibuktikan kebenaranya, dalam bilangan pecahan
termasuk ruang lingkup aritmatika atau bilangan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan dengan kajian teori tersebut diatas metode dan pendekatan
yang akan digunakan penelitian untuk mengupayakan agar proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film dapat meningkat, guru harus mampu
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menyenangkan sehingga dapat mengatasi keterbatasan pendengaran bagi anak
tunarungu.
Dengan mengoptimalkan belajar dengan media film, guru dapat menggali
potensi untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, kerjasama dalam
menyelesaikan masalah, serta membuka peluang untuk menumbuhkan rasa ingin
tahu pada setiap permasalahan.
Dengan media film siswa dapat pengalaman yang modern dan dapat
kesempatan untuk bertanya dan saling memberi penjelasan terhadap sesama teman
dengan cara dan bahasanya yang jelas. Dengan demikian pemahaman konsep akan
dapat menyelesaikan masalah selanjutnya tentang pecahan yang selama ini masih
dalam hafalan akan memperjelas dan arti pecahan maupun wujud benda pecahan.
Dari uraian tersebut di atas maka diharapkan dengan pembelajaran
menggunakan media Film , dapat menyelesaikan pemecahan masalah khususnya
bilangan pecahan akan lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pretasi belajar
pada mata pelajaran matematika.
Untuk mempermudah pemahaman dalam kerangka berfikir tentang
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada materi bilangan
pecahan sederhana melalui media film dapat dibuat gambar skema sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Skema Kerangka Berfikir
C. Perumusan Hipotesis Tindakan
hasil belajar
mata pelajaran matematika tentang materi bilangan pecahan sederhana melalui
media film pada siswa kelas III Tunarungu wicara
media film yang dapat meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar
tentang materi bilangan pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika pada
siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Wiradesa Kabupaten Pekalongan Tahun
2011.
KONDISI AWAL
Sebelum menggunakan
media Film
TINDAKAN
Menerapkan media
belajar dengan
menggunakan Film
KONDISI AKHIR
Hasil belajar siswa
dapat meningkat
Hasil belajar siswa kurang
optimal
Siswa memperhatikan dan
serius mengikuti pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan di SLB Negeri Wiradesa
Kabupaten Pekalongan Kelas III tunarungu wicara tahun pelajaran 2010/2011
semester II. Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan
tempat bertugas sehingga peneliti dapat melakukan penelitian sekaligus
melaksanakan tugas sehari-hari tanpa harus meninggalkan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan tugas pokok peneliti, bahkan peneliti ini
merupakan hal yang sangat tepat dan menunjang proses kegiatan belajar
mengajar, sehingga masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran
diteliti mengapa timbul masalah, apa saja penyebabnya, kesulitan-kesulitan
siswa, bagaimana mengatasinya sampai dengan ditemukan cara pemecahanya,
sehingga pembelajaran dapat meningkat dan efektif.
Dengan demikian kualitas proses pembelajaran dapat ditingkatkan
sehingga nilai hasil belajar dapat meningkat pula. Hasil Penelitian Tindakan
Kelas tersebut didokumentasikan melalui daftar nilai sehingga sewaktu-waktu
dapat dibuka kembali dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi teman-teman
guru Sekolah Luar Biasa Negeri wiradesa kabupaten Pekalongan kususnya
kelas III tunarungu wicara sekaligus dapat dijadikan sebagai dasar penelitian
selanjutnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada bulan Maret 2011 atau dimulai
minggu ke 2 semester II pada tahun pelajaran 2010/2011 yang diawali dengan
kegiatan observasi sebagai penjajagan untuk memperoleh informasi dan
gambaran terhadap permasalahan di kelas yang akan diteliti sebagai data awal
dan dilanjutkan dengan membahas hasil observasi serta merencanakan dan
menetapkan tindakan selanjutnya.
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Rancangan ini menggunakan model proses yang dilakukan dua siklus.
