dr agung wahyu susilodr. agung wahyu...
TRANSCRIPT
BAHAN TANAM UNGGUL KAKAOBAHAN TANAM UNGGUL KAKAOBAHAN TANAM UNGGUL KAKAOBAHAN TANAM UNGGUL KAKAO
Dr Agung Wahyu SusiloDr. Agung Wahyu Susilo
Disampaikan pada acara Pelatihan Fasilitator Utama (PFU)Disampaikan pada acara Pelatihan Fasilitator Utama (PFU)Jember, 15-26 September 2014
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAPUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIAJl. PB Sudirman No. 90 Jember 68118 Indonesia, Phone: +62(0331)757130, Fax +62(0331)757131 website : www.iccri.net.
PERTANAMAN KAKAOPERTANAMAN KAKAO
PERKEBUNAN BESAR
PERKEBUNAN RAKYAT
MASALAH BUDIDAYA KAKAO
Produktivitas tanaman belum maksimal Kualitas bahan tanam
bberagam. Serangan hama &
penyakitpenyakit. Kualitas mutu biji kakao
rendahrendah Penerapan pasca panen
sebagian besar petanisebagian besar petani belum sesuai SOP.
JENIS BAHAN TANAM KAKAO
Hibrida KlonalBenih hibrida
Penyambungan
Bibit
Bibit klonal
• Perbanyakan ralatif mudah• Pertanaman beragam
• Perbanyakan relatif sulit
• Pertanaman seragamg
BAHAN TANAM KAKAOBAHAN TANAM KAKAOHIBRIDAHIBRIDA
Keunggulan :• Perbanyakan lebih mudah
dan murah.• Pendistribusian lebih
mudah dan viabilitas benih lebih lama (7-10 hari).
Kekurangan :• Pertanaman beragam.• Prekositas pembuahan
PERTANAMAN HIBRIDA
Prekositas pembuahan lebih lama (2-3 thn).
Sumber bahan tanaman :Kebun benih bersertifikatKebun benih bersertifikat.
BENIH
BIBIT
BAHAN TANAM KAKAOBAHAN TANAM KAKAOBAHAN TANAM KAKAOBAHAN TANAM KAKAOKLONALKLONALK lKeunggulan :• Pertanaman seragam &
produktifitas lebih tinggi (2-3 t /h )3 ton/ha).
• Prekositas pembuahan lebih cepat (1-2 tahun).
Kekurangan :• Teknik perbanyakan rumit.• Pendistribusian ke areal
PERTANAMAN KLONALe d st bus a e a ea
pengembangan lebih sulit karena pengemasan lebih sulit dan viabilitas entres l bih (3 4 h i)lebih cepat (3-4 hari).
Sumber bahan tanaman :Kebun entres bersertifikat. ENTRES
BIBIT
KRITERIA BAHAN TANAM UNGGUL
• Produktifitas tinggi 2-3 ton/ha. K lit biji k d l k• Kualitas biji; kadar lemak >50%, bean count ≤100 per 100 g/ biji, kadar kulit ≤12%, dan untuk kakao mulia proporsi bij putih >85%.
• Tahan hama dan penyakitTahan hama dan penyakit penting;– Penyakit busuk buah.
S
IDENTIFIKASI BIJI PUTIH
– Penyakit VSD.– Hama PBK.– Hama kepik penghisap– Hama kepik penghisap
(Helopeltis spp.)
BUAH KAKAO SEHAT
HAMA PBK HAMA & PENYAKIT KAKAO
PENYAKIT BUSUK BUAHPENYAKIT BUSUK BUAH
PENYAKIT VSD KEPIK PENGHISAP (Helopeltis sp.)
