-
i
STRATEGI KOMUNIKASI TAKMIR MASJID
AL MUJAHIDIN AMBARAWA
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS
PENGAJIAN RUTIN AHAD PAGITAHUN 2019
SKRIPSI
Skripsi Ini Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH:
MUHAMMAD DANY FARHANNANDA
NIM: 43010-15-0039
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN
ISLAMFAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2019
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
ABSTRAK
Farhannada, Muhammad Dany.2019. Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin Ambarawa dalam Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pengajian Rutin
Ahad Pagi. Skripsi. Fakultas Dakwah. Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing:
Yahya, M.H.I.
Kata Kunci: Strategi komunikasi, Takmir Masjid Al-Mujahidin, Kualitas,
Kuantitas
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan strategi komunikasi takmir
masjid al-Mujahidin Ambarawa dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
pengajian rutin Ahad pagi. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian
ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi takmir masjid al-
Mujahidin Ambarawa. 2.strategi takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin Ambarawa.3. Untuk
mengetahui hambatan takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin Ambarawa.
Penelitian ini merupakan penilitian kualitatif jenis studi kasus, sumber data
diperoleh melalui takmir masjid al-Mujahidin, jamaah pengajian rutin Ahad pagi
dan dokumen di masjid al-Mujahidin Ambarawa. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian ini
adalah masjid al-Mujahidin ambarawa. Sedangkan teknik analisis data dilakukan
dengan klarifikasi data penyaringan data dan penyimpulan.
Hasilmenunjukan 1.Strategi komunikasi yang takmir lakukan dalam
menjalankan pengajian menggunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat
otomatis selalu dilakukan oleh takmir. 2.Strategi takmir dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengajian adalah dengan menyediakan sarana dan fasilitas
pendukung berjalannya pengajian, faktor pendukung meningkatkan kualitas dan
kuantitas pengajian adalah da’i. 3. Faktor penghambat yaitu gangguan teknis dalam
berkomunikasi dan hambatan kerangka berfikir juga da’i dalam menyampaikan
pesan atau isi ceramah kepada jamaah.
-
vi
MOTTO
ْحَسانُ ْحَساِن إَِّلا اْْلِ َهْل َجَزاُء اْْلِ
Artinya :Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan(pula)
(QS Ar-Rahmaan : 60)
-
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga
2. Kedua orang tua Ibu Siti Aisyah dan Bapak Sarjono tercinta yang selalu
menyayangiku, mendukung dan menyemangatiku. Terimakasih atas untaian
do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Ibu untuk kebaikanku.
3. Adik-adiku Zaki dan Jimmi. Terimakasih untuk dukungan kalian, dan semoga
tercapai dengan indah cita-cita kalian.
4. Keluarga besar Bani Salim, Bulek Nur dan Om Danang yang mana telah
menjadi orang tua kedua bagi saya. Selalu mendo’akan dan memberi
dukungan baik secara moril maupun materil.
5. Sahabat-sahabatku Mahbub, Rohman, Zaki, Sifa, Rais, Sumyani, Anis, Diyan,
Nova, Tyak, Dilla, Corona, Mba Desi, Elfadan lainnya, yang tiada henti
memberikan dukungan dan semangat dan telah menemani proses selama ini.
6. Adik-adikku Aini, Subandana, Fajar, Hanif dan teman-teman angkatan 2016-
2017 yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
candatawa, dukungan dan semangatnya. Terimakasih untuk dukungan kalian,
dan semoga tercapai dengan indah cita-cita kalian..
7. Sahabat/i keluarga besar PMII Kota Salatiga, khususnya Rayon Dakwah, yang
selalu memberi dukungan, ilmu dan pengalaman yang diberikan
8. Teman – teman program studi Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2015.
9. Para pembaca yang budiman.
-
viii
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الرحىم
Alhamdulilahirabil‘alamin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia Nya sehingga penulis
dapat melewati proses dalam penyusunan skripsi, dan berhasil menyelesaikan
skripsi dengan judul “Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin dalam
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pengajian Rutin Ahad Pagi Tahun 2019”
guna memenuhi tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas
Dakwah IAIN Salatiga.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad Saw
yang telah menghantarkan kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang seperti sekarang ini, serta yang telah membimbing kita ke jalan yang
lurus, yakni agama Islam. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang
mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat kelak. Amiin.
Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, motivasi dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan banyak terimakasih yang tiada terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN
Salatiga.
3. Ibu Hj. Maryatin, M. Pd., selaku ketua Program Studi Komunikasi
Penyiaran Islam dan Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa
membimbing saya dengan sangat baik.
4. Bapak Yahya, M.H.I selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pemberi
motivasi dan pengarahan sampai selesainya penulisan skrispsi ini.
-
ix
5. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf IAIN Salatiga yang telah memberikan
pendidikan, bimbingan, pengarahan dan pengetahuan serta dukungan dan
motivasi yang begitu luar biasa.
6. Bapak/Ibu Staf Akademik Fakultas Dakwah IAIN Salatiga, yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Takmir Masjid al-Mujahidin periode 2019, yang telah berkenan dan
bersedia menjadi sumber data dalam penelitian ini.
8. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Besar harapan penulis semoga semua perbuatan baik dapat diterima dan
diridhoi Allah Swt. Tak lupa selain itu, penulis selalu mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya serta bagi para pembaca pada umumnya. Amiin Yarobbal ‘Alamin.
Salatiga, 27 Mei 2019
Penulis
Muhammad Dany. F
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PESETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
E. Kerangka Berfikir ...................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 10
B. Landasan Teori ......................................................................... 14
1. Strategi Komunikasi ......................................................... 14
-
xi
a. Strategi ....................................................................... 14
b. Komunikasi ................................................................ 17
c. Strategi Komunikasi ................................................... 27
2. Takmir masjid .................................................................... 29
a. Takmir ........................................................................ 29
b. Masjid ......................................................................... 31
3. Kualitas dan Kuantitas ....................................................... 39
a. Definisi Kualitas ......................................................... 40
b. Definisi Kuantitas ....................................................... 42
4. Pengajian ........................................................................... 42
a. Definisi Pengajian ...................................................... 42
b. Fungsi Pengajian ........................................................ 43
c. Keutamaan Menghadiri Pengajian ............................. 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 48
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 49
C. Sumber Data ............................................................................. 49
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 49
E. Analisis Data ............................................................................ 51
F. Pengecekan Keabsahan Data .................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 54
A. Gambaran Umum Masjid .......................................................... 54
1. Sejarah Masjid ................................................................... 53
-
xii
2. Letak Geografis ................................................................. 56
3. Susunan Organisasi ........................................................... 57
4. Sarana dan Prasarana ......................................................... 59
5. Kegiatan yang di Kelola Takmir ....................................... 61
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 62
1. Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin
Ambarawa ......................................................................... 62
2. Strategi Takmir dalam Meningkatkan Kualitas dan
Kuantitas Pengajian Rutin ................................................. 66
3. Hambatan Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas
dan Kuantitas Pengajian Rutin .......................................... 72
C. Pembahasan ............................................................................... 77
1. Strategi Komunikasi Takmir Masjid Al-Mujahidin
Ambarawa ......................................................................... 77
2. Strategi Takmir Dalam Meningkatkan Kualitas dan
Kuantitas Pengajian Rutin ................................................. 81
3. Hambatan Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas
dan Kuantitas Pengajian Rutin ......................................... 86
BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 89
A. Kesimpulan ................................................................................ 89
B. Saran ......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 92
-
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Pedoman Wawancara ...............................................................
2. Lampiran Hasil Wawancara ......................................................................
3. Lampiran Dokumentasi .............................................................................
4. Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................
5. Lampiran Surat Keterangan Penelitian .....................................................
6. Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian...................................................
7. Lampiran Daftar Riwayat Hidup...............................................................
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masjid merupakan unsur penting dalam struktur masyarakat Islam
mulai dari zaman nabi sampai saat ini, masjid menjadi pusat kegiatan
keagamaan kaum muslimin. Di era sekarang pembangunan masjid sangat
pesat, kita dapat menjumpai masjid berdiri kokoh di sepanjang perjalanan
baik kota maupun desa. Pesatnya pembangunan masjid merupakan salah
satu bentuk semangat kaum muslim dalam mengungkapkan rasa cintanya
terhadap Islam. Umat muslim mulai mengembangkan bangunan-bangunan
masjid serta merenovasi masjid dengan tujuan agar kaum muslim
meningkatkan kesadaranya untuk beribadah dan berjamaah di masjid.
Selain ibadah kepada Allah, masjid menjadi sarana untuk silaturahmi
kepada sesama umat islam. Terjadinya silaturahmi secara tidak langsung
akan meningkatkan solidaritas, memperdalam ilmu pengetahuan agama,
dan meningkatkan iman serta ketaqwaan kaum muslim. Dari keterangan
tersebut, masjid berfungsi lebih untuk para kaum muslim dalam
pengembangan ilmu agama Islam. Di sisi lain, umat muslim telah
memakmurkan masjid dengan tidak membiarkan masjid kosong pada waktu
sholat.
Pentingnya masjid dalam kehidupan umat muslim telah terbukti
dengan pengulangan kata masjid dalam al-Quran sebanyak dua puluh
delapan kali yang intinya adalah tempat tunduknya insan pada Sang Khaliq
(Roqib, 2005: 73). Tidak heran jika kegiatan keagamaan sering dilakukan
-
2
di masjid. Bahkan kegiatan di bidang pemerintah yang mencakup ideologi,
politik, ekonomi, sosial, pengadilan dan kemiliteran dibahas dan di
percahkan di lembaga masjid.
