Download - skripsi Rachmadina
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
1/54
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
2/54
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND
DEVELOPMENT OF PRESCHOOL CHILDREN IN TK AISYIYAH IVSAIL PEKANBARU
By
Rachmadina
Children have a unique feature that is always growing and developing
since the moment of conception until the end of adolescence. Nutrition plays an
important role in brain growth of children, especially in the prenatal period and
early years of life. Inadequate brain growth lead to behavioral and cognitive
deficits, including delays in language and fine motor development, lower IQ, and
poorer school performance. Criteria for growth and development can be seen in
the characteristics of the kindergarten children who is in 3-6 years age group.
The objective of this study is to investigate the relationship between nutrition
status and development of preschool children in TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
The study was conducted using cross sectional design in 38 children from
November until December 2010. Nutritional status data obtained by
anthropometric measurements using indicator BMI / U then compared with the
WHO growth reference curves 2007 and development of children with the Denver
II test. After an analysis by Chi-Square test, there was a significant relationship
between nutritional status and development of preschool children.
Keywords: nutritional status, preschool aged, children development
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
3/54
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH
DI TK AISYIYAH IV SAIL PEKANBARU
Oleh
Rachmadina
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Gizi memegang peran
penting dalam pertumbuhan otak anak, khususnya pada periode prenatal dan
tahun-tahun awal kehidupan. Pertumbuhan otak yang tidak adekuat akan
menyebabkan kelemahan pada perilaku dan kognitif, termasuk keterlambatan
dalam berbahasa dan perkembangan motorik yang baik, IQ yang lebih rendah, dan
kinerja di sekolah yang lebih buruk. Kriteria tumbuh kembang dapat dikatakan
terlihat pada karakteristik anak taman kanak-kanak (TK) yaitu kelompok usia 3-6
tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi
dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional pada 38 anak.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2010. Data
status gizi diperoleh dengan pengukuran antropometri menggunakan indikator
IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007
dan perkembangan anak dengan tes Denver II. Berdasarkan analisis dengan Chi
Square, didapatkan ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
perkembangan anak usia prasekolah.
Kata kunci: status gizi, usia prasekolah, perkembangan anak.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
4/54
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja.1 Keadaan tumbuh kembang
fisik anak dapat dinilai dari status gizi anak yang merupakan refleksi kecukupan
gizi anak tersebut.2 Salah satu indikator status gizi yaitu antropometri yang
mengukur beberapa parameter, yaitu, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar
lengan atas (LILA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak
di bawah kulit.3
Gizi memegang peran penting dalam pertumbuhan otak anak, khususnya
pada periode prenatal dan tahun-tahun awal kehidupan. Anak-anak dengan gizi
buruk pada periode ini tidak dapat berkembang dengan baik, secara fisik maupun
mental. Anak-anak ini akan mempunyai otak yang lebih kecil dari anak normal
pada usia yang sama, yang disebabkan oleh penurunan kecepatan pertumbuhan
otak dan tidak berkembangnya sel-sel otak. Pertumbuhan otak yang tidak adekuat
akan menyebabkan kelemahan pada perilaku dan kognitif, termasuk
keterlambatan dalam berbahasa dan perkembangan motorik yang baik, IQ yang
lebih rendah, dan kinerja di sekolah yang lebih buruk.4
Menurut Sediaoetama, kriteria tumbuh kembang dapat dikatakan terlihat
pada karakteristik anak taman kanak-kanak (TK) yaitu kelompok usia 3-6 tahun.
Karakteristik anak ini mencakup perkembangan fisik dan kemampuan motorik
serta emosional anak.2
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
5/54
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
6/54
Salah satu instrumen untuk skrining yang sering dipakai secara
internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test).1 Dari
beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasi antara 85 hingga 100% bayi dan anak-anak prasekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan.10
Berdasarkan data status gizi Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2009,
dari 74.523 balita yang ditimbang di kota Pekanbaru, terdapat 0,01% balita
dengan status gizi buruk dan 0,7% balita dengan status gizi kurang (berada
dibawah garis merah). Kecamatan Sail merupakan kecamatan dengan persentase
tertinggi status gizi kurang pada balita, dari 2.683 balita yang ditimbang, terdapat
1,9% balita dengan gizi kurang.11 Laporan deteksi dini tumbuh kembang anak
yang dilakukan pada tahun 2010 triwulan I dan II, Kelurahan Sukamaju
merupakan kelurahan dengan persentase tertinggi anak usia prasekolah (PAUD
dan TK) dengan status gizi kurang, dari 815 anak yang dideteksi, terdapat 3,9%
anak dengan status gizi kurang.12
Berdasarkan keterangan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana
hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah
IVSail Pekanbaru.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak
usia prasekolah di TKAisyiyah IVSail Pekanbaru.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
7/54
1.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara
status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail
Pekanbaru.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia
prasekolah sehingga dapat dilakukan pemberian nutrisi yang tepat untuk
menunjang perkembangan anak.
1.4.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian gangguan status gizi pada
anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
2. Mengetahui distribusi frekuensi dugaan keterlambatan perkembangan
pada anak usia prasekolah dengan menggunakan DDST di TK
Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
3. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak
usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
8/54
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Peneliti
Penelitian ini untuk menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman penulis tentang hubungan status gizi dengan
perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail
Pekanbaru serta sebagai pengalaman proses belajar dalam penerapan
ilmu gizi khususnya tentang status gizi, kesehatan anak khususnya
tetang perkembangan anak, metodologi penelitian dan biostatistik
yang dilakukan.
2. Guru dan Orangtua Anak
Dapat menjadi sumber informasi tentang gambaran dari status gizi
dan perkembangan anak usia prasekolah serta memberi masukan bagi
guru dan orangtua anak sehubungan dengan menunjang upaya
program khususnya status gizi anak TK serta perkembangannya.
3. Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan
dasar untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
9/54
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Anak
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian
atau keseluruhan, serta bersifat kuantitatif, sehingga dengan dapat diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).1,13
2.1.2 Ciri-ciri Pertumbuhan
Secara garis besar terdapat empat kategori perubahan sebagai ciri
pertumbuhan, yaitu :1
1. Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yaitu terjadi nya
pertambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lain-lain. Organ
tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan
peningkatan kebutuhan tubuh.
2. Perubahan proporsi
Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak memperlihatkan perbedaan
proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir,
kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan umur-umur
lainnya.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
10/54
3. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan,
seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya
refleks-refleks primitif.
