-
1
KAJIAN MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
COGNITIVE
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Landasan Pendidikan Kejuruan
yang dibina oleh Bapak Dr. R. M. Sugandi, S.Pd., M.T
Oleh:
Pungki Widi Utomo 150551808072
Luchyto Chandra Permadi 150551806319
Syaiful 150551807970
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN KEJURUAN
September 2015
-
2
MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOGNITIF
A. PENDAHULUAN
Perjalanan perkembangan pendidikan merupakan suatu hal yang
menarik untuk diikuti. Dari masa ke masa pendidikan selalu mengalami
proses perkembangan, baik dari segi konsep maupun sistemnya. Di
Indonesia, perkembangan pendidikan berkembang sangat fluktuatif sejak
masa sebelum kemerdekaan sampai sekarang. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi menjadi salah satu faktor penting
yang sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan tersebut. Sejarah
telah mencatat bagaimana pengaruh perkembangan IPTEK terhadap
perubahan pendidikan dari masa ke masa, seperti misalnya perkembangan
pendidikan pada masa agraris sangat berbeda dengan perkembangan
pendidikan pada masa industri maupun masa informasi.
Perkembangan pendidikan yang saat ini dirasakan tentunya
tidak terlepas dari pengaruh perkembangan IPTEK pada saat ini dan pada
masa yang akan datang. Masa yang akan datang tentunya merupakan masa
yang sangat penuh tantangan dan kompetisi bagi semua masyarakat. Tidak
terlepas bagi generasi muda yang mengikuti pendidikan kejuruan. Untuk
menyikapi tantangan masa depan banyak para ahli pendidikan menyarakan
beberapa model dan strategi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Model dan strategi pendidikan bermula dari asumsi, atau gagasan,
keyakinan, prinsip yang dijadikan titik tolak atau pijakan dalam rangka
berpikir atau melakukan praktik pendidikan dan pembelajaran. Beberapa
model dan strategi pembelajaran yang utama meliputi Behavioral, Kognitif,
Humanistik, Social dan Afektif. Makalah ini ditulis sebagai laporan kerja
kelompok yang bertujuan untuk mengkaji model dan strategi pembelajaran
Kognitif dalam perspektif pendidikan kejuruan.
Diharapkan bahwa pembahasan ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa dan guru yang berkecimpung pada dunia pendidikan kejuruan
sehingga dapat merekonstruksi proses-proses pembelajaran yang kurang
efektif dan efisien dalam menyiapkan ketrampilan peserta didik.
-
3
B. RINGKASAN KAJIAN
Ringkasan kajian dari makalah yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Definisi teori pembelajaran kognitif
2. Perkembangan teori pembelajaran kognitif
3. Prinsip dasar teori pembelajaran kognitif
4. Tujuan teori pembelajaran kognitif
5. Model-model Pembelajaran dengan Kognitif
6. Implikasi Pendekatan Kognitif dalam Pendidikan Kejuruan
7. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran dengan pendekatan
kognitif
C. DESKRIPSI KAJIAN
1. Definisi teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif adalah teori belajar yang percaya
bahwa belajar merupakan restrukturisasi aktif dari persepsi dan konsep
(Good dan Brophy, 1980:135). Teori ini merupakan studi mengenai pikiran
dan bagaimana pikiran tersebut menemukan, memproses, dan menyimpan
informasi (Stavredes, 2011). Dengan kata lain, kognitif adalah teori yang
mendeskripsikan bagaimana informasi diproses untuk menghasilkan belajar
(learning). Feldman (2010) mengatakan bahwa kogitivisme merupakan
psikologi belajar yang menekankan pada kognisi atau intelegensi manusia
sebagai anugerah special yang memungkinkan manusia bisa berhipotesa
dan berkembang secara intelektual. Perspektif dari teori kognitivistik atau
kognitivisme adalah perubahan representasi mental dan asosiasi yang
dibawa oleh pengalaman (Brown dan Green, 2006:36, 37, & 50). Pikiran
memproses informasi melalui seperangkat prosedur sebagai sistem
yang lengkap, sepertihalnya komputer.
2. Perkembangan teori pembelajaran kognitif
Teori Belajar Kognitivistik berkembang sebagai respon
terhadap teori behaviorisme melalui teori Gestalt. Gestalt berpandangan
bahwa pola-pola bermakna atau konfigurasi- konfigurasi lebih besar
-
4
dari jumlah dari bagian-bagiannya. Mereka menekankan persepsi
terorganisasi dan subyektif sebagai dasar belajar dengan
pengembangan ide dari organisasi persepsi yang mendadak (Good dan
Brophy, 1980:154). Peran aktif dari pembelajar untuk menemukan
makna dan penemuan spontan (spontaneous discovery) di dalam
belajar, merupakan aspek-aspek dari teori kognitif yang cukup berbeda
dengan pendekatan behavioristik. Sementara Teori Behavioristik
menganggap bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang disebabkan
oleh stimulus dan respon, Gestalt menemukan bahwa belajar yang
kompleks (complex learning) terjadi melalui ide (insight).
Sehingga, Gestalt menekankan untuk memperluas konseptualisasi
proses belajar dengan menunjukkan bahwa aspek yang terpenting dari
stimulus adalah bagaimana stimulus itu dipersepsikan oleh organisma.
Hal ini tidak harus berupa aspek-aspek stimulus yang dipikirkan oleh
pelaku eksperimen (dalam kelas bisa di baca Guru) sewaktu
mendeskripsikan hal-hal stimulus yang obyektif dan terukur. Gestalt
menunjukkan bahwa belajar dapat terjadi pada percobaan tunggal
(single trial) dan dapat terjadi tanpa penguatan (reinforcement).
