STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA
BERDASARKAN DAYA DUKUNG SOSIAL
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
PROVINSI JAWA TENGAH
SANDY SUHARTO PUTRO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Strategi Pengelolaan
Ekowisata Berdasarkan Daya Dukung Sosial Di Kawasan Taman Nasional
Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pemimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.
Bogor, Januari 2020
Sandy Suharto Putro
NIM P052170231
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
RINGKASAN
SANDY SUHARTO PUTRO. Strategi Pengelolaan Ekowisata Berdasarkan Daya
Dukung Sosial di Taman Nasional Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing
oleh NANDI KOSMARYANDI dan TUTUT SUNARMINTO.
Ekowisata merupakan salah satu pemanfaatan Taman Nasional Karimunjawa
yang digerakkan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomian,
pelestarian budaya dan lingkungan. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke
Taman Nasional Karimunjawa, mengakibatkan interaksi yang dapat mempengaruhi
kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kondisi tersebut dapat berpengaruh
terhadap sikap masyarakat di Karimunjawa. Tujuan penelitian ini adalah mengukur
pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat menggunakan
metode analisis regresi linear sederhana, menganalisis kondisi daya dukung sosial
di Taman Nasional Karimunjawa, dan menyusun strategi pengelolaan ekowisata
berdasarkan daya dukung sosial.
Hasil analisis data diperoleh (1) terdapat pengaruh signifikan perilaku
wisatawan terhadap sikap masyarakat penyedia jasa wisata, dibuktikan dengan
persamaan regresi Y=23.357+0.457X dan nilai koefisien determinasi sebesar
22.6%. (2) tidak terdapat pengaruh signifikan antara perilaku wisatawan terhadap
sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata, dibuktikan dengan persamaan regresi
Y=31.404+0.168X, dan nilai koefisien determinasi sebesar 5.3%. Hasil analisis
tingkat kepuasan wisatawan adalah 74,46% (puas) dan tingkat toleransi penerimaan
kegiatan ekowisata adalah 100% untuk masyarakat penyedia jasa wisata dan 75,7%
untuk masyarakat bukan penyedia jasa wisata. Pengukuran kesesuaian indikator
daya dukung sosial dari berbagai aspek, menunjukkan perlunya meningkatkan
kepuasan wisatawan bersamaan dengan tingkat toleransi penerimaan oleh
masyarakat.
Alternatif strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan daya dukung sosial
diantaranya meningkatkan promosi ekowisata di TNKJ, aktivitas konservasi
dijadikan atraksi wisata dengan melibatkan wisatawan, meningkatkan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan ekowisata, mendorong masyarakat berpartisipasi
terhadap kegiatan ekowisata dengan adanya bantuan modal usaha, meningkatkan
promosi ekowisata di TNKJ, penguatan nilai-nilai budaya masyarakat
Karimunjawa, sosialisasi peranan ekowisata terhadap sosial budaya, ekonomi dan
lingkungan, optimalisasi budaya lokal untuk meminimalisir perubahan sikap
negatif dan konflik, penguatan SDM dengan keahlian-keahlian tertentu, dan
penguatan kebijakan untuk mengantisipasi terjadinya konflik dan kerusakan SDA.
Kata kunci: daya dukung sosial, ekowisata, strategi pengelolaan, taman nasional
SUMMARY
SANDY SUHARTO PUTRO. Ecotourism Management Strategy Based on Social
Carrying Capacity in Karimunjawa National Park Central Java Province.
Supervised by NANDI KOSMARYANDI and TUTUT SUNARMINTO.
Ecotourism is one of the uses of Karimunjawa National Park which is carried
by the local community to improve the economy, culture and environment
preservation. The increasing number of tourist visits to Karimunjawa National Park,
resulting in interactions that can affect social, economic, and environmental
conditions. These conditions can affect the attitude of the community in
Karimunjawa towards ecotourism activities. The purpose of this study is to measure
the influence of tourist behavior toward changes in the community attitudes using
a simple linear regression analysis method, to analyze the conditions of social
carrying capacity in Karimunjawa National Park, and develop ecotourism
management strategies based on social carrying capacity.
The results obtained (1) there is a significant influence of tourist behavior
toward the community of tourism service providers attitude, proven by the
regression equation Y=23,357+0.457X and the coefficient of determination of
22.6%. (2) there is no significant influence between tourist behavior toward the
community of non-tourism service providers attitude, proven by the regression
equation Y=31.404+0.168X, and the coefficient of determination of 5.3%. The
results of the analysis of the level of tourist satisfaction are 74.46% (satisfied) and
the tolerance level of acceptance of ecotourism activities is 100% for the
community of tourism service providers and 75.7% for the community of non-
tourism service provides. Measurement of the suitability of social carrying capacity
indicators from various aspects, shows the need to increase tourist satisfaction along
with the level of tolerance of acceptance by the community.
Alternative strategies for ecotourism management based on social carrying
capacity include increasing the promotion of ecotourism in the TNKJ, conservation
activities are made as tourist attractions by involving tourists, increasing the
facilities and infrastructure to support ecotourism activities, encouraging people to
participate in ecotourism activities with the help of venture capital, increasing the
promotion of ecotourism in the TNKJ, strengthening the cultural values of the
Karimunjawa community, socializing the role of ecotourism towards socio-cultural,
economic and environmental, optimizing local culture to minimize changes in
negative attitudes and conflicts, strengthening human resources with certain skills,
and strengthening policies to anticipate conflicts and damage to natural resources.
keywords: ecotourism, social carrying capacity, management strategy, naational
park
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2020
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
STRATEGI PENGELOLAAN EKOWISATA
BERDASARKAN DAYA DUKUNG SOSIAL
DI KAWASAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
PROVINSI JAWA TENGAH
SANDY SUHARTO PUTRO
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoreh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Judul : Strategi Pengelolaan Ekowisata Berdasarkan Daya Dukung Sosial
di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah
Nama : Sandy Suharto Putro
NIM : P052170231
Program Studi : Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Nandi Kosmaryandi MscFTrop Dr Ir Tutut Sunarminto MSi
Ketua Anggota
Diketahui:
Ketua Program Studi
Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan
Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin MS
Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Prof Dr Ir Anas Miftah Fauzi MEng
Tanggal Ujian: 31 Januari 2020 Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini berjudul
“Strategi Pengelolaan Ekowisata Berdasarkan Daya Dukung Sosial di Kawasan
Taman Nasional Karimunjawa Provinsi Jawa Tengah”.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MScFTrop dan Dr Ir Tutut
Sunarminto, MSi selaku komisi pembimbing atas semua arahan, bimbingan, dan
segala bentuk dukungan kepada penulis. Disamping itu penghargaan penulis
sampaikan kepada Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS selaku penguji luar komisi, Prof
Dr Ir Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen penguji PSL, seluruh dosen dan staf
Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pascasarjana
IPB atas semua dukungan dan bimbingan selama penulis melaksanakan studi.
Ungkapan terima kasih juga disampikan kepada kedua orang tua, Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah, Ibu mertua, Istri Intan Ayu Dewi, ananda Azka Ghailan
Fadhilah, rekan-rekan PSL-IPB angkatan 2017 atas segala doa, dukungan,
semangat, dan kesabarannya dari awal proses studi sampai dengan akhir
penyusunan tesis, serta Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Prov. Jawa
Tengah dan Balai Taman Nasional Karimunjawa yang telah memberikanizin dan
membantu dalam penyediaan data pendukung penelitian, masyarakat dan
wisatawan Karimunjawa yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner dan wawancara, serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu
pelaksanaan studi, penelitian, dan penulisan tesis ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2020
Sandy Suharto Putro
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 4
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
Taman Nasional ............................................................................................. 6
Ekowisata ....................................................................................................... 7
Dampak Sosial dari Kegiatan Ekowisata ....................................................... 8
Konsep Daya Dukung Sosial ......................................................................... 9
Kualitas Pengalaman Wisatawan ................................................................. 12
Kepuasan Wisatawan ................................................................................... 14
Persepsi dan Sikap Para Pelaku ................................................................... 15
Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT ............................................... 16
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 17
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 17
Alat dan Bahan ............................................................................................ 17
Jenis dan Sumber Data................................................................................. 17
Jumlah Sampel ............................................................................................. 17
Prosedur Analisis Data ................................................................................ 18
Metode Analisis Data .................................................................................. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 26
Analisis Kondisional .................................................................................... 26
Karakteristik Wisatawan .............................................................................. 33
Pengaruh Perilaku Wisatawan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat
Karimunjawa................................................................................................ 34
Daya Dukung Sosial Taman Nasional Karimunjawa .................................. 40
Strategi Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa ............ 55
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 59
Simpulan ...................................................................................................... 59
Saran ............................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60
RIWAYAT HIDUP ................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kronologis penetapan Taman Nasional Karimunjawa ........................... 1 Tabel 2 Jumlah kunjungan wisatawan ke TNKJ tahun 2008-2018 ..................... 2 Tabel 3 Identifikasi dampak dari perkembangan ekowisata ............................... 8
ii
Tabel 4 Indikator-indikator daya dukung sosial ................................................ 12 Tabel 5 Matriks tahapan pencapaian tujuan penelitian ...................................... 18 Tabel 6 Skala likert ............................................................................................ 19 Tabel 7 Matriks variabel dependent dan independent........................................ 19 Tabel 8 Kriteria reliabilitas suatu penelitian ...................................................... 20
Tabel 9 Pedoman intepretasi koefisien korelasi dan determinasi ...................... 22 Tabel 10 Skoring tingkat kinerja/ kepuasan dan kepentingan ............................. 23 Tabel 11 Indikator/ atribut kepuasan pengunjung berdasarkan dimensi
service quality ....................................................................................... 24 Tabel 12 Matriks SWOT ...................................................................................... 26
Tabel 13 Persentase tutupan karang dan komponen abiotik di perairan TNKJ ... 27 Tabel 14 Zonasi kawasan Taman Nasional Karimunjawa tahun 2012 ................ 28
Tabel 15 Kondisi jumlah penduduk di Kecamatan Karimunjawa berdasarkan
jenis kelamin, kepala keluarga, angkatan kerja dan tingkat
pendidikan tahun 2017 .......................................................................... 29 Tabel 16 Jumlah sekolah, tenaga pengajar dan peserta didik Kecamatan
Karimunjawa tahun 2017 ...................................................................... 30
Tabel 17 Jumlah penduduk Kecamatan Karimunjawa menurut pekerjaan
tahun 2017 dalam orang ........................................................................ 31
Tabel 18 Masyarakat penyedia jasa wisata .......................................................... 31 Tabel 19 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku
wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat
penyedia jasa wisata .............................................................................. 34 Tabel 20 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku
wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat
bukan penyedia jasa wisata ................................................................... 35
Tabel 21 Hasil uji reliabilitas instrumen pertanyaan ........................................... 35 Tabel 22 Hasil uji normalitas ............................................................................... 36
Tabel 23 Hasil uji linieritas .................................................................................. 36 Tabel 24 Koefisien uji heteroskedastisitas ........................................................... 37 Tabel 25 Hasil analisis regresi sederhana ............................................................ 37
Tabel 26 Hasil uji koefisien korelasi (R) dan determinasi (R2) ........................... 39 Tabel 27 Hasil uji validitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat kepentingan .. 41 Tabel 28 Hasil uji reliabilitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat
kepentingan ........................................................................................... 41 Tabel 29 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) ......................... 42
Tabel 30 Nilai Indeks kepuasan pengunjung/ wisatawan .................................... 44
Tabel 31 Nilai IKP dimensi bukti langsung ......................................................... 45
Tabel 32 Nilai IKP dimensi keandalan ................................................................ 46 Tabel 33 Nilai IKP dimensi daya tanggap ........................................................... 46 Tabel 34 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi jaminan ................................... 47
Tabel 35 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi empati ..................................... 47 Tabel 36 Indikator tingkat toleransi masyarakat .................................................. 48
Tabel 37 Konflik yang terjadi di Karimunjawa ................................................... 52 Tabel 38 Faktor internal dan eksternal strategi pengelolaan ekowisata
berdasarkan daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa ..... 56 Tabel 39 Matriks SWOT pengelolaan ekowisata Taman Nasional Karimunjawa
berdasarkan daya dukungsosial ............................................................. 57
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian ..................................................................... 5 Gambar 2 Model pengalaman konseptual pengaruh dan hasil (Clawson dan
Knetsch 1966) .................................................................................... 13 Gambar 3 Kuadran Importance Performance Analysis (IPA) ............................ 24
Gambar 4 Grafik model regresi linear masyarakat penyedia jasa wisata ........... 38 Gambar 5 Grafik model regresi linear masyarakat bukan penyedia jasa wisata. 38 Gambar 6 Kuadran IPA kepuasan wisatawan Taman Nasional Karimunjawa ... 43 Gambar 7 Histogram dukungan masyarakat Karimunjawa terhadap kegiatan
ekowisata ............................................................................................ 49
Gambar 8 Histogram sikap masyarakat penyedia jasa wisata terhadap
kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................................. 49
Gambar 9 Histogram sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata terhadap
kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................................. 50 Gambar 10 Histogram partisipasi masyarakat penyedia jasa wisata terhadap
kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................................. 51 Gambar 11 Histogram partisipasi masyarakat bukan penyedia jasa wisata
terhadap kegiatan ekowisata di Karimunjawa .................................... 52 Gambar 12 Histogram konflik masyarakat penyedia jasa wisata ......................... 54
Gambar 13 Histogram konflik masyarakat bukan penyedia jasa wisata............... 55
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkembanganya pariwisata di Indonesia menyebabkan semakin banyaknya
inovasi-inovasi yang dilakukan untuk terus meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan, salah satunya wisata minat khusus seperti ekowisata. Meningkatnya
jumlah kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara karena adanya
kegiatan ekowisata, dapat menghasilkan dampak terhadap lingkungan dan sosial
budaya setempat dan jika tidak dapat dikendalikan akan merusak atau mengalami
degradasi lingkungan dan sosial budaya tersebut (Supriana 1997, Butarbutar dan
Soemarno 2013).
Kepulauan Karimunjawa merupakan salah satu Taman Nasional yang
letaknya berada di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Sejarah pembentukan
Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) bermula dari usulan Gubernur Jawa Tengah
pada tahun 1982 mengenai Kepulauan Karimunjawa sebagai Taman Nasional Laut
dan sebagai daerah pengembangan wisata bahari di Kabupaten Jepara. Kronologis
penetapan Kepulauan Karimunjawa menjadi Taman Nasional Karimunjawa
(TNKJ) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kronologis penetapan Taman Nasional Karimunjawa
Tanggal Nomor Keputusan Tentang
26 Oktober
1982
Surat Gubernur Jawa
Tengah No. 556/21378
Penunjukan sebagian
Kepulauan Karimunjawa
sebagai Taman Nasional Laut
9 April 1986 Surat Keputusan Menteri
Kehutanan nomor
123/Kpts-II/1986
Penunjukan Kepulauan
Karimunjawa dan Perairan
Laut disekitarnya seluas
±111.626 Ha yang terletak di
Dati II Jepara Dati I Jawa
Tengah sebagai Cagar Alam
Laut
22 Februari
1999
Surat Keputusan Menteri
Kehutanan dan
Perkebunan No. 78/Kpts-
II/1999
Perubahan Fungsi dari
Kawasan Cagar Alam
Karimunjawa Menjadi Taman
Nasional Karimunjawa
15 Maret
2001
Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 74/Kpts-
II/2001
Penetapan sebagai kawasan
Taman Nasional
Karimunjawa
Sumber: Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) (2019)
TNKJ telah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Stategis Pariwisata
Nasional (KSPN) pada bidang ekowisata berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor
50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pariwisata Indonesia Tahun 2010-2025.
Menindaklanjuti peraturan tersebut, maka Kementerian Lingkungan Hidup Dan
Kehutanan melalui Dirjen Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam menerbitkan
surat keputusan nomor SK.28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional
2
Karimunjawa dengan total kawasan seluas 111,625 hektar. Dokumen acuan
pengembangan pariwisata Karimunjawa yaitu Rencana Induk Pengembangan
Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012-2027 (Perda Jateng Nomor 10
Tahun 2012) dan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional
Karimunjawa Tahun 2018-2027. Kebijakan-kebijakan tersebut diterbitkan untuk
mengembangkan ekowisata di TNKJ.
Menurut Laksono dan Mussadun (2014), potensi yang ada di TNKJ adalah:
1) keanekaragaman hayati yang tinggi flora maupun fauna; 2) Kawasan yang
mempunyai keindahan alam dengan keadaan hutan yang masih asli dan asri, pantai
pasir putih dengan terumbu karang yang mengelilingi setiap pulau; 3) Potensi
sumber daya tinggi baik wisata bahari maupun wisata lingkungan yang ditujukan
untuk skala nasional maupun internasional. Potensi-potensi yang terdapat di TNKJ
dikembangkan menjadi daya tarik wisata seperti snorkling, diving, island hopping,
memancing, tracking mangrove, bird watching, berkemah, wisata religi (makam
Kyai Nyamplungan), wisata pantai dengan pasir putih, menikmati sunrise dan
sunset. Sehingga dengan adanya potensi-potensi tersebut, menarik wisatawan untuk
berkunjung ke TNKJ. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Jepara (2019), jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan sebagaimana
tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah kunjungan wisatawan ke TNKJ tahun 2008-2018
Tahun
Kunjungan
Pertumbuhan Wisatawan
nusantara
Wisatawan
mancanegara Jumlah
2008* 7,837 2,149 9,986 0%
2009* 27,999 46 28,045 180.84%
2010* 15,070 1,567 16,637 -40.68%
2011** 39,224 2,907 42,131 153.24%
2012** 53,633 5,005 58,638 39.18%
2013** 65,568 5,372 70,940 20.98%
2014** 71,081 8,669 79,750 12.42%
2015** 84,536 7,579 92,115 15.50%
2016** 110,984 7,317 118,301 28.43%
2017** 115,057 7,819 122,876 3.87%
2018** 129,679 8,156 137,835 12.17%
Catatan: * (sebelum penetapan KSPN); **(setelah penetapan KSPN)
Sumber: BPS Kab. Jepara tahun 2019 (diolah)
Meningkatnya wisatawan yang berkunjung ke TNKJ akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Karimunjawa dengan menyediakan tempat
menginap atau homestay, tempat makan, menjual souvenir, menyewakan kapal
untuk berkeliling pulau, menjadi pramuwisata, menyewakan transportasi darat
(motor dan mobil), menyewakan alat snorkeling dan diving (Thelisa et al. 2018).
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan akan timbul interaksi antara
wisatawan dengan masyarakat. Menurut Prayogi (2011), kondisi sosial budaya
masyarakat dipengaruhi oleh interaksi antara wisatawan dengan masyarakat dan
3
kualitas pengalaman wisatawan yang didapat berasal dari interaksi dengan
masyarakat Karimunjawa. Interaksi masyarakat dengan wisatawan dapat
mempengaruhi kehidupan wisatawan dan masyarakat baik secara sosial ataupun
budaya, sehingga menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap perubahan
nilai-nilai sosial dan budaya, serta perubahan kebiasaan dan gaya hidup
(Oktaviyanti 2013). Dampak negatif ekowisata akibat adanya interaksi antara
wisatawan dengan masyarakat yang terlibat langsung maupun masyarakat yang
tidak terlibat langsung, akan menimbulkan konflik berupa persaingan usaha
maupun konflik norma sosial, norma budaya dan norma agama. Selain itu, menurut
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bersama World Wild Foundation (2009)
merumuskan salah satu kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung terbatas
atau diatur supaya sesuai dengan daya dukung lingkungan dan sosial-budaya
masyarakat.
Dampak pariwisata massal maupun pariwisata minat khusus (ekowisata)
terkait erat dengan konsep daya dukung. Daya dukung sosial merupakan bagian dari
daya dukung, dimana cakupannya pada analisis sosial masyarakat dan wisatawan.
Shelby dan Heberlain (1984) mengkonsepkan bahwa daya dukung sosial berfokus
pada fakta dan aspek subjektif, sehingga menunjukkan perlunya intervensi dari
stakeholder ekowisata untuk mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh
wisatawan. Daya dukung sosial adalah tingkat penggunaan maksimum yang dapat
diterima oleh wisatawan tanpa mengurangi kualitas pengalaman dan kenyamanan,
serta tingkat maksimum toleransi masyarakat terhadap kehadiran wisatawan
(Saveriades 2000; Marzetti dan Mosetti 2004; Marzetti dan Mosetti 2005; Bonilla
dan Bonilla 2008).
Analisis daya dukung sosial tersebut diperlukan untuk merumuskan strategi-
strategi yang dapat meminimalkan dampak negatif dari aspek sosial budaya
ekonomi dan mendorong program-program dari pemerintah untuk menjaga dan
melestarikan sosial budaya untuk pelestarian lingkungan di Karimunjawa. Peranan
stakeholder ekowisata di Karimunjawa dan masyarakat Karimunjawa diperlukan
untuk mengaplikasikan program-program tersebut. Sehingga didapatkan kegiatan
ekowisata yang mempertahankan kondisi sosial budaya dan meningkatkan
perekonomian masyarakat karimunjawa.
Rumusan Masalah
Kondisi sosial budaya akan terpengaruh secara langsung akibat pelayanan
yang diberikan oleh masyarakat kepada wisatawan (Thelisa et al. 2018). Perilaku
wisatawan dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap sikap
masyarakat. Perubahan kondisi sosial budaya dan lingkungan masyarakat akibat
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dan interaksi dikhawatirkan akan
menghilangkan identitas asli masyarakat Karimunjawa, sehingga perubahan-
perubahan sosial budaya dan lingkungan yang bersifat negatif harus diantisipasi.
Menurut Widyawati (2015), konsumsi minuman keras dan kerusuhan antarwarga,
perkelahian pemuda, ketegangan antara Balai Taman Nasional dengan masyarakat
terkait dengan hak kepemilikan tanah, penipuan dan pencurian merupakan konflik-
konflik yang terjadidi Karimunjawa akibat kegiatan wisata. Dampak kegiatan
4
ekowisata terhadap lingkungan antara lain penurunan kualitas perairan,
meningkatnya kebutuhan lahan, meningkatnya sampah dan polusi (Sulisyati 2019).
Pengukuran daya dukung sosial diperlukan sebagai alat yang valid untuk
mengendalikan dampak sosial dan perencanaan ekowisata berkelanjutan yang
terjadi di lokasi wisata, sehingga mendorong karakter budaya setempat sebagai
daya tarik wisata (Hall, Page 2006; Bonilla, Bonilla 2008). Selain itu, pemerintah
sebagai penentu kebijakan memiliki arah perumusan kebijakan dan strategi-strategi
yang sesuai untuk pengelolaan ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa.
Pertanyaan yang kemudian menjadi permasalahan mengapa penelitian ini
dilakukan adalah:
1. Berapa besar pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap
masyarakat Karimunjawa terkait kondisi lingkungan dan sosial budaya?
2. Bagaimana kondisi daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa?
3. Bagaimana strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan kondisi daya dukung
sosial di Taman Nasional Karimunjawa?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latarbelakang permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mengukur pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap masyarakat
Karimunjawa terkait kondisi lingkungan dan sosial budaya,
2. Menganalisis kondisi daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa, dan
3. Menyusun strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan kondisi daya dukung
sosial di Taman Nasional Karimunjawa.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa strategi
pengelolaan ekowisata yang bersentuhan langsung dengan masyarakat setempat.
Selain itu, sebagai bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan terkait
pengelolaan Taman Nasional Karimunjawa dengan mendorong potensi-potensi
sosial budaya masyarakat Karimunjawa.