Alur Pemuliaan Kakao
IINNTTRROODDUUKKSSII,, EEKKSSPPLLOORRAASSII,, &&
SSEELLEEKKSSII
KOLEKSI PLASMA NUTFAH
KLON UNGGUL
SSEELLEEKKSSII KKLLOONNAALLTTAAHHAAPP IIII
HARAPAN BAHAN TANAM UNGGUL KLONAL
BAHAN TANAM UNGGUL HIBRIDA
PPEERRSSIILLAANNGGAANN TTAAHHAAPP II
SSEELLEEKKSSII KKLLOONNAALL && PPOOPPUULLAASSII HHIIBBRRIIDDAA
KLON & HIBRIDA UNGGUL HARAPAN
UUJJII MMUULLTTIILLOOKKAASSII
KKeett.. :: KKoottaakk ddeennggaann hhuurruuff mmiirriinngg aaddaallaahh kkeelluuaarraann pprroosseess kkeeggiiaattaannKKeett.. :: KKoottaakk ddeennggaann hhuurruuff mmiirriinngg aaddaallaahh kkeelluuaarraann pprroosseess kkeeggiiaattaann ____________ aalluurr sseelleekkssii -------------------- pprroosseess ttaahhaapp llaannjjuutt
PERKEMBANGAN BAHAN TANAM KAKAO
ERA 1900ERA 1900--19701970I /P l hIsu/Permasalahan :• Produksi biji putih.
Produktivitas tanaman• Produktivitas tanaman.Strategi :• Introduksi hibrida DR 1 DR 2 DR 38Introduksi hibrida
Forastero dari Venezuella.
P b
DR 1 DR 2 DR 38
Pengembangan :Perkebunan besar di Jawa.
BAHAN TANAM UNGGUL KAKAOBAHAN TANAM UNGGUL KAKAO
KLON-KLON KAKAO MULIA :
DR 1 DR 2 DR 38 DRC 16
• Dayahasil (ton/ha) :• Berat/biji kering (g) :• Self kompatibiliti :
2.161.21SC
1.541.19SC
1.501.36SI
1.501.47SCp
• Ketahanan PPR :• Ketahanan VSD :
RentanRentan
TahanRentan
RentanRentan
RentanRentan
ERA 1970ERA 1970--19901990Isu/Permasalahan :• Peningkatan produksi kakao mulia.g p• Pengembangan kakao lindak.Strategi :• Kakao mulia : seleksi progeni• Kakao lindak: pengembangan genotipe hasil
seleksi introduksi hibrida UAH dari Malaysiaseleksi, introduksi hibrida UAH dari Malaysia, klon-klon dari Inggris, Trinidad, Belanda, PNG.
Pengembangan :Perkebunan besar di Jawa & Sumatera serta
perkebunan rakyat di Sulawesi.Hasil :Hasil :Blok penghasil tinggi yang dikenal sebagai
“varietas sintetik”
ERA 1990ERA 1990--20002000ERA 1990ERA 1990 20002000Isu/Permasalahan :• Peningkatan produksi kakao mulia
& ketahanan busuk buah.• Peningkatan produksi kakao
lindak.Strategi :• Kakao mulia : seleksi progeni• Kakao lindak: seleksi klon-klon
DRC 16 GC 7
Kakao lindak: seleksi klon klon introduksi, dan progeni hasil persilangan klon-klon introduksi.
Pengembangan :Pengembangan :Perkebunan besar di Jawa &
Sumatera, serta perkebunan rakyat di Sulawesi.y
Hasil :1997 : rilis DRC 16, GC 7, ICS 131998 : rilis RCC 70 71 72 73
ICS 13 ICS 60 TSH 858
1998 : rilis RCC 70, 71, 72, 73
KLON KAKAO LINDAK :
GC 7 ICS 13 ICS 60 TSH 858
• Dayahasil (ton/ha) :• Berat/biji kering (g) :• Self kompatibiliti :
1.831.05SC
2.01.24SI
1.501.67SI
1.761.15SIp
• Ketahanan PPR :• Kadar lemak (%) :• Ketahanan VSD :
SCModerat52Rentan
SIRentan55Rentan
Moderat54Sedang
SModerat56RentanKetahanan VSD :
• Ketahanan PBK :RentanRentan
RentanRentan
SedangRentan
RentanRentan
KLON KAKAO LINDAK :
RCC 70 PA 300 NIC 7
• Dayahasil (ton/ha) :• Berat/biji kering (g) :• Self kompatibiliti :
1.401.14-
2.281.18SC
1.651.50SC
• Ketahanan PPR :• Kadar lemak (%) :• Ketahanan VSD :
Moderat54Sedang
Moderat57Rentan
Moderat53RentanVS SedangRentan Rentan
ERA 2000ERA 2000--sekarangsekarang
Isu/Permasalahan :• Peningkatan produksi kakao
mulia & ketahanan busuk buah.• Peningkatan produksi kakao
lindak & ketahanan OPT.Strategi :• Kakao mulia : seleksi progeni• Kakao lindak: seleksi progeniKakao lindak: seleksi progeni
hasil persilangan klon-klon introduksi.
