Download - usulan penelitian broiler
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
1/21
Judul : PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI
RANSUM BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA
PENCAHAYAAN PADA AYAM BROILER
PENDAHULUAN
Latar Belatang
Ayam broiler merupakan unggas komersial yang dibudidayakan untuk
menghasilkan daging dalam waktu singkat (5-6 minggu). Pertumbuhan ayam
broiler yang cepat biasanya diikuti dengan lemak yang tinggi pula karena
bertambahnya umur ayam pedaging dan meningkatnya energi dalam ransum
makin meningkatkan lemak. Kelebihan energi dalam tubuh ayam dapat
disimpan dalam bentuk lemak, sedangkan metabolisme pembentukan lemak
tersebut membutuhkan banyak energi padahal konsumen menghindari makanan
berlemak. Lingkungan dataran rendah tropis yang bersuhu tinggi terutama di siang
hari seperti di Indonesia berdampak negatif terhadap kualitas pertumbuhan broiler
karena tingginya suhu lingkungan di daerah tropis, akan menyebabkan terjadinya
penimbunan panas dalam tubuh ayam sehingga ayam tersebut dapat menderita
cekaman panas. Suhu sangat berpengaruh terhadap penurunan total protein tubuh
dan peningkatan total lemak tubuh terutama ketika suhu lingkungan mulai
meningkat dari 26,7 hingga 32,2oC. Jika suhu lingkungan terlalu tinggi dan ternak
gagal mengatur suhu tubuhnya, maka badan ternak menjadi panas pula. Akibat
meningkatnya suhu lingkungan, napsu makan ayam broiler menurun dan konversi
makanan juga kurang baik, maka kandungan protein yang akan dimanfaatkan pun
menjadi lebih rendah.
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
2/21
Fenomena ini terjadi karena asupan protein akan meningkatkan produksi
panas tubuh (Daghir, 2008), sehingga broiler yang dipelihara pada suhu
lingkungan tinggi secara konsisten menolak ransum berprotein tinggi (diatas
21,1%) (Cheng et. al., 1997). Apabila penolakan konsumsi protein terjadi
berkepanjangan dan tidak seimbang dengan konsumsi karbohidrat maka terjadi
penggemukan broileroleh lemak namun kurang massa protein otot tubuh.
Dampak buruk pemberian ransum pada suhu lingkungan yang tinggi di
siang hari perlu diatasi. Pembatasan ransum di siang hari dan mengoptimalkan
pemberian ransum pada malam hari yang memiliki suhu lebih sejuk merupakan
satu cara untuk mencapai performans seperti disebut diatas. Zulkifli et al. (2000)
melaporkan bahwa ayam broilerterutama dengan pembatasan pemberian ransum
menunjukkan adanya perbaikan efisiensi ransum dan dapat mengurangi angka
kematian. Rincon dan Leeson (2002) menunjukkan bahwa pembatasan ransum
secara kuantitatif dengan cara memberikan pakan hingga 85% ad libitum dapat
menurunkan proporsi bagian karkas dan lemak abdominal sehubungan dengan
rendahnya tingkat konsumsi energi selama pembatasan ransum. Pendekatan
pembatasan ransum melalui pembatasan waktu makan dengan membatasi atau
mengosongkan ketersedian ransum dalam rentang waktu tertentu lebih rendah
dibandingkan dengan pembatasan ransum lainnya (Susbilla et al,. 2003).
Pembatasan ransum 75% dan 50 % dengan periode pembatasan pada umur 5, 7
dan 9 hari mempunyai nilai kecernaan nitrogen dan retensi nitrogen lebih tinggi
daripada pemberian pakan ad libitum (Novele, 2009). Pengaturan pemberian porsi
ransum antara siang dan malam hari sangat erat kaitannya dengan lama
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
3/21
pencahayaan, karena pencahayaan mempunyai peranan penting bagi ayam untuk
melakukan aktivitas seperti makan dan minum. Penelitian terdahulu menunjukkan
bahwa broileryang dipelihara sampai 42 hari dengan lama pencahayaan konstan 8
jam/hari dan 16 jam/hari (umur 21-42 hari) menghasilkan bobot badan dan
konversi ransum yang lebih baik dibandingkan konstan 16 jam/hari (Lewis et. al.,
2008).