Kerangka Pemikiran
Kegiatan ekowisata memiliki 3 (tiga) unsur yang saling mempengaruhi yaitu
lingkungan, wisatawan dan masyarakat lokal (Hijriati, Mardiana 2014). Perilaku
wisatawan pada saat melakukan kegiatan wisata akan mempengaruhi kondisi sosial
budaya akibat adanya interaksi sosial dengan masyarakat yang terlibat langsung
dari kegiatan ekowisata (Armenski et al. 2011, Thelisa et al. 2018). Menurut
Laksono dan Mussadun (2014), interaksi yang terjadi antara wisatawan dengan
masyarakat Karimunjawa yang terlibat langsung dengan aktivitas ekowisata akan
memberikan dampak sosial baik positif maupun negatif.
Penghitungan daya dukung sosial diperlukan untuk meminimalisir dampak
negatif serta mendorong upaya-upaya pencegahan yang terjadi dengan
5
memperhatikan parameter kepuasan wisatawan dan toleransi masyarakat (Bonilla
2008, Attallah 2015). Hasil dari kajian daya dukung sosial berdasarkan parameter
kepuasan wisatawan dan toleransi masyarakat, dianalisis menggunakan metode
SWOT, sehingga didapatkan indikator-indikator untuk merumuskan strategi
pengelolaan ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat kepuasan wisatawan
dan toleransi masyarakat Karimunjawa di Desa Karimunjawa terhadap kegiatan
ekowisata, serta merumuskan strategi pengelolaan ekowisata di Taman Nasional
Karimunjawa berdasarkan daya dukung sosial. Masyarakat terbagi menjadi 2
kategori, masyarakat penyedia jasa wisata (tour guide, jasa akomodasi, jasa
persewaan transportasi, jasa konsumsi, penjual souvenir) dan masyarakat bukan
penyedia jasa wisata.
Kegiatan Ekowisata di TNKJ
Lingkungan Wisatawan Masyarakat
Mempengaruhi
tingkat kunjungan
Mempengaruhi
kondisi sosial budaya
Interaksi Sosial
(Sikap dan Persepsi)
Dampak positif sosial
pertahankan
Dampak negatif sosial
antisipasi
Kajian Daya Dukung Sosial
1. Kepuasan Wisatawan
2. Toleransi Masyarakat
Strategi Pengelolaan Ekowisata TNKJ
Berdasarkan Analisis Daya Dukung Sosial
Analisis SWOT
Mempengaruhi
Promosi Wisata
6
TINJAUAN PUSTAKA
Taman Nasional
Definisi Taman Nasional menurut pasal 1 UU No. 5 Tahun 1990 adalah
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Menurut UU No. 5 Tahun 1990,
penentuan kawasan Taman Nasional didasarkan pada beberapa kriteria yaitu:
1. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami;
2. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan
maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami;
3. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
4. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai
pariwisata alam;
5. Merupakan kawasan yang dapat dibagi menjadi Zona Inti, Zona Pemanfaatan,
Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi
kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka
mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat
ditetapkan sebagai zona tersendiri.
Taman Nasional memiliki fungsi sebagai kawasan perlindungan sistem
penyangga kehidupan, kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Taman Nasional diatur
dalam peraturan yang berlaku, termasuk dalam pengusahaan pariwisata alam di
zona pemanfaatan Taman Nasional. Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) No.
P.19/Menhut-II/2004 mengatur kolaborasi pengelolaan kawasan suaka alam dan
kawasan pelestarian alam. Berdasarkan definisi dari International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) tahun 1994 mengenai
kawasan perairan yang dilindungi (marine protected area), Taman Nasional
(National Park) termasuk dalam kategori II yang bertujuan untuk perlindungan
ekosistem dan rekreasi.
Pemanfaatan Taman Nasional berupa tambang tidak dibolehkan dan harus
mempertahankan kondisi aslinya (Mac Kinnon et al. 1990 dalam Anwar 2009),
selanjutnya definisi Taman nasional sebagai kawasan dengan tujuan utamanya
yaitu:
1. Mempertahankan contoh ekosistem dalam kondisi alamiahnya;
2. Mempertahankan keanekaragaman ekologis dan pengaturan lingkungan;
3. Melestarikan sumberdaya plasma nutfah;
4. Melestarikan kondisi kawasan tangkap air;
5. Menyediakan pelayanan rekreasi dan pariwisata;
6. Melindungi objek dan tempat warisan budaya, sejarah, dan purbakala;
7. Melindungi keindahan alam serta tempat terbuka, dan
8. Mendorong pemanfaatan rasional serta berkelanjutan dari kawasan marjinal dan
pembangunan perdesaan.
Taman Nasional Karimunjawa memiliki kekhasan tersendiri sehingga
ditunjuk dan ditetapkan menjadi Taman Nasional. Kekhasan yang ada di TN
7
Karimunjawa antara lain elang laut, dara laut, rusa, kera ekor panjang, trocokan
karimuniensis, terumbu karang, dan bunga karang. Selain itu penduduk asli yang
berada di kawasan TN Karimunjawa juga merupakan sumber kearifan lokal yang
dapat dimanfaatkan sebagai objek ekowisata. Kearifan lokal yang masih dapat
dipelajari di Karimunjawa adalah saling menghormati sesama sebagai bentuk
syukur atas sumberdaya alam yang dapat dinikmati, masyarakat lokal juga sangat
menjunjung sejarah kawasan sehingga berusaha untuk tetap menjaga kawasan
untuk generasi berikutnya.
Ekowisata
Pada tahun 1991 The International Ecotourism Society (TIES)
mendefinisikan ekowisata sebagai kegiatan wisata yang memiliki tujuan berupa
konservasi terhadap lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Harapan dari kegiatan ekowisata adalah kontribusi terhadap konservasi maupun
pembangunan yang berwawasan lingkungan (Tsaur et al. 2006; Stronza and
Gordillo 2008). Ekowisata dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal dan
membangun dukungan lokal maupun internasional untuk kawasan lindung dengan
tujuan menghasilkan pendapatan dari wisata berbasis alam, penyaluran bantuan
bagi kawasan lindung dan masyarakat lokal, serta pengalaman pendidikan bagi
wisatawan (Brightsmith et al. 2008). Bjork (2000) mengatakan bahwa ekowisata
harus non-konsumtif dan tingkat maupun ruang lingkup ekowisata ditentukan oleh
kerapuhan alam, budaya dan sosial.
Ekowisata merupakan wisata berwawasan lingkungan yang mendapat
perhatian dari masyarakat dunia, karena ekowisata lebih menekankan pada
pemanfaatan sumber-sumber lokal seperti alam dan lingkungan untuk konservasi,
pendidikan, dan ekonomi masyarakat (Yoeti 1999; Lisa 2005 dalam Qomarudin
2013). Menurut Damanik dan Weber (2006) bahwa dalam konteks ekowisata,
tingkat pendidikan wisatawan rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan
wisatawan konvensional (massal). Carter dan Lowman (1994) memberikan definisi
ekowisata merupakan bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami
yang lingkungannya dilindungi dan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal. Carter dan Lowman (1994) menyampaikan bahwa terdapat 4
gambaran perjalanan berlabel ekowisata, yaitu:
1. Wisata berbasis alam (nature based tourism)
2. Kawasan konservasi sebagai pendukung objek lingkungan (conservation
supporting system)
3. Wisata yang sangat peduli lingkungan (environmentally aware tourism)
4. Wisata yang berkelanjutan (sustainability run tourism).
Pengembangan ekowisata di kawasan taman nasional sangatlah tepat
kedalam bentuk ekowisata berbasis masyarakat lokal, karena masyarakat lokal
sebagai pemilik nilai-nilai dasar tentang konservasi yang tertuang dalam norma-
norma (Mastika 2018). Ekowisata berbasis masyarakat menciptakan peningkatan
perekonomian dan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat berupa penyediaan
jasa-jasa wisata untuk wisatawan seperti: penyewaan transportasi; akomodasi;
menjual kerajinan, makanan, pramuwisata, dan seni budaya. Ekowisata dapat
membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat
8
yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa
bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan
ekowisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bersama World Wild
Foundation 2009).
Dampak Sosial dari Kegiatan Ekowisata
Menurut Roe et al. (1997), dampak perkembangan pariwisata dikategorikan
menjadi 3 aspek yaitu, aspek lingkungan, aspek sosial-budaya, dan aspek ekonomi.
Dalam perkembangannya, kegiatan ekowisata memberikan dampak positif maupun
negatif terhadap lingkungan dan nilai sosial budaya. Kepariwisataan akan
membawa hal baru dalam masyarakat dan kondisi yang ada di suatu destinasi akan
memberikan pengaruh pada proses sosial masyarakat (Qomarudin 2013).
Perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat bisa berdampak positif
maupun negatif sehingga perlu diketahui dan dipaparkan lebih lanjut sejauh mana
kepariwisataan dan kedatangan wisatawan mempengaruhi kondisi sosial budaya
masyarakat (Thelisa et al. 2018).
Hall dan Page (2006) mengidentifikasi bahwa dampak positif sosial-budaya
dari ekowisata termasuk penguatan tradisi dan nilai-nilai, layanan masyarakat yang
efektif, peningkatan kesukarelaan, peningkatan identitas daerah dan partisipasi
masyarakat. Ap dan Compton (1998) dalam Stankova et al. (2005) mencoba
membangun skala dampak pariwisata dengan membagi dampak wisata yang
mungkin terjadi di kelas yang berbeda, yang salah satunya berfokus pada dampak
sosial dan budaya baik positif dan negatif. Vishwanatha dan Chandrashekara (2014)
mengatakan dampak positif sosial-budaya dari ekowisata diketahui kuat dalam
perbaikan ekonomi lokal melalui penerimaan manfaat finansial dari ekowisata.
Tabel 3 Identifikasi dampak dari perkembangan ekowisata
Pendapat Ahli Dampak
Ap dan Compton
(1998) dalam
Stankova et al.
(2005)
1. Dampak positif sosial:
a. Meningkatkan kualitas hidup
b. Meningkatkan ketersediaan fasilitas/ peluang rekreasi
c. Meningkatkan kualitas keamanan
2. Dampak positif budaya:
a. Meningkatkan pemahaman dan citra berbagai komunitas atau
budaya
b. Mempromosikan pertukaran budaya
c. Memfasilitasi pengunjung rapat (pengalaman pendidikan)
d. Menjaga identitas budaya lokal
e. Meningkatkan permintaan akan pameran sejarah dan budaya
3. Dampak negatif sosial budaya:
a. Peningkatan prostitusi
b. Alkoholisme meningkat
c. Peningkatan penyelundupan
d. Rawan terjadinya benturan antar masyarakat
e. Komunitas dan kehidupan pribadi yang semakin sibuk
f. Penciptaan budaya rakyat palsu
9
Lanjutan Tabel 3 Pendapat Ahli Dampak
Vishwanatha dan
Chandrashekara
(2014)
1. Dampak positif ekonomi:
a. Perubahan peluang kerja
b. Pendapatan luar untuk pengembangan lokal dan regional
c. Peningkatan ekonomi lokal
d. Peningkatan pembangunan lokal
e. Peningkatan manfaat ekonomi untuk peningkatan mata
pencaharian rumah tangga lokal
f. Peningkatan dan pengembangan usaha kecil, menengah, dan
ekonomi mikro lokal
g. Meningkatnya pasar untuk produk dan layanan lokal
h. Meningkatkan relawan dan dana untuk mendukung konservasi
sumber daya alam dan lingkungan ekologis dan
pengembangan strategi mata pencaharian berkelanjutan di
daerah
2. Dampak negatif ekonomi:
a. Peningkatan biaya hidup
b. Penghasilan musiman atau pekerjaan menyebabkan ekonomi
lokal tidak stabil
c. Tempat tinggal semakin mahal
d. Penghasilan tinggi dalam migrasi keluar penduduk lokal
e. Produktivitas rendah dari sumber daya terbarukan dan tidak
terbarukan dan profitabilitas bisnis pariwisata yang buruk
f. Hubungan ekonomi dengan pemilik bisnis luar
g. Aktivitas pariwisata juga dominan ekonomi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Laksono dan Mussadun
(2014), dampak kegiatan ekowisata di Karimunjawa sebagai berikut:
1. Meningkatnya perekonomian dengan adanya penyedia jasa wisata, penyewaan
akomodasi, penyewaan kendaraan, penyewaan alat snorkeling dan diving
2. Tersedianya alternatif pendapatan dari kegiatan pariwisata
3. Terbukanya wawasan terhadap budaya asing
4. Munculnya lembaga-lembaga yang mengakomodir atau mengatur
keberlangsungan kegiatan pariwisata
5. Memudarnya norma-norma yang seharusnya tertanam pada masyarakat jawa
6. Berkurangnya jiwa sosial gotong royong dan cenderung egois
7. Munculnya persaingan terhadap usaha kepariwisataan
8. Berkurangnya kualitas kenyamanan dan keamanan
Konsep Daya Dukung Sosial
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa daya dukung lingkungan
hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan
manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya. Daya tampung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menerima
komponen-komponen yang masuk ke dalamnya. Penentuan daya dukung
10
lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan,
yaitu:
1. Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang;
2. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan; dan
3. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Hasil penentuan daya
dukung lingkungan hidup ini merupakan acuan dalam penyusunan rencana tata
ruang wilayah.
Daya dukung merupakan kapasitas fisik dari objek wisata untuk menganalisis
jumlah maksimum kunjungan wisatawan tanpa mengurangi kualitas lingkungan
tersebut, ketika suatu objek dibanjiri oleh sejumlah wisatawan (di atas daya
dukung), akan mengurangi tingkat kepuasan para wisatawan dan ancaman
kerusakan lingkungan semakin tinggi. Daya dukung wisata merupakan tipe spesifik
dari daya dukung lingkungan dan mengarah kepada daya dukung dari lingkunan
biofisik serta sosial sehubungan dengan aktivitas wisatawan (Subur R 2012). Daya
dukung wisata merupakan tingkat pengunjung yang memanfaatkan suatu kawasan
wisata dengan perolehan tingkat kepuasan yang optimal serta dampak terhadap
sumberdaya yang minimal. Konsep ini meliputi dua faktor utama yang membatasi
perilaku pengunjung berkaitan dengan daya dukung yaitu kondisi lingkungan dan
kondisi sosial budaya masyarakat. Yulianda (2007) menyampaikan bahwa konsep
daya dukung mempertimbangkan dua hal yaitu kemampuan alam untuk mentolelir
gangguan atau tekanan dari manusia dan standar keaslian sumberdaya alam.
Menurut Marzetti dan Mosetti (2004), di antara prinsip-prinsip umum yang
ditetapkan dalam rekomendasi, ditekankan bahwa pariwisata harus dibatasi hingga
tingkat yang sesuai dengan daya dukung ekologis dan daya dukung sosial dari
lokasi tersebut.
Daya dukung sosial adalah tingkat penggunaan untuk lokasi yang diberikan,
di luar itu kualitas pengalaman pengunjung menurun atau tidak lagi dapat diterima
dengan mengembangkan model daya dukung sosial yang berfokus pada poin
deskriptif dan preskriptif (Shelby dan Heberlein 1984). Daya dukung sosial suatu
daerah wisata didefinisikan dari dua sudut pandang yang berbeda: a) dari sudut
pandang pengunjung, daya dukung sosial adalah tingkat kepadatan maksimum yang
bersedia diterima oleh pengunjung dari pengunjung lain tanpa mengurangi kualitas
pengalaman rekreasi dan b) dari sudut pandang penghuni, daya dukung sosial
adalah jumlah maksimum pengunjung yang ditoleransi oleh populasi masyarakat
lokal (O’Reilly 1986).
Menurut Donnelly et al. (2000), daya dukung sosial sering disebut sebagai
kepadatan yang dapat didiskusikan sebagai konsep normatif dan norma kepadatan
umumnya digambarkan sebagai standar berbasis pengunjung yang digunakan
individu dan kelompok untuk mengevaluasi perilaku dan kondisi sosial dan
lingkungan. Standar sosial dianggap normatif jika ada kesepakatan konsensus yang
kuat tentang norma dan kepentingan relatif dari norma, jika pengunjung memiliki
standar normatif seperti itu, maka mereka dapat digunakan untuk manajemen daya
dukung sosial dari area rekreasi dan konservasi (Arnberger et al. 2004).
De Ruyck et al. (1997) menyoroti bahwa dalam hal pengunjung, keberadaan
fasilitas dan inovasi ekonomi seperti organisasi kegiatan yang menarik perhatian
banyak orang dapat meningkatkan daya dukung sosial, yang juga berubah sesuai
dengan karakteristik pengunjung (jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan lain-lain).
Daya dukung sosial adalah indikator dinamis yang ukurannya dipengaruhi oleh
11
banyak faktor yang spesifik dengan pertimbangan kondisi lokasi (Marzetti dan
Mosetti 2004). Konsep daya dukung sosial digunakan sebagai istilah umum untuk
mencakup tingkat toleransi populasi tuan rumah, serta kualitas pengalaman
pengunjung ke daerah tersebut, hal ini dapat didefinisikan sebagai tingkat
penggunaan maksimum (dalam hal jumlah dan kegiatan) yang dapat diserap oleh
suatu daerah tanpa penurunan kualitas pengalaman pengunjung yang tidak dapat
diterima dan tanpa dampak buruk yang tidak dapat diterima pada masyarakat di
area tersebut.
Dua komponen daya dukung sosial adalah (a) kualitas pengalaman yang akan
diterima pengunjung sebelum mencari tujuan alternatif, dan (b) tingkat toleransi
populasi tuan rumah terhadap kehadiran wisatawan (Saveriades 2000). Kepuasan
pengunjung kemungkinan tidak selalu menjadi ukuran yang baik dari daya dukung
sosial, karena jumlah pengunjung dapat mencapai titik di mana pengalaman yang
diinginkan tidak lagi disediakan meskipun tidak ada pengurangan nyata dalam
kepuasan pengunjung yang hadir. Kepuasan akan selalu cukup tinggi bagi
pengunjung saat ini ke area rekreasi, meskipun pengalaman mereka mungkin sangat
berbeda dari pengunjung sebelumnya (Watson 1988).
Konsep daya dukung sosial adalah konsep yang semakin penting dalam
literatur pariwisata (Zaidan dan Kovacs 2017). Daya dukung sosial seperti yang
didefinisikan oleh Boniface dan Cooper (2005) adalah ukuran kemampuan
masyarakat tuan rumah untuk mentoleransi pariwisata yang dipengaruhi oleh
perbedaan dalam hal budaya dan kondisi ekonomi antara wisatawan dan penduduk
setempat; masyarakat lokal biasanya menunjukkan toleransi yang lebih besar
terhadap para wisatawan yang lebih dekat dalam penampilan, karakteristik
ekonomi, budaya, dan bahasa (Mathieson dan Wall 1982). Reisinger (1994)
berpendapat, semakin besar jarak antara masyarakat lokal dengan wisatawan akan
semakin terlihat dampak sosial-budaya. Daya dukung sosial bervariasi tergantung
pada sejauh mana tujuan wisata dan populasi tuan rumah mampu menyerap
kedatangan wisatawan baik secara fisik dan psikologis tanpa fasilitas dan layanan
lokal yang luar biasa (Lundberg 1974). Selanjutnya, daya dukung sosial
dipengaruhi oleh kecepatan dan intensitas pengembangan pariwisata, serta
pendekatan yang digunakan. Sebagai contoh, ketika pariwisata secara bertahap
diintegrasikan ke dalam ekonomi yang mapan, dampak sosial-budaya umumnya
tidak terlalu signifikan. Di sisi lain, berbagai dampak sosial-budaya yang tidak
diinginkan tidak dapat dihindari ketika pariwisata menggantikan kegiatan ekonomi
yang mapan dalam periode waktu yang lebih singkat (Wall dan Mathieson 2006).
Pengembangan konsep dan indikator dapat merumuskan batas-batas
kemampuan manusia dan kelompok penduduk untuk menciptakan keserasian sosial
seperti seperti merumuskan daya dukung (Faturochman dan Widaningrum 1993).
Getz (1981) menentukan batasan-batasan daya dukung sosial bagi masyarakat lokal
melalui dua aspek, yaitu aspek sosial budaya dan sosial ekonomi. Indikator
penentuan daya dukung sosial dari aspek toleransi masyarakat diperlukan untuk
menentukan skala karakter toleransi melalui tiga aspek, yaitu aspek kedamaian,
aspek menghargai perbedaan, dan aspek kesadaran (Supriyanto dan Wahyudi
2017). Batasan-batasan penelitian toleransi masyarakat terhadap kegiatan
ekowisata, berdasarkan indikator-indikator daya dukung sosial menurut para ahli
dijelaskan pada Tabel 4.
12
Tabel 4 Indikator-indikator daya dukung sosial
Getz (1981) Faturochman dan
Widaningrum (1993)
Supriyanto dan Wahyudi
(2017)
1. Sosial Budaya
a. Stabilitas populasi
b. Migrasi
c. Standar kehidupan
d. Layanan dan fasilitas
e. Kejenuhan
f. Kelangsungan
komunitas
g. Sikap dan masalah
sosial
h. Kepuasan
i. Tradisi dan bahasa
2. Sosial Ekonomi
a. Penanaman modal
b. Biaya operasional
c. Peluang usaha
d. Efek pada sektor lain
e. Pasokan/
keterampilan tenaga
kerja
f. Inflasi
g. Penawaran dan
permintaan
1. Kondisi Sosial
a. Etnis
b. Agama
c. Pendapatan
d. Pendidikan
2. Lembaga Sosial
a. Adat-istiadat
b. Musyawarah
c. Pengadilan adat
d. Pengadilan formal
ulah manusia
3. Pertumbuhan
Ekonomi
a. Stabilitas
b. Laju inflasi
4. Teknologi
a. Inovasi teknologi
b. Daya serap
teknologi
c. Transfer teknologi
5. Ketersediaan
Prasarana
1. Aspek kedamaian
a. Peduli
b. Ketidaktakutan
c. cinta
2. Aspek menghargai
perbedaan dan individu
a. Saling menghargai satu
sama lain
b. Menghargai perbedaan
orang lain
c. Menghargai diri sendiri
3. Aspek kesadaran
a. Menghargai kebaikan
orang lain
b. Terbuka dan reseptif
c. Kenyamanan dalam
kehidupan
d. Kenyamanan dengan
orang lain
Pariwisata menggambarkan proses sosial dan interaksi sosial yang
dipertemukan oleh unsur-unsur, antara lain: lembaga, kepentingan, individu dan
kelompok dan sebagainya baik secara langsung maupun tidak langsung (Soemanto
RB 2010). Adanya interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan
menimbulkan dampak positif dan negatif dari aspek sosial-budaya maupun sosial-
ekonomi, sehingga diperlukan toleransi antara masyarakat lokal dengan wisatawan
untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan. Toleransi memiliki arti bertahan atau
memikul, menurut Siagian (1995) toleran diartikan dengan saling menerima
walaupun hal tersebut tidak disukai; atau memberi kesempatan kepada orang lain,
walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Namun menurut W. J. S.
Poerwadarminto (1986) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi adalah
sikap/ sifat menenggang berupa menghargai serta memperbolehkan suatu
pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda
dengan pendirian sendiri.