Dilihat dari penjelasan yang berlangsung di dalam masjid, selama
tidak merugikan pihak pengelola masjid maupun masyarakat sekitar maka
fungsi masjid untuk menjaga kerukunan umat dalam ibadah maupun
kegiatan tidak akan menimbulkan masalah. Seperti yang dilakukan pada
zaman nabi, fungsi masjid merupakan asrama untuk para pelajar suffah atau
orang yang datang dan tinggal di masjid untuk menuntut ilmu. Biasanya
akan dipenuhi sebanyak 300 hingga 400 orang. Selain untuk menuntut ilmu,
masjid juga digunakan untuk merawat orang-orang yang sakit, namun tidak
melupakan fungsi utama masjid yaitu menghimpun umat untuk sholat
berjamaah dan beribadah. Dalam al-Quran Surah at-Taubah ayat 18, Allah
SWT berfirman mengenai pentingnya memakmurkan masjid:
ََلةَ َوآتَى إِناَما َيْعُمُر َمَساِجدَ اللاِه َمْن آَمَن بِاللاِه َواْلَيْوِم اْْلِخِر َوأَقَاَم الصا
ئَِك أَْن َيُكونُوا ِمَن اْلُمْهتَِدينَ َكاةَ َولَْم يَْخَش إَِّلا اللاهَ ۖ فَعََسٰى أُولَٰ الزاArtinya:
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk. (QS.at-Taubah:18).
Maksud dari ayat di atas adalah memakmurkan masjid tidak hanya
orang-orang yang berkunjung ke masjid, melainkan orang yang beribadah
di masjid ketika shalat, menggunakan fungsi masjid dengan sebaik-baiknya
-
3
sebagaimana untuk mendapatkan ridha dari Allah dan menggunakan masjid
sebagai sarana berdakwah.
Masjid al-Mujahidin adalah salah satu masjid yang menjadi pusat
gerakan dakwah di Desa Kranggan yang masyarakatnya merupakan plural
dan multikultural. Masjid al-Mujahidin selain digunakan untuk beribadah
juga merupakan pusat sarana berdakwah Islam di Dusun Kepatihan.
Dakwah yang dilakukan di masjid al-Mujahidin tentu tidak mudah,
pasti ada kendala dan permasalahan, dalam menghadapi kendala tersebut
dibutuhkan komunikasi oleh pelaku dakwah, yang dimaksud adalah takmir
masjid, komunikasi berperan sangat penting dalam mensukseskan dakwah
di masjid, karena jika komunikasi takmir dengan anggota atau takmir
dengan da’i yang kurang baik, maka acara dakwah yang dilakukan akan
kurang maksimal dan tentu tidak sesuai dengan target yang diharapkan.
Karenanya, komunikasi antara sesama pengguna masjid harus dijaga dalam
aktivitas dakwah islam di masjid.
Peran takmir masjid sangat penting dalam berlangsungnya dakwah
dan upaya menghidupkan masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam, Peran
takmir masjid juga tidak lepas dari komunikasi dengan anggota yang
harmonis dan rasa kekeluargaan yang membuat acara maupun dakwah yang
dilakukan di masjid menjadi lebih terstruktur dan fungsi masjid lebih
meningkat, fungsi masjid juga tidak terbatas pada peningkatan kualitas
iman, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas kehidupan, termasuk
-
4
pendidikan, gotong royong, kesehatan dan kegiatan ibadah yang lain,
tentunya dapat meningkatkan nya kesejahteraan umat islam di masjid.
Pengajian adalah wadah atau tempat untuk mendalami dan mengkaji
agama Islam di lingkungan sekitar kita, bentuk pengajian bermacam-macam
dan diikuti oleh masyarakat daerah itu sendiri, pengajian yang dilakukan di
masjid tentunya juga memiliki tujuan untuk mengenalkan rumah Allah Swt
sebagai sarana ibadah, Hal ini dikarenakan masyarakat muslim masih
memerlukan pemahaman dan pengkajian tentang ilmu agama Islam dan al-
Qur’an. Allah Berfirman dalam surah al-Zumar ayat 9:
ْن ُهَو قَانِت اَنَاَء الاْىِل َساِخدًا َوقَائًِما يَْحذَُر اْْلَِخَرةَ َويَْرُجواْ َرْحَمةَ أما
َربِِّه قلى قُْل َهْل يَْستَِوي الِّذيَن يَْعلَُموَن َوالاِذْيَن ََّل يَْعَلُموَن قلى إِناَما يَتَذَكاُر
أولُو اْْلَْلبَابِ Artinya:
Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
Dilihat dari segi budaya, pengajian adalah salah satu stradisi
keagamaan yang sering dilakukan oleh masyarakat beragama Islam.
Diadakan pengajian sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah Swt
sebagai Tuhan Pencipta Alam Semesta, dan untuk mendapatkan ketenangan
dan kerohanian. Pengajian yang terdapat suatu daerah dilakukan sebagai
tradisi atau kebiasaan, karena dalam pengajian itu sendiri dilakukan sudah
turun temurun dari orang-orang sebelumnya.
-
5
Pengajian dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah pengajaran
agama Islam atau pembacaan al-Qur’an, maka kegiatan pengajian diisi oleh
kelompok atau yang biasa membaca dan mengkaji al-Qur’an sebagai kitab
suci umat muslim, pada umunya pengajian dilakukan di masjid, tetapi ada
juga yang dilakukan di mushola, rumah orang yang sedang mempunyai
hajat, maupun tempat lainya.
Pengajian yang dilakukan oleh takmir masjid al-Mujahidin yang
sudah berlangsung lama dan sampai sekarang masih dilakukan, menjadikan
peneliti ingin mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana komunikasi
yang dilakukan antar takmir dan peran takmir dalam meningkatkan kualitas
maupun kuantitas acara pengajian tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui lebih
mendalam mengenai strategi komunikasi antar takmir dalam menjalankan
pengajian dan upaya yang dilakukan takmir dalam meningkatkan kualitas
dan kuantitas pengajian, yang akan dituangkan dalam sebuah skripsi
berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI TAKMIR MASJID AL-
MUJAHIDIN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS DAN
KUANTITAS PENGAJIAN RUTIN AHAD PAGI TAHUN 2019”.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas dapat
dirumuskan pokok permasalahanya sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi antar takmir masjid al-Mujahidin
Ambarawa?
2. Bagaimanakah strategi komunikasi takmir masjid dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin
Ambarawa?
3. Apakah hambatan takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas pengajian rutin ahad pagi di masjid al-Mujahidin Ambarawa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi takmir masjid dalam
melaksanakan kegiatan pengajian rutin ahad pagi di masjid al-
Mujahidin Ambarawa.
2. Mendiskripsikan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh
takmir masjid al-Mujahidin Ambarawa dalam meningkatakan kualitas
dan kuantitas pengajian.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan
strategi komunikasi takmir masjid al-Mujahidin Ambarawa dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian rutin ahad pagi.
-
7
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah dalam ilmu strategi komunikasi dan manajeman kegiatan.
b. Penelitian ini diharapkan bisa menambah referensi bagi takmir
dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian.
c. Diharapkan bisa bermanfaat untuk pengelolaan masjid dan strategi
yang digunakan menjadi rujukan kepada masjid-masjid lain dalam
mengembangkan kualitas dan kuantitas dakwah.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui strategi
komunikasi takmir masjid al-Mujahidin dalam meningkatkan
kualitas dan kuantitas pengajian.
b. Bagi lembaga organisasi dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan.
-
8
E. Kerangka Berifikir
Kerangka diatas menjelaskan takmir dalam menjalankan pengajian
tentu memiliki strategi agar pesan yang disampaikan antar takmir dapat
tersampaikan kepada anggota takmir yang lain. Dalam menjalankan
pengajian, pesan juga diberikan kepada da’i, dalam menjalankan pengajian
juga memerlukan penceramah, komunikasi yang dilakukan takmir kepada
da’i untuk menentukan tema ceramah dalam pengajian yang kemudian
untuk jamaah. Upaya yang takmir lakukan dalam pengajian supaya
masyarakat juga bisa memahami isi dari pengajian.
PENGAJIAN
JAMAAH
PERENCANAAN PENGAJIAN
DA’I
PESAN
STRATEGI KOMUNIKASI
TAKMIR
-
9
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Agar pembahasan dalam penulisan mudah dipahami, maka disusun
sistematiak penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang
berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat takmir masjid
(definisi strategi komunikasi, pengertian takmir masjid, kegiatan yang
dilaksanakan takmir), masjid (definisi masjid, sejarah masjid, pengelolaan
masjid dan fungsi masjid), dan upaya takmir masjid dalam menigkatkan
kualitas dan kuantitas pengajian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan tentang metofologi penelitian meliputi jenis penelitian
lokasi penelitian, sumber data. Prosedur pengumpulan data dan teknik
validitas data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang gambaran umum deskripsi Masjid al-
Mujahidin Ambarawa, kegiatan di Masjid al-Mujahidin Ambarawa, serta
uapaya yang dilakukan takmir dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
pengajian ruitn Ahad pagi di Masjid al-Mujahidin Ambarawa. Pembahasan
dilakukan untuk menjawab masalah penelitian yang di intergrasikan
kedalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelasakan
temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran
dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil
penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Jurnal yang disusun Muzdalifah dengan judul “Strategi Dakwah Takmir
Masjid Darul Hikmah Dalam Membangun Masyarakat Madani Di
Dusun Buluresik Manduro Ngoro Mojokerto 2017”. Penelitian yang
dilakukan berfokus mengenai bagaimana strategi dakwah yang
dilakukan oleh takmir masjid Darul Hikmah dalam membangun
masyarakat madani di Dusun Buluresik, Kecamatan Ngoro Kab.