Konesp Gestalt dengan penekanan pada prosesor informasi aktif telah
menjadi dasar pengembangan pendekatan kognitif di dalam
pembelajaran (Good dan Brophy,1980:135).Teori Gestalt menekankan
pada proses kognitif di tengah-tengah Teori Behavioristik. Fokus
dari Teori Gestalt adalah konsep pengelompokan, yaitu karakteristik
stimulus menyebabkan pembelajar membentuk atau
menginterpretasi bagian visual atau masalah dengan cara tertentu.
Faktor utama yang menentukan pengelompokan tersebut disebut
hukum pengaturan (law of organization) yang dijelaskan di dalam
konteks persepsi dan pemecahan masalah. Pengelompokkan
tersebut adalah (1) Proksimasi (Proximity) yang merupakan elemen
untuk dikelompokkan bersama sesuai dengan kedekatannya, (2)
Kesamaan (Similarity),yaitu hal-hal (items), (3) Kedekatan
(Closure), yaitu sesuatu (items) dikelompokkan bersama jika mereka
-
5
cenderung melengkapi dalam beberapa entitasnya, dan (4)
Penyedrhanaan (Simplicity), yaitu sesuatu diatur (organized) menjadi
gambar-gambar sederhana sesuai dengan kesimetrisan (symetry),
keteraturan (regularity), dan kehalusan (smoothness) (Kearsley, 2002).
Teori Belajar Kognitivistik kemudian berkembang
dengan dikenal adanya revolusi kognitif pada tahu 1950an yang juga
dikenal munculnya ilmu-ilmu kognitif (cognitive science) bersamaan
dengan unculnya intelegensi artifisial (artificial inteligence), ilmu
komputer, dan ilmu syaraf (neuroscience) dengan dua tokoh yang
sangat berpengaruh yaitu Jean Piaget (1896-1980) dan Lev Vygosky
(1896-1934). Tiga teori yang terkenal yang dikembangkan di dalam
era kognitivistik adalah Teori Perkembangan Kognitif (Cognitive
Developmental Theory) oleh Piaget, Teori Kognitif Sosiokultural/Sosial
(Sociocultural Cognitive Theory) oleh Vygotsky, dan Teori
Pemorsesan Informasi (Infornation Processing Theory) oleh Bruner.
Selain itu juga memunculkan konsep Advance Organizer oleh David
Ausuble (1963), Tujuan Pembelajaran Kognitif (Bloom Cognitive
Taxonomy), Taksonomi Belajar (Learning Taxonomies) oleh Gagne,
Analisis Tugas (Task-Analysis), dan memunculkan model-model
pembelajaran seperti Model Pembelajaran Collins & Stevens
Inquiry, Model Motivasi ARCS Keller, dan Model Pemajangan
Komponen Merrill.
3. Prinsip dasar teori pembelajaran kognitif
Dabbagh (2012) menguraikan prinsip-prinsip dasar Teori
Kognitivistik atau Kognitivisme adalah sebagai berikut:
Belajar merupakan pembentukan persepsi konsep dan
persepsi (active restructuuring of perceptions and con- cepts),
bukan merupakan respon pasif terhadap stimulus dan penguatan.
Belajar merupakan perubahan kondisi pengetahuan
(change knowldge state), bukan perubahan perilakaku atas
stimulus dan penguatan.
-
6
Pemerolehan pengetahuan dijelaskan sebagai aktivitas atau
proses mental (Mental activity or process) yang menghasilkan
coding dan structuring oleh pembelajar.
Pembelajar dipandang sebagai partisipan aktif di dalam
proses pembelajaran.
Penekanannya adalah pada membangun unit-unit pe-
ngetahuan (bulding blocks of knowledge), seperti misal
mengidentifikasi hubungan rasyarat terhadap isi.
Penekananya juga pada menyusun (structuring), mengatur
(Organizing), dan mengurutkan (sequencing) informasi untuk
memfasilitasi aktivitas proses yang optimal (optimal processing).
Fokusnya adalah bagaimana pembelajar mengingat
(remember), mengambil, dan menyimpan (store) infor- masi di
dalam memori.
Menguji struktur dan proses mental yang berhubungan
dengan pembelajaran.
Belajar dipandang sebagai proses aktif yang terjadi dalam diri
pembelajar dan yang dapat di pengaruhi oleh pembelajar sendiri.
Keluaran dari pembelajaran adalah bukan hanya
bergantung pada apa yang dipaparkan pembelajar, tetapi juga apa
yang dilakukan oleh pembelajar untuk mem- proses informasi.
Mergel (1998) menguraikan konsep kunci (Key
Concept) dari Teori Kognitivistik adalah sebagai berikut:
Belajar melibatkan Schema, yaitu bangunan pengetahuan
internal. Informasi baru dibandingkan dengan struktur
(bangunan) kognitif yang ada yang disebut dengan "schema".
Schema dapat dikombinasikan atau di ubah untuk menyesuaikan
dengan informasi baru.
Belajar dapat dilakukan dengan Model Pemrosesan
Informasi Tiga Langkah, yaitu (1) Register sensori (Sensory
Register) yang maksudnya adalah menerima masukan (Input)
-
7
dari indra yang berlangsung kurang dari satu sampai empat
detik dan kemudian menghilang melalui penggantian
(Replacement), dalam hal demikian banyak dari informasi
tersebut tidak mencapai memori jangka pendek, tetapi
termonitor pada tingkat yang sama dan akan muncul jika
dimungkinkan; (2) Memori Jangka Pendek (Short Term
Memory-STM), yaitu input sensori yang penting dan menarik
ditransfer dari register sensori ke dalam Memori Jangka Pendek.
