Download - Tugas Besar Islam Saints
MAKALAH
PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN BERKELANJUTAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN TEKNIK INDUSTRI
(Tugas Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam Sains)
Awang Bagus Eka F. 08660010
Juvita Tika Wibisana 08660018
Ibni Hanafi 08660022
Edi Sudrajat 08660043
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan lingkungan yang kini dihadapi oleh umat manusia umumnya
disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena kejadian alam sebagai pristiwa yang harus terjadi
sebagai sebuah proses dinamika alam itu sendiri. Kedua, sebagai akibat dari perbuatan
manusia. Kedua bentuk kejadian diatas mengakibatkan ketidak seimbangan pada ekosistem
dan ketidaknyamanan kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora maupun fauna.
Ketidakseimbangan dan ketidak nyamanan tersebut dapat dikatakan sebagai bencana.
Penyebab yang kedua yakni manusia adalah sebuah permasalahan yang saat ini menjadi
sorotan dari para pemerhati lingkungan. Berangkat dari permasalahan tersebut dibutuhkan
adanya kajian secara terperinci dalam upaya menjaga kelanjutan ekosistem yang ditinjau
dari perspektif islam dan keilmuan teknik Industri. Perbincangan tentang “Pembangunan
Berkelanjutan” atau “suistainable development” sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru
baik lihat secara global maupun nasional. Namun dalam pelaksanaannya masih belum
dipahami dengan baik dan oleh karenanya masih menunjukkan banyak kerancuan pada
tingkat kebijakan dan pengaturan dan mempunyai banyak gejala pada tatanan implementasi
atau pelaksana. Oleh sebab itu Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kasih bagi
alam semesta; surat 21 ayat 107), maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor
dan memberikan kajian bagi pengelolaan lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih
bagi alam semesta tersebut. Selain tinjauan dari sisi keilmuan teknik industri sebagai sentra
keilmuan produksi atau penghasil produk diharapkan juga bisa memberikan kontribusi
dalam kajian dari dampak kegiatan produksi terhadap lingkungan.
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang isu yang diangkat maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana Al-Qur’an menyikapi permasalahan lingkungan?
2. Bagaimana keilmuan teknik industri dalam menyikapi pengelolaan dampak lingkungan
berkelanjutan ?
1.3 Tujuan
Yang menjadikan tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Mengetahui ranah integrasi-interkoneksi pada pokok bahasan “Pengelolaan Dampak
Lingkungan Berkelanjutan dalam Perspektif Islam dan Teknik Industri”.
2. Mengetahui Model Integrasi-interkoneksi pada pokok bahasan “Pengelolaan Dampak
Lingkungan Berkelanjutan dalam Perspektif Islam dan Teknik Industri”.
BAB II
DALAM PERSPEKTIF
TEKNIK INDUSTRI
2.1 Definisi AMDAL
AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat
pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan. AMDAL adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan
Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yakni pada
Pasal 15 :
Ayat (1):
Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup (AMDAL).
Ayat (2):
Ketentuan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar
dan penting terhadap Lingkungan Hidup, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta tata
cara penyusunan dan penilaian AMDAL, ditetapkan dengan peraturan pemerintah (PP).
Dalam sebuah perancangan perusahaan perlu adanya suatu analisis yang dilakukan
sebagai kerangka acuan atau upaya peruasahaan dalam membangun Corporate Social
Responsibility (CSR) yaitu suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki
suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham , komunitas dan
lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan dan berhubungan erat dengan
pembangunan berkelanjutan . Perusahaan dalam aktivitasnya tidak semata berdasarkan
faktor keuangan – keuntungan tapi berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk
saat ini maupun untuk jangka panjang.
Penyusunan UUPLH dimaksudkan dengan tujuan :
1. Karena lingkungan hidup indonesia sebagai karunia dan rahmat tuhan yang maha esa
kepada rakyat dan bangsa merupakan ruang atau tempat tinggal bagi kehidupan kita
2. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan
manusia, perlu dilakukan dengan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan,
dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
3. Perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan mengembangkan
kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang.
4. Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup yang berwawasan lingkungan harus
didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran masyarakat dan
perkembangan ling-kungan global serta hukum internasional.
2.2 IPTEK (Produksi) Bersih
Suatu konsep alternatif bagi sistem industri/produksi yang mencegah terjadinya
pencemaran, menghilangkan limbah dan produk berbahaya, dan mengurangi penggunaan
dan pembuangan bahan mentah, air dan energi. Keseluruhan sistem industri “dari hulu ke
hilir” diyakinkan untuk tidak merusak lingkungan. Mempertimbangkan perbaikan dalam hal:
1. Seleksi bahan mentah, ekstraksi dan pemrosesan.
2. Konseptualisasi produk, rancangan dan perakitan.
3. Transportasi materi pada setiap tahapan
4. Penggunaan dalam skala industri dan rumah tangga.
5. Pemasukan kembali produk ke dalam sistem industri atau ke lingkungan bila tidak lagi
digunakan.
Teknologi ini bersifat: proaktif, preventif, terpadu dan kontinu (“dari hulu ke hilir”). Biaya
eksternalitas di-internalisasi (dimasukkan ke dalam biaya industri/produksi).
Gambar 2.1 Usulan prioritas untuk mengatasi masalah penggunaan
materi dan limbah padat yang dihasilkan (Sumber: Miller 2000)
BAB III
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi memang diperlukan, akan tetapi itu saja
tidak cukup. Masih diperlukan agama untuk terlibat dalam upaya keluar dari masalah
lingkungan. Mary Evelyn Tucker, seorang Guru Besar Agama dari Bucknel University,
mengatakan bahwa agama mempunyai lima resep dasar untuk mengurangi kerusakan alam
dengan cara yang lunak yaitu dengan cara pendekatan religius. Resep agama dalam
penyelamatan lingkungan itu adalah;
1. Reference, yaitu keyakinan yang dimiliki oleh para penganut agama yang dapat
diperoleh dari teks kitab suci dan kepercayaannya,
2. Respect,berupa nilai-nilai yang ditanamkan kepada pemeluknya untuk menghargai
sesama makhluk hidup,
3. Restrain, agama mengajarkan kepada para pemeluknya untuk mampu mengelola dan
mengontrol sesuatu supaya penggunaannya tidak mubazir,
4. Redistribution, agama mengajarkan kepada umatnya untuk mengembangkan kesalehan
social berupa kemampuan untuk menyebarkan kekayaan, kegembiraan, dan
kebersamaan melalui langkah kedermawanan kepada sesama makhluk Tuhan, dan
5. Responsibility, agama mengajarkan bahwa hidup didunia ini ada tanggung jawab kepada
pencipta dan tanggung jawab dalam merawat kondisi lingkungan.1
3.1 Pandangan Islam tentang lingkungan hidup
Sesuai dengan motto sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kasih bagi alam semesta;
surat 21 ayat 107), maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan
lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut.2 Selain melarang
membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk menjaga
lingkungan yang bersih, karena kebersihan merupakan bagian hidup masyarakat Islam
seperti diutarakan oleh nabi Muhammad SAW dengan hadistnya yang berbunyi:
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”. Nabi Muhammad SAW juga melarang manusia
untuk membuang air seni ke dalam sumber mata air, jalanan, di tempat teduh, dan di dalam
1 Fachruddin Mangun Wijaya (2005), Agama Mengatasi Krisis Lingkungan, dalam majalah Tropika.
Vol. 9, No. 3-4, Juli-Desember, pp. 8-9.
