Download - Termodinamika Kalorimeter dan Kalor
MAKALA
TERMODINAMIKA
“KALOR DAN KALORIMETRI”
OLEH :
KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1. RIZKI NUR HIDAYAH2. LARA SANIA3. PUTRI LINGGAWATI4. WIJAYATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYAi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
tanpa adanya halangan berarti dalam proses pengerjaannya sehingga dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam hal ini penulis mengambil judul
“Konsep Kalor dan Kalorimetri”. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Termodinamika.
Tentunya sebagai mahkluk sosial penulis tidak bisa melakukan hal kecil
ini sendirian tanpa bantuan berbagai pihak. Dengan itu penulis banyak
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, secara
khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Apit Fathurohman, S.Pd., M.Si selaku dosen pengampuh mata kuliah
Termodinamika;
2. Teman-teman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan prodi Pendidikan
Fisika;
3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan bantuan serta senantiasa
memberikan doa restunya, baik secara moril maupun secara materil dalam
setiap langkah kedepannya
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Kritik dan
saran sangat kami harapkan, agar menjadi lebih baik kedepannya.
Inderalaya, Januari 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
2. Rumusan Masalah ……………………………………………….. 1
3. Tujuan ……………………………………………………………… 2
4. Manfaat ……………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep kalor ………………………………………………………. 3
2. Kapasitas Kalor ……………………………………………………. 6
3. Perpindahan Kalor ………………………………………………… 8
4. Kalorimetri ………………………………………………………….. 12
5. Penerapan Prinsip Perpindahan Kalor …………………………. 15
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………………… 19
2. Saran ………………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum kekekalan energi menyatakan energi tidak dapat dimusnahkan
dan dapat diciptakan melainkan hanya dapat diubah dari satu bentuk
kebentuk lain.Di alam ini banyak terdapat energi seperti energi listrik,energi
kalor,energi bunyi,namun energi kalor hanya dapat dirasakan seperti panas
matahari .Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat alat-alat pemanas
yang menggunakan energi listrik seperti teko pemanas, penanak nasi,
kompor listrik ataupun pemanas ruangan. Pada dasarnya alat-alat tersebut
memiliki cara kerja yang sama yaitu merubah energi listrik yang mengalir
pada kumparan kawat menjadi energi kalor/panas. Sama halnya dengan
kalorimeter yaitu alat ayang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai
kalori) yang dibebaskan.
Kalor merupakan salah satu bentuk energi, maka kalor merupakan
besaran fisika yang memiliki satuan.Kalor juga merupakan perpindahan
energi internal.Kalor tidak dapat terlihat oleh mata, tetapi pengaruhnya
dapat kita rasakan atau kita ketahui.kalor belum diketahui sewaktu proses
berlangsung.
Adapun dasar teknik dari pertukaran energi kalor dikenal dengan
nama kalorimetri dan alat yang digunakan untuk menentukan atau mengukur
kalor adalah kalorimeter. Ada pula yang menyatakan kalorimeter adalah alat
untuk menentukan kalor jenis dari suatu zat.Kalorimeter teerdiri dari sebuah
bejana logam yang kalor jenisnya sudah diketahui.
Kalor adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita
sehari-hari.Pada kehidupan sehari-hari sering ditemui beberapa kejadian
yang melibatkan perpindahan kalor. Misalnya satu gelas air dingin dicampur
dengan satu gelas air panas, maka air panas akan melepas kalor sedangkan
i
air dingin akan menerima kalor. Sehingga akan didapatkan suhu campuran
yagn seimbang. Oleh karena itu begitu banyaknya kejadian dalam kehidupan
sehari-hari yang merupakan kejadian perpindahan kalor yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah ini, maka penyusun membuat
suatu rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana makna konsep kalor
2. Bagaimana bentuk kapasitas kalor
3. Jelaskan jenis-jenis perpindahan kalor
4. Bagaimana konsep kalorimetri
5. Bagaimana prinsip penerapan perpindahan kalor dalam kehidupan
sehari-hari
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah “Konsep Kalor dan
Kalorimetri” ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep kalor
2. Mahasiswa dapat memahami bentuk kapasitas kalor
3. Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis perpindahan kalor
4. Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep kalorimetri
2
5. Mahasiswa dapat mengaplikasikan prinsip penerapan perpindahan kalor
dalam kehidupan sehari-hari
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui konsep kalor
2. Dapat membantu mahasiswa dalam memahami bentuk kapasitas kalor
3. Dapat membantu menjelaskan apa saja jenis-jenis perpindahan kalor
4. Dapat membantu mahasiswa mendeskripsikan konsep kalorimetri
5. Dapat membantu mahasiswa dapam mengaplikasikan prinsip penerapan
perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KALOR
Kalor adalah energi yang dipindahkan melintasi batas suatu sistem yang
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara system dan lingkungannya.Suatu
sistem tidak menyimpan panas, tapi menyimpan energi, dan kalor merupakan
energi yang sedang mampir.Ini seringkali disebut dengan perpindahan kalor.
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
3
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit.
Kalor adalah sesuatu yang melintasi batas.Karena suatu sistem tidak
menyimpan kalor, maka kalor bukanlah merupakan suatu properti. Jika
diferensialnya adalah tak-eksak dan dituliskan sebagai δQ, dimana Q adalah
perpindahan kalor. Untuk suatu proses tertentu antara keadaan 1 dan keadaan 2
perpindahan kalor dapat dituliskan Q1−2, tapi umumnya akan dituliskan dengan Q.