Setiap siklus selama 4 minggu. Adapun pelaksanaannya desesuaikan dengan
jadwal yang ada. Pada setiap akhir siklus diadakan kegiatan refleksi untuk
menentukan tindakan pada siklus berikutnya. Apabila pada siklus I, siswa
belum tuntas maka diadakan putaran berikutnya dengan diadakan perbaikan
pada siklus ke II.
Proses penelitian dilaksanakan mulai tanggal 1 maret 2011 sampai
dengan tanggal 12 Juni 2011. Dan diakhiri dengan laporan penelitian .pada
bulan juli 2011.
Tabel:3.1 Jadwal penelitian
No Kegiatan Bulan / Tanggal
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Menyusun
Proposal
2. Menyusun
Instrumen
3. Menyusun
RPP
4. Memvalidasi
instrumen
5. Merancang
Pembelajaran
6. Melaksanakan
Pembelajaran
dan Refleksi
7. Penyusunan
Laporan
8. Ujian Skripsi
Dan revisi
9. Pelaporan
Hasil
Penelitian
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III Tunarungu wicara SLB
Negeri Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan dengan jumlah siswa 7 anak,
yang terdiri dari laki-laki 3 siswa dan perempuan 4 siswa.
Usia siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri wiradesa kabupaten
Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011 ini pada kisaran 9 11 tahun. Dilihat dari
segi ekonomi orang tua/ wali murid rata-rata golongan ekonomi menengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kebawah dengan mata pencaharian sebagai nelayan, kuli bangunan, buruh dan ada
pula guru. Dari segi penghasilan para orangtua/wali murid hanya paspasan untuk
kebutuhan sehari-hari, sehingga mereka tidak dapat mencukupi kebutuhan-
kebutuhan sekolah pada anaknya secara maksimal.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian berupa hasil belajar mata pelajaran matematika pada
materi bilangan pecahan sederhana melalui media film, untuk menguji kebenaran
suatu pengetahuan yang diawali dengan memberikan informasi atau pejelasan dari
sebelum tindakan dan sesudah tindakan yang sumbernya dari siswa kelas III
Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011.
Adapun usaha yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode tes tertulis.
D. Teknik Pengumpulan Data Diadakan Melalui Tes..
1. Pengertian Tes:
Menurut Gilbert Sax yang dikutip Anton S
dapat didefinisikan sebagai suatu tugas atau serangkaian tugas-tugas yang
digunakan memperoleh pengamatan yang sistematik tentang suatu atribut atau
Menurut lah serentetan pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa test adalah
serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu-
individu atau kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2. Materi Tes.
Materi tes mata pelajaran matematika sebagai berikut:
Pengenalan bilangan pecahan sederhana meliputi membaca, menulis, mengarsir
bangun datar, tentang materi bilangan pecahan setengah, sepertiga, seperempat,
seperlima, seperenam, sepertujuh, dan seperdelapan.
Soal yang peneliti berikan pada siswa sebanyak 5 soal terdiri dari 10 jawaban.
Soal nomer 1dan 2 ada masing-masing 1 jawaban, soal nomer 3 ada 1 jawaban,
soal nomer 4 ada 5 jawaban dan nomer 5 ada 2 jawaban. Adapun materi
tes/tugas sebagai penelitian dapat dilihat pada lampiran.
3. Jenis-jenis test.
Menurut Cece Rahmat, Dede Suherdi (2001) yang dikutip Anton Sukarno
(2008: 94) membedakan tiga jenis test yaitu:
Menurut bentuknya.
b. Test lisan
c.
Menurut Asmawi Zaenal, Nochi Nasution (1995) yang dikutip Anton
Sukarno (2008: 94) test dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
c. Menurut tipenya
d. Me
Dapat diuraikan bahwa, secara umum ada dua bentuk test yaitu (1) menurut
tipenya dan (essay test) dan (2) butir test bentuk obyektif (objective test). Dua
bentuk test ini dapat dipilih menjadi berbagai tipe. Menurut tipenya butir test
uraian dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe yaitu test uraian terbatas
(restucted essay) dan butir test obyektif menurut tipenya dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu test benar salah (true flase), butir test menjodohkan
(matching) dan butir pilihan ganda (multiple choise).