4. Timbulnya ciri-ciri baru
Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi
tetap menggantikan gigi susu yang telah lepas, munculnya tanda-tanda seks
sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada
wanita dan lain-lain.
2.1.3 Penilaian Pertumbuhan Anak
Penilaian pertumbuhan perlu dilakukan untuk menentukan apakah
pertumbuhan anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun
statistik.13 Tanda-tanda pertumbuhan fisik anak dapat diamati dengan
pertambahan besarnya ukuran-ukuran antopometrik, dan gejala/tanda lain pada
rambut, gigi geligi, otot, kulit serta jaringan lemaknya, darah dan lain-lainnya.1
Salah satu parameter untuk mengetahui pertumbuhan anak adalah
penilaian antropometris yang juga merupakan salah satu komponen penilaian
status gizi. Status gizi anak yang dapat diketahui dari penilaian antopometris
merupakan salah satu parameter yang paling penting dalam penilaian
pertumbuhan anak.1,2,14
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
11/54
2.2 Perkembangan Anak
2.2.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan
fungsi tubuh yang kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan serta bersifat kualitatif.1,3 Dalam perkembangan
terjadi sederatan perubahan fungsi tubuh yang berkelanjutan, selain itu juga
terjadi secara simultan dengan pertumbuhan. Perkembangan merupakan hasil
interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
antara lain meliputi perkembangan sistem neuromuskuler, bicara, emosi, dan
sosial. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh.1
2.2.2 Ciri-ciri Perkembangan
Seperti pertumbuhan, perkembangan juga mempunyai ciri-ciri tertentu
sebagai suatu pola yang tetap walaupun variasinya sangat luas. Ciri-ciri
perkembangan adalah :1
1. Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, maka
setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perubahan-perubahan ini
meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,
berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan
suatu organ tubuh tertentu.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
12/54
2. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seorang tidak akan bisa melewati suatu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Perkembangan awal ini merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukup yang tetap,
yaitu :
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar)
lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal.
4. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan,
tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri
sebelum berjalan dan sebagainya.
5. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan
yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja,
sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.
6. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhann berlangsung cepat, perkembang pun demikian,
terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
13/54
2.2.3 Perkembangan Anak Pada Usia Prasekolah
a. Pertumbuhan Fisik
Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak melambat, dengan
penurunan yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan. Antar usia 2-
5 tahun, rata-rata pertambahan berat badan sekitar 2kg dan tinggi sekitar 7cm tiap
tahun. Bagian utama perut anak menjadi rata, dan tubuh menjadi lebih langsing.
Ketajaman visual mencapai 20/30 pada usia 3 tahun dan 20/20 pada usia 4 tahun.
Seluruh 20 gigi primer telah muncul pada usia 3 tahun.15
Perubahan proporsi tubuh pada anak usia prasekolah berubah secara
dramatis. Batang tubuh dan kaki tumbuh dengan cepat, tetapi pertumbuhan
tengkorak tidak secepat pada periode sebelumnya. Pertumbuhan kartilago berubah
menjadi tulang dan tulang yang telah terbentuk tumbuh lebih besar dan keras.
Perkembangan otot bertambah seiring dengan pertambahan berat badan, dimana
otot yang lebih besar berkembang lebih pesat daripada otot yang kecil.16
Pada usia 5 tahun besar otak telah mencapai 75% dari otak dewasa, dan
90% pada usia 6 tahun. Selain itu pada usia prasekolah mielinisasi(selubung pada
saraf pada otak yang terdiri dari material selubung berwarna putih disebut mielin)
pada saraf otak terjadi secara sempurna. Selubung ini mempercepat transmisi dari
impuls saraf, sehingga dapat menyebabkan kontrol aksi motorik menjadi lebih
tepat dan akurat. Pernapasan pada anak usia prasekolah menjadi lebih lambat dan
dalam, jantung berdenyut lebih lambat, khususnya pada anak laki-laki tekanan
darah menjadi lebih tinggi.16
Motorik Kasar dan Halus
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
14/54
Sebagian besar anak berjalan dengan gaya matur dan dapat berlari dengan
mantap sebelum akhir tahun ketiganya. Melewati tingkat dasar ini, terdapat variasi
yang luas dalam kemampuan motorik kasar anak termasuk gerakan melempar,
menangkap, dan menendang bola; mengendarai sepeda; memanjat pada struktur
arena bermain; menari; dan lain-lain. Gaya bahasa yang merupakan bagian dari
kemampuan motorik kasar seperti tempo, intensitas, dan ketelitian juga
berkembang secara signifikan.15
Penyempurnaan fungsi motorik mencakup kemampuan naik tangga
dengan kaki secara bergantian dijumpai sekitar usia 3 tahun dan turun tangga
dengan cara yang sama sekitar usia 4 tahun. pada usia 3 tahun kebanyakan anak
dapat berdiri sesaat pada 1 kaki dan pada usia 5 tahun mampu meloncat-loncat
pada 1 kaki secara bergantian.17
Kemandirian biasanya mulai terbentuk pada tahun ke tiga. Anak biasanya
menjadi frustrasi karena keharusan merubah pilihan penggunaan tangan. Variasi
dalam perkembangan motorik halus menggambarkan kecenderungan individual
dan kesempatan untuk belajar.15
b. Bahasa, Kognitif, dan Bermain
Bahasa
Perkembangan bahasa berkembang pesat antara usia 2-5 tahun. Kosa kata
meningkat dari 50-100 menjadi lebih dari 2000 kata-kata. Kemajuan dalam
struktur kalimat. Penggunaan kata pada kalimat bertambah sesuai dengan
pertambahan usia (2 kata pada usia 2 tahun, 3 kata pada usia 3 tahun, dan
seterusnya). Pada usia 2,5 tahun anak biasanya menggunakan kalimat yang
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
15/54
menyatakan milik, sedang melakukan sesuatu, pertanyaan, dan kalimat negatif.
Pada usia 4 tahun, mereka bisa berhitung hingga empat dan menggunakan kalimat
yang menyatakan masa lampau, serta masa depan pada usia 5 tahun.