2 Sofyan, Agus.2010. Pengelolaan Lingkungan Yang Terpadu Menurut Ajaran Islam .
liang (tempat hidup) binatang. Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih lanjut
sebagai larangan Islam dalam membuang sampah atau produk-produk berbahaya ke dalam
lingkungan yang kemungkinan besar akan merusak atau menurunkan mutu lingkungan
tersebut. Islam mengajak manusia untuk secara aktif mengelola lingkungan tersebut,
misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah Islam
yang umumnya bersifat lebih suka mencegah (preventive) perbuatan atau kejadian yang
buruk ketimbang mengobati (curative) kejadian atau perbuatan buruk yang terjadi. Namun,
Islam juga tidak berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian buruk atau kejahatan
seperti misalnya tertuang dalam hukum agama (syar’i) yang mengatur hukuman bagi
pelanggar aturan.
Sebenarnya kalau kita mau membuka kenbali Al-Quran, tampak jelas bahwa bencana
alam dan krisis lingkungan hidup adalah kebanyakan akibat dari ulah manusia. Kerusakan
lingkungan telah lama disinyalir dalam Al-Quran. Dalam sebuah ayat Allah berfirman;
41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). QS. Ar-Rumm [30]; 41
Al-Quran ketika membahas alam atau berbicara masalah lingkungan, menggunakan
beberapa term, yaitu al-‘alamin (seluruh spesies atau makhluk) disebut sebanyak 71 kali, al-
sama’ (ruang dan waktu) disebut sebanyak 387 kali (210 bentuk jamak dan 177 bentuk
tunggal), al-ardl (bumi) disebut sebanyak 463 kali, dan al-bi’ah (lingkungan) disebut
sebanyak 15 kali.
Kata al-bi’ah yang bermakna lingkungan terdapat dalam QS Ali-Imran[3]:21, QS Al-
A’raaf[7]:74, QS Yunus[10]:93, QS Yusuf[12]:56, QS An-Nahl[16]:41, dan QS Al
'Ankabuut [29]:58. Penggunaan Al-Quran dalam ayat-ayat ini tidak berkonotasi pada
lingkungan ruang kehidupan khususnya bagi spesies manusia saja. Jadi, saat berbicara
masalah alam yang dimaksud Al-Quran bukan hanya lingkungan hidup manusia, melainkan
alam seluruh spesies (makhluk) baik yang ada di bumi maupun di ruang angkasa, bahkan
yang ada di luar angkasa.3
Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk terbaik diantara semua ciptaan
Tuhan dan berani memegang tanggung jawab mengelola bumi maka semua yang ada
3 http://gerakanindonesiahijau.blogspot.com/2010/09/pandangan-islam-terhadap-lingkungan.html
dibumi diserahkan oleh manusia. Oleh karena itu manusia diangkat menjadi khalifah
dimuka bumi. Dalam QS. Al Baqoroh :30
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."
Sebagai makhluk yang terbaik, manusia diberikan beberapa kelebihan diantara
makhluk cintaan-Nya, yaitu kemuliyaan, diberikan fasilitas di daratan dan dilautan,
mendapatkan rizki dari yang baik-baik, dan kelebihan yang sempurna dibandingkan
makhluk lainnya, serta diberikan kekuasan dan kelebihan atas makhluk lainnya4
Bumi dan semua isi yang berada didalamnya dicitakan oleh Allah untuk manusia,
segala apa yang manusia inginkan berupa apa saja yang ada dilangit dan bumi, daratan dan
lautan serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan siang, tanaman dan buah-
buahan, binatang melata dan binatang ternak.
Sebagai khalifah dimuka bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya dan
diperintahkan berbuat kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan. Selain konsep berbuat
kebajikan terhadap lingungan yang disajikan Al-Qur’an seperti yang dipaparkan diatas,
Rasullulah SAW membrikan teladan untk mempraktekkannya dalam kehidupan sehari.
Disamping itu Rasullulah melarang merusak lingkungan, mulai dari perbuatan yang
sangat kecil dan remeh seperti melarang membungan kotoran (manusia) dibawah pohon
yang sedang berbuah dan dialiran sungai, melarang membuang kotoran ditengah jalan atau
ditempat orang berteduh.