Menurut ragamnya tipe test tersebut dalam butir di atas dapat dibedakan lagi
menjadi:
1). Tipe test uraian
(a) ragam test jawaban singkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
(b) ragam test melengkapi
(c) ragam test uraian terbatas
2). Tipe test uraian bebas
(a). ragam test uraian bebas sederhana
(b). ragam test uraian ekpresif
3). Tipe obyektif benar salah
(a) ragam benar salah sederhana
(b) ragam benar salah dengan koreksi
4). Tipe test obyektif menjodohkan
(a) ragam test menjodohkan sederhana
(b) ragam test menjodohkan hubungan sebab akibat
5). Tipe test obyektif pilihan ganda
(a) ragam test pilihan ganda biasa
(b) ragam test pilihan ganda antar hal
(c) ragam test pilihan ganda analisis kasus
(d) ragam test pilihan ganda komplek
(e) ragam test pilihan ganda membaca diagram
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis test tertulis dan bentuk
test isian, yang dibuat sendiri (guru kelas III tunarungu wicara SLB Negeri
Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011).
4. Cara mengerjakan Tes.
Tes yang diberikan pada siswa tentunya dengan perintah-perintah yang
harus dipahami dengan baik, oleh karena itu dalam memberikan tes pada siswa
perlu diberikan petunjuk cara mengerjakan tes/tugas. Adapun cara mengerjakan
tes/tugas dengan langkah-langkah yang sebagai berikut:
a. Tes yang diberikan pada siswa tertulis dan bentuknya isian maka siswa
diberi penjelasan cara mengerjakan soal cukup dengan menjawab dengan
tertulis pada lembar jawaban.
b. Memberikan peringatan pada siswa untuk mencantumkan nama siswa
pada lembar jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
c. Kerjakan jawaban yang dianggap lebih mudah dahulu dan selanjutnya
mengerjakan yang lebih sulit.
d. Jawaban mengarsir bangun datar cukup dengan menggunakan pinsil atau
bolpoint.
e. Setiap soal harus dikerjakan dengan baik, dan tidak boleh dicoret-
coret/diblok.
f. Hasil pekerjaan diserahkan kepada pengawas.
5. Kunci jawaban:
Dalam membuat soal harus dilengkapi dengan kunci jawaban yang sesuai
dengan materi soal agar tidak terjadi jawaban yang ganda. Untuk itu peneliti
membuat kunci jawaban yang sesuai dengan materi dengan jawaban tertulis.
Adapun kunci jawaban dapat dilihat pada lampiran.
6. Penilaian/ skor.
Untuk mengetahui hasil pekerjaan siswa yang digunakan sebagai
penelitian, maka peneliti membuat penilaian dengan bilangan atau angka
dengan kelipatan 10 dengan rumus: Nilai = 10010
XulJawabanbet
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keberhasilan suatu media dalam kegiatan
pembelajaran mata pelajaran matematika tentang materi pecahan sederhana untuk
siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan,
perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan
analisis deskripsi kuantatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh
dilapangan dengan membandingkan nilai hasil pre tes, dan nilai postes pada
siklus I dan siklus II yang semakin meningkat dari hasil yang dicapai siswa kelas
III tunarungu Wicara SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan dapat melebihi
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah di tetapkan 70 ( Tujuh puluh)
oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
F. Prosedur Penelitian
Direncanakan 2 siklus; tiap siklus melalui tahap : perencanaan tindakan
observasi - refleksi
1. Siklus I
a. Perencanaan
1. Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian.
Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah :
a) Bahan ajar
b) Silabus, yang terdiri dari :
- RPP/skenario pembelajaran,
- Lembar kerja atau tes,
- Lembar observasi/pengamatan
2. Permodelan implementasi RPP
b. Pelaksanaan
1. Siswa diberi penjelasan tentang penjelasan pemberian tugas dan cara
mengerjakan LKS
2. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jumlah siswa.
3. Peneliti memulai dengan kegiatan fase awal dimana peneliti memberikan
masalah yang berhubungan dengan yang akan dipelajarai yaitu bilangan
pecahan sederhana dengan memperlihatkan film.
