Download - YANA MARYANA-FDK.pdf
UPAYA YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS) DALAM
MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA
CIMANDALA KECAMATAN SUKARAJA BOGOR
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sebagai Syarat untuk Meraih
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)
Disusun oleh
Yana Maryana
104054002105
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008
ABSTRAK
Yana Maryana
Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) dalam Memberdayakan
Ekonomi Masyarakat di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor.
Pemasalahan sosial yang banyak berkembang di dalam masyarakat mau tidak mau suka tidak suka memerlukan perhatian untuk diatasi dengan segera.
Permasalahan sosial tersebut diantaranya adalah kemiskinan, keterlantaran,
kecacatan, ketunaan sosial, kerawanan sosial ekonomi serta kerentanan sosial
warga masyarakat yang semua ini berpotensi menjadi penyandang masalah
kesejahteraan sosial. Sejak adanya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997
telah berdampak pada menurunnya kemampuan daya beli kelompok masyarakat
miskin, situasi keterbatasan dan minimnya ketersediaan sumber daya yang
dimiliki oleh keluarga dan masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan
sosial, kondisi yang menyebabkan hak penyandang cacat untuk tumbuh kembang
dan berkreasi tidak dapat terpenuhi,meningkatnya jumlah rumah tangga miskin
dan angka putus sekolah diberbagai tingkat pendidikan, menurunnya kesempatan
kerjadan maraknya berbagai konflik sosial dan politik yang muncul diberbagai
daerah.
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah hidup cukup lama dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya untuk berfikir
tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional.
Untuk itu dengan melalui pemberdayaan ekonomi, masyarakat di yayasan
DHARMAIS Kabupaten Bogor dapat mengembangkan kemampuan yang mereka
miliki melalui pelatihan keterampilan-keterampilan sehingga dalam diri tumbuh
jiwa mandiri dan rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu di lingkungan
masyarakatnya.
Penelitian ini mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh Yayasan
Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) dalam memberdayakan masyarakat melalui
keterampilan tata rias dan bengkel terhadap anak-anak jalanan dan anak putus
sekolah (Droup out), dengan memakai metode kulitatif-deskriptif melalui teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi diketahui bahwa obyek yang diteliti
adalah peserta yang ada di Yayasan DHARMAIS. Pembekalan keterampilan yang
diberikan sangat beragam di antaranya adalah keterampilan menata rias yang
terkait dengan kegiatan penataan wajah dan rambut yang dikhususkan untuk putri angkatan I serta pelatihan bengkel yang terkait dengan kegiatan bongkar pasang
sepeda motor yang dikhususkan untuk putra angkatan II. Pelatihan keterampilan
ini bertujuan untuk membekali masyarakat agar mampu mandiri dan mampu
mengembangkan potensi diri dengan keahlian yang telah mereka miliki.
Dengan adanya program keterampilan tata rias dan bengkel di yayasan
DHARMAIS peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dapat menciptakan jiwa mandiri yang mampu menciptakan usaha
yang berkaitan dengan keahlian yang pernah mereka dapat di yayasan serta dapat menghasilkan tenaga kerja yang terampil.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahhi rabbil’alamin, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, karena hanya dengan kasih sayang-Nya kita dapat menikmati indahnya
kehidupan di dunia ini, dan semoga kasih sayang-Nya tetap menyertai kita sampai
di kehidupan mendatang. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah
limpahkan kepada baginda Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan kita menuju
jalan yang diridhoi-Nya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kategori
sempurna, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun
pasti masih ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi atau teknik
penyusunannya. Dengan demikian, penulis membuka diri untuk menerima
masukan dan kritik yang konstruktif demi perbaikan skripsi dan diri penulis
sendiri sebagai bahan evaluasi dan instrospeksi diri sekarang dan di masa yang
akan datang.
Berkat keridhoan Allah SWT sematalah akhirnya penyusunan ini dapat
diselesaikan. Serta tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, arahan terhadap
penyusunan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Kedua orangtuaku (Bapak Uar Suherman dan Ibu Rahmawati) di Bogor,
terima kasih atas segala kasih sayangnya yang tidak terhingga sepanjang
hayatku dan tanggung jawabnya untuk mendidik putra-putrinya menuju
masa depan gemilang serta memberikan support tanpa henti pada penulis.
2. Kepada ketiga adikku Yani Maryani, Linda Susilawati dan Muhammad
Nasrullah yang saya cintai, kalian adalah penghibur setia dalam suka dan
dukaku.
3. Kepada semua sanak familiku di Sukabumi, yang telah banyak membantu
dan memberikan motivasinya pada penulis.
4. Dr. Murodi, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Wati Nilamsari, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Prof. Dr. Syamsir Salam, M.Si. sebagai Dosen Penasehat Akademik
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2003.
8. Drs. Helmi Rustandi, MA., selaku Pembimbing penulisan Skripsi ini yang
telah memberi arahan dan bimbingan kepada saya dalam penyusunan
karya ilmiah ini
9. Bapak Drs. H. Nawasih (selaku Kepala Pusat Diklat Yayasan
DHARMAIS), yang telah memberikan izin penelitian hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
10. Bapak H Achmad Afif (selaku kepala Balai Diklat Yayasan DHARMAIS)
yang telah berbaik hati memberikan waktu dan informasinya tentang
semua hal yang berkaitan langsung dengan yayasan.
11. Ibu Tedja Miarsih (selaku pengurus bagian Tata Usaha) yang telah banyak
membantu dengan kesabaran dan perhatiannya terhadap penulis hingga
skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.
12. Kepada Teman-temanku seluruh peserta pelatihan keterampilan serta
semua pengurus Yayasan DHARMAIS yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan
informasi data-data pada penulis.
13. Buat teman-temanku mahasiswa PMI teruntuk Cucun Sumiati S. Sos. I,
Imas Rusmini S. Sos. I, Munasaroh S. Sos. I dan Al Hasanah S. Sos. I,
kalian adalah inspirasi dan support dalam setiap karya dan imajinasiku
yang tiada habisnya serta teman-temanku yang lainnya yang tidak dapat
saya sebutkan satu-persatu tapi tidak mengurangi rasa cintaku kepada
kalian semua.
14. Kepada Isa Suryosuseno yang selalu jauh di mata tetapi dekat di hati, yang
telah memberikan warna dalam hidupku, semoga Allah memberikan Ridha
dan limpahan kasih sayangnya sehingga kita dipertemukan dalam satu
ikatan.
15. Kepada Rental L@VHEN’SQ yang telah banyak membantu penulis siang
dan malam dalam menyelesaikan skripsi ini.
Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga kebaikan mereka diridhoi Allah SWT
dan mendapatkan pahala dari-Nya.
Jakarta, 16 Maret 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 7
E. Sistematika Penulisan .............................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT .......................................................................... 15
A. Masyarakat .............................................................................. 15
1. Pengertian Masyarakat ...................................................... 15
2. Ciri-ciri dan Kriteria Masyarakat ........................................ 17
3. Tipe-tipe Masyarakat ......................................................... 20
B. Pemberdayaan Masyarakat ....................................................... 21
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ............................... 21
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat....................................... 23
3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat.............................. 24 4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ..................................... 28
5. Aras Pemberdayaan Masyarakat ......................................... 29 C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ....................................... 32
1. Pengertian Ekonomi Masyarakat ........................................ 32 2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi masyarakat ...................... 33
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia ................................... 34 4. Kebijakan Ekonomi yang Memihak Rakyat ....................... 37
BAB III GAMBARAN UMUM DESA CIMANDALA DAN
YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS) ........... 38
A. ............................................................................................Profil
Desa Cimandala dan Kabupaten Bogor .................................... 38
1. .......................................................................................K
ondisi Geografis Desa Cimandala ...................................... 38
2. .......................................................................................K
ondisi Demografis Desa Cimandala .................................... 41
3. .......................................................................................K
ondisi Sosial Kemasyarakatan Desa Cimandala................... 42
4. .......................................................................................K
ondisi Agama Desa Cimandala ........................................... 45
5. .......................................................................................K
ondisi Ekonomi Desa Cimandala ........................................ 46
B. ............................................................................................Profil
Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) .......................... 49
1. .......................................................................................Latar
Belakang Berdirinya DHARMAIS ..................................... 49 2. .......................................................................................Visi
dan Misi DHARMAIS ....................................................... 51 3. .......................................................................................Tujua
n DHARMAIS.................................................................... 51 4. .......................................................................................Mana
jemen DHARMAIS ........................................................... 51 5. .......................................................................................Obye
k Sasaran ............................................................................ 57
6. .......................................................................................Syara
t-syarat dan Prosedur Penerimaan ....................................... 57
7. .......................................................................................Fasili
tas Penunjang Kegiatan Yayasan DHARMAIS ................... 58
8. .......................................................................................Kerja
sama ................................................................................... 58
9. .......................................................................................Sumb
er Dana ............................................................................... 58
10.......................................................................................Progr
am-Program Pemberdayaan Masyarakat.............................. 59
11.......................................................................................K
iprah DHARMAIS dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat ........................................................................ 59
BAB IV ANALISIS UPAYA YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL
(DHARMAIS) DALAM MEMBERDAYAKAN EKONOMI
MASYARAKAT DI DESA CIMANDALA KECAMATAN
SUKARAJA BOGOR .................................................................. 62 A. Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS)
Dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat Di Desa
Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor ................................... 62
1. .......................................................................................U
paya Pemberdayaan Masyarakat Melalui Keterampilan ..... 63
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Keterampilan Tata Rias dan Bengkel ...... 70
BAB V PENUTUP .................................................................................... 76
A. Kesimpulan ............................................................................. 76
B. Saran-saran .............................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 01 Batas Wilayah Desa Cimandala ............................................... 40
Tabel 02 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur ............................... 42
Tabel 03 Keadaan Lembaga Sosial Kemasyarakatan .............................. 43
Tabel 04 Tingkat Jumlah Pemeluk Agama .............................................. 45
Tabel 05 Sarana dan Prasarana Kegiatan Keagamaan ............................. 46
Tabel 06 Mata pencaharian/pekerjaan Penduduk Desa Cimandala .......... 48
Tabel 07 Data Peserta yang Mengikuti Pelatihan keterampilan ................ 64
Tabel 08 Gambaran Peserta di Lihat Dari Keterampilannya..................... 65
Tabel 09 Waktu Pelaksanaan .................................................................. 66
Tabel 10 Kualifikasi Tenaga Pengajar ..................................................... 72
Tabel 11 Pendidikan Peserta Keterampilan.............................................. 74
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan merupakan isu sentral di Negara kita, terutama setelah
Indonesia dilanda krisis multi dimensional yang memuncak pada periode 1997-
1999. gejalanya berawal dari krisis moneter dan ekonomi yang tidak bisa dihadapi
karena semakin tumpang tindihnya berbagai permasalahan seperti kolusi , korupsi
dan nepotisme yang merajalela. krisis ini membawa dampak yang secara
keseluruhan dirasakan oleh masyarakat Indonesia yaitu dengan bertambahnya
jumlah rumah tangga miskin di pedesaan maupun di perkotaan yang disebabkan
hilangnya pekerjaan dan hilangnya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pokok yaitu pendidikan, kesehatan dasar dan sosial.
Badan pusat statistik mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
maret tahun 2007 sebesar 37,17 juta (16,58%), atau turun 2,13 juta dibandingkan
maret tahun 2006 yang mencapai 39,30 juta (17,75%).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret
2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin
pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97 persen), berarti tingkat
kemiskinan meningkat 1,78 persen, atau bertambah sebanyak 3,95 juta orang.1
1 http://kfm.depsos.go.id/, Pusat Data Kemiskinan DEPSOS RI
Kemiskinan dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh
adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang
dalam memanfaatkan kesempatan yang ada di masyarakat. faktor penghambat
tersebut secara umum meliputi faktor internal yang datang dari dalam diri si
miskin itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya.
Sedangkan yang merupakan faktor eksternal adalah dari luar kemampuan orang
yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat
menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumber daya.2
Parsudi Suparlan mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar tingkat
hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah
atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.3
Standar kehidupan yang rendah ini secara tidak langsung tampak
pengaruhnya terhadap berbagai aspek sosial, ekonomi, psikologi, pendidikan dan
politik. Aspek sosial terutama akibat terbatasnya pemilikan alat produksi, upah
kecil, daya takar rendah, tabungan nihil dan lemah mengantisipasi peluang. Dari
aspek psikologi terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas dan merasa
terisolir. sedangkan dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap
berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses
pengambilan keputusan.4
2Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Rafika
Aditama, 2005), hal. 135 3Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995),
hal. 1 4http : // www.Kimpraswil.go.id, Memahami Kemiskinan,
Kemiskinan bukanlah merupakan masalah individu atau perorangan, akan
tetapi masalah kita bersama yang pengentasannya harus dilakukan oleh segenap
masyarakat luas, orang miskin itu sendiri dan pemerintah.
Dengan adanya berbagai program dalam upaya mengentaskan kemiskinan
adalah merupakan wujud kepedulian masyarakat dan pemerintah untuk
mengurangi angka kemiskinan yang pada realitanya semakin meningkat.
Maka tidak mengherankan mengapa masalah kemiskinan ini telah
mengundang banyak pakar untuk mencari solusi yang berkaitan dengan masalah
tersebut dari berbagai aspek kehidupan, salah satu pendekatannya adalah dengan
adanya usaha pengokohan lembaga-lembaga atau instansi-instansi yang bergerak
dalam bidang sosial. Atas dasar itulah saya merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian pada salah satu yayasan yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan sosial
seperti yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) yang
berada di desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor.
DHARMAIS merupakan yayasan yang bergerak dalam kegiatan-kegiatan
sosial di antaranya tentang pendidikan bagi anak putus sekolah (drop out),
pengangguran dan pemberdayaan ekonomi.
Dalam upaya menanggulangi permasalahan kemiskinan pada tahun 2004
DHARMAIS bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk
melakukan upaya pemberdayaan terhadap masyarakat Cimandala Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor memberikan berbagai keterampilan hidup (life skill)
guna membekali mereka suatu keahlian yang nantinyan dapat digunakan untuk
menjalankan kehidupannya secara mandiri, aktif, kreatif dan produktif serta
memiliki semangat untuk maju dan berkembang.
