2 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
Susunan Redaksi JUARA
Dewan Redaksi
Penanggung Jawab
Drs. I Wayan Sujana, MM.
Pemimpin Editor
I Dewa Made Endiana, SE.,MSi.,Ak.
Dewan Editor
Luh Komang Merawati, SE.,M.Si.
Vol 6, No 4 (2016): JUARA
Table of Contents
Articles IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
Gayatri Gayatri, Prasetya Pria
PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI PADA 10 BANK DENGAN LABA TERBESAR DI INDONESIA)
Ketut Tanti Kustina, IGA Agung Omika Dewi
PILIHAN KARIR MAHASISWA AKUNTANSI STIE TRIATMA MULYA SEBAGAI AUDITOR DITINJAU DARI PERSEPSI LINGKUNGAN KERJA
Gde Herry Sugiarto Asana, Komang Khrisna Yogantara, Ni Nyoman Sri Rahayu Trisna Dewi
ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPRODUKSI SENDIRI ATAU MEMBELI PRODUK GARMENT DARI PIHAK KETIGA PADA CV. MADIN PRATAMA
Ni Ketut Krisnayanti, I Ketut Puja Wira Sanjaya
PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2014
Ni Putu Yuria Mendra
3 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA TAHUN 2010 – 2014 DENGAN NON PERFORMING LOAN SEBAGAI PEMODERASI
I Wayan Suka Negara, Ni Kadek Desy Natalia
PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG
I Nyoman Putra Yasa
EVALUASI EFEKTIVITAS E MODULE UNTUK MENINGKATKAN SOFT SKILLS MAHASISWA
Ni Kadek Sinarwati
PENGARUH PEMAHAMAN DAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
TERHADAP KINERJA INDIVIDU DAN KINERJA UMKM PENGRAJIN PERAK
I Dewa Made Endiana, I Made Sudiartana
4 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
Gayatri1
Prasetya Pria J2
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implikasi ukuran perusahaan
dan pengungkapan corporate social responsibility terhadap manajemen laba. Peru-
sahaan besar wajib melakukan pengungkapan corporate social responsibility dalam
laporan keuangan untuk mendapatkan legitimasi dan nilai positif dari masyarakat.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaft-
ar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014. Sampel dalam penelitian ini dipilih
melalui teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan merupa-
kan variabel independen, manajemen laba merupakan variabel dependen, dan pe-
ngungkapan corporate social responsibility merupakan variabel intervening. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis).
Penelitian ini menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
pada pengungkapan corporate social responsibility. Hal ini menggambarkan bahwa
peningkatan ukuran perusahaan akan meningkatkan pengungkapan corporate social
responsibility. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada manajemen laba. Hal
ini menunjukkan bahwa peningkatan ukuran perusahaan akan menyebabkan ter-
jadinya penurunan manajemen laba. Pengungkapan corporate social responsibility
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Kondisi ini menggambarkan bahwa
peningkatan pengungkapan corporate social responsibility akan menyebabkan ter-
jadinya penurunan manajemen laba. Pengungkapan corporate social responsibility
mampu memediasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Hal ini
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada manjemen laba
melalui pengungkapan corporate social responsibility.
Kata kunci: ukuran perusahaan, manajemen laba.
I. PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan
sarana dalam mengkomunikasikan in-
formasi keuangan terhadap pihak-pihak
yang berkepentingan dalam mengam-
bil keputusan. Informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan diharapkan
dapat membantu kreditor dan investor
dalam mengambil keputusan yang ber-
hubungan dengan dana yang mereka in-
vestasikan. Laba merupakan salah satu
parameter penting dalam laporan keuan-
gan yang digunakan untuk menaksir ki-
nerja manajer. Kecenderungan untuk
lebih memperhatikan laba disadari oleh
pihak manajemen, khususnya manajer
yang kinerjanya dinilai berdasarkan in-
formasi laba. Hal tersebut dapat menim-
bulkan perilaku menyimpang, salah satu
bentuknya adalah manajemen laba.
Manajemen laba berada di daerah
abu-abu antara aktivitas yang diijinkan
oleh prinsip akuntansi atau merupakan
sebuah kecurangan. Laporan keuangan
dapat disebut sebagai cerminan perilaku
etis dan tanggung jawab sosial pribadi
5 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
orang yang membuat laporan keuan-
gan (Sulistyanto, 2008). Banyak ma-
najer menganggap praktik manajemen
laba sebagai tindakan wajar dan etis
serta merupakan alat sah bagi manajer
dalam melaksanakan tanggung jawab-
nya untuk mendapatkan keuntungan
atau return perusahaan (Fischer dan
Rosenzweigh, 1995). Manajemen laba di-
anggap perbuatan yang legal dan tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (Mer-
chant dan Rockness, 1994).
Para pihak yang kontra terhadap
manajemen laba mengungkapkan bah-
wa manajemen laba merupakan tinda-
kan yang kontroversial di dalam dunia
akuntansi dan bisnis. Manajemen laba
membawa pengaruh negatif dan cend-
erung menyesatkan bagi pengguna infor-
masi dalam pelaporan keuangan. Mana-
jemen laba merupakan campur tangan
manajer dalam proses penyusunan
laporan keuangan yang bertujuan un-
tuk memaksimalkan keuntungan priba-
di (Schipper, 1989:92). Manajemen laba
dilakukan dengan memilih metode atau
kebijakan akuntansi untuk menaikkan
laba atau menurunkan laba. Manajemen
akan menggeser laba periode yang akan
datang ke periode sekarang untuk me-
naikkan laba dan menggeser laba peri-
ode masa sekarang ke periode berikutn-
ya untuk menurunkan laba. Manajemen
laba merupakan manipulasi akuntansi
dengan tujuan menciptakan kinerja pe-
rusahaan agar terkesan lebih baik dari
yang sebenarnya (Mulford dan Comis-
key, 2010).
Manajemen laba timbul sebagai
dampak dari masalah keagenan yang
terjadi karena adanya ketidakselarasan
kepentingan antara pemilik perusa-
haan (prinsipal) dan manajemen (agen).
Asumsi dalam teori keagenan yaitu mas-
ing-masing individu termotivasi oleh
kepentingan diri sendiri sehingga me-
nimbulkan konflik kepentingan antara
prinsipal dan agen. Pemilik perusahaan
sebagai prinsipal mengadakan kontrak
untuk memaksimumkan kesejahteraan
dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Manajer sebagai agen termo-
tivasi untuk memaksimalkan pemenu-
han kebutuhan ekonomi dan psikolo-
gisnya dalam hal memperoleh investasi,
pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Konflik kepentingan antara ma-
najemen dan pemilik perusahaan juga
terjadi karena pemilik perusahaan tidak
selalu dapat mengawasi aktivitas yang
dilakukan manajer sehari-hari dan me-
mastikan bahwa manajer bekerja sesuai
dengan keinginan pemilik perusahaan.
Pemilik perusahaan tidak mempunyai
informasi yang cukup mengenai kinerja
perusahaan, sedangkan manajer memi-
liki lebih banyak informasi mengenai
perusahaan secara keseluruhan. Perbe-
daan informasi yang dimiliki dapat mem-
berikan peluang bagi manajer untuk
melakukan manajemen laba.
Manajemen laba dilakukan
melalui manipulasi laporan keuangan
dengan memanfaatkan kebijakan akun-
tansi. Manajemen laba yang dilakukan
manajer dengan mengendalikan tran-
saksi akrual, yaitu transaksi yang ti-
dak mempengaruhi aliran kas (Fried-
lan, 1994). Transaksi akrual merupakan
transaksi yang tidak mempengaruhi ali-
ran kas masuk (cash inflow) maupun ali-
ran kas keluar (cash outflow). Akuntansi
akrual terdiri dari discretionary accruals
dan non discretionary accruals. Discre-
tionary accruals merupakan akrual yang
ditentukan manajemen. Manajer dapat
memilih kebijakan dalam hal metode dan
estimasi akuntansi. Non discretionary ac-
cruals merupakan akrual yang ditentu-
kan atas kondisi ekonomi (Xiong, 2006).
Salah satu faktor yang mempen- garuhi
praktik manajemen laba adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusa- haan
merupakan tingkat identifikasi be- sar
atau kecilnya suatu perusahaan. Be- sar
kecilnya ukuran perusahaan dapat
didasarkan pada total nilai aktiva, total
6 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah
tenaga kerja dan sebagainya (Hilmi dan
Ali, 2008). Semakin besar nilai aktiva
mengindikasikan semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjua-
lan mengindikasikan semakin banyak
perputaran uang dan semakin besar ka-
pitalisasi pasar mengindikasikan sema-
kin dikenal masyarakat. Penelitian ini
menggunakan total aset sebagai proksi
ukuran perusahaan, karena total aset
relatif lebih stabil dibandingkan dengan
ukuran lain dalam mengukur ukuran
perusahaan (Sudarmadji dkk., 2007).
Penelitian Muliati (2011) serta Jao
dan Pagalung (2011) menemukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Perusahaan
yang lebih besar kurang memiliki doron-
gan untuk melakukan manajemen laba
dibandingkan dengan perusahaan kecil,
karena perusahaan besar dipandang leb-
ih kritis oleh pemegang saham dan pihak
luar. Namun, penelitian Rahmani dan
Mir (2013) menemukan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terha-
dap manajemen laba. Perusahaan be-
sar mempunyai insentif yang cukup be-
sar untuk melakukan manajemen laba,
karena perusahaan besar harus mampu
memenuhi ekspektasi investor atau pe-
megang sahamnya.
Perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usaha tidak hanya beropera-
si untuk kepentingannya sendiri, tetapi
juga harus memberikan manfaat bagi
stakeholder seperti: pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier, pemerin-
tah, masyarakat, analis dan pihak lain.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau
Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan suatu bentuk komitmen pe-
rusahaan terhadap para stakeholder da-
lam mempertanggungjawabkan dampak
dari aktivitas operasi yang telah dilaku-
kan perusahaan. CSR merupakan pros-
es pengkomunikasian dampak sosial
dan lingkungan kegiatan ekonomi organ-
isasi terhadap kelompok khusus yang
berkepentingan dan masyarakat secara
keseluruhan (Hackston dan Milne, 1996).