4. Guru menjelaskan kedudukan konsep yang akan dipelajari dengan
mengerjakan tugas yang bermodalkan pengetahuan awal yang telah telah
dimiliki.
5. Menugaskan siswa melakukan kegiatan eksplorasi
6. Peneliti melakukan observasi dan membimbing kegiatan kegiatan
kelompok
7. Presentasi kelompok dan pemaparan dipapan tulis.
8. Diskusi kelas yang dipandu oleh guru untuk membahas kesimpulan secara
klasikal.
9. Elaborasi : menugaskan siswa untuk mengerjakan tes.
10. Melakukan evaluasi pelaksanaan .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Observasi / Pengamatan
Selama tahap pelaksanaan, peneliti melakukan observasi terhadap
kegiatan siswa pada masing-masing fase, yaitu keaktivan siswa bertanya,
ketepatan waktu melakukan eksplorasi, Interaksi siswa dalam kerja
kelompok, kemampuan mengerjakan tugas, ketuntasan hasil belajar siswa
dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan.
d. Refleksi
1. Analisis hasil observasi mengenai :
a. Keaktifan siswa melakukan percobaan atau tugas;
b. Hasil kegiatan kelompok mengerjakan tugas;
c. Hasil yang diperoleh dan permasalahan yang muncul pada pelaksanaan
tindakan sebagai dasar untuk perencanaan siklus berikutnya.
2. Analisis beberapa kekurangan/kelemahan proses pelaksanaan.
2. Siklus II
Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada tahapan
siklus pertama tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan refleksi
hasil-hasil yang diperoleh pada siklus pertama, sehingga kelemahan-kelemahan
yang terjadi pada siklus pertama tidak terjadi pada siklus kedua, sehingga siklus
kedua hasil yang direncanakan dapat berhasil dengan maksimal. Adapun rencana
yang akan dicapai peneliti yaitu untuk meningkatkan hasil belajar matematika
pada materi bilangan pecahan sederhana dengan menggunakan media Film. .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Sebagaimana pada latar belakang yang telah diuraikan bahwa kondisi awal
penelitian tindakan kelas ini rata-rata kelas III Tunarungu wicara masih rendah,
dengan kenyataan itu dari pihak sekolah mengupayakan untuk menyiapkan
siswanya agar dapat mencapai target ketuntasan minimal, bahwa satuan
pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan sumberdaya pendukung dalam
penyelenggaraan pembelajaran dan satuan pendidikan diharapkan meningkatkan
kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kreteria
ketuntasan yang ideal.
Prestasi belajar yang masih rendah dapat dilihat pada daftar nilai yang
merupakan kumpulan nilai ulangan harian, rata-rata nilai belum sesuai dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan 70 (tujuh puluh). Hasil
evaluasi pada ulangan harian diperoleh nilai tertinggi 60 (enam puluh), dan nilai
terendah 40 (empat puluh), dari tes yang dilakukan pada kondisi awal ulangan
harian tersebut diperoleh nilai rata-rata 50,7 (lima puluh, tujuh).
Tabel. 4.1. Nilai Awal
No. (Inisial) Nama Siswa Nilai Keterangan
1 An 40 Belum Tuntas
2 Ans 40 Belum Tuntas
3 Di 55 Belum Tuntas
4 Im 50 Belum Tuntas
5 Nda 60 Belum Tuntas
6 SR 60 Belum Tuntas
7 Tg 50 Belum Tuntas
Jumlah 355
Nilai rata-rata 50,7
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 4.2. Nilai Hasil Belajar Pada Kondisi Awal.
No Mata Pelajaran Nilai
Tertinggi Terendah Rata-rata
1 Matematika 60 40 50
Perolehan hasil evaluasi yang masih dibawah KKM menggambarkan
belum maksimalnya cara penyampaian materi yang cenderung monoton, kurang
kreatif, hal ini disebabkan kurang bisa memanfaatkan media pembelajaran yang
modern/teknik pembelajaran yang tepat, disamping itu metode ceramah masih
dominan dipakai, sehingga perlu adanya cara baru melalui teknik yang lebih
menarik dan menyenangkan bagi siswa. Dengan menggunakan media Film
diharapkan mendorong siswa akan dapat dengan mudah menerima materi
pelajaran dengan baik dan menyenangkan sehingga dapat memecahkan masalah.