Laju perpindahan kalor akan dilambangkan dengan (Q̇ ). Sehingga secara
matematis dapat dirumuskan :
Q=m.c .∆T
Keterangan :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
m adalah massa benda (kg)
c adalah kalor jenis (J/kgC)
T adalah perubahan suhu (C) = suhu akhir (T2) – suhu awal (T1)
Kalor adalah perpindahan energy internal. Kalor mengalir dari satu bagian
sistem ke bagian lain atau dari satu sistem ke sistem lain karena ada perbedaan
temperatur. Selama pengaliran kita tidak mengetahui proses keseluruhannya,
misalnya keadaan akhirnya. Kalor belum diketahui sewaktu proses berlangsung.
Kuantitas yang diketahui selama proses berlangsung ialah laju aliran Q̇ yang
merupakan fungsi waktu. Maka fungsi kalornya dapat dituliskan sebagai berikut :
Q̇=∫τ 1
τ 2
Q̇ dτ
dan hanya bisa ditentukan bila waktu τ 2−τ1telah berlalu. Hanya setelah aliran itu
berhenti orang bisa mengacu pada kalor – energi internal yang telah dipindahkan 4
dari suatu system bertemperatur lebih tinggi ke sistem lain yang temperaturnya
lebih rendah.
Tidak benar bila kita mengatakan ‘kalor dalam benda’ seperti halnya bila
kita mengatakan ‘kerja dalam benda’.Pelaksanaan kerja dan aliran kalor adalah
metode untuk mengubah energi internal suatu sistem.Kita tidak bisa memisahkan
atau membagi energi internal menjadi bagian termal dan bagian mekanis.
Kita telah melihat, bahwa pada umumnya, kerja yang dilakukan pada atau
oleh system bukan merupakan fungsi koordinat sistem tetapi bergantung pada
lintasan yang dilalui system dari keadaan awal ke keaadaan akhir.Demikian juga
untuk kalor yang dipindahkan dari suatu sistem.Q bukan merupakan fungsi
koordinat termodinamik, tetapi bergantung pada lintsan.Jadi sejumlah kerja
infinitesimal adalah diferensial tak saksama dan dilambangkan oleh đQ.
Bayangkan system A dalam sentuhan termal dengan sistem B; kedua
sistem itu dilingkungi oleh dinding adiabat. Untuk sistem A, berlaku
U f−U i=Q+W ;
dan untuk sistem B saja,
U f' −U i
'=Q'+W '
Dengan menjumlahkannya didapatkan
(U f+U f' )−(U i+U i
')=Q+Q'+W+W '
Karena (U f+U f' )−(U i+U i
') adalah perubahan energi sistem gabungan
W+W ' adalah kerja yang dilakukan oleh sistem gabungan, maka Q+Q' adalah
kalor yang dipindahkan oleh sistem gabungan. Karena sistem gabungan ini
dilingkungi oleh dinding adiabat, maka
Q+Q'=0 ,danQ=−Q'
5
Dengan perkataan lain, dalam kondisi adiabat, kalor yang dibuang (atau
diterima) oleh sistem A sama dengan kalor yang diterima (atau dibuang) oleh
sistem B.
Sesuai konvensi, jika kalor dipindahkan ke suatu sistem maka nilainya
adalah positif.Jika kalor dipindahkan dari suatu sistem maka nilainya adalah
negatif.Perpindahan kalor positif menambahkan energi ke suatu sistem. Suatu
proses dimana terdapat perpindahan kalor nol disebut sebagai proses adiabatik.
Proses yang demikian disimulasikan secara eksperimental dengan cara
menginsulasi sistem sehingga sedikit sekali kalor yang berpindah.
Harus diperhatikan bahwa energi yang tersimpan dalam suatu sistem dapat
dipindahkan ke lingkungannya melalui usaha yang dilakukan sistem atau kalor
yang dipindahkan dari sistem tersebut. Jadi, kalor dan usaha secara kuantitatif
adalah sama dan diekspresikan dalam satuan yang sama. Pengurangan energi yang
sama dapat diperoleh jika kalor 100 J dipindahkan dari suatu sistem dengan jika
usaha 100 J dilakukan oleh suatu sistem.
Seringkali lebih memudahkan untuk menuliskan perpindahan kalor per
satuan massa. Perpindahan kalor per satuan massa akan dilambangkan dengan q
dan didefinisikan sebagai:
q=Qm
6
B. JENIS KALOR DAN KALOR JENIS
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang
dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor, yaitu :
1) massa zat
2) jenis zat (kalor jenis)
3) perubahan suhu
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1) Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
2) Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan
yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L.
Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
Berikut merupakan Tabel Kalor Jenis benda (Pada tekanan 1 atm dan suhu 20 oC):
7
Contoh Soal :
Sebuah roda dayung menambahkan energy kepada suatu penampung yang kokoh melalui rotasi yang disebabkan oleh jatuhnya suatu beban 50 kg sejauh 2 m dari sebuah puli. Berapa banyakkah kalor yang harus dipindahkan untuk menghasilkan efek yang sama?
Jawab:
Untuk proses non-kuasi-kesetimbangan ini usaha diberikan oleh W=(mg ) (d )=(50 ) (9,8 ) (2 )=980J . Kalor Q yang harus dipindahkan adalah sama dengan usaha ini, 980 J.
Catatan :
Kalor jenis
benda
biasanya
bergantung
pada suhu.
Apabila perubahan suhu tidak terlalu besar maka besar kalor jenis bisa dianggap
tetap.