Kualitas Pengalaman Wisatawan
Pengalaman wisata sebagai interaksi antara wisatawan sebagai aktor dan
destinasi wisata sebagai destinasi pengalaman yang disimpan dalam memori jangka
panjang. (Stamboulis dan Skayannis 2003, Larsen 2007). Menurut O'Dell (2007),
pengalaman wisatawan menunjukkan bahwa pengalaman lebih dari sekadar
wisatawan. Industri pariwisata juga merupakan bagian dari generasi, pementasan,
13
dan konsumsi pengalaman melalui manipulasi tempat dan presentasi budaya.
Kualitas pengalaman wisatawan merupakan bagian pariwisata dan memiliki
peranan penting dalam daya saing destinasi wisata, selain itu pengalaman
wisatawan jauh lebih penting dari produk wisata (Mei 2014). Persaingan dalam
pasar pariwisata, harus mampu memberikan pengalaman kepada wisatawan
(Chandralal dan Valenzuela 2013).
Gambar 2 Model pengalaman konseptual pengaruh dan hasil (Clawson dan Knetsch
1966)
Clawson dan Knetsch (1966) menggunakan model lima fase, dengan
menggabungkan pengaruh dan hasil pribadi. Pada gambar 2, pengalaman wisata
adalah semua yang terjadi selama kegiatan wisata (perjalanan ke destinasi wisata,
aktivitas di tempat wisata, dan perjalanan pulang dari destinasi wisata). Fase
antisipatif dan fase ingatan dari pengalaman wisata menunjukkan pengalaman
wisatawan direncanakan dan diantisipasi sebelum perjalanan terjadi dan diingat
lama setelah perjalanan selesai. Fase antisipasi dan ingatan juga mempengaruhi
pengalaman itu sendiri. Hal ini mendasari gagasan bahwa selama perjalanan ke
lokasi, wisatawan masih dalam proses mengembangkan dan menyempurnakan
harapan tujuan, seperti juga perjalanan kembali dapat melibatkan refleksi pada
perjalanan yang baru saja terjadi. Selama pengalaman, tiga kategori pengaruh
disajikan, melibatkan unsur-unsur yang berada di luar individu. Aspek fisik
melibatkan elemen-elemen berbasis tempat, sementara aspek sosial mencakup
berbagai pengaruh sosial pada pengalaman. Pengaruh produk dan layanan mewakili
faktor-faktor seperti kualitas layanan, kegiatan rekreasi yang tersedia, dan jenis
produk terkait wisata yang tersedia.
Faktor pengaruh Faktor perorangan
Perjalanan menuju
lokasi
Aktifitas di lokasi
Perjalanan kembali
Pen
gal
aman
Wis
ataw
an
Antisipasi
Kenangan
Motivasi/ ekspektasi
Kepuasan/
ketidakpuasan
Pengetahuan
Daya ingat
Persepsi
Emosi
Identitas diri
Aspek Fisik
Aspek Sosial
Produk/ pelayanan
14
Kepuasan Wisatawan
Kepuasan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah puas;
merasa senang; hal yang bersifat kesenangan, kelegaan dan sebagainya. Menurut
Arifin dan Rahayu (2012) kepuasaan adalah keadaan yang dirasakan seseorang dari
hasil membandingkan produk atau jasa yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan
merupakan perasaan seseorang setelah membadingkan kinerja/ hasil yang
didapatkannya dengan harapannya, sehingga tingkat kepuasan merupakan fungsi
dari kinerja yang dirasakan dengan harapan (Supranto 2011).
Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-
undang nomor 10 tahun 2009). Menurut Smith dalam Pitana dan Gayatri 2005,
wisatawan adalah orang yang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur dan secara
sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang berbeda.
Menurut Internasional Union Of Official Travel Organisasion (IUOTO),
pengunjung atau wisatawan yaitu setiap orang yang datang kesuatu negara atau
tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan
pekerjaan yang menerima upah, sehingga dapat disimpulkan bahwa wisatawan
adalah orang-orang yang melakukan kegiatan perjalanan dengan tujuan
memperoleh kesenangan, tidak untuk bekerja, menetap, atau pun mencari nafkah.
Dalam konteks pariwisata, Parasuraman et al. (1985) menyatakan bahwa
kepuasan keseluruhan pelanggan atau wisatawan mungkin terkait dengan penilaian
mereka tidak hanya tentang kualitas tetapi juga produk yang disediakan dan harga.
Kepuasan wisatawan adalah perbandingan antara kinerja produk yang dihasilkan
dengan kinerja yang dirasakan oleh wisatawan. Jika berada di bawah harapan,
wisatawan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan wisatawan akan puas, jika
kinerja melebihi harapan, wisatawan sangat puas atau senang. Chon (1989),
melaporkan bahwa kepuasan wisatawan adalah hasil dari hubungan antara harapan
wisatawan tentang suatu obyek wisata berdasarkan citra yang mereka dengar
sebelumnya tentang daerah tujuan wisata serta penelaahannya dari hasil
pengalaman mereka di lokasi wisata. Oliver (1981) menyatakan bahwa kepuasan
wisatawan dapat dilihat sebagai evaluasi pasca pembelian seorang wisatawan
terhadap suatu obyek atau tujuan wisata.
Penentuan kriteria atau indikator pengukuran kepuasan wisatawan pada
kawasan wisata alam telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dengan
menerbitkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8013: 2014 tentang Pengelolaan
Pariwisata Alam. SNI tersebut bertujuan sebagai pedoman bagi pemangku
kepentingan untuk pengelolaan pariwisata alam secara lestari dengan
mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan pariwisata alam sebagaimana dalam
SNI ini adalah kelestarian fungsi ekosistem; kelestarian obyek daya tarik wisata
alam (ODTWA); kelestarian sosial budaya; kepuasan, keselamatan dan
kenyamanan pengunjung; serta bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat
sekitar, pemerintah maupun pengusaha pariwisata alam. Adapun kriteria kepuasan
wisatawan menurut SNI 8013: 2014 adalah terlaksananya pelayanan prima,
terlaksanakannya interpretasi sumberdaya alam yang digunakan sebagai daya tarik
wisata alam, dan terjaminnya keselamatan pengunjung dan sumberdaya/ objek.
15
Persepsi dan Sikap Para Pelaku
Persepsi merupakan proses seseorang mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan suatu
makna tertentu pada lingkungan (Siagian 1995). Persepsi dalam arti yang sempit
adalah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan persepsi
dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt 1997). Persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh proses penginderaan terhadap suatu stimulus yang
kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan oleh individu, sehingga individu
menyadari, mengerti tentang apa yang diindera tersebut. Seseorang memilikli
perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman-pengalaman yang tidak sama yang
menyebakan persepsi orang terhadap stimulus atau objek yang sama dapat
berbeda-beda (Walgito 2002).
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi antara lain: (1) pelaku persepsi,
yaitu bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan
apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik-
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/ kebutuhan
individu, suasana hati, pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan
pengharapan; (2) target yang akan diamati, yaitu berkenaan dengan karakteristik
target yang dapat mempengaruhi hal-hal yang dipersepsikan; (3) Situasi, yaitu
unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi (Robbins
1996).
Selain faktor lingkungan, pariwisata alam juga dipengaruhi persepsi dan juga
perilaku para pelaku pariwisata khususnya wisatawan, ekonomi lokal (penyedia
jasa pariwisata) dan pengelola yang merepresentasikan konsumen dan produsen/
pelaku usaha. Peruntukan kawasan konservasi yang dikelola sebagai obyek wisata,
membutuhkan keterpaduan antara pemanfaatan obyek alam dan perlindungan
ekosistem. Menurut Nugroho (2011), ekowisata merupakan bagian wisata
berkelanjutan yang berarti:
1. Menghargai warisan budaya dan alamnya;
2. Mendukung upaya-upaya konservasi;
3. Tidak menghasilkan dampak negatif;
4. Memberikan keuntungan sosial ekonomi dan menghargai partisipasi penduduk
lokal. Salah satu isu konservasi pada aktivitas ekowisata di kawasan konservasi
adalah kegiatan ekowisata yang cenderung berkarakter wisata massal.
Permsalahan tersebut menjadi penting bagi pengembangan kesadaran publik
tentang upaya-upaya konservasi.
Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan untuk bertindak secara suka
maupun tidak suka. Menurut Mar’at (1984), sikap merupakan kesiapan mental dan
syaraf yang didapat melalui pengalaman dan berpengaruh langsung terhadap
tanggapan individu dari keadaan dimana mereka berhubungan. Sikap merupakan
reaksi terhadap objek maupun situasi yang disertai adanya perasaan dan
menghendaki adanya respon terhadap hal tersebut (Mulyana 2013). Sikap dapat
berimplikasi terhadap tindakan sesuai dengan keadaan seseorang.
Perilaku wisatawan adalah proses dan kegiatan yang terlibat ketika orang
mencari, memilih, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Morissan 2007). Perilaku
16
wisatawan merupakan respon psikologis yang muncul berupa tindakan secara
individu dalam usaha memperoleh dan menggunakan produk (Ali 2008). Faktor -
faktor yang mempengaruhi perilaku wisatawan adalah faktor budaya, faktor sosial,
faktor personal, dan faktor psikologi (Kotler P 2009).
Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT
Analisis SWOT juga dikenal sebagai analisis TOWS yang dikemukakan oleh
manajemen Weihrich di University of San Francisco pada awal tahun 1980-an, dan
merupakan metode yang dapat menganalisis dan mempelajari secara obyektif dan
mempelajari kondisi saat ini. Empat huruf SWOT masing-masing mewakili:
kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman. Secara keseluruhan, SWOT dapat dibagi
menjadi dua bagian: bagian pertama adalah SW, digunakan untuk menganalisis
kondisi internal; bagian kedua adalah PL, digunakan untuk menganalisis kondisi
eksternal. Metode ini dapat mengetahui faktor-faktor yang menguntungkan dan
layak, dan menghindari yang tidak menguntungkan. Analisis ini dapat menemukan
masalah, mencari solusi, dan memperjelas arah pengembangan selanjutnya (Zhang
X 2012).
Menurut Phadermrod et al. (2019) analisis SWOT adalah metode yang umum
digunakan untuk menganalisis dan memosisikan sumber daya dan lingkungan
organisasi di empat wilayah: Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman.
Kekuatan dan Kelemahan adalah faktor internal (terkendali) yang mendukung dan
menghalangi organisasi untuk mencapai misi mereka masing-masing. Sedangkan
Peluang dan Ancaman adalah faktor eksternal (tidak dapat dikendalikan) yang
memungkinkan dan menonaktifkan organisasi dari menyelesaikan misi mereka.
Dengan mengidentifikasi faktor-faktor di empat bidang ini, organisasi dapat
mengenali kompetensi intinya untuk pengambilan keputusan, perencanaan, dan
strategi pembangunan.
Analisis SWOT adalah salah satu dari banyak alat yang dapat digunakan
dalam proses perencanaan strategis organisasi. Alat lain yang biasanya digunakan
untuk analisis strategi adalah analisis PEST, analisis Five Forces, dan 3C
(Company–Customer–Competitor). Mengenai survei yang dilakukan oleh Yayasan
Intelijen Kompetitif (Fehringer, Hohhof, dan Johnson, 2006) yang menerima
tanggapan dari 520 profesional cerdas yang kompetitif, SWOT adalah alat analitik
kedua yang paling sering digunakan dengan 82,6% responden. Itu peringkat setelah
analisis pesaing dengan 83,2% responden. Selain itu, survei berdasarkan jawaban
yang diberikan oleh Chief Executive Officer dari berbagai organisasi di Inggris
menunjukkan bahwa analisis SWOT adalah alat strategis yang paling banyak
diterapkan oleh organisasi di Inggris (Gunn dan Williams 2007). Sebuah survei
tentang metode analitis yang digunakan oleh perusahaan di Afrika Selatan untuk
pemindaian lingkungan juga menunjukkan bahwa analisis SWOT adalah alat
analitik yang paling sering digunakan dengan 87% responden diikuti oleh analisis
pesaing dengan 85% responden (du Toit, 2016).
Keuntungan utama dari analisis SWOT adalah kesederhanaannya telah
menghasilkan penggunaan berkelanjutan baik di perusahaan-perusahaan terkemuka
dan komunitas akademis (Ghazinoory et al. 2011) sejak dikembangkan pada 1960-
an. Terlepas dari kelebihannya, ada kekurangan dalam pendekatan SWOT
17
tradisional karena menghasilkan daftar faktor yang dangkal dan tidak tepat,
bergantung pada persepsi subjektif dan tidak memiliki prioritas faktor mengenai
pentingnya setiap faktor SWOT.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian tepatnya di Desa Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa,
Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan selama 5
bulan dari bulan Agustus-Desember 2019 dengan melalui 4 tahap, yaitu: 1)
Pengumpulan data dan informasi dari literatur terkait, 2) Survey lapangan dan
pengumpulan data lapangan, 3) Pengolahan data, 4) Penulisan tesis.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: peta kawasan
Taman Nasional Karimunjawa, data demografi Kecamatan Karimunjawa,
instrumen kuesioner, digital voice recorder, kamera digital dan peralatan lainnya
yang mendukung pengambilan data di lapangan. Untuk pengolahan data
menggunakan perangkat komputer dengan program microsoft word, microsoft
excel, dan SPSS versi 23.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan seluruh data
hasil pengamatan di lapangan (kuesioner dan wawancara), dan Focus Group
Discussion (FGD) dengan stakeholder terkait. Pengumpulan data terkait kondisi
sosial budaya masyarakat di Karimunjawa selain menggunakan kuesioner, juga
menggunakan metode FGD, dengan stakeholder dari pemerintah, masyarakat
(penyedia jasa dan bukan penyedia jasa), dan lembaga/ kelompok masyarakat yang
membidangi ekowisata di Karimunjawa. FGD tersebut dilakukan dengan
mengklasterkan stakeholder-stakeholder tersebut sesuai dengan kepentingannya.
Pengelompokan stakeholder masyarakat hanya pada kepala keluarga (bukan
individu), tetapi untuk pelaku usaha pada setiap individu. Data sekunder meliputi
data administrasi desa, sebaran jumlah penduduk dan pengunjung, dan studi
literatur.
Jumlah Sampel
Pengambilan sampel wisatawan pada penelitian ini menggunakan cara
acidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan, responden
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti sehingga dapat dijadikan sampel
bila dipandang cocok sebagai sumber data (Sugiyono 2015). Pemilihan responden
sebagai sampel penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian.
18
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Jepara pada tahun 2018 terdapat
kunjungan sebanyak 137,835 wisatawan. Data tersebut tidak dapat dijadikan acuan
sebagai jumlah populasi tetap, karena data tersebut berdasarkan manifest
penumpang kapal penyebrangan. Pada penyeberangan tersebut penumpang dapat
dikategorikan sebagai masyarakat, wisatawan, peneliti, tugas kedinasan, dan
lainnya. Menurut Cooper dan Emory (1996), sampel sejumlah 100 responden dari
populasi sejumlah 5000, memiliki ketepatan estimasi yang sama dengan populasi
sejumlah 200 juta. Sehingga besaran sampel pada penelitian ini sejumlah 200
responden untuk wisatawan dan 140 sampel untuk masyarakat (70 masyarakat
penyedia jasa wisata dan 70 masyarakat bukan penyedia jasa wisata). Masyarakat
penyedia jasa wisata merupakan masyarakat yang menjual jasa-jasanya seperti
penyewaan akomodasi, penyewaan perahu, penjual dan pengrajin souvenir, dan
pramuwisata.
Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data pada penelitian ini dilakukan sebanyak 4 tahapan
penelitian. Setiap tahapan penelitian menggunakan teknik analisis sebagaimana
tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Matriks tahapan pencapaian tujuan penelitian
No. Tahapan
Penelitian
Data yang
digunakan
Sumber
data
Teknik
Analisis Keluaran
1 Mengukur
pengaruh
perilaku
wisatawan
terhadap
perubahan sikap
masyarakat
Karimunjawa
Data
primer
dari
kuesioner
dan data
sekunder
Kuesioner
lapangan
Regresi
linier
sederhana,
deskriptif
kuantitatif
Besaran
pengaruh
perilaku
wisatawan
terhadap
perubahan
sikap
masyarakat
2 Menganalisis
daya dukung
sosial dari
parameter
kepuasan
wisatawan
Parameter
kualitas
pelayanan
Kuesioner
lapangan,
studi
literatur
Importance
Performance
Analysis
(IPA), dan
Indeks
Kepuasan
Pelanggan
(IKP)
Tingkat
kepuasan
wisatawan
3 Menganalisis
daya dukung
sosial dari
parameter
toleransi
masyarakat
Keluaran
tahapan
ke 1
Kuesioner
lapangan,
Focus
Group
Discussion,
studi
literatur
Deskriptif
kualitatif
Tingkat
toleransi dan
ekonomi
masyarakat
19
Lanjutan Tabel 5
No. Tahapan
Penelitian
Data yang
digunakan
Sumber
data
Teknik
Analisis Keluaran
4 Menyusun
strategi
pengelolaan
ekowisata dilihat
dari kondisi
daya dukung
sosial di Taman
Nasional
Karimunjawa
Keluaran
tahapan
ke 2 dan 3
Studi
literatur,
wawancara
Deskriptif
kualitatif,
SWOT
Strategi
pengelolaan
ekowisata
Taman
Nasional
Karimunjawa
Metode Analisis Data
Pengaruh Perilaku Wisatawan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat
Pengukuran pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap
masyarakat karimunjawa menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan
regresi sederhana dari variabel-variabel yang ditentukan. Penghitungan skoring
setiap instrumen pertanyaan menggunakan skala likert. Variabel-variabel tersebut
dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas untuk mengukur ketepatan dan
konsistensi suatu alat ukur dalam melakukan pengukuran (Tangkere, Sondak 2017).
Tabel 6 Skala likert
Keterangan Skor
Sangat setuju 4
Setuju 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
Sumber: Sugiyono (2013)
Tabel 7 Matriks variabel dependent dan independent
Variabel Indikator
Variabel dependent
sikap masyarakat
1. Sosial ekonomi
2. Sosial budaya
3. Lingkungan
Variabel independent
Perilaku wisatawan
1. Cara berbicara
2. Cara berpakaian
3. Kemanan dan ketertiban
4. Adat dan budaya
5. Ekonomi
6. Lingkungan
20
1) Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji validitas bertujuan untuk menentukan valid atau tidak valid alat ukur
dengan menggunakan rumus pearson:
𝒓𝒙𝒚 =𝑵 ∑ 𝑿𝒀− (∑ 𝑿)(∑ 𝒀)
√{𝑵 ∑ 𝑿𝟐−(∑ 𝑿)𝟐} {𝑵 ∑ 𝒀𝟐−(∑ 𝒀)𝟐}
................................................................ (1)
Keterangan:
rxy = r hitung
∑xy = jumlah hasil kali skor x dan y
∑x = jumlah skor x
∑y = jumlah skor y
∑x2 = jumlah kuadrat skor x
∑y2 = jumlah kuadrat skor y
N = jumlah sampel
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana alat ukur yang
digunakan dapat dipercaya dan diandalkan (Sudjana 2005), dengan
menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Dasar pengambilan keputusan dalam
uji reliabilitas adalah jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar “>” dari 0.6, maka
kuesioner atau alat uji tersebut dinyatakan reliabel (Sujarweni 2014).
𝒓𝟏𝟏 = [𝒏
𝒏−𝟏] [𝟏 −
∑ 𝝈𝒕𝟐
𝝈𝒕𝟐 ] ................................................................................... (2)
Keterangan:
r11 = reliabilitas yang dicari
n = jumlah item pertanyaan yang diuji
∑ 𝝈𝒕𝟐 = jumlah skor varians tiap-tiap item
𝝈𝒕𝟐 = varians total
Hasil perhitungan uji reliabilitas seluruh item pertanyaan diintepretasikan
menurut Riduwan (2009) sebagai berikut:
Tabel 8 Kriteria reliabilitas suatu penelitian
Interval Koefisien Reliabilitas Tingkat Hubungan
0.800 – 1.000 Sangat reliabel
0.600 – 0.799 Reliabel
0.400 – 0.599 Cukup reliabel
0.200 – 0.399 Kurang reliabel
0.000 – 0.199 Tidak reliabel
Sumber: Riduwan (2009)
2) Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data pada masing-
masing variabel yang akan digunakan dalam penelitian terdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan pengujian
kolmogorov-smirnov dengan asumsi menurut Sugiyono (2013) adalah:
21
a) Data berdistribusi normal, jika nilai sig (signifikasi) >0.05;
b) Data tidak berdistribusi normal, jika nillai sig (signifikasi) <0.05.
b. Uji Linieritas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui hubungan yang linear secara
signifikan antar variabel. Korelasi yang baik seharusnya terdapat hubungan
linear antara variabel. Uji ini menggunakan cara compare means yang akan
menghasilkan tabel ANOVA dengan pengambilan keputusan:
a) Jika nilai deviation from linearity sig. >0.05, maka ada hubungan linear
secara signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent;
b) Jika nilai deviation from linearity sig. <0.05, maka tidak ada hubungan
linear secara signifikan antara variabel independent dengan variabel
dependent;
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari nilai residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi seharusnya tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas Cara mengujinya dengan menggunakan uji Glejser, yaitu
meregresikan variabel independent terhadap nilai absolute residual. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas adalah jika nilai
sig>0.05, maka tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Jika terjadi gejala
heteroskedastisitas, penyelesainnya dengan mentransformasikan persamaan
regresi linear menjadi regresi logistik (Manuri et al. 2016 dalam Rahadian
2019).
3) Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi adalah suatu metode statistik yang mengamati hubungan
antara variabel terikat Y dan serangkaian variabel bebas X1,…,Xp, yang
bertujuan untuk memprediksi nilai Y untuk nilai X yang diberikan dan regresi
linier sederhana adalah model regresi yang hanya memiliki satu variabel bebas
X (Hijriani et al. 2016). Analisis regresi memiliki beberapa kegunaan, salah
satunya untuk melakukan prediksi terhadap variabel terikat Y (Smadi et al.
2012). Persamaan untuk model regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:
𝒀 = 𝒂 + 𝒃𝑿 ................................................................................................... (3)
Keterangan :
Y = Variabel akibat (dependent)
X = Variabel penyebab (independent)
a = konstanta
b = koefisien regresi
4) Uji t (ANOVA)
Uji t digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil
yang menyatakan bahwa ada atau tidaknya pengaruh parsial yang diberikan
variabel (Sudjiono 2010, Rahadian 2019). Setelah melakukan analisis faktor
terhadap masing-masing variabel, akan menghasilkan uji t dan tingkat
signifikansi menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). ANOVA
merupakan metode untuk menguji hubungan antara variabel independent dengan
varibel dependent (Latan dan Temalagi 2013).
Hipotesis penelitian ini adalah:
22
H0 : = 0 (tidak ada pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap
masyarakat Karimunjawa)
H1 : ≠ 0 (ada pengaruh perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap
masyarakat Karimunjawa)
5) Uji Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2)
Uji koefisien korelasi merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya hubungan antara variabel independent dan variabel dependent.