Pemberdayaan diartikan sebagai upaya mengembangkan masyarakat
lemah dari keadaan yang tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya
yang bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.5
Menurut Payne bahwa suatu proses pemberdayaan pada intinya ditujukan
guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri
untuk menggunakan daya yang ia miliki antara lain melalui transfer daya dari
lingkungan.6
Bentuk kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh DHARMAIS sendiri
dalam implementasinya dilakukan melalui bentuk keterampilan yaitu berupa
keterampilan tata rias dan perbengkelan.
Bentuk kegiatan pemberdayaan yang dilakukan melalui keterampilan tata
rias berupa pengenalan berbagai tipe sanggul pengantin, berbagai macam alat
kosmetik riasan wajah dan rambut serta berbagai macam tipe riasan atau tata cara
bermake up yang sesuai dengan keinginan klien. Sedangkan kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan melalui keterampilan perbengkelan berupa
5Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas, Pengantar Pemikiran Dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001)
hal. 54 6Ibid, hal. 54
keahlian membongkar pasang aksesoris motor sampai mereparasi setiap
kerusakan-kerusakannya.
Peserta didik yang sudah terampil dalam tata rias dan perbengkelan,
yayasan DHARMAIS akan memberikan dana bantuan atau modal untuk
membuka usaha salon dan bengkel, dengan begitu mereka akan mampu
mendayagunakan keterampilan yang sudah didapat pada lapangan kerja yang
sesungguhnya.
Adapun penulis memilih Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS)
sebagai obyek dalam penelitian ini karena penulis melihat eksistensi yang
diperlihatkan oleh DHARMAIS dengan bentuk programnya dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat melalui keterampilan tata rias dan
perbengkelan mempunyai peranan yang sangat positif dalam upaya
menanggulangi permasalahan kemiskinan yang ada di Kabupaten Bogor.
Setidaknya melalui program yang dilakukan oleh DHARMAIS ini dapat
membekali masyarakat suatu keahlian hidup sehingga nantinya masyarakat
mampu menjalankan kehidupannya secara mandiri dan siap menghadapi setiap
momentum yang meresahkan seperti krisis ekonomi yang sedang dihadapi oleh
bangsa Indonesia saat ini.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud mengangkat permasalahan
tersebut dan kemudian menuangkannya dalam skripsi yang berjudul: Upaya
Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) dalam Memberdayakan
Ekonomi Masyarakat di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Bogor melalui Keterampilan Tata Rias dan Perbengkelan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan supaya tidak terjadi kesalahpahaman
dalam memahami isi, maka penulis membatasi penelitian ini adalah analisa
atas Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial dalam Memberdayakan Masyarakat
di Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor melalui
Keterampilan Tata Rias dan Perbengkelan angkatan 2007/2008.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan di atas maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
a. Bagaimana upaya pemberdayaan masyarakat di yayasan
DHARMAIS melalui program keterampilan tata rias dan bengkel di
Kabupaten Bogor?
b. Apa faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. T
ujuan Penelitian
a. Mengetahui upaya pemberdayaan masyarakat di yayasan DHARMAIS
melalui program keterampilan tata rias dan bengkel di Kabupaten
Bogor
b. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari kegiatan tersebut
2. M
anfaat Penelitian
a. Sebagai bahan kajian dalam bidang sosial khususnya tentang
pengembangan masyarakat pada jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengelola yayasan
DHARMAIS sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan dalam
mengembangkan dan meningkatkan program kegiatan keterampilan
untuk menekan angka pengangguran yang disebabkan oleh kemiskinan
dalam segala aspek.
c. Mengenal lebih jauh eksistensi yayasan DHARMAIS sebagai salah
satu lembaga yang peduli terhadap masalah kemiskinan dengan
melakukan pemberdayaan.
d. Untuk menambah wawasan penulis berkaitan konsep dan
metodologinya.
D. Metodologi Penelitian
1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengambil tempat di yayasan DHARMAIS
di Jl. Dharmais Rt.6 Rw.1 Ds. Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Bogor Jawa Barat. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut: lokasi yayasan DHARMAIS yang sangat
strategis dan dekat dari tempat tinggal sehingga mudah untuk dijangkau oleh
penulis dan adanya program pengembangan masyarakat yang diadakan oleh
yayasan DHARMAIS untuk meningkatkan kehidupan ekonomi peserta
pelatihan keterampilan. dari segi waktu, penelitian ini dilakukan mulai tanggal
14 maret 2007 sampai dengan 25 september 2007.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.7
Dengan demikian laporan penelitian ini akan berisi kutipan –kutipan
data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari
naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau
memo dan dokumen resmi lainnya.kemudian peneliti menganalisis data-data
tersebut sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.
3. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Subyek dalam peneltian ini adalah pengurus yayasan Dharmais yang
terdiri dari ketua balai yayasan Dharmais, guru-guru (24 orang), tutor (2
orang). Adapun untuk data informan yaitu anak-anak putus sekolah yang
berjumlah 78 orang yang mengikuti keterampilan, baik keterampilan tata rias
(40 orang) dan bengkel (38 orang).
7 Bagor dan Taylor yang dikutif oleh Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002), Cet Ke 17, h. 3
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu:
a. Data Primer, terbagi menjadi dua sumber data yaitu:
a) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari partisipan
atau sasaran penelitian, yaitu pengurus Yayasan DHARMAIS.
b) Umum yaitu data yang diperoleh dari peserta pelatihan
keterampilan tata rias dan bengkel dengan bertemu langsung secara
sengaja.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait.
Catatan dan dokumen tersebut diambil dari berbagai literatur-literatur,
buku-buku, koran dan internet yang berhubungan dengan masalah
skripsi ini.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan data berupa:
a. Observasi
Yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.8 Dengan
demikian penulis diharapkan dapat memperoleh data-data tentang upaya
8 Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),
h. 70
yayasan DHARMAIS dalam memberdayakan masyarakat di Desa
Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor.
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data. Pengamatan
berperan serta “atau participant observation” oleh Karen itu pada waktu
mengumpulkan data dilapangan peneliti berperan serta dalam kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan.
b. Wawancara
Yaitu proses Tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara
lisan di mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara digunakan
untuk mengumpulkan pendapat, persepsi, perasaan, pengetahuan dan
pengalaman serta penginderaan seseorang dengan tujuan memperoleh
informasi. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan bagian tata
usaha yayasan DHARMAIS ibu Tedja Miarsih, Ketua Balai DIKLAT
yayasan DHARMAIS bapak H. Achmad Afief dan para peserta khususnya
yang mengikuti program keterampilan tata rias dan bengkel pada tahun
2007.
c. Dokumentasi
Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai
macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain di
perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam
penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan dalam buku dan majalah.
6. Teknik Analisa Data
Analisa data adalah proses penyusunan data agar bias ditafsirkan dan
memberikan makna pada analisis. Penafsiran hasil analisis data harus melebihi
atau mentransenden deskripsi. Model analisis yang dipakai dalam penelitian
ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan
reduksi data. Reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada
bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan
sebelumnya yang lebih sedrhana9. Display data mengambil kesimpulan dan
verifikasi. Kegiatan ini dilakukan sejak memasuki pelaksanaan penelitian di
lapangan hingga akhir secara terus menerus.
7. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria:
a. Kriterium kredibilitas (derajat kepercayaan) yaitu kriterium ini dapat
menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan pembanding terhadap data itu (Triangulasi).10
Hal itu
dicapai dengan jalan:
9Pius A Partanto M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), Cet ke 1 h
658
10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 330
a) Membandingkan dokumen dari penyelenggara dengan data hasil
wawancara peserta pelatihan keterampilan (b) membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti
membandingkan jawaban yang diberikan oleh peserta keterampilan
tata rias dan bengkel dengan jawaban yang diberikn pengurus
yayasan DHARMAIS Bogor.
b. Ketekunan atau keajegan pengamatan, ketekunan pengamatan
bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi-situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari,
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai
dengan rumusan masalah saja.
c. Kepastian dengan pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal ini
ialah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang
terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Sedangkan
jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.
8. Teknik Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis
menggunakan teknik penulisan yang berdasarkan pada pedoman penulisan
karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Sistematika Penulisan
Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab di mana antara bab
yang satu dengan bab yang lainnya saling berkaitan, dan masing-masing bab
terdiri dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut sistematikanya:
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Batasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teoritis, terdiri dari: Masyarakat, pengertian Masyarakat,
Ciri-ciri dan Kriteria Masyarakat, Tipe-tipe Masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat yang terdiri dari: Pengertian
Pemberdayaan Masyarakat, Proses Pemberdayaan Masyarakat,
Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat, Aras Pemberdayaan
Masyarakat, Tujuan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat terdiri dari: Pengertian Ekonomi Masyarakat,
Peningkatan Sumber Daya Manusia, dan Kebijakan Ekonomi yang
Memihak Rakyat.
Bab III Gambaran Umum Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Bogor dan Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS): Profil Desa
Cimandala Kecamatan Sukaraja terdiri dari: Kondisi Geografis Desa
Cimandala, Kondisi Demografis Desa Cimandala, Kondisi Sosial
Kemasyarakatan Desa Cimandala, Kondisi Agama dan Kondisi
Ekonomi Desa Cimandala. Profil Yayasan Dharma Bakti Sosial terdiri
dari: Latar Belakang Berdirnya DHARMAIS, Visi dan Misi
DHARMAIS, Tujuan, Manajemen DHARMAIS, Objek Sasaran,
Syarat-syarat dan Prosedur Penerimaan, fasilitas Penunjang Kegiatan
Program Keterampilan, Kerja Sama, Sumber dana, Program-program
Pemberdayaan Masyarakat, dan Kiprah DHARMAIS dalam
Memberdayakan Masyarakat
Bab IV Analisis Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Desa
Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor: Upaya Pemberdayaan Anak
Putus Sekolah Melalui Pelatihan Keterampilan dan faktor pendukung
dan penghambat Pemberdayaan masyarakat Melalui Keterampilan
Tata rias dan Bengkel
Bab V Penutup, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia kata masyarakat berarti
pergaulan hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam
suatu tempat dengan ikatan-ikatan dan aturan tertentu.11
Ralp Linton mendefinisikan masyarakat adalah setiap kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka
dapat mengorganisasikan dirinya untuk berfikir tentang dirinya dalam satu
kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.12
Kelompok masyarakat yang
belum terorganisasikan mengalami proses yang fundamental, yaitu adaptasi
dan organisasi dari tingkah laku para anggota timbul perasaan berkelompok
secara lambat laun.
Dari uraian di atas, masyarakat dapat mempunyai arti luas dan arti
yang sempit. Dalam arti luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubungan–
hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa
dan sebagainya. Dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam
hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti sempit masyarakat di maksud
11
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya: Karya AbdiTama,
2001), cet-1, hal. 276 12
Harwantyoko, Neltje F. Katuuk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Guna Darma, 1997), cet-
1, hal. 146
sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu, misalnya
teritorial, bangsa, golongan dan sebagainya.13
Secara sosiologis, masyarakat atau society dapat diartikan sebagai
kumpulan atau kelompok individu-individu yang memiliki beberapa
persamaan atau kepentingan dan tujuan. Sementara proses terjadinya bentuk
masyarakat merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan oleh individu-
individu sebagai anggotanya. Dalam interaksi tersebut akan terbentuk suatu
sistem sosial yang berdasarkan pada norma-norma yang disepakati oleh para
anggota masyarakat yang bersangkutan. Prilaku sosial tersebut dilakukan
secara berpola oleh seluruh individu, sehingga melahirkan sutu kebudayaan
yang menjadi pedoman bagi masyarakat pendukungnya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.14
Sedangkan dalam islam istilah dalam musyarakah dikenal dengan
“ummat” dalam umat terkandung makna dan bentuk masyarakat itu sendiri
bersifat natural (fitrah) bagi manusia sebagaimana disebutkan dalam Al-
Qur’an:
�آ� وأن�� ذآ� �� ����آ� إن� ا��س ��أ��������ر)"ا و'&�%$ #�"!� و�*�
�&2� .2�� ا��/ إن أت��آ� ا��/ .- أآ��,� إن
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. (QS.Al Hujurat: 13).
13
Harwantyoko, Neltje F. Katuuk, Ilmu Sosial Dasar, hal 147 14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998), cet 25, hal. 26
Ada beberapa faktor yang menentukan bentuk suatu masyarakat,
diantaranya adalah faktor alam atau geografis (determinisme ekologi),
kebudayaan, dan atau keyakinan (agama) yang dianut oleh masyarakat.
2. Ciri-ciri dan Kriteria Masyarakat
Menurut seorang sosiolog, Selo Soemarjan sesuai dengan tarap
struktur sosial dan kebudayaan, dalam hal ini Negara Indonesia sedikitnya
memiliki tiga kategori masyarakat dengan berdasarkan ciri-ciri utama dari
masyarakat tersebut yakni masyarakat sederhana, masyarakat madya dan
masyarakat pra modern atau masyarakat modern. Lebih lanjut lagi Selo
Soemarjan mengemukakan sebagai berikut:
1. Masyarakat Sederhana:
a) Hubungan dalam keluarga dan dalam masyarakat setempat sangat kuat
b) Organisasi sosial pada pokoknya didasarkan atas adat-istiadat yang
terbentuk menurut tradisi
c) Kepercayaan kuat pada kekuatan-kekuatan gaib yang mempengaruhi
kehidupan manusia, akan tetapi tidak dapat dikuasai olehnya
d) Tidak ada lembaga-lembaga khusus untuk memberikan pendidikan
dalam bidang teknologi, keterampilan diwariskan oleh orang tua
kepada anak sambil berpraktek, dengan sedikit teori dan pengalaman
dan tidak dari hasil pemikiran dan eksperimen.
e) Tingkat buta huruf relatif tinggi
f) Ekonominya sebagian besar meliputi produksi untuk keperluan
keluarga sendiri atau untuk pasaran kecil setempat, sedangkan sebagai
alat penguji/pengukur harga berperan secara terbatas sekali.
g) Kegiatan ekonomi dan sosial yang memerlukan kerjasama orang
banyak dilakukan secara tradisional dengan gotong-royong tanpa
hubungan kerja antara buruh dengan majikan.