Anak-anak
tidak hanya meniru ucapan orang dewasa, tetapi mereka juga meringkas aturan
tata bahasa yang rumit dari bahasa sekitarnya dengan membuat hipotesis lengkapn
dan memodifikasinya terus-menerus.15
Kognitif
Jean Piaget menggolongkan anak usia prasekolah dalam tahap pre
operasional. Tahap ini ditandai dengan pemikiran ajaib (magical thinking),
egosentrisme, dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Cara berpikir yang
ajaib (magical thinking) ini termasuk kebingungan pada kejadian kebetulan untuk
sebab dan akibat, animisme, kepercayaan yang tidak realistis terhadap kekuatan
keinginan.15
Bermain
Pada masa prasekolah, bermain ditandai dengan meningkatnya kerumitan
dan khayalan, mulai dari tulisan-tulisan sederhana dalam menirukan pengalaman-
umum seperti berbelanja dan meletakkan bayi di kasur ( usia 2 atau 3 tahun)
hingga skenario yang lebih besar yang melibatkan suatu kejadian seperti pergi ke
kebun binatang atau pergi berwisata (usia 3 atau 4 tahun) dan menciptakan
skenario yang hanya terjadi di imajinasi seperti terbang ke bulan (usia 4 atau 5
tahun).15
Perubahan dalam sosialisasi, mulai dari interaksi yang minimal dengan
teman bermain menjadi lebih kooperatif seperti membangun menara dari balok
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
16/54
bersama-sama (usia 3 atau 4 tahun), selain itu juga anak sudah bisa
mengorganisasi kelompok dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati.15
c. Perkembangan Emosi
Tantangan emosional dalam menghadapi anak usia prasekolah yaitu
termasuk memberi batas dalam mengatur perasaan untuk memimpin diri sendiri,
mengendalikan agresivitas dan rangsangan seksual, dan berinteraksi lebih luas
dengan orang dewasa dan teman bermain. Pada usia 2 tahun, batas-batas tingkah
laku lebih dominan diberikan dari external, pada usia 5 tahun, kontrol ini harus
ditanamkan pada diri anak itu sendiri.15
Anak-anak ini juga gampang kehilangan kontrol atas diri sendiri yang
akan menimbulkan kemarahan. Rasa takut, kelelahan, dan perasaan tidak nyaman
secara fisik bisa menumbulkan kemarahan. kemarahan normal timbul pada akhir
tahun pertama dan meningkat kemunculannya pada usia 2 sampai 4 tahun.
kemarahan yang berlangsung lebih dari 15 menit atau muncul lebih dari tiga kali
dalam sehari bisa menggambarkan adanya masalah pada kesehatan, emosional
atau sosial. Bermain dan kemampuan berbahasa dapat membantu perkembangan
kontrol emosional, dengan mengizikan anak untuk mengekspresikan emosi dan
menikmati kepuasan yang tabu pada kehidupan nyata.
15
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
17/54
2.2.4 Penilaian Perkembangan Anak
Salah satu dari tujuan penilaian perkambangan anak adalah untuk
mendeteksi dini jika terjadi keterlambatan sehingga dapat segera diberikan
pertolongan (saran, fisioterapi, alat bantu penglihatan, atau alat bantu
pendengaran) sedini mungkin. Ada dua bagian yang penting dalam penilaian
perkembangan, yaitu, riwayat yang didapat dari orang tua dan hasil observasi
pemeriksan sendiri. Riwayat dari orang tua biasanya dapat diandalkan dan dapat
memperkuat hasil pemeriksaan klinis, akan tetapi orang tua sering membesar-
besarkan kemampuan anaknya atau memberikan interprestasi yang salah pada
gerakan-gerakan anak yang dilakukan tanpa sadar.18
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak telah dibuat. Tes-tes perkembangan yang sering digunakan
dalam menilai perkembangan anak, yaitu, tes intelegensi individual (tes IQ), tes
prestasi, tes psikomotorik, tes proyeksi, dan tes perilaku adaptif.10
Salah satu instrumen untuk skrining yang sering dipakai secara
internasional adalah DDST (Denver Developmental Screening Test) disebut
sebagai Denver II dengan menggunakan pass-fail ratings pada empat ranah
perkembangan, yaitu personal-social, fine motor adaptive, language, dan gross
motoruntuk anak sejak lahir hingga usia 6 tahun.
1
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
18/54
2.2.5 Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (Denver Developmental
Screening Test/DDST)
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi
semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini
mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas
yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST
secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85 hingga 100% bayi dan anak-anak
prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up
selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan
di sekolah 5-6 tahun kemudian.10
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak
dapat mengidentifikasi lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg
melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan
pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut
dinamakan Denver II.10
2.2.5.1 Aspek perkembangan yang dinilai
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan
dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang
meliputi : 10
1. Personal sosial(perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
19/54
2. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
4. Gross motor(gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan gerakan dan sikap tubuh.
Setiap tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi
panjang horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada
umumnya pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining
hanya berkisar antara 25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama.10
2.2.5.2 Alat yang digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam melakukan DDST adalah : 10,19
1. Alat peraga: wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil
dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kismis/manik-manik,
kubus (dengan rusuk 2,5 cm) warna merah-kuning-hijau-biru masing-
masing 2 buah, botol kecil berwarna bening dengan diameter 2cm, bola
tenis, bel kecil, kertas dan pensil.
2. Lembar formulir DDST
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan
tes dan cara penilaiannya.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
20/54
2.2.5.3 Pemberian Skor untuk Setiap Item
Pada setiap item perlu dicantumkan skor dengan ketentuan sebagai
berikut:19
1. L = Lulus/Lewat (P=Pass)
Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh
melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item
tersebut (item yang bertanda L).
2. G = Gagal (F=Fail)
Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh
melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item
tersebut (item yang bertanda L).
3. M = Menolak (R = Refusal)
Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat
dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.
(khusus item tanpa tanda L).
4. Tak = Tak ada kesempatan (No =No Opportunity)
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada
hambatan (khusus item bertanda L).
2.2.5.4 Interpretasi Hasil
Interpretasi hasil tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan
penilaian tes secara keseluruhan.19
Penilaian Per Item
Penilaian per item dibagi menjadi kategori sebagai berikut:
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
21/54
a. Penilaian item Lebih (Advance)
Nilai Lebih diberikan jika anak dapat Lulus/Lewat (L) dari item
tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki kelebihan
karena dapat melakukan tugas perkembangan yangs seharusnya
dikuasai oleh anak yang lebih tua.
b. Penilaian item OK atau normal
Nilai OK dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut
Anak Gagal (G) atau Menolak (M) melakukan tugas untuk
item di sebelah kanan garis usia.
