Download - Usulan Proposal (fix).doc
ii
TEKNIK KULTUR Tetraselmis chuii SKALA SEMI MASSAL DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA, JAWA TENGAH
USULAN PRAKTEK KERJA MAGANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Oleh:
PURNANING TITIK FAUZIYAH
NIM. 125080107111017
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
TEKNIK KULTUR Tetraselmis chuii SKALA SEMI MASSAL DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA, JAWA TENGAHUSULAN PRAKTEK KERJA MAGANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:PURNANING TITIK FAUZIYAH
NIM. 125080107111017
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015USULAN PRAKTEK KERJA MAGANG
TEKNIK KULTUR Tetraselmis chuii SKALA SEMI MASSAL DI BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (BBPBAP) JEPARA, JAWA TENGAH
Oleh:
PURNANING TITIK FAUZIYAH
NIM. 125080107111017
Mengetahui,Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
(Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS)(Sulastri Arsad, S.Pi, M.Si)NIP.19620805 198603 2 001NIP. Tanggal : Tanggal :
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................Ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................Iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................Iiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................Iiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................Vv
1. PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1Latar Belakang ....................................................................................1
1.2Rumusan Masalah ..............................................................................3
1.3Maksud dan Tujuan ............................................................................3
1.4Kegunaan ...........................................................................................4
1.4.1Kegunaan Teoritis ...................................................................4
1.4.2Kegunaan Praktis ....................................................................5
1.5 Waktu dan Tempat .............................................................................5
2. MATERI DAN METODE ............................................................................7
2.1Materi Praktek Kerja Magang .............................................................7
2.2Alat dan Bahan ...................................................................................7
2.3Metode Pengumpulan Data ................................................................7
2.4Teknik Pengambilan Data ...................................................................8
2.4.1Data Primer .............................................................................8
2.4.2Data Sekunder ........................................................................12
2.5Metode Pengambilan Sampel .............................................................13
2.6Metode Pengambilan Sampel Parameter Fisika ................................14
2.6.1Suhu ........................................................................................14
2.7Metode Pengambilan Sampel Parameter Kimia .................................14
2.7.1pH ............................................................................................14
2.7.2Oksigen Terlarut (DO) .............................................................15
2.7.3Salinitas ...................................................................................15
2.7.4Nitrat ........................................................................................16
2.7.5Orthofosfat ...............................................................................16
2.8Metode Pengambilan Sampel Parameter Biologi ...............................17
2.8.1Kepadatan Populasi ................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................18
DAFTAR TABELTabelHalaman
1. Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Magang .............................................6
DAFTAR LAMPIRAN
LampiranHalaman
1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang ...................................................20
2. Fungsi Alat Praktek Kerja Magang ..........................................................21
3. Fungsi Bahan Praktek Kerja Magang ......................................................23
4. Daftar Pertanyaan Wawancara ...............................................................24
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu usaha budidaya ditentukan oleh empat manajemen yaitu manajemen kualitas air, benih, indukan dan pakan. Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan (Sari dan Manan, 2012). Pakan yang baik akan memberikan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh biota budidaya untuk tumbuh dan berkembang. Pakan alami merupakan pakan yang baik untuk budidaya karena diketahui memiliki kandungan nutrisi jauh lebih banyak dibandingkan dengan pakan buatan dan menjadi sumber nutrisi penting pada stadium awal perkembangan organisme. Pakan dapat berupa fitoplankton yang umum dikembangkan baik sebagai pakan ikan, kerang teripang maupun budidaya laut lainnya. Adanya klorofil membuat fitoplankton mampu melakukan fotosintesis sehingga menjadi sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral bagi organisme air (Utami et al., 2012).
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara merupakan salah satu balai yang membudidayakan pakan alami untuk memenuhi kebutuhan pembenihan ikan dan udang. Spesies fitoplankton yang dibudidayakan di BBPBAP Jepara diantaranya yaitu Skeletonema costatum, Nannochloropsis sp., Spirullina sp., Tetraselmis chuii, dan lain-lain. Kegiatan teknik kultur plankton yang diadakan di BBPBAP Jepara yaitu teknik kultur murni, teknik kultur semi massal (intermediet), dan teknik kultur massal dari berbagai jenis fitoplankton laut dan zooplankton. Fitoplankton merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme di perairan. Komuditas yang terdapat pada kolam pembenihan sebagian besar menggunakan fitoplankton atau zooplankton untuk pakan alami dimulai dari stadia awal larva ikan (finfish dan non finfish) (Octhreeani et al., 2014).