2. Masyarakat Madya
a) Hubungan keluarga tetap kuat, akan tetapi hubungan dengan
masyarakat setempat sudah mulai mengendor dan menunjukkan gejala-
gejala hubungan atas dasar perhitungan ekonomi
b) Adat-istiadat masih dihormati, akan tetapi sikap masyarakat mulai
terbuka bagi pengaruh dari luar
c) Dengan timbulnya rasionalitas dengan cara berfikir maka kepercayaan
pada kekuatan-kekuatan gaib baru timbul apabila orang sudah
kehabisan akal untuk menanggulangi suatu masalah.
d) Di dalam masyarakat timbul lembaga-lembaga pendidikan formal
sampai tingkat sekolah lanjutan pertama, akan tetapi masih jarang
sekali adanya lembaga pendidikan keterampilan atau kejuruan.
e) Ekonomi masih memberikan kesempatan lebih banyak kepada
produksi buat pasaran, hal mana mulai menimbulkan diferensiasi
dalam struktur masyarakat di mana orang semakin meningkat
peranannya.
f) Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis
g) Gotong royong sosial tinggal untuk kepentingan sosial dikalangan
keluarga besar dan tetangga, akan tetapi gotong royong untuk
kepentingan umum dilakukan atas dasar upah.15
h) Masyarakat Pra Modern/Modern
a) Hubungan antara manusia terutama didasarkan atas kepentingan-
kepentingan pribadi
b) Hubungan masyarakat-masyarakat lain dilakukan secara terbuka
dalam suasana saling pengaruh-mempengaruhi, kecuali (mungkin)
dalam penjagaan rahasia-rahasia penemuan baru
c) Kepercayaan kuat pada manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai sarana untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
d) Masyarakat tergolong-golong menurut bermacam-macam profesi
serta keahlian yang masing-masing dapat dipelajari dan
ditingkatkan dalam lembaga-lembaga pendidikan keterampilan dan
kejuruan
e) Tingkat pendidikan formal adalah tinggi dan merata
f) Hukum yang berlaku pada pokoknya adalah hukum tertulis yang
sangat kompleks
g) Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasaran yang
didasarkan atas penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lain.16
15
Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Mayarakat, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1993), cet-2, hal. 49-51 16 Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Teori Masyarakat, hal. 49-51
Kategori masyarakat berdasarkan dasar derajat struktur sosial dan
kebudayaan tersebut di atas, akan dipergunakan sebagai suatu dasar untuk
menyoroti masalah-masalah sosial atau masalah-masalah masyarakat
Indonesia pada masa dewasa ini.
3. Tipe-Tipe Masyarakat
Elizabeth K. Nothingham membedakan kepada tiga tipe masyarakat,
yakni masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral, masyarakat pra
industri yang sedang berkembang dan masyarakat industri sekunder.
Masyarakat yang memiliki tipe pertama adalah masyarakat yang kecil,
terisolasi dan terbelakang. setiap anggota tipe masyarakat ini bersama-sama
menganut agama yang sama, oleh Karena itu keanggotaan mereka dalam
masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Masyarakat tipe
kedua, tidak lagi terisolasi dapat berubah lebih cepat lebih luas daerahnya dan
lebih besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan
teknologi yang lebih tinggi daripada masyarakat pada tipe yang pertama.
Suatu organisasi keagamaan yang bisaanya mungkinpun semua anggota
memberi ciri khas kepada tipe masyarakat ini, walaupun ia merupakan
organisasi formal yang terpisah dan berbeda, serta memiliki tenaga profesional
sendiri. Sedangkan masyarakat tipe ketiga adalah masyarakat yang sudah
terbuka, dinamika masyarakat tinggi, perkembangan teknologi sangat maju
dan sangat berpengaruh \bagi kehidupan. Pengaruh ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) mempunyai banyak konsekwensi terhadap agama.
Masyarakat lebih terbisaa memecahkan masalah hidupnya dengan metode
empirik, penalar dan efisiensi, oleh karena itu lingkungan yang bersifat
sekuler terus semakin meluas, dan hal ini sering sekali mengorbankan
lingkungan yang sakral.
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari tidak atau kurang
berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok
ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan
keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan suatu proses yang
relatif terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.17
Dalam pandangan Islam, agama adalah pemberdayaan. Pemberdayaan
harus merupakan gerakan tanpa henti. Istilah pemberdayaan adalah terjemahan
dari istilah asing yaitu: “Empowerment”. Secara leksikal pemberdayaan berarti
penguatan. Sedangkan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan
atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan dan istilah ini
dalam batasan-batasan tertentu bersifat interchangeable atau dapat
dipertukarkan.18
Imang Mansur Burhan mendefinisikan pemberdayaan umat
17
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), cet 3, hal. 54 18
Dra. Nanich Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafei M Ag, Pengembangan
Masyarakat dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h.
41
atau masyarakat adalah: sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam ke
arah yang lebih baik dalam kehidupan sosial, politik maupun ekonomi.19
Masyarakat adalah kelompok masyarkat yang saling terkait oleh
sistem-sistem, adat-istiadat, serta hukum-hukum khas dan hidup bersama, atau
masyarakat merupakan terdiri dari individu-individu yang secara
berkelompok. Masyarakat bisa diartikan kelompok manusia yang saling
berinteraksi yang memiliki prasaran-prasarana untuk mencapai tujuan
bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat bersama. Masyarakat
adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai
keluarga, keluarga sebagai prosesnya, dan masyarakat adalah hasil dari
proyeksi tersebut.20
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak
mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan, dengan kata lain memberdayakan adalah meningkatkan
kemampuan dan meningkatkan kemandirian masyarakat.21
Dari kedua definisi tentang pemberdayaan dan masyarakat secara
terpisah maka secara sederhana pemberdayaan masyarakat adalah: bagaimana
19
Imang Mansur, Pokok-pokok Pikiran Tentang Zakat Dalam Pemberdayaan Umat:
1998), hal. 121 20
Murtadha Muktara, Masyarakat dan Sejarah, (Bandung: Penerbit Mizan, 1995), cet ke-
V, hal. 15 21
Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Derah dan Pemberdayaan Masyarakat,
(Jakarta: PT. Bina Pena Pariwara, 1997), cet ke-2, hal. 165
mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak berdaya menjadi berdaya
kearah yang lebih baik kepada individu yang hidup secara bersama.22
Penulis menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah
pengembangan yang berkesinambungan menuju ke arah yang lebih baik atau
melakukan pembahasan dan perubahan kepada masyarakat dan bisa diartikan
juga bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah gerakan penguatan
sosial agar masyarakat yang tadinya lemah baik dalam bidang sosial, ekonomi,
politik diberdayakan sehingga membangkitkan kesadaran masyarakat tersebut
dan meningkatkan potensi yang mereka punya.
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai suatu proses adalah proses
yang berkesinambungan (on-going) sepanjang komunitas masih ingin
melakukan perubahan dan perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu
program saja.23
Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahapan yaitu:24
a) Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdayakan dan tidak
dapat memberdayakan
b) Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak
pemberdayaan
c) Mengidentifikasi masalah
d) Mengidentifikasi basis daya yang bermakna
e) Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya.
22
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal. 801 23
ibid, hal. 303 24 Ibid, hal. 304
Dari uraian di atas bahwa pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat,
bukanlah suatu proses yang berhenti pada satu titik tertentu tetapi lebih
merupakan suatu upaya berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang
ada.
Proses memberdayakan seseorang atau masyarakat dapat dilakukan
melalui tiga tahap yang lainnya seperti: menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi seseorang atau masyarakat berkembang. Hal ini dapat
dilakukan melalui membangun kepercayaan melalui sharing, membantu orang
memahami bidang yang ia tekuni.
Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam rangka
itu diperlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata, penyediaan
berbagai masukan, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan
membuat diri makin berdaya memanfaatkan peluang. Hal ini dilakukan
dengan cara memberikan pelatihan yang diperlukan.
Memberdayakan mengandung arti pula melindungi. Pemberdayaan
secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah berlaku bagi
mereka yang lemah semangat. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah
yang lemah menjadi bertambah lemah. Contohnya dengan memberikan
dorongan dan semangat untuk berubah.25
3. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat
Keberadaan masyarakat adalah suatu kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan potensi dirinya dalam mengembangkan harkat dan martabat
25
Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, hal.
165
lapisan masyarakat dari kondisi tidak mampu menjadi mampu, sehingga dapat
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan yang
memungkinkan d apat menciptakan masalah baru.
Menurut Isbandi tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam proses
pembedayaan adalah sebagai berikut:
Pertama, menciptakan suasana yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan,
pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong
pemberian motivasi dan membangkitkan kesadaran.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.
Dalam hal ini diperlukan langkah yang lebih positif dan nyata, serta
pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat
menjadi semakin berdaya dalam memanfaatkan peluang.
Ketiga, memberdayakan berarti melindungi, karena dalam
pemberdayaan harus dapat mencegah yang lemah menjadi semakin lemah.26
Menurut Isbandi juga, pada dasarnya tahapan pemberdayaan yang
bisaa dilakukan oleh organisasi pelayanan masyarakat mencakup beberapa
tahapan sebagai berikut:27
26
Isbandi Rukminto, Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan
Administrasi Pidato Pengkuhan Guru Besar Administrasi dan Fakultas Ilmu Administrasi,
(Malang: Universitas Brawijaya, 27 Mei 1995) 27
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, Jakarta, Universitas indonesia, Edisi Revisi 2003
a. Tahapan persiapan.
a) Penyiapan petugas ini diperlukan untuk menyamakan persepsi antar
anggota tim agen perubah (change agent) mengenai pendekatan apa
yang akan dipilih dalam melakukan pemberdayaan masyarakat.
b) Penyiapan lapangan ini diperlukan untuk melakukan studi kelayakan
terhadap daerah yang akan dijadikan sasaran , baik dilakukan secara
informal maupun formal.
b. Tahap assessment
Proses assessment yang dilakukan disini dengan mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki
oleh klien.
c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan.
Pada tahap ini agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan
warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana
cara mengatasinya.
d. Tahap pemformulasian rencana aksi
Pada tahap ini agen perubah membantu masing-masing kelompok
untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan
mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
e. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang
telah direncanakan akan dapat melenceng dalam pelaksanaan dilapangan
bila tidak ada kerja sama antara agen perubah dan warga masyarakat,
maupun kerja sama antar warga.
f. Tahap evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan peugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pemberdayaan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga.
g. Tahap terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran.
Sedangkan menurut Nanich Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafe’I,
ada tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu:
1. Pemberdayaan pada mata ruhaniyah, dalam hal ini terjadi degradasi moral
atau pergeseran nilai masyarakat islam oleh karena itu pemberdayaan jiwa
dan akhlak harus leih ditingkatkan.
2. Pemberdayaan intelektual, yang pada saat ini dapat disaksikan betapa umat
islam Indonesia sudah jauh tertinggal dalam kemajuan penguasaan
teknologi, untuk itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual
sebagai perjuangan besar (jihad).
3. Pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinan menjadi demikian identik
dengan masyarakat islam sendiri. Seorang putra islam dalam generasi
qur’ani awal terbaik, Saidinan Ali menyatakan “sekiranya kekafiran itu
brwujud manusia, sungguh aku akan membunuhnya. Untuk dapat keluar
dari himpitan situasi ekonomi seperti sekarang ini, disamping penguasaan
terhadap life skill atau keahlian hidup, keterampilan berwirausahapun
dibutuhkan juga dalam pengembangan dan pemberdayaan ekonomi
kerakyatan yang selama ini tidak pernah dilihat bahkan keberadaannya
sering dipandang merepotkan pembangunan.28
4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan upaya untuk meningkatkan harkat lapisan
masyarakat dan pribadi manusia, upaya ini meliputi:29
a. Mendorong, memotivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya dan
menciptakan iklim/suasana untuk berkembang.
b. Memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif
mengembangkannya.
c. Penyediaan berbagai masukan dan pembukaan akses kepeluang-peluang.
Upaya pokok yang dilakukan adalah peningkatan taraf pendidikan, derajat
kesehatan, akses kepada modal, teknologi tepat guna, informasi, lapangan
kerja dan pasar dengan fasilitas-fasilitasnya.
Pemberdayaan bukanlah penguatan individu (orang-perorang), tetapi
juga pranata-pranata (sistem dan strukturnya), pembaharuan kelembagaan,
penanaman nilai, peranan masyarakat di dalamnya, khususnya dalam
pengambilan keputusan dan perencanaan, sekaligus merupakan keputusan dan
perencanaan sekaligus merupakan pembudayaan demokrasi, demikian pula
advokasi/pembelaan yang lemah terhadap yang kuat dan persaingan yang
28
Syamsudin RS, Dasar-dasar Pengembangan Masyarakat Islam dalam Da’wah Islam,
(Bandung: KP. HADID, 1999), h. 28 29
Dr. I Nyoman Sumaryadi, Drs, M Si, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005), h. 114
tidak sehat. Pemberdayaan tidak boleh membuat masyarakat menjadi
tergantung pada pemberian. Apa yang dinikmati harus dihasilkan oleh usaha
sendiri. Dengan demikian manusia menjadi semakin mandiri dan bertumbh
dalam harga diri.
Adapun tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya sebagai berikut:30
a. Membantu mengembangkan manusia yang otentik dan integral dari
masyarakat lemah, rentan, miskin, marginal dan kaum kecil, seperti petani
kecil, buruh tani, masyarakat miskin perkotaan, masyarakat ada yang
terbelakang, kaum muda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok wanita
yang didiskriminir/dikesampingkan
b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio
ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pengembangan masyarakat.
5. Aras Pemberdayaan Masyarakat
Dalam konteks pekerjaan sosial menurut Edi Suharto pemberdayaan
dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment
setting): mikro, mezzo, dan makro. Untuk lebih jelasnya berikut uraiannya:
1. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress manajement, crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
30
Dr. I Nyoman Sumaryadi, Drs, M Si, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayan Masyarakat, h. 114
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach).
2. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, bisaanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Aras makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar
(large system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada system
lingkungan yang lebih luas. Peumusan kebijakan, perencanaan sosial,
lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajement konflik, adalah
beberapa strategi dalam pendekataan ini. Strategi system besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk
memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.31
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan di atas
dicapai melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat
menjadi 5P, yaitu: pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan
pemeliharaan.
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang seca ra optimal. Pemberdayaan harus
31 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, h.58
mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat cultural dan structural
yang menghambat.
2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap
kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang
kemandirian mereka.
