Download - Tabloid EDISI 135
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh
Tetap Berpikir Merdeka!Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung
Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas
No 1
35 T
ahun
XIV
Trim
ingg
uan
Edisi
Apr
il 20
14
ww
w.te
knok
ra.co
mFB
: Tek
nokr
a Un
ila@
Tekn
okra
Unila
Halaman 11Dalam kadar lebih banyak, kopi menyebabkan peningkatan denyut jantung, mudah panik, ganguan sistem saraf pada pergerakan otot, bahkan sulit bicara secara normal.
Halaman 12Tak sempat mengenyam pendidikan tinggi mem-buat Darminto bertekad membawa anak-anaknya duduk di bangku kuliah.
Halaman 5Sejak Februari lalu, air mancur di Bunderan Uni-versitas Lampung (Unila) kerap kali tak mancur.
2 No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014Comment Salam Kami
Foto
Lia V
ivi F
arida
TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL [email protected], [email protected] WEBSITE www.teknokra.com
Pelindung: Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, MS Penasihat: Prof. Dr. Sunarto, SH, MH Dewan Pembi na: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc Anggota Dewan Pembina: Asep Unik, SE. ME., Drs. M. Toha B. Sampurna Jaya, M.S., Ir. Anshori Djausal, M.T., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, Rudiyansyah, Rikawati, S,Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd.
Pemimpin Umum: Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi: Vina Oktavia Pemimpin Usaha: Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian: Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: Aprohan Saputra, Hayatun Nisa, Yovi Lusiana Redaktur Berita: Ayu Yuni Antika Reporter : Fahmi Bas-tiar, Siti Sufia Redaktur Foto: Kurnia Mahardika Fotografer: Lia Vivi F Redaktur Artistik: Imam Gunawan Staf Artistik: Retno Wulandari Kameramen: Kurnia Mahardika Webmaster: Khorik Istiana Mana-jer Keuangan: Faris Yursanto Manajer Usaha : Imam Gunawan Staf Keuangan: Yola Savitri Staf Periklanan: Sindy Nurul Mugniati Staf Pemasaran: Wawan Taryanto Staf Kesekretariatan: Fitria Wulandari, Staf Pusat Penelitian dan Pe ngembangan: Hayatun Nisa, Fajar Nur-rohmah Magang: Rika A, Yola Septika, Ahmad R, Ana Pratiwi M, Diah Permatasari, Kurnia Dwi P.S, Meri Herlina, M. Erig R, M. Ziea U.A, Nur Kholik, Purwo Kuncoro, Ridha P, Riska Martina.
UKT =Uang Kuliah Tinggi
Cover
Ide & DesainImam Gunawan
Perubahan ItuKonsistensi
Tak ada yang konsisten kecuali perubahan itu sendiri. Sejak awal kepengurusan, kami mulai
memahami bahwa perubahan itu tak akan mampu kami hindari. Bahkan untuk tetap bertahan, kami harus terus membuat perubahan untuk menghasilkan karya terbaik kami. Dinamika kampus mengharuskan kami untuk tetap bertahan dan beradaptasi dengan dinamika itu sendiri.
Sering kali, fenomena perubahan dalam organisasi mulanya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan penyelarasan visi organisasi. Berbagai metode baru diterapkan guna merombak metode lama yang terasa usang. Kami pun terus mengevaluasi kerja kami, menyadari bahwa kunci utama atas semua itu adalah perubahan cara berpikir dan berperilaku.
Kami berusaha berpikir adaptif dan siap menerima berbagai hal baru, baik internal maupun eksternal. Tuntutan menerbitkan karya memposisikan kami pada kondisi yang menuntut profesionalitas sebagai seorang mahasiswa sekaligus aktivis lembaga pers mahasiswa.
Mempertahankan kontinuitas bukan hal mudah. Terkadang, kami menyadari bahwa kami jauh dari kata professional. Namun, kami meyakini
proses yang kami lalui bersama di Tek-nokra akan membawa kami menyandang predikat professional.
Berbagai peristiwa yang kami lewati terus memberikan kami energi demi memberikan performa terbaik. Di Teknokra kami menemukannya, batu penanda akan pengorbanan, pengabdian, pemaknaan kepemimpinan, serta pembelajaran akan berbagai hal. Disini, kami menemukan tempat dimana kami belajar tentang banyak hal.
Kepada pembaca kami persembahkan karya kami. Tabloid Teknokra edisi 135 ini sebagai bukti konsistensi kami akan tantangan perubahan. Tentunya masih hangat bagi kami, kenangan bergelut dengan malam serta beradu dengan ruwetnya pikiran demi me nyelesaikan mandat kami. Menuntaskan satu demi satu program kerja yang sudah disusun sejak awal kepengurusan.
Tabloid kali ini menyoroti permasalahan sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang mulai diterapkan pada tahun akademik 2013/2014. Penggolongan UKT serta transparansi sistem masih me nuai permasalahan. Demi menyajikan karya jurnalistik yang dipercaya, polling terkait UKT juga turut kami lakukan. Semoga karya ini mampu memberikan perubahan demi perbaikan di Universitas Lampung.=
Tetap Berpikir Merdeka!
Mulanya, kebijakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dikira sebagai angin segar dalam sistem pembayaran uang kuliah. Kehadirannya diharapkan mampu membantu minimal 5% mahasiswa tak mampu untuk dapat menyandang gelar sarjana sesuai mandat Dikti. Namun, penerapannya justru membawa polemik. Bukannya membantu mahasiswa, UKT justru menyeret mahasiswa kurang mampu untuk menanggung biaya kuliah yang lebih besar.
Banyaknya protes mengenai sistem ini bukan hanya terjadi di Universitas Lampung. Mahasiswa di berbagai perguruan tinggi juga menyoroti sistem ini dengan melakukan banding untuk penurunan level UKT. Sayangnya, tak semua mahasiswa yang merasa diberatkan dengan golongan UKT yang ia terima bisa lolos.
Di Unila, berbagai pengaduan masuk melalui lembaga kemahasiswaan. Ada juga yang memilih mengajukan banding secara pribadi dengan membawa serta orang tuanya. Sayangnya, pihak kampus tak memberi pintu masuk atas banyaknya protes ini. Keputusan sudah final menjadi senjata ampuh menjawab berbagai lontaran.
Padahal, mahasiswa juga merasa UKT yang dibebankan untuk dirinya tak sanggup ia tanggung. Harapan dapat belajar dengan tenang tanpa harus pusing memikirkan jutaan rupiah yang harus dikeluarkan rasanya hanya menjadi mimpi. Bahkan, pikiran untuk hengkang dari Unila dilontarkan beberapa mahasiswa yang tak sanggup kuliah dengan budget yang mahal. Sebagian harus rela berhutang sanasini demi mengejar gelar sarjana.
Pemikiran adanya bentuk komersialisasi kampus rasanya benar jika melihat berbagai fenomena di lapangan. Peraturan ini menjadi rentan apabila masih dilanjutkan tahun depan. Di usia yang baru menginjak satu tahun, pemerintah harusnya menimbang ulang dengan bijak mengenai sistem ini. Jangan sampai, justru lebih banyak mahasiswa yang tak mampu mengenyam bangku kuliah. Atau kalau tetap dipaksankan, rasanya negeri ini hanya akan menghasilkan sarjana yang berorientasi mengejar uang demi mengganti uang kuliah yang selangit. Tuntutan itu bisa saja memaksa mereka melakukan berbagai kecurangan di dunia kerja demi mengganti uang kuliah.
Universitas sebagai organ yang menjalankan kebijakan Dikti harusnya juga mampu menilai kebijakan yang dikeluarkan. Universitas tentulah lembaga otonom yang harusnya dapat berpendapat saat UKT justru menuai banyak protes. Universitas juga harus bisa menjadi lembaga yang pertama kali pasang badan saat banyak mahasiswanya teriak soal ini. Sayangnya, Unila belum mampu menjadi lembaga yang diharapkan mahasiswa penerima UKT untuk menjadi penyambung lidah atas ketidakadilan ini. Terbukti, masih ada saja segelintir oknum kampus yang menolak mentahmentah saat mahasiswa datang untuk meminta keadilan. Bahkan, saat penjelasan itu sudah sangat terangbenderang. Sisanya memilih menghindar saat dimintai keterangan.
Rasanya, pemegang kebijakan Unila harus duduk satu meja untuk membicarakan ini. Mendaftar ulang semua mahasiswa yang merasa dirugikan. Mendatangi rumah mahasiswa untukl melihat secara real kondisi ekonomi keluarganya. Toh, beberapa kampus di luar sana sudah sanggup melaksanakan turun lapang ke rumah-rumah untuk proses verifikasi. Bukankah sistem ini awalnya untuk membantu kaum yang kesulitan? Jadi, bagaimana Unila dapat mengetahui orangoarang yang perlu dibantu jika belum pernah melihatnya secara langsung. Jangan sampai, sistem baru ini justru menguras kantong mahasiswa lebih banyak lagi. Jangan sampai!=
3No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Kampus Ikam
Unila-Tek: Himpunan mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) kembali meng adakan Pekan Konservasi Sumber Daya Alam (PKSDA). Acara ini mengusung tema Selamatkan Air dan Tanah untuk Tanah Airku. Acara yang terdiri dari delapan rangkaian ini digelar selama satu minggu sejak (21/4).
PKSDA ke18 ini diawali dengan menggelar Aksi Lingkungan di Desa Gebang, Kecamatan Ketapang. Dalam aksi ini, peserta terjun langsung ke lapangan untuk menanam tanaman bakau. Acara dilanjutkan dengan seminar nasional yang mengangkat tema Selamatkan Pesisir dengan Indahnya Hijau Mangrove pada (23/4). Acara ini mengundang Kementrian Kehutanan, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, dan Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Acara juga dimeriahkan oleh bazar dan pameran konservasi yang akan berakhir pada 27 April mendatang.
Acara ini juga diisi dengan berbagai lomba, seperti lomba fotografi konservasi, lomba olimpiade biologi tingkat SMA, lomba menggambar dan mewarnai, lomba story telling, serta lomba cabaret konservasi. Rahmat Ori (Biologi ‘11) selaku ketua pelaksana berharap kegiatan ini dapat meningkatkan peran masyarakat dalam konservasi dan melestarikan alam.=
Himbio Helat PekanKonservasi
Oleh Ahmad Roihan
Unila-Tek: Gelaran tahunan Pekan Raya Jurusan (PRJ) kembali diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Kali ini, PRJ mengusung tema Teknologi Sebagai Sarana Mem-bangun Generasi Muda yang Kreatif dan Inovatif. Kegiatan akan dimulai pada 26 April dan berakhir pada 3 Mei.
Acara akan diawali dengan olimpiade komputer pascal, microsoft word dan microsoft excel tingkat SMP dan SMA. Berbagai lomba seperti lomba desain website dan poster, futsal, dan akustik juga akan digelar. Selain lomba, panitia juga membuka bazar buku dan teknologi. Bazar bahkan telah dibuka sejak (10/4) di pelataran Gedung Kuliah Fasilitas Bersama FMIPA.
Sebagai puncak acara, pada 3 Mei 2014 akan diadakan Seminar Nasional dengan tema Internet Murah, Telepon Gratis di Gedung Aditorium Perpustakaan lantai 3 Unila. Seminar ini meng undang Ono W. Purbo, seorang pakar dibidang teknologi dan informasi sebagai pembicara.