Pencahayaan secara bergantian (intermitten lighting) dapat mengurangi
stress pada ayam broiler dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan
cahaya secara terus-menerus yang diukur berdasarkan konsentrasi plasma
kortikosteron. Plasma kortikosteron akan meningkat pada ayam broiler yang
mengalami stress (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000). Pemberian lama
pencahayaan selama 16 jam akan menurunkan stres fisiologis, peningkatan respon
kekebalan, peningkatan metabolisme tulang, peningkatan aktivitas total, dan
peningkatan kesehatan kaki (Classen et al., 2004).
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan penggunaan protein
berdasarkan kecernaan protein, rasio efisiensi protein dan retensi nitrogen pada
ayam broiler akibat pengaruh kombinasi pemberian porsi ransum dan lama
pencahayaan berbeda.
Manfaat Penelitian
Manfaat penilitian ini adalah memperoleh kombinasi porsi ransum dan
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
4/21
lama pencahayaan yang tepat untuk meningkatkan performans broiler
berdasarkan efisiensi penggunaan protein. Model konsumsi tersebut akan
dijadikan referensi dalam manajemen broiler yang mudah diterapkan kepada
peternak di dataran rendah tropis.
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis Ayam Broilerdi Indonesia dan Produktivitasnya
Ayam broiler adalah ayam yang dikembangkan atau dibudidayakan
khusus untuk menakankan dagingnya, sehingga dada ayam broiler lebih gemuk
dibandingkan bagian dorsalnya. Dengan demikian, ayam jenis ini disebut ayam
pedaging. Lama pemeliharaan ayam ini sekitar 30-32 hari untuk mencapai berat
karkas 9001000 gram (Jayanata, 2010). Karakteristik ayam pedaging bersifat
tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih
dan produksi telur rendah (Susilorini et al., 2002). Ayam broilermerupakan jenis
ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam ras
pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah Cobb, Kim cross, Lohman,
Hyline, Vedette, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor
Arcres, Tatum, Indian River, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-
Broiler, Ross, Marshallm, Euribrid, dan Sussex. Strain ayam dijual dengan
berbagai merk dagang, seperti Super 77, Tegel 70, ISA, Lohman 202, A.A 70
(Arbor Arcres), H &N, Bromo, CP 707 (Cobb) (Junaidi, 2009). Pola pertumbuhan
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
5/21
unggas dimulai secara perlahan lalu berlangsung lebih cepat dan akhirnya
menurun kecepatannya atau berhenti sama sekali (Anggorodi, 1994).
Ayam broiler memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat karena
relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo,
2000). Nutrisi merupakan bagian dari proses untuk menakankan pertumbuhan
yang cepat pada broiler (Appleby et al., 2004). Sudaryani dan Santosa (1996)
menyatakan ayam broiler mampu memproduksi daging secara optimal dengan
hanya mengkonsumsi pakan dalam jumlah relatif sedikit. Bobot badan ayam
broiler berdasarkan umur dihubungkan dengan konsumsi ransum akan dilihat
pada Tabel 1. Periode pertumbuhan ayam broilerdibagi menjadi 2 yaitu; periode
starter dan periode finisher. Periode starter pada ayam broilerdimulai sejak umur
1 hari sampai umur 21 hari dan periode finisher dimulai sejak umur 21 hari
sampai panen (Rasyaf, 1996).
Tabel 1. Hubungan antara Konsumsi Ransum dengan Bobot Badan Akhir Ayam
Broilerper Ekor
Minggu ke Total Konsumsi Ransum (g) Bobot Badan Akhir (g)
1 146 159
2 514 419
3 1124 803
4 1923 1265
5 2912 1756
6 4036 2255
Sumber : Charoen Pokphand (2006)
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
6/21
Ransum Ayam Broilerdan Pola Pemberian
Ransum adalah bahan yang telah dicampur dan biasanya terdiri dari
berbagai jenis bahan ransum dengan komposisi tertentu. Pemberian ransum
bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi
daging (Siriwa dan Sudarso, 2007). Fungsi ransum adalah memenuhi kebutuhan
pokok untuk hidup, membentuk sel-sel jaringan tubuh serta menggantikan bagian-
bagian yang rusak selanjutnya digunakan untuk keperluan produksi (Sudaryani
dan Santoso, 1995). Konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada strain,
umur, aktivitas serta suhu lingkungan (Wahju,1992).
