Download - Steroid Induced Glaucoma
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma adalah neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan
(cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang; biasanya disertai peningkatan
tekanan intraokular.
Hampir 60 juta orang terkena glaukoma di dunia. Sekitar 6 juta orang mengalami
kebutaan akibat glaukoma, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 2 paling tinggi setelah
katarak dan glaukoma merupakan penyebab nomor 1 kebutaan yang dapat dicegah. Resiko
seseorang menderita galukoma meningkat dengan bertambahnya umur, terutama pada umur
50 tahun keatas, dan meningkat 2-4 kali lipat pada seseorang dengan riwayat keluarga
menderita galukoma.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. MA
Umur : 26 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Payat Baju
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Karang Pule
Tanggal Pemeriksaan : 10 September 2012
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Mata merah dan perih, yang tidak membaik dengan obat tetes mata yang biasa
dipakai.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan kabur, perih, merah, gatal dan banyak mengeluarkan
air pada kedua mata. Keluhan terutama dirasakan memberat dalam 10 hari terakhir
dan keluhan ini menetap walupun sudah diberikan obat yang biasa dipakai oleh
pasien. Keluhan perih, merah, gatal, serta mata yang banyak mengeluarkan air ini
terutama dirasakan pada saat pasien keluar rumah atau bepergian. Sebelumnya pada
kedua mata pasien sering merah dan berair, dan pasien mengatasi keluhan tersebut
dengan membeli obat tetes mata xytrol di apotik, yang mana obat ini pernah
diberikan oleh dokter pada saat pasien berobat 10 tahun yang lalu. Obat ini sudah
pasien pakai dalam 10 tahun terakhir untuk megatasi keluhan merah serta berair
tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Pasien mengaku telah
menghabiskan sampai puluhan obat tetes mata ini dalam 10 tahun terakhir. Selain itu,
untuk keluhan kabur, sebelumnya mata kanan pasien memang sudah kabur serta sulit
melihat jauh ataupun dekat sejak ± 10 tahun dan terjadi tiba-tiba. Kabur yang
dirasakan seperti ada bayangan putih di mata. Sebelumnya pasien juga mengaku
pernah memiliki riwayat luka bakar di sekitar muka pasien. Dan ± 1 tahun pasien
mengaku mata kanan pasien sudah sulit melihat di bagian pinggir kiri (bagian nasal)
dengan adanya bagian hitam yang menutupi dan semakin ke tengah. Untuk mata kiri,
kabur dirasakan sudah semenjak ± 3 tahun terakhir dan terjadi perlahan-lahan. Kabur
terutama kalau melihat jauh. Selain kabur juga terdapat bayangan putih di sekitar
sinar apabila pasien melihat pada sinar.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata
Pasien sering mengalami mata merah, gatal, berair serta perih dalam 10 tahun
terakhir.
Riwayat penyakit sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat menderita hipertensi ataupun diabetes mellitus.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami hal serupa dengan pasien.
E. Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi obat ataupun makanan.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah menjalani pengobatan penyakit mata sebelumnya dengan keluhan mata
merah serta berair ± 10 tahun yang lalu. Dan diberikan oleh dokter obat tetes mata
yaitu xytrol. Pada saat obat itu habis, pasien membeli sendiri obat tersebut di apotik
untuk mengetasi keluhan yang sama yang sering terjadi dalam 10 tahun terakhir. Dan
pasien mengaku sudah menghabiskan obat tetes mata tersebut hingga puluhan
jumlahnya.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6
B. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,7˚ C
C. Status Lokalis
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
1. Visus 0,5/60 sc 20/200 sc