C. KALOR SERAP
a. Asas Black
Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda
kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang
bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti
sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis
dapat dirumuskan :
Qlepas=Qterima
8
Jenis BendaKalor Jenis (c)
J/kg Co kkal/kg Co
Air 4180 1,00
Alkohol (ethyl) 2400 0,57
Es 2100 0,50
Kayu 1700 0,40
Aluminium 900 0,22
Marmer 860 0,20
Kaca 840 0,20
Besi / baja 450 0,11
Tembaga 390 0,093
Perak 230 0,056
Raksa 140 0,034
Timah hitam 130 0,031
Emas 126 0,030
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor
adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan
diperoleh :
Qlepas=Qterima
m1 c1∆ t 1=m2 c2∆ t 2
Dengan :
∆ t=t 1−t a , jika t a≤ t1
Atau :
∆ t=t a−t1 , jika t a≥ t1
Dan ta adalah suhu saat mencapai kesetimbangan
Catatan : yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada
benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 – ta) dan untuk benda yang bersuhu
rendah digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada
diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.
D. KAPASITAS KALOR
a. Kapasitas Kalor Zat Padat dan Zat Cair
Kapasitas kalor ditentukan oleh eksperimen untuk setiap zat yang
diinginkan. Data untuk zat padat dan zat cair biasanya diambil pada
tekanan atmosfir dan diberikan sebagai fungsi dari suhu masing-masing
dalam bentuk ini :
Cp =a + bT + cT2
9
Kapasitas kalor biasanya meningkat dengan menaikkan suhu.Efek
tekanan pada kapasitas kalor zat cair dan zat padat secara normal sangat
kecil.
Perbedaan kapasitas kalor dinyatakan dalam ekspansivitas volume dan
kompresibilitas isoternal, yaitu :
Cp – Cv = TV β2
K
Perbedaan tersebut biasanya berarti kecuali jika pada suhu rendah.
b. Kapasitor Kalor Gas
Kapasitas kalor gas merupakan fungsi dari suhu dan tekanan yag kuat.
Namun , efek tekanan pada sifat-sifat termodinamika gas ditentukan
dengan cara yang tidak membutuhkan pengetahuan tentang kapasitas kalor
sebagai fungsi dari tekanan. Sebagai gantinya, dipakai kapasitas-kapasitas
kalor gas dalam keadaan gas ideal. Keadaan gas ideal pada suhu T dan
tekanan P untuk suatu gas yaitu keadaan yang akan dicapai jika gas pada
suhu T dan pada tekanan yang mendekati nol, pada kondisi nilai PV = RT,
namun sebagai gas ideal apabila ditekan secara isotermal ke tekanan P.
Keadaan ini tentunya merupakan bayangan, kecuali pada tekanan menuju
nol. Meskipun demikian, ini merupakan pengguna praktis yang bisa
dipertimbangkan.
Kapasitas-kapasitas kalor gas ideal ini, dinyatakan sebagai berikut :
Cpig
R−C v
ig
R=1
Ketergantungan C pig terhadap suhu biasanya dapat dinyatakan oleh
sebuah persamaan yang berbentuk :
Cpig
R=A+BT+CT 2+DT−2 (1)
10
Dengan C dan D nol dan konstanta-konstanta tersebut tertentu untuk
gs tertentu.Karena gas pada tekanan rendah biasanya mendekati ideal,
kapasitas kalor untuk keadaan gas ideal cocok untuk hampir semua
perhitungan, bagi gas nyata pada tekanan sampai tekanan atmosfir.Karena
Cpig
Rtidak berdimensi , satuanC p
ig dibuat menurut spesifikasi R.
Kapasitas kalor gas ideal digunakan dalam perhitungan perubahan
entalpi dan entropi. Integrasi dH = Cp dT , dHig = C pig dT , maka :
∆ H ig=∫T 0
T 1
C pigdT (2)
Kapasitas kalor rata-rata terhadap T yaitu :
⟨C pig ⟩T ≡
1T 1−T 0
∫T0
T1
C pigdT (3)
Apabila persamaan (1) disubtitusi untuk C pigdalam persamaan (3),
integrasi memberikan :
1R
⟨C pig ⟩T = A + Btam +
C3
(4T am2 −T 0T1 )+ D
T 0T 1(4)
E. PERPINDAHAN KALOR
Terdapat tiga jenis perpindahan kalor, di antaranya :
a. Konduksi
Perpindahan kalor konduksi terjadi dalam suatu bahan karena adanya
perbedaan temperature di dalam bahan tersebut.Jenis ini dapat terjadi di
dalam semua zat tapi paling sering diasosiasikan dengan zat-zat padat. Jenis
ini diekspresikan secara matematis melalui hukum perpindahan kalor
Fourier, yang untuk bidang satu dimensi memiliki bentuk11
Q=kA∆TL
dengan :
k = konduktivitas termal dengan satuan W/m.K
L = ketebalan dinding
∆T = perbedaan temperatur
A = luas dinding
Seringkali perpindahan kalor dihubungkan dengan faktor-R, tahanan,
yang diberikan melalui
Rbahan=Lk
b. Konveksi
Perpindahan konveksi terjadi ketika energi dipindahkan dari suatu
permukaan padat ke suatu fluida yang bergerak.Ini merupakan kombinasi
dari energi yang dipindahkan melalui konduksi dan adveksi (perpindahan
energi yang disebabkan oleh pergerakan umum dari fluida); oleh karena itu,
jika tidak terdapat pergerakan fluida, tidak ada perpindahan kalor konvektif.