Perusahaan menjadi bagian dari suatu
komunitas dan lingkungannya sendiri.
Dampak yang ditimbulkan dari aktivi-
tas perusahaan, akan sangat berpen-
garuh terhadap masyarakat sekitarnya,
sehingga apa yang dilakukan oleh pihak
perusahaan akan kembali lagi kepada
masyarakat tersebut. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan membutuhkan
dukungan dari lingkungan masyarakat
yang kondusif agar perusahaan dapat
beroperasi dengan tenang.
Dalam pasal 74 dan pasal 66 ayat
1 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007
menyebutkan perusahaan yang kegiatan
operasinya berhubungan dengan peng-
gunaan sumber daya alam diwajibkan
untuk melakukan tanggung jawab sosial
dan lingkungan serta harus dimuat da-
lam laporan tahunan perusahaan. Wa-
laupun pelaksanaan tanggung jawab
sosial perusahaan bersifat wajib, namun
item-item tanggung jawab sosial yang
diungkapkan perusahaan masih mer-
upakan informasi yang bersifat sukarela
(Putra, 2013).
Ukuran perusahaan juga mer-
upakan salah satu faktor yang mem-
pengaruhi pengungkapan CSR. Ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan ter-
hadap pengungkapan CSR (Purwanto,
2011). Tanggung jawab sosial dipen-
garuhi oleh ukuran perusahaan. Peru-
sahaan besar cenderung mengungkap-
kan pertanggungjawaban sosial yang
lebih luas. Perusahaan besar akan me-
ngungkapkan lebih banyak informasi
dari pada perusahaan kecil, karena pe-
rusahaan besar akan menghadapi resiko
politis yang lebih besar dibandingkan
perusahaan kecil (Kusumastuti, 2014).
Pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan dilakukan untuk mendapat-
kan nilai positif dan legitimasi dari mas-
yarakat (Junitasari, 2015)
Di sisi lain, pengungkapan akti-
vitas CSR dapat membatasi terjadinya
7 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
tindakan manajemen laba. Tujuan pe-
rusahaan mengungkapkan banyak in-
formasi tentang aktivitas CSR untuk
membentuk profil organisasi yang lebih
baik (Lanis dan Richardson, 2012). Seh-
ingga perusahaan lebih berhati-hati da-
lam melakukan praktik manipulasi laba
karena tidak konsisten dengan tujuan
pembentukan profil perusahaan. Prak-
tek kecurangan seperti manajemen laba
dapat menghapus pengaruh positif dari
melakukan aktivitas CSR.
Berdasarkan penjelasan sebelum-
nya, maka yang menjadi rumusan mas-
alah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Apakah ukuran perusahaan berpen-
garuh pada pengungkapan corporate
social responsibility?
2) Apakah ukuran perusahaan berpen-
garuh pada manajemen laba?
3) Apakah pengungkapan corporate so-
cial responsibility berpengaruh pada
manajemen laba?
4) Apakah ukuran perusahaan berpen-
garuh pada manajemen laba melalui
pengungkapan corporate social re-
sponsibility?
II. LANDASAN TEORI DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Teori Keagenan
Hubungan agensi muncul ketika
satu orang atau lebih (prinsipal) mem-
pekerjakan orang lain (agen) untuk mem-
berikan suatu jasa dan mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan ke-
pada agen tersebut. Jika agen tidak
berbuat sesuai kepentingan prinsipal
mengakibatkan terjadi konflik keagenan
sehingga memicu biaya keagenan (Jen-
sen dan Meckling, 1976).
Perusahaan mempunyai banyak
kontrak seperti: kontrak kerja dengan
para manajer dan kontrak pinjaman den-
gan kreditur. Agen dan prinsipal ingin
memaksimumkan utilitas masing-mas-
ing melalui informasi yang dimiliki. Agen
memiliki informasi lebih banyak (full in-
formation) dibandingkan dengan prinsi-
pal sehingga menimbulkan asimetry in-
formation. Informasi yang lebih banyak
dimiliki oleh manajer dapat memicu ma-
najer melakukan tindakan yang sesuai
dengan keinginan dan kepentingannya.
Bagi pemilik modal atau investor akan
sulit untuk mengontrol secara efektif
tindakan yang dilakukan oleh manajer
karena hanya memiliki sedikit informa-
si. Kadangkala kebijakan tertentu yang
dilakukan oleh manajer tanpa sepen-
getahuan pemilik modal atau investor
(Scott, 2000).
Asumsi teori agensi adalah mas-
ing-masing individu termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga
menimbulkan konflik kepentingan an-
tara prinsipal dengan agen. Pemegang
saham sebagai pihak prinsipal akan
mengadakan kontrak untuk memaksi-
mumkan kesejahteraan dirinya melalui
peningkatan profitabilitas. Manajer se-
bagai agen termotivasi untuk memaksi-
malkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya dalam hal memper-
oleh investasi, pinjaman, maupun kon-
trak kompensasi. Perilaku oportunistik
dari agen menyebabkan timbulnya ma-
salah keagenan. Manajer akan memiliki
dorongan untuk memilih dan menerap-
kan metode akuntansi yang dapat mem-
perlihatkan kinerja yang baik dengan
tujuan mendapatkan bonus (Muliati,
2011).
2.2. Teori Legitimasi
Legitimasi organisasi merupakan
sesuatu yang diberikan oleh masyarakat
kepada perusahaan dan sesuatu yang
diinginkan atau dicari perusahaan dari
masyarakat. Legitimasi memiliki man-
faat untuk mendukung keberlangsun-
gan hidup suatu perusahaan (O’Dono-
van, 2002). Legitimasi dianggap sebagai
penyamaan persepsi bahwa tindakan
yang dilakukan oleh suatu entitas mer-
upakan tindakan yang diinginkan, pan-
tas ataupun sesuai dengan sistem nor-
8 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
ma, nilai, kepercayaan dan definisi yang
dikembangkan secara sosial (Suchman,
1995). Legitimasi dianggap penting bagi
perusahaan karena menjadi faktor strat-
egis bagi perkembangan perusahaan ke
depan.
Teori legitimasi dapat diterapkan
pada perusahaan yang melakukan ke-
giatan tanggung jawab sosial. Perusa-
haan menjadi bagian dari suatu komuni-
tas dan lingkungannya sendiri. Dampak
yang ditimbulkan dari aktivitas perusa-
haan akan sangat berpengaruh terhadap
masyarakat sekitarnya, sehingga apa
yang dilakukan oleh pihak perusahaan
akan kembali lagi kepada masyarakat
tersebut. Oleh karena itu, manajemen
membutuhkan dukungan dari lingkun-
gan masyarakat yang kondusif agar peru-
sahaan dapat beroperasi dengan tenang.
Perusahaan memiliki kontrak dengan
masyarakat untuk melakukan kegiatan
berdasarkan nilai-nilai keadilan, dan
bagaimana perusahaan menanggapi
berbagai kelompok kepentingan un-
tuk melegitimasi tindakan perusahaan
(Haniffa dan Cooke, 2005). Perusahaan
juga harus memperhatikan kepentingan
berbagai pihak. Semakin banyak peru-
sahaan melakukan kegiatan sosial yang
memberikan dampak positif bagi pihak
lain maka akan memberikan manfaat
dan kemajuan tersendiri bagi perusa-
haan. Untuk itu, sebagai suatu sistem
yang mengedepankan keberpihakan ke-
pada society, operasi perusahaan harus
kongruen dengan harapan masyarakat
(Retno dan Priantinah, 2012).
2.3 Teori Stakeholder
Stakeholders merupakan indi-
vidu, sekelompok manusia, komunitas
atau masyarakat baik secara keseluru-
han maupun secara parsial yang memili-
ki hubungan serta kepentingan terhadap
perusahaan (Kusumastuti, 2014). Peru-
sahaan bukanlah entitas yang hanya
beroperasi untuk kepentingannya sendi-
ri, namun harus memberikan manfaat
bagi stakeholder-nya seperti: pemegang
saham, kreditor, konsumen, supplier, pe-
merintah, masyarakat, analis dan pihak
lain (Ghozali dan Chariri, 2007). Pen-
gungkapan corporate social responsibility
menjadi penting karena para stakeholder
perlu mengetahui dan mengevaluasi se-
jauh mana perusahaan melaksanakan
peranannya sesuai dengan keinginan
stakeholder, sehingga menuntut adanya
akuntabilitas perusahaan atas kegiatan
corporate social responsibility yang telah
dilakukan (Riswari, 2012).
2.4 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan in-
tervensi atau campur tangan mana-
jer dalam proses penyusunan laporan
keuangan dengan tujuan untuk memak-
simalkan keuntungan pribadi (Schipper,
1989: 92). Manajer melakukan manaje-
men laba dengan memilih metode atau
kebijakan akuntansi untuk menaikkan
atau menurunkan laba. Pada saat mana-
jer menaikkan laba, maka manajer meng-
geser laba periode yang akan datang ke
periode sekarang dan pada saat mana-
jer menurunkan laba dengan menggeser
laba periode masa sekarang ke periode
berikutnya. Manajemen laba merupakan
manipulasi akuntansi dengan tujuan
menciptakan kinerja perusahaan agar
terkesan lebih baik dari yang sebenarn-
ya (Mulford dan Comiskey, 2010). Ban-
yak manajer menganggap praktik mana-
jemen laba sebagai tindakan wajar dan
etis serta merupakan alat sah manajer
dalam melaksanakan tanggung jawab-
nya untuk mendapatkan keuntungan
atau return perusahaan (Fischer dan
Rosenzweigh, 1995). Manajemen laba
yang banyak dilakukan selama ini diang-
gap perbuatan yang legal atau tidak ber-
tentangan dengan prinsip-prinsip akun-
tansi yang berlaku umum (Merchant dan
Rockness, 1994).