Memori dapat disimpan di sini sampai pada dua puluh detik atau
lebih jika dilatih berulang-ulang. Memori Jangka Pendek dapat
menyimpan 7 sampai plus-minus dua hal. Kapasitas Memori
Jangka Pendek dapat ditingkatkan jika bahan/isi (material) di
urai ke dalam bagian-bagian yang bermakna; (3) Memori
Jangka Panjang (Long Term Memory-LTM), yang menyimpan
informasi dari Memori Jangka Pendek untuk penggunaan jangka
panjang. Memori ini memiliki kapasitas tak terbatas
(unlimitted). Beberapa materi dipaksa untuk mesuk kedalam
LTM dengan rote memorization dan belajar yang berlebih (over
learning). Semakin dalam tingkat pemrosesannya, seperti
mengbungkan informasi yang lama dan baru akan lebih baik
untuk pengingatan yang berhasil.
Belajar lebih mudah untuk mengingat dengan informasi yang
bermakna (meaningful information). Hal demikian disebut
dengan meaningful effect.
Dalam belajar lebih mudah mengingat hal-hal dari awal atau
akhir dari daftar dari pada dari tengah-tengah (Serial Position
Effects).
Belajar lebih mudah dengan latihan. Berlatih atau geladi
meningkatkan ingatan khususnya pada saat latihan
terdistribusi dengan cara melakukan asosiasi dengan berbagai
konteks. Hal demikian disebut dengan Pengaruh latihan (Practice
Effects).
-
8
Belajar lebih mudah dengan menghubungkan pengalaman
sebelumnya dan pengalaman baru dengan pengaturan awal
(Advance Organizer) hal demikian disebut dengan Pengaruh
Transfer (Transfer Effects).
Belajar lebih mudah dengan membuat pengalaman
sebelumnya mencampuri (interfier) pengalaman baru. Hal
demikian disebut dengan Pengaruh 'campur tangan"
(Interfierence Effects).
Belajar lebih mudah jika pembelajar mengkategorikan input
seperti daftar belanja. Hal demikian mudah untuk mengingat dan
disebut dengan Pengaruh pengaturan (Organization Effects).
Kata-kata bisa diproses pada tingkat analisis sensori yang
rendah dari karakteristik fisiknya sampai kepada analisis
semantik yang lebih tinggi dari maknanya. Hal demikian disebut
dengan Pengaruh tingkat pemrosesan (Level of Processing
Effects).
Jika belajar terjadi pada konteks tertentu, akan lebih
mudah untuk mengingat hal-hal dalam konteks tersebut dari
pada mengingat konteks yang baru . Hal demikian disebut
dengan State Dependent Effects.
Belajar dapat lebih mudah apa bila input yang tidak
bermakna diatur dengan cara Mnemonic menjadi
gambaran yang bermakna atau konteks semantik (Mnemonic
Effects). Contohnya Kunci Nada Musik dapat diingat dengan
syair Every Good Boy Deserves Fruit.
Jika informasi tidak sesuai dengan schema seseorang, maka
mengingat akan lebih sulit. Apa yang diingingat dan dimengerti
pembelajar berhubungan dengan Schema sebelumnya (Schema
Effects).
Advance Organizer yang ditemukan oleh Ausubels
mempersiapkan siswa untuk memahami materi yang mereka akan
pelajari (Advance Organizers).
-
9
Dapatlah disimpulkan bahwa belajar dapat dilakukan dengan
strategi belajar yang diperoleh, pengetahuan sebelumnya, dan sikap
yang disebut dengan schema. Pembelajaran bersifat teacher-centered
dan informasi harus di sajikan dengan cara yang terorganisasi untuk
mencapai pembelajaran yang paling efisien
4. Teori pembelajaran kognitif
Teori-teori yang berhubungan dengan teori belajar
kognitif (kognitivisme) adalah:
Teori Gestalt (Persepsi Stimulus dibangun oleh Organisme).
Teori Bruner (Pemrosesan Informasi dengan Aktif/Active
Processing of Information, dan Belajar Melalui ide/ Learning
Via Insight dengan 3 tingkat motivasi, yaitu: Simbolik
/Symbolic, Ikonik /Iconic, dan Enaktif/En- active).
Teori Piaget (Teori Schemata dan Tingkat Perkembangan
Kognitif--Stages of Cognitive Development, yaitu tingkat sensori
motor, tingkat Preoperasional, dan tingkat operasional).
Teori David Ausubles (Advance Organizer--belajar terjadi apa
bila ada organisasi atau proses penghubungan pengalaman lama
dan pengalaman baru yang dipelajari).
Teori Gagne (Taksonomi Belajar--Learning Taxonomy, yang
terdiri dari Motor Skills, Attitude, Verbal Inform- ation,
Cognitive Strategy, dan Intgellectual Skills).
Teori ACT oleh Anderson. (Merupakan teori kognisi yang
berfokus pada memori prosedur deklaratif atau declarative
procedure memory).
-
10
Teori Intelegensi Majemuk (Multiple Intelligence) oleh
Gardner.
Teori Strategi Instruksional atau Teori Elaborasi oleh Merril
dan Reigeluth
Teori Thremodes of Learning oleh Rumelhart dan
Norman.
Teori Peta Konsep (Cognitivit Instructional Theory of
Concept Mapping) oleh Novak.
Teori Simulasi (Simulation Theory) oleh Reigeluth.
Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) oleh
Vigotsky yang lebih banyak dipakai pada Konstruk- tivistik.
5. Tujuan Pembelajaran Kognitif
Tujuan pembelajaran di dalam Teori Kognitivistik
menurut Dabbagh (2012) adalah sebagai berikut.
Mengkomunikasikan atau mentransfer pengethauan
dengan cara yang paling efisien dan efektif (kemandirian berpikir
atau mind independent yang dapat dipetakan kepada pembelajar).
Fokus dari pembelajaran adalah untuk menciptakan
pembelajaran atau mengubah dengan cara mendorong siswa
untuk menggunakan strategi belajar.
Belajar terjadi apabila infornasi disimpan di dalam
memori dengan cara yang terorganisasi dan bermakna.