Pinhole tetap Pinhole 20/30
20/20 cc
2. Posisi Bola Mata Orthoforia Orthoforia
3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
4. Lapang Pandang
Konfrontasi Menyempit Normal
5. Palpebra Superior
Edema (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
6. Palpebra Inferior
Edema (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
7. Fissura palpebra + 10 mm + 10 mm
8. Konjungtiva Palpebra Superior
Hiperemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
9. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palpebra Inferior
Sikatrik (-) (-)
10. Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva
(+) (+)
Injeksi Siliar (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
11. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (+) (-)
Benda Asing (-) (-)
12. Bilik Mata Depan
Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Hifema (-) (-)
13. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular
14. Pupil Bentuk Bulat dan reguler Bulat dan reguler
Refleks cahaya langsung
(+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung
(+) (+)
15. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
Iris Shadow (-) (-)
Subluksasi (-) (-)
Dislokasi (-) (-)
16. TIO Palpasi Kesan meningkat Kesan meningkat
Schiotz 37,2 43,4
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan. Adapun
permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
Subjective
Mata perih, merah, gatal dan berair ODS
Kabur selama ± 10 tahun terkahir OD
Kabur selama ± 3 tahun terakhir OS
Hitam pada pandangan sebelah kiri OD
Objective
Pemeriksaan status lokalis pada mata pasien :
Visus 20/200 sc, pin hole 20/30, dan 20/20 cc
Sikatrik pada Kornea OD
Lapang pandang menyempit OD
TIO palpasi kesan meningkat
2. Analisa Kasus
A. Mata perih, merah, gatal dan berair ODS
Mata perih, merah, gatal dan berair sudah pasien rasakan sejak 10 tahun
terakhir. Selama ini, dengan memberikan obat tetes mata, keluhan dapat hilang,
namun dalam 10 hari terakhir, walaupun sudah diberikan obat tetes mata, keluhan
menetap dan tidak dapat hilang. Keluhan mata merah dapat timbul akibat adanya
radang atau terjadinya proses inflamasi di bagian luar dari bola mata, baik di
konjungtiva, ataupun sclera. Dari keluhan mata merah tanpa penurunan visus,
diagnosis yang mungkin adalah pterygium, pinguekula, episkleritis, dan
konjungtivitis. Untuk keluhan mata gatal dan berair merupakan keluhan yang umum
terjadi akibat adanya proses radang yang terjadi.
Pada pasien ini, pterygium dapat disingkirkan, karena tidak ditemukannya
pertumbuhan dari jaringan fibrovaskular yang berbentuk seperti segitiga pada kedua
mata pasien. Sedangkan untuk pinguekula juga dapat disingkirkan, karena tidak
adanya benjolan yang tampak pada konjungtiva bulbi pasien yang dapat mengiritasi
dari konjungtiva. Sedangkan untuk episkleritis ataupun skleritis pada kasus ini juga
dapat disingkirkan, karena kemerahan yang terbentuk tidak memiliki gambaran
khusus seperti benjolan setempat dengan batas tegas, dan warna merah ungu di bawah
konjungtiva. Pada kasus ini yang paling mungkin adalah konjungtivitis, karena injeksi
yang terbentuk merupakan injeksi konjungtiva, serta disertai dengan adanya keluhan
berair dan gatal, dan juga riwayat adanya kemerahan ketika terpapar debu.
B. Kabur selama ± 10 tahun terakhir OD
Kabur sudah dirasakan oleh pasien dalam 10 tahun terakhir pada mata kanan. Kabur
ini dirasakan mendadak. Kabur yang dirasakan mendadak dapat terjadi akibat adanya
kelainan di kornea, uvea, vitreous, retina atau nervus optikus. Dari pemeriksaan fisik
mata, ditemukan adanya sikatrik pada kornea berwarna putih, melintang dari atas ke
bawah, jadi kemungkinan penglihatan turun mendadak yang terdapat pada pasien
yang dirasakan sejak 10 tahun yang lalu disebabkan oleh adanya sikatrik pada
kornea.