Pola yang dilakukan manajer da-
lam melakukan manajemen laba(Scott,
2000), yaitu: pertama, taking a bath.
9 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi
termasuk pengangkatan CEO baru den-
gan melaporkan kerugian dalam jumlah
besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba di masa mendatang;
kedua, income minimization. Dilakukan
pada saat perusahaan mengalami ting-
kat probabilitas yang tinggi sehingga jika
laba pada periode mendatang diperkira-
kan turun drastis dapat diatasi dengan
laba periode sebelumnya; ketiga, income
maximization. Dilakukan pada saat laba
menurun. Tindakan atas Income Maximi-
zation bertujuan untuk melaporkan net
income yang tinggi untuk tujuan bonus
yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelangga-
ran perjanjian hutang; keempat, income
smoothing. Dilakukan perusahaan den-
gan cara meratakan laba yang dilapor-
kan sehingga dapat mengurangi fluktu-
asi laba yang terlalu besar karena pada
umumnya investor lebih menyukai laba
yang relatif stabil.
2.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan
tingkat identifikasi besar atau kecilnya
suatu perusahaan. Besar kecilnya uku-
ran perusahaan dapat didasarkan pada
total nilai aktiva, total penjualan, kapi-
talisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan
sebagainya. Semakin besar nilai tersebut
maka semakin besar pula ukuran peru-
sahaan (Hilmi dan Ali, 2008). Ukuran
perusahaan yang dipakai untuk menen-
tukan tingkat perusahaan (Restuwu-
lan, 2013) terdiri dari: pertama, tenaga
kerja, merupakan jumlah pegawai tetap
dan kontrak yang terdaftar atau bekerja
di perusahaan pada suatu saat tertentu;
kedua, tingkat penjualan, merupakan
volume penjualan suatu perusahaan
pada suatu periode tertentu; ketiga, to-
tal utang ditambah dengan nilai pasar
saham biasa, merupakan jumlah utang
dan nilai pasar saham biasa perusa-
haan pada tanggal tertentu; keempat, to-
tal aset merupakan keseluruhan aktiva
yang dimiliki perusahaan pada saat ter-
tentu.
2.6 Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan proses pengkomuni-
kasian dampak sosial dan lingkungan
kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan
dan masyarakat secara keseluruhan
(Hackston dan Milne, 1996). CSR mer-
upakan suatu sikap yang ditunjukkan
perusahaan atas komitmennya terhadap
para pemangku kepentingan perusa-
haan atau stakeholders dalam memper-
tanggungjawabkan dampak dari operasi
atau aktivitas yang dilakukan perusa-
haan tersebut baik dalam aspek sosial,
ekonomi, maupun lingkungan, serta
menjaga agar dampak tersebut member-
ikan manfaat kepada masyarakat dan
lingkungannya (Arief dan Didik, 2014) .
Gagasan yang terkandung dalam
CSR adalah menjadikan perusahaan ti-
dak hanya dihadapkan pada tanggung
jawab pada nilai perusahaan semata
dalam hal ini adalah laporan keuangan-
nya tetapi juga kewajiban terhadap
stakeholder. Tanggung jawab perusa-
haan yang ditunjukkan dalam CSR ha-
rus berpijak pada aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan. Sehingga perusahaan
dapat menggunakan informasi CSR se-
bagai salah satu keunggulan kompeti-
tif (Budi, 2013). Tanggung jawab sosial
perusahaan memberikan keuntungan
bersama bagi semua pihak, baik peru-
sahaan, karyawan, masyarakat, pemer-
intah maupun lingkungan. Manfaat CSR
yang didapat oleh perusahaan (Sayidati-
na, 2011) yaitu: pertama, Brand differ-
entiation. Dalam persaingan pasar yang
kian kompetitif, CSR bisa memberikan
citra perusahaan yang khas, baik, dan
etis di mata publik yang pada gilirann-
ya menciptakan customer loyalty; kedua,
human resources. Program CSR dapat
membantu dalam perekrutan karyawan
baru, terutama yang memiliki kualifi-
10 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
kasi tinggi. Bagi staff lama, CSR dapat
meningkatkan persepsi, reputasi dan
dedikasi dalam bekerja; ketiga, license
to operate. Perusahaan yang menjalank-
an CSR akan mendorong pemerintah
dan publik untuk memberi izin bisnis,
karena dianggap memenuhi standar op-
erasi dan kepedulian terhadap lingkun-
gan dan masyarakat luas; keempat, risk
management. Reputasi perusahaan yang
dibangun bertahun-tahun bisa runtuh
dalam sekejap oleh skandal korupsi,
kecelakaan karyawan, atau kerusakan
lingkungan. Membangun budaya “doing
the right thing” berguna bagi perusahaan
dalam mengelola risiko bisnis.
Pengungkapan CSR oleh perusa-
haan di Indonesia adalah wajib dilaku-
kan (mandatory disclosure). Pengung-
kapan ini didukung oleh regulasi yaitu
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007
pasal 74 menyatakan bahwa perusahaan
yang kegiatan operasinya berhubun-
gan dengan penggunaan sumber daya
alam diwajibkan melakukan tanggung
jawab sosial dan lingkungan (Ghozali
dan Chariri, 2007). Sedangkan pasal 66
ayat 1 menyatakan bahwa hal-hal yang
harus dimuat dalam laporan tahunan
perusahaan adalah pelaporan pelaksa-
naan tanggung jawab sosial perusahaan.
Walaupun demikian item-item tanggung
jawab sosial yang diungkapkan perusa-
haan masih merupakan informasi yang
bersifat sukarela (Putra, 2013).
2.7 Pengembangan Hipotesis
Ukuran perusahaan adalah ting-
kat identifikasi besar atau kecilnya
suatu perusahaan. Ukuran perusahaan
merupakan variabel penduga yang ban-
yak digunakan untuk menjelaskan va-
riasi pengungkapan dalam laporan ta-
hunan perusahaan. Perusahaan besar
mengungkapkan informasi yang lebih
banyak dari pada perusahaan kecil. Ini
terjadi karena perusahaan besar akan
menghadapi resiko politis lebih besar
dibanding perusahaan kecil (Kusumas-
tuti, 2014). Tekanan politis yang diha-
dapi perusahaan besar adalah melaku-
kan pertanggungjawaban di bidang CSR.
CSR merupakan proses pengkomunika-
sian dampak sosial dan lingkungan dari
kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan
dan masyarakat secara keseluruhan
(Hackston dan Milne, 1996). Pengkomu-
nikasian dilakukan melalui pengungka-
pan dalam laporan keuangan tahunan
sehingga dalam jangka panjang dapat
terhindar dari biaya besar akibat tun-
tutan dari masyarakat. Pengungkapan
CSR ini dilakukan perusahaan untuk
mendapatkan legitimasi dari stakehold-
ers (Nurkhin, 2009).
Hasil penelitian Kusumastuti
(2014) menemukan bahwa ukuran pe-
rusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap pengungkapan pertanggung
jawaban sosial (CSR). Hasil penelitian
Purwanto (2011) menemukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh sig-
nifikan terhadap pengungkapan CSR.
Primadewi dan Mertha (2014) juga mene-
mukan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR.
Hal ini menunjukkan bahwa pertanggu-
ngjawaban sosial (CSR) dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan, dan perusahaan be-
sar cenderung mengungkapkan pertang-
gungjawaban sosial lebih luas diband-
ingkan perusahaan kecil. Berdasarkan
uraian tersebut maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh
positif pada pengungkapan corporate so-
cial responsibility.
Ukuran perusahaan merupakan
suatu skala untuk mengklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut be-
berapa cara yaitu: total nilai aktiva, to-
tal penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah
tenaga kerja dan sebagainya. Semakin
besar nilai item tersebut maka sema-
kin besar pula ukuran perusahaan itu.
Ukuran perusahaan digunakan sebagai
proksi dari political cost, yang dianggap
11 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
sangat sensitif terhadap perilaku pelapo-
ran laba (Watt and Zimmerman, 1978).
Pandangan terhadap hubungan
ukuran perusahaan terhadap manaje-
men laba ada dua yaitu: pertama, uku-
ran perusahaan memiliki hubungan
positif dengan manajemen laba, karena
perusahaan besar memiliki aktivitas op-
erasional lebih kompleks dibandingkan
perusahaan kecil sehingga lebih memu-
ngkinkan untuk melakukan manajemen
laba; kedua, ukuran perusahaan memili-
ki hubungan negatif dengan manajemen
laba. Perusahaan besar kurang memiliki
dorongan untuk melakukan manajemen
laba dibandingkan perusahaan kecil
karena perusahaan besar dipandang leb-
ih kritis oleh pemegang saham dan pihak
luar. Perusahaan besar memiliki basis
investor lebih besar, sehingga mendapat
tekanan yang lebih kuat untuk menya-
jikan pelaporan keuangan yang kredibel
(Marihot dan Setyawan, 2007).
Hasil penelitian Muliati (2011)
terhadap perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2001 sampai 2008 menemukan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Pene-
litian Jao dan Pagalung (2011) menya-
takan ukuran perusahaan mempunyai
hubungan negatif signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan man-
ufaktur yang terdaftar di Bursa Efek In-
donesia. Didukung juga oleh penelitian
Nariastiti dan Dwi Ratnadi (2014) mene-
mukan bahwa ukuran perusahaan ber-
pengaruh negatif terhadap manajemen
laba. Berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah se-
bagai berikut:
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh
negatif pada manajemen laba.