Guru dan pengembang pembelajaran bertanggung jawab untuk
membantu pembelajar dalam mengorganisasikan atau mengatur
informasi dengan cara yang optimal sehingga informasi tersebut
dapat diasimilasikan.
Membantu siswa untuk memproses informasi dengan cara yang
bermakna dan mengorganisasi pengetahuan sebelumna untuk
mempelajari pengetahuan baru agar dapat diingat dan dipahami
sehingga dapat menyatakan kembali
-
11
D. ANALISIS KRITIS MATERI KAJIAN
1. Implikasi Pendekatan Kognitif dalam Pendidikan Kejuruan
Dabbagh (2012) menyatakan bahwa implikasi kognitivistik
terhadap rancangan pembelajaran (Instructional Design) adalah
penerapan Tujuan Kognitif (Cognitive Objectives), taksonomi belajar
(Learning Taxonomy), Ke- trampilan prasyarat (Prerequisite Skills) dan
Analisis tugas (Task Analysis).
Cognitive Objectives. Desain pembelajaran dengan mendasarkan
pada tujuan kognitif ini dipengaruhi oleh psikologi kognitif. Jenis
tujuan kognitif dibangun sebagai hasil dari analisis tugas (Smith dan
Ragan, 1997). Selain kinerja atau prestasi yang bisa diamati, perhatian
(attention) diberikan terhadap kinerja atau prestasi dasar yang dipahami.
Contohnya adalah Tujuan harus menjelaskan secara spesifik mengenai
alasan di balik prestasinya. Desain ini berhubungan dengan domain
kognitif taksonomi Bloom yang meliputi knowledge, comprehension,
application, analysis, synthesis, dan evaluation.
Learning Taxonomy. Robert Gagne mengembangkan taksonomi
untuk mengklasifikasikan perilaku belajar dan menyediakan pengukuran
khusus untuk tingkat belajar yang berbeda-beda. Kapabilitas belajar di
dalam taksonomi belajar terdiri dari lima yang mana ketrampilan
intelektual berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran
(instructional objectives) dan desain sistem instruksional
(instructiona system design) (Kearsley, 2012). Lima kapabilitas tersebut
adalah Ketrampilan motorik (Motor Skills), Sikap (Attitude), Informasi
verbal (Verbal information), Strategi Kognitif (Cognitive Strategy), dan
Ketrampilan Intelektual (Intelectual Skills). Ketrampilan kognitif
meliputi ketrapilan Diskriminasi (Discrimination), yaitu membuat
respon yang berbeda terhadap anggota kelas tertentu yang berbeda,
ketrampilan Konsep Konkret (Concrete Concept), yaitu merespon
dengan satu cara untuk semua anggota dari kelas tertentu diantara
kelas obyek, manusia, atau kejadian yang mengharapkan respon
-
12
tunggal (Gagne dan Briggs, 1974).
Prerequisite Skills. Ketrampilan prasyarat adalah sesuatu yang
harus diketahui seseorang atau seseorang dapat melakukan sesuatu
sebelum dia dapat mempelajari sesuatu yang lain (Smith &
Ragan, 1999). Untuk menentukan informasi prasyarat, sebuah
analisis harus dilakukan oleh perspektif pembelajar, bukannya perspektif
guru (expert). Hal ini dapat digunakan untuk strategi pembeajaran
terstruktur top- down, problem-based environment, dan bottom-up.
Task Analysis. Analisis atas konsep yang relevan dilakukan
mendalam dan tidak sekedar mengisi tabel S-R (Stimulus dan Respon)
(Tiemann dan Markle, 1984:26). Selama proses analisis tugas,
pernyataan tujuan ditrans- formasikan kedalam format yang dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk proses desain pembelajaran
(instructional). Untuk menyelesaikan analisis tugas, lakukan: (1)
menulis tujuan pembelajaran, (2) menentukan tipe-tipe pembelajaran
untuk mencapai tujuan, (3) melakukan analisis roses informasi, (4)
melakukan analisis prasyarat dan menentukan tipe belajar dari
prasyarat, dan (5) menulis tujuan pembelajaran untuk tujuan utama
pembelajaran (TIU) dan tiap-tiap prasyarat awal (Smith dan Ragan,
1999:63).
2. Model-model Pembelajaran Kognitif
Medsker dan Holdsworth mendefinisikan beberapa model
pembelajaran kognitif sebagai berikut:
a. Model ekspositori dan strategi
Model ekspositori umumnya pendekatan pengajaran dan
pembelajaran sebagai masalah bagaimana untuk menyimpan
keterampilan dan pengetahuan di kepala pelajar dengan cara yang
efisien, memanfaatkan apa yang diketahui tentang pengolahan
informasi manusia. Model ekspositori mengandalkan setidaknya
sebagian "mengatakan" sebagai teknik instruksional.
-
13
b. Model pengelompokan awal
Sebuah model Ekspositori awal adalah bahwa Daud
Ausubel. Ausubel (1968) tidak menggunakan prinsip-prinsip
perilaku seperti aktif merespon dan penguatan, namun resep nya
menentang metode penemuan dan praktek pengalaman belajar
populer dengan sezaman. Fokus utama Ausubel adalah untuk
membantu siswa belajar tubuh diselenggarakan dari materi
pelajaran dari metode pengajaran ekspositori (yaitu, membaca
kuliah dan bentuk-bentuk lain dari presentasi langsung). Teori
yang berarti alamat belajar lisannya bagaimana konten diatur,
bagaimana pikiran bekerja dua proses dan menyimpan informasi
baru, dan bagaimana program dan pelajaran dapat diatur untuk
membuat belajar verbal lebih efisien dan lebih tahan lama.
