-
i
UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA BERPAKAIAN SISWI DI MA NW BUNGTIANG, SAKRA BARAT
LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
SUZANNA ISNA MAULID
NIM.15.1.13.1.099
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
-
ii
UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA BERPAKAIAN SISWI DI MA NW BUNGTIANG, SAKRA BARAT
LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
SUZANNA ISNA MAULID
NIM.15.1.13.1.099
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
-
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Jln. Gajah Mada, Telp. (0370)620783, 620784, Fax. (0370) 620784, Jempong Mataram
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Suzanna Isna Maulid, NIM. 15.1.13.1.099 yang berjudul, “Upaya
Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Siswi di MA NW
Bungtiang, Sakra Barat Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017” telah
memenuhi syarat dan disetujui untuk di Uji tanggal 13 desember 2017.
Disetujui pada tanggal, 8 / 11 / 2017
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.H.Nashuddin,M.Pd NIP.195212311986031011
Drs.Mukhlis,M,Ag NIP.197103111995031002
-
iv
NOTA DINAS PEMBIMBING
Mataram, 8 / 11 / 2017.
Hal : Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Rektor UIN Ma taram
di Mataram
Assalamu’alaykum Wr.Wb
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiawa : Suzanna Isna Maulid
Nim : 15.1.13.1.099
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Siswi di Ma Nw Bungtiang, Sakra Barat Lombok Timur Tahun Pelajaran 2016/2017
telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan UIN Mataram. Oleh karena itu kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyah.
Wassalamu’alaykum Wr.Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.H.Nashuddin,M.Pd
NIP.195212311986031011
Drs.Mukhlis,M,Ag
NIP.197103111995031002
-
vi
PENGESAHAN
Skripsi oleh: Suzanna Isna Maulid, NIM. 15.1.13.1.099 dengan judul
“Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi di MA NW
Bungtiang Tahun Pelajaran 2016/2017, telah dipertahankan di depan dewan
penguji jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Mataram pada tanggal 13
Desember 2017.
Dewan Penguji
Prof.Dr.H.Nashuddin,M.Pd (ketua sidang/pemb.I)
Drs.Mukhlis,M,Ag (sekretaris sidang/pemb.II)
Drs. Mustain, M.Ag (Penguji I)
Dr. Ahmad Asyari, M.Pd ( Penguji II)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram
Dr. Hj. LUBNA, M.Pd NIP. 196812811993032008
-
vii
MOTTO
………
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. (QS.An-Nur (24): 31)1
1 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Jabal Raudatul jannah, 2010), h. 353.
-
viii
PERSEMBAHAN
Sebagai ungkapan terimakasih, maka skripsi ini saya
persembahkan kepada:
Ibundaku Tercinta (Hj. Nurbayyinah), Bapakku tercinta
(H.Maun Ratmaji )
Kakak-Kakakku (M.Sahwan Hendriadi (Alm), Dian Husni Dan
M.Lukmanul Hakim),
Adikku (M. Robin Dan M. Ridho) Keponakanku (M.Raafi,
M.Ayiron, Balqis, Maulida, Dan Baby Cem ).
Sahabat-Sahabatku (PAI C Angkatan 2013) khususnya Santi
Hidayati.
Kekasih Hatiku (M. Zainul Amri, S.Pd), dan
Almamaterku Tercinta UIN Mataram.
-
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
mencurahkan segala bentuk kasih sayangnya, sehingga peneliti dapat
menyelsaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, yang dengan penuh semangat dan ikhlas berjuang dalam
menumbuhkembangkankan ajaran islam sehingga dapat membimbing umat
manusia menuju keimanan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.
Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “upaya guru akidah
akhlak dalam membina etika berpakian siswi di MA NW Bungtiang, sakra barat,
lombok timur tahun pelajaran 2016/2017” dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
memberikan bimbingan, saran-saran dan informasi yang sangat beharga kepada
Penulis. Terutama kepada:
1. Bapak Prof.Dr.H.Nashuddin, M.Pd. selaku pembimbing I dan Drs.Mukhlis,
M.Ag. selaku pembimbing II yang selama ini telah tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan
bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih
baik.
2. Bapak Drs.Mustain, M.Ag. selaku penguji II dan Dr.Ahmad Asyari, M.Pd.
selaku penguji II yang sudah meluangkan waktunya untuk menuntun dan
mengarahkan saya.
-
x
3. Bapak Dr.Saparudin, M.Ag selaku ketua jurusan PAI, Bapak H.Muhammad
Taisir, M.Ag. selaku sekretaris jurusan PAI dan Ibu Dr.Hj.Lubna, M.Pd.,
selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Mataram.
4. Seluruh Dosen PAI dan Dosen UIN Mataram.
5. Kedua Orang Tuaku Bapak ( H.Maun Ratmaji) dan Ibunda ( Hj.Nurbayyinah )
Tercinta yang tak pernah lelah membesarkan ku dengan penuh kasih sayang,
serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup
ini.
6. Kakak-kakakku ( M.Sahwan Hendriadi (Alm), Dian Husni dan Lukmanul
Hakim ) dan Adik-adik ku ( M.Robin dan M.Ridho ) serta keponakan-
keponakanku ( M.Raafi, M.Ayiron, Balqis, Maulida dan Sem) yang selalu
memberikan dukungan, semangat dan selalu mengisi hari-hariku dengan
canda tawa dan kasih sayang kalian semua. cinta kalian memberikan kobaran
semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian
7. Sahabat seperjuanganku ( PAI C angkatan 2013 ) yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu namanya. Terima kasih buat kalian semua. Kalian yang selalu
memberi semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan
selama masa perkuliahan, susah senang dirasakan bersama. Terimakasih
untuk kenangan manis yang telah terukir selama ini.
8. Almamaterku tercinta yang banyak memberikan kenangan dan pengalaman.
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan bagi
kemajuan dimasa mendatang.
-
xi
Akhirnya hanya kepa Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis
dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan mencatatn
sebagai ibadah di sisi-Nya. Amin
Mataram, 28 / 11 / 2017
Penulis
(Suzanna Isna Maulid)
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................. iii
HALAMAN NOTA DINAS ................................................................................. iv
PERNYATAA KEASLIAN SKRIPSI .................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi
HALAMAN MOTO ............................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
ABSTRAK ....................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Konteks penelitian .......................................................................... 1
B. Fokus penelitian ............................................................................. 6
C. Tujuan dan manfaat penelitian ....................................................... 7
1. Tujuan penelitian..................................................................... 7
2. Manfaat penelitian .................................................................. 7
-
xiii
D. Ruang lingkup dan setting penelitian ............................................ 8
1. Ruang lingkup penelitian ....................................................... 8
2. Setting penelitian..................................................................... 8
E. Telaah pustaka ............................................................................... 9
F. Kerangka teori ............................................................................. 11
1. Konsep guru akidah akhlak ................................................... 11
2. Etika berpakaian menurut pandangan Islam ......................... 15
3. Konsep pembinaan. ............................................................... 18
G. Metode penelitian ......................................................................... 20
1. Pendekatan penelitian ........................................................... 20
2. Kehadiran peneliti ................................................................. 21
3. Sumber data........................................................................... 22
4. Teknik pengumpulan data ..................................................... 23
5. Teknik analisis data ............................................................... 27
6. Validitas data......................................................................... 30
H. Sistematika penelitian .................................................................. 31
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................. 33
A. Gambaran umum MA NW Bungtiang ......................................... 33
1. Sejarah berdirinya MA NW Bungtiang ................................ 33
2. Visi dan Misi MA NW Bungtiang ........................................ 35
3. Keadaan guru MA NW Bungtiang ........................................ 35
4. Keadaan siswa-siswi MA NW Bungtiang ............................ 37
5. Keadaan sarana dan prasarana MA NW Bungtiang .............. 48
-
xiv
6. Struktur organisasi MA NW Bungtiang............................... 40
B. Etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ............................. 42
C. Kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika
berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ...................................... 50
D. Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi
di MA NW Bungtiang .................................................................. 53
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 60
A. Etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ............................. 60
B. Kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika
berpakaian siswi di MA NW Bungtiang ...................................... 65
C. Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi
di MA NW Bungtiang. ................................................................. 73
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 78
A. Kesimpulan .................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar Nama Guru Madrasah Aliyah NW Bungtiang ......................... 36
Tabel 2 : Keadaan siswa Madrasah Aliyah NW Bungtiang ............................... 38
Tabel 3 : Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah NW Bungtiang ...... 38
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Struktur Organisasi MA NW Bungtiang ........................................ 41
Gambar 2 : Model, Bentuk Dan Warna Seragam Siswi di MA NW Bungtian . 44
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kartu Konsulatsi Pembimbing .......................................................... 82
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian Fakultas Ilmu Tarbiyah Dab Keguruan ........... 88
Lampiran 3: Surat Izin Penelitian Kementerian Agama Selong Lombok Timur... 89
Lampiran 4: Surat Keterangan Penelitian Di Madrasah Aliyah Nw Bungtiang .... 90
Lampiran 5: Surat Keterangan Seminar Proposal Skripsi...................................... 91
Lampiran 6: Berita Acara Ujjian Baca Tulis Al-Quran ......................................... 92
Lampiran 7: Lembar Penilaian Baca Tulis Al-Quran ........................................... 92
Lampiran 8: Sertifikat Semnar Proposal. ............................................................... 94
Lampiran 9: Instrumen Penelitian .......................................................................... 95
Lampiran 10: Dokumentasi .................................................................................... 98
-
xviii
UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MEMBINA ETIKA BERPAKAIAN SISWI DI MA NW BUNGTIANG, SAKRA BARAT
LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh:
SUZANNA ISNA MAULID
NIM.15.1.13.1.099
ABSTRAK
Upaya guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian merupakan
suatu usaha bagaimana cara guru akidah menangani siswa yang bermasalah dalam berpakaian sekolah. Upaya yang dilakukan oleh akidah akhlak ialah untuk mendidik anak menjadi lebih baik lagi dalam berpakain, dan bertingkah laku baik di dalam madrasah maupun di luar madrasah, guru sangatlah berperan penting dalam membina akhlak setiap siswa-siswanya terutama guru akidah akhlak yang sangat berperan penting dalam merubah tingkah laku siswa.
