26
BAB 4
ANALISIS
4.1 Analisis Lingkungan dan Tapak
4.1.1 Analisis Kegiatan Lingkungan
Alternatif Pemilihan Tapak
Gambar 4-1. Alternatif Lokasi Tapak
Sumber: Dinas Pemetaan
Berdasarkan kedua alternatif tersebut, saya memilih alternatif 1 karena
jaraknya lebih dekat dengan Binus University dan banyak dilalui kendaraan
umum.
Alt.1 terletak di pertigaan (Jl. Rawa Belong dan Kebon Jeruk Raya) yang dilalui oleh banyak kendaraan umum
Alt. 2 terletak di samping Jl. Rawa Belong dan hanya kendaraan umum tertentu yang melewati tapak ini
27
Kegiatan Lingkungan
Tapak ini berada di kawasan padat lalu lintas karena di sekitarnya
merupakan daerah pemukiman, ruko, perdagangan, dan lingkungan kampus.
Gambar 4-2. Lingkungan Sekitar Tapak
Sumber: Google Map
Berada di area pertigaan maka bagian yang ditandai diatas merupakan
sumber kebisingan bagi tapak karena kendaraan yang datang dari ketiga arah
tersebut. Selain itu, areal penghijauan sangat kurang di sekitar tapak ini.
Gambar 4-3. Hubungan Tapak dengan Sekitar
Sumber: Dinas Tata Kota
TAPAK
PERTIGAAN SUMBER BISING
BiNus (Anggrek)
BiNus (Syahdan)
DAGANG
RUKO & DAGANG 2 RUMAH
KOS &
1
4 3
28
Hubungan dengan area dagang no. 1 dan 2 cukup karena kegiatan
perdagangan di area tersebut cukup tinggi dan hal ini dapat mendukung
kebutuhan penghuni asrama. Sedangkan hubungan dengan no. 3 dan 4 tidak
begitu kuat karena asrama dengan rumah, kos, dan sekolah tidak terlalu
berhubungan.
Tanaman yang digunakan untuk mengurangi kebisingan harus memiliki
kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata mulai dari permukaan
tanah hingga ketinggian yang diharapkan.
Gambar 4-4. Penghijauan untuk Mengurangi Kebisingan dan Polusi Udara
Sumber: http://www.pu.go.id/Ditjen_Prasarana% 20Wil/referensi/nspm
Selain berfungsi untuk mengurangi kebisingan, penghijauan juga dapat
menyerap polusi udara, menurunkan suhu lingkungan di sekitarnya, dan
menghasilkan oksigen.
29
Kesimpulan:
Hubungan dengan area sekitar yang berada di Jalan Rawa Belong lebih
kuat dan terletak di pertigaan, maka orientasi bangunan akan difokuskan pada
kedua area tersebut. Selain itu, terletak di kawasan yang padat dan tingkat
polusi udara tinggi, maka desain lingkungan Asrama Mahasiswa Universitas
Bina Nusantara akan memiliki penghijauan yang cukup sehingga produktivitas
oksigen terjaga, polusi udara dan suara berkurang, dan dapat tercipta iklim
mikro.
4.1.2 Analisis Matahari dan Angin
Analisis Matahari
Tapak memanjang ke arah U-S, terdapat dua alternatif perletakan
bangunan berhubungan dengan arah pergerakan matahari (T-B).
Gambar 4-5. Alternatif 1 terhadap Matahari
T B
30
Dampak alternatif 1, yaitu: bagian tengah tapak mendapat cahaya
matahari, semua bangunan memperoleh cahaya matahari secara merata, dan
panas radiasi matahari terhadap bangunan lebih sedikit.
Gambar 4-6. Alternatif 2 terhadap Matahari
Dampak alternatif 2, yaitu: bagian tengah tapak tidak mendapat cahaya
matahari, bangunan yang berada ditengah tidak mendapat cahaya matahari
pagi maupun sore, dan panas radiasi matahari terhadap bangunan menjadi
lebih banyak.
Analisis Angin
Jakarta terletak di dekat garis katulistiwa dan arah angin dipengaruhi
oleh angin musim barat (bergerak dari barat laut menuju tenggara) dan angin
musim timur (bergerak dari tenggara ke barat laut).
T B
31
Gambar 4-7. Alternatif 1 terhadap Angin
Dampak alternatif 1, yaitu: bangunan yang berada di tengah hanya
mendapat sedikit aliran udara.
Gambar 4-8. Alternatif 2 terhadap Angin
Dampak alternatif 2, yaitu: semua bangunan mendapat aliran udara
secara merata.
32
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil analisis matahari dan angin diatas, perletakan
bangunan akan memanfaatkan cahaya matahari dan aliran udara alami dengan
maksimal.
4.1.3 Analisis Pencapaian
Tapak Asrama Mahasiswa yang berada di pertigaan ini memiliki dua
alternatif pintu masuk dan keluar tapak.
Gambar 4-9. Alternatif Entrance dan Exit Tapak
Bagian timur tapak (alternatif 1) merupakan Jl. Rawa Belong dimana
berperan sebagai jalan utama yang melewati tapak ini dan bagian utara
(alternatif 2) merupakan Jl. Kebon Jeruk Raya.
Tabel 4-1. Alternatif Entrance dan Exit
Keuntungan Kerugian
1 - Merupakan jalan utama - Padat lalu lintas
1
2
3
4
33
dan lebar - Dilalui kendaraan umum
2 - Dilalui kendaraan umum - Jalan tidak terlalu lebar - Padat lalu lintas
3 - Tidak macet - Tidak dilalui kendaraan umum
4 - Tidak macet - Sempit - Tidak dilalui kendaraan umum
Kesimpulan
Terletak di pertigaan membuat tapak ini mudah dijangkau dari ketiga
arah, bagian tapak yang dilalui oleh jalan utama dan lebih lebar (timur) cocok
untuk main entrance tapak sedangkan bagian utara tapak dapat dijadikan side
entrance dan sirkulasi servis.