Ausubel, instruksi harus membantu pelajar membuat dan
memperkuat struktur kognitif yang menampung, mengorganisir,
dan mengintegrasikan pengetahuan lama dan baru. Sebuah alat
kunci untuk melakukan hal ini adalah kemajuan organizer-ide dan
menyeluruh yang dapat diwakili secara lisan graphically- yang
menciptakan atau memperkuat struktur kognitif, mengikat
bersama-sama pengetahuan dan pengetahuan yang ada dalam
koheren, terorganisir perancah. Konsep organizer muka sendiri, di
antara semua ide Ausubel tentang pengajaran dan pembelajaran
telah didukung oleh badan besar penelitian dan telah menikmati
penerimaan luas.
c. Teori belajar struktural
Teori belajar Struktural Scandura (SLT) adalah model yang
menjembatani behaviorisme dan kognitivisme. Bab A menjelaskan,
pendekatan SLT (yang berlaku untuk desain instruksional) adalah
untuk menganalisis langkah ke unit terkecil yang mungkin atau
langkah-langkah perilaku (Scandura, 1983). Jalan dari berbagai
kompleksitas, dan hirarki jalan dari yang paling sederhana untuk
-
14
yang paling kompleks adalah dari diidentifikasi. Belajar dimulai
dengan jalan unmastered sederhana dan terus melalui jalur
meningkatnya kompleksitas. Meskipun ide-ide ini berasal dari
prinsip-prinsip analisis perilaku, Scandura juga menyangkut nya
dengan masalah kognitif seperti bagaimana peserta didik
memproses informasi, menggunakan lebih tinggi oder aturan untuk
menghasilkan aturan baru, dan mencapai otomatisasi. Sejak SLT
berfokus kebanyakan tentang bagaimana menganalisis dan urutan
tugas belajar, dan sedikit tentang bagaimana mengajarkan tugas,
dalam buku ini SLT dianggap tidak menjadi sendirian Model
berdiri. Artinya, model lain akan diperlukan untuk merancang dan
pelajaran yang sebenarnya berdasarkan isi dipilih dan diurutkan
sesuai dengan SLT. Namun demikian, SLT penerapan yang kuat,
terutama untuk instruksi berbasis individual dan komputer. Model
lain yang serupa tidak peduli dalam buku ini adalah Landa teori
algo-heuristic instruksi (Landa, 1983).
d. Kondisi belajar dan komponen display
Kondisi model pembelajaran sekarang (Gagne, et al., 1992)
dan komponen display teori (Merrill, 1983), yang merupakan
contoh dari berdiri sendiri, model tujuan umum yang
menggabungkan kedua teori perilaku dan kognitif dan prinsip-
prinsip penelitian berdasarkan . Masing-masing model ini
menyajikan taksonomi sendiri hasil belajar, dan setiap memberikan
resep rinci bagaimana merancang pelajaran untuk jenis tertentu
dari hasil belajar. Keduanya didasarkan pada asumsi bahwa
kategori yang berbeda dari hasil. Sementara model ini sangat
mendukung praktek pembelajar aktif, mereka juga menekankan
telling atau eksposisi sebagai strategi untuk sebagian besar tujuan
pembelajaran. Teori display komponen (CDT) berevolusi dari
upaya Merrill untuk memperjelas teori Gagne untuk muridnya
(Merrill, 1983). CDT taksonomi adalah matriks dua dimensi hasil
-
15
belajar (konten dan kinerja), sedangkan taksonomi Gagne-Briggs
memiliki satu dimensi. Gagne dan Briggs menggunakan prinsip-
prinsip yang agak umum untuk menggambarkan resep mereka
(misalnya, memastikan penguasaan prasyarat). Merrill dan rekan-
rekannya, dalam mencoba untuk membuat instruksional resep
kedua lebih mudah untuk aplly dan lebih otomatis (untuk komputer
desain dibantu), mengembangkan struktur yang lebih rinci dalam
yang sejumlah resep set (misalnya, acara beberapa, contoh baru)
bisa dipilih menurut menetapkan aturan. Kedua model ini telah
menjadi standar dalam komunitas desain instruksional.
e. Ilmu tentang cara menghafal
Mnemonik, seperti yang dijelaskan oleh Joyce dan Weil
(1996), adalah tujuan khusus, kognitif teknik instruksional berbasis
membantu orang menghafal (mempertahankan dan mengambil
sesuka) informasi secara efektif, termasuk asosiasi (seperti nama
dan label), memerintahkan langkah-langkah dalam prosedur, daftar
item, aturan praktis, dan fakta-fakta. Menghafal tidak harus dilihat
sebagai kegiatan sepele, karena hidup membutuhkan semua orang
untuk mengingat banyak bit informasi penting dan berguna. Selain
itu data yang hafal dapat memberikan dasar untuk pertunjukan
lainnya, termasuk aturan penggunaan dan pemecahan masalah.
Selanjutnya, dengan belajar metode mnemonik, individu dapat
meningkatkan kemampuan mereka untuk menghafal. Berbagai
sistem mnemonic telah dikembangkan, beberapa di antaranya
dibahas dalam bab 6. Meskipun tidak berdiri sendiri desain model
pembelajaran, mnemonik dapat digabungkan dengan banyak model
lainnya. Alat berlaku baik desainer dikendalikan atau dikontrol
lebih ramping lingkungan, karena mnemonik tertentu dapat
dikembangkan oleh desainer instruksional dan oleh peserta didik
itu sendiri.
-
16
f. Model Dan Strategi Pendekatan Atau Penemuan
Model kognitif dalam penyelidikan atau penemuan kamp
memiliki asal-usul yang mendahului behaviorisme. Umumnya,
model ini menekankan pentingnya proses pembelajaran itu sendiri,
dengan tujuan meningkatkan keterampilan pemecahan masalah
berpikir kreatif, atau "pembelajara bagaimana cara belajar". sering
memberikan prioritas tujuan-tujuan tersebut di atas belajar dari
materi pelajaran tertentu. Beberapa model ini mencoba untuk
mengajarkan metode ilmiah: Temuan masalah, hipotesa,
pengumpulan data dan analisis, dan membentuk kesimpulan. Dari
jumlah tersebut, beberapa sarankan mulai dengan menganalisis
kesalahpahaman pelajar, kemudian memberikan pengalaman
penyelidikan oleh peserta didik yang benar kesalahpahaman ini.