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan tiga metode yang dijadikan dasar dalam pengumpulan data. Ketiga metode tersebut adalah metode observasi, metode wawancara tak terstruktur dan metode wawancara terstruktur, dan metode dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan analisis induktif.
Berdasarkan penelitian di MA NW Bungtiang, diperoleh data bahwa etika berpakaian siswi di Madrasah sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, sesuai dengan ketentuan. 1) Menegakkan tata tertib baik bagi para siswa maupun bagi para guru, 2) Membiasakan akhlak berpakaian menurut ajaran agama Islam, 3) Mengadakan pendekatan kepada siswa yang melanggar aturan mengenai aturan berpakaian di sekolah dengan memberikan nasehat-nasehat. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru akidah akhlak berasal dari dalam madrasah dan dari luar madrasah. Kendala yang berasal dari dalam madrasah adalah: Kurangnya perhatian dan kesadaran siswa dalam menaati aturan-aturan yang berlaku di madrasah,. Sedangkan kendala yang berasal dari luar madrasah adalah: 1) Kurang optimal pengawasan orang tua terhadap anaknya dirumah, dan 2) Prilaku masyarakat di luar ligkungan madrasah.
Upaya guru dalam membina etika berpakaian siswi di Madrasah sangatlah penting bagi setiap siswi, terutama dalam menangani cara siswi berpakaian. Penanganan yang harus lebih ketat dilakukan oleh guru terutama guru akidah akhlak untuk menangani para siswi yang masih berpakaian tidak seronok atau tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan di Madrasah.
Kata Kunci: Upaya Guru Akidah Akhak dan Etika Berpakaian.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan dan pertumbuhan keperibadian siswa dan siswi, karena
pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting. Aspek pertama dari
pendidikan agama adalah yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan
keperibadi. Siswa atau siswi diberikan kesadaran bahwa adanya Tuhan lalu
menyuruh siswa atau siswinya untuk melakukan perintah-perintah Tuhan dan
meninggalkan larangan-Nya. Dalam hal ini siswa dan siswi dibimbing agar
terbiasa berbuat yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama. Aspek yang
kedua adalah yang ditujukan kepada pikiran yaitu pelajaran agama itu sendiri
khususnya mengenai akidah akhlak.
Guru merupakan pendidik dan penanggung jawab utama pendidikan di
sekolah. Karena guru merupakan pendidik profesional, secara inplisit dia
telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
yang dipikul orang tua.1 Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan
oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau
melakukan pekerjaan sebagai guru.
Guru memiliki peranan penting dalam mendidik, membina,
membimbing serta mengarahkakn siswa kepada yang baik, sehingga siswa
1 Aat Syafaat dan Sohari Sahrani, Peran Pendidikan Islalm dalam Mencegah Kenakalan
Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 66.
1
-
2
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, dan memiliki akhlak yang baik
serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama sesuai dengan yang diharapkan oleh
sistem pendidikan. Guru merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat
berpengaruh terhadap proses pendidikan. Dalam perspektif pendidikan Islam
keberadan peran dan fungsi guru merupakan suatu keharusan yang tidak
dapat diingkari suatu keberadaannya, tidak adanya pendidikan tanpa adanya
seorang guru. Oleh karena itu, guru merupakan seuatu penentu arah dalam
dunia pendidikan, bagaimana seharusnya pendidik yang baik dan benar dalam
rangka mengakses siswa dan siswi akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup di
dunia dan di akhirat.2
Mengenai tugas guru agama bagi pendidikan islam adalah mendidik
serta membina siswa serta siswi dengan memberikan pengetahuan dan
menanamkan nilai-nilai agama kepadanya. Oleh karena itu, guru sangatlah
penting di dalam dunia pendidikan untuk memberikan dorongan, memotivasi,
memuji, memberikan contoh, membiasakan hal yang baik dan sebagainya.
Agama Islam merupakan fitrah dan tidak ada agama yang sempurna
selain agama Islam yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan-Nya (HablumminAllah) tetapi juga mengatur hubungan antara
manusia dengan manusia lainnya (habluminannas). Bahkan Islam mengatur
seluruh aspek kehidupan insan, termasuk mengatur masalah pakaian sehari-
hari, baik pakaian di rumah maupun di tempat-tempat lainnya.
2 Maftuhin, “guru ideal dalam pembelajaran pendidikan agama islam” dalam,
http://www.wartamadani.com/peran, diambil tanggal 23 januari 2017, pukul 14.27 wita.
http://www.wartamadani.com/peran
-
3
Allah SWT Telah menganugerahkan manusia dengan berbagai nikmat
dan karunia yang tiada terhingga nilainya. Salah satu nikmat yang
dianugrahkan adalah mengajarkan manusia pengetahuan tata cara berpakaian.
Hal ini penting artinya bila dilihat dari segi agama Islam karena tuntunan
sandang sebagai penutup jasmani sekaligus dikaitkan fungsinya untuk
menumbuhkan keindahan guna mendekatkan diri kepada Allah Swt. Busana
dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketaqwaaan seseorang kepada
Allah Swt.
Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya:
Artinya :”Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu, dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”.3
Ayat di atas menjelaskan dua fungsi pakaian yaitu sebagai penutup
aurat dan sebagai perhiasan. Dengan demikian fungsi utama dan pertama dari
pakaian adalah sebagai perhiasan untuk memperindah penampilan dihadapan
Allah dan sesama manusia inilah fungsi etika berpakaian.
Berdasarkan pemahaman penulis terhadap firman Allah SWT dalam
3 Q.S.Al-Ahzab (33): 59.
-
4
al-Qur’an dan tuntunan Nabi Muhammad SAW, bahwa wanita Islam apabila
keluar dari rumah diwajibkan menutup seluruh tubuh dan tidak
menampakkan walau sedikitpun dari perhiasan kecantikan dirinya, kecuali
muka dan kedua telapak tangannya dengan menggunakan busana muslimah
model apa saja sesuai dengan syariat yang telah ditentukan.
Busana muslimah erat sekali hubunganya dengan masalah pembinaan
akhlak. Untuk membina etika berpakaian muslimah perlu menyelaraskan
antara tentang berpakaian dengan masalah akhlak. Dengan demikian, masalah
berpakaian itu juga adalah merupakan ajaran Islam yang diabaikan begitu
saja.
Salah satu contoh gaya hidup para remaja yang mengikuti mode orang
barat dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah " berpakaian ". Masalah
berpakaian para remaja masa kini selalu dikaitkan dengan perkembangan
zaman dan teknologi. Karena, sebagian remaja Indonesia khususnya, dalam
berpakaian selalu mengkuti mode yang berlaku. Bahkan yang lebih
menyedihkan, di stasiun-stasiun tv banyak ditampilkan contoh gaya hidup
dalam berpakaian para remaja yang mengikuti mode orang barat. Kita tahu
bahwa mode yang dipakai oleh orang barat kebanyakan menyimpang dari
moral. Sedangkan kita sadar bahwa Indonesia terkenal dengan kesopanannya
dan budi luhurnya. Namun, sebagian remaja Indonesia kemudian meniru atau
mengikuti mode orang barat tanpa memfilternya secara baik.
Masalahan etika berpakaian siswi saat ini banyak terjadi di lembaga
pendidikan seperti sekarang ini, etika berpakaian saat ini semakin modern dan
-
5
semakin berkembang pesat dengan mengikuti zaman. Banyak yang dilakukan
oleh para pelajar di sekolah-sekolah. Seperti juga yang terjadi di salah satu
lembaga pendidikan di Desa Bungtiang, yaitu di MA NW Bungtiang.