4.1.4 Analisis Sirkulasi dalam Tapak
Sirkulasi dalam tapak dibedakan menjadi sirkulasi pejalan kaki dan
sirkulasi kendaraan.
Tabel 4-2. Jenis-jenis Sirkulasi
Jenis Sirkulasi Karakteristik
1. Linier
Semua jalan pada dasarnya adalah linier. Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama untuk sederet ruang-ruang. Disamping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, / membentuk putaran. Sirkulasi memotong / bercabang cocok untuk bangunan asrama bermassa banyak.
lurus
berbelok
memotong
bercabang
melingkar
34
2. Radial Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari / berhenti pada sebuah pusat, titik bersama. Memiliki satu bangunan asrama yang menjadi center bagi bangunan di sekitarnya
3. Spiral (berputar) Konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah.
4. Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat.
5. Jaringan Konfigurasi jaringan terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Kesimpulan:
Untuk sirkulasi kendaraan menggunakan pola sirkulasi linier melingkar,
dalam hal ini, kendaraan tidak memutari bangunan, tetapi memutari jalan
khusus kendaraan didalam tapak. Lalu untuk sirkulasi servis menggunakan
pola sirkulasi linier lurus. Sedangkan sirkulasi manusia menerapkan pola
sirkulasi linier bercabang sehingga jalur pedestrian dapat mengakses ke
beberapa bangunan dalam tapak.
35
4.1.5 Analisis Zoning
Tapak dibagi dalam beberap wilayah zoning, yaitu publik, semi publik,
private, dan servis.
a. Publik merupakan area yang dapat diakses oleh siapa saja yang
menggunakan bangunan tersebut termasuk pengunjung. Terletak di bagian
depan.
b. Semi Publik merupakan area yang dapat diakses siapa saja – selain
penghuni – dengan izin yang diberikan. Terletak diantara zona publik dan
private.
c. Private merupakan area yang hanya dapat diakses oleh orang-orang
tertentu. Terletak di bagian yang lebih dalam agar privasi penghuni
terjaga.
d. Servis merupakan area yang dapat diakses oleh pengelola dan petugas
servis saja. Terletak di bagian belakang agar tidak menggangu kegiatan
penghuni, pengelola, dan pengunjung.
Gambar 4-10. Alternatif 1 Zoning dalam Tapak
36
Keterangan:
: zona publik
: zona semi publik
: zona private
: zona servis
Pada bagian sudut (pertigaan) terdapat zona publik dikarenakan zona ini
tidak memerlukan ketenangan dan zona servis diletakkan terpisah dari zona
lainnya.
Gambar 4-11. Alternatif 2 Zoning dalam Tapak
Zona publik menghadap ke arah timur (Jl. Rawa Belong) yang
merupakan jalan utama dan diasumsikan sirkulasi main entrance digabung
dengan servis.
Kesimpulan:
Area pertigaan yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi sebaiknya
digunakan untuk zona publik yang tidak memerlukan ketenangan.
37
4.1.6 Analisis Gubahan Massa
Terdapat beberapa alternatif perletakan gubahan massa bangunan dalam
tapak.
Tabel 4-3. Perletakan Massa Bangunan
Perletakan Karakteristik
1. Terpusat
Cocok untuk tapak yang memiliki satu bangunan utama dan dikelilingi bangunan pendukung.
2. Linier Cocok untuk tapak yang memanjang dimana bangunan tersebut dihubungkan dengan sirkulasi dalam tapak.
3. Radial
Cocok untuk tapak yang memiliki beberapa bangunan utama, dalam hal ini bangunan asrama (hunian pria dan wanita).
4. Cluster
Cocok untuk perletakan massa bangunan yang tidak memerlukan keteraturan.
5. Grid
Perletakan massa bangunan yang tertata dengan sangat rapi dan formal.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Berdasarkan peraturan bangunan di wilayah Jakarta Barat ini, ketentuan
tapak ini, sebagai berikut:
38
o Luas lahan : 9.227 m2
o GSB : 10 m
o KDB : 50 %
o KLB : 2
o Lapis max. : 4 lapis
Berkaitan dengan peraturan bangunan tersebut, maka perhitungan luas
lahan yang boleh dibangun, yaitu:
KDB = 50 % x 9.227 m2 = 4.613,5 m2
Total luas bangunan = 2 x 9.227 m2 = 18.454 m2
Tabel 4-4. Perbandingan Pola Massa Bangunan
Massa Tunggal Majemuk
Positif - Cocok untuk lahan yang terbatas - Pemeliharaan dan pengawasan
lebih mudah
- Dinamis - Pengelompokan area
jelas
Negatif - Tidak dinamis - Pengelompokan kurang jelas
- Memerlukan lahas luas - Pemeliharaan dan
pengawasan lebih sulit
Pola massa bangunan majemuk cocok untuk bangunan asrama
mahasiswa ini sehubungan dengan terdapat perbedaan massa bangunan antara
pria dan wanita.
39
Gambar 4-12. Skyline Tapak dengan Sekitar
Dengan ketinggian bangunan sekitar yang beragam, maka perletakan
massa bangunan asrama sebaiknya menyesuaikan dengan keadaan sekitar agar
perbedaan ketinggian tidak terlalu jauh.
Kesimpulan:
Dalam menentukan bentuk dan perletakan massa bangunan asrama,
terdapat beberapa pertimbangan:
a. Penyesuaian terhadap bentuk tapak dan lingkungan sekitar.
b. Efektivitas dan efesiensi ruang didalamnya, dalam hal ini ruang kamar
asrama.
c. Kegiatan yang akan berlangsung didalamnya.
d. Karakter bangunan (estetika façade) yang dapat mencerminkan fungsi
bangunan.
1
2 1
2
40
Gambar 4-13. Skematik Hubungan antar Fungsi Bangunan
Zona publik merupakan tempat yang dapat diakses oleh siapa saja dari
bangunan asrama ini, karena dapat digunakan sebagai tempat berkumpul dan
bersosialisasi dengan seluruh pengguna bangunan. Menggunakan pola
perletakan radial sehingga dapat menjangkau bangunan-bangunan lainnya
didalam tapak.