3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas leh kelompok kuat. Pemberdayaan harus
diarahkan pada penghapusan pada segala jenis diskrimunasi dan dominasi
yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas dalam kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong mayarakat agar tidak terjatuh ke
dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan
berusaha.32
32 Ibid, h.67-68
C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
1. Pengertian Ekonomi Masyarakat
Ekonomi rakyat atau masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan
upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu
sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.33
Pengertian ekonomi rakyat muncul sebagai akibat dari terjadinya
kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat. Kesenjangan ini merupakan
hasil dari pemilikan aset-aset ekonomi berupa sumber daya produksi dan
produktifitas yang timpang tindih antara pelaku ekonomi yang kuat dan pelaku
ekonomi yang lemah.
Di satu sisi sebagian kelompok masyarakat hanya memiliki faktor-
faktor produksi terbatas sehingga menghasilkan produktifitas yang rendah.
Sementara dipihak lain segelintir pelaku ekonomi kuat maju dan berkembang
menguasai pelaku ekonomi lemah, yang akhirnya dikonotasikan dengan
ekonomi rakyat dengan pelaku ekonomi kuat (konglomerat).
Untuk lebih jelasnya tentang ekonomi rakyat, ada beberapa definisi
sebagai berikut:
H.S Dillon menjelaskan bahwa ekonomi rakyat adalah suatu sistem
yang memihak kepada kepentingan ekonomi sebagian besar rakyat secara
manusiawi, adil dan demokratis. Kepentingan ekonomi sebagian besar rakyat
ini terdapat dalam kehidupan ekonomi manusia: petani, nelayan, buruh,
33
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), cet ke-1, hal. 66
pedagang kecil, para penganggur dan kaum papa.34
Dengan demikian ekonomi
rakyat atau masyarakat lebih mengutamakan ekonomi yang berskala kecil dan
menengah yang berpartisipasi secara demokratis.
Menurut Mubyarto ekonomi rakyat adalah sebagian besar dari cara-
cara rakyat bergumal dan bertahan untuk menjaga kelangsungan hidupnya di
pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan dalam industri-
industri kecil dan kerajinan serta dalam perdagangan atau kegiatan swadaya
lainnya baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, dengan modal utama
tenaga kerja keluarga dan modal serta teknologi seadanya.35
Dari beberapa pengertian tentang ekonomi rakyat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dan dapat
berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional.
Pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat merupakan salah satu
tugas kemanusiaan paling asasi. Upaya pemberdayaan ekonomi rakyat atau
masyarakat tidak dapat dilakukan sebatas pemberian subsidi, retribusi, dan
program-program yang sifatnya karikatif, melainkan harus paradigmatif,
strukturalis (kelembagaan) dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.36
2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Tujuan pemberdayaan ekonomi rakyat atau masyarakat yang hendak
dicapai tidak hanya berupa daftar keinginan yang bernuansa mimpi namun
34
M Azwir Dainy Tara, Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Nuansa Madani,
2001), cet ke 1, hal 4 35
Mubyarto, Revolusi Sistem Ekonomi, (Yoyakarta: Aditya Media, 1999), cet ke 1, hal 46 36 Julius Bobo, Transformasi Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Cidesindo, 2003), cet ke 1, hal 56
tidak juga terlalu simplisistis. Adapun ekonomi rakyat yang dituju adalah
sebagai berikut:
a) Pembangunan ekonomi yang partisipatif dan menempatkan ekonomi
rakyat pada posisi yang lebih besar serta memberi peluang seluas-luasnya
dan didukung dengan pemihakan kepada pelaku ekonomi di masa depan.
b) Penyebaran atau perluasan kepemilikan aset ekonomi produktif ke tangan
rakyat agar dapat dipunyai oleh sebagian besar masyarakat.
c) Penguatan sumber pembiayaan hingga terwujudnya ekonomi kesetaraan
dan pengembangan secara total bagi pengusaha kecil, menengah, dan
koperasi yang mempunyai potensi.
3. Peningkatan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah aset organisasi yang paling penting dan
membuat sumber organisasi lainnya bekerja. Sumber daya manusia penting,
karena mempunyai efisiensi dan efektifitas organisasi.
Dalam ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa sumber daya manusia
(human resource) adalah skill (kemampuan), kapasitas, kecakapan, yang
dimiliki oleh perorangan, yang memungkinkan untuk mendapatkan
penghasilan.37
Adapun Bukhari Zainun mengemukakan bahwa “sumber daya manusia
adalah daya yang bersumber dari manusia,” jadi sumber daya manusia adalah
suatu potensi yang dimiliki manusia itu sendiri.38
Dengan demikian yang
37
Hassan Sadily, et. al. (ed), Sumber Daya Manusia, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta:
Ikhtiar Baru, 1983), Jilid 4, hal. 2139 38
Bukhari Zainun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Gunung Agung,
2001), cet. ke- 6, hal. 64
dimaksud dengan sumber daya manusia itu adalah kekuatan daya fikir dan
berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan
digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi
kesejahteraan kehidupan manusia.
Sumber daya manusia adalah tempat menyimpan daya.39 Yang
dimaksud dengan daya dalam hal ini ialah daya fikir atau daya cipta manusia
yang tersimpan dalam dirinya. Berapa besarnya daya yang tersimpan itu tidak
dapat diketahui secara pasti. Kenyataan membuktikan bahwa dari masa ke
masa ada saja temuan-temuan baru, antara lain dibidang IPTEK. Yang
mengagumkan. Temuan-temuan itulah yang dikembangkan kepada sesama
manusia di samping dimanfaatkan untuk menggali sumber daya.
Dalam menggali dan menggunakan sumber daya manusia tersebut
secara lebih terarah dan produktif, perlu pengelolaan, pengurusan dan
pengaturan pemanfaatannya secara terprogram. Pekerjaan penggalian dan
pendayagunaan tersebut harus dilakukan oleh manusia itu sendiri, sementara
orang lain, misalnya manajer atau pemimpin hanya dapat membantu dan
mengarahkannya.
Dalam menggali sumber daya, sikap mental berperan sebagai
pendamping hati nurani, sekaligus sebagai motor penggerak untuk menggali
potensi diri manusia. Oleh karena itu, sikap mental tersebut perlu dibina dan
dibentuk serta dipersiapkan sejak awal, yaitu sejak manusia itu dilahirkan
terutama pada masa kanak-kanak di dalam lingkungan keluarga.
39
Emil Salim dan Jusuf Suit Al Masdi, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber
Daya Manusia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), cet ke-1, hal. 32
Khusus dalam menggali sumber daya, penekanan sikap mental adalah
pembinaan, kemauan dan kebisaaan mendisiplinkan diri terutama dalam
memanfaatkan waktu, baik sewaktu dalam masa pendidikan maupun setelah
berada di lapangan. Kebisaaan- kebisaaan itulah yang berperan dalam
menggali sumber daya.
Minimal ada empat kebijakan pokok dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia yaitu:40
a) Peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya,
seperti jasmani, rohani dan kejuangan maupun kualitas kehidupannya
seperti perumahan dan pemukiman yang sehat.
b) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang produktif dan upaya
pemerataan penyebarannya.
c) Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan dalam
memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK yang berwawasan
lingkungan serta
d) Pembangunan pranata meliputi kelembagaan dan peningkatan hukum yang
mendukung upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kualitas menyangkut mutu sumber daya manusia tersebut, yang
menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemampuan non
fisik (kecerdasan dan mental). Kualitas sumber daya manusia ini menyangkut
dua aspek juga yaitu: fisik (kualitas Fisik), dan non fisik (kualitas non fisik)
40
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan, (Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet ke- 2, hal. 21
yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-
keterampilan lain.
4. Kebijakan Ekonomi yang Memihak Rakyat
Kebijakan pemihakan terhadap pemberdayaan ekonomi rakyat
menurut Gunawan Sumodiningrat dipilih menjadi tiga kelompok yaitu:41
a) Kebijakan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi
memberikan dasar tercapainya suasana yang mendukung kegiatan sosial
ekonomi rakyat.
b) Kebijakan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan
ekonomi produktif kelompok sasaran.
c) Kebijakan khusus yang menjangkau masyarakat miskin melalui upaya
khusus.
41
H. Syaukani HR, Konsep dan Implementasi, Ekonomi Kerakyatan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta: Nuansa Madani,2004), hal 32
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA CIMANDALA-KABUPATEN BOGOR
DAN YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS)
A. Profil Desa Cimandala
1. Kondisi Geografis Desa Cimandala
Desa Cimandala dipimpin oleh Bapak Cucu Samsudin sebagai kepala
Desa. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan desa, kepala desa
melaksanakan kewenangan hak dan kewajiban selaku pimpinan pemerintah
desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan
penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan serta urusan pemerintahan umum termasuk
di dalamnya pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai denga peraturan
perundang-undangan yang berlaku juga menumbuh-kembangkan jiwa gotong
royong sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintah desa.
Sebagai dasar di dalam melaksanakan tugas, wewenang dan
kewajiban, kepala desa perpedoman kepada berbagai ketentuan dan peraturan
yang telah digariskan, yaitu:42
1. UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah Junto UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintahan No. 76 Tahun 2001 tentang pengaturan umum
mengenai desa.
42 Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cimandala, tahun 2006, h. 1
3. Peraturan daerah Kabupaten Bogor No. 3 Tahun 2001 tentang pedoman
organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa.
4. Peraturan desa Sukaraja No. 01 Tahun 2001 tentang struktur organisasi
Pemerintahan Desa pola maksimal.
5. Peraturan desa Sukaraja No. 01 Tahun 2004 tentang Pendapatan Anggaran
Belanja Desa (APB-Desa).
Pola organisasi Pemerintahan Desa Cimandala memakai pola
maksimal terdiri dari: orang kepala urusan, 2 orang pelaksana teknis, dan 3
orang unsur wilayah. Sedangkan unsur organisasi desa sesuai dengan tugas
dan kedudukannya secara administrasi dan operasionalnya Kepala Desa
dibantu oleh:
1. Sekretariat Desa yang membawahi bidang: urusan pemerintahan, urusan
ekonomi dan pembangunan, urusan keuangan, urusan kemasyarakatan dan
urusan umum.
2. Unsur pelaksana teknis (ulu-ulu).
3. Unsur wilayah atau dusun.
Uraian tugas Kepala Desa (Lurah) adalah memimpin, merencanakan,
mengatur, mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan
tugas lingkup kelurahan yang meliputi seksi pemerintahan dan perlindungan
masyarakat, seksi sosial, ekonomi dan seksi pelayanan umum dan
kesekretariatan.
Desa Cimandala merupakan salah satu Desa di wilayah Kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 316 ha berada pada
ketinggian 400 meter di atas permukaan laut (DPM), dan tinggi curah hujan
220 m3 yang terbagi dalam 3 dusun, 6 Rukun Warga (RW) dan 29 Rukun
Tetangga (RT).43
Sebagai bagian dari komponen kecamatan, desa Cimandala juga
berbatasan dengan desa/kelurahan lainnya yang berada di dalam wilayah
kecamatan Sukaraja, batas wilayah itu sebagai berikut:
Tabel I
Batas Wilayah Desa Cimandala
No Letak Batas Nama Desa/Kelurahan
1
2
3
4
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong.
Desa Ciparigi Kecamatan Bogor utara kota
Bogor
Kali Ciluar dan Desa Karadenan Kecamatan
Cibinong
Jalan Raya Bogor-Jakarta dan Desa Cijujung
Kecamatan Sukaraja.
Jarak antara desa ke ibukota kecamatan, Kabupaten Bogor provinsi
Jawa Barat dan ke ibukota negara adalah sebagai berikut:
a. Ibukota kecamatan Sukaraja : 0 km
b. Ibukota Kabupaten Bogor : 10 km
c. Ibukota provinsi Jawa Barat : 120 km
d. Ibukota negara : 49 km
43 Ibid, h. 3
Pemanfaatan lahan/penggunaan tanah di desa Cimandala adalah
sebagai berikut:
a. Perumahan/pemukiman : 212 Ha
b. Sawah : 15 Ha
c. Ladang/pertanian : 8,25 Ha
d. Pemakaman : 2 Ha
e. Lapangan olah raga : 5,3 Ha
f. Tanah/bangunan pendidikan : 14 Ha
Desa Cimandala dibagi menjadi 3 wilayah Dusun antara lain:
1. Dusun I : Meliputi wilayah kampung Ciluar, kampung Dharmais,
RW I, dan kampung Mandala Sari RW III
2. Dusun II : Meliputi wilayah kampung Pabuaran RW. II/RW.
VIII/RW. VI dan RW. VII
3. Dusun III : Meliputi wilayah Kebun Kelapa RW. IV/RW. V dan
RW. IX.
2. Kondisi Demografis Desa Cimandala
Penduduk Desa Cimandala pada akhir bulan desember 2006, tercatat
sebanyak 22.614 jiwa, terdiri dari:44
1. Laki-laki : 11.530 jiwa
2. Perempuan : 11.084s jiwa
44 Ibid, hal 5
3. Jumlah kepala keluarga : 20.830 jiwa
Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur
Jumlah Jiwa
Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan
Jumlah
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75 >
1100
803
993
920
938
1007
762
615
626
543
582
587
640
598
413
403
1022
863
872
864
870
794
632
661
683
596
589
582
584
629
465
378
2122
1666
1865
1784
1808
1801
1394
1276
1309
1139
1171
1169
1224
1227
878
781
Jumlah 11.530 11.084 22.614
3. Kondisi Sosial Kemasyarakatan Desa Cimandala
Kondisi sosial kemasyarakatan Desa Cimandala dapat dikatakan telah
terbina dengan baik, kehidupan bertetangga sesama warga terjalin secara
kekeluargaan dan setiap ada aktifitas tertentu yang berkaitan dengan
kepentingan lingkungan, mereka secara serempak bahu-membahu, gotong
royong tanpa membedakan status dan kedudukan. Bahkan pada skup yang
lebih luas seperti hubungan satu kampung dengan kampung lainnya umumnya
mempunyai ikatan yang kental dan saling kenal-mengenal antara satu dengan
yang lainnya dan kadang kala aparat pemerintah dalam hal ini kepala desa
turut memberikan bantuan seperti kegiatan keagamaan maupun kegiatan
menyambut datangnya hari kemerdekaan bangsa.45
Masyarakat desa Cimandala hidup secara harmonis dengan
mengutamakan sikap gotong royong dan suka membantu berbagai kegiatan
yang diselenggarakan oleh aparat pemerintah, seperti bakti sosial maupun
pembinaan masyarakat baik pemuda maupun kaum ibu.