Salah satu jenis pakan alami yang dapat digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan pakan budidaya yaitu fitoplankton jenis Tetraselmis chuii. Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh Tetraselmis chuii antara lain ketersediaannya secara alami di alam dan memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva, memiliki pergerakan yang mampu memberikan rangsangan bagi ikan atau udang untuk memangsanya (Chrismadha, 1998 dalam Pujiono, 2013).
Menurut Sappewali (2009), Tetraselmis chuii merupakan mikroalga dari golongan alga hijau (Chlorofyceae). Tetraselmis chuii berupa sel tunggal yang berdiri sendiri-sendiri dengan ukuran 7-12 mikron. Tetraselmis chuii ini memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga warnanya hijau cerah dan dapat berfotosintesis. Tetraselmis chuii dapat bergerak aktif seperti seekor hewan karena mempunyai 4 buah bulu cambuk (flagela).
Ketersediaan pakan alami harus dalam jumlah yang cukup, berkesinambungan dan tepat waktu. Untuk dapat memenuhi target produksi tersebut, akan lebih mudah tercapai dengan melakukan kultur fitoplankton (Sari dan Manan, 2012). Tetraselmis chuii mudah dikultur secara semi massal ataupun massal karena dapat menyerap ion logam, berkembang biak dengan mudah, pertumbuhannya relatif cepat, tidak menimbulkan racun atau kerusakan di bak pemeliharaan dan mempunyai daya adaptasi yang kuat. Kultur semi massal berfungsi untuk penyediaan bibit pada kegiatan selanjutnya (kultur skala massal).
Berdasarkan pernyataan yang telah diuraikan, mengingat bahwasanya kepentingan pakan alami sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha pembenihan budidaya maka diperlukan ketersediaan tentang kultur fitoplankton dalam kegiatan kultur semi massal Tetraselmis chuii serta mengetahui faktor-faktor penentu yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Tetraselmis chuii.1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah ?2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Tetraselmis chuii dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah ?3. Apa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah ?
4. Apa permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu untuk mengaplikasikan dan membandingkan teori yang diberikan pada perkuliahan dengan keadaan yang ada di lapang serta menambah dan melatih keterampilan mengenai teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal.
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) tentang teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah yaitu:
1. Mengetahui, menganalisis, mengamati, dan mengukur teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Tetraselmis chuii dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.3. Mengetahui sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.4. Mengetahui dan menyelesaikan permasalahan hasil pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) yang dihadapi dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.1.4 Kegunaan
Kegunaan dari pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM) tentang teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah terbagi dua, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.1.4.1 Kegunaan Teoritis1. Bagi Pemerintah
Hasil Praktek Kerja Magang (PKM) ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan tentang pembuatan pakan alami melalui teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal dalam kegiatan budidaya ikan dan udang. 2. Bagi Lembaga Perguruan Tinggi
Hasil Praktek Kerja Magang (PKM) ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut tentang hal yang berkaitan dengan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. 1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi Instansi
Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah diharapkan mendapatkan masukan berupa saran yang bersifat konstruktif untuk meningkatkan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal.2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahun yang diperoleh selama perkuliahan, menambah kepustakaan yang bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan berkaitan dengan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.
3. Bagi Masyarakat Sekitar
Para petani ikan dan udang tradisional yang ada di kawasan lokasi penelitian Praktek Kerja Magang (PKM) ini dapat menjadi suatu informasi atau acuan serta pengetahuan yang baru dalam kegiatan pengelolaan pakan alami, khususnya yang berkaitan dengan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal.
1.5 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) dilaksanakan pada Juli-Agustus 2015 yang berlokasi di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk kegiatan analisis kualitas air dan perhitungan kepadatan plankton dilakukan di Laboratorium Fisika-Kimia dan Lingkungan dan Laboratorium Pakan Hidup, Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Praktek Kerja Magang (PKM)KegiatanBulan
MeiJuniJuliAgustusSeptember
Minggu ke12341234123412341234
Survei Lokasi
Pembuatan Proposal
Pelaksanaan PKM
Penyusunan Laporan
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi Praktek Kerja Magang
Materi tentang Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah diantaranya yang dipelajari meliputi:1. Persiapan media dan pemupukan.2. Kultur Tetraselmis chuii skala semi massal.3. Pemanenan.4. Analisis kualitas air.5. Perhitungan kepadatan populasi Tetraselmis chuii.2.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang (PKM) tentang teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah dapat dilihat pada lampiran 1.2.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam Praktek Kerja Magang (PKM) adalah metode deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, secara aktual dan cermat. Menurut Ardianto (2011) dalam Raditya dan Nani (2015), metode deskriptif adalah metode penelitian yang mencari teori, bukan menguji teori. Ciri lain metode deskriptif adalah menitik beratkan pada observasi dan suasana ilmiah.
