UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK TERPUJI SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN DARING DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1
PUNUNG PACITAN
Tahun Pelajaran 2020/2021
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Oleh:
BERLIAN PUTRI KUMALASARI
G000170020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan
saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 21 Juli 2021
Penulis
BERLIAN PUTRI KUMALASARI
G000170020
1
UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK TERPUJI SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN DARING DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI 1 PUNUNG PACITAN
Tahun Pelajaran 2020/2021
Abstrak
Tugas dan usaha pendidikan mewajibkan seorang pendidik untuk menanamkan
akhlakul karimah terhadap peserta didiknya. Pada mata pelajaran PAI seorang
guru agama memiliki tanggung jawab guna mencetak manusia yang berakhlak
mulia. Pada pembelajaran daring sangat penting adanya pembinaan akhlak demi
kebaikan siswa itu sendiri. Masing-masing pendidik memiliki metode dan upaya
yang berbeda dalam melakukan pembinaan sesuai dengan situasi yang dirasakan.
Akan tetapi tetap memiliki tujuan yang sama yaitu merealisasikan pembinaan
sampai mendapat hasil terbaik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Informan penelitian ini adalah 2 orang guru PAI SMP Negeri 1 Punung
Pacitan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan
dengan penghimpunan data, klarifikasi data, dan penyimpulan data. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Upaya pembinaan akhlak yang dilakukan
guru PAI antara lain memberi bimbingan dengan menggunakan jurnal ibadah,
merangkum isi tausiyah, penyampaian materi yang berkaitan dengan akhlak
terpuji yang disampaikan melalui chat grup dan chat pribadi (jika perlu) kepada
siswa, memberikan keteladanan, dan memberikan pembiasaan yang baik kepada
peserta didik. Media yang digunakan antara lainWhatsapp dan Zoom. (2) Faktor
pendukung yang ditemukan yakni kerjasama yang baik antar orang tua, wali
kelas, guru, dan teman sebaya. Sedangkan faktor penghambatnya yakni
komunikasi, lingkungan, keberagaman sifat peserta didik. (3) Gambaran akhlak
siswa selama pembelajaran daring di SMP Negeri 1 Punung Pacitan secara
keseluruhan dianggap belum terlalu menampakkan hasil yang baik, akhlak siswa
yang dapat diamati yakni akhlak dalam hal beribadah, berpakaian, dan kesopanan.
Kata Kunci: akhlak terpuji, pembelajaran daring, upaya guru pai
Abstrack
The duties and efforts of education require an educator to instill morality in their
students. In PAI subjects, a religious teacher has a responsibility to produce
human beings with noble character. In online learning, it is very important to have
moral development for the good of the students themselves. Each educator has
different methods and efforts in conducting coaching according to the perceived
situation. However, they still have the same goal, namely to realize the coaching
to get the best results. This research uses descriptive qualitative method. The
informants of this study were 2 PAI teachers of SMP Negeri 1 Punung Pacitan.
This study uses data collection techniques through interviews, observation and
documentation. The data analysis technique used was data collection, data
clarification, and data conclusion. The results of this study indicate that: (1) The
efforts to build morals carried out by PAI teachers include providing guidance by
using prayer journals, summarizing the contents of tausiyah, delivery of material
related to praiseworthy behavior through group chats and private chats (if
2
necessary) to students, provide examples, and provide good habits to students.
The media used include Whatsapp and Zoom. (2) The supporting factors found
were good cooperation between homeroom parents, teachers, and peers. While
the inhibiting factors are communication, environment, diversity of students'
characteristics. (3) The description of students 'morals during online learning at
SMP Negeri 1 Punung Pacitan as a whole is considered not showing good results,
students' morals that can be observed are morals in terms of worship, dress, and
politeness.
Keywords: commendable morals, online learning, PAI teachers
1. PENDAHULUAN
Pendidikan Pendidikan adalah sarana yang ditempuh oleh manusia guna membantu setiap
individu untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Pendidikan dianggap sebagai
aktifitas kultural dan fundamental dalam kehidupan manusia, pendidikan memiliki peranan
penting dalam keberlangsungan kehidupan bernegara karena pendidikan sebagai wahana
dalam terbentuknya kepribadian guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
bisa membawa kearah lebih baik. Dalam pendidikan terdapat interaksi nyata antara
pendidik atau disebut dengan guru dengan para peserta didik guna mencapai tujuan
pendidikan yang telah terencana pada lingkungan tertentu. Dalam dunia pendidikan
memiliki tujuan utama yang harus dicapai oleh setiap lembaga sekolah yakni
mengembangkan pengetahuan siswa, mengembangkan sikap positif siswa, dan
mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Salah satu yang
cukup penting dalam proses pendidikan siswa dibimbing untuk mengembangkan nilai atau
sikap dalam pembelajarannya sehingga dunia pendidikan tidak boleh meremehkan mata
pelajaran yang berhubungan dengan pembentukan karakter salah satunya Pendidikan
Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu dari tiga kurikulum wajib
yang diselenggarakan pada sekolah umum dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Tujuan diselenggarakannya yaitu mengajarkan peserta didik untuk menanamkan nilai
keislaman dalam diri setiap individu sehingga para peserta didik diharapkan bisa menjadi
muslim yang mempunyai pengetahuan secara kaffah (muslim yang memiliki pemahaman
akan hak dan kewajiban untuk berbuat baik kepada seluruh makhluk-Nya dan senantiasa
berbakti kepada Allah Swt.