C. Kabur selama ± 3 tahun terahir OS
Kabur yang dirasakan oleh pasien dalam 3 tahun terakhir di mata kiri pasien dan
terjadi secara mendadak dapat merupakan tanda dari katarak, glaukoma, retinopati
ataupun kelainan refraksi. Pada pasien ini kelainan seperti katarak dapat disingkirkan,
karena tidak adanya keluhan penglihatan seperti berkabut, serta lensa pasien masih
dalam keadaan jernih dan juga dari umur, pasien masih muda sehingga resiko untuk
katarak minimal. Untuk glaukoma, pada pasien masih ada kemungkinan, karena dari
riwayat penggunaan obat ditemukan bahwa terdapat penggunaan steroid
berkepanjangan yang mana merupakan faktor resiko dari glaukoma, juga didapatkan
adanya rasa silau apabila melihat cahaya (halo) yang juga merupakan salah satu
gejala dari glaukoma dan pemeriksaan fisik ditemukan kesan tinggi pada palpasi bola
mata dan pada pemeriksaan dengan tonometer schiotz didapatkan tekanan bola mata
43,4 mmHg. Untuk retinopati, juga belum dapat disingkirkan, karena memerlukan
pemeriksaan funduskopi, untuk melihat bagaimana keadaan retina pasien. Pada
pasien ini juga terdapat kelainan refraksi, dapat dilihat dari keluhan pasien yang
menyatakan kabur hanya pada saat melihat jauh, serta dari pemeriksaan visus dengan
pinhole didapatkan adanya kemajuan serta dengan koreksi lensa didapatkan
kemajuan penglihatan hingga 20/20.
D. Hitam pada pandangan sebelah kiri (bagian nasal) OD
Hitam pada lapang pandang merupakan tanda dari adanya kelaianan pada nervus
optikus. Pada pasien ini juga didapatkan adanya peningkatan tekanan bola mata, serta
adanya riwayat penggunaan obat steroid berkepanjangan yang mana merupakan
faktor resiko dari glaukoma, dan awal mula hilangnya penglihatan yaitu pada bagian
sentral dan ini umum ditemukan pada pasien dengan glaukoma.
E. Hasil pemeriksaan status lokalis mata kanan
Pada pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan kelainan yaitu visus
0,5/60, sikatrik pada kornea, lapang pandang menyempit, tekanan bola mata palpasi
kesan meningkat dan dengan tonometer schiotz 37,2 mmHg, dan didapatkannya
injeksi konjungtiva.
Visus yang rendah pada pasien dapat diakibatkan oleh adanya kelainan struktural
pada media refraksi ataupun kelaianan refraksi. Pada kasus ini, kelainan refraksi
bukan merupakan penyebab dari penurunan visus, karena pada pemeriksaan dengan
pinhole tidak diperoleh perbaikan. Sedangkan untuk media refraksi, didaptkan
kekeruahan pada kornea pasien dengan adannya sikatrik kornea yang melintang dari
atas ke bawah, ini merupakan penjelasan yang paling mungkin untuk menjelaskan
kenapa terjadinya penurunan visus pada pasien. Sedangkan untuk kelainan pada
retina, dibtuhkan pemeriksaan funduskopi jika memungkinkan, karena adanya
sikatrik pada kornea dapat menghalangi tampakan fundus pasien.
Lapang pandang yang menyempit pada pasien merupakan tanda dari adanya
kelaianan pada nervus optikus. Jika dilihat dari tekanan bola mata yang tinggi, maka
besar kemungkinan bahwa lapang pandang yang menyempit akibat dari peningkatan
tekanan bola mata. Peningkatan tekanan bola mata tersebut akan menekan vitreous ke
belakang sehingga menyebabkan rusaknya nervus optikus dan ini terjadi pada pasien
glaukoma. Akibat rusaknya nervus optikus ini, maka menyebabkan penglihatan
menjadi mengecil atau tampak hitam pada penglihatan, yang terjadi sesuai dengan
besar dan tempat kerusakan saraf tersebut.
Injeksi konjungtiva pada pasien merupakan tanda dari adanya peradangan pada
konjungtiva akibat adanya iritasi yang terjadi pada konjungtiva pasien. Dari
anamnesis diperoleh bahwa kemerahan terutama dirasakan pada saat pasien berkotak
langsung dengan debu, maka kemungkinan yang terjadi pada pasien ini adalah
konjungtivitis iritans.
F. Hasil Pemeriksaan status lokalis mata kiri
Pada pemeriksaan status lokalis mata kiri pasien diperoleh kelainan yaitu visus
pasien 20/200 yang membaik dengan pinhole, dan dengan koreksi didapatkan visus
20/20. Terdapat hiperemia pada konjungtiva bulbi, dan tekanan intraokular yang
tinggi yaitu 43,4 mmHg.
