Download - Tugas makalah antropologi kebudayaan
MAKALAH ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN
Dosen Pengampu :
Nur Dewi Setyowati, S.Sos, M.Si
TAHUN 2015
Disusun oleh :
Arif Defri Gozaini (14.32.0005)
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ILMU KOMUNIKASI
(SUBSTANSI, UNSUR, DAN KARAKTERISTIK)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul “Antropologi Kebudayaan : Substansi, unsur, dan karakteristik”
dengan tepat waktu. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Petugas perpustakaan Universitas Merdeka Madiun yang bersedia membantu
mencarikan referensi untuk makalah saya.
2. Bu Nur Dewi Setyowati (Dosen Antropologi sosial) yang telah memberi tugas
Antropologi kebudayaan.
3. Teman-teman Ilmu Komunikasi Universitas Merdeka Madiun yang telah ikut
membantu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini. Saya berharap makalah ini dapat menjadi referensi lanjutan dan bermanfaat bagi
pembacanya. Amin.
Madiun, 14 April 2015
Arif Defri Gozaini
Hal. i
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ............................................................................................................ i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Kata “Antropologi Kebudayaan” ........................................................ 2
B. Definisi Kebudayaan Menurut Antropologi ........................................................ 2
C. Substansi Kebudayaan ......................................................................................... 3
D. Unsur-Unsur Kebudayaan .................................................................................... 7
E. Karakteristik Kebudayaan .................................................................................... 9
BAB III : KESIMPULAN
Kesimpulan ................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka .............................................................................................................. iii
Hal. ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk yang paling berkuasa di mana pun ia berada. Diciptakan dengan
segala kesempurnaan yang ada pada diri manusia. Selain memiliki akal pikiran, manusia juga
dianugerahi naluri yang merupakan bawaan dari alam. Naluri dan akal pikiran tersebut akan
digunakan untuk memenuhi hasrat hidupnya guna menjamin kelangsungan hidup manusia.
Dalam perkembangannya, manusia akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia akan semakin mengembangkan akal pikirannya karena mengandalkan
naluri saja tidak akan mampu membuat mereka bertahan hidup. Dengan mengembangkan akal
pikirannya maka kemampuan manusia akan semakin bertambah. Cara-cara untuk bertindak
melakukan aktivitas kehidupan juga semakin bervariasi.
Tindakan yang semula hanya berasal dari naluri dan refleks, selanjutnya akan semakin
dirombak agar mempermudah aktivitas manusia atau hanya sekedar untuk menghasilkan
sesuatu yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dilakukan. Dalam perkembangannya,
tindakan-tindakan tersebut akan menghasilkan sebuah benda-benda (peralatan), baik untuk
membantu manusia atau untuk fungsi lainnya. Tindakan, rasa, dan karya yang dihasilkan
tersebut tentu saja melalui sebuah proses belajar. Sebab kemampua-kemampuan tersebut tidak
akan bisa muncul apabila tanpa dibiasakan dengan belajar dan mencoba.
Proses belajar untuk menghasilkan tindakan ini akan membentuk suatu kebudayaan.
Kebudayaan tersebut akan dibahas lewat ilmu “antropologi” yang menjadikan budaya
menjadi salah satu dari pokok bahasannya. Cabang dari antropologi yang membahas budaya
ini biasa disebut “antropologi kebudayaan”.
Hal. 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KATA “ANTROPOLOGI KEBUDAYAAN”
Antropologi kebudayaan merupakan gabungan dua buah kata yaitu antropologi dan
kebudayaan budaya. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan
logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia.
Sedangkan kebudayaan dalam arti culture memiliki arti sebagai segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Antropologi
kebudayaan adalah ilmu tentang manusia yang mempelajari aktivitas dan tingkah laku
manusia.
B. DEFINISI KEBUDAYAAN MENURUT ANTROPOLOGI
Manusia adalah makhluk yang paling unggul diantara makhluk yang lain. Salah satu
keunggulan manusia diantara makhluk yang lain tersebut adalah kebudayaan. Dengan
kebudayaan tersebut memungkinkan manusia untuk hidup di berbagai macam lingkungan
alam dan berkuasa diantara makhluk-makhluk yang lain.
Kebudayaan sejatinya erat dengan yang namanya “proses belajar”. Manusia memang
memiliki naluri/insting. Akan tetapi, untuk mencapai suatu kebudayaan tidak hanya
mengandalkan naluri saja. Proses belajar juga sangat diperlukan agar manusia tersebut
memiliki kebudayaan unggul yang dapat menambah nilai pada diri manusia.