3
Tugas dan usaha pendidikan nasional mewajibkan seorang pendidik untuk
menanamkan akhlakul karimah terhadap peserta didiknya. Pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam banyak diajarkan mengenai nilai-nilai keagamaan yang bermanfaat bagi
bekal kehidupan peserta didik. Peran seorang guru terkhusus guru Pendidikan Agama
Islam bukan hanya menyampaikan materi pelajaran dan mentransfer ilmu kepada peserta
didiknya namun juga harus mampu memberikan bimbingan dan mendidik para siswa
melalui Pendidikan Agama Islam sehingga dapat membina akhlak terpuji siswa hingga
para siswa bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembinaan akhlakul karimah pada generasi muda saat ini sangatlah dibutuhkan
karena semakin berkembangnya zaman dan teknologi akan semakin membuka
pengetahuan para siswa tentang segala hal dunia luar, kelak merekalah yang akan
memegang masa depan dan memimpin agama & bangsa. Usaha pembinaan akhlakul
karimah dalam lembaga pendidikan bisa dilakukan melalui berbagai macam metode, setiap
sekolah tentunya mempunyai cara yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Dengan
dikembangkannya metode yang ada pembinaan tersebut akan menampakkan hasil yang
baik yakni terbentuknya pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat, dan patuh kepada
Tuhan, serta menyayangi semua ciptaan-Nya.
Guru Pendidikan Agama Islam dimata masyarakat diposisikan menjadi pendidik
yang mampu memberikan kecerdasan spiritual bagi peserta didik. Dalam membina peserta
didik seorang guru akan menunjukkan pembawaan diri yang baik dan sigap ketika
siswanya membutuhkan pertolongan, dan senantiasa memberikan contoh perilaku yang
baik, menerapkan keteladanan yang bisa ditiru peserta didik perihal sikap dan perilaku
yang baik dalam berkehidupan sehari-hari. Hal tersebut perlu diperhatikan karena guru dan
lingkungan sekolah berperan sebagai suri tauladan terhadap peserta didik, maka dari itu
perlu untuk menjaga sikap agar siswa bisa mencontoh hal-hal baik dari seorang guru. Pada
dasarnya guru adalah digugu dan ditiru.
Pentingnya pembinaan akhlakul karimah bukan hanya dilakukan oleh guru dan
berada di lingkungan sekolah saja namun juga memerlukan peran semua lapisan
masyarakat untuk memberi keteladanan kepada generasi muda saat ini. Apalagi pada masa
pandemi dimana beberapa lembaga pendidikan memutuskan untuk melakukan
pembelajaran daring sehingga lingkungan lebih berperan besar dalam mempengaruhi
4
pembentukan akhlak siswa. Hal tersebut patut menjadi perhatian lebih karena karakter
setiap individu tidak bisa terbentuk secara langsung, yakni melalui terbentuk proses
kehidupan yang panjang sehingga terbentuklah suatu karakter manusia.
Pengamatan sementara dari penulis, SMP Negeri 1 Punung Pacitan memiliki
beberapa guru yang sangat memperhatikan perkembangan perilaku siswanya, guru
Pendidikan Agama Islam yang memiliki tanggung jawab khusus dalam pembinaan
perkembangan akhlak terpuji siswa cukup merasa khawatir dalam pemilihan metode
pembinaan akhlak terpuji peserta didiknya selama pembelajaran daring. Ketika daring
siswa 24 jam berada di rumah maka menjadi hal baru untuk guru Pendidikan Agama Islam
dalam melakukan pembinaan akhlak siswa dengan hanya mengandalkan alat komunikasi.
Jika pada pembelajaran offline praktek materi Pendidikan Agama Islam bisa dipantau
secara langsung sehingga memudahkan guru untuk mengamati apakah siswa tersebut
benar-benar menerapkan keteladanan yang telah diberikan atau tidak.