Tabel 3
Keadaan Lembaga Sosial Kemasyarakatan
No. Lembaga Kemasyarakatan Jumlah Unit
1
2
3
4
5
Lembaga Kemasyarakatan
RT
RW
LPM
PKK
BPD
Remaja Mesjid
Karang Taruna
Posyandu
Poskamling
58
10
1
4
1
4
1
16
18
Jumlah 80
45 Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cimandala, tahun 2006, h. 15
Dari tabel 3 di atas dapat digambarkan bahwa lembaga yang tersedia di
desa Cimandala adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dalam
lembaga pemerintahan kelurahan, yaitu lembaga tingkat Rukun Tetangga (RT)
yang berjumlah 58 unit atau 72,5 %. Tingkat Rukun Warga (RW) berjumlah
10 unit atau 12,5 %. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 1 unit atau
1,2 %. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) 4 unit atau 5 %. Badan
Pembangunan Desa 1 unit atau 1,2 %. Sementara lembaga yang dibentuk di
luar pemerintah kelurahan, didominasi oleh Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) yang menangani kesehatan balita yang berjumlah 16 unit atau 20
% dan Pos Keamanan Lingkungan (Poskamling) yang menangani keamanan
dan ketertiban masyarkat berjumlah 18 unit atau 22,5 %. Adapun kegiatan
yang ditangani dan dikelola oleh para remaja dan pemuda terdapat 2 lembaga
yaitu remaja mesjid berjumlah 4 unit atau 5 % dan karang taruna 1 unit atau
1,2 %.
Melihat kondisi yang demikian menandakan bahwa masyarakat desa
Cimandala memang masih mencerminkan ikatan masyarakat pedesaan yang
senantiasa berlandaskan kekeluargaan. Seperti yang telah ditegaskan oleh
seorang sosiolog Ferdinand Tonnies yang dikutif oleh Soerjono Soekanto
yaitu: “Gemeinschaft” (paguyuban) yang artinya bentuk kehidupan bersama,
di mana anggota-anggota diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat
alamiah serta bersifat kekal.46
46
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), cet ke-37, h. 365
4. Kondisi Agama Desa Cimandala
Agama merupakan masalah keyakinan yang bersifat abstrak, karena
parameternya mempunyai korelasi langsung dengan yang maha kuasa. Sikap
seperti ini mampu menimbulkan motivasi dan kekuatan moral seseorang untuk
dapat melakukan sesuatu secara konfidensi. Rasa kekurangan dan
ketergantungan manusia sebaagai makhluk sosial, secara kodrati jelas sangat
membutuhkan perlindungan dan pertolongan dari kekuatan maha super yang
berada di luar kemapuannya, itulah yang disebut Tuhan.
Dengan sendirinya saran peribadatan yang ada di desa Cimandala
hanya tempat peribadatan bagi orang muslim saja, yaitu berupa masjid,
mushalla dan majlis ta’lim.adapun jumlah mesjid yang ada di desa Cimandala
adalah 18 buah, 14 mushalla serta majlis ta’lim yang tersebar di tiap RW.
Menurut demografi desa Cimandala secara umum (general mayoritas)
beragama islam, akan tetapi ada juga beberapa masyarakat yang memeluk
agama Katolik, Protestan, Hindu dan Budha. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4
Tingkat Jumlah Pemeluk Agama
No Agama Jumlah Penduduk
1
2
3
4
5
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha
20.364
1.096
657
328
169
Jumlah 22.614
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pemeluk yang paling banyak
adalah agama Islam
Tabel 5
Sarana dan Prasarana Kegiatan Keagamaan
No Nama Tempat Jumlah
1
2
3
4
5
Mesjid
Mushalla
Majlis Ta’lim
Gereja
TPA
18
14
12
3
7
Jumlah 54
Dari tabel 5 di atas menggambarkan bahwa penduduk Desa Cimandala
memiliki sarana dan prasarana kegiatan keagamaan yang sangat memberikan
perhatian yang penuh untuk terciptanya toleransi dan kerukunan beragama,
serta terjalinnya rasa persatuan dan kesatuan, kebersamaan dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara, dan kebebasan beragama telah dapat terbina.
5. Kondisi Ekonomi Desa Cimandala
Ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari daya upaya manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup di masyarakat dan meninggatkan
kesejahteraannya. Jadi setiap kegiatan manusia ditujukan untuk memenuhi
segala kebutuhan hidupnya merupakan kegiatan ekonomi.
Secara historis sebenarnya kegiatan ekonomi telah timbul bersamaan
dengan adanya manusia, sebab manusia adalah makhluk yang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan yang semua itu harus ditopang dengan
unsur pembentuk sebagai wujud dari pemenuhan kebutuhan jasmani dan
rohani, baik berupa sandang, pangan dan papan.
Sementara yang dikatakan mata pencaharian adalah manifestasi dari
kegiatan ekonomi dalam bentuk spesialisasi berdasarkan tingkat kemampuan
dan keterampilan secara personal atau individu. Atau dapat pula dikatakan
bahwa mata pencaharian merupakan bentuk nyata dari pekerjaan seseorang
dalam bidang tertentu yang tujuan akhirnya terfokus pada pemenuhan
kebutuhan.
Kondisi ekonomi masyarakat desa Cimandala cukup baik, walaupun
dampak dari krisis moneter beberapa tahun lalu belum pulih, krisis ekonomi
yang berkepanjangan sangat dirasakan oleh masyarakat bawah, namun
nampaknya tidak terdapat gejolak karena pada umumnya mereka masih dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hariterutama kebutuhan sembilan bahan
pokok, walaupun daya beli menurun.
Mata pencaharian penduduk desa Cimandala pada umumnya beraga,
dengan rincian sebagai berikut: 47
47 Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor, h. 9
Tabel 6
Mata pencaharian/pekerjaan Penduduk Desa Cimandala
No Pekerjaan Jumlah %
1
2
3
4
5
6
7
8
Pegawai Negeri
Anggota TNI/POLRI
Pedagang
Karyawan Swasta
Petani dan Buruh Tani
Purnawirawan TNI/POLRI
Pensiunan PNS
Tidak bekerja tetap
2,19 %
24,90 %
2,33 %
21,13 %
1,45 %
2,5 %
1,25 %
44 %
Jumlah 99,75 %
Keterangan Tabel:
Tabel pekerjaan dihitung dari jumlah orang yang bekerja dan
menghasilkan uang, untuk menunjang kehidupannya, juga jumlah usia
kerja (18 tahun ke atas)48
yang belum mempunyai penghasilan tetap. Penduduk yang berstatus sebagai pelajar, mahasiswa dan ibu rumh tangga
tidak dimasukkan ke dalam jenis mata pencaharian/pekerjaan.
Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa masyarakat desa Cimandala sudah
dapat dikategorikan taraf ekonomi menengah ke atas, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor informal atau instansi
pemerintahan seperti anggota TNI/POLRI, ini membuktikan bahwa tingkat
pendidikan masyarakat rata-rata adalah lulusan menengah umum atau SMU
sederajat. Akan tetapi bukan berarti masyarakat yang masih dikategorikan
tingkat pendidikannya rendah tidak ada, namun jumlahnya lebih sedikit.
Dibandingkan mereka yang bersekolah setidaknya lulusan SD atau SMP
sederajat.
48
Pengesahan Konvensi ILO No. 138 Mengenai Usia Minimum untuk diperbolehkan
Bekerja (Lembaran Negara No. 56 Tahun 1999), pasal (3) Poin (1)
Mata pencaharian penduduk desa Cimandala selanjutnya adalah
sebagai pegawai/karyawan (termasuk buruh pabrik) di instansi atau
perusahaan swasta yang berada di kota maupun di sekitar desa Cimandala.
Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang pendidikannya minimal
SLTP, itu hanya bagi mereka yang mempunyai akses dari dalam perusahaan/
Industri tersebut.
Selebihnya adalah orang-orang yang memiliki modal keterampilan
atau modal uang kebanyakan membuka usaha sendiri berupa berdagang
sembako, bahan bangunan, warung nasi, took spare part kendaraan, bengkel
sepeda, service elektronik dan tukang jahit.
Mereka yang bekerja sebagai PNS, kebanyakan dari mereka adalah
penduduk yang berpendidikan Akademi (BA), Sarjana (S1), dan beberapa
orang yang lulus (S2).
Penduduk dalam kategori tidak bekerja tetap adalah penduduk yang
sifatnya serabutan ketika ada orang yang membutuhkan tenaga mereka maka
mereka bekerja dan ketika tidak ada maka mereka adalah pengangguran.
B. Profil Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS)
1. Latar Belakang Berdirinya DHARMAIS
Adapun sejarah singkat mengenai sejarah singkat keberadaan yayasan
ini, pada awalnya dengan landasan pancasila dan tujuan untuk memenuhi
pasal 34 UUD 45 yang menyetakan bahwa “fakir miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara oleh negara” tetapi pada kenyataannya pemerintah belum
dapat memenuhinya, maka didirikanlah yayasan Dharmais yang bertujuan
untuk turut berpartisipasi dalam mengatasi berbagai macam permasalahan
sosial dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, membina warga negara yang
tidak mampu (yatim piatu, penyandang cacat, tuna wisma, para manula, dan
lain-lain) agar berguna bagi masyarakat dan negara.
Yayasan Dharmais didirikan dijakarta pada tanggal 8 agustus 1975
oleh bapak Soeharto, bapak Sodharmono dan bapak Bustanul Arifin, selaku
pribadi dengan Akte Notaris Abdul Latif, SH. Nomor 27 dan Notaris
Koesbiono Saman Hadi, SH. Nomor 2 tanggal 1 januari 1990, terdaftar di
Pengadilan Negeri No. 204 tanggal 27 Agustus 1975.
Yayasan Dharmais Pusat Diklat diketuai oleh bapak H. Nawasih,
sedangkan Ketua Balai Diklat diketuai oleh bapak H. Achmad Afif.
Berbagai macam bantuan yang pernah dilaksanakan oleh yayasan
Dharmais sudah banyak sekali, bantuan yang masih dilaksanakan hingga saat
ini salah satunya adalah dalam kegiatan pelatihan usaha produktif melalui
berbagai macam bentuk keterampilan seperti tata boga, tata rias, menjahit dan
perbengkelan.
Dalam rangka membantu pemerintah mengatasi masalah anak jalanan
dan remaja putus sekolah, pada tahun 2000 yayasan Dharmais menjalin kerja
sama dengan Pemerintah Daerah Kota Bogor, Kulon Progo, Bondowoso,
Magetan dan DKI Jakarta Untuk menyelenggarakan kegiatan Pesantren
Singkat Pelatihan Usaha Produktif (PSPUP) dengan memanfaatkan gedung
Balai pelatihan milik yayasan yang sebelumnya dipakai untuk melatih calon
transmigran.
2. Visi dan Misi DHARMAIS
Visi DHARMAIS
Menjadi organisasi sosial terkemuka yang membantu masyarakat
kurang mampu dibidang sosial dan kemanusiaan
Misi DHARMAIS
Yayasan Dharmais secara konsisten mengimplementasikan Pancasila
dan UUD 1945 melalui tindakan nyata dalam membina dan membantu
masyarakat kurang mampu dibidang sosial dan kemanusiaan melalui bantuan
dana dan kegiatan pencerdasan dan keterampilan.
Meningkatkan partisipasi yayasan DHARMAIS dalam mengatasi
berbagai masalah sosial yang menyangkut kesejahteraan rakyat dan membina
warga negara yang tidak mampu melalui pemberian bantuan dana sukarela
dan sumber daya manusia.
3. Tujuan
Program PSPUP ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
khususnya anak jalanan dan anak putus sekolah (drof out) yang lulus seleksi
untuk dibina menjadi manusia yang berguna bagi dirinya dan agama serta
lingkungannya, juga menciptakan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan untuk mandiri, maju dan berkembang menjadi lebih baik.
4. Manajemen Yayasan DHARMAIS
Dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lembaga seperti
DHARMAIS harus digerakkan dengan suatu kegiatan yang dinamis dan
berkesinambungan yang disebut dengan proses manajemen. Tujuan
manajemen tersebut harus diwujudkan dalam bentuk target atau sasaran yang
kongkrit yang diharapkan dan diperjuangkan untuk dicapai. Sehingga dalam
mencapai tujuan tersebut diperlukan tindakan kolektif dalam bentuk kerja
sama, sehingga masing-masing anggota organisasi itu dapat memberikan andil
dalam sumbangan menurut fungsi dan tugas masing-masing.
Arti manajemen yaitu asal kata dari manage dan dalam bahasa latin
manus, yang berarti memimpin, menangani, mengatur atau membimbing.
George R. Terry, mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses yang khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggiatan
dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.49
Dari pengertian manajemen di atas, penulis menyimpulkan bahwa
manajemen merupakan proses-proses tertentu untuk mencapai sasaran dan
tujuan dengan menjalankan setiap fungsi sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) menurut prinsip-prinsip
manajemen, merupakan usaha kolektif yang masing-masing bagian saling
49
Rosady Ruslan SH, Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), cet ke-3, hal 1
bekerja sama menurut fungsi dan tugas yang telah ditetapkan.kompleksitas
pengelolaan DHARMAIS ini memerlukan sistem manajemen yang
professional. Sedangkan target manajemen dengan target kongkrit yang ingin
dicapai itu menentukan arah dari proses manajemen dan sekaligus juga
sebagai alat ukur keberhasilan manajemen tersebut.
Dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditargetkan tersebut paling
tidak akan melahirkan berbagai alternatif, yakni keberhasilan dan kemajuan
atau mungkin sebaliknya ketidak berhasilan miss manajemen.
Adapun gambaran umum tentang aplikasi dari manajemen di
lingkungan yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) desa Cimandala
dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan)
Dalam hal perencanaan, yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS)
merumuskan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai melalui program-
program yang diwujudkan dalam dua bentuk perencanaan teknis/aktifitas.
Yang akan dituangkan dalam program kerja jangka pendek yaitu dengan
melalui berbagai program kegiatan yang ada menjadikan masyarakat terampil,
produktif, mandiri, berakhlak mulia dan memiliki semangat untuk maju serta
berkembang. Dari program jangka panjang yaitu dengan menjadikan yayasan
DHARMAIS sebagai sebuah lembaga sosial yang mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan membina warga negara yang tidak mampu agar
berguna bagi masyarakat dan negaranya.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Dalam pengorganisasin yayasan DHARMAIS Balai (Bogor) tidak
menyelenggarakan AD/ART sendiri, akan tetapi seluruh dana yang
dialokasikan untuk pelaksanaan program kegiatan PSPUP dan pembagian
honor/gaji karyawan/tenaga pengajar dan para tutor telah ditetapkan secara
menyeluruh oleh bendahara pusat atas kesepakatan hasil rapat bersama
(DHARMAIS pusat dan Balai).