Corporate social responsibility
(CSR) merupakan suatu sikap yang di-
tunjukkan perusahaan atas komitmenn-
ya terhadap para pemangku kepentingan
perusahaan atau stakeholders dalam
mempertanggungjawabkan dampak dari
operasi atau aktivitas yang dilakukan pe-
rusahaan tersebut baik dalam aspek so-
sial, ekonomi, maupun lingkungan, serta
menjaga agar dampak tersebut member-
ikan manfaat kepada masyarakat dan
lingkungannya (Arief, 2014). Pengungka-
pan tanggung jawab sosial perusahaan
dilakukan untuk mendapatkan nilai
positif dan legitimasi dari masyarakat.
(Junitasari, 2015)
Hubungan antara corporate social
responsibility dengan manajemen laba
dapat dijelaskan melalui teori legitima-
si. Organisasi secara kontinyu akan me-
mastikan bahwa perusahaan beropera-
si dalam batasan dan norma yang ada
pada masyarakat. Legitimasi mendasar-
kan diri pada norma dan batasan yang
ada di dalam masyarakat. Perusahaan
yang memiliki komitmen kuat atas tang-
gung jawab sosial untuk mendapatkan
legitimasi masyarakat akan membata-
si praktik manajemen laba. Manipula-
si yang secara etika tidak bisa diterima
kebanyakan orang akan lebih sedikit
terjadi pada perusahaan yang memili-
ki komitmen kuat atas tanggung jawab
sosial (Shleifer, 2004). Perusahaan yang
melakukan pengungkapan corporate so-
cial responsibility lebih banyak akan ber-
dampak pada kecilnya manajemen laba
yang dilakukan.
Penelitian Putri (2012) menemu-
kan bahwa pengungkapan corporate so-
cial responsibility berpengaruh negatif
pada manajemen laba. Penelitian Yip et
al. (2011) juga menemukan hubungan
negatif antara manajemen laba dengan
corporate social responsbilty. Diperkuat
dengan penelitian Kim et al. (2011) yai-
tu corporate social responsbilty berpen-
garuh negatif pada manajemen laba.
Berdasarkan uraian tersebut maka hi-
potesis dalam penelitian ini adalah:
H3: Pengungkapan corporate social
responsibility berpengaruh negatif pada
manajemen laba
12 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
Pengungkapan informasi pada pe-
rusahaan besar lebih banyak dibanding-
kan perusahaan kecil. Perusahaan besar
menghadapi resiko politis lebih besar
dibandingkan perusahaan kecil (Kusu-
mastuti, 2014). Perusahaan besar me-
ngungkapkan aktivitas tanggung jawab
sosialnya untuk mendapatkan nilai posi-
tif dan legitimasi dari masyarakat. Legit-
imasi dianggap penting bagi perusahaan
karena akan menjadi faktor strategis bagi
perkembangan perusahaan ke depan
(Suchman, 1995). Legitimasi yang diper-
oleh perusahaan tidak terlepas dari etika
perusahaan dalam menjalankan aktivitas
usahanya. Manipulasi yang secara etika
tidak bisa diterima kebanyakan orang
terjadi lebih sedikit pada perusahaan
yang memiliki komitment kuat atas tang-
gung jawab sosial (Shleifer, 2004). Peru-
sahaan yang mempunyai tanggung jawab
sosial cenderung membatasi penggunaan
manajemen laba untuk memberikan in-
formasi keuangan kepada investor yang
lebih transparan dan dapat diandalkan
(Kim et al. 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Ku-
sumastuti (2014), Purwanto (2011), serta
Primadewi dan Mertha (2014) menemu-
kan bahwa ukuran perusahaan berpen-
garuh positif signifikan terhadap pen-
gungkapan corporate social responsibility.
Sedangkan penelitian Putri (2012), Yip et
al. (2011), serta Kim et al. (2011) mene-
mukan bahwa terdapat pengaruh negatif
antara manajemen laba dengan pengung-
kapan corporate social responsibility. Ber-
dasarkan uraian tersebut maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H4 : Ukuran perusahan berpengaruh
negatif pada manajaemen laba melalui
pengungkapan corporate social responsi-
bility.
III. METODE PENELITIAN
Kerangka pemikiran teoritis dalam
penelitian ini tampak dalam gambar 3.1.
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini dilakukan di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang memberikan
informasi laporan tahunan pada situs
www.idx.co.id. Objek penelitian ini ada-
lah: ukuran perusahaan (X1), pengung-
kapan Corporate Social Responsibility
(X2), dan manajemen laba (Y). Objek
penelitian ini adalah perusahaan manu-
faktur yang terdaftar di Bursa Efek In-
donesia periode 2012-2014. Perusahaan
manufaktur dipilih sebagai sampel da-
lam penelitian ini karena: pertama, in-
dustri manufaktur merupakan jenis pe-
rusahaan yang paling banyak terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sehingga variasi
data untuk sampel akan semakin ban-
yak; kedua, untuk menghindari adanya
risiko industri yang berbeda antara sek-
tor industri yang satu dengan yang lain
(industrial effect); ketiga, sektor man-
ufaktur memiliki kegiatan operasion-
al yang kompleks dimulai dari kegiatan
mengolah bahan baku hingga menjadi
barang jadi, sehingga dapat dicurigai
selama proses yang kompleks tersebut
dapat terjadi praktik manajemen laba.
Sampel dalam penelitian ini dip-
ilih secara purposive sampling. Data
sekunder yang diperoleh kemudian
diseleksi sesuai dengan kriteria yang
sudah di tentukan. Variabel dalam pe-
nelitian ini adalah ukuran perusahaan
sebagai variabel independen, manaje-
men laba sebagai variabel dependen dan
13 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
pengungkapan corporate social responsi-
bility sebagai variabel intervening. Peng-
gunaan pendekatan akrual untuk meng-
hitung manajemen laba didasari alasan
dalam perkembangan praktik manaje-
men laba lebih banyak terjadi melalui
rekayasa akrual. Karena akrual merupa-
kan produk utama dari prinsip akuntan-
si yang diterima umum dan manajemen
laba lebih mudah terjadi pada laporan
yang berbasis akrual dari pada berbasis
kas. Pendekatan akrual lebih berpotensi
untuk mengungkap praktik manajemen
laba (Beneish, 2001). Manajemen laba
dalam penelitian ini diproksikan den-
gan discretionary accruals dan dihitung
dengan menggunakan The Modified
Jones Model (Dechow et al., 1995). Lang-
kah-langkah dalam menghitung discre-
tionary accruals adalah:
Menghitung nilai total akrual dengan
menggunakan pendekatan arus kas
(cash flow approach)
Dengan menggunakan koefisien regresi
pada rumus sebelumnya nilai non dis-
cretionary accruals (NDA) dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Variabel independen dalam pe-
nelitian ini adalah ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan merupakan tingkat
identifikasi besar atau kecilnya suatu
perusahaan yang dapat dinilai dari total
nilai aktiva, total penjualan, kapitalisasi
pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagain-
ya. Dalam penelitian ini digunakan total
asset sebagai proksi ukuran perusahaan
karena total aset merupakan ukuran
yang relatif lebih stabil dibandingkan
dengan ukuran lain (Sudarmadji dan
Sularto, 2007). Ukuran perusahaan yang
diukur dengan total aset akan ditrans-
formasikan dalam logaritma untuk men-
yamakan dengan variabel lain yaitu:
Variabel Intervening dalam pe-
nelitian ini adalah pengungkapan Cor-
porate Social Responsibility (CSR). CSR
dalam penelitian ini diukur dengan in-
deks pengungkapan sosial yang merupa-
kan indeks dummy. Indeks perusahaan
sampel diberi kode 1 jika perusahaan
mengungkapkan item pada daftar per-
tanyaan (checklist) dan diberi kode 0 jika
perusahaan tidak mengungkapkan item
tersebut yang sesuai dengan daftar per-
tanyaan. Kemudian skor dari setiap item
dijumlahkan untuk memperoleh total
skor setiap perusahaan. Total skor diberi
bobot dengan skor yang seharusnya ada
dalam pertanyaan.
Instrumen pengukuran Corporate
Social Responsibility Index (CSRI) dalam
penelitian ini mengacu pada instrumen
yang digunakan oleh Sembiring (2005)
yang diadopsi dari penelitian Hackston
dan Milne (1996) dengan mengelom-
pokkan informasi CSR ke dalam tujuh
kategori yaitu: lingkungan, energi, kes-
ehatan dan keselamatan tenaga kerja,
lain-lain tenaga kerja, produk, keterli-
batan masyarakat, dan umum. Ketujuh
kategori tersebut terbagi dalam 90 item
pengungkapan. Berdasarkan peraturan
Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan
........2
........3
14 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
tahunan dan kesesuaian item tersebut
untuk diaplikasikan di Indonesia, maka
dilakukan penyesuaian sehingga tersisa
78 item pengungkapan. 78 item tersebut
kemudian disesuaikan kembali dengan
masing–masing sektor industri sehing-
ga item pengungkapan yang diharapkan
dari setiap sektor berbeda–beda. Total
item CSR berkisar antara 63 sampai 78,
tergantung dari tipe industri perusa-
haan. Total item pengungkapan yang ter-
dapat dalam sektor manufaktur berjum-
lah 78 item. Rumus perhitungan CSRI
didasarkan pada penelitian Hannifa dan
Cooke (2005) adalah:
Data sekunder diperoleh dari
laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaft-
ar di Bursa Efek Indonesia sepanjang
tahun 2012-2014. Populasi dalam pe-
nelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012-2014. Pen-
gambilan sampel dilakukan secara non
probability sampling dengan menggu-
nakan pendekatan purposive sampling
(Sugiyono, 2013:122). Kriteria sampel
yang akan digunakan yaitu: pertama,
perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI selama tahun 2012-2014; kedua,
perusahaan menerbitkan laporan tahu-
nan selama tahun 2012-2014; ketiga,
perusahaan tersebut mencantumkan pe-
ngungkapan corporate social responsibil-
ity; keempat, perusahaan menggunakan
mata uang rupiah dalam laporan keuan-
gannya.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah metode observasi
non partisipan (Indriantoro dan Supor-
no, 2009: 159) dengan melakukan pen-
gamatan, mencatat, serta mempelajari
laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan manufaktur yang dipub-
likasikan oleh PT. Bursa Efek Indonesia
(BEI) melalui www.idx.co.id.