Peneliti dengan menggunakan penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan (analisis) namun juga memadukan (sintesis) bukan saja melakukan klasifikasi tetapi juga organisasi (Rahmat, 1989 dalam Raditya dan Nani, 2015).
2.4Teknik Pengambilan Data
Menurut Widodo (2006) dalam Rustika (2014), teknik analisis data adalah langkah-langkah atau prosedur yang digunakan seorang peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan sebagai sesuatu yang harus dilalui sebelum mengambil kesimpulan. Teknik pengambilan data yang dipakai dalam Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu dengan mengambil dua macam data, yang pertama adalah data primer dan kedua adalah data sekunder. Data primer didapat dari observasi, wawancara, dan partisipasi aktif. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu dapat berasal dari buku, jurnal, laporan skripsi, dan sebagainya.2.4.1 Data Primer
Menurut Wandansari (2013), data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu individu atau perseorangan yang membutuhkan pengelolaan lebih lanjut seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer dalam Praktek Kerja Magang (PKM) diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan partisipasi aktif dengan pihak terkait beserta masyarakat yang ada disekitar Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyono, 1997 dalam Rustika, 2014). Pada Praktek Kerja Magang (PKM), pengamatan dilakukan secara langsung mengenai teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Adapun kegiatan observasi pada Praktek Kerja Magang (PKM) antara lain meliputi:1. Persiapan media
Pada tahap persiapan media, pengamatan yang dilakukan yaitu:
Pengamatan mengenai cara sterilisasi alat dan bahan.
Macam-macam alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Penyediaan air laut dan air tawar, salinitas optimum Tetraselmis chuii yaitu 25 ppm sampai 35 ppm (Pujiono, 2013).
Konstruksi wadah atau bak kultur Tetraselmis chuii skala semi massal (jenis bak, ukuran bak, penempatan atau letak bak dan jumlah bak yang digunakan).
2. Pemupukan
Pada tahap pemupukan, pengamatan yang dilakukan meliputi:
Jenis pupuk yang digunakan dalam melakukan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Komposisi pupuk untuk melakukan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Dosis pupuk yang diberikan untuk melakukan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Pengamatan mengenai cara pemupukan dan waktu pemberian pupuk.
Alat dan bahan yang digunakan dalam pemupukan.3. Penebaran bibit
Pada tahap penebaran bibit Tetraselmis chuii, pengamatan yang dilakukan meliputi: Cara penebaran bibit Tetraselmis chuii. Umur bibit Tetraselmis chuii yang siap ditebar.
Padat tebar Tetraselmus chuii. Ciri-ciri bibit Tetraselmis chuii yang siap tebar.
Pemeliharaan Tetraselmis chuii. Alat dan bahan yang digunakan pada penebaran bibit.4. Pemanenan
Pada tahap penebaran bibit Tetraselmis chuii, observasi yang dilakukan yaitu:
Ciri-ciri Tetraselmis chuii yang siap panen.
Cara pemanenan Tetraselmis chuii. Alat dan bahan yang digunakan untuk panen Tetraselmis chuii. Hasil pemanenan Tetraselmis chuii saat panen.
Pemanfaatan Tetraselmis chuii di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.5. Analisis kualitas air
Pada tahap analisis kualitas air Tetraselmis chuii, observasi yang dilakukan meliputi:
Macam-macam parameter kualitas air yang diukur.
Cara menganalisis kualitas air.
Waktu pengukuran kualitas air.
6. Perhitungan kepadatan populasi
Pada tahapan perhitungan kepadatan populasi Tetraselmis chuii, kegiatan pengamatan yang dilakukan yaitu:
Pengamatan cara menghitung kepadatan populasi Tetraselmis chuii. Alat dan bahan yang digunakan dalam perhitungan kepadatan populasi. b. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Hendri, 2009).
Pada Praktek Kerja Magang (PKM), wawancara dilakukan secara langsung dengan cara tanya jawab kepada teknisi lapang, petugas laboratorium maupun masyarakat untuk mendapatkan informasi sebagai berikut:
Keadaan umum lokasi seperti letak geografis dan sejarah BBPBAP Jepara, Jawa Tengah dan sumber informasi juga berdasarkan acuan pustaka yang terdapat di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah. Tujuan, fungsi, visi, dan misi Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.
Struktur organisasi BBPBAP Jepara, Jawa Tengah sumber informasi juga berdasarkan acuan buku yang terdapat di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah. Jumlah tenaga kerja yang ada di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.
Sarana dan prasarana yang tersedia di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.
Teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal meliputi proses persiapan media, pemupukan, penebaran bibit, pemanenan, pengecekan kualitas air dan perhitungan kepadatan populasi.
Permasalahan yang sering dihadapi selama proses teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.
Pemanfaatan Tetraselmis chuii di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah.c. Partisipasi Aktif
Menurut Theodorson (1969) dalam Sirait (2012), partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud bukan bersifat pasif, tetapi secara aktif ditunjukkan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakat di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.Bentuk partisipasi aktif pada Praktek Kerja Magang (PKM) di teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal yaitu turut serta secara langsung dalam beberapa kegiatan yang dilakukan di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Adapun kegiatan partisipasi aktif pada Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu:
Turut serta dalam kegiatan sterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dalam teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Ikut serta dalam menyiapkan media untuk teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Turut serta dalam kegiatan pemberian pupuk dan penebaran bibit. Turut serta dalam kegiatan pemanenan Tetraselmis chuii dan kegiatan pasca-panen. Melakukan pengukuran kualitas air pada bak kultur semi massal dan menganalisis kualitas air di laboratorium. Ikut serta dalam melakukan kegiatan perhitungan kepadatan populasi Tetraselmis chuii di laboratorium. Turut serta dalam semua kegiatan yang dilakukan di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.2.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain, misal dalam bentuk tabel maupun diagram (Hartono, 2014). Menurut Umar (1999) dalam Hartono (2014), data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut. Data ini bisa diperoleh dari pihak lain seperti kepustakaan, majalah, tabloid, atau media massa lainya internet, arsip, referensi lain yang dapat mendukung penelitian ini.
Data sekunder dalam Praktek Kerja Magang (PKM) didapatkan dari jurnal, buku, Laporan PKL ataupun Laporan Skripsi, situs internet serta kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai pustaka untuk menunjang hasil pengamatan.
Data sekunder yang diambil dalam kegiatan ini didapatkan dari kepustakaan dan referensi yang tersedia. Adapun data sekunder yang diperlukan untuk mendukung penyusunan laporan dari hasil Praktek Kerja Magang (PKM) ini, yaitu:
Peta lokasi dan letak geografis Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah.
Kondisi dan keadaan umum di daerah sekitar lokasi Praktek Kerja Magang (PKM).
Tinjauan pustaka mengenai kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Tinjauan pustaka mengenai kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan dan keberhasilan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Data dan dokumentasi saat Praktek Kerja Magang (PKM) berlangsung tentang proses kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal.2.5 Metode Pengambilan Sampel
Kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) pada pengambilan sampel dilakukan setiap hari dan pada pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada pukul 06.00 WIB, 12.00 WIB dan 16.00 WIB. Parameter kualitas air yang diukur adalah pH, suhu, dan oksigen terlarut (DO). Parameter kualitas air tersebut diukur karena dapat mengalami perubahan atau bersifat fluktuatif setiap waktu, sedangkan pengukuran kualitas air pada nitrat dan orthofosfat dilakukan sebanyak 3 kali pada awal, pertengahan dan akhir teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal. Pengukuran kualitas air dilakukan selama 30 hari, sedangkan pengambilan sampel fitoplankton Tetraselmis chuii untuk pengukuran kepadatan populasi dilakukan sebelum penebaran bibit dan saat pemanenan.
2.6 Metode Pengambilan Sampel Parameter Fisika
2.6.1 Suhu
Menurut Soedarsono (2012) dalam Lestariyanti (2014), pengukuran suhu menggunakan Termometer Hg dengan cara sebagai berikut:1. Menyiapkan Termometer Hg.2. Mencelupkannya ke dalam air sungai, kurang lebih 5 menit hingga air raksa berhenti.3. Mengangkat termometer kemudian mencatat hasilnya.2.7 Metode Pengambilan Sampel Parameter Kimia
2.7.1 pH
Menurut Ghufran et al. (2007), menyatakan bahwa pengukuran pH dapat dilakuan dengan pH meter dengan cara sebagai berikut:
1. Tekan tombol switch ke posisi on. Tekan pula tombol baterai ke posisi batt.
2. Setelah pengecekan baterai, tombol cek atau kontrolnya harus dikembalikan ke posisi meas.
3. Kemudian buka penutup elektroda, lalu elektroda tersebut di cuci dengan air mengalir kemudian dibilas dengan tisu yang bersih.4. Kemudian celupkan elektroda ke dalam air sampel dan jarum akna bergerak menunjukan nilai pH air yang sedang diukur.