Menurut sumber yang didapatkan peneliti, siswi-siswinya juga memiliki
beragam cara berpakaian, seperti yang di lihat oleh peneliti di lapangan ada
siswi yang berpakain sesuai dengan aturan Madrasah yang telah ditentukan,
ada yang berpakain tidak mengikuti aturan Madrasah yang bisa diaktakan
berpakaian seragam yang sangat minim, ada yang menggunakan pakaian
yang lebih besar dari yang telah ditentukan oleh Madrasah. Masalah yang
ujung-ujungnya mereka lakukan tidak sesuai dengan aturan dan norma yang
berlaku atau disebut dengan tindakan pelanggaran di Madrasah, namun dari
tindakan yang mereka lakukan itu masih dalam tarap yang biasa. Di antara
tindakan pelanggaran yang dilakukan ialah melanggar tata tertib sekolah,
seperti cara berpakain yang tidak sesuai dengan atruan Madrasah.4
Dari hasil wawancara pada tanggal 20 Mei 2016, peneliti memperoleh
informasi dari kepala Tata Usaha dan Akidah Akhlak yang terkait dengan
Etika Berpakain Siswa Di MA. NW Bungtiang. Di MA. NW Bungtiang
terdapat 2 Guru Akidah Akhlak yaitu Muhamad Bohari Muslim dan Syamsul
Rasyid. Dari kedua Guru Akidah Akhlak di MA. NW Bungtiang, peneliti
mendapatkan informasi awal tentang etika berpakaian setiap siswi-siswi di
MA. NW Bungtiang. Bapak Bohari menjelaskan bahwa ada beberapa para
4Sukarnawadi, MA. NW Bungtiang, Wawancara, 20 Mei 2016.
-
6
siswi yang melanggar aturan mengenai etika tata cara berpakaian di
Madrasah.5
Dari urain diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih
jauh bagaimana tugas seorang guru akidah akhlak dalam membina etika
berpakaian siswi di MA. NW Bungtiang, seperti yang diketahui bahwa setiap
para siswi mempunyai akhlak yang baik, tetapi masih saja ada siswi yang
melakukan pelanggaran tata tertib Madrasah, tetapi pelanggaran yang
dilakukan siswi masih dalam tingkat biasa atau masih bisa di atasi oleh para
guru di Madrasah.
Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas maka penulis merasa tertarik
untuk mengadakan sebuah penelitian yang terangkai dalam sebuah judul
skripsi “Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Siswi
di MA NW Bungtiang, Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur
Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Fokus Penelitian
Bertitik tolak dari konteks penelitian diatas, adapun fokus penelitian
yang akan dilakukan antara lain:
1. Bagaimanakah etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang tahun
pelajaran 2016/2017?
2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru akidah akhlak dalam
membina etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang tahun pelajaran
2016/2017?
5Bohari Muslim, MA NW Bungtiang, Wawancara, 20 Mei 2016.
-
7
3. Apa saja kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika
berpakaian siswi dan di MA NW Bungtiang tahun pelajaran 2016/2017?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan terkait dengan pemaparan
fokus penelitian di atas adalah:
a. Untuk mengetahui etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang
tahun pelajaran 2016/2017
b. Untuk mengetahui Bagaimana upaya yang dilakukan guru akidah
akhlak dalalm membina etika berpakaian siswi di MA NW
Bungtiang tahun pelajaran 2016/2017
c. Untuk mengetahui Apa saja kendala yang dihadapi guru akidah
akhlak dalam membina etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang
tahun pelajaran 2016/2017
2. Manfaat penelitian
Dari tujuan yang telah dirumuskan diatas, dapat dismbil menfaat
penelitian sebagaia berikut:
a. Secara teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
akhlak atau etika siswi dalam berpakaian dan menambah pengetahuan
dalam ilmu akhlak.
b. Secara praktis
-
8
Diharapkan dapat memberikan masukan atau solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru dalam membina etika
berpakaian siswi di MA NW Bungtiang, baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat serta dijadikan pedoman oleh peneliti
sesuai dengan cara atau etika berpakaian masing-masing.
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan secara rinci dan
detail tentang wilayah penelitian dan ruang lingkup permasalahan yang
akan di teliti, untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
penelitian ini dan agar tidak terjadi pelebaran dalam pembahasan maka
peneliti memfokuskan padabagaimana etika berpakaian siswi dan upaya
guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian seta kendala yang
dihadapi dalam membina etika berpakaian siswi.
2. Setting penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA NW Bungtiang Kec.Sakra
Barat Kab.Lombok Timur. Tertariknya peneliti melakukan penelitian di
lokasi tersebut karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru akidah
akhlak di madrasah ini sangat mengutamakan etika berpakaian atau cara
berpakaian bagi setiap siswa baik laki-laki maupun perempuan. Di
samping letak geografis MA NW Bungtiang ini dapat dijangkau oleh
peneliti, sehingga mempermudah dalam mengumpulkan data dalam
penyusunan skripsi.
-
9
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalalah penelusuran terhadap studi atau karya terdahulu
terkait untuk menghindari duplikasi, dan menjamin keaslian serta keabsahan
penelitian yang dilakukan untuk mendapat ambaran umum yang jelas tentang
data-data yang berkaitan dengan judul penelitian ini, maka peneliti
mengumpulkan, mengkaji, menganalisis beberapa skripsi yang memiliki
keterkaitan dengan judul penelitian ini. Maka peneliti telah melakukan telaah
pustaka sebagai berikut:
1. Peranan guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam membina akkhlak
siswa kelas VIII di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Mataram
tahun pelajaran 2013/2014. Yanga ditulis oleh senianto, jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Dalam skripsi
yang ditulisnya peneliti memfokuskan penelitian tentang bagaimana
peranan guru mata pelajaran akidah akhlak dalam membina akhklak siswa
dan apa kendala yang didapatkan oleh guru mata pelajaran akidah akhlak
dalam membina akhlak siswa.
2. Peranan PAI dalam membina etika berpakaian siswi di SMP 2 pringgarata
tahun pelajaran 2012/2013. Yang ditulis oleh wahyun, jenis penelitian
yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Dalam skripsi
yang ditulisnya, peneliti memfokuskan pada penelitian tentang bagaimana
peran PAI dalam membina etika berpakaian serta tujuan pelaksanaan PAI
dalalm etika dan solusi mengatasi permasalahan akibat dari kemajuan
-
10
iptek yang berdampak pada anak-anak sekolah tingkat SMP dalam
bersikap.6
3. Peran guru pendidikan agama Islam dalam membina moral siswa di SMA
Negeri 1 Praya Tengah tahun pelajaran 2014/2015. yang ditulis oleh
lidiawati pada tahun 2015, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah penelitian kualitatif. Dalam skripsi yang ditulisnya, peneliti
memfokuskan bagai mana peran guru PAI dalam membina moral siswa,
paktor-paktor pendukung dan paktor penghambat serta solusi yang yang
dilakukan oleh guru PAI dalam dalam mengatasi hambatan atau kendala
yang dihadapi.7
Dari skripsi yang dipaparkan diatas, secara substansif memang
mempunyai kemiripan, yaitu pelaksanaan dan pembinaan moral atau
akhlak, dan bagaimana membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan
ajaran agama, dan peneliti juga sama-sama menggunakan metode
kualitatif. Tetapi disini peneliti lebih memfokuskan pada upaya guru
akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswi untuk
diimplementasikan dilingkungan sekolah dan dilingkungan masyarakat.
Dan apa saja kendala yang dihadapi guru akidah akhlak.
6 Wahyuni, “Peranan PAI dalam membina etika berpakaian siswi di SMP 2 pringgarata
tahun pelajaran 2012/2013” (Skripsi: IAIN Mataram,Mataram, 2013), h. 20. 7 Lidiawati, “Peran guru pendidikan agama islam dalam membina moral siswa di SMA
Negeri 1 Praya Tengah tahun pelajaran 2014/2015” (Skripsi: IAIN Mataram, Mataram, 2015) , h.21.
-
11
F. Kerangka Teoritik
1. Konsep guru akidah akhlak
a. Pengertian guru akidah akhlak
Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), menjelaskan bahwa: “Guru
adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannnya, profesinya)
mengajar, dalam aplikatifnya kelakuan siswa (anak-anak) selalu
mencontohi guru (orang dewasa), sedangkan guru akidah akhlak adalah
guru yang mengajarkan mata pelajaran akidah akhlak”.8
Sedangkan menurut Djamarah mendefinisikan guru adalah “semua
orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa baik secara
individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah”. 9
Definisi guru secara umum yaitu seorang pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.10
Selain itu guru akidah akhlak juga menjadi model sehingga
menjadi pusat panutan bagi siswanya. Peran guru akidah akhlak tersebut
akan berimbas pada akhlak atau keperibadian siswa baik yang berupa
etos kerjanya, etos ibadahnya, etos belajarnya, maupun dedikasinya yang
8 Tim penyususn, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 377. 9 Djamarah, saiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukasi, (Jakrata: Rineka
Cipta, 2005). h. 32. 10 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Pasal 1 Ayat 1, (Surabaya: Pustaka Euruka,2006), h. 9.