Bangunan asrama ini akan berorientasi ke atas (vertikal) sebanyak 4
lantai. Dimana massa bangunan pria dan wanita terpisah serta terdapat massa
untuk ruang komunal antara mahasiswa pria dan wanita.
Gambar 4-14. Gubahan Massa dalam Tapak
PRIA
WANITA PUBLIK
HALL UTAMA
HUNIAN HUNIAN
SERVIS
PENUNJANG (KANTIN, TOKO, DLL)
LAPANGAN, TAMAN
MAIN ENTRANCE SERVIS ENT.
PENGELOLA
41
4.1.7 Analisis Tata Ruang Luar
Penataan ruang luar dalam tapak memiliki beberapa fungsi, sebagai
berikut:
a. Dapat menghubungkan antar bangunan dalam tapak.
b. Membentuk ruang luar dan secara tidak langsung membantu mengarahkan
pengguna untuk menuju ke suatu bangunan.
c. Membentuk sirkulasi yang baik bagi pengguna kendaraan dan pejalan
kaki.
d. Elemen-elemen pembentuk ruang luar dapat berguna sebagai estetika,
peneduh terhadap sinar matahari, dan penyaring polusi suara dan udara.
Terdapat beberapa elemen pembentuk ruang luar, yaitu:
1. Elemen Lunak (Soft Material)
Berupa penghijauan atau vegetasi yang dapat berfungsi sebagai penghasil
O2, mengurangi tingkat kebisingan dan polusi udara, dan mengatur tata
air.
2. Elemen Keras (Hard Material)
Berupa perkerasan untuk parkir, plaza, jalur kendaraan, dan pedestrian.
Dapat terbuat dari aspal, paving block, batu (stone), dan kayu (wood).
Selain itu, juga dapat berupa elemen pengisi buatan seperti kolam, bangku
taman, lampu taman, sculpture, dll.
42
Kesimpulan:
Gambar 4-15. Perencanaan Tata Ruang Luar dalam Tapak
Ruang luar dapat dibedakan menjadi:
a. Ruang Luar Aktif: parkir kendaraan, plaza, pedestrian
b. Ruang Luar Pasif: taman sebagai penghijauan, resapan air hujan
Elemen lunak dapat menggunakan rumput dan pohon, hal ini dapat
membantu air hujan merembes ke dalam tanah dan berfungsi untuk
menurunkan suhu lingkungan sekitar. Sedangkan untuk elemen keras dapat
menggunakan aspal, paving block, dan batu.
4.2 Analisis Manusia
4.2.1 Analisis Pengguna
Mahasiswa yang melanjutkan pendidikannya di Universitas Bina
Nusantara selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya.
taman
Taman & per kerasan
43
Tabel 4-5. Jumlah Mahasiswa Daerah Aktif Universitas Bina Nusantara
Angkatan Jumlah Mahasiswa
2004 969 2005 1.854 2006 2.153 2007 2.440
Sumber: ATL Bina Nusantara
Berdasarkan tabel diatas, maka didapat persentase penambahan
mahasiswa daerah tiap tahunnya.
Tabel 4-6. Persentase Pertambahan Jumlah Mahasiswa Daerah
Angkatan Jumlah
Mahasiswa Persentase
Pertambahan 2004 969 - 2005 1.854 91.3 % 2006 2.153 16.1 % 2007 2.440 13.3 %
Rata-rata pertambahan jumlah mahasiswa daerah:
= (91.3 % + 16.1 % + 13.3 %) ÷ 3 = 120.7 % ÷ 3
= 40.2 %
Berdasarkan hasil angket (kuesioner) yang dilakukan pada 200
mahasiswa Bina Nusantara (107 pria dan 93 wanita) didapatkan 101
mahasiswa ingin tinggal di asrama, sedangkan 99 mahasiswa tidak ingin
tinggal di asrama.
Dengan hasil demikian, didapatkan persentase mahasiswa yang tertarik
tinggal di asrama adalah:
44
= (101 ÷ 200) x 100% = 0.5 x 100 % = 50 %
Dikarenakan ini merupakan Asrama Mahasiswa yang akan dibangun
pertama kali oleh Universitas Bina Nusantara, maka diasumsikan daya
tampung Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara sebanyak 10 %.
= {(40.2 % x 2.440) + 2.440} x 10 %
= {981 + 2.440} x 10 %
= 3.421 x 10 % = 342,1 ≈ 343 orang dibulatkan menjadi 400 orang
Pria sebanyak 60% (= 240 orang) dan wanita 40% (=160 orang).
Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini dikhususkan untuk
mahasiswa Universitas Bina Nusantara tingkat 1.
Pengguna di dalam kawasan Asrama Mahasiswa Universitas Bina
Nusantara adalah:
a. Penghuni
Yaitu mahasiswa Universitas Bina Nusantara tingkat pertama.
b. Pengelola
Yaitu pihak yang mengelola semua kegiatan yang berlangsung di dalam
lingkungan asrama.
c. Pengunjung
Yaitu tamu baik dari pihak mahasiswa maupun pengelola.
4.2.2 Analisis Jenis Kegiatan
45
Terdapat beberapa aktivitas yang akan terjadi dalam bangunan Asrama
Mahasiswa ini, yaitu:
Table 4-7. Jenis Kegiatan Pengguna Gedung
Jenis Kegiatan
Kegiatan Pelaku Kebutuhan Ruang
Utama (Pribadi)
Datang Mahasiswa, pengelola, tamu
Hall / Lobby
Tidur Mahasiswa Ruang tidur Mandi Mahasiswa Kamar mandi Mencuci Mahasiswa Ruang cuci, laundry Setrika Mahasiswa Ruang setrika
Utama (Edukatif)
Belajar Mahasiswa Ruang belajar
Utama (Sosial)
Menerima tamu Mahasiswa, pengelola Ruang tamu Nonton TV Mahasiswa Ruang TV Makan Mahasiswa, pengelola Ruang makan /
kantin Masak Mahasiswa Pantry / dapur Olahraga Mahasiswa Ruang Olahraga /
Gymnasium
Pengelola
Mengelola asrama Kepala asrama Ruang Ka. Asrama Membantu pengelolaan
Wakil Ka. Asrama Ruang Wakil Ka.