Menurut Soedarsono (2012) dalam Lestariyanti (2014), pengukuran pH dapat menggunakan kertas pH dengan cara sebagai berikut:
1. Menyediakan air sampel dan kertas pH.
2. Memasukkan sebagian kertas pH ke dalam air sampel selama 2 menit.
3. Mencocokkan warna kertas pH dengan kotak standar pH kemudian mencatat hasilnya.2.7.2 Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Erdina et al. (2013), menyatakan bahwa pengukuran oksigen terlarut (DO) dapat dilakuan dengan cara sebagai berikut:
1. Air sampel diambil dengan menggunakan botol DO tanpa terdapat gelembung udara.
2. Kemudian ditambah 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH+KI sampai timbul endapan.
3. Tambahkan 2 ml H2SO4 dikocok sampai semua endapan larut. 4. Pindahkan kedalam erlenmeyer sebanyak 50 ml dan dititrasi dengan Na-thiosulfat hingga membentuk endapan berwarna kuning muda.
5. Masukkan 2-3 tetes indikator amilum hingga warna biru tua muncul.
6. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi lagi dengan larutan tiosulfat hingga warna biru tua tersebut itu hilang. 7. Jumlah yang terpakai dicatat dan dimasukkan ke dalam rumus dimana penghitungan oksigen terlarut menggunakan rumus:
DO = Dimana :
A : Volume larutan thiosulfat yang terpakai (ml)
N : Normalitas larutan thiosulfat (0,025 N)
8 : Berat molekul O
V : Volume air yang terpakai (ml)2.7.3Salinitas
Menurut Ghufran et al. (2007), menyatakan bahwa pengukuran salinitas dapat dilakuan dengan menggunakan refraktometer dengan cara sebagai berikut:
1. Menetralisir refraktometer menggunakan aquades terlebih dahulu untuk menetapkan garis horizontal (pada lensa) dengan angka nol.
2. Mengangkat penutup kaca prisma dan meletakkan 1-2 tetes air yang akan diukur, kemudian menutup kembali dengan hati-hati agar tidak muncul gelembung udara dipermukaan kaca prisma.
3. Melihat melalui kaca pengintai, dan akan terlihat pada lensa nilai atau salinitas dari air yang sedang diukur.2.7.4 Nitrat
Menurut Setiarini (2007), menyatakan bahwa pengukuran nitrat dapat dilakuan dengan cara sebagai berikut:
1. Menyaring contoh air sebanyak 50 mL dengan kertas saring.
2. Memasukkan 25 mL contoh air ke dalam erlenmeyer (125 mL).
3. Diuapkan diatas pemanas air sampai kering.
4. Mendinginkan dan menambahkan 2 mL asam fenoldisulfonik dan diaduk dengan menggunakan pengaduk gelas.
5. Mengencerkan dengan 10 mL aquades.
6. Menambahkan NH4OH sampai terbentuk warna kemudian dipindahkan ke tabung reaksi dan diencerkan aquades sampai 100 mL.
7. Mengukur penyerapan warna pada spetrofotometer dengan panjang gelombang 400 nm.
2.7.5 Orthofosfat
Menurut Setiarini (2007), menyatakan bahwa pengukuran fosfat dapat dilakuan dengan cara sebagai berikut:
1. Memutar untuk mengukur fosfat dengan panjang gelombang 670 nm.2. Memasukkan aquades ke dalam cuvet kemudian memasukkan ke dalam spektrofotometer dan mengatur tombolnya sehingga bernilai 0.
3. Memasukkan 25 mL contoh air ke dalam tabung reaksi bersih.4. Menambahkan 2 mL ammonium molybdate (NH4)6Mo7O244H2O.
5. Menambahkan 5 tetes SnCl2, dikocok sampai merata dan kemudian dibiarkan kurang lebih 10 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam cuvet.
6. Meletakkan cuvet ke dalam spektrofotometer dan membaca hasilnya.
2.8 Metode Pengambilan Sampel Parameter Biologi2.8.1 Kepadatan Populasi
Perhitungan kepadatan fitoplankton digunakan sebagai salah satu ukuran mengetahui pertumbuhan fitoplankton, mengetahui kepadatan bibit, kepadatan pada awal kultur, dan kepadatan pada saat panen. Kepadatan fitoplankton dapat dihitung dengan menggunakan Haemacytometer. Untuk dapat mempergunakan alat ini diperlukan alat-alat lain yaitu pipet tetes dan mikroskop, serta hand tally counter untuk mempermudah perhitungan fitoplankton.Perhitungan kepadatan sel dilakukan dengan alat Haemocytometer yang diamati menggunakan mikroskop pembesaran 10x10 dan alat penghitung (hand counter) (Octhreeani et al., 2014). Adapun cara menghitung fitoplankton Menurut Musa et al. (2014), penentuan pola pertumbuhan fitoplankton, dilakukan dengan medium setiap 24 jam. Contoh diambil dengan pipet tetes steril, diteteskan sekitar 0,1-0,5 mL pada Haemocytometer, kemudian diamati dengan mikroskop. Bila kepadatan sel masih normal, perhitungan kepadatannya menggunakan rumus:
Jumlah sel/mL = Bila kepadatan selnya terlalu tinggi, perhitungannya menggunakan rumus:
Jumlah sel/mL = DAFTAR PUSTAKAErdina, D., Yuliati dan Efawani. 2013. The Type and Abundance of Phytoplankton in The Village Pond Sialang Buah, Teluk Mengkudu Sub-Regency, Serdang Bedagai Regency, Sumatera Utara. Universitas Riau, Riau. Ghufran, M. H., Kordi K, dan A. B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta: Jakarta. 208 hlm.