Mojokerto, jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hasil penelitian yang dilakukan kepada takmir masjid
Darul Hikmah strategi dakwah yang dilakukan adalah, membangun
masyarakat madani di Desa Buluresik dimulai dari memberdayakan
orang-orang yang berpengaruh dimulai dari takmir itu sendiri,
membangun madarasah, kultum setelah sholah subuh, sholawat rutin
mingguan. Tujuan takmir masjid Darul Hikmah ialah mengajak
masyarakat pada kegiatan positif, untuk membuat perubahan positif
tentunya dilakukan dengan penambahan iman, karena tujuanya baik
juga dilakukan dengan kegiatan yang baik. Target dari strategi dakwah
yang dilakukan adalah masyarakat sekitar masjid yang kebanyakan
masih awam soal agama, jadi pemanfaatan masyarakat yang
berpengaruh sangat berperan sebagai strategi dakwah.
-
11
2. Skripsi yang disusun oleh Hanik Asih Izzati, dengan judul “Peran
Takmir Masjid Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam (Studi
Di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga 2015)”. Penelitian
ini fokus mengenai bagaimana peran takmir masjid dalam
meningkatkan kulitas pendidikan islam di masjid al-Muttaqiin,
Kalibening Salatiga. Penelitian tersebut ditinjau dengan teori ilmu
komunikasi, ilmu dakwah, dan strategi komunikasi dakwah. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi, menggunakan alasisis data
deskrtiptif kualitatif yang dilakukan terhadap data yang di kumpulkan.
Pelaksanaan kegiatan dakwah yang matang sebagai salah satu strategi
penunjang dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam, apalagi
strategi dakwah sudah terstruktur, akan membuat pendekatan dengan
masyarakat lebih cepat sampai dan mudah diterima. Faktor pendukung
seperti remaja masjid, Jamaah sholat yang tidak sedikit maupun sarana
pra-sarana yang tersedia membuat tujuan semakin dipermudah dan
diperlancar dalam kegiatan yang diadakan takmir masjid.
3. Skripsi yang disusun oleh Arkhani Luthfie Itsnain, dengan judul
“Komunikasi Interpersonal Antara Ketua Takmir Dan Anggota Dalam
Meningkatkan Kinerja Dakwah Di Masjid Al-Muhtadin Plumbon
Banguntapan Bantul DIY 2014”. Penelitian ini fokus mengenai
hubungan takmir, komunikasi mempunyai peran yang sangat penting
dalam dalam meningkatkan dan mensukseskan kinerja dakwah di
-
12
masjid. Seringkali target dakwah tidak tercapai karena kurangnya
komunikasi antar takmir, oleh karenanya komunikasi antar pengurus
takmir tidak bisa lepas dari suksesnya kegiatan dakwah di masjid.
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan mengambil latar
belakang komunikasi ketua dan anggota takmir masjid, adapun teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, interview dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
proses meningkatkan kinerja dakwah di masjid dengan komunikasi
interpersonal sebagai media komunikasi di anggap efektif oleh ketua
takmir dengan anggota dengan menggunakan beberapa metode yaitu
dengan keteladanan, pembiasaan dan nasihat yang bertujuan untuk
mencitpakan hubungan baik di lingkungan oraganisasi takmir. Dalam
menjalin komunikasi yang baik antartakmir untuk meningkatkan kinerja
dakwah, diperlukan beberapa faktor penunjang, antara lain media
komunikasi, pendekatan yang dilakukan, tujuan komunikasi, serta
profesionalisme dalam berdakwah.
4. Skripsi yang disusun oleh Amien Wibowo, dengan judul “Strategi
Komunikasi Dakwah (Strategi Komunikasi Dakwah Majelis Dzikir Dan
Sholawat JAMURO Surakarta 2015)”. Penelitian yang dilakukan fokus
kepada penjelasan bagaimana strategi komunikasi dakwah islam
JAMURO dalam mempertahankan dakwah islam tradisional, jenis
penelitian ini ialah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data
berupa observasi, wawancara serta dokumentasi. Hasil penelitian
-
13
menujukan bahwa dalam strategi berdakwah harus memperhatikan
beberpa aspek yaitu, penyusunan pesan, komunikator, penentuan
khalayak, serta penggunaan media, target yang dituju ialah masyarakat
khususnya umat islam.
5. Skripsi karya Tuti Haryati Ningsih, dengan judul “Peran Takmir Masjid
Dalam Meningkatkan Solidaritas Masyarakat Di Masjid Besar Syuhada
Lamgugob Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh 2018”. Penelitian ini
dilakukan berfokus tentang upaya-upaya apakah yang dilakukan takmir
masjid dalam meningkatkan solidaritas masyarakat, penelitian ini
bersifat kualitatif deskriptif, teknik yang digunakan dalam pengumpulan
data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa takmir masjid syuhada berperan dalam peningkatan
solidaritas dan silaturahmi ke masyarakat melalui upaya-upaya kegiatan
yang dilakukan yatu diskusi keagamaan, kegiatan bakti sosial, pengajian
bagi anak-anak maupun orang dewasa, sehingga dapat menumbuhkan
rasa kepedulian, kebersamaan antara jamaah dan masyarakat.
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut terdapat persamaan dengan
peneliti yaitu terletak pada takmir dan bagaimana rencana takmir dalam
mengkatkan kinerja dan kualitas dakwah di masjid. Perbedaan dengan
yang peneliti lakukan terletak pada strategi komunikasi antar takmir
yang dilakukan dalam mengkatkan kualitas dan pengajian yang
dilakukan pada ahad pagi dan lokasi yang diteliti sudah tentu berbeda.
-
14
B. Landasan Teori
1. Strategi Komunikasi
a. Pengertian Strategi
Menurut Stephanie K. Marrus dalam buku Strategic
Management In Action sebagaimana dikutip oleh Umar (2008:31).
Strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin yang
berfokus pada tujuan jangka panjang untuk organisasi, disertai
penyusunan suatu rencana maupun upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai. Kesimpulan yang dapat diambil menurut
pengertian diatas bahwa strategi adalah proses pembentukan
rencana, dengan susunan cara dan upaya untuk tercapainya tujuan.
Strategi menurut Hamel dan Prahalad (1995) sebagaimana
dikutip oleh Umar (2008: 31). Adalah tindakan yang bersifat
incremental (selalu meningkat) terus-menerus, dan dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang di inginkan para
pelanggan dimasa depan. Menurut pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi adalah hal yang tidak mungkin untuk
menggunakan metode yang sama terus menerus dan bisa ber ubah-
ubah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Strategi adalah mencapai tujuan yang di inginkan dengan jalan
menggunakan orang atau orang-orang lain untuk mendapatkan hasil
yang menjadi tujuan atau dikehendaki. Arti dari strategi ataupun
manajemen mungkin tampak sederhana, akan tetapi dibalik
-
15
kesederhanaan terdapat nilai dan manfaat yang penting. Rumusan
yang diberikan oleh para pakar manajemen boleh saja berbeda akan
tetapi isi dan gagasan praktiknya sama. Strategi adalah langkah awal
dari proses dan hampir setiap orang maupun organisasi memiliki
strategi (Suhardi, 2018: 40).
Pengartian dalam bahasa inggris istilah manajemen diartikan
sama dengan managing. Di Indonesia, kata manajemen
diterjemahkan menjadi berbagai istilah, misalnya, kepengurusan,
pengelolaan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pembimbingan,
pembinaan, penyelenggaraan dan penanganan.
Manajemen terdapat dalam setiap kegiatan yang dilakukan
oleh manusia, baik dalam pekerjaan, sekolah dan rumah sakit,
ataupun dalam kehidupan rumah tangga. Dalam Ensiklopedi
Manajemen yang di kutip oleh (Suhardi, 2018: 23), menyatakan
manajemen adalah segenap perbuatan menggerakan kelompok
orang dan menggerakan fasilitas dalam suatu kerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu. Dapat disimpulkan menjadi manajemen
adalah suatu proses atau usaha untuk mencapai tujuan tertentu
dengan melibatkan orang-orang lain melalui kerjasama.
Proses manajemen sebagaimana dikutip oleh Rokhmiyati
(2018: 235) beberapa komponen pokok yang ditampilkan oleh
seorang pimpinan, yaitu:
-
16
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan ialah proses membuat strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan dan mengembangkan rencana
kerja organisasi.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian ialah proses kegiatan penyusunan
struktur dalam organisasi maupun langkah untuk mengatur
berbagai kegiatan.
3) Pengarahan (Actuating)
Pengarahan ialah proses mempengaruhi ataupun memberi
motivasi kepada anggota organisasi dengan tujuan mencapai
tujuan organisasi.
4) Pengawasan (Controlling)
Pengawasan ialah proses pengamatan yang dilakukan
dalam menjalankan kegiatan menurut tujuan yang hendak
dicapai
b. Manajemen Dakwah
Manajemen dakwah adalah pengelolaan dakwah secara
efektif dan efisien melalui suatu organisasi secara bersama-sama
secara terstruktur yang memiliki tujuan untuk diraih (Pimay, 2013:
4). Manajemen dakwah diperlukan agar kerja-kerja dakwah
dijalankan dengan model modern sebagaimana manajemen modern
yang digunakan dalam bisnis saat ini. Adapun arti efisien dan
-
17
efektif dalam konteks manajemen yaitu kemampuan melakukan
sesuatu dengan tepat, seperti hanya kemampuan manajer dalam
mencapai hasil yang di inginkan dengan menggunakan tenaga kerja
dan material. Adapun manajemen dakwah adalah manajemen yang
berisi nilai-nilai keimanan yang motivasinya bukan dari
keuntungan material, namun sebagai metode menjadikan kerja-
kerja dakwah menjadi efektif (Pimay, 2013: 5).