Definisi kebudayaan menurut antropologi berbeda dengan definisi dari berbagai ilmu yang
lain. Secara umum, kebudayaan dikenal sebagai segala sesuatu yang indah dan memiliki seni
di dalamnya, seperti tarian, candi, musik daerah, batik, filsafat, kesusatraan dan lain-lain.
Dalam antropologi, lebih menekankan pada aspek belajar dan analisa cara hidup dan tindakan
manusia. Sehinngga, definisi “kebudayaan” menurut antropologi adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Hal. 2
Saling menyapa, beramah tamah dan
berjabat tangan adalah suatu nilai.
Dari definisi “kebudayaan” menurut antropologi tersebut, menekankan pada tindakan dan
proses belajar. Sehingga, hampir seluruh kegiatan dan tindakan yang dilakukan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat dibiasakan dengan belajar. Beberapa ahli antropologi yang
mengajukan definisi ini adalah C. Wissler, C. Kluckhohn, A. Davis, dan A. Hoebel.
C. SUBSTANSI KEBUDAYAAN
1. Nilai
Nilai adalah suatu hal yang dianggap bernilai atau
berharga yang dianggap penting dalam suatu
masyarakat yang dibuat untuk menjadi pedoman
hidup sehari-hari. Nilai tersebut bersifat mengikat
setiap individu dalam suatu kelompok. Sekaligus
menjadi watak dasar atau karakter kepribadian
bersama.
Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Nilai Material
Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu benda karena memiliki
kegunaan sebagai bahan pembuatan barang tertentu, seperti pasir, batu, tembaga,
emas, batu bara, dan sebagainya.
b. Nilai Vital
Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam suatu benda sebagai akibat dari
kegunaan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda yang bersangkutan. Misalnya:
gergaji memiliki nilai untuk memotong kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah
kayu, kendaraan memiliki nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai
sebagai mesin hitung, dan sebagainya.
c. Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia. Nilai spiritual ini
bersifat abstrak yang meliputi nilai religius, nilaiestetika, dan nilai moral. Nilai religius
merupakan nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran agama atau
kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang terdapat dalam
suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan nilai mengenai baik buruknya perilaku
manusia.
Hal. 3
Mempelajari l ingkungan, Flora, dan
fauna, merupakan suatu sistem
pengetahuan.
Sesuatu dikatakan bernilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai
estetika), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Menurut C. Kluchon, yang
menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat universal,
yaitu :
a) Hakikat hidup manusia
b) Hakikat rakyat manusia
c) Hakikat waktu manusia
d) Hakikat alam manusia
e) Hakikat hubungan antar manusia.
2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan khas yang
dimiliki manusia yang diperoleh dari lingkungannya
untuk mencipta, mempertahankan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan bersama
melalui proses belajar. Pengetahuan dapat pula
didefinisikan sebagai hipotesa yang telah teruji
kebenarannya.
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai
makhluk sosial merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha
memahami:
a. Alam Sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam fauna di daerah tempat tinggal
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh manusia
f. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia
g. Ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu
a. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui pengelaman
langsung ini akan membentuk kerangka fikir individu untuk bersikap dan bertindak
sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
Hal. 4
Beribadah merupakan salah
satu bentuk kepercayaan.
Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa Indonesia
b. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi (di sekolah)
maupun dari pendidikan non-formal (tidak resmi), seperti kursus-kursus, penataran-
penataran dan ceramah
c. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simbolik.
3. Pandangan hidup
Pandangan hidup adalah suatu prinsip dan pedoman yang
dijadikan acuan atau pegangan hidup individu, kelompok
atau suatu bangsa. Pandangan hidup memang menjadi
suatu hal yang abstrak. Akan tetapi, keberadaannya sangat
berpengaruh terhadap individu, kelompok, atau suatu
bangsa. Dalam diri manusia pandangan hidup sangat
berpengaruh pada persepsi, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam suatu bangsa (dalam hal ini bangsa Indonesia),
Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia, artinya Pancasila telah tumbuh dan berkembang
pada masyarakat Indonesia sehingga menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalamnya terkandung konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang terdapat di kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya.
4. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah
menyatu dan mendarah daging pada diri manusia, baik secara
individual maupun secara kolektif, sehingga menjadi dasar
dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Manusia
mempercayai ada kekuatan besar di luar dimensi manusia.
Naluri untuk mencari kekuatan tersebut muncul ketika
manusia sudah tidak sanggup lagi untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri. Manusia percaya bahwa kekuatan
Hal. 4
Hal. 5
Wanita solo identik dengan
perilaku lemah lembutnya.