Pengembangan :
ICCRI 01
e ge ba ga :Perkebunan besar di Jawa &
perkebunan rakyat di Sulawesi.Hasil :Hasil :2005 : ICCRI 01, 022006 : ICCRI 03, 042008 : Sulawesi 1, 22008 : Sulawesi 1, 22009 : Sca 6, ICCRI 05
ICCRI 02
Potensi dayahasil (ton/ha) : 2.06 (populasi 1.100 pohon/ha)Potensi dayahasil (ton/ha) : 2.06 (populasi 1.100 pohon/ha)Berat biji kering (g) : 1,27Kadar kulit ari (%) : 11,04Kadar lemak biji (%) : 55,07Ketahanan hama & penyakitPenyakit busuk buah : tahan
ICCRI 03
Penyakit busuk buah : tahanPenyakit VSD : RentanHama PBK : Agak rentan
ICCRI 03ICCRI 04
Potensi dayahasil (ton/ha) : 2,09 (populasi 1.100 pohon/ha)Berat biji kering (g) : 1,28j g (g) ,Kadar kulit ari (%) : 11,03Kadar lemak biji (%) : 55,01Ketahanan hama & penyakitPenyakit busuk buah : tahanPenyakit VSD : Agak tahanPenyakit VSD : Agak tahanHama PBK : Agak tahan
Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,8--2,75 (populasi 1.100 pohon)Berat biji kering (g) : 1,0Berat biji kering (g) : 1,0 Kadar kulit ari (%) : 11,64Kadar lemak biji (%) : 45-47Ketahanan hama & penyakitPenyakit busuk buah : Agak tahanPenyakit VSD : Agak tahanPenyakit VSD : Agak tahanHama PBK : Agak tahan
Sulawesi 1Sulawesi 1
Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,8--2,5 (populasi 1.100 pohon/ha)Berat biji kering (g) : 1,10 K d k lit i (%) 11 3Kadar kulit ari (%) : 11,3Kadar lemak biji (%) : 48-50Ketahanan hama & penyakitPenyakit busuk buah : Agak tahanPenyakit VSD : TahanHama PBK : Rentan
Sulawesi 2
Sca 6 ICCRI 05
Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,54 (populasi 1.100 pohon/ha)Berat biji kering (g) : 0,65--0,8 Kadar kulit ari (%) : 16,7--18,75Kadar lemak biji (%) : 49,6--58,17Ketahanan hama & penyakit
Potensi dayahasil (ton/ha) : 1,54 (populasi 1.100 pohon/ha)Karakteristik mutu bijiBerat biji kering (g) : 1,16Kadar kulit ari (%) : 11,5Kadar lemak biji (%) : 50 4Ketahanan hama & penyakit
Penyakit busuk buah : TahanPenyakit VSD : TahanHama PBK : -
Kadar lemak biji (%) : 50,4Ketahanan hama & penyakitPenyakit busuk buah : Agak rentanPenyakit VSD : TahanHama PBK : Agak rentan
Perbandingan nisbah keuntungan dan biaya produksi kakao menggunakan beberapa jenis bahan tanam pada asumsi berbagai kondisimenggunakan beberapa jenis bahan tanam pada asumsi berbagai kondisi
tingkat serangan VSD hingga masa TM4 (nilai x Rp. 1.000,-)
Asumsi tingkat serangan VSD