Konveksi diekspresikan dalam bentuk perbedaan temperatur umum fluida
T ∞ dan temperatur permukaan T s. Hukum pendinginan Newton
mengekspresikan ini sebagai
Q=hc A (T s−T ∞)
dengan :
hc = koefisien perpindahan kalor konvektif (W/m2.K)
Konveksi bebas terjadi hanya karena perbedaan temperatur,
sedangkan konveksi paksa terjadi karena fluida yang dipaksa, seperti
misalnya oleh sebuah kipas.12
c. Radiasi
Radiasi adalah energi yang dipindahkan sebagai foton-
foton.Perpindahan dapat terjadi melalui hampa udara atau melalui zat-zat
transparan seperti air. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
hukum Stefan-Boltzmann dan memperhitungkan energi yang dilepas dan
energi yang diserap dari lingkungan:
Q=εσA (T 4−T surr4 )
dengan :
σ = konstanta Stefan-Boltzmann (5,67 x 10-8 W/m2.K4)
ε = emisivitas (antara o dan 1, untuk benda hitam bernilai 1)
T surr = temperatur seragam dari lingkungan
13
14
Contoh Soal dan Pembahasan :
1. Sebuah dinding berukuran panjang 10 m dan tinggi 3 m terbuat
dari lapisan insulasi dengan R=2m2 ∙K /w dan lapisan kayu
dengan R=0,15m2 KW
. Berikan estimasi laju perpindahan kalor
melalui dinding tersebut jika perbedaan temperaturnya adalah
400C.
Jawab :
Resistansi total terhadap aliran kalor melalui dinding tersebut
adalah
Rtotal = Rinsulation + Rwood = 2 + 0,5 = 2,5 m2 K/W
Maka laju perpindahan kalor adalah
Q = A
R total
∆T=10 x32,5
x 40 480W
Perhatikan bahwa ∆T yang diukur dalam 0C memiliki nilai yang
sama dengan ∆T yang diukur dalam kelvin.
15
1. Berikan estimasi laju perpindahan kalor dari sebuah bola
2000C yang memiliki emisvitas 0,8 jika bola tersebut
digantung dalam sebuah volume bersuhu rendah pada
suhu -20oC. bola tersebut memiliki diameter 20 cm.
Jawab :
Q=ε σ A (T 4−T surr4 )
¿0,8 x5,67 x 10−8 x 4 π x 0,12 ( 4734−2534 )
¿262J /s
F. KALORIMETRI DAN KALORIMETER
a. Pengertian dan Prinsip Kerja Kalorimetri dan Kalorimeter
Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan
nama kalorimetri, yang merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor.
Kata kalorimetri berasal dari bahasa latin yaitu calor yang berarti panas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kalorimetri adalah pengukuran kuantitas dari
perubahan kalor. Kalorimetri adalah ilmu dalam pengukuran panas dari reaksi
kimia atau perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan calorimeter.
Kalorimeter adalah alat untuk mengukur panas dari reaksi yang
dikeluarkan. Kalorimeter digunakan untuk menghitung energi dari makanan
16
2. Perpindahan kalor dari sebuah bola berdiameter 2 m kealiran
udara bersuhu 25oC selama interval waktu satu jam adalah
3000 kj. Berikan estimasi temperature di ppermuikaan bola jika
koefisien perpindahan kalornya adalah 10 W/m2 K.
Jawab :
Q=hc A (T s−T∞ ) ∆ t atau3 x 106=10 x 4 π x12 (T s−25 ) x3600
Temperature di permukaan dihitung sebesar Ts = 31,6oC
Perhatikan bahwa luas permukaan suatu bola adalah 4 π r2
dengan membakar makanan dalam atmosfer dan mengukur jumlah energi yang
meningkat dalam suhu kalorimeterSebagai contoh, jika energi dari reaksi
eksotermal diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas
yang ditambahkan.
Pengukuran kalorimetri suatu reaksi dilakukan dengan menggunakan alat
yang disebut kalorimeter.Prinsip kerja dari kalorimeter adalah mengalirkan arus
listrik pada kumparan kawat penghantar yang dimasukkan ke dalam air
suling.Pada waktu bergerak dalam kawat penghantar (akibat perbedaan
potensial) pembawa muatan bertumbukan dengan atom logam dan kehilangan
energi. Akibatnya pembawa muatan bertumbukan dengan kecepatan konstan
yang sebanding dengan kuat medan listriknya. Tumbukan oleh pembawa muatan
akan menyebabkan logam yang dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu
energi kalor.
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu calorimeter sebesar 10 °C
pada air dengan massa 1 gram disebut tetapan kalorimetri. Dalam proses ini
berlaku azas Black, yaitu:
Qlepas=Qterima
Qair panas=Q airdingin+Qkalorimetri
m1 c (T p−T c )=m2 c (T c−T d )+C (T c−Td )
Keterangan:
m1 = massa air panas
m2 = massa air dingin
c = kalor jenis air
C = kapasitas kalorimeter
Tp = suhu air panas
17
Tc = suhu air campuran
Td = suhu air dingin
Pada kalorimeter terjadi perubahan energi dari energi listrik menjadi energi
kalor sesuai dengan hukum kekekalan energi yang menyatakan energi tidak dapat
diciptakan dan energi tidak dapat dimusnahkan.
Gambar 3.4 Skema kalorimeter volume tetap
Untuk mengukur kalor reaksi dalam kalorimeter, perlu diketahui terlebih
dahulu kalor yang dipertukarkan dengan kalorimeter sebab pada saat terjadi
reaksi, sejumlah kalor dipertukarkan antara sistem reaksi dan lingkungan
(kalorimeter dan media reaksi). Besarnya kalor yang diserap atau dilepaskan oleh
kalorimeter dihitung dengan persamaan:
Qkalorimeter=C k .∆T
dengan Ck adalah kapasitas kalor kalorimeter.