Membantu pengelolaan
Sekretaris Ruang sekretaris
Administrasi Tata Usaha Ruang TU Buang air Karyawan Toilet Makan, minum Pengelola, tamu Ruang makan /
kantin Komersil Pengelola, mahasiswa Toko
Servis
Penyediaan air Pengelola Reservoir, Ruang pompa air
Pengolahan air Pengelola STP, sumur resapan, penampungan air
Listrik Pengelola Ruang genset, panel
4.3 Analisis Bangunan
46
4.3.1 Analisis Zoning Horizontal dan Vertikal
Berdasarkan jenis kegiatan yang berbeda-beda dari penghuni
(mahasiswa), pengelola, dan tamu; maka bangunan diklasifikasikan ke dalam
zona publik, semi publik, private, dan servis.
Gambar 4-16. Zoning Horizontal Bangunan Asrama
Gambar 4-17. Zoning Vertikal Bangunan Asrama
Kesimpulan:
Terdapat zona semi publik yang menjadi perantara antara zona publik
dan private. Zona private hanya diperuntukkan bagi penghuni asrama dan
pengelola yang berkepentingan. Sedangkan zona publik dapat diakses siapa
saja.
4.3.2 Analisis Kebutuhan dan Dimensi Ruang
47
Berdasarkan hasil angket (kuesioner), peminat untuk tinggal berdua
dalam satu kamar lebih banyak dibandingkan tiga / empat orang dalam satu
kamar. Dari 101 mahasiswa, sebanyak 58 orang memilih tinggal berdua satu
kamar. Diasumsikan kapasitas kamar untuk 2 orang sebanyak 60% dan 4
orang sebanyak 40%.
Tabel 4-8. Standar Ruang Kamar Double Asrama
Tipe Kamar Dengan ranjang tingkat Tanpa ranjang tingkat
Minimum
12,6 m2
16,2 m2
Optimum
14,4 m2
19,8 m2
48
Mewah
16,2 m2
21,6 m2
Sumber: Chiara, J. D. dan John H. C. (2001). Time-Saver Standards for Building Types.
Keterangan:
B = Bed; D = Desk; W = Wardrobe; SC = Soft Chair; BC = Book Cases
Beberapa kebutuhan ruang yang diperlukan dalam bangunan asrama:
Tabel 4-9. Dimensi Ruang Lobby
Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas
Lobby Pu 200 orang 1,4 m2 / orang DA 280 m2
R. TV Pu 100 orang 1,8 m2 / orang A 180 m2 R. Belajar Pv 100 orang 2,5 m2 / orang DA 250 m2
Tabel 4-10. Dimensi Ruang per Lantai (hunian)
Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber
Luas
Kamar Pv 2 org = 30 kmr 4 org = 10 kmr
18 m2 / kamar 21 m2 / kamar
TS 540 m2
210 m2 Pantry + R. Makan S 2 unit 18 m2 / ruang DA 36 m2 Kamar Mandi S 2 unit 48 m2 / unit DA 96 m2 Laundry + R. Setrika S 2 unit 48 m2 / ruang DA 96 m2 Gudang S 2 unit 18 m2 / ruang DA 36 m2 Sirkulasi 20 % 202,8 m2 TOTAL 1.216,8 m2
49
Tabel 4-11. Dimensi Ruang Pengelola
Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas
R. Kepala Asrama Pv 1 orang 20 m2 / orang DA 20 m2 R. Wakil Ka. Asrama Pv 1 orang 16 m2 / orang DA 16 m2 R. Sekretaris Pv 1 orang 10 m2 / orang DA 10 m2 R. Rapat Pv 8 orang 2 m2 / orang DA 16 m2 R. Arsip Pv 12 m2 DA 12 m2 R. Tata Usaha Pv 5 orang 6 m2 / orang DA 30 m2 Pantry S 6 m2 DA 6 m2 Toilet S 2 unit 15 m2 / unit DA 30 m2 Sirkulasi 20 % 28 m2 TOTAL 168 m2
Tabel 4-12. Dimensi Ruang Makan / Kantin
Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas
R. Makan Pu 150 orang 2,5 m2 / orang DA 375 m2 Dapur S 100 m2 DA 100 m2 Gudang Penyimpanan S 50 m2 DA 50 m2 Toilet S 2 unit 24 m2 / unit DA 48 m2 Sirkulasi 20 % 114,6 m2 TOTAL 687,6 m2
Tabel 4-13. Dimensi Ruang Fitness
Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas
R. Fitness Pv 200 m2 DA 200 m2 Sirkulasi 20 % 40 m2 TOTAL 240 m2
Tabel 4-14. Dimensi Ruang Mini Market dan Toko
Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas
R. Penjualan Pu 20 – 30 orang 1,5 m2 / orang TS 45 m2 Kasir Pv 2 orang 2,5 m2 / orang TS 5 m2
50
Gudang Penyimpanan S 20 m2 DA 20 m2 Kios / toko Pu 5 unit 15 m2 / unit TS 75 m2 Sirkulasi 20 % 29 m2 TOTAL 174 m2
Tabel 4-15. Dimensi Ruang Servis
Ruang Sifat Kapasitas Standar Sumber Luas
R. Pompa Air S 20 m2 / ruang A 20 m2 R. Genset S 45 m2 / ruang A 45 m2 R. Panel S 20 m2 / ruang A 20 m2 R. Trafo S 20 m2 / ruang A 20 m2 WWTP S 40 m2 / ruang A 40 m2 TPS S 10 m2 A 10 m2 Sirkulasi 20 % 31 m2 TOTAL 186 m2
Keterangan:
Pu = Publik; SP = Semi Publik; Pv = Private; S = Servis;
DA = Data Arsitek; A = Asumsi; TS = Time Saver
4.3.3 Analisis Hubungan Ruang dan Entrance
Berdasarkan kebutuhan ruang dalam bangunan asrama, dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Gambar 4-18. Skematik Hubungan Hunian
LOBBY + R. TAMU + R. TV
FITNESS R. BELAJAR
KAMAR MANDI
PANTRY + R. MAKAN
LAUNDRY + R. SETRIKA
ENTRANCE HUNIAN
KAMAR
51
Gambar 4-19. Skematik Hubungan Pengelola
Gambar 4-20. Skematik Hubungan Penunjang
Gambar 4-21. Skematik Hubungan Servis
LOBBY + R. TUNGGU
R. TATA USAHA
R. KA. ASRAMA
R. WAKIL KA. TOILET
R. RAPAT
R. SEKRETARIS
R. ARSIP
MINI MARKET
TOKO
GUDANG R. MAKAN DAPUR
LOBBY
TOILET
LOBBY
R. POMPA
R. GENSET
R. PANEL
R. TRAFO
WWTP
PANTRY
52
Bangunan asrama pria dan wanita terletak pada massa bangunan yang
berbeda. Hal ini agar privasi pria dan wanita tetap terjaga serta keamanan juga
lebih terjaga.