Besaran nilai koefisien korelasi dikatakan baik jika mendekati nilai -1 sampai
dengan 1, namun jika nilai koefisien korelasi 0 atau mendekati 0 maka hubungan
antar variabel lemah atau tidak ada hubungan. Uji koefisien korelasi
menggunakan pearson, dengan pengambilan keputusan jika nilai sig<0.05 maka
terdapat korelasi antara variabel independent dan variabel dependent dan jika
nilai sig>0.05 maka tidak terdapat korelasi antara variabel independent dan
variabel dependent. Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui
besaran pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Nilai
koefisien determinasi didapat dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi dengan
rentang nilai 0 sampai dengan 1, jika R2 bernilai (-) negatif maka tidak terdapat
pengaruh antar variabel. Pedoman intepretasi menurut Sugiyono (2013)
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Pedoman intepretasi koefisien korelasi dan determinasi
Interval koefisien Tingkat hubungan/ pengaruh
0.00 – 0.199 Sangat lemah
0.20 – 0.399 Lemah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2013)
Daya Dukung Sosial Taman Nasional Karimunjawa
Daya dukung sosial adalah ukuran kemampuan masyarakat tuan rumah untuk
mentoleransi pariwisata yang dipengaruhi oleh perbedaan dalam hal budaya dan
kondisi ekonomi antara wisatawan dan penduduk setempat (Boniface dan Cooper
2005). Konsep daya dukung sosial merupakan tingkat kenyamanan dan apresiasi
pengguna suatu sumberdaya atau ekosistem terhadap suatu kawasan area akibat adanya
pengguna lain dalam waktu bersamaan dengan memperhatikan pengembangan
kawasan menimbulkan konflik dengan penggunaan lainnya (Kurnia 2005). Pengukuran
daya dukung sosial melihat 2 aspek, yaitu tingkat kepuasan wisatawan dan tingkat
toleransi masyarakat setempat.
1) Analisis Tingkat Kepuasan Wisatawan
Analisis tingkat kepuasan wisatawan dalam penelitian ini menggunakan
Importance Performance Analysis (IPA) dari aspek wisatawan. Penghitungan
tingkat kepentingan kinerja menggunakan IPA digunakan untuk memetakan
hubungan antara kepentingan dengan kepuasan/ kinerja dari masing-masing
atribut agar dapat menganalisis tingkat kepuasan responden secara keseluruhan
(Martilla, James 1977) dan telah diterima secara umum dan dipergunakan pada
berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil
23
analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja (Martinez 2003).
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dilakukan uji validitas serta uji
reliabilitas. Skoring setiap atribut pertanyaan menggunakan skala Likert 1
sampai 4.
Tabel 10 Skoring tingkat kinerja/ kepuasan dan kepentingan
Kinerja/ kepuasan Kepentingan Skor
Sangat tidak puas Sangat tidak penting 1
Tidak puas Tidak penting 2
Puas Penting 3
Sangat puas Sangat penting 4
Sumber: Sugiyono (2013)
Tahapan-tahapan analisis IPA adalah sebagai berikut:
a) Menghitung nilai rata-rata tingkat kinerja dan tingkat kepentingan
Nilai rata-rata ini merupakan titik tengah untuk membagi kuadaran pada
grafik IPA.
𝑿𝒊 =∑ 𝑿𝒌
𝒊=𝟏
𝒏 ................................................................................................ (4)
dan
𝒀𝒊 =∑ 𝒀𝒌
𝒊=𝟏
𝒏 ............................................................................................... (5)
Keterangan:
Xi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepuasan atribut ke-i
Yi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
n : jumlah responden
b) Mengukur tingkat kesesuaian
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/ kepuasan
(performance) dengan skor kepentingan (importance) yang akan menentukan
urutan prioritas peningkatan kinerja setiap atribut. Semakin tingggi
presentase tingkat kesesuaian maka semakin tinggi pula kepuasan pada
atribut tersebut.
𝑻𝒌𝒊 = 𝑿𝒊
𝒀𝒊 𝒙 𝟏𝟎𝟎% .................................................................................... (6)
Keterangan:
Tki : Tingkat kesesuaian atribut ke-i
Xi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepuasan atribut ke-i
Yi : bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan atribut ke-i
c) Menggambarkan kuadran IPA (diagram kartesius) dengan nilai tingkat
kinerja sebagai sumbu X (horizontal) dan nilai tingkat kepentingan sebagai
sumbu Y (vertikal). Pembagian kuadran dapat dilakukan dengan menetapkan
titik tolak (X, Y) yang dilalui dua garis berpotongan tegak lurus. Kuadran 1
(pertahankan prestasi) menunjukkan bahwa atribut dianggap penting dan
memiliki nilai kepuasan yang tinggi. Kuadran 2 (prioritas utama) memuat
atribut yang dianggap penting namun dengan nilai kepuasan di bawah
harapan wisatawan. Kuadran 3 (prioritas rendah) memuat atribut yang
dianggap kurang penting dan tidak menjadi prioritas. Kuadran 4 (berlebihan)
24
memuat faktor-faktor yang dianggap tidak terlalu penting dan tidak terlalu
diharapkan, sehingga lebih baik mengalihkan pada faktor lain yang lebih
memiliki tingkat prioritas lebih tinggi.
Gambar 3 Kuadran Importance Performance Analysis (IPA)
Tingkat kepuasan wisatawan dianalisis dari IPA dan indeks kepuasan
pelanggan (IKP). Kualitas jasa (quality service) adalah ukuran seberapa bagus
tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan,
dengan tingkat pelayanan yang diberikan secara maksimal akan memberikan
kepuasan konsumen (Wijaya 2010). Lima dimensi kualitas jasa (variabel)
kepuasan pengunjung meliputi: bukti langsung (tangible), keandalan
(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan empati
(emphaty), selengkapnya tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11 Indikator/ atribut kepuasan pengunjung berdasarkan dimensi service
quality
No. Indikator/ atribut
Bukti langsung (tangible)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
a. Ketersediaan transportasi lokal
b. Ketersediaan informasi wisata
c. Ketersediaan akomodasi
d. Ketersedian tempat makan
e. Kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata
f. Peran serta lembaga swadaya masyarakat
g. Kebersihan lingkungan
Keandalan (reliability)
8.
9.
10.
a. Ketepatan waktu pelayanan
b. Keterampilan penyedia jasa
c. Kesesuaian pelayanan dengan yang dijanjikan
Daya tanggap (responsiveness)
11.
12.
13.
a. Penyampaian informasi dengan jelas
b. Kecepatan dalam melayani wisatawan
c. Kesediaan dalam membantu wisatawan
Jaminan (assurance)
14.
15.
16.
a. Jaminan keamanan
b. Jaminan ketertiban
c. Jaminan keterjangkauan harga
25
Lanjutan Tabel 11
No. Indikator/ atribut
Empati (emphaty)
17.
18.
19.
20.
a. Kemampuan berkomunikasi dengan baik
b. Keramahan dan kesopanan dalam melayani
c. Melayani wisatawan dengan penuh perhatian dan tanggung jawab
d. Mampu memahami kebutuhan wisatawan
Sumber: Wijaya (2010)
IKP menurut Rangkuti (2002) merupakan pengukuran terhadap indeks
kepuasan palanggan, indeks ini diperlukan karena hasil dari pengukuran tersebut
dapat digunakan untuk menentukan sasaran sasaran ditahun tahun mendatang.
Menurut Supranto (2006) Indeks Kepuasan Pelanggan/ pengunjung merupakan
hasil perbandingan antara skor kinerja/ pelaksanaan dengan skor kepentingan/
kepuasan. Penghitungan IKP menggunakan rumus (Bhote 1996):
𝑰𝑲𝑷 =𝑻
𝟒 𝒙 𝒀𝒙 𝟏𝟎𝟎 .......................................................................................... (7)
Keterangan:
T : skor total perkalian rata-rata kepuasan (X) dan rata-rata Y
Y : skor total rata-rata kepentingan (Y)
4 : nilai maksimum pada skala kuesioner
Dari perhitungan menggunakan rumus diatas dapat diketahui puas atau
tidaknya konsumen, dengan mengacu dari Riduwan (2009) sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Pengunjung 80% -100% berarti pengunjung sangat puas
2. Indeks Kepuasan Pengunjung 60% - 79.99% berarti pengunjung puas
3. Indeks Kepuasan Pengunjung 40% - 59.99% berarti pengunjung cukup puas
4. Indeks Kepuasan Pengunjung 20% - 39.99% berarti pengunjung tidak puas
5. Indeks Kepuasan Pengunjung 0% - 19.99% berarti pengunjung sangat tidak
puas
2) Analisis Tingkat Toleransi Penerimaan Oleh Masyarakat
Pada penelitian ini untuk menganalisis tingkat toleransi masyarakat
terhadap kegiatan ekowisata, menggunakan deskriptif kualitatif dari hasil Focus
Group Discussion (FGD). Sugiyono (2015) mengemukakan penelitian deskriptif
kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan
triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Kirk dan Miller
(dalam Moleong 2002) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai cara untuk
melakukan pengamatan langsung pada individu dan berhubungan dengan orang-
orang tersebut untuk mendapatkan data yang digalinya. Pelaksanaan FGD
dilakukan dengan mengklasterkan stakeholder-stakeholder terkait dengan
pengelolaan ekowisata di Karimunjawa yaitu Klaster kebijakan pengelolaan
ekowisata, Klaster konservasi lingkungan, Klaster sosial-budaya masyarakat,
dan Klaster pengusahaan ekowisata.
Analisis tingkat toleransi masyarakat terhadap kegiatan ekowisata diukur
menggunakan beberapa aspek (Lucyanti 2013), diantaranya:
1. Hubungan antara masyarakat dengan pengunjung.
26
2. Tingkat penerimaan masyarakat terhadap kehadiran pengunjung.
3. Pengaruh gaya hidup pengunjung pada masyarakat.
4. Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata.
5. Tingkat persetujuan dukungan masyarakat terhadap keberadaan dan
pengelolaan ekowisata.
6. Tingkat partisipasi budaya terhadap kegiatan ekowisata.
Analisis Strategi Pengelolaan Ekowisata Menggunakan Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan langkah untuk menentukan alternatif-alternatif
strategi yang dapat diambil dalam pengelolaan ekowisata Taman Nasional
Karimunjawa. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Rangkuti 2000).
Analisis SWOT dikerjakan dengan mengidentifikasi setiap kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dimiliki Taman Nasional Karimunjawa. Tahap ini
dilakukan dengan membuat matrik SWOT seperti Tabel 12. Matrik SWOT adalah
pencocokan kondisi internal dan eksternal Taman Nasional Karimunjawa. Faktor-
faktor eksternal dan internal didapatkan dari hasil analisis daya dukung sosial dan
FGD. Berdasarkan matrik SWOT dapat diperoleh empat strategi pengelolaan,
diantaranya strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.
Tabel 12 Matriks SWOT
Faktor
Internal
Faktor Eksternal
kekuatan (strengths) kelemahan (weakness)
peluang (opportunities) Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang
ancaman (threats) Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti (2000)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kondisional
Kondisi Ekologi Taman Nasional Karimunjawa
Kegiatan ekowisata yang sangat berkembang di TNKJ adalah ekowisata
bahari, karena TNKJ memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi pada terumbu
karang dan ikan karang. Berdasarkan data statistik Balai Taman Nasional
Karimunjawa pada tahun 2018 terdapat 76 genus terumbu karang dari 18 famili,
27
karang keras/ anthozoa sebanyak 178 jenis, karang lunak sebanyak 23 jenis, dan
porifera/ sponge sebanyak 35 jenis. Persentase tutupan karang keras, karang lunak
dan komponen abiotik lainnya menunjukkan sebaran terumbu karang yang hidup di
kawasan tersebut. Tutupan terumbu karang di TNKJ disajikan pada Tabel 13
berikut.
Tabel 13 Persentase tutupan karang dan komponen abiotik di perairan TNKJ
Lokasi
Pengamatan Zonasi
Karang
Keras (%)
Karang
Lunak (%)
Abiotik
(%)
Lainnya
(%)
Nirwana Tradisional
perikanan
35.45 1.20 62.70 0.65
Pulau Batu Tradisional
perikanan
58.35 0.40 41.25 0
Geleang Perlindungan
bahari
38.60 2.15 59.25 0
Taka Malang Inti 65.65 0.50 33.85 0
Tanjung Bomang Inti 40.45 3.35 55.30 0.90
Rata-rata 44.70 1.52 50.47 0.31
Sumber: Yuliana (2016)
Kondisi terumbu karang di perairan TNKJ termasuk dalam kondisi sedang,
menunjukkan bahwa tutupan karang di area tersebut belum mencapai kondisi baik
(Aldyza et al. 2015). Kondisi tersebut berpengaruh terhadap habitat bagi ikan
karang, yang diharapkan tutupan karang semakin meningkat. Terdapat 430 jenis
ikan yang terdata oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa pada tahun 2018.
Sumber daya fauna lainnya yang terdapat di TNKJ adalah mamalia sebanyak 7
jenis, dengan 1 jenis fauna endemik (monyet ekor panjang karimunjawa) dan 3 jenis
dilindungi (rusa jawa, trenggiling dan lumba-lumba hidung botol). Fauna reptilia
sebanyak 21 jenis dengan 3 jenis dilindungi (penyu hijau, penyu sisik dan penyu
lekang). Burung sebanyak 138 jenis (34 dilindungi, 4 endemis Indonesia dan 37
burung migran). Hutan di TNKJ terutama di Pulau Karimunjawa dan Pulau
Kemujan merupakan hutan hujan tropis dataran rendah seluas 1,285.5 ha (Nababan
et al. 2010) dengan jumlah flora sebanyak 103 jenis dari 53 suku/ famili, 32 jenis
jamur, 9 jenis lumut, 31 jenis tanaman hias, dan 27 jenis tanaman obat. TNKJ juga
memiliki hutan mangrove dengan 25 jenis mangrove sejati dan 17 jenis mangrove
ikutan, serta hutan pantai/ vegetasi pantai sebanyak 104 jenis dan 9 jenis padang
lamun. Sumber daya air masyarakat Karimunjawa khususnya di Pulau
Karimunjawa dan Pulau Kemujan menggunakan aliran air permukaan, karena tidak
memiliki cekungan air tanah (CAT) (Winata et al. 2017). Terdapat 13 titik mata air
di Pulau Karimunjawa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan lokasinya
berada di tiga zona kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
Kondisi Geografi Taman Nasional Karimunjawa
Taman Nasional Karimunjawa, secara geografis terletak pada koordinat
5°40’39”- 5°55’00” LS dan 110°05’ 57”-110°31’ 15” BT. Dalam Surat Keputusan
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999
dinyatakan bahwa kawasan Cagar Alam Karimunjawa dan sekitarnya yang terletak
28
di Kabupaten Dati II Jepara Propinsi Dati I Jawa Tengah ditetapkan menjadi Taman
Nasional dengan nama Taman Nasional Karimunjawa dengan luasan kawasan
adalah 111,625 hektar. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No.
SK 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa, saat ini
terdapat 9 (sembilan) zona dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Zonasi
Taman Nasional Karimunjawa selengkapnya tersaji dalam Tabel 14.
Pada umumnya kegiatan ekowisata dilakukan pada zona pemanfaatan wisata
bahari, zona pemanfaatan darat dan zona religi, budaya dan sejarah. Zona
pemanfaatan wisata bahari meliputi perairan Pulau Menjangan Besar, perairan
Pulau Menjangan Kecil, perairan Pulau Menyawakan, perairan Pulau Kembar,
perairan Pulau Tengah, perairan sebelah timur Pulau Kumbang, perairan Pulau
Bengkoang bagian selatan, Indonor dan perairan Pulau Cemara Besar bagian utara,
perairan Tanjung Gelam, Perairan Pulau Cemara Kecil bagian utara, perairan Pulau
Katang, perairan Krakal Besar bagian selatan, perairan Krakal Kecil, perairan Pulau
Cilik. Zona pemanfaatan darat meliputi wilayah Pulau Menjangan Kecil, Pulau
Cemara Besar, areal Legon Lele, areal trekking mangrove, areal Nyamplung Ragas.
Zona religi, budaya dan sejarah meliputi wilayah areal Makam Sunan
Nyamplungan di Pulau Karimunjawa.
Tabel 14 Zonasi kawasan Taman Nasional Karimunjawa tahun 2012
No Zonasi Luas (Ha)
1. Zona Inti 444.629
2. Zona Rimba 1,451.767
3. Zona Perlindungan Bahari 2,599.770
4. Zona Pemanfaatan Darat 55.933
5. Zona Pemanfaatan Wisata Bahari 2,733.735
6. Zona Budidaya Bahari 1,370.729
7. Zona Religi, Budaya dan Sejarah 0.859
8. Zona Rehabilitasi 68.329
9. Zona Tradisional Perikanan 102,899.249
Total Luas Kawasan 111,625.000
Sumber: Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa Tahun 2019
Wisatawan melakukan kegiatan wisata di lokasi yang telah ditentukan oleh
Balai Taman Nasional Karimunjawa. Meskipun banyak lokasi wisata yang telah
ditetapkan, penyedia jasa wisata hanya memanfaatkan beberapa lokasi untuk
kegiatan wisata bahari dengan alasan untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti
di perairan Pulau Menjangan Kecil, Pulau Menjangan Besar, Pulau Cemara Kecil,
Pulau Cemara Besar, Gosong Cemara, Pulau Cilik, Pulau Tengah, Pantai Tanjung.
Kondisi Sosial di Kecamatan Karimunjawa
Keunikan dari penduduk Kepulauan Karimunjawa adalah keberagaman etnis/
suku yang mendiami Kepulauan Karimunjawa yang berasal dari suku Jawa,
Madura, Bajo, Bugis, Muna, Luwu, Buton dan Mandar. Interaksi antar suku yang
tinggal di Karimunjawa cukup baik dan telah terjadi perkawinan silang antar suku
juga merupakan perpaduan budaya. Penduduk telah tinggal di kepulauan ini jauh
sebelum ditetapkan sebagai Taman Nasional. Jumlah penduduk Kecamatan
29
Karimunjawa pada tahun 2017 sebanyak 9,514 jiwa yang terdiri dari 2,945 kepala
keluarga (BPS Kab. Jepara 2018).
Pemerintah Kecamatan Karimunjawa menjadikan empat pulau besar di
Karimunjawa sebagai tempat tinggal dengan Pulau Karimunjawa menjadi pulau
yang paling banyak dihuni. Hal ini dipengaruhi karena Pulau Karimunjawa
memiliki luas daratan yang paling luas dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya
dan sebagai pusat pemerintahan, pusat perekonomian, dan telah tersedianya
fasilitas listrik dari PLN selama 24 jam dibandingkan dengan Pulau Parang dan
Pulau Nyamuk yang masih mengandalkan/ menggunakan pembangkit tenaga listrik
sendiri. Selengkapnya jumlah penduduk, kepala keluarga, angkatan kerja, dan
tingkat pendidikan disetiap desa dijelaskan pada Tabel 15.
Tabel 15 Kondisi jumlah penduduk di Kecamatan Karimunjawa berdasarkan jenis
kelamin, kepala keluarga, angkatan kerja dan tingkat pendidikan tahun
2017
Kondisi Sosial
Desa Jumlah
(orang) Karimunjawa
(orang)
Kemujan
(orang)
Parang
(orang)
Nyamuk
(orang)
1. Jumlah Penduduk
- Laki-laki 2,420 1,501 567 307 4,795
- Perempuan 2,390 1,484 572 273 4,719
2. Kepala Keluarga 1,502 764 453 226 2,945
3. Angkatan Kerja
- Laki-laki 1,800 1,115 414 221 3,550
- Perempuan 1,817 1,112 426 205 3,560
4. Tingkat Pendidikan - Belum/ tidak pernah
sekolah 422 320 195 22 959
- Belum/ tidak tamat SD 1,425 820 435 53 2,733
- Sekolah Dasar 1,262 969 454 58 2,743
- SLTP 450 242 79 58 829
- SLTA 246 130 52 26 454
- Akademi 11 5 3 0 19
- Perguruan tinggi 56 34 18 12 120
Sumber: BPS Kab. Jepara 2018
Jumlah penduduk anak-anak atau usia sekolah di Kecamatan Karimunjawa
sejumlah 2.404 jiwa, sehingga membutuhkan sarana sekolah dan tenaga pengajar
yang mencukupi. Karena keterbatasan sarana pendidikan di Karimunjawa, maka
untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas beberapa penduduk melanjutkan
pendidikan ke Ibukota Kabupaten Jepara. SMK yang berada di Karimunjawa adalah
SMK yang mengkhususkan keahlian dalam pengorganisasian dan pemanfaatan
hasil laut di Karimunjawa. Data jumlah sekolah, tenaga pengajar, dan peserta didik
disajikan pada Tabel 16.
30
Tabel 16 Jumlah sekolah, tenaga pengajar dan peserta didik Kecamatan
Karimunjawa tahun 2017
Jenis
Sekolah
Karimunjawa Kemujan Parang Nyamuk
Sekolah
(unit)
Peserta
didik
(orang)
Sekolah
(unit)
Peserta
didik
(orang)
Sekolah
(unit)
Peserta
didik
(orang)
Sekolah
(unit)
Peserta
didik
(orang)
TPQ 6 418 6 312 1 94 1 56
PAUD 2 87 1 46 0 0 0 0
TK 2 94 4 92 1 43 1 40
SD 7 517 4 337 2 115 1 72
SLTP/ MTs 1 166 1 118 1 58 0 0
SMK/ MAN 1 174 1 90 0 0 0 0
Sumber: BPS Kab. Jepara 2018
Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Karimunjawa masih sedikit
hanya terdapat 1 (satu) unit Puskesmas dan 2 (dua) unit puskesmas pembantu di
Desa Kemujan dan Desa Parang dengan tenaga medis yang masih sedikit (2 orang
dokter, 9 paramedis, 4 bidan) dan 1 unit apotek. Sarana telekomunikasi jaringan
internet menggunakan kabel fiber optic yang terdapat di Karimunjawa difasilitasi
oleh PT. Telkom Indonesia, untuk operator telepon seluler telah dibangun menara
pemancar yang dibangun sejak tahun 2005, sehingga memudahkan masyarakat dan
wisatawan untuk melakukan komunikasi menggunakan gawai.
Kondisi Budaya di Kecamatan Karimunjawa
Masyarakat Karimunjawa menghargai adanya sejarah terbentuknya
Karimunjawa. Hal ini terbukti dengan masih adanya cerita turun-temurun mengenai
asal-usul Karimunjawa dan adanya makam Syeh Amir Hasan yang dikenal dengan
Sunan Nyamplungan yang dipercaya sebagai perintis Karimunjawa. Berawal dari
Sunan Muria yang melihat sebuah pulau di utara jawa dari puncak Gunung Muria
yang terlihat “kremun-kremun” atau dalam kata lain samar sehingga dinamakanlah
Karimun, Sunan Muria kemudian mengutus putranya yang bernama Amir Hasan
untuk pergi ke Pulau Karimun dengan dibekali biji pohon dewadaru. Makam Sunan
Nyamplungan merupakan objek wisata sejarah dan wisata religi yang hingga
sekarang masih dikunjungi oleh wisatawan untuk berziarah.
Kondisi Ekonomi di Kecamatan Karimunjawa
Jenis pekerjaan penduduk Karimunjawa sangat beragam, namun dengan
kondisi alam berupa kepulauan dan perbukitan, maka dominasi jenis pekerjaan
penduduk di Kecamatan Karimunjawa adalah nelayan (nelayan laut lepas dan
budidaya) dan petani. Mata pencaharian lain yang ditekuni oleh penduduk
Karimunjawa adalah petani, PNS dan TNI, Pedagang, pengrajin, dan sebagainya.
Masyarakat Karimunjawa tidak hanya memiliki satu matapencaharian, namun
memiliki matapencaharian. Kondisi ini menyesuaikan dengan keadaan musim yang
sedang berlangsung di Karimunjawa. Selengkapnya tersaji pada Tabel 17.