18
Diketahui bahwa semakin besar nilai tegangan listrik dan arus listrik pada
suatu bahan maka tara panas listrik yang dimiliki oleh bahan itu semakin kecil.
Kita dapat melihat seolah pengukuran dengan menggunakan arus kecil
menghasilkan nilai yang kecil. Hal ini merupakan suatu anggapan yang salah
karena dalam pengukuran pertama perubahan suhu yang digunakan sangatlah
kecil berbeda dengan data yang menggunakan arus besar. Tapi jika perubahan
suhu itu sama besarnya maka yang berarus kecil yang mempunyai tara panas
listrik yang besar.
b. Jenis-Jenis Kalorimeter
Beberapa jenis kalorimeter yang sering dipakai antara lain: kalorimeter
alumunium, elektrik, gas dan kalorimeter bom.Berikut ini akan di bahas mengenai
kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana.
1. Kalorimeter Bom
Kalorimeter bom merupakan calorimeter yang khusus digunakan untuk
menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran.Kalorimeter ini terdiri dari
sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari bahan
stainless steel dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi) dan sejumlah air
yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas. Reaksi pembakaran yang terjadi di
dalam bom, akanmenghasilkan kalor dan diserap oleh air dan bom. Oleh karena
tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi=− (qair+qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair=m×c×DT
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter (g)
c = kalor jenis air dalam calorimeter (J / g.oC) atau (J / g. K)
19
DT = perubahan suhu (oC atau K)
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus:
qbom=Cbom×DT
dengan :
Cbom = kapasitas kalor bom (J / oC) atau (J / K)
DT = perubahan suhu (oC atau K)
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume
tetap (DV = nol). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem =
perubahan energi dalamnya.
DE=q+wdimanaw=−P ∙DV (jika DV = nol maka w = nol)
Maka :
DE=qv
2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan
dengan menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter
sederhana yang dibuat dari gelas stirofoam.Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk
mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya
reaksi netralisasi asam – basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).Pada
kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan
sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan diabaikan.
qreaksi = – (qlarutan+ qkalorimeter )
qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dengan :
20
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil maka dapat diabaikan
sehingga perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu
larutan dalam kalorimeter.
qreaksi = – qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga
perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Suatu benda yang mempunyai suhu lebih tinggi dari fluida bila dicelupkan
kedalam fluida, maka benda tersebut akan melepaskan kalor yang akan diserap
oleh fluida hingga tercapai keadaan seimbang (suhu benda = suhu fluida).
Fenomena diatas sesuai dengan azas black yang menyatakan bahwa jumlah kalor
yang dilepaskan oleh benda sama dengan jumlah kalor yang diserap fluida.
Jika diukur panas jenis benda padat berupa logam dengan menggunakan
kalorimeter. mula-mula benda dapat dipanaskan dalam gelas kimia sehingga
diasumsikan bahwa tempratur benda sama dengan tempratur uap . Titik didih air
tergantung pada tekanan udara dan kemudian menentukan titik didih air
berdasarkan tabel yang ada.
21
massa jenis benda padat dapat dihitung menggunakan persamaan :
mb .Cb . ( tb−t2 )=(ma .Ca+H )(t 2−t 1)
Dimana :
mb = massa benda
Cb = panas jenis benda
Tb = temperatur benda mula-mula (setelah dipanaskan)
t1 = temperatur air mula-mula
t2 = temperatur kalorimeter saat keadaan seimbang
ma = massa air
H = harga air kalorimeter
Adapun untuk menentukan massa air mula-mula (Mam) dan massa air setelah
dipanaskan (Map) adalah sebagai berikut :
Mam : (Massa kalorimeter + pengaduk + air) – (massa kalorimeter + pengaduk)
Map : (Massa gelas beker + air) – (massa gelas bekerja)
Didapatkan bahwa kalor merupakan bentuk energi yaitu energi panas. oleh karena
itu pada kalor berlaku hukum setelah energi jika dua buah benda yang suhunya
barlainan hukum kekelan energi jika dua buah benda yang suhunya berlainan
disentukan atau dicampur, benda yang bersuhu tinggi akan melepaskan kalor dan
benda yang bersuhu rendah akan menyerap kalor. banyaknya kalor yang dilepas
sama dengan banyaknya kalor yang diserap. pernyataan ini sesuai dengan
pernyataan/azas blask yang menyatakan: Q lepas = Q terima.
Dimana kalor jenis merupakan perbandingan diantara kapasitas panas dengan
massa benda = c = Q/(M . ∆t)Dimana c adalah kalor jenis, Q adalah jumlah
kalor, adalah massa benda dan ∆t adalah perubahan suhu perubahan suhu ini dapat
22
dicari dengan t2 – t1. Dimana suhu saat setimbang kurang dengan suhu mula –
mula, kalor jenis zat disebut dengan kalorimeter.
Semakin tinggi suatu benda maka semakin rendah massa benda. kapasitas kalor
juga disebut harga air (H) atau di sebut juga harga air kalorimeter. harga air
kalorimeter dapat ditentukan dengan persamaan rumus yang di dapat melalui
persamaan azas black yaitu :
Q lepas=Q terimamb .Cb(t b – t 2)=(ma .Ca+H )(t 2– t1)
mb .Cb(t b– t2)(t2 – t 1)
=(ma .Ca+H )
H=mb .Cb(t b – t 2)
(t 2– t1)−(ma .Ca)H=
mb .Cb(t b – t 2)(t 2– t1)
−(ma .Ca)(t 2– t1)
(t 2– t1)
Keterangan :
mb = massa benda (kg)
Cb = panas jenis benda (J/kg.°K)
tb = suhu setelah dipanaskan (°K)
t2 = suhu saat setimbang (°K)
ma = masa benda mula-mula (kg)
t1 = suhu mula-mula (°K)
H = Harga air kalorimeter
c = 4200 J/kg.k
c. Penerapan Prinsip Perpindahan Kalor dalam Kehidupan Sehari-hari
23
Kita dapat mengetahui bahwa ternyata banyak peralatan yang
memanfaatkan sifat perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.Selain
pemanfaatan perpindahan kalor, pencegahan perpindahan kalor juga
digunakan untuk beberapa alat dan sistem. Adapun contoh pemanfaatan
perpindahan kalor sebagai berikut:
1. Panel Surya
Panel surya adalah alat yang menyerap kalor radiasi matahari.
