TUGAS STATISTIK
ANALISIS PENGARUH KURS DAN INFLASI TERHADAP EKSPOR
DENGAN PEMBUKTIAN ASUMSI KLASIK
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistik 2
Dosen Pengampu :
Rifai Afin, SE., Mse
Pengusul :
NURUL HIDAYAT (150231100001)
JAYNTI AYUNINGTIAS (150231100040)
GHONIYAH (150231100025)
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Jl. Raya Telang, PO. Box. 2 Kamal, Bangkalan - Madura
Semester Ganjil 2016
1. Interpretasi Pengaruh Kurs dan Inflasi Terhdap Ekspor Dengan Teori
Teori Kurs terhadap ekspor
Tabel kurs terdapa ekspor
N. GREGORY MENKIW edisi ke enam. makroekonomi .erlangga PT gelora aksara pratama
Dalam kurva diatas menunjukkan kurva ekspor neto, kenaikan kurs dari e 1 ke 2 mengurangi ekspor neto dari NX e1 ke NX e2 . jadi hubungan antara ekspor dengan kurs hubungannya nigatif data di asumsi pertama sesuai dengan teori.
Menurut Samuelson (1996:668) definisi kurs adalah :“The price of one unit foreign is currency in term of domestic currency is determined, and the price is called the foreign exchange rates. Kurs khususnya kurs rupiah per Dollar sangat berkaitan erat dan mempengaruhi arus barang dan jasa serta modal dari dalam dan keluar Indonesia. Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan ekspor maupun impor. Jika kurs mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs dollar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno,2000:319).
Teori Inflasi terhadap ekspor
Kaum strukturalis berpendapat, bahwa selain harga komoditi pangan,penyebab utama terjadinya inflasi di negara-negara berkembang adalah akibatinflasi dari luar negeri (imported inflation). Hal ini disebabkan antara lain olehharga barang - barang impor yang meningkat di daerah asalnya, atau terjadinyadevaluasi atau depresiasi mata uang di negara pengimpor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi impor barang modal di Indonesia adalahinflasi. Inflasi menyebabkan harga barang impor menjadi lebih murah daripada barang yangdihasilkan dalam negeri (Sukirno, 2008:336). Maka pada umumnya inflasi akanmenyebabkan impor barang modal berkembang lebih cepat.
Menurut Sukirno (2008:336) naiknya harga barang yang diimpor juga dapatmenyebabkan inflasi. Dikarenakan bila suatu negara tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka negara tersebut akan melakukan impor. Barang-barang yang diimpor sangat berperan dalam kegiatan yang dilakukan para pelaku industri oleh sebab itu harga barang impor akan mempengaruhi inflasi dalam negeri.
a. Interpretasi
Pengaruh kurs terhdap ekspor, jika kursnya terapresiasi sebesar 1% maka ekspornya naik sebesar 0,482761, jadi hubngan kurs terhadap ekspor hubungannya negatif dan data di atas ditolak karena probalitasnya lebih dari 0,1
Pengaruh inflasi terhdap ekspor, jika inflasi naik 1% dalam jangka panjang maka akan menaikkan ekspor sebesar 3,97E+12, atau ketika harga naik satu satuan tertentu dalam jangka panjang produsen akan menambah produksinya sehingga menyebabkan kelebihan produksi yang akan di ekspor, jadi hubungan antara inflasi dan ekspor hubungannya positif dan data diatas ditolak karena probalitasnya ditolak.
Jika ekspor tahun lalu mengalami kenaikan sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan ekspor tahun sekarang sebesar 1,050851, karena kurs dan inflasinya tidak signifakan hanya ekspornya yang signifikan, bisa dilihat di probabilitas
b. Asumsi
1. Asumsi 1
linieritasHubungan antara kurs terhadap ekspor merupakan hubungan garis lurus,
yaitu ketika kurs naik maka ekspor mengalami penurunan(Sukirno,2000:319) dan dalam buku N. GREGORY MENKIW . Ketika nilai inflasi naik maka ekspor mengalami penurunan.
2. Asumsi 2
Data yang dipakai menggunakan data sekunder jadi tidak memerlukan pengujian asumsi dan data diambil dari Word Bank jadi asumsi 2 dianggap lolos.
3. Asumsi 3
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata μ= -0,096154 atau mendekati 0 maka bisa diasumsikan sebagai 0 jadi asumsi 3 dianggap lolos.
4. ASUMSI 4
Pada tabel diatas probabilias dari Obs*R-square tidak signifikan yaitu 0,2842 , maka pada asumsi 4 dianggap lolos karena sudah terbebas dari heteroskedasticity.
5. Asumsi 5
Dapat dilihat pada tabel hasil dari regresi menunjukan bahwa untuk Obs*R-Squared probabilitasnya signifikan yaitu 0,0001 dan untuk resid(-1) dan resid(-2) juga signifikan probabilitasnya yaitu 0,0009 dan 0,0482. Sehingga terdapat masalah dan harus diobati.
Cara mengatasinya dapat dilihat dalam tabel dibawah.
Cara mengobati masalah autokorelasi yaitu dengan menggunakan lag ekspor-1.
6. asumsi 6
Asumsi ke 6 dapat dilakukan dengan meregresikan μ dengan variabel bebas dan nilai probabilitas bernilai 1 pada semua variabel , maka dapat dipastikan bahwa tidak ada hubungan antara μ dengan variabel bebas.
7. Asumsi 7
Data yang diuji menupakan data time series dengan interval 1990 sampai 2015. Dalam data ini terdapat observasi 26 dan parameter sebanyak 3, hal ini berarti jumlah observasi lebih banyak dari jumlah parameter sehingga asumsi 7 lolos.
8. ASUMSI 8
Diketahui dari tabel tersebut bahwa semua variabel bervariasi atau tidak ada data variabel yang sama dengan variabel lain, sehingga asumsi 8 lolos.
9. Asumsi 9
Dalam asumsi 9 dapat diketahui bahwa spesifikasi model berdasarkan teori, maka dianggap lolos.
10. Asumsi 10
Dari hasil estimasi di atas ini terlihat bahwa variabel tidak ada yang signifikan akan tetapi R-squerenya kecil, jadi asumsi 10 dianggap lolos.