Hartono, H. 2014. Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Komitmen Merek. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta: hlm. 1-15.
Hendri, J. 2009. Data Sekunder. Riset Pemasaran, Universitas Gunadarma, Jakarta.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Produksi Pakan Alami: Budidaya Rumput Laut (Jilid 1). Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta. Lestariyanti, E. 2014. Studi Komparasi Diversitas Makrozoobenthos pada dengan Pola Pendekatan Ekohidrolik dan Hidrolik Murni di Perairan Sungai Kabupaten Kendal Jawa Tengah Bulan November 2013. Institut Agama Islam Negeri Walisongo: Semarang.Musa, B., I. Raya, S. Dali. 2014. Pengaruh Penambahan Ion Cu2+ terhadap Laju Pertumbuhan Fitoplankton Chlorella vulgaris. Universitas Hasanuddin Makassar: Sulawesi Selatan.Octhreeani, A. M., Supriharyono dan P. Soedarsono. 2014. Pengaruh Perbedaan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Nannochlorosis sp. dilihat dari Kepadatan Sel dan Klorofil pada Skala Semi Massal. Diponegoro Journal of Maquares. 3(2): 102-108.Pujiono, A. E. 2013. Pertumbuhan Tetraselmis chuii pada Medium Air Laut dengan Intensitas Cahata, Lama Penyinaran dan Jumlah Inokulan yang Berbeda pada Skala Laboratorium. Universitas Jember: Jember.Raditya, A. R dan Nani S. 2015. Komunikasi Persuasif sebagai Promosi PT. Pegadaian. Prosiding Penelitian SPeSIA 2015: hlm. 63-70.Rustika, Y. E. 2014. Upaya Penciptaan Bi'ah Lugawiyyah melalui Optimalisasi Pembelajaran Al-Kalam di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.Sappewali. 2009. Penentuan Intensitas Cahaya Optimum pada Pertumbuhan dan Kadar Mikroalga Tetraselmis chuii. Institut Teknologi Sepuluh November: Surabaya.Sari, I. P. dan A. Manan. 2012. Pola Pertumbuhan Nannochloropsis oculata pada Skala Laboratorium, Intermediet dan Masal. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 4(2): 123-127.Setiarini, Y. R. 2007. Studi tentang Kultur Spirulina sp. di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. Laporan Praktek Kerja Lapang. Universitas Brawijaya: Malang.Sirait, R. A. 2012. Pengaruh Sosial Budaya dan Dukungan Istri terhadap Partisipasi Anggota Polri dalam Ber-KB di Polres Kabupaten Serdang Bedagai. Universitas Sumatera Utara: Medan.Utami, N. F., Yuniarti M. S., dan Kiki H. 2012. Pertumbuhan Chlorella sp. yang dikultur pada Perioditas Cahaya yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3): 237-244.Wandansari, N. D. 2013. Perlakuan Akuntansi atas PPH Pasal 21 pada PT. Artha Prima Finance Kotamobagu. Jurnal EMBA. 1(3): 558-566.Yulianto, D., M. R. Muskananfola, dan P. W. Purnomo. 2014. Tingkat Produktivitas Primer dan Kelimpahan Fitoplankton berdasarkan Waktu yang Berbeda di Perairan Pulau Panjang, Jepara. Diponegoro Journal of Maquares. 3(4): 195-200.LAMPIRAN ILampiran 1. Alat dan Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)
ParameterSatuanAlatBahan
Fisika
SuhuoC1. Termometer Hg2. Stopwatch1. Air sampel
Kimia
pH-1. Kotak standar pH1. Air sampel
2. pH paper
3. Tisu
DOmg/l1. Pipet Volume
2. Pipet tetes
3. Statif
4. Buret
5. Aerator
6. Batu aerasi
7. Botol DO
1. Air sampel
2. Larutan MnSO43. Larutan NaOH+KI
4. Larutan H2SO4
5. Aquades
6. Larutan Amilum
7. Larutan Na2S2O38. Tisu
9. Kertas Label
Salinitasppt1. Refraktometer1. Air sampel
2. Aquades
3. Tisu
Nitratmg/l1. Cawan porselin
2. Cuvet
3. Rak cuvet4. Washing bottle
5. Hot plate
6. Beaker glass
7. Erlenmeyer
8. Pipet tetes
9. Gelas ukur
10. Spatula
11. Spektofotometer1. Air sampel
2. Aquades
3. Kerak nitrat
4. Kertas saring
5. Larutan blanko
6. Kertas label
7. Asam fenoldisulfonik
8. Larutan NH4OH
9. Tisu
ParameterSatuanAlatBahan
Kimia
Orthofosfatmg/l1. Gelas ukur
2. Erlenmeyer
3. Cuvet
4. Rak cuvet5. Pipet tetes
6. Spektofometer
7. Washing bottle1. Air sampel
2. Larutan Ammonium molybdate3. Larutan SnCl24. Aquades
5. Kertas label