Kalor dari matahari akan diserap oleh permukaan hitam lalu
dihantarkan secara konduksi melalui logam. Selanjutnya kalor
dipindahkan ke bagian system pemanas air yang terhubung.
2. Termos Panas
Pada termos, perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan
radiasi dicegah sehingga air panas tetap panas dan air ding in tetap
dingin. Termos dibuat dari tabung kaca berlapis yang permukaan
dalamnya dibuat mengkilat dengan merupakan penyerap dan
pemancar kalor yang buruk sehingga mencegah kalor masuk atau
keluar dari teras.Tabung kaca untuk mencegah perpindahan secara
konduksi, dinding luar termos dibuat dari kaca menqkilat berlapis
perak untuk menghalangi perpindahan kalor secara radiasi.Di antara
lapisan kaca terdapat ruang hampa udara untuk mencegah
perpindahan kalor secara konveksi dan konduksi dari dinding kaca
ke dinding kaca luar.Selain itu termos juga disumbat dengan bahan
isolator untuk mencegah terjadlnya perpindahan kalor secara
konduksi pada permukaan air.
3. Rumah Kaca
24
Rumah kaca merupakan bangunan yang tertutup dengan
lingkungan yang dapat dikendalikan.Dinding dan atapnya terbuat
dari kaca atau plastik.Pada hari panas, radiasi matahari dengan
panjang gelombang pendek masuk menembus kaca dan kemudian
diserap oleh tanah dan tanaman di dalamnya.Kondisi ini
menyebabkan tanah dan tanaman di dalamnya memancarkan
kembali kalor yang diterimanya dalam bentuk radiasi inframerah
dengan panjang gelombang yang lebih panjang.Energi ini tidak
dapat menembus kaca sehingga terperangkap di dalam rumah.
4. Setrika Listrik
Energi listrik diubah menjadi energi panas yang kemudian
dikonduksikan melalui alas besi tebal yang ada di bagian bawah
setrika.Penghantaran kalor secara radiasi dan konveksi tidak terjadi
pada setrika.
5. Pipa Penukar Kalor
Pipa penukar kalor yang banyak digunakan di bidang industri
merupakan suatu alat yang digunakan di bidang industri merupakan
suatu alat yang digunakan untuk memanaskan zat cair atau udara
pada suatu wadah. Di dalam pipa dialirkan air panas atau udara
panas hasil proses pemanasan suatu alat yang dinamakan boiler. Pipa
penukar kalor dimasukkan pada tempat atau wadah yang berisi air
atau udara yang akan dipanaskan sehingga terjadi perpindahan kalor
secara konveksi dan konduksi. Proses tersebut berlangsung dengan
cara air panas yang mengalir dalam pipa akan menghantarkan kalor
secara konveksi ke pipa bagian dalam. Dari bagian dalam dan
25
permukaan pipa kalor dihantarkan secara konveksi pada zat cair atau
udara.
G. Perubahan Wujud Zat
Terdapat beberapa perubahan wujud zat,antara lain :
1. Melebur/mencair
Melebur atau mencair adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair.
Pada saat melebur, zat memerlukan kalor(panas) meskipun tidak mengalami
kenaikan suhu.Kalor lebur adalah kalor yang diperlukan untuk mengubah
wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair . Kalor lebur diberi simbol L dan
satuannya J/kg.
Q=mL
Keterangan:
Q = kalor (J)
m = massa zat (kg)
L = kalor lebur (J/kg)
2. Menguap
Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap(gas). Pada waktu
menguap, zat memerlukan kalor.Kalor uap adalah kalor yang diperlukan untuk
26
mengubah wujud 1kg zat cair menjadi uap pada titik didih normalnya. Kalor
uap diberi simbol U dan satuannya J/kg
Q=mU
Keterangan:
Q = kalor (J)
m = massa zat (kg)
U = kalor uap (J/kg)
3. Mengembun
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh mengembun adalah ketika kita menyimpan es batu dalam sebuah gelas maka bagian luar gelas akan basah, atau rumput di lapangan pada pagi hari menjadi basah padahal sore harinya tidak hujan
4. Menyublim
Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh menyublim yaitu pada kapur barus (kamper) yang disimpan pada lemari pakaian lama-lama akan habis.
5. Mengkristal
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh mengkristal adalah pada peristiwa berubahnya uap menjadi salju.
27
Mari Bereksperimen
Judul : Perubahan Wujud Zat
Tujuan : Mengetahui berbagai perubahan wujud zat
Alat dan Bahan:
Beker gelas, bunsen, kaki tiga, kasa, lilin, air, kapur barus, korek api
28
Langkah Percobaan:
1. Ambil sebuah lilin lalu nyalakan lilin dengan korek api. Apakah yang terjadi?
Kemudian diamkan beberapa menit, amatilah yang terjadi!