Penelitian ini menggunakan teknik
analisis jalur (path analysis) untuk pen-
golahan data. Untuk menguji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik yaitu: pertama, uji nor-
malitas, untuk mengetahui model regresi
yang dibuat berdistribusi normal atau ti-
dak. Model regresi yang baik adalah data
yang terdistribusi normal. Metode yang
digunakan adalah dengan menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov. Jika As-
ymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari level
of significant yang dipakai, maka dapat
disimpulkan bahwa residual yang dia-
nalisis berdistribusi normal; kedua, uji
multikolinearitas, untuk mengetahui
ada tidaknya variabel independen yang
memiliki kemiripan dengan variabel in-
dependen lain dalam satu model. Kemiri-
pan antar variabel independen dalam
suatu model akan menyebabkan terjad-
inya korelasi yang sangat kuat antara
suatu variabel independen dengan varia-
bel independen yang lain. Multikolineari-
tas dapat dilihat dari nilai tolerance atau
variance inflation factor (VIF). Jika nilai
tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang
dari 10, maka dikatakan tidak ada multi-
kolinearitas; ketiga, uji heteroskedastisi-
tas, untuk menguji apakah dalam mod-
el regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual satu pengamatan ke pen-
gamatan lain. Jika varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedas-
tisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi het-
eroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya gejala heteroskedastisitas
digunakan metode Glejser, yaitu den-
gan meregresi nilai absolut residual dari
15 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
model yang diestimasi terhadap variabel
independen. Jika tidak ada satupun vari-
abel bebas yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat, maka tidak
ada gejala heteroskedastisitas; keempat,
uji autokorelasi, untuk menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada peri-
ode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (Ghozali, 2013:110). Jika suatu
model regresi mengandung gejala autoko-
relasi, maka prediksi yang dilakukan den-
gan model tersebut akan tidak baik atau
dapat memberikan hasil prediksi yang
menyimpang. Uji autokolerasi dalam pene-
litian ini menggunakan Uji Lagrange Multi-
plier (LM test). Uji autokolerasi dengan LM
test digunakan untuk sample besar diatas
100 observasi. Uji ini memang lebih tepat
digunakan dibandingkan uji DW teruta-
ma bila sample yang digunakan relatif be-
sar dan derajat autokolerasinya lebih dari
satu. Uji LM akan menghasilkan statistik
Breusch-Godfrey. Pengujian Breusch-God-
frey (BG test) dilakukan dengan meregress
variabel pengganggu (residual) ut menggu-
nakan autogresive model dengan orde p:
Apabila tampilan ouput menunjukkan
bahwa koefisien parameter residual lag
memberikan probabilitas signifikan di-
atas 0,05 menunjukkan bahwa model
uji tidak ditemukan kasus autokolerasi
(Ghozali, 2013:118).
Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis jal-
ur (path analysis). Analisis jalur (path
analysis) dikembangkan sebagai model
untuk mempelajari pengaruh langsung
maupun pengaruh tidak langsung dari
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Langkah yang dilakukan dalam analisis
jalur yaitu (Arief, 2005): pertama, mer-
ancang model berdasarkan konsep teori-
tis yakni: i) Variabel ukuran Perusahaan
(X1) berpengaruh positif pada pengung-
kapan corporate social responsibility (X2);
ii) Variabel ukuran Perusahaan (X1) ber-
pegaruh negatif pada manajemen laba
(Y); iii) Variabel pengungkapan corporate
social responsibility (X2) berpengaruh
negatif pada manajemen laba (Y); iv) Uku-
ran Perusahaan (X1) berpegaruh negatif
pada manajemen laba (Y) melalui pen-
gungkapan corporate social responsibility
(X2). Berdasarkan hubungan-hubungan
variabel secara teoritis tersebut, dapat
dibuat model dalam bentuk diagram jal-
ur (path) yaitu:
1) Menentukan persamaan struk-
tural dari model analisis.
2) Meregresikan antara variabel ek-
sogen terhadap variabel endogen un-
tuk setiap persamaan struktural.
3) Mengkorelasikan antar variabel
eksogen bila terdapat hubungan ko-
relasional.
4) Menghitung koefisien jalur. Untuk
menghitung varian variabel yang tidak
diteliti dalam model (e1 dan e2) dapat
ditunjukan persamaan sebagai beri-
kut:
Keterangan:
e1,e2 = jumlah varian yang tidak
diteliti dalam varian
R2 = nilai R square
5) Menghitung pengaruh langsung,
tidak langsung, dan pengaruh total.
a) Pengaruh langsung ukuran peru
sahaan ke pengungkapan corporate
social responsibility = P1
16 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
b) Pengaruh langsung ukuran perusa-
haan ke manajemen laba = P2
c) Pengaruh langsung pengungkapan
corporate social responsibility ke
manajemen laba = P3
d) Pengaruh tidak langsung ukuran
perusahaan ke manajemen laba
melalui pengungkapan corporate
social responsibility = (P1 x P3)
e) Pengaruh total = P2 + (P1 x P3)
Pengujian ini dilakukan untuk menge-
tahui seberapa besar variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel indepen-
den. Valid tidaknya suatu hasil penelitian
tergantung dari terpenuhi atau tidaknya
asumsi yang melandasinya. Terdapat in-
dikator validitas di dalam analsis jalur,
yaitu koefisien determinasi total. Total
keragaman data dapat dijelaskan oleh
model diukur dengan:
Untuk menguji signifikansi pen-
garuh mediasi maka digunakan uji sobel
(Ghozali, 2013: 255). Uji Sobel diformu-
lasikan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
a = Koefisien regresi dari variabel inde-
penden (X) terhadap variabel
moderator (M)
b = Koefisien regresi dari variabel mod-
erator (M) terhadap variabel
dependen (Y)
sa= Standar eror dari a
sb= Standar eror dari b
Tujuan dilakukan uji F adalah untuk
menguji pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Nilai sig-
nifikansi ANOVA dapat dikatakan layak
uji apabila a α ≤ 0,05. Uji t dilakukan un-
tuk mengetahui apakah masing-masing
variabel independen berpengaruh secara
individual terhadap variabel dependen.
Apabila P-value pada kolom Sig. kurang
dari atau sama dengan 0,05 maka Ha
diterima dan Ho ditolak, begitu pula se-
baliknya.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Statistik
Dari 141 perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2012-2014 terdapat 78 pe-
rusahaan yang memenuhi kriteria pur-
posive sampling untuk dijadikan sampel
penelitian yang ditampilkan pada tabel
4.1.
Hasil analisis statistik deskriptif nampak
dalam table 4.2.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dili-
hat nilai minimum untuk ukuran peru-
sahaan adalah 11,1091 dan nilai mak-
simumnya adalah 14,3730. Mean dari
ukuran perusahaan adalah 12,294358.
Hal ini berarti rata-rata ukuran peru-
sahaan pada 78 perusahaan manufak-
tur yang terdaftar di Bursa Efek Indo-
nesia pada tahun 2012–2014 sebesar
12,294358. Standar deviasi untuk uku-
ran perusahaan adalah 0,5948509. Art-
inya terjadi penyimpangan nilai ukuran
perusahaan terhadap nilai rata-ratanya
17 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
sebesar 0,5948509.
Nilai minimum untuk pengungka-
pan CSR adalah 0,1026 dan nilai mak-
simumnya adalah 0,5385. Mean dari
pengungkapan CSR adalah 0,238179,
artinya bahwa rata-rata pengungka-
pan CSR pada 78 perusahaan manu-
faktur yang terdaftar di Bursa Efek In-
donesia pada tahun 2012-2014 sebesar
0,238179. Standar deviasi untuk pe-
ngungkapan CSR adalah 0,0918800.
Artinya terjadi penyimpangan nilai pe-
ngungkapan CSR terhadap nilai ra- ta-
ratanya sebesar 0,0918800.
Nilai minimum untuk manajemen
laba adalah -0,4189 dan nilai maksim-
umnya adalah 0,4589. Mean dari ma-
najemen laba adalah 0,049636, hal ini
berarti rata-rata manajemen laba pada
78 perusahaan manufaktur yang ter-
daftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2012–2014 sebesar 0,049636. Standar
deviasi untuk manajemen laba adalah
0,1045967. Artinya terjadi penyimpan-
gan nilai manajemen laba terhadap nilai
rata-ratanya sebesar 0,1045967.
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi,
variabel residualnya memiliki distribusi
normal atau tidak normal. Model regresi
yang baik adalah data yang terdistribu-
si normal. Penelitian ini menggunakan
statistik Kolmogorov-Smirnov untuk men-
getahui data terdistribusi normal atau ti-
dak. Jika Asymp. Sig (2 tailed) lebih be-
sar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa residual yang dianalisis berdistri-
busi normal. Hasil uji normalitas untuk
regresi sub struktur 1 dan sub struktur
2 sebagai Nampak dalam tabel.
Berdasarkan tabel 4.3. dapat di-
lihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,113. Nilai tersebut menunjuk-
kan bahwa secara statistik nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 seh-
ingga residual model regresi yang dianal-
isis terdistribusi normal.
Berdasarkan tabel 4.4. dapat dilihat
bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
0,057. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
secara statistik nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
lebih besar dari 0,05 sehingga residual model
regresi yang dianalisis terdistribusi normal.
Pengujian multikolinearitas dilaku-
kan untuk mengetahui apakah pada sebuah
model regresi ditemukan adanya korelasi an-
tar variabel independen. Uji multikoliniear-
itas dilakukan dengan melihat Varians In-
flation Factor (VIF). Model regresi dikatakan
bebas dari masalah multikolinearitas, apabi-
la nilai tolerance lebih besar dari 10 persen
dan VIF kurang dari 10. Tabel 4.5. menyajik-
an hasil uji multikolinearitas penelitian pada
substruktur 2.