Tujuan tentunya dapat dicapai dengan manajemen dakwah
untuk merumuskan rencana, strategi dan sebagainya untuk tujuan
dakwah. Dengan manajemen dakwah, aktifitas dakwah akan
diarahkan kepada pengelolaan dan pengawasan yang terstruktur
sehingga dakwah tidak akan menimbulkan sesuatu yang tidak di
inginkan dalam menjalankan kegiatan.
c. Pengertian Komunikasi
Menurut Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (1994: 4)
sebagaimana dikutip oleh Wiryanto (2004: 6). Mendifinisikan
komunikasi sebagai “A process by which a source transmits a
message to a receiver though some channel”. Komunikasi adalah
suatu proses dimana sumber mengirimkan pesan kepada penerima
melalui berbagai saluran. Dapat disimpulkan dari definisi di atas
komunikasi adalah suatu bentuk mengirimkan pesan dari sumber
kepada penerima menggunakan berbagai media seperti brosur,
arisan, buku dan semacamnya.
-
18
Seorang pakar komunikasi Laurence D. Kincaid (1987)
sebagaimana dikutip oleh Cangara (2014: 36). Mendifinisikan
bahwa “Komunikasi adalah suatu proses dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainya, yang pada giliranya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam”.
Menurut definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
komunikasi merupakan suatu bentuk pertukaran pesan ataupun
informasi kepada komunikan, yang mana dalam pertukaran pesan
komunikator maupun komunikan saling memahami apa yang
disampaikan.
1. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi menurut Harold Laswell dalam karyanya
sebagaimana dikutip oleh Effendy (2006: 20) menjelaskan
komunikasi memiliki unsur-unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan yaitu, komunikator, pesan, media,
komunikan dan efek.
Berdasarkan paradigma Lasswell di atas, komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu
(Effendy, 2006: 10). Dalam paradigma di atas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses timbal balik
pesan antara komunikator dengan komunikan menggunakan
-
19
media tertentu dan menghasilkan efek tertentu. Dalam
berkomunikasi tentu ada proses komunikasi, yaitu :
a) Komunikator
Komunikator adalah pihak yang menyampaikan atau
mengirimkan pesan kepada penerima.
b) Pesan
Pesan adalah pernyataan atau isi yang disampaikan
pengirim kepada penerima, pesan atau pernyataan bisa
dalam bentuk lisan, tertulis maupun isyarat selama bisa
dimengerti oleh penerima pesan.
c) Media
Media adalah alat yang digunakan untuk
mengirimkan pesan dari komunikator kepada penerima.
Media yang dimaksud ialah seperti surat kabar, internet,
televisi dan sebagainya.
d) Komunikan
Komunikan ialah penerima pesan ataupun yang
menjadi sasaran tujuan dalam penerima pesan.
e) Efek
Efek adalah apa yang dihasilkan sebelum dan setelah
menerima pesan efek terjadi bisa melalui perubahan sikap,
tingkkah laku, dan ilmu pengetahuan seseorang.
-
20
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Beberapa bentuk komunikasi menurut Rumanti (2002:
88) dalam buku Dasar-Dasar Public Relation Teori dan
Praktik, yaitu:
a) Komunikasi intrapersonal
Komunikasi intrapersonal ialah proses komunikasi dengan
diri sendiri, proses yang dimaksud terjadi karena seseorang
terlintas di dalam pikiranya baik peristiwa alam, pengalaman
maupun benda.
b) Komunikasi interpersonal
Dibandingkan bentuk komunikasi lainya, komunikasi
interpersonal lebih efektif dalam mengubah perilaku maupun
sikap komunikan, karena efek yang dihasilkan dalam
komunikasi akan langsung dapat dirasakan.
c) Komunikasi Publik
Komunikasi publik ialah proses komunikasi dimana seorang
komunikator menyampaikan pesan secara langsung kepada
khalayak yang besar (Rumanti, 2002: 88).
d) Komunikasi melalui media massa
Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa,
tepatnya adalah singkatan dari komunikasi media massa.
Media massa adalah seperti radio, majalah, televisi atau surat
(Effendy, 2006: 20). Dapat disimpulkan komunikasi yang
-
21
dilakukan melalui media massa, seperti koran, radio dan
televisi yang ditunjukan untuk umum.
3. Fungsi Komunikasi
Fungsi adalah potensi yang dapat menunjang untuk
mencapai tujuan tertentu, komunikasi sebagai fungsi yang dapat
dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Secara klasik fungsi komunikasi yaitu:
a) Memberi informasi
b) Menghibur
c) Mendidik
d) Membentuk opini publik
Harold D. Laswell, pakar komunikasi pernah berpendapat
mengenai fungsi komunikasi. Dikatakannya bahwa dalam
proses komunikasi ada 3 fungsi yaitu:
a) Pengamatan terhadap lingkungan sekitar, pengetahuan
ancaman dan kemungkinan yang mempengaruhi nilai-nilai
di masyarakat dan bagiajn-bagian unsur di dalamnya.
b) Korelasi unsur masyarakan ketika menghadapi lingkungan.
c) Penyebaran warisan sosial, yaitu berperan sebagai
pendidik, baik dalam lingkungan rumah tangganya atau
sekolah, yang meneruskan warisan sosial pada keturunan
selanjutnya (Effendy 2006: 27).
-
22
4. Dimensi Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi dapat dilihat dari beberapa
dimensi, yaitu:
a) Komunikasi sebagai proses
b) Komunikasi sebagai simbol
c) Komunikasi sebagai interaksi
d) Komunikasi sebagai interaksi sosial
e) Komunikasi sebagai sistem
f) Komunikasi sebagai multidimensional
Komunikasi sebagai proses adalah suatu kegiatan yang
sedang berlangsung dengan semangat. Diartikan sebagai proses
dimana suatu kegiatan dilakukan dan berjalan ke tujuan yang
ingin dicapai.
Komunikasi sebagai simbol adalah pesan yang
disampaikan oleh pengirim melalui bentuk verbal maupun
nonverbal. Proses pemberian makna pesan melalui nonverbal
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pengalaman, budaya
suatu kelompok masyarakat. Misalnya simbol masyarakat suku
A belum tentu sama artinya dengan makna simbol di suku B.
Komunikasi sebagai interaksi adalah komunikasi antar
manusia sudah pasti melibatkan orang lain. Dan sudah pasti
terjadi tindakan maupun interaksi sesama pelaku komunikasi.
-
23
Komunikasi sebagai sistem di definisikan oleh
Semprivivo (1982) sebagaimana dikutip oleh Cangara (2014:
39). Sistem sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen
maupun unsur yang mendukung saling berinteraksi dan
menghasilkan luaran. Jadi komunikasi sebagai sistem yang
dimaksud adalah hubungan antar komponen atau unsur
bergerak secara teratur dan tidak ada kesenjangan, seperti
media ada karena pesan, Pesan ada karena komunikator.
Komunikasi sebagai multi dimensional yaitu semua
elemen saling mempengaruhi satu sama lain. Dapat disimpulkan
seperti komunikator tidak hanya mempengaruhi pesan tapi juga
dapat mempengaruhi penerima dan media juga dapat
mempengaruhi bentuk pesan.
5. Proses Komunikasi
Proses komunikasi dibagi menjadi dua, yaitu proses
komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara
skunder.
a) Proses komunikasi secara primer ialah suatu proses
penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan simbol atau lambang sebagai
media untuk berkomunikasi.
b) Proses komunikasi secara sekunder ialah suatu proses
penyampaian pikiran atau informasi oleh seseorang kepada
-
24
orang lain dengan menggunakan alat dan juga sarana
sebagai media kedua berkomunikasi setelah meggunakan
lambang pada media pertama (Effendy, 2006: 11).
6. Gangguan (Rintangan) Komunikasi
Komunikasi jika dilihat dari dimensi merupakan suatu
sistem, makan hambatan dalam berkomunikasi bisa terjadi pada
semua unsur maupun elemen yang ada di dalamnya, termasuk
faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi, menurut
Shannon dan Weaver (1949) sebagaimana dikutip oleh Cangara
(2014: 40), gangguan komunikasi dapat terjadi jika terdapat
campur tangan terhadap salah satu komponen komunikasi,
sehingga proses komunikasi tidak dapat berjalan secara efektif.
Meskipun gangguna dan rintangan komunikasi dapat
dibedakan, tetapi rintangan komunikasi dapat disebabkan oleh
gangguan. Gangguan dan rintangan komunikasi dibedakan
menjadi delapan macam yaitu:
a) Gangguan teknis
b) Gangguan semantik
c) Gangguan psikologis
d) Rintangan fisik dan organik
e) Rintangan status
f) Rintangan kerangka berfikir
g) Rintangan budaya
-
25
h) Rintangan birokrasi
Gangguan teknis terjadi jika ada alat yang digunakan
dalam berkomunikasi mengalami masalah, sehingga pesan
maupun informasi yang dikirimkan mengalami kerusakan.
Misalnya gangguan pada stasiun TV, radio dan jaringan telefon
suaranya tidak jelas maupun tidak tersampaikan.