Banyaknya penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan di
Kecamatan Karimunjawa, sebanding dengan banyaknya jumlah kapal/ perahu
sejumlah 682 unit kapal motor, 125 unit kapal motor tempel, dan 3 unit perahu
31
tanpa motor berukuran sedang (BPS Kab. Jepara 2017). Pada saat musim liburan
dan atau tangkapan ikan menurun, para nelayan memanfaatkan momentum untuk
menyewakan perahu/ kapal mereka sebagai alat transportasi wisata bagi wisatawan.
Jenis pekerjaan jasa lainnya berupa jasa wisata, jasa persewaan kendaraan, dan jasa
akomodasi.
Perekonomian utama masyarakat Karimunjawa ditopang oleh sektor
perikanan dan pertanian. Namun dengan adanya penetepan Taman Nasional
Karimunjawa sebagai destinasi pariwisata nasional, menciptakan peluang bagi
masyarakat untuk meningkatkan perekonomian dari sektor pariwisata sebagai
penyedia jasa wisata, persewaan sepeda motor, pemandu wisata, penyedia
akomodasi/ penginapan, penyedia jasa konsumsi, pengrajin dan penyedia souvenir,
dan persewaan perahu wisata (Setiawan et al. 2017). Menurut data BPS Kab. Jepara
(2018) jumlah penginapan/ akomodasi yang terdapat di Karimunjawa pada tahun
2017 sejumlah 93 buah yang terdiri dari homestay, hotel, dan resort, namun jumlah
tersebut dapat bertambah karena masih banyak rumah yang tidak secara khusus
dikomersilkan menjadi penginapan akan beralih fungsi apabila kunjungan
wisatawan cukup banyak. Rumah warga banyak dimanfaatkan secara musiman
pada saat kunjungan wisatawan jumlahnya cukup banyak.
Tabel 17 Jumlah penduduk Kecamatan Karimunjawa menurut pekerjaan tahun
2017 dalam orang
Jenis Pekerjaan Desa
Jumlah Karimunjawa Kemujan Parang Nyamuk
Petani 508 452 254 48 1,262
Buruh Tani 1,180 619 284 100 2,183
Nelayan* * * * * 2,844
Penggalian 30 18 12 5 65
Industri 46 52 36 10 144
Perdagangan 69 50 35 24 178
Konstruksi 43 24 26 8 101
Angkutan 42 32 18 4 96
PNS & TNI 362 44 30 7 443
Pensiunan 26 4 1 0 31
Jasa Lainnya 185 52 20 0 257
Sumber: BPS Kab. Jepara 2017 dan BPS Kab. Jepara 2018
Catatan: usia angkatan kerja masyarakat Karimunjawa ≥10 tahun; *(data BPS
Kab. Jepara Tahun 2016 dijumlahkan)
Tabel 18 Masyarakat penyedia jasa wisata
No Jenis jasa Jumlah (orang)
1 Pemilik homestay 84
2 Hotel & resort 15
3 Penjual & pengrajin souvenir 37
4 Penyedia kapal wisata 32
5 Pramuwisata 146
Jumlah total 314
Sumber: Setiawan et al. (2017)
32
Pemandu wisata yang tergabung dalam paguyuban pemandu wisata dengan
nama Himpunan Pramuwisata Indoensia (HPI) dan beberapa anggotanya telah
memiliki sertifikat diving (menyelam) yang bertujuan untuk melayani wisatawan
yang ingin melakukan penyelaman di lokasi terumbu karang. Masyarakat
Karimunjawa tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang
diberikan pelatihan cara menerima tamu, bersikap ramah terhadap wisatawan, dan
pentingnya wisata yang sejalan dengan pelestarian alam. Jumlah masyarakat
Karimunjawa yang bekerja sebagai penyedia jasa wisata disajikan pada Tabel 18.
Dukungan moda transportasi penyebrangan dari Pulau Jawa ke Kepulauan
Karimunjawa semakin banyak baik dari jalur laut maupun udara, sehingga
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Karimunjawa yang secara langsung
memberikan dampak secara ekonomi terhadap masyarakat Karimunjawa. Jalur
Laut dapat ditempuh dari: 1) Semarang - Karimunjawa dengan frekuensi
penyebrangan sebanyak 2 kali seminggu dengan menggunakan kapal cepat kartini
dan kapal feri Pelni; 2) Jepara-Karimunjawa dengan frekuensi penyebrangan 12
kali seminggu menggunakan kapal cepat Express Bahari dan kapal feri Siginjai.
Jalur udara ditempuh melalui Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang
ke Bandar Udara Dewandaru di Pulau Kemujan dengan frekuensi penerbangan
sebanyak 3 kali dalam seminggu.
Potensi Atraksi Wisata Di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa
Ekowisata Bahari
Ekowisata bahari merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang
memanfaatkan kawasan perairan dan sekitarnya dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan budaya, serta memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat.
Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dilakukan di kawasan TNKJ adalah
snorkling, diving dan memancing.
Lokasi kegiatan snorkling dan diving telah ditentukan oleh Balai TNKJ
melalui zona wisata bahari, selain itu masyarakat antara nelayan dan penyedia jasa
wisata telah berkoordinasi agar jalur pelayaran bagi wisatawan tidak mengganggu
kegiatan nelayan. Terdapat 4 lokasi snorkling yang menjadi favorit bagi wisatawan,
yaitu Pulau Menjangan Kecil, Pulau Cemara Kecil, Pulau Tengah dan Pulau Cilik.
Sedangkan untuk diving terdapat 10 lokasi, yaitu Pulau Menyawakan (terdapat hiu
paus tutul), Pulau Menjangan Kecil, Reruntuhan Kapal Mitra, Reruntuhan Kapal
Biblis, Kapal Karam (lokasi bumphead parrotfish dan hiu karang white tip), Taka
Menyawakan, Terumbu Karang Ezdir, Hawksbill Point, Reruntuhan Kapal
Indonoor, dan Karang Torpedo.
Ekowisata Mangrove
Hutan mangrove yang terdapat di kawasan Taman Nasional Karimujawa
memiliki luas 396.4 ha, dan 30 ha masuk dalam zona pemanfaatan darat yang
dikembangkan untuk kegiatan wisata alam, rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan,
penelitian dan kegiatan yang menunjang budidaya. Trekking mangrove merupakan
salah satu kegiatan ekowisata di kawasan mangrove yang diresmikan oleh
Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2012. Terdapat 25 jenis mangrove sejati dan 17
jenis mangrove ikutan yang tumbuh di hutan mangrove Karimunjawa.
Trekking mangrove terletak di Dusun Nipah Pulau Kemujan, dengan panjang
lintasan lebih kurang 1.37 km. Fasilitas yang tersedia cukup lengkap mulai dari
33
pusat informasi, shelter sepanjang jalur, toilet, menara pandang, dan papan
informasi. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama berada di
kawasan tersebut adalah, mengamati burung migran (pada saat musim migrasi
burung), mengamati jenis-jenis pohon yang tumbuh di sepanjang jalur, berinteraksi
dengan pencari kerang dan fotografi.
Wisata Budaya dan Religi
Kegiatan kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat Karimunjawa adalah
kesenian rakyat (barikan kubro, reog barong dan pencak silat), pernikahan adat
bugis, Sail Karimunjawa (pesta rakyat, festival kuliner karimunjawa), upacara
sedekah laut (pesta lomban karimunjawa), wisata rumah adat di Karimunjawa,
upacara pelepasan perahu dan Khoul Sunan Nyamplungan. Namun kondisinya pada
saat ini, kegiatan-kegiatan tersebut mulai terabaikan karena banyak masyarakat
lebih fokus untuk berkegiatan pada sektor ekowisata dan kurangnya pengenalan
bagi generasi penerus. Pelestarian budaya yang dilakukan oleh masyarakat
Karimunjawa terus dilakukan dengan mengadakan atraksi-atraksi budaya, sebagai
bentuk pelestarian, atraksi budaya sebagai pengenalan budaya lokal dan hiburan
kepada wisatawan selain keindahan alamnya. Atraksi-atraksi budaya oleh
masyarakat Karimunjawa dikemas agar wisatawan dapat menyaksikan, menikmati
dan mempelajarinya.
Karakteristik Wisatawan
Taman Nasional Karimunjawa menjadi destinasi wisata bagi wisatawan yang
berasal dari Pulau Jawa, dilihat dari profil asal wisatawan berdasarkan hasil
penelitian tersaji pada lampiran 1 menunjukkan bahwa wisatawan asal Jawa Tengah
mendominasi wisatawan yang berkunjung ke TNKJ. Namun wisatawan dari daerah
lain seperti Jakarta dan Jawa Barat cukup banyak berkunjung ke TNKJ. Sedikitnya
kunjungan wisatawan dari luar Pulau Jawa disebabkan karena jarak tempuh menuju
TNKJ cukup menghabiskan waktu dan frekuensi penyebrangan serta penerbangan
yang tidak terlalu banyak, sehingga wisatawan tidak dapat melakukan kunjungan
hanya dalam 1 hari saja. Sebagian besar wisatawan berkunjung ke TNKJ pada saat
hari libur atau weekend.
Wisatawan di TNKJ berasal dari berbagai kelompok usia dengan dominasi
usia 21-30 tahun sebanyak 64 orang (32%) dan tingkat pendidikan perguruan tinggi
91 orang (45.5%), ini menunjukkan bahwa wisatawan di TNKJ didominasi oleh
usia muda. Jenis pekerjaan wisatawan sebagian besar merupakan pegawai swasta
dengan jumlah 74 orang (37%) dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp.
250,000 – Rp. 500,000.-/ orang/ kunjungan. Kebanyakan wisatawan baru pertama
kali melakukan kunjungannya ke TNKJ sejumlah 149 orang (74.5%) dengan alasan
kunjungan yang bermacam-macam seperti penasaran dengan keindahan Taman
Nasional Karimunjawa dan mencoba destinasi wisata bahari. Rombongan wisata
merupakan bentuk kunjungan yang banyak dilakukan oleh wisatawan sebanyak 76
orang (38%) dengan lama kunjungan 3 hari (58%) karena sudah banyak biro
perjalanan wisata yang menjual paket wisata rombongan ke TNKJ dengan biaya
lebih murah dibandingkan dengan perorangan. Sejalan dengan akomodasi yang
digunakan didominasi oleh homestay (84%) karena harga lebih murah
dibandingkan hotel.
34
Banyaknya potensi wisata yang terdapat di Taman Nasional Karimunjawa,
membuat wisatawan memiliki banyak pilihan untuk melakukan aktivitas. Namun
banyak wisatawan yang datang ke TNKJ telah membeli paket wisata yang
ditawarkan oleh penyedia jasa, sehingga tujuan wisata terjadwal seperti snorkling
(183 orang), bersantai di pantai (174 orang), dan tracking mangrove (39 orang).
Selain tujuan wisata yang telah terjadwal, wisatawan dapat melakukan kegiatan
diluar paket wisata seperti melakukan wisata religi (ziarah Makam Kyai
Nyamplung) dan wisata budaya (Bukit Joko Tuo, Perkampungan Suku Bugis)
namun jumlah kunjungan terbatas karena wisatawan lebih tertarik dengan jenis
wisata bahari.
Pengaruh Perilaku Wisatawan Terhadap Perubahan Sikap Masyarakat
Karimunjawa
Taman Nasional Karimunjawa merupakan suatu kawasan konservasi yang
memiliki tujuan pemanfaatan untuk pariwisata dan rekreasi. TNKJ telah menjadi
destinasi ekowisata unggulan baik nasional maupun internasional, sehingga jumlah
kunjungan wisatawan ke TNKJ terus meningkat setiap tahunnya. Sebagian
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNKJ memanfaatkan kondisi tersebut
dengan menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan ekowisata, seperti
penyediaan akomodasi berupa hostel maupun homestay, pramuwisata, penyewaan
perahu, penyewaan alat snorkling dan diving. Frekuensi pertemuan antara
wisatawan dengan masyarakat (penyedia jasa dan bukan penyedia jasa) akan
mempengaruhi kondisi sosial berupa perubahan sikap dan persepsi (Pelletier et al.
2005).
Uji Validitas
Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan software IBM SPSS 23 dengan
membandingkan r tabel sebesar 0.231 dari jumlah sampel sebanyak 70 responden
dan tingkat toleransi kesalahan yang digunakan sebesar 5%, instrumen pertanyaan
pada setiap variabel bagi responden masyarakat penyedia jasa wisata dan bukan
penyedia jasa wisata menunjukkan hasil valid dimana nilai r hitung > r tabel,
sehingga pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur.
Tabel 19 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku wisatawan
terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat penyedia jasa
wisata
Perilaku Wisatawan Sikap Masyarakat
Atribut r hitung r tabel Keterangan Atribut r hitung r tabel Keterangan
X_1 0.553 0.231 valid Y_1 0.530 0.231 valid
X_2 0.582 0.231 valid Y_2 0.650 0.231 valid
X_3 0.609 0.231 valid Y_3 0.474 0.231 valid
X_4 0.542 0.231 valid Y_4 0.495 0.231 valid
X_5 0.580 0.231 valid Y_5 0.534 0.231 valid
X_6 0.497 0.231 valid Y_6 0.552 0.231 Valid
35
Lanjutan Tabel 19
Perilaku Wisatawan Sikap Masyarakat
Atribut r hitung r tabel Keterangan Atribut r hitung r tabel Keterangan
X_7 0.609 0.231 valid Y_7 0.517 0.231 valid
X_8 0.509 0.231 valid Y_8 0.452 0.231 valid
X_9 0.558 0.231 valid Y_9 0.538 0.231 valid
X_10 0.549 0.231 valid Y_10 0.558 0.231 valid
X_11 0.467 0.231 valid Y_11 0.496 0.231 valid
X_12 0.492 0.231 valid Y_12 0.538 0.231 valid
Tabel 20 Hasil uji validitas instrumen pertanyaan pengaruh perilaku wisatawan
terhadap perubahan sikap masyarakat untuk masyarakat bukan penyedia
jasa wisata
Perilaku Wisatawan Sikap Masyarakat
Atribut r hitung r tabel Keterangan Atribut r hitung r tabel Keterangan
X_1 0.474 0.231 valid Y_1 0.513 0.231 valid
X_2 0.591 0.231 valid Y_2 0.434 0.231 valid
X_3 0.594 0.231 valid Y_3 0.510 0.231 valid
X_4 0.638 0.231 valid Y_4 0.577 0.231 valid
X_5 0.542 0.231 valid Y_5 0.513 0.231 valid
X_6 0.420 0.231 valid Y_6 0.689 0.231 valid
X_7 0.599 0.231 valid Y_7 0.401 0.231 valid
X_8 0.568 0.231 valid Y_8 0.611 0.231 valid
X_9 0.583 0.231 valid Y_9 0.471 0.231 valid
X_10 0.510 0.231 valid Y_10 0.468 0.231 valid
X_11 0.575 0.231 valid Y_11 0.535 0.231 valid
X_12 0.740 0.231 valid Y_12 0.495 0.231 valid
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas terhadap instrumen pertanyaan variabel penelitian bagi
masing-masing jenis responden menggunakan cronbach’s alpha, dengan keputusan
p-value >0.6. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program SPSS versi 23,
menyatakan variabel penelitian reliabel atau dapat dipercaya dan diandalkan.
Tabel 21 Hasil uji reliabilitas instrumen pertanyaan
Responden Variabel p-value Koefisien
korelasi Keterangan
Masyarakat
penyedia jasa wisata
Perilaku wisatawan (X.1)
Sikap masyarakat (Y.1)
0.799
0.734
0.60
0.60
reliabel
reliabel
Masyarakat bukan
penyedia jasa wisata
Perilaku wisatawan (X.2)
Sikap masyarakat (Y.2)
0.780
0.715
0.60
0.60
reliabel
reliabel
36
Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan menggunakan kolmogorov-smirnov dari masing-
masing responden dengan sikap masyarakat sebagai variabel dependent dan
perilaku wisatawan sebagai variabel independent. Hasil disajikan pada Tabel 22.
Tabel 22 Hasil uji normalitas
Responden Nilai Sig. Keterangan
Masyarakat penyedia jasa wisata 0.200 Normal
Masyarakat bukan penyedia jasa wisata 0.200 Normal
Keterangan: α = 0.05
Berdasarkan hasil uji normalitas kolmogorov-smirnov menggunakan
software IBM SPSS 23 untuk responden masyarakat penyedia jasa wisata
didapatkan hasil nilai sig. sebesar 0.200 > 0.05 dan masyarakat bukan penyedia
jasa wisata didapatkan hasil nilai sig. sebesar 0.200 > 0.05. Sehingga sesuai
dengan asumsi pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogorov-
smirnov, dapat disimpulkan bahwa data responden masyarakat penyedia jasa
wisata berdistribusi normal dan dapat dilanjutkan pada uji persyaratan
selanjutnya.
b. Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan dengan masing-masing responden menggunakan
sikap masyarakat sebagai variabel dependent dan perilaku wisatawan sebagai
variabel independent. Hasil uji linearitas menggunakan cara compare means
tersaji pada Tabel 23.
Tabel 23 Hasil uji linieritas
Responden Deviation from
linearity sig. Keterangan
Masyarakat penyedia jasa wisata 0.770 Linear
Masyarakat bukan penyedia jasa
wisata
0.702 Linear
Keterangan: α = 0.05
Berdasarkan hasil uji linearitas menggunakan software IBM SPSS 23
didapatkan deviation from linearity sig. untuk masyarakat penyedia jasa wisata
sebesar 0.770 > 0.05 dan masyarakat bukan penyedia jasa wisata sebesar 0.702
> 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear secara
signifikan antara variabel perilaku wisatawan dengan sikap masyarakat dari
masing-masing responden.
c. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji glejser
dengan meregresikan variabel independent (perilaku wisatawan) terhadap nilai
absolute residualnya dan pengambilan keputusan jika nilai sig.>0.05 maka tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas. Berdasarkan Tabel 24 nilai sig. untuk
responden masyarakat penyedia jasa wisata sebesar 0.851 > 0.05 dan responden
37
masyarakat bukan penyedia jasa wisata sehingga sebesar 0.057 > 0.050.
Sehingga sesuai dengan asumsi yang telah ditetapkan, seluruh variabel
independent menunjukkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Tabel 24 Koefisien uji heteroskedastisitas
Responden Nilai Sig. Keterangan
Masyarakat penyedia jasa wisata 0.851 Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Masyarakat bukan penyedia jasa
wisata 0.057
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Keterangan: α = 0.05
Analisis Regresi Linear Sederhana
Setelah melakukan serangkaian uji data sebagai syarat melakukan analisis
regresi linear sederhana, selanjutnya menentukan model regresi linear sederhana
untuk menguji pengaruh variabel dependent terhadap variabel independent.
Tabel 25 Hasil analisis regresi sederhana
Responden Konstanta
(a)
Koefisien
regresi (b) t hitung t tabel
Masyarakat penyedia
jasa wisata
23.357 0.457 4.462 1.994
Masyarakat bukan
penyedia jasa wisata
31.404 0.168 1.947 1.994
Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan software IBM SPSS 23,
didapatkan hasil seperti tersaji pada Tabel 25 didapatkan nilai konstanta (a) dan
nilai koefisien regresi (b). Konstanta pada regresi linear sederhana memiliki makna
titik potong antara garis regresi dengan dengan sumbu Y, dengan sifat nilai tetap
dan tidak dapat diubah, nilai konstanta diabaikan dengan asumsi perubahan
terhadap variabel Y akan proposional dengan nilai perubahan variabel X karena
memiliki satuan yang sama. Sedangkan koefisien regresi merupakan nilai slope atau
arah garis regresi yang menyatakan perubahan nilai Y akibat adanya perubahan
pada nilai X, semakin besar nilai koefisien regresi maka semakin besar kontribusi
perubahannya.
Pada responden masyarakat penyedia jasa wisata didapatkan nilai a sebesar
23.357, angka ini mengandung arti bahwa jika tidak ada nilai (0) dari variabel
independent (perilaku wisatawan) maka nilai sikap masyarakat adalah sebesar
23.357. Nilai koefisien regresi (b) sebesar 0.457, angka ini mengandung arti bahwa
setiap penambahan 1% dari variabel independent (perilaku wisatawan) maka sikap
masyarakat akan meningkat sebesar 0.457. Sehingga dapat diketahui persamaan
regresi dari responden masyarakat penyedia jasa wisata adalah Y=23.357+0.457X,
artinya perilaku wisatawan berpengaruh positif atau searah terhadap sikap
masyarakat penyedia jasa wisata.
Hasil analisis regresi sederhana untuk responden masyarakat bukan penyedia
jasa wisata didapatkan nilai konstant (a) sebesar 31.404, artinya jika tidak ada nilai
38
(0) dari variabel independent (perilaku wisatawan) maka nilai sikap masyarakat
adalah sebesar 31.404. Nilai koefisien regresi (b) sebesar 0.168, angka ini
mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% dari variabel independent (perilaku
wisatawan) maka sikap masyarakat akan meningkat sebesar 0.168. Sehingga dapat
diketahui persamaan regresi dari responden masyarakat penyedia jasa wisata adalah
Y=31.404+0.168X, artinya perilaku wisatawan berpengaruh positif atau searah
terhadap sikap masyarakat.
Gambar 4 Grafik model regresi linear masyarakat penyedia jasa wisata
Gambar 5 Grafik model regresi linear masyarakat bukan penyedia jasa wisata
39
Berdasarkan gambar 4 dan 5 didapatkan grafik dengan garis linear miring ke
kanan atas yang mengindikasikan bahwa terdapat hubungan/ pengaruh positif antar
variabel. Namun titik-titik plot tersebar menjauh dengan garis linear yang artinya
hubungan/ pengaruh tiap variabel tidak cukup erat atau kuat. Garis linear
menunjukkan nilai konstanta sedangkan sebaran plot menunjukkan nilai koefisien
regresinya.
Uji t (ANOVA)
Pengujian hipotesis menggunakan uji signifikansi dengan uji t, dimana jika t
hitung > t tabel maka tolak H0, sedangkan jika t hitung < t tabel maka terima H0
dengan probabilitas 0.050. Hipotesis penelitian ini adalah:
H0 : = 0 (tidak ada pengaruh secara signifikan perilaku wisatawan terhadap
perubahan sikap masyarakat Karimunjawa)
H1 : ≠ 0 (ada pengaruh secara signifikan perilaku wisatawan terhadap
perubahan sikap masyarakat Karimunjawa)
Berdasarkan Tabel 24 dan Tabel 25 diketahui nilai t hitung untuk masyarakat
penyedia jasa wisata sebesar 4.462 > 1.994 (t tabel) dan nilai signifikansi sebesar
0.851 < 0.050, sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu tolak H0 dan terima H1.
Artinya terdapat pengaruh signifikan perilaku wisatawan terhadap perubahan sikap
masyarakat di Karimunjawa. Bagi masyarakat bukan penyedia jasa wisata,
didapatkan nilai t hitung sebesar 1.947 < 1.994 (t tabel) dan nilai signifikansi
sebesar 0.057 > 0.050, sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terima H0 dan tolak
H1. Artinya tidak ada pengaruh signifikan perilaku wisatawan terhadap perubahan
sikap masyarakat di Karimunjawa.
Uji Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2)
Hasil uji koefisien korelasi (R) didapatkan bahwa nilai koefisien korelasi
masyarakat penyedia jasa wisata memiliki korelasi sedang dengan nilai sebesar
0.476 dan nilai sig 0.00<0.050. Sedangkan responden masyarakat bukan penyedia
jasa wisata tidak memiliki korelasi, karena nilai sig 0.056>0.050 meskipun nilai R
sebesar 0.230.