2. Deskripsi siklus I
a. Tahap Perencanaan (planning).
Melaksanakan Tindakan Kelas pada siklus I pelaksanaanya direncanakan sesuai
jadwal yang telah ditentukan, yaitu pada bulan Mei minggu kesatu 2011, yaitu
pada hari selasa tanggal 3 Mei 2011.
Perencanaan tindakan (planing) meliputi tiga langkah yaitu awal, inti dan
akhir.
Awal:
Guru menyampaikan gambaran bilangan pecahan sederhana yang akan di
tayang kan dalam film.
Inti:
Proses pembelajaran dalam mata pelajaran matematika tentang materi
bilangan pecahan sederhana.
Akhir:
Pada akhir siklus dilakukan evaluasi secara individual tetang materi yang
telah disampaikan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Pelaksanaan Tindakan:
Pelaksanaan tindakan pada siklus I yang telah direncanakan yaitu hari
selasa tanggal 3 Mei 2011. digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
Matematika tentang bilangan pecahan sederhana.
Siklus I
1) Tindakan awal:
a) Guru mengkondisikan kelas mengatur meja setengah lingkaran, agar
masing-masing siswa dapat menatap kepapan tulis dan saling
berhadapan temannya siap mengikuti pelajaran.
b) Guru bersama-sama siswa doa bersama sebelum pelajaran dimulai.
c) Memotivasi siswa dalam pembelajaran dengan materi pecahan
sederhana dengan media film.
2) Tindakan inti:
a) Guru menayangkan Film tentang bilangan pecahan sederhana setengah,
seperempat, sepertiga, dan seperenam dan seperdelapan, siswa
mengamati gambar yang ditayangkan.
b) Siswa menyebutkan bersama-sama lambang bilangan pecahan
sederhana yang ditunjukkan oleh guru.
c) Guru memanggil siswa secara individual untuk menyebutkan bilangan
pecahan yang di tujukkan oleh guru.
d) Guru menyuruh siswa secara individual menuliskan lambang bilangan
yang disebutkan oleh guru.
e) Memberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang belum jelas.
3) Tindakan akhir:
a) Bersama-sama siswa menyebutkan lambang bilangan pecahan
sederhana setengah, seperempat, sepertiga, dan seperenam dan
seperdelapan.
b) Siswa dan guru menyimpulkan tentang lambang bilangan sederhana.
c) Siswa latihan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Pada akhir kegiatan siklus I diadakan tes. Tes yang dilaksanakan dalam
pembelajaran ini adalah tes uji kemampuan siswa dalam menjawab tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dan dilakukan secara individu. Tes akhir siklus I dilaksanakan pada tanggal
3 Mei 2011.
Kegiatan selanjutnya siswa diminta melakukan tugas/perintah yang
diberikan guru. Guru mendampingi siswa untuk memberikan penilaian mata
pelajan matematika tentang materi bilangan pecahan sederhana pada tes
siklus I. Selain peneliti yang mengamati ada pengamat lain teman sejawat
sebagai kolaborator untuk mengamati jalanya proses pembelajaran apakah
sudah sesuai dengan rencana atau belum.
c. Hasil Pengamatan:
Pada Tes akhir siklus I dilaksanakan dalam waktu satu kali pertemuan yaitu
pada hari selasa tanggal 3 Mei 2011 seluruh subyek penelitian yaitu siswa
kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan
tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 7 siswa, semuanya dapat
mengikuti tes akhir siklus I. Dari hasil siklus I dapat diketahui bahwa peserta
tes yang berjumlah 7 siswa, 3 siswa yang belum sesuai dengan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan siswa yang lain sudah sesuai dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil dari 7 siswa yang sudah tuntas maupun yang belum tuntas dari
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel.4.3. Nilai Ulangan Pada Siklus I.