Gangguan semantik merupakan gangguan komunikasi
yang disebabkan oleh kesalahan bahasa yang digunakan
(Cangara, 2014: 40). Gangguan semantik sering juga terjadi
karena:
1) Kata-kata yang digunakan banyak menggunakan bahasa
asing sehingga masyarakat sulit untuk memahami.
2) Bahasa yang digunakan komunikator berbeda dengan bahas
ayang digunakan oleh komunikan.
3) Struktur bahasa yang digunakan tidak tertata sehingga
membingungkan komunikan.
4) Latar belakang budaya sehingga berbeda persepsi dalam
mengartikan simbol-simbol bahasa yang digunakan.
Gangguan psikologis adalah gangguan yang terjadi
karena adanya masalah yang timbul dalam diri individu. Seperti
gangguan kejiwaan ataupun sedang berduka, sehingga
pengiriman maupun penerimaan informasi tidak ditangkap
dengan sempurna.
-
26
Rintangan fisik adalah rintangan yang disebabkan oleh
letak geografis, seperti tempatnya terpencil dan sulit dijangkau
sehingga sulit dicapai. Dalam rintangan antar manusia
disebabkan karena adanya gangguan fisik, seperti tuli, bisu atau
buta.
Rintangan status adalah rintangan yang disebabkan oleh
jarak sosial antara pelaku komunikasi. Contohnya perbedaan
status antara senior dan junior. Rintangan jarak seperti ini
biasanya karena faktor yang sudah membudaya pada
masyarakat, yakni harus hormat pada senior.
Rintangan kerangka berfikir adalah rintangan yang
disebabkan oleh adanya perbedaaan persepsi antara
komunikator dengan komunikan, disebabkan karena faktor
pendidikan dan pengalaman yang berbeda.
Rintangan budaya adalah rintangan yang terjadi karena
perbedaan norma, kebiasaan yang diikuti oleh pelaku
komunikasi.
Rintangan birokrasi adalah terhambatnya proses
komunikasi yang disebabkan oleh struktur organisasi, sering
terjadi dalam struktur organisasi maupun perusahaan dalam
penyampaian pesan dari pimpinan ke karyawan, pesan tidak
sampai karena proses penyampaianya melalui jenjang birokrasi
yang panjang.
-
27
d. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan panduan-panduan dari
perencanaan komunikasi (communication planning) dan suatu
bentuk manajemen (communications management) untuk mencapai
suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi
dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi
(Effendy, 2006:84).
Edi Suryadi dalam bukunya Strategi Komunikasi
menyatakan bahwa “Sesungguhnya suatu strategi adalah sebuah
perencanaan komunikasi yang ada didalamnya, tentunya ketika
direncanakan akan terlihat sumber pesan, proses pengolahan pesan,
dan bagaimana pesan digunakan dalam proses komunikasi”. Jadi
merumuskan strategi komunikasi berarti juga memperhitungkan
kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan
mungkin dihadapi di masa depan untuk mencapai efektivitas.
(Suryadi, 2018: 10).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
komunikasi lebih berfokus kepada upaya mengemas pesan untuk
dapat dikomunikasikan secara lebih efektif.
1. Fungsi Strategi Komunikasi
-
28
Fungsi strategi komunikasi adalah sebagai penyebaran
informasi dalam penerapanya untuk membuat khalayak menjadi
mengerti terhadap suatu permasalahan ataupun pesan.
Fungsinya juga sebagai memberikan pemahaman ataupun
pengetahuan dengan tujuan merubah sikap, perilaku dan fikiran
orang lain. Dalam proses yang dilakukanya dapat mempengaruhi
orang lain.
Tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne
Pace, Brent D Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya,
Techniques for Effective Communication sebagaimana dikutip
oleh (Effendy, 2006: 32), menyatakan bahwa tujuan sentral
kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu, to
secure understanding, to establish acceptance, to motivate
action.
Pertama adalah to secure understanding, memastikan
bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Andai kata
ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaan itu
harus dibina (to establish acceptance). Pada akhirnya kegiatan
dimotivasikan (to motivate action).
2. Strategi Komunikasi Takmir Masjid
Strategi komunikasi dimaknai menurut para ahli tentu
sudah banyak, tetapi dalam praktiknya dalam menjalankan
strategi tidaklah sederhana sebagaimana banyak yang
-
29
didefinisikan melalui pengertian-pengertian yang tertulis. Dari
sejumlah praktik komunikasi yang dilakukan oleh pelaku
komunikasi sudah berkembang (Suryadi, 2018: 6). Dengan
demikian makna dari strategi komunikasi akan berhadapan
dengan kenyataan tentang apa dan bagaimana aktivitas yang
dilakukan mampu efektif dalam mewujudkan ide dan pemikiran
mampu diketahui dan dipahami oleh pelaku komunikasi. Seperti
halnya peran ketua takmir dalam menjalankan kegiatan tentu
memiliki komunikasi dengan anggota, dan upaya mengemas
pesan agar diketahui dan mudah dipahami oleh anggota
organisasi.
2. Takmir Masjid
a. Definisi Takmir
Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan masjid, baik dalam membangun,
memelihara maupun memakmurkanya termasuk usaha-usaha
pembinaan remaja masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja
muslim. Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja
muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid,
melalui bidang pembinaan remaja masjid, tinggal memberi
kesempatan dan arahan kepada remaja masjid untuk tumbuh dan
berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai
Islam Siswanto (2005: 56-57). Dalam paragraf diatas dijelaskan
-
30
bahwa takmir masjid adalah organisasi yang bertugas untuk
mengatur kegiatan di masjid, tidak hanya merawat masjid tapi juga
berperan penuh dengan kelangsungan dakwah yang dilakukan,
akan tetapi lebih baik jika memafaatkan remaja masjid untuk
membatu dalam kegiatan yang dilakukan takmir maupun kegiatan
masjid, dengan memberi arahan dan pelatihan remaja masjid sudah
pasti akan sangan berberan dan mampu mengembangkan ide-ide
kreatif dalam melakukan nilai-nilai keislaman di dalam suatu
kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan takmir masjid, yaitu:
1) Memelihara Masjid
Masjid merupakan rumah Allah dan perlu dirawat dan
dipelihara dengan baik, peralatan dan bangunan harus dijaga
agar tidak rusak, kotor ataupun hilang. Jikapun ada kerusakan
pada alat harus segera diperbaiki ataupun dicarikan pengganti.
2) Mengatur Kegiatan
Setiap kegiatan maupun acar yang dilakukan di masjid
menjadi tanggung jawab pengurus masjid dan mengaturnya.
Untuk sholat jum’at pengurus masjid juga yang mengatur
siapa khatib dan siapa imamnya, begitu pula dengan kegiatan
cemarah dan pengajian umum, takmir masjid harus mengerti
tata cara berorganisasi, merencanakan maupun
mengaturkegiatan agar dapat berjalan sesuai dengan keinginan
dan terarah.
-
31
b. Definisi Masjid
Masjid adalah rumah Allah, tempat orang berkumpul dan
melakukan salat secara berjamaah, dengan tujuan meningkatkan
solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum muslimin. Jadi masjid
adalah tempat atau sarana bersosialisasi dan tempat menjaga
silaturahmi bagi umat muslim. Karena sejatinya masjid merupakan
tempat ibadah serta berkumpulnya umat muslim dalam melakukan
berbagai kegiatan rohani maupun kegiatan sosial. Dengan
demikian fungsi masjid sejatinya tempat beribadah tapi juga
berperan penting bagi umat muslim sebagai tempat belajar dan
tempat menjalin silaturahmi.
c. Sejarah Masjid
Masjid berasal dari kata berbahasa arab yang artinya tempat
sujud atau menyembah Allah SWT. Setiap muslim diperbolehkan
sholat dimanapun di bumi ini, kecuali di tempat-tempat yang najis
seperti kamar mandi dan menurus syariat agama islam tidak pantas
dijadikan tempat shalat.
Dimasa Nabi Muhammad SAW, ataupun setelahnya masjid
menjadi pusat kegiatan kaum muslimin, mencangkup kegiatan
pemerintahan sosisal, budaya, ekonomi, politik semua kegiatan itu
dilakukan di masjid. Masjid juga digunakan sebagai tempat diskusi
dan memperdalam ilmu pengetahuan agama islam maupun ilmu
pengetahuan umum. Jikapun tidak ada kewajiban shalat dalam
-
32
islam, pastinya tidak ada yang namanya masjid. Memang shalat
sudah di syariatkan pada awal kelahiran islam, dua di pagi hari dan
dua di sore hari. Penetapan shalat menjadi lima waktu seperti
sekarang baru disyariatkan ketika Nabi SAW hijrah dari Mekah ke
Madinah, sampai saat itu shalat dilakukan di rumah-rumah, karena
pada saat itu kedudukan islam masih lemah, tantangan berdakwah
di mekah begitu ganasnya pada saat itu, Nampak belum siap
menerima ajaran Nabi SAW, walau telah berdakwah selama 13
tahun (Muslim, 2004: 107).
d. Pengelolaan Masjid
Salah satu kelemahan umat islam dimasa sekarang dalam
pembinaan masjid ialah tentang pengelolaan masjid, terutama di
pedesaan, pada umunya kepengurusan masjid di desa-desa
berpusat di satu tangan ulama daerah tersebut. Pekerjaanya juga
merangkap sebagai imam, penyelenggara jenazah, khatib, amil dan
lain-lain. Jika umat islam tidak ingin ketinggalan jaman, keadaan
seperti diatas harus segera ditangani, jika ingin terwujudnya masjid
sebagai pusat kegiatan umat islam dalam mencerdaskan umat.