Gambar 4-22. Entrance pada Bangunan
Bangunan asrama yang secara khusus diperuntukkan bagi penghuni
(mahasiswa) merupakan bangunan yang cukup private, karena itu untuk
menuju ke bangunan asrama, terlebih dahulu harus melewati areal publik dan
semi publik.
4.3.4 Analisis Sirkulasi Horizontal dan Vertikal
Sirkulasi Horizontal
Terdapat beberapa jenis jalur dan ruang sirkulasi horizontal dalam
bangunan, yaitu:
a. Jalur Sirkulasi
53
Tabel 4-16. Jenis Jalur Sirkulasi
Jenis Jalur Karakteristik
Melalui Ruang-ruang
- Kesatuan dari tiap-tiap ruang dipertahankan
- Konfigurasi jalan yang fleksibel
- Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk menghubungkan jalan dengan ruang-ruangnya
Menembus Ruang-ruang
- Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya, miring, atau sepanjang sisinya
- Dalam memotong sebuah ruang, suatu jalan menimbulkan pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya
Berakhir dalam Ruang
- Lokasi ruang menentukan jalan
- Hubungan jalan-ruang ini digunakan untuk pendekatan dan jalan masuk ruang-ruang penting yang fungsional dan simbolis
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
b. Ruang Sirkulasi
Tabel 4-17. Jenis Ruang Sirkulasi
Jenis Ruang Karakteristik
Tertutup
Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu-pintu masuk pada bidang dinding
54
Terbuka pada Salah Satu Sisinya
Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkannya
Terbuka pada Kedua Sisinya
Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Sirkulasi Vertikal
Bangunan Asrama Mahasiswa bertingkat 4 ini menggunakan tangga
sebagai transportasi vertikal. Selain itu, juga terdapat fasilitas ramp.
Gambar 4-23. Alternatif Konfigurasi Tangga
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Konfigurasi tangga menentukan arah langkah saat menaiki maupun
menuruni tangga, terdapat beberapa cara:
o Tangga langsung
o Tangga berbentuk ‘L’ dan ‘U’
o Tangga putar
55
o Tangga berbentuk spiral
Kesimpulan:
Berdasarkan jalur dan ruang sirkulasi tersebut, jika disesuaikan dengan
ruang-ruang yang terdapat dalam bangunan asrama, dalam hal ini ruang-ruang
kamar, maka jalur yang melalui ruang-ruang akan lebih efektif dan privasi
tetap terjaga. Sedangkan dari segi ruang sirkulasi, bagian salah satu sisi yang
terbuka cocok diterapkan dalam kondisi di Jakarta, hal ini agar ruang sirkulasi
tidak gelap dan pengap.
Gambar 4-24. Sirkulasi Bangunan
4.3.5 Analisis Kebutuhan Parkir
Merupakan bangunan Asrama Mahasiswa, maka peruntukan lahan parkir
lebih sedikit, karena mahasiswa yang tinggal di asrama ini berasal dari daerah.
Tabel 4-18. Alternatif Parkir Mobil
Gambar Karakteristik
Parkir paralel pada jalur kendaraan Panjang: 6 m Lebar: 2 m
Tangga
Void
Single-loaded
56
Tiga pilihan kemiringan: 30º, 45º, 60º Panjang: 5 m Lebar: 2,3 m
Sudut 90º, keluar-masuk dari 2 arah Panjang: 5 m Lebar: 2,5 m
Sumber: Neufert, E. (2002). Data Arsitek.
Diasumsikan penghuni (mahasiswa) yang memiliki kendaraan sebanyak
2 % mobil dan 10 % motor.
Jumlah mobil = 2% x 400 = 8 mobil
Jumlah motor = 10% x 400 = 40 motor
Jumlah pengelola diasumsikan 15 orang, dengan perbandingan 30%
membawa mobil dan 70% membawa motor.
Jumlah mobil = 30% x 15 = 4,5 ≈ 5 mobil
Jumlah motor = 70% x 15 = 10,5 ≈ 10 motor
Tamu yang datang dan membawa kendaraan diasumsikan 20 orang,
dengan perbandingan 30% mobil dan 70% motor.
Jumlah mobil = 30% x 20 = 6 mobil
Jumlah motor = 70% x 20 = 14 motor
57
Total kebutuhan lahan parkir sebanyak 19 parkir mobil dan 64 parkir
motor, dengan luasan parkir mobil sebesar 2,5 m x 5 m dan motor sebesar 1 m
x 2 m.
Selain itu, juga terdapat parkir untuk servis. Diasumsikan dapat memuat
2 kendaraan.
4.3.6 Analisis Sistem Pencahayaan
Terdapat pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, dengan
memanfaatkan pencahayaan alami secara maksimal, maka penggunaan cahaya
buatan akan berkurang dan secara tidak langsung penggunaan listrik juga
berkurang.