6. Larutan blanko
7. Tisu
Biologi
Kepadatan planktonInd/l1. Haemocytometer
2. Hand tally counter
3. Plankton net4. Object glass
5. Cover glass
6. Washing bottle
7. Pipet tetes
8. Botol film
9. Mikroskop1. Air sampel
2. Aquades
3. Kertas label
4. Tisu
Lampiran 2. Fungsi Alat Praktek Kerja Magang (PKM)
No.AlatFungsi
1.AeratorUntuk mensuplai atau meningkatkan kandungan oksigen didalam air
2.Bak kulturSebagai wadah dalam melakukan kegiatan pembibitan Tetraselmis chuii
3.Beaker glassSebagai tempat mereaksikan larutan
4.Botol DOSebagai wadah sampel air yang akan diukur kadar oksigen terlarutnya
5.Botol filmSebagai tempat sampel Tetraselmis chuii
6.Batu aerasiUntuk memperhalus gelembung udara yang keluar dan diletakkan pada ujung selang aerasi
7.BuretUntuk wadah larutan titrasi
No.AlatFungsi
8.Cawan porselinMereaksikan zat dalam suhu tinggi (dengan syarat kurang dari 300oC)
9.Cover glassUntuk menutup sampel Tetraselmis chuii yang ada pada object glass
10.CuvetUntuk wadah larutan yang akan diukur
11.ErlenmeyerUntuk wadah air sampel yang akan direaksikan
12.Filter bagPenyaring air yang masuk ke dalam bak kultur sehingga kotoran-kotoran yang terkandung pada air laut tidak masuk ke dalam bak kultur
13.Gelas ukurUntuk mengukur air sampel yang akan digunakan dalam kultur
14.HaemocytometerUntuk menghitung kepadatan Tetraselmis chuii
15.Hand tally counterUntuk membantu menghitung sampel kultur
16.Hot plateUntuk menguapkan larutan hingga terbentuk kerak pada cawan porselin
17.Kamera dan alat tulisSebagai alat untuk mendokumentasikan dan mencatat hasil serta kegiatan lapang
18.Kotak standar pHSebagai alat pembanding nilai air sampel pada pH paper dan untuk mengukur derajat keasaman
19.MikroskopSebagai alat untuk mengamati sampel Tetraselmis chuii
20.Object glassUntuk pengamatan sampel dibawah mikroskop
21.Pipet tetesUntuk memindahkan larutan dalam skala kecil
22.Pipet volumeUntuk mengambil larutan dan meneteskan larutan dalam volume tertentu
23.Plankton netSebagai alat untuk mengambil sampel Tetraselmis chuii
24.Rak cuvetSebagai tempat untuk meletakkan cuvet
25.RefraktometerUntuk mengukur salinitas air media kultur
26.SpatulaUntuk menghomogenkan larutan
27.SpektrofotometerUntuk mengukur kadar orthofosfat dengan panjang gelombang 690 nm dan nitrat dengan panjang gelombang 410 nm
28.StatifUntuk penyangga buret
No.AlatFungsi
29.StopwatchUntuk mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan
30.Termometer HgUntuk mengukur suhu di perairan
31.Washing bottleSebagai tempat aquades
Lampiran 3. Fungsi Bahan Praktek Kerja Magang (PKM)
No.BahanFungsi
1.Air lautUntuk media pertumbuhan bibit Tetraselmis chuii
2.Air tawarUntuk media pertumbuhan bibit Tetraselmis chuii
3.Air sampelSebagai sampel yang diukur
4.Ammonium molybdateUntuk mengikat kandungan fosfat molibdate
5.AmilumSebagai pengondisian basa dan indikator warna ungu
6.AquadesUntuk mengkalibrasi spektofotometer
7.Asam fenoldisulfonikUntuk melarutkan kerak dalam beaker glass
8.Bibit Tetraselmis chuiiSebagai sampel untuk kultur semi massal
9.H2SO4Untuk katalisator dan indikator asam
10.Kerak nitratSebagai sampel yang diukur kandungan nitratnya
11.Kertas labelUntuk memberikan keterangan pada sampel
12.Kertas saringUntuk menyaring air yang dijadikan sampel
13.KlorinSebagai disinfektan di air
14.Larutan blankoUntuk kalibrasi spektrofotometer
15.MnSO4Untuk mengikat O2 didalam perairan
16.Na-thiosulfat (Na2S2O3) Sebagai larutan titrasi
17.NaOH+KIUntuk melepas I2 dan membentuk endapan cokelat
18.NH4OHUntuk melarutan lemak dan suplai ion H+ dan indikator basa
19.pH paperUntuk mengukur nilai pH perairan
20.PupukSebagai nutrisi pertumbuhan Tetraselmis chuii
21.SnCl2Sebagai indikator warna biru dan pengondisian basa
22.TisuUntuk membersihkan alat yang digunakan
LAMPIRAN II