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1 An 40 Belum Tuntas
2 Ans 40 Belum Tuntas
3 Di 90 Tuntas
4 Im 30 Belum Tuntas
5 Nda 100 Tuntas
6 SR 80 Tuntas
7 Tg 100 Tuntas
Jumlah 480
Nilai rata-rata 68,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d. Repleksi:
Dapat dilihat dari nilai rata-rata pada kondisi awal (50)
dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir siklus I (68.5) maka dapat
kenaikan sebesar 18,5. Kenaikan nilai rata-rata yang mencapai angka 18,5
tergolong kenaikan yang belum cukup, mengapa demikian? Jika diamati
dari kondisi awal sampai sklus I, walaupun minat belajar siswa sudah mulai
terbangun namun dari hasil tes masih ada 3 siswa yang belum memenuhi
KKM. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti dalam siklus I
siswa masih kurang berhasil diatas KKM..
Penggunaan Film dalam mata pelajaran matematika tentang materi
bilangan pecahan sederhana sudah menarik perhatian siswa secara
individual, sebab dilihat dari hasil tes siklus I dengan rata-rata 68,5, namun
masih ada siswa yang nilainya di bawah KKM, untuk mata pelajaran
matematika kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten
Pekalongan dengan menetapkan KKM 70. Tetapi jika dilihat hasil tes akhir
siklus I hanya mencapai rata-rata 68,5, jadi belum menunjukkan
keberhasilan yang maksimal dan perlu adanya siklus II.
3. Deskripsi siklus II
a. Tahap Perencanaan (planning)
Rencana awal dalam pelaksanaan siklus II dilakukan hari jumat tanggal
13 Mei 2011 pada minggu ke tiga. Pada proses kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran matematika mengoptimalkan tentang materi bilangan pecahan
sederhana. Untuk Tes siklus II diberikan pada hari jum at tanggal 13 Mei
2011.
Perencanaan tindakan (planing) meliputi tiga langkah yaitu awal, inti dan
akhir.
Awal:
Sebagaimana proses pembelajaran pada minggu yang lalu, guru bersama
murid berdoa dan dilanjutkan mengkondisikan kelas agar siswa siap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
menerima pelajaran. Guru menanyakan kembali pada pelajaran yang lalu
pada siklus I.
Inti:
.Kegiatan pembelajaran ini seperti yang telah dilaksanakan pada siklus I,
proses pembelajaran mata pelajaran matematika dengan mengoptimalkan
tentang materi bilangan sederhana dengan media film.
Akhir:
Pada akhir siklus II dilakukan evaluasi secara individual tetang materi
yang telah disampaikan pada siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan:
1) Tindakan awal:
a) Mengatur tempat duduk setengah lingkaran agar semua siswa dapat
melihat langsung kedepan tanpa terhalang teman lain dan saling
menatap teman yang lainnya.
b) Berdoa sebelum kegiatan pelajaran dimulai,
c) Mengkondisikan kelas agar siap menerima pelajaran yang akan
disampaikan.
d) Guru menanyakan pelajaran yang lalu atau mengulas kembali
pelajaran pada siklus I.
2) Tindakan inti:
a) Guru mengulang menayangkan film tentang bilangan pecahan
sederhana.
b) Guru menjelaskan tentang bilangan pecahan sederhana.
c) Siswa menyebutkan bersama-sama lambang bilangan pecahan
sederhana yang ditunjukkan oleh guru.
d) Guru memanggil siswa secara individual untuk menyebutkan
bilangan pecahan yang di tujukkan oleh guru.
e) Guru menyuruh siswa secara individual menuliskan lambang
bilangan yang disebutkan oleh guru.
f) Memberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang belum jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3) Tindakan akhir:
a) Bersama-sama siswa menyebutkan lambang bilangan pecahan
sederhana setengah, seperempat, sepertiga, dan seperenam dan
seperdelapan.
b) Siswa dan guru menyimpulkan tentang lambang bilangan sederhana.
c) Siswa latihan mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.