Tabel 26 Hasil uji koefisien korelasi (R) dan determinasi (R2)
Responden R R2 adj R2 sig. keterangan
Masyarakat penyedia
jasa wisata 0.476 0.226 0.215 0.000
Korelasi sedang
dan pengaruh
lemah
Masyarakat bukan
penyedia jasa wisata 0.230 0.053 0.039 0.056
Tidak ada korelasi
dan pengaruh
sangat lemah
Hasil uji koefisien determinasi menunjukan nilai sebesar 0.226 atau 22.6%
untuk masyarakat penyedia jasa wisata dan 0.053 atau 5.3% untuk masyarakat
bukan penyedia jasa wisata. Hal ini disimpulkan terdapat pengaruh meskipun lemah
dari perilaku wisatawan terhadap sikap msayarakat penyedia jasa wisata sebesar
22.6% dan sisanya 77.4% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Lemahnya pengaruh
perilaku wisatawan terhadap sikap masyarakat penyedia jasa wisata diduga karena
40
mayoritas wisatawan berasal dari Pulau Jawa yang memiliki nilai budaya dan
norma yang sama dengan masyarakat Karimunjawa.
Bagi masyarakat bukan penyedia jasa wisata, perilaku wisatawan memiliki
pengaruh yang sangat lemah bahkan hampir tidak ada pengaruh terhadap sikap
masyarakat, yaitu 5.3%. Hal ini diduga karena masyarakat bukan penyedia jasa
jarang berinteraksi langsung dengan wisatawan. Namun akan menjadi sebuah
ancaman bagi perubahan sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata walaupun
tidak terpengaruh langsung oleh perilaku wisatawan, karena interaksi yang terjadi
antar masyarakat dan tidak menyaring informasi-informasi yang diterima bahkan
dapat dilebih-lebihkan. Interaksi yang terjadi hanya bersifat sementara dikarenakan
kebutuhan akan kegiatan ekowisata.
Masyarakat Karimunjawa terutama penyedia jasa wisata mengalami
perubahan sikap yang diakibatkan oleh perilaku wisatawan. Perubahan sikap
tersebut merupakan bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan kegiatan ekowisata
agar masyarakat dapat menyeimbangkan kondisi dengan perkembangan ekowisata
(Thelisa et al. 2018). Masyarakat bukan penyedia jasa wisata memang tidak dapat
terhindar akibat adanya perilaku wisatawan, namun pengaruh yang ditimbulkan
sangat kecil.
Daya Dukung Sosial Taman Nasional Karimunjawa
Kajian Tingkat Kepuasan Wisatawan
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Penghitungan tingkat kepuasan pengunjung/ wisatawan menggunakan
indikator dimensi service quality dengan memberikan skor pada unsur kinerja/
kepuasan dan kepentingan, selanjutnya dianalisis menggunakan metode IPA dan
IKP. Indikator-indikator tersebut sebelum dianalisis menggunakan IPA, dilakukan
pengujian validitas dan reliabilitas.
Uji validitas tingkat kinerja/ kepuasan dan kepentingan menggunakan
korelasi pearson dengan jumlah responden sebanyak 200 orang dan taraf
signifikansi sebesar 5% (0.05), adapun pernyataannya menyatakan bahwa atribut
yang diuji dinyatakan valid jika nilai r hitung > nilai r tabel. Adapun hasil uji
validitas dan reliabilitas menggunakan program IBM SPSS 23 tersaji pada Tabel 27
dan Tabel 28. Berdasarkan hasil uji validitas terhadap indikator-indikator kinerja
dan kepentingan bahwa seluruh nilai r hitung > 0.138 (r tabel), sehingga seluruh
indikator dinyatakan valid.
Hasil uji reliabilitas terhadap indikator tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat
kepentingan menggunakan rumus cronbach’s alpha dari 20 atribut pertanyaan
didapatkan hasil bahwa nilai cronbach’s alpha / p-value indikator kinerja/ kepuasan
sebesar 0.746 dan indikator tingkat kepentingan sebesar 0.785. Berdasarkan
pengambilan keputusan menurut Sujarweni (2014) dan Riduwan (2009) bahwa nilai
cronbach’s alpha > 0.60 dinyatakan reliabel, sehingga indikator kinerja/ kepuasan
dan kepentingan dinyatakan memenuhi syarat reliabel atau dapat dipercaya.
41
Tabel 27 Hasil uji validitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat kepentingan
Kinerja/ Kepuasan Kepentingan
Atribut r hitung r tabel keterangan Atribut r hitung r tabel keterangan
X_1 0.405 0.138 valid Y_1 0.396 0.138 valid
X_2 0.488 0.138 valid Y_2 0.466 0.138 valid
X_3 0.413 0.138 valid Y_3 0.474 0.138 valid
X_4 0.360 0.138 valid Y_4 0.497 0.138 valid
X_5 0.403 0.138 valid Y_5 0.546 0.138 valid
X_6 0.403 0.138 valid Y_6 0.426 0.138 valid
X_7 0.355 0.138 valid Y_7 0.450 0.138 valid
X_8 0.338 0.138 valid Y_8 0.511 0.138 valid
X_9 0.339 0.138 valid Y_9 0.460 0.138 valid
X_10 0.396 0.138 valid Y_10 0.477 0.138 valid
X_11 0.408 0.138 valid Y_11 0.382 0.138 valid
X_12 0.359 0.138 valid Y_12 0.447 0.138 valid
X_13 0.458 0.138 valid Y_13 0.559 0.138 valid
X_14 0.500 0.138 valid Y_14 0.315 0.138 valid
X_15 0.479 0.138 valid Y_15 0.231 0.138 valid
X_16 0.350 0.138 valid Y_16 0.513 0.138 valid
X_17 0.479 0.138 valid Y_17 0.409 0.138 valid
X_18 0.391 0.138 valid Y_18 0.491 0.138 valid
X_19 0.474 0.138 valid Y_19 0.444 0.138 valid
X_20 0.519 0.138 valid Y_20 0.396 0.138 valid
Tabel 28 Hasil uji reliabilitas tingkat kinerja/ kepuasan dan tingkat kepentingan
Indikator p-value Koefisien
korelasi Keterangan
Kinerja/ kepuasan 0.746 0.60 reliabel
Kepentingan 0.785 0.60 reliabel
Importance Performance Analysis (IPA)
Penghitungan nilai rata-rata tingkat kinerja/ kepuasan (X) dan tingkat
kepentingan (Y) merupakan dasar untuk melihat atribut service quality yang
menurut wisatawan sangat mempengaruhi kepuasan wisatawan dan atribut-atribut
mana saja yang perlu ditingkatkan. Selain itu, nilai rata-rata secara keseluruhan
menjadi titik tolak pembagian pada diagram IPA. Selanjutnya, mengukur tingkat
kesesuaian (Tki) atribut kinerja dengan kepentingan. Berdasarkan perhitungan IPA
pada Tabel 29 rata-rata total atribut memiliki tingkat kesesuaian (Tki) antara kinerja
dan kepentingan yang cukup tinggi yaitu 84.44% dengan tingkat kesesuaian
tertinggi pada atribut keramahan dan kesopanan penyedia jasa dalam melayani
sebesar 91.69% dan terendah pada atribut kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata
sebesar 72.68%. Menurut Sukardi dan Cholidis (2006), jika nilai dari tingkat
kesesuaian mendekati 100% dan berada di atas rata-rata maka dapat dikatakan
tingkat kesesuaian sudah baik. Pada total nilai rata-rata tingkat kinerja dengan
42
tingkat kepentingan masih terdapat gap/ selisih sebesar 0.54, artinya harus ada
perbaikan kinerja untuk mencapai nilai yang diharapkan oleh wisatawan.
Penilaian tingkat kepentingan terhadap tingkat kinerja yang dilakukan oleh
wisatawan terhadap masyarakat Karimunjawa sudah sesuai dengan harapan
wisatawan, namun perlu ada perbaikan atau peningkatan kinerja untuk mencapai
nilai optimal yang diharapkan oleh wisatawan. Peningkatan kinerja tersebut perlu
dibarengi dengan melihat kondisi sosial budaya dan lingkungan yang ada di
Karimunjawa, sehingga peningkatan kinerja tidak semata-mata untuk mengejar
selisih antara kepentingan dengan kinerja. Faktor penerimaan masyarakat terhadap
kegiatan ekowisata menjadi salah satu penentu untuk meningkatkan kualitas
pelayanan.
Tabel 29 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA)
No. Indikator/ atribut
Nilai rata-
rata Gap Tki
(X) (Y)
Bukti langsung (tangible)
1 Ketersediaan transportasi lokal 2.75 3.24 0.49 84.88%
2 Ketersediaan informasi wisata 2.91 3.44 0.54 84.45%
3 Ketersediaan akomodasi 3.06 3.63 0.57 84.30%
4 Ketersedian tempat makan 2.67 3.33 0.66 80.18%
5 Kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata 2.58 3.55 0.97 72.68%
6 Peran serta lembaga swadaya masyarakat 2.94 3.29 0.35 89.36%
7 Kebersihan lingkungan 2.68 3.58 0.90 74.86%
Keandalan (reliability)
8 Ketepatan waktu pelayanan 2.94 3.51 0.57 83.76%
9 Keterampilan penyedia jasa 2.82 3.51 0.69 80.34%
10 Kesesuaian pelayanan dengan yang dijanjikan 2.97 3.50 0.54 84.71%
Daya tanggap (responsiveness)
11 Penyampaian informasi dengan jelas 3.02 3.57 0.56 84.45%
12 Kecepatan dalam melayani wisatawan 3.03 3.42 0.40 88.45%
13 Kesediaan dalam membantu wisatawan 3.07 3.53 0.46 86.97%
Jaminan (assuranc)
14 Jaminan keamanan 3.06 3.73 0.67 82.04%
15 Jaminan ketertiban 3.00 3.50 0.51 85.57%
16 Jaminan keterjangkauan harga 2.88 3.52 0.64 81.82%
Empati (emphaty)
17 Kemampuan berkomunikasi dengan baik 3.02 3.39 0.38 88.94%
18 Keramahan dan kesopanan penyedia jasa dalam
melayani 3.04 3.31 0.28 91.69%
19 Melayani wisatawan dengan penuh perhatian dan
tanggung jawab 3.03 3.36 0.33 90.18%
20 Mampu memahami kebutuhan wisatawan 3.12 3.49 0.38 89.26%
Nilai rata-rata total 2.93 3.47 0.54 84.44%
43
Kuadran IPA
Kuadran IPA akan menunjukkan usulan praktis dari penjelasan data yang
diperoleh dalam sebuah diagram kartesius yang dibagi dalam 4 kuadran dengan
sumbu X sebagai tingkat kinerja/ kepuasan dan sumbu Y sebagai tingkat
kepentingan. Hasil dari indeks kepuasan pengunjung menyatakan bahwa
berdasarkan 20 atribut kualitas pelayanan menunjukkan wisatawan merasa puas
(74.46%) berkunjung ke Kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Namun
diperlukan kajian lebih dalam mengenai atribut-atribut yang penting dan prioritas
untuk meningkatkan kepuasan wisatawan. Hasil analisis IPA dengan
membandingkan tingkat kinerja dan tingkat kepentingan, disajikan pada gambar 5.
Gambar 6 Kuadran IPA kepuasan wisatawan Taman Nasional Karimunjawa
a. Kuadran 1 (prioritas utama)
Atribut-atribut yang terdapat kuadran 1 merupakan atribut penting dan
prioritas utama, namun kondisi pada saat ini masih di bawah rata-rata dan
belum maksimal, sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Adapun atribut
tersebut adalah kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata, kebersihan
lingkungan, keterampilan penyedia jasa dan jaminan keterjangkauan harga.
Peran kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata perlu ditingkatkan sebagai
upaya untuk melestarikan budaya, menjaga norma-norma yang berlaku dan
sebagai atraksi wisata selain wisata bahari. Salah satu penyebab kerusakan
lingkungan di Karimunjawa adalah masih rendahnya kesadaran untuk
menjaga kebersihan, dilihat dari sistem pengelolaan sampah yang belum
optimal.
Kuadran 1 Kuadran 2
Kuadran 3 Kuadran 4
44
b. Kuadran 2 (pertahankan prestasi)
Pada kuadran 2 merupakan atribut penting bagi kepuasan wisatawan,
dan kinerja pelayanan yang diterima oleh wisatawan sudah baik dan sesuai
dengan harapan wisatawan. Adapun atribut-atribut yang terdapat pada
kuadran 2 ketersediaan akomodasi, ketepatan waktu pelayanan, kesesuaian
pelayanan dengan yang dijanjikan, kesediaan dalam membantu wisatawan,
jaminan keamanan, jaminan ketertiban dan mampu memahami kebutuhan
wisatawan.
c. Kuadran 3 (prioritas rendah)
Merupakan unsur-unsur atribut layanan yang memiliki prioritas rendah
dan kinerja/ kepuasan yang didapatkan juga rendah. Atribut-atribut tersebut
adalah ketersediaan transportasi lokal, ketersediaan tempat makan, dan
ketersediaan informasi wisata. Atribut-atribut tersebut tidak terlalu penting
bagi wisatawan. Wisatawan tidak perlu repot mencari transportasi lokal,
karena sudah disediakan transportasi antar jemput oleh penyedia jasa wisata.
Ketersediaan tempat makan tidak menjadi prioritas utama, karena penyedia
jasa akomodasi menyediakan makanan pada saat sarapan, penyedia jasa
wisata menyediakan makan siang pada saat tour laut, dan terdapat pujasera di
alun-alun Karimunjawa pada malam hari.
d. Kuadran 4 (berlebihan)
Merupakan unsur-unsur pelayanan yang memiliki prioritas rendah
namun memiliki kinerja yang baik. Atribut-aribut tersebut adalah peran sera
lembaga swadaya masyarakat, kecepatan dalam melayani wisatawan,
kemampuan penyedia jasa dalam berkomunikasi, keramahan penyedia jasa,
dan melayani dengan tanggung jawab. Unsur pelayanan tersebut dianggap
sudah melampaui harapan wisatawan, meskipun tidak menjadi prioritas yang
diharapkan oleh wisatawan.
Tingkat Kepuasan pengunjung/ wisatawan
Penghitungan rata-rata total tingkat kepuasan pengunjung ekowisata di
Kawasan Taman Nasional Karimunjawa menggunakan rumus IKP sebesar 74.46%,
artinya kepuasan pengunjung berada pada kriteria puas. Pencapaian kriteria puas
terhadap pelayanan bagi wisatawan oleh masyarakat Karimunjawa dikarenakan
sebagian masyarakat penyedia jasa telah mengikuti pelatihan-pelatihan pelayanan
jasa bahkan sertifikasi khusus bagi pramuwisata dan akomodasi dengan tujuan
menyatarakan standar pelayanan. Selengkapnya tersaji pada Tabel 30.
Tabel 30 Nilai Indeks kepuasan pengunjung/ wisatawan
Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP
(%) Kriteria
(X) (Y)
Bukti langsung (tangible) 2.87 3.44 71.64 Puas
Keandalan (reliability) 2.91 3.51 72.71 Puas
Daya tanggap (responsiveness) 3.04 3.51 75.92 Puas
Jaminan (assurance) 2.98 3.58 74.46 Puas
Empati (emphaty) 3.05 3.39 76.22 Puas
Rata-rata total 2.97 3.48 74.46 Puas
45
Indeks kepuasan pengunjung masing-masing dimensi kualitas pelayanan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Bukti langsung
Indeks kepuasan pada dimensi bukti langsung menunjukkan kriteria
puas dengan rata-rata 71.64%, dapat dilihat pada Tabel 31 atribut yang
memiliki tingkat kepuasan tinggi adalah ketersediaan akomodasi bagi
wisatawan/ pengunjung dengan nilai 76.50%. Menurut responden
(pengunjung), ketersediaan akomodasi bagi wisatawan yang bervariasi dari
homestay hingga hotel berbintang dan kemudahan pemesanan akomodasi
dapat melalui aplikasi daring, selain itu jumlah akomodasi yang tersedia di
Karimunjawa cukup banyak. Atribut kebersihan lingkungan memiliki nilai
67% dengan kriteria puas, namun berada di bawah rata-rata IKP dimensi bukti
langsung, dikarenakan pembuangan sampah organik masih dilakukan di
lahan/ rawa yang kosong ataupun dengan dibakar namun untuk sampah non
organik telah dibuat bank sampah. Kecamatan Karimunjawa mengkonfirmasi
bahwa pengelolaan kebersihan terutama sampah masih menjadi kendala
karena belum tersedianya tempat pembuangan akhir.
Tabel 31 Nilai IKP dimensi bukti langsung
No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP (%) Kriteria
(X) (Y)
xy_1 Ketersediaan transportasi
lokal
2.75 3.24 68.75 Puas
xy_2 Ketersediaan informasi
wisata
2.91 3.44 72.63 Puas
xy_3 Ketersediaan akomodasi 3.06 3.63 76.50 Puas
xy_4 Ketersedian tempat
makan
2.67 3.33 66.75 Puas
xy_5 Kebudayaan lokal
sebagai atraksi wisata
2.58 3.55 64.50 Puas
xy_6 Peran serta lembaga
swadaya masyarakat
2.94 3.29 73.50 Puas
xy_7 Kebersihan lingkungan 2.68 3.58 67.00 Puas
Rata-rata 2.87 3.44 71.64 Puas
Atribut kebudayaan lokal sebagai atraksi wisata menjadi atribut dengan
nilai terendah yaitu 64.50% meskipun termasuk kriteria puas, dikarenakan
pengemasan atraksi budaya lokal sebagai atraksi wisata belum menjadi
prioritas. Hal ini disebabkan karena banyak wisatawan yang berkunjung ke
Taman Nasional Laut Karimunjawa lebih memilih untuk menikmati wisata
bahari.
b. Keandalan
Atribut-atribut pada dimensi keandalan memiliki kriteria IKP puas
dengan rata-rata 72.71%. Atribut kesesuaian pelayanan dengan yang
dijanjikan oleh penyedia jasa memiliki nilai IKP tertinggi dengan nilai
74.13%, sesuai dengan paket-paket wisata yang dipromosikan oleh penyedia
46
jasa kepada wisatawan. Namun untuk atribut keterampilan penyedia jasa
memiliki nilai rendah 70.50%, sehingga perlu adanya pelatihan-pelatihan
yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan penyedia jasa dalam
melayani wisatawan. Wisatawan merasa puas dengan ketepan waktu,
keterampilan dan kesesuaian pelayanan yang dimiliki oleh masyarakat
Karimunjawa, sehingga wisatawan menilai jika masyarakat Karimunjawa
dapat diandalkan dalam melayani wisatawan.
Tabel 32 Nilai IKP dimensi keandalan
No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP
(%) Kriteria
(X) (Y)
xy_8 Ketepatan waktu
pelayanan 2.94 3.51 73.50 Puas
xy_9 Keterampilan penyedia
jasa 2.82 3.51 70.50 Puas
xy_10 Kesesuaian pelayanan
dengan yang dijanjikan 2.97 3.50 74.13 Puas
Rata-rata 2.91 3.51 72.71 Puas
c. Daya tanggap
IKP pada dimensi daya tanggap memiliki kriteria puas dengan nilai
rata-rata 75.92%. Wisatawan merasa puas dengan kinerja daya tanggap yang
diberikan oleh masyarakat Karimunjawa. Atribut-atribut yang terdapat pada
dimensi daya tanggap hampir memiliki nilai IKP yang sama dan tidak
berbeda jauh dengan nilai rata-rata. Indikator penyampaian informasi
memiliki nilai terendah dengan 75.38%, karena wisatawan merasa ada
perbedaan gaya bahasa dan berbicara dengan masyarakat Karimunjawa
sehingga informasi yang didapat langsung oleh wisatawan kurang maksimal.
Perbedaan gaya bahasa tersebut tidak dapat dijadikan faktor negatif, namun
harus menjadi nilai positif karena merupakan salah satu identitas masyarakat
Karimunjawa.
Tabel 33 Nilai IKP dimensi daya tanggap
No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP
(%) Kriteria
(X) (Y)
xy_11 Penyampaian informasi
dengan jelas
3.02 3.57 75.38 Puas
xy_12 Kecepatan dalam melayani
wisatawan
3.03 3.42 75.63 Puas
xy_13 Kesediaan dalam membantu
wisatawan
3.07 3.53 76.75 Puas
Rata-rata 3.04 3.51 75.92 Puas
d. Jaminan
Dimensi jaminan memiliki kriteria puas dengan nilai IKP 74.46%.
dengan nilai indikator tertinggi yaitu jaminan keamanan (76.5%). Pihak
keamanan seperti Polairud, Polhut dan TNI menjamin keamanan pada saat di
47
darat, Syahbandar pelabuhan dan nahkoda kapal dan pramuwisata menjamin
keamanan pada saat wisatawan melakukan aktivitas di laut. Standar
operasional prosedur yang diterapkan seperti penggunaan jaket keselamatan
selama di laut dan 1 orang pramuwisata mendampingi maksimal 8 orang
wisatawan merupakan jaminan yang diberikan untuk memberikan rasa aman
dan nyaman bagi wisatawan. Namun atribut jaminan keterjangkauan harga
masih rendah nilainya (72%) dari atribut yang lain, disebabkan harga paket
wisata yang ditawarkan oleh penyedia jasa relatif cukup tinggi, selain itu
harga kebutuhan-kebutuhan lainnya cukup tinggi mengingat masyarakat
Karimunjawa masih memasok bahan baku dari Pulau Jawa yang
membutuhkan biaya tambahan untuk pengiriman. Indikator ketertiban
memiliki nilai 74.88% dengan kriteria puas, dikarenakan jarang terjadinya
konflik antara wisatawan dengan masyarakat.
Tabel 34 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi jaminan
No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP
(%) Kriteria
(X) (Y)
xy_14 Jaminan keamanan 3.06 3.73 76.50 Puas
xy_15 Jaminan ketertiban 3.00 3.50 74.88 Puas
xy_16 Jaminan keterjangkauan
harga
2.88 3.52 72.00 Puas
Rata-rata 2.98 3.58 74.46 Puas
e. Empati
IKP dimensi empati memiliki kriteria puas dengan nilai 76.22% dan
berada di atas rata-rata IKP secara keseluruhan yaitu 74.46%. Mampu
memahami kebutuhan wisatawan merupakan indikator dengan nilai IKP
tertinggi pada dimensi empati yaitu 77.88%. Masyarakat Karimunjawa harus
memahami hal-hal yang menjadi kebutuhan wisatawan seperti atraksi wisata
yang sesuai dengan kondisi di Karimunjawa, ketersediaan konsumsi,
ketersediaan akomodasi, keamanan dan kenyamanan.
Tabel 35 Indeks Kepuasan Pengunjung dimensi empati
No. Indikator/ atribut Nilai rata-rata IKP
(%)
Kriteria
(X) (Y)
xy_17 Kemampuan berkomunikasi
dengan baik
3.02 3.39 75.38 Puas
xy_18 Keramahan dan kesopanan
penyedia jasa dalam
melayani
3.04 3.31 75.88 Puas
xy_19 Melayani wisatawan dengan
penuh perhatian dan
tanggung jawab
3.03 3.36 75.75 Puas
xy_20 Mampu memahami
kebutuhan wisatawan
3.12 3.49 77.88 Puas
Rata-rata 3.05 3.39 76.22 Puas
48
Kajian Tingkat Toleransi Masyarakat
Aktivitas pariwisata akan melibatkan individu-individu yang terdapat di
daerah satu dengan daerah lainnya dan menyebabkan terjadinya hubungan sosial
antara wisatawan dan masyarakat lokal dimana hubungan tersebut bersifat
sementara, sehingga memunculkan pergesekan budaya karena perbedaan budaya,
suku, gaya hidup, bahasa, keyakinan dan tingkat kesejahteraan yang akan saling
mempengaruhi (Nurdin 2012). Kondisi tersebut akan menghasilkan gesekan-
gesekan yang mempengaruhi terhadap daya dukung sosial berupa batasan toleransi
sistem sosial dan batasan toleransi budaya. Indikator-indikator yang digunakan
dalam meneliti tingkat toleransi masyarakat disajikan pada Tabel 36.