-
12
selalu mengaharapkan ridha Allah semata, agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Jadi, pengertian guru akidah akhlak adalah seorang yang
professional dalam mengajarkan materi mata pelajaran akidah akhlak
serta memberikan tauladan, contoh dan menjadi panutan bagi siswanya
yang berpedoman pada al-Quran dan al-Hadis yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW, sehingga bermuara pada pembentukan akhlak
siswa yang bernafaskan islam, sebagai tujuan utama dalam proses
pendidikan islam.
b. Tugas dan tanggung jawab guru akidah akhlak
Tugas guru sesungguhanya adalah sangat berat dan rumir karena
menyangkut masa depan dan nasib generasi manusia, sehingga kita
sering mendengar tuntutan dan harapan masyarakat agar guru harus
mampu mencerminkan tuntutan situasi dan kondisi masyarakat ideal
dimasa mendatang. Akibat tuntutan yang berlebihan seringkali guru
menjadi cemooh masyarakat ketika hasil kerjanya kurang memuaskan
dalam artian siswa tidak mampu mencapai tujuan pendidikan secara
optimal. Dengan demikian guru harus memiliki kompetensi
keprofesionalan yang memadai. tugas guru pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
Pertama, tugas profesi, seorang guru harus melaksanakan tugas
pendidikan, mengajar dan pelatihan. Tugas guru adalah memberi
-
13
pendidikan kepada siswa, dalam hal ini guru harus berupaya agar para
siswa dapat meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan, di sekolah adalah
perwujudan dari tuntutan bahwa seorang guru harus mampu menjadikan
dirinya menjadi orang tua kedua bagi siswanya. Guru harus tetap
menunjukkan wibawa tetapi tidak membuat siswa menjadi takut karena
wibawa yang diterapkannya.
Ketiga, tugas guru dalam bidang kemasyarakatan, tugas ini
merupakan konsekuensi guru menjadi warga negara yang baik turut
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh
bangsa dan Negara.11
Keempat tugas guru di atas harus dilaksakan secara bersama-sama
dalam kesatuan tindakan yang harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak
hanya mengajar di dalam kelas saja, tetapi mampu menjadi inisiator,
motivator, dan pembina dimana tempat ia tinggal.
Menurut Zuhairini, tugas guru agama adalah:
a. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama islam.
b. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak.
c. Memdidik anak agar taat dalam menjalakan ibadah.
d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.12
11
Rusman , Model-Model Pembelajaran, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2012), h. 73-74.
12 Zuhairini Dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama , (Jakarta: Usaha Nasional, 2004), h. 54.
-
14
Guru sangat berperan penting dalam mengemban tugas-tugas sosial
cultural yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan
cita-cita bangsa. Dalam mengemban tugas yang mulia, guru harus
memilliki mutu yang baik karena mutu guru turut menentukan mutu
pendidikan. Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu
generasi muda, sebagai calon warga masyarakat dan calon warga Negara.
Adapun yang menjadi tanggung jawab guru adalah sbb:
a. Guru harus menuntut siswa-siswa belajar b. Turut serta membina kurikulum sekolah c. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa d. Memberi bimbingan kepada siswa e. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan melakukan
penilaian atas kemajuan belajar f. Menyelenggarakan penelitiain g. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif h. Menghayati, melaksanakan dan mengamalkan pancasila i. Turut serta membantu tercipataya kesatuan dan persatuan bangsa j. Turut menyukseskan pembangunan k. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru.13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas guru bukan
hanya mengajar di dalam kelas saja atau hanya menyampaikan materi
saja akana tetapi guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi
pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang,
pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi, tingkahlaku dan
mencerminkan akhlak yang mulia. Pengetahuan yang diberikan guru
kepada siswa harus mempu membuat siswa memilih nila-nilai hidup
ynag semakin kompleks dan harus mampu membuat siswa
berkomunikasi dengan sesama di dalam masyarakat.
13 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 127-133.
-
15
2. Etika berpakaian menurut pandangan islam
a. Pengertian etika berpakaian
Istilah etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti adat
kebiasaan, tetapi bukan menurut arti tata adat, melainkan tata adab ,
yaitu berdasarkan intisari atau sifat dasar manusia, baik buruk. jadi,
etika adalah teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik buruknya.
Etika, sebagai cabang ilmu pengetahuan, tidak berdiri sendiri.14
Pakaian merupakan kebutuhan lahir yang utama bagi setiap orang
dalam kehidupannya. Dengan demikian harus sesuai dengan situasi dan
kondisi di tempat seorang berada. Dalam bahasa arab pakaian disebut
dengan “libasun-tsiyabun”. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
pakaian diartikan sebagai barang apa saja yang bisa dipakai oleh
seorang, baik berupa jaket, celana, sarung, selendang, kerudung, jubah,
surban dan lain-lain. Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang
dikenakan seseoarang dalam berbagai ukuran dan modenya. Yang
disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian. Untuk tujuan yang bersifat
khusus, artinya pakaian lebih berorientasi pada nilai keindahan. Untuk
itu perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakaian.15
Sedangkan pendapat lain mengatakan pakaian adalah hiasan yang
di kuasai oleh fitrah tanpa ada beban. Hal ini Allah berfirman dalam
QS. al-A’raaf ayat 26, yang berbunyi:
14
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 15. 15 Kholisin, dkk, Akidah Akhlak (Sidoarjo: Media Ilmu, 2007), h. 34-35.
-
16
Artinya: “Hai anak adam, sesungguhnya kami telaah menurunkan kepadamu pakaian untk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian takwa itulah yang paling baik.”16
Perhiasan yang dimaksud disini adalah suatu yang dimanfaatkan
oleh pemiliknya untuk mendapatkan suatu corak keindahan. Islam telah
menganjurkan untuk mamakai perhiasan yang baik dan halal. Islam
juga telah memperingatkan untuk tidak berlebih-lebihan dan melampaui
batas pemakaiannya, yang menjadikan wanita sebagai budak kehidupan
atau lebih mencintai kehidupan dunia dari pada kehidupan diakhirat.
Oleh karena itu, wanita muslimah yang benar-benar sadar akan ajaran
agamanya dan jujur serta membuka mata lebar-lebar akan senantiasa
mengutamakan kesederhanaan dan keseimbangan dalam segala hal.
Karena itu lebih disukai Allah SWT.
Dari paparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
berpakaian itu merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan oleh
setiap insan seperti kaum laki-laki dan perempuan karena sejak zaman
Rasulullah sampai sekarang ini berpakaian itu merupakan yang tidak
boleh dilalaikan karena dengan berpakaian aurat manusia akan tertutup
dan terlindungi dari segala penyakit.
16
Depag RI, al-Quran dan Terjemahan, (Jakarta Timur: Putaka Al Mubin, 2013). h.
-
17
b. Etika berpakaian
Islam pun telah menggariskan beberapa etika berpakaian bagi
laki-laki dan perempuan. Etika ini memenuhi batas-batas penutupan
aurat sebagai seorang muslim. Namun demikian Islam ini cukup mudah
sehingga golongan adam maupun hawa diberikan kelonggaran dari segi
pemakaian, pakailah apa sekalipun yang penting pakaian itu menutupi
aurat dan menggambarkan seorang muslim. Diantara etikanya antara
lain:
Laki-laki : 1. Pakaian yang digunakan menutup aurat dari sempadan pusat
sehingga lutut. 2. Pakaialah pakaian yang terbaik dan indah mata memandang 3. Dilarang sama sekali memakai pakaian yang melambangkan
jenama yahudi, salib dan barat karena hukumannya haram. 4. Memakai jeans yang ketat karena hukumnya makruh bagi lelaki. 5. Dilarang menyerupai pakaian perempuan.
Perempuan :
1. Pakaian yang digunakan menutup aurat yaitu menutup seluruh bentuk badan kecuali pergelangan tangan dan muka.
2. Pakaialah pakaian yang indah dan tidak mencolok mata. 3. Memakai pakaian yang longgar dan tidak menarik perhatian. 4. Dilarang memakai jeans melainkan di hadapan wanita suami
sahaja. 5. Dilarang sama sekali memakai pakaian yang melambangkan
jenama yahudi, salib dan barat karena hukumannya haram. 6. Dilaranng memakai wangian yang menarik perhatian.17
Berdasarkan beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa
syarat-syarat berpakaian ataupun boleh disebut dengan etika berpakaian
dalam Islam.
17
Mulya Nyaa, pengertian dan adab dalam berpakaian, dalam http://induside.blogspot.com/pengertian. diambil tanggal 10 november 2016 pukul 19.34 wita.
http://induside.blogspot.com/pengertian
-
18
c. Fungsi dan tujuan berpakaian
Adapun fungsi berpakaian muslim dan muslimah adalah untuk
menjaga kehormatan dan harga diri, sebagai identitas muslim dan
muslimah, serta untuk menghindari kemungkinan terjadinya ancaman
dan gangguan dari pihak lain.
Adapun tujuan berpakaian diantaranya adalah:
1. Untuk Menutup aurat 2. Melindungi diri dari cuaca panas 3. Sebagai sarana ibadah 4. untuk menghindari dari godaan setan 5. Sebagai identitas muslim 6. Memperoleh rida Allah swt 7. Memperindah penampilan18
3. Konsep pembinaan
a. Pengertian pembinaan
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina.19 Pembinaan adalah
proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.
Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah “segala hal usaha, ikhtiar dan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta
pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah”.
Pembinaan juga dapat diartikan bantuan dari seseorang atau
sekelompok orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain
18
anikrochim, tujuan berpakaian dalam islam, dalam https://pojokgarasiblog.wordpress.com/2013/03/19/tujuan-berpakaian/, diambil pada tanggal 10 november 2016 pukul 20:12 wita.