Menurut M. Nurtanio (Manajemen Informatika ’13) PRJ tahun ini berbeda karena diadakanya bazar buku dan tekologi, serta seminar nasional. Ia menambahkan tujuan diadakan acara ini adalah untuk memperkenalkan Jurusan Ilmu Komputer FMIPA kepada pelajar dan masyarakat. Ia juga berharap perayaan PRJ akan lebih dikenal dan lebih banyak orang yang mau berpartisipasi.=
Pekan Raya JurusanSiap Digelar
Unila-Tek: Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung kembali mengadakan acara tahunan mereka yaitu HMJPBS Got Talent dan Duta Bahasa. Acara yang telah rutin diadakan sejak tiga tahun yang lalu ini diselenggarakan oleh anggota generasi muda atau arsida HMPBS dari tiga program studi yaitu Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa Indonesia, dan Seni Tari.
HMJBS Got Talent adalah kompetisi pencarian bakat mahasiswa. Talent yang umum ditampilkan oleh para peserta
adalah baca puisi, solo song, permainan musik akustik, pertunjukkan tari daerah dan tari kreasi, serta story telling. Sementara itu, Duta Bahasa adalah ajang untuk mahasiswa yang memiliki kemampuan lebih di bidang bahasa. Syarat khusus bagi peserta adalah IPK minimal 3.2, menguasai pengetahuan seputar budaya Lampung serta menguasai bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing dengan baik.
Para pendaftar akan diseleksi melalui tes tertulis dan wawancara pada 2627 April mendatang. Untuk mengi
kuti acara ini, peserta harus melampirkan fotokopi KTM dan transkrip nilai dan dikenai biaya pendaftaran 2535 ribu rupiah.
M. Irham Julianto (Pendidikan Bahasa Inggris ‘13) selaku ketua pelaksana menjelaskan acara ini merupakan wadah bagi mahasiswa untuk melatih kemampuan berorganisasi. Ia berharap kegiatan ini dapat memperkenalkan HMJPBS. “Selama ini yang dikenal orang hanya FKIP, Saya ingin orangorang dapat lebih mengenal HMJPBS terutama di tingkat universitas,” ujarnya.=
HMJ Bahasa & Seni JaringDuta Bahasa
Buku Murah. Tiga orang mahasiswa sedang melihat bazar buku murah yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Komunikasi (Himakom) dalam rangka Pekan Raya Jurusan (PRJ) Ilmu Komputer. Foto dibidik, Senin (14/4).
Foto Rika Andriani
Oleh Yola Savitri
Oleh Ahmad RoihanOleh Yola Septika
FMIPA-Tek: Sebanyak tujuh laboraturium kimia yang terdapat di Universitas Lampung menghasilkan limbah bahan praktikum. Lima diantaranya dimiliki Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Sedangkan, dua diantaranya ada dibawah naungan Rektorat, yakni Laboratorium Biomasa.
Laboratorium menjadi sarana yang disediakan pihak universitas untuk memenuhi standar pembelajaran. Bahan kimia yang digunakan dalam praktikum seringkali menghasilkan limbah. Limbah dari bahan kimia ini bersifat bahaya terutama limbah bersifat asam dan logam. Faradilla Syani
(Kimia’10) mengatakan, bahan praktikum seperti asam sulfat memang berbahaya. Namun, dalam praktikum zat ini hanya digunakan dengan kadar yang sangat rendah, sekitar 1020%. “Selain konsentrasinya rendah, bahanbahan tersebut mudah larut dalam air,” ujarnya.
Permasalahan limbah yang dihasilkan membuat pihak Jurusan Kimia FMIPA mengusung konsep Eco Green. Konsep ini dilakukan dengan menggunakan bahan bahan kimia yang masih dapat di tolerir kadar bahayanya.
Menurut Andi Setiawan, Laboratorium Biomasa memiliki dua penampung khusus limbah praktikum maupun
Konsep Eco GreenLaboratorium Kimia
penelitian. Dari laboratorium tersedia wes tafel yang langsung tersalur ke pembuangan lewat pipa. Andi menuturkan limbahlimbah tersebut akhirnya bermuara di kebun samping MIPA. Ia menambahkan indikator bahaya limbah bahan kimia dapat dilihat dari tanaman sekitar. Jika tanaman mati maka limbah tersebut sangat bahaya.
Hal serupa juga diungkapkan Prof. Suharso, ia mengatakan bahwa limbah praktikum tidak berbahaya. “Kami tak berani memberikan bahanbahan berbahaya kepada praktikan. Semua sudah disesuaikan,” ujar dosen yang juga dekan FMIPA itu. =
Oleh Siti Sufia
Unila-Tek: Riuh suara teriakan terdengar dari lantai dua Gedung Grha Kemahasiswaan Universitas Lampung pada (18/4).Suara itu berasal dari kegiatan latihan teater yang diadakan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) yang bertajuk “Kala Sumatera.” Acara dua tahunan ini adalah ajang berkumpulnya komunitaskomunitas teater seSumatra untuk menampilakan teater ataupun musik khas dari asal daerahnya.
Bekerjasama dengan Komunitas berkat yakin, tahun ini UKMBS akan menampilkan teater berjudul “Pinangan” karya Anton Chekov. Acara yang akan diselenggarakan di Palembang, pada (26/4) ini mengundang peserta dari berbagai provinsi di Indonesia yang diwakili oleh satu kelompok teater. Lampung sendiri diwakili oleh Komunitas Berkat Yakin dan UKMBS Universitas Lampung.=
Pinangan untuk KalaSumatera
4 No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014Kampus Ikam
Oleh Fitria Wulandari
Oleh Nurkholik
Unila-Tek: Universitas Lampung menggelar survey kepuasan pelanggan sejak Oktober hingga Desember 2013. Survey ini bertujuan untuk mengetahui indeks kepuasan pelanggan yang difokuskan pada empat titik. Layanan yang di ukur layanan Antar Unit Kerja Internal Unila, layanan publik, serta layanan Unila kepada mahasiswa, dosen, dan karya wan. Survey ini mengukur pelayanan yang diberikan oleh BAAK, BAUK, Fakultas, Jurusan, Lembaga Penelitian, UPT Perpus, UPT, Puskom, PJK, dan Pusat Bahasa.
Survey ini melibatkan 650 sampel, terdiri dari pihak internal dan eksternal. Responden terdiri dari mahasiswa, dosen, dan karyawan serta pihak eksternal seperti masyarakat, swasta dan pemerintah. Terdapat 14 unsur penilaian dalam survey ini, diantaranya prosedur pelayanan, keje lasan petugas
pelayanan, kedi siplinan layanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan, pelayanan.
Survey ini dilakukan atas dasar Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Renstra Unila periode 20112014. Hal ini karena Unila mengemban strategi pe nguatan kapasitas pelayanan yang diberikan kepada para pelanggan sesuai UU No.1/2004 pasal 68 dan 69 dan SK Mentri Pemuda dan Olahraga nomor KEP/25/.M.PAN/2/2004.
Survey membuktikan, dari 21 layanan yang disurvey, ratarata responden menilai baik. Bahkan, ada pela yanan yang mendapat nilai A (sangat baik). Nilai A diberikan kepada bagian yang pela yanannya sudah diatas ratarata dan harapan konsumen telah terpenuhi.
Ayi Ahadiat, ketua PJK sekaligus Koordinator Survey Kepuasan Pelanggan ini me ngatakan bahwa responden memiliki kon
disi demografis yang berbeda. Ia mengatakan, survey ini disebut survey berbasis persepsi. “Menurut hasil survey masih banyak unit yang memiliki harapan konsumen tinggi, namun kepuasaan rendah. Ada juga yang dapat melampaui harapan para konsumen,” ujarnya.
Pembantu Rektor II Unila, Prof. Dwi Haryono yang turut hadir saat pemaparan survey (7/4) mengatakan hasil tersebut sudah cukup baik karena survey ini adalah pengalaman pertama Unila sejak 2009. Hasil survey ini diharapkan dapat membuat seluruh unit yang ada di Unila mengadakan tinjauan manajemen. “Harapan Saya semua unit kerja Unila dapat melayani dengan memuaskan. Kita harus mengevaluasi apa yang harus ditingkatkan, apa yang menjadi prioritas utama, siapa dan apa yang melayani dan dilayani.” ujarnya.=
Oleh Yola Savitri
Oleh Fajar Nurrohmah
Oleh Erig Rustantyo
Hasil Survey Akui Pelayanan Unila Baik
FISIP-Tek : Himagara Action kembali digelar oleh oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Negar. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar angkatan serta untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Acara telah digelar di Desa Sidodadi, Padang Cermin, pada (56/4) lalu. Daerah itu dipilih karena kondisi desa representatif untuk diadakannya acara. Selain itu, lokasi desa yang dekat dengan pantai memudahkan peserta untuk menanam mangrove.
Ketua palaksana, Sedy (Administrasi Negara ‘13) mengatakan acara ini mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat. Menurutnya, peserta tampak antusias saat mengikuti rangkaian kegiatan, seperti lomba dan penanamann mangrove. Acara ini mendapat dukungan dari PT. Pertamina dan PT. Darmawijaya. “Harapannya agar mahasiswa dan masyarakat terjalin hubungan kerjasama yang baik untuk sekarang dan kedepannya,” ujar Sedy.=
Himagara Action PeduliMangrove
FP-Tek: Fakultas Pertanian kembali adakan Sabtu Ceria. Acara yang rutin diadakan setiap Sabtu awal bulan ini dibuka dengan bersihbersih lingkungan sekitar Fakultas Petanian dan ditutup dengan acara Agriculture Got Talent yang merupakan ajang pencarian bakat Master Ceremony (MC), beatbox, solo song, band, berbalas pantun, dan tari daerah.
Acara ini diikuti oleh 100 peserta yang merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan 2012 dan 2013. Graha Abadi Pasyaman mengatakan pemenang lombalomba ini dapat dipilih menjadi pengisi acara dalam perayaanperayaan maupun seminar yang diadakan oleh fakultas sehingga mempermudah panitia.Pemenang lomba merupakan juara umum 1,2,dan 3 yang telah dipilih oleh juri. Selain itu akan dipilih pula juara favorit yang dinilai oleh juri melalui penilaian mahasiswa pertanian selama seminggu sejak 5 april terhadap foto peserta yang diunggah ke twitter oleh panitia. =
Agriculture Got Talent
Buku Baru. Seorang mahasiswi sedang membaca buku ilmu politik di perpustakan Universitas Lampung . Buku ini menjadi salah satu buku baru dari 33 jenis buku yang merupakan koleksi tambahan Perpustakaan Unila. Foto dibidik, Selasa (15/4).
Unila-Tek : Poliklinik Unila yang terletak di dekat Gedung Dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung merupa kan sarana kesehatan yang disediakan Unila. Sayangnya, kehadiran layanan ini belum banyak mendapat banyak kunjungan dari civitas akademika untuk memeriksakan keseha tannya.
Meskipun tak memungut biaya registrasi, mahasiswa jarang datang berobat. Mereka hanya datang ketika membutuhkan surat keterangan sehat. “Mahasiswa yang kesini memang musiman, paling banyak saat PROPTI sama pembuatan surat keterangan sehat untuk beasiswa,” jelas Purwani, penjaga Poliklinik.