Tabel 36 Indikator tingkat toleransi masyarakat
No. Variabel Aspek Indikator
1. Sikap masyarakat
Karimunjawa
Aspek Sosial
Budaya
1. Sikap saling menghargai
perbedaan
2. Kepuasan dan kenyamanan
3. Tradisi dan bahasa
4. Pendidikan
5. Gaya hidup masyarakat
Aspek Sosial
Ekonomi
1. Peluang usaha
2. Keterampilan dan kreatifitas
kerja
3. Bantuan modal usaha
2. Tingkatpartisipasi
masyarakat
Aspek
Lingkungan
1. Ketersediaan sarana dan
prasarana
2. Kondisi ekologi
3. Pelestarian lingkungan
3. Konflik atau
permasalahan
antar pihak
Aspek
Kelembagaan
1. Adat istiadat
2. Kebijakan pemerintah
3. Kebijakan pengelola (BTNKJ)
Sumber: Getz (1981), Faturochman (1993), Supriyanto dan Wahyudi (2017)
Berdasarkan kuesioner dan wawancara yang telah dilakukan kepada 140
responden masyarakat penyedia jasa wisata dan masyarakat bukan penyedia jasa
wisata serta hasil FGD, didapatkan hasil sebagai berikut:
1) Sikap Masyarakat Karimunjawa
Sebagian besar responden (masyarakat Karimunjawa) mendukung
adanya kegiatan ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa, selain sebagai
sarana untuk meningkatkan perekonomian juga sebagai pengenalan budaya.
Berdasarkan hasil dari kuesioner dan wawancara, sebagian masyarakat
mendukung kegiatan ekowisata. Dukungan kegiatan ekowisata tentunya akan
mempengaruhi peningkatan perekonomian, kualitas sarana dan prasarana
penunjang seperti listrik, jalan, dermaga pelabuhan, telekomunikasi, bandara,
dan lainnya. Sebagian kecil masyarakat memilih sikap tidak mendukung
kegiatan ekowisata dengan persepsi khawatir terjadinya eksploitasi sumber
daya alam berlebih seperti, penggunaan air tawar yang melebihi batas
ketersediaan mengingat Karimunjawa tidak memiliki cadangan air tawar,
49
kerusakan ekosistem laut yang mempengaruhi hasil tangkapan ikan,
pembukaan lahan berlebihan untuk mendirikan sarana akomodasi, dan
meningkatnya pencemaran lingkungan.
Gambar 7 Histogram dukungan masyarakat Karimunjawa terhadap kegiatan
ekowisata
Gambar 8 Histogram sikap masyarakat penyedia jasa wisata terhadap kegiatan
ekowisata di Karimunjawa
Aktivitas wisatawan dengan adanya kegiatan ekowisata di TNKJ
memberikan pengaruh terhadap perubahan sikap masyarakat Karimunjawa,
meskipun perubahan sikap masyarakat tidak terlalu signifikan. Masyarakat
Karimunjawa menerima perubahan sikap akibat aktivitas wisatawan sebagai
bentuk penyesuaian diri terhadap kegiatan ekowisata.
Kegiatan ekowisata juga memberikan dampak pada perubahan gaya
hidup, terutama pada cara berbicara, cara berpakaian dan pola konsumtif
masyarakat Karimunjawa. Menurut salah satu responden menjelaskan bahwa
perubahan gaya hidup merupakan hal yang wajar karena mereka akan lebih
nyaman jika memiliki cara komunikasi yang sama dengan wisatawan, sehingga
komunikasi akan lebih mudah dipahami. Perubahan gaya hidup masyarakat
100
75,7
0
24,3
0
20
40
60
80
100
120
masyarakat penyedia jasa wisata masyarakat bukan penyedia jasa
wisata
RE
SP
ON
DE
N (
%)
mendukung tidak mendukung
100
51,4 54,3
0
48,6 45,7
0
20
40
60
80
100
120
Aktivitas wisatawan gaya hidup budaya luar
RE
SP
ON
DE
N (
%)
menerima tidak menerima
50
harus dibatasi dengan norma-norma yang berlaku di Karimunjawa, seperti cara
berbicara sopan dengan lawan bicara dan tidak menggunakan pakaian yang
terlalu terbuka. Sebagian masyarakat lainnya memilih sikap untuk tidak
menerima perubahan gaya hidup akibat adanya kegiatan ekowisata, dengan
alasan gaya hidup akan berubah dengan sendirinya tanpa ada pengaruh dari
kegiatan ekowisata bukan suatu hal yang perlu disikapi.
Gambar 9 Histogram sikap masyarakat bukan penyedia jasa wisata terhadap
kegiatan ekowisata di Karimunjawa
Masuknya budaya luar yang dibawa oleh wisatawan merupakan nilai
positif untuk pengenalan budaya. Masyarakat Karimunjawa mempertahankan
budaya lokal dengan harapan budaya yang ada di Karimunjawa dapat dijadikan
daya tarik wisata dan memberikan dampak sosial maupun ekonomi bagi
masyarakat. Budaya lokal yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat
Karimunjawa adalah berbicara menggunakan bahasa daerah, penangkapan
ikan secara tradisional dan ramah lingkungan.
Kegiatan ekowisata memberikan pengaruh terhadap perekonomian
masyarakat Karimunjawa. Bagi masyarakat penyedia jasa wisata, perubahan
perekonomian sangat dirasakan karena mereka dapat memanfaatkan peluang
usaha. Bantuan modal usaha sangat dibutuhkan oleh masyarakat Karimunjawa
untuk mengembangkan jenis usaha atau jasa yang dijual oleh penyedia jasa
wisata. Pemerintah dalam hal ini memiliki program dan kegiatan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan diantaranya peningkatan kualitas
SDM dengan pelatihan bagi pramuwisata, sertifikasi hotel dan homestay,
promosi wisata, penyelenggaraan event-event sosial dan budaya, peningkatan
sarana dan prasarana, serta perizinan usaha wisata.
2) Tingkat Pasrtisipasi Masyarakat
Toleransi masyarakat terhadap partisipasi perkembangan ekowisata
Karimunjawa, tersaji pada gambar untuk masyarakat penyedia jasa wisata dan
gambar untuk masyarakat bukan penyedia jasa wisata. Masyarakat penyedia
jasa wisata ikut serta berpartisipasi memajukan ekowisata di Taman Nasional
Karimunjawa baik secara personal, bekerjasama dengan Balai Taman Nasional
88,57
27,1421,43
11,43
72,8678,57
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
aktivitas wisatawan gaya hidup budaya luar
RE
SP
ON
DE
N (
%)
menerima tidak menerima
51
Karimunjawa dalam konservasi lingkungan dan Pemerintah. Sebagian
masyarakat penyedia jasa wisata tidak ikut berpartisipasi dan bekerjasama
dengan BTNKJ dan pemerintah, bentuk partisipasi tersebut berupa sosialisasi
pembayaran PNBP kepada wisatawan. Berdasarkan PP No. 12 Tahun 2014
tentang Tarif Jenis Penerimaan Bukan Pajak Balai Taman Nasional
Karimunjawa, diwajibkan kepada setiap wisatawan membayar PNBP.
Masyarakat berpendapat jika PNBP tersebut dibebankan kepada wisatawan,
akan menambah besaran harga paket wisata yang dijual oleh penyedia jasa
wisata.
Masyarakat Karimunjawa beserta Balai Taman Nasional Karimunjawa
telah bekerjasama dalam melaksanakan program-program terkait konservasi
diantaranya penataan zonasi taman nasional, sosialisasi izin usaha pemanfaatan
jasa wisata alam, sosialisasi pemanfaatan wisata di zona pemanfaatan wisata
bahari, sosialisasi kebersihan lingkungan dan monitoring pengembangan usaha
ekonomi TNKJ. Tujuan utama masyarakat berpartisipasi dengan BTNKJ dan
pemerintah untuk memajukan ekowisata adalah untuk meningkatkan
perekonomian dan peningkatan sarana prasarana yang ada di Karimunjawa,
selain tetap menjaga kondisi ekologi.
Gambar 10 Histogram partisipasi masyarakat penyedia jasa wisata terhadap
kegiatan ekowisata di Karimunjawa
Masyarakat bukan penyedia jasa wisata lebih banyak berpartisipasi
dengan mengikuti program-program konservasi yang diselenggarakan oleh
Balai Taman Nasional Karimunjawa, karena kawasan TNKJ merupakan lokasi
utama masyarakat Karimunjawa untuk menangkap ikan dan bertani. Selain itu
masyarakat bukan penyedia jasa turut bekerjasama dengan pemerintah melalui
program-program bagi masyarakat pesisir dan tidak berpartisipasi untuk
memajukan ekowisata karimunjawa dengan pendapat ekowisata akan
berkembang dengan sendirinya karena pengalaman yang dibawa oleh
wisatawan.
100 100
55,71
0 0
44,29
0
20
40
60
80
100
120
memajukan ekowisata kegiatan konservasi kerjasama dengan
Pemerintah dan BTNKJ
RE
SP
ND
EN
(%
)
Ya Tidak
52
Gambar 11 Histogram partisipasi masyarakat bukan penyedia jasa wisata
terhadap kegiatan ekowisata di Karimunjawa
3) Konflik atau Permasalahan antar Pihak
Pembangunan sarana dan prasarana penunjang ekowisata akan
menyebabkan ketegangan sosial yang berdampak pada masyarakat lokal
(Nurdin 2012). Konflik-konflik kemungkinan terjadi antar masyarakat,
wisatawan, BTNKJ dan pemerintah. Konflik tersebut terkait sumberdaya alam,
degradasi lingkungan, kemunduran budaya, ekonomi, dan etika. Berdasarkan
hasil kuesioner dan FGD, konflik-konflik yang terjadi diantaranya disajikan
pada Tabel 37.
Tabel 37 Konflik yang terjadi di Karimunjawa
No Jenis
Konflik Sebab Akibat Keterlibatan Penyelesaian
1 Penggunaan
air bersih
Banyaknya
pengguna air
bersih, terutama
pada puncak
musim liburan
Debit air
berkurang
Masyarakat
dengan
masyarakat
BTNKJ
melakukan
evaluasi dan
survey debit air
bekerjasama
dengan Kelompok
Tirta Kencana dan
sebagian warga
memanfaatkan
sumur dengan
kondisi air payau
2 Kerusakan
terumbu
karang
Banyaknya
wisatawan yang
masih
memegang dan
menginjak
terumbu karang
secara sengaja
maupun tidak
sengaja
Kerusakan
ekosistem
laut
Wisatawan
dengan
masyarakat
dan BTNKJ
Melakukan
sosialisasi kepada
wisatawan
sebelum
melakukan
aktivitas snorkling
maupun diving
11,43
81,43
94,2988,57
18,57
5,71
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
memajukan ekowisata kegiatan konservasi kerjasama dengan
Pemerintah dan
BTNKJ
RE
SP
ON
DE
N (
%)
Ya Tidak
53
Lanjutan Tabel 37
No Jenis
Konflik Sebab Akibat Keterlibatan Penyelesaian
3 Konflik
verbal
Wisatawan yang
acuh dan tidak
mengindahkan
sopan santun
kepada
masyarakat
Karimunjawa
Terjadi
perselisihan
secara
verbal
Wisatawan
dengan
masyarakat
Mensosialisasikan
untuk menjaga
etika dan sopan
santun kepada
masyarakat
maupun
wisatawan
4 Minuman
beralkohol
Permintaan
wisatawan
terhadap
minuman
beralkohol
Masyarakat
ikut
terbawa
gaya hidup
minum-
minuman
beralkohol
yang
berujung
mabuk-
mabukan
dan
meresahkan
warga
Wisatawan
dengan
masyarakat
dan
pemerintah
Diterbitkannya
Perda Kab. Jepara
No. 2 Tahun 2013
Tentang Larangan
Minuman
Beralkohol
5 Cara
berpakaian
Terdapat
wisatawan
menggunakan
pakaian renang
di sekitar
permukiman
warga
Melanggar
norma
kesopanan
Wisatawan
dengan
masyarakat
Wisatawan hanya
diperbolehkan
menggunakan
pakaian renang
pada saat
melakukan
aktivitas di laut
dan atau pantai
6 Pengelolaan
PNBP
BTNKJ
Banyaknya
wisatawan
maupun
penyedia jasa
yang tidak
membayar
PNBP
Rendahnya
peneriman
negara dari
PNBP
Wisatawan
dan
masyarakat
dengan
BTNKJ
Melakukan
koordinasi dengan
Pemkab Jepara
terkait PNBP dan
melakukan
sosialisasi di luar
kawasan TNKJ
7 Pendapatan
masyarakat
penyedia
jasa
Pelayanan bagi
wisatawan tidak
tersebar secara
merata
Pendapatan
ekonomi
berbeda
bagi
masyarakat
penyedia
jasa wisata
Masyarakat
penyedia jasa
wisata
Melakukan
koordinasi dengan
pembagian jadwal
dan kuota
pendampingan
wisatawan
8 Alat
tangkap
ikan
Penangkapan
ikan
menggunakan
alat tangkap
tidak ramah
lingkungan
Merusak
ekosistem
perairan
Masyarakat
dengan
BTNKJ
Dilakukan
tindakan tegas
berupa sanksi
pidana
54
Banyaknya masyarakat yang pernah terlibat konflik selengkapnya tersaji
pada gambar 12 dan gambar 13. Konflik antara masyarakat dengan wisatawan
jarang terjadi karena menurut masyarakat penyedia jasa wisata menghindari
konflik dan memberikan pelayanan maksimal merupakan faktor penting untuk
memuaskan wisatawan dengan menjalin komunikasi yang baik, kejelasan
penyampaian informasi dan aturan-aturan yang berlaku bagi wisatawan. Bagi
masyarakat bukan penyedia jasa wisata, konflik dengan wisatawan jarang
terjadi. Hal ini disebabkan intensitas pertemuan atau interaksi antara
masyarakat dengan wisatawan sangat sedikit, karena sebagian besar aktivitas
wisatawan tidak dekat dengan pemukiman warga.
Konflik yang terjadi antara masyarakat penyedia jasa wisata dengan
pemerintah dan BTNKJ terkait kebijakan-kebijakan, seperti pembayaran
PNBP, larangan minuman beralkohol, dan rusaknya terumbu karang akibat
aktivitas wisatawan. Terbitnya Perda Kabupaten Jepara tentang Larangan
Minuman Beralkohol menimbulkan keresahan bagi masyarakat penyedia jasa,
karena adanya permintaan wisatawan terkait minuman beralkohol di
Karimunjawa. Kerusakan terumbu karang akibat aktivitas wisatawan
disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pramuwisata,
meskipun sosialisasi telah dilakukan. Konflik antara masyarakat bukan
penyedia jasa dengan pemerintah dan BTNKJ adalah terjadinya kerusakan
terumbu karang akibat penangkapan ikan menggunakan alat tangkap yang
tidak ramah lingkungan.
Gambar 12 Histogram konflik masyarakat penyedia jasa wisata
Faktor ekonomi menjadi penyebab terjadinya konflik antar masyarakat
penyedia jasa wisata. Konflik akibat fakor ekonomi disebabkan karena
persaingan usaha dan kualitas jasa yang ditawarkan kepada wisatawan. Harga
terjangkau dengan kualitas memuaskan, menjadi salah satu pilihan utama bagi
wisatawan untuk menentukan menggunakan jasa wisata. Bagi masyarakat
bukan penyedia jasa wisata faktor ketersediaan air bersih yang mengakibatkan
konflik antar masyarakat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Ramadhan (2016), nilai imbuhan air tanah sebesar 462,932 m3/tahun, cadangan
statis air tanah sebesar 8,242,352 m3 dan cadangan dinamis sebesar 30,025
10
34,2927,14
90
65,7172,86
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
konflik dengan
wisatawan
konflik dengan
pemerintah dan atau
BTNKJ
konflik antar
masyarakat
RE
SP
ON
DE
N (
%)
Pernah Tidak pernah
55
m3/hari, sehingga pemanfaatan air tanah harus lebih sedikit dari 462,932
m3/tahun. Pengelola air Satuan Kerja Tirta Kencana Karimunjawa
menyebutkan bahwa setiap bulannya penggunaan air bersih sebesar 12,105
m3/bulan dengan debit sebesar 4.67 liter/detik. Melihat kondisi tersebut,
masyarakat khawatir ketersediaan air tanah akan semakin berkurang terutama
pada saat musim kemarau dan musim liburan.
Gambar 13 Histogram konflik masyarakat bukan penyedia jasa wisata
Strategi Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Karimunjawa
Analisis Strength Weakness Opportunities Threat (SWOT)
Identifikasi faktor eksternal dan internal dilakukan melalui wawancara
langsung dengan responden dan hasil FGD dengan masyarakat, BTNKJ dan
pemerintah. Faktor internal terdiri dari 2 faktor, yaitu kekuatan (strength) dan
kelemahan (weakness). Faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah potensi Taman
Nasional Karimunjawa sebagai kawasan ekowisata, dukungan parttisipasi dan toleransi
masyarakat Karimunjawa terhadap kegiatan ekowisata, pelayanan yang diberikan
masyarakat kepada wisatawan, peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi, dan
wisatawan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Faktor yang menjadi
kelemahan dalam pengelolaan ekowisata berdasarkan daya dukung sosial di TNKJ adalah
peranan budaya lokal sebagai atraksi wisata masih lemah, belum optimalnya pengelolaan
kebersihan lingkungan, kualitas SDM masih rendah, dan implementasi kebijakan-
kebijakan belum optimal.
Faktor eksternal terdiri dari 2 faktor, yaitu peluang (opportunities) dan
ancaman (threaths). Faktor yang menjadi peluang adalah peluang usaha bagi
masyarakat Karimunjawa, peluang adanya bantuan modal untuk usaha, peningkatan
perekonomian masyarakat Karimunjawa, dan peningkatan infrastruktur di Karimunjawa.
Faktor yang menjadi ancaman adalah meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan,
masuknya budaya asing mengancam degradasi budaya lokal, terjadinya konflik antar
pihak, perubahan perilaku, dan kerusakan lingkungan akibat pariwisata massal.
2,86
28,57
15,71
97,14
71,43
84,29
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
konflik dengan
wisatawan
konflik dengan
pemerintah dan atau
BTNKJ
konflik antar
masyarakat
RE
SP
ON
DE
N (
%)
Pernah Tidak pernah
56
Tabel 38 Faktor internal dan eksternal strategi pengelolaan ekowisata berdasarkan
daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa
Faktor Internal
Kekuatan
1. Potensi Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan ekowisata
2. Dukungan, partisipasi dan toleransi masyarakat Karimunjawa terhadap
kegiatan ekowisata
3. Peran serta masyarakat dalam kegiatan konservasi
4. Pelayanan yang diberikan masyarakat kepada wisatawan
Kelemahan
1. Peranan budaya lokal sebagai atraksi wisata masih lemah
2. Belum optimalnya pengelolaan kebersihan lingkungan
3. Kualitas SDM masih rendah
4. Implementasi kebijakan-kebijakan belum optimal
Faktor Eksternal
Peluang
1. Peluang usaha bagi masyarakat Karimunjawa
2. Peluang adanya bantuan modal untuk usaha
3. Peningkatan perekonomian masyarakat Karimunjawa
4. Peningkatan infrastruktur di Karimunjawa
Ancaman
1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan
2. Masuknya budaya asing mengancam degradasi budaya lokal
3. Terjadinya konflik antar pihak
4. Kerusakan lingkungan akibat mass tourism
Matriks SWOT
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan mempertimbangkan relasi faktor
internal dan faktor eksternal, maka diperoleh alternatif strategi pengelolaan
ekowisata berdasarkan daya dukung sosial di Taman Nasional Karimunjawa yang
disajikan pada Tabel 39.
1. Strategi S-O
Penetapan status KSPN bidang ekowisata oleh pemerintah pusat,
mengakibatkan peningkatan promosi ekowisata di TNKJ diperlukan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke TNKJ dan mendorong partisipasi
masyarakat untuk terlibat. Ekowisata memberikan peluang usaha bagi
masyarakat Karimunjawa untuk mendongkrak perekonomian bagi masyarakat
Karimunjawa, karena salah satu faktor kesuksesan ekowisata ditentukan
berdasarkan perekonomian.
Peran masyarakat pada kegiatan ekowisata selain menjadi penyedia jasa
wisata adalah sebagai konservator lingkungan. Namun kegiatan-kegiatan
konservasi yang dilakukan dapat dikemas menjadi atraksi wisata dan pendidikan
yang melibatkan wisatawan. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang
kegiatan ekowisata diperlukan untuk memudahkan dan memberikan
kenyamanan bagi masyarakat dan wisatawan di TNKJ.
57
Tabel 39 Matriks SWOT pengelolaan ekowisata Taman Nasional Karimunjawa
berdasarkan daya dukungsosial
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness)
1. Potensi Taman Nasional
Karimunjawa sebagai
kawasan ekowisata
2. Dukungan, partisipasi dan
toleransi masyarakat
Karimunjawa terhadap
kegiatan ekowisata
3. Peran serta masyarakat
dalam kegiatan konservasi
4. Penetapan sebagai KSPN
bidang ekowisata
1. Peranan budaya lokal
sebagai atraksi wisata
masih lemah
2. Belum optimalnya
pengelolaan kebersihan
lingkungan
3. Kualitas SDM masih
rendah
4. Implementasi kebijakan-
kebijakan belum optimal
Peluang (opportunities) Strategi S-O Strategi W-O
1. Peluang usaha bagi
masyarakat Karimunjawa
2. Peluang adanya bantuan
modal untuk usaha
3. Peningkatan perekonomian
masyarakat Karimunjawa
4. Peningkatan infrastruktur
di Karimunjawa
1. Meningkatkan promosi
ekowisata di TNKJ
2. Aktivitas konservasi
dijadikan atraksi wisata
dengan melibatkan
wisatawan
3. Meningkatkan sarana dan
prasarana penunjang
kegiatan ekowisata
4. Mendorong masyarakat
berpartisipasi terhadap
kegiatan ekowisata dengan
adanya bantuan modal
usaha
1. Pemanfaatan dan
pelestarian budaya lokal
sebagai atraksi wisata dan
peluang usaha yang
melibatkan seluruh
komponen masyarakat
untuk meningkatkan
perekonomian
2. Optimalisasi kebijakan-
kebijakan untuk
mendorong perekonomian
dan pembangunan
infrastruktur serta
peningkatan kualitas
SDM yang berwawasan
budaya lokal
3. Pengelolaan kebersihan
dengan memanfaatkan
bahan bekas untuk didaur
ulang menjadi kerajinan
khas Karimunjawa
Ancaman (threaths) Strategi S-T Strategi W-T
1. Meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan
2. Masuknya budaya asing
mengancam degradasi
budaya lokal
3. Terjadinya konflik antar
pihak
4. Kerusakan lingkungan
akibat mass tourism
1. Penguatan nilai-nilai
budaya dan sejarah
masyarakat Karimunjawa
yang dapat dipromosikan
bagi wisatawan
2. Sosialisasi peranan
ekowisata terhadap sosial
budaya, ekonomi dan
lingkungan
1. Optimalisasi budaya lokal
untuk meminimalisir
perubahan sikap negatif
dan konflik
2. Penguatan SDM dengan
keahlian-keahlian tertentu
3. Penguatan sosialisasi
kebijakan untuk
mengantisipasi terjadinya
konflik dan kerusakan
SDA
58
2. Strategi W-O
Strategi-strategi W-O meminimalisir kelemahan untuk memanfaatkan
peluang-peluang yang ada di TNKJ. Pemanfaatan dan pelestarian budaya lokal
sebagai atraksi wisata dan peluang usaha yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat untuk meningkatkan perekonomian. Masyarakat bukan penyedia
jasa wisata memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam kegiatan
ekowisata dengan memanfaatkan kebudayaan lokal masyarakat Karimunjawa
sebagai atraksi wisata. Cerita rakyat masyarakat Karimunjawa dapat dijadikan
pedoman hidup bagi masyarakat Karimunjawa maupun wisatawan.