Ransum broiler harus mengandung energi metabolisme, asam-asam
amino, vitamin dan mineral yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kebutuhan akan energi ayam broiler periode starter 2800-3300 kkal dengan
protein 21-24 %. Kebutuhan protein ransum ayam broiler periode finisher
sebanyak 18,1-21,1% (Anggorodi, 1994). Zarate et al. (2003) menambahkan ayam
broiler pada periode finisher membutuhkan energi metabolis sebanyak 3200
kkal/kg. Kebutuhan nutrien pakan ayam broilerakan dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Pakan AyamBroilerpada Periode Starter danPeriode Finisher
Nutrien Starter Periode Finisher
Protein (%) 23,00% 20,00%
Energi Metabolis (kkal/ kg) 2800-3200 2900-3200
Kalsium (%) 1,00 0,90
Fosfor (%) 0,45 0,35
Sumber: NRC (1994)
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
7/21
Pemberian ransum pada broiler dapt dilakukan dengan dua cara, yaitu
secara konvensional atau dengan pembatasan. Pembatasan ransum akan dilakukan
pada tahap awal pertumbuhan, atau pada masa akhir pertumbuhan. Pembatasan
ransum pada broiler pada dasarnya merupakan program untuk memberikan
ransum pada ternak sesuai dengan kebutuhan hidup pokoknya pada umur dan
periode tertentu (Sudaryani dan Santoso, 1996). Banyak penelitian pada ayam
broiler jantan atau betina yang dibatasi ransum antara siang dan malam hari
menunjukkan hasil peningkatan efisiensi ransum yang lebih baik, penurunan
kandungan lemak tubuh dengan berat badan normal serta ketahanan tubuh
meningkat. Menurut Amrullah (2003), pemberian ransum pada malam hari yang
lebih banyak dibanding siang hari jauh lebih baik sebab dapat membantu
meningkatkan efisiensi ransum sehingga konversi ransum menjadi lebih baik dan
meningkatkan performanse pada broiler.
Faktor Pencahayaan pada Pemeliharaan Broiler
Lingkup cahaya yang berpengaruh terhadap fisiologis unggas yaitu lama
pencahayaan, intensitas, warna, cahaya berselang, dan sumber cahaya. Intensitas
cahaya yang di berikan pada unggas, berkisar 5-20 lux (Appleby et al., 2004).
Intensitas adalah kekuatan cahaya yang di berikan kepada unggas, pada umumnya
berkisar antara 5 -20 lux. Ayam broiler membutuhkan cahaya terang dengan
intensitas 10-20 lux dan cahaya gelap dengan intensitas sekitar 1-3 lux (Oyedeji
dan Atteh, 2005).
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
8/21
Pembatasan cahaya juga bertujuan memberikan kesempatan bagi broiler
untuk beristirahat dari aktivitas makan untuk mendukung proses pencernaan
didalam tubuh sehingga akan berlangsung secara optimal dan mengurangi
pengeluaran energi (Lewis dan Gous, 2007). Sumber cahaya adalah asal sinar
yang akan berasal dari alam dan buatan. Cahaya berselang (intermiten) adalah
pengaturan cahaya antara gelap dan terang (Prayitno, 2004). Lama pencahayaan 6
jam dan 4 jam per hari juga digunakan untuk mengurangi lemak abdominal,
sindrom kematian mendadak (sudden death syndrome) dan peningkatan kualitas
karkas broiler(Oyedeji dan Atteh, 2005).
Adanya program pencahayaan dengan intensitas iluminasi sebesar 0,35
0,50 fc atau intensitas cahaya 8 10 lux menyebabkan keadaan kandang tetap
terang sehingga memungkinkan ayam akan melihat dan memiliki kesempatan
makan dan minum pada malam hari (Fadilah, 2004). Periode gelap harian
diperlukan untuk membentuk pola sekresi hormon melatonin secara normal.
Hormon melatonin, secara fisiologis yang disintesis dalam kelenjar pineal dan
retina pada unggas, disekresikan selama periode gelap sebagai respon terhadap
aktivitas enzim serotonin-N-acetyltranspherase. Enzim ini berfungsi
mengkatalisis sintesis melatonin baik pada retina maupun kelenjar pineal dan
terlibat dalam proses ritme harian suhu tubuh, beberapa fungsi esensial
metabolisme tubuh terkait dengan konsumsi pakan dan pencernaan serta sekresi
beberapa limphokines yang terkait dengan sistem kekebalan (Aperdoorn et al.,
1999). Unggas yang diberikan periode gelap cukup mengurangi mortalitas,
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
9/21
gangguan pada kaki, dan sindrom kematian mendadak (sudden death syndrome)
(Moore dan Siopes, 2000).