Anak Lulus/Lewat (L), Gagal (G), atau Menolak (M)
melakukan tugas di daerah putih kotak (daerah 25%- 75%).
c. Penilaian item P = Peringatan (C = Caution)
Nilai Peringatan diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak
(M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada
daerah yang gelap.
d. Penilaian item T = Terlambat (D =Delayed)
Nilai Terlambat diberikan jika anak Gagal (G) atau Menolak
(M) melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab
tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda.
e. Penilaian item Tak ada kesempatan (No opportunity)
Nilai Tak ada kesempatan diberikan jika anak tidak ada
kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
22/54
2. Penilaian Keseluruhan Tes
Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu,
Normal, Suspek, dan Tidak dapat diuji. Penjelasan mengenai ketiga
kategori tersebut adalah sebagai berikut :
a. Normal
Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor Terlambat (0 T)
dan/atau maksimal 1 Peringatan (1 P).
b. Suspek
Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor
Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan (2 P). Dalam
hal ini, T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G), bukan oleh
penolakan (M).
c. Tidak dapat diuji
Interpretasi tidak dapat diuji diberikan jika terdapat satu atau lebih
skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan (2 P).
Dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan
oleh kegagalan (G).
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
23/54
2.3 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu :13
1. Faktor genetik
Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk faktor
genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik,
jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya
dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir
yang optimal.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisiko
psikososial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi
sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di
dalam kandungan (faktor pranatal) : gizi ibu pada waktu hamil,
mekanis, toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas,
dan anoksia embrio.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
24/54
b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak setelah lahir (faktor post
natal).
1. Lingkungan biologis : ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi
(makanan), perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,
penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
2. Faktor fisik : cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,
sanitasi, keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya
dan kepadatan hunian), radiasi.
3. Faktor psikososial : stimulasi, motivasi belajar, ganjaran ataupun
hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta
dan kasih sayang, dan kualitas interaksi anakorang tua.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat : pekerjaan/pendapatan
keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin
dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah ibu,
adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi, dan
kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi
prioritas kepentingan anak, anggaran.
2.4 Status Gizi
2.4.1 Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.3
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi
seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
25/54
maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia.
Komponen penilaian status gizi meliputi asupan pangan, pemeriksaan biokimiawi,
pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan, pemeriksaan antopometris,
serta data psikososial.20
2.4.2 Faktor-faktor Yang Memengaruhi Status Gizi
2.4.2.1 Faktor Langsung
Status gizi secara langsung ditentukan oleh makanan dan penyakit,
khususnya penyakit infeksi. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik
tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya.
Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan
tubuhnya parti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya.21
2.4.2.2 Faktor Tidak Langsung
Status gizi secara tidak langsung ditentukan oleh beberapa hal, yaitu
ketahanan pangan di keluarga, terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari hasil
produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan dan daya beli
keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.21
2.4.3 Pengukuran Status Gizi Memakai Kurva Reference Pertumbuhan
WHO 2007 Untuk Anak Usia 5 sampai 9 Tahun
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, sebagai indikator
pertumbuhan. Antopometri dalam sudut pandang gizi adalah berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
26/54
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antopometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.3
Kurva reference pertumbuhan WHO 2007 merupakan rekonstruksi dari
National Center for Health Statistics (NCHS)/WHO reference 1977. Kurva
reference pertumbuhan WHO 2007 menggunakan kumpulan data NCHS dan
dilengkapi dengan data dari kurva standar pertumbuhan WHO 2005 untuk anak
balita.22
Kurva reference pertumbuhan WHO 2007 terdiri dari tiga indikator yaitu:
1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Memberikan gambaran yang sifatnya umum, artinya seorang
anak memiliki atau tidak memiliki masalah pertumbuhan atau
masalah gizi. Artinya indikator BB/U tidak memberikan indikasi apakah status
gizi seorang anak bersifat akut atau kronis , atau akut-kronis. Indikator BB/U
menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah
berubah, namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur
juga dipengaruhi oleh tinggi badan.3
2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Indikator TB/U dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau
masalah gizi kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu
tidak baik. Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu
singkat, baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa
tidak dapat lagi dinormalkan. Pada anak balita kemungkinkan untuk mengejar
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
27/54
pertumbuhan tinggi badan optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah
sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih
bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam
keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur.
Indikator ini juga dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi penduduk.3
3. Indeks Masaa Tubuh Menurut (IMT/U)
Biasanya IMT tidak selalu meningkat dengan bertambahnya umur. Pada
umumnya IMT/U menunjukkan hasil yang hampir sama dengan BB/TB atau
BB/PB yang digunakan pada anak balita dimana indikator ini dapat
mengidentifikasikan anak dengan berat badan rendah menurut panjang/tingginya
yaitu kurus atau sangat kurus. Keadaan kurus biasanya disebabkan oleh penyakit
yang baru saja terjadi atau kekurangan makan yang dapat menyebabkan
penurunan berat badan yang banyak dalam waktu singkat meskipun kejadian ini
dapat pula disebabkan oleh penyakit atau kekurangan gizi kronis. Indikator
IMT/U juga bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan.3
Klasifikasi status gizi berdasarkan kurva reference pertumbuhan WHO
2007 dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
28/54
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Kurva Reference
Pertumbuhan WHO 200722
No. INDIKATOR STATUS GIZI STANDAR DEVIASI
1. BB/U Gizi sangat kurang
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
29/54
fungsi otak secara permanen. Bagi anak-anak yang kurang gizi menunjukkan
perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.25
Otak memiliki kebutuhan nutrisi yang spesifik dan keterbatasan. Misalnya,
otak menggunakan glukosa sebagai sumber energi utamanya, dan otak tidak
mempunyai kemampuan untuk membuat cadangan lemak atau glikogen seperti
organ lainnya. Dari hal ini dapat dilihat bahwa otak adalah organ mahal dalam
pemeliharaannya. Selain itu otak juga mempunyai jaringan khusus yang fungsinya
tergantung dari pembentukan potensial listrik dan konduktivitas nya melalui
badan sel yang panjang dan celah sinaps antar badan sel. Ketergantungan ini dapat
terlihat dari kebutuhan yang tinggi atas lemak-lemak khusus seperti, gangliosida,
sphingolipids, DHA dan ion-ion seperti Ca2+. 26
Korteks serebral, batang otak, ganglia basalis, dan serebelum berperan
dalam mengendalikan gerakan kompleks yang pada manusia telah berkembang
untuk tujuan-tujuan khusus. Pada otak terdapat korteks motorik yang dibagi
menjadi tiga subarea, yaitu korteks motorik primer, area premotorik, dan area
motorik pelengkap. Pada area premotorik tepat disebelah anterior korteks motorik
primer yang dipakai untuk gerakan tangan dan jari-jari terdapat suatu daerah yang
disebut oleh ahli bedah saraf sebagai area untuk keterampilan tangan.27
Bagian otak utama yang berhubungan dengan bahasa terbentang sepanjang
dan dekat fisura sylvii (sulkus lateralis serebri) hemisfer kategorikal. Suatu daerah
pada ujung posterior girus temporalis superior yang disebut daerah Wernicke
berperan dalam pemahaman informasi penglihatan dan pendengaran. Daerah ini
berproyeksi melalui fasikulus arkuatus ke daerah Broca (area 44) di lobus
frontalis. Daerah Broca mengolah informasi yang datang dari daerah Wernicke
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
30/54
menjadi pola yang terinci dan terkoordinasi untuk vokalisasi lalu
memproyeksikan pola tersebut melalui area artikulasi/pengucapan kata ke korteks
motorik, yang mencetuskan gerakan-gerakan bibir, lidah, dan laring yang tepat
untuk menghasilkan suara.28
Emosi memiliki baik komponen mental maupun komponen fisik.