Hal ini juga diakui Helen Yuseva Ayu (Kehutanan ’11). Ia mengaku hanya datang ke Poliklinik saat akan mengurus beasiswa. Menurutnya, fasilitas yang masih disedikan masih minim. Mahasiswa lainnya, Eka Riski (Agroteknologi’11) mengatakan pelayanan Poliklinik sudah baik. Namun, ia juga sependapat dengan Helen. “Prasarananya masih
Minim Pengunjung, Poliklinik Unila Rencanakan Pembenahan
kurang, sosialisasi untuk poliklinik pun perlu ditingkatkan lagi,” ujarnya. Khairunnisa (Bim bingan Konseling ’09) me ngatakan kurangnya sosialisasi dari Poliklinik menjadi alasan minimnya kunjungan. Menurutnya, mahasiswa yang tidak mengetahui jadwal buka dan pelayanan Poliklinik.
Dian Anggraini, dokter jaga yang ditemui di Poliklinik mengungkapkan bahwa Poliklinik sebenarnya sudah mempunyai fasilitas yang cukup lengkap, seperti ruang perawatan, ruang periksa, ruang obatobatan, obatobatan, dan berbagai peralatan cek kesehatan. Bahkan, telah ada alat cek gula darah, asam urat, dan alat cek kolesterol. Poliklinik yang dibuka setiap SeninJum’at sejak pukul 07.30 WIB ini sebenarnya memiliki dokter sebayak 12 orang dan satu petugas jaga. Sebelum dikelola FK Unila, dokter yang bertugas berasal dari Dinas Kesehatan, yaitu dr. Mulyani.
Sementara itu, Susianti yang menjabat Pembantu Dekan II FK Unila mengatakan sumber pendanaan fasilitas Poliklinik
diperoleh dari pihak Rektorat. Biaya operasional Poliklinik ini mencapai 100 juta rupiah. Menurutnya, belum diadakannya sosialisasi civitas akademika di Unila dikarenakan belum jelasnya penyerahan kepengawasan Poliklinik. Anggaran juga masih dibawah rektorat dan perizinannya masih dalam proses pengurusan. “Kami mau launching ke orang luar juga belum berani karena perizinannya pun belum selesai diurus,” jelasnya.
Tahun ini, FK Unila juga sedang memantapkan konsep dan lebih fokus dalam mengembangkan Poliklinik dengan konsep pelayanan dokter keluarga. Nantinya, mahasiswa FK Unila yang akan melakukan CoAs dapat memanfaatkan Poliklinik Unila. Tim pengelola juga akan melaksanakan studi banding ke UI untuk melihat penerapan konsep dokter keluarga disana. “Di tahun 2014 ini, ditargetkan konsep untuk pengembangan poliklinik ini bisa diterapkan. Dengan adanya pakar dokter keluarga, anggaran pembiayaan, perizinan klinik, dan perizinan dokter,” ujarnya.=
5No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Kampus Ikam
Unila-Tek : Sejak Februari lalu, air mancur di Bunderan Universitas Lampung (Unila) kerap kali tak mancur. Kondisi kolam terlihat keruh, berlumut, dan air kolam tidak memenuhi isi kolam. Sementara, kolam yang berada di depan Rektorat Unila masih sering mancur setiap hari kerja. Kondisi kolamnya tak jauh berbeda kondisi kolam di air mancur bunderan.
Eka Widia (Pend. Geografi ’12) mengaku sudah dua bulan tidak melihat air mancur yang ada di Bunderan Unila beroperasi. Eka terakhir kali melihar air mancur ini aktif pada Januari lalu. Eka berharap air mancur yang merupakan fasilitas Unila ini dapat kembali aktif dan dipelihara kebersihannya . Mahasiswa lain, Icsni Poppy ( Biologi ’12) mengaku dirinya juga tak pernah melihat air mancur di Bunderan Unila beroperasi sejak akhir
Januari. Poppy berharap agar Unila memperbaiki fasilitas yang ada di Unila.
Sulaemi, pegawai bagian Rumah Tangga Unila menyatakan penyebab tak beroperasinya air mancur tersebut karena sedang mengalami kerusakan. Dua teknisinya, yaitu Suparjono dan Dwi Agus S. sempat memperbaikinya. Saat dihubungi oleh Sulaemi, Suparjono mengaku bahwa air mancur yang ada di depan rektorat sempat mengalami kerusakan pada wayer. Namun, saat ini air mancur tersebut sudah kembali normal. Ia menambahkan, air mancur di Unila memang sering mengalami kerusakan, khususnya pada mesin. Sedangkan, air mancur yang terletak di bunderan Unila mengalami kebocoran. “Kalau kerusakan kecil seperti wayer, kita langsung tangani. Tapi kalau kebocoran kita harus memperbaiki total,” ujarnya.
Air Mancur Unila Menunggu Perbaikan
Lebih lanjut ia menjelaskan, dana yang dibutuhkan untuk perbaikan ini diperkirakan cukup besar. Namun, besarannya belum diketahui karena harus dikonsultasikan ke bagian perencanan .
Menanggapi kondisi kolam air mancur, karyawan yang berkerja di bidang rumah tangga sejak 2011 ini mengaku tak tahu. Ia menilai, di bawah kolam seharusnya dibangun sumur bor. ”Air yang dikolam dibeli. Biasanya kita beli sampai 6 kubik air,” terang Sulaemi. Menurutnya, rencana per baikan akan dilaksanakan pada Mei hingga Juni mendatang.
Sulaemi mengaku tidak ada jadwal pasti untuk kontrol kebersihan kolam. “Jika setiap ada kotoran, ya disuruh bersihin,” ujarnya. Ia berharap civitas akademika Unila dapat menjaga fasilitas air mancur ini. “Jangan membuang sampah di kolam,” ujarnya.=
Unila-Tek : Forum sigap bencana Universitas Lampung mengadakan workshop kebencanaan di Aula Pertanian (11/04). Acara yang diikuti oleh 76 peserta ini dibuka langsung oleh Pembantu Rektor III, Prof. Sunarto.
Tiga narasumber yang dihadirkan memberikan materi dengan tema berbeda. Direktur OCHA, Dr. Rajan Gengaje menjadi pembicara pertama yang berbicara mengenai peran internasional dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Selanjutnya, perwakilan Bidang Kesiagaan BPBD Lampung, Yono memberikan materi tentang peran mahasiswa dalam penanggulangan bencana. Surya Rahman M. perwakilan HFI juga ikut bicara soal peran forum dalam penanganan resiko bencana. Acara ini bertujuan untuk menjadi stimulus perguruan tinggi dalam menanggapi sigap bencana.
Dalam presentasinya, Surya Rahman mengatakan yang dapat dilakukan mahasiswa atau forum mahasiswa untuk mendorong pengurangan resiko bencana adalah melakukan kajian akademik. Resiko, ancaman, dan kerentatan kapasitas perlu dianalisis sesuai disiplin ilmu. Mahasiswa juga dapat melakukan peningkatan kapasitas, berkonsolidasi, praktik lapangan, dan advokasi. Abdul Arifin (Hukum Administrasi Negara ‘11) berharap pihak institusi terkait bisa untuk mendorong kemajuan dan penggembangan forum dan bisa menjaring mahasiswa dalam forum sigap bencana ini.=
Mahasiswa Unila SigapBencanaOleh Ahmad Roihan
Mandek. Seorang mahasiswa melewati galian septic tank yang terhenti pengerjaannya sejak, Kamis (3/4). Septic tank yang terletak didepan mushola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini terhenti karna tidak mendapat perizinan dari pihak dekanat. Foto dibidik, Jumat (18/4).
Foto Yola Septika
Oleh Khorik Istiana
Oleh Khorik Istiana
Unila-Tek : Dinas Koperasi Lampung bekerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Koperasi Mahasiswa (UKM Kopma) menggelar Seminar Gerakan Kewirausahaan Nasional pada (14/4). Acara yang berlangsung di Gedung Serba Guna (GSG) Unila ini mengusung tema Spirit of Woman Entertpreneurship.
Kegiatan ini digelar dalam rangka Program Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (Gemakopsma). Selain mahasiswa Unila, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, seperti IAIN Raden Intan, IBI Darmajaya, Teknokrat, Polinela, dan UBL juga hadir.
Dalam sambutannya, perwakilan Dinas Koperasi Lampung, Maryani Puspita mengatakan tujuan diadakannya seminar ini adalah guna mengajak peserta untuk ikut berkoperasi. Menurutnya, pembenahan kualitas koperasi perlu dilakukan untuk menjadi koperasi yang berskala besar. Seminar ini diisi oleh H. Rizaldi Adrian Rachmat. S.E yang menjabat Direktur Taman Wisata Alam & Cottage Wira Garden sekaligus Sekretaris Umum BPD Hipmi Lampung periode 20112014. Rizaldi menjelaskan wirausahawan harus mempunyai mental yang kuat. Pria yang juga pemilik usaha jasa penyewaan mobil “Wira Rent A Car” ini juga meyakinkan peserta bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki hak untuk menjadi sukses.=
Dinas Koperasi Gandeng Kopma Gelar Seminar
Oleh Erig Rustantyo
FP-Tek :Kegiatan mahasiswa yang biasa digelar Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (HMJ THP) terancam berhenti satu tahun ini. Hal ini disampaikan oleh Ribut Sugiharto, salah seorang dosen yang menangani kegiatan kemahasiswaan di Jurusan THP.
Usulan ini muncul setelah adanya rapat yang diadakan Pimpinan Dekanat, Kepala Jurusan THP, dosen, dan mahasiswa yang bersangkutan pada (10/04). Pertemuan yang dimulai sejak pukul 13.0021.00 WIB ini menghasilkan keputusan tersebut. Sejak rapat malam itu, hingga kini Ribut mengaku belum menerima Surat Keputusan (SK) dari Dekan.
Usulan ini dikeluarkan karena pihak pimpinan melihat adanya perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oknum mahasiswa. Menurutnya, ada sekitar 28 mahasiswa yang melakukan kontak fisik dan psikis kepada mahasiswa baru. Ia telah mengumpulkan mahasiswa 2012 untuk memberitahukan keputusan ini. Ia menambahkan, sebelumnya pihak jurusan sudah melakukan rapat, namun tak kunjung menemui titik temu. Akhirnya, jurusan memutuskan membawanya ke tingkat fakultas. HMJ THP tidak boleh
mengadakan kegiatan yang mengatasnamakan HMJ selama satu tahun. Namun, mahasiswa masih boleh me ng adakan kegiatan yang mengatasnamakan Jurusan. Ribut berharap agar program HMJ ditata ulang sesuai visi dan misi HMJ.
Devi Sabarina (THP ’12) membenarkan adanya pertemuan yang dikoordinir oleh Ribut. Dari pertemuan itu, ia mengetahui bahwa HMJ THP akan diberhentikan kegiatannya selama satu tahun. Namun, Devi mengaku tak mengetahui alasannya karena saat itu dosen tak memberitahu. Devi juga mengaku dirinya kurang aktif dalam kegiatan HMJ.
Dekan FP, Prof. Wan Abbas Z. mengatakan terdapat pelanggaran sistematis di jajaran pengurus terhadap mahasiswa baru yang bertentangan dengan perjanjian. Menurutnya, terdapat tindak kekerasan yang dilakukan oknum mahasiswa. Prof. Abbas juga mengaku telah menerima laporan dalam bentuk surat pernyataan tertulis.
Mengenai SK Dekan, ia mengatakan SK tersebut masih dalam proses yang diurus oleh PD III FP. Nantinya, pihak mahasiswa dapat menerima atau mengajukan banding. “Harapannya bisa menjadi pelajaran
untuk bahan evaluasi,” ujarnya. Ia juga mengatakan bahwa akan ada tindak lanjut bagi oknum mahasiswa yang melakukan pelanggaran secara pribadi.