Penggunaan Protein dan Faktor yang Mempengaruhi
Protein sangat penting bagi kebutuhan ternak karena jika kekurangan
protein maka akan menyebabkan pertumbuhan terganggu (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2005). Protein berguna untuk membentuk jaringan tubuh,
memperbaiki jaringan yang rusak, untuk keperluan berproduksi dan kelebihannya
akan diubah menjadi energi. Nilai gizi dari protein dilihat dari segi nilai hayati
dengan jumlah nitrogen yang akan diretensi (disimpan dalam tubuh) dan tidak
dikeluarkan dalam urin, pengukuran melalui daya cerna protein dan retensi
nitrogen (wahju, 1997).
Protein yang masuk ke dalam tubuh ayam harus dipecah menjadi asam-
asam amino terlebih dahulu sebelum diserap oleh tubuh. Asam amino yang harus
ada atau harus diakankan dari pakan disebut asam amino esensial (dietary
essential amino acid) (Widodo, 2010). Proses ini banyak membutuhkan energi.
Makin tinggi jumlah protein yang diberikan maka jumlah energi metabolis yang
dibutuhkan makin banyak. Hal ini berlaku juga pada saat periode produksi dimana
pakan digunakan dengan imbangan energi-protein yang sempit dan pada saat laju
produksi menurun maka digunakan imbangan energi-protein yang luas. Steineret.
al. (2008) menunjukkan bahwa konsumsi ransum cenderung turun dengan
meningkatnya protein kasar dan energi metabolis. Oleh karena itu, jumlah energi
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
10/21
metabolis dan protein atau asam amino harus diperhitungkan dengan baik. Untuk
mengetahui kecukupan protein yaitu dengan mengukur keseimbangan nitrogen.
Kecernaan Protein dan Retensi Nitrogen
Daya cerna protein dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kandungan serat
kasar dalam ransum, jika ransum mengandung serat kasar yang terlalu tinggi
maka daya cerna protein menjadi rendah karena unggas tidak mampu mencerna
ransum dengan kandungan serat kasar yang terlalu tinggi. selain itu daya cerna
juga dipengaruhi oleh keseimbangan kandungan nutrient antara bahan-bahan
penyusun ransum. Kandungan serat kasar yang tinggi menyebabkan laju pakan
dalam saluran pencernaan menjadi lambat, proses pencernaan lebih lama sehingga
penyerapan nutrient menjadi lebih baik (Atmomarsono, 2000). Daya cerna juga
dipengaruhi oleh bentuk fisik ransum, semakin kecil ukuran ransum maka
semakin mudah untuk dicerna dalam saluran pencernaan (Tillman et. al., 1991).
Wahju (1997) menyatakan bahwa retensi nitrogen adalah persen tase dari
jumlah nitrogen yang disimpan di dalam tubuh dibandingkan dengan nitrogen
yang dikonsumsi. Peningkatan konsumsi ransum akan selalu diikuti. dengan
peningkatan protein, sehingga hal ini akan meningkatkan pemanfaatan nitrogen
yang diretensi dari konsumsi proteinnya. Pemanfaatan nitrogen yang baik akan
meningkatkan rasio efisiensi protein yang berarti bahwa ransum yang dikonsumsi
secara efisien akan meningkatkan pertambahan bobot badan yang pada akhirnya
mempengaruhipenampilan produksi ayam pedaging.
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
11/21
Kualitas protein akan mempengaruhi besarnya retensi nitrogen, semakin
baik kualitas protein maka semakin baik pula tingkat retensi nitrogen (Scott et. al.,
1982). Hal ini diperkuat oleh (Wahju, 1997) bahwa tingkat retensi nitrogen
tergantung pada kecernaan protein dan konsumsi protein. Tinggi rendahnya
retensi nitrogen yang diberikan merupakan syarat untuk menunjang cepat
lambatnya pertumbuhan ayam. Retensi nitrogen yang tinggi akan menghasilkan
pertumbuhan ayam yang tinggi, sehingga produksi yang diharapkan diperoleh
dalam waktu yang cepat. Wahju (1997) juga menambahkan nitrogen yang
dimaksud adalah nitrogen yang berasal dari protein, sehingga retensi nitrogen
akan digunakan untuk menilai kualitas protein dalam ransum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi retensi nitrogen yaitu konsumsi ransum, konsumsi protein, kualitas
prot, serta imbangan energi dan protein. Parakkasi (1990) menyatakan bahwa
retensi nitrogen akan positif apabila nitrogen yang keluar lebih sedikit dari
nitrogen yang masuk, sebaliknya nilai retensi nitrogen akan negatif jika nitrogen
yang keluar lebih banyak dari nitrogen yang masuk.