Komponen tersebut termasukcognition yaitu kesdaran akan sensai dan penyebab
timbulnya sensai tersebut, affectyaitu perasaan yang menyertai sensai, conation
yaitu keinginan untuk melakukan suatu aksi, dan perubahan-perubahan fisik
seperti hipertensi, takikardi, dan berkeringat. Hipotalamus dan sistem limbik
sangat erat hubungannnya dengan emosi dan terjadinya emosi. Bersama dengan
hipotalamus, sistem limbik juga berperan dalam perilaku seksual, kemarahan dan
rasa takut, serta motivasi.28
2.6 Kerangka Teori
Perkembangan Anak Usia
Prasekolah:
1. Motorik Kasar
2. Motorik Halus
3. Personal Sosial
4. Bahasa
Faktor Genetik Faktor Lingkungan
Memengaruhi
Pertumbuhan Sel-sel
Otak
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
31/54
2.7 Kerangka Konsep
Pranatal
Lingkungan biologis :
a) Ras/suku
b) Jenis kelamin
c) Umur
e) Perawatan
kesehatan
f) Kepekaan
terhadap penyakit
g) Penyakit kronis
h) Fungsi
d Makanan
Faktor
Fisik
Faktor
Psikososial
Faktor
Keluarga
dan Adat
istiadat
Postnatal
Status
Gizi
Makanan
/ Asupan
Penyakit Ketahanan
Pangan
Keluarga
Harga Pangan
dan Daya
Beli Keluarga
Pengetahuan
Tentang Gizi
dan Kesehatan
Makanan
Penyakit
Ketahanan
Pangan
Keluarga
Harga Pangan
dan Daya
Beli KeluargaPengetahuan
Tentang Gizi
dan Kesehatan
LingkunganPranatal
Lingkungan
Biologis :
Status Gizi
Faktor
Psikososial
Faktor
Keluarga
dan Adat
istiadat
Faktor
Fisik
Perkembangan Anak
Usia Prasekolah:
1. Motorik Kasar
2. Motorik Halus
3. Personal Sosial
4. Bahasa
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
32/54
= variabel diteliti
= variabel tidak diteliti
= diteliti hubungannya
= tidak diteliti hubungannya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitikcross sectional study
untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat perkembangan anak usia
prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
33/54
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru pada bulan
November sampai dengan Desember 2010.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i TK Aisyiyah IV
Sail Pekanbaru. Populasi terjangkaunya adalah populasi target yang berusia 5
sampai kurang dari 6 tahun, anak sehat dan bersedia menjadi responden, orang tua
nya bersedia mengisi informed consentpenelitian serta hadir di TK Aisyiyah IV
Sail Pekanbaru pada waktu penelitian.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah siswa TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
Sampel penelitian diambil secara total sampling sehingga mencakup semua
sampel yang ada.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1.4.1 Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel independen (faktor risiko) dan
variabel dependen (efek). Variabel independen adalah status gizi, sedangkan
variabel dependen adalah perkembangan anak usia prasekolah.
1.4.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
34/54
1. Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan gizi anak usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail
Pekanbaru dengan pengukuran antropometri menggunakan indikator
IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan
WHO 2007. Status gizi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu :
a. Status gizi kurang jikaz-score dibawah -2 SD
b. Status gizi normal jikaz-score -2SD sampai dengan 2SD
c. Status gizi lebih jikaz-score diatas 2 SD
Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
2. Perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver yaitu
kemampuan kelompok umur 5 sampai kurang dari 6 tahun yang
meliputi personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
Perkembangan anak dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu :
a. Suspek
b. Normal
Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
3. Usia dihitung dari tanggal lahir dan dihitung sampai bulan.
4. Usia prasekolah adalah anak dengan usia 2 sampai 6 tahun.
5. Anak sehat adalah anak yang dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
dinyatakan sehat.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini status gizi anak usia prasekolah didapat dengan
menggunakan indikator IMT/U yang mana pengambilan data berat badan
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
35/54
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
36/54
5. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.
6. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi anak yang diukur.
Data berat badan dan tinggi badan yang didapat kemudian digunakan
untuk mencari data IMT, yaitu dengan membandingkan berat badan (kg) dengan
panjang badan (m2). IMT/U yang didapat, dibandingkan dengan kurva reference
pertumbuhan WHO 2007 untuk mendapatkanz-score.
Perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver yang terdiri dari
motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal sosial diukur melalui tes
Denver II. Cara menilai perkembangan anak yaitu : 9
1. Menetapkan umur anak dengan menggunakan patokan 30 hari
untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Bila dalam perhitungan
umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan
atau lebih dari 15 hari dibulatkan keatas.
2. Garis umur ditarik vertikal pada formulir Denver II yang
memotong kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor.
Tugas-tugas yang terletak disebelah kiri garis itu pada umumnya
telah dapat dikerjakan oleh anak seusianya. Apabila gagal
mengerjakan tugas-tugas tersebut (G), maka berarti suatu
keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal
dikerjakan berada pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal
umur, maka berarti ini bukan suatu keterlambatan karena pada
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
37/54
kontrol lebih lanjut masih mungkin terdapat perkembangan lagi.
Begitu pula pada kotak-kotak disebelah kanan garis umur.
3. Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode L dan nomor.