Terletak di daerah beriklim tropis, cahaya matahari yang diterima sangat
berlimpah akan tetapi panas radiasi matahari dapat memanaskan ruangan
dalam bangunan, karena itu dengan memaks imalkan orientasi bukaan ke arah
U-S, cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam bangunan dan panas
radiasi matahari terhadap bangunan juga berkurang.
Tabel 4-19. Alternatif Pengontrol Radiasi Matahari
Gambar Penjelasan
(a) (b)
Dengan teritisan secara horizontal, baik tanpa celah (a) maupun terdapat celah (b)
58
Dengan penghalang secara vertikal
Gabungan antara penghalang horizontal dan vertikal
Tanaman (pohon) dapat dijadikan sebagai penghalang
Modifikasi pada jendela atau dinding
Sumber: Hayslett, G. (1995). Gambar dan Perencanaan Arsitektur.
Agar cahaya matahari dapat masuk pada bagian tengah bangunan, di
desain dengan skylight.
Gambar 4-25. Alternatif Skylight
Sumber: Lechner, N. (2001). Heating, Cooling, Lighting: design methods for architects.
59
Kesimpulan:
Semaksimal mungkin ruangan dalam bangunan memanfaatkan
pencahayaan alami, dengan bukaan yang dimodifikasi (teritis horizontal dan
vertikal), jendela, dan pada bagian atas terdapat skylight.
4.3.7 Analisis Sistem Pengudaraan
Terdapat 2 sistem pengudaraan, yaitu pengudaraan secara alami dan
buatan. Jika dapat memanfaatkan pengudaraan alami secara maksimal (cross
ventilation), maka pengudaraan buatan (kipas angin, AC) akan berkurang
penggunaannya.
Tabel 4-20. Perbandingan Bukaan
Gambar Perbandingan
Cross ventilation yang ideal karena angin mengalir dengan baik
Cukup baik, tetapi terdapat bagian yang tidak dialiri angin
Tidak baik, bagian dalam bangunan tidak mendapat aliran angin.
Sumber: Lechner, N. (2001). Heating, Cooling, Lighting: design methods for architects.
60
Dengan menanam tanaman (pohon) disekitar bangunan, juga dapat
menurunkan suhu disekitar bangunan.
Gambar 4-26. Penghijauan di Sekitar Bangunan
Sumber: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
Perletakan bangunan yang tegak lurus terhadap arah angin juga
menguntungkan aliran udara dalam bangunan.
Gambar 4-27. Letak Bangunan terhadap Arah Angin
Sumber: http://www.lmbunika.com/PDF/StandardI.pdf
4.3.8 Analisis Sistem Utilitas
Sistem utilitas bangunan mencakup dari segi plumbing, elektrikal, dan
proteksi kebakaran.
61
Plumbing
Terdapat dua sistem plumbing pada bangunan asrama, yaitu air bersih
dan air kotor.
a. Sistem Air Bersih
Digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, masak, menyiram tanaman,
dan proteksi kebakaran.
Gambar 4-28. Distribusi Air Bersih
b. Sistem Air Kotor
Terdapat dua jenis air kotor, yaitu:
o Air Kotor Cair
Berasal dari kamar mandi, dapur, dan cucian; diolah dengan STP
(Sewage Treatment Plant) / WWTP (WasteWater Treatment Plant).
Sedangkan air hujan diolah melalui sumur resapan.
62
o Air Kotor Padat
Kotoran padat yang berasal dari kotoran manusia akan diproses dengan
Septic Tank.
Gambar 4-29. Distribusi Air Kotor
Air kotor cair akan diolah terlebih dahulu di STP / WWTP sedangkan air
hujan dikumpulkan melalui talang air pada atap bangunan akan disalurkan
ke sumur resapan untuk diolah.
Untuk menghemat penggunaan air dalam bangunan, dapat dilakukan
dengan perubahan perilaku manusia dalam menggunakan air, pemilihan alat-
alat sanitasi, dan mengolah kembali air yang berasal dari air hujan maupun air
kotor.
Dalam kaitan dengan perilaku manusia, dapat diterapkan beberapa cara,
yaitu:
63
a. Di dapur, menggunakan mesin pencuci piring dalam keadaan penuh dapat
menghemat 38 – 76 liter air. Jika mencuci dengan tangan, tampung air
dalam baskom daripada mencuci di bawah air mengalir. Keran
konvensional mengeluarkan air 19 liter tiap 2 menit.
b. Di kamar mandi, matikan keran ketika sedang menggosok gigi. Mandi
dengan shower dalam waktu yang singkat daripada dengan bathtub dan
matikan air ketika menggunakan shampo atau sabun. Akan lebih hemat
jika menggunakan keran dan shower bertekanan rendah (low-flow), serta
toilet menggunakan air daur ulang.
c. Di ruang cuci, menggunakan mesin cuci yang sesuai antara penggunaan air
dengan banyaknya pakaian. Jika mencuci dengan tangan, tampung air
dalam ember (jangan membiarkan air mengalir terus menerus) dan
semaksimal mungkin menggunakan air untuk mencuci dan membilas
pakaian berulang-ulang.
d. Di luar ruangan, menyiram taman saat pagi-pagi (early morning) atau
sore-sore (late afternoon) dan saat udara sejuk, dengan tujuan untuk
mengurangi penguapan. Mencuci mobil menggunakan ember daripada
dengan air mengalir dari selang, dapat menghemat air. Serta
membersihkan sirkulasi dalam tapak dengan menyapu daripada menyiram
dengan air.
e. Memperbaiki kebocoran alat-alat sanitasi, pada keran dapat menghemat
hingga 11.400 liter / tahun dan untuk toilet menghemat 760 liter / hari.