Visus pasien 20/200 yang membaik dengan pin hole serta dengan koreksi bisa
didapatkan visus 20/20 menunjukkan bahwa penurunan visus pada pasien ini
diakibatkan oleh kelainan refraksi. Sedangkan untuk hiperemia, sama seperti pada
mata kanan pasien, merupakan suatu konjungtivitis iritans, dan peningkatan tekanan
bola mata pada mata kiri pasien ini merupakan tanda awal dari glaukoma.
G. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien menderita penyakit
galukoma sekunder e.c steroid. Selain itu juga pasien menderita konjungtivitis iritans,
sikatrik kornea OD dan myopia OS.
Diagnosis Kerja:
- Glaukoma sekunder e.c steroid
D. Planning
1. Pemeriksaan funduskopi untuk memeriksa segmen posterior bola mata serta untuk
melihat CD ratio agar dapat diketahui sudah seberapa parah kerusakan yang terjadi.
2. Medikamentosa : Beta-adrenergic blocker (timolol 2 x 1 tetes/hari) Pemberian obat-
obatan beta-adrenergic blocker dimaksudkan agar sekresi akueuos humor berkurang
sehingga diharapkan tekanan intraokular. Efek samping dari obat ini adalah
ekseserbasi asma dan penyakit saluran nafas kronis, hipotensi, bradikardia.
3. KIE
Pada pasien atau keluarga pasien sebaiknya diberikan informasi bahwa
peningkatan tekanan bola mata dapat terjadi sewaktu-waktu. Untuk mencegah
kerusakan saraf mata lebih lanjut maka pasien di edukasi untuk tetap kontrol
secara rutin dan rajin menggunakan obat yang diberikan.
Pasien di beritahu untuk menghentikan penggunaan obat tetes steroid, karena
dapat memicu peningkatan tekanan bola mata pada pasien yang akan membuat
penglihatan pasien menjadi semakin kabur.
Pasien dapat disarankan untuk memakai kacamata, selain untuk mengoreksi
penglihatan pada mata kiri pasien, juga dapat membantu mengurangi kontak
langsung mata pasien terhadap iritan.
H. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Malam
Prognosis nyawa (ad vitam)
Bonam
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
Pasien seorang perempuan, usia 26 tahun, datang dengan keluhan mata merah perih,
gatal dan berair yang tidak membaik dengan obat tetes mata yang biasa dipakai. Pasien juga
mengeluhkan kabur. Keluhan mata merah, perih gatal dan berair terutama dirasakan
memberat dalam 10 hari terakhir dan keluhan ini menetap walupun sudah diberikan obat
yang biasa diapakai. Keluhan perih, merah, gatal, serta mata yang banyak mengeluarkan air
ini terutama dirasakan pada saat keluar rumah atau bepergian. Sebelumnya pada kedua mata
sering merah dan berair, dan untuk mengatasinya pasien membeli obat tetes mata xytrol. Obat
ini sudah pasien pakai dalam 10 tahun terakhir. Pasien mengaku telah menghabiskan sampai
puluhan obat tetes mata. Pada mata kanan, kabur yang dirasakan sudah sejak ± 10 tahun dan
terjadi tiba-tiba. Kabur yang dirasakan seperti ada bayangan putih di mata. Pasien mengaku
pernah memiliki riwayat luka bakar di sekitar muka pasien. Selain itu, pada pasien juga
terdapat penyempitan lapang pandang pada bagiuan nasal. Pada mata kiri, kabur ± ± 3 tahun
terakhir dan terjadi perlahan-lahan. Kabur terutama kalau melihat jauh. Selain itu juga
terdapat halo pada saat melihat sinar.
Pada pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan visus 0,5/60, sikatrik
pada kornea, lapang pandang menyempit, tekanan bola mata palpasi kesan meningkat dan
dengan tonometer schiotz 37,2 mmHg, dan terdapat injeksi konjungtiva. Sedangkan pada
mata kanan didapatkan visus 20/200 yang membaik dengan pinhole, dan dengan koreksi
didapatkan visus 20/20. Terdapat hiperemia pada konjungtiva bulbi, dan tekanan intraokular
yang tinggi yaitu 43,4 mmHg
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien dapat didiagnosis menderita
penyakit galukoma sekunder e.c steroid. Selain itu juga pasien menderita konjungtivitis
iritans ODS, sikatrik kornea OD dan myopia OS.