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa
nilai tolerance pada masing-masing vari-
abel lebih besar dari 10 persen (0,1) dan
VIF kurang dari 10. Hal ini berarti model
regresi bebas dari masalah multikolin-
earitas.
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk
mengetahui bahwa pada model regresi
terjadi ketidaksamaan varian. Pada pe-
nelitian ini, uji yang digunakan untuk
mendeteksi adanya heterokedastisitas
dalam model regresi adalah metode Gle-
jser, yaitu dengan meregresikan nilai
dari seluruh variabel independen dengan
nilai mutlak (absolute) dari nilai residu-
al sehingga dihasilkan probability value.
Kriteria pengujiannya adalah jika prob-
ability value <0,05 maka terjadi heter-
okedastisitas dan jika probability value
18 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
sub struktur 2.
>0,05 maka tidak terjadi heterokedastis-
itas. Hasil uji heterokedastisitas disajik-
an pada tabel 4.6.
Berdasarkan tabel 4.6. dapat dili-
hat bahwa tidak terdapat pengaruh an-
tara variabel bebas terhadap absolute
residual baik secara serempak maupun
secara parsial karena nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05. Dengan demikian,
model yang dibuat dalam penelitian ini
tidak mengandung heterokedastisitas,
sehingga layak untuk diprediksi.
Uji autokorelasi bertujuan un-
tuk menguji apakah dalam model re-
gresi linier ada korelasi antara kesala-
han pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Uji autokolerasi dalam pe-
nelitian ini menggunakan Uji Lagrange
Multiplier (LM test). Apabila tampilan ou-
put menunjukkan bahwa koefisien pa-
rameter untuk residual lag 2 dan 4 (RES
2 dan RES 4) memberikan probabilitas
signifikan > 0,05 hal ini menunjukkan
bahwa model uji tidak ditemukan kasus
autokolerasi. Hasil uji autokorelasi un-
tuk regresi substruktur 1 dan substruk-
tur 2 disajikan pada tabel 4.7.
Berdasarkan tabel 4.7. dapat dili-
hat bahwa nilai signifikansi residual lag
2 (RES2) dan residual lag 4 (RES4) lebih
besar dari 0,05. Dengan demikian, mod-
el yang dibuat dalam penelitian ini tidak
mengandung autokolerasi, sehingga lay-
ak untuk diprediksi.
Penelitian hipotesis pada peneli-
tian ini menggunakan analisis jalur (path
analysis) yang dibantu dengan program
Statistic Package for the Social Sciences
(SPSS). Hasil analisis jalur (path analy-
sis) tabel 4.8. menunjukkan sub struk-
tur 1 dan pada tabel 4.9. menunjukkan
Berdasarkan tabel 4.8. dan tabel
4.9. diketahui persamaan sub struktur
sebagai berikut:
Berdasarkan model sub struk-
tur 1 dan sub struktur 2, selanjutnya
menghitung standar error model sehing-
ga dapat dibentuk model diagram jalur
akhir.
Berdasarkan analisa jalur dapat
dihitung besarnya pengaruh langsung
(direct effect), Pengaruh tidak langsung
(indirect effect) serta pengaruh total (to-
tal effect) antar variabel seperti nampak
dalam tabel 4.10
19 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
Pemeriksaan validitas model
dilakukan dengan menghitung koefisien
determinasi total sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan diatas,
nilai koefisien determinasi total sebesar
0,346 berarti variasi data yang dapat
dipengaruhi model sebesar 34,6 persen,
sedangkan sisanya 65,4 persen dijelas-
kan oleh variabel lain diluar model dan
error.
Pengaruh mediasi ditunjukkan
oleh perkalian koefisien (P1 x P3), nilai
pekalian koefisien tersebut signifikan
atau tidak diuji dengan sobel test se-
bagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan diatas
dapat dihitung nilai t hitung pengaruh
mediasi sebagai berikut :
Pengujian kelayakan model dilaku-
kan sebelum menguji hipotesis. Jika hasil
dari uji F signifikan, maka kedua variabel
bebas memengaruhi secara simultan vari-
abel terikat dan model yang digunakan di-
anggap layak uji. Berdasarkan Tabel 4.8.
dan Tabel 4.9. dapat dilihat nilai signifikan
uji F sebesar 0,000 lebih kecil dari 5 pers-
en. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel
bebas berpengaruh secara serempak pada
variabel terikat dengan tingkat signifikansi
5 persen, sehingga model ini dianggap layak
uji dan pembuktian hipotesis dapat dilaku-
kan.
4.2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan un-
tuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas secara individual terhadap
variabel terikat. Berdasarkan tabel 4.8. dan
tabel 4.9. maka hasil uji signifikansi sebagai
berikut.
4.2.1 Pengaruh ukuran perusahaan
(X1) pada pengungkapan corpo
rate social responsibility (X2)
1) Formulasi hipotesis
Ho : β1=0, artinya variabel uku
ran perusahaan tidak berpen
garuh positif pada pengungka
pan corporate social responsi
bility.
H1 : β1>0, artinya variabel ukuran
perusahaan berpengaruh
positif pada pengungkapan cor-
porate social responsibility
2) Taraf nyata : α = 5 persen = 0,05
3) Menetapkan kriteria keputusan:
H1 diterima jika tingkat
signifikansi t ≤ α = 0,05
H1 ditolak jika tingkat signifikan
si t > α = 0,05
4) Simpulan
Hasil Tabel 4.8. menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 (0,000<0,05),
yang artinya H1 diterima. Hal ini menun-
jukkan bahwa ukuran perusahaan berpen-
garuh positif pada pengungkapan corporate
social responsibility dengan nilai P1 (stan-
dardized coefficients) adalah 0,531.
4.2.2 Pengaruh ukuran perusahaan
(X1) pada manajemen laba (Y)
1) Formulasi hipotesis
Ho :β1=0, artinya variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh
negatif pada manajemen laba.
H1 : β1>0, artinya variabel ukuran
perusahaan berpengaruh nega-
tif pada manajemen laba.
2) Taraf nyata :α = 5 persen = 0,05
3) Menetapkan kriteria keputusan:
20 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
H2 diterima jika tingkat sig
nifikansi t ≤ α = 0,05
H2 ditolak jika tingkat
signifikansi t > α = 0,05
4) Simpulan
Hasil Tabel 4.9. menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,047 (0,047<0,05),
yang artinya H2 diterima. Hal ini menun-
jukkan bahwa ukuran perusahaan berpen-
garuh negatif pada manajemen laba dengan
nilai P2 (standardized coefficients) -0,148.
4.2.3 Pengaruh pengungkapan corpo
rate social responsibility
(X2) pada manajemen laba (Y)
1) Formulasi hipotesis
Ho:β1=0, artinya variabel pengung-
kapan corporate social responsi-
bility tidak berpengaruh negatif
pada manajemen laba.
H1:β1>0, artinya variabel pengung-
kapan corporate social responsi-
bility berpengaruh negatif pada
manajemen laba.
2) Taraf nyata :α = 5 persen = 0,05
3) Menetapkan kriteria keputusan:
H3 diterima jika tingkat
signifikansi t ≤ α = 0,05
H3 ditolak jika tingkat
signifikansi t > α = 0,05
4) Simpulan
Hasil Tabel 4.9. menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,011 (0,011<0,05),
yang artinya H3 diterima. Hal ini menun-
jukkan bahwa pengungkapan corporate so-
cial responsibility berpengaruh negatif pada
manajemen laba dengan nilai P3 (standard-
ized coefficients) sebesar -0,148.
4.2.4 Pengaruh ukuran perusahaan
(X1) pada manajemen laba
(Y) melalui pengungkapan
corporate social responsibility (X2)
1) Formulasi Hipotesis
Ho : β1=0, artinya variabel pengung-
kapan corporate social respon-
sibility tidak dapat memediasi
pengaruh ukuran perusahaan
pada manajemen laba.
H1 : β1>0, artinya variabel pen-
gungkapan corporate social re-
sponsibility dapat memediasi
pengaruh ukuran perusahaan
pada manajemen laba.
2) Taraf nyata :α = 5 persen = 0,05
3) Menetapkan kriteria keputusan:
H4 diterima jika nilai
thitung < -ttabel = -1,96
H4 ditolak jika nilai
thitung >- ttabel = -1,96
4) Simpulan
Hasil uji sobel menunjukkan bahwa
nilai thitung sebesar -2,260 lebih kecil dari
-ttabel dengan tingkat signifikansi 0.05 yai-
tu sebesar -1.96 (-2,260<-1.96) dapat disi-
mpulkan bahwa koefisien mediasi sebesar
-101 signifikan, berarti terdapat pengaruh
mediasi, sehingga H4 diterima.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan
pada Pengungkapan Corporate
Social Responsibility
Hasil penelitian memerlihatkan
bahwa nilai β1=0,531 dengan tingkat sig-
nifikansi sebesar 0,000 yang mana nilai
signifikansi lebih kecil dari taraf nyata yai-
tu 0,05 sehingga hipotesis pertama (H1)
dapat diterima menunjukkan bahwa vari-
abel ukuran perusahaan berpengaruh
positif pada pengungkapan corporate social
responsibility. Peningkatan ukuran perusa-
haan akan mengakibatkan pengungkapan
corporate social responsibility meningkat.
Pengukuran ukuran perusahaan
yang diproksikan dengan log total aset
menunjukkan perusahaan besar yang
memiliki aset tinggi lebih menjadi sorotan
publik. Pengungkapan yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis se-
bagai bentuk tanggung jawab sosial pe-
rusahaan (Sembiring, 2005). Perusahaan
besar dengan kegiatan usaha yang lebih
kompleks serta memiliki berpengaruh be-
sar terhadap masyarakat menyebabkan
pemegang saham memperhatikan program
sosial perusahaan, sehingga pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan akan
21 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
semakin luas (Cowen et al., 1987). Selain
itu, untuk mendapatkan legitimasi dari
stakeholders perusahaan besar akan men-
gungkapkan tanggung jawab sosial perusa-
haannya (Nurkhin, 2009). Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Kusumastuti (2014), Purwanto (2011),
serta Primadewi dan Mertha (2014) yang
menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif pada pengungkapan
corporate social responsibility.