Dari latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah yaitu: Pertama, Apa saja
upaya guru PAI dalam melakukan pembinaan akhlak terpuji siswa melalui pembelajaran
daring di SMP Negeri 1 Punung Pacitan. Kedua, Apa faktor penghambat dan pendukung
dalam pembinaan akhlak terpuji siswa selama pembelajaran daring di SMP Negeri 1
Punung Pacitan. Ketiga, Bagaimana gambaran akhlak siswa selama pembelajaran daring
yang ditemukan oleh guru PAI di SMP Negeri 1 Punung Pacitan.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan program pembinaan akhlak
terpuji siswa pada saat pembelajaran daring di SMP Negeri 1 Punung Pacitan tahun
pelajaran 2020/2021. Secara teoritis penelitian ini diharapkan memperkaya khazanah
keilmuan pada bidang pendidikan khususnya mengenai pembinaan akhlak selama
pembelajaran daring serta membuka wawasan dan berkontribusi memberikan gambaran
atau ide pemikiran baru.
Adapun manfaat praktis yaitu: Untuk Universitas, menambah referensi bacaan bagi
mahasiswa yang lain, menjadi masukan dalam mengembangkan literatur pendidikan Islam
agar tujuan pendidikan dan tujuan Nasional pendidikan bisa tercapai dengan baik. Untuk
Sekolah, menjadi masukan untuk guru dan kepala sekolah dalam memilih metode dan
kebijakan dalam membimbing akhlak peserta didik agar bisa lebih baik lagi kedepannya.
Untuk Guru, agar lebih mengetahui tanggung jawab dan tugas yang diembannya sebagai
5
guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa melalui
pembinaan akhlak siswa. Untuk Siswa, menjadi pemahaman baru untuk siswa agar siswa
lebih mengerti pentingnya peran guru. Untuk Orang Tua, bisa menambah wawasan bahwa
lembaga pendidikan bukan hanya bertanggung jawab untuk pengetahuan umum siswa
namun juga memperhatikan karakter siswa. Untuk Pembaca, menjadi penambah wawasan
baru mengenai pembinaan akhlak siswa selama pembelajaran daring, dan menambah
pengetahuan mengenai sistematika penulisan penelitian. Untuk Peneliti, mendapatkan
pengetahuan baru tentang topik yang diteliti, serta pengalaman baru yang bermanfaat untuk
dijadikan bekal dalam menapaki dunia pendidikan kedepannya.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan. Objeknya guru PAI SMP Negeri 1
Punung Pacitan. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksutnya, objek dengan
apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Teknik pengumpulan data dengan
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini analisis datanya
menggunakan kualitatif deskriptif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Pembelajaran Daring
di SMP Negeri 1 Punung Pacitan
Pembinaan akhlak terhadap siswa oleh guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1
Punung Pacitan dirasa sangat penting guna kebaikan peserta didik. Menurut Sudirman
upaya guru PAI membina akhlak terpuji siswa yakni bentuk dari tanggung jawab atas tugas
seorang guru yaitu sebagai khalifah di muka bumi yang menyebarkan ilmu pengetahuan
kepada siswa-siswi serta mampu membentuk kepribadian baik siswa sesuai dengan ajaran
agama Islam.
Adanya berbagai macam upaya dalam pembinaan akhlak siswa sebagai bentuk
realisasi dari tujuan sekolah itu sendiri yakni tercapainya program pembentukan karakter
yang mulia. Jika tujuan tersebut berhasil dicapai maka akan menghasilkan sumber daya
manusia yang unggul sebagai bekal dimasa depan seperti yang terdapat pada misi
sekolah. Guru PAI SMP Negeri 1 Punung menempatkan perihal ibadah sebagai pokok
6
terpenting dalam proses pembinaan akhlak. Jika siswa mampu taat kepada pencipta maka
akan lebih mudah menyeimbangkan perilaku untuk duniawi dan akhirat.
Upaya pembinaan akhlak menurut Prof Abudin Nata dengan menggunakan
metode keteladanan, metode pembiasaan, dan jika diperlukan bisa menambahkan dengan
metode paksaan. Dikarenakan pembinaan pada situasi belajar tanpa tatap muka maka
guru PAI SMP Negeri 1 Punung menciptakan upaya baru yakni dengan membuat jurnal
ibadah, merangkum tausiyah, diskusi menggunakan aplikasi belajar, ditambah dengan
metode keteladanan dan pembiasaan.
Upaya yang dilakukan guru PAI dalam membina akhlak terpuji siswa melalui
pembelajaran daring sebagai berikut:
3.1 Membuat Jurnal Ibadah
Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Punung bersepakat untuk
membuatkan semacam jurnal yang didalamnya terdapat tabel-tabel berisi kegiatan ibadah
sehari-hari. Tabel tersebut berisi salat wajib, salat dhuha, bacaan doa & dzikir, tadarus,
dan tahfidz surat-surat pendek, serta terdapat paraf orang tua sebagai bukti bahwa anak
telah melakukan kegiatan tersebut. Setiap siswa memiliki jurnal tersebut yang setiap
harinya harus diisi sesuai dengan apa yang dilakukannya, kemudian dikumpulkan satu
bulan sekali per tanggal tiga.