Komponen(componenet)
Jenis klon (cocoa clones)
(Assumption of VSD incidence)
Sca 6 DRC 15 GC 7 VSD incidence) Tidak ada Biaya modal (cost) 77.598,6 77.598,6 77.598,6 (no infestation) Pendapatan
(benefit) 95.040 95.040 140.580 B/C 1 2 1 2 1 8B/C 1,2 1,2 1,8
Ringan Biaya modal (cost) 77.598,6 77.598,6 77.598,6 (slight infestation) Pendapatan
(benefit) 95.040 95.040 112.464 B/C 1,2 1,2 1,4
Berat Biaya modal (cost) 77.598,6 77.598,6 77.598,6 (heavy infestation) Pendapatan
(benefit) 85.536 85.536 28.116( f ) B/C 1,1 1,1 0,4
Klon Sca 6 (tahan)Klon Sca 6 (tahan)
Klon TSH 858 (rentan)
TEKNIK SAMBUNGTEKNIK SAMBUNG CANOPYCANOPY UNTUK PENGENDALIAN VSDUNTUK PENGENDALIAN VSDTEKNIK SAMBUNG TEKNIK SAMBUNG CANOPYCANOPY UNTUK PENGENDALIAN VSDUNTUK PENGENDALIAN VSDMENGGUNAKAN KLON Sca 6 MENGGUNAKAN KLON Sca 6
ICCRI 07
• Jumlah buah per pohon rata-rata 47,9, jumlah biji
rata rata 47,9, jumlah biji per tongkol rata-rata 44,52, nilai buah rata-rata 28,7, produksi rata-rata sebesar
produksi rata-rata sebesar 1,73 kg/pohon (1.903 kg/ha/tahun)
• Berat per biji kering 0,80 -1,15 g, kadar kulit biji 10,3 % dan kadar lemak
Keragaan tanaman 45,67%.• Keunggulan : moderat
tahan PBK dan VSD
Buah masak Bunga
Flush
Buah
Penampang
melintang buah
tahan PBK dan VSD.
Sulawesi 03 Sulawesi 03 • Jumlah buah per pohon rata-
rata 49 63 jumlah biji per
rata 49,63, jumlah biji per tongkol rata-rata 43,38, nilai buah rata-rata 29,5, produksi
t t b 1 67
rata-rata sebesar 1,67 kg/pohon (1.837 kg/ha/tahun).
Keragaan tanaman
• Berat per biji kering 0,75 -0,78 g, kadar kulit biji 10,91-12 24 % dan kadar lemak
12,24 % dan kadar lemak 49,6 - 50,9 %.
• Keunggulan : tahan PBK dan S
Penampang
melintang buah Bunga
Flush
Buah
moederat tahan VSD.
Perbandingan analisis usaha produksi kakao per hektar menggunakan bahan tanam beberapa jenis klon yang berbeda sifat ketahanan PBKbahan tanam beberapa jenis klon yang berbeda sifat ketahanan PBK
hingga masa TM4 (xRp.1.000,-)
Komponen KLON KW 570 KW 514 Sul-1 Sul-2 ICCRI 03 ICCRI 04
Tidak ada serangan PBK Biaya modal 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 Hasil 148.429,6 153.762,4 274.639,2 248.864,0 173.316,0 159.984,0 B/C 2,5 2,6 4,7 4,3 3,0 2,7
Tidak ada pengendalian PBK Bi d l 58 502 0 58 502 0 58 502 0 58 502 0 58 502 0 58 502 0 Biaya modal 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 58.502,0 Hasil 92.435,2 84.436,0 106.656,0 79.103,2 82.658,4 53.328,0 B/C 1,6 1,4 1,8 1,4 1,4 0,9