4.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan
pada Manajemen Laba
Hasil penelitian memerlihatkan
bahwa nilai β2=-0,148 dengan tingkat sig-
nifikansi sebesar 0,047 dan nilai signifikan-
si lebih kecil dari 0,05. Artinya hipotesis
kedua (H2) diterima. Hal ini menunjukkan
variabel ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba. Pening-
katan ukuran perusahaan akan menye-
babkan terjadinya penurunan manajemen
laba. Perusahaan besar memiliki basis pe-
megang kepentingan yang lebih luas, seh-
ingga berbagai kebijakan perusahaan besar
akan memiliki dampak yang lebih besar
terhadap kepentingan publik dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Bagi investor,
kebijakan perusahaan berimplikasi terha-
dap prospek cash flow dimasa yang akan
datang. Sedangkan bagi regulator (pemer-
intah) akan berdampak terhadap besarnya
pajak yang akan diterima, serta efektifitas
peran pemberian perlindungan terhadap
masyarakat secara umum.
Perusahaan besar memiliki kecend-
erungan melakukan tindakan manajemen
laba yang lebih kecil dibanding perusahaan
kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan be-
sar dipandang lebih kritis oleh pemegang
saham dan pihak luar sehingga perusahaan
besar mendapatkan tekanan yang lebih
kuat untuk menyajikan laporan keuangan
yang lebih terpercaya. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Muliati (2011), Jao dan Pagalung (2011),
serta Nariastiti dan Dwi Ratnadi (2014)
yang menemukan bahwa ukuran perusa-
haan berpengaruh negatif pada manajemen
laba.
4.3.3 Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
pada Manajemen Laba
Hasil penelitian menunjukkan bah-
wa nilai β3= -0,190 dengan tingkat sig-
nifikansi sebesar 0,011 yang lebih kecil
dari 0,05. Artinya bahwa hipotesis ketiga
(H3) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel pengungkapan corporate social re-
sponsibility berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Kondisi ini menggambar-
kan bahwa peningkatan pengungkapan
corporate social responsibility akan menye-
babkan terjadinya penurunan manajemen
laba. Perusahaan yang memiliki komit-
men kuat atas tanggung jawab sosial un-
tuk mendapatkan legitimasi di lingkungan
sekitarnya akan beroperasi sesuai dengan
etika dan norma yang belaku dan akan
meminimalisir praktik manajemen laba.
Organisasi yang memiliki etika akan memi-
liki integritas dengan berbuat jujur, tulus,
bertanggung jawab secara sosial, dan dapat
dipercaya (Chun, 2005). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Kim et al. (2011), Putri (2012), dan Yip et al.
(2011) yang menemukan bahwa pengung-
kapan corporate social responsibility berpen-
garuh negatif pada manajemen laba.
4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan
pada Manajemen Laba melalui
Pengungkapan Corporate Social
Responsibility
Hasil penelitian menunjukkan bah-
wa nilai thitung sebesar -2,261 yang mana
thitung lebih kecil dari -ttabel dengan taraf
nyata 0,05, yaitu -1,96. Artinya hipotesis
keempat (H4) dapat diterima, yang menun-
jukkan bahwa variabel pengungkapan cor-
porate social responsibility mampu memedi-
asi pengaruh ukuran perusahaan terhadap
manajemen laba. Nilai koefisien beta negatif
sebesar -1,101 menunjukkan bahwa uku-
22 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
ran perusahaan berpengaruh negatif pada
manjemen laba melalui pengungkapan cor-
porate social responsibility.
Informasi yang diungkapkan peru-
sahaan besar akan lebih banyak dari pada
perusahaan kecil (Kusumastuti, 2014). Hal
ini terjadi karena perusahaan besar akan
menghadapi resiko politis yang lebih besar
dibanding perusahaan kecil. Perusahaan
besar mengungkapkan aktivitas tanggu-
ng jawab sosialnya untuk mendapatkan
nilai positif dan legitimasi dari masyarakat
karena akan menjadi faktor strategis bagi
perkembangan perusahaan ke depan
(Suchman,1995). Legitimasi yang diper-
oleh perusahaan tidak terlepas dari etika
perusahaan dalam menjalankan aktivitas
usahanya. Manajemen laba merupakan
sebuah manipulasi dan secara etika tidak
bisa diterima kebanyakan orang. Perusa-
haan yang memiliki komitmen kuat atas
tanggung jawab sosialnya akan lebih mem-
batasi melakukan praktik manajemen laba.
Tujuan perusahaan mengungkapkan ban-
yak informasi tentang aktivitas corporate
social responsibility adalah untuk memben-
tuk profil organisasi yang baik (Lanis dan
Richardson (2012). Praktek manajemen
laba dapat menghapus pengaruh positif
dari aktivitas corporate social responsibil-
ity. Hasil penelitian ini mengembangkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Kusu-
mastuti (2014) serta Purwanto (2011) yang
menemukan ukuran perusahaan berpen-
garuh signifikan terhadap pengungkapan
pertanggung jawaban sosial. Penelitian Kim
et al. (2011) dan Yip et al. (2011) menemu-
kan pengungkapan corporate social respon-
sibility dan manajemen laba mempunyai
hubungan negatif.
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN
KETERBATASAN PENELITIAN
Berdasarkan pada data dan pem-
bahasan sebelumnya, dapat ditarik kesi-
mpulan sebagai berikut: pertama, ukuran
perusahaan secara signifikan berpengaruh
positif pada pengungkapan corporate so-
cial responsibility. Perusahaan besar lebih
banyak mengungkapkan corporate social
responsibility dari pada perusahaan ke-
cil. Disebabkan karena perusahaan besar
menghadapi tekanan politis yang lebih be-
sar dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Semakin luas perusahaan mengungkapkan
corporate social responsibility, maka dalam
jangka panjang perusahaan dapat terhindar
dari biaya yang besar akibat tuntutan mas-
yarakat. Perusahaan juga memerlukan le-
gitimasi dari masyarakat sekitarnya; kedua,
ukuran perusahaan secara signifikan ber-
pengaruh negatif pada manajemen laba.
Hal ini menunjukkan perusahaan besar
akan lebih membatasi praktik manajemen
laba dibandingkan dengan perusahaan
kecil. Perusahaan besar kurang memiliki
dorongan untuk melakukan manajemen
laba, karena perusahaan besar dipandang
lebih kritis oleh pemegang saham dan pi-
hak luar. Perusahaan besar memiliki basis
investor yang lebih besar dan mendapat
tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan
pelaporan keuangan yang kredibel; ketiga,
pengungkapan corporate social responsibil-
ity secara signifikan berpengaruh negatif
pada manajemen laba. Pengungkapan cor-
porate social responsibility yang lebih ban-
yak akan membatasi terjadinya praktik ma-
najemen laba. Perusahaan yang memiliki
komitmen yang kuat atas tanggung jawab
sosial untuk mendapatkan legitimasi di
lingkungan sekitarnya, akan beroperasi se-
suai dengan etika dan norma yang berlaku
sehingga akan membatasi praktik manaje-
men laba yang secara etika tidak bisa diter-
ima kebanyakan orang; keempat, ukuran
perusahaan secara signifikan berpengaruh
negatif pada manajemen laba melalui pen-
gungkapan corporate social responsibility.
Pengungkapan corporate social responsibil-
ity mampu memediasi hubungan antara
ukuran perusahaan dengan manajemen
laba. Perusahaan besar yang mengungkap-
kan lebih banyak corporate social respon-
sibility akan membatasi terjadinya praktik
manajemen laba. Perusahaan besar akan
mengungkapkan corporate social responsi-
bility untuk mendapatkan nilai positif dan
23 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
legitimasi dari masyarakat.
Implikasi dalam penelitian ini ada-
lah: pertama, bagi pihak stakeholder yaitu
investor dan kreditor yang berhubungan
langsung dengan perusahaan agar mem-
perhatikan pengungkapan corporate social
responsibility oleh manajemen perusa-
haan. Terutama perusahaan manufaktur
lebih cermat dalam mengambil keputu-
san investasi; kedua, bagi pihak manaje-
men, diharapkan berkomitmen untuk me-
ngungkapkan aktivitas corporate social
responsibility secara lebih transparan, teru-
tama yang berdampak positif bagi lingkun-
gan sekitarnya. Sehingga dengan pengung-
kapan corporate social responsibility akan
membantu perusahaan mendapat dukun-
gan dari lingkungan sekitar maupun orang
yang berkepentingan pada perusahaan.
Penelitian selanjutnya dapat meng-
gunakan proksi selain total aset untuk
mengukur ukuran perusahaan seperti total
penjualan dan kapitalisasi pasar. Selain itu
penelitian selanjutnya diharapkan dapat
menambahkan variabel lain baik sebagai
variabel bebas maupun variabel intervening
yang dapat memengaruhi manajemen laba
agar mendapatkan hasil penelitian yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. dan Moh. Didik Ardiyanto. 2014.
Pengaruh Pengungkapan Corporate
Social Responsibility terhadap Mana-
jemen Laba (Studi Kasus Pada Peru-
sahaan Non Keuangan dan Jasa yang
Terdaftar di BEI tahun 2010-2012).
Diponegoro Journal of Accounting, 3(3):
h: 2.
Arief, Wibowo. 2005. Pengantar Analysis
Jalur (Path Analysis). Surabaya: Lem-
baga Penelitian Universitas Airlangga.
Beneish, M.D. 2001. Earnings Manage-
ment: A Perspective. Managerial Fi-
nance 27 (12): 3-17.