Dengan adanya jurnal tersebut digunakan sebagai sarana dalam pembinaan akhlak
atau bisa disebut penanaman nilai-nilai kebaikan melalui pembiasaan untuk selalu
melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim sesuai dengan perintah Allah Swt.
Diharapkan para siswa benar-benar melaksanakan semua kategori kegiatan yang terdapat
pada jurnal tersebut dan akan menjadi kebiasaan yang baik jika anak pada usia sedini
mungkin sudah mampu melakukan kewajibannya terhadap sang pencipta. Jika anak
sudah menyadari betapa pentingnya patuh terhadap Tuhannya maka ia akan merasa takut
jika akan berbuat dosa maka secara tidak langsung anak akan selalu berusaha untuk
berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Merangkum Tausiyah
Dalam setiap proses pembelajaran para guru Pendidikan Agama Islam SMP
Negeri 1 Punung Pacitan beberapa kali meminta siswanya untuk mencari video tausiyah
yang berdurasi pendek kemudian siswa diminta untuk merangkum apa isi tausiyah yang
7
disampaikan ustad/ustadzah dalam video. Kegiatan merangkum video tersebut Menurut
Ibu Nuraini dilakukan setiap dua minggu sekali sebagai tugas penambah nilai. Tujuan
guru untuk meminta siswanya merangkum tausiyah dianggap bisa menjadi salah satu cara
dalam pembinaan akhlak siswa.
Membina akhlak siswa tidak hanya dengan guru memberi arahan terus menerus.
Dengan merangkum isi tausiyah maka siswa akan mengerti makna kebaikan apa yang
disampaikan pembicara. Anak juga menulisnya sendiri sehingga akan mudah melekat
dalam ingatan apa yang ditulis. Dengan kegiatan tersebut diharapkan para siswa bisa
mendapatkan berbagai pesan-pesan kebaikan yang bisa jadi akan merubah pemikiran
siswa menjadi lebih baik lagi.
3.3 Diskusi dengan Media Aplikasi WhatsApp
Pada pembelajaran daring cukup menyulitkan para guru guna melakukan
pembinaan akhlak. Yang seharusnya pembinaan dilakukan secara langsung namun tidak
bisa karena adanya pandemi Covid-19, jadi para guru Pendidikan Agama Islam SMP
Negeri 1 Punung Pacitan tetap melakukan pembinaan dengan mengandalkan alat bantu
komunikasi yang ada. Setiap guru memilihi Whatsapp sebagai media aplikasi yang
digunakan karena dirasa aplikasi tersebut mudah digunakan setiap pengguna smartphone
dari anak-anak hingga orang dewasa.
Ibu Nuraini dan Bapak Janan membuat grup untuk masing-masing kelas yang
diampunya. Grup tersebut bukan hanya untuk menyampaikan tugas harian namun juga
bisa menjadi sarana untuk pembinaan akhlak. Tak jarang para guru mengadakan diskusi
yang berisi penyampaian materi yang berhubungan dengan akhlakul karimah. Guru
memberikan nasihat-nasihatnya dalam forum tersebut sesuai dengan tema yang dipilih
saat itu.
Kadangkala guru juga melakukan chat pribadi kepada siswanya serta orang tua
siswa jika terdapat masalah kecil yang menyangkut peserta didik. Karena setiap anak
memiliki sifat yang tidak bisa disama ratakan yang bisa jadi salah satu siswa perlu untuk
mendapat perlakuan khusus. Guru tak sungkan mengirim chat pribadi pada siswanya dan
memberi nasihat agar anak bisa mengatasi permasalahan yang sedang ia rasakan.
Tentunya bukan semua masalah namun terkhusus masalah pribadi anak yang bisa
mengganggu ia selama proses pembelajaran.
8
3.4 Metode Pembiasaan
Dalam upaya yang dilakukan para guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1
Punung Pacitan dirasa pembinaan akhlak tidak akan menghasilkan hasil yang efektif jika
tidak diimbangi dengan adanya pembiasaan. Untuk menumbuhkan akhlak atau perilaku
yang baik diperlukan pembiasaan yang harus dilatih sejak dini. Dalam pembinaan yang
dilakukan secara daring maka para guru mengharuskan peserta didiknya untuk menjalani
kebiasaan dasar yang cukup penting untuk dilakukan pada kegiatan sehari-hari.