Kalau terdapat kode L maka tugas perkembangan cukup ditanyakan
pada orang tuanya, sedangkan bila terdapat kode nomor maka tugas
perkembangan dites sesuai petunjuk dibaliknya formulir.
4. Penilaian dengan hasil sebagai berikut :18
a. Suspek
Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih
skor Terlambat (1 T) dan/atau dua atau lebih Peringatan
(2 P). Dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh
kegagalan (G), bukan oleh penolakan (M).
b. Normal
Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor
Terlambat (0 T) dan/atau maksimal 1 Peringatan (1 P).
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.6.1 Teknik Pengolahan Data
Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan pengolahan data :
1. Editing
Langkah ini digunakan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh
mencakup kelengkapan / kesempurnaan data, kekeliruan pengisian,
data sampel yang tidak sesuai / tidak lengkap.
2. Coding
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
38/54
Data yang diperoleh diberikan kode tertentu untuk mempermudah
pembacaan data.
3. Tabulasi
Setelah dilakukan koding dan tabulasi, data yang terkumpul
dimasukkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan kategori masing
masing, sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis.
3.6.2 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan data distribusi
frekuensi dan persentase dari status gizi dan perkembangan anak pada usia
prasekolah di TK Aisyiyah IVSail Pekanbaru. Hasil analisis ini disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah, dimana
analisis akan dilakukan dengan uji Chi square tabel 3x2 dengan tingkat
kemaknaan (p) yang digunakan adalah 20%), maka
digunakan penggabungan sel untuk kembali di uji dengan uji Chi square.30
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
39/54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian telah dilakukan di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru. Populasi
target pada penelitian ini adalah seluruh siswa/i TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru.
Populasi terjangkaunya adalah populasi target yang berusia 5 sampai kurang dari
6 tahun, anak sehat dan bersedia menjadi responden, orang tua nya bersedia
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
40/54
mengisi informed consentpenelitian serta hadir di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru
pada waktu penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan
November - Desember 2010 didapatkan jumlah sampel sebanyak 38 orang.
Karakteristik responden disajikan dalam tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel Frekuensi %
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan Ayah
SDSMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pendidikan Ibu
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan Ayah
Tidak bekerja
Swasta
TNI/ABRI/POLRI
PNS
Wiraswasta
23
15
24
23
9
2
2
24
10
1
26
0
6
5
60,5
39,5
5,310,5
60,5
23,7
5,3
5,3
63,1
26,3
2,6
68,4
0
15,8
13,2
Lanjutan Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Variabel Frekuensi %
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
41/54
Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
Swasta
TNI/ABRI/POLRI
PNSWiraswasta
Pendapatan/bulan
Rp. 500.000 Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 Rp.3.000.000
Lebih dari Rp. 3.000.000
Jumlah Anak
1
2
34
Lebih dari 4
23
5
0
28
13
17
8
2
22
84
2
60,5
13,2
0
5,321
34,2
44,8
21
5,3
57,9
2110,5
5,3
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar (60,5%) responden
berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terkahir ayah sebagian besar (60,5%)
adalah SMA dan pendidikan terkahir ibu sebagian besar (63,1%) adalah SMA.
Sebagian besar (68,4%) ayah responden bekerja di bidang swasta, sedangkan
sebagian besar (60,5%) ibu responden tidak bekerja. Keluarga responden sebagian
besar (44,8%) mempunyai pendapatan per bulan sebesar Rp.1.000.000
Rp.3.000.000, dan kedua orang tua responden sebagian besar (57,9%) mempunyai
2 orang anak.
4.2 Status Gizi Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
42/54
Berdasarkan data yang didapatkan melalui pengukuran antropometri
dengan menggunakan indikator IMT/U kepada 38 responden kemudian
dibandingkan dengan kurva reference pertumbuhan WHO 2007 maka didapatkan
gambaran status gizi anak seperti terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Status Gizi
Status Gizi Frekuensi %
Kurang
Normal
Lebih
13
22
3
34,2
57,9
7,9
Total 38 100
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (57,9%)
mempunyai status gizi normal dan sebagian kecil (7,9%) responden mempunyai
status gizi lebih.
4.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail
Pekanbaru
Berdasarkan data yang didapatkan dengan menggunakan tes Denver II,
didapatkan gambaran perkembangan anak seperti yang terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak
Perkembagan Anak Frekuensi %
SuspekNormal
1523
39,560,5
Total 38 100
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden (60,5,7%)
memiliki perkembangan yang normal.
4.4 Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
43/54
Untuk melihat ada tidaknya hubungan status gizi dengan perkembangan
anak usia prasekolah digunakan uji Chi Square. Pada penelitian ini uji Chi Square
tabel 3x2 tidak memenuhi syarat, sehingga dilakukan penggabungan sel dan
kembali di uji dengan uji Chi Square. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel
4.4 berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan
Anak Usia Prasekolah
Status Gizi
Perkembangan anak
Total Value UjiStatistik
Suspek Normalf % f % f %
Kurang 12 31,6 1 2,6 13 34,2
0,000Uji Chi
squareNormal+Lebih 3 7,9 22 57,9 25 65,8
Total 15 39,5 23 60,5 38 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa anak dengan status gizi kurang
sebagian besar (31,6%) perkembangannya masuk dalam kategori suspek,
sedangkan anak dengan status gizi normal dan lebih sebagian besar (57,9%)
perkembangannya masuk dalam kategori normal. Dari hasil analisis statistik
terlihat adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan
anak usia prasekolah dengan nilai p = 0,000.
BAB V
PEMBAHASAN
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
44/54
Telah dilakukan suatu penelitian cross sectional untuk mengetahui
hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia prasekolah di TK Aisyiyah
IV Sail Pekanbaru. Seluruh sampel penelitian berjumlah 38 orang.
5.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Berdasarkan data karakteristik responden, sebagian besar pendidikan
terkahir ayah (60,5%) dan ibu (63,1%) responden cukup tinggi, yaitu tingkat
SMA. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik.13
Sebagian besar (68,4%) ayah responden bekerja di bidang swasta dan ibu
responden sebagian besar (60,5%) tidak bekerja. Pendapatan keluarga responden
sebagian besar (44,8%) adalah Rp.1.000.000 Rp.3.000.000. Hal ini berarti
sebagian besar keluarga responden memiliki pendapatan diatas upah minimum
regional Provinsi Riau tahun 20120 yaitu sebesar Rp.1.016.000.31 Penghasilan
keluarga akan menentukan dan memengaruhi daya beli keluarga, daya beli ini
secara tidak langsung akan memengaruhi status gizi anak.