Saat ditemui diruangannya, Ketua Jurusan THP, Susilawati tidak mau berkomentar mengenai hal tersebut. Menurutnya, ia belum menerima SK Dekan. Senada dengan Susi, Ketua HMJ THP, Deni Setiawan (THP ’10) juga tak mau banyak berkomentar. Ia juga mengatakan SK Dekan belum mereka terima. Deni mengiyakan terkait sidang yang diadakan memang mereka hadiri.=
Aktivitas Mahasiswa Terancam Dibekukan
No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 20146 Reportase Khusus
Munculnya Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia nomor 55 tahun 2013 menjadi titah yang harus dipatuhi oleh seluruh perguruan tinggi. Peraturan ini mengharuskan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menerapkan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebagai pembayaran biaya kuliah mahasiswa angkatan 2013/2014. Dua surat edaran nomor 97/E/KU/2013 dan nomor 272/E.1.1/KU/2013 juga diturunkan sebagai pemberitahuan lebih lanjut mengenai sistem baru ini.
Universitas Lampung sebagai salah satu PTN di Indonesia juga memberlakukan sistem UKT. Sebanyak 6593 mahasiswa Unila angkatan 2013 dikenai tarif UKT berkisar 012 juta rupiah. Kecacatan peraturan baru ini mulai terkuak dari banyaknya mahasiswa yang mengeluh tentang penggolongan UKT yang tidak sesuai dengan kemampuan perekonomian keluarga.
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung seba gai lembaga kemahasiswaan telah membuka pintu untuk mahasiswa baru yang akan mengajukan banding sejak semester ganjil. Pihak BEMU telah menerima sebanyak 30 pengaduan dari mahasiswa menge n ai penggolongan UKT. Laporan tersebut berupa ajuan banding kepada pihak Rektorat karena merasa UKT yang diterima tak sesuai. Dari tiga puluh berkas, sebanyak 20 mahasiswa berhasil mengajukan banding, sementara 10 lainnya ditolak. Saat ini, berkas bertambah menjadi sekitar 50 berkas.
Permasalahan penggolo ngan UKT yang terjadi di Unila tak hanya sejumlah data yang masuk melalui BEMU. Masih banyak mahasiswa yang merasa UKTnya terlalu berat sehingga terasa menguras kantong orang tua. Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis, Bella R. merasa UKT yang ia terima terlalu besar. UKT Bella yang mencapai 4,76 juta ini tidak sebanding dengan profesi ayahnya yang hanya buruh meubel dengan gaji berkisar 1 juta.
Saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Pagelaran pada (18/4), ibunda Bella, Siti membenarkan bahwa suaminya hanya seorang buruh serabutan. Jika ada yang meminta, Ayah Bella biasanya diupah untuk nyangkul atau membuat sangkar burung. Di rumah sederhana berlantai semen kasar itu, Siti bercerita bahwa ia telah mewanti-wanti anaknya saat pertama kali kuliah. Siti hanya bisa pasrah saat uang UKT Bella ternyata melebihi angka 4 juta.
Siti mengatakan pernah menemani putri bungsunya itu menemui pejabat Dekanat Janu ari lalu. Ia mencoba menceritakan keadaan ekonomi keluarganya yang kesulitan. Selama ini, Siti yang hanya ibu rumah tangga ini mengatakan dapat membiayai kuliah Bella berkat uang sumbangan dari keluarganya yang lain. “Mereka kasihan karena Bella memang sangat ingin kuliah di Unila dan mereka bilang ya siapa tahu nanti ada penurunan UKT,” ujar Siti. Rumah yang ia tempati juga hanya warisan orang tuanya. Rumah berdinding semen itu terlihat belum sempat dicat.
Harapan Siti saat bertemu pihak Unila demi menurunkan UKT Bella tak berbuah manis. Meskipun telah bercerita panjang, Bella tetap tidak bisa mengajukan banding. Siti pun menyerah dan keluar dengan berlinangan air mata. Apalagi, orang yang ditemuinya saat itu justru sanksi pada dirinya sebagai orang tua Bella.
Bella membenarkan pen dapat ibunya. Ia juga telah tiga kali mengajukan penurunan UKT ke pihak Dekanat maupun Rektorat. Ia pernah mengajukan banding, namun pihak Rektorat menolak de ngan alasan bahwa pengajuan bandingnya sudah telat. Saat itu, ia disarankan untuk meng ajukan banding saat semester II.
Namun, saat Bella kembali mengajukan banding pada Desember 2013, jawaban yang sama lagilagi ia terima. Padahal, ia sudah menceritakan semua keluhan dan keadaan ekonomi keluarganya. Petugas justru mengatakan bahwa tim
yang mewawancarai maupun memverifikasi adalah profesional sehingga kesalahan verifikasi tidak mungkin terjadi. “Kalau kamu dapetnya segitu (UKTRed), ya berarti kamu orang mampu,” ujar Bella menirukan ucapan pegawai Rektorat. Petugas juga mengatakan bahwa ia telat mengajukan banding karena saat itu SK Rektor mengenai UKT telah terbit.
Mengenai UKT 4 juta yang ia terima, saat wawancarai ia dianjurkan untuk menuliskan 4 juta di kolom kemampuan membayar. Ia mengira bahwa uang 4 juta tersebut adalah uang pangkal. Saat itu, Bella hanya ditawarkan untuk menyanggupi nominal 34 juta, tanpa diarahkan pada UKT golongan I atau II. Saat itu, pewawancara juga mengatakan bahwa jika ia tak mengisi pilihan 4 juta, maka kemungkinan besar Bella tidak diterima. Bella sempat memberitahukan bah wa ia tidak mampu membayar. Pewawancara hanya menyerahkan keputusan padanya.Bella ingin ada tim verifikasi ulang yang datang ke rumah nya. Ia tidak takut dikunjungi agar Unila mengetahui dengan jelas keadaan ekonomi keluarganya.
Mahasiswa lainnya, Dina L.A yang merupakan anak seorang supir harus menanggung UKT sebesar 3,73 juta. Ia mengaku UKT tersebut sangat tidak sesuai dengan gaji orang tuanya yang hanya 1,5 per bulan. Mahasiswa program diploma ini membenarkan pendapat Bella bahwa hanya diberi pilihan antara UKT 3,73 atau 4,73 juta. Hanifa Z. juga membenarkan pendapat kedua rekannya. Saat itu, Hanifa tetap menuliskan hanya sanggup membayar UKT sebesar 2 juta, namun saat penetapan UKT ia diharuskan membayar 3,73. “Saya nggak tahu kenapa bisa segitu. Padahal, saat wawancara udah jelasjelas saya tulis 2 juta,” ujarnya.
M.Haris (Pertanian ’13) juga merasa UKT yang dibebankan kepadanya terlalu tinggi. Haris dikenakan UKT golongan V dan harus membayar sebesar 6 juta per semester. Menurutnya,
jumlah itu terlalu berat meskipun orang tuanya berpenghasilan 5 juta rupiah per bulan. Orang tuanya harus mengurus kakak dan neneknya yang tinggal bersama di rumahnya.
Haris mengira bahwa uang enam juta itu hanya di awal pembayaran. Ibunya pernah melakukan ban ding. Namun, usahanya tidak dikabulkan oleh pihak Dekanat karena UKT merupakan keputusan pusat.
Haris merasa menyusahkan orang tuanya karena biaya kuliah. Ia bahkan ingin keluar dari Unila jika UKTnya tidak dapat berkurang. Selama ini, Haris harus pintar mengatur keuangan karena ia juga masih dipungut biaya lain diluar UKT. Haris mengaku masih harus mengeluarkan uang untuk membeli bahan praktikum, seperti ikan. Pu ngutan itu diambil untuk setiap praktikum yang menggunakan ikan sebagai bahan uji coba. Besaran dana yang harus ia keluarkan berkisar 1050 ribu.
Saat ditemui dirumahnya, ibunda Haris, Anidah mengatakan, meski ia seorang PNS golongan IV, keluarganya masih sering berhutang ke bank untuk membayar kuliah. Ia menambahkan, saat menyerahkan data pengajuan UKT, anaknya melakukan kesalahan dengan hanya menyantumkan 1 tanggungan keluarga. Padahal masih ada nenek dan kakak Haris yang belum bekerja yang menjadi tanggungan keluarga. Wanita yang berusia 54 tahun ini masih berharap UKT Haris bisa turun.
Berbeda dengan Haris, Rizka H. P. (Pertanian ‘13) berhasil melakukan banding. Awalnya, ia mendapatkan UKT sebesar 6,18 juta dan turun menjadi 4,34 juta. Banding itu diterima saat ia berusaha menghadap ke bagian Dekanat dan menjelaskan bahwa orang tuanya adalah PNS, namun masih memiliki tanggungan lima orang anak.
Riska membenarkan pendapat Haris mengenai pungutan untuk membeli bahan praktikum diluar UKT. Ia juga masih mempertanyakan transparansi UKT tersebut. Setahu Riska, uang UKT sudah bebas dari biaya apapun, termasuk praktikum. Ia pernah mencoba bertemu Rektor demi menanyakan kejelasan transparasi UKT. Namun, karena proses yang terlalu lama, Riska membatalkan niatnya.
Permasalahan UKT juga terjadi di FMIPA. Dini A. (FMIPA ’13) mengeluhkan besaran UKT. Ayahnya adalah seorang PNS biasa tanpa jabatan apapun di kantor gubernur dengan gaji kurang dari 3 juta. Sementara, ibunya tidak bekerja
dan masih menanggung beban kedua adiknya. M. Rosidi juga mengeluh karena harus membayar UKT 3 juta rupiah. Dengan penghasilan sekitar 1,5 juta rupiah dari membuka warung di rumah, Rosidi mengeluhkan besaran UKT yang Ia tanggung. Nofal A. yang mendapat UKT sebesar 4,8 juga mengeluh karena penghasilan orang tuanya ha nya 3 juta rupiah. Gaji itu juga masih harus dibagi untuk empat saudaranya yang masih sekolah.
Saat ditemui diruangannya, Pembantu Dekan FEB, Habibullah Jimad mengatakan penggolongan UKT di FEB telah dilakukan sebaik mungkin oleh pihak Dekanat dengan memeriksa dokumen yang diserahkan mahasiswa. Ia tak menampik bahwa selama ini belum ada tinjauan dan cek langsung ke lapangan karena adanya keterbatasan.
Menurut Habib, penilaian biaya yang sanggup dibayar berpatokan pada dokumen dengan melihat kemampuan orangtua. Khusus jurusan diploma diadakan wawancara, sedangkan bagi program sarjana tidak. “Wawancara itu hanya untuk melihat sejauh mana motivasi mahasiswa untuk kuliah,” ujarnya. Ia menambahkan, selama ini fakultas mengusulkan bia ya UKT dan melakukan verifikasi data, namun keputusan tetap ada dipihak Rektorat.
Habib mengatakan, selama ini Dekanat selalu mengusahakan mahasiswanya ketika ada laporan keberatan mengenai UKT. Ia menampik pihak Dekanat mengabaikan mahasiswa saat mengajukan banding. “Tetap akan diverifikasi terlebih dulu datanya, kalau Ia terbukti layak untuk turun pasti diturunkan. Namun, jika sebaliknya mereka pun tidak bisa menurunkan,” ujarnya. Ia berpesan kepada mahasiswa FEB yang ingin mengajukan banding supaya secara langsung menemuinya dengan membawa persyaratan. “Saya tau kuliah itu susah. Jadi kalau ia layak dibantu pasti saya bantu,” ujar Habib.