Setiap satu bulan sekali pihak DHARMAIS mengadakan perkumpulan
para pengurus dan anggota, yang tujuannya untuk mengevaluasi pelaksanaan
program kegiatan, sehingga dapat diketahui sejauhmana perkembangan
DHARMAIS, apa dan bagaimana pelaksanaan kerja yang dilaksanakan
pengurus dan anggota Serta melaporkan berapa banyak masuk dan keluarnya
dana dari pelaksanaan kegiatan tersebut. Sehingga nantinya dapat diketahui
program-program dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan apakah
sudah sesuai atau tidak dan apakah mengalami perubahan atau peningkatan
baik dari segi manajemen maupun sumber dayanya.
Untuk badan pengurus dalam hal ini seorang ketua yayasan
DHARMAIS (Balai) di dalam menjalankan tugasnya, mengangkat beberapa
staf pengurus untuk menangani hal-hal yang bersifat teknis. Staf-staf ini
berada dalam suatu bagian yaitu administrasi dan kesekretariatan. Bagian
administrasi dan kesekretariatan merupakan bagian yang berada di bawah
koordinasi langsung ketua/kepala Balai yang merupakan bagian yang paling
penting dalam organisasi yayasan DHARMAIS (Balai), di mana bagian
tersebut dalam memproses surat masuk/keluar juga menerbitkan surat
keputusan, surat tugas dan dokumen lainnya.
Adapun dalam rangka mengimplementasikan kebijakan-kebijakan
Kepala Balai yayasan DHARMAIS mengangkat koordinator dan jajarannya
yang nantinya akan menjalankan operasional program kegiatan PSPUP.
Dari gambaran ini, menilai bahwa job description atau pembagian
kerja pada yayasan DHARMAIS (Balai) tertata dengan rapi, sehingga kondisi
ini akan melahirkan sebuah iklim kerja yang sehat, dan hal ini diharapkan
akan sangat menunjang keberhasilan dan tujuan yang hendak dicapai.
c. Actuating (Pergerakan)
Actuating atau pergerakan merupakan organisasi manajemen yang
terpenting, berhasil atau tidaknya rencana yang telah ditetapkan, tergantung
kepada mampu tidaknya seorang pemimpin melaksanakan fungsi
pergerakan.50
Dengan adanya pergerakan maka seluruh bawahan yang ada dapat
dibimbing, dibina dan diarahkan untuk mencapai tujuan seperti yang
ditetapkan dalm perencanaan. Hal ini nampaknya diperhatikan secar seksama
oleh seluruh personel pengurus yayasan DHARMAIS mulai dari ketua pusat
yaitu Bapak H.Dzamzuri Msc, ketua Balai Bapak Drs.H.Achmad Afif serta
bagian-bagian pelaksana program yang ada. Yang senantiasa melakukan
pergerakan kepada staf-stafnya dengan memberikan motivasi kerja lewat
50
Subandi dan Moctar, Dasar-dasar Manajemen, (Surabaya: Institut Dagang Mochtar,
1991), cet ke 8, hal. 70
keteladanan perilaku dan menjalin komunikasi dengan suasana kebersamaan
dan kekeluargaan.
Dalam proses pergerakan, unsur manusia adalah merupakan unsur
yang terpenting dalam suatu organisasi. Masalah yang pada hakikatnya
mempengaruhi tingkah laku manusia adalah masalah pemenuhan kebutuhan
manusia itu sendiri. Di yayasan DHARMAIS permasalahan tersebut dapat
dikatakan bisa diatasi, hal ini terbukti di mana tingkat kebutuhan bawahan
diperhatikan dengan baik oleh pimpinan, seperti memberikan kesempatan
untuk maju, kondisi kerja yang menyenangkan dan cukup santai, pekerjaan
yang sesuai dengan keahlian serta diperbolehkannya menggunakan fasilitas
yang ada di yayasan DHARMAIS seperti komputer, telepon, buku-buku
bacaan dan alat transfortasi seperti sepeda motor.
d. Controlling (Pengawasan)
Controlling atau pengawasan adalah proses pengawasan dari
pelaksanaan seluruh bagian organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan
yang sedang dilakukan itu berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengontrolan adalah tugas dari pimpinan atau ketua
yang berwenang untuk mengawasi dan menilai pekerjaan yang sedang
diselenggarakan dan yang sudah selesai dikerjakan apakah sesuai dengan
perencanaan sebelumnya atau tidak, sehingga tidak terjadi penyimpangan dari
apa yang sudah ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran belanja,
pengawasan dilakukan oleh ketua yayasan DHARMAIS sendiri yang meliputi
manajemen organisasi usaha, sumber daya manusia dan keuangan.
Sistem pengawasan di dalam lingkungan yayasan DHARMAIS
dilakukan dengan cara mengawasi secara umum, baik formal maupun
informal, selain itu dilakukan juga dengan carsa penyampaian masukan atau
saran sebagai tindakan korektif.
5. Objek Sasaran
Remaja putus sekolah (drof out), anak jalanan dan pengangguran.
6. Syarat-syarat dan Prosedur Penerimaan
a. Syarat-syarat Penerimaan51
:
a) Berusia 15 s/d 25 tahun
b) Sehat jasmani dan rohani
c) Belum menikah
d) Berkelakuan baik
e) Siap untuk mandiri
f) Siap mengikuti pelatihan dan peraturan di asrama Balai Pendidikan
dan latihan yayasan DHARMAIS selama 2 bulan.
b. Prosedur Penerimaan52
:
a) Melakukan pendataan diri dimasing-masing Kecamatan
b) Mengikuti test masuk dimasing-masing Kecamatan
c) Mengisi data diri
d) Bermukim di asrama dengan diantar oleh wali calon
santri/santriwati bagi yang lulus test.
51
Brosur Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS), Kabupaten Bogor 52
Drs. H Achmad Afief, (Kepala Balai Diklat Yayasan DHARMAIS), Wawancara
Pribadi, Bogor, 6 Agustus 2007
7. Fasilitas Penunjang Kegiatan Yayasan DHARMAIS53
a. Tempat pelatihan praktek 2 unit
b. Ruang kelas 3 unit
c. Mess karyawan 10 unit
d. Asrama putra dan putri 40 kamar
e. Gedung serba guna/Aula
f. Kantor
g. Poliklinik
h. Mesjid
i. Dapur umum
8. Kerja Sama
Yayasan DHARMAIS bekerja sama dengan pihak-pihak terkait seperti
Pemerintah Daerah, pondok-pondok pesantren dan LSM, karena dana yang
didapat oleh DHARMAIS untuk operasional kegiatan pelatihan keterampilan
merupakan sumbangan suka rela dan tidak mengikat dari anggota masyarakat
dan perbankan.54
9. Sumber dana
53
Tedja Miarsih, Bagian Tata Usaha Yayasan DHARMAIS, Wawancara Pribadi, Bogor,
1Agustus 2007
54 Brosur Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS), Kabupaten Bogor
Sumber dana yang didapat oleh yayasan Dharmais berawal dari
kekayaan pribadi bapak H. M Soeharto yang kemudian dana berkembang
dengan adanya sumbangan sukarela dan tidak mengikat dari anggota
masyarakat dan perbankan karena Yayasan Dharmais mengupayakan dalam
pemberian bantuan dan biaya operaional yayasan untuk setiap tahunnya tidak
melebihi pemasukan dari hasil bunga deposito, sehingga dana abadi tetap
tersimpan dalam deposito.55
10. Program-Program Pemberdayaan Masyarakat
Dalam program PSPUP yayasan DHARMAIS mengadakan beberapa
jenis pelatihan di antaranya adalah pelatihan keterampilan menjahit, tataboga,
tata rias dan bengkel. Pelatihan PSPUP ini diikuti oleh peserta putra/putri yang
terbagi dalam dua angkatan. Pelatihan yang dikhususkan untuk putri adalah
menjahit, tata boga, dan tata rias, sedangkan yang dikhususkan untuk putra
adalah pelatihan bengkel.56
Para peserta dididik selama 60 hari dengan memperoleh pendidikan
agama Islam, akhlak budi pekerti, kewirausahaan dan keterampilan yang
disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.57
11. Kiprah DHARMAIS dalam Memberdayakan Masyarakat
Kiprah yayasan DHARMAIS dalam memberdayakan masyarakat
dapat dilihat dari berbagai program kegiatan yang pernah dan masih
dijalankan yaitu:
55
Brosur Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS), Kabupaten Bogor 56
Tedja Miarsih, Bagian Tata Usaha Yayasan DHARMAIS, Wawancara Pribadi, Bogor,
1 Agustus 2007 57 Ibid, Wawancara Pribadi, Bogor, 1 Agustus 2007
1. Bantuan dana yang pernah dilaksanakan diantaranya58
:
a. Pada tahun 1976/1977-1998/1999, yayasan memberikan bantuan
modal kerja bagi penderita cacat tubuh dan tuna netra.
b. Pada tahun 1994 dalam rangka membantu pemerintah menanggulangi
penyakit kanker di Indonesia yayasan DHARMAIS memberikan RS
kanker DHARMAIS yang dilengkapi peralatan serba mutakhir.
c. Pada tahun 1985/1986-2001 dalam rangka mensukseskan program
wajib belajar yayasan DHARMAIS bekerja sama dengan lembaga GN-
OTA memberikan beasiswa kepada anak asuh.
d. Pada tahun 1987/1988-1997/1998 yayasan menyelenggarakan
pelatihan kepada calon transmigran sebelum mereka diberangkatkan ke
lokasi transmigrasi.
e. Pada tahun 1985/1986-1998/1999 yayasan DHARMAIS telah
membangun sebanyak 2810 unit rumah sederhana yang diperuntukkan
bagi anggota korps cacat veteran RI bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah.
2. Bantuan dana yang masih dilaksanakan diantaranya59
:
a. Pada tahun 1976-sekarang, yayasan bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah dan Dinas Sosial memberikan santunan kepada panti asuhan,
panti werdha dan panti-panti yang menampung anak-anak cacat di
seluruh Indonesia.
58
Brosur Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS), Kabupaten Bogor 59 Ibid
b. Pada tahun 2002-sekarang, bekerja sama dengan PERDAMI, PERAPI,
BANK MATA dan yayasan Thalasaemia memberikan pelayanan
kesehatan Cuma-cuma dan pengobatan bagi penderita thalasaemia.
c. Pada tahun 2000-sekarang, yayasan bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah dan pondok pesantren-pondok pesantren (Bogor, Kulon Progo,
Magetan, Bondowoso dan Balik Papan serta DKI Jakarta)
menyelenggarakan Pesantren Kilat Pelatihan Usaha Produktif
(PSPUP). Yayasan DHARMAIS telah memberikan kontribusi yang
signifikan dalam mempersiapkan generasi muda harapan bangsa,
menjadi pelaku ekonomi yang handal.program PSPUP ini bertujuan
untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah anak jalanan
dan remaja putus sekolah yang belum mempunyai pekerjaan. Dengan
kualifikasi seperti remaja putra/putri putus sekolah yang tidak bekerja,
berminat mengikuti Pesantren Singkat dan Pelatihan Usaha Produktif,
berusia 15 s/d 25 tahun, sehat jasmani dan rohani, belum menikah dan
berkelakuan baik. Pelatihan akan dilaksanakan selama dua bulan setiap
angkatannya.
d. Pada tahun 2002-sekarang, yayasan DHARMAIS meluncurkan
program unit perpustakaan keliling untuk mendorong minat baca para
siswa yang tidak mampu. Perpustakaan keliling yang secara rutin
mengunjungi sekolah-sekolah, daerah perumahan kumuh, pondok
pesantren dan gelanggang remaja di wilayah DKI Jakarta.
Perpustakaan keliling ini berisi koleksi-koleksi buku non fiksi (cerita
yang bersifat hiburan) dan non fiksi (pengetahuan ilmu sosial, bahasa,
ilmu-ilmu murni, teknologi, kesenian, kesusastraan dan sejarah).
BAB IV
ANALISIS UPAYA YAYASAN DHARMA BAKTI SOSIAL (DHARMAIS)
DALAM MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT
DI DESA CIMANDALA KECAMATAN SUKARAJA BOGOR
A. Upaya Yayasan Dharma Bakti Sosial (DHARMAIS) Dalam
Memberdayakan Ekonomi Masyarakat Di Desa Cimandala Kecamatan
Sukaraja Bogor
Anak putus sekolah merupakan anak yang terlantar dari sebuah lembaga
pendidikan formal yang disebabkan salah satunya adalah kondisi ekonomi
keluarga yang tidak memadai.
Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang
tak pernah berakhir, masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan.
Dampak dari banyaknya anak putus sekolah ini mencakup dimensi ekonomi,
dimensi pendidikan dan dimensi sosial dengan meningkatnya gangguan keamanan
seperti bertambahnya anak-anak jalanan dan pengangguran.
Pemberdayaan kelompok masyarakat adalah salah satu upaya untuk
mendidik anak-anak putus sekolah agar tidak lebih terpuruk yaitu dengan
memberikan pendidikan dan keahlian agar dapat hidup mandiri di masa
mendatang.
Pemberdayaan anak-anak putus sekolah di yayasan Dharmais Bogor adalah
program pemberian keterampilan yang diberikan sebagai bekal hidup mereka di
masyarakat nanti.
Dari hasil wawancara penulis dengan terwawancara yaitu bapak Drs. H
Achmad Afief, upaya yang dilakukan oleh yayasan DHARMAIS adalah terhadap:
Yang menjadi perhatian bagi kami adalah tingkat pengangguran
dikalangan anak remaja putus sekolah, karena mereka merupakan asset bangsa. Melalui upaya program pemberdayaan masyarakat ini yang
diselenggarakan oleh yayasan DHARMAIS, diharapkan mereka mampu menjadi manusia yang mandiri dan berpenghasilan. Maka dengan
mengadakan pelatihan keterampilan tata rias dan bengkel secara Cuma-Cuma dapat meningkatkan kualitas hidup mereka, melalui program PSPUP
yang tepat guna ini remaja bisa mendapatkan pendidikan sekaligus keahlian
yang dapat menghasilkan uang.60
Upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh yayasan DHARMAIS
adalah terhadap anak-anak putus sekolah melalui program PSPUP pemberian
keterampilan tata rias dan bengkel peserta akan mendapatkan pendidikan
sekaligus keahlian.