Rasullulah juga sangat peduli terhadap kelestarian satwa, sebagai mana diceritakan
dalam hadist riwayat Abu Daud. Rasullulah pernah menenggur salah satu sahabatnya yang
pada saat perjalanan, mereka mengambil anak burung yang berada disarangnya. Karena
anak burung tersebut dibawa oleh salah seorang dari rombongan Rasullulah tersebut, maka
4 Restianingsih,nurmawati,.et.al.2011.Pengelolaan lingkungan dalam perspektif islam. Yogyakarta : UIN SUKA.
sang induk terpaksa mengikuti terus kemana rombongan tersebut berjalan. Melihat yang
demikian, Rasullulah lalu menegur sahabatnya tersebut dengan mengatakan “siapakah yang
telah menyusahkan induk burung ini dan mengambil anaknya? Kembalikan anak-anak
burung tersebut kepada induknya!”.
3.2 Kewajiban Umat Islam dan Upaya Pemerintah dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
Dalam berinteraksi dan mengelola alam serta lingkungan hidup itu, manusia
mengemban tiga amanat dari Allah. Pertama, Al-intifa’. Allah mempersilahkan kepada
umat manusia untuk mengambil manfaat dan mendayagunakan hasil alam yang dapat
digunakan dalam perindustrian dengan sebaik-baiknya dengan kemakmuran dan
kemaslahatan. Kedua, Al-I’tibar. Manusia dituntut untuk senantiasa memikirkan dan
menggali rahasia dibalik ciptaan Allah seraya dapat mengambil pelajaran dari berbagai
kejadian dan peristiwa alam. Dalam hal ini sebagai makhluk ciptaan-Nya apabila kita
melakukan pekerjaan dibidang industri maka kita harus memperhatikan lingkungan sekitar
sehingga kita dapat membantu menanggulangi polusi/pencemaran lingkungan. Ketiga, Al-
islab. Manusia diwajibkan untuk terus menjaga dan memelihara kelestarian itu.
Dengan semangat mengemban dan melaksanakan amanat diatas, yaitu menjaga,
memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dialam semesta ini, termasuk
sumber daya hutan. Departemen Perindustrian mencoba dan merangkul semua pihak untuk
berperan secara bersama-sama dalam penanggulangan pencemaran lingkungan. Peran serta
para pelaku industri dalam kegiatan penanggulangan dan perbaikan lingkungan hidup akan
menjadi bagian dari proses pendidikan serta dalam rangka mensukseskan pengelolaan
dampak lingkungan khususnya pada dampak perindustrian.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ranah Integrasi-interkoneksi
Dari pembahasan berkaitan dengan pengelolaan dampak lingkungan berkelanjutan
yang ditinjau dari perspektif kelmuan teknik industri dan studi keislaman diperoleh suatu
ranah integrasi-interkoneksi antara keduanya yaitu pada ranah materi yakni bentuk integrasi
nilai-nilai kebenaran universal dalam keilmuan teknik Industri dan nilai nilai keislaman ke
dalam disiplin ilmu lingkungan berkelanjutan. Nabi Muhammad SAW juga melarang
manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata air, jalanan, di tempat teduh, dan
di dalam liang (tempat hidup) binatang. Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih
lanjut sebagai larangan Islam dalam membuang sampah atau produk-produk berbahaya ke
dalam lingkungan yang kemungkinan besar akan merusak atau menurunkan mutu
lingkungan tersebut. Hal ini terlihat pada konsep Corporate Social Responsibility yang
menegaskan bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki suatu tanggung jawab
terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham , komunitas dan lingkungan. Tanggung
jawab Lingkungan dalam hal ini adalah bagaimana upaya perusahaan(manufaktur) untuk
bisa mengelola hasil buangan/limbah produksi.