Pengendalian PBK (kultur teknis + pestisida) Pengendalian PBK (kultur teknis + pestisida) Biaya modal 61.957,0 61.957,0 61.957,0 61.957,0 61.957,0 61.957,0 Hasil 117.632,7 115.632,9 182.248,4 155.495,6 123.454,3 101.323,2 B/C 1,9 1,9 2,9 2,5 2,0 1,6
Pengendalian PBK (kultur teknis + sarungisasi) Biaya modal 63.124,4 63.124,4 63.124,4 63.124,4 63.124,4 63.124,4 Hasil 137.230,7 139.897,1 241.042,6 214.911,8 155.184,5 138.652,8 B/C 2,2 2,2 3,8 3,4 2,5 2,2 , , , , , ,
Hibrida ICCRI 06HHibrida ICCRI 06HSK MENTAN No 3682/Kpts/SR 120/11/2010SK MENTAN No 3682/Kpts/SR 120/11/2010SK MENTAN No. 3682/Kpts/SR.120/11/2010SK MENTAN No. 3682/Kpts/SR.120/11/2010
Dayahasil : 1,83 ton/haBerat biji : 1,01 - 1,07 gKadar lemak : 50,4 – 54,3%Ketahanan VSD : tahanKetahanan VSD : tahan
Seleksi klon lokal partisipatifPopulasi hibrida
Pendekatan Petani& penyuluh
Perangkat: metode
Pendekatan Pemulia & penyuluhPerangkat: Perangkat: metode
sederhana identifikasi pohon induk unggul
Perangkat: - Diseminiasi - Kebun benih
Pendekatan
Hibrida rekomendasi
Klon harapan
penyuluh & petani Perangkat: metode sederhana seleksi pohon induk unggul
Pendekatan pemulia
Perangkat: - Metode seleksi hibrida
(rancangan persilangan (rancangan persilangan diallel)
- Rancangan uji adaptabilitas Klon rekomendasi Klon local
terseleksi Pendekatan
pemulia Perangkat: - Metode seleksi klon
R ji d bili - Rancangan uji adaptabilitas
Petani penemu klon MCC 01 dan MCC 02Petani penemu klon unggul lokal
(MCC 01 & MCC 02)Petani penemu klon MCC 01 dan MCC 02( )
Alm. H. Muhtar Sumber:http://www.inter-reseaux.org M. Nasir dan. H. Andi Mulyadi
Alm. H. Muhtar, penemu MCC 01
H. Andi Mulyadi & M. Nasir, penemu MCC 02
M. 01 Klon MCC 01
• Produksi rata-rata 3,3 kg/pohon (3.672 kg/ha/tahun)• Berat per biji kering 1 75 g kadar kulit biji 15 9 % dan kadar• Berat per biji kering 1,75 g, kadar kulit biji 15,9 % dan kadar
lemak 49,67%• Bersifat moderat tahan hama PBK, tahan penyakit VSD, dan
tahan penyakit busuk buah.
45 Klon MCC 02
• Produksi rata-rata 2 82 kg/pohon (3 132 kg/ha/tahun)Produksi rata rata 2,82 kg/pohon (3.132 kg/ha/tahun)• Berat per biji kering 1,61 g, kadar kulit biji 12,0 % dan kadar
lemak 49,2%.• Bersifat tahan hama PBK, tahan penyakit VSD, dan tahan
penyakit busuk buah.