Sementara itu, PD II FP, Prof. Irwan Sukri mengatakan bahwa sudah ada panduan yang dibuat oleh pihak universitas dalam memberlakukan besaran UKT. Menurutnya, sesuai mandat Dikti, besaran UKT ditentukan oleh penghasilan orangtua mahasiswa bagi non PNS dan pangkat bagi orangtua PNS.
Menurutnya, keluhan seperti tanggungan hutang dan cicilan tidak dapat menjadi pertimbangan untuk penurunan UKT. Namun, usulan penurunan UKT
Kebijakan UKT Perlu Reset Ulang
Penerapan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebagai kebijakan baru bagi sistem pembayaran biaya aka-demik mahasiswa masih menjadi polemik. Berbagai permasalahan penggolongan UKT masih bermun-culan menjelang satu tahun umur pemberlakuan kebijakan ini.
Oleh: Yola Savitri, Rika Andriani
Ilust
rasi
Imam
Gun
awan
(Lanjut ke halaman 8)
No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Polling
inovasiBBM dari Limbah PertanianOleh Fahmi Bastiar
Sampai saat ini, Bahan Bakar Minyak (BBM) masih menjadi kebutuhan tidak
terpisahkan dalam aktivitas manusia. Tak heran, permintaan dan harga BBM tiap tahun terus mengalami peningkatan. Sayangnya, peningkatan tersebut tak dibarengi dengan jumlah produksi BBM. Cadangan minyak bumi justru semakin menipis.
Permasalahan ini sebenarnya sudah menjadi kekhawatiran semua pihak. Tak hanya itu, maraknya perusahaan industri berskala besar di Indonesia ikut menyumbang meningkatnya limbah industri di tanah air. Fenomena ini diresapi oleh Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Sutikno. Kondisi meningkatnya limbah industri dan berkurangnya cadangan BBM justru membuat Sutikno ingin membuat sumber energi dari limbah.
Ia menjelaskan, limbah padat yang banyak dihasilkan adalah tandan kelapa sawit, ampas tebu, onggok, batang pisang, jerami, bonggol jagung, kulit coklat, dan kulit kopi. Sisa limbah pertanian itu hanya dibuang dan dibiarkan mem
busuk. Padahal, didalamnya terkandung zat yang dapat diolah menjadi etanol. Selu-losa dan Hemiselulosa yang terdapat dalam bahanbahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan bioetanol.
Menurut Sutikno, ada tiga jenis bioetanol berdasarkan bahan utama pembuatnya dan enzim yang dibutuhkan untuk proses fermentasi. Bioetanol yang dihasilkan dari fermentasi jagung, padi, dan singkong menggunakan enzim amilase disebut sebagai bioetanol generasi pertama. Sementara, bioetanol generasi kedua dihasilkan dari limbah industri padat yang kemudian difementasikan menggunakan enzim selulase. Bioetanol generasi ketiga merupakan bioetanol yang dihasilkan dari sampah organik yang dibusukan dengan memberikan mikroba. Namun, bioetanol jenis ini masih dalam tahap perkembangan di berbagai negara.
Penelitian Sutikno mengacu pada pengolahan limbah padat menjadi bioetanol generasi kedua. Menurutnya, ada empat tahapan utama pembentukan
bioetanol ini. Langkah pertama, limbah padat perlu direaksikan dengan larutan NaOH 0,1 Molar. Reaksi ini dilakukan pada suhu 1210C selama 15 menit agar mendapatkan hasil optimal. Langkah ini dilakukan untuk menghilangkan zat Lignin yang tidak diperlukan. Zat ini dapat menghambat pemecahan unsur selulosa dan hemiselulosa pada proses berikutnya jika terus ada pada limbah padat.
Setelah dihasilkan bahan yang mengandung selulosa dan hemiselulosa, kedua unsur tersebut harus melewati reaksi pemecahan zat menjadi gula sederhana. Reaksi ini dikenal dengan reaksi hidrolisis yang menghasilkan glukosa. Reaksi memerlukan bantuan enzim agar diperoleh glukosa yang
berkualitas. Usai proses hidrolisis, glukosa yang dihasilkan akan difermentasikan dengan menambahkan senyawa mikroba yang disebut yeast atau dikenal sebagai ragi. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 34 hari.
Tahap paling akhir proses ini adalah penyulingan untuk mendapatkan etanol murni yang akan digunakan sebagai bioetanol. Nantinya, bioetanol yang dihasilkan setelah proses penyulingan langsung dapat dimanfaatkan sebagai bensin. Namun penelitian Sutikno perlu dilanjutkan karena baru sampai pada tahap hidrolisis. Penelitian yang sudah berlangsung sejak 2009 ini meng
Ilustr
asi R
etno W
uland
ari
habiskan dana 330 juta rupiah. Ia mengakui, keterbatasan
alat laboratorium dan kesulitan mendapatkan enzim untuk proses fermentasi menjadi hambatannya. Enzim selulase yang dibutuhkan dalam penelitian ini harus mengimpor langsung dari Cina. Sutikno berharap, nantinya hasil penelitian ini mampu memberikan kemudahan bagi masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang tidak terjangkau pendistribusian BBM. Masyarakat pedesaan diharap mampu melakukan fermentasi limbah padat dari kebunnya sendiri untuk mendapatkan BBM (bensin). Itulah salah satu impian besar Sutikno.=
Bioetanol Pretreatment
HidrolisisFermentasi
Universitas Lampung (Unila) mulai menerapkan Uang Kuliah Tung
gal (UKT) bagi mahasiswa tahun akademik 2013/2014. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 55 Tahun 2013 tentang UKT pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dengan UKT, mahasiswa baru tak perlu membayar berbagai macam biaya, tetapi hanya membayar UKT yang jumlahnya akan tetap dan berlaku sama pada tiap semester selama masa kuliah.
Namun pada pelaksanaannya masih banyak hal yang rancu untuk diterapkan, seperti penggolongan UKT yang tidak jelas dan tidak transparan, serta masih banyak mahasiswa yang belum memahami sistem UKT. Selain itu masih ada pungutan biaya diluar UKT, serta informasi yang didapat mahasiswa masih kurang. Banyak dari mahasiswa yang tidak mengetahui tentang
sistem banding, proses untuk banding pun dirasa sulit oleh banyak mahasiswa, bahkan tak sedikit banding yang diajukan mahasiswa ditolak.
Devisi Pusat Penelitian dan Pengembangan UKPM Teknokra melakukan survey tentang “Penyelenggaraan UKT di Unila”. Dari hasil sur-vey 66% responden sudah mengerti tentang sistem UKT di Unila, 27% menjawab tidak mengerti, dan 7% tidak menjawab. Terkait sosialisasi UKT 15% responden menilai efektif, 77% menilai tidak efektif, sisanya 8% tidak menjawab. Tentang penentuan golongan UKT di Unila 19% responden menilai sesuai dengan kemampuan ekonomi mahasiswa, sedang 78% responden merasa tidak sesuai, lalu 3% responden tidak menjawab.
Sedangkan tentang sistem banding 36% responden yang menjawab tahu, 62% menjawab tidak tahu, dan 2% tidak
menjawab. Sehingga hanya 21% responden yang mengajukan banding, 62% tidak mengajukan banding dan 17% tidak memberikan jawaban. Terkait proses banding yang dilakukan hanya 4% yang merasa prosesnya mudah, 26% menilai proses pengajuan banding sulit, dan 70% tidak menjawab. Tentang transparansi dan UKT, hanya 6% responden yang menilai jelas, 75% menilai transparansinya tidak jelas, dan 19% tidak menjawab.
Terkait pungutan biaya diluar dan UKT, 43% menjawab masih ada pungutan di luar UKT, 40% menjawab tidak ada, dan sisanya 17% tidak menjawab. Sedangkan 13% responden menjawab penerapan UKT di Unila sudah sesuai dengan tujuannya untuk meringankan biaya pendidikan, namun 74% responden menilai pelaksanaan UKT di Unila tidak sesuai, dan 13% tidak menjawab.=
Supervisor: Novalinda SilvianaEnumerator: Fajar Nurrohmah, Rika Andriani, Wawan Taryanto, Yola Savitri, Yola Septika, Ahmad Royhan, Meri Herlina, Nur Kholik, Rizka Martina
UKT Menuai TanyaOleh : Hayatun Nisa Fahmiyati
Polling ini dilakukan pada tanggal 1618 April 2014. Responden merupakan mahasiswa Unila aktif angkatan 2013 sebanyak 100 orang, yang diambil secara acak dari setiap jurusan atau program studi di delapan fakultas Unila. Survey ini menggunakan metode Multistep Random Sampling yang diolah menggunakan SPSS.
Menurut anda, bagaimana sosialisasi UKT yang dilakukan Unila?
Apakah penentuan golonga UKT di Unila sudah sesuai denga kemampua ekonomi mahasiswa?
Apakah tujuan penerapan UKT untuk meringankan biaya pendidikan sudah sesuai dengan pelakanaannya?
Menurut anda, bagaimana transparansi dana UKT di Unila?
A= EfektifB= TidakC= Tidak Menjawab
B= Tidak C= Tidak Jawab
7
8 No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014Regional
Oleh Fajar Nurohmah
(Lanjutan halaman 6)
Pagi itu (9/4), lazimnya Tempat Pemungutan Suara di berbagai daerah, TPS 09 juga didatangi calon pemilih. Bedanya, pengunjung TPS ini keban
yakan menggunakan tongkat dan kaca mata hitam. Mereka adalah pemilih yang menyandang disabilitas pengelihatan. Sebanyak 19 penyandang tunanetra yang tinggal di UPTD Dinas Sosial Provinsi Lampung datang berbondongbondong ke TPS. Mereka dibantu pegawai Dinas Sosial setempat demi menyalurkan suaranya.
Semangat para penyandang tunanetra ini mendapatkan sambutan baik dari panitia. Sejak pagi, panitia pemilu sudah sibuk mempersiapkan surat suara bagi pemilih. TPS ini merupakan salah satu TPS yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas. Namun, masyarakat tetap diperbolehkan memilih di TPS ini.
Muklis salah satunya, tunanetra yang tinggal dekat dinas sosial ini ikut serta dalam Pemilu Legislatif. Dulunya, ia juga pengguni asrama dinas sosial. Namun, setelah mampu hidup mandiri, Muklis memilih pindah ke rumah yang disediakan pemerintah. Meskipun memiliki keterbatasan dalam penglihatan, ia tak berpikir untuk ikut dalam golongan putih (golput). Saat namanya dipanggil, lelaki yang berprofesi sebagai tukang pijit ini beranjak dari tempat duduknya. Ia didampingi seorang petugas untuk mengambil surat
Kaum Tunanetra,Memilih Dengan Hati
suara, lantas berjalan menuju bilik suara. Dari dalam bilik suara itulah, Muklis memilih den
gan nalurinya. Selama ini, ia tak mampu melihat langsung wajah pemimpin pilihannya. Namun, naluri Muklis menuntunnya untuk memilih calon terbaik. Pemimpin yang ia harap dapat memberikan banyak kontribusi bagi rakyat kecil.