4.2 Model Integrasi-interkoneksi
Dari 3 macam model integrasi-interkoneksi, kasus diatas merupakan model
konfirmatif (klarifikatif) yakni disiplin keilmuan islam memberikan penegasan terhadap
keilmuan teknik industry kaitannya dengan pengetahuan lingkungan sebagai upaya
pengelolaan dampak lingkungan berkelanjutan. Dapat dilihat bahwa Suatu konsep IPTEK
produksi bersih yaitu alternatif bagi sistem industri/produksi yang mencegah terjadinya
pencemaran, menghilangkan limbah dan produk berbahaya, dan mengurangi penggunaan
dan pembuangan bahan mentah, air dan energy yang bersifat: proaktif, preventive, terpadu
dan kontinu. Hal ini dipertegas dengan filsafah Islam yang umumnya bersifat lebih suka
mencegah (preventive) perbuatan atau kejadian yang buruk ketimbang mengobati (curative)
kejadian atau perbuatan buruk yang terjadi. Selain itu, penyusunan UUPLH dimaksudkan
dengan tujuan mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan
manusia, perlu dilakukan dengan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan,
dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Yang
dipertegas oleh amanat dari Allah kepada manusia yang Ketiga,yakni Al-islab. Manusia
diwajibkan untuk terus menjaga dan memelihara kelestarian itu.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari permasalahan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelolaan dampak lingkungan berkelanjutan yang ditinjau dari perspektif kelmuan
teknik industri dan studi keislaman diperoleh suatu ranah integrasi-interkoneksi antara
keduanya yaitu pada ranah materi yakni bentuk integrasi nilai-nilai kebenaran universal
dalam keilmuan teknik Industri dan nilai nilai keislaman ke dalam disiplin ilmu
lingkungan berkelanjutan.
2. Model integrasi-interkoneksi, kasus diatas merupakan model konfirmatif (klarifikatif)
yakni disiplin keilmuan islam memberikan penegasan terhadap keilmuan teknik industry
kaitannya dengan pengetahuan lingkungan sebagai upaya pengelolaan dampak
lingkungan berkelanjutan.
5.2 Saran
1. Untuk kajian selanjutnya mungkin dikaitkan dengan keilmuan lain yang sejalan dengan
pengelolaan dampak lingkungan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, DR. H.2003. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam Indonesia.Jakarta : Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia RI.
Ahsin Sakho Muhammad. 2004. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ab). Jakarta; INFORM
Ali Yafie. 1997. Islam dan Lingkungan Hidup. Jakarta; Yayasan Swarna Bhumy
Departemen Kehutanan. 1999. Pembangunan Hutan Berkelanjutan Cerminan Iman dan Taqwa.
Jakarta; Departemen Kehutanan dan Perkebunan
Ngadiono. 2002. 35 Tahun Pengelolaan Hutan Indonesia Refleksi dan Prospek. Bogor; Yayasan
Adi Sanggoro.
Restianingsih,nurmawati,.et.al.2011.Pengelolaan lingkungan dalam perspektif islam. Yogyakarta : UIN SUKA.
Anggoro, Bambang.2009. Handout Perundang-Undangan Lingkungan Hidup
Daftar Biodata Kelompok
Nama : Awang Bagus Eka Febrianto
Alamat : Jl. Kusuma RT/RW 01/01 Ds. Plosojenar, kec. Kauman, Kab. Ponorogo,
Jawa Timur.
Alamat Jogja : Jl. Ori I 06/02 Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
HP : +6285233905733
Nama : Edi Sudrajat
Alamat : Perumnas Bumi Trimulyo Permai Blok I, Jetis, Bantul, Yogyakarta.
HP : +6285643844848
Nama : Ibni Hanafi
Alamat : Gatak Rejo, Drono, Ngawen, Klaten 57456.
Alamat Jogja : Wisma Apem Jl. Bimo Kurdo Sapen, Gondokusuman, Demangan,
Yogyakarta.
HP : +6287839964640
Nama : Juvita Tika Wibisana
Alamat : Jk. Solo km11 Juwangen 08/02 No. 40, Purwomartani, Kalasan, Sleman,
Yokyakarta 55571.
HP : +6287838682838