Pembiasaan yang diterapkan oleh Ibu Nuraini dan Bapak Janan yakni pembiasaan
beribadah tepat waktu. Hal tersebut dirasa paling penting, bukan hanya ketika daring saja
namun juga pada saat luring. Kemudian pembiasaan salam, sapa, dan senyum, sederhana
memang namun perilaku dasar tersebut dapat menjadi hal yang besar kelak jika sudah
terbiasa dilakukan anak sejak dini. Lalu pembiasaan mengumpulkan tugas tepat waktu,
hal tersebut cukup penting bagi para siswa terlebih pada proses pembelajaran daring
sebagian siswa ada yang menganggap remeh tentang pengumpulan tugas-tugas sekolah.
Yang terakhir menurut Bapak Janan terpenting yakni pembiasaan bersifat,berkata, dan
bersikap jujur. Apalah arti akhlak baik tanpa adanya kejujuran dari dalam diri seorang
muslim.
3.5 Metode Keteladanan
Dalam pembinaan akhlak kepada peserta didik, perlulah sebagai seseorang yang
membina anak didik memberikan keteladanan. Hakikatnya seorang anak yang belum
terbilang dewasa maka ia masih sangat mudah terpengaruh perilaku orang-orang di
sekitarnya, dan yang terjadi anak akan meniru apapun yang sering ia lihat dalam
keseharian. Dikarenakan pembinaan pada saat daring ini guru tidak bisa bertemu
langsung dengan siswa maka sulit untuk memberikan teladan.
Ibu Nuraini mengatakan jika hal pertama yang ia lakukan yakni memberi
keteladanan atas dirinya sendiri agar menjadi contoh peserta didiknya. Karena di
lingkungan rumah Ibu Nuraini terdapat beberapa rumah siswanya maka hal yang
dilakukan salah satunya menjalankan shalat berjamaah di masjid dekat rumah, tujuannya
selain beribadah kepada Allah juga agar anak-anak termotivasi seperti gurunya.
Setidaknya anak akan sedikit berfikir bahwa guru bukan hanya modal omongan namun
kenyataannya beliau juga melakukan. Dan pada kenyataannya memang ada siswa yang
9
berubah menjadi lebih baik setelah mengikuti pembinaan dengan sungguh-sungguh,
orang tua siswa itu sendiri yang bilang pada Ibu Nuraini.
Kemudian Bapak Janan berpendapat jika keteladanan yang ia lakukan kepada
peserta didiknya mengenai cara bertutur kata. Menurut beliau anak jaman sekarang
terlebih siswa siswinya di SMP Negeri 1 Punung Pacitan tata krama dalam berbicara
masih sangat kurang, maka dari itu Bapak Janan sebisa mungkin menjaga tutur katanya
ketika menasehati siswa, menegur siswa jika melakukan kesalahan, bahkan untuk
menyampaikan materi pelajaran beliau sangat memperhatikan setiap perkataan yang akan
di ketik di whatsapp.
Salah satu siswa kelas 8 bernama Kayla mengatakan jika pembinaan yang
dilakukan Ibu Nuraini bisa merubah dirinya sedikit demi sedikit. Dengan ketegasan
beliau mampu membuat sebagian siswa yang awalnya merasa takut tapi semakin lama
terbiasa dengan kegiatan positif yang dianjurkan Ibu Nuraini. Menurut Atika siswa kelas
9 bahwa Bapak Janan selalu berusaha menyampaikan hal yang baik dan dengan
kesabarannya membimbing para siswa untuk memiliki perilaku yang mulia.
3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembinaan Siswa Melalui
Pembelajaran Daring di SMP Negeri 1 Punung Pacitan
Pada kegiatan pembinaan akhlak oleh guru PAI terdapat faktor-faktor pendukung
ataupun penghambat yang akan mempengaruhi proses pembinaan serta hasil dari
pembinaan disebut dengan faktor internal dan eksternal. Dalam pembinaan akhlak di
SMP Negeri 1 Punung Pacitan faktor pendukung paling berpengaruh yaitu orang tua, wali
kelas, dan teman sebaya.
3.2.1 Faktor Pendukung
Dalam proses pembinaan yang berlangsung tentunya akan ada faktor-faktor yang dapat
menjadi pendukung dan juga penghambat dalam pelaksanaannya. Di SMP Negeri 1
Punung Pacitan faktor pendukung yang dirasakan oleh guru Pendidikan Agama Islam
yakni Ibu Nuraini dan Bapak Janan yaitu orang tua siswa, wali kelas, dan teman sebaya.
Tidak bisa dipungkiri jika ketiga faktor tersebut memang bisa menjadi pendukung
dikarenakan tiga faktor tersebut merupakan orang-orang terdekat peserta didik.
Orang tua menjadi faktor pendukung utama dalam proses pembinaan akhlak yang
dilakukan oleh guru. Bagaimana tidak, orang tualah yang bersama anak 24 jam. Guru
10
hanya bisa menasehati lewat pesan singkat, memantau hanya pada waktu tertentu ketika
siswa luring, itupun hanya setengah hari saja, selebihnya orang tualah yang diharapkan
guru untuk bisa membantu mengingatkan siswa dalam kebaikan, memantau
perkembangan perilakunya dan menjadi sosok utama ketika anak mengalami kesulitan.