21
Pendapatan keluarga
yang memadai juga akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua
dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang
sekunder.13
Jumlah anak yang dimiliki oleh orang tua responden sebagian besar
(57,9%) adalah hanya 2 orang anak saja. Jumlah anak yang banyak dalam
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
45/54
keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.13
5.2 Status Gizi Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, sekitar 57,9%
responden mempunyai status gizi normal. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hamastuti (2004) tentang status gizi pada anak TK Roudlatul
Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang yang menyatakan bahwa sebagian
besar anak memiliki status gizi yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi kurang juga mempunyai
persentase yang cukup besar, yaitu 34,2%. Anak usia taman kanakkanak
termasuk kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses
pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan zatzat gizi dalam jumlah yang
relatif besar.2
Status gizi anak secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan.21 Anak
masa prasekolah mempunyai kapasitas lambung lebih kecil dan nafsu makan yang
bervariasi. Pada masa ini anak sering kali sulit makan, karena anak sudah tahu
rasa/mempunyai selera sendiri terhadap makanan tertentu, sering bosan terhadap
makanan yang diberikan, anak banyak bermain, atau karena faktor kejiwaan,
selain itu juga pada saat anak tumbuh gigi, sering tidak mau makan karena rasa
sakit yang ditumbulkan oleh gigi yang tumbuh menembus gusi.32
5.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail
Pekanbaru
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
46/54
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 60,5% responden memiliki
perkembangan yang masuk dalam kategori normal. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Hamastuti (2004) tentang perkembangan anak di TK
Roudlatul Athfal Muslimat NU 02 Kotalama Malang yang menyatakan bahwa
sebagian besar anak memiliki perkembangan yang normal.
Berdasarkan hasil penelitian anak dengan perkembangan yang masuk
dalam kategori suspek juga mempunyai persentase yang cukup besar yaitu 39,5%.
Salah satu ciri-ciri perkembangan adalah perkembangan awal menentukan
perkembangan selanjutnya.1 Jadi jika terjadi keterlambatan perkembangan pada
masa prasekolah ini maka akan memengaruhi perkembangan anak pada masa
selanjutnya, yaitu masa sekolah. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan
anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan padafollow-
up selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami
kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.10
Gangguan perkembangan motorik pada anak dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain faktor keturunan, faktor lingkungan, dimana jika anak
tidak mendapat kesempatan untuk belajar atau mengalami deprivasi maternal
dapat mengalami keterlambatan motorik, faktor kepribadian (anak yang penakut),
retasdasi mental, kelainan tonus otot, dan penyakit neuromuskular.
33
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai
faktor yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor
keluarga.32 Perkembangan bahasa pada masa prasekolah merupakan dasar untuk
keberhasilan berikutnya di sekolah. Meskipun sebagian besar anak belajar
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
47/54
membaca dan menulis di sekolah dasar, tetapi dasar-dasar yang penting untuk
kemampuan membaca dan menulis dibina selama tahun-tahun prasekolah.15
Sektor perkembangan personal sosial adalah sektor yang berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.10 Sektor ini juga berkaitan dengan perkembangan anak dalam
bermain dan perkembangan emosi anak. Pada masa prasekolah anak berinteraksi
dengan lingkungan orang dewasa dan teman-teman yang semakin luas, selain itu
pada anak juga timbul watak pemarah. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya kemarahan pada anak antara lain rasa takut, kelelahan, dan perasaan
tidak nyaman secara fisik.15
Adanya dugaan keterlambatan perkembangan pada responden jika ditinjau
dari karakteristik responden bisa disebabkan oleh pendidikan terakhir ayah dan
ibu yang kurang baik yang menyebabkan kurang nya pengetahuan ayah dan ibu
dalam pengasuhan dan pemeliharaan kesehatan anak, pendapatan keluarga yang
tidak cukup yang menyebabkan orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak
dalam menunjang perkembangannnya, serta banyak nya jumlah saudara
responden yang menyebabkan kurang nya kasih sayang dan stimulasi yang
diterima responden.
5.4 Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
48/54
Hasil analisis statistik tentang hubungan status gizi dengan perkembangan
anak didapatkan hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut, dengan
nilai p = 0,000. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamastuti
(2004) yang mendapatkan hasil adanya hubungan antara status gizi dengan
perkembangan anak usia prasekolah menurut Denver. Penelitian oleh Sutrisno
pada tahun 2003 menyimpulkan bahwa status gizi dalam indeks TB/U dan tingkat
kecukupan energi, protein, dan zat besi berhubungan secara bermakna terhadap
perkembangan motorik kasar anak usia 2-3 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan 12 dari 13 anak dengan status gizi
kurang perkembangannya masuk dalam kategori suspek. Status gizi merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh
(nutrientinput) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut.3
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)
dapat menyebabkan terganggunya struktur dan fungsi otak.25 Sementara
keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan otak.23 Pada penelitian ini dapat dilihat perkembangan anak yang
masuk dalam kategori suspek salah satu penyebabnya adalah status gizi anak yang
kurang.
Status gizi merupakan salah satu indikator untuk menilai pertumbuhan
fisik anak. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan, dan salah satu
ciri dari perkembangan adalah perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan,
dimana pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembangan pun
demikian.1 Pada penelitian ini dapat dilihat status gizi kurang pada anak
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
49/54
menggambarkan adanya hambatan pada pertumbuhan fisik anak dan
menyebabkan adanya dugaan keterlambatan perkembangan pada anak (suspek).
5.1 Keterbatasan Penelitian
Sebelum tes skrining perkembangan dilakukan, peneliti telah menjelaskan
kepada orangtua responden, bahwa yang akan dilakukan adalah tes untuk
penyaringan terhadap kelainan perkembangan anak, bukan suatu tes IQ, dan jika
anak tidak dapat melakukan tugas yang diberikan tidak perlu diberi pentunjuk,
serta dapat menjawab dengan jujur pertanyaan yang diajukan peneliti (item yang
tanda L). Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah ketika anak tidak
mampu untuk melakukan tugas perkembangan, orang tua tetap memberi petunjuk
kepada anak untuk melakukannya, hal ini dapat menyebabkan bias dalam
interprestasi perkembangan anak, selain itu juga dalam item tugas perkembangan
yang dapat ditanyakan kepada orang tua (item yang bertanda L) bisa saja
didapatkan jawaban yang tidak akurat karena orang tua melebih-lebihkan
kemampuan anak nya di rumah. Pada penelitian ini hanya dapat dinilai status gizi
anak dan tidak spesifik menilai asupan zat gizi yang dikonsumsi anak.
