Download - TA Calvin Pembri Gultom
LAPORAN PROYEK AKHIR
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR
DI BEI 2009-2011)
Disusun Oleh:
Calvin Pembri GultomNIM. 1010117510032
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
POLITEKNIK CALTEX RIAU
PEKANBARU
2013
Jl. Umbansari 1 Rumbai, Pekanbaru 28265 – Riau. Telp: 0761-53939, Fax: 0761-554224
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK UMUM YANG
TERDAFTAR DI BEI 2009-2011)
Calvin Pembri Gultom1010117510032
Proyek Akhir ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat UntukMemperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.)
Di Politeknik Caltex Riau
Disetujui Oleh
Pembimbing Penguji
1. Hamdani Arifulsyah, SE 1. Taufan Adi K. SE.,M.Acc.,Ak.,CA NIP. 088302 NIP. 118205
2. Vidiyanna Rizal Putri, SE., M.Si 2. Yefni, SE NIP. 128102 NIP. 098604
3. Heri R.Yuliantoro,SE.,M.Ak.,Akt.,CA NIP. 048114
Mengetahui,Kepala Program Studi Akuntansi
Politeknik Caltex Riau
Heri Ribut Yuliantoro, SE.,M.Ak.,Akt.,CANIP. 04811
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh good corporate governance (GCG) terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan perbankan. Variabel dalam penelitian ini yaitu GCG dengan menggunakan indikator yang terdiri dari proporsi dewan direksi, dewan komisari, dan komite audit. Untuk kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sampel yang digunakan dalam penelitian Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011. Untuk menentukan sampel pilihan digunakan metode purposive sampling. Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan 21 perusahaan perbankan yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini, menujukan bahwa proporsi dewan direksi dan proporsi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA) perbankan. Sedangkan proporsi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan.
Kata Kunci : Good Corparate Governance (GCG), Return On Asset (ROA), Bank Umum, purposive sampling, proporsi dewan direksi, proporsi komisaris, proporsi komite audit
i
ABSTRACT
This study aimed to clarify the effect of good corporate governance (GCG) on firm performance in corporate banking. Variables in this study, namely GCG using the indicator of the proportion of the board composed of directors, council commissioner, and the audit committee. For the company's performance is measured by using the Return on Assets (ROA). The analytical method used was multiple linear regression, because in accordance with the purpose of research is to analyze the influence of the independent variables and the dependent variable. The sample that is used in the study is listed commercial banks in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2009-2011. To determine the choice of samples used purposive sampling method. By using this method the company acquired 21 banks that will be used as a sample in this study. From the results of this hypothesis is that the proportion of the board of directors and board of commissioners have significant proportion of the company's financial performance (ROA) of banks. The results also showed no significant effect on the proportion of the financial performance of banking firms.
Keywords: Corparate Good Governance (GCG), Return on Assets (ROA), Commercial Bank, purposive sampling, proportion of the board of directors, the proportion of commissioners, the proportion of audit committee
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Proyek Akhir
yang berjudul “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA BANK
UMUM YANG TERDAFTAR DI BEI 2009-2011)”.
Proyek Akhir ini merupakan salah satu syarat akademik yang harus
diselesaikan oleh mahasiswa Politeknik Caltex Riau dalam menyelesaikan
program studi di Politeknik Caltex Riau. Rangkaian Proyek Akhir ini dimulai dari
pengajuan judul, pembuatan Proposal, seminar Proposal Proyek Akhir hingga
Naskah Proyek Akhir. Melalui Proyek Akhir ini, penulis telah mendapatkan
tambahan wawasan baru yang sebelumnya belum dimiliki oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Proyek Akhir ini masih
belum sempurna, baik dalam hal materi maupun hal teknik. Maka dari itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan Laporan
Proyek Akhir ini, sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Pekanbaru, September 2013
Penulis,
Calvin Pembri Gultom
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam menyelesaikan Proyek Akhir ini, penulis banyak menerima
bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dan penghargaan kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberika berkat-Nya kepada penulis
sehingga bisa menyelesaikan Laporan Proyek Akhir ini.
2. Kedua Orang Tuaku yang telah memberikan semangat dan penghiburan
selama menghadapi pengerjaan Laporan Proyek Akhir.
3. Bapak Dadang Syarif Sihabudin Sahid S.Si., M.Sc selaku Direktur Politeknik
Caltex Riau.
4. Bapak Heri Ribut Yuliantoro, SE.,M.Ak.,Akt.,CA selaku Kepala Program
Studi Akuntansi Politeknik Caltex Riau.
5. Ibu Yefni, S.E selaku koordinator PA yang telah meluangkan banyak
waktunya untuk menentukan jadwal seminar proposal serta sidang akhir dan
memberikan informasi – informasi mengenai Tugas Akhir serta memberikan
arahan selama pengerjaan Laporan PA.
6. Bapak Hamdani Arifulsyah, S.E sebagai Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktunya untuk memberikan motivasi, pengarahan serta
masukan selama pengerjaan Laporan Proyek Akhir ini.
7. Ibu Vidiyanna Rizal Putri, SE.,M.Si sebagai pembimbing II yang selalu sabar
mengingatkan saya untuk selalu bimbingan dan pengarahan serta motivasi
hingga saya dapat menyelesaikan Laporan Proyek Akhir saya.
8. Bapak Taufan, Bapak Tobi, dan Ibu Yefni selaku penguji.
9. Kepada Ibu Zusanti Syahrial S.pd selaku dosen wali Akuntansi B G10 yang
telah memberikan dukungan serta semangat selama proses perkuliahan di
Politeknik Caltex Riau.
10. Kepada seluruh dosen akuntansi serta seluruh karyawan maupun staff
Politeknik Caltex Riau yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.
11. Kepada teman-teman seperjuangan, Agnes Tiani, Muhammad Arief, Vadhlil
Dzil Ikram Amaya serta keluarga besar MAPALA GAHARU dan
kepengurusan BEM (2012-2013) yang telah memberikan semangat dan
bantuan kepada penulis selama mengerjakan Laporan Proyek Akhir.
12. Kepada semua pihak Akuntansi dan Mekatronika G10 yang juga telah banyak
membantu yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .......................................................................................................................i
ABSTRACT ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... ix
I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 6
II LANDASAN TEORI & PENELITIAN TERDAHULU ....................................... 8
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .................................................................. 8
2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 11
2.2.1 Good Corporate Governance .................................................................................11
2.2.2 Teori Keagenan.................................................................................15
2.2.3 Penerapan GCG.................................Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Peraturan tentang GCG ....................................................................16
2.2.5 Kinerja Keuangan Perusahaan .........................................................17
2.3 Hubungan Variabel Independent dan Variabel Dependent........................21
2.3.1 Hubungan Antara Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan..............21
2.3.2 Hubungan Antara Dewan Komisaris dan Kinerja Perusahaan.........22
vi
2.3.3 Hubungan Antara Komite Audit dan Kinerja Perusahaan...............23
2.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................................24
2.5 Hipotesis Penelitian ..............Error! Bookmark not defined.
III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN & METODOLOGI PENELITIANError! Bookmark not defined.
3.1 Populasi dan Sampel .................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Jenis dan Sumber Data...............................Error! Bookmark not defined.
3.3 Definisi Variabel dan Pengukuran Operasional.......Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Variabel Dependen..........................................................................28
3.3.2 Variabel Indenpen ..........................................................................28
3.4 Metode Analisis Data.................................................................................29
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif............................................................29
3.4.2 Uji Normalitas.................................................................................29
3.4.3 Uji Asumsi Klasik...........................................................................30
3.5 Analisis Regresi..........................................Error! Bookmark not defined.
3.6 Pengujian Hipotesis....................................Error! Bookmark not defined.
3.7 Koefisien Determinasi................................Error! Bookmark not defined.
IV PEMBAHASAN.................................................................................................34
4.1 Gambaran Umum dan Sampel Penelitian..................................................35
4.2 Analisis Data..............................................................................................35
4.2.1 Deskriptif Variabel Penelitian.........Error! Bookmark not defined.
4.3 Pengujian Normalitas.................................................................................38
4.4 Uji Asumsi Klasik......................................................................................39
4.4.1 Uji Autokorelasi...............................................................................39
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas.....................................................................40
4.4.3 Uji Multikolonearitas.......................Error! Bookmark not defined.
4.5 Pengujian Hipotesis....................................................................................42
4.5.1 Uji t..................................................................................................42
4.5.2 Uji F.................................................................................................43
4.6 Analisis Regresi.........................................................................................44
4.7 Koefisien Determinasi................................................................................45
4.8 Analisis Pengaruh GCG terhadap Kinerja Perusahaan..............................46
vii
4.8.1 Pengaruh Proporsi Dewan Direksi Thd Kinerja Perusahaan...........46
4.8.2 Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Thd Kinerja Perusahaan.......47
4.8.3 Pengaruh Proporsi Komite AuditThd Kinerja Perusahaan...........49
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................. Error: Reference source not found
5.2 Saran ...................................................... Error: Reference source not found
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Normalitas (Histogram) .................................................. 37
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas (Probability Plot) ......................................... 38
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heterokedastisitas .......................................................... 41
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ................................................................................. 27
Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Penelitian .................................................................. 35
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas (Kolmogorov Plot) ..................................... 39
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi .................................................................. 39
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas ........................................................... 41
Tabel 4.5 Hasil Uji T ............................................................................................... 42
Tabel 4.6 Hasil Uji F ............................................................................................... 43
Tabel 4.7 Pengujian Koefisien Determinasi ............................................................ 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Nama Bank Umum yang Terdaftar di BEI
Lampiran 2. Tabel Total Asset dan Total Laba Bersih Bank Umum yang
Listed di BEI Tahun 2009 - 2011 (dalam jutaan)
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan sangatlah
penting bagi perusahaan go public. Hal ini dilakukan sebagai wujud
transparansi manajemen terhadap stakeholders. Stakeholders adalah seluruh
pihak yang memiliki kepentingan secara langsung atau tidak langsung
terhadap kegiatan usaha suatu perusahaan. Keterbukaan informasi mengenai
kinerja perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
stakeholders dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi
(Retrinasari, dalam Pranata 2007).