Pada akhir siklus II diadakan tes. Tes yang dilaksanakan dalam
pembelajaran ini adalah tes uji kemampuan dalam menjawab soal/tugas
yang dilakukan secara individual. Tes siklus II berjalan sesuai yang
rencanakan yaitu hari tanggal Jum at tanggal 13 Mei 2011.
Kegiatan selanjutnya siswa diminta melakukan tugas yang diberikan
guru. Guru mendampingi para siswa untuk memberikan penilaian mata
pelajaran matematika tentang bilangan pecahan sederhana melalui
kegiatan belajar, pada tes siklus II. Selain peneliti juga mengamati ada
pengamat teman sejawat sebagai kolaborator untuk memberikan
penilaian jalannya proses kegiatan belajar mengajar.
c. Hasil Pengamatan:
Pada akhir siklus II dapat dilaksanakan dalam waktu satu kali pertemuan
yaitu pada hari jumat tanggal 13 Mei 2011 seluruh subyek penelitian yaitu
siswa kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten
Pekalongan tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 7 siswa, semua
dapat mengikuti tes akhir siklus II. Dari hasil siklus II dapat diketahui
bahwa peserta tes yang berjumlah 7 siswa, semuanya mendapatkan nilai
diatas ketuntasan kriteria minimal (KKM). Diketahui bahwa nilai yang
diperoleh nilai 80 ada tiga siswa dan nilai 100 sebanyak empat siswa.Hal
ini menunjukkan luar biasa menurut peneliti yang meningkat dratis. Hasil
perolehan dapat terbaca dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel. 4.4. Nilai Ulangan Pada Siklus II.
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
1 An 80 Tuntas
2 Ans 80 Tuntas
3 Di 100 Tuntas
4 Im 80 Tuntas
5 Nda 100 Tuntas
6 SR 100 Tuntas
7 Tg 100 Tuntas
Jumlah 640
Nilai rata-rata 91,4
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti evaluasi dalam
bentuk tes dari kondisi awal, dilanjutkan siklus I dan siklus II terjadi peningkatan
terhadap hasil belajar dengan menggunakan media film tentang materi bilangan
pecahan sederhana pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiardesa
Kabupaten Pekalongan, hasil tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.5. Hasil Evaluasi Rata-rata Nilai Hasil Belajar dari Kondisi Awal
Sampai Akhir siklus II.
Nomer Nama siswa Hasil Penelitian
Kondisi Awal Pos Tes Siklus I Pos Tes Siklus II
1 An 40 40 80
2 Ans 40 40 80
3 Di 55 90 100
4 Im 50 30 80
5 Nda 60 100 100
6 SR 60 80 100
7 Tg 50 100 100
Rata-rata 50,7 68,5 91,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Evaluasi hasil belajar dari kondisi awal, kondisi akhir siklus I dan akhir
siklus II dapat dilihat dalam diagram berikut ini.
Grafik 1. Hasil Evaluasi Belajar Rata-rata dari kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II.
Dari hasil evaluasi belajar pada subjek penelitian dari kondisi awal dengan
rata-rata nilai 50,7 (lima puluh koma tujuh) ke akhir siklus I mencapai rata-rata
nilai 68,5 (enam puluh delapan koma lima) terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil
belajar 68,5 (enam puluh delapan koma lima) berarti mengalami kenaikan 7,8
poin. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata nilai 68,5 (enam puluh
delapan koma lima) menjadi nilai rata-rata 91,4 (sembilan puluh satu koma
empat) berarti terjadi kenaikan 22,9 poin. Dengan demikian dari kondisi awal
kekondisi akhir siklus II rata-rata nilai 50,7 (lima puluh koma tujuh) menjadi 91,4
(sembilan puluh satu koma empat) merupakan peningkatan yang signifikan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
KKM K. Awal Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian bila dikaitkan dengan teori tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar masih relevan. Menurut Bimo
Walgito dalam bukunya Nurhadi (2009: 50) faktor-faktor yang mempengaruhi
anak, faktor bahan atau ma
dipelajari anak sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Anak yang
mempelajari pelajaran yang tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki akan
mengakibatkan anak mengalami kesulitan belajar, sehingga hasil belajar yang
dicapai rendah.