Rasio Efisiensi Protein
Rasio efisiensi protein (protein efficiency ratio) adalah metode resmi dari
AOAC (Assosiation Official of Analytical Chemist) dan banyak digunakan untuk
menghitung kualitas protein (Tillman et al., 1991). Rasio efisiensi protein
dinyatakan sebagai pertambahan bobot badan dibagi konsumsi protein (Sidadolog
dan Yuwanta, 2009). Rasio efisiensi protein digunakan untuk menguji keefektifan
protein ransum yang berarti bahwa kalau nilai rasio efisiensi proteinnya sudah
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
12/21
secara nyata menurun berarti efektifitas penggunaan protein ransum juga sudah
menurun atau rendah (Wahju, 1997). Faktor yang mempengaruhi REP antara lain
yaitu kualitas asam amino dalam ransum, konsentrasi protein dan energi ransum,
serta umur.
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Diponegoro Semarang, dimulai pada
bulan Desember sampai Januari 2012.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan adalah DOC sebanyak 320 ekor, kandang batteray,
tempat ransum, tempat minum, dan lampu pijar (bohlam) sebagai alat bantu
pemanas. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Ransum yang
digunakan adalah ransum starter dan ransum finisher. Materi yang digunakan saat
pengambilan data adalah DOC sebanyak 32 ekor, Fe2O3, kertas karton dan plastik
untuk menampung ekskreta, HCl 0,1N.
Metode Penelitian
Persiapan kandang dilakukan sebelum DOC datang dengan memebersihkan
kandang dan menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam penelitian.
Menimbang bobot awal DOC lalu menempatkan pada kandang. Pemberian
ransum secara ad libitium hingga ayam berumur satu minggu sebagai proses
adaptasi, baru diberi perlakuan hingga panen. Seminggu sekali menimbang broiler
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
13/21
untuk menghitung konversi dan efisiensi ransum. Pencegahan penyakit dilakukan
melalui sanitasi dan vaksinasi serta pemberian vitachick untuk mencegah stress.
Pengambilan data rasio efisiensi protein dan retensi nitrogen dilakukan dengan
mengambil sample dari metode total koleksi ekskreta selama 3 hari terakhir. Total
ekskreta dilakukan pada lima ekor ayam dari tiap unit percobaan. Selama total
koleksi, ransum dicampur Fe2O3. Penampungan ekskreta dilakukan dengan
nampan karton yang sudah dilapisi pastik di bagian bawah kandang. Ekskreta
yang telah terkumpul dicampur dengan HCL 0,1 N setiap 4 jam untuk mencegah
bakteri yang menguraikan N. Sampel ekskreta kering ditimbang setelah itu
dihomogenkan. Sampel yang telah homogen kemudian dianalisis dengan metode
Kjeldahl.
Parameter
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi protein,
rasio efisiensi penggunaan protein dan retensi nitrogen. Rumus perhitunganya
adalah sebagai berikut :
Kecernaan protein kasar (%) = x100%iterkonsumsransumPK
fesesPKiterkonsumsransumPK
Retensi nitrogen (N) = intake N( Ekskreta NEndogenous N)
Pertambahan Bobot Badan Harian =anpemeliharalama
awalbadanbobot-akhirbadanbobot
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Penelitian menggunakan split plot 3 x 2 dengan 3 kelompok dan 5 ulangan,
faktor pertama adalah lama pencahayaan dan faktor kedua adalah pemberian porsi
ransum pada siang dan malam hari, perlakuan dalam penelitian sebagai berikut:
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
14/21
T0R0 = tanpa pembatasan cahaya dan tanpa pembatasan porsi ransum.
T1R1 = intermitten 2 jam terang : 2 jam gelap pada malam hari + pemberian porsi
ransum 40% siang dan 60% malam.
T1R2 = intermitten 2 jam terang : 2 jam gelap pada malam hari + pemberian porsi
ransum 30% siang dan 70% malam.