Lainnya mencoba untuk meningkatkan kemampuan kreatif non
rasional. Beberapa metode meresepkan arah guru dan pengendalian
proses pembelajaran, sementara yang lain bersikeras pengarahan
diri sendiri oleh peserta didik. Kebanyakan advokat dimulai unit
atau pelajaran dengan acara membingungkan atau pertanyaan,
untuk memberikan motivasi intrinsik untuk proses penyelidikan.
Beberapa model yang lebih tepat untuk instruksi individual,
sementara yang lain dimaksudkan untuk digunakan dengan
kelompok kelas. Sebagian besar teori-teori ini dan model yang
berasal induktif, dari pengamatan atau transkrip dari guru guru di
tempat kerja. Meskipun bab tidak dikhususkan untuk Jerome
Bruner (1961,1968), dia layak disebutkan secara khusus sebagai
pemimpin dalam gerakan penyelidikan kognitif.
Kebanyakan pertanyaan atau penemuan model yang
dikembangkan dengan belajar sekolah dalam pikiran. Namun,
banyak dari manajemen dan tim pelatihan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan penemuan. Pengalaman terstruktur (dari
persediaan penilaian diri untuk "padang pasir hidup" latihan,
pengalaman petualangan luar ruangan) memberikan peserta dengan
-
17
kesempatan untuk menemukan wawasan tentang diri mereka
sendiri, bagaimana mereka tampil di kelompok atau tim, prinsip-
prinsip dinamika kelompok, hubungan kekuasaan, atau perilaku
manusia dalam umum. Misalnya, pelatihan keterampilan tim dapat
memberikan latihan kelompok di mana tim belajar dengan cara
hidup keuntungan dari kerjasama dibandingkan kompetisi di antara
anggota.
g. Teori Pendekatan kognitif
Teori Permintaan kognitif, seperti yang disajikan dalam bab
10, merupakan seorang desainer atau instruktur dikendalikan
pendekatan yang lebih (Collins & Stevens, 1983). Desainer
menetapkan tujuan atau sasaran tertentu, dan peserta didik
mencapai tujuan melalui struktur dikendalikan guru yang
menggunakan teknik-teknik khusus. Teknik, bagaimanapun,
memastikan bahwa peserta didik yang kognitif sangat aktif dan
menemukan konten yang lebih sedang "kata". Metode inquiry
kognitif motivasi untuk pelajar dan dapat sangat efektif untuk
prinsip-prinsip pengajaran dan hubungan kasual, serta keterampilan
penyelidikan yang lebih umum sendiri. Metode pelatihan
Permintaan dapat dipadukan secara efektif dengan pembelajaran
kooperatif (lihat bab 14). Mereka adalah, bagaimanapun, kurang
efektif untuk fakta mengajar, dan secara umum lebih memakan
waktu manusia metode ekspositori.
h. Synectics
Synectics adalah tujuan model pembelajaran khusus yang
menggunakan analogi untuk meningkatkan berpikir kreatif. Berasal
oleh Gordon (1961) sebagai metode untuk pemecahan masalah
secara kreatif dalam bisnis dan industri, itu kemudian diadaptasi
untuk digunakan dalam instruksi. Synectics didasarkan pada
gagasan bahwa kreativitas melibatkan menyusun ide-ide yang tidak
-
18
biasanya terjadi bersama-sama. Mempekerjakan urutan tertentu
dari pemikiran analogis, kelompok difasilitasi baik "membuat
akrab aneh" untuk mematahkan set mental mereka dan mencari
solusi kreatif untuk situasi atau masalah; atau kelompok "membuat
aneh akrab" dengan membandingkan konsep baru atau teknologi
untuk sesuatu terkenal. Menjadi mahir metode, orang dapat
menerapkannya untuk berbagai atau situasi, sehingga
meningkatkan berpikir kreatif dan kapasitas pemecahan masalah
mereka sendiri.
i. Konstruktivisme
Selama tahun 1990-an, pendekatan penemuan mengalami
kebangkitan dalam bentuk konstruktivisme (Duffy & Jonassen et ,.
1998). Konstruktivis berjalan lebih jauh, namun, dari penemuan
atau penyelidikan model, dalam hal ini menempatkan kontrol yang
lebih besar di tangan pelajar. Pekerjaan desainer adalah untuk
menciptakan lingkungan yang kaya sumber daya di mana peserta
didik bebas untuk menetapkan tujuan belajar mereka sendiri,
menentukan metode pembelajaran mereka sendiri dan urutan,
mengeksplorasi di akan, berkonsultasi dengan ahli yang berbeda
dengan berbagai perspektif, dan mengevaluasi pembelajaran
mereka sendiri melawan mereka Kriteria muncul sendiri. Dalam
hal ini, saham konstruktivisme beberapa pandangan dengan
humanisme (lihat bagian III dari buku ini), tetapi diklasifikasikan
di sini sebagai model kognitif, karena tidak memiliki penekanan
humanistik pada perasaan dan nilai-nilai. Konstruktivisme,
dijelaskan dalam pasal 11, didasarkan pada premis bahwa semua
pengetahuan dibangun subyektif dalam pikiran pelajar individu.