Analisis Usahatani
Komponen MCC 01 MCC 02 Sulawesi 01 Asumsi I : tidak ada serangan PBK Biaya modal 86.038,4 86.038,4 86.038,4 Hasil1) 221.648,0 189.059,6 167.336,0 B/C 2 6 2 2 1 9 B/C 2,6 2,2 1,9
Asumsi II: tidak ada pengendalian PBK Biaya modal 86.038,4 86.038,4 86.038,4 yHasil1) 175.190,5 181.546,7 151.751,7 B/C 2,0 2,1 1,8
Asumsi III: Ada pengendalian PBK (kultur teknis + pestisida) p g ( p )Biaya modal 88.629,7 88.629,7 88.629,7 Hasil1) 196.096,4 184.927,5 158.764,6 B/C 2,2 2,1 1,8
PENYERBUKAN KAKAOPENYERBUKAN KAKAO
• Dibantu oleh serangga penyerbuk Forciphomya
• Waktu penyerbukanWaktu penyerbukanpkl. 06.00—09.00
STRUKTUR BUNGA
SeranggaSeranggapenyerbuk
Jantan Betina
Cara Perbanyakan dan Penanaman
Perbanyakan vegetatif (cabang plagiotrop) Bersifat menyerbuk sendiri (self compatible)
Setek Cabang ortotrof
b l i AL ATA
U
VEGETATIF Sambungan
Cabang plagiotrop‐ Rehabilitasi & penanaman baru
ONOKLONA
ONAL
Cabang ortotrop‐ Keterbatasan sumber tunas ortotrop AN
GAN
MO
POLIKLO
Kultur Jaringan (SE)‐ Penanaman baru
tunas ortotrop
PENGEM
BA
Penanaman baru P
KEBUN BENIH HIBRIDAKEBUN BENIH HIBRIDA
Produsen Komposisi klon Lokasi
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
ICS 60, GC 7, TSH 858, Sca 6, dan Sca 12 Jember, Jawa Timurdan Kakao Indonesia Timur
Pusat Penelitian Kelapa Sawit
ICS 60, TSH 858, IMC 67, Pa 150, Sca 12 Sumatera Utara
PT Perkebunan Nusantara II
TSH 539, TSH 654, TSH 858, TSH 908, TSH 866 ISC 60 Sca 6 dan Sca 12
Sumatera Utara Nusantara II 866, ISC 60, Sca 6, dan Sca 12
PT Perkebunan Nusantara IV
ICS 60, TSH 858, Pa 35, UF 667, Na 32, Na 33, IMC 67.
Sumatera Utara
PT Hasfarm Agro Niaga
Na 32, Na 33, Na 34, Pa 35, UIT 1, UIT 2, Sca 6 Sca 12 36A 354 A IMC 67
Sulawesi Tenggara Niaga Sca 6, Sca 12, 36A, 354 A, IMC 67
PT London Sumatera Pa 300, Pa 121, Pa 303, Pa 310, GC 29, UF 667, UF 713, BLC 3, BLC 4, BL 621, BL 693
Sumatera Utara
PT Perkebunan Nusantara VII
ICS 60, IMC 67, Pa 150, TSH 858, TSH 908 Lampung Nusantara VII
PT Perkebunan Nusantara IX
Amelonado Jawa Tengah
PT PP Jember Indonesia
ICS 60, ICS 12, ICS 13, DR 1, Sca 6, Sca 12 Jember, Jawa TimurIndonesia Timur
PT Inang Sari GC 7, ICS 60, Sca 6, Sca 12 Sumatera Barat
PT Perkebunan Nusantara XII
ICS 60, ICS 13, GC 7, Sca 6, Sca 12 Jawa Timur
PT Glenmore ICS 13, ICS 60, GC 7, DR 1, Sca 6, Sca 12 Banyuwangi, Jawa Timur
SAMBUNG PUCUK
• Tingkat keberhasilan• Tingkat keberhasilan penyambungan tinggi
• Teknik lebih mudah• Boros entres• Boros entres• Sudah digunakan skala komersial
OKULASIOKULASI
• Tingkat keberhasilan penyambungan sedang
• Teknik relatif lebih sulit• Hemat entres• Sudah digunakan skala
komersial
SETEKSETEK
• Tingkat keberhasilan penyetekan masih rendah
• Teknik lebih mudah• Teknik lebih mudah• Lebih efisien karena tidak perlu batang bawah
• Belum digunakan skala• Belum digunakan skala komersial
KULTUR IN VITRO DENGAN TEKNIK SOMATIK EMBRYOGENESIS (SE)
SAMBUNG SAMPING
2 minggu
• Untuk rehabilitasi tanaman tua atau tidak produktif