Tujuan dari pemberian keterampilan tata rias dan bengkel tersebut menurut
bapak Drs. H Achmad Afief adalah:
Tujuan terpenting dari semua jenis keterampilan adalah yayasan
mampu membekali mereka dengan keahlian, dengan punya keahlian maka memudahkan mereka untuk bisa cari kerja.61
1. Upaya Pemberdayaan Anak Putus Sekolah Melalui Pelatihan
Keterampilan.
Upaya pemberdayaan amak putus sekolah melalalui pelatihan
keterampilan yang diberikan oleh yayasan Dharmais mempunyai dua bentuk
keterampilan yaitu:
60
Drs. H Achmad Afief, (Kepala Balai Diklat Yayasan DHARMAIS), Wawancara
Pribadi, Bogor, 6 Agustus 2007 61
H Achmad Afief, (Kepala Balai Diklat Yayasan DHARMAIS), Wawancara Pribadi,
Bogor, 6 Agustus 2007
Dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Tedja Miarsih (Kepala Tata
Usaha) bahwa:
Pelatihan keterampilan yang diadakan pada tahun 2007 adalah pelatihan
keterampilan dan tata rias dan bengkel saja, tujuan pemberian keterampilan itu sendiri untuk membekali anak-anak putus sekolah dengan keahlian agar mampu
hidup mandiri jadi tidak bergantung dengan orang lain.62
Tabel 07
Data Peserta yang Mengikuti Pelatihan Keterampilan
No
Jenis Keterampilan P/l Umur Kecamatan Jumlah
17-19 Jonggol 7
14-24 Cijeruk 9
18-23 Cigudeg 8
16-20 K. Nunggal 8
16-21 Ciawi 3
1. Tata rias P
19-28 Jasinga 5
20-25 Tenjo 7
17-24 P. Panjang 9
19-27 Cigombong 7
17-22 Cibinong 6
2. Bengkel L
18-22 Sukaraja 9 Sumber data yayasan Dharmais tahun 2007
63
Data tabel 07 di atas tergambar bahwa data peserta yang mengikuti
keterampilan ialah sebanyak 72 orang yang diikuti oleh beberapa anak
perempuan dan anak laki-laki.
Penuturan salah satu anak putus sekolah tentang manfaat mengikuti
pelatihan keterampilan yaitu :
62
Tedja Miarsih, (Kepala Tata Usaha Yayasan DHARMAIS), Wawancara Pribadi,
Bogor, 1 Agustus 2007
63
Dokumentasi Yayasan Dharmais,Daftar Nominatif PSPUP Angkatan I, Kabupaten
Bogor, Tahun 2007
Manfaat pelatihan keterampilan di Dharmais banyak banget, karena
saya mengikuti pelatihan tata rias, saya jadi bisa merias wajah dan rambut
selain itu juga saya diajarin cara perawatannya, cara motong rambut,
awalnya saya takut salah tapi karena belajar tiap hari jadi bisa dan terbiasa.64
Program keterampilan ini dilakukan dengan identifikasi dan
assessment serta test minat terlebih dahulu sebelum anak memasuki program
keterampilan hal ini bertujuan agar anak tidak merasa bosan mengikuti
serangkaian kegiatan pelatihan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab
karana keterampilan yang dikuti merupakan pilihannya sendiri.
Tabel 08
Gambaran Peserta dilihat dari Keterampilannya
No Jenis Keterampilan Jumlah Presentase
1 Tata rias 40 51,2 %
2 Bengkel 38 48,7 %
Jumlah 100 %
Sumber data yayasan Dharmais tahun 200765
Dari tabel 08 di atas penulis mengambil kesimpulan baik dengan
observasi atau data bahwa keterampilan yang lebih diminati oleh anak
perempuan adalah keterampilan tata rias sebanyak 40 orang, sedangkan
keterampilan yang lebih diminati laki-laki adalah keterampilan bengkel.
64
Kiki Rizki Dinihori, Peserta pelatihan Keterampilan Tata Rias, Wawancara Pribadi,
Bogor, 26 Agustus 2007
65
Dokumentasi Yayasan Dharmais,Jadwal Pelajaran PSPUP Pilot Proyek Yayasan
Dharmais angkatan II, Tahun 2007.
Dari dua keterampilan di atas, menurut ibu Kokom (Tutor
keterampilan Tata rias) tujuannya adalah untuk membekali anak suatu
keahlian agar mereka mampu hidup mandiri tidak lagi bergantung pada
orang tua maupun orang lain.
Pelatihan keterampilan ini akan dilaksanakan setiap hari senin sampai
minggu karena Dharmais mengutamakann pelatihan keterampilan ini agar
menguasai dan mampu untuk diterapkan di lapangan kerja nantinya.
Tabel 09
Waktu Pelaksanaan Keterampilan
No Kegiatan Keterampilan Waktu pelaksanaan
1 Tata rias Senin sampai minggu
2 Bengkel Senin sampai minggu
Sumber data yayasan Dharmais tahun 200766
Dengan dilaksanakannya keterampilan setiap hari tutor dapat
mengamati peserta lebih mendalam dan mempelajari kecenderungan minat
dan mengarahkan mereka untuk berusaha mandiri dengan keterampilan yang
diberikan.
Dari hasil observasi penulis, bentuk keterampilan akan dilaksanakan
setiap hari dari hari senin sampai minggu dengan bimbingan beberapa orang
tutor beserta asistennya yang berpengalaman dibidangnya masing-maasing,
baik untuk keterampilan tata rias maupun bengkel dengan pemberian teori
66
Dokumentasi Yayasan Dharmais,Jadwal Pelajaran PSPUP Pilot Proyek Yayasan
Dharmais angkatan II, Tahun 2007.
dan praktek. Adapun teori yang diberikan dalam pelatihannya seperti
pengenalan berbagai alat keterampilan dan bagaimana cara bekerjanya.
Setelah teori selesai disampaikan akan dilanjutkan dengan penyampaian
praktek yang dilaksanakan selama satu bulan, peserta dilatih sampai mereka benar-benar bisa melakukannya sendiri.67
Penulis mengamati dalam pelaksanaan praktek keterampilan tata rias
peserta dilatih untuk bisa memotong rambut dan merias, sedangkan praktek
keterampilan bengkel peserta dilatih untuk bisa menghidupkan mesin dan
membongkar pasang sepeda motor.
Setelah teori dan praktek selesai disampaikan dan peserta dirasa telah
mampu maka diadakan praktek belajar kerja dalam KUK (Kelompok Usaha
Kecil) dimana praktek bertujuan untuk mensosialisasikan peserta di tengah-
tengah masyarakat, agar masyarakat mau menerima mereka, sehingga dalam
diri peserta tumbuh rasa percaya diri bahwa dirinya punya potensi, bisa
berkarya dan bisa mandiri tidak bergantung sepenuhnya pada orang lain.
Upaya yang dilakukan dalam pelatihan keterampilan ini adalah
memberikan keterampilan yang sesuai dengan minat dan kemampuan
peserta agar mereka hidup layak di masyarakat tidak dipandang sebelah
mata karena rendahnya pendidikan mereka.
Keterampilan ini dianggap penting bagi anak-anak putus sekolah,
karena dengan bekal keterampilan yang dimilikinya yang telah diberikan
oleh yayasan dalam memberikan motivasi dalam menjalani hidup dan juga
memberikan inspirasi bahwa dengan putus sekolah tidak berarti menutup
67
Dra. Kokom (Tutor Keterampilan Tata Rias), Wawancara Pribadi, Bogor, 25 April,
2007
kesempatan untuk bisa berkarya dan mandiri, akan tetapi dengan
keterampilan mereka dapat maju dan berkembang di masyarakat walaupun
tanpa pendidikan formal.
Manfaat keterampilan yang telah diberikan oleh yayasan Dharmais
menurut salah satu peserta adalah:
Manfaat dari hasil ikut pelatihan keterampilan banyak banget dengan
diberikan teori dan praktek yang berhubungan dengan keterampilan tersebut,
seperti saya kan ikut pelatihan bengkel jadi saya tahu tentang komponen-
komponen yang terdapat dalam motor dan dalam kegiatan praktek diajarin
cara bongkar pasang sepeda motor sampai bisa memperbaiki kerusakan-
kerusakannya.68
Dari hasil penuturan peserta keterampilan bahwa dalam mengikuti
pelatihan keterampilan bengkel banyak sekali manfaatnya, karena dalam
kegiatannya peserta diajarkan teori-teori dengan memperkenalkan
komponen-komponen mesin yang terdapat dalam motor dan dalam praktek
mereka juga diajarkan bagaimana cara membongkar pasang motor dan cara
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada dalam sepeda motor.
Dari hasil observasi dan wawancara penulis dengan Bapak Achmad
Afief terhadap yayasan Dharmais diperoleh informasi tentang program
pelatihan keterampilan maka yayasan Dharmais perlu memiliki perencanaan
kerja yang target dan tujuannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Untuk mencapai sebuah tujuan yang direncanakan adalah dengan
melakukan pendekatan secara baik dengan anak-anak putus sekolah yaitu
melalui pendekatan di antaranya:
68
Suparta, Peserta PSPUP Yayasan DHARMAIS, Wawancara pribadi, Bogor, tanggal 26
Agustus 2007
1. Pemungkinan: menciptakan suasana yang memungkinkan potensi anak-
anak putus sekolah dapat berkembang secara optimal yaitu dengan
interaksi dengan proses mencari tahu kondisi anak-anak putus sekolah.
2. Penguatan: memberikan pengetahuan dengan memberikan kemampuan
yang dimiliki oleh anak-anak putus sekolah dalam memecahkan masalah
dan memenuhi kebutuhannya agar menumbuh kembangkan suatu
kepercayaan diri terhadap kemandirian anak-anak putus sekolah.
3. Perlindungan: memberikan perlindungan terhadap anak-anak putus
sekolah agar mereka tidak dieksploitasi oleh pihak-pihak tertentu yang
sengaja memanfaatkan kebodohan mereka karena tidak memiliki
pengetahuan dan keahlian sehingga mereka dipaksa untuk kerja
(eksploitasi anak).
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar anak-anak
putus sekolah mampu menjalankan peran dan tugas dalam kehidupannya
agar mereka tidak terjatuh dan tepinggirkan.
5. Pemeliharaan: memelihara kondisi anak-anak putus sekolah agar mampu
mengembangkan kemampuannya dan memungkinkan mereka untuk
memperoleh kesempatan berusaha.
Dari lima pendekatan di atas, untuk melatih anak-anak putus sekolah
dalam berbagai bidang keterampilan, penulis menyimpulkan dari data yang
telah ada, bahwa yayasan Dharmais sangat mengutamakan pembekalan
keterampilan, karena keterampilan sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan
rasa percaya diri dan kemandirian mereka dan mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Keterampilan Tata rias dan Bengkel.
1. Faktor Pendukung
Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, ada beberapa
hal yang menjadi faktor pendukung pada kegiatan pemberdayaan masyarakat
melalui keterampilan tata rias dan bengkel. Di antara faktor-faktor pendukung
tersebut adalah sebagai berikut:
Menurut bapak Drs. Achmad Afief yang menjadi faktor pendukung
dalam kegiatan keterampilan tata rias dan bengkel:
Dalam kegiatan PSPUP ini, yayasan banyak mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak terutama donatur tetap kami yang selama ini tetap setia berpartisipasi tapi tidak dapat saya sebutkan satu-persatu
orangnya. Dan Pemerintah Daerah Bogor juga ikut mendukung kegiatan ini dari Dinas Sosial dan LSM ikut mendukung program DHARMAIS ini
pula. Selain itu kami sudah memiliki infrastruktur yang cukup lengkap seperti kendaraan, ada ruang belajar dan praktek milik sendiri dan strategis
juga, asrama untuk putra dan putri, kondisi lingkungan belajar yang
kondusif. Kami juga dibantu oleh para tutor/pengajar yang profesional
dibidangnya dan Alhamdulillah kami tidak pernah kekurangan pengajar di
sini karena banyak tenaga-tenaga pengajar yang suka rela juga tidak mau
dibayar.69
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak Achmad afief di atas
bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan pelatihan keterampilan
tata rias dan bengkel adalah:
69
H Achmad Afief, (Kepala Balai Diklat Yayasan DHARMAIS), Wawancara Pribadi,
Bogor, 6 Agustus 2007
1) Tersedianya dana (donatur tetap) dalam membiayai pelaksanaan program
keterampilan tata rias dan bengkel.
Dalam pelaksanaan program pemberdayaan terhadap anak-anak putus
sekolah dana merupakan hal utama yang menjadi faktor pendukung berjalan
atau tidaknya suatu kegiatan secara optimal. Yayasan Dharmais memiliki para
donator tetap yang setiap tahunnya menyumbangkan dana operasional
kegiatan, sehingga yayasan tidak mengikat dana dari masyarakat ataupun
perbankan.
Demikian juga menurut kepala Tata Usaha Ibu Tedja Miarsih:
Kalau untuk dana operasional yayasan DHARMAIS setiap
tahunnya memang kita sudah siapkan anggarannya, kita punya donator
tetap juga sehingga tidak minta dari masyarakat dan tidak terikat dengan
bank.70
2) Telah tersedianya infrastruktur (seperti: kendaraan operasional, kantor,
ruang belajar, ruang praktek, asrama putra/putri, mesjid dan aula).
Tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap sangat menunjang proses
program pelatihan keterampilan bagi anak-anak putus sekolah, karena dapat
memperlancar kegiatan untuk berjalan secara optimal dan kondusif.
Menurut kepala Tata Usaha Ibu Tedja Miarsih:
Kalau sarana dan prasarana di yayasan sudah cukup lengkap seperti
tempat pelatihan ada 2 unit, ruang kelas ada 3, meja karyawan ada 3 unit,
asrama putra atau putri ada 40 kamar yang di isi 4 orang setiap kamar, ada
juga gedung serba guna, kantor, poliklinik, masjid sama dapur umum.