Budi, T. S. W. 2013. Pengaruh Pengung-
kapan Corporate Social Responsibility
dan Kinerja Keuangan Perusahaan
Terhadap Return Saham Perusahaan
di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2010. Skripsi, Fakul-
tas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya, Malang.
Chun, R. 2005. Ethical character and vir-
tue of organizations: an empirical as-
sessment and strategic implications.
Journal of Business Ethics. Vol. 57. pp.
269-284.
Cowen, S., Ferrari, L. and L. Parker. 1987.
The Impact of Corporate Characteris-
tics on Social Accounting Disclosure:
A Topology and Frequency Based
Analysis. Accounting, Organisations
and Society. 12(2): 111-122.
Dechow, P. M., Sloan, R.G., dan Sweeney,
A.P. 1995. Detecting Earnings Man-
agement. The Accounting Review 70:
193-225.
Fischer, M. dan Kenneth Rosenzweig. 1995.
Attitude of Students and Accounting
Practitioners Concerning the Ethical
Acceptability of Earnings Manage-
ment. Journal of Business Ethics, Vol.
14. pp. 433-444.
Friedlan, John M. 1994. Accounting Choic-
es of Issuers of Initial Publik Offerings.
Contemporary Accounting Research,
11:1-31.
Ghozali, I. dan Anis Chariri. 2007. Teori
Akuntansi. Edisi 3. Semarang: Badan
Penerbitan Undip.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Mul-
tivariate Dengan Program IBM SPSS
21. Semarang: Badan Penerbit Uni-
versitas Diponegoro.
Hackston, D. dan Markus J. Milne. 1996.
Some Determinants of Social and En-
vironmental Disclosure in New Zea-
land Companies. Accounting, Auditing
and Accountability Journal, 9(1): h: 77-
100.
Haniffa, R. M., dan Terry E. Cooke. 2005.
The Impact of Culture and Governence
on Corporate Social Reporting. Jour-
nal of Accounting and Public Policy 24,
pp. 391-430.
Hasibuan, R. 2001. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Pengungkapan
24 IMPLIKASI UKURAN PERUSAHAAN DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP MANAJEMEN LABA
Sosial. Tesis Universitas Dipenogoro,
Semarang.
Hilmi, U. dan Syaiful Ali. 2008. Analisis Fak-
tor-Faktor yang Mempengaruhi Kete-
patan Waktu Penyampaian Laporan
Keuangan (Studi Empiris pada Peru-
sahaan-perusahaan yang Terdaftar di
BEJ Periode 2004-2006). Simposium
Nasional Akuntansi 8.
Indriantoro dan Supomo. 2009. Metodologi
Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Jao, R. dan Pagalung, G. 2011. Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan,
dan Leverage terhadap Manajemen
Laba Perusahaan Manufaktur Indo-
nesia. Jurnal Akuntansi & Auditing,
8(1): h: 1-94.
Jensen, M. C. dan William H. Meckling.
1976. Theory of the Firm: Manageri-
al Behavior, Agency Cost, and Own-
ership Structure. Journal of Financial
Economics, 3(4): h: 305-360.
Junitasari, Putu Diah Krisna. 2015. Pen-
garuh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility dan Good Corporate
Governance pada Nilai Perusahaan.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana.
Kim, Y., M.S. Park, and B. Wier. 2012. Is
Earning Quality Associated with Cor-
porate Social Responsibility? The Ac-
counting Review, Forthcoming. 87 (3):
h: 761-796.
Kusumastuti, I. P. 2014. Pengaruh Profit-
abilitas, Leverage, Ukuran, Umur dan
Komposisi Dewan Direksi terhadap
Pengungkapan CSR. Skripsi. Fakul-
tas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana.
Lanis, R., dan Richardson, G. 2012. Cor-
porate Social Responsibility and Tax
Aggresiveness: an Empirical Analysis.
Journal of Accounting and Public Poli-
cy. 31, 86-108.
Marihot, Nasution M dan Setyawan, Dod-
dy. 2007. Pengaruh Corporate Gover-
nance terhadap Manajemen Laba di
Industri Perbankan Indonesia. Simpo-
sium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Merchant, K. dan J. Rockness. 1994. The
Ethics of Managing Earnings: An Em-
pirical Investigation. Journal of Ac-
counting and Public Policy. 13: 79-94.
Mulford, C. dan Eugene Comiskey. 2010.
The Financial Numbers Game Detect-
ing Creative Accounting Theory. New
York: John Wiley and Sons, Inc.
Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri
Informasi dan Ukuran Perusahaan
pada Praktik Manajemen Laba di Pe-
rusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Tesis, Pro-
gram Magister Program Studi Akun-
tansi Program Pascasarjana Universi-
tas Udayana, Denpasar.
Nariastiti, Ni W. dan Ni Made Dwi Ratnadi.
2014. Pengaruh Asimetri Informa-
si, Corporate Governance dan Uku-
ran Perusahaan pada Manajemen
Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 9(3): h: 717-727.
Nurkhin, Ahmad. 2009. Corporate Gover-
nance dan Profitabilitas; Pengaruhn-
ya terhadap Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (Studi Em-
piris pada Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia). Tesis. Uni-
versitas Dipernogoro, Semarang
O’Donovan, G. 2002. Environmental Disclo-
sure in the Annual Report: Extending
them Aplicability and Predictive Power
of Legitimacy Theory. Accounting, Au-
diting & Accountability Journal, 15(3):
h: 344-371.
Putra, I G. B. Alit Wahyu Palguna. 2013.
Pengaruh Tingkat Pengungkapan Item
Corporate Social Responsibility terh-
adap Manajemen Laba (Studi pada
Perusahaan yang Terdaftar di Indeks
SRI – KEHATI Selama Tahun 2009 –
2011). Skripsi, Pogram Sarjana Uni-
versitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Primadewi, P.S. dan I Made Mertha. 2014.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Tanggung Jawab So-
sial pada Laporan Keuangan Peru-
sahaan LQ 45 di Bursa Efek Indone-
sia. E-Jurnal Akuntansi Universitas
25 Vol.06 No.4,September 2016 Jurnal Riset Akuntansi JUARA
Udayana, Vol.7, No. 3, Juni 2014.
Purwanto, A. 2011. Pengaruh Tipe Industri,
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
terhadap Corporate Social Responsibil-
ity. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8(1):
h: 1-94.
Putri, A. R. S. 2012. Pengaruh Pengung-
kapan Corporate Social Responsibili-
ty Terhadap Manajemen Laba (Studi
Kasus pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indone-
sia Tahun 2008-2011). Skripsi, Po-
gram Sarjana Universitas Sebelas Ma-
ret, Surakarta.
Rahmani, Samira and Akbari Mir Askari .
2013. Impact of Firm Size and Capital
Structure on Earnings Management:
Evidence from Iran. World of Sciences
Journal. ISSN: 2307-3071.
Restuwulan. 2013. Pengaruh Asimetri In-
formasi dan Ukuran Perusahaan Ter-
hadap Manajemen Laba (Penelitian
pada Perusahaan di Sektir Industri
Food and Beverages yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-
2013. Skripsi, Fakultas Ekonomi Uni-
versitas Widyatama, Bandung.
Riswari, D. A. 2012. Pengaruh Corporate So-
cial responsibility terhadap Nilai Peru-
sahaan dengan Corporate Governance
sebagai Variabel Moderating. Skripsi,
Universitas Dipenogoro, Semarang.
Retno, R. D. dan Denies Priantiah. 2012.
Pengaruh Good Corporate Gover-
nance dan pengungkapan Corporate
Social responsibility terhadap Nilai Pe-
rusahaan (Studi Empiris pada Peru-
sahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal
Nominal, Volume 1, Nomor 1, Tahun
2012. Fakultas Ekonomi Universitas
Yogyakarta.
Sayidatina, K. 2011. Pengaruh Corporate So-
cial Responsibility Terhadap Stock Re-
turn (Studi Empiris Perusahaan yang
Terdaftar di BEI Tahun 2008-2009).
Skripsi, Fakultas Ekonomi Universi-
tas Dipenogoro, Semarang.
Schipper, K. 1989. Commentary on Earn-
ings Management. Accounting Hori-
zons. h: 9-102.
Scott, W. R. 2000. Financial Accounting The-
ory. Second Edition. Canada: Prentice
Hall.
Sembiring , E. R. 2005. Karakterisik Peru-
sahaan dan Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial: Study Empiris pada Pe-
rusahaan yang Tercatat di Bursa Efek
Jakarta. Simposium Nasional Akun-
tansi 8.
Shleifer, A. 2004, Does Competition Destroy
Ethical Behavior? Working Paper. Har-
vard University.
Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Sularto,
Lana. 2007. Pengaruh Ukuran Peru-
sahaan, Profitabilitas, leverage, dan
Tipe Kepemilikan Perusahaan Terha-
dap Luas Voluntary Disclosure Lapo-
ran Keuangan Tahunan. Proceeding
PESAT, Volume 2.
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba,
Teori dan Model Empiris. Jakarta:
Grasindo.
Suchman, M. C. 1995. Managing Legitima-
cy: Strategies and Institutional Ap-
proach. Academy of Management Re-
view, 20(3): h: 571-610.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: ALFABETA.
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Ten-
tang Perseroan Terbatas.
Watts. R. L. & Zimmerman. J. L. 1978. To-
wards a Positive Theory of the Deter-
mination of Accounting Standards.
The Accounting Review, 53(1): h: 112-
134.
Xiong. Y. 2006. Earings Management and
it’s Measurement: A Theoritical Per-
spective. Journal of American Academy
of Business: 214-219.
Yip, Erica., Staden, Chris Van., dan Cahan,
Steven. 2011. Corporate Social Respon-
sibility Reporting and Earnings Man-
agement: The Role of Political Costs.
Australian Accounting, Business and
Finance Journal, 5(3): h: 17-34.
www.idx.co.id