Kinerja perusahaan merupakan ukuran keberhasilan atas pelaksanaan
fungsi-fungsi keuangan. Untuk menilai kinerja perusahaan, maka dilakukan
analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan terbagi atas
5 yaitu, arus kas, laba rugi, perubahan modal, neraca dan catatan atas laporan
keuangan. Pentingnya penilaian kinerja perusahaan dengan melakukan analisis
terhadap laporan keuangan menunjukkan bahwa mengelola suatu perusahaan
dalam abad informasi dengan sistem ekonomi yang bebas dan terbuka menjadi
lebih kompleks. Semakin kompleks aktivitas pengelolaan perusahaan maka
akan meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola perusahaan (corporate
governance) untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik.
Penerapan good corporate governance merupakan sebuah konsep yang
menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain itu juga menunjukkan kewajiban
perusahaan untuk mengungkapkan (disclosure) semua informasi kinerja
keuangan perusahaan secara akurat, tepat waktu dan transparan (Tjager,
2003).
Monks dan Minow (2003), dalam Sam’ani (2008) mendefinisikan
corporate governance sebagai tata kelola perusahaan yang di dalamnya
menjelaskan hubungan antara berbagai pihak yang ada di dalam perusahaan
yang menentukan arah dan kinerja perusahaan. Good Corporate governance
1
merupakan salah satu elemen kunci dalam upaya untuk meningkatkan
efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan komisaris, dewan direksi, para pemegang saham, kreditor,
pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain yang
sesuai dengan tanggung jawabnya.
Good Corporate governance mulai menjadi pembahasan yang penting di
Indonesia, yaitu setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan sejak tahun 1998. Baik pemerintah maupun para investor
berpendapat, bahwa lemahnya penerapan corporate governance di dalam
perusahaan akan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Oleh
karena itu, perlu diberikan perhatian yang lebih terhadap penerapan corporate
governance di dalam perusahaan-perusahaan di Indonesia (Kusumawati dan
Riyanto, 2005).
Melihat kondisi tersebut, pemerintah melakukan kebijakan reformasi
perbankan pada maret 1999 guna untuk mengurangi krisis keuangan yang
terjadi pada tahun 1998, seperti dengan penutupan bank, pengambilalihan 7
bank, rekapitulasi 9 bank, dan menginstruksikan 73 bank untuk
mempertahankan operasinya tanpa melakukan rekapitulasi sehingga pada
tahun 2001 jumlah bank yang tersisa sebanyak 151 bank. Selain melaksanakan
kebijakan reformasi perbankan, pada tahun 2004 pemerintah melalui Bank
Indonesia (BI) melakukan pembenahan fundamental terhadap perbankan
nasional yaitu dengan dikeluarkannya API (Arsitektur Perbankan Indonesia).
Dalam perusahaan perbankan, Good Corporate Governance adalah
faktor penting dalam memelihara kepercayaan dan keyakinan pemegang
saham dan nasabah. Good corporate governance dirasakan semakin penting
seiring dengan meningkatnya risiko bisnis dan tantangan yang dihadapi oleh
industri perbankan. Dengan mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance) dan pengelolaan risiko yang baik, bank
diharapkan dapat terhindar dari dampak buruk krisis perekonomian global.
Dalam setiap pengambilan keputusan bisnis memiliki unsur ketidakpastian
dan juga menimbulkan risiko. Untuk menyikapi hal tersebut industri
perbankan senantiasa mengelola risiko melalui pengawasan yang efektif dan
2
pengendalian internal sebagai bagian dari prinsip – prinsip Good Corporate
Governance.
Kemudian Bank Indonesia mengeluarkan peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006 yang disempurnakan dengan peraturan Bank Indonesia No.
8/14/PBI/2006 tentang “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum”, yang menunjukkan keseriusan Bank Indonesia dalam meminta
pengurus perbankan agar taat untuk menerapkan manajemen risiko guna
melindungi kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalam rangka
melindungi kepentingan masyarakat menjadikan sektor perbankan sebagai
sektor yang highly regulated (sangat diatur).
Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik
membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggung
jawabkan diantara elemen dalam perusahaan (Dewan komisaris, Dewan
direksi, dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan. Dalam paradigma ini dewan komisaris berada pada posisi untuk
memastikan bahwa manajemen telah benar – benar demi kepentingan
perusahaan sesuai strategi yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan
para pemegang saham, yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan.
Demikian juga komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan
strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan
keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan
yang memadai serta dilaksanakannya Good Corporete Goveranance. Apabila
penerapan GCG pada perusahaan telah diterapkan dengan baik, maka laba
perusahaan akan ikut meningkat, yang akan mengakibatkan ROA perusahaan
pun ikut meningkat.
Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan
dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan
yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu
adalah laporan laba rugi karena, berdasarkan laporan itu, dapat dihitung
sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat
kesehatan bank.
3
Keuntungan menggunakan ROA merupakan pengukuran yang
komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang
tercermin dalam laporan ini. Salah satu tujuan perusahaan adalah untuk
mendapatkan laba (profit) sehingga semakin baik dan konsisten perusahaan
menerapkan GCG maka akan semakin mudah perusahaan dalam mencapai
tujuannya yaitu laba.
Beberapa penelitian empiris sebelumnya mengenai faktor-faktor yang
menunjukkan bahwa pelaksanaan Good Corporate governance mempengaruhi
kinerja perusahaan.Dalam penelitian Diandono (2012) dengan judul
“Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan Yang Termasuk Dalam Kelompok Jakarta Islamic
Index Periode 2006 – 20011 terdapat pengaruh yang positif antara Good
Corporate Governance (Kepemilikan Institusional) terhadap ROA dan tidak
adanya penngaruh antara Good Corporate Governance (Proporsi dewan
Komisaris dan Komite Audit ) terhadap ROA. Kemudian analisis penelitian
Framudyo (2009) dengan judul “Pengaruh Struktur Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2006 - 2008.” Membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel corporate governance (ukuran dewan direksi dan
keberadaan komite audit) terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan
ROA.
Mengacu pada hasil-hasil penelitian empiris yang telah dilakukan,
bahwa betapa pentingnya penerapan GCG dalam mendukung pencapaian
tujuan perusahaan. Dan berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini akan
mengambil sampel dari populasi pada laporan keuangan Bank Umum yang
telah go public pada tahun 2009 – 2011. Pemilihan data tahun 2009 – 2011
bertujuan untuk mendapatkan data terbaru yang didasarkan pada peraturan
yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu Ketentuan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang penerapan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum. Salah satu alat yang akan digunakan dalam
pengukuran kinerja keuangan perusahaan perbankan tersebut adalah ROA.
Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
4
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara
keseluruhan. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris pada Bank Umum yang Terdaftar di BEI
2009-2011)”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka perumusan masalah dalam penelitian adalah :
1. Bagaimana pengaruh proporsi dewan direksi terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets
(ROA)?
2. Bagamana pengaruh proprosi dewan komisaris terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets
(ROA)?
3. Bagaimana pengaruh proporsi komite audit terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets (ROA)?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah yaitu pengaruh
Good Corporate Governance (GCG) yang mencakup proporsi dewan direksi,
proporsi dewan komisaris, dan komite audit terhadap rasio keuangan bank yaitu
ROA pada Bank Umum yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji
secara empiris pengaruh prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
1. Untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan direksi terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Assets
(ROA).
5
2. Untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan komisaris terhadap
kinerja keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On
Asset(ROA).
3. Untuk mengetahui pengaruh proporsi komite audit terhadap kinerja
keuangan perusahaan yang dilihat dari aspek Return On Asset(ROA).
1.5 Manfaat Penelitian
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat Bagi Investor
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi pada suatu
perusahaan.
2. Manfaat bagi penulis
Menambah wawasan serta pengetahuan peneliti mengenai pengaruh
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
3. Manfaat bagi pihak lain
Sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya
yang sejenis.
1.6 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, pembahasan dalam proposal proyek akhir ini dibagi
dalam lima bab dan dirinci kedalam beberapa sub bab dengan urutan sebagai
berikut :
Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan. Dalam bab
pendahuluan terdiri dari beberapa sub bab yaitu latar
belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan
Bab II : Bab ini merupakan landasan teoritis yang memperkuat
penelitian yang akan dilakukan, penelitian terdahulu,
kerangka pemikiran dan hipotesis.
6
Bab III : Bab ini merupakan gambaran umum perusahaan dan
metodologi penelitian. Bab ini menjelaskan variabel
penelitian dan definisi operasional, populasi dan sampel,
jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data.
Bab IV : Bab ini berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang
membahas mengenai deskripsi objek penelitian, analisis
data serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V : Bab ini berisi kesimpulan dan saran terkait dengan hasil
pembahasan mengenai hasil penilitian yang dilakukan
dalam penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian tentang
penerapan Good Corporate Governance, khususnya yang berkaitan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Nama Peneliti dan
penelitian
Hasil Penilitian
Hudan Diandono
(2012)
Penagruh
mekanisme Good
Corporate
Governance terhadap
Kinerja keuangan
pada perusahaan
yang masuk
kelompok Jakarta
Islamic Index
Periode 2006 –
2011.