Perbaikan dalam pengelolaan masjid adalah dengan
memanajemen peran dari setiap individu di dalam organisasi.
Dengan menetapkan siapa yang menjadi muazin yang lain menjadi
khatib merupakan suatu awal yang baik untuk pembentukan
pengurus masjid. Organisasi tersebut biasa ada di sekitar kita
-
33
dengan nama takmir masjid, dengan perbaikan di setiap personel
dalam pengelolaan masjid sebab sebagai pengurus masjid akan
dipaksa untuk melakukan dan mencatat setiap kegiatan atau
perkara yang ada di masjid. Tentunya masjid memerlukan
keterangan dan penjelasan yang serba terbuka dan tertulis tentang:
a) Barang inventaris dan kekayaan masjid.
b) Catatan tentang perpustakaan masjid.
c) Catatan tentang pernikahan, khitan dan kematian.
d) Catatan lainya sesuai dengan kondisi sesuai lingkungan
masjid.
Untuk membentuk kepengurusan yang baik dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi iman, ilmu
maupun kesholehan. Dalam melakukannya dibutuhan perencanaan
dan pengkaderan agar bisa terwujud. Adapun supaya terwujud
perlu adanya sebuah takmir masjid dengan manajemen yang yang
baik dalam mengelola dan memakmurkan masjid. Dengan
manajemen yang baik akan membantu takmir dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kegiatan.
Manajemen adalah mencapai tujuan yang di kehendaki dengan cara
menggunakan orang atau orang-orang lain bekerja guna
mendapatkan hasil yang di cita-citakan atau di kehendaki.
Tugas dan tanggung jawab sebagai takmir adalah sebagai
berikut:
-
34
a) Ketua
1) Memimpin dan membimbing pengurus dan anggota
dalam melakukan kegiatan.
2) Mewakili organisasi internal dan external.
3) Melaksanakan program dan mengamankan kebijakan
program sesuai dengan aturan yang berlaku.
4) Menandatangani surat-surat penting, nota keuangan,
peminjaman alat.
5) Mengatasi segala masalah yang ada di organisasi.
6) Melakukan evaluasi terhadap semua kegiatan yang
dilakukan kepada jamaah.
b) Sekretaris
1) Mewakili ketua jika tidak dapat menghadiri suatu acara
atau tempat.
2) Memberikan pelayanan administrative.
3) Membuat dan menyampaikan surat undangan.
4) Mencatat hasil rapat.
5) Mengerjakan seluruh pekerjaan secretariat seperti:
a) Membuat surat dan mengarsipkanya.
b) Membuat laporan organisasi.
c) Membuat daftar hadir di setiap kegiatan.
6) Mempertanggungjawabkan dan melaporkan pelaksanaan
tugasnya kepada ketua.
-
35
d) Bendahara
1) Memegang dan menjaga uang, barang inventaris maupun
tagihan.
2) Mengatur rencana anggaran belanja masjid.
3) Mencatat dan membukukan keuangan dan inventaris.
4) Membuat laporan keuangan maupun pembangunan secara
rutin.
5) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada ketua.
e) Seksi Kegiatan Dakwah
Merencanakan dan mengatur kegiatan pendidikan dan
dakwah meliputi:
1) Peringatan hari-hari besar umat islam.
2) Kegiatan pengajian dan majelis ta’lim.
3) Jadwal imam, khatib dan muazin sholat jum’at.
4) Shalat Indul Fitri dan Idul Adha.
5) Mengkoordinir kegiatan sholat jum’at.
f) Seksi Pembangunan, Pemeliharaan dan Kebersihan
1) Merencanakan, mengatur kegiatan pembangunan dan
pemeliharaan masjid meliputi.
a) Membuat dan melaksanakan pembangunan beserta
rencana anggaran dan penggambaran bangunanya.
-
36
b) Membuat program pembangunan dan rehabilitasi
masjid.
2) Mengatur kebersihan, penataan dan kenyamanan di area
masjid meliputi.
a) Memelihara semua sarana dan prasarana di masjid.
b) Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan
tugasnya kepada ketua.
g) Seksi Peralatan dan Perlengkapan
1) Merencanakan dan mengatur peralatan dan perlengkapan
yang meliputi:
a) Menyiapkan pengadaaan barang untuk mkelancaran
kegiatan di masjid.
b) Mendata barang masuk, rusak dan hilang dan
merencanakan pengadaan barang atau alat yang
hilang untuk menggantinya.
c) Mengatur dan melengkapi sarana dan prasarana
pendukung di masjid.
2) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugasnya
kepada ketua.
e) Seksi Sosial Masyarakat
1) Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan
sosial masyarakat yang meliputi:
-
37
a) Santunan kepada anak yatim dan orang yang tidak
mampu.
b) Pernikahan.
c) Kematian.
d) Qurban dan Akikah.
e) Khitanan massal.
2) Melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat sekitar,
RT, RW dalam pelaksanaan tugas.
3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan tugasnya
kepada ketua.
f) Pembantu Umum
Membantu kegiatan yang dilakukan oleh pengurus
masjid meliputi:
1) Menyampaikan undangan.
2) Mengumpulkan amal jariyah, infak dan zakat.
3) Mengajak warga untuk mengisi dan memakmurkan
masjid.
4) Sebagai penguhubung antara jamaah dan organisasi
maupun masyarakat.
e. Fungsi Masjid
Fungsi masjid ada beberapa macam, sebagai tempat ibadah
umat muslim, madrasah, majelis ta’lim, bahkan masjid juga
mempunyai fungsi sosial, ekonomi serta politik. Sehingga dalam
-
38
merancang masjid harus disesuaikan dengan fungsi bangunan itu
untuk kemakmuran umat muslim. Dalam buku Masjid dan
Perwakafan sebagaimana dikutip oleh Nandang & Wawan (2017:
27-33), fungsi masjid yaitu:
a) Tempat Beribadah Umat Islam
Tujuan dan fungsi masjid ialah untuk beribadah umat
islam kepada Allah Swt, ibadah yang dimaksud seperti tadarus
al-Qur’an, shalat, dan dzikir.
b) Taklim dan Madrasah
Fungsi masjid juga dapat dimaksimalkan menjadi
tempat belajar madrasah dan majelis taklim. Madrasah adalah
tempat untuk belajar, baik membuat bangunan khusus untuk
belajar atau di dalam masjid. Majelis ta’lim pada hakikatnya
ialah membuat pertemuan dan khusus untuk proses belajar
atau menimba ilmu.
c) Kejayaan Umat Islam
Di berbagai tempat, masjid seringkali menjadi ikon atau
indikator kejayaan umat Islam. Seperti Masjid Agung
Semarang yang hampir semua orang mengetahui.
d) Mihrab
Mihrab berasal dari bahasa Arab yang artinya
memerangi, menurut ahli bahasa kata mihrab dikaitkan dengan
-
39
masjid adalah tempat imam melakukan shalat dengan khusuk
dalam memerangi setan yang mengganggunya.
e) Mimbar
Mimbar merupakan bagian tak bisa lepas dari masjid.
Ketika pembangunan, Masjid dapat dikatakan selesai jika atau
telah dapat dimanfaatkan fungsinya, maka mimbar harus
sudah ada, terutama untuk salat Jum’at ada syariat duduk di
antara dua khutbah, jadi mimbar tidak hanya dibuat bagus
namun juga memiliki seni, tetapi juga sesuai dengan fungsi
semestinya.
3. Kualitas dan Kuantitas
a. Definisi Kualitas
Kualitas adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa
sesuai dengan standar tertentu. Standar mungkin berkaitan dengan
waktu, bahan, kinerja, keandalan atau karakteristik (Marimin,
2004: 31). Dapat disimpulkan menurut definisi diatas bahwa
kualitas merupakan tolak ukur suatu barang atau jasa dengan
standar yang yang telah ditentukan menjadikan nilai barang
tersebut dipandang baik oleh konsumen yang tentu saja nilai dari
suatu kualitas itu terus-menerus memerlukan proses perbaikan.
Meningkatkan kualitas menjadi aspek penting dalam
melaksanakan suatu kegiatan, melaksanakan bisnis dan dalam
implementasinya harus memaksimalkan kualitas pelayanan,
-
40
barang, proses maupun lingkungan. Menurut Goetsch dan Davis
(1995) sebagaimana dikutip oleh Ariani (2014: 10). Dalam
meningkatkan kualitas harus menggunakan pendekatan, yaitu:
1) Berfokus pada pelanggan. Baik pelanggan internal maupun
eksternal.
2) Tujuan awalnya adalah kualitas.
3) Menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengambil keputusan
dan penyelesaian masalah.
4) Memiliki komitmen jangka panjang terhadap kualitas.
5) Mengadakan kerjasama tim.
6) Mengadakan evaluasi dan perbaikan secara terus menerus dan
tindakan.
7) Melakukan pendidikan dan pelatihan.
8) Adanya keseragaman tujuan.
9) Keterlibatan seluruh karyawan maupun personil organisasi.
Prinsip penjamin suatu kualitas dalam buku “Radical
Project Manajemen” (Thomseh, 2006: 122), yaitu:
1) Orang-orang yang menghasilkan produk, jasa maupun system
bertanggung jawab atas kualitas.
2) Penjamin kualitas dan teknik manajemen ditentukan oleh tim.
3) Kualitas bukan untuk diperiksa tetapi untuk dibangun.
4) Kualitas dimulai dari manajemen senior.
5) Kualitas harus terbentuk sangat rinci.