2. Tuangkan air (100 ml) ke dalam beker gelas! Ukur temperatur awalnya
menggunakan termometer t=... ºC. Panaskan air, amati dengan seksama apakah air
dapat mendidih dan menguap? Ukurlah temperatur saat mendidih dan menguap
t=... ºC! Hentikan pemanasan kemudian tutup beker gelas dengan penutup, apakah
yang terjadi?
3. Tuangkan serbuk kapur barus (sedikit saja) ke dalam beker gelas. Ukur temperatur
awal t=... ºC. Panaskan beker gelas berisi kapur barus dan amati apakah yang
terjadi? Apakah kapur barus dapat mendidih dan menguap? Ukurlah temperatur
kapur barus saat mendidih dan menguap t=... ºC! Hentikan pemanasan, tutuplah
tabung dengan kertas. Setelah beberapa menit, apakah yang terjadi ? Apakah pada
kertas terdapat butiran-butiran kapur barus? Coba anda raba dan anda bau!
Tabel
Pertanyaan:
1. Sebutkan dan jelaskan perubahan wujud apa sajakah yang teramati dari
percobaan tersebut!
2. Gambarlah diagram berbagai perubahan wujud zat pada percobaan tersebut!
3. Proses perubahan wujud apa sajakah yang memerlukan kalor?
4. Proses perubahan wujud apa sajakah yang melepeskan kalor?
Contoh Soal Latihan
29
30
Soal Evaluasi
i.Manakah di antara pernyataan-pernyataan mengenai usaha untuk suatu proses
kuasi-kesetimbangan berikut ini yang tidak tepat?
a. Diferensial dari usaha adalah tak-eksak
b. Besarnya usaha adalah luas area di bawah diagram P-T
c. Usaha merupakan suatu fungsi jalur
d. Suatu proses volume konstan memiliki usaha yang besarnya selalu nol
ii.Kalor dapat dipindahkan dengan konduksi melalui:
1. zat padat saja
2. zat cair saja
3. gas aja
4. semua di atas
32
3. Perpindahan kalor konveksi melibatkan:
1. konduksi dan adveksi
2. konduksi dan radiasi
3. radiasi dan adveksi
4. usaha dan konduksi
4. Radiasi dilepaskan melalui:
1. zat cair saja
2. zat padat yang gelap saja
3. gas saja
4. semua bahan yang memiliki temperatur finit
Kunci Jawaban:
1. b
2. d
3. a
4. d
Essay
1. Suatu kalorimeter bom berisi 250 mL air yang suhunya 25oC, kemudian
dibakar 200 mg gas metana. Suhu tertinggi yang dicapai air dalam
kalorimeter = 35oC. Jika kapasitas kalor kalorimeter = 75 J / oC dan kalor
jenis air = 4,2 J / g.oC, berapakah DHc gas metana?
33
Jawaban :
qair=m .c .∆T
¿(250) x (4,2) x(35– 25)
¿10.500J
qbom=Cbom .∆T
= ( 75 ) x ( 35 – 25 )
= 750 J
qreaksi = – (qair + qbom )
qreaksi = - ( 10.500 J + 750 J )
= - 11.250 J = – 11,25 kJ
200 mg CH4 = 0,2 g CH4 = ( 0,2 / 16 ) mol = 0,0125 mol
DHc CH4 = ( – 11,25 kJ / 0,0125 mol ) = - 900 kJ / mol
( reaksi eksoterm )
2. Sebanyak 50 mL ( = 50 gram ) larutan HCl 1 M bersuhu 27 oC dicampur
dengan 50 mL ( = 50 gram ) larutan NaOH 1 M bersuhu 27 oC dalam suatu
kalorimeter gelas stirofoam. Suhu campuran naik sampai 33,5 oC. Jika kalor
jenis larutan = kalor jenis air = 4,18 J / g.K. Tentukan perubahan entalpinya!
Jawaban :
q larutan=m.c .∆T
¿(100) x (4,18) x (33,5– 27)
Karena kalor = 2.717 J
kalorimeter diabaikan maka :
34
qreaksi = – qlarutan
= - 2.717 J
Jumlah mol ( n ) HCl = 0,05 L x 1 mol / L = 0,05 mol
Jumlah mol ( n ) NaOH = 0,05 L x 1 mol / L = 0,05 mol
Oleh karena perbandingan jumlah mol pereaksi = perbandingan koefisien
reaksinya maka campuran tersebut adalah ekivalen.
DH harus disesuaikan dengan stoikiometri reaksinya, sehingga :
q (1 mol HCl + 1 mol NaOH ) = ( 1 / 0,05 ) x ( – 2.717 J )
= – 54.340 J = – 54,34 kJ
Jadi DH reaksi = qreaksi = – 54,34 kJ
3. Sebuah kalorimeter yang kapasitas kalor berisi 200 gram air
suhunya akan dipakai untuk menentukan kalor jenis kuningan. Ke
dalam kalorimeter dimasukkan 100 gram kuningan yang bersuhu . Jika
suhu akhir air dan kalor jenis air , berapa kalor jenis
kuningan?
Penyelesaian :
Diketahui :
C kal=40kal° C−1
ma=200 gr
T a=20℃
35
mk=100 gr
T k=80℃
T akhir=22℃
ca=1kal g−1C−1
Ditanya :
C k=…?
Penyelesaian:
Kalor yang dilepas oleh kuningan = kalor yang diterima oleh kalorimeter
dan air.