3 bulan 1 tahun
• Untuk rehabilitasi tanaman tua atau tidak produktif• Umur produktif tergantung kondisi batang bawah• Perlu teknik perawatan pasca penyambungan
1 tahun
PEMBIBITAN KAKAOPEMBIBITAN KAKAOKebutuhan bibit untuk 1 ha lahan :• a. Tanah datar
– Jarak tanam 3 x 3 m =1111 bibitC d l 20 % 222 bibit– Cadangan sulaman 20 % = 222 bibit
– Jumlah = ±1300 bibit– Kebutuhan benih = ±1900 butir (1 46 x 1300)– Kebutuhan benih = ±1900 butir (1,46 x 1300)
• b. Tanah miring– Jarak tanam 4 x 2,5 m = 1000 bibitJarak tanam 4 x 2,5 m 1000 bibit– Cadangan sulaman 20 % = 200 bibit– Jumlah = 1200 bibit– Kebutuhan benih = ±1800 butir (1,46 x 1300)
TAHAPANTAHAPAN PEMBIBITANPEMBIBITANTAHAPAN TAHAPAN PEMBIBITANPEMBIBITAN
• Pemilihan lokasi• PenyemaianPenyemaian• Persiapan pembibitan• Pelaksanaan pembibitanPelaksanaan pembibitan• Pemeliharaan
LOKASI PEMBIBITAN :• Topografi datar
D k t b i• Dekat sumber air• Ada sarana jalan untuk distribusi bibit• Pengawasan mudah• Aman dari gangguan manusia, hewanAman dari gangguan manusia, hewan
atau pun cuaca buruk
PENYEMAIAN :PENYEMAIAN :
• Tujuan untuk mengecambahkan benih.• Media tanah gembur; dalam ±20 cm
lebar 1 m, atas ada lapisan pasir halus ±15 cm. (Bisa juga penyemaian menggunakan karung goni).
• Dibuat atap menghadap ke arah timur.• Benih ditanam dengan jarak 2,5 x 5 cm.Benih ditanam dengan jarak 2,5 x 5 cm.• Setelah 7-12 hari bibit dipindahkan ke
media dalam polibegmedia dalam polibeg.
PEMBIBITANPEMBIBITAN• Bedengan lebih luas dan persyaratan
dsama dengan pesemaian.• Media; campuran topsoil, pupuk ; p p , p p
kandang, pasir dalam polibeg (ukrn 20 x 30 cm untuk bibit 4-6 bln atau ukrn 25 x 40 cm untuk bibit >6 bln).
• Mengatur polibeg jarak 15 x 30 cm, g p g j ,disiram sampai kenyang dan ditanami bibit kakao.
• Bibit umur ±5—6 bulan siap tanam atau siap sambung.p g
PEMELIHARAAN BIBITPEMELIHARAAN BIBIT• Penyiraman; 1—2 kali/hari.y ; /• Pemupukan; Urea/ZA 2 g/bbt per 2 minggu.
P d li H• Pengendalian Hama:1. Ulat Kilan (Hyposidra talaka. Wlk)
Pengendalian dgn insektisida Decis 2,5 EC konsentrasi 0,05 %.,
2. Kutu Putih (Planococcus lilacitrus, Ckll)Pengendalian dgn insektisida SupracidePengendalian dgn insektisida Supracide 40 EC konsentrasi 0,2 %.
• Pengendalian Penyakit:• Pengendalian Penyakit:1. Phytophthora palmivora Butler
Pengendalian dgn fungisida opersandoz konsentrasi 0,3 % formulasi.
2. Penyakit VSD Pencegahan melalui penyemprotanPencegahan melalui penyemprotan fungisida sistemik tiap 2 minggu pada da n m da (fl sh)daun muda (flush).
•• Pengendalian GulmaPengendalian GulmaSecara mekanis, dengan penyiangan 1-2 kali/minggu1 2 kali/minggu
JADUAL PEMBIBITANJADUAL PEMBIBITANBULAN
URAIAN 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Semaian - - - - - T
2. Sambungan - - - - - * * * * T
3. Okulasi - - - - - * * * * * * * T
Keterangan :Keterangan :--- = pembibitan*** = pembibitan setelah sambung/okulasiT = tanamT = tanam
TERIMA KASIH