19 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001).
mailto:[email protected]://pojokgarasiblog.wordpress.com/2013/03/19/tujuan-berpakaian/
-
19
melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan,
sehingga tercapai apa yang diharapkan.20
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan
terdapat unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan
pembinaan. Selain itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan
adanya perencanaan, pengorganisasian (pelaksanaan), dan pengendalian
(monitoring dan evaluasi).
b. Metode pembinaan
Dalam pembinaan akhlak dilakukan secara sadar dari guru akidah
akhlak kepada siswa agar proses pertumbuhan berdasarkan norma-norma
yang islami, agar terbentuk keperibadiannya menjadi keperibadian muslim
sesuai dengan peribadi Rasulullah SAW. Dalam proses pebentukan akhlak
memiliki beberapa metode yaitu:
(1) Metode keteladanan yaitu sesuatu yang pantas untuk di ikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan, Manusia teladan harus di contoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, meneladani sikap Rasulullah SAW dengan cara tidak berbohong, tidak menjelek-jelekkan orang lain dan lain-lain, (2) Metode Pembiasaan, merupakan kebiasaan yang baik dapat menempa peribadi yang berahlak mulia, pribadi yang mulia akan membuat setiap manusia lebih bisa menjadi lebih baik lagi, (3) Metode Nasihat yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut, (4) Metode Cerita yang mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi, ataupun hanya rekaan saja, (5) Metode Perumpamaan yaitu metode yang banyak dipergunakan dalam Al-Qur’an dan hadits untuk mewujudkan ahklak mulia,(6) Metode Ganjaran, metode ini juga penting dalam pembinaan
20
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras, 2009), h. 144.
-
20
ahklak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment dalam pendidikan Barat.21
c. Jenis pembinaan
(1) Pembinaan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME, dengan cara saling menghormati dengan agama-agama lain serta melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, (2)Pembinaan budi pekerti luhur atau ahklak mulia, dengan mengikuti tata tertib dan aturan sekolah yang telah ditetapkan,(3)Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan dan bela Negara, dengan cara melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagai warga Negara,(4)Pembinaan prestasi akademik , seni, olah raga sesuai dengan bakat dan minat, mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia,(5)Pembinaan kreativitas, ketrampilan dan kewirausahaan, mengembangkan kreativitas dengan cara berani menciptakan suatu bidang yang bisa mengasah kemampuan setiap siswi.22
G. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan
yang dihadapi. Sedangkan penelitian dalam pendidikan adalah cara yang
digunakan orang untuk mendapatkan informasi yang berguna dan dapat
dipertanggung jawabkan mengenai proses kependidikan.23
1. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian ini merupakan suatu konsep secara menyeluruh yang
didalamnya terdapat metode atau cara kerja tertentu. Menurut Denzin dan
Lincoln dalam Moleong menyatakan bahwa “penelitian kualitatif adalah
21
Anni mufidah, “metode-metode pembinaan akhlak” dalam http://.blogspot.co.id/2016/05/metode, diambil tanggal 8 maret 2017 09.31 WITA.
22 Ahap idin, “pembinaan kesiswaan”, dalam https://.wordpress.com/2009/03/20 diambil
tanggal 25 februari 2007, pukul 10.51 WITA. 23 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidika, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2011), h. 32.
http://.blogspot.co.id/2016/05/metodehttps://ahapidin.wordpress.com/2009/03/20
-
21
penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsikan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada”.24 Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen dalam bukunya
Nurul Ulfatin menjelaskan “penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.25 Dapat dipahami bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data yang terbentuk
kata-kata, kalimat-kalimat dan tidak menggunakan rumus statistik dan
bergantung pada pengamatan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Alasan peneliti
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif ini adalah untuk dapat
menguraikan dan memahami tentang upaya guru akidah akhlak yang
dilakukan dalam membina etika berpakaian siswi dan menjadikan peneliti
memiliki hubungan yang lebih baik dengan responden, sehingga dalam
mengumpulkan data dan informasi dalam penelitian, peneliti tidak mengalami
kesulitan.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti dilokasi penelitian sesuai dengan ciri penelitian
kualitatif dimana peneliti adalah instrumen kunci, dalam artian peneliti
langsung sebagai pengumpul data dengan demikian kehadiran peneliti di
lapangan mutlak dibutuhkan. Adapun peran peneliti sebagai instrument kunci
24 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), h. 5. 25 Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif DibidangPendidikan: Teori dan
Aplikasinya, (Malang: Bayumedia Publishing, 2013), h. 23.
-
22
dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian atau meneliti,
mengumpulkan data, mengidentipikasi atau mengelompokan data,
merefleksikan data dan menjadi penentu penelitian dilapangan. Kehadiran
peneliti bukan ditunjukan untuk mempengaruhi subyek penelitian tetapi untuk
mendapat data dan informasi yang akurat. Maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa metode seperti metode observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Dalam pelaksanaanya peniliti mendatangi lokasi dari tanggal 11 April
2017s/d 22 April 2017. Pada waktu-waktu tertentu baik terjadwal maupun
tidak terjadwal secara formal. Apabila dalam analisis nanti terdapat
kekurangan data dan informasi, maka peneliti kembali kelokasi penelitian
untuk melengkapi data dan informasi tersebut hingga benar dan dapat
dipertanggung jawabkan.
3. Sumber data
Untuk memperolah data dan informasi yang valid dan yang meyakinkan
kaitannya dengan upaya guru akidah akhlak dalammembina Etika berpakaian
siswi di MA NW Bungtiang, maka sumber data sangat diperlukan.
Sumber data dalam penlitian ini adalah subjek atau orang yang akan
memberikan data atau informasi tentang apa yang akan diteliti. Mengingat
sumber data yang diamati cukup banyak maka peneliti mengambil sumber
data sebagai ketentuan yang belum tentu berlaku. Dalam melakukan
penelitian, peneliti memilih sumber data yang dapat membantu untuk
mendapatkan data yaitu:
-
23
1) Kepala Madrasah MA. NW. Bungtiang, data yang di dapatkan dari
kepala sekolah ialah bagaimana etika berpakaian siswi yang sering
dilakukan siswi di Madrasah seperti menggunakan pakain yang tidak
sesuai dengan aturan yang ada di Madrasah ada yang menggunakan
pakaian ketat tidak sesuai dengan aturan Madrasah, ada yang
menggunakan pakain yang agak kebesarn dan lain-lain.
2) Guru Akidah Akhlak di MA. NW Bungtiang, data yang di dapatkan
dari guru Akidah Akhlak berupa kendala-kendala yang dihadapi oleh
guru Akidah Akhlak dalam mimbina etika berpakaian siswa. Data-
data yang di dapatkan dari guru Akidah Akhlak ialah kendala yang
dihapadi saat menangani siswi yang berpakain tidak sesuai dengan
aturan sekolah.
3) Siswa-siswa, data yang di butuhkan dari siswa ialah data etika
berpakaian siswi.
4. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara
sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan kesahihianya
(validitas).
Observasi merupakan proses yang kompleks, yang tesusun dari proses
biologis dan psikologis. Dalam menggunakan teknik observasi yang
-
24
terpenting ialah mengandalkan pengamatan dan ingatan si peneliti.26
Sehubungan dengan ini jika dilihat dari macam-macam observasi, dapat
dibedakan peranan penelitiannya, dibedakan menjad dua yaitu: observasi
partisipan dan observasi non-partisipan.
1) Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan oleh penelitii yang
berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan objek
topik penelitian. Biasanya penelitian tinggal bersama objek dan ikut
terlibat dalam semua aktivitas dan perasaan mereka. Selanjutnya, peneliti
melakukan dua peran, yaitu pertama, berperan sebagai anggota dalam
kehidupan masyarakat, kedua, peneliti juga sebagai pengumpul data
tentang perilaku objek yang akan diteliti dan perilaku individualnya.
2) Observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikan peneliti
sebagai penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang
menjadi topik penelitian. Dalam observasi jenis ini peneliti melihat atau
mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di
dalamnya. Peneliti berbeda jauh dari fenomena topic yang diteliti.27
Dari kedua macam observasi di atas peneliti menggunakan observasi
non-partisipan yaitu peneliti sebagai pengamat atau penyaksi terhadap gejala
ataua kejadian yang mennjadi topik penelitian. Dalam observasi jenis ini
peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi tertentu tanpa partisipasi
26
Husaini Usman dan Purnomo Setiaady Akbar, Metodologi Penelitian Social , (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h.52. 27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 40.
-
25
aktif di dalamnya. Adapun data yang ingin diperolah dalam observasi ini
adalah:
1) Cara atau etika siswi dalam berpakaian di lingkungan sekolah.
2) Aktivitas guru dalam memberikan pembinaan terhadap siswa
3) Situasi lingkungan sekolah di MA NW Bungtiang.
4) Ruang kelas dan fasilitas kelas
5) Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses Tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-
keterangan.
Dewasa ini teknik wawancara banyak dilakukan di Indonesia sebab
merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam setiap survai. Tanpa
wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh
dengan bertanya langsung dengan responden. Seperti kita lihat atau dengan
lewat teknik wawancara, telivisi atau radio, merupakan teknik yang baik
untuk menggali informasi di samping sekaligus berfungsi memberi
penerangan kepada masyarakat.28
Jenis wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
wawancara semi terstruktur (semi-strukture). Wawancara jenis ini adalah
gabungan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pada wawancara
28
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,
2015), h. 83.
-
26
ini peneliti mengacu pada topik-topik pertanyaan yang sudah ditentukan yang
telah sengaja dirancang untuk semua responden, tetapi pada waktu bersamaan
untuk bagian-bagian tertentu dirancang dengan pertanyaan terbuka agar
responden dapat mengekplorasi dunianya.
Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan masalah atau
mendalami subjek yang akan diteliti, dan informan lebih bebas dalam
mengeluarkan ide-ide dan informasi mengenai permasalahan yang akan
diteliti. Dalam melakukan penelitian atau wawancara, peneliti harus lebih
teliti dalam mendengarkan dan mencatat informasi yang dikemukan oleh
informan.
Adapaun informasi yang diperoleh dalam wawancara ini adalah:
1) Etika berpakaian siswi di MA NW Bungtiang.
2) Kendala yang dihadapi guru akidah akhlak dalam membina etika
berpakaian.
3) Upaya yang dilakukan guru akidah akhlak dalam membina etika
berpakaian siswi di MA NW Bungtiang.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.
Keuntungan menggunakan dokumentasi ialah biayanya relatif murah,
waktu dan tenaga lebih efisien. Sedangkan kelemahannya ialah data yang
-
27
diambil dari dokumen cenderung sudah lama, dan kalau ada yang salah cetak,
maka peneliti ikut salah pula mengambil datanya.29
Dari definisi tersebut maka dokumentasi merupakan metode
pengumpulan data, keterangan atau data dengan menggunakan bahan-bahan
tertulis, tercetak atau sesuatu dokumen yang berupap benda-benda tertulus,
peninggalan, daftar gambar foto, denah dan sebagainya.
Adapun dokumen yang akan diperoleh dalam hal ini yaitu:
1) Jadwal kegiatan imtaq MA NW Bungtiang
2) Sejarah berdirinya MA NW Bungtiang
3) Visi dan Misi MA NW Bungtiang
4) Struktur organisasi MA NW Bungtiang
5) Keadaan guru MA NW Bungtiang
6) Keadaan siswa MA NW Bungtiang
7) Keadaan sarana dan prasarana MA NW Bungtiang.
5. Teknik analisis data
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis
data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,
penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social,
akademis dan ilmiah.30
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan tiga langkah analisis data
sebagai berikut:
29 Husaini ,purnomo, Metodologi Penelitian, h. 69.
30 Imam Suprayogo,Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2003), h. 191.
-
28
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, transpormasi data kasar, yang muncul
dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus
selama penelitian berlangsung.
Dalam proses reduks data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan
terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang
merupakan suatu bentuk analitis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diverifikasi.31
Reduksi data berarti merangkummerupakan ringkasan, cerita-cerita apa
yang sedang berkembang. Reduksi data, memilih hal-hal yang pokok yang
kemudian akan dikumpulkan menjadi dalam sebuah dokumen atau file-file
dan kemudian akan diproses menjadi sebuah data dengan analisis, kecerdasan
dan wawasan yang tinggi dalam pengolahan datanya.
b. Penyajian Data
Alur penting berikutnya dalam analisis data adalah penyajian data.
Penyajian data adalah penyajian sekumpulan informasiyang tersusun yang
member kmungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif
pada masa lalu adalah bentuk teks naratif. Teks naratif biasanya terlalu
31
Ibid.,h.193-194.
-
29
bertele-tele dalam menyajikan informasi dan kurang bias menyeedrhanakan
informasi. Disamping itu, dalam teks naratif, peneliti sering menyajikan
datanya secara panjang lebar bahkan sampai ratusan bahkan ribuan
halaman.32
c. Verifikasi data
Verifikasi data adalah proses penemuan bukti-bukti setalah
menyimpulkan data awal yang diperoleh dari lapangan. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan tahap awal didukung oleh bukti yangn kuat
pada saat peneliti kembali ke lapangan sudah kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin
juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan
akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
6. Validitas data
Untuk menetapkan keabsahan data yang diperoleh valid, peneliti
menggunakan beberapa tehnik antara lain :
a. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan atau pengecekan keabsahan data
dengan menggunakan banyaknya sumber data, banyak metode/tehnik
pengumpulan untuk komfirmasi data, banyak waktu dan banyak penyidik
atau investigator.
32
Ibid.,h.194.
-
30
1) Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
informasi atau data yang diperoleh dari sumber/informan yang
berbeda.
2) Triangulasi metode berarti membandingkan dan mengecek kembali
informasi atau data yang diperoleh dari metode pengumpulan data
yang berbeda-beda.
3) Triangulasi waktu berarti peneliti melakukan pengecekan data dengan
waktu yang berbeda.
Triangulasi data pada hakikatnya merupakan pendekatan multi-metode
yang dilakukan peneliti saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide
dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik
sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut
pandang.33
Hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi akan menyesuaiakan
dengan apa yang didengar dan dialami oleh penulis sehingga tidak bertolak
belakang dengan fakta yang terjadi sebenarnya. Teknik ini memadukan
pemeriksaan data dengan menggali informasi dari sumber-sumber penelitian.
b. Kecukupan Refrensi
Kecukupan refrensi berarti bahan-bahan sebagai bukti pendukung untuk
membuktikan data yang ditemukan peneliti.34 Bahan-bahan itu antara lain
33 Sugeng Pujilaksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif , (Malang : Kelompok
Intrans Publishing, 2015), h. 144. 34 Nurul Ulfatin, Metode Penelitian, h. 274.
-
31
catatan lapangan, transkrip wawancara, alat bantu perekam, foto-foto, dan
sebagainya. Dari data-data yang telah dkumpulkan peneliti, akan
dibandingkan dengan kesesuaian refrensi yang telah ada.
H. Sistematika Penelitian
Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini, maka
pembahasan ini di bagi menjadi empat bab. Uraian masing-masing bab ini
disusun sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
pendahuluan merupakan bagian yang berfungsi sebagai pengantar
informasi penelitian yang terdiri dari: konteks penelitian, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian,setting
penelitian,telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB II Paparan Data dan Temuan
Berisikan tentang temuan hasil penelitian yang terdiri dari:
deskriptif secara umum madrasah aliyah NW Bungtiang mencakup tentang:
Sejarah berdirinya, Visi dan Misi, Keadaan guru dan siswa, sarana dan
prasarana, struktur organaisasi, etika berpakaian siswi, upaya guru akidah
akhlak dalam membina etika berpakaian siswi, dan kendala yang dihadapai
dalam membina etika berpakaian.
BAB III Pembahasan
Merupakan pembahasan laporan hasil penelitian tentang: bagaimana
etika berpkaian siswi di MA NW Bungtiang, upaya guru akidah akhlak dalam
-
32
membina etika berpakaian siswi dan kendala yang dihadapi dalam membina
etika berpakaian siswi.
BAB IV Penutup
Merupakan bab penutup pembahasan dan penelitian dalam penulisan
skripsi ini yang berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian secara
keseluruhan dan kemudian dilanjutkan dengan memberi saran-saran sebagai
perbaikan dari segala kekurangan dan disertai dengan lampiran-lampiran.
-
33
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum MA NW Bungtiang
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah NW Bungtiang
Madrasah Aliyah NW Bungtiang Kecamatan Sakra Barat
Kabupaten Lombok Timur merupakan satu lembaga yang bernaung di
bawah Yayasan Pondok Pesantren Hiyatul Ikhwan NW Bungtiang yang
terletak di Jalan Pemban Aji Desa Bungtiang. Lembaga ini didirikan atas
dasar inisiatif pempinan yayasan dan segenap pengurus yang didukung
oleh masyrakat, setelah menjalani rapat setelah lima kali pertemuan
akhirnya MA NW Bungtiang didirikan berdasarkan surat keputusan
yayasan Nomor: Wx/1-b/590/1996 pada tanggal 5 maret 1996.
Adapun letak geografis MA NW Bungtiang, sebagaimana hasil
observasi di lapangan, dengan batasan-batasan wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya dan perumahan
penduduk
b. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk
d. Sebelah barat berbatasan dengan daerah persawahan35
Gedung MA NW Bungtiang dibangun diatas tanah wakaf seluas
1.500 meter persegi dengan perincian bangunannya sebagai berikut:
35
MA NW Bungtiang, Sakra Barat 12 April 2017.
33
-
34
a. Ruang Kepala Madrasah :1 Ruang
b. Ruang Wakamad :1 Ruang
c. Ruang Belajar : 6 Ruang
d. Ruang Guru : 1 Ruang
e. Ruang Tata Usaha : 1 Ruang
f. Perpustakaan : 1 Ruang
g. Mushola : 1 Ruang
h. Ruang BK : 1 Ruang
i. Ruang Koperasi : 1 Ruang
j. Ruang laboratorium : 1 Ruang
k. Kamar mandi/WC : 2 Ruang36
Melihat kondisi MA NW Bungtiang merupakan tempat yang
strategis untuk menjalankan dan mengemangkan program belajar dan
mengajar yang baik, karena jauh dari keramaian dan kebisingan sehingga
peserta didik akan lebih berkonsentrasi dalam menjalankan proses belajar
mengajar.
MA NW Bungtiang sangat menciptakakn suasana yang kondusif
terhadap proses belajar mengajar, sehingga siswa menjadi lebih efektif
dan nyaman dalam belajar dan bagi para guru dengan kondisi mengajar
yang jauh dari keramaian dan kebisingan, maka proses penyampaian
ilmu pengetahuan tersebut akan lebih efektif dan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
36
Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.