Surat suara yang diperuntukkan bagi Muklis dan kaum disabilitas lainnya tak mempunyai perbedaan. Mereka disodori surat suara yang sama seperti warga normal lainnya. Namun, mereka diberikan alat bantu memilih. Alat bantu itu berupa brailer fotofoto para calon lengkap dengan nama dan nomor urut. Muklis juga didampingi oleh orang kepercayaannya. Ia hanya menyebutkan nama atau nomor calon pilihannya setelah meraba alat bantu itu. Orang kepercayaan itu yang membantu mencobloskan di surat suara yang sebenarnya.
Usai memilih calon legislatif dan gubernur, lelaki bertubuh gempal kembali duduk di kursi semula. Ia mengaku senang dapat mengikuti Pemilu. Menurutnya, ia telah melaksanakan tanggung jawab sebagai warga negara. Muklis juga maklum harus didampingi saat memilih. “Merasa terganggu sih tidak, tapi ya terpaksa karena tidak ada alat bantu agar kami bisa memilih sendiri,” ujar Muklis.
Sebelumnya, tunanetra yang akan memilih di TPS 09 telah didata oleh ketua RT setempat. Muklis mengaku mendapatkan undangan dari panitia. Ia lantas mendaftarkan namanya untuk bisa memilih pagi tadi. Muklis mengaku KPU pernah memberikan sosialisasi kepada para tunanetra yang ada di sekitar UPTD Dinas Sosial Provinsi Lampung.
Saat itu, ia diberikan pengarahan dan simulasi pemilihan menggunakan surat suara khusus penyandang disabilitas. Dengan surat suara khusus itu, Mukhis dapat memilih sendiri calon yang diinginkannya tanpa harus didampingi orang lain. Namun, saat pemilihan surat suara khusus itu tak ia dapati. Kendati begitu, Muklis enggan menanyakan perihal surat suara khusus itu.
Muklis mengaku hanya mengenal para calon tersebut dari berbagai pemberitaan di televisi. Selama ini, belum pernah ada calon anggota legislatif maupun calon gubernur yang sengaja datang ke Dinas Sosial untuk berkampanye. Berbagai informasi yang ia peroleh dari media ia jadikan bahan pertimbangan dalam memilih.
Meski belum mengetahui calon Presiden yang akan maju, Mukhlis mengaku akan tetap memilih saat Pemilu bulan Juni mendatang. Ia berharap panitia penyelenggara Pemilu lebih memperhatikan orangorang seperti dirinya. Muklis masih ingin memilih tanpa harus ditemani orang lain. Ia berharap KPU dapat menyediakan surat suara khusus pada Pemilu mendatang.
Sebagai pemilih, ia masih berharap calon yang terpilih nanti dapat memegang amanah dengan baik dan jujur. “Betul-betul memiliki keinginan untuk menyejaterakan rakyatnya, dari rakyat jelata, rakyat biasa dan rakyatrakyat golongan seperti kami,” ujarnya. Ia juga mendambakan pemimpin yang mampu memperhatikan kaum disabilitas seperti dirinya. “Tidak ada diskriminasi untuk kaum seperti kami,” ucap Muklis penuh harap.=
Gairah pemilihan umum tahun ini turut dirasakan oleh para penyandang tunanetra. Meski tak dapat melihat secara langsung para calon pemimpin, mereka tetap ingin menentukan para wakil rakyat.
dapat dilakukan jika ada orangtua mahasiswa yang meninggal atau pensiun. “Kalau data sudah lengkap, tidak perlu lagi diselidiki sampai mendatangi rumah nya. Kita sudah punya berkas yang lengkap, seperti slip gaji orangtua, dan juga bukti foto,” ujarnya.
Mengenai pungutan uang untuk membeli bahan saat praktikum, Prof. Sukri menjelaskan bahwa dana itu tak dikelola oleh Dekanat. Menurutnya, pungutan itu belum termasuk UKT dan dilakukan oleh pihak jurusan. Usai berkoordinasi dengan pihak jurusan, Prof. Sukri mengatakan uang dari mahasiswa itu dibelikan ikan. Usai praktikum, ikan yang sudah dibeli itu dikembalikan lagi ke mahasiswa. Mahasiswa boleh membawa pulang atau menggoreng ikan yang sudah dibeli. “Pungutan itu dari mahasiswa dan untuk mahasiswa,” ujarnya.
Dekan FMIPA, Suharso mengakui banyak mahasiswa yang menghadapnya agar UKTnya diturunkan. “Kalau memang benarbenar punya alasan yang kuat untuk mengajukan banding akan kami tinjau kembali,” ujarnya. Prof. Suharso membenarkan bahwa UKT tidak bisa turun karena masalah hutang. Ia menghimbau, hendaknya mahasiswa yang keadaan ekonominya berubah lebih baik juga lapor untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu.
Ia menjelaskan, bahwa UKT sudah mencakup biaya belajar mengajar, praktikum, KKN, KKL, wisuda dan sebagainya. Dana tersebut tidak termasuk untuk jas lab dan buku pengantar karya cipta dosen. Menurutnya, semua bahan untuk praktikum maupun biaya perawatan peralatan laboratorium sudah masuk dalam UKT. Menurutnya, FMIPA membutuhkan biaya biaya operasional lebih besar karena banyak praktikum sehingga besaran UKT golongan V mencapai 6 juta. “Dana dari ukt mahasiswa yang sekarang ini masih belum bisa mengcover biaya operasional perkuliahan yang tinggi. Kekurangan biaya masih disubsidi oleh pemerintah,” ujarnya.
Mengenai golongan UKT untuk D3, Suharso membenarkan bahwa hanya ada golongan 3 dan 4. “Golo
ngan I dan golongan II terlalu murah untuk D3. Sementara UKT golongan 5 terlalu mahal. Itu adalah kebijakan fakultas.” tambahnya.
Kebijakan UKT yang berlaku di Unila mendapat tanggapan dari Presiden Mahasiswa, Nanda Satriana (Pendidikan Geografi ‘09). Ia menuturkan bahwa program UKT seharusnya dilaksanakan dengan menyesuaikan kondisi keuangan masingmasing mahasiswa. “Yang terjadi justru angkaangkanya itu dirasa sepertinya lebih berat dibandingkan sebelum diadakannya sistem UKT,” ujarnya. Ia menambahkan setelah diberlakukan sistem ini banyak keluhan mengenai penggolongan UKT. BEMU sudah berusaha mengawal mahasiswa yang akan mengajukan banding. Namun, usai mengawal 20 mahasiswa yang berhasil turun level, Rektor mengeluarkan mandat bahwa semua mahasiswa yang mengajukan banding akan ditanggapi dan akan diadakan evaluasi terlebih dahulu. Evaluasi ini akan dilakukan saat penerimaan mahasiswa baru 2014 mendatang. Mandat langsung dari Rektor inilah yang membuat BEMU menunggu sampai ada penerimaaan mahasiswa baru. Nanda menambahkan, saat pertemuan dalam forum birokrat, Pembantu Rektor II Unila, Prof. Dwi Haryono juga mengatakan akan ada evaluasi di tahun ajaran baru.
Nanda menilai, Unila melakukan kesalahan pada sistem verifikasi karena hanya menilai berkas. Menurutnya, Unila perlu mengevaluasi sistem verifikasi dengan mengizinkan orangtua mendampingi mahasiswa. “Pertimbangannya bahwa orangtua lebih mengerti keadaan ekonomi,” ujarnya. Menurutnya, hal dapat menjaga validitas data. Ia berharap Dikti dapat lebih bijak dalam menentukan sistem. Nanda juga menyoroti adanya kecemburuan sosial karena perbedaan biaya UKT pada masingmasing fakultas. Menurutnya, sistem ini kurang efektif diterapkan. Ia berharap pihak kampus mampu menyuarakan bahwa penerapan sistem UKT di Unila masih kurang tepat. Menurutnya, jika berani menyatakan tidak setuju bahkan terdapat universitas
lain yang menyuarakan hal yang sama, tak menutup kemungkinan pihak pusat akan mengubah kebijakan.
Bagian Humas Unila, Jefri menjelaskan bahwa penetapan UKT mempertimbangkan fasilitas rumah, usaha yang dimiliki, dan jumlah tanggungan. Berbeda dengan pendapat Dekanat, menurutnya, PNS golongan IV tanpa tanggungan akan masuk UKT golongan 5. Namun, jika banyak hutang dapat dipertimbangan.
Ia menjelaskan prosedur yang tepat untuk mengajukan banding penurunan UKT adalah membuat surat yang melampirkan berkasberkas terkait yang ditujukan untuk Rektor. “Kalau mengajukan banding lewat fakultas itu hanya optional,” ujarnya.
Masalah pengembalian uang UKT, ia menegaskan bahwa uang selisih UKT akan dikembalikan dalam bentuk penambahan untuk UKT baru yang akan dibayarkan di semester selanjutnya. “Uang tidak dikembalikan secara cash, namun lebih dikembalikan untuk membayar UKT semester selanjutnya,” ujarnya.
Mengenai masalah sosialisasi, Jefri mengakui bahwa sosialisasi dari pihak universitas masih kurang. “Ini masih pengalaman pertama kita menerapkan UKT. Kami telah mewacanakan beberapa sosialisasi yang lebih efektif, terarah dan lebih awal,” ujar Jefri.
PR III Unila, Prof. Sunarto mengaku ada beberapa mahasiswa yang menghadapnya. “Saya instruksikan agar ke fakultas dan bagian keuangan, karena pusat pengaduan dan yang memiliki kewenangan pihak fakultas,” ujarnya. Menurutnya, jika ada fakultas yang mengabaikan pengaduan dari mahasiswa mengenai UKT berarti sudah melanggar SOP, karena tugas fakultas adalah melayani mahasiswanya. Ia menyay angkan jika ada mahasiswa yang sampai keluar dan putus kuliah karena tidak mampu membayar UKT.
Sayangnya, PR II Unila dan Rektor sebagai pemegang kebijakan menolak untuk diwawancarai. Meski telah dihubungi, keduanya enggan berkomentar.=
9No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Apresiasi
Iklan
NgekhibasPenggolongan UKT BermasalahPerlu evaluasi besar-besaran nih!
Air mancur Unila kotorJadwal bersih-bersih nggak teratur sih!Poliklinik Minim PengunjungInovatif dong sosialisasinya!Konsep Eco Green Laboratorium KimiaSemoga disa selalu diterapkan ya!