-
41
6) Perbaikan kualitas dimulai dari perubahan-perubahan yang
kecil.
7) Perbaikan kualitas membutuhkan sumberdaya dan biaya yang
tidak sedikit yang kemudian akan terbayar dalam waktu lama.
8) Kualitas memperbaiki poruduktifitas dan semangat kerja.
b. Definisi Kuantitas
Menurut Cormick dan Tiffin (1980) sebagaimana dikutip
oleh Sutrisno (2019: 123). Kinerja merupakan kuantitas dan waktu
yang digunakan untuk menjalankan tugas. Kuantitas adalah hasil
yang dapat dihitung sejauh mana sesorang dapat berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dan kuantitas adalah bagaimana
seseorang menjalankan tugasnya, mengenai kedisiplinan,
ketepatan dan banyaknya kesalahan yang dibuat. Waktu kerja
adalah mengenai keterlambatan, jumlah absen dan lama kerja yang
telah dijalani.
Menurut definisi di atas disimpulkan bahwa kuantitas
merupakan sejauh mana seseorang bisa mencapai tujuan yang telah
direncanakan dan dapat dihitung. Penelitian kuantitas yang
dimaksud peneliti di sini ialah tentang manajemen acara meliputi
efektifkah dalam berkomunikasi, seberapa banyak membuat
kesalahan dan jumlah jamaah yang mengikuti pengajian dari awal
sampai akhir apakah jumlahnya tetap ataupun tidak tetap.
-
42
4. Pengajian
a. Definisi Pengajian
Pengajian adalah salah satu definisi dari dakwah yang berarti
ajakan atau seruan. Dalam karya Omar (1992) sebagaimana dikutip
oleh Wisri (2013: 121), menjelaskan definisi dakwah yaitu
penerangan, penyiaran, pendidikan, pengajaran dan indoktrinasi.
1) Penerangan adalah memepunyai suatu tujuan untuk memberi
pengertian kepada orang lain tentang suatu hal.
2) Penyiaran merupakan salah satu bagian dari dakwah, atau
salah satu cara pelaksanaanya. Penyiaran biasa digunakan
untuk menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang sudah
ada, dan bisa digunakan untuk menyiarkan pokok
permasalahan yang tidak ada maupun yang sudah ada
penjelasan.
3) Pendidikan dan pengajaran adalah satu bagian dalam
berdakwah, pendidikan lebih banyak ditekankan kepada
khalayak atau orang untuk bersikap sebagaimana yang
dimaksud pendidik.
4) Indoktrinasi berasal dari kata “doktrine” yang berarti ajaran,
indoktrinasi artinya memberikan ajaran dan menjadi pedoman
bagi orang yang menerima doktrin untuk bertindak.
-
43
b. Bentuk-bentuk Dakwah
1) Dakwah bi al-Lisan (Ceramah)
Model dakwah bil-lisan sangat populer dikalangan
masyarakat biasanya dalam bentuk ceramah, khutbah jum’at,
dan ceramah pagi. Bentuk dakwah ini menggunakan metode
ceramah yang sederhana dan simpel, sehingga mudah di
pahami oleh masyarakat.
2) Dakwah bi al-Qalam (Tulisan)
Dakwah bil-Qalam adalah cara penyampainyanya
melalui tulisan. Metode ini lebih sulit dilakukan oleh para da’i
terkecuali yang sudah terbiasa melakukan dengan metode ini.
Dakwah ini menggunakan media surat kabar, majalah, jurnal
dan sebagainya.
3) Dakwah bi al-Hal (Tindakan)
Merupakan bentuk dakwah dengan cara menerapkan
ajaran-ajaran yang disampaikan secara lisan dan tulisan dalam
bentuk tindakan atau perbuatan. Dakwah dalam bentuk ini
lebih mengutamakan penerapan pada ajaran-ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti membantu orang lain,
rajin dalam beribadah sunah maupun wajib.
c. Fungsi Pengajian
Pengajian atau biasa disebut dengan majelis ta’lim umumnya
berisi tentang ceramah maupun khutbah-khutbah keagamaan
-
44
Islam. Tetapi dalam perkembanganya majelis taklim sering
digunakan sebagai wadah untuk membahas ilmu sosial, hukum dan
sebagainya, termasuk faktor lingkungan yang mempengaruhi.
Dra. Hj. Tutty Alawiyah AS dalam bukunya “Strategi
Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim” sebagaimana dikuto oleh
(Anwar, 2015: 83). merumuskan fungsi pengajian, yaitu:
1) Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan dari pengajian
adalah menambah ilmu dan menambah keyakinan agama.
2) Berfungsi sebagai kontak sosial, maka tujuannya ialah untuk
bersilaturahmi.
3) Berfungsi untuk meningkatkan minat sosial, maka tujuanya
ialah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesadaran di
lingkungan jama’ahnya.
d. Keutamaan Menghadiri Pengajian
Ada lima keutamaan menghadiri pengajian, yaiu:
1) Dimudahkanya jalan menuju surga
Seseorang yang keluar dari rumah untuk pergi ke masjid
untuk menuntut ilmu agama, maka seseorang itu sedang
menempuh jalan untuk menuntut ilmu. Nabi Muhammad Saw
pernah bersabda:
به طريقًا ِمن ُطُرِق َمن سلَك طريقًا يطلُُب فيه ِعْلًما، سلَك اللهُ
الَجناةِ
-
45
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka
Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga”
(HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
2) Mendapat ketenangan dan rahmat para malaikat
Orang yang mempelajari alqur’an disebut oleh Nabi
Muhammad SAW akan mendapatkan rahmat serta ketenangan
dari malaikat, Nabi pernah bersabda:
َوَما اْجتََمَع قَْوم فِى بَْيٍت ِمْن بُيُوِت اللاِه يَتْلُوَن ِكتَاَب اللاِه
ْحَمةُ َويَتَدَاَرُسونَهُ بَْينَُهْم إَِّلا نََزلَْت َعلَْيِهُم الساِكينَةُ َوَغِشيَتُْهُم الرا
َوَحفاتُْهُم اْلَمَلَئَِكةُ َوذََكَرُهُم اللاهُ فِيَمْن ِعْندَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah
dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah
dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun
kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan
dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para
malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di
sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR.
Muslim no. 2699).
3) Merupakan jihad fi sabililah
Orang yang berangkat ke masjid untuk menimba ilmu
akan dianggap jihad fi sabilillah. Karena niatnya sama dengan
orang yang sedang menuntut ilmu.
4) Dicatat sebagai orang shalat hingga kembali kerumah
Jika seseorang datang ke masjid untuk sholat dan setelah
sholat ada pengajian dan orang itu mengikuti pengajian hingga
-
46
selesai, maka selama berada di pengajian tersebut dicatat
sedang shalat hingga kembali ke rumah.
5) Dicatat amalnya di ‘Illiyyin
Jika seseorang dating ke masjid dan berniat untuk shalat,
kemudian setelah shalat ada pengajian hingga sampai waktu
sholat selanjutnya, maka dicatatlah amalan kebaikan yang ia
lakukan di masjid, di ‘Illiyyin (catatan di ‘Illiyyin adalah
catatan amalan yang tidak akan dibuka hingga hari kiamat, dan
tidak akan berkurang sedikitpun).
-
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merpakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menekankan pada aspek suatu pemahaman secara mendalam terhadap suatu
masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi
dengan menggunakan deskriptif analisis, adapun bentuk penelitianya
berbentuk peneliti deskriptif karena bentuk penelitian ini memungkinkan
peneliti untuk menggambarkan obyek penelitian secara deskriptif yang ada
di lapangan.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi
strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung,
observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-
teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Luthfiyah, 2017:
95).
Penulis menggunakan metode kualitatif dengan tujuan mendapat data
dan landasan teori yang sesuai fakta, penulis dapat berinteraksi langsung
dalam penelitian dan merasakan apa yang mereka alami dalam kegiatan
masyarakat, mempelajari kelompok-kelompok serta pengalaman yang
penulis belum ketahui, yang terakhir ialah penelititian yang dilakukan dapat
lebih subyektif dan sangat efektif dalam mencari tanggapan karena bertemu
langsung dengan informan.
-
48
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid al-Mujahidin yang
berlokasi di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pada tanggal
14 Juli sampai 21 Juli 2019.
C. Sumber Data
Sumber data yaitu dari mana data itu diperoleh sehingga peneliti
memperoleh sumber data yang menurut peneliti berhubungan langsung dan
megetahui dengan yang diteliti.
Subjek penelitian dan informan yang diteliti untuk mendapatkan
sumber data primer adalah:
1. Takmir Masjid Al-Mujahidin Ambarawa
2. Jamaah pengajian di Masjid Al-Mujahidin Ambarawa
3. Masyarakat di sekitar Masjid al-Mujahidin
Subjek penelitian yang diteliti untuk mendapatkan sumber data
skunder adalah:
1. Dokumen tentang Masjid al-Mujahidin Ambarawa
2. Catatan dan arsip di Masjid al-Mujahidin Ambarawa
D. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Observasi, Interview (Wawancara) dan Dokumentasi.
1. Observasi
Obervasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
-
49
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010: 199). Observasi
dilakukan untuk mendapatkan data yang belum diperoleh saat
wawancara dan dokumentasi.
2. Interview (Wawancara)
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau
kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid,
orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu (Arikunto,
2010: 198). Dari hasil wawancara ini diharapkan penulis dapat
memperoleh data yang diperlukan yang berkaitan dengan strategi
komunikasi takmir masjid dalam meningkatkan kualitas dan kuatitas
pengajian serta faktor pendukung dan penghambat dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas pengajian rutin ahad pagi di
Masjid al-Mujahidin Ambarawa.