-
35
2. Visi dan Misi MA NW Bungtiang
Visi: Iman Ilmu dan Amal
Misi:
b. Membentuk SDM yang berimtaq, istiqomah, dan berpegang teguh
pada ajaran agama islam.
c. Membentuk peribadi yang muslim dan muslimah, yang berakhlakul
karimah, ikhlas beramal dan berjuang di agama Allah sehingga
nantinya menjadi manusia kaffah.
d. Membentuk peribadi yang muslim dan muslimah, yang tangguh,
terampil dan berbagi ilmu sehingga mampu menghadapi tantangan
masa depan (Globalisasi).37
3. Keadaan Guru MA NW Bungtiang
Guru adalah orang yang paling utama yang bertanggung jawab
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, guru berkewajiban
memberikan materi pelajaran,mengarahkan, membantu serta mengayomi
kearah tujuan yang telah digariskan oleh bangsa maupun agama. Dalam
hal ini dibutuhkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam
melaksanakan tugasnya, baik sebagai guru pendidik umum maupun guru
pendidikan agama islam pada khususnya, oleh karena itu kapasitas dan
kualitas guru tidak bisa diabaikan.
Untuk lebih jelasnya tentang jumlah guru di MA NW Bungtiang
tahun pelajaran 2016/2017 dapat dilihat pada table berikut:
37
Dokumentasi, Papan Visi dan Misi Mdrasah, 21 April 2017.
-
36
Tabel 1
Daftar Nama Guru MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran 2016/2017.38
No Nama L/P Jabatan Bidang studi
yang dipegang
Pend.
Terakhir
1 Muh. Ilhamuddin, S.Pt
L Kamad Biologi S.1
2 Drs.MarzukiHs, M.Pd.I
L Guru SKI S2
3 TGH. Adil Rahmatullah, QH., S.Pd.I
L Guru Fiqh S.1
4 Ust. H. Muh. A'rof Rm, QH., S.Pd.I
L Guru Ke-NW-an,
ta’lim S.1
5 Riani, S.Pd P Guru,
Bendahara BK S.1
6 Siti Zamraini, S.Pd.I P Waka kurikulum Bhs.Arab, Nahwu
S.1
7 Sukarnawadi, S.Pd L Waka kesiswaan KWN S.1 8 Hamni Husnaini, SE P Kep.perpustakaan Ekonomi Akun S.1
9 Muhammad Yusuf, SH
L Kep. TU TIK S.1
10 Lalu Moh. Redwan, S.Pd
L Guru Matematika S.1
11 Jufriadi, S.Pd.I L TU TIK DIII
12 Mutia DestrimiyanI, S.Pd
P Guru Fisika S.1
13 Kus Endang Mariana, S.Pd
P Guru Bhs. Inggris S.1
14 Syamsul Hakim, S.Pd
L Guru Sejarah S.1
15 Mahdan, S.Pd L Guru Penjaskes S.1
16 Muhammad Zainul Amri, S.Pd
L Guru Sosiologi S.1
17 Nurilah, S.Pd P Guru Geografi S.1
18 Muh. Bohari Muslim, QH.,S.Pd.I
L Guru Aqidah,
Quran hadis S.1
38
Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.
-
37
19 Maftuhatul Asrhaini, S.Pd
P Guru Seni budaya S.1
20 Ilik Sukmawati, S.Pd P Guru Bhs. Inggris S.1
21 M. Syamsul Rasyid, QH., S.Pd.I
L Guru Aqidah, SKI S.1
22 Lalu Mawardi, QH., S.Pd.I
L Guru Fiqh, SKI S.1
23 Budi Kariawan, S.Pd L Guru Bhs. Indonesia S.1 24 Muh. Wahyudi, S.Pd L Guru Kimia S.1 25 Tilawati Arani, S.Pd P Guru Bhs. Asing S.1 26 Miftachul Panani L Guru Penjaskes SLTA
Dari tabel di atas, maka dapat dikemukakan bahwa keadaan guru
MA NW Bungtiang dapat dikatakan cukup baik karena sebagian besar
gurunya adalah lulusan pergguruan tinggi S.1 dan DIII bahkan ada yang
lulusan S.2.
4. Keadaan Siswa-Siswi MA NW Bungtiang
Dalam proses belajar, siswa menduduki peran yang sangat penting,
karena siswa yang menjadi tolak ukur berhasilnya proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, keberadaan dan peran aktif siswa mutlak
diperlukan dalam proses pembelajaran.
Adapaun keadaan siswa di MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran
2016/2017 dengan jumlah siswa 169 dengan perincian dapat dilihat pada
tabel berikut:
-
38
Tabel 2
Keadaan siswa MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran 2016-2017.39
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kelas X
30
32
62
2 Kelas XI
25
33
58
3 Kelas XII 20
29
49
Jumlah 75 94 169
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa-
siswi di MA NW Bungtiang jumlah siswa yang perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah siswa yang laki-lak. Di Madrasah Aliyah
NW Buntiang juga setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah
siswa.
5. Keadaan Sarana dan Prasarana MA NW Bungtiang
Dalam menunjang kegiatan proses belajar pembelajaran dalam
pencapaian pelaksanaan pendidikan dan pengajaran maka salah satu
upaya yang dilakukan adalah menyediakan sarana dan prasarana
pendidikan. MA NW Bungtiang menyediakan sarana dan prasarana
pembelajaran sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
39
Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.
-
39
Tabel 3
Keadaan Sarana dan Prasarana MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran
2016/2017.40
No Perlengkapan Jumlah Kondisi
Baik Kurang Baik
1 Ruang Kepala Madrasah 1 lokal 2 Ruang Kamad 1 lokal 3 Ruang Belajar 6 lokal 4 Ruang Guru 1 lokal 5 Ruang Tata Usaha 1 lokal 6 Ruang Pereustakaan 1 lokal 7 Mushola 1 lokal 8 Ruang Bk 1 lokal 9 Ruang Koperasi 1 lokal 10 Ruang Laboratorium 1 lokal 11 Kamar Mandi/Wc 2 lokal
Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami bahwa sarana dan
prasarana di MA NW Bungtiang cukup baik untuk mendukung efektifitas
pelaksanaan poses belajar mengajar di sekolah. Meskipun demikian,
untuk memperoleh hasil maksimal, MA NW Bungtiang terus membenahi
atau melengkapi sarana dan prasarana oleh pihak sekolah. Untuk itu perlu
sekali bagi MA NW Bungtiang untuk lebih meningkatkan sarana dan
40
Dokumentasi, Profil Sekolah Laporan Bulanan, Sakra Barat 20 April 2017.
-
40
prasarana yang masih kurang supaya meningkatkan mutu pendidikan bagi
siswa-siswinya dapat lebih meningkat dan lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya. Dengan adanya peningkatan perlengkapan sarana dan
prasarana tersebut maka tujuan dari pendidikan itu akan tercapai sesuai
dengan yang diingnkan oleh semua pihak, baik pihak sekolah maupun
pihak masyarakat.
6. Struktur Organisasi MA NW Bungtiang
Sebagai suatu lembaga atau organisasi, struktur organisasi harus ada
sebagai gambaran terorganisasinya pembagian tugas dalam organisasi atau
lembaga tersebut. Demikian pula lembaga pemdidikan sudah seharusnya
ada. Hal ini mengingat pentingnya suatu organisasi dalam menunjang maju
atau mundurnya proses belajar mengajar pada lembaga tersebut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
-
41
Gambar 1
Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Bungtiang Tahun Pelajaran
2016/2017.41
41
Dokumentasi, Papan Struktur Organisasi, 21 April 2017.
PENGURUS YAYASAN
H.SUPARMAN, S.Pd
KEMENTERIAN AGAMA
WAKA KURIKULUM
SITI ZAMRAINI, S.Pd.I
WAKA SARANA
HAMNI HUSNAENI, SE
WAKA HUMAS
SITI ZAMRAINI, S.Pd.I
WAKA KURIKULUM
SITI ZAMRAINI, S.Pd.I
KOMITE MADRASAH
H.WILDAH HASAN, S.Pd
KEPALA MADRASAH
M. ILHAMUDDIN, S.Pt
BK/BP
RIANI, S.Pd
GURU WALI KELAS
OSIMA
SISWA
KEPALA TATA USAHA
MUHAMMAD YUSUF, SH
BENDAHARA
RIANI, S.Pd
STAF TATA
1. JUFRIADI, A.Ma 2. SAMSUL HAKIM,
S.PD
PUSTAKAWAN
FAIZAH, A.Md
-
42
B. Etika Berpakaian Siswi di MA NW Bungtiang
Pakaian merupakan kebutuhan lahir yang utama bagi setiap orang
dalam kehidupannya. Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi dua
bentuk pertama, pakaian untuk menutupi aurat tubuh sebagai realisasi dari
perintah Allah. Bagi wanita seluruh tubuhnya, kecuali tangan dan wajah dan
bagi pria menutup aurat di bawah lutut dan di atas pusat. Dari batasan yang di
tetapkan oleh Allah SWT, ini kemudian melahirkan kebudayaan berpakaian
sopan dan enak di lihat. Dari cara berpakaian sopan dan enak dilihat. Dari cara
berpakaian yang demikian kita aman dan tenang karena pakaian yang
digunakan memenuhi kewajaran pikiran manusia, kedua, pakaian merupakan
perhiasan yang menyatakan identitas diri sebagai konesekuensi perkembangan
peradaban manusia.