Variabel
Independen :
Kepemilikan Saham
Institusional,
Proporsi Dewan
Komisaris, Komite
1) Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap ROA.
Semkin besarnya jumlah kepemilikan saham oleh pihak institusi
akan mampu meminimalisir masalah agency theory sehingga
mendorong mengoptimalkan nilai perusahaan dan kinerja
perusahaan akan meningkat.
2) Proporsi dewan komisaris dan komite Audit tidak berpengaruh
terhadap ROA. Hal tersebut karena dewan komisaris tidak bisa
melakukan koordinasi, komunikasi dan penambilan keputusan
dalam menjalankan fungsi kontrol yang lebih baik. Begitu juga
dengan keberadaan komite audit dalam memelihara kredibilitas
laporan keuangan tidak diukur berdasarkan banyak atau sedikitnya
jumlah komite audit namun berdasarkan cara dan kemampuan dari
komite audit untuk memelihara kredibilitas laporan keuangan
perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.
8
Audit.
Variabel
Dependent :
ROA
Framudyo Jati
(2009)
Pengaruh struktur
Corporate
Governance terhadap
kinerja perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
tahun 2006 – 2008.
Variabel
Independen :
Kepemilikan
institusional,
manajerial, ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
penjualan, dewan
direksi, dan
keberadaan komite
audit.
Variabel dependen:
ROA dan ROE
1) Berpengaruh signifikan antara struktur GCG terhadap ROA.
Kepemilikan institusional (Ho1) tidak signifikan karena tidak
terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan kinerja
perusahaan maka penelitian ini sejalan dengan Ujiyantho(2007)
karena kepemilikan institusional akan membuat kinerja
perusahaan terikat untuk memenuhi target laba investor, sehingga
cenderung terjadi manipulasi laba. Pertumbuhan penjualan(Ho4)
tidak signifikan penelitian ini sejalan dengan damawati (2004)
karena perusahaan yang ingin tumbuh membutuhkan dana
eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga sulit perusahaan
tersebut sulit menerapkan corporate governance. Ukuran Dewan
Direksi(Ho5) tidak signifikan sejalan dengan Ujiyantho(2007)
karena ukuran dewan direksi tidak dilihat dari besar kecilnya
dewan direksi akan tetapi tergantung dari norma dan kepercayaan
yang diterima dalam organisasi. Komite audit tidak signifikan
karena tidak terdapat hubungan antara komite audit dengan kinerja
perusahaan, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Klein
(2002), menyatakan bahwa perusahaan yang membentuk komite
audit mempunyai hubungan yang positif dengan kualitas kinerja
terhadap laba perusahaan sehingga dapat mempengaruhi kualitas
pelaporan keuangan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi nilai
dari perusahaan.
2) Tidak berpengaruh antara struktur GCG terhadap ROE.
Kepemilikan institusional(Ho7) tidak signifikan karena karena
tidak terdapat hubungan antara kepemilikan institusional dengan
9
kinerja perusahaan maka penelitian ini sejalan dengan
Ujiyantho(2007) karena kepemilikan institusional akan membuat
kinerja perusahaan terikat untuk memenuhi target laba investor,
sehingga cenderung terjadi manipulasi laba. Kepemilikan
manajerial (Ho8) tidak signifikan karena adanya sifat insentif yang
dimiliki manajemen dan mereka cenderung berusaha melakukan
persejajaran kepentingan. Ukuran perusahaan (Ho9) tidak
signifikan sejalan dengan teori dasar karena ukuran perusahaan
terhadap corporate governance masih belum jelas arahnya,karena
perusahaan besar lebih sulit dimonitor. Pertumbuhan
penjualan(Ho10) tidak signifikan penelitian ini sejalan dengan
damawati (2004) karena perusahaan yang ingin tumbuh
membutuhkan dana eksternal untuk melakukan ekspansi, sehingga
sulit perusahaan tersebut sulit menerapkan corporate governance.
Ukuran dewan direksi (Ho11) tidak signifikan sejalan dengan
Ujiyantho(2007) karena ukuran dewan direksi tidak dilihat dari
besar kecilnya dewan direksi akan tetapi tergantung dari norma
dan kepercayaan yang diterima dalam organisasi. Komite audit
(Ho12) tidak signifikan karena tidak terdapat hubungan antara
komite audit dengan kinerja perusahaan Penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian Klein (2002), menyatakan bahwa perusahaan
yang membentuk komite audit mempunyai hubungan yang positif
dengan kualitas kinerja terhadap laba perusahaan sehingga dapat
mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada akhirnya
dapat mempengaruhi nilai dari perusahaan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Good Corporate Governance (GCG)
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 mendefinisikan
corporate governance sebagai berikut :
“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan
10
dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.”
Sedangkan menurut Forum Corporate Governance In Indonesia
(FCGI), corporate governance adalah
“Sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.”
Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan kepemilikan
antara principal (pemilik) dengan pengendalian perusahaan oleh agent
(manajer), atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Adanya
pemisahan kepemilikan oleh principal (pemilik) dengan pengendalian
perusahaan oleh agent (manajer) dalam sebuah perusahaan, cenderung
menimbulkan konflik keagenan diantara principal (pemilik) dengan agent
(manajer). Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal
dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa
dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang
tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.
Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan
keagenan antara pemilik dan manajer. Monks (dalam Sam’ani 2008)
menyatakan bahwa good corporate governance dapat diartikan pula sebagai
suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang dapat
menciptakan suatu nilai tambah untuk semua stakeholder.
Konsep corporate governance bertujuan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan melalui supervisi dan monitoring kinerja manajemen perusahaan
dan untuk menjamin akuntabilitas perusahaan terhadap stakeholder dengan
mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance
diajukan demi tercapainya pengelolaan laporan keuangan perusahaan yang
lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Corporate
governance juga membantu menciptakan lingkungan kondusif demi
terciptanya pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat
(dalam Sam’ani, 2008).
11
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006, terdapat
lima prinsip dalam good corporate governance. Kelima prinsip tersebut
dikembangkan secara universal dengan alasan karena dapat digunakan sebagai
referensi di berbagai negara yang mempunyai karakteristik sistem meliputi
hukum, budaya, dan lingkungan yang berbeda-beda. Dengan demikian, kelima
prinsip tersebut dapat menjadi pedoman untuk perusahaan di semua Negara
namun, diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang berlaku di
negara masing-masing. Adapun kelima prinsip tersebut adalah sebagai berikut
1. Transparency (Keterbukaan)
Transparency adalah prinsip dimana perusahaan harus menyediakan
informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan, hal ini untuk menjaga obyektivitas
dalam menjalankan bisnis. Selanjutnya, perusahaan harus mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk
pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku
kepentingan lainnya.
2. Accountability (Akuntabilitas)
Accountability adalah prinsip dimana perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk
itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan
kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3. Responsibility (Responsibilitas)
Responsibility adalah prinsip dimana perusahaan harus mematuhi
peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.
12
4. Independency (Independensi)
Independency adalah prinsip dimana untuk melancarkan pelaksanaan
asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-
masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain.
5. Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan)
Fairness adalah prinsip dimana dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
Good Corporate governance memiliki tujuan utama yaitu
meningkatkan kinerja perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen
dalam suatu perusahaan, selain itu juga melalui kemampuan akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dan pemakai kepentingan lainnya
berdasarkan aturan-aturan yang telah berlaku. Menurut Forum Corporate
Governance in Indonesia (FCGI), manfaat dari pelaksanaan corporate
governance antara lain :
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Sedangkan menurut Indonesian Institute of Corporate Governace
(IICG) (2001), keuntungan yang bisa diambil oleh perusahaan apabila
menerapkan konsep good corporate governance adalah :
1. Meminimalkan agency cost.
13
Selama ini para pemegang saham harus menanggung biaya yang
timbul akibat dari pendelegasian wewenang kepada manajemen. Biaya-
biaya ini bisa berupa kerugian karena manajemen menggunakan sumber
daya perusahaan untuk kepentingan pribadi maupun berupa biaya
pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mencegah
terjadinya hal tersebut.
2. Meminimalkan cost of capital
Perusahaan yang baik dan sehat akan menciptakan suatu referensi
positif bagi para kreditur. Kondisi ini sangat berperan dalam
meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung bila perusahaan akan
mengajukan pinjaman, selain itu dapat memperkuat kinerja keuangan juga
akan membuat produk perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan
Suatu perusahaan yang dikelola secara baik dan dalam kondisi sehat
akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Sebuah survey
yang dilakukan oleh Russel Reynolds Associates (1977) mengungkapkan
bahwa kualitas dewan komisaris adalah salah satu faktor utama yang
dinilai oleh investor institusional sebelum mereka memutuskan untuk
membeli saham perusahaan tersebut.
4. Mengangkat citra perusahaan
Citra perusahaan merupakan faktor penting yang sangat erat kaitannya
dengan kinerja dan keberadaan perusahaan tersebut dimata masyarakat dan
khususnya para investor. Citra (image) suatu perusahaan kadangkala akan
menelan biaya yang sangat besar dibandingkan dengan keuntungan
perusahaan itu sendiri, guna memperbaiki citra tersebut.
2.2.2 Teori Keagenan
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan (agency theory), yang diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk
memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima
return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance
berkaitan dengan keyakinan para investor bahwa agent (manajer) akan
14
memberikan keuntungan bagi mereka, keyakinan bahwa agent (manajer) tidak
akan mencuri, menggelapkan bahkan menginvestasikan ke dalam proyek-
proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah
ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor
mengontrol para agent (manajer). Dengan kata lain corporate governance
diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan
(agency cost).