Penelitian ini menggunakan interview bebas terpimpin, yaitu
dalam melaksanakan interview pewawancara membawa pedoman yang
hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan
(Arikunto, 2010: 1996). Dimana pewawancara dalam melakukan
wawancara berpegang pada pedoman yang telah disusun sebelumnya
dan mengajukan pertanyaan yang dijawab oleh responden dengan
bebas, pewawancara mengarahkan kepada alur yang telah ditentukan
-
50
jika jawaban dari respondern mulai menyimpang dari pertanyaan.
Dalam hal ini peneliti memperoleh keterangan langsung dengan
responden dengan berdialog.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-
barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya (Arikunto, 2010: 201). Peneliti menggunakan metode ini
guna memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian seperti:
a) Deskripsi Masjid al-Mujahidin Ambarawa.
b) Struktur organisasi masjid al-Mujahidin Ambarawa.
c) Strategi komunikasi takmir masjid dalam meningkatkan kualitas
dan jamaah pengajian rutin ahad pagi.
E. Analisis Data
Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuanya dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk
mengolah data dari lapangan:
-
51
a) Pengumpulan data
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang
diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.
b) Penyajian data
Menggambarkan keadaan atau fenomena yang sesuai dengan
pengumpulan data dengan mereduksi data terlebih dahulu.
c) Kesimpulan
Pokok pemikiran permasalahan dalam penelitian terhadap apa
yang akan diteliti.
F. Pengecekan keabsahan data
Membuktikan validitas data yang diperoleh, maka peneliti
menggunakan cara triangulasi, yaitu data informasi atau data yang
diperoleh dari satu pihak dicek kebenaranya dengan memperoleh data
dari sumber lain, seperti pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan
metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
informasi data yang didapatkan, tentang hal yang sama diperoleh dari
berbagai pihak, bermaksud menghindari subjektivitas.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk melakukan
pengecekan maupun sebagai pembanding diantara dua data itu.
Triagulasi dalam pengujian ini dapat diartikan sebagai data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
-
52
a) Triangulasi dengan sumber berarti melakukan pengecekan dan dan
membandingkan derajat suatu kepercayaan informasi yang didapat
melalui alat dan waktu yang berbeda dalam metode kualitatif.
Dapapat dicapai dengan:
1) Membandingkan data hasil wawancara dan pengamatan.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang umum dengan yang
dikatakanya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatan setiap waktu.
4) Membandingkan keadaan dan pendapat seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan dari masyarakat biasa,
masyarakat berpendidikan, masyarakat menengah maupun
tinggi.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dari suatu
dokumen yang berkaitan.
b) Triangulasi dengan metode adalah melakukan perbandingan,
kesesuaian data penelitian dan pengecekan kebenaran melalui
metode yang berbeda.
-
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Masjid Al-Mujahidin Ambarawa
1. Sejarah Berdirinya Masjid
Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara dan dokumen
mengenai sejarah Masjid al-Mujahidin di Ambarawa. Masjid ini
didirikan sekitar tahun 1700 masehi, sekitar 3 abad lalu oleh Kyai
Tholahudin seorang keturunan kerajaan Demak yang merantau ke
Ambarawa dengan misi menyiarkan agama dan berdakwah. Akan tetapi
karena kondisi saat itu, didirikanlah masjid untuk sarana ibadah dan
tempat berkumpulnya para mujahid dalam melakukan perjuangan
melawan penjajah Belanda saat itu.
Masjid ini juga menjadi saksi sejarah umat Islam di ambarawa
dan seseorang yang terkenal adalah Menteri Agama pada era Soeharto
yaitu Dr. Munawwir Sadjali ikut berperang melawan Belanda pada saat
itu, bahkan dulu di Ambarawa pernah ada serangan pesawat
menjatuhkan bom-bom di Ambarawa yang dengan kuasa Allah masjid
ini masih berdiri kokoh tidak terkena serangan, sehingga para pejuang
dan masyarakat yang bersembunyi di masjid aman, termasuk Dr.
Munawwir.
Masyarakat di Ambarawa menjadikan masjid al-Mujahidin
sebagai tempat bersejarah karena menjadi tempat berdakwah dan
perjuangan umat Islam di Ambarawa dalam mengusir penjajah. Dan
-
54
mereka menjadikan masjid ini memiliki nilai sejarah karena bisa
dikatakan ia menjadi satu-satunya masjid tertua di Ambarawa.
Masjid al-Mujahidin seiring berjalanya waktu, menjadi kian
renta, baik atap masjid, kubah, maupun pilar-pilar masjid. Karenanya,
pada tahun 1971 masjid ini direnovasi. Dan dilakukan perombakan total
pada tahun 1991, mulai dari prasasti bertuliskan aksara Jawa pada
gapura masjid, yang pada akhirnya dihilangkan. Walaupun dengan
membongkar secara keseluruhan masjid, tidak berarti menghilangkan
cerita sejarah yang ada pada bangunannya, tetapi pilihan itu dilakukan
karena masjid yang sudah sangat renta dan demi tujuan masjid untuk ke
depanya. Jika renovasi tidak dilakukan maka akan membahayakan
jamaah masjid yang ada di dalamnya jika suatu saat bangunannya
semakin rapuh dan ada material yang jatuh.
Diangkatlah KH Harun Rasyidin sebagai ketua panitia
pembangunan masjid saat itu, dia memberi motivasi kepada anak muda
agar merenovasi penuh bangunan masjid dan membangunya kembali
dengan lebih kokoh dan megah, mumpung masih di dunia dan diberi
rezeki buat anak cucu nanti.
Posisi yang dipegang KH Harun Rasyidin pada saat itu
membuatnya sangat dekat dengan Menteri Agama Bapak Munawwir.
Pada saat itu Bapak Munawwir menyumbang untuk kelancaran
pembangunan masjid. Saat pergantian kabinet dan diganti oleh H.
Tarmidzi Taher, beliau juga mengikuti pendahulunya dengan
-
55
menyumbang dana untuk pembangunan masjid. Meskipun
pembangunan masjid ini medapat bantuan, tapi sebagian besar dana
pembangunan masjid yang didapat dari jariyah masyarakat.
Masjid ini dibangun dengan mengikuti tradisi Jawa yaitu pada
serambinya berbentuk segi empat dan memanjang dengan beberapa
tiang penyangga dan kubahnya ber aksitektur Madinah. Pilar di dalam
masjid ini ada empat yang semuanya terbuat dari kayu jati, masjid ini
memiliki dua lantai dengan dua mimbar dai lantai atas dan bawah.
Jamaah dapat naik ke lantai dua masjid ini dengan tangga yang berada
di sisis kanan dan kiri masjid, jamaah juga dipermudah dalam
menjalankan ibadah karena tempat untuk bersuci sudah memadai dan
cukup banyak.
Unsur tradisional masjid al-Mujahidin masih dapat ditemu
dengan adanya bedug besar yang ada dan ukiran-ukiran kaligrafi di
kubahnya yang biasa kita lihat di masjid-masjid modern saat ini, namun
tidak mengurangi kemegahan dan ke kokohan masjid ini.
2. Letak Geografis
Masjid al-Mujahidin terletak di Desa Kranggan Kecamatan
Ambarawa Kabupaten Semarang, dengan menempati area tanah 2003
m2 mencakup masjid dan halaman masjid. Masjid ini terdiri dari dua
lantai, yang sebagian bangunan di bawah digunakan sebagai tempat
wudhu dan kamar mandi.
-
56
Adapun batasanya yaitu:
a. Sebelah barat berbatasan dengan rumah penduduk
b. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya
c. Sebelah utara berbatasan dengan pertokoan
d. Sebelah Selatan berbatasan Pondok Pesantren Al Mujadihin
Letak geografisnya sangat strategis, karena di lingkungan masjid
terdapat rumah penduduk, jalan raya yang menghubungan daerah
Ambarawa dengan Bandungan, area pertokoan dan Pondok Pesantren
al-Mujahidin, sehingga secara otomatis lingkungan masjid ini sangat
erat hubunganya dengan pendidikan agama Islam (observasi pada
tanggal 21 Juli 2019)
3. Susunan Organisasi
Organisasi merupakan kerja sama antara beberapa orang untuk
mencapai suatu tujuan, untuk mencapai tujuan diperlukan kerjasama
dalam sebuah organisasi melalui struktur organisasi.
Berdasarkan dokumentasi dari takmir masjid memberikan rincian
struktur organisasi sebagai berikut :
SUSUNAN TAKMIR MASJID BESAR AL-MUJAHIDIN
AMBARAWA PERIODE 2018-2020
Pelindung : Muspika Kecamatan Ambarawa
Penasehat : 1. Kepala KUA Kecamatan Ambarawa
2. Dewan MUI Ambarawa
3. Kepala Kelurahan Kranggan
-
57
Ketua Umum : KH. M. Sholeh Miyanto
Ketua I :H. Abu Mashudi
Ketua II :H. Sunarto, S. Ag
Sekretaris I :Syaiful Bahri Zen, Spd.I
Sekretaris II :Muhamad Ulil Abshor S.Pd
Bendahara I :M. Imron, S.H
Bendahara II :H. Abdullah Rochim S
Bidang-Bidang
A. Idaroh
1. Peribadatan : a. KH. Abdul Qodir A.
b. Imam Turmudzi
2. Pendidikan/TPA : a. Muchsinin
b. Ircham
3. Dakwah & Majelis Taklim : H