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan WawancaraA. Sejarah BBPBAP (Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau) Jepara, Jawa Tengah1. Bagaimana struktur organisasi di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara ? 2. Bagaimana sarana dan prasarana di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara ?
3. Bagaimana sejarah berdirinya Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara ?B. Persiapan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal1. Apa saja pakan alami yang dibudidayakan pada Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara ?
2. Bagaimana cara sterilisasi alat yang digunakan untuk teknik kultur plankton ?
3. Bagaimana cara sterilisasi air laut yang digunakan sebagai media kultur plankton ?
4. Bagaimana sistem penyediaan air laut dan air tawar sebagai media kultur plankton ?
5. Bagaimana penyediaan listrik di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara ?
6. Apa saja tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
7. Bagaimana proses persiapan media untuk melakukan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
8. Berapa waktu yang dibutuhkan dalam proses persiapan media untuk kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
9. Apa saja alat yang digunakan dalam proses persiapan media kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?10. Apa saja alat yang digunakan dalam pemanenan Tetraselmis chuii ?11. Berapa wadah atau bak yang digunakan untuk melakukan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
12. Berapa volume air laut yang digunakan sebagai media kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?C. Pelaksanaan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal1. Apa saja pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan analisis kualitas air pada teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?2. Bagaimana proses pemupukan untuk kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?3. Apa saja jenis pupuk yang digunakan dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
4. Apa saja komposisi dari pupuk yang digunakan untuk kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?5. Berapa dosis pupuk yang diberikan dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
6. Bagaimana proses penebaran bibit Tetraselmis chuii ?
7. Darimana bibit Tetraselmis chuii diperoleh ?
8. Berapa perbandingan antara volume air laut dengan padat tebar bibit Tetraselmis chuii ?
9. Bagaimana ciri-ciri dari bibit Tetraselmis chuii yang baik untuk kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
10. Berapa umur dari bibit Tetraselmis chuii yang siap untuk di kultur skala semi massal ?
11. Bagaimana cara pemeliharaan Tetraselmis chuii setelah penebaran bibit ?
12. Berapa waktu yang dibutuhkan Tetraselmis chuii siap untuk pemanenan ?
13. Bagaimana ciri-ciri Tetraselmis chuii yang siap untuk dilakukan dalam proses pemanenan ?
14. Bagaimana proses pemanenan Tetraselmis chuii ?
15. Berapa hasil panen yang diperoleh dalam 1 bak kultur untuk sekali pemanenan Tetraselmis chuii ?D. Pasca teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal1. Apa penanganan selanjutnya yang dilakukan setelah pemanenan Tetraselmis chuii ?
2. Apakah pernah terjadi kegagalan pada kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?3. Apa faktor-faktor yang biasanya menjadi penyebab kegagalan dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?
4. Apakah ada tindakan khusus yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut ?
5. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal ?6. Berapa kali dilakukan pengukuran kualitas air? apakah dalam 1 hari atau 1 minggu ?
7. Apa saja parameter kualitas yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Tetraselmis chuii ?
8. Bagaimana pemanfaatan Tetraselmis chuii di BBPBAP Jepara ?9. Bagaimana proses teknik kultur Tetraselmis chuii skala semi massal selanjutnya setelah dilakukan pemanenan ?