Kalau perlengkepan untuk praktek peserta pelatihan tata rias dan bengkel
di sesuaikan dengan banyaknya peserta, seperti tata rias lengkap 1 paket
alat kecantikan dan 1 paket alat pangkas rambut yang sifatnya masih
70
Tedja Miarsih, (Kepala Tata Usaha Yayasan DHARMAIS), Wawancara Pribadi, 1
Agustus 2007
dasar-dasar aja kalau bengkel seperti penyedian beberapa unit sepeda
motor sekitar 7-10 unit yang siap di bongkar pasang saat praktek nanti.71
3) Tersedianya pengajar/tutor yang profesional pada bidang agama dan
umum serta keterampilan yang ahli dibidangnya
Tenaga pengajar/tutor sangat berperan penting terhadap proses
pemberdayaan anak-anak putus sekolah dalam memberikan pendidikan dan
keterampilan, tenaga pengajar terdiri dari:
a. Guru pengetahuan umum
b. Guru keterampilan
c. Guru agama
d. Guru olahraga.
Sedangkan untuk kualifikasi guru di antaranya:
Tabel 10
Kualifikasi Tenaga Pengajar
Sumber data yayasan Dharmais tahun 200772
71
Tedja Miarsih, (Kepala Tata Usaha Yayasan DHARMAIS), Wawancara Pribadi, 1
Agustus 2007 13
Dokumentasi Yayasan Dharmais,Jadwal Pelajaran PSPUP Pilot Proyek Yayasan
Dharmais angkatan II tahun 2007.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 SMA 6
2 S I 14
3 S II 4
Jumlah 24
Dari tabel 10 di atas bahwa tingkat pendidikan guru kebanyakan
adalah yang berjenjang S I terdiri dari 14 orang, S II terdiri 4 orang, dan
SMA 6 orang.
Menurut Bapak Drs. Achmad Afief kualifikasi tenaga pengajar
dilakukan dengan melihat tingkat pendidikan serta keahlian yang dibutuhkan
oleh yayasan.
2. Faktor Penghambat
Beberapa faktor yang menjadi hambatan terhadap upaya
pemberdayaan anak putus sekolah melalui pelatihan keterampilan yang
dilaksanakan oleh yayasan Dharmais adalah:
Menurut penuturan Bapak Drs. Achmad Afief (Kepala Balai Diklat
Yayasan Dharmais) yang menjadi penghambat adalah:
Faktor penghambat kami dalam mendidik anak-anak putus sekolah dia
ntaranya ada hambatan yang datang dari dalam yaitu dari si anak itu sendiri, dan hambatan yang datangnya dari luar.73
Faktor penghambat tersebut memerlukan penanganan secara bersama-
sama antara orang tua dan guru yang bertujuan agar anak-anak putus sekolah
dapat hidup mandiri dan percaya diri di tengah masyarakat.
a. Hambatan dari dalam
a) Tidak percaya diri sehingga mereka minder
b) Malas melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diadakan di yayasan.
c) Merasa jenuh tinggal di yayasan.
73 H Achmad Afief, (Kepala Balai Diklat Yayasan DHARMAIS), Wawancara Pribadi,
Bogor, 6 Agustus 2007
d) Pendidikan anak-anak putus sekolah berbeda-beda. ini
mengakibatkan seringkali anak yang berpendidikan lebih rendah dari
yang lainnya misalnya hanya lulusan SD, lama dalam penerimaan
materi.
Tabel 11
Pendidikan Peserta Keterampilan
Sumber data yayasan Dharmais tahun 200774
Faktor pendidikan yang berbeda-beda berpengaruh sekali terhadap
penerimaan materi yang disampaikan oleh para guru/tutor.
Ada anak yang berpendidikan SD kelas VI ataupun berhenti tidak
sampai lulus. Begitu juga anak yang berpendidikan SMP dan SMA mereka
banyak yang putus hanya sampai kelas I atau kelas II saja.
b. Hambatan dari luar
Dari segi keluarga: orang tua kurang memiliki kesadaran untuk
mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya karena kesulitan ekonomi
dijadikan alasan utama sehingga anak harus putus sekolah dan bekerja
74
Dokumentasi Yayasan Dharmais, Daftar Nominatif PSPUP, Kabupaten Bogor, Tahun
2007
No Tingkat pendidikan terakhir banyak
1 SD 6 orang
2 SMP 41 orang
3 SMU/ Sederajat 31 orang
Jumlah 78 orang
membantu orang tuanya. Orang tua juga masih beranggapan bersekolah
tinggi hanya sekedar untuk formalitas saja.
Berikut hasil wawancara penulis dengan salah satu orang tua anak
putus sekolah, yang menjadi penghambat yaitu:
Anak saya mengikuti pelatihan di yayasan Dharmais karena putus
sekolah dan saya juga sudah tidak bisa melanjutkan sekolah dia, karena ekonomi kami yang terbatas, lagi sekolah tinggi juga Cuma buat formalitas
aja ujung-ujungnya cari duit juga, jadi lebih baik dia saya suruh kerja aja
Bantu ekonomi keluarga.75
Dari segi masyarakat: lapangan kerja yang susah ketika ingin kerja di
Industri-industri, karena ijazah masih menjadi formalitas meskipun mereka
sudah dibekali keterampilan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
75
Ibu Sumiyati, Wawancara Pribadi Penulis dengan Orang Tua anak Putus Sekolah ,
Bogor 26 Agustus 2007
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis mengambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya pemberdayaan masyarakat terhadap remaja putus sekolah yang
dilakukan oleh yayasan DHARMAIS adalah dengan adanya pemberian
program keterampilan tata rias dan bengkel dengan tujuan untuk bekal
mereka setelah keluar dari yayasan, mereka mempunyai keahlian dan
dapat diterima di masyarakat sebagai manusia yang berpotensi bukan lagi
sebagai sampah masyarakat. Keterampilan ini diberikan karena melihat
banyaknya remaja putus sekolah sebagai imbas karena adanya kemiskinan
yang mengakibatkan banyak masyarakat tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan pokok salah satunya yaitu pendidikan. Keterampilan ini
diharapkan sebagai bekal mereka dalam mencari pekerjaan.
Keterampilan ini diberikan sampai mereka benar-benar menguasai
dan siap memasuki dunia kerja. Keterampilan ini terdiri dari teori dan
praktek selama dua bulan. Kemudian diadakan test uji kompetensi untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan peserta terhadap dua keterampilan
ini.
Program keterampilan ini merupakan upaya yayasan DHARMAIS
dalam membantu pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran
khususnya pada anak putus sekolah yang memiliki kemauan untuk mandiri
sehingga mereka punya keahlian dan bisa berpenghasilan.
2. faktor pendukung terhadap anak-anak putus sekolah dalam pelatihan
keterampilan itu sendiri adalah tersedianya dana (donator tetap),
tersedianya infrastruktur yang sudah lengkap dan adanya tenaga pendidik
dalam bidang agama dan keterampilan yang ahli dibidangnya yang sangat
berperan dan berpengaruh penting dalam pemberdayaan. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah hambatan yang dari dalam yaitu yang dating dari
dalam diri si anak itu sendiri seperti tidak percaya diri sehingga mereka
merasa minder, malas melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di
yayasan, merasa jenuh tinggal di yayasan dan adanya perbedaan
pendidikan antara anak-anak putus sekolah sehingga anak yang lebih
rendah pendidikannya lama dalam penerimaan materi. Sedangkan
hambatan yang dating dari luar yaitu dari segi keluarga yang mana
hambatan ini timbul karena orang tua kurang memiliki kesadaran dalam
mengutamakan pendidikanbagi anak-anaknya karena kemiskinan alasan
ekonomi menjadi faktor utama mengapa anak harus putus sekolah dan
orang tua lebih memilih agar anak-anaknya bekerja saja untuk membantu
ekonomi keluarga dari pada sekolah tinggi hanya untuk formalitas saja
yang pada akhirnya setelah selesai sekolah tujuannya untuk mencari uang
juga. Dari segi masyarakat dunia lapangan kerja yang sempit membuat
anak-anak sulit mendapatkan pekerjaan yang layak karena ijazah juga
masih menjadi formalitas sedangkan pendidikan mereka rendah walaupun
mereka sudah dibekali keterampilan.
B. Saran-saran
1. Upaya pemberdayaan masyarakat terhadap anak remaja putus sekolah
melalui program keterampilan tata rias dan bengkel merupakan salah satu
upaya pemberdayaan yang mengarah pada kemandirian untuk mengangkat
harkat dan martabat mereka di masyarakat sebagai remaja yang berpotensi,
mampu membiayai hidup sendiri, dapat membantu keluarga dan berguna
bagi orang lain. Mungkin kiranya bermanfaat, penulis menyarankan hal-
hal sebagai berikut:
a. Agar petugas yayasan DHARMAIS lebih profesional lagi dalam
menjalankan tugas dalam melakukan pemberdayaan masyarakat
terhadap remaja putus sekolah maupun program kemandirian yaitu
pemberian keterampilan karena mereka merupakan aset bangsa.
b. Diharapkan adanya jalinan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan
atau bengkel-bengkel untuk membuka jaringan agar memudahkan
mereka dalam mendapatkan pekerjaan setelah selesai mengikuti
pelatihan keterampilan di yayasan DHARMAIS.
c. Diharapkan petugas yayasan DHARMAIS mengadakan monitoring
terhadap peserta alumni PSPUP untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan yang telah dicapai . hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi
untuk perbaikan dan peningkatan kinerja petugas di tahun berikutnya,
sehingga keterampilan dan modal yang telah diberikan tidak bersifat
charity atau amal saja.
2. Agar peserta pelatihan tidak merasa malas dan jenuh diharapkan petugas
lebih optimal lagi membuat program yang sesuai dengan inspirasi dari
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi, Rukminto, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis,
(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001)
--------------, Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial, (Jakarta, Fakultas
Ekonomi UI, 2002)
Anwar, Dessy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abdi Tama,
2001), cet-1
Blanchad, Ken, Pemberdayaan: Bukan Perubahan Sekejap, edisi ke-2,
(Jogjakarta: Amara Books, 2002) Cet. ke-1
Bobo, Julius, Transformasi Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Cidesindo, 2003), cet ke-1
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986)
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1999), cet. 4
Efendi, Agus, Pemberdayaan Jurnal Fitrah, No. 4 (Bandung, Alsina Center for
Metodological Transformation, Juni, 1999)
Hadi, Sutrisna, Metode Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi Gajah Mada, 1981), cet. II
Hikmat, Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora
Utama Press, 2004).
Hotingham, Elizabeth, K., Agama dan Masyarakat (Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 1994), cet ke 5
http://www.Kimpraswil.go.id, Memahami Kemiskinan
Kadarman, A.M. et al., Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhallindo).
Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cimandala, tahun 2006
Laporan Pelaksanaan Tugas Kepala Desa Cimandala Kecamatan Sukaraja Bogor
Mahendrawaty, Nanich, dan Syafei, Achmad, Agus, Pengembangan Masyarakat
Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001
Mansur, Imang, Pokok-pokok Pikiran tentang Zakat dalam Pemberdayaan Umat: 1998
Moeloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2000),
Cet XX
Mubyarto, Revolusi Sistem Ekonomi, (Yoyakarta: Aditya Media, 1999), cet. Ke-1
Muktara, Murtadha, Masyarakat dan Sejarah, (Bandung: Penerbit Mizan, 1995),
cet ke- v
Mulyadi S, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,
(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet ke- 2
Sumaryadi, Nyoman, I, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005)
Partanto, Pius A. dan Al-Barry, Dahlan, M., Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola,1994) Cet. ke-1
Pedoman Umum, Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Tahap II, Cet I (Jakarta: Proyek Pengembangan Kecamatan Perkotaan (P2KP)
Pusat, 2002)
Pengesahan Konvensi ILO No. 138 Mengenai Usia Minimum untuk diperbolehkan Bekerja (Lembaran Negara No. 56 Tahun 1999), pasal
(3) Poin (1)
Ruslan, Rosady, Humas dan Manajemen Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), cet ke-3
Sadily, Hassan, et. al., (ed), Sumber Daya Manusia, Ensiklopedi Indonesia,
(Jakarta: Ikhtiar Baru, 1983), Jilid 4
Salim, Emil, dan Al Masdi, Suit, Jusuf, Aspek Sikap Mental dalam Manajemen
Sumber daya Manusia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), cet ke-1
Syaukani, HR, H., Konsep dan Implementasi, Ekonomi Kerakyatan Era Otonomi
Daerah, (Jakarta: Nuansa Madani, 2004)
Sedarmayanti, Sumber Daya dan Kreatifitas Kerja, (Bandung: CV Mandiri Maju, 2001).
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2003)
------------------, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-37
-----------------, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Mayarakat, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1993), cet-2
Subandi dan Moctar, Dasar-dasar Manajemen, (Surabaya: Institut Dagang Mochtar, 1991), cet ke 8
Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung PT
Rafika Aditama, 2005)
Sumodiningrat, Gunawan, Pembangunan Derah dan Pemberdayaan Masyarakat,
(PT. Bina Pena Pariwara), cet ke-2
--------------, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1999), cet ke-1
Suparlan, Parsudi, Kemiskinan Id Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1995)
Tara, Dainy, Azwir, M., Strategi Membangun Ekonomi Rakyat, (Jakarta: Nuansa
Madani, 2001), cet ke-1
Tyoko, Harwan dan Katuuk, Neltje, F., Ilmu Sosial Dasar, Seri Diklat (Depok Guna Darma, 1997)
www.Indonesia.go.id, Perlukah Berdebat Data Kemiskinan?
Zainun, Bukhari, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Gunung
Agung, 2001), cet ke- 6.
Wawancara Pribadi
Aan Darwati, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Abdul Gopur, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Ayu Setianengsih, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Damanhuri, Wawancara Pribadi, pada tanggal 04 November 2007
Eka Dian Rosdiana, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Imam Alvian, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Mustakim, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Neng Nuraeni, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Nina Rismawati, Wawancara Pribadi, pada tanggal 16 Mei 2007
Nursin, Wawancara Pribadi, pada tanggal 04 November 2007
Ridwan Mulyadi, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Rita Sahara, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Said, Wawancara Pribadi, pada tanggal 25 Agustus 2007
Siti Aminah, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Suherdi, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Suparta, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Syamsiah, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Tia Mulyasari, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Tedja Miarsih, Wawancara Pribadi, pada tanggal 01 Agustus 2007
Yulianah, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007
Zaenudin, Wawancara Pribadi, pada tanggal 26 Agustus 2007