Berikutnya wali kelas juga menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung
pembinaan siswa oleh guru Pendidikan Agama Islam. Wali kelas juga turut serta
memantau tingkah laku peserta didiknya dikarenakan beliau juga turut andil untuk
menjaga anak-anak selagi anak tersebut masih menjadi peserta didiknya.
Wali kelas merupakan guru yang selalu ada untuk siswanya seperti peran guru
menurut Saiful Bahri yang diantaranya sebagai inspirator, motivator dan fasilitator. Peran
tersebut dapat berpengaruh dalam suksesnya proses pembinaan akhlak siswa.
Yang terakhir yakni teman sebaya. Teman sebaya bisa dibilang orang terdekat
bagi anak selain orang tua. Teman yang baik akan bisa menjadi pengaruh bagi teman
lainnya untuk senantiasa mengajak dalam kebaikan. Dari fakta yang terjadi di lapangan
sesuai yang peneliti dapatkan, seorang teman perkataannya sering lebih didengarkan
dibanding yang lain, mungkin dikarenakan mereka saling bicara sesuai dengan usia
mereka jadi bisa lebih bisa menerima setiap kata dari teman satu dan yang lainnya.
3.2.2 Faktor Penghambat
Disisi lain adanya faktor yang mendukung proses pembinaan akhlak terdapat juga faktor
penghambatnya. Penghambat dalam kegiatan bisa berasal dari mana saja. Saat proses
pembelajaran dimasa pandemi ini yakni daring tentu menambah munculnya hambatan
baru yang harus dihadapi oleh beberapa guru dan siswa.
Alat komunikasi bisa dikatakan menjadi faktor terpenting dalam pembinaan
akhlak siswa ini. Pembelajaran yang dilakukan secara daring memaksa semua orang
mempunyai alat komunikasi. Di SMP Negeri 1 Punung Pacitan keterbatasan smartphone
menjadi perhatian penting bagi para guru. Setiap anak diharuskan memiliki ponsel guna
mendukung seluruh kegiatan pembelajaran dan juga proses pembinaan yang ada di
dalamnya. Ada beberapa siswa yang belum mempunyai ponsel sehingga dari pihak guru
membelikan ponsel untuk siswa tersebut dari uang pribadi antar guru yang dikumpulkan.
Dalam ponsel juga harus ada pulsa / kuota agar bisa digunakan, tak luput gangguan
sinyalpun juga menjadi masalah dikarenakan tidak semua siswa tempat tinggalnya
11
terjangkau sinyal yang bagus. Beberapa kendala itulah yang dirasa para guru Pendidikan
Agama Islam dianggap sebagai penghambat.
Kedua yakni faktor lingkungan tempat tinggal. Selama pembelajaran daring, anak
24 jam berada di lingkungan tempat tinggalnya, setiap harinya berbaur di tengah
masyarakat yang memiliki adat, perilaku, dan keyakinan yang berbeda-beda. Menurut
Bapak Janan sebenarnya lingkungan bisa menjadi faktor pendukung dan juga faktor
penghambat, semua itu tergantung bagaimana anak mengambil setiap pelajaran atas apa
yang dilihatnya dan tergantung orang tua bagaimana mereka mengontrol anak-anaknya
agar tidak mudah terpengaruh dengan keadaan sekitar.
Yang terakhir yakni sifat masing-masing anak. Dari penelitian yang telah
dilakukan, para guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Punung menganggap
bahwa sifat anak inilah juga termasuk menjadi penghambat pembinaan akhlak.
Pembinaan yang dilakukan dilakukan dengan lisan atau dari chat whatsapp. Anak yang
memiliki sifat antusias dalam menerima informasi pasti akan lebih tanggap memahami
apa yang di sampaikan guru, berbeda dengan siswa yang lebih memiliki sikap bodo amat.
Sifat yang begitu beragam cukup menyulitkan guru dalam melakukan pembinaan. Mau
tidak mau demi tersampainya maksud pembinaan akhlak tersebut guru Pendidikan
Agama Islam SMP Negeri 1 Punung Pacitan harus lebih peka dalam merasakan respon
dari siswanya. Jika dirasa ada siswa yang kiranya memiliki tingkat perkembangan akhlak
yang kurang dibanding teman lainnya maka guru akan mengkomunikasikannya pada wali
kelas dan orang tua siswa.
3.3 Gambaran Akhlak Siswa Selama Pembelajaran Daring di SMP Negeri 1 Punung
Pacitan
Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan hasil bagaimana gambaran
akhlak siswa selama pembinaan akhlak pada masa pembelajaran daring dalam dua
semester. Menurut kedua guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Punung Pacitan
yakni Ibu Nuraini dan Bapak Janan bisa disimpulkan gambaran umum yang dapat
diamati bahwasannya pembinaan yang dilakukan kurang menampakkan hasil signifikan.