Q1=Q2
mk ck∆Tk=ma ca∆T a+ckal∆T kal
100×ck× (80−22 )=200×1× (22−20 )+40 (22−20 )
C k=0,083kal g−10C−1
Jadi, kalor jenis kuningan tersebut adalah 0,083kal g−10C−1
4. Pada suatu percobaan, 3 L air dipanaskan sehingga suhu air naik dari 250C
menjadi 720C. Jika
diketahui massa jenis air = 1g mL-1, dan kalor jenis air = 4,2 Jg-1 0C-1, tentukan
∆H reaksi pemanasan tersebut.
Jawab: 592,2 kJ
36
ρ=mv
m = 1 gr/mL x 3000 mL
= 3000 gr
Q = m x c x ∆T
= 3000 x 4,2 x (72 – 25)
= 3000 x 4,2 x 47
= 592200 J
= 592,2 kJ
Perhatikan hal-hal berikut dalam menentukan pemecahan masalah dalam bentuk
soal :
1. Ketika air mengalami perubahan wujud maka air TIDAK mengalami
perubahan suhu.
2. Sedangkan, ketika air mengalami perubahan suhu maka air TIDAK mengalami
perubahan wujud.
dikarenakan hal ini maka kita mengenal dua jenis rumus untuk menghitung
besarnya energi kalor.
energi kalor dilambangkan dengan huruf Q dengan satuan Joule ( J ).
Q = M. C. Δ T ( digunakan untuk menghitung energi kalor pada fase kenaikan
suhu )
ket :
M = Massa ( Kg )
C = Kalor Jenis ( J/KgC )
Δ T = Perubahan Suhu ( C )
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg
zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor
jenis adalah kalorimeter.
Q = M. L ( digunakan untuk menghitung energi kalor pada fase perubahan
wujud )
37
ket :
M = Massa ( Kg )
L = Kalor Laten ( J/Kg )
Kalor Laten adalah kalor yang digunakan untuk mengubah wujud suatu zat. Kalor
laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg)
dan L adalah kalor lebur (J/kg)
contoh soal :
Tentukan energi kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan es yang memiliki
massa 2 Kg dan bersuhu -20o Celcius hingga menjadi air yang bersuhu
70o Celcius ( Kalor jenis air = 4.200Joule/kg°C, Kalor lebur es = 334.000
J/kg, Kalor jenis es= 2.090 Joule/kg°C )
Pembahasan :
Untuk mengerjakan soal ini, maka kamu harus mengetahui bahwa ada tiga fase
yang terjadi :
1. Fase perubahan suhu es dari -20o C menjadi es bersuhu 0oC.
2. Fase perubahan wujud es menjadi air pada suhu 0o C.
3. Fase perubahan suhu air dari 0o C menjadi es bersuhu 70o C.
Maka kita harus menghitung satu per satu energi kalor dari setiap fase.
Fase 1 :
Q1 = M. C. Δ T
Q1 = 2 x 2.090 x 20 << menggunakan kalor jenis es bukan kalor jenis air
Q1 = 83.600 Joule
Fase 2 :
Q2 = M. L
Q2 = 2 x 334.000
Q2 = 668.000 Joule
Fase 3 :
Q3 = M. C. Δ T
Q3 = 2 x 4.200 x 70 << baru menggunakan kalor jenis air
Q3 = 588.000 Joule
38
Maka kita jumlahkan hasil dari ketiga fase tersebut dan didapatkan hasil akhir
senilai :
83.600 + 668.000 + 588.000 = 1.339.600 Joule
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu
dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang
dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung sedikit. Kalorimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengetahui besar energi yang dibebaskan pada suatu sistem. Pada
kalorimeter terdapat energi disipasi. Energi disipasi dapat berarti energi yang
hilang dari suatu sistem. Hilang dalam arti berubah menjadi energi lain yang tidak
menjadi tujuan suatu sistem (dalam percobaan, energi listrik berubah menjadi
energi kalor) . Timbulnya energi disipasi secara alamiah nggak dapat dihindari
atau dapat dikatakan jika , Kalorimetri adalah pengukuran kalor yang
menggunakan alat kalorimeter. Kalorimeter ada dua jenis yaitu kalorimeter bom
dan kalorimeter sederhana. Yang mendasari percobaan kalorimeter ini adalah teori
asas Black.
2. Saran
Setelah selesainya makalah ini penulis akan memberikan saran,diantaranya,kita
harus memandang sisi positif dari kalorimeter,jangan melihat dari sisi negatifnya
saja,serta kita harus meperhatikan alat-alat pengukur suhu yang lain, agar kita
dapat memperluas ilmu pengetahuan. Harapan kami sebagai penulis agar kami
dapat menambahkan lagi materi (menambahkan rumusan masalah) agar
39
pengetahuan pembaca menjadi lebih luas dan juga dapat memperbanyak lagi
sumber / referensi, agar kelak para pembaca nanti jika kelak ingin merefrensi
makalah kami maka yang akan dibuat lebih lengkap lagi dari makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Zaida, Drs., M.Si. Fisika. Bandung:Dosen Unpad
Keenan, 1980, Fisika untuk Universitas Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph. H, 1987, Fisika Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi
4, Erlangga, Jakarta.
Syukri, S, 1999, Fisika Dasar 1, ITB, Bandung.
M. M Abbott dan H. C Van Ness. 1994. Termodinamika Edisi Kedua. Jakarta :
Erlangga.
Merle C. Potter dan Craig W. Somerton. 2008. Termodinamika Teknik Edisi
Kedua. Jakarta : Erlangga. 42-52
Mark W. Zemansky dan Richard H. Dittman. 1986. Kalor dan Termodinamika.
Bandung : Penrbit ITB, 1986. 83-85
Ahmad Abu Hamid. 2007.Kalor dan Termodinamika, Diktat Kuliah.Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY.
40
41