Industri perbankan adalah suatu industri yang sifat-sifatnya berbeda
dengan industri lain seperti industri manufaktur, industri perdagangan, dan
sebagainya. Perbedaan sifat-sifat yang terdapat dalam industri perbankan
tersebut menyebabkan teori keagenan pada perusahaan perbankan mempunyai
karakteristik sendiri. Perbankan adalah suatu lembaga perantara keuangan
yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
memerlukan dana, oleh sebab itu maka perbankan adalah industri yang sarat
dengan berbagai regulasi. Risiko yang harus dihadapi oleh industri perbankan
sangat besar. Industri perbankan diharuskan untuk selalu menjaga kualitas
pelayanannya kepada seluruh masyarakat agar likuiditas bank tetap terjaga.
2.2.3 Penerapan Good Corporate Governance
1. Dewan Direksi
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 Direksi adalah
organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial.
Masing‐masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil
keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya, tetapi
pelaksanaan tugas dari masing‐masing anggota Direksi akhirnya tetap
merupakan tanggung jawab bersama.
2. Dewan Komisaris
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 mendefinisikan
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil
15
keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris
termasuk Komisaris Utama adalah setara. Jumlah anggota Dewan Komisaris
harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap
memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.
3. Komite Audit
Komite audit merupakan sebuah komite yang ditunjuk oleh perusahaan
sebagai penghubung antara dewan direksi dan audit eksternal, internal auditor
serta anggota independen. Komite audit ditugaskan untuk memberikan
pengawasan pada auditor perusahaan internal dan eksternal, serta memastikan
manajemen tersebut melakukan tindakan korektif yang tepat secara berkala
dan dapat mengontrol kelemahan, ketidak sesuaian dengan kebijakan, hukum
dan regulasi.
2.2.4 Peraturan tentang Good Corporate Governance
Di dalam pelaksanaan Good Corporate Governance terdapat peraturan
Bank Indonesia yang mengatur tentang pelaksanaan Good Corporate
Governance di perusahaan yaitu, Peraturan Bank Indonesia No.
8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank
umum.
1. Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi bank umum pasal 4 ayat 1 “Jumlah
angoota dewan komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak
sama dengan jumlah anggota direksi.”
2. Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi bank umum pasal 19 “Jumlah
anggota direksi paling kurang 3 orang.”
3. Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi bank umum pasal 38 ayat 1 “
anggota komite audit paling kurang terdiri dari seorang dewan
komisaris independen, dan 2 orang dari pihak independen.”
16
2.2.5 Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja dapat diartikan
sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang di perlihatkan dan kemampuan
kerja. Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh
setiap perusahaan dimanapun, Karena kinerja merupakan cerminan dan
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya. Kinerja keuangan merupakan suatu alat ukur yang digunakan para
pemakai laporan keuangan untuk mengatur dan menetukan sejauh mana
kualitas perusahaan. Menurut Hastuti (2005) Pranata (2007), kinerja
perusahaan adalah hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus
menerus oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan
perlu melibatkan analisis dampak keuangan kuantitatif dan ekonomi dari
keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran
komparatif.
Rasio-rasio finansial yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
keuangan perbankan sangat banyak dan bervariasi. Menurut Djarwanto
(2004:143), yang dimaksud dengan ‘rasio’ dalam analisis laporan keuangan
adalah “suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan
unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan
keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis sederhana.”.
Umumnya berbagai rasio yang dihitung untuk menilai kinerja suatu bank
dikelompokkan ke dalam tiga (3) tipe dasar :
1. Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang telah jatuh tempo.
Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu
bank antara lain sebagai berikut :
a. Cash Asset Ratio, yaitu likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh
bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank.
17
Semakin tinggi tingkat rasio ini, maka semakin tinggi juga kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan
dapat mempengaruhi profitabilitas. Rasio ini merupakan perbandingan
antara jumlah alat liquid yang dimiliki bank dengan pinjaman yang
harus segera dibayar.
b. Reserve Requirement (RR),yaitu likuditas wajib minimum yang wajib
dipelihara dalam bentuk giro pada Bankm Indonesia. Reserve
requirement merupakan ketentuan bagi masing-masing bank untuk
menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening
bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia.
c. Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio antara jumlah seluruh kredit
yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio
tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.
d. Loan to Asset Ratio (LAR) yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank
untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset
yang dimiliki bank. Semakin tinggi tingkat rasio ini, tingkat
likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk
membiayai kreditnya menjadi semakin besar.
2. Rasio profitabilitas
Merupakan alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi
usahadan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio-rasio
dalam kategori ini dapat pula dipakai untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
Beberapa risiko rentabilitas antara lain :
18
a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar
juga tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dalam penggunaan asset.
b. Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan antara laba bersih bank
dengan modal sendiri. Kenaikan dalam rasio ini, berarti terjadi
kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.
c. Rasio Beban Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara beban
operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan
operasinya.
d. Net Profit Margin (NPM), adalah rasio yang menggambarkan tingkat
keuntungan bank, dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari
kegiatan operasionalnya.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya, atau kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditasi bank. Rasio ini digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang diperoleh
dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-
sumber lain diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana
tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio solvabilitas itu
terdiri atas :
a. Capital adequacy ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan
sejumlah jauh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari
dana modal bank sendiri disamping memperoleh dana-dana dari
sumbersumber di luar bank, seperti dana masyarakat dan pinjaman
(hutang). Dengan kata lain, CAR adalah rasio untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
19
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian
bank yang disebabkanoleh aktiva berisiko.
b. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh
hutanghutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan
dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini
mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase
modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya hutang.
Penggunaan analisis rasio bertujuan untuk menentukan tingkat kinerja
suatu bank. Perhitungan rasio di atas, digunakan untuk menilai posisi
kinerja suatu bank, memberikan gambaran yang jelas tentang baik atau
tidaknya kegiatan operasional suatu bank, yang dapat dilihat dari posisi
keuangannya dalam neraca dan laba rugi yang terdapat dalam laporan
keuangan bank tersebut.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan ROA (Return On Asset)
sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan, melihat bahwa ROA juga
merupakan alat ukur kinerja rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dari sejumlah aktiva yang digunakan. Aktiva
tersebut adalah asset yang telah di investasikan oleh pemegang saham baik
pemegang saham mayoritas maupun minoritas yang telah dipercayakan
pengelolaannya kepada pengelola perusahaan dengan sebaik-baiknya yang
kembali sangat berhubungan dengan tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
Return On Asset merupakan ukuran kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasrakan tingkat aktiva tertentu. Return On Asset
merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas
sumber daya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan. Return On Asset
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
20
2.3 Hubungan antara Variable Independent dengan Variable Dependent
2.3.1 Hubungan antara Dewan Direksi denagn Kinerja Perusahaan
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 menyatakan
bahwa Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat
melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian
tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing
anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan
masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.
Board size atau ukuran dewan direksi adalah jumlah dewan direksi dalam
perusahaan, semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu
bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik,
dengan kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan
profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham
perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan pun juga akan ikut meningkat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, et al (2005)
dalam Sam’ani (2009), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan
yang signifikan positif antara board size dengan kinerja perusahaan.
Berdasarkan BEI, rata – rata jumlah dewan direksi pada bank umum yang
listed di BEI adalah 7 orang.
S. Beiner, et al dalam Fradmuyo (2009) menegaskan bahwa dewan
direksi merupakan institusi ekonomi yang membantu memecahkan
permasalahan agensi yang melekat dalam perusahaan publik. Menurut Adrian
Cadbury, dewan direksi bertanggung jawab pada komisaris perusahaan
mereka.
Ukuran dan komposisi dewan direksi dapat mempengaruhi efektif
tidaknya aktivitas monitoring. Menurut Pfefer (1973) dan Pearce dan Zahra
(1992) dalam Faisal (2005) bahwa peningkatan ukuran dan diversitas dari
dewan direksi akan memberikan manfaat bagi perusahaan karena terciptanya
network dengan pihak luar perusahaan dan menjamin ketersediaan
21
sumberdaya. Hal ini didukung oleh pendapat Alexander, Fernell, Halporn
(1993) dan Goodstein, Gautarn, Boeker (1994) dalam Wardhani (2006) yang
menyatakan jumlah dewan yang besar menguntungkan perusahaan dari sudut
pandang resource dependence yaitu bahwa perusahaan tergantung dengan
dewannya untuk dapat mengelola sumber dayanya secara lebih baik.
H1 = Proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
2.3.2 Hubungan antara Dewan Komisaris dengan Kinerja Perusahaan
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) 2006 mendefinisikan
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
Direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun
demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil
keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris
termasuk Komisaris Utama adalah setara. Jumlah anggota Dewan Komisaris
harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap
memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.
Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari
pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris
yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang
mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham
pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan
perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang
terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk
dalam kategori terafiliasi.
Penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa ukuran
dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi manajemen laba
yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan
tanda positif. Hal tersebut berarti makin besar ukuran dewan komisaris maka
makin banyak kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan, dan pada akhirnya
akan menurunkan kinerja manajemen. Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah
komisaris yang lebih banyak lebih mampu mengurangi indikasi kinerja
manajemen daripada jumlah komisaris yang sedikit.
22
Yu (2006) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif
secara signifikan terhadap manajemen laba yang diukur dengan menggunakan
model Modified Jones untuk memperoleh nilai akrual kelolaannya. Hal ini
menandakan bahwa makin sedikit dewan komisaris maka tindak kecurangan
makin banyak karena sedikitnya dewan komisaris memungkinkan bagi organisasi
tersebut untuk didominasi oleh pihak manajemen dalam menjalankan perannya.