Persepsi orang orang umum
terhadap salah satu Public Figure
tidak akan sama.
tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah dan membawa mereka keluar dari masalah
tersebut. Apabila dikaitkan dengan kehidupan keagamaan, kepercayaan diimplementasikan
dalam bentuk iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks seperti ini,
kepercayaan akan berkembang secara sistematis dengan para pengikut yang fanatis.
5. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap
sesuatu hal. Persepsi yang berbeda seringkali muncul
antara manusia satu dengan yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang yang
dimiliki oleh masing-masing manusia. Selain itu,
lingkungan, pengetahuan dan pengalaman juga turut andil
dalam proses pembentukan perilaku tersebut.
Ada 3 macam persepsi yang terdiri atas:
a. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa
menggunakan salah satu alat indera manusia,
b. Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan
kegiatan mental individu lain,
c. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat
lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam Antropologi) berasal dari
bahasa inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada
gaya perilaku masyarakat misalnya, kegemaran-kegemaran
warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil
karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing. Masing-
masing suku mempunyai etos kebudayaannya masing-masing
yang mungkin saja berbeda sangat mencolok, apa yang baik
menurut suku tertentu belum tentu baik menurut suku yang
lain, oleh karenanya diperlukan sikap kedewasaan untuk
memahami kebudayaan lain.
Hal. 6
D. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Dalam menganalisa suatu kebudayaan, seorang ahli antropologi membagi seluruh kebudayaan
ke dalam unsur-unsur besar yang disebut “unsur-unsur kebudayaan universal”. Mengenai hal
ini ada beberapa pandangan, seperti yang diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam bukunya yang
berjudul Universal Categories Of Culture (1953). C. Kluckhohn menuliskan tujuh unsur
kebudayaan atau dapat disebut sebagai isi pokok kebudayaan. Tujuh unsur tersebut yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian
Dari ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut, mendapat sebutan universal karena unsur-
unsur tersebut dapat ditemukan di semua bangsa di dunia. Sehingga unsur-unsur tersebut
bersifat umum.
Tiap unsur kebudayaan tersebut, tentu saja tidak lepas dari wujud kebudayaan sebagai:
(1) nilai-nilai budaya,
(2) sistem budaya,
(3) sistem sosial,
(4) himpunan unsur-unsur kebudayaan fisik.
Dengan demikian, setiap unsur-unsur tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa sub
unsur. Dari beberapa sub unsur tersebut dapat dirinci sesuai dengan wujud kebudayaannya.
Hal. 7
Perhatikan bagan berikut!
Dalam kerangka di atas terdapat empat tahap dari unsur kebudayaan. Dari masing-masing
tahap memiliki penjelasan sebagai berikut:
Tahap pertama, setiap sistem budaya dapat dibagi ke dalam “adat-istiadat”, setiap
sistem sosial dapat dibagi ke dalam “aktivitas sosial”, dan setiap himpunan unsur
kebudayaan fisik dibagi ke dalam “benda-benda kebudayaan”.
Tahap kedua, setiap adat sebaiknya dibagi ke dalam “kompleks budaya”, setiap
“aktivitas sosial” dibagi ke dalam “kompleks sosial”, sedangkan benda kebudayaan
tidak berubah.
Tahap ketiga, disarankan kompleks budaya dibagi menjadi “tema-tema budaya”, tiap-
tiap kompleks sosial lebih lanjut diuraikan menjadi “pola sosial” dan seperti tahap
kedua, benda kebudayaan tidak mengalami perubahan.
Tahap keempat, setiap tema budaya dibagi lagi ke dalam “gagasan”, setiap pola sosial
dibagi ke dalam “tindakan”, dan benda kebudayaan tidak berubah.
Hal. 8
Memakai batik adalah bukti bahwa
batik merupakan aset milik bersama dan harus dilestarikan.
Table Manner juga merupakan salah
satu kebudayaan dengan merombak tata cara makan.
E. KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN
Melalui studi perbandingan terhadap sejumlah kebudayaan, para ahli antropologi telah
berhasil memperoleh pengertian tentang pengertian karakteristik-karakteristik pokok
kebudayaan, antara lain sebagai berikut.
1. Kebudayaan sebagai milik bersama
Kebudayaan sebagai milik bersama memiliki arti bahwa
kebudayaan tersebut adalah tanggung jawab bersama.