Redaksi menerima kritikan dan saran serta kiriman berupa : Artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font cambria, ukuran 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik reda-ksi dan redaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak me ngubah makna tulisan. Tulisan dapat dikirim melalui email [email protected]
Sampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa,dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Komentar. Kirim ke 08981735868/ 08982252881
Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila
Suara Mahasiswa
Lilin-lilin kecilku dulu begitu hangat diselimuti sepercik api Menemani disetiap mimpi dalam tidurku
Disetiap malam gelapku Dan menghanyutkan cahaya penuh duri disetiap hariku
Api itu tak pernah menutup senyum manisnya untukku Berkobar untuk menghantarkan aku kedalam khayalku Menuntun dan membawaku untuk menikmati surga itu
Dan membuatku untuk sulit melupakan elokmu
Kini lilin-lilinku telah habis ditelan api yang dulu mengin-dahkannya
Seolah tak ada lagi keindahan dalam remang-remang seperti waktu itu
Cahaya yang tampak merah telah padam Hanya tinggal asap putih yang menari-menari dide-
panku
Tapi, dunia ini penuh keadilan Asap telah membakar api yang membeku
Memberiku ruang putih penuh cahaya Sebagai tempatku menggoreskan tinta untuk cerita
baruku
Joko Setyo Nugroho Pend. Bahasa dan Satra Indonesia 2013
Untukmu LilinkuSahabat..Bagiku persahabatan tak ubahnya seperti tanaman.Kita adalah sekumpulan karakter yang teramat berbeda,Pun tanaman, tersusunlah ia atas kumpulan organ yang berbedaBekerja sama, berjuang demi satu asa, Kapasitas kita tak jua serupa,ada yang begitu kokoh seperti akar, ada yang tangguh laksana batang,ada yang setia layaknya ranting menopang daun, ada yg pandai menarik perhatian layaknya bunga.Meski terkadang ada satu cahaya yang tak tertangkap retina,Ialah cahya yang menyala dari raga-raga penuh cinta,bukan berarti kehadirannya tak dapat dirasa jiwa,Karena kita telah satu rasa, satu karsa dalam mencipta karya
Orang bilang perbedaan itu indah,maka biarkan memory lebih ban-yak terpintal menjadi sebuah cerita,Semua cerita akan tercampur den-gan bumbu kisahnyaMenegur kala salah mengambil langkah
IZINKAN MASAMEMINTAL CERITA
Meniupkan hawa kedamaian kala terbalut emosidan menyokong kala mengangkat satu keputusan
Kau tau, tak mudah kita menyemai benih ukhuwah,Tak sedikit waktu untuk menunggu-nya berbungaBanyak hama mengusik tentramAda badai goyahkan iman
Maka biarkan akar tetap setia ber-bagi hara,Biarkan batang tetap teguh meno-pang tubuh,biarkan daun terus mensuplai energi,dan biarkan bunga menyempur-nakan indahnya segala proses.Biarkan tanaman itu terus tumbuhSampai Tuhan menghendaki daun untuk meluruhkan tubuhnya,Sampai batang melapukkan ketang-guhanya,Sampai akar menanggalkan kekoko-hannya.Sampai takdir Tuhan memisahkan raga kita dan mempertemukannya kembali di masa yang berbeda.
Anggita Eka PratiwiPend. Biologi 2012
10 No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014
Oleh : Erzal Syahreza Aswir*
HEDONISME MAHASISWAArtikel Tema
ZONA AKTIVIS
Agent of change, social control, dan iron stock adalah tiga kalimat yang
disandang mahasiswa. Seperti sebuah kalimat biasa dalam bahasa Inggris, namun kalimat tersebut memiliki esensi yang begitu dalam. Ketiga kalimat tersebut merupakan tugastugas yang harus dijalankan oleh semua mahasiswa tanpa terkecuali.
Agent of change, agen dari sebuah perubahan. Tak hanya perubahan pada kampus sendiri, mahasiswa dituntut untuk melakukan perubahan dalam sendisendi kehidupan bermasyarakat. Akarakar permasalahan dalam kehidupan bermasyarakat harus bisa dicabut oleh mahasiswa. Merubah untuk menjadi yang jauh lebih baik.
Social control, menjadi kontrol kehidupan bermasyarakat. Bilamana terdapat suatu kekeliruan dalam kampus maupun masyarakat luar, mahasiswa harus bisa mengontrolnya dan membuat kembali kedalam keseimbangan sosial.
Iron stock, persediaan kaum intelektual. Mahasiswa adalah makhluk yang dianggap sempurna dalam masyarakat. Oleh karena itu mahasiswa dituntut untuk cerdas dalam berfikir dan bertindak. Tidak hanya itu saja, mahasiswa harus mengabdi kepada masyarakat dan peka terhadap sesuatu yang terjadi dalam masyarakat serta mengambil tindakan dengan analisis yang tajam.
Namun seiring majunya
zaman, mahasiswa banyak yang mengabaikan tugas dan kewajibannya. Cenderung apatis terhadap segala bentuk permasalahan yang menjera masyarakat umum. Banyak mahasiswa yang hanya kuliah didalam kelas lalu pulang, kemudian datang lagi ketika ada jam kuliah. Begitu miris ketika mengetahui mayoritas mahasiswa tak peduli de ngan apa pun. Targetnya hanya mendapat IPK besar dan lulus secepatnya, tanpa menoleh sedikitpun terhadap banyaknya masalah sosial yang kerap sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi.
Salah satu yang menjadikan mahasiswa apatis adalah mahasiswa hanya mencari kesenangan tanpa mau de ngan penderitaan. Atau biasa disebut dengan hedonis, se suatu yang dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, pende ritaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Mahasiswa yang berfikir seperti ini dengan sendirinya menganggap atau menjadikan kesenangan itu hanya sebagai
tujuan hidupnya (Burhanudin, 1997:81).
Sikap hedonis harus dihilangkan jauhjauh dari kalangan mahasiswa, sebab akan merusak karakter mahasiswa. Menjadikan mahasiswa menjadi tidak aktif dalam berbagai kegiatan yang menunjang kehidupannya kelak. Hedonisme dapat dicegah dan diobati de ngan beberapa langkah. Cara pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat keimanan. Iman yang kuat membuat kita menjadi manusia yang peduli. Dan sebuah kepedulian tersebut akan banyak membantu sesama. Mahasiswa juga perlu lebih banyak membaca buku. Semakin sering kita membaca buku, maka akan banyak pula pengetahuan kita. Dengan banyaknya pengetahuan, akan menjadikan kita sering berpikir dan berfikir akan membuat kita semakin peka terhadap berbagai masalah yang ada.
Selain dua hal itu, mahasiswa dituntut berpikir mendalam. Berpikirlah tentang apa yang sudah didapat selama kuliah ini. Pikirkan bahwa ada banyak organisasi baik skala internal kampus maupun
eksternal. Begitu banyak organisasi tapi mengapa tidak ikut berkontribusi. Organisasi tersebut adalah sebuah kelas diluar sks yang ada disiakad. Kelas tersebut gratis dengan banyak pilihan sesuai dengan yang diinginkan. Mengapa tidak dimanfaatkan ilmu yang tanpa biaya tersebut. Dengan ikut organisasi maka potensi yang ada dalam diri kita akan terasah dan semakin tajam.
Mahasiswa juga tidak boleh malu. Malu ada tempatnya, jangan pernah malu untuk melakukan sesuatu selagi itu baik untuk diri sendiri dan orang lain. Mayoritas mahasiswa yang menduduki semester atas malu untuk bergabung dalam kegiatan kemahasiswaan yang sebelumnya belum pernah diikuti. Tegapkan badan, busungkan dada. Dan majulah untuk membuat perubahan yang lebih baik tanpa ada rasa malu.=
*Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon FKIP Universitas LampungMahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Unila
Visi mencintai alam selalu dipegang oleh semua mahasiswa Biologi yang
tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio). Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat fakultas ini menjadi wadah untuk menyalurkan kecintaannya. Di ruangan yang terletak di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), mereka menyatukan visi demi menjaga alam.
Organisasi yang didirikan sejak 20 Mei 1992 ini terus berupaya mengampanyekan kelestarian lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan rutin tahunan mereka. Pekan Konservasi Sumber Daya Alam (PKSDA) ke 18 yang rutin digelar menjadi saksi keseriusan anggota Himbio mengawal isu
lingkungan. PKSDA yang digelar setiap bulan April ini sekaligus perayaan Hari Bumi yang jatuh pada 22 April.
Tahun ini, Himbio dimotori oleh Agung Prasetyo (Biologi ’10). Organisasi yang sudah berusia dua puluh tahun ini masih terus berusaha mencapai tujuan demi mewujudkan manusia yang cinta alam. Kekonsistenan inilah yang membuat mereka setia mengadakan kegiatan tema alam. “Kegiatan melestarikan alam dan meneruskan visi dari awal terbentuk,” ujarnya.
Gelaran tahunan ini tak sekadar berisi berbagai acara seremonial belaka. Namun, mereka juga menggelar ajang melestarikan lingkungan. Tahun ini, Himbio memilih melakukan penanaman mangrove di Desa Gebang, Keta
Himbio, Menjaga Alam Sejak Dini
pang, Lampung Selatan. Pengusungan tema kali ini dipilih sebagai bentuk keprihatinan Himbio akan pentingnya hutan mangrove di daerah Ketapang yang belum diketahui oleh warga sekitar.
Himbio tak pernah sendiri dalam melaksanakan berbagai rencana kegiatan. Organisasi tingkat fakultas ini mendapat dukungan dari berbagai instansi, seperti Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Dinas kehutanan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Dukungan ini membuat Himbio semakin berdiri tegap dalam mengampanyekan aksi cinta alam. Sebagai nahkoda organisasi, Agung berharap agar kegiatan yang mereka lakukan dapat bermanfaat dan terus
konsisten dalam melakukan pembenahan bagi bumi.
Secara internal, Himbio terbagi menjadi empat bidang, yaitu Kaderisasi, Keilmuan, Ekspedisi, dan Hubungan Masyarakat. Setiap bidang mempunyai berbagai program kerja masingmasing. Bidang. Bidang kaderisasi mengurusi perekrutan anggota baru demi keberlangsungan organisasi. Sementara itu, bidang keilmuan akan mengadakan berbagai diskusi dan seminar yang akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu,
khususnya biologi. Sementara itu, bidang ekspedisi biasanya mengajak anggotanya melakukan pengamatan di alam terbuka.
Anggota Himbio berharap kegiatan yang mereka lakukan dapat bermanfaat dan terus konsisten dalam melakukan perubahan dan pembenahan pada bumi, salah satunya tetap konsisten melakukan konservasi. Selain itu, mereka juga berharap kegiatan yang mereka lakukan dapat mempererat silaturahmi antar mahasiswa biologi.=
Oleh Lia Vivi Farida
Ilustr
asi R
etno W
uland
ari
Dok.
ww
11No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014 Pojok PKMLifeStyle
Identitas dan Bahasa Ibu
M. Burhan
Pemimpin Umum
Iklan
Kopi yang berasal dari pengolahan ekstrak biji tanaman kopi memang
sudah lama menjadi salah satu minuman favorit masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Warna cokelat kehitaman dan rasa pahit yang khas menjadi ciri minuman ini. Rasa dan aroma yang menarik membuat I Made Tresna Yama (Agribisnis ’12) gemar mengonsumsinya. “Hampir setiap malam terutama kalo lagi pusing dan kalo lagi ngerjain tugas, biar melek,” ujarnya.
Jadwal kuliah yang padat dan deadline menuntutnya untuk memaksimalkan waktu. Made merasa butuh minum kopi 23 kali sehari agar matanya tetap melek. Berbeda dengan Made, Darma Dian Saputra (Hukum ’13), justru tidak merasakan efek melek saat minum kopi. “Mau berapa kali minum, kalo emang ngantuk ya tidur,” ujarnya. Kesukaannya pada kopi berawal saat ia sering kali mencicipi kopi milik ayahnya. Sejak itu, Darma menjadi salah satu penggemar berat kopi. Ia mampu menghabiskan lima gelas kopi dalam sehari saat kongkokongko bersama temannya. Mahasiswa yang juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapala ini menyadari bahwa dirinya kecanduan kopi. Meski begitu, ia belum berniat untuk berhenti atau mengurangi konsumsi kopinya.
Tak hanya digemari kaum adam, ‘Si Hitam’ pun menjadi minuman favorit kaum hawa, seperti Dhevi Maryanti (Agribisnis ’12). “Sehari pasti satu kali, bisa pagi, sore, atau kalo
Efek Negatif
malam waktu ngerjain tugas,” ujarnya. Meski belum pernah mendapat gangguan berarti akibat mengonsumsi kopi, Dhevi sebenarnya tahu bahwa kadar kafein pada kopi akan berakibat buruk bagi lambung dan pencernaannya.