Chtourou, Bedard, dan Courteau (2001) juga menyatakan hal yang sama dengan
Yu (2006).
Dewan Komisaris memegang peranan penting dalam implementasi
corporate governance, karena Dewan Komisaris merupakan inti dari
corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dewan komisaris dalam suatu
perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi
kebijakan Dewan Direksi. Peran Dewan Komisaris ini diharapkan akan
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara Dewan Direksi dengan
pemegang saham. Oleh karena itu Dewan Komisaris seharusnya dapat
mengawasi kinerja Dewan Direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai
dengan kepentingan pemegang saham.
H2 = Proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
2.3.3 Hubungan antara Komite Audit dengan Kinerja Perusahaan
Komite audit adalah sekumpulan orang yang dipilih dari anggota dewan
komisaris yang bertanggung jawab untuk mengawasi proses pelaporan
keuangan dan pengungkapan (disclosure). Keberadaannya diharapkan dapat
menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Dalam kerangka dasar corporate
governance, implementasi prinsip-prinsip corporate governance tergantung
atas tiga pilar penting, yaitu internal control yang kuat, audit internal yang
independen dan audit eksternal yang memberikan feedback atau timbal balik
terhadap efektifitas dari proses internal control yang ada di dalam perusahaan.
Untuk menunjang keefektifan ketiga pilar tersebut, peran Komite Audit
sebagai perpanjangan tangan Dewan Komisaris juga harus efektif dan
dioptimalkan.
23
Menurut Bradbury, et al (2004) dalam Fradmuyo (2009), komite audit
bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memonitor proses pelaporan
keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.
Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan
oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan
eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Menurut Bradbury, et al (2004) di
dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara
dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal. Berdasarkan dalam
BEI, rata-rata jumlah komite audit di bank umum yang listed di BEI adalah 4
orang.
Komite audit ini merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan
perusahaan terutama cara pengawasan terhadap manajemen perusahaan,
karena akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan
dewan komisaris maupun pihak ekstern lainnya, sehingga akan mengurangi
terjadinya masalah keagenan di dalam perusahaan.
H3 = Proporsi komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hipotesis diatas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian
ini adalah adanya indikator good corporate governance dalam suatu bank
umum yang terdaftar di BEI tahun 2009 - 2011, yaitu : proporsi Dewan
Direksi, proporsi Dewan Komisaris, dan komite audit yang berpengaruh
terhadap baik buruknya kinerja keuangan yang ada di dalam suatu perusahaan
perbankan. Alat yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja keuangan
perusahaan perbankan tersebut adalah ROA. ROA dalam penelitian ini
digunakan untuk menunjukkan kemampuan aktiva di dalam perusahaan
perbankan tersebut untuk menghasilkan laba operasi. Kerangka pemikiran dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
24
Variabel Independent
H1
H2 Variabel Dependent
H3
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemikiran di atas, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H01 = Proporsi dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H1 = Proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H02 = Proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H2 = Proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H03 = Proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja peruahaan.
H3 = Proporsi komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
25
Proporsi Dewan Direksi
Komite Audit
Proporsi Dewan Komisaris
ROA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh Bank
Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tiga tahun, yaitu mulai
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Sedangkan teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
purposive sampling methode. Adapun purposive sampling methode adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu ( Rahmawati, 2010).
Adapun kriteria yang ditentukan sebagai sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara
berturut-turut selama tahun penelitian.
2. Bank Umum yang telah mempublikasikan laporan keuangan
(annual report) untuk periode Desember 2009 - 2011 di website
Bursa Efek Indonesia.
3. Bank Umum yang memperoleh ROA positif selama tahun
penelitian.
4. Perusahaan dibatasi pada perusahaan yang memiliki penjelasan
mengenai proporsi dewan direksi, dewan komisaris, dan komite
audit.
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
1 AGRO Bank Agroniaga Tbk
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk
4 BBCA Bank Central Asia Tbk
5 BBKP Bank Bukopin Tbk
6 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
26
7 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
8 BKSW Bank QNB Kesawan Tbk
9 BMRI Bank Mandiri (persero) Tbk
10 BNLI Bank Permata Tbk
11 BSIM Bank Sinarmas Tbk
12 BSWD Bank of India Indonesia Tbk
13 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk
14 BVIC Bank Victoria International Tbk
15 INPC Bank Arthagraha International Tbk
16 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk
17 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk
18 MEGA Bank Mega Tbk
19 NISP Bank OCBC NISP Tbk
20 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
21 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
Sumber : www.idx.co.id dan market info
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
melalui media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berupa annual report dan profil perusahaan yang berisikan penjelasan
mengenai proporsi dewan direksi, komisaris, dan komite audit masing-masing
perusahaan yang terpilih sebagai sampel. Sedangkan sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
www.idx.co.id serta Market Info.
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel, yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Berikut akan dijelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
27
3.3.1 Variabel Dependen
1. Kinerja Keuangan Perusahaan
Variabel dependen adalah variabel utama yang dipengaruhi oleh variabel
lain yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini, variabel
dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan perusahaan yang dihitung
dengan menggunakan Return On Asset (ROA). ROA dapat diperoleh dari
perbandingan antara laba bersih dengan total asset yang dimiliki perusahaan.
Semakin besar ROA suatu bank, maka makin besar tingkat keuntungan bank
dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan assets.
3.3.2 Variabel independen
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain
(variabel dependen) yang sifatnya berdiri sendiri.
1. Proporsi Dewan Direksi
Proporsi Dewan Direksi diukur dengan menggunakan jumlah
anggota direksi dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank
Indonesia nomor 8/14/PBI/2006 jumlah anggota Dewan Direksi dalam
suatu perusahaan paling sedikit 3 orang.
2. Proporsi Dewan Komisaris
Proporsi dewan komisaris diukur dengan menggunakan jumlah
dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank
Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi bank umum pasal 4 ayat 1 “Jumlah angoota dewan
komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak sama dengan jumlah
anggota direksi dan Paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari
jumlah anggota dewan Komisaris adalah Komisaris Independen.”
3. Proporsi Komite Audit
Proporsi komite audit diukur dengan menggunakan jumlah komite
audit dalam suatu perusahaan. Menurut Peraturan Bank Indonesia No.
8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
28
bank umum pasal 38 ayat 1 “ anggota komite audit paling kurang terdiri
dari seorang dewan komisaris independen, dan 2 orang dari pihak
independen.”
3.4 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yang
dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS. Uji statistik
digunakan untuk menentukan keputusan menerima atau menolak hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini. Uji statistik yang dilakukan adalah
dengan menggunakan uji regresi berganda, yang akan menguji apakah
variabel dependen (Kinerja Keuangan) akan dipengaruhi variabel
independennya (proposi dewan direksi, komisaris dan komite audit).
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-
variabel dalam penelitian. Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah proporsi dewan direksi,dewan komisaris dan komite audit.
Deskripsi variabel tersebut disajikan untuk mengetahui nilai-nilai (mean)
minimum, maksimum dan standar deviasi dari variabel-variabel yang
diteliti.
3.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi dan
variabel pengganggu memiliki distribusi normal. Jika data tidak
berdistribusi normal, maka uji statistik menjadi tidak valid. Uji asumsi ini
akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada
persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau
berdistribusi tidak normal. Normalitas dapat dilihat dari grafik linear. Jika
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh
dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
29
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Sebelum menentukan model regresi dalam penelitian ini, terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan untuk
mengetahui apakah regresi yang dilakukan terbebas dari bias, sehingga
hasil regresi yang diperoleh tidak benar dan akhirnya tidak dapat
digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis dan penarikan
kesimpulan. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi (Danang, 2009).
Uji asumsi klasik yang dilakukan yaitu:
1. Autokorelasi.
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi
tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru
timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode
t (berada) dan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Masalah
autokorelasi diuji dengan menggunakan metode Durbin-Watson di mana
batas nilai Durbin-Watson yang bebas korelasi adalah antara -2 sampai +2.
2. Heteroskedastisitas.
Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama
atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi
yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama maka disebut
homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama disebut terjadi
heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi
heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-
titik hasil pengolahan data antara Z prediction dan nilai residualnya
menyebar di bawah ataupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y
dan tidak mempunyai pola yang teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika
pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur, baik
menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.
3. Multikolinieritas.
Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi
berganda yang terdiri atas dual atau lebih variabel bebas atau independent
30
variable (x1, x2, x3, x4,x5…, xn), dimana akan diukur tingkat asosiasi
(keeratan) hubungan atau pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui
besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika
koefisiensi korelasi antar variabel bebas (x1 dan x2, x2 dan x3, x3 dan x4,
x4 dan x5 dan seterusnya) lebih besar dari 0,5. Dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil
atau sama dengan 0,5.