Kebijakan-kebijakan yang telah dibentuk belum dapat diimplementasikan
secara maksimal oleh pengelola, pemerintah, dan masyarakat. Optimalisasi
kebijakan-kebijakan untuk mendorong perekonomian dan pembangunan
infrastruktur serta peningkatan kualitas SDM yang berwawasan budaya lokal
diperlukan untuk memaksimalkan kebijakan-kebijakan tersebut dan
menciptakan SDM yang berkepribadian budaya lokal Karimunjawa.
Pengelolaan kebersihan dengan memanfaatkan bahan bekas untuk didaur ulang
menjadi kerajinan khas Karimunjawa merupakan salah satu peluang usaha bagi
masyarakat Karimunjawa, karena Kecamatan Karimunjawa belum memiliki
sistem pengelolaan sampah.
3. Strategi S-T
Ancaman masuknya budaya asing dapat memberikan pengaruh terhadap
masyarakat Karimunjawa, sehingga perlu penguatan nilai-nilai budaya
masyarakat Karimunjawa untuk mencegah terjadinya degradasi budaya dan
meminimalisir pengaruh negatif dari wisatawan. Sosialisasi peranan ekowisata
terhadap sosial budaya, ekonomi dan lingkungan penting dilakukan oleh
pengelola dan pemerintah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
Karimunjawa terkait kegiatan ekowisata, sehingga persepsi yang diterima oleh
masyarakat tidak salah.
4. Strategi W-T
Perubahan sikap masyarakat Karimunjawa memang tidak dapat
dihindarkan, karena merupakan bentuk penyesuaian terhadap kebutuhan
ekowisata dan memberikan pelayanan optimal kepada wisatawan. Namun
perubahan sikap ke arah negatif perlu dihindari, sehingga perlu optimalisasi
budaya lokal untuk meminimalisir perubahan sikap negatif dan konflik-konflik
yang kemungkinan terjadi antara wisatawan, masyarakat, pengelola, maupun
pemerintah. Kebijakan-kebijakan yang ada perlu disosialisasikan dan
dioptimalkan untuk menghindari terjadinya konflik antar kepentingan.
Kelemahan yang ada pada saat ini masih rendahnya kualitas SDM, sehingga
perlu adanya penguatan SDM dengan keahlian-keahlian tertentu tidak hanya
pada sektor wisata saja, melainkan keahlian pada sektor lain seperti kesehatan,
permesinan, dan kesenian.
Implementasi alternatif strategi pengelolaan ekowisata dapat dilakukan
melalui 4 pendekatan, yaitu: pendekatan pengunjung/ wisatawan, pendekatan
masyarakat (pelaku usaha dan bukan pelaku usaha), pendekatan SDM, dan
pendekatan sarana prasarana.
59
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana terkait pengaruh perilaku wisatawan
terhadap sikap masyarakat penyedia jasa wisata di Karimunjawa didapatkan
pengaruh positif perilaku wisatawan terhadap sikap masyarakat penyedia jasa
wisata sebesar 22.6%. Sedangkan untuk masayarakat bukan penyedia jasa wisata
tidak didapatkan perubahan sikap masyarakat akibat perilaku wisatawan.
Perubahan sikap masyarakat diakibatkan adanya pengaruh dari perilaku
wisatawan seperti bahasa, gaya berbicara, gaya berpakaian, penghasilan, hingga
sikap toleransi. Perubahan sikap tersebut dianggap wajar karena merupakan
bentuk penyesuaian masyarakat terhadap perkembangan pariwisata.
2. Hasil yang didapatkan adalah nilai indeks kepuasan pelanggan berada pada
angka 74.46% (puas) dan tingkat toleransi penerimaan kegiatan ekowisata
sebesar 100% (sudah baik) bagi masyarakat penyedia jasa wisata dan 75.7% bagi
masyarakat bukan penyedia jasa wisata. Masyarakat karimunjawa menerima
kehadiran wisatawan akibat kegiatan ekowisata yang dibarengi dengan kualitas
pelayan yang diberikan oleh masyarakat.
3. Hasil analisis SWOT didapatkan alternatif-alternatif strategi, yaitu
meningkatkan promosi ekowisata di TNKJ, aktivitas konservasi dijadikan
atraksi wisata dengan melibatkan wisatawan, meningkatkan sarana dan
prasarana penunjang kegiatan ekowisata, mendorong masyarakat berpartisipasi
terhadap kegiatan ekowisata dengan adanya bantuan modal usaha, penguatan
nilai-nilai budaya masyarakat Karimunjawa, sosialisasi peranan ekowisata
terhadap sosial budaya, ekonomi dan lingkungan, optimalisasi budaya lokal
untuk meminimalisir perubahan sikap negatif dan konflik, penguatan SDM
dengan keahlian-keahlian tertentu, dan penguatan kebijakan untuk
mengantisipasi terjadinya konflik dan kerusakan SDA.
Saran
1. Pelestarian nilai-nilai budaya perlu ditingkatkan oleh masyarakat Karimunjawa
untuk menghindari terjadinya degradasi budaya dan menonjolkan identitas
masyarakat Karimunjawa.
2. Pengemasan daya tarik wisata berupa budaya dan sejarah Karimunjawa perlu
dilakukan sebagai bentuk pengenalan budaya bagi wisatawan.
3. Diperlukan peran serta pengelola (BTNKJ) dan pemerintah dengan melakukan
sosialisasi, pembinaan, pelatihan bagi masyarakat dalam menghadapi kegiatan
ekowisata.
4. BTNKJ sebagai pengelola kawsan TNKJ perlu melakukan koordinasi dengan
masyarakat terkait kebijakan-kebijakan yang bertentangan atau tidak sependapat
dengan masyarakat.
5. Perlu adanya perbaikan kinerja untuk meningkatkan kepuasan wisatawan dan
tingkat toleransi penerimaan oleh masyarakat. Peningkatan kinerja pelayanan
pada indikator kepuasan wisatawan adalah kebudayaan lokal sebagai atraksi
wisata, kebersihan lingkungan, keterampilan penyedia jasa dan jaminan
60
keterjangkauan harga. Indikator toleransi penerimaan oleh masyarakat yang
perlu ditingkatkan adalah peran masyarakat berpartisipasi dengan pemerintah
dan BTNKJ untuk memajukan ekowisata di TNKJ.
6. Wisatawan disarankan melakukan aktivitas wisata sesuai dengan peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan oleh BTNKJ dan masyarakat Karimunjawa.
DAFTAR PUSTAKA
Aldyza N, Sarong MA, Rizal S. 2015. Monitoring of hard coral covers and zonation
of marine conservation area of Tuan Island, Aceh Besar district, Indonesia.
AACL Bioflux. 8(5): 640-647.
Ali H. 2008. Marketing. Yogyakarta (ID): Media Pressindo.
Armenski T, Pavlukovic V, Pejovic L, Durdjev B, Lukic T. 2011. Interaction
between tourists And residents: Influence in tourism development. Journal
Polish Sociological Review. 173(1): 107-118.
Anwar S. 2009. Strategi Pengembangan Pariwisata Bidang Sapta Pesona Dinas
Pariwisata Kabupaten Lampung Barat [tesis]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Arifin Z, Rahayu IT. 2012. Hubungan antara orientasi religius locus of control dan
psychological well-being mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. Jurnal El-Qudwah. 4(4): 1-18.
Arnberger A, Haider W, Muhar A. 2004. Social carrying capacity of an urban park
in Vienna. Economic and Social Impacts of Recreation and Nature Tourism.
1(1):361-368.
Attallah N. 2015. The estimation of physical and real carrying capacity with
application on Egypt’s tourist sites. Journal of Tourism Research. 12(1): 67-
85.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2019. Kecamatan Karimunjawa
Dalam Angka 2019. Jepara (ID): BPS.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2014. Standar Nasional Indonesia (SNI) 8013:
2014 Tentang Pengelolaan Paariwisata Alam. Jakarta (ID): BSN.
[BTNKJ] Balai Taman Nasional Karimunjawa. 2020. Statistik Balai Taman
Nasional Karimunjawa Tahun 2019. Semarang (ID): BTNKJ.
Bhote KR. 1996. Beyond Customer Satisfaction to Customer Loyalty: The Key to
Greater Profitability. New York (US): AMA Membership Publications
Division.
Bjork P. 2000. Ecotourism from a conceptual perspective an extended definition of
a unique tourism form. International Journal of Tourism Research. 2(3):189-
202.
Boniface B, Cooper C. 2005. Worldwide destinations: The geography of travel and
tourism. Elsevier.
Bonilla JM, Bonilla LM. 2008. Measuring social carrying capacity: An exploratory
study. Tourismos: An International Multidisciplinary Journal Of Tourism.
3(1):116-134.
61
Brightsmith DJ, Stronza A, Holle K. 2008. Ecotourism, conservation biology, and
volunteer tourism: a mutually beneficial triumvirate. Biological
Conservation. 141(2008): 2832-2842.
Butarbutar R, Soemarno. 2013. Environmental effects of ecotourism in Indonesia.
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies. 1(3):97-107.
Carter E, Lowman G. 1994. Ecotourism: a Sustainable Option?. New York (US).
Wiley.
Chandralal L, Valenzuela F. 2013. Exploring memorable tourism experiences:
Antecedents and behavioural outcomes. Journal of Economics, Business and
Management. 1(2):177–81.
Chon K. 1989. Understanding recreational traveler’s motivation, attitude and
satisfaction. The Tourist Review. 44(1): 3-7.
Clawson M, Knetsch JL. 1966. Economics of Outdoor Recreation. Baltimore (US).
Hopkins Press.
Cole S. 2003. Cultural Tourism Development in Ngadha, Indonesia [tesis]. London
(UK): London Metropolitan University.
Cooper RD, Emory WC. 1996. Metode Penelitian Bisnis, edisi 5 jilid 1. Jakarta
(ID). Erlangga.
Damanik J, Weber FH. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke Aplikasi.
Yogyakarta (ID). CV. Andi Offset.
De Ruyck M, Soares AG, McLachlan AA. 1997. Social carrying capacity as a
management tool for sandy beaches. Journal of Coastal Research. 13(3): 822-
830.
[Depbudpar-WWF] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan World Wildlife
Fund. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Jakarta
(ID): Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Donnelly M., Vaske JJ, Whittaker D, Shelby B. 2000. Towards and understanding
of norm prevalence: A comparative analysis of 20 years of research.
Environmental Management. 25: 403–414.
du Toit A. 2016. Using environmental scanning to collect strategic information : A
South African survey. Information Management. 36(1):16-24.
Faturochman, Widaningrum A. 1993. Konsep dan indikator daya tampung sosial.
Populasi. 4(2): 71-84.
Getz D. 1981. Effects of tourism on the host population: A case study of tourism
and potential regional development in the Badenoch-Strathspey district of the
Scottish Highlands. [Disertasi]. Department of Geography. University of
Edinburgh.
Ghazinoory S, Abdi M, Azadegan-Mehr M. 2011. Swot methodology: A state-of-
the-art review for the past, a framework for the future. Journal of Business
Economics and Management. 12(1): 24-48.
Gunn R, Williams W. 2007. Strategic tols: an empirical investigation into strategy
in practice in the UK. Briefings in Entrepreneurial Finance. 16(5): 201-216.
Hall CM, Page SJ. 2006. The Geography of Tourism and Recreation: Space, Place
and Environment (3rd ed.). London (UK): Routledge.
Hijriani A, Muludi K, Andini EA. 2016. Implementasi metode regresi linier
sederhana pada penyajian hasil prediksi pemakaian air bersih pdam way rilau
kota bandar lampung dengan sistem informasi geofrafis. Jurnal Informatika
Mulawarman. 11(2): 37-42.
62
Hijriati E, Mardiana R. 2014. Pengaruh ekowisata berbasis masyarakat terhadap
kondisi ekologi sosial dan ekonomi di kampung batusuhunan sukabumi.
Jurnal Sosiologi Pedesaan. 2(3): 146-159.
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia. 2004. Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor: P.19/Menhut-II/2004 Tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta (ID): Kementerian
Kehutanan.
Kotler K. 2009. Manajemen Pemasaran: jilid 1 edisi ke 13. Jakarta (ID): Erlangga.
Kurnia R. 2005. Penentuan daya dukung lingkungan pesisir: Makalah individu
pengantar falsafah sains [internet].[diunduh 15 Desember 2019]. Tersedia
pada: www.rudyct.com/PPS702-ipb/rahmat_kurnia.
Laksono AM, Mussadun. 2014. Dampak aktifitas ekowisata di pulau karimunjawa
berdasarkan persepsi masyarakat. Jurnal Teknik PWK. 3(2): 262-273.
Larsen S. 2007. Aspects of a psychology of the tourist experience. Scandinavian
Journal of Hospitality and Tourism. 7(1): 7-18.
Latan H, Temalagi S. 2013. Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi
Menggunakan Program IBM SPSS 20.0. Bandung (ID): Alvabeta.
Leavitt JH. 1997. Psikologi Manajemen (Terjemahan M.Zarkasi). Jakarta (ID):
Erlangga.
Lucyanti S. 2013. Strategi Pengembangan Objek Wisata Alam Bumi Perkemahan
Palutungan Berdasarkan Pendekatan Daya Dukung Lingkungan di Taman
Nasional Gunung Ciremai [tesis]. Semarang. Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Lundberg DE. 1974. Caribbean tourism: Part 2. Social and racial tensions. Cornell
H.R.A. Quarterly 15(1): 82-87.
Mar’at. 1984. Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta (ID):
Ghalia Indonesia.
Martilla JA, James JC. 1977. Importance-Performance Analysis: An easily-applied
technique for measuring attribute importance and performance can further the
development of effective marketing program. Journal of Marketing. 41(1):
77-79.
Martinez CL. 2003. Evaluation Report: Tools Cluster Networking Meeting #1.
Arizona (US): CenterPoint Institute Inc.
Marzetti S, Mosetti R. 2004. Sustainable tourism development and social carrying
capacity: a case-study on the North-Western Adriatic Sea. Sustainable
Tourism. 76(19): 211-220.
Marzetti S, Mosetti R. 2005. Social carrying capacity of mass tourist sites:
theoretical and practical issues about its measurement. Natural Resources
Management. 144(5): 1-22.
Mastika IK. 2018. Pengembangan ekowisata berwawasan kearifan lokal di wilayah
eks Karesidenan Besuki, Jawa Timur. Jurnal Master Pariwisata. 4(2): 240-
252.
Mathieson A, Wall G. 1982. Tourism: Economic, physical and social impacts.
England (UK): Longman.
Mei XY. 2014. Boring and expensive: The challange of developing experience-
based tourism in the inland region, Norway. Tourism Management
Perspective. 12(1): 71-80.
63
Moleong L. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): PT Remaja
Rosdakarya
Morissan A. 2007. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta (ID):
Ramdina Prakarsa.
Mulyana D. 2013. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung (ID): Remaja
Rosdakarya.
Nababan M G, Munasik, Yulianto I, Kartawijaya T, Prasetia R, Ardiwijaya R L,
Pardede S T, Sulisyati R, Mulyadi, Syaifudin Y. 2010. Status ekosistem di
Taman Nasional Karimunjawa 2010. Bogor (ID): WCS - Indonesia Program.
Nugroho I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta (ID):
Penerbit Pustaka Pelajar.
O’Dell T. 2007. Tourist experiences and academic junctures. Scandinavian Journal
of Hospitality and Tourism. 7(1): 34-45.
O’Reilly AM. 1986. Tourism carrying capacity: concept and issues. Tourism
Management. 7(4): 254-258.
Oktaviyanti S. 2013. Dampak sosial budaya interaksi wisatawan dengan
masyarakat lokal di kawasan sosrowijayan. Jurnal Nasional Pariwisata. 5(3):
201-208.
Oliver RL. 1981. Measurement and evaluation of satisfaction processes in retail
settings. Journal of Retailing. 57(3): 25-48.
Parasuraman AP, Zeithaml VA, Berry LL. 1985. A Cpnceptual model of service
quality and its implication for future research (SERVQUAL). Journal of
Marketing. 49(1): 41-50.
Pemerintah Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan
Ekosistemnya. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Phadermrod B, Crowder R, Wills G. 2019. Importance performance analysis based
SWOT analysis. International Journal of Information Management.
44(17):194-203.
Pitana IG, Gayatri PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta (ID): Andi.
Poerwadarminto WJS. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta (ID): Balai
Pustaka.
Prayogi AP. 2011. Dampak perkembangan pariwisata di objek wisata Penglipuran.
Jurnal Perhotelan dan Pariwisata. 1(1): 64-79.
Qomarudin. 2013. Perubahan sosial dan peran masyarakat dalam pengembangan
kawasan wisata kepulauan karimunjawa. Journal of Educational Sosial
Studies. 2(1): 41-46.
Rahadian A. 2019. Model Spasial Pendugaan Biomassa Dan Karbon Mangrove Di
Indonesia [tesis]. Bogor. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Ramadhan AK. 2016. Kajian Potensi Air Tanah Bebas Di Pulau Karimunjawa,
Taman Nasional Karimunjwa, Kabupaten Jepara [tesis]. Yogyakarta.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
64
Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Reisinger Y. 1994. Tourist-host contact as a part of cultural tourism. Journal World
Leisure and Recreation. 36(2):24-28.
Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta.
Robbins SP. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jakarta
(ID): PT Bhuana Ilmu Populer.
Roe D, Williams NL, Clayton. 1997. Take Only Photographs, Leave Only
Footprints: The Environmental Impacts of Wildlife Tourism. IIED Wildlife
And Development Series No. 10.
Saveriades A. 2000. Establishing the social tourism carrying capacity for the tourist
resorts of the east coast of The Republic of Cyprus. Tourism Management.
21(2): 147-156.
Setiawan B, Rijanta R, Baiquni M. 2017. Poverty and tourism: strategies and
opportunities in karimunjawa island, Central Java. Journal of Indonesian
Tourism and Development Studies. 5(2): 121-130.
Shelby B, Heberlein T. 1984. Carrying Capacity in Recreation Settings. Corvallis:
Oregon State University Press.
Siagian SP. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta.
Smadi, Abdullah A, Nour H, Abu-Afouna. 2012. On least squares estimation in a
simple linear regression model with periodically correlated errors: a
cautionary note. Austrian Journal of Statistics. 41(3): 211–226.
Soemanto RB. 2010. Sosiologi Pariwisata: Pengertian Pariwisata, Sosiologi, dan
Ruang Lingkup Sosiologi Pariwisata. Tangerang. Universitas Terbuka.
Stamboulis Y, Skayannis P. 2003. Innovation strategies and technology for
experience-based tourism. Tourism Management. 24(1): 35-43.
Stankova B, Dalmeijer L, Elzerman S. 2005. Review of Best Practices in Handling
Socio-Cultural Impacts in Sustainable Tourism Projects. [Research Paper].
Rotterdam. Erasmus University.
Stronza A, Gordillo J. 2008. Community views of ecotourism. Annals of Tourism
Research. 35(2): 448-468.
Subur R. 2012. Daya Dukung Ekowisata Dengan Pendekatan Kapasitas Adaptif
Ekologi Di Pulau-Pulau Kecil: Kasus Gugus Pulau Guraici Kabupaten
Halmahera Selatan Propinsi Maluku Utara [disertasi]. Bogor (ID). Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung (ID): Tarsito.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung
(ID): Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung (ID):
Alfabeta.
Sujarweni VW. 2014. SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Press.
Sulisyati R, Prihatinningsih P, Mulyadi. 2019. Revisi zonasi Taman Nasional
Karimunjawa sebagai upaya kompromi pengelolaan sumber daya alam.
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk
Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional. 713-724.
Supranto. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanngan. Jakarta (ID): PT.
Rineka Cipta.
65
Supriana N. 1997. Pengembangan Wisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam:
Planning Sustainable. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.
Supriyanto A, Wahyudi A. 2017. Skala karakter toleransi: konsep dan operasional
aspek kedamaian, menghargai perbedaan dan kesadaran individu. Jurnal
Ilmiah Counsellia. 7(2): 61-70.
Tangkere EG, Sondak LW. 2017. Tingkat kepuasan pengunjung terhadap kualitas
pelayanan daerah Wisata Puncak Temboan Tomohon. Jurnal Agri-Sosio
Ekonomi Unsrat. 13(1): 35-46.
Thelisa, Budiarsa M, Widiastuti. 2018. pengaruh pariwisata terhadap kondisi sosial
budaya masyarakat karimunjawa, Jawa Tengah. Jurnal Manajemen
Pariwisata. 4(2): 228-239.
Tsaur SH, Lin YC, Lin JH. 2006. Evaluating ecotourism sustainable from the
integrated perspective of resource, community and tourism. Tourism
Management. 27(4): 640-653.
Vishwanatha, Chandrashekara. 2014. Economic impacts of ecotourism – a
perceptional study. International Journal of Innovative Research and Studies.
3(3): 16-24.
Walgito B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Watson D, Clark LA, Tellegen A. 1988. Development and validation of brief
measures of positive and negative affect: The PANAS scales. Journal of
Personality and Social Psychology, 54(6): 1063–1070.
Widyawati A. 2015. Akar konflik dalam masyarakat multikultural di karimunjawa.
Jurnal Yustisia. 4(3): 602-616.
Wijaya T. 2010. Manajemen Kualitas Jasa Desain Servqual, Qfd, Dan Kano
Disertai Contoh Aplikasi Dalam Kasus Penelitian. Jakarta Barat (ID): Pt
Indeks.
Winata A, Yuliana E, Rusdiyanto E. 2017. Diversity and natural regeneration of
mangrove vegetation in the tracking area on Kemujan Island Karimunjawa
National Park, Indonesia. AES Bioflux, 9(2): 109-119.
Yoeti O. 1999. Pengantar Ilmu Pariwisata Edisi Revisi. Bandung (ID): Penerbit
Angkasa.
Yuliana E. 2016. Pengelolaan perikanan karang dengan pendekatan ekosistem
(Kasus: Taman Nasional Karimunjawa). [Disertasi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Yulianda F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Zaidan E, Kovacs JF. 2017. Resident attitudes towards tourists and tourism growth:
a case study from the middle east, Dubai in United Arab Emirates. European
Journal of Sustainable Development. 6(1): 291-307.
Zhang X. 2012. Research on the development strategies of rural tourism in Suzhou
based on SWOT analysis. Energy Procedia. 16(2012): 1295-1299.