Seorang dosen di Fakultas Matematika dan Ilmu P e n g e t a huan Alam ( F M I PA ) , Andi Setiawan yang pernah meneliti kandungan kopi menyebutkan bahwa kopi mempunyai dampak negatif. Mengonsumsi 200 mg kafein setiap hari akan menyebabkan gejala ketagihan timbul, seperti sulit istirahat, insomnia, dan gangguan pencernaan.
Dalam kadar lebih banyak, kopi menyebabkan peningkatan denyut jantung, mudah panik, ganguan sistem saraf pada pergerakan otot, bahkan sulit bicara secara normal. Akibat fatal lainnya muncul jika kadar kafein yang dikonsumsi mencapai lebih dari 5 gram. Selain kafein, kopi juga mengandung asam tanat yang dapat mempengaruhi pengeluaran asam lambung dan dapat menyebabkan kembung hingga iritasi membran perut. Asam inilah juga menyebabkan warna gigi menjadi kecoklatan.
Selain beberapa efek tersebut, ada pengaruh berbeda
yang ditimbulkan kopi pada lakilaki dan perempuan. Perempuan menanggung resiko lebih berbahaya tinggi dibanding pria. Hasil kajian tahun1998 oleh The National Institute of Environmental Health Sciences menunjukkan bahwa wanita yang menkonsumsi satu cangkir kopi per hari lebih mudah hamil dibanding yang tidak mengkonsumsi kopi. Kajian lebih lanjut meyatakan 17 % kehamilan itu memiliki resiko kematian.
Menurut Andi, saat pecandu ingin keluar dari ketagihan kopi dengan mengurangi konsumsi kopi akan mengalami gejala sakit kepala. Berdasarkan hasil studi, 50% peminum kopi yang berhenti mengkonsumsi kopi mengalaminya selama 29 hari. Namun, hal ini tak sebanding bila kita mengetahui bahaya kopi.=
Oleh Ayu Yuni AntikaSi Hitam Manis
Ilustrasi Retno Wulandari
Seperti halnya sifat yang ada pada diri sesorang , ke peribadian merupakan cermin dari setiap orang dalam berinteraksi dengan manusia satu sama lain kepribadian seseorang bisa kita lihat dari tingkah lakunya, sikap,sifat serta karakter yang ada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang lainnya maka kepribadian di atas merupakan sebagai suatu identitas .
Berbicara tentang identitas bangsa kita yang besar ini pun punya identitas, istilah identitas bangsa yang secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Akan tetapi identitas bangsa mulai terkikis dengan berkembangnya zaman di era globalisasi ini
Mengenai identitas Ada hal yang menarik memang dalam bangsa kita ini salah satunya lampung terutama budayanya, budaya memang menjadi hal yang sangat pas untuk berbicara tentang identitas, kearifan lokal yang ada memang sudah seharusnya kita jaga bersama, kita sepakat bahwa kearifan lokal lampung adalah piil pesinggiri yang tak akan terpisahkan dari prinsip hidup masyarakat lampung dari era yang satu ke era yang lain
Satu lagi identitas yang kian hari kian tumpul yaitu , bahasa, itulah indonesia yang mempunyai sekitar 726 macam bahasa daerah lebih ,namun sekitar 400 bahasa sudah mulai punah terutama bahasa yang ada di luar jawa, hanya ada belasan bahasa saja yang penuturnya masih di atas 1 juta orang di antaranya bahasa minang, jawa, bali, bugis dan sunda, yang lainya ibarat nyawa kini hanya menuggu ajalnya,
Di lampung contohnya bahasa ibu atau kebih dikenal dengan bahasa daerah kini sudah mulai di tinggalkan masalahnya klasik karena jumlah penuturnya yang semakin sedikit, akan tetapi apakah kita hanya diam saja membiarkan nya hilang begitu saja, kita boleh saja berbahasa asing dengan fasih tapi ingat apakah kita juga bisa berbahasa daerah kita sendiri?boleh saja kita pandai melantunkan lagulagu barat yang sedang trend, akan tetapi apakah kita pandai lagulagu daerah yang kini mulai terasa asing dari pendengaran kita.
Sebagai bentuk menjaga bahasa sebagai identitas sudah seharusnya kita menjaga bahasa ibu kita, baik itu bahasa lampung, jawa,minang, sunda dan lainnya,dengan menjadi penuturnya sebagai bentuk menjaga identitas dari kearifan lokal kita sendiri karena bahasa merupakan identitas dari seseorang itu sendiri baik daerah maupun bangsa.
Pada intinya jangan sampai kita kehilangan identitas kita sendiri di tengah ke piawaian kita dalam memahami identitas orang lain dan bangsa lain.
Tetap Berpikir Merdeka!
12 No 135 Tahun XIV TrimingguanEdisi April 2014Ekspresi
Iklan
Dinginnya udara pagi tak menghalangi Darminto menjalankan aktivitas
hariannya. Setiap pukul 06.00 WIB, ia sudah keluar rumah untuk membersihkan jalan di sekitar Universitas Lampung. Darminto mendapat jatah menyapu jalan di sekitar Masjid Alwasi’i Unila sampai kawasan Bank BNI. Usai menyapu, Darminto masih harus berkeliling Unila untuk mengangkut sampah. Pekerjaan rutin ini baru berakhir pukul 16.00 WIB.
Pria berusia 47 tahun ini sudah mengabdikan diri sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia masih bersekolah di SDN 1 Rajabasa. Kebutuhan ekonomi keluarga membuat Darminto tak menolak saat ditawari pekerjaan menyiram tanaman di Unila. Sejak itu, ia menggunakan waktunya sebelum berangkat sekolah untuk menyiram tanaman. Setiap bulan, Pekerjaan menyiram itu terus ia lakukan sampai ia lulus sekolah.
Setelah merampungkan pendidikannya di bangku SMP, Darminto mengajukan lamaran pekerjaan ke Unila sebagai petugas kebersihan. Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan rektor Unila pada tahun 1984, Darminto tercatat sebagai pegawai honorer dengan upah Rp 37.500, per bulan. Seiring berjalannya waktu, upahnya pun bertambah se
cara bertahap.Pertemuan dengan Rohani
Berawal dari pertandingan bola voli, Darminto yang masih seorang pelajar SMP bertemu dengan pujaan hatinya, Rohani. Selang beberapa waktu, akhirnya keduanya memutuskan menikah. Dari pernikahannya, mereka dikarunia empat orang putra. Istrinya yang sudah terbiasa hidup prihatin, tak mempermasalahkan keadaan Darminto. Beruntung, keempat putranya pun mengerti keadaan tersebut.
Ketika menikah, penghasilan Darminto hanya 45 ribu rupiah. Demi membantu suaminya, ia berjualan bensin eceran, makanan ringan, dan koran di depan Poliklinik Unila sejak 2001.Dari Loper Koran Sampai Penjaga Malam
Darminto terus memperjuangkan kehidupan keluarganya. Meskipun beberapa kali gagal dalam tes CPNS, akhirnya dengan perjuangan kerasnya, Ia berhasil menjadi PNS pada tahun 2008. Sejak saat itu, gajinya meningkat hingga Rp 2.700.000. Namun Darminto hanya bisa membawa pulang Rp 800.000 lantaran harus dipotong karena hutang.
Dengan upahnya tersebut, ia harus memutar otak agar tetap bisa menghidupi istri dan empat putranya. Berbagai pekerjaan tambahan pun ia lakukan.
Setiap pagi, ia rajin mengambil koran lokal dari distributor dan mengirimkannya kepada pelanggan yang sebagian besar adalah dosen, pegawai, dan mahasiswa Unila. Dari pekerjaan itu, ia mendapat tambahan uang sebesar 15 ribu rupiah setiap harinya.
Selain itu, ia juga menerima tawaran sebagai tukang bersihbersih rumah dari beberapa dosen yang ia kenal. Darminto tidak mematok tarif khusus untuk pekerjaan ini. Berapa pun upah yang diberikan, ia terima dengan ikhlas, biasanya ia mendapat upah sebesar 5070 ribu rupiah. Tak hanya itu, Darminto juga masih harus bekerja sebagai penjaga malam di Fakultas Hukum Unila setiap harinya. Meskipun demikian, Darminto tak pernah mengeluhkan pekerjaannya. Bagi Rohani, Darminto adalah sosok suami yang ulet dan bertanggung jawab.Ingin Melihat Anaknya Suk-ses
Meski hanya mengenyam pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas, Darminto bertekad meyekolahkan anakanaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Bagi Darminto, pendapatan yang terbilang minim tak menghalangi mimpinya untuk melihat anakanaknya sukses. Ia tak mau anakanaknya seperti dirinya yang tak mampu merasakan manis
nya bangku kuliah. Darminto menganggap bahwa pendidikan sangat penting bagi masa depan. “Yang sekolah aja belum tentu berhasil, apalagi nggak sekolah,” ujarnya. Pekerjaan apapun telah ia lakukan untuk membiayai sekolah anaknya. Bahkan, ia masih harus berhutang jika ada kekurangan. “Tutup lubang, gali lubang,” ujarnya. Hal senada pun dibenarkan oleh Rohani, sebagai ibu, dirinya ingin anaknya bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari dirinya yang hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama, “Kejarlah ilmu setinggi langit.” katakata itu yang selalu ia tanamkan kepada anakanaknya.
Tekad Darminto terwujud saat putra sulungnya, Maeroni berhasil mengantongi gelar Sarjana Administrasi Bisnis. Ia sangat bangga ketika mendampingi acara wisuda anaknya di Gedung Serba Guna Unila tahun 2013 lalu. Selama kuliah, Maeroni juga sempat mendapatkan bantuan beasiswa dari Unila.
Kebutuhan kuliah yang tidak sedikit, membuat Darminto berjuang lebih keras untuk memenuhi sarana perkuliahan seperti laptop. Kegigihan Maeroni membuat Darminto semangat mendukung perkuliahan anaknya.
Maeroni yang bercitacita menjadi dosen memberanikan diri mendaftar sebagai mahasiswa S2 Jurusan Ilmu Administrasi. Disela perkuliahan, Maeroni membantu meringankan biaya kuliah yang mencapai 6,1 juta. Ia menerima pekerjaan apa saja yang ditawarkan, bahkan menjadi pelayan kantin juga ia lakukan. .
Semester pertama, Darminto harus melunasi uang bangunan anaknya sebesar 7,1 juta rupiah. Biaya ini terasa lebih berat karena anaknya tak lagi menerima beasiswa. Akhirnya Darminto meminjam uang ke Koperasi Pegawai Negeri (KPN) untuk membantu pembayaran uang tersebut. Darminto tak putus asa, meskipun saat itu ia juga dihadapkan dengan kebutuhan adik Maeroni. Darminto bertekad agar anaknya tetap melanjutkan studinya hingga selesai. “Saya berusaha supaya anak saya jadi ‘orang’ semua, jangan kayak orang tuanya,” ujar Darminto.=
Darminto,
Tak sempat mengenyam pendidikan tinggi membuat Darminto bertekad membawa anak-anaknya duduk di bangku kuliah. Kerja kerasnya sebagai petugas kebersihan Universitas Lampung mampu mengantarkan putra sulungnya mengejar gelar magister.
Oleh Sindy Nurul Mugniati
Foto Fitria Wulandari
Doadari Tumpukan Sampah