BAB VI
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
50/54
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Simpulan pada penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengukuran antropometri dengan
menggunakan indikator IMT/U kemudian dibandingkan dengan kurva
reference pertumbuhan WHO 2007, dapat dilihat bahwa frekuensi status
gizi kurang pada anak usia prasekolah adalah sebesar 34,2%.
2. Berdasarkan data yang diperoleh dengan menggunakan tes Denver II,
dapat dilihat bahwa frekuensi anak dengan perkembangan dalam kategori
suspek adalah sebesar 39,5%.
3. Berdasarkan uji statistik Chi square, dapat dilihat bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan anak
usia prasekolah di TK Aisyiyah IV Sail Pekanbaru (p=0,000).
6.2 Saran
Saran pada penelitian ini adalah:
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh asupan zat-zat nutrien
yang berperan secara spesifik pada otak terhadap perkembangan anak usia
prasekolah.
2. Diperlukan kerjasama multidisipliner dengan peneliti di bidang lain,
dengan menggunakan metodologi penelitian yang dapat menggambarkan
sejauh mana pengaruh faktor-faktor lain terhadap perkembangan anak usia
prasekolah.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
51/54
3. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk dapat
melakukan skrining pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah
minimal 1 bulan sekali, agar dapat dideteksi secara dini adanya gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
52/54
1. Tanuwidjaya S. Konsep tumbuh dan kembang. Dalam: Moersintowati B
dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama. Jakarta:
Sagung Seto; 2008. h. 1-12.
2. Santoso S, Ranti AL. Kesehatan dan gizi. Jakarta : Rineka Cipta; 2004. h.
40-87
3. Supariasa ID Nyoman, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC;
2001. h. 26-85
4. Bolton Nichole. The role nutrition plays on childrens brain development.
2010. [diakses tanggal 29 September 2010]. Dikutip dari :
(http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-
development-a246146)
5. Hasan R, Alatas H, editors. Ilmu kesehatan anak. Buku Kuliah 1. Jakarta :
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 1998. h. 387-418.
6. Hamastuti MI. Hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia
prasekolah menurut denver di TK Roudlatul Athfal Muslimat NU 02
Kotalama Malang [skripsi]. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang; 2004.
7. Sutrisno. Hubungan status gizi dengan tingkat perkembangan motorik kasar
anak usia 2-3 tahun pada keluarga sejahtera di wilayah Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. 2003. [diakses tanggal 20
Oktober 2010]. Dikutip dari : (http://eprints.undip.ac.id/11528/)
8. Gunardi H. Pemantauan tumbuh kembang balita. [diakses tanggal 29
November 2010]. Dikutip dari :
(http://www.pikhospital.co.id/hotnews14.htm)
9. Agnor M, Emerson B, Ettinger S, Jacobs RR, Frank DA. The impact offood insecurity on the development of young low-income black and latino
children. Washington : Joint Center for Political and Economic Studies;
2006.
10. Soetjiningsih. Penliaian perkembangan anak. Dalam : Gde Ranuh IGN,
editor. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 63-94.
11. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Profil kesehatan kota pekanbaru 2009.
http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://eprints.undip.ac.id/11528/http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://www.suite101.com/content/the-role-nutrition-plays-on-brain-development-a246146http://eprints.undip.ac.id/11528/ -
7/30/2019 skripsi Rachmadina
53/54
12. Puskesmas Sail Kota Pekanbaru. Laporan deteksi dini tumbuh kembang
anak 2010.
13. Soetjiningsih. Tumbuh-kembang anak. Dalam : Gde Ranuh IGN, editor.Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 1-36.
14. Soetjiningsih. Penilaian pertumbuhan fisik anak. Dalam : Gde Ranuh IGN,
editor. Tumbuh kembang anak. Jakarta : EGC; 1995. h. 37-62.
15. Needlman RD. Growth and development. Dalam: Richard E. Berhman et al,
editors. Nelson textbook of pediatrics. 17th ed. USA : Saunders; 2004. p. 23-
66.
16. Ambron SR. Child development. USA : Rinehart Press; 1981. h. 257-354.
17. Budhiman M. Tumbuh-Kembang. Dalam : Markum AH, dkk, editors. Ilmu
kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta : Balai Penerbit FK UI; 1999. h. 9-72.
18. Meadow SR, Newell SJ. Lecture notes : pediatrika. Edisi 7. Jakarta :
Erlangga; 2005. h. 46-54.
19. Nugroho HSW. Denver development screening test. Petunjuk praktis.
Jakarta : EGC; 2009. h. 8-27.
20. Arisman DR. Gizi dalam daur kehidupan. Buku ajar ilmu gizi. Edisi 2.
Jakarta : EGC; 2008. h. 171-198.
21. Soekirman. Ilmu gizi dan aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional; 2000.
22. WHO. Growth reference data for 5-19 years. 2010. [diakses tanggal 22
November 2010]. Dikutip dari : (http://www.who.int/growthref/en/)
23. Tanuwidjaya S. Kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Dalam:
Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi
pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 13-21.
24. Soetjiningsih. Upaya peningkatan kualitas tumbuh kembang anak. Dalam:
Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi
pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 126-137.
-
7/30/2019 skripsi Rachmadina
54/54
25. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama;
2003. h. 1-13.
26. Rosales FJ, Zeisel SH. Perspectives from the symposium, The role of
nutrition in infant and toddler brain and behavioral development. 2008.
[diakses tanggal 21 Oktober 2010]. Dikutip dari :
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562682/)
27. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC;
1997. h. 869-886.
28. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta : EGC; 2003.
h. 247-268.
29. Narendra MB. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam:
Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi
pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 95-111.
30. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT.
Arkansas; 2004.
31. Pusat Peraturan Pajak Online. Peraturan Gubernur Provinsi Riau nomor 94
tahun 2009 tentang upah minimum provinsi (UMP) tahun 2010 di ProvinsiRiau. [diakses tanggal 29 November 2010]. Dikutip dari :
(http://www.rumahpajak.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56)
32. Soetjiningsih, Suandi. Gizi untuk tumbuh kembang anak. Dalam:
Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi
pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 22-50.
33. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam:Moersintowati B dkk, editors. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi
pertama. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 86-94.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562682/http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562682/http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56http://www.rumahpajak.com/index.php?option=com_content&task=view&id=14105&Itemid=56