Bahkan, tidak ada hal seperti pengetahuan obyektif luar pembelajar
individu, sehingga misalkan pengetahuan yang dapat ditularkan
dari instruktur untuk pelajar yang salah. Kedua pendekatan
perilaku dan kognitif untuk belajar diberi label sebagai "objektivis"
-
19
dan umumnya ditolak oleh konstruktivis. Konstruktivis radikal
percaya bahwa semua pembelajaran harus terjadi di kaya tapi
unristrecred lingkungan belajar (elektronik atau lainnya) yang
mensimulasikan atau menggerakkan masalah dunia nyata dan tugas
(semacam wastafel atau pendekatan berenang). Penganut kurang
radikal menyarankan bahwa pendekatan objektivis mungkin tepat
bagi para pemula di daerah disiplin atau kinerja, dan bahwa sekali
keterampilan dasar dipelajari, pelajar dari harus memasukkan
lingkungan konstruktivis realistis dan dihadapkan dengan tugas-
tugas otentik. Sementara konstruktivis telah menargetkan upaya
mereka untuk belajar sekolah di semua tingkatan, beberapa
organisasi bisnis telah mencoba untuk menerapkan prinsip-prinsip
konstruktivis untuk operasi pelatihan mereka, misalnya, dengan
mengganti pelatihan tradisional dengan diri diarahkan belajar.
Semua dalam semua, konstruktivisme telah menantang komunitas
desain instruksional untuk berpikir tentang, membela, dan bahkan
memodifikasi atau memperluas praktik.
j. Kontribusi dari pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif telah membuat banyak kontribusi
untuk desain instruksional. Misalnya, analisis tugas kognitif
melampaui analisis tugas perilaku dalam mengidentifikasi
pengetahuan dan keterampilan komponen yang tidak dapat diamati
secara langsung. Ketika ini diidentifikasi dan diajarkan, belajar
lebih lengkap, dalam tujuan pembelajaran agar lebih tinggi lebih
mudah dicapai. Beberapa model kognitif telah memberikan
kontribusi taksonomi hasil belajar, memfasilitasi kemampuan
desainer untuk mencocokkan strategi instruksional untuk jenis
hasil belajar, berdasarkan prinsip berdasarkan teori dan penelitian.
Metode seperti berpikir keras protokol (dengan subjek menjelaskan
pemikiran mereka selama belajar atau pemecahan masalah tugas)
telah memungkinkan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut
-
20
tentang proses mental yang terjadi selama pengalaman belajar.
Pengetahuan ini membantu desainer mengatur peristiwa eksternal
yang mendukung proses-proses internal. Sementara itu, advokat
model berorientasi penemuan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya kontrol pembelajar dalam proses pembelajaran.
Dabbagh (2012) mengidentifikasi model pembelajaran
(Instructional Model) sebagai berikut:
Model Pengajaran Inkuiri Collins dan Stevens (Collins and
Stevens Inquiry Model). Model ini dikenal dengan Collins'
Cognitive Theory of Inquiry Teaching yang bersifat sokratik
yaitu bergantung pada proses dialektika diskusi (Discussion),
pertanyaan (Questions), dan Jawaban (Answers) yang terjadi
antara pembelajar dan guru. Prosesnya dipandu untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang disebut sebagai Tujuan dan
Subtujuan guru. Pada akhirnya, pembelajar akan mengalami apa
yang disebut dengan "how to learn" (Brooks, 2012).
Model Motivasi ARCS Keller (Keller's ARCS Model). Keller
mengusulkan empat kondisi yang harus dipenuhi agar
pembelajar termotivasi untuk belajar, yaitu Attention,
Relevance, Confidence, and Satisfaction (ARCS). Keempat
kondisi ini merupakan proses sekuensial (Driscoll, 1993:312).
Kondisi tersebut harus tetap terjaga untuk membuat pembelajar
tertarik kepada topik yang dipelajari, karena jika perhatian
pembelajar hilang maka motivasinya juga hilang. Cara untuk
melakukan ini adalah dengan pengalaman edukatif yang dapat
dikenang yang biasanya dapat memperkaya,
menyenangkan, dan transformasional
(Shneiderman,1998:25). Teori motivasi berargumen bahwa
fenomena yang relevan memenuhi kebutuhan personal yang
meningkatkan usaha dan kinerja (Means, Jonassen, dan Dwyer,
1997). Dalam konteks demikian, guru harus melakukan
-
21
penghubungan atensi secara bervariasi.
Model Penampilan Komponen Merril (Merill's
Component Display Model). Model ini juga dikenal dengan CDT
(Component Display Teaching) yang mengkhususkan bagaimana
merancang pembelajaran (instruction) untuk domain kognitif
manapun. Model ini menyediakan dasar untuk merancang
pelajaran dalam sistem berbasis komputer yang disebut dengan
TCCIT (Merril, 1980). Komponen-komponen dari CDT minimal
terdiri dari Tujuan (Objective), Generality (Definisi/sifat-
sifat, hubungan), Instance (Contoh-contoh/sifat- sifat yang
muncul, representasi), Generality Practice (Mengutarakan
definisi), Instance Practice (Mengkla- sifikasi/sifat-sifat yang
muncul), dan Elaborations (Membantu, prasyarat, konteks). Jika
generaitas ditampilkan dengan ilustrasi dan penjelasan maka hal
ini disebut ekspositori.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kognitif
Dipandang dari sudut tinjau kegunaan, kekuatan, dan
tantangannya, kognitivistik memiliki:
a. Kegunaan
Sangat cocok untuk pemecahan masalah dalam mana
konsep yang dipecahkan merupakan konsep yang kompleks dan
harus di perikan ke dalam bagian-bagian yang kecil. Ide dan
konsep dari masalah tersebut dihubungkan dengan pengetahuan
sebelumnya yang pada gilirannya membantu pembelajar
mengembangkan pemahaman yang lebih kuat (Stavredes, 2011).
b. Kekuatan:
Struktur terorganisasi terhadap pembelajaran: informasi
masuk dan diproses ke dalam memori jangka pendek sebelum
disimpan pada memori jangka lama. Saat masalah diperikan ke
dalam bagian-bagian yang lebih kecil, pembelajar tidak terbebani
dengan informasi yang banyak dan mereka memiliki waktu untuk
-
22
memproses sedikit demi sedikit.
c. Tantangan:
Dikarenakan belajar sangat terstruktur, dimungkinkan akan
sulit untuk mengadaptasi perubahan atas apa yang telah diproses
dan dipelajari. Sehingga tantangannya adalah fleksibilitas.