64
Dalam memilih alat-alat sanitasi dalam bangunan, diperhatikan yang
hemat air, dengan cara:
a. Keran
Menggunakan low-flow faucet dan memasang aerator faucet pada mulut
keran, dapat menghemat air hingga 3,8 – 9,5 liter / menit (dari 9,5 – 19
liter / menit menjadi 5,7 – 9,5 liter / menit) dengan tetap mempertahankan
kenyamanan tekanan air.
b. Shower
Dengan menggunakan low-flow showerheads, pemakaian air menjadi 3,8
– 9,5 liter / menit dibandingkan dengan showerheads standar yang
memakai air hingga 60 – 130 liter / menit
c. Kloset
Kloset standar (conventional toilet) menggunakan 13,3 – 19 liter / flush
sedangkan dengan menggunakan dual-flush toilet yang terbagi dengan
penggunaan minimum 3,8 liter / flush dan penggunaan maksimum 6 liter /
flush, dapat menghemat penggunaan air.
d. Urinoir
Umumnya, urinoir menggunakan 7,6 – 11,4 liter / flush. Dengan
menggunakan low-flow urinals, penggunaan air dapat mencapai kurang
dari 3,8 liter / flush.
Terdapat beberapa cara untuk mengolah air agar dapat digunakan
kembali, yaitu:
65
a. Sumur Resapan
Gambar 4-30. Distribusi Sumur Resapan
Sumber: http://www.nubian.com.au/Rainwater-reuse.asp
Air olahan dari sumur resapan dapat digunakan untuk mandi, cuci pakaian,
dan dapur.
Gambar 4-31. Detail Sumur Resapan
Sumber: http://www.pu.go.id/Ditjen_kota/alt-1.htm
66
Umumnya air hujan yang melalui proses pengolahan sumur resapan
menghasilkan air yang cukup aman dan berkualitas baik untuk digunakan
kembali.
Gambar 4-32. Lapisan Tanah
Sumber: http://rovicky.wordpress.com/2006/08/24
Resapan air dari sumur resapan akan merembes ke dalam lapisan tanah
hingga menembus permukaan tanah (water table) yang dibawahnya
terdapat air tanah, dimana akan dikonsumsi oleh penduduk yang tinggal di
atasnya.
b. STP atau WWTP
Gambar 4-33. Sirkulasi Recycled Water
Sumber: www.recycledwater.com.au
67
Air kotor yang berasal dari hunian, industri akan diproses melalui STP /
WWTP agar kualitas air sebelum dibuang ke riol kota atau digunakan
kembali memenuhi standar.
Gambar 4-34. Distribusi STP / WWTP
Sumber: http://ga.water.usgs.gov/edu/wwvisit.html
Air kotor (cair dan padat) disaring terlebih dahulu agar benda-benda padat
terfilter, kemudian wastewater tersebut diproses. Dalam proses, butiran /
kotoran akan mengendap di bawah dan endapan tersebut dapat digunakan
untuk pupuk tanaman. Sedangkan air kotor tersebut akan terus melalui
proses pengolahan hingga akhirnya memenuhi standar agar dapat
digunakan kembali untuk toilet, menyiram tanaman, dan proteksi
kebakaran.
Untuk menghemat penggunaan air, maka dilakukan perhitungan
penggunaan air bangunan asrama.
Menurut buku ‘Panduan Sistem Bangunan Tinggi’, kebutuhan air bersih
per hari adalah 135 – 225 liter / orang dan air buangan sebanyak 189 liter /
orang.
68
Kebutuhan air penghuni = (400 + 15) x 135
= 415 x 135 = 56.025 liter
Kebutuhan air hidran = (18.454 x 2) ÷ 800
= 36.908 ÷ 800 = 46,1 ≈ 46 liter
Total air toilet dan urinoir = {(4,8 + 3,8) x 5} x 415
= 43,5 x 415 = 18.052,5 liter
Kebutuhan air bersih = 56.025 – 46 – 18.052,5 = 37.926,5 liter
Curah hujan Jakarta = 300 mm/bulan = 0,3 m/jam
Jumlah air hujan = (0,278) x 0,7 x 0,3 m/jam x 4000 m2
= 233,5 ≈ 234 m3/jam [48 sumur resapan]
Air olahan yang dapat dipakai kembali = (135 – 43,5) x 415
= 91,5 x 415 = 37.972,5 liter
Kesimpulan:
Dalam kaitan dengan hemat air, maka dalam desain bangunan Asrama
Mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini, dapat menerapkan beberapa cara,
yaitu:
o Menanam tanaman yang memerlukan pengairan yang sedikit, dengan
demikian, jumlah pemakaian air akan berkurang.
o Menggunakan peralatan sanitar yang bertekanan rendah (low flow: faucet,
shower, and urinal) serta dual-flush toilet.
o Mencuci pakaian dengan mesin cuci sesuai antara banyaknya pakairan
dengan jumlah pemakaian air.
69
o Letak reservoir air dekat dengan kamar mandi, dapur agar penyaluran air
lebih efektif.
o Perilaku penghuni dan pengguna bangunan untuk melaksanakan
penghematan air.
o Melakukan konservasi air (dengan sumur resapan) dan mengolah air kotor
untuk digunakan kembali sehingga pemakaian air bersih (air PAM) akan
berkurang.
Elektrikal
Sumber daya listrik yang diperlukan untuk bangunan asrama, berasal
dari:
a. PLN
Merupakan pasokan listrik utama dalam menunjang kegiatan sehari-hari di
lingkungan asrama.
b. Genset
Berperan sebagai sumber listrik cadangan ketika sumber listrik dari PLN
terputus / mati.
Gambar 4-35. Diagram Tipikal Pasokan Listrik
PLN TRANSFORMATOR METER
PLN
GENSET
PANEL LAMPU DARURAT
PANEL KEBAKARAN
R. MESIN, POMPA
R. PANEL
RUANG / AREA
70
Kesimpulan:
Pasokan listrik utama Asrama Mahasiswa Universitas Bina Nusantara
berasal dari PLN dengan genset sebagai cadangan listrik ketika listrik dari
PLN mati.