meningkatkan hasil belajar matematika tentang bilangan pecahan sederhana kelas
III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun
pelajaran 2010/2011, terbukti kebenaranya. Dari hasil penelitian tersebut,
penggunaan media film dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang
bilangan pecahan sederhana memiliki kelebihan yang dapat dijadikan pedoman
yang baik untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika tentang
bilangan pecahan sederhana pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri
Wiardesa Kabupaten Pekalongan, karena dengan menggunakan media film dapat
memperjelas yang selama ini belum dimengerti sehingga dapat memecahkan
permasalahan khususnya pada bilangan pecahan sederhana. Disamping itu siswa
juga sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga mereka mau
bertanya dengan menggunakaan bahasa yang mereka pahami dan mau bekerja
sama dengan teman lain serta kelihatan menyenangkan.
Sedangkan kelemahan dari media film untuk media pembelajaran adalah
tidak semua siswa dapat konsentrasi penuh sesuai rencana pembelajaran, karena
anak tunarungu SLB kelas III Wiradesa kabupaten pekalongan yang sangat
komplek, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperluan strategi
guru dalam pembelajaran yaitu memahami betul kondisi siswa baik lingkungan
keluarga maupun teman sebaya di lingkungan masyarakat, dari segi alat media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
memang mahal harganya dan menggunakaan listrik yang sesaat kadang mati
lampu.
Untuk mengatasi kelemahan siswa tunarungu wicara kelas III SLB Negeri
Wiradesa Kabupaten Pekalongan dalam pembelajaran matematika adalah sebagai
berikut:
1. Latihan mengerjakan soal-soal dan diberi tugas rumah (PR).
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar kelompok.
3. Melatih ketrampilan siswa untuk mau bertanya hal-hal yang belum jelas.
4. Memberikan penghargaan atau reward agar siswa merasa ada perhatian.
Dari segi alat media dengan cara sekolah menyediakan dengan mengajukan
permohonan kepada dinas terkait.
Mengatasi kadang sering mati lampu maka menaikkan daya voltase listrik 450
watt menjadi 900 watt.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam kajian pembahasan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa media film dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang materi bilangan pecahan
sederhana pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa Kabupaten
Pekalongan tahun 2011.
B. Implikasi
Penelitian salah satu usaha untuk meningkatkan atau menemukan model-
model pembelajaran baru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang
maksimal. Agar hasil pembelajaran dapat maksimal maka perlu adanya media
yang tepat sesuai dengan materi yang diberikan pada siswa. Kali ini peneliti
memberikan gambaran pada semua profesi guru memberikan pembelajaran
matematika tentang materi pecahan sedehana dengan menggunakan media film
pada siswa kelas III Tunarungu wicara. Upaya yang dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan media film dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa
kelas III Tunarungu wicara SLB Negeri Wiradesa kabupaten Pekalongan tahun
2011. Gambaran yang seperti ini tidak hanya untuk kelas III saja melainkan dapat
digunakan pada kelas-kelas yang lain sebagai model pembelajaran yang baru
dengan media film. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, dan tidak
membosankan sehingga menghasilkan pembelajaran yang maksimal, hal tersebut
akan dapat mempengaruhi kualitas proses dan hasil belajar siswa.
C. Saran
Dilihat dari bukti hipotesis tindakan kelas melalui media film untuk
pembelajaran matematika tentang pecahan bilangan sederhana dapat
meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas III tunarungu wicara SLB Negeri
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Wiradesa Kabupaten Pekalongan tahun 2011 terbukti kebenaranya, maka penulis
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar melalui media film maupun gambar hidup juga penting
sebagai wahana pembelajaran yang baik bagi anak untuk meningkatkan
hasil belajar matematika khususnya tentang bilangan pecahan sederhana.
2. Tidak semua siswa terampil mengemukakan pendapat dalam kegiatan
belajar matematika, untuk itu sangat penting pembiasaan dalam
berkomunikasi antar siswa agar tercipta biasa berbicara dan saling
menghargai/menghormati pendapat orang lain.