E. OPINI
Mempelajari konsep dasar dan tautan teori kognitif di atas, penulis
berpendapat bahwa:
1. Elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki
oleh tiap individu. Sebaiknya guru selalu memilih pendekatan yang tepat
untuk tujuan yang sesuai dan meningkatkan kompetensinya untuk dapat
melaksanakan pendekatan dengan baik, benar, efektif, dan efisien
2. Perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar
dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.
3. Belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama pikiran,
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal
dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
4. Belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa
behavioral yang bersifat jasmaniah meskipun hal-hal yang bersifat
behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa.
5. Teori belajar kognitif lebih menekankan arti penting proses internal,
mental manusia. Tingkah laku manusia yang tampak, tak dapat diukur
dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, seperti : motivasi,
kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
6. Teori pembelajaran yang akan dilaksanakan guru juga harus tidak lepas
dari peran Kepala Sekolah, sebaiknya kepala sekolah melakukan bantuan
profesional kepada guru dan mendukung dengan manajemen yang efektif
yang sesuai dengan kebutuhan guru dalam menerapkan pendekatan-
-
23
pendekatan pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan dan
memampukan siswa menncapai tujuan tersebut.
F. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa Kognitivisme muncul
sebagai pengembangan dari Behaviorisme. Namun demikian Kognitivisme
memiliki perbedaan yang dalam hal bagaimana pembelajar menemukan
pengetahuan baru. Kognitivisme menganggap bahwa pengetahuan baru dapat
diperoleh dengan proses mental, bukan akibat dari stimulus dan penguatan.
Penemuan pengetahuan baru dilakukan dengan adanya aktivitas atau proses
mental yang dilakukan oleh pembelajar. Guru bertugas untuk mendorong
pembelajar untuk menemukan strategi belajar. Proses mental yang
menekankan pada pembentukan pengetahuan baik dari upaya pembelajar dan
interaksi sosial menjadi dasar dari berkembangnya Konstruktivisme.
Implikasinya terhadap pembelajaran adalah pemilihan pendekatan yang tepat
untuk tujuan yang sesuai dan untuk manajemen pendidikan adalah strategi
yang tepat untuk membantu guru dapat menerapkan pendekatan-
pendekatan tersebut dengan cara yang tepat, efektif, dan berhasil guna.
Ditinjau dari bagaimana pembelajaran terjadi Kognitivisme lebih
berfokus kepada aktivitas mental pembelajar, mengakui proses perencanaan
mental, penentuan tujuan, dan strategi organisasionaln belajar, serta
memberikan umpan balik untuk mendukung koneksi mental yang akurat. Dilain
pihak Behaviorisne mengatur situasi latihan sehingga pembelajar dapat
merespon dalam latar yang natural dan megatur kondisi situasi untuk
memperkuat stimulus. Ditinjau dari segi kontrol, Kognitivisme melakukan
penilaian tetapi tidak secara ilmiah terlalu terkontrol, sedangkan Behaviorsme
menampilkan penilaian yang ilmiah. Ditinjau dari bagaimana memperlakukan
kesalahan, Kognitivisme memberikan toleransi untuk membuat kesalahan
dan melalui kesalahan pembelajar belajar. Sedangkan Behaviorisme tidak
menghendaki kesalahan sama sekali. Ditinjau dari Eksposur, Kognitivisme
memiliki banyak eksposur, sebaliknya Behaviorisme menganggap eksposur
penting tetapi dengan cara yang terkontrol. Ditinjau dari sudut latihan,
-
24
Kognitivisme mengganggapnya penting tetapi harus bermakna, sebaliknya
Behaviorisme menggunakan dril dan pengulangan konstan. Ditinjau dari
peran pembelajar, Kognitivisme menempatkan pembelajar sebagai prosesor
aktif dari belajar, sebaliknya Behaviorisme menempatkan pembelajar sebagai
penerima pasif dari pembelajaran.Ditinjau dari peran guru, Kognitivisme
menggapnya sebagai seseorang yang menciptakan kesempatan untuk membuat
belajar terjadi dengan bantuan mekanisme pemrosesan data dari siswa.
Sebalinya, Behaviorisme mengnggap guru sebagai seseorang yang mengajar,
merencanakan, dan menampilkan latihan dan materi pembelajaran
G. DAFTAR PUSTAKA
Brown, A., dan Green, T.D.2006.The Essential of Instructional Design
Connecting Fundemental Principles with Process &
Practice.Upper Saddler River, New Jersey: Pearson Education,
Inc
Dabbagh, N. 2012 . The Instructional Design Knowledge Base. Online pada
tanggal 27 September 2015 dari Nada Dabbagh's Homepage,
George Mason University, Instructional Program.
http://cehdclass.gmu.edu/ndabbagh/Resources/IDKB/models_theori
es.htm
Feldman, R.2010.Child Development.Upper Saddle River, New
York:Pearson Prentice Hall
Gagne, R.M. dan Briggs, L.J.1974.Principles of Instructional design (2nd
ed.).New Jersey:Holt, Rinehart, and Winston
Good, T.L., dan Brophy, J.E.1980.Educational Psychology:A Realistic
Approach.New Jersey:Holt, Rinehart, and Winston
-
25
Karen L. Medsker and Kristina M. Holdsworth. 2007. Model and Strategies for
Training Design. USA. International Society for Performance
Improvement.
Mergel, B.1998.Instructional Design & Learning Theory. Saskatchewan:
Educational Commnications and Technology
Raymond A Noe. 2003. Employee Training and Development, third ed. New
York. Mc Graw Hill