3.5 Analisi Regresi
Menurut Gujarati (2003:60) analisis regresi pada dasarnya adalah
studimengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu
atau lebih variabel independen (bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi
dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel
dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
Setelah melakukan uji asumsi klasik regresi, maka akan ditentukan
model regresi yang akan digunakan. Untuk melihat pengaruh dari proporsi
dewan direksi, dewan komisaris dan komite audit terhadap kinerja
keuangan Bank Umum yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 -2011 akan
digunakan regresi berganda sebagai berikut:
Y = β +β1 x1 + β2 x2 + β3 x3 + ε
β = Kostanta
β1 = Koefisien regresi variabel independen-1
x1 = Proporsi dewan direksi
β2 = Koefisien regresi variabel independen-2
x2 = Proporsi dewan komisaris
β3 = Koefisien regresi variable independen-3
x3 = Proporsi komite audit
ε = Error
3.6 Pengujian Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai satu
atau beberapa populasi. Secara umum dapat dibedakan hipotesis atas
31
hipotesis riset dan hipotesis statistik. Hipotesis riset adalah hipotesis yang
dirumuskan oleh seorang peneliti ahli (sample surveyor atau experimenter)
yang biasanya bukan seorang ahli statistika. Sedangkan hipotesis statistik
adalah hipotesis yang dirumuskan dengan statistika. Ada dua macam
hipotesis statistik , yakni hipotesis nol yang dinotasikan dengan Ho dan
hipotesis tandingan atau hipotesis alternatif yang dinotasikan dengan Ha
atau H1 .
Untuk melakukan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
ketepatan perkiraan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Secara statistik, setidaknya
ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai
statistik t. Menurut Ghozali (2009) perhitungan statistik disebut signifikan
secara statistik apabila nilai uji statistiknya barada dalam daerah kritis
(daerah dimana Ho ditolak. Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai
uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.
1. Uji statistik t
Untuk mengambil kesimpulan dari hipotesis, maka akan dilakukan
uji-t dengan melihat signifikansinya. Uji-t dilakukan untuk melihat
pengaruh dari setiap variabel independen dengan variabel dependen. Jika
nilai signifikansi pada uji-t lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak sehingga setiap variabel ( proposi dewan direksi, komisaris dan
komite audit) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
independen (kinerja Keuangan Perusahaan) dan jika nilai signifikansi pada
uji-t lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga setiap
variabel (proposi dewan direksi, komisaris dan komite audit) memiliki
pengaruh yang terhadap variabel independen (kinerja Keuangan
Perusahaan).
2. Uji statistik F
Uji-F digunakan untuk melihat ada tidaknya pengaruh secara
bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika
nilai signifikansi pada uji-F lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Ha
32
ditolak sehingga setiap variabel (proporsi dewan direksi, komisaris dan
komite audit) tidak memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel independen (Kinerja Keuangan Perusahaan) dan jika
nilai signifikansi pada uji-F lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima sehingga setiap variabel (proporsi dewan direksi, komisaris dan
komite audit) memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap
variabel independen (Kinerja Keuangan Perusahaan).
3.7 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi
variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Definisi
khusus ini memiliki penafsiran yang valid apabila model regresi
mengandung konstanta. Nilai koefiensi determinan antara nol dan satu.
Nilai R2 yang paling kecil berarti kemampuan variabel-variabel dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.
Menurut Ghozali (2009) secara umum koefisien determinasi untuk data
silang (cross section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu
(time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.
Penggunaan koefisien determinasi juga mempunyai kelemahan.
Kelemahan dari penggunaan koefisiensi determinan ini adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model
regresi. Setiap tambahan satu variabel dependen, maka R2 pasti meningkat
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan
untuk menggunakan nilai adjusted R2 (koefisien determinasi disesuaikan)
pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik.
Menurut Ghozali (2009) nilai adjusted R2 dapat naik turun apabila
satu variabel independen ditambah ke dalam model regresi. Nilai adjusted
R2 adalah koefisien determinasi yang mempertimbangkan derajat bebas.
33
Derajat bebas besarnya tergantung dengan banyaknya variabel
independen. Koefisien determinasi yang disesuaikan (adjusted R2)
digunakan untuk membandingkan 2 model regresi apabila banyaknya
variabel independen tidak sama. Misal model regresi 1 memiliki variabel
independen sebanyak 4 buah dan model regresi 2 memiliki variabel
independen sebanyak 5 buah. Apabila kita membandingkan 2 model
regresi berdasarkan koefisien determinasi (R2) maupun koefisien
determinasi disesuaikan (adjusted R2) harus hati-hati. Hal ini karena tujuan
menaksir model regresi bukan semata-mata mencari besarnya nilai
koefisien determinasi maupun nilai koefisien determinasi disesuaikan
namun yang lebih penting adalah mendapatkan taksiran yang
menyakinkan mengenai koefisien-koefisien regresi yang mencerminkan
populasi yang sebenarnya dan menarik inferensi.
34
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas mengenai hasil perolehan data yang dilakukan
termasuk pembahasan dan pengolahan data tersebut. Secara sistematis, bab ini
akan membahas mengenai gambaran umum populasi dan sampel penelitian,
penerapan Good Corporate Governance, perhitungan nilai analisis data, dan
menguji hipotesis yang telah diajukan. Pembahasan ini diharapkan dapat
menjawab perumusan masalah yang telah dirumuskan pada Bab I yang
merupakan tujuan dari penelitian ini.
4.1 Gambaran Umum dan Sampel Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah bank umum yang terdaftar di
BEI pada tahun 2009 – 2011 terdapat 33 bank umum. Namun, setelah dilakukan
metode purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi
kriteria) dalam penelitian ini adalah 21 bank umum yang tercatat di BEI. Data
diambil dari annual report dari masing-masing perusahaan tersebut.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Deskriptif Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil analisis deskripsi statistik, maka berikut didalam Tabel
4.1 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini
meliputi: jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai
minimum serta standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel.
Tabel 4.1 Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 63 .27 3.40 1.6514 .77108
Dewan Direksi 63 5 12 8.33 2.416
Dewan Komisaris 63 4 10 6.62 1.979
Komite Audit 63 3 6 3.86 .948
Valid N (listwise) 63
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013
35
Pada table 4.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah data (N) yang digunakan
dalam penelitian sebanyak 63 sampel data yang diperolah dari laporan tahunan
perusahaan perbankan yang terdafatar di BEI pada tahun 2009 – 2011.
Data rasio ROA terendah (minimum) adalah 0,27 persen yaitu Bank
Argoniaga pada tahun 2009, dan yang tertinggi (maximum) 3,40 persen yaitu
Bank Tabungan Pensiunan Nasional pada periode 2011, kemudian rata-rata ROA
sebesar 1.6514 persen. Sementara standar deviasi sebesar 0,77108 hal ini
menunjukkan dikarenakan standar deviasi yang diperoleh > 0 maka menandakan
bahwa semakin menyebar data pengamatan, dan memiliki kecenderungan setiap
data berbeda satu sama lain. Dan dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah normal.
Data proporsi dewan direksi terendah adalah 5 orang yaitu Bank Capital
Indonesia dan Bank Himpunan Saudara 1906, dan data yang tertinggi 12 orang
yaitu Bank Mandiri dan Bank Permata, kemudian rata – rata proporsi dewan
direksi sebesar 8 orang. Sementara standar deviasi sebesar 2,416 hal ini berarti
semakin menyebar data pengamatan, dan memiliki kecenderungan setiap data
berbeda satu sama lain. Dan dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah normal. Dikarenakan standar deviasi > 0 .
Data proporsi dewan komisaris terendah adalah 4 orang yaitu Bank Capital
Indonesia, Bank Victoria Internasional, Bank Mega dan Bank HimpunanSaudara
1906, dan yang tertinggi 10 orang yaitu Bank Mandiri. Kemudian rata – rata
proporsi dewan komisaris sebanyak 7 orang. Sementara standar deviasi sebesar
1,976 hal ini menunjukkan dikarenakan standar deviasi yang diperoleh > 0 maka
menandakan bahwa semakin menyebar data pengamatan, dan memiliki
kecenderungan setiap data berbeda satu sama lain. Dan dapat disimpulkan bahwa
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah normal.
Data proporsi komite audit terendah adalah 3 orang yaitu Bank Argoniaga,
Bank Capital Indonesia, Bank Central Asia, Bank QNB Kesawan, Bank of India
Indonesia, Bank Mayapada, Bank Windu, Bank Mega, Bank PANIN, dan Bank
Himpunan Saudara 1906, dan data tertinggi sebanyak 6 orang yaitu Bank
Danamon Indonesia. Kemudian rata – rata proporsi komite audit sebanyak 4
orang. Sementara standar deviasi sebesar 0,948 hal ini menunjukkan dikarenakan
36
standar deviasi yang diperoleh > 0 maka menandakan bahwa semakin menyebar
data pengamatan, dan memiliki kecenderungan setiap data berbeda satu sama lain.
Dan dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
normal.
4.3 Pengujian Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi data
normal atau tidak, ada dua cara untuk mendeteksinya, yaitu dengan analisis grafik
dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara yang termudah untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.
Dari gambar 4.1. terlihat bahwa pola distribusi mendekati normal, akan
tetapi jika kesimpulan normal tidaknya data hanya dilihat dari grafik histogram,
maka hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Gambar 4.1 : Hasil Pengujian Normalitas (Histogram)
37
Sumber : Olahan data sekunder
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas (Probability Plot)
Grafik probabilitas pada gambar 4.2. diatas sekilas memang terlihat
normal karena distribusi data residualnya terlihat mendekati garis normalnya.
Namun untuk meyakinkan kita dalam memastikan apakah data yang kita gunakan
berdistribusi normal atau tidak, dapat kita melakukan pengujian normalitas data
secara analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov.
Secara multivariat pengujian normalitas data dilakukan terhadap nilai residualnya.
Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai asymptotic significance
diatas 0,05 (Ghozali, 2007).
38
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas ( Kolmogorov Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 63
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .65735406
Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .112
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .892
Asymp. Sig. (2-tailed) .403
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan Tabel pengujian normalitas, tampak bahwa variabel
penelitian mengikuti distribusi normal dengan nilai asymptonic significance yang
lebih dari 5 karena dalam penelitian ini tingkat significance yang digunakan
adalah 5 persen.