Baik itu masyarakat, suatu kelompok orang, komunitas,
atau bangsa. Rasa memiliki tersebut muncul karena di
dalam kebudayaan yang telah tumbuh di tengah
masyarakat itu terdapat cita-cita, nilai, dan aturan untuk
bertindak yang sama antar individu dan sudah menjadi
kesepakatan bersama.
2. Suatu hasil dari proses belajar
Di sub bab B telah penulis uraikan mengenai definisi
“kebudayaan” menurut antropologi adalah seluruh
sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang
dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat,
yang dijadikan miliknya dengan belajar. Hampir seluruh
tindakan manusia adalah “kebudayaan”, karena jumlah
tindakan tanpa melalui proses belajar sangat terbatas.
Bahkan tindakan yang mengandalkan naluri seperti
makan, minum, berjalan, sudah dirombak oleh manusia
sendiri sehingga menjadi tindakan kebudayaan. Ada istilah table manner untuk mempelajari
budaya di meja makan dan catwalk class atau baris-berbaris untuk mempelajari cara berjalan.
3. Kebudayaan mengandung simbol
Simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh mereka yang
menggunakannya dan telah disepakati bersama. Wanita bali memakai bunga kamboja di
telinga karena hal tersebut memiliki arti khusus dari segi spiritual dan budaya. Akan tetapi,
akan menjadi tidak bermakna khusus apabila hal yang sama dilakukan bukan oleh wanita bali.
Hal. 9
Marawis adalah contoh Integrasi
budaya dari kesenian, agama dan
bahasa.
Bunga yang disematkan di
telinga wanita bali memiliki
makna tersendiri
Bahasa sebagai alat komunikasi
akan tetap ada sampai kapanpun.
Ahli antropologi berkebangsaan Amerika, Leslie White,
dalam The Evolution of Culture ( 1959 ) berpendapat bahwa
semua perilaku manusia dimulai dengan penggunaan
lambang atau simbol. Perilaku manusia salah satunya adalah
untuk berinteraksi atau berkomunikasi. Untuk berkomunikasi
diperlukan simbol yang telah memiliki makna sama di suatu
kelompok. Simbol ini selanjutnya berkembang menjadi
“bahasa”.
4. Berfungsi sebagai kesatuan yang saling berhubungan ( Integrasi )
Integrasi adalah kecenderungan semua aspek kebudayaan
untuk berfungsi sebagai kesatuan yang saling
berhubungan. Biasanya untuk keperluan analisis dan
perbandingan, para ahli antropologi sering menguraikan
kebudayaan menjadi sejumlah bagian atau unsur yang
kelihatannya berdiri sendiri-sendiri. Akan tetapi,
sebenarnya unsur-unsur tersebut saling terkait satu sama
lainnya sehingga kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan
yang saling berhubungan. Misalnya dalam menganalisis kebudayaan suatu suku bangsa, para
ahli antropologi sering menguraikan mengenai unsur peralatan dan perlengkapan hidupnya,
unsur mata pencahariannya, sistem keluarga dan kemasyarakatannya, unsur keseniannya,
bahasanya, keyakinannya, dan sistem pengetahuannya. Masing masing unsur tersebut seolah-
olah dapat berdiri sendiri.
5. Kebudayaan bersifat superorganik
Herkovits dan Malinowski memberi sebutan kebudayaan
sebagai suatu yang superorganik. Disebut demikian karena
kebudayaan diwariskan turun-temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya sehingga tetap hidup terus menerus
secara berkesinambungan, walaupun manusia yang
menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti
karena kematian dan kelahiran.
Hal. 10
BAB III
KESIMPULAN
Antropologi kebudayaan membahas segala tingkah laku manusia secara keseluruhan dalam
budayanya seperti tindakan, aktivitas, rasa dan gagasan, karya dan segala macam hal yang
bersangkutan antara manusia dan budayanya. Inti bahasan kebudayaan dalam antropologi juga
berbeda dengan pembahasan kebudayaan secara umum yang cenderung menekankan pada
keindahan saja. Akan tetapi, dalam antropologi lebih menekankan pada sebuah tindakan yang
dihasilkan dari proses belajar
Didalam kebudayaan tersebut terdapat substansi, unsur dan karakteristik yang erat kaitannya
dengan ilmu antropologi. Ketiganya membangun “kebudayaan” dan menjelaskan secara lebih
rinci makna antropologi kebudayaan itu.
Hal. 11
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: PT Rineka Cipta
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_budaya
http://wahyusebu.blogspot.com/2011/06/karakteristik-kebudayaan.html
Hal. iii