Proteksi Kebakaran
Sistem pencegahan dalam menghadapi bahaya kebakaran:
a. Pencegahan Aktif
o Detektor yang berfungsi untuk mendeteksi jika ada asap atau suhu
ruangan yang terlalu tinggi.
o Hidran bangunan (tiap jarak 35 m) dan hidran halaman (maksimal
jarak 200 m).
o Sprinkler, dimana kepala sprinkler akan pecah jika mencapai suhu
tertentu (umumnya 68º C).
Tabel 4-21. Penggunaan Sprinkler menurut Klasifikasi Bangunan
Klasifikasi Bangunan Tinggi / Jumlah Lantai Penggunaan Sprinkler
Tidak bertingkat Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 1 lantai
Tidak diharuskan
Bertingkat rendah Ketinggian sampai dengan 8 meter atau 2 lantai
Tidak diharuskan
Bertingkat rendah Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 lantai
Tidak diharuskan
Bertingkat tinggi Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 lantai
Diharuskan, mulai dari lantai 1
Bertingkat tinggi Ketinggian lebih dari 40 meter atau diatas 8 lantai
Diharuskan, mulai dari lantai 1
Sumber: Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi.
71
o Fire Extinguisher, pemadam yang berisi bahan kimia.
b. Pencegahan Pasif
o Konstruksi tahan api, misalnya dengan konstruksi beton, baja.
o Pintu darurat terbuat dari bahan tahan api (minimal 2 jam) sehingga api
tidak masuk ke dalam tangga darurat.
o Jarak dengan tangga darurat sesuai dengan standar.
Tabel 4-22. Jarak Tempuh
Fungsi Batasan
Lorong Buntu Jarak Tempuh Maksimal
Tanpa Sprinkler Dengan Sprinkler Hunian - Hotel - Apartemen - Asrama - Rumah Tinggal
10 10 0
TP
30 30 30 TP
45 45 45 TP
Sumber: Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi.
Keterangan: TP = Tidak Perlu
Selain proteksi kebakaran, juga perlu diperhatikan sistem proteksi
terhadap bahaya petir. Dalam bangunan asrama mahasiswa ini, menggunakan
tiang penangkap petir (lighting rods) dengan sistem kurungan Faraday.
Terdapat tiang pendek (finial) dan kepala penangkap petir (air termination)
pada bagian tertinggi bangunan, dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi
bangunan dan berakhir ke dalam tanah.
4.3.9 Analisis Wujud Dasar Bangunan
Terdapat beberapa wujud dasar bangunan yang dapat diterapkan dalam
bangunan Asrama Mahasiswa, sebagai berikut:
72
Tabel 4-23. Wujud Dasar Bangunan
Bentuk Karakteristik
2. Lingkaran Terpusat, berarah ke dalam; umumnya bersifat stabil dan menjadi pusat dari lingkungannya. Tidak cocok untuk asrama yang memerlukan perletakan perabot secara efisien.
3. Segitiga Menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil.
4. Bujur Sangkar Menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar – yang berubah dengan penambahan tinggi atau lebarnya. Cocok untuk perletakan perabot (tempat tidur, lemari, meja belajar) secara efisien.
Sumber: Ching, F. (2000). Arsitektur Bentuk, Ruang, dan Tatanan.
Bentuk adalah ciri utama yang menunjukkan suatu volume (panjang,
lebar, tinggi). Ditentukan oleh wujud dan hubungannya antar bidang-bidang
yang menggambarkan batas-batas dari volume tersebut.
Kesimpulan:
Bangunan asrama menggunakan bentuk bujur sangkar yang akan
divariasi, agar perletakan perabot dalam ruangan lebih efektif.
4.3.10 Analisis Sistem Struktur
Sub-Structure
Sub-structure merupakan bagian pondasi yang menahan seluruh berat
bangunan.
73
Tabel 4-24. Alternatif Sub-Structure
Pondasi Tiang Pancang Bored Pile
Gambar
Proses
Ditanam dengan cara dipancang menggunakan alat pancang khusus
Titik-titik pondasi dibor, kemudian dicor di tempat dengan tulangan besi / baja dan beton.
Keuntungan
- Kualitas tinggi - Pengerjaan relatif cepat - Cocok untuk kondisi tanah
yang luas
- Tidak ada getaran - Kebisingan rendah - Diameter relatif besar
sehingga daya dukung kuat
Kerugian
Saat pemancangan: - Getarannya dapat
menimbulkan resiko kerusakan pada bangunan sekitar
- Suaranya sangat keras, perlu alat penutup telinga.
- Relatif mahal - Memerlukan area yang
luas
Sumber: http://www.indopora.com
Asrama Mahasiswa Bina Nusantara yang terletak di kawasan padat
penduduk dan didukung dengan tapak yang relatif luas, sebaiknya
menggunakan pondasi bored-pile agar kawasan di sekitar tapak tidak
terganggu.
Upper-Structure
Upper-structure merupakan bagian kolom, balok, dan plat lantai; yang
berfungsi untuk mendukung dan menyalurkan beban bangunan ke bagian sub-
structure.
74
Terdapat dua pilihan upper-structure yang berhubungan dengan kolom
dan balok:
a. Struktur Rangka
Terdiri dari rangka pembentuk kolom dan balok, dimana penutup
dindingnya merupakan elemen non-struktural.
b. Struktur Dinding Geser (Shear Wall)
Merupakan dinding (bidang masif) yang menerus hingga ke bagian teratas
bangunan, berfungsi sebagai elemen struktural yang menahan beban
bangunan dan lateral.
Tabel 4-25. Alternatif Bahan Konstruksi
Konstruksi Keuntungan Kerugian
Beton Bertulang
- Tahan api - Bebas korosi - Bahan struktur mudah
didapat
- Lemah terhadap gaya tarik
- Bentangan besar, dimensi bertambah
Baja
- Pemasangan cepat dan mudah
- ringan - Dapat dipakai kembali
- Tidak tahan api - Mudah berkarat - Kurang fleksibel
Baja Komposit
- Pemasangan relatif cepat - Kuat terhadap gaya tekan dan
tarik
- Struktur relatif berat - Relatif mahal
Sumber: http://www.ftsp1.uii.ac.id/twiki