4.4 Uji Asumsi Klasik
4.4.1 Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terdapat korelasi antara kesalahan yang mengganggu pada periode t
dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi diuji dengan
menggunakan metode Durbin Watson (DW).
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .523a .273 .236 .67386 1.872
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris
b. Dependent Variable: ROA
Pada table 4.2 diatas menunjukkan nilai DW sebesar 1,872. Hal ini berarti
Dari hasil pengujian autokorelasi dapat diketahui nilai Durbin-Watson (DW)
39
bahwa nilai DW berada pada kisaran antara -2 sampai +2. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa model penelitian ini terbebas dari kemungkinan adanya
autokorelasi. Yang artinya bahwa tidak adanya korelasi antara kesalahan yang
mengganggu pada periode t dengan periode t-1 (sebelumnya).
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan pada model yang telah terbebas
dari asumsi autokorelasi yang bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan
variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain
atau gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete
residual nilai tersebut. Cara memprediksi ada tidaknya hetererokedastisitas pada
suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot. Nugroho (2005) dalam
Rahmawati (2006) menyatakan bahwa model regresi terbebas dari
heteroskedastisitas jika:
1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka nol.
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
40
Hasil dari pengujian Heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di
bawah dan di atas angka 0 dan tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat persoalan heterokedastisitas
dalam model regresi dan model regresi layak digunakan dalam penelitian.
4.4.3 Uji Multikolonearitas
Pengujian multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat
nilai collinearity statistics dan nilai koefisien korelasi diantara variabel bebas.
Hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .466 .392
Dewan Direksi .257 .071 .806 .249 4.021
Dewan Komisaris -.181 .089 -.463 .238 4.206
Komite Audit .128 .099 .157 .833 1.201
a. Dependent Variable: ROA
41
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Dari
Output Coeficients di atas, pada kolom VIF, dapat diketahui bahwa nilai VIF
untuk Dewan Direksi Sebesar 4,021, Dewan Komisaris sebesar 4,206 dan Komite
Audit sebesar 1,021. Karena nilai VIF kurang dari 5, maka dapat di simpulkan
bahwa model regresi tidak adanya masalah mulitikolinearitas.
4.5 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel
independen (proporsi dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit) terhadap
variabel independen (Return On Asset). Dan untuk menentukan apakah usulan
hipotesis diterima atau tidak. Pengujian hipotesis dapat ditentukan dengan 2 cara
yaitu uji signifikansi t untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan uji
signifikansi F untuk mengetahui pengaruh secara simultan.
4.5.1 Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan level of
significant 5% (α = 0,05).
Tabel 4.5 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .466 .392 1.189 .239
Dewan Direksi .257 .071 .806 3.622 .001
Dewan Komisaris -.181 .089 -.463 -2.036 .046
Komite Audit .128 .099 .157 1.294 .201
a. Dependent Variable: ROA
42
Dari table diatas dapat diketahui bahwa nilai konstanta adalah sebesar
0,466. Berarti tanpa pengaruh variabel independen, besarnya Return On Asset
adalah sebesar 0,466.
Untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen dapat juga dilakukan dengan menggunkan t tabel dimana. T table dapat
dilihat pada tabel statistik pada signifikan 0,05 dengan df 62 maka t tabel sebesar
1,998971. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran. Pada dewan direksi t
hitung > t tabel (3,622 > 1,998971) berdasarkan perhitungan tersebut dapat
disimpulkan dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap ROA. Pada dewan
komisaris t hitung > t tabel (2,036 > 1,998971) berdasarkan perhitungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Kemudian pada komite audit t hitung < t tabel (1,294 < 1,998971) berdasarkan
perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
4.5.2 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya bertujan untuk menguji apakah model regresi
yang kita buat signifikan atau tidak signifikan. Hasil pengujian uji F dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6 Hasil Uji F (Simultan)ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 10.072 3 3.357 7.394 .000a
Residual 26.791 59 .454
Total 36.863 62
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris
b. Dependent Variable: ROA
Dari hasil analisis regresi dapat diketahui pula bahwa secara bersama-sama
atau simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi sebesar 0,000.
Karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 atau 5%, maka model regresi dapat
dikatakan bahwa penerapan Good Corporate Governance (Proporsi dewan
43
direksi, dewan komisaris, dan komite audit) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROA).
Untuk mengetahui pengaruh variable dapat mempengaruhi variable
depanden secara simultan maka dapat dilakukan pula dengan melakukan
perhitungan F tabel. F tabel dapat dilihat pada tabel statistik (terlampir) dengan
siginifikaansi 0,05 dengan df1 sebesar 3 dan dengan df2 sebesar 59 Pada
penelitian ini diperoleh F hitung > F tabel (7,394 > 2,761) maka dapat
disimpulakan bahwa Good Corporate Governance (Proporsi dewan direksi,
dewan komisaris, dan komite audit) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan (ROA).
4.6 Analisis Regresi
Berdasarkan tabel 4.5 (Hasil Uji t) diatas pada kolom B, dapat disusun
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = 0,466 + 0,257 X1 – 0,181 X2 + 0,128 X3 + εKeterangan : Y = ROA
X1 = Proporsi Dewan DireksiX2 = Proporsi Dewan KomisarisX3 = Proporsi Komite Audit
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diketahui bahwa:
a. Nilai konstanta dari ROA (Y) adalah 0,446 dengan asumsi nilai dari masing-
masing variabel independen (X1, X2, X3) adalah konstan.
b. Koefisien regresi Dewan Direksi (X1) sebesar 0,257 mempengaruhi ROA
sebesar 0,257 dengan anggapan bahwa dewan direksi konstan. Adanya
hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara dewan direksi dengan
ROA menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan dewan
direksi sebesar 1 orang, maka akan mengakibatkan kenaikan ROA sebesar
0,257 dan sebaliknya penurunan dewan direksi akan mengakibatkan
penurunan ROA.
c. Koefisien regresi Dewan Komisaris (X2) sebesar – 0,181 mempengaruhi
ROA sebesar 0,181 dengan anggapan bahwa dewan komisaris konstan.
Adanya hubungan yang negatif ini, berarti bahwa antara dewan komisaris
dengan ROA menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, artinya setiap
kenaikan dewan komisaris sebanyak 1 orang, maka akan mengakibatkan
44
penurunan ROA sebesar 0,181 dan sebaliknya penurunan dewan komisaris
akan mengakibatkan kenaikan ROA.
d. Koefisien regresi Komite Audit (X3) sebesar 0,128 mempengaruhi ROA
sebesar 0,128 dengan anggapan bahwa komite audit konstan. Adanya
hubungan yang positif ini, berarti bahwa antara komite audit dengan ROA
menunjukkan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan komite audit
akan mengakibatkan kenaikan ROA dan sebaliknya penurunan komite
audit akan mengakibatkan penurunan ROA.
Hasil uji t pada variabel dewan direksi memiliki nilai t sebesar 3,622
dengan tingkat probabilitas sebesar 0,001, nilai t untuk dewan komisaris sebesar -
2,036 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,046, dan nilai t untuk komite audit
sebesar 1,294 dengan tingkat probabilitas sebesar 0,201, jadi dari ketiga variable
penelitian yang digunakan, maka variable dewan direksi dan dewan komisaris
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset . Sedangkan, komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset .
4.7 Koefisien Determinasi
Seperti yang kita ketahui koefisien determinasi digunakan untuk mengukur
proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Proporsi
tersebut dapat dilihat pada Adjusted R square.
Tabel 4.7 Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .523a .273 .236 .67386 1.872
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Dewan Direksi, Dewan Komisaris
b. Dependent Variable: ROA
45
Pada tabel 4.6 diatas dihasilkan adjusted R square sebesar 0,236, hal ini
berarti variabel dependen (ROA) dijelaskan oleh variabel independen (proporsi
dewan direksi, komisaris dan komite audit) sebesar 23,6 persen. Sementara
sisanya sebesar 76,4 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar dari model
persamaan regresi.
4.8 Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Perusahaan.
Berdasarkan analisis dan pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian
ini yaitu pengaruh penerapan GCG (proporsi dewan direksi, proporsi dewan
komisaris, dan proporsi komite audit) terhadap kinerja perusahaan (ROA) pada
bank umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil
variabel Proporsi dewan direksi dan dewan komisaris berpengaruh secara
signifikan terhadap Return On Asset (ROA) . Hal ini dilihat berdasarkan hasil uji t
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 dan 0,046. Bukti empiris penelitian ini
mendukung hipotesa yang menyatakan bahwa pemenuhan proporsi dewan direksi
dan dewan komisaris yang dilihat dari Annual Report berpengaruh terhadap
Return On Asset (ROA). Namun proporsi komite audit tidak berpengaruh
terhadap ROA. Hal ini dilihat berdasarkan hasil uji t diperoleh nilai signifikansi
sebesar 1,294.
4.8.1 Pengaruh Proporsi dewan direksi terhadap kinerja perusahaan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap variabel dewan
direksi sebagai proxy penerapan Good Corporate Governance, didapatkan hasil
bahwa proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan
yaitu ROA pada bank umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isshaq, et al (2005) dalam Sam’ani
(2009), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
positif antara board size dengan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini
menunjukkan semakin banyak dewan dalam perusahaan akan memberikan suatu
bentuk pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang semakin lebih baik, dengan
kinerja perusahaan yang baik dan terkontrol, maka akan menghasilkan
46
profitabilitas yang baik dan nantinya akan dapat meningkatkan harga saham
perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan pun juga akan ikut meningkat.