Gambaran akhlak para peserta didik sebagian besar masih sangat kurang, namun ada juga
beberapa siswa khususnya dari kelas 8 yang menampakkan hasil cukup memuaskan.
Mereka nampak melakukan semua kebiasaan yang disampaikan oleh para guru serta pada
12
pembelajaran luring di hari Sabtu. Ibu Nuraini melihat perilaku siswanya yang cukup
baik. Akhlak yang dapat di amati berupa akhlak beribadah, akhlak berpakaian, dan akhlak
kesopanan.
3.3.1 Akhlak Beribadah
Pengamatan dari kedua guru PAI bahwasannya dalam beribadah anak-anak sudah cukup
baik ketika dilihat dari daftar jurnal yang telah diisi setiap bulan. Pada kenyataannya
dalam pengamatan secara langsung ketika pembelajaran luring dihari Selasa (kelas 9) dan
dihari Sabtu (kelas 7,8) dapat disimpulkan bahwa siswa perempuan lebih banyak yang
sudah mengaplikasikan pembiasaan salat fardhu dan salat dhuha sesuai dengan
pembinaan dari guru PAI. Untuk siswa laki-laki masih sangat minim kesadaran
melakukan ibadah dengan tepat waktu tanpa disuruh.
3.3.2 Akhlak Berpakaian
Dari pengamatan Bu Nuraini dan Pak Janan dapat disimpulkan bahwa para siswa siswi
dalam berpakaian ketika tidak sengaja bertemu di luar sekolah mereka cukup rapi dan
sopan, untuk siswi putri juga sudah banyak yang mengenakan jilbab walaupun sedang
tidak memakai seragam sekolah. Namun ketika luring agak sedikit mengecewakan, entah
karena mereka sudah jarang memakai seragam atau ada alasan lain para siswa-siswi SMP
Negeri 1 Punung Pacitan cukup banyak yang kurang memperhatikan pakaiannya ketika
ke sekolah di hari Selasa dan Rabu.
Banyak ditemukan siswa yang hanya memakai kaos ketika luring, bahkan ada juga yang
memakai sandal saja padahal mereka berada di sekolah yang notabennya harus tetap
menggunakan pakaian sopan minimal memakai kemeja dan alas kaki yang tertutup. Tapi
ada saja yang tidak memperhatikan himbauan tersebut baik laki-laki maupun perempuan.
Tetapi masih ada beberapa siswa yang patuh dengan aturan yang berlaku.
3.3.3 Akhlak Kesopanan
Dari pengamatan guru PAI, gambaran kesopanan siswa yang tercermin cukup baik.
Mereka menerapkan sapa, salam, dan senyum. Di depan para guru, mereka terlihat sopan
dengan menyapa guru-guru, menunduk ketika berjalan di depan guru, dan lain
sebagainya. Akan tetapi dalam bertutur kata nampaknya agak sedikit kurang baik,
contohnya bertutur kata dengan sesama teman, siswa laki-laki masih sering berkata yang
kurang baik bahkan ketika berada di sekolah. Dengan guru muda mereka masih belum
13
bisa menempatkan diri untuk menghargai guru mereka ketika di sekolah dan di luar
sekolah. Gaya berbicara anak pada guru yang lebih muda seakan-akan seperti berbicara
dengan temannya sendiri.
Orang tua siswa merasa hal-hal positif terjadi pada perkembangan perilaku anaknya.
Respon dari wali murid tersebut menggambarkan jika hasil upaya pembinaan guru PAI
cukup baik. Dalam beribadah walaupun masih kurang tepat waktu setidaknya masih
dilakukan. Pembiasaan baik lainnya pun yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
sangatlah mempengaruhi perkembangan akhlak anak sedikit-demi sedikit.
4. PENUTUP
Upaya guru PAI dalam pembinaan akhlak siswa pada pembelajaran daring di SMP Negeri
1 Punung Pacitan dengan cara memberi bimbingan dengan menggunakan jurnal ibadah,
merangkum isi tausiyah, adanya pelajaran tentang akhlak yang disampaikan melalui chat
Whatsapp sebagai media pembelajaran di masa daring, pemberian keteladanan, dan
memberikan pembiasaan kepada peserta didik. Faktor pendukung dan penghambat proses
pembinaan siswa pada pembelajaran daring di SMP Negeri 1 Punung Pacitan yaitu faktor
pendukungnya antara lain kerjasama yang baik antara guru dan orang tua, wali kelas,
teman sebaya. Kemudian faktor penghambatnya yaitu alat komunikasi, lingkungan yang
kurang baik, dan sifat peserta didik yang beraneka ragam. Gambaran akhlak siswa selama
pembelajaran daring di SMP Negeri 1 Punung Pacitan secara keseluruhan dianggap belum
terlalu menampakkan hasil yang baik, akhlak siswa yang dapat diamati yakni akhlak
dalam hal beribadah, berpakaian, dan kesopanan.