T2R1 = 4 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 40%
siang dan 60% malam.
T2R2 = 4 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 30%
siang dan 70% malam.
T3R1 = 6 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 40%
siang dan 60% malam.
T3R2 = 6 jam pencahayaan pada malam hari + pemberian porsi ransum 30%
siang dan 70% malam.
Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan program SAS, apabila
ada pengaruh nyata (p
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
15/21
ik = Pengaruh galat yang muncul pada taraf ke-i dari lama pencahayaan dalam
kelompok ke-k (galat petak utama).
j = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor pemberian porsi ransum berbeda.()ij = Pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari lama pencahayaan dan taraf ke-j
dari pemberian porsi ransum berbeda.
ijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh taraf
ke-i faktor lama pencahayaan dan taraf ke-j pemberian porsi ransum
berbeda (galat anak petak).
Hipotesis Statistik
Pengaruh interaksi penggunaan protein akibat pemberian porsi ransum
berbeda dikombinasikan dengan lama pencahayaan pada ayam broiler yaitu:
H0 : (AB)ij = 0 untuk (i=1,2) (j=1,2,3) (Tidak terdapat interaksi pemberian porsi
ransum dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada
ayam broiler)
H1 : minimal ada satu (AB)ij 0 (minimal ada satu interaksi pemberian porsi
ransum dan lama pencahayaan berbeda terhadap penggunaan protein pada
ayam broiler)
Bila F hitung < F tabel dengan = 0,05 maka H0 diterima, H1 ditolak.
Bila F hitung F tabel dengan = 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima.
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
16/21
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta
Amrulah, I. K. 2003. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Appleby, M. C., Mench, J. A., and Hughes, B. O. 2004. Poultry Behaviour and
Welfare. CABI Publishing, Edinburgh United Kingdom.
Aperdoorn, E.J., J.W. Schrama, M.M. Mashaly and H.K. Johnson, R.W., 1997.
Inhibition of growth by proParmentier,1999. Effect of melatonin and
lightingscheduleon energy metabolism in broiler chickens.Poult.Sci., 78:
223-229.
Atmomarsono, U. 2000. Pengaruh Substitusi Dedak Halus dalam Ransum
Komersial Terhadap Efisienso Produksi dan Ukuran Saluran Pencernaan
pada Ayam F1 Persilangan. J. Trop. Anim. Dev. 25 (4): 159-164.
Charoen Pokphand Indonesia. 2006. Manual Broiler Manajemen CP 707. Charoen
Pokhpand Indonesia, Jakarta.
Cheng, T. K., Hamre, M. L., and Coon, C. N. 1997. Effect of environmental and
energy levels on temperature, dietary protein, broiler performance. J. App.
Poult.Sci. 6: 1-17
Classen, H.L., C.B. Annett, K.V. Schwean-Lardner, R. Gonda and D. Derow,
2004. The effects of lighting programmes with twelve hours of darkness per
day provided in one, six or twelve hour intervals on theproductivity and
health of broiler chickens. Br. Poult.Sci., 45: S31-32.
Daghir, N. 2008. Poultry Production in Hot Climates, 2nd Eddition. CABI
Publishing, Oxfordshire UK.
Fadilah, R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.Agromedia, Jakarta.
Jayanata, C. E. 2010. Ayam Kampung, Ayam Pejantan, dan Ayam Buras.
http://www.pronic.co.id/. (Diakses tanggal 5 Mei 2010 pk. 14.36)
Junaidi. 2009. BudidayaBroiler. http://tmtnews.wordpress.com/budidaya-broiler/.
(Diakses tanggal 5 Mei 2010 pk. 13.46)
Lewis, P. D.; Danisman, R.; dan Gous, R.M. 2008. Male Broiler Performance And
Nocturnal Feeding Under Constant 8-h or 16-h Photoperiods, and Various
Increasing Lighting Regimens. South Afr. J. Anim. Sci. 38 (3):159-165.
http://www.pronic.co.id/http://www.pronic.co.id/ -
7/22/2019 usulan penelitian broiler
17/21
Lewis, P. D. and Gous, R. M. 2007. Broilers perform better on short or step-up
photoperiods. South Afr. J. Anim. Sci. 37 (2): 90-96.