Panelitian ini sejalan dengan Pranata (2007) bahwa dewan direksi berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin
banyak dewan direksi maka akan memberikan tingkat pengawasan terhadap
operasional perusahaan. Maka akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
yang lebih baik. Menurut peraturan Bank Indonesia mengenai GCG ditetapkan
bahwa untuk proporsi dewan direksi minimal 3 orang. Namun jumlah dewan
direksi harus disesuaikan dengan kompleksitas bank dengan tetap memperhatikan
ketentuan perundang - undangan yang berlaku dan efektifitas dalam pengambilan
keputusan (KNKG, 2006)
4.8.2 Pengaruh Proporsi dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan.
Bardasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap variable dewan
komisaris, menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel dalam
penelitian ini. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Klein
(2002) dalam Sam’ani yaitu dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Sesuai dengan fungsinya, peran dewan komisaris
dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari
implementasi kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan dapat
meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan
pemegang saham, yaitu dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi
tindakan kecurangan dalam bentuk tingkat manajemen laba melalui fungsi
monitoring atas pelaporan keuangan tersebut. Fungsi monitoring yang dilakukan
oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris. Secara umum
dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Pada penelitian ini proporsi
dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Seperti yang
telah disebutkan, fungsi dari dewan komisaris adalah memonitoring semua
aktifitas yang dilakukan oleh komite audit dan dewan direksi. Dimana proporsi
dari dewan komisaris akan mempengaruhi tingkat pengawasan dalam
47
memonitoring kinerja dari dewan direksi dan komite audit sehingga akan
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (Qomariyah, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Pranata (2007) bahwa proporsi dewan
komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. semakin
banyak dewan komisaris dalam perusahaan maka akan menyebabkan penurunan
kinerja keuangan perusahaan. Hal ini menunjukkan proporsi dewan komisaris
yang meningkat akan menyebabkan terjadi permasalahan keagenan anara dewan
komisaris dan pemegang saham, dimana semakin banyakya dewan komisaris akan
mengakibatkan dewan komisaris lebih mementingkan kepentingan pribadi
dibandingkan kepentingan perusahaan. Seperti penggunaan asset perusahaan
untuk kepentingan pribadi dan merekayasa informasi kinerja perusahaan.
Sehingga akan menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya diperusahaan tersebut. Dan hal ini akan berdampak pada
menurunnya kinerja keuangan perusahaan.
Yang et al. (2006) meneliti pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian tersebut adalah ukuran dewan
komisaris berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini mendukung
hasil penelitian Sanda et al. (2005). Jumlah dewan komisaris yang terlalu besar
menyebabkan lambatnya proses pengambilan keputusan. Hal ini disebabkan
keputusan yang diambil harus didiskusikan terlebih dahulu dan diambil
kesepakatan dari semua dewan komisaris. Selain itu, keputusan tidak bersifat
dinamis, karena untuk mengubah suatu keputusan yang telah diambil,
membutuhkan waktu lebih lama untuk berunding dan memperoleh kesepakatan
bersama. Dengan demikian, efektivitas pengambilan keputusan menjadi berkurang
dan mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan. Keputusan yang dimaksud
adalah keputusan non-managerial. Keputusan yang menjadi wewenang dewan
komisaris adalah keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran
dasar atau peraturan perundangan. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan
dalam fungsi dewan komisaris sebagai pengawas, sehingga keputusan yang
menyangkut kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab pihak manajer.
Kewenangan yang ada pada dewan komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya
sebagai pengawas dan penasehat. Contoh keputusan yang diambil oleh dewan
48
komisaris adalah mengenakan sanksi kepada anggota manajemen, membentuk
komite guna kelancaran kinerja perusahaan.
Namun berdasarkan peraturan Bank Indonesia tentang penerapan GCG
pada bank umum jumlah dewan komisaris ditetapkan minimal 3 orang dan harus
disesuaikan dengan kompleksitas bank dengan tetap memperhatikan efektifitas
dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006).
4.8.3 Pengaruh proporsi komite audit terhadap kinerja perusahaan.
Bardasarkan hasil pegujian yang telah dilakukan, menyatakan bahwa
proposi komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (ROA) pada
bank umum yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Framudyo (2009) yang menyatakan
bahwa komite audit tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini
dikarenakan keberadaan komite audit belum bekerja secara efektif sebagai
penerapan prinsip GCG secara keseluruhan disuatu perusahaan dimana
independensi, transparansi, disklosur dan akuntabilitas menjadi prinsip dan
landasan organisasi yang menyebabkan proporsi komite audit belum bisa
mempengaruhi kualitas dari pelaporan untuk meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Klein (2002), menyatakan
bahwa perusahaan yang membentuk komite audit mempunyai hubungan yang
positif dengan kualitas kinerja terhadap laba perusahaan sehingga dapat
mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi nilai dari perusahaan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Diandono (2012) yang menyatakan
bahwa proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan perusahaan yang diukur dengan ROA karena, keberadaan komite audit
dalam memelihara kredibilitas laporan keuangan tidak diukur berdasarkan banyak
atau sedikitnya jumlah komite audit namun berdasarkan cara dan kemampuan dari
komite audit untuk memelihara kredibilitas laporan keuangan perusahaan yang
diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Namun dalam
49
peraturan Bank Indonesia mengenai penerapan GCG proporsi komite audit
minimal 3 orang.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini betujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate
Governance yang terdiri dari proporsi dewan direksi, dewan komisaris dan komite
audit terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan
Return On Asset (ROA). Berdasrkan hasil pengujian bahwa variabel proporsi
dewan direksi dan proporsi dewan komisaris berpengaruh terhadap ROA. Namun
proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap ROA. Adapun hasil penelitian
akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Proporsi dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel dalam
penelitian ini. Hal ini menunjukkan hipotesis pertama yaitu proporsi
dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dapat
diterima.
2. Proporsi dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel
dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan hipotesis kedua yaitu proporsi
dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan
dapat diterima.
3. Proporsi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan (ROA) pada bank umum yang menjadi sampel
dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan hipotesis ketiga yaitu proporsi
komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan ditolak.
5.2 Saran
1. Dalam penelitian ini dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, peneliti
hanya menggunkana 3 indikator dari berbagai macam penerapan prinsip
Good Corporate Governance, yaitu proporsi dewan direksi, dewan
komisaris dan komite audit. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya
diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menambahkan jumlah
indikator penerapan prinsip Good Corporate Governance seperti,
51
kepemilikan konstitusional, aktifitas dewan komisaris, hak pemegang
saham dan lain sebagainya. Sehingga dapat mempresentasikan seluruh
prinsip Good Corporate Governance yang ada dan dapat memberikan
penilaian penerapan Good Corporate Governance yang lebih baik dan
lebih lengkap, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil penelitian
yang lebih baik.
2. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas, yaitu
sebanyak 21 dari 33 bank umum yang listed di BEI pada tahun 2009 -
2011. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperbanyak
jumlah sampel seperti LQ – 45, Jakarta Islamic Index, Index 30, dan lain
sebagainya. serta memperpanjang periode penelitian, sehingga dapat
memberikan hasil penelitian yang lebih terbaru dan dapat
merepresentasikan semua perusahaan yang ada.
52
DAFTAR PUSTAKA
Bursa Efek Indonesia. Sumber Sampel Penelitian. www.idx.co.id. Diunduh 15 Maret 2013
Diandono, Hudan. 2012. “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan yang Masuk Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) periode 2006-2011.” Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Djarwanto. 2004. Pokok-pokok Analisis Laporan Keuangan. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta
Faisal, 2005, Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Simposium Nasional VII, Ikatan Akuntansi Indonesia
Forum Corporate Governance In Indonesia. Definisi Corporate Governace. www.fcgi.org.id. Diunduh 12 Maret 2013
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. New York: MC. Graw-Hill Inc. Jakarta: Erlangga
Hastuti, T, 2005. Hubungan Antara GCG dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
IICG, 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi Ketiga, Jakarta
Jati, Framudyo. 2009. “Pengaruh Struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Skripsi Universitas Gunadarma. Depok.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta.
Klein, A., 2002, Audit Commite, Board of Director, Characteristics Economics (33), pp. 375-400
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto LS. 2005. Corporate Governance dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII. Solo.
53
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
Pranata, Y, 2007. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan.” Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Qomariyah, Tri Listiani. 2008. “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) Pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Rahmawati. 2006. “Model Penelitian Manajemen Laba pada Industri Perbankan Publik di Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perbankan.”
Sanda, Ahmadu, Aminu S. Mikaliu, dan Tukur Garba, 2005, “Corporate Governance Mechanism and Firm Financial Performance in Nigeria”, African Economic Research Consortium, Nairobi, Maret 2005, Department of Economics, Usmanu Danfodiyo University, Sokoto, Nigeria.
Sam’ani. 2008. “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2007”. Tesis Tidak Dipublikasikan. Magister Manjemen. Universitas Diponegoro. Semarang
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta:Media Pressindo.
Tjager, I.N., A. Alijoyo H.R. Djemat, dan B. Sembodo. (2003). Corporate governance: Tantangan dan kesempatan bagi komunitas bisnis Indonesia. Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Jakarta
Warsono,Sony, Amalia,Fitri, Rahajeng, Dian Kartika, 2009. ”Corporate Governance Concept and Model: Preserving True Organisation Welfare”. Center for Good Corporate Governance. Yogyakarta.
Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme GCG dalam perusahaan yang mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang
Yang, Ya-Wan, DeWayne L. Searcy, dan Kay W. Tatum, 2006, “The Role of Corporate Governance on Long Term Financial Performance and Market Valuation of R&D Invesment in the Biotechnology Industry”.
54
55
56