DAFTAR PUSTAKA
Aat Syafaat, Dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan
Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Abuddin Nata. 2014. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali Pers.
Ahmad Khotibunna’im. 2018. “Upaya Guru PAI Dalam Membina Akhlak Siswa di SMP IT
Bumi Shalawat Wates Kecamatan Bumi Ratu Nuban Lampung Tengah Tahun
Pelajaran 2017/2018”. [Skripsi]. Lampung: IAIN Metro.
Azizah Nunawaroh. 2019. “Keteladanan Sebagai Metode Pendidikan Karakter”. Jurnal
Pendidikan Islam, Vol.7, No.2. Hlm: 144.
14
Albert Efendi. 2020. Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah.
Purwadadi: CV Sarnu Untung.
Azwar Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andi Prastowo. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Data Sekolah Hasil Dari Tata Usaha SMP Negeri 1 Punung Pacitan.
Dewi Khoirul Mala. 2016. “Bimbingan Guru Pai Dalam Membina Akhlak Peserta Didik di
Mts Negeri Aryojeding Tahun Ajaran 2015/2016”. [Skripsi]. Tulungagung: IAIN
Tulungagung.
Dedi Wahyudi. 2017. Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta:
Lintang Rasi Aksara Books.
Henry Aditia Rigianti. 2020. “Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar di
Kabupaten Banjernegara”. Jurnal Elementary School, Vol. 7 No.2. Hlm: 299.
Hendri. 2018. “Upaya Guru dalam Membina Akhlak Siswa di MTsS PGAI Padang”.
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 1 No. 2.
Ida Zahara Adibah. 2017. Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam. Jurnal Inspirasi
Vol.1, No.1. Hlm: 5.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. https://typoonline.com/kbbi/upaya browsing 8
maret 2021 pukul 20.23
Mitahul Jannah. 2019. “Peranan Guru Dalam Pembinaan Akhlak Mulia Peserta Didik
Studi Kasus di MIS Darul Ulum Madin Sulamul Ulum”. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah Vol. 3, No. 2.
Muhammad Saleh Ritonga. 2016. “Upaya Guru PAI Dalam Membina Akhlak Siswa di
SMKN 3 Kota Padangsimpulan”. [Tesis]. Padangsidimpuan: IAIN
Padangsidimpuan.
Mohammad Ali, Istanto. 2018. Manajemen Sekolah Islam. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
15
Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung:TARSITO.
Kementerian Agama RI Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah. Solo: ABYAN 2014.
Rudiansyah, dkk. 2016. “Upaya Guru Dalam Mengatasi Kecemasan Siswa Dalam
Menghadapi Tes (Pencapaian Hasil Belajar) Siswa di SMP Negeri 3 Banda Aceh”.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah. Vol 1. No. 1.
Hlm: 101.
Saiful Bahri Djammarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Selly Sylviyanah. 2012. “Pembinaan Akhlak Mulia Pada Sekolah Dasar (Studi Deskriptif
Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Nur Al-Rahman)”. Jurnal Tarbawi Vol.1 No. 3.
Hlm: 194-195.
Syamsul Rizal. 2018. “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf”. Jurnal Pendidikan Islam
Vol. 07, No.1. Hlm: 74.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D). Bandung: ALFABETA.
Susila Yuli Rahmawati. 2020. “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina
Akhlak Siswa SMKN 5 Malang di Tengah Jadwal Teaching Factory”. [Skripsi].
Malang: Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Saleh Nur Hidayat. 2020. “Peran Guru PAI Dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa
di Masa Pandemi Covid-19 di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga Tahun 2020”.
[Skripsi]. Salatiga: IAIN Salatiga.
Wiwin Hunaida. 2016. ”Potret Prospek Pendidikan Agama Islam Kekinian: Integrasi
Insklusivitas Islam Dalam PAI”. Jurnal Didaktika Religia. Vol. 4, No.2. Hlm: 7.
Wawancara dengan Ibu Nuraini Guru Pendidikan Agama Islam kelas 7 dan 8 SMP Negeri
1 Punung Pacitan
16
Wawancara dengan Bapak Janan Guru Pendidikan Agama Islam kelas 8 dan 9 SMP Negeri
1 Punung Pacitan
Wawancara dengan Kayla Siswa Kelas 8 SMP Negeri 1 Punung Pacitan
Wawancara dengan Atika Siswa Kelas 9 SMP Negeri 1 Punung Pacitan
Wawancara dengan Subagyo Orang Tua Siswa
Zuhairini. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.