Moore, C.B. and T.D. Siopes, 2000. Effects of light conditions and melatonin
supplementation on the cellular and humoral immune responses in Japanese
quail Coturnix coturnix japonica. Gen. Comp. Endocrinol., 119: 95-104.
Murtidjo, B. A. 2000. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta.
National Research Council (NRC). 1994. Nutrient requirements of poultry. 9th Ed.
Washington, D.C.: National Academy ress.
Novele, D. J., J.W. Ngambi, D. Norris, and C. A. Mbajiorgu. 2009. Effect ofdifferent feed restriction regimes during the starter stage on productivity and
carcass characteristics of male and female Ross 308 broiler chickens. Int. J.
Poultry. Sci. 8: 35-39.
Oyedeji, J. O. dan Atteh, J. O. 2005. Effects of Nutrient Density and Photoperiod
on the Performance and Abdominal Fat ofBroilers. Int. J. Poult. Sci. 4 (3):
149-152.
Puvadolpirod S and Thaxton JP. 2000. Model of physiology stress in chickens 3.
Temporal patterns of response.Poultry Sci. 79:377-382.
Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rincon, M.U. and S. Leeson. 2002. Quantitative and qualitative feed restriction on
growth characteristics of male broiler chicken. Poultry. Sci., 81: 679-688.
Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of Chicken, 2nd Ed.
M. L. Scot and Associates Ithaca, New York.
Siriwa, A. dan Y. Sudarso. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sidadolog, J.H.P. dan T. Yuwanta. 2009. Pengaruh konsentrasi protein-energi
pakan terhadap pertambahan berat badan, efisiensi energi dan efisiensi
protein pada masa pertumbuhan ayam merawang. J. Anim. Prod.11(1): 15-
22.
Steiner, Z; Domainovi, M; Antunovi Z; Steiner Z; Seni, ; Wagner J; Ki D.
2008. Effect Of Dietary Protein/Energy Combinations On Male Broiler
Breeder Performance. Acta agriculturae Slovenica. Suplement 2 (september
2008), 107115.
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
18/21
Sudaryani, T. dan H. Santosa. 1996. Pemeliharaan Ayam Ras di Kandang Baterai.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Susbilla, J.P., I. Tarvid, C.B. Gow and T. L. Frankel. 2003. Quantitative feed
restriction or meal-feeding of broiler chicks alter functional development of
enzymes for protein digestion. Br. Poult. Sci. 14: 698-709.
Susilorini, T.E., M.E. Sawitri dan Muharlien. 2002. Budi Daya 22 Ternak
Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillman, A. D. H. Tartadi S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.Lebdosokojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Zarate, A. J., E. T. Maron, Jr., and D. L. Burham. 2003. Reducing crude protein
and increasing limiting essential amino acid levels with summer-reared,
slow- and fast-feathing broilers. Poultry Sci. 7 (11) : 175-177.
Zulkifi, I., Norma, M.T., Israf, D.A., Omar, A.R. 2000. The effect o early feed
restriction on subsequent response to high enfironmental temperatures in
female broiler chickens. Poultry Sci. 79:1401-1407.
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
19/21
PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM
BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN
PADA AYAM BROILER
USULAN PENELITIAN
Oleh
AGRIENTYA SARASWATI
PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2 0 1 2
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
20/21
PENGGUNAAN PROTEIN AKIBAT PEMBERIAN PORSI RANSUM
BERBEDA DIKOMBINASIKAN DENGAN LAMA PENCAHAYAAN
PADA AYAM BROILER
Usulan Penelitian
Untuk Penyusunan
Skripsi Sarjana Peternakan
OLEH
AGRIENTYA SARASWATI
H2C 008 002
Disetujui oleh :
Dosen Wali
Ir. Hanny Indrat W, M. Sc. Ph. D.
NIP. 19590615 198703 2 006
Pembimbing Utama
Prof. Nyoman Suthama, M. Sc. Ph. D.
NIP. 19530713 198003 1 003
Usulan Penelitian ini telah dicatat di program studi S-1 Reguler
Nomor Registrasi :
Tanggal :
Ketua Program Studi
Nutrisi dan Makanan Ternak
Prof. Dr. Ir. Bambang Sukamto, S. U.
NIP. 19530216 198103 1 004
Pembimbing Anggota
Prof. Ir. Vitus Dwi Yunianto B.I.,MS.,M. Sc. Ph. D.
NIP. 19590615 198503 1 004
-
7/22/2019 usulan penelitian broiler
21/21