Menurut hasil observasi peneliti di lapangan, Bentuk atau cara
berpakaian siswi di MA NW Bungtiang dapat digolongkan menjadi tiga
macam cara berpakaian. Yaitu, yang pertama cara berpakaian siswi yang
sesuai dengan aturan, kedua cara berpakaian siswi yang tidak sesuai dengan
aturan atau siswi yang melanggar aturan dan yang ke tiga cara berpakaian
siswi yang melebihi aturan yang sudah titetapkan.42
Berdasarkan uraian di atas etika berpakaian siswi di MA NW
Bungtiang bisa dikatakan sebagian siswa berpakain tidak sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan oleh madrasah, dan tidak sesuai dengan etika berpakaian
yang berlaku di dalam madrasah atau di lingkungan masyarakat bahkan dalam
42
Observasi,MA NW Bungtiang, 19 April 2017.
-
43
ajaran agama Islam. Misalkan, salah satunya, yaitu menggunakan rok sempit
dan pendek, rok pendek disini dalam artian menggunakan rok di atas mata
kaki yang sampai memperlihatkan betisnya atau auratnya yang seharuskan
ditutup. Kemudian rok sempit yang dipakai para siswi di sekolah itu bisa
membentuk lekuk tubuh yang tidak sewajarnya digunakan di sekolah dan
dianggap melanggar tata tertib atau nilai-nilai dalam sekolah, adapun siswa
yang mengenakan rok pendek di atas mata kaki yang tidak sesuai dengan
aturan sekolah yang telah ditentukan, dari hal-hal yang dilakukan oleh para
siswi itu bisa membuat teman lainnya terpengaruh dan bisa ikut berpakaian
seperti itu juga.
Ada beberapa aturan tertulis yang diterapkan dalam sekolah
khususnya di MA NW Bungtiang dan apabila aturan tersebut dilanggar atau
dipatuhi maka siswi akan mendapatkan sanksi. Beberapa aturan tertulis yang
diterapkan dalam sekolah:
Siswa/siswi wajib memakai pakaian seragam sesuai dengan model,
bentuk dan warna pada waktu yang telah ditentukan oleh Madrasah :
1. Hari Senin dan Selasa : pakaian seragam putih lengkap atribut, dan khusus pada saat mengikuti upacara bendera menggunakan dasi dan topi.
2. Rabu dan Kamis : Pakaian seragam Pramuka lengkap. 3. Jumat dan Sabtu : Pakaian Seragam Batik Madrasah ,khusus hari
Jumat siswa memakai peci hitam dan siswi menggunakan pakaian sholat dan membawa Al-quran selama mengikuti kegiatan Imtaq.
4. Siswa/siswi wajib memakai pakaian seragam olahraga selama mengikuti pelajaran olahraga.
5. Siswa/siswi diwajibkan memakai lambang sekolah, lambang kelas , sepatu dan Ikat pinggang sesuai dengan ketentuan Madrasah.
6. Pakaian seragam harus dimasukkan kedalam celana (khusus Putra), Pakaian seragam tidak boleh tipis / transparan, harus 10cm di atas
-
44
lutut, dan dilarang menggunakan rok di atas mata kaki (Khusus Putri).
7. Rambut siswa harus pendek dan rapi disemua bagian kepala (panjang rata rata 3 cm ), dan dilarang mewarnai /mengecat rambut.
Adapun model, bentuk dan warna seragam di MA NW bungtiang dapat
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2
Seragam Siswi di MA NW Bungtiang Tahun Pelajaran 2016/2017.43
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa model dan bentuk seragam
siswi di MA NW Bungtiang dengan menggunakan jilbab/kerudung,
menggunakan atribut madrasah, panjang lengan baju sesuai dengan panjang
lengan siswa dan baju harus 10 cm di atas lutut.
43 Dokumentasi, Siswi MA NW Bungtiang, Sakra Barat, 12 juni 2017
-
45
Sedangkan bentuk-bentuk sanksi yang diberikan bapak kepala sekolah
bersama guru-guru di MA NW Bungtiang bagi siswi yang melanggar peraturan
berbusana di atas adalah:
1. Memberikan teguran atau peringatan halus secara lisan, memberikan
teguran secara halus dengan cara memberikan peringatan yang berbentuk
nasehat-nasehat yang baik kepada siswa yang melakukan pelanggaran
kepada siswa, sedangkan teguran secara tertulis ialah guru memberikan
surat teguran kepada siswa yang mempunyai masalah dan harus
disampaikan kepada orang tua wali siswa.
2. Dipanggil dan diserahkan ke bagian bimbingan dan konseling, siswa yang
bermasalah atau siswa yang melakukan pelanggaran sekolah akan
ditangani oleh guru bimbingan konseling di sekolah, karena guru BK yang
mempunyai hak untuk menangani kasus yang ditangani oleh siswa.
3. Memberikan skorsing bagi siswi yang telah diberikan teguran kemudian
tidak mematuhinya dalam jangka waktu yang telah diberikan, memberikan
skorsing kepada siswa itu berupa tidak boleh masuk sekolah selama 3 hari,
dan apabila siswa mengulanginya lagi maka akan ditambah jumlah hari
skorsing sebanyak 5 hari, dan apabila siswa masih tetap melanggar akan
diberikan surat kepada orang tua wali untuk ditangani.
4. Dikembalikan kepada orang tua/wali murid masing-masing, siswa yang
sering melakukan pelanggaran atau melanggar etika berpakaian di sekolah
-
46
biasanya pihak sekolah akan memanggil orang tua/wali murid dari siswa
yang bersangkutan.44
Menurut Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, berpakaian sangat
diutamakan karena peraturan berpakaian sudah dipampang di depan sekolah,
dan juga karena pakaian merupakan salah satu cerminan perilaku siswa siswi
dalam sekolah yang akan di terapkan dalam lingkungan masyarakat.45
Menurut hasil wawancara lainnya seperti yang diajarkan oleh agama islam
yaitu menutupi keseluruhan tubuh ( aurat ) kecuali telapak tangan dan wajah,
menutupi aurat akan menghiasi dan memperindah penampilan dan mencegah
pandangan nafsu.46
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
etika berpakaian di sekolah MA NW Bungtiang sangat ditekankan karena
adanya peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak madrasah yang harus
dipatuhi oleh siswa, untuk menyadarkan bagaimana pentingnya menjaga aurat,
oleh sebab itu sekolah dan guru agama sangat berperan penting dalam
mendidik anak bagaimana cara berpakaian yang baik dan benar dalam
lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial.
Menurut para siswi ketika mewancarai beberapa siswi seperti: hasil
wawancara dengan peneliti dengan Fitria siswi kelas XII mengatakan bahwa :
44 Dokumentasi, tata tertib siswa dan siswi Madrasah Aliyah NW Bungtiang, Sakra Barat,
20 april 2017. 45
Syamsul Rasyid, Wawancara, Buungtiang Sakra Barat, 13 April 2017. 46
Bohari Muslim, Wawancara, Buungtiang Sakra Barat, 14 April 2017.
-
47
Berbusana yang sopan memiliki pengaruh yang sangat positif dalam kehidupan sehari-hari, karena menurut saya apabila mengenakan pakaian yang sopan saya akan tambah disenangi dan disayangi oleh para guru dan teman-teman, dan bahkan saya merasa sadar dan merasa malu lagi untuk banyak ngerumpi dan bicara tentng yang kotor-kotor karena bagaimanapun busana sudah menjadi banteng nafsu bagi saya.47
Berpakaian yang sopan ditengah-tengah lingkungan sekolah merupakan
benteng yang kokoh bagi wanita yang menjaga diri dari api neraka. Disamping
itu, berpakaian yang sopan dapat menjaga wanita dari pandangan laki-laki yang
tidak berprilaku sopan.48
Menurut Herna Kartika Fitrian siswa kelas XI mengatakan bahawa:
“berpakaian yang sopan mempunyai nilai ibadah di sisi Allah dan jika kami
tidak berpakaian yang sopan maka orang akan memandang kita dengan
nafsunya, setelah saya berpakaian yanag sesuai dengan ajaran islam ini dengan
rutin artinya tidak terlihat aurat saya, jadi saya merasa canggung untuk keluar
rumah dengan tidak menggunakan jilbab. 49
Lebih lanjut Nuraini siswi kelas XII menjelaskan bahwa: “banyak
kecelakaan pada muda-mudi, itu semua disebabkan oleh ketidak sopanaan di
dalam berpakaian, dimana pemuda-pemudi cenderung menuru gaya berpakaian
orang barat, dapahal itu sangat mencelakaak diri mereka, maka salah satu
solusinya adalah dengan memotivasi diri kita dari ajaran agama atau yang tidak
menyesatkan.50
Mula-mula saya mengenakan jilbab karena adanya peraturan di madrasah
yang mengharuskan siswi harus berpakaian sesuai dengan peraturan yang telah
47
Fitria Handayani, Wawancara Bungtiang Sakra Barat, 16 April 2017. 48 Hesti Budi Astuti, Wawancara, Bungtiang Sakra Barat, 16 April 2017. 49
Herna Kartika Fitrian, Wawancar